askep perawatan luka selulitis

Upload: rizki-archard-alfonso

Post on 30-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

selulitis

TRANSCRIPT

Askep Perawatan Luka Selulitis BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangPenyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P.1998 ), Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940. Hingga tahun 1970. Tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik dari pada lingkungan kering, Winter (1962 ) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup polyetylen dua kali lebih cepat dari pada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab dari pada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter.P.1998 ). Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi, pada kenyataan tingkat infeksi pada semua jenis balutan lembab adalah 2,5% lebih baik dibandingkan 9% pada balutan kering (Thompson,J.2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh, konsep penyembuhan luka dengan tehnik lembab ini merubah pelaksanaan luka dan memberikan rangsangan perkembangan balutan lengkap ( Potter.P.1998 ).Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan, tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka, penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat, untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi,1999 ). Citoxic agent seperti povidine iodine,asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka Karena dapat menghambat penyumbatan dan mencegah recepitelisasi luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan NaCI dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan (Walker.D.1996 ).Tepi luka seharusnya bersih,berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka, tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira 1minggu, kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.

B.TUJUANPerawatan luka yaitu Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka.1) Menjaga luka dari trauma2) Imbolisasi luka3) Mencegah perdarahan dan infeksi4) Mencegah kontaminasi dengan kuman5) Mengabsorbsi drainase6) Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis

BAB IITINJAUAN TEORIA. Pengertian Perawatan luka yaitu Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka (Hidayat A.A.A dan Uliyah.2005 ) Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit(taylor,1997). Luka adalah kerusakan kontiyuitas kulit. Mukosa dan tulang atau organ tubuh lain(koizer,1995).

B. Tujuan1. Menjaga luka dari trauma2. Immobilisasi luka3. Mencegah perdarahan dan infeksi4. Mencegah kontaminasi oleh kuman5. Mengabsorbsi drainase6. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis

C. Indikasi perawatan luka1. Balutan kotor dan basah akibat eksternal2. Ada rembesan eksudat3. Ingin mengkaji keadaan luka4. Dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridement jaringan nekrotikD. Merawat luka terdiri dari : 1. Mengganti balutan kering2. Mengganti balutan basah ke kering3. Irigasi luka4. Perawatan dekubitus (luka kotor)1. Mengganti Balutan Kering (Luka jahit Post operasi)Tujuan : Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme.Indikasi : Untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka sterilPersiapan Alat :1. Set balutan steril dalam bak instrument kecil Sarung tangan steril Pinset 3 ( 2 anatomis,1 sirugis) Gunting ( Menyesuaikan kondisi luka) Balutan kasa dan kasa steril Kom untuk larutan antiseptic atau larutan pembersih Salep antiseptic Depress Lidi waten2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter3. Gunting perban4. Larutan garam faal atau air5. Sarung tangan sekali pakai6. Plester, pengikat atau balutan sesuai kebutuhan7. Bengkok 2 berisi lisol dan kosong ( kantung sampah)8. Selimut mandi9. Perlak pengalas10. Alat pengukur lukaProsedur Pelaksanaan1. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan luka2. Susun semua peralatan yang diperlukan dimeja dekat tempat tidur pasien ( jangan membuka peralatan)3. Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya, letakkan kantung dalam jangkauan area kerja atau dekatkan bengkok didekat pasien4. Tutup ruangan dan tirai disekitar tepat tidur, tutup semua jendela yang terbuka5. Bantu klien pada posisi nyaman dan selimut pasien hanya untuk memaparkan tempat luka. Intruksikan pasien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril6. Cuci tangan 7. Pasang perlak pengalas8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau balutan dengan pinset9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan ( bila masih terdapat plester pada kulit,ini dapat dibersihkan dengan aseton atau bensin)10. Dengan sarung tangan atau pinset angkat balutan pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan pasien11. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril atau Nacl12. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan13. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar, buang ditempat yang tepat( Bengkok lisol)14. Buka bak instrument balutan steril atau secara individual tertutup bahan steril. Tempatkan pada meja disamping pasien balutan, gunting dan pinset harus tetap pada bak instrument steril atau dapat ditempatkan pada penutup steril yang terbuka digunakan sebagai area steril atau diatas kasa steril15. Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basah akibat larutan antiseptic ulangi persiapan bahan16. Kenakan sarung tangan steril 17. Inspeksi luka, perhatikan kodisinya,letak drain, integritas jahitan atau penutupan kulit dan karakter drainase( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan non dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril)18. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau larutan garam fisiologis. Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan pinset, gunakan satu kasa untuk setiap kali usapan bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi, gerakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.19. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi, usap dengan cara seperti pada langkah 1820. Berikan salep antiseptic bila dipesankan gunakan teknik seperti langkah pada pembersihan, jangan di oleskan ditempat drainase21. Pasang kasa steril kering pada insisi atau letak luka a) Pasang satu kasa setiap kali b) Pasang kasa sebagai lapisan kontak c) Bila terpasang drain,ambil gunting dan potong kasa kotak untuk dipasangkan disekitarnya. d) Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben. 22. Gunakan plester diatas balutan,amankan dengan ikatan atau balutan 23. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan 24. Buang semua bahan dan bantu klien kembali pada posisi nyaman 25. Cuci tangan 26. Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien, observasi luka, balutan dan drainase.

Hal yang perlu diperhatikan:Saat mlepaskan atau memasang balutan,perhatikan untuk tidak mengubah posisi atau menarik drainBila lika kering atau utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan pemaparannya atau menarik drain Alat pelindng mata harus dipakai bila terdapat resiko kontaminasi okuler, seperti cipratan dari lukaPenyuluhan klien Klien sering pulang dengan balutan yang mongering.klien atau keluarganya,diintruksikan tentang teknik mencuci tangan, pembersihan luka, dan pembuangan balutan kotor yang tepat. Tindakan ini memerlukan teknik steril. Pertimbangan pediatri Bila balutan memeng benar-benar diperlukan pada bayi atau anak kecil. Perawat harus memasukkan aktivitas bermain didalam rencana perawatannya sehingga kesempatan anan untuk melepaskan balutan akan minimal. Pertimbangan giatri Kulit klien lansia normalnya tidak elastic dan tipis. Oleh karenanya lakukan perawatan kusus, ketika melepaskan plaster. 2. Mengganti balutan basah ke kering Pengertian:balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen Indikasi:Luka bersih terkontaminasi dan luka luka infeksi yang memerlukan debridemen Tujuan : Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotin Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka Membantu menarikkelembaban dari luka kedalam balutan Persiapan alat-alat:- Set balutan steril krdalam bak instrument steril. Sarung tangan streril Gunting dan pinset stril(2 anatomis dan 1 sirugis) Depres Lidi waten Balutan kasa dan kasa steril Kom untuk larutan antiseptic atau pembersih Salep antiseptic(tidak menjadi keharusan) - Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter- Normal salin - Sarung tangan sekali pakai - Plester, pengikat atau perban sesui kebutuhan- Kantung tanah air untuk sampah atau 2 bengkok ( 1 berisi lisol, 1 kosong )- Selimut mandi- Aseton atau bensin ( tidak menjadi keharusan)- Perlak pengalas - Gunting perbanProsedur pelaksanaan:1) Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan luka 2) Susun semua perawatan yang diperlukan dimeja dekat tempat tidur(jangan membuka peralatan)3) Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya.letakkan kantung dalam jangkauan area kerja anda / letakkan bengkok didekat pasien 4) Tutup ruangan atau disekitar tempat tidur.tutup semua jendela yang terbuka 5) Bantu klien pada posisi nyaman dan selimut mandi pasien yang hanya untuk memeparkan tempat luka. Intrusikan pasien untuk tidur menyentuh area luka atau peralatan sterill 6) Cuci tangan secara menyeluruh7) Letakkan bantalan tanah air dibawah klien / perlak pengalas 8) Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester,ikatan atau perban 9) Lepaskan plaster dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan,sejajar dengan kulit kearah balutan.10) Dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan atau pinset,angkat balutan, permukaan bawah balutan yang kotor jauhkan dari penglihatan klien 11) Bila balutan merekat pada jaringan dibawahnya, jangan dibasahi. Perlahan bebaskan balutan dari eksudat yang mongering. Ingatkan klien tentang penarikan dan ketidak kenyamanan 12) Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan 13) Buang balutan kotor pada wadah yang telah disediakan,hindari kontaminasi permukaan luar wadah.lepaskan sarung tangan sekali pakai dengan menarik bagian dalam keluar. Buang pada tempat yang telah disediakan 14) Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan larutan yang diresepkan kedalam kom steril dan tambahkan kasa berlubang kecil 15) Kenakan sarung tangan 16) Inspeksi luka. Perhatikanlah kondisinya,letak drain,integritas jahitan atau penutupan kulit dan karakteristik drainase 17) Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan normal sain. Pegang kasa yang telah dibasahi dengan larutan menggunakan pinset. Gunakan satu kasa untuk setiap tekanan pembersihan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi keaarea yang paling terkontaminasi. Bergerak dalam tekanan progesif menjauh dari garis insisi ataupun tepi luka. 18) Pasang kasa yang basah tepat pada permukaan luka. Bila luka dalam dengan perlahan buat kasa seperti kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan masukkan kasa kedalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kasa basah. 19) Pasang kasa steril kering diatas kasa basah 20) Tutup dengan kasa,pasang plaster diatas bantalan atau amankan dengan perban ataupengikat 21) Bantu klien pada posisi nyaman 22) Cuci tangan 23) Catat pada catatan perawatan dari observasi luka, balutan,drainase, dan respon klien Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat: Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering yang baru dapat menyebabkan klien merasa nyeri Perawat harus memberikan analgesik dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek obat Pelindung mata harus digunakan bila terdapat resiko adanya kontaminasi okuter. Seperti percikan dari luka Penyuluhan klien Klien biasanya tidak dipulangkan kerumah semsentara masih diperlukan penggantian bahan balutan basah kering. Klien dapat diajarkan tentang perawatan luka untuk mengantisipasi penggunaan balutan bawah kering.

o Perkembangan pediatri Ada baiknya untuk menguatkan balutan basah kering dengan gulungn kasa untuk mencegah lepas secara tidak sengaja oleh anak usia bermain yang efektif. Kapan mungkin kuatkan balutan tetapi tidak mengika anak. o Pertimbangan geriatri Kulit klien lensa normalnya tipis dan tidak elastic. Gunakan perawatan khusus, dalam melepaskan plaster.

3. IRIGASI LUKA- PengertianSuatu tindakan pembersihan secara mekanis dengan larutan isotonik atau pengakuan fisik terhadap jaringan debris.- Tujuan Menghilangkan eksudan dan debris,benda asing dari luka yang lambat sembuh Memberikan pada daerah luka yang sakit Untuk meningkatkan penyembuhan atau memudahkan pengolesan obat luka- Peralatan Bak instrument steril berisi: pinset 2, kasa steril, gunting, lidi waten.C) Larutan irigasi (200 500 ml sesuai pesanan ) dihangatkan pada suhu tubuh ( 37 40 Spuit irigasi steril ( kateter karet merah steril sebagai penghubung untuk luka dalam lubang kecil ) Kom balutan steril dan peralatan untuk mengganti balutan Perlak pengalas Jelly dan spatel lidah Bengkok Sarung tangan steril dan bersih

- Prosedur pelaksanaan1. Jelaskan prosedur pada klien. Gambarkan sensasi yang akan dirasakan selama irigasi.2. Susun peralatan disamping tempat tidur3. Posisikan klien sehingga larutan irigasi akan mengalir dari bagian atas tepi luka kebagian dalam kom yang diletakkan dibawah luka.4. Letakkan perlak pengalas dibawah luka pasien.5. Cuci tangan6. Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau perban7. Lepaskan plester dengan melepas ujungnya dan menariknya perlahan, sejajar dengan kulit dan kearah balutan8. Dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan bagian bawah yang kotor jauh dari penglihatan klien. Lepaskan satu demi satu balutan9. Bila balutan lengket ke luka, lepaskan dengan meneteskan normal salin steril10. Obstervasi kateter dan jumlah drainase aa bautan11. Buang balutan kotor pa dah yang telah dsaan, indar ominasi engan permukaan luar waa. Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar. Buang ditempat yang disediakan 12. Siapkan peralatan steril. Buka kom dan tuangkan larutan. Buka spuit dan siapkan bak instrument. Pakai sarung tangan steril13. Letakkan bengkok bersih menempel kulit pasien dibawah insisi atau letak luka14. Hisap larutan kedalam spuit. Saat memegang ujung spuit15. Lanjutkan irigasi sampai larutan jernih yang mengalir kedalam bengkok16. Dengan kasa steril. Keringkan tepi lka, bersihkan dari yang terkontaminasi sampai ke area yang terkontaminasi. Bergerak dengan progersif menekan dari garis insisi atau tepi luka17. Pasang balutan steril18. Bantu klien untuk posisi yang nyaman19. Bereskan peralatan dan cuci tangan 20. Catat pada catatan perawat volume dan tipe larutan, karakteristik drainase, penampilan luka, dan respon klien- Hal yang diperhatikan perawata) Bila terpasang drain, lepaskan lapisan balutan satu persatu sehingga tidak terjadi penarikan drain tidak disengajab) Jangan paksa menyemprotkan irigan kedalam luka yang tidak tampakc) Pelindung mata harus dipakai bila terdapat resiko kontaminasi okuler- Penyuluhan klienKlien biasanya tidak dipulangkan kerumah bila masih diperlukan irigasi. Namun demikian, instruksikan klien tentang prosedur irigasi luka sehingga ia dapat memantau kemajuan penyembuhannya. Selain itu, instruksikan dini membantu klien dan keluarganya menyiapkan kepulangan dan keperawatan rumah yang diperlukan .

4. PERAWATAN LUKA KOTOR ( DECUBITUS)Perawatan pada luka kotorterjadi karena tekananterus menerus pada bagian tubuh tertentu sehingga sirkuylasi darah kedaerah tersebut terganggu.a. Tujuan- Mempercepat penyembuhan luka- Mencegah meluasnya infeksi- Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lainb. PeralatanAlat steril :- Pinset anatomis- Pinset sirugis- Gunting luka ( lurus dan bengkok )- Kapas lidi- Kasa steril- Kasa penekan ( deppers )- Sarung tangan ( handscoon )- Mangkok atau kom kecil 2Alat tidak steril :- Gunting pembalut- Plester- Bengkok atau kantung plastic- Pembalut- Alcohol 70%- Betadine 2%- Obat antiseptic atau desinfektan- NaCl 0,9%c. Prosedur Pelaksana1. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien2. Tempatkan alat yang sesuai3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan ( mengurangi transmisi pathogen yang berasal dari darah ). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh.4. Buka pembalut dan buang pada tempatnya dan pinset kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan5. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dan keringkan6. Olesi luka dengan betadine 2% ( Sesuai advis dari doctor )dan tutup luka dengan kasa steril7. Plester verban atau kasa8. Rapikan pasien9. Alat bereskan dan cuci tangan10. Catat kondisi dan perkembangan lukad. Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Cermat dalam menjaga kesterilan 2. Peka terhadap privasi pasien 3. Saat melepas atau memasang balutan, perhatikan tidak merubah posisi drain atau menarik luka4. Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat resiko kontaminasi okuler seperti cipratan mataKomplikasi penyembuhan luka1. InfeksiInfeksi bakteri pada luka dapat tejadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam dua sampai empat hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent. Peningkatan suhu dan peningkatan jumlah sel darah putih.2. Perdarahan Perdarahan dapat menyebabkan suatu pelapisan jahitan, membeku pada garis jahitan, infeksi atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain ). Hipovolomia mungkin tidak cepat ada tanda, sehingga balutan dan luka dibawah balutan jika mungkin harus sering dilihat selama 24jam pertama setelah pembedahann dan tiap 8jam setelah itu, jika perdarahan berlebih terjadi penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlihatkan.3. Dehiscence dan EfiserasiAdalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbekunya lapisan luka partial atau total. Efiserasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan, sejumlah factor meliputi: kegemukan, kurang nutrisi, multlriple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi empat sampai lima hari setelah operasi sebelum kollagen meluas didaerah luka. Ketika dehiscence dan efiserasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline, klien disiapkan untuk segera dilakukan insisi pada daerah luka.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA 1. FASE INFLAMATORI (INFLAMSI)Tahap inflamasi (peradangan) merupakan reaksi tubuh terhadap luka dan mulai dalam menit berakhir sekitar 3 hari. Proses perbaikan meliputi control of bleeding (hemostasis),mengirim darah dan sel pada aerea luka peradangan dan membentuk sel epitel pada wilayah luka atau epitilisasi. selama hemostasis,pembuluh darah yang terluka vasoconstriksi dan platelet bergabung utuk menghentikan perdarahan. Clots membentuk fibrin yang nantinya sebagai tempat untuk perbaikan sel. Jaringan yang rusak dan sel menyekresi histamine mengakibatkan vasodilatasi kapiler sekitar dan eksudasi serum dan sel darah putih kedalam jaringan yang rusak. Hal ini mengakibatkan kemerahan,edema, panas dan berdenyut disekitar. Respon peradanganmerupakan suatu keuntungan dan tidak ada arti jika kita berusaha untuk mendinginkan daerah tersebut atau mengurangi peradangan kecuali peradangan yang terjadi dalam lingkup yang tertutup (seperti pergelangan kaki atau leher) Leukosit tiba dijaringan yang terluka dalam beberapa jam. Leukosit yang bertindak pertama kali yaitu neutrofil,yang mulai menghancurkan atau mematikan bakteri dan debris kecil. Neutrifil mati dalam beberapa hari dan meninggalkan enzim eksudat yang menyerang bakteri atau membantu dalam perbaikan jaringan. Pada peradangan yang kronik, neutrofil yang mati menghasilkan pus atau nanah. Leukosit yang ke-2 yaitu monosit yang berubah menjadi makrofag.makrofag merupakan pemakan sel yang membersihkan luka dari bakteri, sel yang telah mati dan debris melalui proses fagositosis. Makrofag juga menghancurkan dan mendaur ulang substansi seperti asam amino dan gula yangmembantu dalam perbaikan luka. Makrofag meneruskan proses pembersihan luka dengan debris dan merangsang pembentukan fibroblast yang akan mensintesis kolagen. Kolagen dapat ditemukan pada hari ke-2 dan merupakan komponen utama pada jaringan parut. Setelah makrofag membersihakan luka dan mempersiapkan untuk perbaiakan jaringan sel epitel bergerak dari batas luka, dibawah dari clot atau scab. Sel epitel menyatu dibawah luka dalam waktu sekitar 48 jam. Lapisan tipis jaringan epitel terbentuk diatas luka sebagai barier terhadap organism penginfeksi dan bahan toksik. Hormone pertumbuhan dilepaskan oleh platelet dan makrofag. Factor inilah yang meningkatan proses penyembuhan. Fase peradangan merupakan fase yang lama dan proses perbaikan lebih lambat jika terjadi peradangan yanga kecil seperti pada penyakit yang melemahkan atau setelah pemberian steroid. Peradangan yang besar juga memperpanjang waktu penyembuhan karena sel berkompetisi untuk mendapatkan nutrisi yang tersedia. Peradangan akut adalah respon langsung dari tubuh terhadap cidera atau kematian sel. Gambaran makroskoapit perdangan yaitu kemerahan, panas, nyeri, pembekakan dan function laesa. Rubor (kemerahan) Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan. Waktu reksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar,dengan demikian lebih banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atu kongesti,menyebabkan warna merah local karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia melalui pengeluaran zat seperti histamine. Kalor (panas) Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Sebenarnya panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadan normal yang lebih dingin dari 37c, yauti suhu didalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan yang terkenal lebih banyak dari pada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas local ini tidak terlihat pada daerah yang terkena radang jauh didalam tubuh, karena jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37c dan hiperemial local tidak menimbulkan perubahan. Dolor (rasa sakit) Dolor atau rasa sakit darin reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama,pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamine atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu pembekakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan local yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.

Tumor (pembekakan) Segi paling mencolok dari peradangan akut adalah pembekakan local (tumor).pembekakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah perdangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reksi perdangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang di sebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat. Fungsio laesa(perubahan fungsi) Fungsio mlaesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal. Sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam denga cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu. (Sylvia A.price, 1992)2. FASE PROLIFERASI (RIGENERASI) Dengan adanya pembentukan darah yang yang baru sebagai perkembangan dari rekonstruksi,fase proliferasi mulai dan berakhir sekitar 3-24 hari. Aktivitas utama selama fase regenerasi ini yaitu pengisian dalam luka dalam jaringan pengikat atau granulasi yang baru dan penutupan luka dengan epitilisasi. Fibroblas merupakan sel yang mensintesis kolagen yang akan menutup luka. Fibroblas merupakan sel yang mensintesis kolagen yang akan menutup luka. Fibroblast memerlukan vitamin B dan C,oksigen dan asam amino agar berfungsi sebagai semestinya. Kolagen memberikan kekuatan dan struktur integritas luka. Selama waktu ini luka mulai menutup dengan jaringan baru. Selama masa ini luka mulai menutupdengan jaringan baru. SEjalan dengan perkembangan perbaikan, kekuatan tensil luka meningkat dengan resiko rupture berkurang. Derajat dari stress atau tegangan pada luka mempengaruhi jumlah pembentukan jaringan parut. Contoh : lebih banyaknya jaringan parut yang terbentuk pada luka di ekstermitas dari pada wilayah yang kurang atau jarang untuk digerakkan seperti pada dada. Gangguan proses penyembuhan pada tahap ini biasanya diakibatkan oleh factor sistemik seperti umur,anemia,hypoproteinemia dan kekurangan zinc.3. FASE MATURASI (REMODELLING)Maturasi merupakan tahap akhir dari proses penyembuhan, hal ini mungkin membutuhkan waktu lebih dari satu tahun tergantung dari dalam dan panjangnya luka. Kolagen terus terbentuk. Bagaimanapun luka yang sudah sembuh biasanya tidak memiliki keuatan seperti pada jaringan yang lebih sedikit (melanosit) dan mempunyai warna yang lebih terang dari pada kulit normal. ( Sylvia A. Price,1992) dan ( Smelter 2002)

BAB IIITINJAUAN KASUSAsuhan Kebidanan pada Tn.K Dengan Gangguan Rasa Nyaman dan Nyeri (Sellulitis )I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 juli 2010 jam 07.30 wib. Diruang cempaka 1 kamar D 1. A . BIODATA Identitas pasien Nama : Tn.K No. CM : 594.955 Umur : 65 th Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Undaan kidul RT 01/Rw 06 kudus Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani Suku / bangsa : Jawa / Indonesia Diagnosa : Selulitis Tanggal masuk : 10 juli 2010

2. Identitas penanggung jawab Nama :TN. M Umur : 42 th Jenis kelamin :Laki-laki Agama :Islam Alamat :Undaan kidul RT 01 / RW 06 kudus Pendidikan :SMAPekerjaan :Swasta Suku / bangsa :Jawa / Indonesia Hubungan dengan pasien :Anak B. RIWAYAT KASUS 1. Keluhan utama Pasien merasakan nyeri pada tungkai kaki kiri.P : Luka akibat terkena bendo (benda tajam)Q : Terasa cekot-cekotR : Nyeri pada bagian betis kaki kiri sampai lutut S : 6T : Nyeri terkadang dalam kurun waktu 3menit2. Riwayat penyakit sekarang Pasien sebelumnya dibawa kepuskesmas karena kaki terkena bendo, kemudian pasien mengatakan 3 hari tungkai kiri bengkak,kemerahan, nyeri, panas, pusing(+), mual(+), muntah(+).pasien datang ke rumah sakit lewat UGD Therapy dari UGD:- Infus RL 20 tts/mnt- Cefotaxime 2x1 gr- Ketorolac 1x30mg Kemudian pasien dipindah diruang cempaka I untuk mendapat perawatan khusus.3. Riwayat peyakit dahulu Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti sellulitis ini. Pasien juga tidak mempunyai riwayat hipertensi, DM, jantung, dan ginjal.klien tidak memiliki riwayat alergi makanan 4. Riwayat penyakit keluarga Penyakit yang diderita dalam keluarga : Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, jantung, ginjal, TBC & asma.5. Keadaan psikologi dan emosional Pasien tampak tenang,dan emosional stabil 6. Keadaan social ekonomi Pasien Berasal dari keluarga yang sederhana 7. Data spiritual Keluarga pasien dan pasien beragama islam dan selalu berdoa untuk kesembuhannya serta pasien tidak pernah pergi ke dukun maupun ke tempat lainnya. Dan selama sakit pasien menjalankan sholatnya dengan cara tiduran di tempat tidur. 8. Pemenuhan kebutuhan sehari-sehari a. Nutrisi- Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari,nafsu makan baik (dengan porsi 1 piring habis).pasien minum air putih 8 gelas / hari.- Selama sakit : Pasien mengatakan makan 3x sehari,nafsu makan menurun (dengan porsi piring)dengan menu bervariasi (nasi, lauk pauk, sayur). Pasien minum air putih 6 gelas / hari.b. Eliminasi - Sebelum sakit : BAB 1x sehari dengan konsistensi feses lembek, warna kuning dengan bau khas,BAK 6-7 kali sehari dengan warna kuning jernih. - Selama sakit : BAB 1x sehari dengan konsistensi feses lembek, warna kuning dengan bau khas, BAK lancar 4-5x sehari dengan warna urine kuning kemerahan. c. Aktivitas- Sebelum sakit :Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit aktivitas sehari-hari dilakukan sendiri.- Selama sakit :Keluarga pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dilakukan denan bantuan orang lain,karena kaki kiri bila di gerakan terasa sakit.

d. Istirahat - Sebelum sakit : Pasien dapat istirahat dan tidur malam 7-8 jam biasanya pukul 21.00-05.00 serta tidur siang 1 jam,pukul 11.00- Selama sakit : Pasien dapat istirahat dan tidur malam 5-6 jam biasanya pukul 22.00-04.00.pasien tidak bisa istirahat dengan istirahat dengan istirahat dengan tenang karena merasakan nyeri pada kakinya. e. Sexual - Sebelum sakit : pasien mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam seminggu.- Selama sakit : pasien mengatkan tidak pernah sama sekali melakukan hubungan seksual.f. Personal hygiene - Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari, ganti baju setiap hari, gosok gigi 2x sehari serta keramas 3-4 x perminggu - Selama sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari dengan cara sibin,ganti baju setiap hari,gosok gigi 2x sehari serta keramas 2x seminggu

C. DATA OBYEKTIF 1) KU : Lemah 2) Kesadaran : CM 3) TB : 168 cm 4) BB : 56 kg 5) TTV a) TD : 130/90 mmHg b) Nadi : 80x/menit c) Suhu : 36,3cd) Respirasi : 22x/menit 6) Pemeriksaan fisik a. Kepala Bentuk : Mesosepal Rambut : Hitam beruban, ikal, tidak ada ketombe, bersih Muka Cloasma : Tidak adaOedema : Tidak adaKeadaan : Muka tidak anemis,bersihb. Mata Konjungtiva : Merah muda (tidak anemis) Sklera : Putih Pupil : Reflek cahaya ( + )c. Hidung Polip : Tidak ada Pernafasan cuping hidung : Tidak adad. Mulut Stomatitis : Tidak ada Karies gigi : Tidak ada Gusi berdarah : Tidak ada Warna bibir : Merah muda, tidak pucat Warna lidah : Merah mudae. Telinga : Bersih, tidak ada serumen f. Leher Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran g. Ketiak Kelenjar limfa :Tidak ada pembesaranh. Dada jantung I : Ictus cordis tidak tampakPa : lctus cordis teraba pada sela iga ke-5Pe : PekakA : Irama regularParu paruI : Simetris, gerakan paru kanan dan kiri samaPa : Vocal fremitus sama kuat Pe : SonorA : Vesikuler J. Abdomen I : Datar A : Terdengar bising usus 18 x/mnitPa : Nyeri tekan(-), benjolan(-), bengkak(-).Pe : Timpani K. Genetalia : Bersih dan tidak terpasang kateter L. Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada pembesaran getah bening, oedema(-), terpasang infuse RL 20 tts/mnitM. Ekstremitas bawah : Kaki kanan tidak terdapat lesi(-),oedem(-).kaki kiri terdapat luka dari betis hingga tungkai serta oedem(+) dan terasa nyeri,luka basah warna kuning kemerahan dan terasa panas.

7. Pemeriksaan penunjang KIMIA DARAH GDS 123mg/dl 70-150Ureum 82,6mg/dl 11,0-55,0Creatinin 1,5mg/dl 0,6-1,36SGOT 25 u/I