askep bronkhitis

136

Upload: nissa-nisa-nissa

Post on 24-Apr-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asuhan keeperawatan pada anak dengan kasus bronkhitis

TRANSCRIPT

Page 1: askep bronkhitis
Page 2: askep bronkhitis

D A F T A R I S I

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

D A F T A R I S I....................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG..................................................................................4

B. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................4

C. METODE PENULISAN...............................................................................5

D. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................6

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................7

I. DEFINISI......................................................................................................7

II. ETIOLOGI....................................................................................................8

III. ANATOMI FISIOLOGI..............................................................................9

A. Organ-Organ Pernafasan.....................................................................10

B. Fisiologi Pernafasan............................................................................12

IV. PATOFISIOLOGI.......................................................................................13

V. PATOFLOW...............................................................................................14

VII. ...............................................................................MANIFESTASI KLINIK

15

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.............................................................15

IX. TERAPI.......................................................................................................16

X. KOMPLIKASI............................................................................................18

XI. PROGNOSIS..............................................................................................18

XII. .............................................................................................PENCEGAHAN

18

BAB II ASKEP TEORI.........................................................................................19

1. Data Dasar Pengkajian Pasien.....................................................................19

2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional..........................................................21

BAB III ASKEP PADA KLIEN............................................................................30

III.1PENGKAJIAN DATA DASAR.................................................................30

III.2ANALISA DAN DIAGNOSA DATA.......................................................42

III.3PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN......................................46

Page 3: askep bronkhitis

III.4IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN......53

BAB III PENUTUP..............................................................................................77

A. KESIMPULAN...........................................................................................77

B. SARAN.......................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79

DAFTAR ISTILAH...............................................................................................80

Page 4: askep bronkhitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan

bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding

bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.

Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan

bronkus besar jarang terjadi.

Bronkitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama

pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan

obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive

pulmonary disease ( COPD ).

Bronkitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi

daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji

padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang

terus menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok

sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung

bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan.

Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita

oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan

dapat merupakan kelainan congenital.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis (mahasiswa)

mencoba untuk mengangkat kasus pada pasien Tn. “AS” dengan gangguan

sistem Pernapasan Bronkitis kronis.

B. Tujuan penulisan

a. Tujuan Umum

Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien

dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis secara langsung

dan cepat.

Page 5: askep bronkhitis

b. Tujuan Khusus

Penulis mampu :

i. Mengkaji klien dengan Gangguan system Pernafasan; Bronkitis

kronis.

ii. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan

system Pernafasan; Bronkitis kronis.

iii. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien

dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.

iv. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk

pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan

sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.

v. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

pada klien dengan Gangguan sistem Pernafasan; Bronkitis kronis.

vi. Menyusun laporan hasil pengamatan dan Asuhan Keperawatan

kasus dalam bentuk Asuhan Keperawatan dengan pedoman yang

telah ditetapkan.

C. METODE PENULISAN

Metode Penulisan yang digunakan dalam menyusun Asuhan

Keperawatan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat

menggambarkan suatu keadaan dengan objektif selama mengamati klien,

mulai dari pengumpulan data sampai melakukan evaluasi yang disajikan

dalam bentuk teori dan format-format Asuhan Keperawatan.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam Asuhan Keperawatan

ini Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan anak klien untuk

memperoleh data yang diharapkan.

2. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan langsung pada klien sehingga Penulis

dapat menyimpulkan data dengan tepat.

3. Pemeriksaan fisik

Page 6: askep bronkhitis

Sumber data berikut dilakukan pada klien dengan cara : inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi untuk melengkapi data.

4. Studi Keperawatan

Untuk melengkapi data, Penulis menggunakan catatan status klien,

catatan keperawatan klien, data-data medik dan pemeriksaan diagnosa.

5. Studi Dokumentasi

Penulis dalam menyusun asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem Pernapasan;

Bronkitis kronis adalah dari beberapa buku sumber.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari:

PENDAHULUAN

Di dalam pendahuluan ini Penulis menjelaskan tentang latar belakang

masalah, tujuan Penulisan, metode Penulisan dan sistematika

Penulisan.

BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang : konsep dasar medis yaitu Definisi,

Etiologi, Anatomi Fisiologi, Patofisiologi dan Patoflow, Manifestasi

Klinis, Diagnosis, Terapi, Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan

BAB II : ASKEP TEORI

Bab ini menjelaskan tentang Askep dalam bentuk teori yang meliputi:

1. Data dasar pengkajian pasien

2. Diagnosa dan Perencanaan/rasional

BAB III : ASKEP PADA KLIEN

Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara langsung

pada klien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

Pengkajian, Analisa dan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan

Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH

Page 7: askep bronkhitis

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Anatomi fisiologi

1. Organ-Organ Pernafasan

Organ saluran pernafasan atas

a. Hidung

Hidung merupakan saluran

udara yang pertama,

mempunyai 2 lubang,

dipisahkan oleh sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-

bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran

yagn masuk ke dalam lubang hidung.

b. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan

makanan. Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga

hidung dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.

Faring dibagi tiga bagian :

Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut

nesofaring

Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus fausium disebut

orofaring.

Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.

c. Laring

Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring dan trakea,

dan bertindak sebagai pembentukan suara.

Organ saluran pernafasan bawah

a. Trakhea

Page 8: askep bronkhitis

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20

cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti

kuku kuda. Panjang trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari

jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

b. Bronkhial dan alveoli

Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan

dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan

bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan

alveoli.

Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya

adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan

eksternal dan aliran darah.

c. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar

terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa-alveoli).

Gelembung-gelembung alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan

endotel.

Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000

buah (paru kiri dan kanan).

Kapasitas paru-paru :

Kapasitas total

Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi sedalam

dalamnya.

Kapasitas vital

Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.

d. Toraks

Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan

bagian tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan

penting dalam pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan

sudut perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks

inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.

Bagian paru-paru :

Page 9: askep bronkhitis

Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh

membran halus, licin atau pleura.

Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks

menjadi 2 bagian

1) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri

atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah

2) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di

dalam setiap lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari

bronkus

Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun

dalam kloster antara 15-20 alveoli

B. Pengertian

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi

pada pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan

bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan

menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.

Bronkitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada

bronkus lokal yang bersifat patologis. Dilatasi bronkus disebabkan oleh

perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan

otot-otot polos bronkus. Pada umumnya bronkus berukuran kecil yang

diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapat

merusaknya.

Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit

atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan

dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan merupakan penyakit yang berdiri

sendiri melainkan bagian dari penyakit lain juga.

Definisi Bronkitis menurut beberapa sumber, Bronkhitis adalah

hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama

3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien

yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2,

1998, hal. 490).

Page 10: askep bronkhitis

Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

dilatasi/ektasis (pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan

kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan

dalam dinding bronkus berupa desrtuksi elemen-elemen elastis dan otot-otot

polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size),

sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke

paru-paru dan dapat merusaknya. (Gunawan, Iriyan. 2006).

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh

inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu

penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang

utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri

sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang

peran.( Ngastiyah, 1997 )

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit

tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan

atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti

Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya

(Gunadi Santoso, 1994)

Bronkitis dibedakan menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis Akut

adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan

nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat

(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan,

namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada

terasa berat, dan batuk berkepanjangan..

Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi

bronkus yang bisa berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat

merupakan proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis kistik,

sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing, atau paparan terhadap iritan

jalan nafas. Pada orang dewasa, dikatakan bronchitis kronik apabila terdapat

batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam

setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut.

Page 11: askep bronkhitis

C. Etiologi

Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi

udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.

Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya

(10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A

dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus,

adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan

dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Bordatella

pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia, Streptococcus

pneumonia, Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia

ataupun pengaruh fisik.

Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang

berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya

menyebabkan bronchitis kronik. Penyebab umum untuk bronchitis akut dan

kronik pada anak adalah sebagai berikut.

1. Infeksi virus : Denovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial

virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.

2. Infeksi bakteri : S.pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia

pneumoniae (Taiwan acute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma

species.

3. Polusi udara, seperti merokok.

4. Alergi

5. Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal

6. Infeksi fungi

D. Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar

mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan

infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.

Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya

mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai

bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama

Page 12: askep bronkhitis

adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah

industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis,

sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya

sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil

mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami

kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada

sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator

mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang

sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

Patofisiologi WOC

Etiologi

Fenomene Infeksi

Peningkatan

Aktivasi Ig. E

Infasi kuman ke jalan napasAlergen

Page 13: askep bronkhitis

Peningkatan

Page 14: askep bronkhitis

E. Maniffestasi klinik

Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk  produktif (berdahak)

yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam

keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira

beberapa  sendok  teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru

(bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang

banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena terjadi

penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang

ada yaitu :

a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat

batuk yang lama, yaitu :

a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan

seseorang kurang istirahat.

b. Daya tahan tubuh yang menurun.

c. Anoreksia sehingga berat badan sukar naik.

d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu dan Konsentrasi belajar anak

menurun.

F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto Thorax

Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia. Tubular shadow

atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus

menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang

menebal dan corak paru bertambah.

Page 15: askep bronkhitis

b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

a. Tes fungsi paru-paru

b. Gas darah arteri

c. Analisa gas darah

d. Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)

e. Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

f. Saturasi hemoglobin menurun.

g. Eritropoesis bertambah.

h. Rontgen dada.

G. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala

batuk, melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi bronkitis

meliputi :

1. Istirahat yang cukup.

2. Minum cairan yang banyak.

3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.

4. Penekan batuk, pengencer dahak dan antibiotik.

a. Rehabilitasi paru

Rehabilitasi paru adalah program latihan pernapasan di mana Anda

bekerja dengan seorang terapis pernafasan untuk membantu Anda belajar

untuk bernapas dengan lebih mudah dan meningkatkan kemampuan Anda

untuk berolahraga.

b. Medikamentosa

Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:

1. Antibiotik.

Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga antibiotik

tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan antibiotik jika

bronkitis disebabkan oleh infeksi bakteri.

Page 16: askep bronkhitis

2. Obat batuk.

Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk seperti

DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan obat

pengencer dahak seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.

3. Obat lain.

Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan obat-

obatan lain untuk mengurangi peradangan dan membuka bagian

dalam paru-paru yang menyempit .

c. Obat tradisional – herbal bronkitis.

Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis

adalah propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan

untuk mengobati bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan

semakin berkhasiat jika di campur dengan madu hutan. Selain propolis

dapat digunakan teripang. Teripang adalah hewan yang hidup di dasar laut.

Teripang sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan

merangsang regenerasi sel – sel baru. Daun meniran merupakan tanaman

obat atau herbal yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Daun meniran telah tersedia dalam bentuk kapsul.

d. Kemoterapi

Kemotherapi dapat digunakan :

1. Secara kontinue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )

2. Untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru

3. atau kedua-duanya digunakan

Kemoterapi menggunakan obat-obat antibiotik terpilih, pemakaian

antibiotik antibiotik sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman

terhadap antibiotik secara empirik.

Walaupun kemoterapi jelas kegunaannya pada pengelolaan

bronkitis, tidak pada setiap pasien harus di berikan antibiotik. Antibiotik

diberikan jika terdapat aksaserbasi infeksi akut, antibiotik diberikan

selama 7-10 hari  dengan terapi tunggal atau dengan beberapa antibiotik,

Page 17: askep bronkhitis

sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau

menjadi mukoid (putih jernih).

Kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat

mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada

saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat

sementara.

H. Komplikasi

a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik

b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan

gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau

Bronkietaksis.

Page 18: askep bronkhitis

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

(KONSEP DASAR)

1. Data Dasar Pengkajian Pasien

a. Aktivitas/istirahat

Gejala :

Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari karna sulit bernapas.

Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.

Tanda :

Keletihan

Gelisah, insomnia.

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

b. Sirkulasi

Gejala :

Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda :

Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia

berat.

Distensi vena leher.

Edema dependent

Bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis

Pucat, dapat menunjukkan anemia.

c. Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko.

Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d. Makanan/cairan

Page 19: askep bronkhitis

Gejala : Mual/muntah.

Nafsu makan buruk/anoreksia.

Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.

Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan

menunjukan edema (bronkitis).

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan

hepatomegali.

e. Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

f. Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun

3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat.

Penggunaan otot bantu pernafasan.

Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.

Bunyi napas ronchi

Perkusi hiperesonan pada area paru.

Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu

keseluruhan.

g. Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.

Adanya/berulangnya infeksi.

h. Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

i. Interaksi sosial

Gejala : Hubungan ketergantungan

Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

Page 20: askep bronkhitis

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress

pernapasan

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain..

j. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.

Kesulitan menghentikan merokok.

Penggunaan alkohol secara teratur.

Kegagalan untuk membaik.

2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional

1. Diagnosa keperawatan : Bersihan Jalan Napas, Takefektif

Dapat dihubungkan dengan : Peningkatan produksi sekret

Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan

bunyi napas bersih

Kriteria evaluasi : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki

bersihan jalan napas, mis: batuk efektif dan

mengaeluarkan sekret

Tindakan/intervensi Rasional

1. Auskulatasi bunyi napas. Catat adanya

bunyi napas, mis: krekels, ronki.

2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan.

Catat rasio inspirasi/ekspirasi.

3. Catat adanya/derajat dispnea, mis:

keluhan “lapar udara”, gelisah,

ansietas, distres pernapasan,

- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi

dengan obstruksi jalan nafas dan dapat

dimanifestasikan dengan adanya bunyi

nafas adventisius, mis: penyebaran

krekels basah (bronkitis)

- Takipnee biasanya ada pada beberapa

derajat dan dapat ditemukan selama /

adanya proses infeksi akut. Pernapasan

melambat dan frekuensi pernapasan

memanjang dibandingkan ekspirasi.

- Disfungsi pernapasan adalah variabel

yang tergantung pada tahap proses

kronis selain proses akut yang

Page 21: askep bronkhitis

penggunaan otot bantu.

4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman

mis: peninggian kepala tempat tidur,

duduk sandaran tempat tidur.

5. Pertahankan polusi lingkungan

minimum, mis: debu, asap, dan bulu

bantal yang berhubungan dengan

kondisi individu.

6. Dorong/bantu latihan napas

abdomen/bibir.

menimbulkan perawatan dirumah sakit,

mis: infeksi, reaksi alergi.

- Peninggian kepala temat tidur

mempermudah fungsi pernapasan

dengan menggunakan graavitasi.

- Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan

yang dapat mentriger episode akut.

- Memberikan pasien beberapa cara untuk

mengatasi dan mengontrol dispnea dan

menurunkan jebakan udara

Page 22: askep bronkhitis

Intervensi Rasional

7. Observasi karakteristik batuk, mis: menetap, batuk pendek basah.

Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.

8. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai

teloransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan

cairan antara, sebagai pengganti makanan.

9. Berikan obat sesuai indikasi:

-Bronkidalator (mis: epinefrin, albuterol, isoetarin)

-Xatin (mis: aminofilin, oxtrifilin, teofilin)

-Kromolin

-Antimikrobial

-Analgesik(mis: kodein)

10. Berikan humidifikasi taambahan, mis: nebuliser.

11. Bantu pengobatan pernapasan, mis: fisioterapi dada.

- Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,

penyakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi

duduk tinggi atau kepala dibawah setelah di perkusi dada.

- Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah

pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan

spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan

distensi gaster dan tekanan pada diagfragma.

- Merilekskan otot halus dan menurunkan spasme jalan napas.

- Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos.

- Menurunkan inhalasi jalan napas lokal.

- Mengontrol infeksi pernapasan.

- Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat

energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.

- Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah

pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah

pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

- Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang

Page 23: askep bronkhitis

12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.

banyak sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen

dasar paru.

- Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses

penyakit dan komplikasi.

2. Diagnosa keperawatan : Pertukaran Gas, Kerusakan

Dapat dihubungkan dengan : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang

normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Kriteria evaluasi : Pasien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan situasi.

Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot

aksesori, napas bibir, ketdakmampuan bicara/berbincang.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi

yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan/napas

bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

- Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau

kronisnya proses penyakit

- Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk

tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan

napas, dan kerja napas.

Page 24: askep bronkhitis

3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.

5. Auskultasi bunyi napas catat area penurunan aliran udara

dan/bunyi tambahan.

6. Palpasi fremitus.

7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya

perubahan.

8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang

dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk

tidur/istirahat di kursi selama fase akut.

9. Awasi tanda vital dan irama jantung

10. Awasi/gambarkan seri GDA dan Nadi oksimetri.

11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

12. Berikan penekan SSP ( mis: antiansietas) dengan hati-hati

13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan

pindahan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.

- Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral

(terlihat sekitar bibir/atau daun telinga. Keabu-abuan dan

dianosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.

- Kental, tebal, dan banyak sekresi adalah sumber utama

gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil.

Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

- Bunyi napas redup karena penurunan aliran udara atau area

konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme

bronkus/ tertahannya sekret. Krekels basa menyebar

menunjukkan cairan pada interstisial jantung

- Penurunan getasan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan

atau jebakan udara

- Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada

hipoksia. DGA memburuk disertai bingung menunjukan

disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia

- Selama distres pernapasan berat/akut pasien secara total tak

mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia

dan disprea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih

penting dari program pengobatan. Program latihan

Page 25: askep bronkhitis

ditunjukkna untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan

tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan

rasa sehat.

3. Diagnosa keperawatan : Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan Tubuh

Dapat berhubungan dengan : Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat, Produksi sputum, Anoreksia, mual/muntah.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

Hasil evaluasi : Menunjukkan perilaku pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Auskultasi bunyi usus.

3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu.

4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

- Pasien distres pernapasan akut sering anokreksia karena dispnea,

produksi sputum, dan obat.

- Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

- Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat

membuat mual dan muntah.

- Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dam

memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori

utama.

- Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas

Page 26: askep bronkhitis

6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Timbang berat badan sesuai indikasi.

8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan

makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis:

tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

abdomen dan gerakan diafrgma, dan dapat meningkatkan

dispnea.

- Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

- Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan

berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencan nutrisi.

- Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu

memberikan nutrisi maksimal.

4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap

Dapat berhubungan dengan : Menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang tepat dan melaksanakan tindakan pencegahan

yang sesuai

Untuk mencegah infeksi.

Page 27: askep bronkhitis

Intervensi Rasional

1. Awasi suhu

2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi

sering, dan masukan cairan adekuat.

3. Observasi warna, karakter, bau sputum.

4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan

sputum. Tekankan cuci tangan yang benar (perawat dan pasien)

dan pengunaan sarung tangan bila memegang/membuang tisu,

wadah sputum.

5. Awasi pengunjung; berikan masker sesuai indikasi.

6. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

7. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

8. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk

pewarnaan kuman Gram, kultur/sensivitas.

- Demam dapat terjadi karena infeksi dan/atau dehidrasi.

- Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret

untuk menurunkan arisiko terjadinya nfaeksi paru.

- Sekret berbau, kuning/kehijauan menunjukkan adanya infeksi

paru.

- Mencegah patogen melalui cairan.

- Menurunkan potinsial terpajan pada penyakita infeksius

- Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan

memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

- Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.

- Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan

kerentanan terhadap berbagai antimikrobial.

Page 28: askep bronkhitis

9. Berikan antimikrobial sesuai indikasi. - Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi

dengan kultur.

5. Diagnosa keperawatan : Intoleran Aktifitas Berhubungan

Dapat berhubungan dengan : Insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Tujuan : - Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTV dalam rentang normal

- Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau

peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria Evaluasi : - Pasien dapat menidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan.

- Pasien mengungkapkan kebutuhan akan oksigen.

Intervensi Rasional

1. Kaji keadaan umum pasien

2. Kaji tingkat kemampuan aktivitas.

3. Observasi tanda-tanda vital.

4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di tempat tidur.

5. Bantu pasien untuk beraktivitas

6. Libatkan keluarga dalam mendampingi pasien.

- Menentukan intervensi yang tepat

- Mengetahui sejauh mana kemampuan aktivitas pasien &

menentukan tindakan selanjutnya.

- Mengetahui perubahan curah jantung sehingga tidak terjadi

hipotensi

- Mengurangi kerja jantung.

Page 29: askep bronkhitis

7. Kolaborasi medik dalam pemberian O2 - Dapat memenuhi kebutuhan sehari – hari dan kebutuhan O2.

- Membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari.

6. Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Mengenai Kondisi, Tindakan

Dapat berhubungan dengan : Kurang Informasi/tidak mengenal sumber infomasi.

Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Kriteria evaluasi : Pasien memahami kondisi penyakitnya dan melakukan perubahan pola hidup

Intervensi Rasional

1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong

pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.

2. Instuksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif,

dan latihan kolaborasi umum.

3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak

diinginkan.

4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.

5. Sistem alat untuk mencatat obat intermitten/penggunaan inhaller.

6. Anjurkan meghindari agen sedatif antiansietas.

- Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada

rencana pengobatan.

- Napas bibir dan napas abdominal/diafragmatik membantu otot

pernapasan. Meningkatkan toleransi aktivitas,

- Penting bagi pasien memeahami perbedaan antara efek samping

menggangu dan efek samping merugikan.

- Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan

keefektifan.

- Menurunkan resiko kelebihan dosis dari obat.

- Agen sedatif antansietas dapat menekan pernapsan.

Page 30: askep bronkhitis

7. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.

8. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi

pernapasan aktif

9. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.

10. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan rokok

pada pasien/orang terdekat.

- Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat

menimbulkan infeksi saluran napas atas.

- Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran

napas atas.

- Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan

peningkatan produksi sekret jalan nafas.

- Penghentian merokok dapat memperlambat/menghambat

kemajuan penyakit PPOM.

Page 31: askep bronkhitis

BAB III

ASKEP PADA KLIEN

III.1 PENGKAJIAN DATA DASAR

I. Identitas Diri Klien

N a m a : Tn. AS

Tanggal masuk RS : 14 Oktober 2010

Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 13 Maret 1962

Sumber Informasi : Keluarga

U m u r : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Keluarga terdekat yang dapat

Alamat : Kec. Singkil segera dihubungi (Orang

Tua/Wali, Suami, Istri, dan

lain-lain): Anak

Status Perkawinan : Kawin

A g a m a : Kristen Pendidikan : SMA

S u k u : Sanger Pekerjaan : Tukang Parkir

Pendidikan : SMA Alamat : Kec. Singkil

Pekerjaan : Tukang Bangunan

Lama Bekerja : 25 tahun

II. Status Kesehatan Saat ini

1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :

Batuk disertai sputum(dahak) selama 4 bulan terakhir, dada terasa nyeri

saat batuk, sesak nafas, dan mual-mual.

2. Faktor Pencetus :

Pasien perokok berat, mengkonsumsi rata-rata 2 bungkus per hari (Rokok

Surya)

3. Lamanya Keluhan : 4 hari

4. Timbulnya Keluhan : () bertahap

( ) mendadak

Page 32: askep bronkhitis

5. Faktor yang memperberat : Debu dan serbuk bahan-bahan bangunan (mis.

Sebuk kayu dan semen)

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :

Sendiri membeli obat Mextril dan Konidin di warung

Oleh orang lain Memberi saran

7. Diagnosa Medik :

1. Bronkitis Kronis Tanggal : 14 Oktober 2010

II. Riwayat Kesehatan yang lalu

1. Penyakit yang pernah dialami :

a. Kanak – Kanak :

b. Kecelakaan : Sepeda Motor

c. Pernah dirawat penyakit waktu

d. Operasi : tidak

2. Alergi :

Tipe Reaksi Tindakan

Terhadap debu flu dan batuk

3. Imunisasi :

Tipe Reaksi Tindakan

Campak bercak-bercak merah

pada kulit

DPT suhu tubuh naik minum obat

Paracatamol

Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain

4. Obat – obatan :

Lamanya

Sendiri :

Orang lain (resep)

5. Pola Nurtisi :

Frekwensi makan :

Berat Badan : 59 kg

Page 33: askep bronkhitis

Tinggi Badan : 160 cm

Jenis makanan : Daging, sayur, nasi

Makanan yang disukai : Pisang goreng dan tinutuan

Makanan yang tidak disukai : Ikan laut

Makanan pantang : kacang-kacangan

Nafsu makan : ( ) baik

( ) Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan

() Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan

Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :

( ) bertambah ……………………kg

( ) tetap

() berkurang 3 kg

6. Pola Eliminasi :

1. Buang air besar

Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak

W a k t u : pagi/siang/sore/malam

W a r n a : kekuningan

Konsistensi : padat

2. Buang air kecil

Frekwensi : normal

W a r n a : kuning encer

B a u : normal

8. Pola tidur dan istirahat

Waktu tidur (jam) : 11 malam

Lama tidur/hari : 6 jam / hari

Kebiasaan pengantar tidur : merokok

Kebiasaan saat tidur : mendengkur

Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur

( ) sering/mudah terbangun

( ) merasa tidak puas setelah bangun

tidur

Page 34: askep bronkhitis

9. Pola Aktifitas dan Latihan

1. Kegiatan dalam pekerjaan : mencampurkan material bangunan

2. Olah Raga : - Jenis : tidak

- Frekwensi : tidak

3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu

4. Kesulitan/keluhan dalam hal : ()pergerakan tubuh

( )mandi

( )mengenakan pakaian

( )bersolek

( )berhajat

()sesak napas setelah mengadakan

aktifitas

()mudah merasa kelelahan

10. Pola bekerja :

1. Jenis pekerjaan : Kuli Bangunan Lama : 25 tahun

2. Jumlah jam kerja : ± 8 jam / hari Lama : 6 hari kerja

3. Jadwal Kerja : senin s.d sabtu

4. Lain-lain (sebutkan) :

VI. Riwayat Keluarga

Genogram :

Pasien Bronkitis

Page 35: askep bronkhitis

V. Riwayat Lingkungan

Kebersihan : lingkungan temapat tinggal di daerah kumuh yang sistem

sanitasinya tidak baik

Bahaya : rentan terhadap penyakit kulit dan diare

Polusi : terhadap udara

VI. Aspek Psikososial

1. Pola pikir & persepsi

a. Alat bantu yang digunakan :

( ) Kaca mata

( ) alat bantu pendengaran

b. Kesulitan yang dialami :

()sering pusing

( )menurunnya sensitifitas terhadap sakit

( )menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin

( ) membaca/menulis

2. Persepsi Diri

Hal yang amat dipikirkan saat ini :

pasien berharap segera sembuh agar dapat kembali bekerja

Harapan setelah menjalani perawatan:

lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan berhenti merokok

Perubahan yang dirasa setelah sakit :

badan terasa lemah, nyeri saat batuk dan merasa tidak nyaman.

3. Suasana Hati : gelisah

Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian

4. Hubungan/komunikasi

1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia

( )jelas

()relevan Bahasa Daerah: dialek

Manado

( )mampu mengekspresikan

Page 36: askep bronkhitis

( )mampu mengerti orang lain

2. Tempat Tinggal

( )sendiri

()bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu

3. Kehidupan Berkeluarga

- Adat istiadat yang dianut : ……………………………

- Pembuat keputusan dalam keluarga : Kepala keluarga (pasien)

- Pola komunikasi : lancar terhadap anak dan

cucu

- Keuangan : ( ) memadai

() Kurang

4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua

( ) Hubungan dengan sanak saudara

( ) Hubungan perkawinan

5. Kebiasaan Seksual

1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

( ) fertilitas ( ) menstruasi

() Libido ( ) kehamilan

( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi

2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :

pasien tidak terlalu memahami tentang gangguan seksual yang

dialami

6. Pertahanan Koping

1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri

() dibantu orang lain :

sebutkan Anak

2. Yang disukai tentang diri sendiri : pasien tidak tergantung pada

orang lain

3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : kebiasaan

merokok

Page 37: askep bronkhitis

4. Yang dilakukan jika stress :

( ) pemecahan masalah

( ) makan

( ) tidur

( ) makan obat

( ) cari pertolongan

() lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : DIAM

5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :

Perawat memberikan dukungan agar pasien cepat sembuh

7. Sistem Nilai - Kepercayaan

1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga

2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?

( ) Ya ( ) Tidak

3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan

frekwensi) sebutkan:

Masuk gereja setiap minggu jika tidak ada lembur kerja

4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di

Rumah Sakit, Sebutkan :

Berdoa

8. Tingkat Perkembangan :

Usia : Middle age Karakteristik : normal sesuai usia

dan kulit mulai

keriput

VII. Pengkajian Fisik

Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit

- Suhu tubuh : 400 C (demam)

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Page 38: askep bronkhitis

Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan

Kepala : bentuk : simetris dan oval

Keluhan yang berhubungan : tidak ada

Pusing/sakit kepala : tidak

M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor: baik

Reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil

Akomodasi : baik

Bentuk : simetris

Konjunctiva : merah pucat

Fungsi penglihatan : baik

- Baik/kabur/tidak jelas : baik

- Dua bentuk: tidak

- Rasa sakit : tidak

Tanda-tanda radang tidak ada

Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah

Operasi tidak

Kaca mata : tidak menggunakan kaca mata

Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak

Hidung : Reaksi Alergi : bersin bila berdebu

Cara mengatasinya dibiarkan saja

Pernah mengalami flu : Pasie pernah mengalami

influensa

Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering

Sinus normal perdarahan tidak ada

Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi geraham 2 atas tercabut

Kesulitan/gangguan berbicara tidak

Kesulitan menelan tidak

Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah

Page 39: askep bronkhitis

Pernafasan : Suara paru : krekels

Pola Nafas : tidak teratur(takhipnoe) Batuk sering

Sputum: ada Nyeri: terasa

Kemampuan melakukan aktifitas sulit

Batuk darah pernah (6 bulan lalu)

Rontgen Foto terakhir 4 bulan lalu Hasil bronkitis

Sirkulasi : Nadi Perifer -------

Capilary Refilling : 3 detik

Distensi Vena Jugularis Tampak

Suara Jantung redup

Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan

Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan

Nyeri : pada bagian thorax Edema : tidak

Palpitasi Tidak ada Baal: tidak

Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan

Clubbing tidak ada

Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)

Syncobe Tidak

Rasa pusing : ada

Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm

H2O

Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : berkurang

Rasa mual : sering Muntah : Kadang

Intake Cairan 6-7 gelas/hari

Eliminasi :Pola rutin ------

(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan

Colostomy Tidak diterapkan

Ileostomy Tidak diterapkan

Page 40: askep bronkhitis

Konstibasi tidak diterapkan

Diare Kadang-kadang

(b.a.k) Inkontinensia

Infeksi Tidak ada

Nematuri -

Catheter Tidak diterapkan

Urine Output > 2000 ml

Reproduksi : Kehamilan ______________________

Buah dada _______________ Perdarahan

Pemeriksaan Pap Smear terakhir

Hasil ________________________________________

Keputihan _____________________________________

Pemeriksaan Sendiri ___________________________

Prostat tidak ada

Penggunaan Kateter tidak ada

Neurologis : Tingkat kesadaran sadar

Orientasi : pasien dapat berorientasi terhadap waktu

Koordinasi : pasien dapat berkoordinasi dengan anggota

gerak tubuh

Pola tingkah laku normal

Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada

Refleks tidak ada

Kekuatan menggenggam : pasien dapat menggenggam

objek

Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas baik

Muskuloskeletal : Nyeri pada bagian dada (thorax)

Kekakuan tidak ada

Pola latihan gerak _______________________________

Kulit : Warna : kemerahan seara umum

Integritas : kering

Turgor : kering

Page 41: askep bronkhitis

Data Laboratorium

Laboratorium :

Leukosit > 17.500.

Analisa gas darah

Pa O2 : 16 = rendah (normal 25 – 100 mmHg)

Pa CO2 : 67 mmHg = tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun.

Eritropoesis bertambah.

Pengobatan

Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain

Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan namun nampak

bayangan bronchus yang menebal dan corak paru

bertambah.

Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya

Pasien memperkirakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh profesi

kerjanya sebagai seorang pekerja bangunan yang setiap harinya

berhadapan dengan debu atau serbuk/ampas bahan.

Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari

kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet

disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas

yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi

bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil

sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya

melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain

Page 42: askep bronkhitis

yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat

memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan

mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri

melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel

penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus

mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.

Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel

silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan

penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari

saluran nafas.

Kesan Perawat Terhadap Klien

Kesimpulan

Page 43: askep bronkhitis

III.2 ANALISA DAN DIAGNOSA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAHDIAGNOSA

KEPERAWATAN

1 DS:

- Pasien mengatakan batuk disertai

sputum sejak 4 bulan terakhir (menetap)

- Sesak napas

DO:

- Suara napas terdengar krekels

- Keadaan umum pasien gelisah

- pernapasan cepat (takhipnoe)

- TTV:

-. Suhu tubuh : 40 0 C

(normal: 26-270 C)

-. Denyut Nadi : 80 kali /menit

(normal: 60 kali/menit)

-. Pernafasan : 28 kali /menit

Alergen

Aktivasi Ig. E

Peningkatan pelepasan

Histamin

Edema mukosa

meningkat

(sel goblet memproduksi

mukus)

Bersihan jalan napas tak

efektif

Bersihan jalan napas tak

efektif berhubungan

dengan peningkatan

produksi sekret yang

ditandai dengan batuk

disertai sputum

Page 44: askep bronkhitis

2

(normal dewasa: 12-20 kali/menit)

-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg

(normal: 120/80 mmHg)

DS:

- Pasien mengatakan terasa nyeri saat

batuk

- Pernah batuk darah

DO:

- Keadaan umum pasien gelisah

- Broncus menebal

- Corak paru bertambah

- Suara jantung redup

Peningkatan akumulasi

sekret

Ndx. Bersihan jalan

napas tak efektif

Alergen

Aktivasi IG. E

Peningkatan pelepasan

Histamin

Kerusakan Pertukaran

Gas

Kerusakan pertukaran gas

berhubungan dengan

gangguan suplay oksigen

(obstruksi jalan napas

oleh sekresi) yang

ditandai dengan nilai

GDA tak normal

(hipoksia dan

hiperkapnia)

Page 45: askep bronkhitis

- Leukosit lebih dari 17.500

- Saturasi hemoglobin menurun

- Eritropoesis bertambah

- Nilai GDA tak normal:

Analisa gas darah

Pa O2 : 16rendah (normal 25 – 100

mmHg)

Pa CO2 : 67tinggi (normal 36 – 44

mmHg).

- TTV:

-. Suhu tubuh : 400 C

(normal: 26-270 C)

-. Denyut Nadi : 80 kali /menit

(normal: 60 kali/menit)

-. Pernafasan : 28 kali /menit

(normal dewasa: 12-20 kali/menit)

-. Tekanan Darah : 130/80 mmHg

(normal: 120/80 mmHg)

Edema mukosa

meningkat

(sel goblet memproduksi

mukus)

Peningkatan akumulasi

sekret

Batuk produktif

Bronkiolus melebar

Kerusakan bronkiolus

Page 46: askep bronkhitis

3 DS:

- Pasien sering mual

- Nafsu makan berkurang

DO:

- Berat badan pasien turun 3 kg 6 bulan

terakhir menjadi 59 kg

Ndx. Kerusakan

pertukaran gas

Alergen

Aktivasi Ig. E

Peningkatan pelepasan

Histamin

Edema mukosa

meningkat

(sel goblet memproduksi

Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

mual yang ditandai

dengan kehilangan berat

badan

Page 47: askep bronkhitis

mukus)

Peningkatan akumulasi

sekret

Batuk produktif

Nyeri

Tidak nafsu makan

Ndx. Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Page 48: askep bronkhitis

III.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONALTUJUANKRITERIA

EVALUASIINTERVENSI/PERENCANAAN

Bersihan jalan napas

tak efektif berhubungan

Mempertahankan

jalan napas paten

Menunjukkan

perilaku untuk

1. Asukultasi bunyi napas dan

catat adanya bunyi napas

1. Beberapa derajat spasme

bronkus terjadi dengan

Page 49: askep bronkhitis

dengan peningkatan

produksi sekret yang

ditandai dengan batuk

disertai sputum.

DS:

- Pasien mengatakan

batuk disertai sputum

sejak 4 bulan terakhir

(menetap)

- Sesak napas

DO:

- Suara napas terdengar

krekels

- Keadaan umum

pasien gelisah

- pernapasan cepat

(takhipnoe)

dengan bunyi

napas

bersih/jelas

memperbaiki

bersihan jalan

napas, misalnya

batuk efektif dan

mengeluarkan

sektet.

DO:

- Suara napas

vesikuler

-KU membaik

- Frekuensi

pernapasan

Normal (12-20

kali/menit)

- Suhu tubuh

normal (26-270

C)

-Denyut nadi

2. Kaji frekuensi pernapasan

3. Catat jika adanya/derajat

dispnea misalnya keluhan

gelisah

obstruksi jalan nafas dan

dapat dimanifestasikan

dengan adanya bunyi nafas

adventisius, mis: penyebaran

krekels basah (bronkitis)

2. Takipnee biasanya ada pada

beberapa derajat dan dapat

ditemukan selama / adanya

proses infeksi akut.

Pernapasan melambat dan

frekuensi pernapasan

memanjang dibandingkan

ekspirasi.

3. Disfungsi pernapasan adalah

variabel yang tergantung

pada tahap proses kronis

selain proses akut yang

Page 50: askep bronkhitis

- TTV:

-. Suhu tubuh : 400

C

(normal: 26-270 C)

-. Denyut Nadi

: 80 kali /menit

(normal: 60

kali/menit)

-. Pernafasan : 28

kali /menit

(normal dewasa: 12-

20 kali/menit)

-. Tekanan Darah :

130/80 mmHg

(normal: 120/80

mmHg)

normal (60

kali/menit)

-Tekanan darah

normal (120/80

mmHg)

DS:

- Pasien

mengatakan

sudah tidak

batuk berlendir

- Pasien

mengatakan

sudah tidak

sesak napas lagi

4. Kaji pasien untuk posisi yang

nyaman misalnya peninggian

kepala tempat tidur atau duduk

pada sandaran tempat tidur

5. Pertahankan polusi lingkungan

seminimum mungkin dari debu

atau asap

6. Bantu pasien latihan napas

abdomen atau bibir.

7. Memberikan obat sesuai

indikasi: Kromolin 3x1,

menimbulkan perawatan

dirumah sakit, mis: infeksi,

reaksi alergi.

4. Peninggian kepala temat

tidur mempermudah fungsi

pernapasan dengan

menggunakan graavitasi.

5. Pencetus tipe reaksi alergi

pernapasan yang dapat

mentriger episode akut.

6. Memberikan pasien

beberapa cara untuk

mengatasi dan mengontrol

dispnea dan menurunkan

jebakan udara

7. Menurunkan inhalasi jalan

Page 51: askep bronkhitis

Antimikrobial 1x1, Analgesik

(mis: kodein) 3x1.

napas lokal, mengontrol

infeksi pernapasan, dan

batuk menetap yang

melelahkan perlu ditekan

untuk menghemat energi dan

memungkinkan pasien untuk

istirahat.

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONALTUJUANKRITERIA

EVALUASIINTERVENSI/PERENCANAAN

Kerusakan pertukaran

gas berhubungan

dengan gangguan

suplay oksigen

(obstruksi jalan napas

oleh sekresi) yang

Menunjukkan

perbaikan

ventilasi dan

oksigenasi

jaringan adekuat

dengan GDA

Berpartisipasi

dalam program

pengobatan dalam

tingkat

kemampuan/situasi

1. Kaji frekuensi dan kedalaman

pernapasan

2. Tinggikan kepala tempat tidur,

bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk

1. Berguna dalam evaluasi

derajat distres pernapasan dan

kronisnya proses penyakit

2. Pengiriman oksigen dapat

diperbaiki dengan posisi

duduk tinggi dan latihan napas

Page 52: askep bronkhitis

ditandai dengan nilai

GDA tak normal

(hipoksia dan

hiperkapnia)

DS:

- Pasien mengatakan

terasa nyeri saat batuk

- Pernah batuk darah

DO:

- Keadaan umum

pasien gelisah

- Broncus menebal

- Corak paru

bertambah

- Suara jantung redup

- Leukosit lebih dari

17.500

dalam rentang

normal dan

bebas gejala

distres

pernapasan

DO:

- KU membaik

- Broncus

membaik

- Corak paru

membaik

- Suara jantung

tunggal

- Leukosit normal

(4000-11.000

mm3)

- Saturasi

hemoglobin

(Laki-laki: 13-18

g/dl, Perempuan:

11,5-16,5 g/dl)

- Eritropoesis

normal (L: 4,5 –

6,5 x 106/mm3, P:

bernapas

3. Kaji secara rutin kulit dan

warna membran mukosa

4. Anjurkan pasien mengeluarkan

sputum

5. Asukultasi bunyi napas

untuk menurunkan kolaps

jalan napas, dispnea dan kerja

napas

3. Sianosis mungkin perifer atau

sentral. Keabu-abuan dan

dianosis sentral

mengindikasikan bertanya

hipoksemia

4. Sputum tebal, kental dan

banyaknya sekresi adalah

sumber utama gangguan

pertukaran gas pada jalan

napas kecil. Penghisapa

dibutuhkan bila batuk tidak

efektif.

5. Bunyi napar redup karena

penurunan aliran udara atau

area konsoidasi. Adanya

mengi mengindikasikan

Page 53: askep bronkhitis

- Saturasi hemoglobin

menurun

- Eritropoesis

bertambah

- Nilai GDA tak

normal:

Analisa gas darah

Pa O2 : 16rendah

(normal 25 – 100

mmHg)

Pa CO2 : 67tinggi

(normal 36 – 44

mmHg).

- TTV:

-. Suhu tubuh

: 400 C

(normal: 26-270 C)

-. Denyut Nadi

: 80 kali /menit

3,8 – 5,8 x

106/mm3)

- GDA normal

Pa O2= 25-100

mmHg.

Pa CO2= 36-44

mmHg

- TTV normal

Suhu tubuh 26-

270C

Denyut nadi 60

kali/menit

Pernapasan 12-20

kali/menit

Tekanan darah

120/80 mmHg

DS:

- Pasien

6. Palpasi fremitus

7. Awasi tingkat kesadaran

8. Evaluasi tingkat toleransi

aktivitas. Berikan lingkungan

yang tenang. Batasi aktivitas

pasien.

spasme bronkus/ tertahannya

sekret. Krekels basah

menyebar menunjukkan cairan

pada interstisial jantung

6. Menurunan getaran vibrasi

diduga adanya pengumpulan

cairan atau jebakan udara

7. Gelisah dan ansietas adalah

manifestasi umum pada

hipoksia. GDA memburuk

disertai bingung menunjukkan

disfungsi serebral yang

berhubungan dengan

hipoksemia

8. Selama distres pernapasan

berat/akut pasien secara total

tak mampu melakukan

aktivitas sehari-hari karena

hipoksemia dan

Page 54: askep bronkhitis

(normal: 60

kali/menit)

-. Pernafasan : 28

kali /menit

(normal dewasa:

12-20 kali/menit)

-. Tekanan Darah :

130/80 mmHg

(normal: 120/80

mmHg)

mengatakan

sudah tidak nyeri

saat batuk

9. Awasi tanda vital dan irama

jantung

10. Berikan oksigen tambahan yang

sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien

dispnea.istirahat diselingi

aktivitas perawat masih

penting dari program

pengobatan. Program latihan

ditujukan untuk meningkatkan

ketahanan dan kekuatan tanpa

menyebabkan dispnea berat,

dan dapat menigkatkan rasa

sehat.

9. Takikardia dan perubahan

tekanan darah dapat

menunjukkna efek hipoksemia

sistemik pada fungsi jantung

10.Dapat memperbaiki/mencegah

memburuknya hipoksia.

Page 55: askep bronkhitis

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONALTUJUANKRITERIA

EVALUASIINTERVENSI/PERENCANAAN

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan mual yang

ditandai dengan

Menyatakan

pemahaman

kondisi/proses

penyakit dan

tindakan

1. Mengidentifikas

i hubungan

tanda/gejala

yang ada dari

proses penyakit

1. Kaji kebiasaan diet, masukan

makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat

badan dan ukuran tubuh.

1. Pasien distres pernapasan akut

sering anokreksia karena

dispnea, produksi sputum, dan

obat.

Page 56: askep bronkhitis

kehilangan berat badan.

DS:

- Pasien sering mual

- Nafsu makan

berkurang

DO:

- Berat badan pasien

turun 3 kg 6 bulan

terakhir menjadi 59

kg

dan

menghubungkan

dengan faktor

penyebab

2. Melakukan

perubahan pola

hidup dan

berpartisipasi

dalam program

pengobatan

DO:

- Berat badan

pasien meningkat

DS:

- Pasien sudah

tidak mual lagi

- Nafsu makan

2. Auskultasi bunyi usus.

3. Berikan perawatan oral sering,

buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan

tisu.

4. Dorong periode istirahat semalam

1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi

kecil tapi sering.

5. Hindari makanan penghasil gas

dan minuman karbonat.

6. Hindari makanan sangat panas

2. Penurunan bising usus

menunjukkan penurunan

motilitas gaster.

3. Rasa tidak enak, bau adalah

pencegahan utama yang dapat

membuat mual dan muntah.

4. Membantu menurunkan

kelemahan selama waktu

makan dam memberikan

kesempatan untuk

meningkatkan masukan kalori

utama.

5. Dapat menghasilkan distensi

abdomen yang menggangu

napas abdomen dan gerakan

diafrgma, dan dapat

meningkatkan dispnea.

6. Suhu ekstrem dapat

Page 57: askep bronkhitis

pasien membaik dan sangat dingin.

7. Timbang berat badan sesuai

indikasi.

8. Konsul ahli gizi/nutrisi

pendukung tim untuk

memberikan makanan yang

mudah cerna secara nutrisi

seimbang (mis: tambahan nutrisi

tambahan oral/selang).

mencetuskan/meningkatkan

spasme batuk.

7. Berguna untuk menentukan

kebutuhan kalori, menyusun

tujuan berat badan, dan

evaluasi keadekuatan rencan

nutrisi.

8. Kebutuhan kalori yang

didasarkan pada kebutuhan

individu memberikan nutrisi

maksimal.

Page 58: askep bronkhitis
Page 59: askep bronkhitis

III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

HARI /

TANGGAL

WAKTU Dx /

Int

IMPLEMENTASI PARAF

Kamis, 14

Oktober 2010

08:30

08:40

08:55

09:00

1 1. Mengobservasi TTV Pasien.

Hasil: - Suhu tubuh : 400

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Mengauskultasi bunyi napas.

Hasil: Bunyi napas: Krekels

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

Hasil: pasien gelisah karna sesak napas

Page 60: askep bronkhitis

09:15

09:30

09:35

11:00

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala

tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau

asap.

Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

Hasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui

mulut.

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.

Fernando

Page 61: askep bronkhitis

08:55

09:20

09:10

09:40

08:40

09:50

2

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang

mudah untuk bernapas.

Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Hasil: pasien mengalami sianosis.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum

Hasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

Hasil: bunyi napas: krekels

6. Mengpalpasi fremitus.

Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/

udara terjebak.

Hengkelare

Kamis, 14 Oktober

2010

Page 62: askep bronkhitis

10:00

10:15

10:20

10:25

10:30

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang.

Batasi aktivitas pasien.

Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA

dan toleransi pasien.

Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan

makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm. Fernando

Page 63: askep bronkhitis

10:40

10:50

11:15

11:20

11:25

3

2. Mengauskultasi bunyi usus.

Hasil: Bunyi usus: 40 kali/menit

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus

untuk sekali pakai dan tisu.

Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.

Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi

makan kecil tapi sering diberikan.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat

meningkatkan dispnea.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan

Hengkelare

Kamis, 14 Oktober

2010

Page 64: askep bronkhitis

11:30

12:00

spasme batuk.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

Hasil: berat badan: 58 kg

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis:

tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando

Hengkelare

Kamis, 14 Oktober

Page 65: askep bronkhitis

2010

HARI /

TANGGAL

WAKTU Dx /

Int

EVALUASI PARAF

Kamis, 14

Oktober

2010

12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang

-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk

O: TTV pasien:

- Suhu tubuh : 400

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah

karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat

tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

Page 66: askep bronkhitis

2

lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas

melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengobservasi TTV Pasien.

2. Mengauskultasi bunyi napas.

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu

atau asap.

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang

O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien

diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum

Fernando Hengkelare

Kamis, 14 Oktober 2010

Page 67: askep bronkhitis

kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran

vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,

Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien

dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,

oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

6. Mengpalpasi fremitus.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang

tenang. Batasi aktivitas pasien.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil Fernando Hengkelare

Page 68: askep bronkhitis

3

GDA dan toleransi pasien.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.

O: - pasien susah makan, berat badan: 58 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi

usus: 40x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien

dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil

tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat

dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas

dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 58

kg.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Mengauskultasi bunyi usus.

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Kamis, 14 Oktober 2010

Page 69: askep bronkhitis

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang

(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando Hengkelare

Kamis, 14 Oktober 2010

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

HARI /

TANGGAL

WAKTU Dx /

Int

IMPLEMENTASI PARAF

Jumat, 15

Oktober 2010

08:30

08:40

1 1. Mengobservasi TTV Pasien.

Hasil: - Suhu tubuh : 38,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Mengauskultasi bunyi napas.

Hasil: Bunyi napas: Krekels

Page 70: askep bronkhitis

08:55

09:00

09:15

09:30

09:35

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

Hasil: pasien gelisah karna sesak napas

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala

tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau

asap.

Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

Hasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui

mulut.

Page 71: askep bronkhitis

11:00

08:55

09:20

09:10

09:40

08:40

2

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang

mudah untuk bernapas.

Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Hasil: pasien mengalami sianosis.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum

Hasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

Fernando

Hengkelare

Jumat, 15 Oktober

2010

Page 72: askep bronkhitis

09:50

10:00

10:15

10:20

10:25

Hasil: bunyi napas: krekels

6. Mengpalpasi fremitus.

Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/

udara terjebak.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang.

Batasi aktivitas pasien.

Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA

dan toleransi pasien.

Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

Page 73: askep bronkhitis

10:30

10:40

10:50

11:15

11:20

3

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan

makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Hasil: pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm.

2. Mengauskultasi bunyi usus.

Hasil: Bunyi usus: 35 kali/menit

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus

untuk sekali pakai dan tisu.

Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.

Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi

makan kecil tapi sering diberikan.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat

Fernando

Hengkelare

Jumat, 15 Oktober

2010

Page 74: askep bronkhitis

11:25

11:30

12:00

meningkatkan dispnea.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan

spasme batuk.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

Hasil: berat badan: 58,5 kg

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis:

tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando

Hengkelare

Jumat, 15 Oktober

Page 75: askep bronkhitis

2010

HARI /

TANGGAL

WAKTU Dx /

Int

EVALUASI PARAF

Jumat, 15

Oktober

2010

12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang

-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk

O: TTV pasien:

- Suhu tubuh : 38,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah

Page 76: askep bronkhitis

2

karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat

tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas

melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengobservasi TTV Pasien.

2. Mengauskultasi bunyi napas.

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu

atau asap.

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang

Fernando Hengkelare

Jumat, 15 Oktober 2010

Page 77: askep bronkhitis

O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien

diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,

kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran

vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,

Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien

dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,

oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

6. Mengpalpasi fremitus.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang

tenang. Batasi aktivitas pasien.

Page 78: askep bronkhitis

3

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.

O: - pasien susah makan, berat badan: 58,5 kg, tinggi badan: 160 cm,

Bunyi usus: 35x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat,

pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan

kecil tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman

karbonat dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan

sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk,

Berat badan: 58,5 kg.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

2. Mengauskultasi bunyi usus.

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu.

Fernando Hengkelare

Jumat, 15 Oktober 2010

Page 79: askep bronkhitis

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah

makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang

(mis: tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando Hengkelare

Jumat, 15 Oktober 2010

Nama Klien : Tn. AS Umur : 48 Tahun Ruangan : B

HARI /

TANGGAL

WAKTU Dx /

Int

IMPLEMENTASI PARAF

Sabtu, 16

Oktober 2010

08:30

08:40

1 1. Mengobservasi TTV Pasien.

Hasil: - Suhu tubuh : 37,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2. Mengauskultasi bunyi napas.

Page 80: askep bronkhitis

08:55

09:00

09:15

09:30

09:35

Hasil: Bunyi napas: Krekels

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

Hasil: Frekuensi pernapasan: Takiphnoe

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

Hasil: pasien gelisah karna sesak napas

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala

tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

Hasil: pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat tidur

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu atau

asap.

Hasil: menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

Hasil: jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas melalui

Page 81: askep bronkhitis

11:00

08:55

09:20

09:10

09:40

2

mulut.

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

Hasil: pasien bisa nyaman beristirahat.

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Hasil: frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang

mudah untuk bernapas.

Hasil: posisi kepala pasien diatas sandaran tempat tidur.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

Hasil: pasien mengalami sianosis.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum

Hasil: sputum kental, tebal, dan banyak sekresi.

Fernando

Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober

2010

Page 82: askep bronkhitis

08:40

09:50

10:00

10:15

10:20

10:25

5. Mengauskultasi bunyi napas.

Hasil: bunyi napas: krekels

6. Mengpalpasi fremitus.

Hasil: Getaran vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/

udara terjebak.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

Hasil: Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia)

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang tenang.

Batasi aktivitas pasien.

Hasil: aktivitas pasien dibatasi, istirahat diutamakan.

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

Hasil: tanda vital dan irama jantung normal.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA

dan toleransi pasien.

Fernando

Hengkelare

Page 83: askep bronkhitis

10:30

10:40

10:50

11:15

3

Hasil: oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

1. Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

Hasil: pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm.

2. Mengauskultasi bunyi usus.

Hasil: Bunyi usus: 25 kali/menit

3. Memberikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus

untuk sekali pakai dan tisu.

Hasil: pasien dapat melakukan instruksi perawat.

4. Mendorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.

Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Hasil: pasien dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi

makan kecil tapi sering diberikan.

Sabtu, 16 Oktober

2010

Page 84: askep bronkhitis

11:20

11:25

11:30

12:00

5. Menghindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

Hasil: makanan penghasil gas, minuman karbonat dihentikan karna dapat

meningkatkan dispnea.

6. Menghindari makanan sangat panas dan sangat dingin.

Hasil: makanan sangat panas dan sangat dingin dapat meningkatkan

spasme batuk.

7. Menimbang berat badan sesuai indikasi.

Hasil: berat badan: 59 kg

8. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk

memberikan makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis:

tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

Fernando

Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober

Page 85: askep bronkhitis

2010

HARI /

TANGGAL

WAKTU Dx /

Int

EVALUASI PARAF

Jumat, 15

Oktober

2010

12:30 1 S: - Pasien sudah merasa nyaman dengan posisi tidurnya sekarang

-Pasien belum merasa sembuh karna masih batuk

O: TTV pasien:

- Suhu tubuh : 37,50C

- Denyut Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 28 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Bunyi napas: krekels, Frekuensi pernapasan: takiphnoe, pasien gelisah

karna sesak napas, pasien tidur dengan kepalanya di sandaran tempat

Page 86: askep bronkhitis

2

tidur, menutup jendela dan pintu sesuai dengan situasi dan keadaan

lingkungan, jika sesak napas pasien dapat menggunakan cara bernapas

melalui mulut, pasien bisa nyaman beristirahat setelah diberikan obat.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengobservasi TTV Pasien.

2. Mengauskultasi bunyi napas.

3. Mengkaji frekuensi pernapasan.

4. Mencatat jika adanya/derajat dispnea.

5. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian

kepala tempat tidur atau duduk pada sandaran tempat tidur.

6. Menjaga lingkungan sekitar pasien seminimum mungkin dari debu

atau asap.

7. Membantu pasien melatih napas secara abdomen atau bibir

8. Memberikan obat sesuai indikasi: Kromolin 3x1, Antimikrobial 1x1,

Analgesik (mis: kodein) 3x1.

S: - pasien belum merasa nyaman dengan kondisinya sekarang

Fernando Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober 2010

Page 87: askep bronkhitis

O: - Frekuensi pernapasan: Takiphnoe dan dangkal, posisi kepala pasien

diatas sandaran tempat tidur, pasien mengalami sianosis, sputum,

kental, tebal, dan banyak sekresi, bunyi napas: krekels, Getaran

vibrasi menurun dugaan terdapat pengumpulan cairan/ udara terjebak,

Pasien gelisah (manifestasi umum pada hipoksia), aktivitas pasien

dibatasi, istirahat diutamakan, tanda vital dan irama jantung normal,

oksigen yang diberikan dengan menggunakan masker oksigen.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.

2. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas.

3. Mengkaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.

4. Menganjurkan pasien mengeluarkan sputum.

5. Mengauskultasi bunyi napas.

6. Mengpalpasi fremitus.

7. Mengawasi tingkat kesadaran.

8. Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan yang

tenang. Batasi aktivitas pasien. Fernando Hengkelare

Page 88: askep bronkhitis

3

9. Mengawasi tanda vital dan irama jantung.

10. Memberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil

GDA dan toleransi pasien.

S: - pasien merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang.

O: - pasien susah makan, berat badan: 59 kg, tinggi badan: 160 cm, Bunyi

usus: 25 x/menit, pasien dapat melakukan instruksi perawat, pasien

dapat istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan, porsi makan kecil

tapi sering diberikan, makanan penghasil gas, minuman karbonat

dihentikan karna dapat meningkatkan dispnea, makanan sangat panas

dan sangat dingin dapat meningkatkan spasme batuk, Berat badan: 59

kg.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan

Sabtu, 16 Oktober 2010

Fernando Hengkelare

Sabtu, 16 Oktober 2010

Page 89: askep bronkhitis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan

individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses

keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat

dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang

diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa

keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Bronkitis yang telah dibuat menunjukan dan

menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar dalam

bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan

langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu

sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman

yang benar tentang penyakit bronkitis dapat mempermudah dalam

pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan

Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.

Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat

akreditasi asuhan keperawatan.

B. SARAN.

Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses

keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan

pada pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran

pada mata kuliah PKKDM I serta menjadi pedoman dan bahan

pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.

Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai

mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit bronkitis, etiologinya,

anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow bronkitis, manifestasi

klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit

Page 90: askep bronkhitis

bronkitis, prognosis dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses

keperawatan, dapat mengidentifikasi tujuan dalam proses keperawatan,

serta dapat mengetahui contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita

turun ke lapangan/masyarakat.

Page 91: askep bronkhitis

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC :

Jakarta.

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan.

EGC: Jakarta.

Booker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. EGC: Jakarta.

Gunawan, Iriyan. 2006. Bronkitis pada anak.

http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com. Diakses tanggal 2 oktober

2010 pukul 16.15 WIB.

Kurniawan. 2010. Makalah Kesehatan.

http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-kesehatan/.

Diakses tanggal 6 oktober 2010 pukul 15:35 WIB.

Page 92: askep bronkhitis

DAFTAR ISTILAH

Congenital : Sudah terdapat sejak lahir

Bronkitis : Inflamasi pada mukosa bronkus

Bronkitis Akut : Batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus

yang melibatkan jalan nafas yang besar

Bronkitis Kronik : Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas

dan peningkatan produksi sputum mukoid.

Laringotrakeobronkitis : Infeksi virus yang akut pada saluran napas atas

yang dapat disertai komplikasi infeksi bakteri

sekunder.

Septum oli : Sekat hidung.

Sel goblet : Sel-sel yang mensekresikan mukus yang terdapat

dalam lapisan mukosa pada traktus respiratorius

serta gastrointenstinal.

Silia : 1. Bulu mata, 2. Jonjot-jonjot mikroskopis pada sel

tertentu, mis: sel yang melapisi traktus

respiratorius.

Mukus : Sekresi viskus dari kelenjar mukus.

Alergen : Faktor-faktor pembawa alergi.

Histamin : Amina yang dilepaskan dalam sejumlah dan

menimbulkan konstriksi otot polos, sekresi

lambung serta vasodilatasi.

Mukosa : Selaput lendir.

Bronkus : Salah satu dari dua saluran napas yag besar dan

dibentuk oleh percabangan trakea.

Hipertermi : Kenaikan suhu tubuh.

Malaise : Suatu rasa sakit atau rasa tidak enak badan.

Nasofaringitis : Faring bagian atas yang berada diatas palatum

mole.

Konjungtivitis : Inflamasi konjungtiva.

Page 93: askep bronkhitis

Anoreksia : Keadaan hilangnya selera makan.

Eritropoesis : Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang yang

dirangsang oleh hormon eritroprotein.

Otitis media : Inflamasi telinga tengah.

Sinusitis : Inflamasi sinus, khususnya membran mukosa yang

melapisi sinus paranasal.

Pneumonia : Inflamasi jaringan paru yang biasanya disebabkan

oleh infeksi bakteri/virus.

Bronkietaksis : Suatu penyakit dimana bronkus dan bronkiolus

mengalami dilatasi serta terisi oleh sputum yng

puluren, berbau dan banyak.

Prognosis : Perjalanan penyakit atau hasil akhir yang

diperkirakan.

Dispnea : Napas tidak teratur.

Insomnia : Keadaan tidak bisa tidur.

Takikardia : Frekuensi jantung yang cepat.

Distensi : Keadaan membengkak dan mengembang.

Hepatomegali : Pembesaran hepar.

Barel chest : Dada tong.

Ronchi : Suara bronkial berdedas/gemeretak yang terdengar

pada auskultasi.

Libido : Dorongan/implus yang menghasilkan

tindakan/perbuatan.

Hipoksemia : Kekurangan oksigen dalam darah.

Sputum : Bahan yang dibatukkan keluar dari saluran

pernapasan.

Spasme batuk : Kontraksi otot yang mendadak saat batuk.

Patogen : Bersifat menimbulkan penyakit (mis:

mikroorganisme)

Infeksius : 1. Penyakit yang dapat ditularkan, 2. Penyakit yang

disebabkan oleh infeksi.

Page 94: askep bronkhitis

Ansietas : Perasaan tidak tenang, perasaan takut,

khawatir/cemas, dan gelisah.

PPOM : Penayakit Paru Obstruksi Menahun

COPD : cronik obstructive pulmonary disease

GDA : Gas Darah Arteri