asuhan kebidanan metritis

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme pertahanan. Radang atau infeksi pada alat alat genetalia dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit akur juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun. Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2 jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedan ginfeksi puerperal kuman kuman dari uterus melalui darah dan limfe menuju parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritonium. Pada asuhan kebidanan ini akan dibahas mengenai cara menangani kasus pada ibu nifas dengan metritis atau radang miometrium yang merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan metritis 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah pada ibu nifas dengan metritis

Upload: firda-roswandani

Post on 03-Jul-2015

1.769 views

Category:

Health & Medicine


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga

peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah

terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas,

masing – masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme pertahanan.

Radang atau infeksi pada alat – alat genetalia dapat timbul secara akut

dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama

sekali tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen

tuba. Penyakit akur juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan

sudah menahun.

Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium

melalui 2 jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedan

ginfeksi puerperal kuman – kuman dari uterus melalui darah dan limfe

menuju parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritonium.

Pada asuhan kebidanan ini akan dibahas mengenai cara menangani

kasus pada ibu nifas dengan metritis atau radang miometrium yang

merupakan kelanjutan dari penyakit endometritis

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan metritis

diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan

metritis

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah pada ibu

nifas dengan metritis

Page 2: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

2

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial pada ibu

nifas dengan metritis

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu

nifas dengan metritis

5. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada ibu nifas

dengan metritis

6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas

dengan metritis

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah

diberikan.

1.3 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Mengumpulkan data dengan tanya jawab langsung tentang masalah yang

dialami klien.

2. Observasi

Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspirasi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

3. Study Dokumentasi

Memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien,

catatan medik dan data penunjang lainnya.

4. Studi Kepustakaan

Pengambilan data dari buku-buku litaratur

1.4 Sistematika Penulisan

Penyusunan asuhan kebidanan ini terbagi dalam 5 bab yaitu :

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Metode Pengumpulan Data dan Teknik penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas Fisiologis

B. Konsep Dasar Metritis

Page 3: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

3

C. Konsep Manajemen Kebidanan Pada ibu nifas dengan Metritis

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data

B. Identifikasi Masalah dan Diagnona

C. Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial

D. Kebutuhan Segera

E. Rencana Asuhan

F. Implementasi

G. Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek

dilapangan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

4

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.2 Konsep Dasar Nifas

2.1.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan

sebelum hamil.

(Herawati Mansur, 2009: 152)

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.

(Sarwono, 2008: 356)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

(Sarwono, 2008: 122)

2.1.2 Perubahan fisiologi alat-alat tubuh

Menurut Sarwono, 2002 : 122, pada masa ini terjadi perubahan-

perubahan fisiologis yaitu :

a. Perubahan fisik

b. Involusi uterus dan pengeluaran lochea

c. Lokasi dan pengeluaran air susu ibu

d. Perubahan system tubuh lainnya.

e. Perubahan psikis

Menurut Rustam Mochtar (1998 : hal 115) pada masa ini terjadi

perubahan involusi pada alat-alat kandungan yaitu :

a. Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Page 5: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

5

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simpisis

Tidak teraba di atas simpisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

b. Bekas Implantasi Uri

Placenta bad mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum

uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 3 minggu menjadi 3,5 cm, pada

minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka jalan lahir

Pada jalan lahir bila tidak di sertai dengan infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

d. Rasa sakit (After Pains).

Muntah atau mules-mules (After pains) disebabkan kontraksi

rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

e. Lochea

Merupakan cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

Beberapa macam Lochea :

1. Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desi dua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum selama

2 hari post partum.

2. Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 post partum.

3. Lochea Serusa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

terjadi pada hari ke 7-14 post partum.

4. Lochea Alga : cairan putih, setenlah 2 minggu.

5. Lochea purulental : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau buruk.

6. Locheostatis : Lochea yang tidak lancar keluarnya.

Page 6: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

6

f. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong

pewarna merah kehitaman. Konsistensinya lemak, kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bias

masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dari setelah

7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

g. Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pervis yang merenggang pada waktu

persalinan, setelah bayi baru lahir secara berangsur-angsur menjadi

mengecil dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh

kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum

menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-

latihan dan gunnastik pasca persalinan.

2.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologik.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

(Sarwono, 2002:122)

2.1.4. Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, menditeksi mngenai masalah –

masalah yang terjadi.

Kunjungan Waktu Tujuan

Page 7: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

7

1

2

6 – 8 jam

setelah

persalinan

6 hari setelah

persalinan

- Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia

uteri

- Menditeksi dan merawat penyebab lain

pendarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut.

- Memberiakan konseling pada ibu atau salah satu

keluarga, bagaimana mencegah pendarahan masa

nifas karena atonia uteri.

- Pemberian ASI awal

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir.

- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi

Note : Jika petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal dengan ibu BBL 2

jam pertama post partum atau sampai ibu dan

bayinya dalam keadaan stabil.

- Memastikan evolusi uterus berjalan normal :

uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau.

- Memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan dan istirahat.

- Memastikan adanya tanda – tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu menyususi dengan baik, dan

- tidak memperlitkan tanda – tanda penyulit.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, pada bayi, tetap

hangat dan merawat bayi sehari – hari.

- Sama seperti diatas (6 hari setelah persalianan)

Page 8: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

8

3

2 minggu

setelah

persalinan

6 minggu

setelah

persalinan

- Menanyakan pada ibu tentang Penyulit –

Penyulit yang ia tau bayi alami.

- Memberikan konseliang untuk KB secara dini.

(Sarwono, 2008: 123)

2.1.4 Perawatan Masa Nifas

Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, dimana

puerperal diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Dampak sikap

demikian pernah di jumpai sehingga terjadi adhesi antara labium merior

dan labium mayora kanan dan kiri.

Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan ibu untuk

malakukan “mobilisasi dini” (early mobiliazation). Perawatan mobilisasi

dini mempunyai keuntungan

(Manuaba, 1998 : hal 193):

a. Mobilisasi dini

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan-kiri untuk

mencegah terjadi trombosis dan tromboembou. Pada hari ke 2

Page 9: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

9

diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 atau 5 boleh

pulang.

b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran

dan buah-buahan.

c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Biasanya

selama persalinan wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uterus

ditekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih perih dan wanita sulit

kencing sebaiknya dilakukan katerisasi.

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat

diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa

dilakukan klisma.

e. Perawatan Payudara (Mamma)

Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan

cara :

Pembalutan mammae sampai tertekan

Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet

Lynoral dan parlodel

f. Laktasi

Untuk menghadapi laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah

terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :

Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar. Alveoli dan jaringan

lemak bertambah.

Hipervaskularisasi pada permukaan dam bagian dalam

Keluar cairan susu jolung dari duktus laktiferus disebut colustrum,

berwarna kuning-putih susu.

Page 10: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

10

Bila bayi mulai di susui, isapah pada putting susu merupakan

rangsangan psikis yang secara reflektaris mengakibatkan oksitasi

dikeluarkan oleh tupofise. Sebagai efek positif adalah infolusi uteri akan

lebih sempurna. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar

(romming in) atau pada tempat yang terpisah.

Keuntungan romming in :

Mudah menyusukan bayi

Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi

Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.

g. Cuti hamil dan bersalin

Menurut undang-undang, bagi wanita bekerja berhak

mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan

sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.

h. Pemeriksaan Pasca Persalinan

Bagi ibu dengan persalinan normal sebaiknya dilakukapemeriksaan

kembali 6 minggu setelah persalinan.

Nasehat untuk ibu posthatal

1. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan

2. Sebaiknya bayi disusui

3. Kerjakan jimnastik setelah bersalin

4. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB

untuk menjarangkan anak.

5. Bawalah bayi untuk mendapatkan imunisasi

2.2 Konsep Dasar Metritis

2.2.1 Pengertian Metritis

Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang

merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri

sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya

seperti endometritis.

(Sarwono,2009:647)

Page 11: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

11

Metritis/miometritis adalah radang miometrium atau infeksi uterus setelah

persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu, keterlambatan terapi akan

menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi

panggul kronik, sumbatan tuba dan infertilitas.

(Sarwono, 2008,262)

Metritis adalah radang pada lapisan dinding rahim yaitu miometrium.

Dimana terjadi infeksi uterus setelah persalinan. Penyakit ini tidak berdiri sendiri

tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti

endometritis. Bila tidak teratasi dengan baik maka berpotensi terjadi Parametritis

(infeksi sekitar rahim), Salpingitis (infeksi saluran otot), Ooforitis (infeksi indung

telur), Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung

telur.

(Wikipedia.com)

2.2.2 Patofisiologi

Bakteriologi

Meskipun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri

biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses

persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan

tersebut, cairan ketuban dan mungkin uterus akan terkontaminasi oleh

bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob yang terbanyak adalah

Peptostreptokokus sp dan Peptokokus sp. Selain itu, juga terdapat

Bakterioides sp dan Klostridium sp. Baakteri aerob gram positif yang

sering ialah Enterokkokus dan grup B Streptokokus, sedangkan bakteri

gram negatif yang sering ialah Eserisia koli

Patogenesis

Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada

tempat implantasi plasenta, desidua dan miometrium yang berdekatan.

Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina mendapatkan akses ke cairan

ketuban pada waktu persalinan, dan pada saat pascapersalinan akan

menginvasi tempat implantasi plasenta yang saat itu biasanya merupakan

sebuah luka dengan diameter ± 4cm dengan permukaan luka yang

Page 12: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

12

berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus, daerah ini

merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen.

Infeksi uterus pascaoperasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka

operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.

(Sarwono, 2008 :649)

2.2.3 Etiologi

Faktor Predisposisi terjadinya Metritis menurut (Sarwono, 2008: 247)

adalah:

1. Persalinan Pervaginam

Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominam/seksio

sesarea, maka timbulnya metritis pada persalinan pervaginam

relatif jarang bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu

pada ketuban pecah prematur yang lama, partus lama dan

pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian metritis akan

meningkat sampai mendekati 6. Bila terjadi korioamnionitis

intrapartum, maka kejadian metritis akan lebih tinggi yaitu

mencapai 13%.

2. Persalinan Seksio Sesarea

Seksio sesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya

metritis dan erat kaitannya dengan status sosioekonomi penderita.

Faktor risiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya

proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang

dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya risiko

tersebut, American College of Obstetricians and Gynecologist

menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan

seksio sesarea.

2.2.4 Klasifikasi Miometritis

1. Metritis Akut

Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi post

partum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian

dari infeksi yang lebih luas. Pada wanita dengan endometrium yang

meradang (endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit

Page 13: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

13

ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan daan

infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat

trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.

2. Metritis Kronik

Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar

menometrogia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan

leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara

umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila

pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :

a. Abses pelvik

b. Peritonitis

c. Syok septic

d. Dispareunia

e. Trombosis vena yang dalam

f. Emboli pulmona

g. Infeksi pelvik yang menahun

h. Penyumbatan tuba dan infertilitas

2.2.5 Manifestasi klinik

Gejala dan tanda metritis yaitu.

a. Demam menggigil

b. Nyeri di bawah perut

c. Lochia berbau dan bernanah

d. Nyeri tekan uterus

e. Perdarahan pervaginam

f. Syok

Menurut (Sarwono, 2008:649) gejala klinik Metritis adalah :

1) Demam merupakan gejala klinik terpenting untuk mendiagnosis

metritis, dan suhu tubuh berkisar melebihi 380 C - 390 C. Demam

disertai menggigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya

bakteremia yang bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya

timbul pada hari ke 3 ddertai nadi cepat

Page 14: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

14

2) Penderita mengeluhkan nyeri abdomen yang pada pemeriksaan

bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek

3) Lokhia yang berbau menyengat sering menyertai timbulnya

metritis, tetapi bukan merupakan tanda pasti.

4) Pada infeksi oleh grup A β-hemolitik streptokokus sering disertai

lokhia bening yang tidak berbau.

2.2.6 Komplikasi

Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :

1. Abses pelvik

Pada keadaan yang sangat jarang selulitis parametrium yang terjadi

akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi maka harus

dilakukan drainase pus yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan

pemasangan jarum berukuran besar maupun ke posterior dengan

melakukan kolpotomi yaitu tindakan pembedahan yang membawa porsio

dari usus besar melewati dinding abdomen. Selain itu, perlu juga diberikan

antibiotika yang adekuat.

2. Peritonitis

Peritonitis merupakan penyulit yang kadang-kadang terjadi pada

penderita pasca seksio sesaria yang mengalami metritis disertai nekrosis

dan dehisensi insisi uterus. Pada keadaan yang lebih jarang didapatkan

pada penderita yang sebelumnya mengalami seksio sesaria kemudian

dilakukan persalinan pervaginam (VBAC: Vaginal Birth After C-section).

Abses pada perametrium atau adneksa dapat pecah dan menimbulkan

peritonitis generalisata.

3. Syok septic

Syok septic atau syok endotoksik merupakan suatu gangguan

menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab

utama adalah infeksi bakteri gram negative. Sering dijumpai pada abortus

septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.

4. Dispareunia

Page 15: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

15

Adalah rasa sakit atau nyeri pada saat melakukan hubungan

seksual. Metritis bisa menyebabkan penderitanya merasakan

ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan hubungan seksual

5. Trombosis vena yang dalam

Thrombosis vena dalam adalah kondisi medis yang ditandai

dengan pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di

dalam tubuh (vena profunda) yang dapat menyumbat baik seluruh maupun

sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi

darah. Kebanyakan DVT ditemukan pada tungkai bawah, paha, atau

panggul. Pada DVT dengan gumpalan darah yang kecil, mungkin tidak

bergejala. Pada gumpalan darah yang lebih besar yang menyumbat vena

dengan berat, gejala, seperti nyeri, dan pembengkakan pada salah satu

tungkai (biasanya betis) disertai dengan daerah kulit yang hangat, biasanya

timbul. DVT biasanya terjadi ketika seseorang menjadi inaktif untuk

beberapa waktu tertentupada kasus-kasus seperti perawatan di rumah sakit

dan perjalanan jarak jauh dengan menggunakan mobil ataupun pesawat

terbang. Meskipun hal ini bukan merupakan kondisi yang berbahaya, hal

ini memerlukan penanganan dini jika gejala timbul karena gumpalan darah

di dalam vena dapat lepas dan berjalan melalui aliran darah, dimana

gumpalan darah tersebut dapat menyangkut pada pembuluh darah di dalam

paru-paru. Komplikasi ini dikenal dengan emboli paru dan dapat

mengancam jiwa.

6. Emboli pulmonal

Emboli pulmonal adalah kondisi medis yang ditandai dengan

pernapasan pendek yang mendadak dan tidak dapat dijelaskan, nyeri dada,

dan batuk akibat penyumbatan salah satu pembuluh darah. Penyumbatan

biasanya disebabkan oleh gumpalan darah yang berjalan di dalam aliran

darah dari vena ke dalam paru-paru. Oleh karena itu, orang-orang dengan

thrombosis vena dalam beresiko tinggi terkenal emboli pulmonal.

7. Infeksi pelvik yang menahun

Page 16: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

16

Metritis yang tidak diobati akan menyebabkan terjadinya infeksi

pelvic yang menahun, yang bisa menyebabkan penderitanya meninggal

apabila tidak diobati.

8. Penyumbatan tuba dan infertilitas

Bila penderita metritis tidak mendapat penanganan secara cepat

atau tidak diobati maka akan menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba

yang akan menghalangi terjadinya prose ovulasi yang bisa menyebabkan

terjadinya infertilitas.

2.2.8 Pencegahan

a) Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti

anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit

yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau

tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua

hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena

dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan

mudah masuk dalam jalan lahir.

b) Masa persalinan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa persalinan yaitu.

a. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada

indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah

pecah.

b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

c. Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat

harus suci hama.

d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik

pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-

baiknya dan menjaga sterilitas.

e. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang

hilang harus segera diganti dengan transfusi darah

Page 17: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

17

c) Selama nifas

Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa nifas yaitu.

a. Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:

b. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.

c. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital

harus suci hama.

d.Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan

khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.

e. Membatasi tamu yang berkunjung

2.2.8 Penatalaksanaan Metritis

1. Segera transfuse bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell

2. Berikan antibiotic broadspektrum dalam dosis yang tinggi

a. Ampicilin 2 gr IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah

gentamisin 5mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan

metronidazol 500mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini

sampai ibu tidak panas selama 24 jam.

Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis

Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital

atau dengan kuret yang lebar)

Bila ada pus lakukan drainese (kalau perlu kolpotomi), ibu

dalam posisi Fowler

Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada

tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan

pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan

histerektomi subtotal.

(Sarwono, 2008 :262)

Page 18: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

18

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Metritis

2.3.1 Pengumpulan Data : merupakan langkah awal untuk mendapatkan data

dari keadaan Px melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang yang

diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.

A. Data Subyektif

1. Biodata

Nama, umur, no reg, nama orang tua, pekerjaan, pendidikan, agama,

alamat.

b. Keluhan Utama

Gejala yang dirasakan ibu, apakah ibu merasa nyeri di perut, apakah ada

nanah pada kelamin ibu dan berbau menyengat. Apakah ibu merasakan

demam

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan perjalanan infeksi yang di alami ibu. Waktu permulaan demam

dan berapa lama ibu mengamati tanda-tanda adanya infeksi pada alat

kalaminnya sampai ibu datang ke petugas kesehatan.

d. Penyakit Riwayat Dahulu

Riwayat infeksi sebelumnya, riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah

ketuban yang lama.

e. Riwayat Natal

Pre natal : selama hamil pernah mengalami keputihan berbau

menyengat atau berwarna kuning kehijauan, pernah mengalami demam

atau tidak. Pernah keguguran atau tidak, apabila pernah keguguran

dilakukan kuret atau tidak, dan ada atau tidak penyakit yang menyertai

kehamilan

Natal : melahirkan secara normal atau seksio atau dengan alat,

siapa yang menolong persalinannya, dimana dan apakah ada penyulit

persalinan atau tidak, juga ditanyakan berapa berat lahir bayi, jenis

kelaminnya, panjang badan dan apabila anak hidup berapa usianya

Sekarang, dan bila mati apa penyebabnya.

,berapa Usia kehamilan, Bagaiman cara melahirkan plasenta, dilakukan

penjahitan jalan lahir atau tidak

Page 19: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

19

Post Natal : Apa ibu mengalami demam aau tidak.

f. Pola kebiasaan Sehari-hari

Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x sehari,

, ganti pembalut setiap lembab atau tidak , ganti celana dalam setiap

berapa kali sehari. Cara mencebok nya bagaimana

pola seksual

ibu mengatakan sakit pada saat melakukan hubungan seksual pada daerah

panggul

B. Data Obyektif : Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari

infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik / cukup / kurang

Kesadaran : composmentis/ apatis,/ somnolen

TTV : Suhu : 380 C- 390 C

Respirasi : > 24 x / menit

Nadi : > 90x/menit

Tekanan Darah : 90/60- 130/90 mmHg

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Mata : conjungtiva pucat

Payudara : payudara mengkilat/tidak, merah/ tidak, Asi keluar/tidak

Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi

Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sanguinolenta. Keluar

nanah, perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka

Palpasi

Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut. tekan pada

abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi,

normalnya pertengahan symphisis pusat)

Page 20: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

20

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) = >9.000 m³

Pemeriksaan cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri

2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah

DX : Ibu X P.... Ab... post partum hari ke ... dengan Metritis

DS : Ibu mengeluh sampai saat ini keluar darah banyak dan berbau setelah

melahirkan anaknya 5 hari yang lalu serta ibu mengeluh perutnya semakin

besar, semakin nyeri dan badannya demam.

Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun)

N : 100 x/mnt(cepat/meningkat)

R: 28x/mnt

S : 38,2 C(meningkat)

Mata : conjungtiva pucat

Abdomen : inspeksi : perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya

pertengahan symphisis pusat)

- Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus

lemah

Genitalia : lokhea berbau busuk, normalnya lokhea sanguinolenta

· Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) = >9.000 m³

· Pemeriksaan cairan dari serviks secara mikroskopis terdapat bakteri

2.3.3 Identifikasi Diagnosan Dan Masalah Potensial

Diagnosa potensial:

Abses pelvik

Peritonitis

Syok septic

Dispareunia

Trombosis vena yang dalam

Page 21: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

21

Penyumbatan tuba dan infertilitas

Infeksi pelvik yang menahun

Emboli pulmonal

2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Adapun kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah :

a. Rehidrasi

b. Siapkan Rujukan

c. kolaborasi dengan dokter

2.3.5 Pengembangan Rencana

1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya

R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan lebih kooperatif

untuk dilakukan tindakan

2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter

R/ sebagai bukti ontentik

3. Pasang infus

R/ keseimbangan cairan

4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama

48 jam, Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB

IV tiap 24 jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal

(Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan)

R/ terapi yang diberikan untuk infeksinya

5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler

R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah

penyebaran infeksi

6.Observasi TTV

R/ deteksi dini komplikasi

7. Berikan diet TKTP dan banyak minum air putih

R/ perbaikan nutrisi dan menjaga keseimbangan tubuh

2.3.6 Implementasi

Page 22: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

22

Merupakan realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun

dalam kondisi tertentu implementasi dapat berubah disesuaikan

dengan kondisi pasien.

2.3.7 Evaluasi

Merupakan seperangkat tindakan yang digunakan untuk mengukur

pelaksanaan berdasarkan tujuan dan kriteria. Dalam evaluasi

menggunakan format SOAP.

S : Data yang didapat dari wawancara langsung.

O : Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dan observasi.

A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan obyektif.

P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah.

Page 23: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

23

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA

Tanggal 28 Mei 2014

A. Data Subyektif

1. Identitas

Nama : Ny. P Nama Suami : Tn. R

Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta (toko

material)

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Papar, kediri Alamat : Papar, Kediri

Keluhan Utama

Ibu datang ke BPM dengan keluhan sudah dua hari panas badan dingin, nyeri

perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina bau busuk seperti

nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 24 Mei 2014, perdarahan normal, ibu

melahirkan di rumah ditolong oleh dukun tidak didampingi tenaga kesehatan.

Penyakit Riwayat Dahulu

Ibu belum pernah mengalami infeksi sebelumnya, Ibu juga tidak

mengalami pecah ketuban sebelum waktunya

Riwayat Natal

Pre natal : selama hamil tidak pernah mengalami keputihan berbau

menyengat atau berwarna kuning kehijauan, tidak pernah mengalami

demam. Tidak pernah keguguran,

Natal : melahirkan secara normal ditolong bidan, dan ari ari

dirogoh ,usia kehamilan 9 bulan

Post Natal : ibu mengalami demam

Page 24: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

24

Pola kebiasaan Sehari-hari

Pola kebersihan : mandi untuk kebersihan tubuh minimal 2x sehari,

, ganti pembalut setiap lembab, ganti celana dalam setiap 2 kali sehari.

pola seksual

ibu mengatakan sakit pada saat melakukan hubungan seksual pada daerah

panggul

Riwayat Persalinan yang Lalu

N

o

Tgl/T

ahun

Tempat

Persalinan

Usia

Kehamil

an

Jenis

Kehamilan Penolong

Jenis

Kehami

lan

BB/P

B

Keadaan

anak

1.

12-

08-

2009

Rumah 9 bulan Normal Dukun L

3000g

r/

48cm

Hidup

sehat

B. DATA OBYEKTIF

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : composmentis

TD :90/60 mmHg

Nadi :102 x/menit

Pernapasan :24 x/menit

Suhu :39,50C

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Mata : conjungtiva pucat

Abdomen : perut membuncit, tidak ada luka bekas operasi

Genetalia : Lokhea busuk, normalnya lokhea sanguinolenta. Keluar

nanah, perenium tidak ada bekas laserasi jalan lahir tidak ada bekas luka

Palpasi

Page 25: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

25

Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Abdomen : terdapat nyeri tekan dan terasa sakit pada perut bagian bawah.

kontraksi uterus lemah TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan

symphisis pusat)

Pemeriksaan penunjang

Hemoglobin : 10,4 gr %

Leukosit : 150.00 UI

Golongan darah : 0

II. INTERPRESTASI DATA

1. DX : Ny P P2002 Ab0 post partum hari ke 5 dengan Metritis

DS : Ibu mengeluh sampai saat ini keluar darah banyak dan berbau setelah

melahirkan anaknya 5 hari yang lalu serta ibu mengeluh perutnya semakin

besar, semakin nyeri dan badannya demam.

Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun)

N : 102x/mnt(cepat/meningkat)

R : 24x/mnt

S : 39,5 C(meningkat)

Mata : conjungtiva pucat

Abdomen :

inspeksi :perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya pertengahan

symphisis pusat)

Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus lemah

Genitalia : lokhea berbau busuk

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Potensial terjadinya syok hemorargi, abses pelvik peritonitis, syok septik

trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun

penyumbatan dan infertilitas.

Page 26: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

26

IV. EVALUASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI

Tindakan segera

a. Mengurangi cairan yang hilang

b. Mengganti cairan yang hilang

c. Menyiapkan Rujukan

V. RENCANA MANAJEMEN

1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya

R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan agar lebih kooperatif untuk dilakukan

tindakan

2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter

R/ sebagai bukti ontentik dan sebagai bukti tanggung gugat

3. Pasang infus

R/ untuk rehidrasi cairan, mempersiapkan jika diperlukan rujukan,dan untuk

persiapan pemasangan transfusi bila diperlukan saat sampai di tempat rujukan

4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam,

Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24

jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral tidak

diprelukan setelah terapi suntikkan)

R/ terapi yang diberikan untuk infeksinya

5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler

R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah penyebaran infeksi

6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari

R/ untuk menyeimbangkan cairan

7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi

R/ agar ibu tidak jatuh pada kondisi syok

8.Observasi TTV dan perdarahan

R/ deteksi dini komplikasi dan tanda bahaya

8. Persiapkan ibu untuk dirujuk

R/ Agar masalah segera ditangani

Page 27: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

27

VI. IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini dan

meminta inform consent untuk merujuk

2. Melakukan observasi keadaan umum dan tanda vital

Suhu : 39,8 0C

Nadi : 102 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

TD : 90 / 60 mmHg

3. Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam

1) Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam

2) Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam

3) Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal

Antibiotika oral tidak diprelukan setelah terapi suntikkan

4. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta

sisa kotiledon.

5. Memasang infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit mengganti doek minimal 3 kali

ganti doek

6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari

7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi yang

baik

8. Mengobservasi perdarahan

10. Menganjurkan pada ibu untuk banyak istirahat

11. Mempersiapkan ibu untuk dilakukan rujukan

VII. EVALUASI

S :

a. Ibu masih merasa sakit perut bagian bawah

b. Ibu mengatakan suhu tubuhnya sudah menurun

c. Ibu mengatakan cairan yang keluar masih berbau busuk

Page 28: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

28

d. Ibu merasa tenang walaupun akan dirujuk karena sudah diberikan penjelasan oleh

bidan

O :

TD : 90/60 mmHg

Suhu : 39,5 0C

Pernapasan : 20 x/menit

Nadi : 94 x/menit

Abdomen : nyeri tekan perut bagian bawah terasa keras dan bulat

TFU3 jari dibawah pusat

Lochea : warna merah segar, masih bau busuk

A : Ny P usia 28 tahun P1001 Ab0 Post partum hari ke 4 dengan

metritis

P : Dilakukan rujukan segera

Page 29: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

29

BAB IV

PEMBAHASAN

Nifas adalah masa di setelah partus selesai sampai 6 minggu pasca salin.

Pada masa ini ada 3 hal yang patut diperhatikan oleh petugas kesehatan. Hal

tersebut adalah ppenurunan TFU (Tinggi Fundus Uteri), pengeluaran lochea dan

laktasi (menyusui). Begitu pentingnya hal tersebut untuk diobservasi karena dapat

digunakan sebagai indicator adanya kelainan atau komplikasi pada masa nifas.

Pada Ny “P” ditegakkan diagnosa dengan metritis dengan dasar pada

pengkajian dimana didapatkan adanya nyeri pada abdomen bagian bawah, adanya

lochea bernanah dan berbau menyengat selain itu disertai adanya demam. Untuk

Ibu nifas normal seharusnya lochea yang keluar sudah berupa lochea

sanguinolenta dimana lochea yang keluar berwarna merah kekuningan tapi pada

kasus ini warna lochea masih merah segar dan terdapat nanah sehingga berbau

menyengat. Dan dari pemeriksaan juga ditemukan bahwa suhu ibu tinggi yaitu

39,50C, dan menurut teori demam merupakan tanda adanya infeksi diperkuat

adanya perdarahan yang keluar dari vagina.

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif ternyata didapatkan bahwa ibu

melahirkan di dukun, hal ini bisa disimpulkan bahwa ibu mungkin terkena infeksi

saat pertolongan persalinan yang tidak seril dari dukun.

Dan dilihat dari pengkajian data subyektif maupun obyektif diatas

disimpulkan bahwa ibu terkena infeksi miometrium yaitu metritis, yaitu infeksi

yang terjadi setelah persalinan dan salah satu faktornya adalah pertolongan

persalinan yang kurang steril dalam kasus ini ditolong oleh dukun.

Untuk penanganan yang dilakukan bidan disini adalah dengan memberikan

rehidrasi untuk menyeimbangkan kebutuhan cairan, memberikan antibiotika

kombinasi sampai ibu bebas dari demam selama 48 jam yaitu : Ampicilin 2 gr IV

setiap 6 jam ; Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam ; Metronidazol 500 mg IV

Page 30: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

30

tiap 8 jam dosis tunggal, selain itu bidan juga mempersiapkan untuk dilakukan

rujukan ke fasilitas kesehatan yang mampu menangani kasus infeksi.

Page 31: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

31

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. “P” Post partum hari ke-4,

Dengan Metritis penulis dapat menimpulkan bahwa :

1. Pada kasus Ny. “P” bisa dikaji data subyektif dan objektif. Data

subjektifnya ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki tanggal 24

Mei 2014. Saat pengkajian, ibu mengeluhkan demam dan nyeri pada perut

sejak 1 hari yang lalu.. Dari data obyektif diperoleh nyeri tekan pada

abndomen bagian bawah ibu dan suhu ibu tinggi 390C

2. Diagnosa : Ny. “P” P2002 Ab000 Post Partum hari ke-4 Dengan Metritis

3. Rencana Asuhan yang diberikan:

1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya

2. Lakukan informed consent untuk dilakukan rujukan ke dokter

3. Pasang infus

4. Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam,

Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam, Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24

jam,Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal (Antibiotika oral

tidak diprelukan setelah terapi suntikkan)

5.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler

6. Menganjurkan pada ibu untuk sedikitnya minum 8 liter/hari

7. Menganjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan mengandung gizi

8.Observasi TTV dan perdarahan

8. Persiapkan ibu untuk dirujuk

4. Setelah diberikan penjelasan ibu mengerti untuk dilakukan rujukan.

Page 32: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

32

B. SARAN

1. Untuk klien

- Klien hendaknya melahirkan di bidan bukan di dukun agar tidak terjadi

infeksi karena pertolongan persalinan oleh dukun tidak dilakukan

secara steril

2. Untuk petugas kesehatan

- Petugas hendaknya memberikan lebih banyak KIE mengingat ini

merupakan kasus patologis yang mengharuskan tindakan perujukan

maka ibu harus mendapatkan banyak KIE agar tenang dan kooperatif.

Dan bidan juga harus profesional dan jika bukan kewenangannya tidak

seharusnya dikerjakan sendiri

Page 33: ASUHAN KEBIDANAN METRITIS

33

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ginekologi Bagian Obstetri dan Gynekologi, Bandung

Prawiroharjo,Sarwono,2008,Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP-SP

Prawirohadjo,Sarwono, 2008, Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta:YBP-SP

Prawiroharjo, Sarwono,2009. Ilmu Kebidanan , Jakarta : YBP-SP