askep ileus obstruksi
DESCRIPTION
zuhirTRANSCRIPT
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
“ILEUS OBSTRUKSI”
Disusun Oleh :
1. LOREN JUKSEN 05260100832. MEITA FITRIANI 05260100193. NOPI HARTATI 05260100214. DEWI RAHMAYANTI 03260100225. FARIDA HERYANI 052601006. RIKA SUKRIZAL 052601007. FARIDA HERYANTI 05260100
JURUSAN KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTIBENGKULU
2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “ILEUS OBSTRUKSI”.
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum
terjangkau oleh kami, maka kami mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Ns. Witri Handi, S. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II dan beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, Oktober 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................................... 2
1.3. Manfaat........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1....................................................................................................... Kons
ep Dasar Teori.............................................................................. 4
1. Pengertian............................................................................... 4
2. Etiologi................................................................................... 6
3. Patofisiologi ........................................................................... 7
4. WOC....................................................................................... 9
5. Manifestasi Klinik.................................................................. 10
6. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 11
7. Penatalaksanaan...................................................................... 11
8. Komplikasi............................................................................. 12
2.2.......................................................................................................Konse
p Dasar Asuhan Keperawatan ..................................................... 13
1. Pengkajian.............................................................................. 13
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul..................... 15
3. Rencana Asuhan Keperawatan .............................................. 16
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
4.1....................................................................................................... Kesi
mpulan ......................................................................................... 30
4.2....................................................................................................... Saran
...................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ileus obstruksi adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di
Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata,
sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh pertitonitis.
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar.
Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan
kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada
dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian.
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan
anatomic seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur dan obstipasi. Penanganan
obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan
sekali operasi. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon
karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya.
Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah
operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal
1
ini yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks
daripada obstruksi usus halus.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operasi dan konservatif,
maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat
ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan
kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor
tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya
berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga
menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi
dengan pasien yang ditangani secara konservatif.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang penerapan proses
asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan ileus
obstruksi.
b. Perawat mampu menyusun diagnosa kepercayaan sesuai dengan hasil
pengkajian.
2
c. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien
dengan keluhan ileus obstruksi sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan
perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.
e. Perawat menilai hasil tindakan perawatan yang dilakukan terhadap
pasien.
1.3. Manfaat
1. Untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang ileus obstruksi.
2. Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang ileus obstruksi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi usus (ileus) dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Ileus obstruksi
dapat bersifat akut maupun kronik, parsial maupun total. Ileus obstruksi kronis
biasanya mengenai kolon akibat adanya karsinoma atau pertumbuhan tumor,
dan perkembangan lambat. Sebagian besar obstruksi mengenal usus halus.
Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap
hidup (Price, Sylvia Anderson, 450).
Obstruksi usus (ileus) terjadi bila sumbatan mencegah aliran normal
dari usus melalui saluran usus. Aliran ini dapat terjadi karena dua tipe proses :
1. Mekanis : terjadi obstruksi intramural atau obstruksi mural dari tekanan
pada dinding usus.
2. Fungsional muskulatur usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Obstruksi ini dapat bersifat parsial atau komplet, keparahannya tergantung
pada daerah usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat, dan
khususnya derajat dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu
(Smeltzer Suzanne C.)
4
Obstruksi Lambung :
Tukak kronik didekat pylorus menyebabkan fibrosis yang bisa
berlanjut membentuk striktur. Pada awalnya akan terjadi sumbatan parsial,
kemudian suatu eksoserbasi akut menyebabkan udem mukosa dan spasme
sfingter pylorus yang akan mendorong terjadinya sumbatan total. Sumbatan
juga dapat terjadi akibat proses keganasan dekat pylorus, atau adanya benda
asing atau dapat terjadi pada lambung bentuk jam pasir akibat retroksi bekas
tukak di kurvator minor (R. Sjamsuhidajat, 545).
Obstruksi Usus Oleh Batu Empedu
Batu empedu dapat lolos masuk ke dalam lumen saluran cerna. Apabila
batu empedu tersebut cukup besar dapat menyumbat bagian tersempit jalan
cerna, yaitu ileum terminal dan menimbulkan ileus obstruksi (R.
Sjamsuhidajat, 575).
Obstruksi Usus Merupakan Suatu Blok Saluran
Usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara
mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
Hernia Inkarserata
Bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap
dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan
5
pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih bersifat
ireponsibel dengan gangguan pasase.
2.1.2. Etiologi
1. Hernia inkarserata
2. Penyempitan lumen usus :
a. Isi lumen : benda asing
b. Dinding usus : stenosis, radang kronik, keganasan.
c. Ekstra lumen : tumor intra abdomen
3. Adhesi
4. Invaginasi
5. Volvulus
6. Malformasi usus
7. Perlengketan : lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.
8. Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup ke dalam bagian lain
yang ada di bawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus
tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang
memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-
anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum ke dalam dan terpijat
di sepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum ke dalam usus
besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
6
9. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri
dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya
gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi
pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya.
10. Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding
dan otot abdomen.
11. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus atau
tumor di luar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
2.1.3. Patofisiologi
Penyumbatan sebagian/menyeluruh dapat disebabkan karena mekanika
(biasa pada masa paralysis, akibat gangguan neuromuskuler). Obstruksi
mekanika dapat menyebabkan gangguan keluarnya sistem cerna (usus)
seperti : hernia, perlengketan, gangguan di dalam usus (seperti tumor,
diverticulitis, dan striktur), atau halangan lumen pada usus (seperti oleh karena
gallstone atau intususepsi/invaginasi).
Obstruksi non mekanik sering diartikan sebagai suatu ileus paralitik
atau ileus yang tidak dinamis. Penyumbatan ini bukan disebabkan karena fisik
melainkan penurunan aktivitas otot-otot usus yang mengakibatkan gerakan
usus menjadi lambat. Penekanan usus dinilai dari ketidakmampuan usus untuk
mengabsorbsi isinya dan mendorong ke bagian bawah. Peningkatan peristaltic
terjadi sebagai upaya mendorong isi usus bergerak, rangsangan ini
7
menyebabkan terjadinya sekresi yang mana penting dalam peningkatan
tekanan. Penurunan penyerapan dapat menyebabkan 7 sampai 8 liter elektrolit
cairan normal keluar dari usus selama 24 jam dan penyumbatan usus ini
meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Penyumbatan usus besar dapat juga
mengakibatkan arteri dan vena abdomen mengalami bendungan sehingga
timbul edema. Penyumbatan usus bagian atas dapat menyebabkan keluarnya
plasma ke rongga peritoneum sehingga terjadi penumpukan cairan. Kehilangan
cairan ekstraseluler dapat berkisar antara 2-6 liter selama 2-3 hari setelah
terjadi penyumbatan secara mekanik.
Hipovolemik dinilai sebagai suatu sebab dari yang bersifat sedang
sampai yang berat. Renal isufisiensi dan kematian dapat terjadi akibat
hipovolemik. Bakteri dalam usus juga dapat menyebabkan penyumbatan tetapi
tergantung dari aliran darah yang menuju ke usus. Bakteri tanpa suplai darah
dapat membentuk endotoksin setelah masuk ke dalam rongga peritoneum atau
dalam sistem sirkulasi yang mengakibatkan septik shok. Penyumbatan total
pada usus kecil menyebabkan hilangnya gastrikhidroklorida yang dapat
menyebabkan alkalosis. Penyumbatan duodenum bagian bawah sampai usus
besar menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa.
8
2.1.4. WOC
9
Infeksi bakteri pada usus
Mukosa usus rusak/inflamasi
Ileus obstruksi
Obstruksi usus besar
Obstruksi usus halus
Sigmoid rektum
MK : gejala dan tanda konstipasi
Distensi/peregangan hebat pada perforasi
lubang
Nyeri abdomen bawah
MK : gejala dan tanda muntah
dan syok
Aliran balik terganggu
Suplay darah terganggu
Stranggulasi usus/penciutan usus
Nekrosis/ kematian sel jaringan
Kematian
MK : - Ansietas/
cemas- Koping
keluarga tidak
Akumulasi cairan
Peningkatan sekresi lambung penigkatan distensi lumen usus
Penurunan tekanan kapiler vena dan
arteriola
Edema nekrosis
Ruptur : perforasi usus
MK : - Gangguan rasa
nyaman dan nyeri- gangguan konsep
diri gelisah shock- Risiko tinggi
infeksi
Menyebabkan peristaltik menurun
Asites
MK : - Gangguan
pada nafas- Gangguan
konsep diri (body
2.1.5. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti
kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi
dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus,
tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet,
gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya
berbalik arah dan isi usus terdorong ke depan mulut. Apabila obstruksi
terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin ke bawah
obstruksi di area gastriuntestinal yang terjadi, semakin jelas adanya
distensi abdomen. Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi
syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
2. Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah
muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien
dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala
satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat
distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui
dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen
bawah.
10
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan sinar X terhadap abdomen akan menunjukkan
kuantitas abnormal dari gas dan/atau cairan dalam usus.
2. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan elektrolit apakah adanya dehidrasi
b. Pemeriksaan darah lengkap apakah adanya kehilangan volume
plasma dan kemungkinan infeksi.
2.1.7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruktif adalah koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi
dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik
bermanfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus
tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan
tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan
untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan
kalium).
11
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung
penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia
dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
2. Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat
dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada
pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan
pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi
bedah untuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara
dan permanen mungkin diperlukan.
2.1.8. Komplikasi
1. Peritonitis septicemia
2. Syok hipovolemia
3. Perforasi usus
4. Nekrosis usus
5. Sepsis
6. Syok dehidrasi
7. Abses
8. Meninggal
9. Gangguan elektrolit
10. Sindrom usus pendek malabsorbsi dan malnutrisi.
12
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1. Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
2. Sirkulasi
Tanda : - Takikardi (respon terhadap demam dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri
- Tekanan darah : hipotensi
- Kulit : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, faktor stress akut/kronik
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair
Perdarahan per rektal
Tanda : Menurunnya bising usus
Tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat.
5. Makanan/cairan
Gejala : - Anoreksia, mual/muntah
- Penurunan berat badan
- Tidak toleran terhadap diet/sensitif
Tanda : - Penurunan lemak subkutan/mast otot
13
- Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk
- Membran mukosa pucat, luka inflamasi rongga mulut.
6. Higiene
Tanda : - Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
- Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
- Bau badan
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : - Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan
bawah, nyeri abdomen tengah bawah
- Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal
- Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (ansietas)
Tanda : - Nyeri tekan abdomen/distensi
8. Keamanan
Gejala : - Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik vaskulitis
- Artritis
- Peningkatan suhu 39,6-40oC
- Penglihatan kabur
- Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamin
ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda : Lesi kulit mungkin ada.
14
9. Interaksi sosial
Gejala : masalah berhubungan/peran sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan aktif secara sosial.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam
atau diaforesis.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan
atau kekakuan
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan.
15
2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis
Kebutuhan cairan terpenuhi
Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah faeces, perkirakan kehilangan yang tak terlihat.
Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok
Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
Observasi abdomen terhadap ketidaknyamanan distensi, nyeri.
Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan, laporkan tak adanya bising usus.
Pantau elektrolit, Hb dan Ht
Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi.
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan, kehilangan cairan paling besar terjadi pada ileustomi, tetapi secara umum tidak lebih dari 500-800 ml/hari.
Menunjukkan status hidrasi/kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan
Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein.
Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
2 Nyeri berhubungan dengan distensi abdomenq
Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.
Kaji lokasi, berat dan type nyeri (skala 0-10)
Pantau tanda-tanda vital
Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi.
Intervensi dini pada kontrol nyeri
16
Berikan tindakan kenyamanan Berikan periode istirahat terencana Auskultasi bising usus Berikan dan anjurkan tindakan alternatif
penghalang nyeri.
memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi.
Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot, posisi tegak meningkatkan tekanan intra abdomen, yang dapat membantu dalam berkemih.
Menurunkan masalah yang terjadi karena mobilisasi
Menurunkan menelan udara dan distensi.
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
1. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. B
Tempat tanggal lahir : 28 Februari 1962
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Hibrida Raya Bengkulu
Status : Sudah Menikah
Suku : Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tani
Tanggal masuk RS : 28-5-2008
No. Registeri : 0312
Golongan Darah : O
Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi (istri)
Nama : Ny. C
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
18
Alamat : Jl. Hibrida Raya Bengkulu
2. Alasan Masuk
Pasien Tn. B masuk ke rumah sakit dengan keluhan badan lemah. Nyeri
hilang timbul pada daerah perut sebelah kanan, mual, muntah, dan kembung
cara timbulnya keluhan bersifat mendadak.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri yang disebabkan oleh ileus obstruktif yang dirasakan Tn. B sehingga
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Tn. B merasakan nyeri hilang
timbul pada daerah perut sebelah kanan disertai mual, muntah dan kembung,
pasien tampak gelisah.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien tidak pernah menderita penyakit ileus obstruktif sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
DM, hemopili dan lain-lain dan juga penyakit menular serta tidak ada yang
menderita seperti yang dialami pasien sekarang ini.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien terlihat pucat, klien menangis merasakan nyeri pada abdomen
sebelah kanan.
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 90/60 mmHg
19
N : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
BB : 60 Kg
TB : 170 cm
Suhu : 39,6oC
1) Kepala
Bentuk : Simetris
Kulit kepala : Bersih
2) Mata
Ukuran pupil : Simetris
Reaksi terhadap cahaya : Baik
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Jernih tidak ikterik
Visus : Tajam
Iris : Berwarna hitam
3) Hidung
Tulang hidung dan posisi : Septum nasi, tidak ada fraktur dan
bengkak
Lubang hidung : Simetris, tidak ada penyakit lain.
4) Telinga
Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Simetris
20
Lubang telinga : Adanya serumen
Ketajaman pendengaran : Masih tajam
5) Mulut dan Tenggorok
Keadaan bibir : Tidak kering
Keadaan lidah : Dapat menelan makanan dan baik
Orofaring : Tidak ada nyeri
6) Leher
Posisi thracea : Simetris
Thyroid : Tidak ada pembesaran pada kelenjar
thyroid
Suara : Jelas dan tidak ada gangguan
Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
c. Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : Bersih
Kehangatan : Hangat
Warna : Sawo matang
Turgor : Elastis
Kelembaban : Lembab
Kelainan pada kulit : Tidak ada dekubitus atau penyakit lainnya
d. Pemeriksaan thorax/dada
1) Inspeksi thorax
Pernapasan
Frekuensi : 20 x / menit
21
Irama : Eupneu
Tanda kesulitan napas : tidak ada
2) Pemeriksaan Paru
Palpasi getaran suara :
Perkusi :
Auskultasi
Suara nafas : broncho vesicular
Suara tambahan : tidak ada
3) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictus cordus tidak terlihat
Palpasi :
Ictus cordis : teraba
e. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Bentuk abdomen : simetris
Benjolan : tidak ada
2) Auskultasi
3) Palpasi
Tanda nyeri tekan : nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan
bawah.
Benjolan : tidak ada
22
4) Perkusi
Suara abdomen : hipertimpani
Pemeriksaan acites : tidak terjadi pembesaran abdomen.
5) Anus dan perineum
Lubang anus : ada
Kelainan pada anus : tidak ada
Perineum : tidak ada kelainan
f. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran : kompos mentis
g. Pola eliminasi
1) BAB
Pola BAB : 1 x / hari
Karakter feses : lunak
Riwayat perdarahan : perdarahan perektal
Diare : tidak terjadi
Konstipasi : tidak terjadi
2) BAK
Pola BAK : 4 x / hari
Warna : Kuning kejernihan
Bau : Khas
23
h. Pola kegiatan dan aktivitas
Terbatas karena keadaan penyakit
i. Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
Hb : 10 gr/dl
Leukosit : 13.100/mm3
Ureum : 22
Urinalisis : Normal
Foto abdomen : pemeriksaan dengan sinar X terhadap
abdomen akan menunjukkan kuantitas
abnormal dari gas dan/atau cairan dalam usus.
3.2. Asuhan Keperawatan Kasus
ANALISA DATA
No
Tgl/Jam Data Senjang Penyebab MasalahTT & Nama
1 DS :Pasien mengatakan nyeri pada abdomen sebelah kanan.
DO : Pasie
n memegangi daerah perut. Pasie
n nampak gelisah Nyer
i tekan di abdomen TTV
: TD : 90/60 mmHg
Distensi abdomen Gangguan rasa nyaman nyeri
24
N : 80 x / menitRR : 20 x / menitSuhu : 39,6oC
2 DS : Pasien mengatakan badannya lemah.
DO : Pasie
n terlihat sering muntah-muntah ± 5 x sehari.
Pasien tampak gelisah.
TTV : TD : 90/60 mmHgN : 80 x / menitRR : 20 x / menitSuhu : 39,6oC
Mual muntah Kekurangan volume cairan
25
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis
Kebutuhan cairan terpenuhi
Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah faeces, perkirakan kehilangan yang tak terlihat.
Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok
Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
Observasi abdomen terhadap ketidaknyamanan distensi, nyeri.
Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan, laporkan tak adanya bising usus.
Pantau elektrolit, Hb dan Ht
Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi.
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan, kehilangan cairan paling besar terjadi pada ileustomi, tetapi secara umum tidak lebih dari 500-800 ml/hari.
Menunjukkan status hidrasi/kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan
Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein.
Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
2 Nyeri berhubungan dengan distensi abdomenq
Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.
Kaji lokasi, berat dan type nyeri (skala 0-10)
Pantau tanda-tanda vital Berikan tindakan kenyamanan Berikan periode istirahat terencana
Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi.
Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot dan memperbaiki
26
Auskultasi bising usus Berikan dan anjurkan tindakan alternatif
penghalang nyeri.
sirkulasi. Faktor psikologis dan nyeri dapat
meningkatkan tegangan otot, posisi tegak meningkatkan tekanan intra abdomen, yang dapat membantu dalam berkemih.
Menurunkan masalah yang terjadi karena mobilisasi
Menurunkan menelan udara dan distensi.
27
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tgl No. Dx Implementasi Paraf
Selasa, 14-10-200808.00 Wib
12.00 Wib
14.00 Wib
17.00 Wib
1
1. Memantau masukan dan keluaran, karakteristik dan jumlah faeces, perkiraan kehilangan yang tak terlihat.
2. Mengukur TTVRespon pasien : mau dilakukan pemeriksaan TTV.
3. Mengobservasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa penurunan turgor kulit.
4. Mengobservasi abdomen terhadap ketidaknyamanan distensi, nyeri.
5. Melakukan auskultasi bising usus
6. Memantau elektrolit, Hb dan Ht
Rabu15-10-200808.00 Wib
2
1.nyaman.
2.3.4.5.6.7.
alternatif penghalang nyeri.
28
EVALUASI
No. Dx
Evaluasi Paraf
1 S : Klien mengatakan badannya lebih terasa bertenaga
O : Klien terlihat tidak mual, muntah lagi.
TTV normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 S : - Pasien mengatakan sudah dapat berjalan ke WC
tetapi masih merasakan sedikit nyeri.
- Merasa lemah
O : - Skala tingkat fungsi aktivitas 2
- Pasien terlihat sudah bisa makan sendiri tanpa
dibantu
- Ibu klien menyiapkan makanan di dalam piring,
gelas dan sendok.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana tindakan dilanjutkan
30
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang diangkat tentang ileus obstruktif terdapat dua
tipe pokok ileus : ileus obstruktif dan ileus paralitik. Obstruksi terjadi karena
adanya gangguan yang dapat menyebabkan terhambatnya aliran isi usus secara
normal.
4.2. Saran
Dalam upaya meningkatkan tentang pemahaman asuhan keperawatan
klien dengan kasus ileus obstruktif hendaknya :
1. Perawat dapat memberi support agar dapat mempercepat penyembuhan.
2. Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses
keperawatan.
3. Membimbing keluarga dan klien untuk lebih aktif dalam keperawatan.
4. Memberi pendidikan kepada keluarga tentang perawatan klien di rumah.
31
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia Anderson, dkk. 2005. Patofisiologi Edisi Keenam Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi Kedelapan Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
32