bab 1- badb 6
DESCRIPTION
gdsTRANSCRIPT
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan
harus mampu bertahan dan berkompetisi. Sehingga dalam melakukan
aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber daya manusia yang mendukung
usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bagaimanapun
lengkap dan canggihnya sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki oleh
perusahaan, tidaklah menjadi jaminan bagi perusahaan tersebut untuk mencapai
suatu keberhasilan. Jaminan untuk dapat berhasil, lebih banyak ditentukan oleh
sumber daya manusia yang mengelolah, mengendalikan, dan mendayagunakan
sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki. Oleh karena itu masalah
karyawan merupakan masalah besar yang harus mendapat perhatian bagi
perusahaan.
Perkembangan dan pertumbuhan suatu bangsa, baik sekarang maupun
yang akan datang tentunya tidak bisa lepas dari peranan proses industrialisasi.
Meningkat atau tidaknya suatu industri sangat ditunjang oleh peranan tenaga
kerja, yang merupakan faktor produksi utama dalam suatu industri atau
perusahaan. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus mendapat perhatian
yang khusus agar mereka dapat memberikan kontribusi yang optimum dalam
pekerjaan mereka
Manusia sebagai salah satu faktor produksi mempunyai peranan yang
penting dalam usaha mendukung operasi suatu perusahaan dalam mencapai
-
tujuannya. Tanpa faktor manusia, suatu operasi perusahaan tidak mungkin
dilakukan. Artinya faktor manusia merupakan unsur penting dalam suatu
perusahaan. Tanpa tenaga manusia tidak mungkin berbagai kegiatan dalam
suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Perusahaan perlu memelihara kesehatan para karyawan, kesehatan ini
menyangkut kesehatan fisik atau mental. Kesehatan para karyawan yang buruk
akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang tiggi dan produksi
yang rendah. Adanya program kesehatan kerja yang baik akan menguntungkan
para karyawan secara material, karena mereka akan lebih jarang absen bekerja
dengan lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan
mampu bekerja lebih lama berarti lebih produktif.
Program kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan
kerja yang sehat. Hal ini menjaga kesehatan dari gangguan-gangguan
penglihatan, pendengaran, kelelahan dll. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat
secara tidak langsung akan mempertahankan bahkan menigkatkan produktivitas.
Program kesehatan kerja tidak terlepas dari program keselamatan kerja,
karena dua program tersebut tercakup dalam pemeliharan terhadap karyawan.
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,
di dalam air, maupun di udara. Keselamatan kerja merupakan sarana untuk
pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Penyebab kecelakaan kerja ada empat faktor diantaranya: faktor nasib
dari para karyawan, faktor lingkungan fisik para karyawan seperti mesin, gedung,
-
ruangan, dan peralatan. Faktor kelalaian manusia dan faktor ketidakserasiaan
kombinasi faktor-faktor produksi yang dikelolah perusahaan.
Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas. Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan
produktivitas atas dasar : Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi,
kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab akibat, cacat dan kematian dapat
ditekan sekecil-kecilnya.
Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian
dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi. Kondisi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan
termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand (makalahk3/peranan-
petugas-kesehatan-dalam-menyikapi pelaksanaan-k3). Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional
masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena
mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang
rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga
kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan
jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
-
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia
Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia
belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga
tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam
penjelasan Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya.. Salah satu komponen yang dapat
-
meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan
kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Keberlangsungan sebuah perusahaan dalam meningkatkan produktivitas
bergantung dari bagaimana perusahaan tersebut mengelola perusahaannya baik
dari segi perencanaan, teknis, dan lain-lain. Dalam hal teknis, perusahaan selalu
mengupayakan adanya perbaikan sumber daya manusia perusahaan dengan
mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja para karyawannya
sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang. Produktivitas pada dasarnya
merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini. Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara
hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.
PT. Vale Indonesia, Tbk yang lebih dikenal sebagai PT.Vale, merupakan
perusahaan pertambangan kedua terbesar di dunia dan sala satu perusahaan
publik terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar US $ 120 miliar. Menghasilkan
Nikel dalam matte yaitu dari biji laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan
yang terpadu yang terletak di daerah Sorowako, Kabupaten Luwu Timur,
Sulawesi Selatan.
Kebijakan PT. Vale dalam masalah kesehatan dan keselamatan kerja
memberikan suatu landasan untuk bekerja mencapai tujuan akhir, yaitu
peniadaan atau penihilan kesehatan yang buruk dan cedera akibat hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan. Karena itu PT. Vale menganggap pentingnya
variable program keselamatan kerja dan kesehatan kerja, hal tersebut dibuktikan
-
dengan adanya penggunaan alat-alat perlindungan diri seperti sarung tangan
dan masker di tempat kerja, pemakaian helm kerja, ada pengaturan udara yang
cukup, ada petunjuk dan peringatan di tempat kerja. Selain itu jika di buka
penerimaan karyawan baru di PT. Vale, calon karyawan harus memenuhi
persyaratan yaitu salah satunya ada surat keterangan dari dokter bahwa yang
bersangkutan benar-benar tidak mempunyai penyakit. Jadi program kesehatan
kerja sudah diperhatikan sejak dini, sebelum mereka diterima sebagai karyawan
di PT. Vale.
Dalam program kesehatan kerjanya, PT. Vale selalu melakukan
pemantuan dan sistem evaluasi pemantuan kerja dalam lingkungan kerja,
meningkatkan kesadaran karyawan terhadap lingkungan kerja yang yang sehat, ,
meningkatkan instigasi dan inspeksi audit tentang lingkungan kerja yang sehat.
Selain itu tersedianya pelayanan rumah sakit yang bisa dipergunakan seluruh
karyawan untuk melakukan pemeriksaan . Hal tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi menurunnya produktivitas yang diakibatkan sering absen karena
sakit ataupun karena kecelakaan kerja.
Sedangkan dalam program keselamatan kerjanya, guna menjaga dan
meningkatkan keselamatan kerja PT. Vale, khususnya yang berada di
Departemen Proses sebelum karyawan melakukan kerjanya diberikan
pengetahuan tentang resiko bahaya di tempat kerja, memantau penggunaan alat
selama bekerja.
Salah satu pencapaian perusahaan dalam keselamatan kerja adalah
penerapan program Major Hazard Standard (MHS). Program MHS, yang kini
telah berjalan selama empat tahun, dirancang untuk secara spesifik menjawab
risiko kecelakaan serius di tempat kerja. Audit yang dilakukan oleh auditor
keselamatan kerja independen yang dilakukan pada tahun 2008 terhadap
-
standar yang diterapkan pada program MHS telah membuktikan bahwa
keselamatan kerja dalam lingkungan kerja PT. Vale terus meningkat. Namun
pada Tahun 2009 PT. Vale, mengalami 3 kecelakaan yang mengakibatkan
hilangnya waktu kerja dan mencapai tingkat frekuensi Lost-Time Injury sebesar
0,19 per 1 juta jam kerja. Karena itu sasaran PT. Vale adalah menghapuskan
sama sekali kecelakaan kerja.
PT. Vale dalam proses produksinya menggunakan bahan yang kompleks
serta peralatan dengan tingkat teknologi yang semakin tinggi. Proses produksi
yang menggunakan teknologi tinggi akan berlangsung dengan cepat serta efisien
sehingga menghasilkan produk yang bermutu dengan harga bersaing, tetapi
disisi lain penggunaan teknologi tinggi dapat menimbulkan kemungkinan bahaya
yang lebih besar adanya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dll.
Oleh karenanya PT. Vale menganggap perlindungan terhadap tenaga
kerja sangat diperlukan agar perusahaan tidak kehilangan tenaga kerja yang
berakibat menghambat proses produksi yang akan merugikan perusahaan akibat
kecelakaan ditempat kerja tersebut. Dengan adanya pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja ini, karyawan akan merasa aman, terlindungi
dan terjamin keselamatannya, sehingga diharapkan dapat dapat mencapai
efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Mengingat sangat pentingnya pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik
untuk mengambil judul Pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale
Indonesia, Tbk.
-
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja berpengaruh
terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Proses pada PT. Vale
Indonesia, Tbk?
2. Program manakah yang berpengaruh lebih dominan terhadap
Produktivitas Karyawan pada PT. Vale Indonesia, Tbk?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan kerja
terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT.Vale
Indonesia, Tbk.
b. Untuk mengetahui program mana yang lebih berpengaruh terhadap
Produktivitas Karyawan pada Departemen Proses PT. Vale Indonesia,
Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan pemahaman tentang pelaksanaan program kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan keilmuan dalam
mengatasi masalah yang sama atau terkait dimasa yang akan datang.
-
c. Sebagai sumbangan pemikiran yang akan berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
1.4.2 Kegunaan Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak manajemen sumber daya manusia pada PT. Vale
dalam membantu mengidentifikasi bagaimana kesehatan dan keselamatan kerja
akan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.
1.5 Sistematika Penulisan
Hasil dari penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi denga sistematika
penulisan sebagai berikut.
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitiaan serta sistematika
penulisan.
Bab Kedua, memuat teori-teori yang digunakan sebagai
tinjauan/landasan dalam menganalisis batasan masalah yang telah
dikemukakan, kerangka piker dan hipotesis.
Bab Ketiga, memuat uraian tentang metode penelitian dan berisi lokasi
penelitian, rancangan penelitian, jenis dan sumber data, varabel penelitian,
metode pengumpulan data, metode analisis data, dan definisi operasional
variabel.
Bab Keempat, berisi gambaran umum perusahaan yang diteliti.
Bab Kelima, berisi hasil penelitian.
Bab Keenam, berisi kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu
dari hasil penelitian ini.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan
dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat
berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya
manusia di perusahaan perlu dikelola secara professional agar terwujud
keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan
organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama
perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. Perkembangan
usaha dan organisasi perusahaan sangatlah bergantung pada produktivitas
tenaga kerja yang ada diperusahaan. beberapa definisi tentang manajemen
sumber daya manusia yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah:
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2001:02).
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga
kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara
terpadu (Husein Umar, 2004 :03).
-
Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk
mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi ( T.Hani Handoko,
1995:04).
Manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh, melatih,
menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatkan
hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan dan masalah-masalah keadilan
untuk mencapai tujuan organisasi (Desler, 2007:05).
2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan pekerjaan seharusnya organisasi memperhatikan
fungsi-fungsi manajemen dan fungsi operasional seperti yang dikemukakan oleh
Flippo Edwin B. (1996:5-7). Menurutnya, fungsi-fungsi manajemen sumber daya
manusia ada dua, yakni:
1. Fungsi manajemen
Fungsi ini terdiri dari:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan mempunyai arti penentuan mengenai program tenaga
kerja yang akan mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi dibentuk dengan merancang struktur hubungan yang
mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik
sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya.
c. Pengarahan (Directing)
-
Pengarahan terdiri dari fungsi staffing dan leading. Fungsi staffing
adalah menempatkan orang-orang dalam struktur organisasi,
sedangkan fungsi leading dilakukan pengarahan sdm agar karyawan
bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
d. Pengawasan (Controlling)
Adanya fungsi manajerial yang mengatur aktifitas-aktifitas agar sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan organisasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, bila terjadi penyimpangan dapat diketahui
dan segera dilakukan perbaikan.
2. Fungsi Operasional
Fungsi Operasional dalam sdm merupakan segala bentuk
usaha/aktivitas dalam pengelolaan sdm guna pencapaian tujuan
perusahaan.
Fungsi ini terdiri dari:
a) Pengadaan (Procurement)
Usaha untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
perusahaan, terutama yang berhubungan dengan penentuan
kebutuhan tenaga kerja, penarikan, seleksi, orientasi dan
penempatan.
b) Pengembangan (Development)
Usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan melalui program
pendidikan dan latihan yang tepat agar karyawan atau pegawai dapat
melakukan tugasnya dengan baik.
c) Kompensasi (Compensation)
-
Fungsi kompensasi diartikan sebagai usaha untuk memberikan balas
jasa atau imbalan yang memadai kepada pegawai sesuai dengan
kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan atau
organisasi.
d) Integrasi (Integration)
Merupakan usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu,
organisasi, perusahaan, maupun masyarakat. Oleh sebab itu harus
dipahami sikap prinsip-prinsip pegawai.
e) Pemeliharaan (Maintenance)
Setelah keempat fungsi dijalankan dengan baik, maka diharapkan
organisasi atau perusahaan mendapat pegawai yang baik. Maka
fungsi pemeliharaan adalah dengan memelihara sikap-sikap pegawai
yang menguntungkan perusahaan.
f) Pemutusan Hubungan Kerja (Separation)
Usaha terakhir dari fungsi operasional ini adalah tanggung jawab
perusahaan untuk mengembalikan pegawainya ke lingkungan
masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, bila organisasi atau
perusahaan mengadakan pemutusan hubungan kerja.
Jadi fungsi SDM menurut uraian di atas terdiri dari fungsi manajemen dan
fungsi operasi yang masing-masing terdiri dari mengatur, merencanakan,
pengorganisasian, memimpin serta mengendalikan manusia yang merupakan
asset penting bagi perusahaan. Sedangkan sebagai fungsi operasional karyawan
termasuk pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan
pemutusan hubungan kerja.
-
2.2 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.2.1 Pengertian Program Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu
diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan
yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena
karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja
lebih lama. Pengertian program kesehatan kerja:
Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan. Lingkungan yang dapat
membuat stress emosi atau gangguan fisik (A.Anwar Prabu Mangkunegara,
2001:161).
Program kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan
kerja yang sehat. Hal ini menjaga kesehatan dari gangguan-gangguan
penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya. Penciptaan lingkungan
kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan
meningkatkan produktivitas (Tulus Agus, 2002 : 159).
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23
dalam Buchari, 2007. www.google.com):
-
Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja,
Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (A. Anwar Prabu
Mangkunegara, 2001:162) adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan
mencegah kebisingan.
b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan
kerja.
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal
cara atau metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk
(www.google.com):
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihra pekerja disuatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
2.2.2 Pengertian Program Keselamatan Kerja
-
Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya
yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga
kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari
berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau
mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian program
keselamatan kerja:
Keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga erja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dam makmur (A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2002:163).
Menurut Sumamur (2000:01) keselamatan kerja merupakan sarana untuk
pencegahan kecelakaan cacat dan ematian akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja merupakan tindakan pencegahan yang mengacu pada
dukungan manajemen puncak dalam pelaksanaan kebijakan perusahaan, dan
menciptakan suasana kerja yang aman dan damai bagi para karyawan yang
bekerja di peusahaan.
Penyebab kecelakaan kerja ada 4 faktor diantaranya:
a. Faktor nasib karyawan.
b. Faktor lingkungan fisik para karyawan, seperti mesin-mesin,
gedung, ruangan, peralatan.
c. Faktor kelalaian manusia dan,
d. Faktor ketidakserasian kombinasi faktor-faktor produktivitas yang
dikelola dalam perusahaan (John Soeprihanto, 2000:47)
-
Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja, hal ini termasuk seperti
(Dessler,2007:278)
a. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik.
b. Peralatan yang rusak.
c. Prosedur berbahaya di dalam, pada atau di sekitar mesin/peralatan.
d. Penyimpann yang tidak aman-kepadatan, kelebihan beban.
e. Penerangan yang tidak tepat cahaya yang menyorot / tidak cukup.
f. Ventilasi yang tidak baik pertukaran udara yang tidak cukup, sumber
udara yang tidak murni.
Lebih lanjut menurut A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:170), bahwa
indicator penyebab keselamatan kerja adalah :
a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya
kurang diperhitungkan keamanannya.
2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pemakaian Peralatan Kerja
1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik,
pengaturan penerangan.
2.2.3 Manfaat dan Tujuan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Randall dan Jackson (1999:224), peningkatan-peningkatan
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja dalam perusahaan akan
menghasilkan :
-
1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja
yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.
3. Menurunya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.
Sedangkan tujuan dari keselamatan dan kesehatan adalah sebagai
berikut ( Mangkunegara, 2002 : 165) :
a. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja dignakan sebaik-baiknya,
selektif mungkin.
c. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.2.4 Landasan Hukum Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Secara historis Landasan Hukum Pelaksanaan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja mengalami perubahan dan penyempurnan. Beberapa
-
Landasan Hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Kesehatan dan
Keselamatan di setiap tempat kerja atau perusahaan yaitu ( Konradus Danggur,
2006 : 43 )
1. UU No. 001 Tahun 1970
UU No. 01 Tahun 1970, Lembaran Negara Tahun 1970 No. 01, tambahan
Lembaran Negara No. 2918. Tentang Keselamatan Kerja pada dasarnya
merupakan payung dari semua peraturan perundang-undangan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Indonesia. Tujuan pelaksanaan program keselamatan kerja
menurut UU No. 01 Tahun 1970 adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja,
baik fisik maupun psikhis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
-
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, cara dan
proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. UU No. 23 Tahun 1992
Dalam UU No. 23 Tahun 1992, Lembaran Negara Tahun 1992 No. 100
tentang Kesehatan, pasal 23 ayat ( 1 ) menyebutkan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan
kerja meliputi pelayanan kesehatan tenaga kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja dan syarat kesehatan kerja ayat ( 2 ), karena itu setiap tempat kerja harus
melaksanaan upaya kesehatan kerja ayat ( 3 ), agar tidak terjai gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.
3. UU No. 03 Tahun 1992
UU No. 03 Tahun 1992 tentang Penjaminan Sosial Tenaga Kerja dan
Kepres RI no. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja . Dalam pasal 1 UU No. 03 Tahun 1992 dijelasan definisi tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek ), tenaga kerja, pengusaha, perusahaan,
kecelakaan kerja dan sebagainya.
Ayat 1, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, adalah suatu perlindungan bagi
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian
-
dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja ,
sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Ayat 6, Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Ayat 9, Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
termasuk kehamilan dan persalinan.
2.3 Produktivitas
2.3.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas menurut Husein Umar (2004:09) adalah sikap mental yang
selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas berkaitan erat dengan
sistem produksi yaitu sistem di mana faktor-faktor semacam tenaga kerja,
modal/kapital berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik,
dikelolah dalam cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang/jasa secara
efektif dan efisien.
Proses produksi dinyatakan sebagai serangkaian aktivitas yang
diperlukan untuk mengolah atau mengubah sekumpulan input menjadi sejumlah
output yang memiliki nilai tambah. Produktivias diidentifikasi dengan efisiensi
dalam arti suatu rasio antara keluaran dan masukan. Rasio output dengan
dengan input dapat dipakai untuk menghampiri usaha yang dilakukan oleh
manusia, dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi
-
pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua, yaitu efisiensi yang
berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya
atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. (Husein Umar, 2009:10).
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang
direncanakan dengan input yang sebenarnya. Apabila input yang sebenarnya
digunakan semakin besar penghematannya maka tingkat efisiensi semakin
tinggi. Sedangkan efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran
seberapa jauh target dapat dicapai. Apabila kedua faktor tersebut dikaitkan satu
dengan yang lainnya, maka terjadi peningkatan efektivitas tidak akan seelalau
menjamin meningkatnya efesiensi.
2.3.2 Faktor-Faktor Produktivias
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah ( Bambang Tri,
1996: 283) :
1. Manusia
Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas,
tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan,
kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin.
2. Modal
Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, dan bahan baku.
3. Metode (Proses)
Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku
penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi,
pemeliharaan melalui pencegahan, teknologi yang memakai cara
alternatif.
4. Produksi
-
Faktor produksi meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur
campuran, spesialisasi produksi.
5. Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan organisasi meliputi organisasi dan perencanaan,
personalia, system manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja,
ukuran perusahaan, iklim kerja, sistem insentif.
6. Lingkungan Negara
Faktor lingkungan Negara meliputi struktur sosial politik, struktur
industri, pengesahan, tujuan pengembangan jangka panjang dan lain-
lain.
7. Lingkungan Internasional
Faktor lingkungan internasional meliputi kondisi perdagangan dunia,
masalah-masalah perdagangan internasional, kebijakan migrasi
tenaga kerja.
8. Umpan Balik
Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas
dan kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan
untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja) dimana
masyarakat menawarkan pada perusahaan.
2.4 Hubungan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan
Produktivitas
2.4.1 Sumber Daya Manusia: Kunci Produktivitas
Walaupun kemajuan teknologi telah menghasilkan alat-alat
produksi yang canggih, tetapi kedudukan sumber daya manusia pekerja
-
dibalik mesin-mesin produksi tersebut tetap sentral. Sumber daya
manusia yang terampil, kreatif dan mampu menggunakan modal
intelektualnya akan menentukan apa yang diproduksi dan bagaimana
mengelolah resource yang ada untuk meningkatkan produktivitas dan
memajukan Perusahaan. Itulah sebabnya sumber daya manusia pekerja
merupakan motor produktivitas dan jantungnya organisasi atau
Perusahaan.
Namun perlu disadari bahwa peningkatan produksi secara
langsung maupun tidak langsung selalu diikuti dengan permasalahan
yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan karyawan.
Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya (Konradus Danggur,
2006:99) :
1. Adanya kemungkinan penambahan peralatan, tuntutan
kapasitas peralatan dan satuan kerja yang lebih besar.
2. Memperluas lokasi kerja sehingga menambah sarana sistem
pengamanan untuk mencegah kecelakaan.
3. Peningkatan jumlah buruh/pekerja yang berkualitas, serba
cepat, tepat dan selamat.
4. Perlunya standar baku kesehatan dan keselamatan kerja baik
bagi para karyawan baru maupun yang lama.
2.4.2 Pelayanan Kesehatan bagi Pekerja
Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat dilakukan melalui
berbagai upaya (Konradus Danggur,2006:104) yaitu :
-
a. Upaya Peningkatan (Promosi). Upaya Promosi bertujuan untuk
meningkatkan drajat dan kapasitas kerja dengan menerapkan pola
hdup sehat.
b. Upaya pencegahan (Preventif). Bertujuan untuk memberikan
perlindungan pada pekerja sebelum adanya proses gangguan akibat
kerja. Kegiatan preventif meliputi : Pemeriksaan kesehatan awal
berkala dan khusus, imunisasi, penerapan ergonomi, hygiene
lingkungan, pemberian suplemen gizi sesuai kebutuhan pekerja dan
rotasi kerja.
c. Upaya Penyembuhan ( Kuretif). Diberikan kepada pekerja yang sudah
memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini dengan cara
mengobati penyakit, mencegah terjadinya komplikasi dan penularan
terhadap keluarganya ataupun eman pekerja. Tujuannya untuk
menghentikan proses penyakit, mempercepat masa istirahat,
mencegah terjadinya cacat atau kematian.
d. Upaya pemulihan (Rehabilitatif). Pelayanan ini diberikan kepada
pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan telah mengakibatkan
cacat sehingga tidak mampu bekerja secar permanen. Kegiatan
pemulihan meliputi latihan dengan pendidikan pekerja untuk dapat
menggunakan kemampuan yang masih ada secara optimal,
penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai
dengan kemampuan.
-
2.5 Tinjauan Empirik
Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai
landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian
ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja . Penelitian itu dilakukan oleh:
1. Stefi Margareth, tahun 2011 dengan judul Pengaruh antara Program
Kesehatan dan Keselamatan terhada Produktivitas Kerja Karyawan
pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulseltrabar Sektor Tello Makassar.
Metode analisis data dengan regresi berganda, Uji signifikan dan
Determinasi, dan menyimpulkan ada pengaruh secara bersama-sama
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulseltrabar Sektor
Tello Makassar, yang menyatakan bahwa nilai F penelitian > F tabel
(10,546 > 3,168). Serta nilai t penelitian > t tabel (1,782 > 1,672)
sedangkan untuk program keselamatan kerja memiliki nilai t penelitian >
t tabel (2,974 > 1,672). Dengan demikian program keselamatan kerja
yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas karyawan sebesar
29,7%.
2. Wahyu Ratna Sulistyarini, tahun 2006 dengan judul Pengaruh Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan
Pada CV Sahabat Klaten. dengan metode analisis data dengan regresi
berganda, Uji signifikan dan Determinasi, dan menyimpulkan Variabel
program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini terbukti dengan
hasil perhitungan SPSS yang menyatakan bahwa nilai F hitung 7,485
yaitu lebih besar dari nilai F tabel 4,17 maka Ho ditolak berarti bahwa
-
ada pengaruh yang signifikan dari program keselamatan kerja (X1) dan
kesehatan kerja (X2) secara bersama-sama terhadap produktivitas
kerja karyawan. Nilai t hitung untuk program keselamatan kerja (X1)
2,102 > t tabel 2,048 maka Ho ditolak, berarti keselamatan kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Nilai t hitung untuk program kesehatan kerja (X2) 2,494 > t table 2,048
maka Ho ditolak, berarti kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap produktivitas kerja karyawan. Dari hasil perhitungan
menggunakan SPSS 10.01 dapat diketahui nilai kesehatan kerja
sebesar 2,494 adalah lebih besar dari keselamatan kerja yaitu 2,102
maka dapat dikatakan bahwa kesehatan kerja (X2) memiliki pengaruh
yang paling besar.
2.6 Kerangka Pikir
1. Variabel Independent (X)
Variabel independent dari penelitian ini adalah kesehatan kerja (X1)
dan keselamatan kerja (X2) pada karyawan.
2. Variabel Dependent (Y)
Variabel Dependent dari penelitian ini adalah Produktivitas karyawan.
-
Standar Operasional
Gambar.2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Departemen Proses PT. Vale Indonesia, Tbk
Fungsi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Program Kesehatan Kerja
Program Keselamatan
Kerja
Ruang kerja yang cukup
baik dan nyaman
Pelayanan Kesehatan
Pengaturan suhu pada
AC
Alat-alat Pengaman
pada Mesin-Mesin
Pemeliharaan Mesin-
Mesin
Alat-Alat Perlindung
an Bagi Karyawan
Produktivitas Kerja
Rekomendasi
PT. Vale
Indonesia, Tbk
-
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan
tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution,
2003:39). Berdasarkan pada pokok permasalahan dan tujuan penelitian maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Diduga bahwa Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
berpengaruh terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen
Proses PT. Vale Indonesia, Tbk.
2. Diduga bahwa Program Keselamatan Kerja lebih berpengaruh
dominan terhadap Produktivitas Karyawan pada Departemen
Proses PT. Vale Indonesia, Tbk.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah di bagian
Departemen Proses yang ada di PT. Vale Indonesia, Tbk yang terletak di
Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Pelaksanaan penelitian
diakukan pada 24 April-05 Mei 2012. Alasan memilih lokasi tersebut dikarenakan
di mana karyawan yang bekerja di bagian ini sangat erat dan berhubungan
lansung dengan kesehatan dan keselamatan kerja.
Gambar 3.1 Lokasi Pertambangan
-
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Departeen Proses yang
ada di bagian Converter PT. Vale Indonesia, Tbk. Besar populasi tidak dapat
diketahui secara pasti berapa jumlahnya, oleh karena itu sulit mencari berapa
jumlah sampel yang tepat. Namun berdasarkan pendapat ahli seperti yang
dikemukakan oleh Gay dalam Husein Umar (2002:68), yaitu ukuran sampel
minimum yang dapat diterima bisa dilihat berdasarkan pada desain atau metode
penelitian yang digunakan. Jika desain penelitiannya deskriptif-korelasional,
maka sampel minimum adalah 30.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah
sebesar 100 orang dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana dan tenaga.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yakni:
a. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung (bukan berupa
angka) dan diperoleh dalam bentuk informasi dari instansi maupun
pihak-pihak lain yang ada kaitannya dengan masalah yang akan
dibahas.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka yang
dapat dihitung.
3.3.2 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh penulis melalui observasi,
kuesioner dan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan staf
-
perusahaan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung, yaitu data
tersebut diperoleh penulis dari dokumen-dokumen perusahaan dan buku-
buku literature yang memberikan informasi tentang kesehatan dan
keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan
pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti
buku-buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang
relevan dengan penelitian.
2. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan secara langsung di objek penelitian. Metode
digunakan ada 3 jenis yaitu observasi, wawancara dan kuesioner.
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi
yang sebenarnya di lokasi penelitian.
b. Wawancara yaitu melakukan kegiatan tanya jawab kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dengan pengumpulan data tersebut.
c. Kuesioner yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan kepada
pegawai yang menjadi reponden secara langsung untuk kemudian
dijawab sesuai dengan kedaan sebenarnya.
-
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberikan penjelasan atau keterangan tentang variable-variabel operasional
sehingga dapat diamati atau diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan
penulis adalah program kesehatan dan keselamatan kerja dan produktivitas
karyawan.
1) Variabel Independent (X), yaitu Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang merupakan persepsi karyawan terhadap kebijakan atau prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja yang diterapkan olah perusahaan.
a. Program Kesehatan Kerja (X1), indikator-indikator penilaian Kesehatan
Kerja sebagai berikut :
1. Tersedianya ruangan kerja yang cukup baik dan
nyaman bagi karyawan.
2. Tersedianya pelayanan kesehatan yaitu pemeriksaan
kesehatan karyawan.
3. Pengaturan suhu udara pada penggunaan AC dalam
ruangan kerja memberikan kenyamanan pada
karyawan dalam bekerja.
b. Program Keselamatan Kerja (X2), indikator-indikator penilaian
Keselamatan Kerja sebagai berikut :
1. Tersedianya alat-alat pengaman pada mesin-mesin
yang digunakan Perusahaan.
2. Pemeliharaan mesin-mesin yang dilakukan oleh
teknisi yang berpengalaman.
-
3. Tersedianya alat-alat perlidungan bagi karyawan
misalnya helm, rompi/jaket, sarung tangan, sepatu,
kacamata pelindung dan sebagainya.
4. Adanya standar operasional perusahaan mengenai
produktivitas karyawan.
2) Variabel Dependen (Y), yaitu produktivitas karyawan, indikator-indikator
penilaian Produktivitas Karyawan sebagai berikut :
a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas.
b. Kualitas kerja yaitu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
prosedur dan standar yang telah ditetapkan.
c. Kreatifitas yaitu mampu mengeluarkan ide/gagasan baru untuk
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Pengetahuan mengenai tugas dan tanggung jawab.
e. Kehadiran dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas.
f. Kerja sama (www.wahyudinwordpres.com.
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1 Pengukuran Variabel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, alat ukur
penelitian ini berupa kuesioner, data yang diperoleh berupa jawaban dari
karyawan terhadap pertanyaan atau butir-butir yang diajukan. Butir-butir yang
baik (J.Supranto, 2001:80) adalah sebagai berikut:
1. Butir-butir harus relevan atau terkait dengan apa yang diukur.
2 . Butir-butir harus ringkas.
-
3. Butir-butir tidak membingungkan.
4. Butir-butir yang bagus harus memuat satu pemikiran.
Setelah menentukan pertanyaan atau butir-butir langkah selanjutnya
adalah pembentukan skala akan memilih satu format jawaban untuk daftar
pertanyaan. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan format tipe likert
karena menurut J. Supranto dalam Lissita dan Green tipe likert tercermin dalam
keragaman skor (variability of scorer) sebagai akibat penggunaan skala berkisar
antara 1 sampai dengan 5, dari segi pandangan statistik, Skala dengan lima
tingkatan (dari 1 sampai 5) lebih tinggi keandalannya dari skala dua tingkatan
yaitu ya atau tidak.
Selain itu tipe pengukuran likert sangat popular dengan sejumlah
keuntungan(Nasution, 2003:63) antara lain :
1) Mempunyai banyak kemudahan. Menyusun sejumlah pertanyaan mengenai
sifat atau sikap tertentu relatif mudah. Menentukan skor juga mudah karena
tiap jawaban diberi nilai berupa angka yang mudah dijumlahkan.
2) Skala tipe likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia
berdasarkan intensitas sikap tertentu.
3) Selain itu skala likert ini sangat luwes atau fleksibel, lebih fleksibel daripada
teknik pengukuran lainnya.
Kategori dari penilaian skala likert ;
1. Sangat setuju = 5
2. Setuju = 4
3. Ragu-ragu = 3
4. Kurang Setuju = 2
5. Tidak Setuju = 1
-
3.6.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Alat yang digunakan untuk mengukur Produktivitas kerja karyawan (Y) ,
Program kesehatan kerja (X1) dan Program Keselamatan kerja (X2) adalah daftar
pertanyaan (kuesioner). Data yang diperoleh berupa jawaban dari karyawan
terhadap pertanyaan atau butir-butir yang diajukan. Dalam mengembangkan
suatu kuesioner yang akan digunakan untuk menilai pengaruh produktivitas
terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, maka
pengukuran benar-benar bebas dari kesalahan acak, maka kuesioner tersebut
haruslah (valid) dan andal (reliabel). Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner agar data yang
diperoleh dari pengukuran jika diolah tidak memberikan hasil yang menyesatkan.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sah atau
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan cara validitas internal
yang menggunakan teknik analisis butir akan menguji validitas setiap butir
dengan cara skor skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan
dengan skor total. Skor butir (pertanyaan) dipandang sebagai nilai X dan skor
total dipandang sebagai nilai Y, sehingga diperoleh indeks validitas setiap butir.
Setelah diketahui dari hasil perhitungan besarnya korelasi, kemudian
dibandingkan dengan tabel r dengan =0,05 dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika rxyhitung r tabel, maka valid
b. Jika rxyhitung r tabel, maka tidak valid
-
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu alat ukur
mengukur dengan stabil dan konsisten.Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan
oleh koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha.
Koefisien cronbach alpha yang lebih dari 0,60 menunjukkan keandalan
(reliabilitas) instrumen. Selain itu, cronbach alpha yang semakin mendekati 1
menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.
3.7 Analisis Data
3.7.1 Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi linear berganda yaitu analisis yang digunakan untuk
menghitung pengaruh variabel independen (X1 dan X2) terhadap variabel
dependen (Y) apabila terjadi perubahan pada satu satuan dari variabel
independen (X1 dan X2).
Analisis regresi menggunakan rumus persamaan regresi berganda
seperti yang dikutip dalam (Sugiyono, 2004:251), yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e .... (1)
Dimana:
Y = Variabel dependen (Produktivitas Karyawan)
X1 = Variabel independen pertama (Program Kesehatan Kerja)
X2 = Variabel independen kedua (Program Keselamatan Kerja)
a = Koefisien regresi konstan
b1 = Koefisien regresi independen pertama
b2 = Koefisien regresi independen kedua
-
e = kesalahan prediksi
3.7.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan
melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Jika (R2) yang diperoleh
mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut
menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.Sebaliknya jika
(R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat.
3.7.3 Uji F (Uji Serempak)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel
bebas terhadap varibelterikat.DimanaFhitung>Ftabel, maka H1 diterima atau secara
bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara
serentak.Sebaliknya apabila Fhitung (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.
Jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.
3.7.4 Uji T (Uji Parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikatnya.
Jika sig > (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak
jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.
-
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai PT
International Nickel Indonesia, Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman
modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia
untuk melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan produksi
nikel..
Di Tahun 2012, PT Vale berumur 44 tahun. Sejak penandatanganan
Kontrak Karya PT Vale dengan Pemerintah Indonesia di tahun 1968, PT Vale
telah menyediakan pekerjaan yang butuh keterampilan, meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, memberi keuntungan kepada pemegang saham, dan memberi
sumbangan positif kepada ekonomi Indonesia. PT Vale bangga akan
pencapaiannya selama 44 tahun ini, dan memandang ke depan dengan
optimisme dan keyakinan akan peluang PT Vale di masa depan. Kontrak Karya
didirikan pada bulan Juli 1968, PT Vale saat ini beroperasi di Sulawesi. Areal
Kontrak Karya PT Vale memiliki luas secara keseluruhan 190.510 hektar.
Konsesi awal Perseroan seluas 6,6 juta hektar, yang mencakup bagian
timur dan tenggara Sulawesi, diberikan pada 27 Juli 1968. Areal konsesi ini telah
dikurangi hingga 2,9% dari luas awalnya melalui beberapa kali pelepasan,
termasuk yang terakhir pada 10 Desember 2009. Kontrak Karya awal berlaku
hingga 31 Maret 2008. Kontrak ini telah dimodifikasi dan diperpanjang lewat
Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan
Januari 1996, dan berlaku hingga 28 Desember 2025.
-
Pada awalnya, luas area konsesi awal perusahaan kami sebesar 218,528
hektar: 118,387 hektar di Sorowako, Sulawesi Selatan; 63,506 hektar di
Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan 36,635 hektar di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Namun demikian, pemerintah menyetujui pelepasan area KK dari total sekitar
28,000 hektar, atau sekitar 12.8 persen dari luas total KK pada 2010. Setelah
pelepasan lahan tersebut, luas total area KK kami saat ini meliputi 190,000
hektar.
Tabel 4.1
Daerah Kontrak Kerja
Sumber daya alam Indonesia yang vital berasal dari bijih nikel, logam
yang yang diproduksi oleh PT Vale dikenal sebagai nikel primer karena berasal
dari tambang (nikel sekunder berasal dari pengolahan material yang
mengandung nikel). Lebih khusus lagi, kami memproduksi produk antara, nikel
dalam matte, yang terbuat dari bijih besi laterit di lokasi tambang dan pengolahan
-
terpadu kami. Semua nikel dalam matte yang kami produksi dijual kepada dua
pemegang saham terbesar kami, Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal
Mining Co., Ltd., untuk diolah lebih lanjut di fasilitasfasilitas pengolahan di Asia.
Di tempat-tempat inilah nikel diproduksi untuk beragam penggunaan.
Penggunaan utama nikel adalah di dalam stainless steel atau baja
nirkarat, yang mengkonsumsi penggunaan 60% hingga 65% nikel primer dunia
setiap tahunnya. Kebutuhan akan baja nirkarat telah bertumbuh dengan pesat
selama 10 tahun terakhir, dengan peningkatan keluaran rata-rata 6% per tahun
sejak 2001 hingga 2011. Peluang penggunaan nikel terus bertumbuh. Baja
nirkarat dapat ditemukan hampir di mana saja, mulai dari alat-alat sederhana
hingga peralatan berteknologi mutakhir. Baja nirkarat adalah bagian terpenting
dari ribuan produk, mulai dari tampilan luar gedung apartemen dan pencakar
langit hingga wastafel dapur. Baja nirkarat mengandung nikel juga digunakan
dalam beragam perkakas dapur dan peralatan lainnya karena sifatnya yang
tahan lama dan mudah dibersihkan.
Namun manfaat nikel tidak berhenti di situ. Logam campuran rendah,
dengan kandungan nikel kurang dari 1%, sering digunakan dalam produk-produk
seperti tiang penopang untuk gedung-gedung dan jembatan, dan dalam alat-alat
dan perangkat elektronik. Logam campuran non-besi yang mengandung nikel
dan sedikit (atau tidak ada sama sekali) besi, sangat lazim digunakan oleh
industri penerbangan dan komponen-komponen berkekuatan tinggi lainnya.
Penggunaan nikel sebagai bahan utama uang logam adalah salah satu contoh
penggunaannya yang lebih umum.
Daftar penggunaan nikel primer murni sangat panjang : nikel adalah
bahan terbaik untuk produk sepuhan seperti perabot logam, garam-garam nikel
digunakan sebagai katalis dalam industri petrokimia, dan baterai isi ulang yang
-
mengandung nikel bisa ditemukan di berbagai produk, seperti alat-alat listrik dan
kendaraan hibrida listrik.
Penggunaan yang sangat beragam dan banyaknya manfaat dari nikel
adalah indikasi kuat akan prospek pertumbuhan berkelanjutan PT Vale, serta
kapasitas kami untuk memberi nilai lebih, tidak hanya bagi pemegang saham,
pelanggan dan karyawan, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia dan pengguna
nikel di seluruh dunia.
Pemegang saham mayoritas PT Vale per 31 Desember 2011 yaitu Vale
Canada (sebelumnya Vale Inco Limited), anak perusahaan dari Vale bisnis
logam dasar dan produsen nikel kedua terbesar di dunia, merupakan pemegang
saham mayoritas (58.73 persen) Vale Indonesia. Sisanya dimiliki oleh Sumitomo
Metal Mining Co. Ltd. (20.09 persen), publik dan lainnya (21.18 persen).
4.2 Visi dan Misi Perusahan
4.2.1 Visi PT Vale Indonesia Tbk
Menjadi perusahaan sumberdaya alam global nomor satu dalam
menciptakan nilai jangka panjang melalui keunggulan kinerja dan kepedulian
tehadap manusia dan alam.
4.2.2 Misi PT Vale Indonesia Tbk
Mengubah sumderdaya alam menjadi sumber kesejahteraaan dan
pembangunan yang berkelanjutan.
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut ini adalah struktur organisasi PT Vale Tbk per tanggal 30 Maret
2012
-
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Vale Tbk
Sumber: Annual Report PT Vale Indonesia Tbk 2011
4.4 Nilai-Nilai PT. Vale Tbk
Nilai-nilai PT. Vale Tbk, yang mencangkup:
a) Kepedulian terhadap manusia.
b) Kehidupan adalah hal terpenting: Keselamatan jiwa lebih penting
daripada keuntungan materi semata.
c) Menghargai Karyawan: Membimbing dan membuka peluang bagi
perkembangan individu, memberikan penghargaan terhadap prestasi
seseorang tanpa memandang latar belakang mereka, mendukung
keberagaman dan mengakui aspirasi serta kebutuhan individu.
d) Menjaga Kelestarian Bumi: Komitmen terhadap perkembangan
masyarakat, lingkungan dan ekonomi dalam berbagai keputusan
bisnis.
e) Kesempurnaan.
f) Melakukan hal yang benar: Mendukung kepercayaan yang didasarkan
pada komunikasi yang terbuka dan jelas, bertindak adil, penuh
integritas dan tunduk terhadap aturan hukum.
g) Tumbuh kembang bersama: Berjuang untuk terjalinnya kerja sama,
peningkatan dan inovasi yang terus-menerus, penegakan disiplin
kerja untuk meningkatkan nilai-nilai jangka panjang.
h) Mewujudkan tujuan: Suka tantangan, kemampuan beradaptasi,
bangga atas prestasi dan apa yang telah dilakukan dalam menbentuk
dunia.
-
4.5 Kekuatan PT. Vale Tbk
Kami percaya kekuatan perseoran kami akan menyumbangkan
keberhasilan di Indonesia untuk menjadi pemimpin di industri nikel. Di bawah ini
adalah faktor-faktor kunci keberhasilan operasi kami:
a) Produsen nikel dalam matte berbiaya rendah: Percaya bahwa posisi
kami sebagai produsen nikel berbiaya rendah didukung oleh
cadangan bijih yang bermutu tinggi, tenaga kerja yang terlatih dan
berpengalaman, dan fasilitas pembangkit listrik tenaga air yang
murah.
b) Efisiensi energi dan pengurangan biaya: Pada bulan Oktober 2011,
kami menyelesaikan proyek pembangkit listtik tenaga air Karebbe,
inisiatif utama program efisiensi energi dan pengurangan biaya kami.
Dari perspektif lingkungan hidup, sumber energi terbarukan ini akan
menghilangkan beberapa ratus ribu metrik ton emisi gas rumah hijau
per tahun, dibandingkan dengan pasokan tenaga thermal. Kami juga
berharap akan menyelesaikan proyek konversi batu bara dan
transportasi di waktu dekat ini. Tujuan utama proyek ini adalah
mengkonversi sumber energi pengering dari HSFO menjadi bubuk
batubara, dan termasuk pembaharuan infrastruktur penangangan
bahan komoditas besar kami. Proyek ini akan memberikan kami
keleluasaan untuk memilih batubara atau HSFO tergantung faktor
-
ekonomis yang terkait dengan sumber bahan bakar penggunaannya,
dan dapat mengurangi biaya kas operasi kami.
c) Kontrak penjualan jangka panjang dan kontrak-kontrak lain dengan
pelanggan utama: Seluruh produksi kami dijual kepada dua
pelanggan utama, yang wajib membeli seluruh produksi nikel dalam
matte kami (VCL 80% dan SMM 20%). Perjanjian penjualan ini
bersifat jangka panjang harus ambil dalam denominasi dollar AS,
dengan jangka waktu sampai Kontrak Karya berakhir. VCL dan SMM
memiliki kepentingan strategis jangka panjang terhadap
kesinambungan keberhasilan operasi kami. Kami juga memperoleh
manfaat dari perjanjian bantuan manajemen dan teknologi jangka
panjang dengan VCL, yang berlangsung hingga Kontrak Karya
berakhir.
d) Cadangan bijih yang kuat: Per 31 Desember 2011, perkiraan
cadangan mineral adalah 72,1 juta metrik ton cadangan bijih terbukti
berkadar nikel 1,84% dan 37,3 juta metrik ton cadangan bijih terduga
berkadar nikel 1,70%. Kami yakin bahwa cadangan bijih terbukti dan
terduga ini cukup untuk mendukung operasi PT Vale selama sekitar
25 tahun pada tingkat produksi saat ini.
e) Profil keuangan yang kuat dengan risiko terbatas terhadap mata uang
lokal: Kami selalu membukukan laba setiap tahun sejak tahun 1987,
mencapai laba tertinggi di tahun 2007, termasuk di tengah krisis
ekonomi dunia pada tahun 2008 hingga 2009. Meskipun beroperasi di
Indonesia, risiko kami terhadap mata uang lokal terbatas karena
seluruh penghasilan kami dalam dollar AS, sesuai dengan perjanjian
penjualan kami; lebih lagi, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar
-
AS telah stabil selama beberapa tahun ini dengan harapan ekonomi
Indonesia akan tetap membaik di tahun-tahun mendatang.
4.6 Vale: Pemimpin Global
4.6.1 Tanggung jawab Lingkungan Hidup
Vale adalah pemimpin global dalam perlindungan lingkungan hidup dan
keberlanjutan. Berikut adalah beberapa pencapaian kami:
1. Vale adalah pemimpin dari rehabilitasi lingkungan.
2. Vale adalah perusahaan tambang berperingkat tinggi di dunia, dalam
hal emisi karbon yang dihasilkan per pendapatan.
3. Vale melindungi sekitar 11.000 km persegi alam di seluruh dunia.
4.6.2 Tanggung jawab Sosial
Vale menunjukkan komitmen kami terhadap tanggung jawab sosial
seluruh dunia lewat:
1. Penciptaan peluang kerja
2. Stimulasi pertumbuhan ekonomi
3. Komitmen berkelanjutan untuk mempekerjakan dan melatih pekerja
lokal.
4. Pendirian dan dukungan untuk program-program pendidikan dan
budaya
5. Investasi strategis dalam inisiatif tanggung jawab sosial.
4.6.3 Keunggulan Kompetitif Vale
-
1. Talent Management: Kami akan menjadi pusat bakat dan
kepemiminan, memastikan sumber daya manusia yang tepat.
2. Business Model Innovation: Kami selalu mencari cara-cara dan
peluang baru untuk meredefinisikan landasan persaingan kami,
membuka potensi nilai tambah dalam bisnis kami saat ini dan lewat
peuang-peluang baru.
3. Technologikal Innovation and Operational Excellence: Kami akan
memastikan bahwa kami menggunakan ahli-ahli terbaik dalam
bidangnya di bidang teknik, pemasok dan pelaksanaan proyek, agar
proyek dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan anggaran yang
ditentukan dan dengan kualitas yang baik.
4. Sustainability: Kami akan menjadi mitra pilihan masyarakat dan
pemerintah secara global karena kemampuan kami untuk berinvestasi
dan mengembangkan sumber daya alam, mempromosikan
kesejahteraan social dan ekonomi, dan menghargai lingkungan hidup.
4.7 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terdapat di
PT.Vale, Tbk
4.7.1 Program Kesehatan Kerja
Pada tahun 2011, PT Vale menginvestasikan lebih dari AS$5 juta untuk
inisiatif-inisiatif di bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan
pengembangan masyarakat. Perseroan juga berinvestasi dalam berbagai
program pengurangan emisi sulfur. Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja,
Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja mencakup imbalan kerja yang terkait
dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan imbalan kesehatan paska kerja.
-
Perseroan memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan dalam Surat
Keputusan No. Kep 434/KM.17/1997 tanggal 31 Juli 1997, yang diumumkan
dalam lembaran negara No. 73/1997 tanggal 12 Septermber 1997, untuk
mendirikan Dana Pensiun International Nickel Indonesia, suatu dana pensiun
yang dikelola secara tersendiri, dimana karyawan tertentu yang diterima sebagai
karyawan sebelum 1 Januari 2011 yang telah memiliki persyaratan masa kerja
yang disyaratkan berhak untuk memperoleh imbalan tertentu, apabila karyawan
tersebut pensiun, cacat, atau meninggal dunia. Perseroan juga telah menunjuk
pihak ketiga untuk mengelolaprogram kesehatan paska kerja melalui mekanisme
pembayaran iuran bulanan.
Melakukan pemantuan dan sistem evaluasi pemantuan kerja dalam
lingkungan kerja, meningkatkan kesadaran karyawan terhadap lingkungan kerja
yang yang sehat, , meningkatkan instigasi dan inspeksi audit tentang lingkungan
kerja yang sehat. Selain itu tersedianya pelayanan rumah sakit yang bisa
dipergunakan seluruh karyawan untuk melakukan pemeriksaan . Hal tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi menurunnya produktifitas yang diakibatkan
sering absen karena sakit ataupun karena kecelakaan kerja. Serta biaya
pengobatan, dirawat, dioperasi, dan sebagainya menjadi tanggung jawab
perusahaan.
4.7.2 Program Keselamatan Kerja
PT Vale menganggap pentingnya variable Program Keselamatan Kerja,
hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan alat-alat perlindungan diri
seperti sarung tangan dan masker di tempat kerja, pemakaian helm kerja, ada
pengaturan udara yang cukup, ada petunjuk dan peringatan di tempat kerja.
khususnya yang berada di Departemen Proses bagin Converter sebelum
-
karyawan melakukan kerjanya diberikan pengetahuan tentang resiko bahaya di
tempat kerja, memantau penggunaan alat selama bekerja.
Pemimpin-pemimpin operasional di PT Vale menerima pelatihan ekstensif
untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan mereka bertanggung jawab untuk
menjadi panutan bagi angota tim mereka. Metodologi yang di gunakan termasuk
Audit Keselamatan Tingkat Tinggi, yang dilakukan secara rutin untuk memastikan
area kami beroperasi sesuai dengan standar keselamatan secara konsisten, dan
hasil dari audit-audit tersebut menjadi kriteria evaluasi dari Employee
Performance Scorecards. Selain itu, Perseroan juga mengintegrasikan Major
Hazard Standards kami dengan standar global Vale, dan dengan menyediakan
pelatihan tambahan bagi para pemimpin dan karyawan yang terlibat dalam aspek
operasional yang memiliki risiko tambahan.
Pencapaian di bidang kesehatan lingkungan dan keselamatan selama
2011 termasuk keberhasilan PT Vale mencapai 13 juta jam kerja tanpa Lost Time
Injury. Ini adalah pencapaian kelas dunia, dan karyawan PT Vale berhak atas
ucapan selamat. Investasi pada karyawan terlihat jelas dari lebih dari 110.000
jam-karyawan yang didedikasikan untuk aktivitas pelatihan dan pengembangan
karyawan. Ini adalah peningkatan sebanyak 21.000 jam-karyawan atau 24
persen dari tahun sebelumnya.
4.7.3 Pentingnya Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi PT Vale
Dari enam nilai-nilai yang juga ditegakkan di semua organisasi Vale
lainnya di seluruh dunia yang pertama dan paling penting adalah hidup sangat
berharga. Kami telah membuat Kesehatan dan Keselamatan para karyawan
kami prioritas nomor satu. Lebih dari sekedar retorika, kami membuat prosedur
dan proses Kesehatan dan Keselamatan menjadi instrumental, dan
memberdayakan karyawan-karyawan kami untuk berperan sebagai teladan
-
dalam mempraktekkan hal tersebut secara efektif dan konsisten. Pendekatan
kami terhadap Kesehatan dan Keselamatan dimulai dengan menimbulkan
kesadaran terhadap berbagai macam risiko dan pentingnya mengurangi risiko
tersebut.
Pada bulan Februari 2011, gempa bumi dan badai petir di Sorowako
mengganggu produksi. Akibat dari peristiwa alam ini, sambungan listrik dan
beberapa fasilitas kami terganggu sehingga menyebabkan penghentian produksi
sementara. PT Vale tidak akan pernah mengkompromikan keselamatan
karyawannya, sehingga semua kegiatan operasi dihentikan hingga kami
menyelesaikan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk memastikan operasi
yang benar dan aman sebelum dimulai kembali.
Berikut ini adalah beberapa pencapaian PT Vale selama 2011:
Keselamatan:
1. Implementasi Vale Critical Activity Requirement (CAR).
2. 94,9% tingkat kepatuhan terhadap CAR, dan 100% tingkat kepatuhan
hukum. Audit ini dilaksanakan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh
Vale.
3. Mencatat 1,62 Total Reported Incident Frequency Rate (TRIFR)
4. 26 kasus Total Reported Incident ( TRI).
5. Implementasi Modul Safety - SAP (SAP Modul Safety).
Kesehatan:
1. Implementasi SAP Modul Industrial Hygiene.
2. Penelitian mengenai Asbes di dalam bijih mineral.
3. Program pemantauan resiko terekspos paparan kerja untuk terhadap
Resiko Kesehatan Kerja kuantatif.
-
4. Melanjutkan pemantauan ruang kerja dalam rangka pemantauan
kondisi kerja dan kepatuhan peraturan yang berlaku.
Kebakaran dan Penanganan Kondisi Darurat:
1. Berpartisipasi dalam Pekan National Fire and Rescue.
2. Mendapat 2 Medali Emas untuk Penyelamatan dari Sudut Tinggi dan
Latihan Kebugaran Pemadam Kebakaran; dan 1 medali perak untuk
kategori Pemadaman Kebakaran.
Selain keuntungan yang luar biasa bagi PT Vale dan tetangga-tetangga
kami, kami dengan bangga melaporkan bahwa proyek ini menghasilkan 9,4 juta
jam kerja tanpa kecelakaan. Ini adalah rekor baru bagi Perseroan untuk proyek
apapun, dan ini adalah bukti positif keberhasilan kami dalam menerapkan
praktikpraktik keselamatan di tempat kerja.
-
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Responden (sampel) dalam penelitian ini adalah karyawan yang lokasi
kerjanya di bagian Converter yang terdapat di dalam Departemen Proses
sebanyak 100 orang. Sampel yang dipilah adalah karyawan yang tentunya
berhubungan dan berkaitan dengan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
sehingga dapat mengetahui atau menilai Produktivitas Karyawan di PT. Vale
Indonesia, Tbk. Terdapat 4 karakterisitik responden yang dimasukkan dalam
penelitian ini, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan
masa kerja. Untuk memperjelas karakteristik responden yang dimaksud,maka
disajikan tabel mengenai data responden seperti dijelaskan berikut ini:
1. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Data diolah, 2012
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari responden yang berjumlah 100 orang,
ternyata dikuasai oleh laki-laki sebanyak 100 orang (100%) dan sama sekali
tidak terdapat perempuan. Mengingat kebanyakan karyawan yang ada di bagian
ini bekerja di lapangan yang tentunya kebanyakan laki-laki atau semuanya
adalah laki-laki.
Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
(orang) (%)
Laki-laki 100 100 Perempuan - -
Total 100 100
-
2. Usia
Tabel 5.2
Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
(orang) (%)
45 Tahun 7 7
Total 100 100 Sumber : Data diolah, 2012
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, yang paling
banyak berada pada kisaran usia 26 35 tahun sebanyak 56 orang. Untuk
kisaran usia 36 - 45 tahun sebanyak 35 orang. Sedangkan pada kisaran usia >45
tahun sebanyak 7 orang dan responden yang paling sedikit berada pada kisaran
usia
-
sedangkan yang terakhir tidak ada yang berpendidikan D-III. Hal ini menunjukkan
bahwa latar belakang pendidikan responden didominasi oleh SMA/SMK.
4. Masa Kerja Responden
Tabel 5.4
Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase
(orang) (%)
20 Tahun 11 11
Total 100 100 Sumber : Data diolah, 2012
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, responden
terbanyak berada pada kisaran masa kerja 11 15 tahun sebanyak 31 orang.
Untuk kisaran 6-10 tahun sebanyak 28 orang. Sedangkan untuk kisaran 20 tahun sebanyak 11 orang dan responden
yang paling sedikit berada pada kisaran 16 20 tahun sebanyak 4 orang.
5.2 Penentuan Range
Survei ini menggunakan skala likert dengan bobot tertinggi di tiap
pertanyaan adalah 5 dan bobot terendah adalah 1. Dengan jumlah responden
sebanyak 100 orang, maka :
Range= Skor tertinggi-Skor terendah Range Skor
Skor tertinggi : 100 x 5 = 500
-
Skor terendah : 100 x 1 = 100
Sehingga range untuk hasil survei yaitu : 500-100 = 80 5 Range skor :
100 180 = Sangat Tidak Baik 341 420 = Baik
181 260 = Tidak Baik 420 500 = Sangat Baik
261 340 = Kurang Baik
5.3 Perhitungan Skor
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan, maka berikut ini
digambarkan hasil pengisian kuesioner :
Tabel 5.5
Tanggapan Responden terhadap Variabel Program Kesehatan Kerja (X1)
PERTANYAAN
Tingkat Jawaban Responden
SKOR Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
F % F % F % F % F % 1. Ruang kerja yang bersih dan nyaman adalah ruang kerja yang memiliki ventilasi udara yang cukup dan bersih.
55 55 37 37 6 6 2 2 - - 445
2. Penerangan yang baik dalam ruang kerja mempengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja.
61 61 32 32 6 6 - - 1 1 452
3. Apakah dengan adanya ruang kerja yang bersih mempunyai pengaruh yang baik pada kelangsungan kerja karyawan?
72 72 28 28 - - - - - - 472
4. Pengaturan suhu udara pada penggunaan AC dalam ruang kerja memberikan kenyamanan pada karyawan dalam bekerja
64 64 36 36 - - - - - - 464
-
5. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada karyawan telah cukup baik. 18 18 54 54 21 21 6 6 1 1 382
Rata-rata 443
Sumber : Data diolah, 2012
Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tanggapan
responden terhadap variabel Program Kesehatan Kerja bersifat positif. Sehingga
dapat dikatakan bahwa karyawan menilai PT Vale Indonesia Tbk memiliki
tanggungjawab yang tinggi terhadap Kesehatan Kerja. Hal tersebut terlihat dari
nilai rata-rata penilaian responden yang berada range ke lima ( Sangat Baik )
dengan perolehan skor rata-rata sebesar 443.
Tabel 5.6
Tanggapan Responden terhadap Variabel Program Keselamatan Kerja (X2)
PERTANYAAN
Tingkat Jawaban Responden
SKOR Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
F % F % F % F % F % 1. Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh karyawan telah memenuhi standar keselamatan kerja.
39 39 52 52 9 9 - - - - 430
2. Dalam bekerja karyawan harus selalu menggunakan peralatan keselamatan kerja yang telah disediakan oleh perusahaan.
62 62 36 36 2 2 - - - - 460
3. Semua peralatan keselamatan dipelihara tetap dalam kondisi bersih, baik, dan siap digunakan.
45 45 48 48 7 7 - - - - 438
4. Apakah pemeliharaan fasilitas-fasilitas misalnya alat-alat pemadam kebakaran, untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja karyawan cukup baik?
17 17 62 62 19 19 2 2 - - 394
-
5. Penggunaan mesin-mesin selalu dilengkapi dengan alat-alat pengaman yang dibutuhkan.
30 30 56 56 14 14 - - - - 416
Rata-rata 427, 6
Sumber : Data diolah, 2012
Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tanggapan
responden terhadap variabel Program Keselamatan Kerja bersifat positif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa responden menilai PT Vale Indonesia Tbk
memiliki tanggungjawab yang tinggi terhadap Keselamatan Kerja. Hal tersebut
terlihat dari nilai rata-rata penilaian responden yang berada range ke lima (
Sangat Baik ) dengan perolehan skor rata-rata sebesar 427,6.
Tabel 5.7
Tanggapan Responden terhadap Variabel Produktivitas Karyawan (Y)
PERTANYAAN
Tingkat Jawaban Responden
SKOR Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
F % F % F % F % F % 1. Karyawan harus mampu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu..
23 23 70 70 4 4 3 3 - - 413
2. Peningkatan kinerja yang anda capai sudah sesuai target yang ditetapkan.
13 13 68 68 14 14 4 4 1 1 388
3. Pimpinan anda akan memberikan sanksi tegas kepada anda jika terlambat datang atau menyelesaikan pekerjaan tidak tepat waktu.
10 10 54 54 18 18 13 13 5 5 351
4. Output yang anda hasilkan sudah sesuai atau melebihi standar kerja yang ditetapkan.
16 16 72 72 12 12 - - - - 404
5. Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, anda harus meneliti/mengevaluasi kembali tingkat kesalahan yang mungkin terjadi dalam pekerjaan.
36 36 59 59 5 5 - - - - 431
-
Rata-rata 397,4
Sumber : Data diolah, 2012
Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa tanggapan
responden terhadap variabel Produktivitas Karyawan bersifat positif. Sehingga
dapat dikatakan bahwa responden menilai PT Vale Indonesia Tbk memiliki
tanggungjawab yang tinggi terhadap Produktivitas Karyawan, dan pentingnya
peningkatan Produktivitas kinerja karyawan. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-
rata penilaian responden yang berada range ke empat ( Baik ) dengan perolehan
skor rata-rata sebesar 397,4.
5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
5.4.1 Uji Validitas
Dengan menggunakasn SPSS 17.0 diperoleh data personal correlation
atau R hitung dari tiap variabel kemudian dibandingkan dengan R tabel. Dengan
menggunakan tingkat keyakinan 95%, = 5%, df1 (jumlah variabel -1) = 2, dan
df2 (n-k-1) atau 100-2-1 = 97 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah
variabel independen), hasil diperoleh untuk R-tabel sebesar 0,1975. Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel dibawah:
Tabel 5.8
Hasil Uji Validitas
Instrumen Item Rhitung Keterangan Variabel Pertanyaan Kesehatan Kerja X1.1 0,615 Valid
(X1) X1.2 0,728 Valid X1.3 0.605 Valid X1.4 0,604 Valid X1.5 0,493 Valid
-
Sumber : Data diolah, 2012
Dari tabel diatas tampak bahwa seluruh R hitung tiap pertanyaan memiliki
nilai yang lebih besar dari R tabel. Sehingga diperoleh hasil bahwa semua
pertanyaan dalam kuesioner adalah valid.
5.4.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan suatu instrument yang dapat digunakan sebagai
alat pengumpul data, karena instrumen dapat dipercaya dan reliable yang akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya. Suatu instrument dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai Cronbachs alpha () > 0,60 (Imam Ghozali, 2007 : 42).
Perhitungan nilai koefisien reliabilitas untuk instrument penelitian yang
digunakan diperoleh hasilnya sebagai berikut:
Tabel 5.9
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbachs Alpha Keterangan
Kesehatan Kerja (X1) 0,735 Reliabel
Keselamatan Kerja(X2) 0,781 Reliabel
Produkivitas Karyawan (Y) 0,742 Reliabel Sumber : Data diolah, 2012
Keselamatan Kerja X2.1 0,655 Valid (X2) X2.2 0,672 Valid
X2.3 0,769 Valid X2.4 0,700 Valid X2.5 0,755 Valid
Produktivitas Karyawan Y1 0,581 Valid (Y) Y2 0,670 Valid
Y3 0,760 Valid Y4 0,529 Valid Y5 0,532 Valid
-
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas instrumen
penelitian, menunjukkan cronbachs alpha > 0,60 maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian tersebut dinyatakan reliabel.
5.5 Analisis dan Pembahasan Pengaruh Progam Kesehatan
Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan
5.5.1 Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil dari analisis (dapat dilihat pada lampiran) dengan
menggunakan program SPSS 17.0 maka diperoleh hasil analisis regresi sebagai
berikut:
Tabel 5.10
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7.415 1.953 3.796 .000
X1 .240 .113 .238 2.118 .037
X2 .343 .105 .367 3.261 .002
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat diperoleh persamaan regresi
berganda sebagai berikut:
Y = 7,415 + 0,240 X1 + 0,343 X2
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Konstanta (a) sebesar 7,415 berarti walaupun tanpa adanya pengaruh
baik berupa kesehatan kerja maupun keselamatan kerja para karyawan mampu
mencapai produktivitas kerja yang baik (Y) 7,415.
Koefisien b1 0,240 menunjukan bahwa kesehatan kerja (X1) berpengaruh
positif terhadap produktifitas karyawan (Y) yaitu sebesar 0,240. Hal ini berarti
bahwa apabila ada peningkatan program kesehatan kerja maka peningkatan
tersebut akan berpengaruh pada produktivitas karyawan.
5.6 Uji Koefisien Regresi Secara Bersamaan (Uji F)
Koefisien b2 0,343 menunjukan bahwa keselamatan kerja (X2) berpengaruh
positif terhadap produktivitas karyawan (Y) yaitu sebesar 0,343. Hal ini berarti
bahwa apabila ada peningkatan program keselamatan kerja maka peningkatan
tersebut akan berpengaruh pada produktivitas karyawan.
5.5.2 Analisis Korelasi
Tabel 5.11
Hasil analisis pengaruh program kesehatan dan keselamatan kerja
terhadap produktivitas karyawan seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.11
diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi(R) = 0,553. Hal ini berarti pengaruh
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .553a .306 .292 1.83475
Sumber : Data diolah, 2012
-
program kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan
bersifat signifikan karena nilai R = 0.553 mendekati 1.
5.5.3. Koefisien Determinisasi
Tabel 5.11 juga memperlihatkan nilai koefisien determinasi (R-square) yang
digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (X1 dan
X2) terhadap variabel dependen (Y) sebesar 0,306. Hal ini berarti bahwa
peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh faktor program kesehatan dan
keselamatan kerja sebesar 30,6% dan sisanya yaitu sebesar 69,4% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain di luar program kesehatan dan keselamatan kerja
Uji F bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel Kesehatan
dan Keselamatan kerja terhadap Produktivitas Karyawan secara bersama-sama.
1. Merumuskan hipotesis
H0 = tidak ada pengaruh signifikan antara Kesehatan dan Keselamatan
Kerja secara bersama-sama terhadap produktivitas karyawan
Departemen Proses pada pada PT. Vale Indonesia, Tbk.
H1= ada pengaruh signifikan antara Kesehatan dan Keselamatan Kerja
secara bersama-sama terhadap Produktivitas Karyawan
De