askep hematemesis melena

34
HEMATEMESIS MELENA A. Pengertian Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007). Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus (Davey, 2005). Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau

Upload: addiarto

Post on 01-Dec-2015

194 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Hematemesis Melena

HEMATEMESIS MELENA

A. Pengertian

Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh

penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses

berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah,

biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley,

2007).

Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk

segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau

berubah karena enzim dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan

berbentuk seperti butiran kopi. Memuntahkan sedikit darah dengan

warna yang telah berubah adalah gambaran nonspesifik dari muntah

berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran pencernaan

atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan

hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan

menunjukkan perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya

darah pada usus halus (Davey, 2005).

Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah

dapat berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang

tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung

pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna

merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan

bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna hitamseperti ter karena

bercampur darah; umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna

bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai

hematemesis ( Purwadianto & Sampurna, 2000).

Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang

gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.

Page 2: ASKEP Hematemesis Melena

B. Etiologi

1. Kelainan di Esophagus

Varises esophagus

Disebabkan karena pecahnya varises esophagus, penderita tidak

pernah mengeluhkan rasa nyeri atau pefih di epigastrium. Sifat

perdarahannnya spontan dan massif. darah yang dimuntahkan

berwarna kehitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur

dengan asam lambung.

Esofagitis dan tukak esophagus

Esophagus lebih sering menimbulkan perdarahan yang kronis dan

biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada

hematemesis. Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan

perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan

duodenum.

Karsinoma esophagus

Sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.

Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya

sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak massif.

Sindroma Mallory – Weiss

Sering terjadi pada ibu hamil muda dan pada pecandu alcohol,

sebelum timbul hematemesis didahului dengan muntah hebat yang

pada akhirnya baru timbul perdarahan.

2. Kelainan lambung dan duodenum:

Gastritis Erisova hemoragika

Hematemesis bersifat tidak massif dan timbul setelah penderita

minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum

muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.

Tukak lambung

Penderita mengalami dyspepsia berupa mual, muntah, nyeri ulu

hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di

Page 3: ASKEP Hematemesis Melena

epigastrium yang berhubungan dengan makanan. sifat

hematemesis tidak begitu massif dan melena lebih dominan.

3. Penyakit darah: leukemia, anemia, hemofili, limfoma, DIC

(disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia

dan lain-lain.

4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,

kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan

saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha

penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas.

Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak

dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata

45-50% seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58)

C. Manifestasi Klinis

Muntah darah (hematemesis)

Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)

Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)

Denyut nadi yang cepat, TD rendah

Akral teraba dingin dan basah

Nyeri perut

Nafsu makan menurun

Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat

menyebabkan terjadinya anemia, seperti mudah lelah, pucat,

nyeri dada dan pusing.

Page 4: ASKEP Hematemesis Melena

D. Patofisiologi

Pembentukan aktif jaringan ikat

Proses regenerasi sel hati dalam bentuk yang terganggu

Kegagalan parenkim hati Hipertensi portal Enselfalopati Ascites

Nafsu makan turun Varises esofagus Penekanan diafragma

Mual-muntah

Perut tak enak Tekanan meningkat Ruang paru menyempit

Kelemahan

Cepat lelah Pembuluh darah pecah

Prubahan nutrisi Sakit perut Hematemisis Melena Sesak nafas

Keseimbangan cairan Gangguan pola nafas

Gangguan perfusi jaringan

Cemas.

E. Pemeriksaan Diagnosis

--- Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium

Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita

lemah atau kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis.

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis,

penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian

obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-

lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang

disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya

keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala

hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah

Page 5: ASKEP Hematemesis Melena

dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai

takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.

Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian

atas yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran,

nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala

hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius

seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu

dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider

naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya

kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.

Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit,

leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati

segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti

perkembangan penderita.

--- Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan

esofagogram untuk daerah esofagus dan diteruskan dengan

pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.

emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada

daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk

mencari ada/tidaknya varises. Untuk mendapatkan hasil yang

diharapkan, dianjurkan pemeriksaan radiologik ini sedini mungkin,

dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.

---Pemeriksaan endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka

pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk

menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.

Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat

dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan,

dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan

Page 6: ASKEP Hematemesis Melena

saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung,

pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau

sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.

--- Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat

mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin

sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas.

Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang

sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas

harus sedini mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk

mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih

baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas

meliputi:

1. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang

menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid

sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung

dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam

fisiologis selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran

penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu

dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang

dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga

normal.

Page 7: ASKEP Hematemesis Melena

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10

mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2

reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk

menanggulangi perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai

pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai

tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk

mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh

bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi

cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air dan

pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung

akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan

terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan

demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan

dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100-150 ml

sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini

dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat

segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

3. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin

per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan

splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan

demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu

diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga

dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati

dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita

penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan

elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan

adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

Page 8: ASKEP Hematemesis Melena

4. Pemasangan balon SB Tube

Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita

perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan

SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif,

sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna

pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan

kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan

selama pemasangan.

Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan

pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan

saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.

Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan

ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

5. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5% sebanyak 5 ml atau

sotrdecol 3% sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop

yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan

dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose

umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini

sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan

yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan

bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.

6. Tindakan operasi

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas

mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka

dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa

dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,

pintasan porto-kaval.

Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti

dan fungsi hari membaik.

Page 9: ASKEP Hematemesis Melena

G. Prognosis

Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan

bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus

mempunyai faal hati yang buruk/.terganggu sehingga setiap

perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati

yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita

seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama perawatan,

dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka

kematian penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas

dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat, terjadi/tidaknya

perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati dan

golongan menurut kriteria Child.

Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam

menanggulangi perdarahan sakuran makan bagian atas maka perlu

dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif terutama untuk

mencegah terjadinya sirosis hati.

H. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena

adalah koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai

dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan

neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati), syok

hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah

jantung dan tekanan darah menurun), aspirasi pneumoni (infeksi

paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas), anemi

posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak

disadari (Mubin, 2006).

--- Syok hipovelmik

Disebut juga syok preload yang ditandai dengan menurunnya

volume intravaskuler oleh karena perdarahan, dapat terjadi karena

kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume

intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada

Page 10: ASKEP Hematemesis Melena

klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai

lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.

--- Ensefalopati

Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di

dalam darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati

terganggu. dan suatu kelainan dimana fungsi otak mengalami

kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam

keadaan normal dibuang oleh hati.

PENGKAJIAN HEMATEMESIS DAN MELENA

A. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat mengidap penyakit:

hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum

2. Kanker saluran pencernaan bagian atas

3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC

4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik

5. Kebiasaan/gaya hidup : Alkoholisme, kebiasaan makan

B. Pengkajian Umum

1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.

2. Eliminasi :

BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah

hitam, konsistensi pekat, jumlahnya)

BAK : warna gelap, konsistensi pekat

3. Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi,

koma).

4. Respirasi : sesak, dyspnoe, hipoxia

5. Aktifitas : lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

Page 11: ASKEP Hematemesis Melena

Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk apa

kasus Perdarahan Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000):

Aktivitas/Istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan.

Tanda: Takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap

aktivitas).

Sirkulasi

Gejala: Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia

(hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah,

pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi), warna kulit:

Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah kehilangan darah,

kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat (menunjukkan

status syok, nyeri akut, respon psikologik).

Integritas Ego

Gejala : Faktor stress akut atau kronis (keuangan, keluarga, kerja),

perasaan tidak berdaya.

Tanda: Tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

Eliminasi

Gejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena

perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI,

misalnya luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, radiasi area

gaster, perubahan pola defekasi/ karakteristik feses.

Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus: sering

hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan,

karakter feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan, atau

kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatore),

konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida),

haluaran urine: menurun, pekat.

Makanan/Cairan

Gejala: Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga

obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal),

Page 12: ASKEP Hematemesis Melena

masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam,

mual/muntah, tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan

pedas, coklat; diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya,

penurunan berat badan.

Tanda: Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau

tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi

mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis), berat jenis urin

meningkat.

Neurosensori

Gejala: Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar,

kelemahan, status mental: tingkat kesadaran dapat terganggu,

rentang dari agak cenderungan tidur, disorientasi/bingung, sampai

pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).

Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa

terbakar, perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa

ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah makan banyak dan

hilang dengan makan (gastritis akut), nyeri epigastrium kiri

sampai tengah/atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam

setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster), nyeri

epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah

makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau

antasida (ulkus duodenal), tak ada nyeri (varises esophageal atau

gastritis), faktor pencetus: makanan, rokok, alkohol, penggunaan

obat-obat tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic, ibuprofen), stressor

psikologis.

Tanda: Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

Keamanan

Gejala: Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.

Tanda: Peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar

(menunjukkan sirosis/hipertensi portal).

Page 13: ASKEP Hematemesis Melena

Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala: Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang

mengandung ASA, alcohol, steroid, NSAID menyebabkan

perdarahan GI, keluhan saat ini dapat diterima karena (misalnya

anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misalnya trauma

kepala); flu usus, atau episode muntah berat, masalah kesehatan

yang lama misalnya sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan

makan.

C. Pengkajian Fisik

1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi

2. Inspeksi :

Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)

Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah

Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat

Kulit : dingin

3. Auskultasi :

Paru : normal

Jantung : irama cepat atau lambat

Usus : peristaltik menurun

4. Perkusi :

Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak

Reflek patela : menurun

5. Studi diagnostik

Pemeriksaan darah: Hb, Ht, RBC, Protrombin, Fibrinogen, BUN,

serum, amonoiak, albumin.

Pemeriksaan urin: BJ, warna, kepekatan

Pemeriksaan penunjang: esophagoscopy, endoscopy, USG, CT

Scan.

Page 14: ASKEP Hematemesis Melena

D. Pengkajian Khusus

Pengkajian Kebutuhan Fisiologis meliputi:

1. Oksigen

Yang dikaji adalah :

Jumlah serta warna darah hematemesis.

Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih

tertinggal, potensial aspirasi.

Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk

ke jalan nafas, mencegah renjatan.

Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah >

500 cc dan terjadi secara kontinyu.

Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik

yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur.

Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan

cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius,

kulit dingin pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung

ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,

menyebabkan urine berkurang.

2. Cairan

Keadaan yang perlu dikaji pada klien dengan hematemesis melena

yang berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu jumlah perdarahan

yang terjadi. Jumlah darah akan menentukan cairan pengganti.

Dikaji :

macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi

perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang

terjadi secara tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya

secara kontinyu menggambarkan perdarahan yang terjadi pada

saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya pembuluh

darah arteri. Jika fase emergency sudah berlalu, pada fase berikutnya

lakukan pengkajian terhadap :

Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada

klien hematemesis melena yang disebabkan oleh pecahnya

Page 15: ASKEP Hematemesis Melena

varices esofagus sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang

sering mengalami asites dan edema.

Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.

Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.

Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata

cekung, jumlah urin yang sedikit. Untuk klien dengan

hemetemesis melena sering mengalami gangguan fungsi ginjal.

3. Nutrisi

Dikaji :

Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit: 3 hari I cair

selanjutnya makanan lunak.

Pola makan klien

BB sebelum terjadi perdarahan

Kebersihan mulut: karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa

perdarahan dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan

ketidaknyamanan.

4. Temperatur

Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami

kenaikan temperatur sekitar 38-39 derajat Celcius. Pada keadaan pre

renjatan temperatur kulit menjadi dingin sebagai akibat gangguan

sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan sumber infeksi

pada saluran cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat. Selain

itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang

menyebabkan suhu tubuh klien meningkat.

5. Eliminasi

Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan

eliminasi. Yang perlu dikaji adalah:

Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine

berkurang dan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.

Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.

Page 16: ASKEP Hematemesis Melena

6. Perlindungan

Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena

perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan

terapi bagi klien.

7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis

Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji tentang kebersihan

diri, kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun,

mempersiapkan dan melakukan pembilasan lambung, cara

pemasangan dan perawatan pipa lambung, cara persiapan dan

pemberian injeksi IV atau IM.

Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :

Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern).

Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/

pemeriksaan darah.

8. Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul adalah:

Defisit volume cairan b.d perdarahan (kehilangan secara aktif)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan

masukan, pembatasan diet dan peningkatan laju.

Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d rasa panas/terbakar pada

mukosa lambung dan rongga mulut. atau spasme otot dinding

perut.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b.d kurang / salah interpretasi informasi tentang

penyakit.

Ansietas b.d sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun

kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial

atau ketidakmampuan yang permanen.

Page 17: ASKEP Hematemesis Melena
Page 18: ASKEP Hematemesis Melena

DIAGNOSAKEPERAWATAN

T U J U A N INTERVENSI RASIONAL

1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan akut

Kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam :

Kriteria : Tanda vital dalam

batas normal TD : 120/80RR : 16-20x/menitN : 60-100x/menitS : 36-37° C

Turgor kulit normal. Membran mukosa

lembab. Produksi urine

output seimbang(1 ml/kgBB/hari)

Muntah darah dan berak darah berhenti

Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase

Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungki.

Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.

Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.

Tinggikan kepala tempat tidur selama perawatan

Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut, mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises

Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi

Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.

Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.

Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.

Mencegah refluks gaster dan aspirasi dimana dapat

Page 19: ASKEP Hematemesis Melena

Daftar Pustaka

Doenges, Marylin E, et. al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3rd ed.). Jakarta:  EGC.

Hasting, Glen E. 2005. Hematemesis dan Melena. Philadelpia

Junadi, P. 1984. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, FK-UI, Jakarta.

Long, Phips. 1991. Medical Surgical Nursing. Philadelphia, WB. Sounders.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media Aesculapius.

Mubin (2006). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi (2nd Ed.). Jakarta: EGC.

NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Purwadianto & Sampurna. 2000.  Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis (105-110). Jakarta: Binarupa Aksara.

Soeparman. 1984. Ilmu Penyakit Dalam. FK-UI, Jakarta.