ayat kosmologi
DESCRIPTION
pembicaraan al-qur'an seputar penciptaan alam semesta: proses tercipta dan kehancurannyaTRANSCRIPT
Ayat-Ayat Kosmologi
Abstrak
Pembahasan ayat-ayat tentang penciptaan alam semesta terkait dengan ayat-ayat
kauniyah. Penafsirannya dibantu dengan pendekatan ilmu pengetahuan agar makna
ayat-ayat tersebut dapat diselami. Para mufassir klasik maupun modern mencoba
menjelaskannya dengan ulum at-tafsir juga didekati dengan pendekatan ilmu
pengetahuan yang tentu saja sesuai dengan perkembangannya pada masa itu.
Kebenaran ilmiah yang dipaparkan al-Qur’an, tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut
untuk menunjukkan kebesaran Allah dan ke-Esaan-Nya. Serta mendorong manusia
seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman
dan kepercayaan kepada-Nya.
Kata kunci: kosmologi, penciptaan alam semesta, penafsiran, dan ilmu pengetahuan
A. Pendahuluan
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, orang mulai melakukan pengamatan
lebih rasional terhadap alam semesta. Astronomi berkembang, dari pengamatan
bintang dan planet melebar ke studi struktur dan evolusi alam semesta. Lahirlah
Kosmologi, sains yang mencari pemahaman fundamental alam semesta1.
Menarik jika kita melihat hubungan Sains dengan Teologi. Kosmologi Islam
menjadi contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis di
antara kedanya: bagaimana sains membantu memahami al-Quran. Tulisan ini akan
menyajikan bagaimana Islam mengajarkan Kosmologi pada umat manusia dari
literatur paling utama: al-Quran. Dan kemudian kita akan melihat bagaimana sains
membahas dalam kasus yang sama. Bukan bermaksud untuk mencocok-cocokkan
agama dengan sains atau sebaliknya2.
Sebagai muslim tentu percaya al-Quran mutlak kebenarannya, walau mungkin
kemampuan kita belum cukup memahami maknanya. Sementara kebenaran sains itu
relatif, sebuah teori (dalam sains) dianggap benar selama tidak ada teori yang
membuktikan itu salah. Teori yang dianggap benar sekarang bisa jadi usang 100 tahun
lagi. Pemaparan literatur sains yang dilakukan adalah sejauh pemahaman sains itu 1 ? Kosmologi Islam: Dari Literatur ke Sains, Febdian.net
2 Ibid
sendiri dan teknologi yang menyertainya. Topik ini enak dibahas tapi beresiko besar
terjebak dalam pembahasan “kemutlakan agama” 3.
Pengamatan kita tentang alam semesta ini dalam kerangka meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Yakni dengan menyaksikan tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran-Nya melalui ayat –ayat kauniyah-Nya yang terhampar luas
di alam semesta.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? QS. Al-Fush-shilat/41: 9
Pengertian afaq dalam ayat di atas sangat luas dan mendalam. Mencakup semua
yang ada di langit dan di bumin serta di antara keduanya. Semua itu dalam penjelasan
al-Qur’an merupakan tanda-tanda kekuasaan-Nya4.
Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah yang akan dibahas dalam kesempatan ini
adalah tentang ayat-ayat tentang penciptaan alam semesta (kosmologi). Untuk
memahami ayat-ayat kauniyah (terkait dengan fenomena alam) ini, penafsirannya
perlu menggunakan pengetahuan kosmologi sehingga pesan-pesan yang terdapat
dalam ayat tersebut dapat difahami dengan baik.
B. Ayat-Ayat tentang Penciptaan Alam Semesta dan Penafsirannya
Dalam meruntut pembicaraan al-Qur’an tentang Kosmologi, pemakalah
dalam penentuan ayat- ayat yang terkait, mengambilnya dari konsep yang ditawarkan
Achmad Baiquni tentang penciptaan alam semesta dalam bukunya Al-Qur’an dan
Ilmu Pengetahuan Kealaman. Karena pembahasannya sejalan dengan pengetahuan
Kosmologi modern.
Lalu ayat-ayat yang telah ditentukan tersebut diuraikan penafsirannya
menggunakan Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Karya M.
Quraish Shihab dan Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib karangan Fakhr ad-Din ar-
Razi. Hal ini untuk mewakili penafsiran ulama yang menggunakan pendekatan
3 Ibid4 ?Ichwan, Mohammad Nor, Tafsir ‘Ilmiy, Memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan Sains
Modern, Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2004, Cet.ke-1, h. 188
2
ilmiyah sebagai salah satu pendekatan penafsirannya. M. Quraish Shihab mewakili
mufassir modern dan Fakhr ad-Din ar-Razi mewakili mufassir klasik.
Ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan penciptaan alam semesta5 itu
adalah:
1. QS. al-Anbiya’/21: 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? QS. al-Anbiya’/21: 30
Tema sentral QS. al-Anbiya’ adalah tentang kenabian. Ia dawali dengan uraian
tentang dekatnya hari kiamat dan keberpalingan manusia dari ajakan kebenaran6 Ayat
ini termasuk dalam pengelompokan ayat (ayat 21-33 QS. al-Anbiya’) yang berbicara
tentang bukti keesaan Allah dan kuasa-Nya. Setelah pada ayat sebelumnya
mengemukakaan tentang berbagai argumen tentang keesaan Allah baik yang bersifat
aqli maupun naqli; yakni yang bersumber dari kitab-kitab suci, maka kini kaum
musyrik diajak untuk menggunakan nalar mereka guna sampai pada kesimpulan yang
sama dengan apa yang dikemukakan itu.7 Kata ratqan dari segi bahasa berarti terpadu8
atau tertutup9 sedang fafataqnaahumaa terambil dari kata fataqa yang berarti terbelah/
terpisah10. Ibnu ‘Abbas menyatakan lalu Allah memisahkan keduanya dan Dia
mengangkat langit ke posisi di mana ia berada sedang Bumi tetap pada tempatnya.
Ka’ab mengatakan bahwa Allah menciptakan langit yang padu lalu Ia menciptakan
uadara yang dihembuskan ke tengh-tengah keduanya sehingga keduanya terpisah11.
Langit itu dikatakan ratqan apa bila tidak turun hujan dan bumi dikataka ratqan bila
tidak ada retakan. Lalu Allah memisahkan keduanya dengan air dan tumbu-tumbuhan
yang menjadi rezki bagi manusia12.
5 Pencantuman dan pengurutan ayat- ayatnya pun sama dengan yang terdapat dalam buku Achmad Baiquni tentang penciptaan alam semesta “Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman”.
6 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 8, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h. 413
7 Ibid, h. 433 dan 4428 Ibid, h. 4429 Razi, ar, Fakhr ad-Din , at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 22, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1, h. 140 10 Ibid dan Shihab, Op.cit, h. 442 11 Razi, Loc.cit 12Manzur, Ibnu, TTh, Lisan al-‘Arab, Jilid 3, TTp: Dar al-Ma’arif, h. 1577
3
Firman Wa ja’alnaa min al-ma-i kull syay-i hayy ada yang memaknainya dalam
arti segala yang hidup membutuhkan air, atau pemeliharan kehidupan segala sesuatu
adalah dengan air, atau kami jadikan cairan yang terpancar dari shulbi (sperma) segala
yang hidup yakni dari jenis binatang13. Sebagian mufassir mengartikannya termasuk
di dalamnya tumbuh-tumbuhan dan pohon yang tumbuh karena ada air yang
menjadikannya subur, hijau dan berbuah14.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan padu.
Alam yang padu itu lalu dipisahkan oleh Allah. Namun al-Qur’an tidak menjelaskan
kapan dan bagaimana terjadinya pemisahannya itu15. Para ulama berbeda pendapat
dalam memahami ayat ini. Di antaranya ada yang memahami dalam arti langit dan
bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumi
pun tidak ditumbuhi pepohonan. Allah lalu membelah langit dan bumi dengan jalan
menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan pepohonan di bumi16. Ada lagi
pendapat yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan sesuatu yang
utuh tidak terpisah, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan
membiarkan bumi di tempatnya berada di bawah lalu memisahkan keduanya dengan
udara lalu langit menurunkan hujan sehingga menumbuhkan tanaman di Bumi dan
Allah menjadikan air sumber kehidupan 17.
Al-Qur’an memerintahkan orang-orang yang kafir, untuk mengamati dan
mempelajari alam semesta yang padu lalu dipisahkan oleh-Nya. Observasi itu
diharapkan dapat mengantarkan mereka kepada keimanan atas kemahakusaan-Nya.
2. QS. Adz-Dzariyat/51: 47
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami
benar-benar berkuasa. QS. Adz-Dzariyat/51: 47
Tema utama QS Adz-Dzariyat adalah uraian tentang hari kiamat yang dibuktian
antara lain dengan membuktikan keesaan Allah. Ayat di atas termasuk kelompok ayat
13 Shihab, Op.cit, h. 441 14 Razi, Op.cit, h. 141 15 Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998, Cet.ke-IV, h.171
16 ? Shihab, al-Mishbah jilid 8, Op.cit, h. 442-443 17 ? Ibid, h. 443 bandingkan dengan Humad, As’ad Mahmud, Aysar at-Tafasir: Tafsir, Asbab an-Nuzul, Ahadits, Namazij I’rab, Jilid II, Dimsyiq: TP, 1992, h. 11 Humad, Op.cit, h. 405
4
38- 51 QS. Adz-Dzariyat) yang membuktikan keesaan Allah dengan tokoh sentralnya
nabi Musa18.
Menurut al-Biqa’i ayat yang sebelumnya menegaskan bahwa siksa yang
menimpa generasi yang terdahulu bersumber dari atas langit. Boleh jadi ada yang
menduga bahwa hal tersebut disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada ciptaan
Allah—di langit itu. Ayat ini menampik dugaan tersebut sambil menegaskan
kekokohan dan kuatnya ciptaan Allah itu19. Kata ayd bentuk jamak dari yad/ tangan.
Banyak ulama yang mengartikannya kuasa dan ada juga yang mengartikannya nikmat.
Maha luas Kuasa serta Maha luas Nikmat-Nya. Kalimat wa innaa lamuusi’uun/
sesungguhnya kami benar- benar maha Luas difahami oleh al-Biqa’i dengan
pengertian maha Kaya lagi maha Kuasa tanpa batas. Terambil dari kata wus’u yakni
kemampuan20.
Komentar tim pengusun Tafsir al-Muntakhab yang terdiri dari pakar Mesir
kontemporer bahwa ayat ini mengisyaratkan beberapa isyarat ilmiah. Antara lain,
Allah menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaan-Nya. Dia maha Kuasa atas
segala sesuatu. Kata sama’ berarti segala sesuatu yang berada di atas dan menaungi.
Maka segala sesuatu yang ada di sekitar benda langit dan tata surya di sebut sama’.
Alam raya kita amat luas, lalu mengartikan wa innaa lamuusi’uun/ sesungguhnya
kami benar- benar maha meluaskan (yakni alam raya ini) menunjukkan hal itu.
Artinya, kami meluaskan alam itu sebegitu luasnya semenjak diciptakan. Ayat
tersebut juga menunjukkan bahwa meluasnya alam ini terus berlangsung sepanjang
masa21.
3. QS. Al-Fush-shilat/41: 9.
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam". QS. Al-Fush-shilat/41: 9
18 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 13, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h.321 dan 347
19 Ibid, h. 35020 Ibid, h. 35121 Ibid, h. 351-352
5
Tema utama QS. Al-Fush-shilat adalah pembuktian tentang kebenaran al-
Qur’an, bantahan terhadap kepercayan kaum musyrikin serta ancaman terhadap
mereka. Dan tuntunan kepada nabi bagaimana menghadapi mereka22.
Ayat sebelumnya berisikan kecaman terhadap orang musyrikin, baik karena
sikap mereka menyekutukan Allah, keniscayaan kiamat dan kedurhakaan lainnya.
Ayat ini menjelaskan betapa buruknya sikap tersebut sekaligus memaparkan betapa
kuasanya Allah23. Firman-Nya latakfuruwna/ kamu kafir terkait dengan beberapa
persoalan, antara lain: pernyataan mereka bahwa Allah tidak sanggup
membangkitakan kembali orang yang telah meninggal, mempertanyakan tentang
kerasulan nabi Muhammad dan pernyataan mereka bahwa Allah punya anak24. Dan
Perbuatan menyekutukan Allah itu merupakan perbuatan aniaya yang besar (zulmun
kabiirun)25.
4. QS. Al-Fush-shilat/41: 10
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. QS. Al-Fush-shilat/41: 10
Allah menciptakan bumi serta memperindahnya. Juga menciptakan gunung
yang kukuh di atasnya agar bumi yang terus berotasi itu tidak oleng26. Dan ia
melimpahkan aneka kebajikan sehingga ia berfungsi sebaik mungkin da dapat
menjadi hunian yang nyaman buat manusia dan hewan. Serta menentukan kadar
makanan- makanan untuk para penghunyinya. Semua itu telaksana dalam empat hari;
dua hari untuk penciptaan bumi dan dua hari untuk pemberkahan dan penyiapan
makanan bagi para penghuninya27.
Kata qaddara berarti memberi kadar, yakni kualitas, kuantitas cara dan sifat-
sifat tertentu sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dapat juga berarti memberinya
22 ?Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 12, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h.371
23 Ibid, h. 38124Razi, ar, Fakhr ad-Din , at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 27, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1, h. 88 25 Humad, Op.cit, h. 404 26 Razi, Loc.cit27 Ibid, Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 12,
Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h. 381-382 dan Humad, Op.cit, h. 405
6
potensi untuk menjalankan fungsi yang ditetapkan Allah bagi masing-masing. Kata
aqwat merupakan bentuk jama’ dari kata qut yang pengertiannya mencakup makna
pemeliharaan dan pengawasan Allah, sehingga penentuan kadar qut ini tidak hanya
menyangkut makanan jasmani tetapi mencakup pengaturan Allah terhadap bumi yang
menjadi hunian manusia. Sebagai contoh terkait gaya Gravitasi Bumi sehingga ia
berputar/rotasi pada garis edarnya dan. Gaya Gravitasi benda-benda langit ini
melindunginya juga untuk tidak melenceng dari garis edarnya sehingga tidak saling
bertabrakan28. Dan wa qaddara fiyhaa menurut Muhammad ibn Ka’ab menentukan
makanan bagi tubuh sebelum penciptaannya. Mujahid mengatakan Allah menentukan
makanan dari hujan, yang dimaksud di sini makan untuk Bumi bukan untuk
penduduknya29.
5. QS. Al-Fush-shilat/41: 11
Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". QS. Al-Fush-shilat/41: 11
Kata tsumma/kemudian dipahami sementara ulama bukan dalam arti jarak waktu
karena Allah tidak membutuhkan jarak waktu untuk menciptakan sesuatu. Tetapi
mengisyaratkan kehebetan ciptaan langit jauh melebihi penciptaan Bumi. Memang
Bumi kita kecil dalam samudera alam semesta yang luas. Dan kata istawa digunakan
dalam arti menguasai. Pada ayat di atas ia merupakan ilustrasi kehendak dan kuasa
Allah menciptakan langit. Ini sama sekali bukan berarti Allah menuju ke satu tempat
dan berpindah ke sana karena ia Maha Suci dari tempat dan waktu30. ‘Arsy Allah
berada di atas air sebelum penciptaan langit dan Bumi. Lalu Allah menjadikan air itu
panas sehingga menimbulkan buih dan asap. Adapun buih yang berada di atas air lalu
Allah menjadikannya kering maka terciptalah Bumi. Adapun asap maka ia naik dan
tinggi, Allah menjadikannya bahan dasar langit 31
Kata dukhan biasanya diterjemahkan asap. Para ilmuan--di antaranya Zaghlul
an-Najjar-- memahaminya dalam arti satu benda yang terdiri pada umumnya dari gas 28 Shihab, Ibid, h.384-38529 Razi, Op.cit, jilid 27, h. 9030 Shihab, al-Mishbah, Op.cit, Jilid 12, h. 38731 Razi, Loc.cit, jilid 27
7
yang mengandung benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna gelap atau
hitam dan mengandung panas32 ada juga yang mengartikannya dengan kabut33.
Firman-Nya I’tiyaa thau’an au karhan/ datanglah kamu berdua suka atau
terpaksa. Ini ilustrasi yang mengibaratkan langit dan bumi sebagai satu sosok yang
diperintah. Sayyid Quthub menyatakan sungguh ia adalah isyarat yang mengagumkan
tentang kepatuhan alam raya kepada ketentuan Allah serta hubungan yang erat
menyangkut hakikat alam ini dengan penciptanya—yakni hubungan penyerahan diri
terhadap kalimat dan kehendak-Nya34.
6. QS. Al-Fush-shilat/41: 12
Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. QS. Al-Fush-shilat/41: 12
Kata auha terambil dari kata wahyu yakni isyarat yang cepat yang
menginformasikan sesuatu yang disembunyikan. Agaknya penggunaan kata ini yang
mengandung makna kecepatan dan kerahasiaan mengesankan bahwa kerahasiaan
yang menyelubungi langit jauh lebih banyak dan kompleks daripada bumi35
Allah menyempurnakan ciptaan-Nya dan menciptakan langit pada dua hari yang
lain sehingga sempurnalah penciptaan alam kauniyah ini dalam enam hari. Allah lalu
menciptakan dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan alam semesta ini.
Menghiasi langit dunia dengan bintang gemintang yang tunduk pada garis edarnya
selamanya, sehingga datang kiamat36.
Fiman Allah wa awhaa fii kuli samain amraha, menurut Muqatil, Allah
memerintahkan peraturan yang dikehendaki-Nya bagi tiap-tiap langit. Qatadah
mengatakan Allah menciptakan di langit berupa Mata hari, Bulan dan bintang. As-
Saddi Allah menciptakan pada tiap-tiap langit itu malaikat dan di Bumi berupa
samudera, gunung-gunung dan sungai. Pada tiap langit itu terdapat ‘rumah”(seperti
32 Shihab, al-Mishbah, Op.cit, Jilid 12, h. 388 33 ? Humad, Op.cit, h. 405 34 ? Shihab, al-Mishbah, Op.cit, Jilid 12, h. 388-389
35 Ibid, h. 39036 Humad, Op.cit, h. 405
8
Ka’bah) dan para malaikatitu senantiasa thawaf padanya. Yang lain menafsirkannya
bahwa Allah menetapkan bagi masing-masing lagit itu peraturan/ ketentuannya
sendiri-sendiri37.
7. QS. Ath- Thalaq/65 : 12
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. QS. ath- Thalaq/ : 12
Tema QS. ath- Thalaq adalah uraian tentang thalaq dan hal-hal yang terkait.
Pada ayat ini termasuk kelompok ayat 8-12, Allah menyandingkannya dengan
peringatan, tuntunan dengan ancaman, apalagi boleh jadi ada yang merasa enggan
melaksanakan tuntunan itu38
Ayat sebelumnya menjelaskan aneka anugerah Allah yang diterima oleh mereka
yang beriman dan beramal soleh. Untuk lebih meyakinkan kebenaran janji itu ayat di
atas menunjukkan betapa besar kuasa-Nya dengan menyatakan Allah yang
menciptakan tujuh langit dan bumi.39
Firman Allah wa min al-ardhi mitslahunn/ dan Bumi seperti mereka, ada yang
memahaminya dalam arti bilangan bumi seperti bilangan tujuh langit. Pendapat lain
menyatakan keserupaan itu dari sisi penciptaan. Walaupun Bumi itu hanya satu tapi
penciptaanya tak kalah mengagumkan dibandingkan dengan langit yang tujuh40. Fakh
ad-Din ar-Razi menyatakan bumi memiliki tujuh iklim sebagaimana langit dan tujuh
“rasi” bintang yang terdapat di dalamnya. Tujuh “rasi” bintang tersebut masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga masing-masingnya
membawa pengaruh terhadap iklim di bumi yang berbeda pula. Sementara yang lain
menafsirkan tujuh langit itu dengan gelombang, padang pasir, besi, tembaga, perak,
emas, dan permata41.
37 Razi, Op.cit, Jilid 27,h. 9338 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 14,
Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h. 287 dan 30539 Ibid, h. 30840 Ibid41 Razi, ar, Fakhr ad-Din , at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 30, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1, h. 36
9
Dan firman Allah yatanazzal al-amra bainahunn/ perintah Allah berlaku
padanya. Kata ‘amr menurut Thabathaba’i adalah kalimat perwujudan. Bersumber
dari Allah sehingga terwujud dalam kenyataan apa yang diperintahkan itu berupa
dampak sesuatu atau rezki, kematian, kehidupan kemuliaan, kehinaan, perintah-
perintah dan ketetapan-ketetapan Allah lainnya42. Atha’ menyatakan wahyu
diturunkan kepada setiap langit dan bumi tersebut. Muqatil menyatakan ayat di atas
menjelaskan tentang turunnya wahyu dari langit al-‘ulya ke langit sufla43.
8. QS. as-Sajdah/ : 4
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? QS. as-Sajdah/ : 4
Tema utama QS. as-Sajdah yaitu ajakan tunduk kepada Allah, pencipta alam
raya dan manusia serta pengaturnya. Juga tentang kebenaran nabi Muhammad serta
tentang hari Kiamat.44
Kata ayyaam, tentang hari-hari tersebut tidak seorangpun yang mengetahuinya
secara persis. Kondisnya tidak sama dengan hari-hari yang kita kenal (sekarang) di
dunia. Karena pada saat itu sebelum diciptakannya dunia, sebelum diciptakannya
siang dan malam45. Fakhr ad-Din ar-Razi mengartikannya dengan enam priode: langit,
bumi dan sesuatu yang terdapat di antara keduanya terkait dengan zat dan sifat
masing-masingnya46. Zaghlul an-Najjar mengemukakan proses penciptaan alam raya
yang melalui enam priode itu sebagai berikut:
1.priode ratq yakni gumpalan yang menyatu, ini merupakan asal kejadian langit dan Bumi.
2.al-fatq yakni masa terjadinya dentuman dahsyat Big Bang yang pengakibatkan terjadinya awan/ kabut asap.
3.terciptanya unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas hidrogen dan helium.
42 ? Shihab, Op.cit, jilid 14, h. 308-309 dan ar-Razi, Loc.cit, Jilid 3043 ? Razi, Ibid44 ? Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 11,
Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h. 17245 Humad, Op.cit, h. 405 46 Razi, ar, Fakhr ad-Din , at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 25, Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1, h.146-147
10
4.terciptanya Bumi dan benda-benda angkasa dengan berpisahnya awan yang berasap itu serta memadatnya akibat daya tarik
5.masa penghamparan Bumi, serta pembentukan kulit Bumi lalu pemecahannya, pergerakan oasis dan pembentukan benua-benua dan gunung-gunung, serta sungai-sungai dan lain-lannya.
6.priode pembentukan kehidupan dalam bentuknya yang paling sederhana, hingga penciptaan manusia47
Firman Allah tsumma istawa ‘ala al-ardh, ada kalangan mufassir yang berserah
diri untuk menyerahkan maknanya pada Allah sedang sebagian yang lain mencoba
untuk menafsirkannya bahwa ‘arsy itu melambangkan kebesaran/ keagungan suatu
kerajaan48.
9. QS. Hud/11: 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". QS. Hud/11: 7
QS. Hud membicarakan tentang kedudukan, keistimewaan serta tantangan
al-Qur’an, larangan mempersekutukan Allah. Dan Rasulullah bertugas penyampai
berita gembira dan peringatan khususnya menyangkut hari kebangkitan. Surah ini
juga menguraikan tentang pengetahuan Allah, penciptaan, pengaturan, pengendalian-
Nya terhadap alam semesta dan semua makhluk. Serta uraian tentang kebinasaan para
pembangkang dan aneka tuntunan bagi yang taat49.
Ayat sebelumnya berisikan tentang pengetahuan Allah yang tidak terbatas.
Selanjutnya pada ayat ini dijelaskan Dia lah sendiri tanpa bantuan siapapun dalam
menciptakan bumi, langit beserta isinya dalam enam hari50. Dua hari untuk
penciptaan langit, dua hari untuk bumi dan dua hari untuk sarana kehidupan makhluk
untuk sengetahui siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Lalu dilanjutkan
dengan kecaman Allah terhadap orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan.
47 Shihab, Op.cit, jilid 11, h. 17748 Razi, Op.cit, jilid 25, h.14849 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 6,
Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h.18050 Humad, As’ad Mahmud, Aysar at-Tafasir: Tafsir, Asbab an-Nuzul, Ahadits, Namazij I’rab,
Jilid I, Dimsyiq: TP, 1992, h. 11 Humad, Op.cit, h. 526
11
Mereka mengataka bahwa itu hanyalah sihir semata—suatu ilusi yang tidak ada
hakikatnya, sebagaimana sihir yag dapat mempermainkan dan menipu akal untuk
mengalihkan seseorang dari kenikmatan duniawi51.
Kata ayyam yang merupakan bentuk jama’ dari yaum berarti hari. Ada ulama
yang mengartikannya sama dengan pengertian hari (satu hari setara dengan 24 jam)
dengan alasan ayat ini ditujukan kepada manusia dan menggunakan bahasa mereka.
Dan mereka memahami satu hari adalah 24 jam. Sementara yang lain berpendapat
bahwa hari yang dimaksud di sini terkait dengan relativitas waktu sehingga
difahamilah kata yaum berarti priode atau masa yang tidak secara pasti dapat
ditentukan berapa lama waktunya tersebut. Dalam menjelaskan kata yaum, al-Qur’an
memiliki beberapa pengertian, seperti pernyataan bahwa satu hari itu sama dengan
seribu tahun QS. al-Hajj/22: 47 atau lima puluh ribu tahun seperti yang terdapat pada
QS. al-Ma’arij/70: 452.
Kata arsy dari segi bahasa berarti tempat duduk raja atau singgasana. Kata
ini biasa juga difahami dalam arti kekuasaan atau ilmu. Menggutip Thahir ibn Asyur
dalam menafsirkan wa kaana arsyuhu ala al-maa’ menyatakan bahwa air juga telah
tercipta sebelum langit dan bumi. Sementara pakar berpendapat bahwa air dan uap
merupakan bahan penciptaan langit dan bumi. Namun demikian bahwa rincian atau
kaifiyah/caranya tidak dapat dijangkau oleh pemahaman kita53. As’ad Mahmud
Humad menjelaskan bahwa arsy Allah yang Maha pengasih yang Maha mengetahui
hal-hal ghaib yang tidak dapat dijangkau/ ketahui oleh panca indra, tidak dapat
diilustrasikan dengan fikiran. Dan tidak dapat dijelaskan “duduk”-Nya di atas arsy
tersebut54.
Firman wa kaana ‘arsyuhu ‘ala al-maa’ menurut Abu Muslim al-Ashfahani,
mendirikan langit itu di atas air. Ia menjelaskan bahwa apabila Allah membangun
langit di atas air adalah sesuatu yang baru dan menakjubkan. Karena bangunan
sesuatu yang lemah (langit) jika tidak didirikan di atas tanah yang padat tidak akan
kokoh. Maka mengagumkan mendirikannya di atas air55.
M. Quraish Shihab menyatakan bahwa janganlah mengatakan alam yang
sedemikia luas, sedang manusia begitu kecil. Tidak wajar menciptakan semua hanya
51 Shihab, Op.cit, Jilid 6, h. 196- 19752 Ibid, h. 19753 Ibid, h. 19954 Humad, Op.cit, Jilid I, h. 52655 Razi,Op. cit,Jilid 30, h.150
12
untuk mengujinya. Karena ada tujuan yang lain yang tidak disebutkan Allah di sini.
Allah menciptakannya bagi yang lain, tapi karena al-Qur’an diturunkan untuk
manusia sehingga apa yang berkaitan dengan tugas mereka saja yang diuraikannya
dan agar pada diri manusia lahir kesadaran untuk memanfaatkan kehadiran alam raya
semaksimal mungkin guna menyukseskan tujuan penciptaan dan kekhalifahan
mereka56.
Firman Allah inna hadza illaa sihr mubiin, sihir adalah berbuatan batil yang
nyata57.
10. QS. Fathir/35: 41
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun QS. Fathir/35: 41
Menurut Thabathaba’i QS. Fathir tema pokoknya menjelaskan terntang tiga
prinsip pokok ajaran Islam. Yakni keesaan Allah, risalah kerasulan, dan hari
kebangkitan sambil menguraikan bukti-buktinya. Setelah menguraikan nikmat-nikmat
Allah yang terbentang di langit maupun di Bumi, sambil menjelaskan pengaturannya
yang begitu teliti menyangkut alam raya, khususnya manusia. Ada pun ayat di atas
termasuk dalam kelompok (ayat 39-45) yang berbicara tentang keesaan Allah58.
Setelah ayat sebelumnya membuktikan bahwa tidak adanya keterlibatan siapa pun
menyangkut penciptaan dan pengaturan alam, pada ayat ini membuktikan bahwa
Allah adalah al-Qayyim—satu-satunya yang menangani dan mengatur alam sempurna
sehingga terlaksana secara sempurna segala kebutuhan makhluk di langit dan di
Bumi59.
Kata yumsiku pada awalnya berarti memegang sesuatu dengan tangan sehingga
yang dipegang tidak lepas atau berpencar. Ayat mengilustrasikan kamantapan sistim
alam semesta yang dikendalikan oleh Allah. Hal ini bagaikan sesuatu yang dipegang
sehingga tidak dapat lepas kecuali bila yang memegang kendali melepaskannya. Di
56 Shihab, Loc.cit, Jilid 6 57 Razi, Op. cit,Jilid 30, h.151
58 Shihab, Op.cit, Jilid 11, h. 421 dan 48259 Ibid, h. 487-488
13
antaranya Allah mengatur peredaran alam semesta ini melalui gaya gravitasi.
Sehingga masing-masingnya beredar sesuai dengan orbitnya60.
Kata tazulaa dan zaalataa terambil dari kata zaala yang berarti lenyap, binasa
atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Dan kedua pengertian itu dapat
digunakan pada ayat di atas. Allah Pengatur peredaran benda-benda langit sehingga
tidak tidak saling bertabrakan dan binasa. Serta mengatur rotasinya sehingga tidak
berpindah dan bergerak kecuali kecuali ke arah yang telah ditetapkan-Nya. Firman
Allah:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya QS. Yasin/ 36: 40
Firman-Nya lain zaalataa mengisyaratkan bahwa suatu saat alam semesta akan
lenyap atau bergerak yang tidak menentu arahnya sehingga lalu Aterjadi tabrakan. Itu
terjadi menjelang kiamat ketika Allah melepaskan “genggaman-Nya” terhadap langit
dan bumi sehingga masing-masing tanpa pengaturan61.
11. QS. al-Anbiya’/21: 104
(Yaitu) pada hari kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana kami Telah memulai panciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya. QS. al-Anbiya’/21: 104
Ayat QS. al-Anbiya’/21: 104 ini termasuk ke dalam kelompok ayat 92- 112
QS. al-Anbiya’ merupakan kelanjutan dari penjelasan kelompok ayat sebelumnya
yang berbicara tentang para nabi yang diutus Allah. Mereka semua membawa ajaran
yang mempunyai prinsip-prinsip yang sama, yakni Islam. Selanjutnya kelompok ayat
ini menunjuk kepada ajaran agama itu62. Ayat ini sendiri berisikan tentang ketakutan
yang besar dan terbesar orang yang durhaka pada Allah berawal pada hari kiamat.
Ketika itu berawal proses penghitungan dan pembalasan63 Allah menggulung langit
60 Ibid, h. 489 dan Humad, Op.cit, Jilid II, h. 302-30361 Shihab, Ibid, h. 48962 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 8,
Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V, h. 50263 Ibid,h. 514
14
laksana menggulug lembaran buku. Allah akan mengembalikan sebagaimana awal
penciptaannya. Allah Maha kuasa berbuat demikian64.
Kata as-sijjil berarti buku, lembaran yang ditulisi dan dapat juga berarti
penulis. Sementara ulama pengartikannya dengan penulis—yaitu para malaikat
sedang yang dimaksud al-kutub adalah kitab yang mencatat amal-amal manusia.
Langit bila ditutup atas kuasa Allah “ Semua langit dilipat dengan tangan kanan-Nya”
QS az-Zumar/39: 67. Dengan pengertian semua langit hilang dari pandangan dan
pengetahuan siapa pun kecuali oleh Allah dan siapa yang dikehendaki-nya. Kata
khalq pada ayat dia atas berbentuk nakirah. Hal tersebut bertujuan menggambarkan
rincian dan keumuman sehingga mencakup apa pun makhluk yang dikehendaki Allah
untuk diwujudkan kembali setelah kematian/ kepunahannya.65
Dari sebelas ayat-ayat yang menerangkan tentang penciptaan alam, sebelas di
antaranya adalah ayat-ayat makkiyah. Satu adalah ayat madaniyah yaitu QS ath-
Thalak/65: 12. Menurut M Quraish Shihab di antara kandungan ayat makkiyah adalah
pengetahuan tentang sifat dan af’al Allah serta kecaman dan ancaman Allah kepada
orang-orang musyrik dari kebenaran. Jika kita runtut penafsiran ayat- ayat di atas
pembicaraannya berkisar pada keingkaran orang-orang musyrik dengan
tetapmenyekutukan Allah. Walaupun di hadapan mereka telah terbentang bukti-bukti
tentang keesaan dan kemahakuasaan-Nya66. Di antara bukti-bukti tentang keesaan dan
kemahakuasaan Allah itu ditegaskan dalam al-Qur’an tentang penciptaan alam
semesta yang begitu hebat pengaturan, begitu menakjubkan, begitu luar biasa indah…
semua itu tentu petunjuk adanya yang Mahaesa, Maha Pencipta; Allah Subhanah wa
Ta’ala.
Demikian juga dengan ayat tentang penciptaan alam yang madaniyah, karena di
antara kandungan ayat madaniyah adalah sikap terhadap orang kafir, musyrik dan ahl
al-kitab. Itulah gambaran kandungan ayat-ayat tentang penciptaan alam semesta
dalam kerangka di atas.
C. Penciptaan Alam Menurut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
64Humad, Op.cit, Jilid II, h.28 dan Razi, Op.Cit, Jilid 22,h. 197
65 Shihab, Op.cit, Jilid 8, h. 514- 51566 Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Fungsi dan Peran Wahyu Kehidupan
Masyarakat: Mizan, 1999,Cet.ke-XIX , h. 36-37
15
Setiap orang bebas dan berhak untuk menyatakan kapan dan bagaimana suatu
peristiwa, yang terkait dengan wilayah ilmu pengetahuan itu terjadi. Tetapi ia tidak
berhak untuk mengatasnamakan al-Qur’an berkaitan dengan pendapatnya jika
pendapat tersebut melebihi kandungan redaksi ayat. Karena al-Qur’an
menguraikannya. Tapi ini bukan berarti dihalangi untuk memahami arti suatu ayat
terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Selama pemahaman tersebut sejalan
dengan prinsip ilmu tafsir yang telah disepakati, maka tak ada persoalan67.
Pemahmanan al-Qur’an sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan ini tidak
dapat dinamakan tafsir tapi lebih mirip untuk dinamai tathbiq (penerapan).
Setiap muslim berkewajiban mempercayai segala sesuatu yang dikandung oleh
al-Qur’an. Sehingga bila seseorang mengatasnamakan al-Qur’an untuk membenarkan
penemuannya, ini berarti ia mewajibkan setiap muslim untuk mempercayai apa yang
diklaimnya itu. Sedang yang hakikatnya belum tentu demikian. Sementara ulama
tidak membenarkan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan penemuan, teori
ilmiah yang belum mapan. Agaknya ini bertujuan untuk menghindari jangan sampai
al-Qur’an dipersalahkan bila di kemudian hari terbukti teori atau penemuan ilmiah itu
keliru68.
Berkaitan dengan pembahasan kita, konsepsi mengenai alam semesta ini
sebenarnya mulai mengalami perubahan sejak tahun 1929 ketika Hubble melihat
dan yakin bahwa galaksi-galaksi di sekitar Bima sakti menjauhi kita dengan
kelajuan yang sebanding dengan jarak dari bumi; yang lebih jauh kecepatannya
lebih besar, sehingga dalam sains terdapat istilah alam yang mengembang
(expanding universe). Hal ini mengingatkan orang pada pacuan kuda; kuda yang
paling laju akan berlari paling depan. Karena kelajuan dan jarak masing-masing
galaksi dari bumi diketahui, tidak sulit untuk menghitung kapan mereka itu mulai
berlari69.
Pada tahun 1952 Gamow berkesimpulan bahwa galaksi-galaksi di seluruh
jagad-raya yang cacahnya kira-kira 100 milyar dan masing-masing rata-rata
berisi 100 milyar bintang itu pada mulanya berada di satu tempat bersama-sama
dengan bumi, sekitar 12 milyar tahun yang lalu70. Materi yang sekian banyaknya
67 Ibid, h.11068 Ibid, h. 134-13569 Baiquni, Achmad, Konsep- Konsep Kosmologi , media.isnet.org70 Pada awalnya Achmad Baiquni sering menyebutkan angka 15 milyar tahun, namun kemudian
ia meralatnya menjadi 12 milyar tahun. Ini sesuai dengan data observasi ilmuan yang mutakhir.
16
itu terkumpul sebagai suatu gumpalan yang terdiri dari neotron; sebab elektron-
elektron yang berasal dari masing-masing atom telah menyatu dengan
protonnya dan membentuk neotron sehingga tak ada gaya tolak listrik antara
masing-masing elektron dan antara masing-masing proton71.
Gumpalan ini berada dalam ruang alam dan tanpa diketahui sebab musababnya
meledak dengan sangat dahsyat sehingga terhamburlah materi ke seluruh ruang alam;
peristiwa inilah yang kemudian terkenal sebagai "dentuman besar" (big bang) 72.
Gumpalan sebesar itu tak pernah bergelimpangan di ruang kosmos; sebab
gaya gravitasi gumpalan itu begitu besar sehingga ia akan teremas menjadi sangat
kecil. Lebih kecil dari bintang pulsar yang jari-jarinya hanya sebesar 2 sampai 3 kilo
meter dan massanya kira-kira 2 sampai 3 kali massa mata hari, dan bahkan lebih
kecil dari lobang hitam (black hole) yang massanya jauh melebihi pulsar dan jari-
jarinya menyusut mendekati ukuran titik. Gambarkan saja dalam angan-angan,
berapa besar kepadatan materi dalam titik yang volumenya nol itu jika seluruh
massa 100 milyar kali 100 milyar bintang sebesar mata hari dipaksakan masuk di
dalamnya. Inilah yang biasa disebut sebagai singularitas. Jadi konsep dentuman
besar terpaksa dikoreksi yaitu bahwa keberadaan alam semesta ini diawali oleh
ledakan maha dahsyat ketika tercipta ruang-waktu dan energi yang keluar dari
singularitas dengan suhu yang tak terkirakan tingginya73.
Para pakar berpendapat bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan sebagai
goncangan vakum yang membuatnya mengandung energi yang sangat tinggi dalam
singularitas yang tekanannya menjadi negatif. Vakum yang mempunyai kandungan
energi yang luar biasa besarnya serta tekanan gravitasi yang negatif ini menimbulkan
suatu dorongan eksplosif keluar dari singularitas.
Tatkala alam mendingin, karena ekspansinya, sehingga suhunya merendah
melewati 1.000 trilyun-trilyun derajat, pada umur 10-35 sekon, terjadilah gejala
"lewat dingin". Pada saat pengembunan tersentak, keluarlah energi yang memanaskan
kosmos kembali menjadi 1.000 trilyun-trilyun derajat, dan seluruh kosmos terdorong
membesar dengan kecepatan luar biasa selama waktu 10-32 sekon. Ekspansi yang luar
biasa cepataya ini menimbulkan kesan-kesan alam kita digelembungkan dengan
tiupan dahsyat sehingga ia dikenal sebagai gejala inflasi74.
71 Baiquni, Loc.cit72 Ibid73 Ibid74 Ibid
17
Selama proses inflasi ini, ada kemungkinan bahwa tidak hanya satu alam saja
yang muncul, tetapi beberapa alam; berapa? duakah? tigakah? atau berapa? para
ilmuwan tidak tahu. Dan masing-masing alam dapat mempunyai hukum-hukumnya
sendiri; tidak perlu aturannya sama dengan apa yang ada di alam kita ini. Karena
materialisasi dari energi yang tersedia, yang berakibat terhentinya inflasi, tidak terjadi
secara serentak, maka di lokasi-lokasi tertentu terdapat konsentrasi materi yang
merupakan benih galaksi-galaksi yang tersebar di seluruh kosmos.
Jenis materi apa yang muncul pertama-tama di alam ini tidak seorang pun tahu;
namun tatkala umur alam mendekati seper-seratus sekon, isinya terdiri atas radiasi
dan partikel-partikel sub-nuklir. Pada saat itu suhu kosmos adalah sekitar 100 milyar
derajat dan campuran partikel dan radiasi yang sangat rapat tetapi bersuhu sangat
tinggi itu lebih menyerupai zat-alir dari pada zat padat sehingga para ilmuwan
memberikan nama "sop kosmos" kepadanya Antara umur satu sekon dan tiga menit
terjadi proses yang dinamakan nukleosintesis; dalam periode ini atom-atom ringan
terbentuk sebagai hasil reaksi fusi-nuklir. Baru setelah umur alam mencapai 700.000
tahun elektron-elektron masuk dalam orbit mereka sekitar inti dan membentuk atom
sambil melepaskan radiasi; pada saat itu seluruh langit bercahaya terang benderang
dan hingga kini "cahaya" ini masih dapat diobservasi sebagai radiasi gelombang
mikro75.
Menurut perhitungan, alam semesta mempunyai dimensi 10; yaitu 4 buah
dimensi ruang-waktu yang kita hayati, dan 6 lainnya yang tidak kita sadari, karena
"tergulung" dengan jari-jari 10-32 sentimeter yang bermanifestasi sebagai muatan
listrik dan muatan nuklir. Dimensi yang kita hayati adalah dimensi yang, katakan saja,
"terbentang" dan mengejawantah sebagai ruang-waktu. Kalau semua yang telah
dirintis secara matematis ini mendapatkan pembenaran dari eksprimen atau observasi
di alam luas, maka ada kemungkinan bahwa alam yang kita huni ini mempunyai
kembaran (shadow world) yang sebenarnya berada di sekeliling kita, tapi tak dapat
kita lihat; ia hanya dapat kita hubungi lewat medan gaya gravitasi sedangkan hukum
alamnya tidak perlu sama dengan yang berlaku di dunia ini76.
Begitulah kira-kira uraian fisikawan itu. Sudah tentu apa yang dikatakan itu
adalah hasil mutakhir kegiatan penelitian dan saling kaji antara para pakar dan
merupakan konsensus. Selama perjalanan mencari kebenaran itu, sebenarnya sains
75 Ibid76 Ibid
18
telah mengalami penyelewengan-penyelewengan yang akhirnya terbongkar
kesalahannya, karena tak cocok dengan kenyataan, dan mendapatkan pembetulan. Di
sini akan diungkapkan beberapa saja yang relevan, sebagai contoh.
Pertama, ketika persamaan matematis Einstein, yang dirumuskan untuk
melukiskan alam semesta, dinyatakan oleh Friedman bahwa ia memberi gambaran
kosmos yang mengembang, ia segera diubah oleh si perumus agar sesuai dengan
konsep kosmologi pada waktu itu; yaitu kosmos yang statis. Tapi langkah pembetulan
itu mendapat tamparan, karena Hubble mengobservasi justeru jagad-raya ini
berekspansi. Einstein mengalah dan kembali ke perumusannya yang semula yang
melukiskan alam yang tak statis, tapi berekspansi77.
Kedua, ketika gagasan Gamow tentang dentuman besar yang menjurus pada
konsep alam semesta yang berawal disuarakan beberapa kosmolog yang dipelopori
Hoyle mengajukan tandingan yang dikenal sebagai kosmos yang mantap (steady state
universe) yang menyatakan bahwa alam semesta ajeg sejak dulu sampai sekarang dan
hingga nanti tanpa awal dan tanpa akhir. Namun terungkapnya keberadaan gelombang
mikro yang mendatangi bumi dari segala penjuru alam secara uniform, oleh Wilson
dan Penzias pada 1964, telah mendorong para pakar mengakuinya sebagai kilatan
dalam alam semesta yang tersisa dari peristiwa dentuman besar. Dengan demikian
maka konsepsi yang berawal lebih dikukuhkan78.
Ketiga, ketika dentuman besar tak dapat disangkal, beberapa ilmuwan mencoba
mengembalikan keabadian kosmos dengan mengatakan, alam semesta ini
berkembang-kempis (oscillating universe). Namun Weinberg menunjukkan
kepalsuannya. Sebab alam yang berkelakuan seperti itu, meledak dan masuk kembali
tak henti-hentinya tak berawal dan tak berakhir, entropinya besarnya tidak terhingga;
suatu asumsi yang konsekuensinya tak didukung kenyataan. Kita lihat bahwa hasrat
mempertahankan konsepsi alam semesta yang tak berawal (tak diciptakan) selalu
menemui kegagalan, karena tak sesuai dengan kenyataan yang terobservasi 79.
Bagaimana para fisikawan-kosmolog dapat mengatakan semuanya itu tanpa
melihat sendiri kejadiannya? Sebenarnya mereka melihat dua gejala, yaitu ekspansi
alam semesta dan radiasi gelombang mikro, yang mereka pergunakan untuk
menelusuri kembali peristiwanya yang terjadi sekitar 12 milyar tahun lalu, seperti
layaknya tim detektif yang ingin memecahkan sebuah misteri dengan menggunakan 77 Ibid78 Ibid79 Ibid
19
sekelumit abu rokok dan pecahan-pecahan gelas yang berserakan di sekitar tempat
kejadian. Kalau para detektif itu cukup memakai penalaran logis saja, maka para
pakar, di samping menggunakan pertimbangan- pertimbangan rasional, harus
melandasinya juga dengan pengetahuan sunnatullah, segenap peraturan Allah yang
mengendalikan tingkah laku alam, yang dalam ayat 23 surah al-Fath dinyatakan
memiliki stabilitas, sebagai sunnatullah yang berlaku sejak dulu, sekali-kali kamu tak
akan menemukan perubahan pada sunnatullah itu80.
Apakah para fisikawan-kosmolog mengetahui nasib alam itu pada akhirnya?
Ada dua pandangan yang dianut dalam sains yaitu, pertama, alam semesta ini
"terbuka," sehingga ia akan berekspansi selamanya. Kedua, jagad raya ini "tertutup,"
sehingga pada suatu saat ekspansinya akan berhenti dan alam kembali mengecil untuk
akhirnya seluruhnya kembali dalam singularitas, tempat ia keluar dulu kala. Kapan?
Mereka tak tahu. Sebab mereka tak mempunyai informasi berapa sebenarnya massa
yang terkandung dalam alam ini; sebagian massa itu bercahaya, sebagian gelap,
sedangkan sebagian lagi dibawa zarah-zarah yang disebut neutrino81.
Pendapat yang pertama didasarkan pada kenyataan bahwa masa seluruh alam ini
tak cukup besar untuk menarik kembali semua galaksi yang bertebaran, karena
bintang-bintang yang bercahaya dan materi antar bintang, yang terobservasi
pengaruhnya, hanya dapat menyajikan sekitar 20 persen saja dari gaya yang
diperlukan, yaitu yang dinamakan gaya kritis. Sedangkan pendapat yang kedua
mendasari pernyataannya dengan adanya neutrino-neutrino yang mereka percayai
membawa sebagian besar dari massa alam ini sehingga sebagai totalitas kekuatan
gaya kritis itu akan terlampaui82.
D. Tathbiq Ayat-Ayat tentang Penciptaan Alam Semesta
Sains terus berkembang dan akan senantiasa menemukan hal-hal yang baru yang
dapat lebih melengkapi pengetahuan manusia hingga dapat lebih memahami ayat-ayat
Allah.
Di bawah ini disajikan pertimbangan yang dipergunakan untuk memilih kata-
kata dalam penafsiran:
1. Sama', kini tak lagi diartikan sebagai bola super-raksasa yang dindingnya
ditempeli bintang-bintang, melainkan ruang alam yang di dalamnya terdapat 80 Ibid81 Ibid82 Ibid
20
bintang-bintang, galaksi-galaksi dan lain-lainnya. Karena secara eksprimental
dapat dibuktikan bahwa ruang serta waktu merupakan satu kesatuan, maka
saya gunakan istilah ruang-waktu sebagai ganti "ruang".
2. Ardh, bumi atau tanah; karena bumi baru terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun
lalu di sekitar matahari, dan tanah di bumi kita ini baru terjadi sekitar 3 milyar
tahun lalu sebagai kerak di atas magma. Maka diartikan kata ardh dengan
istilah "materi," yakni bakal-bumi, yang sudah ada sesaat setelah Allah
menciptakan jagad-raya. Dan karena telah terbukti bahwa materi dan energi
setara dan dapat berubah dari yang satu menjadi yang lain, maka saya akan
mencakup keduanya dalam istilah energi-materi.
3. Dukhan, asap atau uap; pada saat awal penciptaan, atom-atom yang belum
berbentuk karena suhu alam masih sangat tinggi dan elektron-elektron belum
dapat ditangkap oleh inti-inti atom, bahkan inti atom pun pada saat itu belum
terbentuk. Oleh karenanya, maka digunakan istilah embunan, yang kecuali
terkandung dalam asap dan uap juga lebih mengena bila dipergunakan
melukiskan gejala yang ditemukan pada suatu sistem yang mendingin dari
suhu yang sangat tinggi.
4. Arsy, singgasana atau tahta; karena melukiskan Tuhan duduk di singgasana
adalah syirik. Karenanya, digunakan kata-kata "Pemerintahan" (Allah) untuk
mengartikan kata-kata arsy.
5. Ma', air atau zat alir; karena dalam fase penciptaan alam itu air yang terdiri
dari atom oksigen dan atom-atom hidrogen belum dapat berbentuk, maka
dipilih maknanya sebagai zat alir. Dan karena pada saat itu isi alam semesta
yakni radiasi dan materi pada suhu yang sangat tinggi itu wujudnya lain
daripada yang kita dapat temui di dunia sekarang ini, maka penggunaan istilah
"sop kosmos" sebagai keterangan melukiskan zat yang sangat rapat tapi dapat
mengalir pada suhu yang amat tinggi, tidaklah terlalu aneh83.
Berikut tathbiq (meminjam istilah M Quraish Shihab) Achmad Baiquni
terhadap ayat-ayat yang terkait dengan penciptaan alam semesta:
1. Pada saat penciptaan (sekitar 12 milyar tahun yang lalu), langit (ruang waktu) dan bumi (ruang materi), yang semula padu (dalam titik singularitas fisis), dipisahkan (ketika keluar dari padanya) QS. Al-Anbiya’/21: 30.
2. Dalam pembangunan langit (ketika ruang waktu keluar dengan ledakan yang dahsyat dari titik singularitas) dilibatkan kekuatan yang tiada taranya
83 Ibid
21
(sehingga terjadi gejala inflasi), yang kemudian diekspansikan (sebagaimana ia tampak kini sebagai sebagai universum yang mengembang) QS. Adz-Dzariyat/51: 47
3. Pada pendinginan yang sangat cepat (sebagai akibat inflasi tercapai keadaan “kelewat dingin”) dan terjadi transisi fase, yang menyebabkan materialisasi energi secara berangsur, (bersamaan dengan terciptanya alam-alam lain di samping kita): materi yang muncul sebagai fase kedua sedangkan energi adalah fase pertamanya QS. Al-Fush-shilat/41: 9
4. Dengan adanya energi materi dalam ruang alam, maka dimunulkanlah spin partikel sub nuklir, elektron, foton, dan lainnyasebagai gerak pusaran serta ditetapkannya satu muatan-muatan yang merupakan sumber kekuatan atau gaya (gravitasi, nuklir kuat, nuklir lemah, dan listrik magnet) dalam empat tahapan QS. Al-Fush-shilat/41: 10
5. Sementara itu, ketika langit (ruang alam) penuh “embunan” (sebagai akibat dari inflasi, sehingga energi berubah menjadi materi). Allah mengundangkan segala peraturan yang ditaati ruang dan materi (sebagai hukum alam yang mengendalikan sifat dan kelakuan jagad raya) QS. Al-Fush-shilat/41: 11
6. Allah menjadikan tujuh langit (ruang alam) dalam dua tahap, (pada saat inflasi dan sesudahnya) dan menetapkan hukum-hukum alam yang berlaku di dalamnya. Serta menghiasi langit dunia dengan pelita-pelita (dalam bentuk bintang, bulan, mata hari dan sebagainya) serta menjaganya ( dengan memberikan atmosfer, lapisan ozon dan sebagainya) QS. Al-Fush-shilat/41: 12
7. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit (ruang alam) dan tujuh Bumi padanannya (atau materi masing-masing alam yang di dalam ayat tersebut dinyatakan memiliki hukum mereka masing-masing yang tidak perlu sama) QS. Ath- Thalaq/65 : 12
8. Allah menciptakan langit (ruang alam) serta bumi (materi alam) dan apa saja yang berada di antaranya dalam enem priode atau tahapan, sambil menegakkan pemerintahan-Nya. (tahap inflasi dan tahap ekspansi ruang alam yang sesuai dengan tahap energi dan tahap materialisasi yang diikuti tahap penciptaan interaksi gravitasi, nuklir kuat, nuklir lemah dan elektromagnetik) QS. al-Sajdah/ : 4
9. Dia menciptakan langit (ruang alam) serta bumi (materi alam) dalam enam tahapan sementara itu telah ditegakkan pemerintahan-Nya pada materi yang bersifat fluida (atau segal peraturan atau hukum alam-Nya telah efektif pada seluruh makhluk-Nya, yang pada waktu itu masih berujud zat alir yang sangat rapat dan sangat panas) QS. Hud/11: 7
10. Allah menahan alam semesta untuk tidan “mbedal” dan untuk tidak mengembang terus tanpa henti QS. Fathir/35: 41
11. Allah akan mengecilkan kembali jagad raya seperti sedia kala, ketika jagad raya diciptakan pada awalnya, yang menjamin bahwa alam kita bersifat tertutup (closed universe) QS. al-Anbiya’/21: 10484
E. Penutup
Dari uraian penafsiran para mufassir di atas dan penjelasan (tathbiq) para ilmuan
dapat kita tarik benang merah berikut. Para mufassir mencoba menjelaskan ayat-yat
84 Baiquni, Achmad, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996, Cet. Ke-1,h. 233-234
22
tentang penciptaan alam semesta tersebut berdasarkan pada aspek kebahasaan al-
Qur’an, penjelasan hadis Rasulullah, penjelasan para sahabat nabi, munasanah ayat,
asbab an-nuzul, pendekatan ilmiah dan aspek-aspek lainnya. M. Quraish Shihab
dalam menjelaskan ayat- ayat kauniyah memasukkan juga pendekatan ilmiah dalam
tafsir al-Mishbah demikian Fakhr ad-Din ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib.
Bedanya penjelasan Quraish Shihab agak lebih terperinci sedangkan penjelasan Fakhr
ad-Din ar-Razi lebih sederhana. Hal ini tentu saja sangat terkait dengan penemuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan di masa hidup mereka.
Di dalam ayat-ayat yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat konsep-konsep
yang sulit dipahami jika tidak ditopang oleh penjelasan ilmu kosmologi modern.
Seperti konsep sama’, ardh, al-ma’, ad-dukhan, ‘arsy, rawasyi, dan aqwat. Perlu
penjelasan lebih lanjut terhadap konsep-konsep di atas. Inilah tugas para ahli
kosmologi modern.
Hal ini terkait juga dengan tujuan diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi seluruh umat manusia. Bukan hanya tertuju untuk orang- orang yang terdahulu
dari kita. Tapi bagi kita yang hidup di zaman sekarang dan insya Allah mereka yang
hidup setelah kita. Tentu saja pemahaman terhadap al-Qur’an ini disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan masing-masingnya. Agar al-Qur’an itu benar-benar menjadi
petunjuk dalam kehidupan.
Banyak kebenaran ilmiah yang dipaparkan al-Qur’an, tujuan pemaparan ayat-
ayat tersebut untuk menunjukkan kebesaran Allah dan ke-Esaan-Nya. Serta
mendorong manusia seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian demi lebih
menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya85.
Daftar Pustaka
Aliah, Tasrief S, Al-Quran dan Kosmologi, www.phys.unsw.edu.au
Baiquni, Achmad, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996, Cet. Ke-1
____________, Konsep- Konsep Kosmologi , media.isnet.org
85 Ibid, h. 51
23
Humad, As’ad Mahmud, Aysar at-Tafasir: Tafsir, Asbab an-Nuzul, Ahadits, Namazij I’rab, Jilid I, Dimsyiq: TP, 1992
____________, Aysar at-Tafasir: Tafsir, Asbab an-Nuzul, Ahadits, Namazij I’rab, Jilid II, Dimsyiq: TP, 1992
Ichwan, Mohammad Nor, Tafsir ‘Ilmiy, Memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2004, Cet.ke-1
Kosmologi Islam: Dari Literatur ke Sains, Febdian.net
Manzur, Ibnu, TTh, Lisan al-‘Arab, Jilid 3, TTp: Dar al-Ma’arif
Kosmologi, www.geocities.comiq:TP,
Razi, ar, Fakhr ad-Din , at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 17, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1
____________, at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 22, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1
____________, at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 25, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990,Cet. Ke-1
____________, at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 26, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990,Cet. Ke-1
____________, at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 27, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990,Cet. Ke-1
____________,at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 28, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1
____________, at- Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, Jilid 30, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990, Cet. Ke-1
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998, Cet.ke-IV
____________, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Fungsi dan Peran Wahyu Kehidupan Masyarakat: Mizan, 1999,Cet.ke-XIX
____________, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 6, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V
____________, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 8, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V
____________, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 11, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V
24
____________, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 12, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V
____________, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 13, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V
____________, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 14, Jakarta: Lentera Hati, 2006, Cet. Ke-V
Menarik jika kita melihat hubungan Sains dengan Teologi. Kosmologi Islam
menjadi contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis di
antara kedanya: bagaimana sains membantu memahami al-Quran. Tulisan ini akan
menyajikan bagaimana Islam mengajarkan Kosmologi pada umat manusia dari
literatur paling utama: al-Quran. Dan kemudian kita akan melihat bagaimana sains
membahas dalam kasus yang sama. Bukan bermaksud untuk mencocok-cocokkan
agama dengan sains atau sebaliknya.
Sebagai muslim tentu percaya al-Quran mutlak kebenarannya, walau mungkin
kemampuan kita belum cukup memahami maknanya. Sementara kebenaran sains itu
relatif, sebuah teori (dalam sains) dianggap benar selama tidak ada teori yang
membuktikan itu salah. Teori yang dianggap benar sekarang bisa jadi usang 100 tahun
lagi. Pemaparan literatur sains yang dilakukan adalah sejauh pemahaman sains itu
sendiri dan teknologi yang menyertainya.
Para mufassir mencoba menjelaskan ayat-yat tentang penciptaan alam semesta
berdasarkan pada aspek kebahasaan al-Qur’an, penjelasan hadis, penjelasan para
sahabat nabi, munasanah ayat, asbab an-nuzul, pendekatan ilmiah dan aspek-aspek
lainnya. Misalnya M. Quraish Shihab dalam menjelaskan ayat- ayat kauniyah
memasukkan juga pendekatan ilmiah dalam tafsir al-Mishbah demikian Fakhr ad-Din
ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib. Bedanya penjelasan Quraish Shihab agak lebih
terperinci sedangkan penjelasan Fakhr ad-Din ar-Razi lebih sederhana. Hal ini tentu
saja sangat terkait dengan penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan di masa
hidup mereka.
Hal ini terkait juga dengan tujuan diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi seluruh umat manusia. Bukan hanya tertuju untuk orang- orang yang terdahulu
25
dari kita. Tapi bagi kita yang hidup di zaman sekarang dan insya Allah mereka yang
hidup setelah kita. Tentu saja pemahaman terhadap al-Qur’an ini disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan masing-masingnya. Agar al-Qur’an itu benar-benar menjadi
petunjuk dalam kehidupan.
Banyak kebenaran ilmiah yang dipaparkan al-Qur’an, tujuan pemaparan ayat-
ayat tersebut untuk menunjukkan kebesaran Allah dan ke-Esaan-Nya. Serta
mendorong manusia seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian demi lebih
menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.
26