askep osteochondroma
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFENISI
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal (Wong. 2003: 595).
Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya
penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostoksis yang muncul dari
metasfisis, penonjolan tulang ini ditutupi oleh cartilago hialin. Tonjolan ini
menyebabkan suatu pembengkakan atau gumpalan dan mirip seperti kembang
kol (cauliflower appeareance). Tumor ini berasal dari komponen tulang
(osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). (Sjamjuhidayat & Wim
de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta).
Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor
tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20
tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras.
Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. (Meyer WH; 1998;
Osteosarcoma : Clinical features and Evolving Surgical and Chemotheraputic
Strategies)
Osteochondroma merupakan tumor yang bersifat jinak, berasal dari
komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (kondrosit). Tumor
ini sering mengenai tulang panjang di daerah metafisis terutama di daerah
sekitar lutut. Tumor ini terutama ditemukan pada remaja yang
pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Lokasi osteochondroma
biasanya pada daerah metafisis tulang panjang terutama disekitar sendi lutut
(articulatio genu), khususnya femur distal, tibia proksimal dan humerus
proksimal. Juga dapat ditemukan pada tulang scapula dan ilium. (Rasjad,
Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar).
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel.
a. Primer
a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : - Kondroblastoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteochondroma
Ganas : - Kondrosarkoma
c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
- Sarkoma Ewing
- Sarkoma Sel Retikulum
e. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
b. Sekunder/Metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor
di bagian tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.
3. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-
Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
Keturunan
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).
4. PATOFISIOLOGI
Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang
(osteosit) dan sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan
abnormal iniawalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang
dengan korteks dan spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar
maka akan tampak sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengan komponen
osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Tumor
akan tumbuh dari metafisis, tetapi adanya pertumbuhan tulang yang semakin
memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis tulang.
Pertumbuhan ini membawa ke bentuk klasik “coat hanger” variasi dari
osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi terdekat.
5. MANIFESTASI KLINIS
Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secara
kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama dan
membesar.
Bila tumor ini menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akan
menimbulkan rasa sakit.
Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur patologis pada tangkai
tumor, terutama pada bagian tangkai tipis. Kadang bursa dapat tumbuh
diatas tumor (bursa exotica)
Bila mengalami inflamasi pasien dapat mengeluh bengkak dan sakit.
Apabila timbul rasa sakit tanpa adanya fraktur,bursitis, atau penekanan
pada saraf dan tumor terus tumbuh setelah lempeng epifisis menutup
maka harus dicurigai adanya keganasan.
Osteokondroma dapat menyebabkan timbulnya pseudo aneurisma
terutama pada a.poplitea dan a.femoralis disebabkan karena fraktur pada
tangkai tumor di daerah distal femur atau proximal tibia.
Osteokondroma yang besar pada kolumna vertebralis dapat
menyebabkan angulasi kyfosis danmenimbulkan gejala spondylolitesis.
Pada herediter multipel exositosis keluhan dapat berupa massa yang
multipel dan tidak nyeri dekat persendian.
6. KOMPLIKASI
a. Penekanan pada saraf (lebih sering n.poplitea)
b. Penekanan pada pembuluh darah, menimbulkan pseudo
aneurisma pada a.poplitea dan a.femoralis
c. Penekanan tulang sekitar
d. Fraktur patologis
e. Inflamasi bursa pada daerah lesi
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
CT-Scan
MRI
Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang
terjadi setelah eksesi tumor.
(Rasjad, 2003).
8. GAMBARAN RADIOLOGIS
Tam
Osteokondroma sessile pada os tibia 1/3 distal
Osteokondroma bertangkai
Penonjolan bertangkai dimetafisis tulang tibia, Proksimal dengan kalsifikasi
osteokondroma 1/3proksimal tulang
humerus
9. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor
b. Tindakan Keperawatan
Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi
(pemberian analgetika).
Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)
10. Pencegahan
hindari dari Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
Melakukan olahraga yang teratur
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. ASKEP TEORI
1. DATA DASAR PENGKAJIAN
a) Aktivitas /Istirahat
Gejala: - kelemahan dan atau keletihan.
- Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri,
ansietas, dan berkeringat malam.
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat
stress tinggi.
b) Sirkulasi
Gejala : - palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
- Perubahan pada TD.
- Demam
Tanda : - Ruam kulit, ulserasi.
c) Integritas Ego
Gejala : - Faktor stress ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
- Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalnya :
alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda :
- Kontrol depresi.
- Menyangkal, menarik diri, dan marah.
d) Eliminasi
Gejala : - Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat
defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: - Perubahan bising usus, distensi abdomen.
e) Makanan/Cairan
Gejala: - Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, dan bahan pengawet).
- Anoreksia, mual/muntah.
- Intoleransi makanan.
Tanda:
- Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat,
berkurangnya massa otot.
- Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
f) Neurosensori
Gejala : - Pusing, sinkope.
g) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : - Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit).
h) Pernafasan
Gejala : - Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok), pemajanan asbes.
i) Keamanan
Gejala : - Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
- pemajanan matahari lama/berlebihan.
j) Seksualitas
Gejala : - Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasaan.
- Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
- Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,
dan herpes genital.
k) Interaksi Social
Gejala : - Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
- Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung
jawab peran.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan spasme otot
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nyeri
3) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi
4) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
perawatan) berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.
5) Resiko infeksi , factor resiko : pertahanan sekunder tidak adekuat,
malnutrisi, proses penyakit kronis, atau prosedur invasif.
3. RENCANA TINDAKAN
6) DX. I. Nyeri berhubungan dengan spasme otot
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
nyeri dengan kriteria :
Nyeri hilang / terkontrol
Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan
aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.
Intervensi :
1) Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi
intervensi yang diberikan.
2) Ajarkan teknik Manajemen Stress seperti teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman, dengan membatasi jumlah
pengunjung.
R/ Memberikan ketenangan kepada klien sehingga dapat meningkatkan
relaksasi klien.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik sesuai kebutuhan indikasi
R/ Analgetik dapat mengurangi dan memblok lintasan nyeri dan spasme
otot
7) DX. II. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nyeri
Tujuan : Gangguan pola tidur klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
Klien tidur 8 jam perhari
Klien tidak sering terbangun saat tidur
Intervensi :
1) Kaji factor pencetus timbulnya istirahat tidur terutama pada malam hari
R/ dengan mengetahui factor pencetus sedapat mungkin dapat
menghindarinya
2) Batasi aktivitas klien
R/ dengan menbatasi aktivitas klien akan menberi kesempatan untuk lebih
banyak beristirahat
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pengantar tidur
R/ untuk membantu terpenuhi istirahat tidur klien
8) DX. III. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan : tanpak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat
ditangani dengan kriteria :
Mengakui dan mendiskusikan rasa takutnya menunjukkan
rentang perasaan yang tepat
Intervensi :
1) Diskusikan tindakan keamanan
R/ menenangkan dan menurunkan ansietas karena ketidaktahuan dan takut
menjadi kesepian ( tidak terawat ).
2) Dorong ekspresi ketakutan / Masalah
R/ mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi
3) Akui kenyataan atau normalitas perasaan , termasuk marah
R/ menberikan dukungan emosi yang dapat menbantu pasien melalui
penilaian awal juga selama pemulihan
DX. IV. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan
kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang
informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan
klien dan keluarga dapat bertambah dengan kriteria :
Klien dan keluarga tidak bertanya lagi tentang penyakitnya
Partisipasi aktif dalam aturan pengobatan
Klien tampak tenang dan rileks
Ekspresi wajah tampak tenang
Intervensi :
1) injau ulang dengan klien/orang terdekat tentang pemahaman diagnosis,
alternative pengobatan, dan sifat harapan.
R/ : Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan
belajar, dan memberikan dasar pengetahuan di mana klien membuat
keputusan berdasarkan informasi.
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat. Jawab pertanyaan secara khusus,
tetapi tidak memaksakan detail-detail yang tidak penting.
R/ : Membantu penilaian diagnosis kanker, memberikan informasi yang
diperlukan. Kecepatan dan metode pemberian informasi perlu diubah
agar mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kemampuan untuk
mengasimilasi informasi.
3) Minta umpan balik verbal klien, dan perbaiki kesalahan konsep tentang
tipe tumor yang dialami klien dan pengobatan.
R/: Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada
kenyataan dan mempengaruhi penguatan/penurunan penyembuhan.
4) Tinjau ulang aturan pengobatan dan penggunaan obat
R/: Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan diri dan
menghindari risiko komplikasi, reaksi/interaksi obat.
5) Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan
teratur.
R/ : Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltik.
DX. V. Resiko tinggi factor risiko : pertahanan sekunder tidak adekuat,
malnutrisi, proses penyakit kronis, atau prosedur invasif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi
tidak terjadi dengan kriteria :
Tidak terdapat adanya tanda-tanda peradangan
Intervensi :
1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staff dan
pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien. Batasi
pengunjung yang mengalam i infeksi.
R/ : Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung
dibatasi
2) Tekanan hygene personal kepada klien
R/ : Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.
3) Observasi tanda –tanda vital
R / : sebagai bahan pertimbangan dan memudahkan dalam
melakukan intervensi selanjutnya
4) Ubah posisi dengan sering, pertahankan kl;ien kering dan bebas
kerutan.
R/ : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah
kerusakan kulit.
5) Tingkatkan istirahat yang cukup dengan periode latihan.
R/ : Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk
mencegah komplikasi stasis, misalnya : pneumonia, dekubitus,
dan pembentukan thrombus.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotic sesuai indikasi.
R/ : Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profilaktik
4. EVALUASI
Pasien mampu mengontrol nyeri
a. Melakukan teknik manajemen nyeri
b. Mematuhi dalam pemakaian obat yang diresepkan
c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat
istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki
pasien
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
Pasien mampu memperlihatkan kemampuan pemahaman tentang
penyakitnya
Memperlihatkan tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yang dialami
oleh klien
B. PENYIMPANGAN KDM
Faktor pencetus
( Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi , keturunan , pajanan radiasi )
Pertumbuhan abnormal osteosit dan kondrosit
Drafisis tulang
Osteokandroma
Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan
Terputusnya kontinitas jaringan
Terdapat tempat masuknya
Pelepasan mediator kimia mikroorganisme
( k + , bradikinin , serotonin , prostaglandin )
Histamine
Merangsang nosiseptor
Perubahan status kesehatan
Thalamus
Hospitalisasi
Korteks cerebri
Kurang terpajang informasi
Nyeri dipresepsikan
Kekurangan informasi stessor meningkat
Risiko infeksi
Nyeri
Mekanisme koping tidak
Efektif
Meransang saraf simpatis
Mengaktifkan RAS / SAR
( system aktifitas resukuler )
REM menurun
Gangguan pola tidur
Kurang pengetahuan
Ansietas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “ E “
DENGAN POST OP OSTEO CANDROMA
DI RUANG PERAWATAN BEDAH
RSUD HAJI MAKASSAR
PENGKAJIANKMB
I. DATA DEMOGRAFIA. Biodata
1. Inisial pasien : NY. “E”2. No. medical record : 13956643. Usia / tanggal lahir : 18 Tahun4. Jenis kelamin : Perempuan5. Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Jl. veteran selatan6. Suku / bangsa : Makassar/Indonesia7. Status pernikahan : belum menikah8. Agama / keyakinan : Islam9. Pekerjaan / sumber penghasilan : wiraswasta
B. Penanggung jawab1. Inisial : Ny. “A”2. Usia : 45 Tahun3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Pekerjaan / sumber penghasilan : Ibu rumah tangga5. Hubungan dengan klien : Ibu klien
II. STATUS KESEHATAN SAAT INIA. Alasan kunjungan : Klien mengeluh Nyeri pada
paha kanan bagian dalam,dan terdapat benjolan sehingga membutuhkan perawatan medis
B. Keluhan utama : Nyeri pada luka post opC. Riwayat keluhan utama :
1. Waktu timbulnya penyakit : klien mengatakan sudah 2 tahun yang lalu ada benjolan pada paha kanan bagian dalam
2. Bagaimana awal munculnya : klien mengatakan awal munculnya berangsur-angsur
3. Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetapsama dengan sebelumnya : keadaan penyakit klien sudah mulai membaik
4. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : klien mengatakan untuk mengurangi keluhan klien mengkonsumsi obat asam mefanamat dan amoxilin
5. Kondisi saat dikaji : P : nyeri pada luka bekas operasi
Q : sedangR : pada daerah femur bagian kiriS : 4-6
D. Diagnosa medis : Post Op Osteo Chondroma E. Tanggal masuk RS : 20 September 2012F. Tanggal pengkajian : 24 September 2012 (post-op hari ke- 1)G. Tanggal rencana operasi : 24September 2012H. Tanggal operasi : 24 September 2012
III. RIWAYAT KESEHATANA. Riwayat kesehatan lalu
1. Penyakit yang pernah dialami : Typoid2. Tidak ada alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan minuman3. Imunisasi : Tidak lengkap4. Klien memiliki kebiasaan mengkonsumsi teh5. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan 6. Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit yang pernah dialami :klien
mengatakan pernah di opname di rumah sakit Haji 3 bulan yang lalu dengan Demam Thipoid
7. Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter) :klien mengatakan perna mengkonsumsi Obat Antalgin
8. Pola nutrisiSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Selera makan Baik BaikMenu makanan Nasi putih, sayur,
ikan,Tempe,TahuNasi putih, sayur, ikan,Tempe,Tahu
Makanan pantangan Tidak ada Tidak adaFrekuensi makan 3 kali sehari 3 kali sehari Cara makan Makan mandiri DisuapTinggi badan 160 cm 160 cmBerat badan 45 kg 45 kgIndeks Massa Tubuh (IMT)
17,5 17,5
Mual/muntah Tidak ada Tidak ada
9. Pola cairanSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jenis minuman Teh dan Air putih Air mineralFrekuensi minum 7 - 8 gelas perhari 7-8 gelas/hariPemenuhan kebutuhan cairan dalam 24 jam
Cukup Cukup
Cara minum Minum mandiri Disuapi
10. Pola eliminasiSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
a. BAB1) Kelancaran Lancar Lancar2) Tempat
pembuanganToilet Pispot
3) Frekuensi 1-2 kali/hari 1 kali/hari4) Konsistensi Padat pasta Padat pastab. BAK
1) Kelancaran Lancar Lancar2) Tempat
pembuanganToilet Di tempat tidur
menggunakan pispot3) Frekuensi 3-4 kali/hari 3-4 kali perhari4) Jumlah urine ± 2500 cc ± 2500 cc
5) Warna Kuning jernih Kuning jernih6) Konsistensi Encer Encer7) Bau Amoniak Amoniak
11. Pola tidur dan istirahatSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Waktu tidur 22.00 – 05.00 pada malam hari
22.00 - 06.00 pada malam hari
Lama tidur ± 7 jam/hari ± 8 jam/hariKebiasaan pengantar tidur
Sikat gigi, cerita Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
12. Pola aktivitas/olahraga dan latihanSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 1 kali/minggu Tidak pernah berolah ragaPerasaan setelah berolah raga
Merasa segar setelah berolahraga
Tidak dapat dinilai sebab pasien tidak melakukan olahraga
13. Pola pekerjaanSEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jenis Wiraswasta Pasien hanya berbaring di tempat tidur
Kemampuan untuk melakukan pekerjaan
Kurang Tidak dapat dinilai karna pasien tidak melakukan pekerjaan
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGAA. Genogram : Buatlah genogram dimana pasien berada pada generasi ketiga
yang dapat menggambarkan hubungan pasien dan keluarga.Keterangan: = laki-laki = Meninggal = Serumah
=Pasien = Perempuan = Menikah
? = Tidak diketahui = Cerai = Umur pasien
= Kembar = Hamil
B. Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :C. Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional :
D. Kesimpulan: terdapat/tidak terdapat penyakit yang terkait dengan kromosom (dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya).
V. RIWAYAT LINGKUNGANA. Lingkungan sekitar pasien terpapar dengan polusi dari kendaraan
bermotor/mobilB. Lingkungan rumah klien berbeda dengan kondisi Rumah sakit
4547
VI. ASPEK PSIKOSOSIALA. Pola pikir dan persepsi
Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Terdapat penurunan sensitifitas terhadap Nyeri
B. Persepsi sendiriPasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.
C. Konsep diri1. Citra tubuh : Klien memandang tubuhnya positif2. Identitas : Pasien menerima jenis kelaminnya sebagai perempuan3. Peran: klien berperan sebagai pekerja setelah ayah klien meninggal 2
tahun yang lalu.dan klien bercita-cita untuk dapat melanjutkan kuliah dan dapat membantu ibu dan adik-adiknya.
4. Klien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya
5. Harga diri : klien mempunyai harga diri yang positifD. Status emosi
1. Klien dapat mengekpresikan perasaanya.2. Suasana hati klien yang utama/dominan adalah irritable. Rentang
perhatian tidak menyempit, pasien focus pada kondisinya.3. Perilaku verbal klien sesuai dengan perilaku non verbal4. klien slalu bercerita/curhat kepada ibunya bila suasana hatinya sedang
gembira dan sedih 5. Tanggapan klien tentang biaya RS :klien dapat menerima tentang biaya
RSC. Hubungan/komunikasi/pola interaksi
1. Tempat tinggalPasien tinggal bersama keluarga
2. BicaraPasien berbicara jelas, relevan, mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya serta mampu mengerti orang lain.Bahasa utama : Bahasa IndonesiaBahasa daerah : Bahasa Makassar
3. Kehidupan keluargaAdat istiadat yang dianut adalah Adat MakassarPembuat keputusan dalam keluarga adalah IBU klien.Pola komunikasi dalam keluarga baik.Pola keuangan cukup.
4. Kesulitan dalam hubungan keluargaHubungan pasien dengan keluarga baik, tidak ada kesulitan dalam hubungan dengan Ibu dan saudara.
5. Pasien senang dengan kehidupan sosialnya.6. Klien berespon dengan baik kepada keluarga7. Klien berespon sesuai dengan tahapan perkembangannya sebagai Remaja
terhadap situasi yang dialaminya.8. Klien meminta bantuan kepada keluarga apabila mempunyai masalah9. Yang lebih berpengaruh pada klien adalah keluarga10. Klien dapat mengidentifikasi keterlibatannya dalam interaksinya dengan
orang lain.
D. Kebiasaan seksual1. Klien mengetahui tentang adanya perubahan suara, penonjolan jakun, dan
mimpi, dsb.2. Perubahan suara dan penonjolan jakun serta mimpi telah dialami sejak
berusia 14 tahun3. Klien memandang dirinya sebagai perempuan normal4. Klien mengidolakan Group Band WALI 5. Klien menampilkan perilaku yang baik sebagai perempuan
6. Pertahanan koping/mekanisme pertahanan diri1. Dalam mengambil keputusan pasien dibantu oleh Ibu dan saudara2. Pasien membanggakan pekerjaannya.3. Klien menangani stress dengan berusaha mencari solusi.4. Hasil dari penanganan stress yang biasa digunakan pasien stress
teratasi5. Apa upaya klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi
sekarang :klien selalu mengkonsumsi Obat yang di berikan tim medis sesuai dosis dan aturan yang di anjurkan dan klien selalu berdo,a kepada Tuhan semoga sakitnya cepat sembuh
E. Tingkat perkembangan1. Usia : 18 tahun2. Karakteristik : Remaja
VII. RIWAYAT SPIRITUAL/ SYSTEM NILAI DAN KEPERCAYAANA. Tuhan adalah sumber kekuatan bagi pasienB. Tuhan, agama, dan kepercayaan penting bagi pasien.C. Sebelum dirawat pasien rutin melaksanakan shalat 5
waktu/beribadah/menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
D. Ada kegiatan agama/kepercayaan yang ingin dilaksanakan di rumah sakit.E. Menurut agama yang dianut klien, hubungan antara Tuhan dan manusia bisa
dekat apabila manusia selalu menyembah,berdo,a dan bersyukur kepada ALLAH SWT
F. Dalam keadaan sakit klien mengalami hambatan dalam melaksanakan ibadahnya
G. Tuhan dan keluarga yang diharapkan klien yang dapat menolongnya saat merasa takut
H. klien selalu menyuruh keluarga untuk membacakan ayat-ayat suci Alqur,an I. sumber kekuatan klien sekarang adalah Tuhan
J. klien di bantu dalam melakukan Ibadah K. Selama klien dirawat klien tidak memerlukan ahli agama dan pembibing
rohani
VIII. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan umum klien
1. Kesadaran : Composmentis2. Keadaan umum : Lemah3. Tidak ada Tanda-tanda dari distress4. Penampilan dihubungkan dengan usia Remaja5. Ekspresi wajah, bicara, mood baik6. Berpakaian dan kebersihan umum baik 7. Gaya berjalan : Tidak di lakukan pengkajian karna klien tidak dapat
berjalan
B. Tanda-tanda vital1. Suhu : 36 c2. Nadi : 80 x/i3. Pernafasan : 18 x/i4. Tekanan darah : 110/80 mmHg
C. Berat badan (BB) : 45 kgD. Tinggi badan (TB) : 160 cmE. Indeks massa tubuh (IMT) 1,60 x1,60 =2,56. 45 : 2,56 = 17,5 F. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kepalaa. Inspeksi
1) Rambut berwarna hitam
2) Rambut nampak bersih.3) Rambut tidak mudah tercabut
b. Palpasi
1) Tidak terdapat benjolan
2) Tidak terdapat tanda bekas luka
3) Tidak terdapat pembengkakan
4) Tidak terdapat nyeri tekan
2. Pemeriksaan mata
a. Inspeksi
1. Posisi mata simetris kanan dan kiri.
2. Warna kelopak mata normal, sama dengan warna sekitarnya
3. Tidak nampak pembengkakan pada kelopak mata.
4. Konjunctiva berwarna merah (normal, tidak anemis)
5. Sklera berwarna putih (normal, tidak ikterik)
6. Kornea jernih, teksturnya halus
7. Refleks kornea baik.
8. Ukuran pupil isokhor kanan dan kiri . Refleks cahaya baik.
9. Akomodasi mata baik
10. Pergerakan bola mata ke delapan arah baik.
11. Lapang pandang mata kanan baik. Lapang pandang mata kiri baik.
b. Pasien dapat membaca naskah dari jarak 10 cm (normal). Tidak
menggunakan kartu Snellen.
c. Pasien dapat membedakan warna dengan baik.
d. Palpasi
Konsistensi bola mata lunak (normal), tidak ada nyeri tekan
Kesimpulan: Fungsi penglihatan baik.
3.Pemeriksaan telinga.
Inspeksi
• Aurikula (daun telinga) atas pasien berada sejajar dengan kantus
lateral mata, simetris. Warna aurikula coklat (sama dengan warna
sekitar). Hygiene baik. Lesi tidak ada.
• Kanalis auditorius (liang telinga) bersih, tidak terdapat penumpukan
serumen. tidak terdapat radang dan perdarahan.
Palpasi
Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.
Kesimpulan: Fungsi pendengaran baik
4.Pemeriksaan hidung
Inspeksi
• Tulang hidung nampak lurus.
• Kulit hidung berwarna putih sama dengan warna sekitar. tidak ada
pembengkakan
• Lubang hidung simetris. tidak terdapat rabas (pengeluaran cairan dari
hidung).
• Septum hidung berada di tengah.
• tidak terjadi hipersekresi.
• tidak terdapat pembengkakan pada hidung bagian dalam.
• Patensi hidung kanan dan kiri baik
Palpasi
• tidak terdapat massa tekan dan nyeri tekan.
• tidak terdapat nyeri tekan pada sinus.
Kesimpulan: fungsi penciuman baik.
5.Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi
• Klien tidak mengalami bibir sumbing
• Bibir berwarna merah
• Bibir pasien simetris kanan dan kiri.
• Bibir pasien nampak lembab
• tidak nampak adanya pembengkakan.
• tidak nampak lesi (luka),
• Tidak nampak ulkus (luka yang dalam)
• Gigi berjumlah 32 buah
• Posisi gigi beraturan
• Jarak gigi rapat satu sama lain.
• Warna gigi putih
• Gigi nampak bersih.tidak terdapat karang gigi.
• tidak nampak karies (gigi berlubang)
• tidak nampak lesi (luka) pada gusi.
• tidak nampak pembengkakan/tumor pada gusi.
• tidak terdapat halitosis (bau mulut).
• Mukosa mulut berwarna merah.Hidrasi (kelembaban) mulut baik
• tidak terdapat lesi pada mukosa mulut.
• tidak nampak kelainan pada mulut.
• tidak terdapat lesi pada lidah. Berwarna merah.tidak mengalami
radang.
• tidak mengalami peradangan.
Palpasi
• tidak terdapat pembengkakan/tumor pada pipi.
• tidak terdapat nyeri tekan pada pipi.
• tidak terdapat massa tekan dan nyeri tekan pada dasar mulut.
• tidak terdapat massa tekan dan nyeri tekan pada lidah.
Kesimpulan: fungsi pengecapan baik.
6.Pemeriksaan leher
Inspeksi
• Leher pasien pendek dan ramping
• Warna kulit leher sawo matang
• tidak nampak pembengkakan.
• tidak nampak jaringan parut.
• tidak nampak massa/benjolan.
• tidak nampak kelenjar tiroid ketika pasien diinstruksikan menelan.
• tidak nampak pergerakan takik suprasternal ketika pasien inspirasi.
Palpasi
• tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.
• tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid.
• Trakea berada di tengah-tengah leher.
Mobilitas leher
• Pasien dapat melakukan fleksi dengan sudut 45 secara aktif
• Pasien dapat melakukan dorsofleksi/hiperekstensi dengan sudut10
secara aktif
• Pasien dapat melakukan rotasi ke kanan dengan sudut180 secara aktif
• Pasien dapat melakukan rotasi ke kiri dengan sudut 180 secara aktif
• Pasien dapat melakukan lateral fleksi ke kiri dengan sudut 40-50
secara aktif
• Pasien dapat melakukan lateral fleksi ke kanan dengan sudut 40-50
secara aktif
7.Pemeriksaan dada dan paru
Inspeksi
• Sternum tidak menonjol.
• Klavikula dan costa nampak simetris kanan dan kiri.
• Vertebra tidak nampak mengalami lordosis/kifosis/skoliosis.
• Skapula nampak simetris kanan dan kiri.
• Diameter dada antero-posterior : lateral = 1:2
• tidak terdapat retraksi (tarikan/pergerakan) otot-otot interkostalis (otot
di sela-sela costa) selama bernapas
• tidak terdapat jaringan parut pada permukaan kulit dada.
• tidak terdapat kelainan pada permukaan kulit dada.
Palpasi
Gerakan dada simetris kanan dan kiri. tidak terdapat massa tekan dan
nyeri tekan. Taktil fremitus sama kanan dan kiri.
Perkusi
Perkusi sama kanan dan kiri serta atas dan bawah.tidak terdapat nyeri
ketuk.
Auskultasi
Tidak terdengar bunyi napas tambahan (normalnya hanya terdengar
bunyi tarikan dan hembusan napas tanpa disertai bunyi tambahan).
Kesimpulan: fungsi pernapasan baik
8.Pemeriksaan jantung
Inspeksi tidak nampak pulsasi jantung.
Palpasi
• tidak teraba titik denyut maksimal (Point of Maximal Impuls/PMI).
• tidak teraba massa tekan dan nyeri tekan.
Perkusi
• Batas jantung kiri berada+3 cm dari sternum.
• Batas jantung kanan berada +3 cm dari sternum.
• Batas atas jantung berada pada costa/ICS
• Batas bawah jantung berada pada costa/ICS
Auskultasi
• Hitung frekuensi denyut jantung selama 1 menit, yaitu setelah kedua
bunyi jantung terdengar jelas seperti ”lub dub”, hitung setiap
kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyut jantung.
• tidak terdapat bunyi jantung S3 dan S4 (bunyi jantung abnormal).
Kesimpulan: fungsi jantung baik
9.Pemeriksaan payudara dan ketiak tidak lakukan pengkajian
10.Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
• Permukaan abdomen nampak cembung
• Kulit perut berwarna sama dengan sekitarnya.
• Abdomen simetris kanan dan kiri.
• Tidak nampak pertumbuhan rambut pada linea mediana tubuh
• Tidak nampak retraksi (kulit nampak tertarik ke dalam) pada
permukaan abdomen.
• Tidak nampak penonjolan pada permukaan abdomen.
• tidak Nampak jaringan parut (bekas luka operasi) pada
permukabdomen.
• Tidak nampak stretch mark (regangan kulit akibat abdomen yang
membesar) pada permukaan abdomen.
• Terdapat inflamasi pada permukaan abdomen
• Umbilikus tidak menonjol.
• Pergerakan abdomen seirama dengan gerakan pernapasan.
Auskultasi
• Bunyi peristaltic ( + )
• Durasi bunyi peristaltik terdengar.
Perkusi
• Tidak terdapat perkusi pekak di atas kandung kemih.
• Tidak terdapat nyeri ketuk pada abdomen
Palpasi
• Tidak teraba hepar.
• Batas atas hepar tidak teraba.
• Batas bawah hepar tidak teraba.
• Batas kiri hepar tidak teraba.
• Batas kanan hepar tidak teraba.
• Tidak teraba lien.
• Batas atas lien tidak teraba.
• Batas bawah lien tidak teraba.
• Batas kiriklien tidak teraba.
• Batas kanan lien tidak teraba.
• Tidak teraba ren kanan dan kiri.
• Batas atas ren kanan tidak teraba.
• Batas atas ren kiri tidak teraba.
• Batas bawah ren kanan tidak teraba.
• Batas bawah ren kiri tidak teraba.
• Batas kiri ren kiri tidak teraba.
• Batas kiri ren kanan tidak teraba.
• Batas kanan ren kiri tidak teraba.
• Batas kanan ren kanan tidak teraba.
• Tidak terdapat massa/benjolan.
• Tidak Terdapat nyeri tekan.
• Tidak terdapat nyeri lepas.
• Tidak terdapat penegangan abnormal.
• Tidak teraba distensi kandung kemih
• Tidak terdapat asites.
Kesimpulan: fungsi pencernaan baik
11.Pemeriksaan genitalia Tidak Di lakukan pengkajian karna klien Tidak
setuju
12.Pemeriksaan rektum dan anus Tidak Di lakukan pengkajian karna pasien
tidak setuju
13. Status neurologis.
GCS: 15 (E=4, M=6, V=5)= composmentis.
14. Pemeriksaan ekstremitasInspeksi
• Terpasang IVFD pada ekstermitas atas (sinistra)
• Mobilisasi ekstremitas bawah (sinistra) tidak baik
• tidak terdapat atrophy.
• Warna kulit sama dengan warna sekitarnya.
• tidak terdapat pigmentasi kulit (area kulit yang lebih gelap dari
sekitarnya).
• terdapat /traksi/balutan pada femur
• Warna kulit di sekitarnya sama rata
• Tidak terdapat lesi di sekitarnya
• Tidak terdapat edema di sekitarnya
• Kuku:
• Warna kuku sama dengan kuku yang lain
• Warna dasar kuku putih
• Tekstur kuku kasar
• Kuku tipis
• Sudut antara kuku dan bantalan kuku ≤ 180 0/ . tidak terjadi
clubbing finger.
• Telapak tangan berwarna kemerah-merahan
• Tidak terdapat luka dekubitus.
Palpasi
• Kulit lembab
• Akral teraba hangat, sama dengan akral pada bagian tubuh yang
simetris.
• Tekstur kulit kasar
• Turgor kulit baik
• CRT = 3 detik
• Nadi perifer teraba kuat dengan frekuensi teratur
• Tidak terdapat pitting edema
• Tidak terdapat nyeri tekan.
• Tidak Terdapat baal (mati rasa) pada ekstermitas bawah (sinistra0
Kesimpulan: fungsi perabaan (taktil) baik. Fungsi pergerakan kurang
baik.
15. Pemeriksaan penunjang a. CT Scanb. MRIc. Biopsi d. Laboratorium darah (tanggal pemeriksaan) : 20 September 2012
LABORATORIUM HASIL NORMAL SATUAN
WBC 5,8 4,8-10,8 10 /mmHGB 14,0 14,0-18,0 gr/dlPLT 160 150-450 10 /mm
16. Terapi medis1. injeksi
a. IVFD RL 20 tpm.b. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV.c. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV.d. cefotaxime 1 amp/12 jam/IV
2. Obat orala. Amoxilin 3x1b. Asam Mefanamat 3x1c. Diet bebasd. Minum 2 liter/hari
17. Kesan perawat terhadap pasien
Pasien kooperatif dan mampu bekerja sama dengan perawat dalam
pengkajian, perawatan dan pengobatan.
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
-Klien mengatakan nyeri pada daerah Bekas operasi
- Klien mengatakan nyeri meningkat saat beraktivitas
- Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan cemas dan takut dengan penyakitnya
- klien mengatakan kapan penyakitnya sembuh
-
-Ekspresi wajah klien tampak meringis
-Klien tampak nyeri
-klien serin terbangun dari tidurnya
- Ekspresi wajah klien Nampak cemas dan takut
- Klien Nampak selalu bertanya- tanya tengtang penyakitnya
TTV: TD : 110/70 mmhg N : 74 x/menit P : 20x/menit S : 36 ‘C
ANALISA DATA
NO DATA PENYEBABMASALAH
KEPERAWATAN
1
.
2.
DS:
- Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
- Klien mengatakan
nyeri mening-kat
saat beraktivitas.
DO:
- Ekspresi wajah klien tampak meringis
DS :
- Klien
mengatakan
susah tidur.
DO :
klien serin terbangun
Tindakan pembedahan
↓
Terputusnya kontunitas jaringan
↓
Pelepasan mediator kimia
(k+,bradikinin,serotonin,prostaglandin, histamin )
↓
Meransang nosiseptor
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri di persepsikan
Anoreksia, mual
Meransang saraf simpatis
↓
Mengaktifkan RAS / SAR
↓
REM menurun
↓
Nyeri
Gangguan pola tidur
Nyeri
3.
4.
dari tidurnya
DS :
- Klien mengatakan cemas dan takut dengan penyakitnya
DO :
- Ekspresi wajah klien Nampak cemas dan takut
DS :
klien mengatakan kapan penyakitnya sembuh
DO :
Klien Nampak selalu bertanya- tanya tengtang penyakitnya
Risiko infeksi
Stressor meningkat
Mekanisme koping tidak efektif
Perubahan status kesehatan
Hospitalisasi
Kurang terpajan informasi
Ansietas
kurang pengetahuan
Gangguan pola tidur
Ansietas
Kurang pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan
dengan : spasme otot
DS :
- Klien mengatakan nyeri
pada daerah bekas operasi
- Klien mengatakan nyeri
meningkat saat
beraktivitas.
DO :
- Ekspresi wajah nampak
meringis
,
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan tidak
terjadi nyeri
-
1.Kaji status nyeri
( lokasi,frekuensi,
durasi,dan
intensitas nyeri )
2. Ajarkan teknik
Manajemen Stress
seperti teknik
relaksasi napas
dalam, visualisasi,
dan bimbingan
imajinasi.
3.Ciptakan
lingkungan yang
nyaman, dengan
membatasi jumlah
pengunjung.
4.Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgesik sesuai
kebutuhan indikasi
1. memberikan data dasar
untuk menentukan dan
mengevaluasi intervensi
yang diberikan.
2. meningkatkan relaksasi
yang dapat menurunkan
rasa nyeri klien
3. Memberikan ketenangan
kepada klien sehingga
dapat meningkatkan
relaksasi klien.
4.Analgetik dapat
mengurangi dan memblok
lintasan nyeri dan spasme
otot
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1.
- .
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
IMPLEMENTASI/EVALUASI
TGL
NO.
DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
25-09-2012 1. 1. Mengkaji tingkat nyeri, intensitas
dan lokasi
Hasil : Tingkat nyeri ringan, inten-
sitas 5 , lokasi/penyebaran daerah
suprapubik, sifat keluhan hilang
timbul dan menusuk.
2. Menganjurkan penggunaan tekh-
nik relaksasi (menarik napas pan-
jang/dalam saat nyeri dirasakan)
dan tekhnik distraksi (pengalihan
perhatian dengan pijatan terapeu-
tik atau mengalihkan perhatian
S: Klien mengatakan
dapat mengontrol/
mengatasi nyeri yang
dirasakan.
O: Ekspresi wajah rileks
A: Masalah nyeri
sebagian teratasi.
P: Intervensi dipertahan-
kan :
2. Dorong penggunaan
TGL
NO.
DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
2.
pada objek lain seperti nonton TV,
membaca buku/koran.
Hasil : Klien bersedia melakukan
sesuai anjuran yang diberikan.
3. Meningkatkan pemasukan cairan
sampai 3000 ml setiap hari sesuai
toleransi.
Hasil : Intake 500 cc (2 gelas).
4. Mengukur TTV :
Hasil :
T : 150/80 mmHg
N : 84 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,90C
5. Penatalaksanaan pemberian obat
a-nalgetik sesuai the-rapi.
Hasil : ketorolak 1 Amp/12 jam
12. Mengkaji pola makan klien.
Hasil : Frekuensi makan 3 x sehari
pola makan nasi, lauk, pauk dan
buah.
13. Memberi makan dalam porsi
sedi-kit tapi sering.
Hasil : Klien dapat menghabiskan
makanan yang diberikan.
14. Menyajikan makanan dalam
keadaan hangat.
tehnik relaksasi dan
distraksi saat nyeri
timbul.
3. Ukur tanda – tanda
vital.
4. Penatalaksanaan
pemberian obat a-
nalgetik sesuai the-
rapi.
S: - Klien mengatakan
nafsu makan
kurang.
- Klien menghabis-kan makanan siang hanya ½ porsi.
O:- Klien menghabis-kan ½ porsi.
- Klien nampak tidak berselera.
- BB 65 kg.
A:Masalah nutrisi
TGL
NO.
DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
3.
Hasil : klien berselera makan ma-
makan yang disajikan.
15. Mengajurkan keluarga
membawa makanan yang disukai
klien.
Hasil : Keluarga menyetujui anju-
ran yang diberikan (1/2 porsi).
5.Menimbang BB tiap hari
Hasil : BB 65 kg
1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.
Hasil : tidak ditemukan adanya
tanda-tanda infeksi.
2. Mempertahankan sterilitas cath.
Hasil : Membersihkan ujung dan
slang cath dengan kasa NaCl 0,9
% + bethadine.
3. Memberi HE tentang sterilitas.
Hasil : Menjelaskan bahwa steril
adalah keadaan bebas
mikroorganisme dan untuk
mempertahankannya dibutuhkan
kerjasama dengan pasien.
4. Penatalaksanaan pemberian
antibiotic
Hasil : Ciprofloxaxcin 500 mg 1
tab.
sebagian terata-si.
P: Intervensi
dilanjutkan:
2. Beri makan dalam
porsi sedikit tapi
sering.
3. Sajikan makanan dan-
lam keadaan hangat.
5.Timbang BB tiap hari
S: -
O: - Tidak nampak
adanya-tanda
tanda infeksi.
A: Risiko infeksi tidak
terjadi.
P: Lanjutkan intervensi:
2.Pertahankan
sterilitas catheter.
TGL
NO.
DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
26-09-2012
1. Menganjurkan penggunaan tekh-
nik relaksasi (menarik napas pan-
jang/dalam saat nyeri dirasakan)
dan tekhnik distraksi (pengalihan
perhatian dengan pijatan terapeu-tik
atau mengalihkan perhatian pada
objek lain seperti nonton TV,
membaca buku/koran.
Hasil : Klien bersedia melakukan
sesuai anjuran yang diberikan.
2. Mengukur TTV :
Hasil :
TD : 140/90 mmHg
N : 88 x/menit
P : 24 x/menit
S : 36,5 0C
3. Penatalaksanaan pemberian obat a-
nalgetik sesuai the-rapi.
Hasil : ketorolak 1 Amp/12 jam
1. Memberi makan dalam porsi sedi-
kit tapi sering.
Hasil : Klien dapat menghabiskan
S: Klien mengatakan
dapat mengontrol/
mengatasi nyeri yang
dirasakan.
O: Ekspresi wajah rileks
A: Masalah nyeri
sebagian teratasi.
P: Intervensi dipertahan-
kan :
1. Dorong
penggunaan tehnik
relaksasi dan
distraksi saat nyeri
timbul.
2. Ukur tanda – tanda
vital.
3. Penatalaksanaan
pemberian obat
analgetik sesuai
the-rapi.
S: - Klien mengatakan
nafsu makan
TGL
NO.
DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
27-09-2012
makanan yang diberikan.
2. Menyajikan makanan dalam
keadaan hangat.
Hasil : klien berselera makan ma-
makan yang disajikan.
3. Menimbang BB tiap hari
Hasil : BB 65 kg
1. Mempertahankan sterilitas cath.
Hasil : Membersihkan ujung dan
slang cath dengan kasa NaCl 0,9 %
+ bethadine.
1. Menganjurkan penggunaan tekh-
nik relaksasi (menarik napas pan-
jang/dalam saat nyeri dirasakan)
dan tekhnik distraksi (pengalihan
perhatian dengan pijatan terapeu-
tik atau mengalihkan perhatian
pada objek lain seperti nonton
TV, membaca buku/koran.
Hasil : Klien bersedia melakukan
sesuai anjuran yang diberikan.
membaik
- Klien menghabis-kan makanan siang hanya ½ porsi.
O:- Klien menghabis-kan ½ porsi.
- Klien nampak tidak berselera.
- BB 65 kg.
A: Masalah nutrisi
teratasi
P: Intervensi
dipertahankan
S: -
O: Tidak nampak
adanya-tanda tanda
infeksi.
A: Risiko infeksi tidak
terjadi.
P: Pertahankanintervensi
S: Klien mengatakan
dapat mengontrol/
mengatasi nyeri yang
dirasakan.
O: Ekspresi wajah rileks
A: Masalah nyeri
TGL
NO.
DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Mengukur TTV :
Hasil :
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36 0C
3. Penatalaksanaan pemberian obat
a-nalgetik sesuai the-rapi.
Hasil : ketorolak 1 Amp/12 jam
sebagian teratasi.
P: Intervensi dipertahan-
kan :
1. Dorong
penggunaan
tehnik relaksasi
dan distraksi saat
nyeri timbul.
2. Ukur tanda – tanda
vital.
3. Penatalaksanaan
pemberian obat
analgetik sesuai
the-rapi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk
pertumbuhan tulang yang tidak normal
Osteochondroma merupakan neoplasma tulang jinak yang paling
sering didapat, dimana tumor ini terdapat pada usia dewasa muda dengan
keluhan adanya benjolan yang keras dan tidak terasa sakit, tumbuh sangat
lambat.
Osteochondroma ditemukan pada bagian metafisis tulang panjang
terutama pada bagian distal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus,
pelvis dan scapula.
Pada foto rontgen osteochondroma terdapat 2 bentuk yaitu: bertangkai
(pedunculated) dan mempunyai dasar yang lebar (Sessile).
Gambaran foto CT. Scan menunjukkan adanya tulang yang
bertangkai diluar pertumbuhan daerah metafisis. Bentuk lesi yang seragam,
kartilago dengan kalsifikasi. Corteks dan medulla dihubungkan oleh lesi.
Bila tumor memberikan keluhan karena menekan struktur didekatnya
seperti tendon, saraf, maka dilakukan eksisi. Prognosis baik. Komplikasi
degenerasi ganas (menjadi Kondrosarkoma) lebih kurang 1 %.
B. SARAN
1) Sebagai perawat disarankan untuk memberikan dukungan kepada pasien
untuk bertahan hidup
2) Menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi
3) Menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi dan pengobatan yang
dianjurkan.
PENYIMPANGAN KDM
Faktor pencetus
( Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi , keturunan , pajanan radiasi )
Pertumbuhan abnormal osteosit dan kondrosit
Drafisis tulang
Osteokandroma
Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan
Terputusnya kontinitas jaringan
Terdapat tempat masuknya
Pelepasan mediator kimia mikroorganisme
( k + , bradikinin , serotonin , prostaglandin )
Histamine
Merangsang nosiseptor
Risiko infeksi
Perubahan status kesehatan
Thalamus
Hospitalisasi
Korteks cerebri
Kurang terpajang informasi
Nyeri dipresepsikan
Kekurangan informasi stessor meningkat
Mekanisme koping tidak
Efektif
Meransang saraf simpatis
Mengaktifkan RAS / SAR
( system aktifitas resukuler )
REM menurun
Gangguan pola tidur
Nyeri
Kurang pengetahuan
Ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. (2001). Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. EGC :
Jakarta
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi, EGC : Jakarta
Doenges, E, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . EGC : Jakarta
Lukman dan Nurna Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika :Palembang
Meyer WH; Malawer MM. (1998). Osteosarcoma : Clinical features and Evolving
Surgical and Chemotheraputic Strategies, Pediatr Clin North Am 38:317
Rasjad, Choiruddin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamimpatue.:
Makasar
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC :
Jakarta
Smeltzer & Brenda G. bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III.
Edisi 8, EGC : Jakarta
Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC : Jakarta