askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh, luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat, diraba, dan hidup, sebagai penampilan & kepribadian. apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari sistem kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek. Salah satu dari penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan oleh infeksi mikotik. Alopesia atau kebotakan dapat terjadi setempat dan berbatas tegas, umumnya pada kepala atau dapat juga mengenai daerah rambut lainnya, alopesia juga dapat juga terjadi karena keturunan, pengaruh horman, dan life style, alopesia dapat disebabkan abnormalitas batang rambut yang menyebabkan rambut mudah putus. Adapun jenis-jenis alopesia sebagai berikut: 1. Alopesia androgenik Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas, male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut pada laki-laki dan perempuan. 2. Alopesia areata Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa bulatan atau oval, biasanya dikepala dan tempat berambut lain. 3. Alopesia prematur Sering terjadi pada pria berumur dua puluhan dan disertai dermatitis seboroika yang berat.

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 26-Jul-2015

201 views

Category:

Devices & Hardware


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sistem integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, yang

terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh, luas 1,5-2 m2, berat 15 %

BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat, diraba, dan hidup, sebagai penampilan &

kepribadian. apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari

sistem kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek. Salah satu dari

penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan oleh infeksi mikotik.

Alopesia atau kebotakan dapat terjadi setempat dan berbatas tegas, umumnya pada kepala

atau dapat juga mengenai daerah rambut lainnya, alopesia juga dapat juga terjadi karena

keturunan, pengaruh horman, dan life style, alopesia dapat disebabkan abnormalitas batang

rambut yang menyebabkan rambut mudah putus.

Adapun jenis-jenis alopesia sebagai berikut:

1.      Alopesia androgenik

Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas,

male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut

pada laki-laki dan perempuan.

2.      Alopesia areata

Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa

bulatan atau oval, biasanya dikepala dan tempat berambut lain.

3.      Alopesia prematur

Sering terjadi pada pria berumur dua puluhan dan disertai dermatitis seboroika yang berat.

Sindrom alopesia androgenik mempunyai prevalensi yang tinggi akhir-akhir ini. Alopesia

androgenik merupakan tipe kebotakan yang paling banyak, sekitar 50-80% dialami laki-laki

kaukasia. Pada wanita sekitar 20-40% populasi. Banyak pria usia muda yang mengalami

penipisan rambut kronis dan menjadi botak sebelum masanya.

Angka kejadian pada laki-laki sekitar 50% dan pada perempuan biasanya terjadi usia lebih

dari 40 tahun. Dilaporkan 13% dari perempuan premenopause menderita alopesia androgenik,

namun, insidennya sangat meningkat setelah menopause. Menurut beberapa penulis, 75% dari

perempuan yang berumur lebih dari 65 tahun kemungkinan menderita alopesia androgenik.

Insiden tertinggi pada orang kulit putih, kedua di Asia dan Afrika-Amerika, dan terendah pada

penduduk asli Amerika dan Eskimo. Hampir semua pasien memiliki onset sebelum usia 40

tahun, walaupun banyak pasien (baik laki-laki dan perempuan) menunjukkan bukti gangguan

pada usia 30 tahun.

Page 2: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

Sehingga dari peryataan-peryataan diatas penulis tertarik mengangkat makalah yang berjudul

alopesia androgenik.

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar alopesia androgenik dan asuhan

keperawatannya

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengetahui konsep dasar penyakit alopesia androgenik

b.      Mengetahui asuhan keperawatan penyakit alopesia androgenik

C.    Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit alopesia androgenik yang mencakup konsep dasar dan asuhan keperawatan pada

alopesia androgenik secara teoritis.

D.    Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan

menggambarkan konsep dasar tentang penyakit alopesia androgenik dan asuhan keperawatan

klien dengan penyakit alopesia androgenik, dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa

referensi baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media

informasi online (internet).

E.     Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :

BAB I: Pendahuluan : latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan teoritis : anatomi fisiologi kulit, anatomi fisiologi rambut, konsep dasar

alopesia androgenetik dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan rambut : alopesia

androgenetik.

BAB III: Asuhan Keperawatan Klien dengan kelainan rambut : Alopesia Androgenetik

BAB IV: Penutup : Kesimpulan dan Saran.

Page 3: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi dan fisiologi

1.      Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan.

Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh

dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak

tangan dan kaki, dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di bagian genetalia.

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu:

a.       Epidermis

Epidermis terbagi menjadi empat lapisan :

1. Lapisan basal atau stratum germinativum

2. Lapisan malpighi atau startum spinosum

3. Lapisan granula atau stratum granulosum

4. Lapisan tanduk atau stratum korneum

b.      Dermis

Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan di

bagian bawah terjalin lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars reticularis mengandung

pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.

c.       Subkutan

Jaringan subkutan merupakn lapisan yang langsung di bawah dermis. Batas antara jaringan

subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan

banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfe, kandung

rambut, dan dilapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan

adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.

2.      Fisiologi Kulit

Fungsi kulit sebagai berikut :

1)      Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dan keluarnya

cairan berlebihan dari tubuh.

2)      Pengatur suhu

Di waktu suhu dingin, peredaran darah dikulit berkurang untuk mempertahankan suhu badan.

3)      Penyerap

Page 4: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas, dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air

dan elektrolit sukar masuk melalui kulit.

4)      Indra perasa

Indra perasa dikulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit.

5)      Faal pergetahan (faal secretoris)

Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat (prof. Dr. Marwali Harahap,

2000 hal 2).

3.      Anatomi Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak

tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan

bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:

1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis,

bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel

rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.

2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16drene di seluruh tubuh.

Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan

dermis, diameternya < 0,03 mm. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen, E. A.

1994)

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:

a.       Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi:

1)      Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam kulit.

2)      Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut (Kusumadewi,

dkk; Brown, Robin Graham dan Tony Burns).

b.      Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang rambut

terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), korteks (kulit rambut), dan medulla

(sumsum rambut) (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina H.D.

2002).

c.       Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari

batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi

oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta

sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony

Burns)

4.      Fisiologi Rambut

1. Pengaturan Suhu Badan

2. Dalam kondisi dingin, pori-pori rambut akan mengecil. Dalam kondisi panas, maka

kondisi tersebut berlaku sebaliknya (Kusumadewi, dkk; Ridwan, Muhammad).

Page 5: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

Fungsi Sebagai Alat Perasa

Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu

mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata (Kusumadewi, dkk).

B.     Konsep dasar penyakit alopesia androgenetika

1.      Pengertian

Alopesia ini timbul pada pria usia 30-40 tahun atau lebih, berupa keguguran rambut bertahap

dari bagian verteks dan frontal.garis rambut anterior berangsur masuk ke dalam ( mundur),

sehingga dahi terlihat bertatmbah lebar. ( prof. Dr. Marwali Harahap,200 hal 164 ).

Alopesia atau kerontokan rambut dapat terjadi akibat banyak keadaan seperti infeksi kulit

kepala, pemakaian obat pewarna rambut, penambahan usia, pemakaian obat-obatan dan

perubahan kadar hormon androgen. Alopesia andrgogenetik dapat terjadi pada laki-laki dan

wanita. Meskipun kebotakan pola laki-laki lazim dijumpai, wanita dapat pula mengalami

kerontokan rambut dengan pola yang sama. Karena rambut merupakan bagian tubuh yang sangat

visible dan menjadi bagian dari citra tubuh serta harga diri seseorang, kerontokan rambut dapat

menimbulkan permasalahan emosional dan social yang cukup serius bagi laki-laki maupun

perempuan. (Smeltzer & Bare, 2001 hal : 1907)

Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas,

male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut

pada laki-laki dan perempuan.

Alopesia Androgenik adalah gangguan yang sangat umum yang mempengaruhi baik laki-laki

dan perempuan. Insiden ini umumnya dianggap lebih besar pada laki-laki daripada perempuan,

meskipun beberapa bukti menunjukkan bahwa perbedaan insiden merupakan cerminan dari

ekspresi berbeda pada pria dan wanita. Kebotakan pada laki-laki (alopesia androgenik) dianggap

normal pada laki-laki dewasa.

Jika di lihat dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa alopesia androgenetik

adalah suatu gangguan yang bersifat umum ditandai dengan hilangnya rambut, dan dapat terjadi

pada laki-laki maupun perempuan.

2.    Etiologi

Mekanisme yang tepat untuk terjadinya alopesi androgenik ini belum jelas,tetapi diduga

alopesia ini disebabkan stimulasi hormon androgen terhadap folikel rambut yang mempunyai

predisposisi. Predisposisi ini dipengaruhi faktor genetik dan faktor peningkatan usia. ( prof. Dr.

Marwali Harahap, 2000 hal : 165 ).

1) Karena demam

Hal ini akan menyebabkan kentalnya darah, di samping itu penguapan air sel, yang

disebut juga dengan dedikasi, sehingga menyebabkan akar rambut rontok dan kusam

Page 6: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

2) Gangguan keseimbangan hormone

3) Bila hormon tidak seimbang atau mengalami gangguan, maka hal ini akan menampakkan

kelainan pada akar rambut dan kulit kepala.

4) Ketidakseimbangan makanan

5) Makanan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut. Orang yang menu makanannya

tidak seimbang atau menyukai makanan-makanan yang disenangi saja atau kekurangan

protein maupun kelebihan vitamin A, jelas akan membuat kelainan-kelainan pada rambut.

6) Keracunan makanan atau obat ;

Misalnya banyak menelan obat-obat kanker. Hal ini akan menyebabkan kerontokan

rambut. Sehubungan dengan beberapa kelainan yang sering ditemukan pada rambut

manusia, apakah kelainan itu datang dari dalam maupun yang datang dari luar seperti

yang telah dijelaskan, maka apabila kelainan-kelainan tersebut kurang diperhatikan tentu

akan berubah menjadi penyakit, baik itu penyakit rambut atau bahkan meluas menjadi

penyakit kulit kepala.

Berkaitan dengan penjelasan di atas tentang kelainan-kelainan yang ditemukan pada kulit

kepala dan rambut, maka bila kita kurang memperhatikan tentu akan berakibat lebih fatal

terhadap kondisi rambut.Kelainan-kelainan pada rambutharuslah mendapat perhatian

khusus, bila kita menginginkan rambut sehat dan subur.

4. KLASIFIKASI

1. Penyakit rambut yang menular, yakni:

a. Dendruff/ketombe/sindap, ada 2 macam ketombe antara lain:

a) ketombe kering(pityriasis capitis simplex), Ketombe kering (Pityriasis Sicca) berupa

sebagian sisik-sisik ketombe melekat erat dan sebagian terlepas di sekitarnya

b) ketombe basah (pityriasis steatiodes), Ketombe basah (Pityriasis Steodeos) berupa

lapisan sisik berwarna putih kekuning-kuningan yang menempel kuat dan menyerap sebum kulit

kepala, bila dikelupas timbul bekas merah disertai rasa gatal.

b. Kutu kepala menimbulkan problema lebih parah daripada gangguan ketombe. Kutu betina

berukuran sekitar 3-4 mm sedikit lebih besar daripada kutu jantan, bertelur antara 7-10 butir

dalam satu bulan masa hidupnya.

2. Penyakit rambut yang tidak menular:

a. Piebaldism

kelainan kongenital, diturunkan autosomal dominan, jarang ditemukan. Ditandai dengan uban

terlokalisir pada daerah dahi dan makula melanotik yang menyerupai vitiligo

b. Hipertrikosis

Penambahan jumlah rambut pada tempat2 yang biasanya juga ditumbuhi rambut.

Bisa karena kelainan bawaan, obat2an. Jika terjadi setempat bisa dikarenakan oleh pemakaian

salep kortikosteroid

Page 7: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

c. Hirsutisme

Pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita dan anak2 pada tempat seks sekunderKumis,

janggut, cambangKarena obat mengandung hormon dan kelaianan endokrin

d. Uban Prematur

ditemukan pada usia sebelum 20 tahun. Diduga akibat kelainan genetik dan biasanya ditemukan

sebagai kelainan autosomal dominan. Canitis/Uban, yang bisa di sebabkan karena faktor usia

atau semakin berkurangnya melamin (butiran-butiran zat pigmen) pada akar rambut. Tidak ada

cara lain untuk menanggulangnya kecuali dengan cara mewarnai. Tapi pastikan perawatan

rambut setelah pengecatan harus dilakukan dengan benar supaya rambut tidak rusak

e. Albinisme

Diturunkan secara genetik, tidak ditemukan atau sangat sedikit pigmen pada rambut. Secara

autosomal resesif

f. Canitis/Uban,

Yang bisa di sebabkan karena faktor usia atau semakin berkurangnya melamin (butiran-butiran

zat pigmen) pada akar rambut. Tidak ada cara lain untuk menanggulangnya kecuali dengan cara

mewarnai. Tapi pastikan perawatan rambut setelah pengecatan harus dilakukan dengan benar

supaya rambut tidak rusak

g. Alopecia/kebotakan

Akar rambut yang kurang kuat dapat mengakibatkan kerontokan rambut selain itu penggunaan

sampo yang tidak sesuai, stess dan mengikat rambut terlalu kencang juga merupakan sumber

masalah kerontokan rambut Kehilangan rambut yang terjadi secara cepat,yang dapat terjadi

secara autoimmun,hormonal,genetik,dan stress emosional.Adapun tipe-tipe Alopesia yaitu :

Adapun jenis-jenis alopesia sebagai berikut:

1. Alopesia androgenik

Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas, male

pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut pada

laki-laki dan perempuan.

2. Alopesia areata

Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa

bulatan atau oval, biasanya dikepala dan tempat berambut lain.

3. Alopesia prematur

Sering terjadi pada pria berumur dua puluhan dan disertai dermatitis seboroika yang berat.

Sindrom alopesia androgenik mempunyai prevalensi yang tinggi akhir-akhir ini. Alopesia

androgenik merupakan tipe kebotakan yang paling banyak, sekitar 50-80% dialami laki-laki

kaukasia. Pada wanita sekitar 20-40% populasi. Banyak pria usia muda yang mengalami

penipisan rambut kronis dan menjadi botak sebelum masanya. Angka kejadian pada laki-laki

sekitar 50% dan pada perempuan biasanya terjadi usia lebih dari 40 tahun. Dilaporkan 13% dari

perempuan premenopause menderita alopesia androgenik, namun, insidennya sangat meningkat

Page 8: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

setelah menopause. Menurut beberapa penulis, 75% dari perempuan yang berumur lebih dari 65

tahun kemungkinan menderita alopesia androgenik. Insiden tertinggi pada orang kulit putih,

kedua di Asia dan Afrika-Amerika, dan terendah pada penduduk asli Amerika dan Eskimo.

Hampir semua pasien memiliki onset sebelum usia 40 tahun, walaupun banyak pasien (baik laki-

laki dan perempuan) menunjukkan bukti gangguan pada usia 30 tahun.

3.    Patofisologi

Alopesia Androgenetik disebabkan oleh efek Hormon – hormon Androgenik yang

mempengaruhi pertumbuhan rambut kepala pada Pria dan Wanita yang rentan secara

Genetik.Folikel-folikel yang membentuk rambut terminal perlahan-lahan berubah menjadi

folikel yang mirip Velus.;pada tahap-tahap akhir ,folikel akhirnya menjadi atropik,Alopesia

Androgenetik diatur oleh satu Gen autosomal dominan,terbatas jenis kelamin,yang dapat

terekspresi tak lengkap akibat faktor-faktor poligenik yang mengubahnya.

4.    Manifestasi klinis

Adapun gejala klinis alofesia androgenik menurut hamilton:

Tipe I : rambut masih penuh

Tipe II : tampak pengurangan pada rambut pada kedua bagian temporal

Tipe III : Border line

Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal

Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat

Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu

Tipe VII : alopesia luas di batasi pita rambut jarang

Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian vertex

5.      Prognosis

Prognosis kebotakan (alopesia) tergantung penyebabnya. Namun, prognosis androgenetik

alopesia tidak diketahui. Pada umumnya lebih mudah rambut rontok daripada rambut tumbuh.

6.      Diagnosis banding

a.      Alopesia Areata : Penyebabnya belum diketahui, namun sering dihubungkan dengan

adanya infeksi fokal, kelainan endokrin dan stres emosional. Gejala klinis ditandai adanya bercak

dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu mata.(2,18)

b.      Trikotilomania : Alopesia neurosis, rambut ditarik berulang kali sehingga putus. Sering

pada gadis yang mengalami depresi. Kulit kepala normal tanpa peradangan atau parut.(2)

c.      Tinea Kapitis : Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies

dermatofita seperti T. rubrum, T. Mentagrophytes, M. gypseum. Gejala ini ditandai dengan lesi

bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih

berat, yang disebut kerion.(3,16,18)

d.     Telogen Efluvium : adanya kerontokan rambut terlalu cepat dan terlalu banyak pada folikel

rambut yang normal. Kelainan ini terjadi karena adanya rangsangan yang mempercepat fase

Page 9: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

anagen menjadi fase telogen. Keadaan ini terjadi pada pascapartum,pascanatal, stress,

pascafebris akut.

7.      Komplikasi

Rambut rontok dapat menyebabkan gangguan kosmetik, mempengaruhi secara psikologis

(kecemasan) dan jarang monosymptomatic hypochondriasis. Kulit kepala botak mudah terpapar

sinar matahari (sinar ultraviolet), dan menimbulkan Multipel Actinic Keratosis.

8.  Penatalaksanaan   Medis

1. Preparat topikal minoksidil 2 % (Rogaine)

2. (Olsen, 1994 dalam Smeltzer & Bare, 2001 hal : 1908).

3. Preparat tropikal tretinoin

4. Transplantasi Rambut

5. Punch grafting

6. Sclep reduction atau pengurangan kulit kepala

( prof. Dr. Marwali Harahap,200 hal 165 )

9.      Pemeriksaan penunjang

a.       Analisis laboratorium dehydroepiandrosterone (DHEA)-sulfate dan testosteron perlu

dilakukan, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan kelebihan hormon androgen

dengan alopesia androgenik.

b.      Biopsi jarang dibutuhkan untuk membuat diagnosis. Jika satu spesimen biopsi diperoleh,

itu umumnya dipotong melintang jika pola alopesia dicurigai.

10. Proses pencegahan :

• Makan makanan dengan gizi seimbang.

• Perlakukan rambut secara alami. Ketika memungkinkan, biarkan rambut kering secara alami.

• Hindari penataan yang ketat, seperti mengepang, menyanggul, dan mengikat ekor kuda.

• Hindari untuk memutar, menggosok atau menarik rambut anda.

• Periksa pada ahli perawatan rambut mengenai bagaimana menghias rambut atau teknik

penataan yang membantu dari efek kebotakan.

• Gunakan nonprescription medication minoxidil (Rogaine) yang mendorong tumbuhnya rambut

baru dan mencegah kerontokan pada orang-orang. Produk hair growth yang dijual bebas

lain terbukti tidak membawa hasil.

Page 10: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN RAMBUT :

ALOPESIA ANDROGENETIKA

A.    Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menurut Raharyani (1990), Anemnesis dilakukan untuk

mengklasifikasikan suatu pemahaman sehingga perlu ada kesepakatan antara pemeriksa dan

pasien. Wawancara harus efektif dan harus memahami perasaan pasien sehingga pasien lebih

terbuka. Dibawah ini adalah wawancara pada pasien gangguan sistem integumen, sebagai data

fokus.

1.      Biodata

2.      Keluhan utama

3.      Riwayat penyakit sekarang

a.       Kapan pasien pertama kali mengetahui masalah rambut ini?

b.      Apa ada gejala yang lain?

c.       Pada rambut bagian mana tempat pertama kali terkena?

d.      Apakah terdapat kerontokan?

e.       Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah pada waktu tertentu?

f.       Apakah pasien dapat menjelaskan bagaimana kelainan tersebut berawal?

g.      Obat-obatan apa yang anda gunakan?

4.      Riwayat penyakit dahulu

Apakah masalah penyakit rambut yang dideritanya pernah terjadi sebelumnya?

5.      Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada diantara anggota keluarga anda yang mengalami masalah rambut seperti ini?

6.      Riwayat psikososial

7.      Kebiasaan sehari-hari

8.      Pemeriksaan fisik

a.       Inspeksi

Pasien berada dalam ruangan dalam penerangan yang baik.

1. Catat warna rambut klien

2. Lesi yang abnormal

3. Mobilitas kondisi rambut

4. Gejala gatal-gatal

5. Kerontokan rambut

Page 11: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

b.      Palpasi

Dalam melakukan tindakan ini pemeriksa harus menggunakan sarung tangan. Tindakan ini

dimaksudkan untuk memeriksa:

1)      Sibak rambut klien untuk melihat distribusi

2)      Tekstur rambut

3)      kerontokan

B.     Diagnosa keperawatan

1. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik

2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penyakit (alopesia androgenetik)

3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d

kesalahan interpretasi, kurang informasi

C. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa

Keperawatan

Tujuan & Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1. Gangguan

konsep diri

(body image)

berhubungan

dengan

perubahan

fisik.

Ds :

-       klien

mengatakan

malu dengan

keadaan

rambutnya

-       klien

mengatakan

tidak

menerima

dengan

keadaannya

Do :

-        klien

tampak

Setelah dilakukan

tindakan asuhan

keperawatan selama

1x24 jam, diharapkan

tidak terjadi gangguan

body image. Dengan

kriteria hasil:

          Menyatakan

penerimaan situasi

diri.

          Bicara dengan

keluarga/orang

terdekat tentang

situasi, perubahan

yang terjadi.

a.       Berikan

kesempatan pada

klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

perubahan citra

tubuh.

b.      Nilai rasa

keprihatinan dan

ketakutan klien.

c.       Bantu klien dalam

mengembangkan

kemampuan untuk

menilai diri dan

mengenali serta

mengatasi masalah.

d.      Mendukung upaya

klien untuk

memperbaiki citra

diri, mendorong

a.       Klien

membutuhkan

pengalaman

didengarkan dan

dipahami dalam

proses peningkatan

kepercayaan diri.

b.      Memberikan

kesempatan kepada

perawat untuk

menetralkan

kecemasan dan

memulihkan

realitas situasi.

c.       Kesan seseorang

terhadap dirinya

sangat berpengaruh

dalam

pengembalian

kepercayaan diri.

Page 12: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

minder.

-        klien

kurang

percaya diri

sosialisasi dengan

orang lain dan

membantu klien ke

arah penerimaan diri.

d.      Pendekatan dan

saran yang positif

dapat membantu

menguatkan usaha

dan kepercayaan

yang dilakukan.

2. Kurang

pengetahuan

terhadap

penyakit,

prognosis dan

kebutuhan

pengobatan

berhubungan

dengan

kurang

pemajanan,

kesalahan

interpretasi,

kurang

informasi.

Ds :- klien

mengatakn

tidak

mengetahui

kenapa

rambut rontok

hingga

menyebabkan

kebotakan

-Klien

mengatakan

tidak tau

harus berbuat

apa

Do : -klien

bingung saat

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x 24 jam di

harapkan pasien dapat

mengerti tentang

penyakit dan

pengobatan yang

berhubungan dengan

penyakitnya.

Dengan kriteria hasil :

  pasien mengerti dan

paham tentang

kondisi, prognosis,

dan pengobatan.

  pasien dapat mengerti

tentang tindakan

pengobatan dan terapi

  melakukan perubahan

pola hidup tertentu

dan berpartisipasi

dalam program

pengobatan.

a.       Kaji ulang

prognosis dan

harapan yang akan

datang.

b.      diskusikan

bagaimana

perawatan pada

rambutnya yang

mengalami

kerontokan

c.       penkes tentang

alopesia

a.       Memberikan

dasar pengetahuan

dimana pasien

dapat membuat

pilihan berdasarkan

informasi.

b.      Agar klien dapat

merawat

rambutnya

c.       Agar klien

mengetahui tentang

alopesia, penyebab,

tanda dan gejala

dan pengobatannya

 

Page 13: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

ditanya

perawat

3. Resiko

kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan

penyakit

(alopesia

androgenetik).

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam

diharapkan tidak

tejadi kerusakan pada

integritas kulit kepala

klien dengan criteria

hasil :

Ds :

          Klien mengatakan

tidak merasa panas di

kepalanya.

          Klien mengatakan

tidak terasa gatal di

kepalanya.

Do :

          Klien tampak

nyaman.

          Tidak terjadi iritasi

pada kulit kepala

klien.

a.       Kaji keadaan kulit

kepala

b.      Anjurkan klien

menggunakan

pelindung kepala

( topi / rambut

palsu ).

c.       Berikan penkes

tentang bahaya sinar

UV

d.      Kolaborasi dengan

dokter kulit.

a.    Untuk mengetahui

keadaan kulit

kepala klien

b.    Untuk

memberikan

perlindungan pada

kepala klien agar

tidak terpapar sinar

matahari secara

lansung.

c.    Agar klien

mengetahui bahaya

sinar UV.

d.   Untuk

mencegah/mengeta

hui apakah kulit

kepala klien terjadi

gangguan atau

tidak.

Page 14: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

DAFTAR PUSTAKA

1. E.Doenges,Marilynn dan Mary Frances, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi

3.Jakarta.EGC

2. Buxton Paul K.2003.ABC of Dermatology Fourth Edition.London:Publishing Group Ltd.

NANDA Internasional.2012.Diagnosa Keperawatan 2012-2014.Jakarta:EGC.

Page 15: Askep pada klien dengan gangguan sistem integumen penyakit allopesia adrogenetikl

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

INTEGUMEN PENYAKIT ALLOPESIA ADROGENETIKL

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. HERNA WULANSARI

2. AMRAN SUJANA

3. NUR BIBI SUSIANTI

4. RUSMINI

5. SARNANDI

6. KAMSIR SALIM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASAR KELAS

RAHA

2014