askep gangguan sensori persepsi hidung, telinga, lidah

32
Firmina Theresia Kora firminakora@gmail. com ASKEP GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HIDUNG, TELINGA, & LIDAH

Upload: freasy-kora

Post on 12-Jul-2016

80 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Anosmia merupakan ketidak-mampuan mendeteksi bauHiposmia merupakan penurunan kemampuan mendeteksi bauDisosmia merupakan distorsi identifikasi bau (tidak bisa membedakan bau)Parosmia merupakan perubahan persepsi pembauanPhantosmia merupakan persepsi bau tanpa adanya sumber bauAgnosia merupakan ketidakmampuan menyebutkan maupun membedakan bau, meski pasien dapat mendeteksi bau.

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

Firmina Theresia Korafirminakora@gmail.

com

ASKEP GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HIDUNG, TELINGA, & LIDAH

Page 2: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

ANATOMI HIDUNG

Page 3: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

A. GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HIDUNG Anosmia merupakan ketidak-mampuan mendeteksi

bauHiposmia merupakan penurunan kemampuan

mendeteksi bauDisosmia merupakan distorsi identifikasi bau (tidak

bisa membedakan bau)Parosmia merupakan perubahan persepsi pembauanPhantosmia merupakan persepsi bau tanpa adanya

sumber bauAgnosia merupakan ketidakmampuan menyebutkan

maupun membedakan bau, meski pasien dapat mendeteksi bau.

Page 4: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

ASKEP PD GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HIDUNGPENGKAJIAN

1. Anamnesa: Identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga. 2. Pemeriksaan Fisik3. Pemeriksaan Diagnostik

DIAGNOSA KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATANIMPLEMENTASIEVALUASI

Page 5: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

2. Pemeriksaan fisik hidung

Pemeriksaan fisik untuk menentukan sensasi kualitatif.Pasien diminta untuk Mengidentifikasi bau dengan mata tertutup dan kemudian mencium aroma dari bahan-bahan odoran tersebut. Misalnya; Kopi, vanilla, selai kacang, jeruk, limun, coklat, dan lemon.

Page 6: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

Hidung ekternal Bentuk, ukuran, warna kulit Normalnya : simetris, warna sama dg wajah Abnormal: deformitas, bengkak, merah

Nares Anterior Inspeksi warna mukosa, lesi, rabas, perdarahan (epistaksis), bengkak Mukosa normal: pink, lembab, tanpa lesi Abnormal: Rabas mukoid (rinitis), rabas kuning kehijauan (sinusitis)

Septum & turbinat Kepala ditengadahkan Septum diinspekssi kesejajaran, perforasi atau perdarahan, normal septum dekat dg garis tengah, bagian anterior lebih tebak dan padat daripada posterior Lihat adanya polip

Page 7: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

PALPASIPalpasi dg hati2 punggung hidung dan

jaringan lunak dg menempatkan 1 jari di setiap sisi lengkung hidung dan secara hati2 menggerakkan jari dari batang hidung ke ujung hidung

Nyeri tekan, massa, penyimpangan Normal struktur hidung keras dan stabil Kepatenan lubang hidung dapt dikaji dg jari

diletakkan disis hidung dan menyumbat 1 lubang hidung, klien bernapas dg mulut tertutup

Page 8: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

3. Pemeriksaan diagnostik gangguan penciuman (hidung)Tes odor stix: Uji ini menggunakan pena

penghasil bau-bauan. Penba ini dipegang dalam jarak sekitar 3-6 inci dari hidung pasien untuk mengkaji persepsi bau pasien secara kasar.

Tes alkhohol 12 inci: Merupakan metode pemeriksaan persepsi bau secara kasar dengan menggunakan paket alkhohol isopropil yang dipegang pada jarak 12 inci.

Scratch and sniff card: Metode ini menggunakan kartu yang memiliki 3 bau untuk menguji penciuman secara kasar

Page 9: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

The University of Pennsylvania Smell Identification Test (UPSIT): Uji ini menggunakan 40 item pilihan ganda berisi bau-bauan berbentuk kapsul mikro. Orang yang kehilangan seluruh fungsi penciumannya memiliki skor kisaran 1-7 dari skor maksimal 40. Untuk anosmia total, skor yang dihasilkan lebih tinggi karena terdapat adanya sejumlah bau-bauan yang bereaksi terhadap rangsangan terminal.

Pemeriksaan fisik untuk menentukan ambang batas: enentuan ambang deteksi bau menggunakan alkhohol feniletil yang ditetapkan dengan menggunakan rangsangan bertingkat. Masing-masing lubang hidung harus diuji sensitivitasnya melalui ambang deteksi untuk fenil-etil metil etil karbinol.

Page 10: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

ANATOMI TELINGA

Page 11: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

B. GANGGUAN SENSORI PERSEPSI TELINGAOtalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga.Penyebab Otalgia ada 2: Otalgia Primer & Otalgia

sekunder.Otalgia primer: Otitis eksterna, Polikondritis, Otitis Media,

Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulosa.Otalgia sekunder:

1. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V): Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Glandula salivatori.

2. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis.3. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus

glossopharyngeal (N. IX)4. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)5.Nervus cervical

Page 12: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

Otalgia PrimerOtitis eksterna adalah proses inflamasi dari

meatus akustikus eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat.

Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada struktur-struktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan.

Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran.

Page 13: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

Barotrauma: Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi perubahan tekanan secara tiba-tiba.

Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak.

Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani.

Page 14: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

Otalgia Sekundera. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus

Trigeminus (N.V)1.Penyakit Gigi: Nyeri mungkin dialihkan ke

telinga dari karies gigi, penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas dan bawah.

2.Iritasi Sinus Paranasal: Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada telinga.

Page 15: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

3. Glandula salivatori: Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula, sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia

4. Iritasi Durameter: Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.

Page 16: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialisNervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid.

c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.

Page 17: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring, hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini dialihkan ke telinga.

e. Nervus cervicalPenyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.

Page 18: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

ASKEP PD GANGGUAN SENSORI PERSEPSI TELINGAPENGKAJIAN

1. Anamnesa: Identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga. 2. Pemeriksaan Fisik3. Pemeriksaan Diagnostik

DIAGNOSA KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATANIMPLEMENTASIEVALUASI

Page 19: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

2. Pemeriksaan Fisik TelingaInspeksi

Diperhatikan posisi, warna, ukuran, bentuk, kesimetrisan, seluruh permukaan dan lateral.

PalpasiPalpasi daun telinga : tekstur, nyeri, pembengkakan

Pemeriksaan dengan otoskopikDengan menggunakan bantuan alat lihat kanalis dan membran timpani

Warna kemerahan, bau busuk, bengkak menandakan infeksi.

Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.

Apakah kemungkinaan gendang mengalami robekan.

Page 20: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

3. Pemeriksaan diagnostik gangguan pendengaran (telinga)Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan

kekakuan membran timpany

Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan

timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah

melalui membrane timpany).

Page 21: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

1. Tes fungsi: Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi eusthacius

2. Tes pendengaran: Tujuan dari tes pendengaran adalah :3.Menentukan apakah pendengaran

seseorang normal atau tidak.4.Menentukan derajat kekurangan

pendengaran.5.Menentukan lokalisasi penyebab

gangguan pendengaran.

Page 22: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

2.1 Tes Suaraa. Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar

10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :i. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya

pasien tidak dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.

ii.Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.

iii.Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f, j, v, z ).

iv.Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.

Page 23: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

Lanjutan tes bisik.............

V. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.

VI. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.

VII. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli persepsi.

VIII.Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli konduksi

b.Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan biasa.

Page 24: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

2.2 Tes Garpu Tala.a. Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk

membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach:I. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.II. Getarkan garpu tala.III. Letakkan tegak lurus pada planum

mastoid pemeriksa.IV.Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi,

segera garpu tala diletakkan pada planum mastoid penderita.

Page 25: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

lanjutan tes scwabach...............V. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih

dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.

VI. Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.

VII. Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya (Schwabach memanjang).

VIII.Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.

Page 26: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

b. Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne:

I. Garpu tala digetarkan.II. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid

penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).III. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan

garpu tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).

IV. Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).

V. Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).

VI. Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu – ragu.

Page 27: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

c. Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :I. Garpu tala digetarkan.II. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita,

mis : dahi, ubun – ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.

III. Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.IV. Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras

terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.

V. Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.

VI.Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi

Page 28: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah
Page 29: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

ANATOMI LIDAH

Page 30: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

C. GANGGUAN SENSORI PERSEPSI LIDAHAgeusia total adalah ketidakmampuan untuk

mengenali rasa manis, asin, pahit, dan asam.Ageusia parsial adalah kemampuan mengenali

sebagian rasa saja.Ageusia spesifik adalah ketidakmampuan untuk

mengenali kualitas rasa pada zat tertentu.Hipogeusia total adalah penurunan sensitivitas

terhadap semua zat pencetus rasa.Hipogeusia parsial adalah penurunan sensitivitas

terhadap sebagian pencetus rasa.Disgeusia adalah kelainan yang menyebabkan

persepsi yang salah ketika merasakan zat pencetus rasa.

Page 31: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

ASKEP PD GANGGUAN SENSORI PERSEPSI LIDAHPENGKAJIAN

1. Anamnesa: Identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga. 2. Pemeriksaan Fisik3. Pemeriksaan Diagnostik

DIAGNOSA KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATANIMPLEMENTASIEVALUASI

Page 32: Askep Gangguan Sensori Persepsi Hidung, Telinga, Lidah

2. Pemeriksaan fisik LidahInspeksi Lidah1.Periksa mukosa apakah ada massa?2.Apakah lidahnya lembab?3.Apakah ada lesi berbentuk massa pada sisi

atau permukaan bawah lidah?Palpasi Lidah

Semua lesi putih harus dipalpasi. Apakah ada tanda-tanda indurasi (pengerasan)?Indurasi atau ulserasi sangat mengarah kepada karsinoma.