asuhan keperawatan bronkhitis kronis, emfisema dan asma

Upload: justitiaintan

Post on 09-Oct-2015

255 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

mencakup pengertian, etiologi, manifestasi klinik patofisiologi dan asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    1/34

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di

    dalam jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru

    (pernafasan luar). Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima

    persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk

    oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari

    jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses

    metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam

    bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce, 2008).

    System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang

    merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi

    terganggu maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu.

    Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalamjangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

    Didalam makalah ini kami akan membahas tentang penyakit respiratory

    berupa Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan Asma.

    1.2Rumusan Masalah

    1. Apa Definisi dari Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan Asma?

    2.

    Apa Etiologi dari Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan Asma?

    3. Apa saja Manifestasi Klinik dari Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan Asma?

    4. Bagaimana Patofisiologi dari Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan Asma?

    5.

    Apasaja pemeriksaan penunjang dari Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan

    Asma?

    6. Bagaimana Penatalaksanaan medis dari Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan

    Asma?

    7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien penderita Bronkhitis Kronis,

    Emfisema, dan Asma?

    1

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    2/34

    2

    1.3

    Tujuan

    1. Mampu mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinik, patofisologi, dari

    Bronkhitis kronis, Emfisema paru, dan Asma.

    2.

    Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang, dan penatalaksaan medis,

    sehingga dapat mengintervensi dari Asuhan Keperawatan pada pasien

    Bronkhitis Kronis, Emfisema, dan Asma.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    3/34

    3

    BAB II

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKHITIS KRONIS,

    EMPHISEMA, dan ASMA

    2.1 BRONKHITIS KRONIS

    2.1.1 Definisi

    Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang

    berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.

    Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang

    efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama

    bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap

    kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus,

    bakteri, dan mikroplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis

    akut. Eksaserbasi bronkitis kronis hamper pasti terjadi selama musim

    dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme

    bagi mereka yang rentan.

    2.1.2 Etiologi

    Etiologi utama bronkitis kronis adalah merokok, faktor tambahan

    iritasi bronkus akibat debu pabrik, polusi udara, dan keadaan iklim,

    penyakit ini merupakan penyakit umur pertengahan dan orang tua, lebih

    sering pada laki-laki. Hipersekresi mukus bronkus dan penyumbatan jalan

    napas merupakan kelainan dasar bronkitis kronis. Dalam keadaan lanjut

    dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas yang menetap dan

    disebut PPOM

    Infeksi virus merupakan penyebab pada 95 % kasus bronkitis akut.

    Virus utama yang paling sering dihubungkan dengan gangguan bronkitis

    akut adalah Rinovirus, Coronavirus, Virus Influenza A, Virus

    parainfluenza, Adenovius dan Respiratory syncytial virus.

    3

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    4/34

    4

    Infeksi bakteri menyebabkan 520 % kasus bronkitis akut. Bakteri

    yang paling sering menyebabkan bronkitis adalah Chlamydia psittaci,

    Chlamydia pneumoniae, mycoplasma pneumoniae, dan Bordetella

    pertussis. Selain itu, bakteri pathogen saluran napas yang sering dijumpai

    adalah spesies Staphylococcus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus

    influenzae, dan moraxella catarrahalis. (Ikawati, 2007 ).

    2.1.3 Manifestasi Klinik

    1. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembap.

    2. Sering mengalami infeksi saluran napas ( seperti pilek atau flu)

    yang dibarengi dengan batuk.

    3. Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu.

    4. Demam tinggi.

    5.

    Sesak napas jika saluran tersumbat.

    6. Produksi dahak bertambah banyak warna kuning atau hijau.

    2.1.4. Patofisiologi

    Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir

    dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang

    mensekresi lender dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia

    menurun, dan lebih banyak lender yang dihasilkan. Sebagai akibat yang

    dihasilkan bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang

    berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk

    fibrosis, mengakibatkan fungsi makrofag , yang berperan penting dalam

    menghancurkan partikel asing, termasuk bakteri. Pasien kemudian

    menjadi ebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial

    lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam

    jalan napas. Pada waktunya, munkin terjadi perubahan paru yang

    irreversible, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    5/34

    5

    Rhinovirus, Respiratory Syncital Virus (RSV), Virus Influenza, Virus Par

    Influenza, dan Coxsackie Virus, Asap Rokok, Polusi Udara

    Peradangan Bronkus

    Edema, Spasme Bronkus, Peningkatan Sekret

    Penurunan

    Fungsi

    Silia

    Obstruksi

    Bronchioles

    Mual dan

    Muntah

    Sesak

    napas

    Batuk

    Akumulasi

    Sekret

    Udara

    Tertangkap

    dalam

    Alveolus

    Anorexia Pengeluaran

    Energy

    meningkat

    Penurunan

    BB

    Kelemahan

    fisik

    Suplai O2

    kejaringan

    rendah

    PaO2rendah dan

    PaCO2

    tinggi

    Gangguan

    Ventilasi

    InflamasiAlveolus

    sesak

    nafas

    Bersihan

    Jalan Napas

    yang tidak

    efektif

    Gangguan

    Pertukaran

    Gas

    Ketidak

    seimbangan

    nutrisi kurang

    dari

    kebutuhan

    Gangguan

    pada tidur

    Intoleransi

    Aktifitas

    Pola napas tidak

    efektif

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    6/34

    6

    2.1.5.

    Pemeriksaan penunjang.

    Riwayat kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, pemajanan

    terhadap lingkugan, terhadap bahan-bahan yang mengiritasi, dan riwayat

    pekerjaan yang dikumpulkan, termasuk kebiasaan merokok (jumlah

    bungkus per hari). Selain itu pemeriksaan gas-gas darah arteri, rontgen

    dada, dan pemeriksaan fungsi paru dilakukan, jug pemeriksaan hematokrit,

    dan hemoglobin. Pemeriksaan fungsi paru menunjukan penurunan

    kapasitas vital (VC) dan volume ekspansi kuat (FEV ; jumlah udara yang

    diekshalasi) dan peningkatan volume residual (RV ; udara yang tersisa

    dalam paru-paru setelah ekshalasi maksimal), dengan kapasitas paru total

    (TLC) noral atau sedikit meningkat. Hematokrit dan hemoglobin dapat

    sedikit meningkat. Analisa gas darah dapat menunjukan hipoksia dengan

    hiperkapnia. Rontgen dada mungkin menunjukan pembesaran jantung

    dengan diafragma normal atau mendatar. Konsolidasi dalam bidang paru

    mungkin juga terlihat

    2.1.5 Penatalaksanaan medis

    Objecktif utama adalah untuk menjaga agar bronkiolus terbuka dan

    berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi bronchial, untuk

    mencegah infeksi, dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola

    sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam pola batuk adalah

    tanda yang penting untuk dicatat infeksi bakteri kambuhan diobti dengan

    terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

    Untuk membantu membuang sekresi bronchial, diresepkan

    bronkodilator untuk menghilangkan broncospasme dan mengurangi

    obstruksi jalan napas ; sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan

    keseluruh bagian paru dan ventilai alveolar diperbaiki. Drainase postural

    dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama

    jika bronkiektasis. Cairan (yang diberikan peroral atau parenteral jika

    bronkospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    7/34

    7

    baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat dengan

    mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid

    mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukan keberhasilan terhadap

    pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok

    karena menyebabkan bronkokonstriksi, melumpuhkan silia, yang penting

    dalam membuang partikel yang mengiritasi, dan menginaktivasi surfaktan,

    yang memainkan peran penting dalam memudahkan compliance dan recoil

    paru.

    2.2 EMFISEMA PARU

    Emfisema paru didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang

    udara diluar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.

    Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang mengalami kemajuan

    dengan lambat selama beberapa tahun. Pada kenyataannya, ketika pasien

    mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami kerusakan yang

    ireversibel. Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini

    merupakan penyebab utama kecacatan.

    Merokok merupakan penyebab utama emfisema. Akan tetati, pada sedikit

    pasien (dalam persentase yang kecil) terdapat prediposisi familial terhadap

    emfisema yang berkaitan dengan abnormalitas protein plasma, defisiensi

    antritipsin-, yang merupakan suatu enzim inhibitor. Tanpa enzim

    inhibitor ini, enzim tertentu akan menghancurkan jaringan paru. Individu

    yang secara genetik sensitif terhadap faktor-faktor lingkungan (merokok,

    polusi udara, agen-agen infeksius, alergen) dan pada waktunya mengalami

    gejala-gejala obstruktif kronis. Sangat penting bahwa karier defek genetik

    ini harus diidentifikasikan untuk memungkinkan modifikasi faktor-faktor

    lingkungan untuk menghambat atau mencegah timbulnya gejala-gejala

    penyakit. Konseling genetik juga harus diberikan.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    8/34

    8

    2.2.1 Etiologi

    1. Faktor Genetik

    Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor genetik

    diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau

    peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive

    bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi

    protein alfa1 anti tripsin.

    2. Hipotesis Elastase-Anti Elastase

    Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan

    anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan.Perubahan

    keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru

    akan berubah dan timbul emfisema.

    3. Rokok

    Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Rokok secara

    patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan nafas,

    menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi danhiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran

    pernapasan.

    4. Infeksi

    Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih hebat

    sehingga gejalanya lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti

    pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada

    obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya

    emfisema. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronkitis kronik selalu

    menyebabkan infeksi paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan

    paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus

    influenzae dan streptococcus pneumoniae.

    5. Polusi

    Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan

    angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    9/34

    9

    padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat

    menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.

    Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya

    tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.

    6. Faktor Sosial Ekonomi

    Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah,

    mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan

    faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

    7. Pengaruh usia

    2.2.2 Manifestasi Klinis

    Dispnea adalah gejala utama emfisema dan mempunyai awitan

    yang membahayakan. Pasien biasanya mempunyai riwata merokok dan

    riwayat batuk kronis yang lama, mengi, serta peningkatan napas pendek

    dan cepat (takipnea). Gejala-gejala diperburuk oleh infeksi pernafasan.

    Pada inspeksi, pasien biasanya tampak mempunyai barrel chest

    akibat udara terperangkapnya, penipisan massa otot, dan pernapasan bibir

    dirapatkan. Pernapasan dada pernapasan abnormal tidak efektif, dan

    penggunaan otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid) adalah

    umum terjadi. Pada tahap lanjut dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada

    aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan dan mandi.

    Ketika dada diperiksa, ditemukan hiperesonan dan penurunan

    fremitus ditemukan pada seluruh bidang paru. Auskultasi menunjukkan

    tidak terdengarnya bunyi napas dengan krekles, ronki, dan perpanjangan

    ekspirasi. Kadar oksiden yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbon

    dioksida yang tinggi (hiperkapnia) terjadi pada tahap lanjut penyakit.

    Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekali pun, seperti

    membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan

    keletihan (dispnea eksersional). Paru yang mengalami emfisematosa tidak

    berkontraksi saat ekspirasi dan bronkioles tidak dikosongkan secara efektif

    dan sekresi yang dihasilkannya.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    10/34

    10

    Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat

    pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, pasien mengalami

    mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat

    badan, dan kelemahan umum terjadi. Vena leher mungkin mengalami

    distensi selama ekspirasi. Pemeriksaanfisik menunjukkan tidak

    terdengarnya bunyi napas dengan ronki dan ekspirasi memanjang,

    hiperesonans saat perkusi, dan penurunan fremitus taktil.

    2.2.3 Patofisiologi

    Pada emfisema, beberapa faktor penyebab obstruktif jalan nafas yaitu:

    inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan;

    kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta

    redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi.

    Karena dinding alveoli mengalami kerusakan (suatu proses yang dipercepat

    oleh infeksi kambuhan), area permukaan alveolar yang kontak langsung

    dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan

    ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi)

    dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen

    mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbon

    dioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbon

    dioksida dalam darah arteri (disebut hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis

    respiratorius.

    Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaringan-jaringan

    kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel

    kanan dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam

    arteri pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (kor-

    pulmonal) adalah salah satu komplikasi emfisema. Terdapatnya kongesti,

    edema tungkai (edema dependen), distensi vena leher, atau nyeri pada

    region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.

    Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk

    membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    11/34

    11

    dan kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami

    emfisema, memperberat masalah.

    Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik (ditandai oleh

    peningkatan tahanan jalan napas) ke aliran masuk dan aliran keluar udara

    dari paru-paru.paru-paru dalam keadaan hiperekspansi kronik. Untuk

    mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan

    negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat

    harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah

    salah satu inflasi. Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi

    menjadi aktif dan membutuhkan upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus

    meningkat, dada menjadi kaku, dan iga-iga terfiksasi pada persendiannya.

    Dada seperti tong (barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat

    kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang

    berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang.

    Pada beberapa kasus, barrel chest terjadi akibat kifosis dimana tulang

    belakang bagian atas secara abnormal bentuknya menjadi membulat ataucembung. Beberapa pasien membungkuk kedepan untuk dapat bernapas,

    menggunakan otot-otot aksesori pernapasan. Retraksi fosa supraklavikula

    yang terjadi pada inspirasi mengakibatkan bahu melengkung ke depan. Pada

    penyakit lebih lanjut, otot-otot abdomen juga berkontraksi saat inspirasi.

    Terjadi penurunan progresif dalam kapasitas vital. Ekshalasi normal

    menjadi lebih sulit dan akhirnya tidak memungkinkan. Kapasitas vital total

    (VC) mungkin normal, tetapi rasio dari volume ekspirasi kuat dalam 1-detik

    dengan kapasitas vital (FEV:VC) rendah. Hal ini terjadi karena elastisitas

    alveoli sangat menurun. Upaya yang dibutuhkan pasien untuk

    menggerakkan udara dari alveoli yang mengalami kerusakan dan jalan

    napas yang menyempit meningkatkan upaya pernapasan. Kemampuan untuk

    mengadaptasi terhadap perubahan kebutuhan oksigenasi sangat terganggu.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    12/34

    12

    Dinding alveoli rusak eliminasi CO2 rusak

    Peningkatan ruang rugi peningkatan CO2 di darah kurang pengetahuan

    Kerusakan difusi O2 asidosis respiratorius perubahan status

    kesehatan

    Emfisema kurangnya info penyakit

    Alveolar di bronkiolus Broncokontriksi penumpukan

    Pembesaran dan rusak

    Serabut elastic paru rusak batuk tidak efektif

    Tidak mampu mengembangkan bersihan jalan nafas tidak efektif

    paru secara elastic

    Hipoksemia, dispnea pola nafas tidak efektif keletihan

    Kerusakan pertukaran gas intoleran aktivitas

    Defisit perawatan diri

    2.2.4 Penatalaksanaan Medis

    Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk

    memperlambat kemajuan proses penyakit, dan tuk mrngatasi obstruksi jalan napas

    untuk menghilangkan hipoksia. Pendekatan terapeutik mencangkup:

    Tindakan pengobatan dimaksudkan tuntuk memperbaiki ventilasi dan

    menurunkan upaya bernapas.

    Pencegahan dan pengobatan cepat infeksi

    Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi

    pulmonari

    Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan

    pernapasan

    Dukungan psikologis

    Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang bersinambungan

    Bronkodilator,bronkodilator diresepkan untuk mendilatasi jalan napas karena

    preparat ini melawan baik edema mukosa maupun spasme muskular dan

    Gejala

    meningkat

    ansietas

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    13/34

    13

    membantu baik dalam mengurangi obstruksi jalan napas maupun dalam

    memperbaiki pertukaran gas.

    Medikasi ini mencangkup agonis -adrenergik (metaproterenol, isoproterenol) dan

    metilxantin (teofin, aminofilin), yang menghasilkan dilatasi bronkial melalui

    mekanisme yang berbeda. Bronkodilator mungkin diresepkan peroral, subkutan,

    intravena, perektal atau inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui

    aerosol bertekanan, nebuliser balon-genggam, nebuliser dorongan pompa, inhaler

    dosis terukur, atau IPPB.

    Bronkodilator mungkin menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, yang

    termasuk takikardia, disritmia jantung, dan perangsangan sistem saraf pusat.

    Metilxantin dapat juga menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti mual dan

    muntah. Karena efek samping ini umum, dosis dapat disesuaikan dengan cermat

    sesuai dengan toleransi pasien respon klien.

    Terapi Aerosol. Aerosolisasi (proses membagi partikel menjadi serbuk yang

    sangat halus) dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk

    membantu dalam bronkodilatasi. Ukuran partikel dalam kabut aerosol harus

    cukup kecil untuk memungkinkan medikasi dideposisikan dalam-dalam di dalam

    percabangan trakeobronkial.

    Aerosol yang dinebuliser menghilangkan bronkospasme, menurunkan edema

    mukosa, dan mengencerkan sekresi bronkial. Hal ini memudahkan proses

    pembersihan bronkiolus. Membantu mengendalikan proses inflamasi dan

    memperbaiki fungsi venilasi. Alat nebuliser dengan balon genggam dan aerosol

    dosis terukur memberikan peredaan yang cepat bagi pasien. Nebulizer dengan

    tenaga listrik dan nebuliser dengan tenaga udara sangat membantu jika pasien

    mengalami kerusakan ventilasi yang lebih parah. Perbaikan saturasi oksigen dari

    darah arteri dan reduksi kandungan karbon dioksidanya membantu dalam

    menghilangkan hipoksia pasien dan memberikan perbedaan besar akibatkeletihan

    pernapasan yang konstan.

    Tindakan nebulizer dengan oksigen harus diberikan dengan waspada pada pasien

    yang mengalami kenaikan tekanan karbon dioksida secara kronis dan pasien yang

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    14/34

    14

    bernapas pada stimuli hipoksik. Terdapat trend disamping penggunaan IPPB,

    terutama di rumah.

    Pengobatan infeksi pasien dengan emfisema rentan terhadap infeksi paru dan

    harus diobati pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. S. Pneumonia, H.

    Influenzae, dan Branhamella catarrhalis adalah organisme yang paling ummum

    pada infeksi tersebut. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin,

    amoksisilin.

    2.2.5 Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksan radiologis, pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam

    menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Foto dada pada

    emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:

    a. Gambaran defisiensi arter

    Overinflasi, terlihat diafragma yang rendah dan datar,kadang-kadang terlihat

    konkaf. Oligoemia, penyempitan pembuluh darah pulmonal dan penambahan

    corakan kedistal.

    b. Corakan paru yang bertambah, sering terdapat pada kor pulmonal, emfisemasentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat.

    2. Pemeriksaan fungsi paru, pada emfisema paru kapasitas difusi menurun

    karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.

    3. Analisis Gas DarahVentilasi, yang hampir adekuat masih sering dapat

    dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau

    normal.Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.

    4. Pemeriksaan EKG, Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise

    jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat defiasi aksis ke kanan dan P-

    pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS rendah.Di V1 rasio R/S

    lebih dari 1 dan di V6 rasio R/S kurang dari 1.

    a) Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya

    diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda

    vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis),

    hasil normal selama periode remisi (asma).

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    15/34

    15

    b) Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk

    menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk

    memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi,

    misalnya bronkodilator.

    c) TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada

    asma; penurunan emfisema.

    d) Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema.

    e) Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma.

    f) FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat

    menurun pada bronkitis dan asma.

    g) GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis. Bronkogram:

    dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kollaps bronkial

    pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat

    pada bronchitis.

    h) JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas),

    peningkatan eosinofil (asma).

    i) Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi

    dan diagnosa emfisema primer.

    j) Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi

    patogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan

    alergi.

    k) EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat);

    disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF

    (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema).

    l) EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi

    paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi

    program latihan.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    16/34

    16

    2.3. ASMA

    2.3.1 Definisi

    Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan cirri

    bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan

    penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh factor biokimia,endokrin,infeksi,

    otonomik dan psikologi.

    Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia sekitar setengah dari

    kasus terjadi pada anak anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40

    tahun. Hamper 17 % dari semua rakyat Amerika salah satu contohnya mengalami

    asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. Meski asma

    dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma sangat mengganggu, mempengaruhi

    kehadiran disekolah,tempat kerja,aktivitas fisik dan banyak aspek kehidupan

    lainnya.

    Jenisjenis Asma

    a. Asma alergik

    Desebabkan oleh allergen atau allergen allergen yang dikenal

    (misalnya serbuk sari,binatang, amarah,makanan dan jamur).

    Kebanyakan allergen terdapat diudara dan musiman. Pasien dengan

    asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan

    riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.

    b. Asma idiopatik atau non alergik tidak berhubungan dengan allergen

    spesifik. Faktor faktor seperti common cold, infeksi traktus

    respiratorius, latihan ,emosi dan polutan linhkungan dapat

    mencetuskan serangan. Bebrapa agens farmakologi, seperti aspirin

    dan agens anti imflamasi nonsteroid lain,pewarnaan rambut,antagonis

    beta-adrenergik dan agens sulfit(pengawet makanan),juga mungkin

    jadi faktor. Serangan asma idiopatik atau non alergik menjadi lebih

    berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan berkembang

    menjadi bronchitis kornis dan emfisema. Beberapa pasien akan

    mengalami asma gabungan.

    c.

    Asma gabungan

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    17/34

    17

    Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

    karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau

    nonalergik.

    2.3.2 Etiologi

    Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun

    suatu hal yang sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena

    hiperaktivitas bronchus. Bronchus penderita asma sangat peka terhadap rangsang

    imunologi maupun nonimunologi. Karena sifat tersebut, maka serangan asma

    mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik, metabolisme, kimia, allergen,

    infeksi dan sebagainya. Factor penyebab yang dapat menimbulkan asma perlu

    diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Faktorfaktor tersebut adalah :

    a.

    Allergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari

    rerumputan

    b. Iritan seperti asap, baubauan dan polutan.

    c.

    Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus

    d.

    Perubahan cuaca yang ekstreme. Aktivitas fisik yang berlebihan

    f. Lingkungan kerja

    g. Obatobatan

    h. Emosi

    i. Refluks gastro esophagus

    2.3.3 Manifestasi Klinik

    Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Pada beberapa

    keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Penyebabnya tidak

    dimengerti dengan jelas, etapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian,

    yang mempengaruhi ambang reseptor jalan napas.

    Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak

    dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi, laborus. Ekspirasi selalu

    lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    18/34

    18

    tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang

    tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi

    segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus mngandung

    masa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda

    selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan gejala-gejala

    retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat,takikardia dan pelebaran tekanan

    nadi.

    Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam

    dan dapat hilang secara spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal, kadang

    terjadi reaksi kontinu yang lebih berat yang disebut status asmatikus. Kondisi ini

    merupakan keadaan yang mengancam hidup.

    Reaksi yang berhubungan. Kemungkinan reaksi alergik lainnya yang

    dapat menyertai asma termasuk eczema, ruam dan edema temporer. Serangan

    asmatik dapat terjadi secara periodic setelah pemajanan terhadap allergen spesifik,

    obat-obat tertentu, latihan fisik dan kegairahan emosional.

    2.3.4

    Patofisiologi

    Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan

    oleh limfosit T dan B . asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan

    molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergan yang

    menimbulkan asma bersifat airborne.alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah

    banyak dlam oeriode waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma.

    Namun di lain kasus terdapat pasien yang sangat rsponsif, sihingga jumlah ecil

    allergen masuk ke dalam tubuh suah dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit

    yang jelas.

    Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi fase akut asma

    adalah aspirin, bahan pewarna tartazin, antagonis beta-adrenergik dan bahan

    sulfat. Sindrom khusus pada sistempernapasan yang sensitive terhadap aspirin

    terjadi pada orang dewasa, namun dapat pula dilihat pada masa kanak kanak.

    Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    19/34

    19

    rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal dan akhirnya diikuti oleh

    munculnya asma progresif.

    Pasien yang sensitive terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan

    pemberian obat seriap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang

    akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid . mekanisme terjadinya

    bronkospasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi mungkin

    berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh

    aspirin.

    Antagonis beta-adrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan

    obstruksi jalan napas pada pasien asma, demikian juga dengan pasien lain dengan

    peningkatan reaktivitas jalan napas. Oleh karena itu, antagonis beta-adrenergik

    harus dihindarkan pada pasien tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas

    digunakan sebagai agen sanitasi dan pengawet dalam industry makanan dan

    farmasi juga dapat menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada pasien yang

    sensitive. Senyawa sulfat tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium dan natrium

    bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida . pada umumnya tubuh akan terpapar

    setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa tersebut seperti

    salad,buah segar,kentang , karang dan anggur.

    Faktor penyebab yang telah disebutkan di atas ditambah dengan sebab

    internal pasien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibody.

    Reaksi tersebut mengakibatkan dikeluarkannya substansi pereda alergi yang

    sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan, yaitu

    dikeluarkannya histamine, bradikinin dan anafilatoksin. Sekresi zat zat tersebut

    menimbulkan tiga gejala seperti berkontraksinya otot polos, peningkatan

    permeabilitas kapiler dan peningkatan sekresi mucus seperti terlihat pada gambar

    berikut.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    20/34

    20

    Kontraksi otot polos

    Edema mukosa Hipersekresi

    2.3.5 Pemeriksaan Penunjang

    Evaluasi Diagnostik

    Tidak ada satu tes yang dapat menegakkan diagnosis asma. Riwayat

    kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan dan riwayat pekerjaan

    dapat mengungkapkan factor factor atau substansi yang mencetuskan serangan

    asma. Tes kulit positif yang menyebabkan reaksi lepuh dan hebat mengidentifikasi

    alergn spesifik.

    Dikeluarkannya substansi vasoaktif(histamin,bradikinin dan anafilatoksin)

    Kontraksi otot polos P ermeabilitas kapiler Sekresi mukus meningkat

    Obstruksi saluran

    napas

    Reaksi antigen dan antibodi

    Produksi mukus

    bertambah

    Bronchospasme

    Ketidakseimbangan

    nutrisi : kurang dari

    kebutuhan tubuh

    risiko aktual

    Bersihan jalan napas

    tidak efektif

    Hipoventiasi

    Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah dan paru - paru

    Hipoksemia

    Hiperkapnia

    Kerusakan

    pertukaran gas

    Pencetus serangan(Alergen,emosi/stress,obat-obatan dan infeksi)

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    21/34

    21

    Riwayat positif keluarga sering kali berkaitan dengan asma alergik.

    Factor- factor lingkungan, termasuk perubahan musim, jumlah serbuk sari yang

    tinggi dan jamur juga berkaitan dengan asma. Perubahan iklim, khususnya dingin

    dan polusi udara terutama sekali berkaitan dengan asma nonalergik. Berbagai

    bahan kimia dan senyawaan yang berkaitan dengan pekerjaan telah menunjukan

    hubungan terjadinya asma, termasuk garam logam, debu kayu dan debu sayuran,

    obat- obatan dan sekresi.

    Selama episode akut, rontgen dada dapat menunjukan hiperflasi dan

    pendataran diafragma. Pemeriksaan sputum dan darah dapat menunjukan

    eosinofilia ( kenaikan kadar eosinofil). Terjadi peningkatan kadar serum

    immunoglobulin E (IgE) pada asma alergik.

    Sputum dapat jernih atau berbusa atau kental dan putih dan berserabut.

    Gas darah arteri menunjukkan hipoksik selaama serangan akut. Awalnya,

    terdapat hipokapnea dan respirasi alkalosis dan tekanan parsial karbon dioksida

    yang rendah. Dengan memburuknya kondisi dan pasien menjadi lebih letih,

    karbondioksida dapat meningkat. karbon dioksida yang normal dapat

    menunjukkan gagal napas yang mengancam. Karena PCO2 20 kali lebih dapat

    berdifusi dibanding dengan oksigen adalah sangat jarang bagi PCO2 untuk normal

    atau meningkat pada individu yang bernapas dengan sangat cepat.

    Fungsi pulmonary biasanya normal antar serangan. Selama serangan

    akut, terdapat suatu peningkatan kapasisitas paru total dan volume resudal

    fungsional sekunder terhadap terjebaknya udara. FEV adalah kapasitas vital kuat

    (FVC) sangat menentukan.

    2.3.6 Penatalaksanaan medis

    Prinsipprinsip penatalaksanaan asma bronchial :

    a.

    Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan

    adalah :

    1). Waktu terjadinya serangan

    2). Obatobatan yang telah diberikan ( jenis dan dosis)

    b. Pemberian obat bronkodilator

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    22/34

    22

    c.

    Penilaian terhadap perbaikan serangan

    d. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid

    e. Setelah serangan mereda :

    1). Cari faktor penyebab

    2). Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    23/34

    23

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKHITIS KRONIS,

    EMPHISEMA, dan ASMA

    3.1 Asuhan Keperawatan pasien Bronkhitis Kronis

    Asuhan Keperawatan pasien Bronkhitis Kronis

    3.1.1 Pengkajian.

    Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis kronis :

    1.

    Aktivitas/istirahat

    Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan

    aktivitas sehari hari, Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada

    saat istirahat.

    Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan

    massa otot.

    2.

    Sirkulasi

    Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

    Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

    jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi

    jantung redup, Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis, Pucat,

    dapat menunjukkan anemi.

    3.

    Integritas Ego

    Gejala : Peningkatan faktor resiko, Perubahan pola hidup

    Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

    4. Makanan/cairan

    Gejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan

    untuk makan,

    penurunan berat badan, peningkatan berat badan.

    Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan

    berat badan, palpitasi abdomen.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    24/34

    24

    5.

    Hygiene

    Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

    Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

    6.

    Pernafasan

    Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama

    minimun 3 bulan berturut

    turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang

    timbul.

    Tanda : Pernafasan biasa cepat, penggunaan otot bantu pernafasan,

    bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas ronchi,

    perkusi hyperresonan pada area paru, warna pucat dengan cyanosis

    bibir dan dasar kuku, abuabu keseluruhan.

    3.1.2. Diagnosa keperawatan

    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret.

    2. Kerusakan pertukaran gas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme

    bronchus.3. Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.

    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia, mual

    muntah.

    5. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d menetapnya sekret, proses penyakit

    kronis.

    3.1.3. Intervensi

    Diagnosa I :

    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

    produksi sekret.

    Tujuan :

    Mempertahankan jalan nafas paten.

    Intervensi :

    23

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    25/34

    25

    1.

    Auskultasi bunyi nafas.

    Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi

    jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

    2.

    Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

    Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

    ditemukan selama/adanya proses infeksi akut.

    3. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

    Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe

    dan menurunkan jebakan udara.

    4.

    Observasi karakteristik batuk

    Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada

    lansia, penyakit akut atau kelemahan Tingkatkan masukan cairan

    sampai 3000 ml/hari

    Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret

    mempermudah pengeluaran.

    Diagnosa 2 :

    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

    sekresi, spasme bronchus.

    Tujuan:

    Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat

    dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

    Intervensi :

    1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

    Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan

    kronisnya proses penyakit.

    2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

    Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi

    dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja

    nafas.

    3. Auskultasi bunyi nafas.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    26/34

    26

    Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau

    area

    4. Konsolidasi. Awasi tanda vital dan irama jantung

    Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat

    menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

    5. Awasi GDA

    Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga

    hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.

    6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

    Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

    Diagnosa 3 : Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.

    Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.

    Intervensi :

    1. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

    Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan

    teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.

    2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

    Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres

    berlebihan.

    3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika

    diharuskan

    Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

    Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia,

    mual muntah.

    Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.

    Intervensi :

    a. Kaji kebiasaan diet.

    Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi

    sputum.

    b. Auskultasi bunyi usus

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    27/34

    27

    Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

    c. Berikan perawatan oral

    Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat

    mual dan muntah.

    d. Timbang berat badan sesuai indikasi.

    Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan

    rencana nutrisi.

    e. Konsul ahli gizi

    Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu

    memberikan nutrisi maksimal.

    Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya

    sekret, proses penyakit kronis.

    Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

    Intervensi :

    a.

    Awasi suhu.

    Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.b. Observasi warna, bau sputum.

    Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya

    infeksi.

    c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.

    Rasional : mencegah penyebaran patogen.

    d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

    Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

    menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.

    e. Berikan anti mikroba sesuai indikasi

    Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi

    dengan kultur.

    3.2 Asuhan Keperawatan Emfisema

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    28/34

    28

    3.2.1 Pengkajian

    Klien mengeluh sesak napas

    Klien mengeluh berat saat bernapas

    Klien mengeluh adanya rasa penuh di tenggorokan

    Klien selalu mengeluh kelelahan dan lemas

    3.2.2 Diagnosa Keperawatan

    1.

    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli yangreversible.

    3.2.3 Intervensi:

    Ajari pasien tentang teknik penghematan energi.

    Bantu pasien untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang bisa

    diselesaikan.

    Kolaborasi :

    Berikan oksigen sesuai indikasi

    Berikan penekan SSP (anti ansietas sedatif atau narkotik) dengan

    hati-hati sesuai indikasi

    Rasional

    Pasien dapat bernapas dengan lancer.

    Membantu ekspansi paru yang optimal.

    Evaluasi tingkat kemapuan pasien dan mempermudah perawat dalam

    merencanakan kriteria latihan lanjutan.

    Meningkatkan keadekuatan jalan napas.

    Menjaga komunikasi dengan pasien dan mampu bekerjasama dalam

    memprioritaskan tugas.

    Mempercepat proses pemulihan dengan kerja sam yang baik dengan

    dokter.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    29/34

    29

    2.

    Diagnosa keperawatan : Pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi

    alveoli.

    Intervensi:

    Latih pasien napas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif.

    Jelaskan pada pasien bahwa dia dapat mengatasi hiperventilasi melalui

    kontrol pernapasan secara sadar.

    Kolaborasi: Pemberian obat-obatan sesuai indikasi dokter (ex.

    bronkodilator)

    Resional :

    Ventilasi alveoli normal.

    Tidak terjadi gangguan perubuhan fungsi pernapasan.

    Untuk melatih ketahanan jalan napas. Serta memungkinkan untuk

    melatih batuk efektif.

    Mampu mengurangi ansietas pasien dalam menghadapi hiperventilasi..

    3.3 Asuhan Keperawatan Pasien Asma

    3.3.1 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul

    Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan

    produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan

    energi/kelemahan

    3.3.2 Pengkajian

    Pengumpulan data

    a. Riwayat penyakit sekarang.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    30/34

    30

    Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan keluhan,

    terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-

    gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan,

    gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji

    kondisi awal terjadinya serangan.

    b.

    Riwayat penyakit dahulu.

    Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran

    napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan

    asma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan

    serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen

    Daniel, 1991)

    c. Riwayat kesehatan keluarga.

    Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat

    penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karenahipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh

    lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)

    d. Riwayat psikososial

    Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan

    asma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai

    lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi

    serangan asma. yatim piatu, ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain

    sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony Croket,

    1997 dan Tjen Daniel, 1991).

    1. Perencanaan

    Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis

    keperawatan maka tahap berikutnya adalah perencanaan. Pada tahap ini perawat

    membuat rencana perawatan dan menentukan pendekatan apa yang digunakan

    untuk memecahkan masalah klien. Ada tiga fase dalam tahap perencanaan yaitu

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    31/34

    31

    menentukan prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan

    keperawatan (menurut Susan Martin Tucker, 1993). Perencanaan dari diagnosis-

    diagnosis keperawatan diatas adalah sebagai berikut:

    Diagnosa keperawatan I

    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola pernafasan dan

    kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme dan peningkatan

    sekresi pulmoner.

    Hasil yang diharapkan:

    - Pasien mempunyai pernafasan yang sesuai usia.

    - Pasien menyebutkan bahwa ia dapat bernafas dengan lebih baik.

    - Pasien mampu membuang sekresi.

    - Mengi minimal dan intoleransi aktivitas minimal.

    Rencana tindakan :

    - Pantau TTV, termasuk pengkajian pernafasan tiap 2 jam.

    - Berikan oksigen sesuai pesanan dan untuk distress pernafasan dan

    sianosis; pemantauan oksigen transkutan.

    - Hindari penggunaan kadar O2 terlalu tinggi karena dapat menekan

    pernafasan secara bermakna.

    - Berikan bronkodilator melalui nebulizer sesuai pesanan dan kaji

    status pernafasan sebelum dan sesudah pemberian.

    - Berikan infus bronkodilator secara intravena sesuai pesanan.

    - Jamin bahwa pasien menerima maksimum untuk usia dan berat

    badan melalui parenteral dan oral.

    - Izinkan pasien memilih posisi yang paling nyaman.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    32/34

    32

    - Periksa kadar teofilin dan berikan dosis bolus dari bronkodilator

    secara intravena sesuai pesanan untuk mempertahankan kadar obat

    terapeutik.

    - Patau gas darah.

    - Pantau terhadap tanda dan gejala gagal pernafasan dan siapkan

    untuk intubasi darurat bila ada hal berikut terjadi: pernafasan cepat dan

    dangkal, penurunan bunyi nafas, pengisian kapiler lambat, takikardia,

    penurunan kesadaran.

    3.3.3

    Intervensi

    a. Ajarkan pasien untuk mengkoordinasi pernapasan diafraghmatik dengan

    aktivitas (misalnya berjalan membungkuk).

    b. Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.

    2.

    Rasional

    a. Akan memungkinkan pasien untuk lebih aktif dan untuk menghindari

    keletihan berlebihan atau dispnea selama aktivitas.b. Sejalan dengan teratasinya kondisi, pasien akan mampu melakukan

    lebih banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan

    ketergantungan

    c. Memberikan dorongan pada pasien untuk terlibat dalam keperawatan

    dirinya.

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    33/34

    33

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1Kesimpulan

    Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang

    berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.

    Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang

    efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama

    bronkitis kronik. Emfisema paru didefinisikan sebagai suatu distensi

    abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal dengan kerusakan

    dinding alveoli. Dibarengi dengan bronkitis obstruksi kronik, kondisi ini

    merupakan penyebab utama kecacatan.

    Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan cirri

    bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma

    merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh factor

    biokimia,endokrin,infeksi, otonomik dan psikologi.

    4.2Saran

    Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap pembaca mampu lebih

    memahami tentang penyakit saluran pernafasan khususnya tentang

    bronkitis kronis, emfisema dan asma.

    32

  • 5/19/2018 Asuhan keperawatan Bronkhitis kronis, emfisema dan asma

    34/34

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    Bare G Brenda, Sineltzer C Suzanne. Tahun.Keperawatan medical bedah.EGC:

    Jakarta