artikel tbb facebook

147
kumpulanartikelteoribelaj arbahasakumpulanartikel teoribelajarbahasakumpu lanartikelteoribelajarbaha sakumpulanartikelteoribe lajarbahasakumpulanarti kelteoribelajarbahasakum pulanartikelteoribelajarb ahasakumpulanartikelteo ribelajarbahasakumpulan artikelteoribelajarbahasa kumpulanartikelteoribelaj arbahasabnmqwertyuiop pengertian bahasa

Upload: kania-puji-lestari

Post on 26-Jun-2015

1.467 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel TBB Facebook

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasakumpulanartikel

teoribelajarbahasakumpu

lanartikelteoribelajarbaha

sakumpulanartikelteoribe

lajarbahasakumpulanarti

kelteoribelajarbahasakum

pulanartikelteoribelajarb

ahasakumpulanartikelteo

ribelajarbahasakumpulan

artikelteoribelajarbahasa

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasabnmqwertyuiop

Kumpulan Artikel "Teori Belajar Bahasa"

Kumpulan Artikel "Teori Belajar

Bahasa"

pengertian bahasa

Page 2: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

2

Bahasa dan Ragamnya

Oleh: Ai Kurniati

1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi kita setiap hari tapi, apakah semua orang

mengetahui apa itu bahasa secara umum? Banyak ahli yang menyimpulkan tentang

pengertian bahasa itu sendiri tapi secara umum intinya sama yaitu alat komunikasi

yang digunakan sehari-hari yang digunakan oleh manusia untuk berhubungan dengan

manusia lain yang di hasilkan oleh alat ucap manusia dan sangat diterima di kalangan

masyarakat itu sendiri. Bahasa juga dapat melahirkan perasaan dan pikran. Dapat

berpikir dan berbahasa merupakan ciri manusia dan itu pula yang membedakan antara

manusia dengan makhluk lainnya. Karena memiliki keduanya manusia disebut sebagai

makhluk sosial dan makhluk yang paling mulia. Dengan pemikirannya manusia

cenderung berkembang sehingga bahasa bersifat dinamis dan tidak statis.

Bahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dalam

pengertiannya bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan sehari-hari

meskipun dalam kenyataannya Indonesia memiliki banyak bahasa tetapi mempunyai

satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia sebaga salah satu alat pemersatu

bangsa. Bahasa itu bersifat arbiter atau mana suka sehingga bersifat berkembang

dan setiap saat muncul bahasa-bahasa baru. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan

serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada

komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata

bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar

dan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya.

Adapun beberapa fungsi utama dari bahasa itu sebagai berikut.

Alat untuk menyatakan ekspresi diri. Bahasa menyatakan secara terbuka segala

sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk

memaklumkan keberadaan kita.

Alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud yang melahirkan

perasaan dan memungkinkan adanya kerja sama antarindividu.

Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Bahasa merupakan salah satu

unsur kebudayaan yang memungkinkan manusia memanfaatkan pengalaman-

pengalaman mereka, mempelajari, dan mengambil bagian dalam pengalaman

tersebut, serta belajar berkenalan dengan orang lain.

Alat mengadakan kontrol sosial.

Bahasa merupakan alat yang dipergunakan dalam usaha mempengaruhi

tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Bahasa juga mempunyai relasi dengan

proses-proses sosialisasi suatu masyarakat. Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat

komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi

Page 3: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

3

dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang didalamnya selalu ada nilai-nilai dan

status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia

sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena

kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi ‗label‘ secara eksplisit oleh

pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.

Di pihak lain, masyarakat yang dwibahasa (dwilingual) akan dapat ‗memilah-

milahkan‘ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka

tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam

situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa

yang lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa-bahasa itu akan menjadi

terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa

yang telah disepakatinya dengan—antara lain—menyeleksi unsur-unsur bahasa lain

yang ‗masuk‘ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan

diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.

Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,

misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan

seharusnya ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa memang bahasa sangat penting untuk kehidupan

masyaraskat terutama pada zaman globalisasi seperti sekarang ini jika kita tidak

pandai dalam berkomunikasi kita akan tertinggal oleh orang lain yang lebih pandai

dalam berbahasa teruma pada kehidupan sehari-hari untuk bersosialisasi. Dalam

masalah bahasa memang banyak dibahas mengenai hubungan manusia dengan manusia

lain karena memang objek kajian dari bahasa yaitu manusia itu sendiri.

Bahasa dibagi menjadi tiga yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, dan bahasa

isyarat atau gestur. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan

gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang

dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-

kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara

target komunikasi. Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah

satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih

digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa

sendiri.

Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai sesuai dengan pemakainya karena

sifatnya yang mana suka atau arbiter tetapi harus tetap berpacu pada kaidah atau

peraturan yang ada karena meskipun mana suka kita harus memperhatikan situasi

dengan siapa kita berbicara karena harus diterima oleh orang yang kita ajak

berbicara sehingga bahasa tepat dengan fungsinya. Kita tahu bahwa bahasa sebagai

alat komunikasi lingual manusia, baik secara lisan maupun tulis. Ini adalah fungsi

dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan

status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia

Page 4: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

4

sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena

kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi ‗label‘ secara eksplisit oleh

pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu. Sehingga dengan itu lah

perlu diadakannya peraturan yang dibentuk oleh pemerintah mengenai bahasa

sehingga masyarakat lebih teratur dan tepat guna dalam berbahasa dan

penempataanya pun tepat.

2. Ragam Bahasa

Macam-macam dan jenis-jenis ragam atau keragaman bahasa :

Dalam bidangnya tentu bahasa banyak jenisnya karena lain bidang lain pula

bahasanya, seperti dalam bidang kedokteran bahasanya berbeda dengan jurnalis

karena kedokteran cenderung memakai bahasa ilmiah dan memiliki kamusnya

sendiri.

Ragam perorangan, seperti Benyamin S. dan Soeharto memakai idialek masing-

masing sebagai ciri khas dari mereka.

Ragam bahasa anggota masyarakat Indonesia memiliki banyak bahasa dan terbagi

menjadi beberapa wilayah dan daerah karena tempat tinggalnya yang berbeda

sehingga berbeda pula bahasanya seperti contoh orang Sunda dan orang Batak

yang memiliki bahasanya masing-masing.

Bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial, seperti ragam

bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

Ragam bahasa pada bentuk bahasa, seperti bahasa lisan dan bahasa tulis.

Ragam bahasa pada suatu situasi, seperti ragam bahasa formal (baku) dan

informal (tidak baku).

Meskipun ragam dan jenis bahasanya berbeda, tetapi kita harus mengacu

pada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional karena bahasa Indonesia mempunyai

fungssi utama yaitu; (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas

nasional, (3) alat yang memungkinkan terjadinya penyatuan berbagai suku bangsa

dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan

bangsa, (4) alat penghubung antardaerah dan antarbudaya, selain bahasa asli dari

daerahnya tentu dengan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku.

Kesimpulan dari pembahasan di atas bahwa pengertian bahasa adalah alat

komunikasi anggota masyarakat yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari untuk

mempermudah komunikasi antara satu anggota masyarakat dengan anggota

masyarakat lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh yang dihasilkan dari

alat ucap manusia dan menghasilkan pikiran dan perasaan pada setiap penggunanya.

Dan selain itu juga bahasa dapat mempengaruhi perilaku penggunaannya terdapat

kontrol sosial yang sangat mengatur hubungan sosial antara satu masyarakat dengan

masyarakat lainnya. Bahasa yang kita gunakan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh

proses sosialisasi kita. Maksudnya, ketika kita tinggal dan menetap di suatu daerah

yang menggunakan bahasa Sunda, kita juga akan cenderung menggunakan bahasa

Sunda atau dialeknya karena kita terbiasa mendengar kata-kata tersebut.

Sedanggkan dialek juga hampir sama dengan bahasa yang digunakan karena kita

Page 5: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

5

terbiasa mendengar sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap

pendengarnya. Dan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan

hasil konvensi dan sudah disetujui sehingga sesuai dengan adat istiadat dan

kehidupan masyarakat tersebut.

Page 6: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

6

Pengertian Bahasa

Oleh: Ayu Nurhajar

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar

agar tidak menyebabkan gangguan yang terjadi pada komunikasi. Kaidah, aturan, dan

pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar

komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik, penerima dan pengirim bahasa

harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk

berkomunikasi, bekerjasama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa

primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbiter yaitu tidak

adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh

dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah

setajam pisau/ silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata tidak

sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target

komunikasi.

Bahasa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara

berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan

permanen oleh penyandang cacat, bisu, tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.

Pengertian bahasa banyak dijelaskan di dalam buku-buku linguistik dan

kamus-kamus. Dalam bahasa Indonesia kata bahasa memiliki lebih dari satu makna

atau pengertian sehingga seringkali membuat orang bingung. Adapun beberapa

pengertian bahasa di bawah ini:

1. Bahasa adalah sistem Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan

makna ‗cara‘ atau ‗aturan‘, seperti dalam kalimat ―kalau tahu sistemnya, tentu mudah

mengerjakannya‖. Tetapi dalam keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola

yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini

dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan

secara fungsional. Sehingga maksud dari bahasa sebagai sistem adalah bahasa itu

tunduk kepada kaidah-kaidah baik fonetik, fonemik, dan gramatik. Dalam arti lain

bahasa itu tidak bebas tetapi terikat kepada kaidah-kaidah tertentu.

2. Sistem bahasa itu mana suka (arbitary) Sistem bahasa ini berlaku secara umum, dan bahasa merupakan peraturan

yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat dengan

kata benda seperti Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya

dengan kata kerja. Dan seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik

yang pertama maupun yang kedua. Jadi, tidak terpaku pada satu kalimat tertentu.

Page 7: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

7

3. Bahasa pada dasarnya adalah bunyi Manusia sudah menggunakan bahasa lisan seperti halnya anak belajar

menulis. Di dunia banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak dapat

menuliskannya. Jadi, bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan (berbicara),

adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain bahasa itu adalah

ucapan dan tulisan itu merupakan lambang bahasa.

4. Bahasa itu simbol Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya kata ―rumah‖

menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi bahasa itu adalah lambang-lambang

tertentu. Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang

tersebut secara proporsional.

5. Bahasa sebagai fungsi mengekspresikan pikiran dan perasaan Tidak hanya untuk mengekspresikan pikiran saja, peranan bahasa terlihat

jelas ketika mengekspresikan estetika, rasa sedih, senang, dan interaksi sosial.

Dalam hal ini mereka mengekspresikan perasaan dan bukan pikiran. Karena itu bahasa

mempunyai peranan sosial dan emosional, di samping berperan untuk mengemukakan

ide.

Secara umum bahasa juga mempunyai karakteristik bahasa tertentu, yaitu:

1. Dalam suatu dialek suatu masyarakat membedakan tingkat ekonomi dan budaya

pemakai bahasa. Dialek orang yang pandai tentu berbeda dengan dialek orang

awam. Dialek mahasiswa tentu berbeda dengan dialek petani, dialek professor

tentu berbeda dengan dialek para pekerja biasa.

2. Secara geografis dialek suatu daerah akan berbeda dengan daerah yang lainnya.

Dialek orang Aljazair tentunya akan berbeda dengan dialek orang Sudan, dialek

orang Inggris berbeda dengan dialek orang Skotlandia dan Amerika.

3. Bahasa terbagi dua, bahasa resmi dan bahasa tidak resmi.

4. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan dan tulisan.

5. Setiap pemakai bahasa akan berbeda dengan pemakai bahsa yang lainnya.

6. Dalam bahasa ada kaidah fonetis, morfologis, kosakata, dan gramatika. Bunyi-

bunyi membentuk morfem, morfem membentuk kata, dan kata-kata membentuk

kalimat.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Linguistik terbagi dalam dua

bagian, yaitu linguistik teoritis dan linguistik aplikatif. Linguistik teoretis membahas

beberapa pokok bahasan di antaranya fonetik, fonemik, sejarah linguistik, semantik,

morfologi, dan gramatik. Sedangkan linguistik aplikatif menjelaskan tentang

pengajaran bahasa asing, terjemah, psikolinguistik, dan sosiolinguistik. Apabila kita

ingin mendefinisikan keduanya, kita bisa mendefinisikannya secara ringkas:

1. Fonetik adalah ilmu yang membahas cara pengucapan bunyi-bunyi bahasa.

2. Fonem adalah ilmu yang membahas fungsi-fungsi suara dan bagaimana cara

membentuk fonem dan bagaimana menggunakannya dalam berbahasa.

Page 8: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

8

3. Sejarah linguistik adalah ilmu yang membahas tentang perkembangan suatu

bahasa perubahan dan pengaruh bahasa asing dalam kurun waktu tertentu.

4. Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang morfem. Morfem adalah satuan

bahasa yang terkecil yang membedakan arti.

5. Sintaksis adalah ilmu yang membahas jabatan kata dalam satu kalimat. Sintaksis

disebut juga tata kalimat. Gabungan morfologis dan sintaksis disebut gramatika.

6. Semantik adalah ilmu yang membahas tentang makna suatu kata dalam

hubungannya dengan kata lain ilmu semantik disebut juga ilmu ‖dialah‖.

7. Psikolinguistik adalah ilmu yang membahas tentang makna suatu kata dalam jiwa

dan pikiran dalam hal perkembangan bahasa serta pengaruh-pengaruhnya

terhadap jiwa seseorang yang terjadi ketika mengucapkan suatu kalimat.

8. Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat dalam hal

dialek suatu masyarakat dan akses politik suatu bahasa.

Fungsi bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat untuk berkomunikasi

dengan sesama manusia, alat untuk bekerjasama dengan sesama manusia, dan alat

untuk mengidentifikasi diri. Adapun fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sebagai

berikut:

1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal balik antaranggota

keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat. Berita, pengumuman, petunjuk

pertanyaan lisan ataupun tulisan melalui media massa ataupun elektronik

merupakan wujud fungsi bahasa sebagai fungsi informasi.

2. Fungsi ekspresi, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau

tekanan-tekanan perasaan pembicara. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri

ini dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri,

membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.

3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri

dengan anggota masyarakat. Melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit

demi sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku dan etika

masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua ketentuan yang berlaku

dalam masyarakat melalui bahasa. Kalau seseorang mudah beradaptasi dengan

masyarakat di sekelilingnya, maka dengan mudah pula ia akan membaurkan diri

(integras) dengan masyarakat tertentu. Manusia sebagai makhluk sosial perlu

berintegrasi dengan manusia di sekelilingnya. Dengan bahasa manusia dapat saling

bertukar pengalaman dan menjadi bagian dari pengalaman itu. Mereka

memanfaatkan pengalaman itu untuk kehidupannya. Dengan demikian, mereka

saling terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya. Bahasa menjadi alat

integrasi (pembauran) bagi tiap manusia dengan masyarakatnya.

4. Fungsi kontrol sosial, yaitu bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan

pendapat orang lain. Apabila fungsi ini berlaku dengan baik maka semua kegiatan

sosial akan berlangsung dengan baik pula. Sebagai contoh pendapat seorang tokoh

masyarakat akan didengar dan ditanggapi dengan tepat apabila ia dapat

Page 9: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

9

menggunakan bahasa yang komunikatif dan persuasif. Kegagalannya dalam

menggunakan bahasa akan menghambat pula usahanya dalam mempengaruhi sikap

dan pendapat orang lain. Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan

kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkulitas.

Macam-macam dan jenis-jenis ragam/ keragaman bahasa:

1. Ragam bahasa pada bidang tertentu, seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains,

bahasa jurnalistik, dsb.

2. Ragam bahasa pada perorangan atau ideolek, seperti gaya bahasa mantan

Presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin S., dan lain sebagainya.

3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek,

seperti dialek bahasa Madura, bahasa Medan, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa

Jawa, dsb.

4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat atau golongan sosial, seperti

ragam bahasa orang akademis beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa, seperti bahasa lisan atau bahasa tulisan.

6. Ragam bahasa pada suatu situasi, seperti ragam bahasa formal (baku) dan

informal (tidak baku).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bahasa berperan penting dalam

segala aspek kehidupan. Ia dapat membantu manusia dalam menjalankan tugasnya.

Era globalisasi yang datang pada awal 2003 membawa berbagai pembaruan dalam

dunia budaya dan teknologi. Masalahnya adalah dapatkah bahasa Indonesia tetap

diakui keberadaanya di tanah airnya sendiri. Agar tetap eksis tentu saja banyak

tantangannya karena bahasa asing dalam aspek tertentu lebih diterima oleh

masyarakat daripada bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa yang kalah cepat

dengan perkembangan teknologi industri dan ilmu pengetahuan telah memunculkan

masalah baru. Masalah ini adalah bagaimana bahasa Indonesia dapat berperan

maksimal sebagai sarana komunikasi dalam era globalisasi.

Page 10: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

10

Pengertian Bahasa

Oleh: Deni Rusdiana

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau

pengertian sehingga seringkali membingungkan. Untuk jelasnya, coba perhatikan

pemakaian kata bahasa dalam kalimat-kalimat berikut!

(1) Dika belajar bahasa Inggris, Nita belajar bahasa Jepang.

(2) Manusia mempunyai bahasa , sedangkan binatang tidak.

(3) Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu.

Kata bahasa pada kalimat (1) jelas menunjuk pada bahasa tertentu. Pada

kalimat (2) kata bahasa menunjuk bahasa pada umumnya. Sedangkan pada kalimat (3)

kata bahasa berarti ‗sopan santun‘.

Dalam batasan pengertian bahasa yang lazim diberikan adalah sistem

lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama

berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Beberapa hal menarik yang dapat disimpulkan

dari batasan pengertian itu adalah sebagai berikut.

1. Bahasa merupakan suatu sistem.

2. Sebagai sistem, bahasa bersifat arbitrer.

3. Sebagai sistem arbitrer, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan

orang lain maupun dengan diri sendiri.

Sebagai sistem, bahasa memiliki komponen-komponen yang tersusun secara

hierarkis. Komponen itu meliputi komponen fonologis, morfologis, sintaksis dan

semantis. Sesuai dengan keberadaannya suatu sistem, masing-masing komponen

tersebut saling memberi arti, saling berhubungan, dan saling menentukan.

Pada sisi lain, setiap komponen juga memiliki sistemnya sendiri. Sistem pada

tataran bunyi dikaji oleh bidang fonologi, pada tataran kata dikaji oleh bidang

morfologi, dan kajian sistem pada tataran kalimat menjadi wilayah sintaksis. Sebagai

subsistem, masing-masing komponen tersebut juga telah mengandung aspek semantik

tertentu sehingga secara potensial dapat disusun dan dikombinasikan untuk

digunakan dalam komunikasi. Sistem yang mengatur hubungan makna dalam lambang

kebahasaan maupun hubungan makna dalam lambang dengan dunia luar bahasa

menjadi bidang kajian semantik.

Dari kenyataan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang bersistem, maka

bahasa sebenarnya, selain bersifat arbitrer, sekaligus juga nonarbitrer. Misalnya

kata bunga, tidak mewakili bentuk, warna, maupun baunya, sehingga dalam bahasa

Jawa dapat saja disebut kembang meskipun yang ditunjuk sama, kata bunga tidak

dapat digabungkan seenaknya dengan kata buku sehingga menjadi bunga buku.

Kesepakatan yang mengatur—meskipun terdapat kata bunga pujaan—pada gabungan

Page 11: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

11

tersebut harus disisipi bentuk berkata depan, misalnya di atas sehingga terdapat

tatanan bunga di atas buku.

Dengan terdapatnya sistem dan sekaligus kesepakatan itulah, bahasa

akhirnya dapat digunakan untuk berinteraksi. Pemakaian bahasa dalam berinteraksi,

lebih lanjut juga membuahkan sejumlah ciri lain. Hal itu terjadi karena bahasa bukan

satu-satunya alat yang digunakan untuk berinteraksi dalam bentuk komunikasi.

Di luar bahasa masih ada tanda-tanda lain, baik berupa morse, rambu-rambu lalu

lintas, lambang-lambang matematis, dan sebagainya.

Dengan mengkaji perbedaan antara lambang kebahasaan dengan

karakteristik lambang lain di luar bahasa, dapat diketahui bahwa bahasa memiliki

ciri-ciri tertentu yang bersifat khusus. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dalam

paparan berikut ini.

Ciri-ciri bahasa

Ciri-ciri bahasa manusia, apabila dibandingkan dengan bahasa binatang serta

sistem tanda lain, seperti telah diungkapkan antara lain oleh Hockett (1960), Osgood

(1980), maupun Bolinger (1981), apabila dikaitkan dengan aspek makna adalah sebagai

berikut.

Alat fisis yang digunakan bersifat tetap dan memiliki kriteria tertentu.

Disebut demikian karena bahasa yang beresensikan bunyi ujaran selalu menggunakan

alat ujar sesuai dengan criteria tertentu.

Organisme yang digunakan memiliki hubungan timbal balik. Alat ujaran yang

digunakan manusia, baik jenis berkelamin laki-laki, perempuan, ataupun suku dan

bangsa yang berlainan, semuanya sama. Contoh yang lazim dijumpai dalam kehidupan

adalah sewaktu orang mendengarkan ujaran sengau maupun gagu, pendengaran tidak

secara cepat dan tepat atau bahkan tidak dapat memahami informasi yang

disampaikan.

Menggunakan kriteria pragmatik. Disebut demikian karena perwujudan

bentuk kebahasaan lewat pemakai, mengunakan kriteria pemakaian tertentu.

Misalnya, memiliki kriteria yang berbeda bila dibandingkan dengan sewaktu

menggunakan alat ucap itu untuk menghasilkan intonasi perintah, begitu juga sewaktu

melafalkan bunyi [baru] dan [guru].

Mengandung kriteria semantis. Ciri kriteria itu muncul karena kegiatan

berbahasa memiliki fungsi semantis tertentu. Butir-butir yang terkandung di dalam

kriteria semantis ini antara lain pemilihan kata, penataan kalimat maupun wacana

harus tepat karena—bila tidak—gagasan yang disampaikan imformasinya bisa

menyimpang.

Memiliki kriteria sintaksis. Disebut demikian karena kata-kata yang

digunakan untuk menjadi suatu kalimat harus disusun sesuai dengan pola kalimat yang

telah disepakati. Contoh kalimat, Ramdan menjenguk Ai, berbeda acuannya dengan Ai

menjenguk Ramdan.

Page 12: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

12

Melibatkan unsur bunyi maupun unsur audiovisual. Disebut demikian karena

pemakaian bahasa selain melibatkan media transmisi berupa bunyi, juga melibatkan

unsur paralanguage, baik gerak mimik maupun gerak bagian-bagian tubuh.

Memiliki kriteria kombinasi dan bersifat produktif. Terdapatnya ciri itu

ditandai oleh adanya potensialitas unsur kebahasaan untuk bergabung secara

sintagmatik, yakni hubungan unsur–unsur kebahasaan pada tataran tertentu secara

linier maupun hubungan yang bersifat paradigmatis, yakni hubungan secara asositif

dari unsur-unsur yang berbeda dalam struktur sintagmatik dengan unsur lain di

luarnya sehingga dapat saling mengisi dan dipertukarkan. Contoh, saya belajar, kata

belajar di situ secara asosiatif dapat dipertukarkan dengan kata makan, tidur, dan

sebagainya.

Bersifat arbitrer. Karena hubungan antarlambang kebahasaan dengan

referen yang dilambangakan hanya berdasarkan kesepakatan, dan bukan pada

kemampuan lambang itu dalam memberikan kembali realitas luar yang diacunya.

Memiliki ciri verifikasi. Karena bahasa sebagai realitas terpisah dengan

dunia luar yang diwakilinya, setelah muncul dalam pemakaian, isinya bisa benar, bisa

tidak. Sebab itu pula, bakat menipu dapat dikembangkan, dan muncul juga baris lagu

―Memang Lidah Tak Bertulang‖.

Terbatas dan relatif tetap, yakni dalam hal pola kalimat strutur kata.

Urutan kata raba, arab, dan bara sebagai bentuk artikulasi ganda tidak akan berubah

menjadi abra, berarti tidak pernah berubah menjadi taniber. Selain itu, pola kalimat

Baju Amir hijau tidak pernah menjadi Hijau Amir baju.

Mengandung diskontinyuitas. Secara paradoksal, bahasa, selain memiliki

kontinyuitas, oleh Meilet disebutkan juga mengandung diskontinyuitas. Di atas telah

disebutkan bahwa kata dapat mengalami perubahan dan perkembangan makna, baik

secara sekuentif maupun evaluatif.

Bersifat hierarkis. Bahasa disusun dan dibangun oleh perangkat komponen

bunyi, bentuk, kata, kalimat, maupun wacana. Unsur itu, sebagai sistem, dalam

pemakaian keberadaannya memiliki tataran yang berada dalam tata tingkat tertentu.

Bersifat sistemis dan simultan. Meskipun bahasa merupakan suatu strata

yang bertata tingkat tertentu sehingga komponen-komponennya dapat dianalisis

secara terpisah, sebagai suatu sistem komponen-komponen tersebut harus digunakan

secara laras dan simultan. Dengan demikian, kesalahan dalam pemilihan bunyi,

bentuk, maupun pola kalimat secara serentak akan menentukan karakteristik satuan

ujaran yang dimunculkan.

Saling melengkapi dan mengisi. Hocket dalam hal ini menyebutkan ciri

interchangeability dari bahasa sehingga bahasa itu memiliki komponen yang terpisah,

karena adanya potensialitas dan mobilitas, masing-masing komponen itu dapat saling

dipertukarkan, baik secara paradigmatic maupun secara sintagmatis saling

melengkapi dan mengisi untuk menghindarkan struktur dan nuansa makna baru.

Informasi kebahasaan dapat disegmentasi. Dihubungkan, disatukan, dan

diabadikan. Dalam kegiatan tuturan, selama masing-masing pemeran masih hidup,

Page 13: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

13

bahasa dapat digunakan dalam ruang dan satuan waktu yang berbeda-beda secara

berkesinambungan. Misalnya, seseorang yang menulis surat sering kali mengakhiri

dengan kalimat, ―Sekian dulu ya……lain waktu kita sambung lagi,‖ sementara pemeran

dengan tergesa-gesa ngobrol di jalan, menutup obrolannya dengan kalimat, ―Ke rumah

sajalah biar kita bisa ngobrol-ngobrol lagi lebih enak ‖.

Transmisi budaya. Yakni bahasa selain dapat digunakan untuk menyampaikan

rekaman unsur dan nilai kebudayaan saat sekarang, juga dapat digunakan sebagai alat

pewaris kebudayaan itu sendiri. Kenyatan tersebut juga sesuai dengan kenyataan

bahwa bahasa dapat menjadi realitas abadi sehingga dapat pula bagian dari sejarah.

Dalam situasi demikian komunikasi yang berlangsung adalah komunikasi satu arah

karena keberadaan sender telah telah diwakili oleh tulisan. Dalam kaitannya dengan

upaya memperoleh makna, kenyataan tersebut tentu saja akan mendapatkan

beberapa kesulitan karena identitas pemeran, referen yang diacu, maupun konteks

sosial dan situasionalnya tidak lagi diidentifikasikan secara jelas.

Bahasa itu dapat dipelajari. Baik bahasa yang masih hidup maupun yang

sudah mati. Untuk bahasa yang masih hidup, pembelajarannya, selain dapat dilakukan

melalui transfer, interaksi subjek belajar dengan masyarakat pemakai bahasa juga

dapat ditempuh lewat pendidikan formal. Sedangkan untuk bahasa yang sudah mati,

selain melalui pendidikan, objek belajar pun masih harus dapat ditemukan. Cara lain

yang dapat ditempuh untuk mempelajari suatu bahasa, baik untuk tujuan

pengetahuan atau mungkin sekaligus menggunakannya, adalah melalui kegiatan

penelitian.

Bahasa itu dalam pemakaian bersifat bidimensional. Disebut demikian

karena makna keberadaannya, selain ditentukan oleh kehadiran dan hubungan

antarlambang kebahasaan itu sendiri, juga ditentukan oleh pemeran serta konteks

sosial dan situasional yang melatarinya.

Page 14: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

14

Pengertian Bahasa

Oleh: Elis Susilawati

Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat

untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Beberapa hal menarik

yang dapat disimpulkan dari batasan pengertian itu adalah:

1. Bahasa merupakan suatu sistem,

2. Bahasa bersifat arbitrer,

3. Bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun

dengan diri sendiri.

Sebagai sistem, bahasa memiliki komponen-komponen yang tersusun secara

hierarkis. Komponen itu meliputi komponen fonologis, morfologis, sintaksis, dan

semantik. Sesuai dengan keberadaannya sebagai suatu sistem, masing-masing

komponen tersebut saling memberi arti, saling berhubungan, dan saling menentukan.

Perbedaan antara kata dara dan dari, misalnya ditentukan oleh terdapatnya

perbedaan antara fonem /a/ dan /i/. Fonem /i/ misalnya, pada tataran lebih lanjut

dapat berkedudukan sebagai akhiran yang secara simultan dapat digabungkan dengan

awalan me- sehingga dapat membentuk kata masak yang belum memiliki satuan

informasi, akan memilikinya apabila digabungkan dengan kata ibu dan di dapur

sehingga memiliki struktur sintaksis, ibu memasak di dapur.

Setiap komponen memiliki sistemnya masing-masing. Sistem pada tataran

bunyi, misalnya, dikaji pada bidang fonologi, pada tataran kata dikaji bidang

morfologi, dan kajian sistem pada tataran kalimat menjadi wilayah sintaksis. Masing-

masing komponen tersebut mengandung aspek semantik tertentu sehingga secara

potensial dapat disusun dan dikombinasikan untuk digunakan dalam komunikasi.

Sistem yang mengatur hubungan makna dalam lambang kebahasaaan maupun

hubungan makna dalam lambang dengan dunia luar bahasa menjadi bidang kajian

semantik.

Bahasa merupakan sesuatu yang bersistem, maka bahasa sebenarnya selain

bersifat arbitrer, sekaligus juga bersifat nonarbitrer. Sebab itu, meskipun kata

bunga tidak mewakili bentuk warna maupun baunya, sehingga dalam bahasa Jawa

dapat saja disebut kembang meskipun yang ditunjuk sama, kata bunga tidak dapat

digabungkan seenaknya dengan kata buku sehingga menjadi bunga buku. Kesepakatan

yang mengatur, meskipun terdapat kata bunga pujaan, pada gabungan tersebut

harus disisipi bentuk berkata depan, misalnya di atas sehingga terdapat tatanan

bunga di atas buku.

Pemakaian bahasa dalam interaksi lebih lanjut juga membuahkan sejumlah

ciri lain. Hal itu terjadi karena bahasa bukan satu-satunya alat yang digunakan untuk

berinteraksi dalam bentuk komunikasi. Di luar bahasa masih ada tanda-tanda lain,

Page 15: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

15

baik berupa morse, rambu-rambu lalu lintas, lambang-lambang matematis, dan

sebagainya. Dengan mengkaji perbedaan antara lambang kebahasaan dengan

karakteristik lambang lain di luar bahasa, dapat diketahui bahwa bahasa memiliki

ciri-ciri tertentu yang beresifat khusus.

Dalam kehidupan binatang, alat interaksi itu digunakan sewaktu mengadakan

hubungan, membutuhkan perlindungan, perkelahian, maupun sewaktu membutuhkan

makanan. Berbeda dengan bahasa manusia yang melibatkan proses berpikir dan

kesadaran, bentuk bahasa binatang semata-mata bersifat fisis. Bentuk tanda yang

diistilahkan dengan sign, antara lain dapat berupa gerakan, gerakan ekor, maupun

gerakan bagian tubuh lainnya.

Selain dapat dibandingkan dengan bahasa binatang seperti di atas, bahasa

manusia yang berintikan bunyi, pengkajian perbedaannya juga dapat dilakukan dengan

jalan memperhatikan sistem tanda lain yang digunakan manusia, misalnya rambu-

rambu lalu lintas. Berbeda dengan lambang-lambang kebahasaan yang umumnya masih

mengandung ambiguitas dan ketidakjelasan karena bergantung pada konteks, maka

tanda-tanda seperti pada rambu lalu lintas telah memiliki satu pengertian secara

pasti. Tanda pertama misalnya, yang memiliki warna dasar merah, berarti dilarang

masuk, dan tanda kedua berarti arah yang diwajibkan. Karena telah memiliki satu

pengertian yang pasti itulah, tanda seperti di atas bersifat tertutup, dalam arti

pengertian itu selamanya bersifat tetap dan tidak dapat dikombinasikan dengan

tanda-tanda lain untuk menghadirkan pengertian baru.

Bahasa sebagai suatu sistem juga bersifat bidimensional. Sebagai suatu

realitas dalam pemakaian, bahasa selain memiliki sistemnya sendiri juga

berhubungan dengan sistem lain di luar dirinya. Keberadaan istilah kekerabatan

dalam bahasa Jawa, seperti bapak, embok, pakdhe, budhe, misalnya ditentukan oleh

sistem kekerabatan dalam masyarakat Jawa. Oleh sebab itu, untuk memahaminya,

sistem yang melatari harus dipahami terlebih dahulu. Begitu juga untuk memahami

ideom seperti sugih tanpa bandha kaya tanpa harta; mangan ra mangan lek ngumpol (makan tidak makan asal berkumpul), seseorang harus memahami latar sosial budaya

masyarakat Jawa.

Setiap bahasa memiliki fungsi deiksis. Pengertian fungsi deiksis adalah

fungsi menunjuk sesuatu di luar bentuk kebahasaan. Kedeiksisan itu dalam setiap

bahasa akan meliputi penunjukan terhadap objek, persona dan peristiwa sehubungan

dengan keberadaan pemeran dalam ruang dan waktu. Dalam bahasa Indonesia

misalnya, terdapat bentuk kata saya, kita, maupun kamu sebagai bentuk yang

menunjuk pada pesona sebagai pemeran; ini, itu serta di sini dan di situ sebagai

bentuk yang berkaitan dengan penunjukan jarak ruang antara masing-masing

pemeran dengan objek yang terlibat dalam kegiatan tuturan; serta bentuk seperti

sekarang, kemarin, dan besok, sebagai bentuk yang berkaitan dengan penunjukan

waktu.

Bentuk kamu maupun kemarin, misalnya referennya dapat berpindah-pindah.

Penentuan referennya baru dapat ditetapkan apabila konteks tuturan sudah

Page 16: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

16

diketahui dengan pasti. Salah satu bentuk konteks itu, selain struktur, adalah

konteks sosial dan situasional. Dengan menghubungkan struktur kebahasaan dengan

dunia luar itulah referennya baru dapat ditetapkan secara pasti. Dapat disimpulkan

bahwa kajian kebahasaan sebagai suatu kode yang telah muncul dalam pemakaian,

selain berfokus pada :

1. Karakteristik hubungan antara bentuk, lambang atau kata yang satu dengan yang

lainnya.

2. Hubungan antara bentuk kebahasaan dengan dunia luar yang diacunya.

3. Berfokus pada hubungan antar kode dengan pemakainya.

Studi tentang sistem tanda sehubungan dengan ketiga butir tersebut, baik

berupa tanda kebahasaan maupun bentuk tanda lain yang digunakan manusia dalam

komunikas.

Dengan terdapatnya tiga pusat kajian kebahasaan dalam pemakaian, maka

bahasa dalam sistem semiotik dibedakan dalam tiga komponen sistem. Tiga komponen

sistem tersebut adalah :

1. Sintaksis, yakni komponen yang berkaitan dengan lambang atau sign serta bentuk

hubungannya.

2. Semantik, yakni unsur yang berkaitan dengan masalah hubungan antara lambang

dengan dunia luar yang diacunya.

3. Pragmatik, yakni unsur ataupun bidang kajian yang berkaitan dengan hubungan

antara pemakai dengan lambang dalam pemakaian.

Dilihat dari sudut pemakaian, telah diketahui bahwa alat komunikasi manusia

dapat dibedakan antara media berupa bahasa atau media verbal dengan media

nonbahasa atau nonverbal. Media kebahasaan itu ditinjau dari alat pemunculannya,

dibedakan pula antara media lisan dengan media tulis. Dalam media lisan misalnya,

wujud kalimat perintah dan kalimat tanya, dengan mudah dapat dibedakan lewat

pemakaian bunyi suprasegmental maupun pemunculan kinesiks, yakni gerak bagian

tubuh yang menuansakan makna tertentu. Sedangkan dalam media tulisan dengan

tingkat kualitas yang berlainan unsur itu diwakili oleh tanda seru dan tanda tanya.

Kemungkinan terdapat unsur suprasegmental maupun kinesis, maka kalimat dalam

bentuk tulisan lebih mengutamakan adanya kelengkapan unsur dan kejelasan urutan

daripada kalimat yang dipaparkan secara lisan. Kalimat tanya seperti ke mana?

Misalnya, dalam tuturan lisan telah mampu memberikan acuan semantik secara jelas.

Akan tetapi apabila bentuk tersebut terdapat dalam kalimat tulis, ada kemungkinan

masih menuansakan makna ‖ke mana perginya ayahku‖, ―ke mana harus saya cari buku

yang jatuh itu‖. Oleh sebab itu, agar tidak menimbulkan ketaksaan unsur lain yang

seharusnya ada, harus dikembalikan secara lengkap sehingga wujud kalimat yang

hadir misalnya ―Mau berangkat ke mana?‖.

Penataan kalimat selalu dilatari tendensi semantik tertentu. Dengan kata

lain sistem kaidah penataan lambang secara gramatis selalu berkaitan dengan strata

makna dalam suatu bahasa. Apabila kaidah hubungan tanda dengan objek yang

diacunya tidak dipenuhi, maka pemakaian sign akan menyimpang dari tujuan yang

Page 17: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

17

semula diinginkan. Oleh sebab itu, sangat tepat mengungkapkan bahwa unsur

semantik berkaitan dengan masalah the relation of signs to the objects to witch the signs are applicable.

Pendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang tidak dapat dipisahkan

dengan pemakai, aspek lambang dan semantis, juga diungkapkan oleh Ferdinand de

Saussure. Ferdinand mengungkapkan bahwa bahasa itu mencakup tiga unsur, meliputi

(1) la langue, yakni unit sistem kebahasaan yang bersifat kolektif dan dimiliki oleh

setiap anggota masyarakat bahasa, (2) la parole, sebagai wujud bahasa yang

digunakan anggota masyarakat bahasa itu dalam pemakaian, serta (3) la langage,

yaitu wujud dari pengelompokan yang nantinya akan menimbulkan dialek maupun

register. La langaue sebagai unit sistem dilandasi oleh sistem sosial budaya dari

suatu masyarakat bahasa.

Hal itu sesuai dengan kenyataan bahwa bahasa sebagai fakta sosial ―berdiri

di antara‖ dan memiliki hubungan dengan fakta sosial lainnya. Kehadiran sistem

sapaan misalnya, sangat ditentukan oleh sistem hubungan pemeran, baik di dalam

maupun di luar kelompok kekerabatan seperti pakdhe, budhe, dan bentuk sapaan lain

dalam bahasa Jawa juga digunakan digunakan dalam menyapa orang di luar kelompok

kekerabatan. Hal itu juga ditentukan oleh konsep sosial budaya masyarakat Jawa.

Mengapa dalam pronominal kedua kamu dan bahkan anda tidak pernah digunakan

sebagai kata ganti untuk orang kedua yang memiliki usia maupun kedudukan yang

lebih tinggi.

Dengan demikian kedudukan pemahaman terhadap sistem yang melandasi la langue sangat besar nilainya dalam upaya memahami suatu sistem kebahasaan. Pada

sisi lain pemahaman terhadap sistem kebahasaan itu tentu sangat berperan dalam

upaya memahami wujud kebahasaan atau signal yang dipresentasikan oleh

pemakainya. Pemahaman terhadap sistem yang melatari sistem kebahasaan terhadap

signal yang direpresentasikan sangat menentukan pemahaman terhadap aspek

semantisnya.

Bahasa sebagai sistem semiotik dapat disimpulkan bahwa pemakaian bahasa

dalam komunikasai dapat diawali dan disertai sejumlah unsur, meliputi :

1. Sistem sosial budaya dalam suatu masyarakat bahasa,

2. Sistem kebahasaan yang melandasi,

3. Bentuk kebahasaan yang digunakan,

4. Aspek semantis yang dikandungnya.

Dalam komunikasai dari keempat unsur di atas yang terampil yang terampil

secara eksplisit adalah signal yang diartikan sebagai bentuk fisis yang digunakan

untuk menyampaikan pesan, baik itu ujaran kebahasaan maupun unsur lain yang

secara laras menunjang aspek-aspek semantik yang akan direpresentasikan.

Dengan demikian, dalam proses komunikasi signal memiliki dua fungsi.

Pertama, signal atau tanda menjadi alat paparan pengiriman pesan atau sender.

Kedua, tanda juga menjadi tumpuan dalam penerimaan dan upaya memahami pesan.

Page 18: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

18

Pengertian Bahasa

Oleh: Evi Cepriadi Yantono

Ada beberapa pendapat, bahwa penguasaan tiap bahasa tidak memerlukan

usaha sama sekali, kalau menurut saya tentulah pendapat ini sangat tidak tepat,

karena apa? Karena yang saya ketahui yang namanya berbahasa pasti memerlukan

usaha, contohnya: Kita mau belajar bahasa Inggris, kalau tidak didampingi dengan

usaha maka belajar tersebut akan sia-sia, bahkan tidak akan mengerti bahasa

tersebut itu seperti apa. Jadi, intinya mau berbahasa harus mau berusaha.

Bahasa anak orang mengira bahwa anak tidak bisa berbicara seperti orang

dewasa, kata siapa? Betahun-tahun dengan latihan yang tidak jemu-jemunya dan

kesalahan-kesalahan yang dibetulkan berulang-ulang eksplisit maupun implisit si anak

akhirnya dapat menguasai bahasa orang dewasa. Itu karena rajinnya seorang anak

menyimak orang yang sedang berbicara. Jadi, jangan mengira bahwa anak tidak bisa

berbicara seperti orang dewasa. Dan banyak orang menyangka bahwa anak Jawa

tentulah akan pandai bahasa Jawa, anak Prancis berbahasa Prancis, anak Sunda

berbahasa Sunda ,anak Indonesia berbahasa Indonesia, seakan-akan kepandaian

bahasa merupakan keturunan belaka. Kalau hal seperti ini terjadi, maka negara ini

akan hancur atau ketinggalan zaman, apalagi zaman sekarang sudah pada canggih.

Jadi, kita harus bisa berbahasa tidak hanya negara kita sendiri, kita harus bisa

menguasai bahasa yang lain misalnya: bahasa Inggris, Jepang, Jerman, Cina ,dan yang

lainya. Hal itu dikarenakan bahasa adalah merupakan kunci kesuksesan bagi kita

semua. Yang menyebabkan orang dapat berbahasa itu bukanlah karena keturunan

atau warisan, tetapi kemauan dan desakan untuk memakai salah satu bahasa tidak

lain ialah keinginan manusia untuk mengadakan hubungan dengan manusia yang lain.

Mungkin keinginan tersebut disebabkan oleh naluri, bukan suatu pembawaan.

Memang suatu kenyataan bahwa bahasa wajar dimiliki oleh setiap manusia,

dan kewajaran ini mungkin menyebabkan bahasa dianggap barang sehari-hari yang

biasa saja, sehingga tidak perlu mendapat perhatian yang selayaknya sesuai dengan

fungsinya di dalam masyarakat. Betapa pentingnya berbahasa saya telah kemukakan

beberapa contoh kenyataannya saja, setiap orang harus pandai berbahasa karena

kita hidup tidak hanya dalam lingkungan keluarga saja jadi tidak hanya menguasai

bahasa yang ada dalam keluarga, tetapi kita harus bisa menguasai bahasa mana pun,

misalnya didalam masyarakat kita dituntut menjadi peranan sebagai rumah warga,

kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar tidak hanya asal ucap saja

yang dikeluarkan dari mulut tetapi kita harus bisa menguasai bahasa masyarakat

seperti apa, jadilah pemimpin yang tidak hanya mementingkan diri sendiri saja. Yang

namanya bahasa tidak akan terpisahkan dari manusia karena bahasa akan mengikuti

kemana pun manusia pergi mulai saat bangun sampai jauh malam waktu ia

Page 19: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

19

beristirahat, manusia tidak lepas memakai bahasa, malahan pada saat waktu tidur

pun tidak jarang ia memakai bahasa, pada manusia kelihatan tidak berbicara, pada

hakekatnya ia masih juga memakai bahasa, karena bahasa adalah merupakan alat

yang dipakainya untuk membentuk pikiran dan perasaanya, dan bahasa adalah dasar

pertama-tama dan paling berurat berakar dari masyarakat manusia. Bahasa adalah

tanda jelas keperibadian karena bahasa merupakan kunci kesuksesan bagi setiap

manusia, bahasa merupakan milik pribadi seseorang, bahasa merupakan tempat

pelarian seseorang pada waktu kesunyian, bila rasa atau pikiran menjelajahi soal-soal

kehidupan, baik di dalam manusia itu sendiri maupun di kehidupan sekelilingnya,

misalnya seorang penyair atau buku harian seorang pemikir. Misalnya kita sebagai

manusia atau makhluk sosial pasti mempunyai pemikiran apalagi kita hidup di dunia

teater, bisa mengungkapkan apa untuk mengisi kesunyiannya yaitu misalnya

membuat puisi, atau menulis tentang karya-karya sastra yang bisa dipahami oleh

semua manusia, asalkan bahasa yang digunakanya baik dan benar. Sifat bahasa yang

pertama, maka bahasa merupakan kunci yang paling menghasilkan untuk membuka

ciri-ciri suatu kelompok masyarakat. Sifat bahasa yang kedua yaitu bahasa sebagai

kegiatan sendiri. Seperti membuat novel, karya ilmiah, dan sebagainya.

Menganalisis Bahasa

Menurut pendapat saya menganalisis bahasa itu sangat penting bagi semua

makhluk hidup, misalnya kita menganalisis bahasa luar supaya bahasa tersebut dapat

dipahami. Jadi, menganalisis bahasa tersebut tidak hanya memantau saja. Supaya

bahasa tersebut dapat dianalisis, kita sebagai makhluk sosial harus bisa menganalisis

bahasa mana pun karena bahasa tersebut sangat penting bagi kita, agama, bangsa,

maupun negara. Karena itu adalah kunci kesuksesan bagi kita semua dapat menguasai

bahasa manapun. Hidup tanpa bahasa bagaikan kita tidak punya apa-apa. Kita sebagai

warga Indonesia harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jangan asal keluar

dari mulut dan masuk ke mulut. Jagalah nama baik negara kita dengan menggunakan

bahasa yang selayaknya kita katakana. Gunakanlah bahasa yang sepantasnya untuk

menjaga negara kita dengan baik.

Ada dua macam bahasa yang persoalanya mendapat perhatian kita.

1. Bahasa pertama yaitu bahasa sehari-hari atau bahasa daerah. Bahasa pertama

atau bahasa ibu ialah bahasa yang diajarkan dan dipakai di lingkungan keluarga.

2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah

dan dipakai dalam komunikasi resmi, tetapi pada dasarnya tidak dipakai di

lingkungan keluarga.

Bahasa sebagai alat kebudayaan bahasa dan sastra. Seniman pada umumnya,

bila ternyalakan emosi keseniannya oleh sesuatu, akan berusaha semerdeka mungkin

untuk bersatu dengan medium yang dipakainya untuk menyatakan haru yang

ditimbulkannya itu. Saya katakan semerdeka mungkin karena pada hakekatnya

seniman itu tidak memiliki kemerdekaan yang sepenuhnya. Kita ketahui bahwa bahasa

mempunyai keanehan-keanehannya sendiri. Oleh karena sastrawan harus menuangkan

harunya dalam bentuk yang telah ditentukan oleh bahasanya, agaknya jelas bahwa

Page 20: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

20

sastra yang satu tidak akan sama dengan sastra yang lain. Sebenarnya keterangan ini

agak berlebih-lebihan karena kita tahu bahwa tidak ada kebudayaan yang sama dan

bahasa sebagai alat untuk mengkodekan kebudayaan itu tentulah berlainan pula,

maka sudah barang tentu demikian juga sastranya. Oleh sebab itu, apa yang

dikatakan Croce memang betul bahwa satu sastra tidak mungkin diterjemahkan ke

dalam bahasa yang lain. Namun, ada pula terjemahan-terjemahan sastra yang baik.

Beberapa contoh tentang kekusutan yang mungkin timbul tentang arti sesuatu yang

kita katakan, bahasa mempunyai bahasa masing-masing atau gaya bahasa semua

orang pasti akan berbeda, bahkan dalam satu keluarga pun dalam segi bahasa dan

cara berbicara pasti akan berbeda karena semua mempunyai gaya bahasa masing-

masing, misalnya dengan contoh kakak dengan adik kakak bahasanya seperti ini dan

adik gaya bahasanya seperti ini contohnya daerah kabupaten Garut dengan

kecamatan Bungbulang dengan Garut Kota pasti berbeda, walaupun satu kabupaten

karena mereka mempunyai gaya bahasa masing-masing. Jadi, kita jangan

menyepelekan bahasa karena bahasa merupakan bagian kehidupan kita.

Bahasa Indonesia bagi kita merupan suatu karunia Tuhan karena adanya

bahasa sekaligus telah melenyapkan persoalan bahasa nasional yang sangat pelik dan

gampang menimbulkan emosi kedaerahan. Dalam hubungan inilah kita menyadari jasa

penada Muhammad Yamin dengan kawan-kawannya. Di dalam suatu masyarakat yang

mengalami perkembangan setapak demi setapak, di seluruh bidang kehidupannya

perkembangan bahasa biasanya terdapat di dalam bidang ekonomi, politik, maupun

kultural kadang-kadang diciptakan pula susunan-susunan mengemukan proposi-proposi

yang baru. Umpamanya jika bahasa itu menempatkan sebab musabab sesuatu cara

mengemukakan proposisi baru yang memerlukan.

Page 21: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

21

Pengertian Bahasa

Oleh: Hana Susana

Apakah Bahasa Itu?

Dalam masyarakat, kata bahasa sering dipergunakan dalam pelbagai konteks

dengan pelbagai macam makna. Ada orang yang berbicara tentang ―bahasa warna‖,

―bahasa bunga‖, ―bahasa diplomasi‖, dan sebagainya. Di samping itu dalam kalangan

terbatas, terutama di kalangan orang yang membahas soal-soal bahasa, ada yang

berbicara tentang ―bahasa tulisan‖, ―bahasa tutur‖, dan sebagainya. Untuk pemakaian

pertama tersebut tidak akan ada komentar apa-apa di sini. Maklumlah, sudah lazim

kata-kata yang sebenarnya mempunyai makna tertentu dalam suatu bidang dipakai

secara luas oleh masyarakat umum sehingga maknanya menjadi kabur. Contoh lain

dapat kita temukan dalam pemakaian kata-kata seperti; emas, film, logis, wacana,

harga diri kurang, dan sebagainya. Kata-kata tersebut dalam pemakaian bidang

ilmunya memiliki makna tetap dan tertentu, tetapi lebih banyak dipakai oleh orang

awam, yakni orang yang tidak bergerak dalam bidang ilmu yang bersangkutan.

Pemakaian kedua akan disinggung tentang bahasa dalam kebudayaan dan masyarakat,

karena walaupun ada kebenaran di belakangnya namun dilihat dari sudut sistematik

linguistik kata atau istilah bahasa di sana tidak dipergunakan dengan pengertian yang

cukup tajam.

Bagi linguistik (ilmu yang khusus mempelajari bahasa) bahasa adalah sistem

tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok

masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Definisi tersebut perlu dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut;

1. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu bukanlah sebuah unsur yang

terkumpul secara beraturan seperti halnya sistem-sistem lain. Unsur-unsur

bahasa ―diatur‖ seperti pola-pola yang berulang sehingga kalau hanya salah satu

bagian saja tidak tampak maka dapatlah ―diramalkan‖ atau ―dibayangkan‖

keseluruhan ujarannya, misalnya bila kita menemukan bentuk seperti;

berangkat . . . . . kantor,

ibu tinggal . . . . . rumah,

dengan cepat dapat kita duga bagaimana bunyi kalimat itu secara keseluruhan.

Sifat itu dapat dijabarkan lebih jauh dengan mengatakan bahwa bahasa itu

sistematis, artinya bahasa itu dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang

terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan; di samping itu bahasa

juga sistemis, artinya bahasa bukanlah sistem yang tunggal melainkan terdiri dari

beberapa subsistem, yakni; subsistem fonologi, subsistem gramatika, dan

subsistem leksikon. Agak berbeda dengan subsistem-subsistem dalam sepeda,

subsistem-subsistem bahasa (terutama subsistem fonologi, subsistem morfologi,

Page 22: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

22

dan subsistem sintaksis) tersusun secara hierarkial, artinya subsistem yang satu

terletak di bawah subsistem yang lain; lalu subsistem yang lain ini terletak pula di

bawah subsistem lainnya lagi. Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan

sintaksis) terkait dengan subsistem semantik. Sedangkan subsistem leksikon juga

diliputi subsistem semantik, berada di luar ketiga subsistem struktural itu.

Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik

atau tataran bahasa. Jika diurutkan dari tataran yang terendah sampai tataran

yang tertinggi, dalam hal ini yang menyangkut ketiga subsistem struktural di atas

adalah tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Tataran fonem

termasuk dalam bidang kajian fonologi, tataran morfem dan kata termasuk dalam

bidang kajian morfologi, sedangkan tataran frase, klausa, kalimat, dan wacana

termasuk dalam bidang kajian sintaksis. Tetapi perlu dicatat, bahwa ―kata‖ selain

dikaji dalam morfologi juga dikaji dalam sintakis. Dalam morfologi, kata menjadi

satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksis menjadi satuan terkecil. Dalam kajian

morfologi kata itu dikaji struktur dan proses pembentukannya, sedangkan dalam

sintaksis dikaji sebagai unsur pembentukan satuan sintaksis yang lebih besar.

Perlu dicatat pula, kajian linguistik itu sendiri dibagi dalam beberapa

tataran, yaitu; tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran

semantik, dan tataran leksikon. Tataran morfologi sering digabung dengan

tataran sintaksis menjadi, yang disebut tataran gramatika atau tata bahasa. Di

atas semua itu ada tataran pragmatik, yaitu kajian yang mempelajari penggunaan

bahasa dengan pelbagai aspeknya, sebagai sarana komunikasi verbal bagi manusia.

Hierarki subsistem bahasa itu diterangkan seperti berikut;

a. wacana, kalimat, klausa, frase, kata, morfem termasuk ke dalam kajian

sintaksis;

b. kata dan morfem termasuk ke dalam kajian morfologi; sedangkan

c. fonem dan fon termasuk ke dalam kajian fonologi.

2. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya hal atau benda yang mewakili sesuatu

atau hal yang menimbulkan reaksi sama bila orang menanggapi apa yang

diwakilinya itu. Setiap bagian dari sistem itu atau setiap bagian dari bahasa

tentulah mewakili sesuatu. Tegasnya, bahasa itu bermakna. Hal itu berarti bahasa

berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat yang

memakainya.

3. Bahasa sebagai lambang. Kata lambang sudah sering didengar dalam percakapan

sehari-hari. Umpamanya dalam membicarakan bendera Merah Putih sering

dikatakan merah adalah lambang keberanian dan putih lambang kesucian. Gambar

bintang dalam Garuda Pancasila yang merupakan lambang asas Ketuhanan Yang

Maha Esa; serta gambar padi dan kapas yang merupakan lambang asas keadilan

sosial. Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian

yang sama. Lambang dengan pelbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan

ilmiah. Dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu

yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia termasuk

Page 23: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

23

bahasa. Dalam semiotika atau semiologi (yang di Amerika ditokohi oleh Charles

Sanders Peierce dan di Eropa oleh Ferdinand de Saussure) dibedakan adanya

beberapa jenis tanda, antara lain; tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.

Sebelum membicarakan konsep bahasa sebagai lambang, ada baiknya kita

bicarakan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan istilah-istilah tersebut.

Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik (dari semua yang termasuk kajian

semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu) adalah

sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan

tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak ada

asap membungbung tinggi, maka kita tahu di sana pasti ada api, sebab asap

merupakan tanda akan adanya api itu. Jika di tengah jalan raya terdapat banyak

pecahan kaca mobil berhamburan, maka kita akan tahu bahwa di tempat itu telah

terjadi kecelakaan (tabrakan mobil). Dari contoh-contoh di atas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa tanda bisa juga menandai bekas kejadian .

Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan

alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional (tidak secara

alamiah dan langsung). Untuk memahami lambang ini tidak ada jalan lain selain

harus mempelajarinya. Sama halnya dengan cara mengenal lambang yang berupa

gambar atau warna, untuk mengenal lambang bahasa yang berupa bunyi itu kita

juga harus mempelajarinya. Dalam bahasa Indonesia untuk konsep ―binatang

berkaki empat yang bisa dikendarai‖ dilambangkan berupa bunyi [kuda], sebab

dalam bahasa lain, tidak sama lambangnya. Dalam bahasa Jawa lambangnya berupa

bunyi [jaran], dalam bahasa Inggris berupa bunyi yang ditulis horse dan dalam

bahasa Belanda berupa bunyi yang ditulis paard.

Ferdinand de Sausure tidak menggunakan istilah lambang atau simbol,

melainkan istilah tanda (signe) atau tanda linguistik (signelinguistique). Oleh

karena itu, dalam kepustakaan kita ada yang menyatakan bahwa bahasa adalah

sistem tanda. Akhir-akhir ini sudah biasa juga digunakan istilah penanda untuk

‗yang menandai‘ (signifie menurut peristilahan de Saussure) dan pertanda untuk

‗yang ditandai‘ (significant menurut peristilahan de Saussure).

4. Bahasa merupakan sistem bunyi, memang pada dasarnya bahasa itu berupa

bunyi. Apa yang kita kenal sebagai tulisan sifatnya sekunder karena manusia

dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan. Sebelumnya telah disebutkan bahwa

bahasa adalah sistem dan lambang, tetapi yang dibahas sekarang yaitu bahasa

merupakan bunyi. Maka seluruhnya dapat dikatakan, bahwa bahasa adalah sistem

lambang bunyi. Jadi, sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnya berupa

bunyi. Menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf

sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-

perubahan dalam tekanan udara.

5. Bahasa bersifat produktif, artinya sebagai sistem dari unsur-unsur yang

jumlahnya terbatas namun bahasa dapat dipakai tidak terbatas oleh pemakainya

Page 24: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

24

sesuai dengan kebutuhan. Bahasa Indonesia misalnya; mempunyai fonem kurang

dari tiga puluh tetapi, mempunyai kata lebih dari 80.000 yang mengandung

fonem-fonem itu. Kemungkinan saja, dengan fonem-fonem tersebut diciptakan

kata-kata baru. Dilihat dari sudut penuturan, bahasa Indonesia mempunyai lima

tipe kalimat yakni; pernyataan, pertanyaan, perintah, keinginan, dan seruan.

Kegunaan kelima tipe tersebut adalah untuk menyusun kalimat yang jumlahnya

ribuan, bahkan jutaan.

6. Bahasa bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai sistem yang khas (tidak

harus ada dalam bahasa lain). Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem

pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat

morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya, pada kata tertentu di dalam kalimat

kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap yang berubah hanya makna

keseluruhan kalimat. Bahasa Jawa mempunyai sekitar seratus kata untuk

menyebutkan anak pelbagai binatang yang tidak ada dalam bahasa lain.

7. Kebalikan dari hal yang digunakan sebelumnya, ada pula sifat-sifat bahasa yang

dimiliki oleh bahasa lain sehingga ada sifat universal (ada pula yang hampir

universal). Hal ini misalnya dapat kita lihat dalam bahasa Indonesia, salah satu

ciri bahasa ini adalah bahwa konfiks ke-an hanya dapat bergabung dengan

sebanyak-banyaknya dua bentuk, seperti;

8. Bahasa mempunyai variasi, karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia

untuk bekerja sama dan berkomunikasi. Kelompok manusia banyak macamnya,

terdiri dari laki-laki, perempuan, tua, muda, ada orang yang bersekolah, ada orang

yang tidak bersekolah, pendeknya yang berinteraksi dalam berbagai lapangan

kehidupan dan mempunyai bahasa untuk pelbagai keperluan. Setiap manusia

mempunyai kepribadian sendiri, hal ini yang paling nyata tertonjol dalam

berbahasa.

9. Melalui bahasa suatu kelompok sosial akan mengidentifikasi dirinya sendiri. Di

antara semua ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol

karena melalui bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan

yang berbeda dari kelompok lain. Bagi kelompok sosial tertentu, bahasa tidak

sekedar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial. Apa

yang kita sebut bahasa Cina (misal) sebenarnya merupakan lambang sosial yang

ditandai oleh satu sistem, tulisan yang mengikat jutaan manusia (terdiri dari

berbagai suku bangsa) dengan berbagai bahasa yang cukup jauh perbedaannya.

Sebaliknya, dipandang dari sudut tata bunyi dan tata bahasa tetapi oleh

pemakainya dianggap dua bahasa dan menandai dua kelompok yang berbeda.

Kenyataan bahwa bahasa adalah lambang sosial hanyalah mengukuhkan apa yang

Tidak pasti ketidakpastian

Salah paham menjadi kesalahpahaman

Boleh jadi kebolehjadian.

Page 25: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

25

telah lama (entah selama berapa abad) dikenal orang Melayu dengan pepatahnya

―bahasa menunjukkan bangsa‖.

10. Karena digunakan manusia yang masing-masing mempunyai cirinya sendiri untuk

berbagai keperluan, bahasa memiliki fungsi. Fungsi itu tergantung pada faktor-

faktor siapa, apa, kepada siapa, tentang apa, dimana, bilamana, berapa lama,

untuk apa, dan dengan apa bahasa itu diujarkan. Bahasa yang digunakan manusia

bermanfaat untuk saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Melalui bahasa

pula, seseorang dengan mudah akan mampu mengeluarkan gagasan dan pendapat.

Page 26: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

26

Pengertian Bahasa

Oleh: Pika Widara

A. Pengertian Bahasa

Bahasa banyak sekali ragamnya, apalagi mengenai pengertiannya karena

bahasa pada hakikatnya bersipat arbitrer, produktif, dinamis, dan manusiawi. Maka

dari itu, batasan mengenai pengertian bahasa merupakan suatu sistem, sebagai

sistem, bahasa bersifat arbitrer, dan sebagai sistem arbitrer. Bahasa sebagai alat

komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat

ucap manusia dan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol pokok.

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian bahasa diantaranya yaitu:

Keraf (dalam Smarapradhipa 2005:1) memberikan dua pengertian bahasa.

Pengertian pertama, bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat

berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah

sistem komukasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal.

Menurut Owen (dalam setiawan, 2006:1) bahasa dapat didefinisikan sebagai

kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan

konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol

yang diatur oleh ketentuan.

Menurut Santoso (1990:1) bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia secara sadar.

Menurut Wibowo (2001:1) bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna

dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,

yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan

perasaan dan pikiran.

Menurut Syamsuddin (1986:1) beliau memberi dua pengertian bahasa.

Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan,

keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan

dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik

maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas

dari budi kemanusiaan.

B. Jenis Bahasa

Bahasa memiliki beberapa jenis, yaitu:

1. Jenis bahasa berdasarkan sosiologis Penjenisan berdasarkan faktor sosiologis artinya penjenisan itu tidak

terbatas pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan faktor sejarah,

kaitannya dengan sistem linguistik lain, dan pewarisan dari satu generasi kegenerasi

berikutnya.

Page 27: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

27

Stewart (dalam Fishman (ed) 1968) menggunakan empat dasar untuk

menjeniskan bahasa-bahasa secara sosiologis, yaitu:

a. Standarisasi

b. Otonomi

c. Historitas

d. Vitalitas

Secara singkat, keempat dasar ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Standarisasi (pembukaan), adalah adanya kodifikasi dan penerimaan terhadap

sebuah bahasa oleh masyarakat pemakaian bahasa itu akan seperangkat kaidah

atau norma yang menentukan pemakaian ―bahasa yang benar‖.

Otonomi (keotonomian), sebuah sistem linguistik disebut mempunyai keotonomian

jika sistem linguistik itu memiliki kemandirian sistem yang tidak berkaitan dengan

bahasa lain.

Historitas (kesejarahan), sebuah sistem linguistik dianggap mempunyai historitas

jika diketauhi atau dipercaya sebagai hasil perkembangan yang normal pada masa

yang lalu. Faktor kesejarahan ini berkaitan dengan tradisi dari etnik tertentu.

Jadi, faktor historis ini mempersoalkan, apakah sistem linguistik itu tumbuh

melalui pemakaian oleh kelompok etnik atau sosial tertentu tidak.

Vitalitas (keterpakaian), maksudnya adalah pemakaian sistem linguistik oleh satu

masyarakat penutur asli yang tidak terisolasi.

2. Jenis bahasa berdasarkn sikap politik Berdasarkan sikap politik atau sosial politik dapat membedakan adanya

bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan. Pembedaan ini

dikatakan berdasarkan sikap sosial politik karena sangat erat kaitannya dengan

kepentingan kebangsaan. Sebuah sistem linguistik disebut bahasa nasional, seringkali

disebut sebagai bahasa kebangsaan.

3. Jenis bahasa berdasarkan tahap pemerolehan Berdasarkan tahap pemerolehannya dapat dibedakan adanya bahasa

pertama/bahasa ibu, bahasa kedua, dan bahasa asing.

1) Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah

yang pertama-tama dipelajarinya.

2) Bahasa kedua, lazimnya disebut bahasa yang dipelajari setelah bahasa ibu.

Disebut bahasa ke dua (B2).

3) Bahasa asing lazimnya disebut juga sebagai bahasa ketiga (B3). Jadi mempelajari

bahasa selain bahasa ibu dan bahasa ke dua.

1. Keragaman bahasa § Ragam bahasa pada bidang tertentu.

§ Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek.

§ Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek.

§ Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial.

§ Ragam bahasa pada bentuk bahasa.

§ Ragam bahasa pada suatu situasi.

Page 28: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

28

2. Fungsi bahasa dalam masyarakat Berikut ini fungsi bahasa dalam masyarakat.

§ Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

§ Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

§ Alat untuk mengidentifikasi diri.

3. Fungsi-fungsi bahasa Fungsi-fungsi bahasa antara lain dapat dilihat dari

§ Sudut penutur

§ Pendengar

§ Topik

§ Kode

§ Amanat pembicaraan

Secara singkat, kelima fungsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

o Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal (pribadi).

Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.

Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih,

marah, atau bahagia.

o Dilihat dari segi pendengar (lawan bicara), maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu untuk mengatur tingkah laku pendengar.

o Bila dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial. Di

sini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa

yang ada di sekeliling penutur.

o Dilihat dari segi kode yang digunakan, maka bahsa itu berfungsi metalingual yakni, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.

o Dilihat dari segi amanat (message) yang akan disampaikan, maka bahasa itu

berfungsi imaginative. Fungsi imaginative ini biasanya berupa karya seni (puisi,

dongeng) yang digunakan untuk kesenagan penutur maupun para pendengarnya.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, bekerjasama,

dan identifikasi diri, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Bahasa

memiliki komponen-komponen yang tersusun secara hierarkis meliputi komponen

fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantis. Sesuai dengan keberadaannya sebagai

suatu sistem masing-masing komponen saling memberi arti, saling berhubungan dan

saling menentukan.

Page 29: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

29

Pengertian Bahasa

Oleh: Ramdhan Jaelani

Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat

komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.

Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan

kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai

lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosa kata itu

oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai

penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan

identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan

adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi

dengan bendanya.

Fungsi Bahasa dalam Masyarakat

1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

3. Alat untuk mengidentifikasi diri.

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh

dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah

setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya

tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target

komunikasi.

Keraf (dalam Smarapradhipa, 2005:1) memberikan dua pengertian bahasa.

Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,

bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi

ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Owen (dalam Stiawan, 2006:1) definisi bahasa yaitu

language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode

yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep

melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang

diatur oleh ketentuan).

Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4),

beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang

Page 30: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

30

sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah

seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.

Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia secara sadar.

Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan

(language may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang

arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari

suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut

dikemukakan oleh Mackey (1986:12).

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan

konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk

melahirkan perasaan dan pikiran.

Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan

definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan

ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.

Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin

(1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang

dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan,

alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda

yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari

keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat

komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi. Tetapi bahasa pada dasarnya

lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran,

perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi: (i) untuk tujuan praktis:

mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, (ii) untuk tujuan artistik: manusia

mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa

estetis manusia, (iii) sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di

luar pengetahuan kebahasaan, (iv) untuk mempelajari naskah-naskah tua guna

menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama kebudayaan dan adat-istiadat,

serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis).

Dikatakan oleh para ahli budaya bahwa bahasalah yang memungkinkan kita

membentuk diri sebagai makhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan

bahasa, kita membina hubungan dan kerja sama, mengadakan transaksi, dan

melaksanakan kegiatan sosial dengan bidang dan peran kita masing-masing. Dengan

bahasa kita mewarisi kekayaan masa lampau, menghadapi hari ini, dan merencanakan

masa depan. Jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar.

Kita ambil contoh, misalnya mahasiswa. la membutuhkan informasi yang berkaitan

dengan bidang studinya agar lulus dalam setiap ujian dan sukses meraih gelar atau

tujuan yang diinginkan. Seorang dokter juga sama. la memerlukan informasi tentang

kondisi fisik dan psikis pasiennya agar dapat menyembuhkannya dengan segera.

Page 31: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

31

Contoh lain, seorang manager yang mengoperasikan, mengontrol, atau mengawasi

perusahaan tanpa informasi ia tidak mungkin dapat mengambil keputusan dan

menemukan kebijaksanaan karena setiap orang membutuhkan informasi, komunikasi

sebagai proses tukar-menukar informasi, dengan sendirinya juga mutlak menjadi

kebutuhan setiap orang.

Perkembangan Bahasa Indonesia

Kata Indonesia berasal dari gabungan kata Yunani indus 'India' dan nesos

'pulau atau kepulauan'. Jadi, secara etimologis berarti kepulauan yang telah

dipengaruhi oleh kebudayaan India, atau hanya kepulauan India. Pencipta kata

tersebut ialah George Samuel Windsor Earl, sarjana Inggris yang menulis dan

memakai kata itu dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. IV-

hlm 17, bulan Februari 1850. Ia menggunakan kata Indonesians dalam majalah itu,

sedangkan orang yang mempopulerkan kata lndnesian adalah ahli etimologi Jerman,

Adolf Bastian, yang memakainya dalam buku-buku yang ditulisnya sejak tahun 1884.

Buku-buku ini diberi judul Indwonesien order die Inseln des Malayischen Archipel. Bahasa Indonesia yang sekarang itu ialah bahasa Melayu kuno yang dahulu

digunakan orang Melayu di Riau, Johor, dan Lingga yang telah mengalami

perkembanggan berabad-abad lamanya. Dalam keputusan Seksi A No. 8. hasil

Kongres Bahasa Indonesia 11 di Medan 1954, dikatakan bahwa dasar bahasa

Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhan dalam

masyarakat dan kebudayaan Indonesia sekarang.

Sehubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia, ada beberapa masa

dan tahun bersejarah yang penting sebagai berikut.

1. Masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7. Pada waktu itu Bahasa Indonesia

yang masih bernama bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca atau

bahasa penghubung, bahasa pengantar. Bukti, historis dari masa ini antara lain

prasasti atau batu bertulis yang ditemukan di Kedukan Bukit, Kota Kapur, Talang

Tuwo. Karang Brahi yang berkerangka tahun 680 Masehi. Selain ini dapat disebutkan

bahwa data bahasa Melayu paling tua justru dalam prasasti yang ditemukan di

Sojomerta dekat Pekalongan, Jawa Tengah.

2. Masa Kerajan Malaka, sekitar abad ke-15. Pada masa ini peran bahasa Melayu

sebagai alat komunikasi semakin penting. Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri

Lanang adalah peninggalan karya sastra tertue yang ditulis pada masa ini. Sekitar

tahun 1521, Antonio Pigafetta menyusun daftar kata Italy-Melayu yang pertama.

Daflar itu dibuat di Tidore dan berisi kata-kata yang dijumpai di sana.

3. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, sekitar abad ke-19. Fungsi bahasa

Melayu sebagai sarana pengungkap nilai-nilai estetik kian jelas. Ini dapat dilihat dari

karya-karya Abdullah seperti Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri

Jedah, Syair tentang Singapura Dimakan Api, dan Pancatanderan Tokoh lain yang

Perlu dicatat di sini ialah Raja Ali Haji yang terkenal sebagai pengarang Gurindam

Dua Belas, Silsilah Melayu Bugis, dan Bustanul Katibin.

Page 32: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

32

4. Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan yang pertama kali oleh Prof. Ch.

van Ophuysen dibantu Engku Nawawi dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan

mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuysen ditulis dalam buku yang berjudul

Kitab Logat Melajoe.

5. Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissie de lndlandsche School en Volkslectuur (Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat). Lembaga ini

mempunyai andil besar dalam menyebarkan serta mengembangkan bahasa Melayu

melalui bahan-bahan bacaan yang diterbitkan untuk umum.

6. Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober, dalam Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diwisuda menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus namanya

diganti menjadi bahasa Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa

nasional ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa tersebut (1) telah dimengerti

dan dipergunakan selama berabad-abad sebagai Lingua Franca hampir di seluruh

daerah kawasan Nusantara, (2) strukturnya sederhana sehingga mudah dipelajari

dan mudah menerima pengaruh luar untuk memperkaya serta menyempurnakan

fungsinya. (3) bersifat demokratis sehingga menghindarkan kemungkinan timbulnya

perasaan sentimen dan perpecahan, dan (4) adanya semangat kebangsaan yang lebih

besar dari penutur bahasa Jawa dan Sunda.

"Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa jang sama, bahasa

Indonesia" demikian rumusan Sumpah Pemuda yang terakhir dan yang benar.

7. Tahun 1933 terbit majalah Poedjangga Baroe yang pertama kali. Pelopor

pendiri majalah ini ialah Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane,

yang ketiganya ingin dan berusaha memajukan bahasa Indonesia dalam segala bidang.

8. Tahun 1938, dalam rangka peringatan 10 tahun Sumpah Pemuda diadakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, yang dihadiri ahli-ahli bahasa dan para

budayawan seperti Ki Hadjar Dewantara, Prof Dr Purbatjaraka dan Prof Dr. Husain

Djajadiningrat. Dalam kongres ditetapkan keputusan untuk menditikan Institut

Bahasa Indonesia, mengganti ejaan van Ophuysen, serta menjadikan bahasa

Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.

9. Masa pendudukan Jepang (1942-1945). Pada masa ini peran bahasa Indonesia

semakin penting karena pemerintah Jepang melarang penggunnan bahasa Belanda

yang dianggapnya sebagai bahasa musuh penguasa Jepang terpaksa mengangkat

bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan dan bahasa

pengantar di lembaga pendidikan, karena bahasa Jepang sendiri belum banyak

dimengerti oleh bangsa Indonesia. Untuk mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya

Kantor Pengajaran Balatentara Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia.

10. Tahun 1945, tepatnya 18 Agustus bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa negara, sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa

Indonesia.

11. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Repoeblik sebagai

penyempummn ejaan sebelumnya Ejaan ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan

Ejaan Soewandi.

Page 33: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

33

12. Balai Bahasa yang dibentuk Wont 1948, yang kemudian namanya diubah

menjadi Lembaga Bahasa Nasional (LBN) tahun 1968, dan dirubah lagi menjadi

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pada tahun 1972 adalah lembaga yang

didirikan dalam rangka usaha pemantapan perencanaan bahasa.

13. Atas prakarsa Mentri PP dam K, Mr. Moh. Yamin, Kongres Bahasa Indonesia Kedua diadakan di Medan tanggal 28 Oktober s.d. 1 November 1954. Dalam

kongres ini disepakati suatu rumusan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Melayu, tetapi bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu karena bahasa

Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah disesuaikan pertumbuhannya dengan

masyraakat Indonesia sekarang .

14. Tahun 1959 ditetapkan rumusan Ejaan Malindo, sebagai hasil usaha

menyamakan ejaan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu yang digunakan

Persekutuan Tanah Melayu. Akan tetapi, karena pertentangan politik antara

Indonesia dan Malaysia, ejaan tersebut menjadi tidak pernah diresmikan

pemakaiannya.

15. Tahun 1972 pada tanggal 17 Agustus, diresmikan pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan yang disingkat EYD. Ejaan yang pada dasarnya adalah hasil

penyempurnaan dari Ejaan Bahasa Indonesia yang dirancang oleh panitia yang

diketuai oleh A. M. Moeliono juga digunakan di Malaysia dan berlaku hingga sekarang.

16. Tahun 1978, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-50. Bulan November di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. Kongres ini berhasil mengambil keputusan tentang pokok-pokok pikiran mengenai

masalah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Di antaranya ialah

penetapan bulan September sebagai bulan bahasa.

17. Tanggal 21 - 26 November 1983, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, berlangsang Kongres Bahasa Indonesia IV. Kongres yang dibuka oleh Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr. Nugroho Notosusanto, berhasil merumuskan

usaha-usaha atau tindak lanjut untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara.

18. Dengan tujuan yang sama, di Jakarta 1988, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V. 19. Tahun 1993, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia berikutnya akan diselenggarakan setiap lima tahun sekali.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagaimana kita ketahui dari uraian di

atas, bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oklober 1928 bahasa

Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab

XV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa

bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa

negara.

Page 34: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

34

Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem

lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi

bahasa adalah nilai pemakaian bahasa tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.

Page 35: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

35

Pengertian Bahasa

Oleh: Roy Nuroni Budi

Bahasa memiliki makna lebih dari satu sehingga dapat membingungkan.

Bahasa pun sering diartikan sebagai ―alat komunikasi‖, jawaban ini tidak salah tetapi

ini juga tidak benar karena jawaban itu hanya mengatakan ―bahasa adalah alat‖. Jadi

itu lebih menjelaskan kepada fungsi bahasa bukan terhadap ―sosok‖ bahasa itu

sendiri. Sehingga banyak pakar yang membuat definisi tentang bahasa dengan

pertama-tama menonjolkan segi fungsinya itu, seperti Sapir (122:8), Badudu

(1989:3), Keraf (1984:16), dan Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono)

―bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri‖.

Beberapa contoh tentang kekusutan yang mungkin timbul tentang arti

sesuatu yang kita katakan, bahasa mempunyai bahasa masing-masing atau gaya

bahasa semua orang pasti akan berbeda, bahkan dalam satu keluarga pun dalam segi

bahasa dan cara berbicara pasti akan berbeda karena semua mempunyai gaya

bahasa masing-masing, misalnya dengan contoh kakak dengan adik kakak bahasanya

seperti ini dan adik gaya bahasanya seperti ini contohnya daerah kabupaten Garut

dengan kecamatan Bungbulang dengan Garut Kota pasti berbeda, walaupun satu

kabupaten karena mereka mempunyai gaya bahasa masing-masing, jadi kita jangan

menyepelekan bahasa karena bahasa merupakan bagin kehidupan kita.

Bahasa Indonesia bagi kita merupakan suatu karunia Tuhan karena adanya

bahasa sekaligus telah melenyapkan persoalan bahasa nasional yang sangat pelik dan

gampang menimbulkan emosi kedaerahan. Banyak masalah yang berkenaan dengan

pengertian bahasa seperti: bilamana sebuah tuturan disebut bahasa yang berbeda

dalam bahasa lainnya, dan bilamana hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa.

Dua buah tuturan tersebut bisa disebut sebagai dua bahasa yang berbeda

berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara

linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa yang berbeda.

Meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan

manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena ―rumitnya‖ menentukan suatu

parole (ujaran nyata yang di ucapkan) bahasa atau bukan.

Bahasa dibentuk oleh kaidah atau aturan serta pola yang tidak boleh

dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah,

aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata

kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan

pengirim bahasa harus harus menguasai bahasa.

Page 36: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

36

Setelah kita memahami pengertian bahwa bahasa itu memiliki makna yang

bersifat arbitrer, sekarang kita mencoba mengenal lebih jauh tentang bahasa

tersebut. Bahasa memiliki banyak ragam, misalnya kita ambil contoh tentang bahasa ibu. Bahasa ibu adalah bahasa yang sehari-hari yang didapat murni dari lingkungn

keluarga maupun lingkungan masyarakat, kepandaian dalam bahasa asli sangat penting

untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar cara

berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membuat proses

belajar bahasa lain menjadi sulit. Bahasa asli oleh karena itu memiliki peran pusat

dalam. Kemudian, bahasa Indonesia bahasa yang didapat dari hasil belajar. Dalam

konteks bahasa, bahasa ibu adalah bahasa pertama dan bahasa Indonesia adalah

bahasa kedua, mengapa? Karena bahasa ibu paling kuat atau paling banyak berperan

dalam kehidupan seseorang.

Menganalisis bahasa menurut pendapat saya itu sangat penting sekali bagi

semua makhluk hidup, misalnya kita menganalisis bahasa luar supaya bahasa

tersebut dapat dipahami, jadi menganalisis bahasa tersebut tidak hanya memantau

saja supaya bahasa tersebut dapat dianalisis, kita sebagai makhluk sosial harus bisa

menganalisis bahasa manapun karena bahasa tersebut sangat penting bagi kita,

agama, bangsa, maupun negara. Ragam bahasa yang lainnya adalah: ragam bahasa

pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang

akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan. Ragam bahasa pada

bentuk bahasa, seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. Ragam bahasa pada suatu

situasi, seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku). Bahasa lisan

lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi

satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Bahasa isyarat atau gesture atau

bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh.

Bahasa sebagai sebuah sistem adalah keteraturan, sehingga jelas. Jika

bahasa itu tidak teratur dalam hal bunyi, fonem, morfem, kata, serta kalimat yang

terdapat dalam sebuah bahasa, maka dapat dipastikan pesan bahasa yang akan

disampaikan pun akan tidak teratur juga, maka harus ada aturan yang jelas. Bahasa

itu berwujud lambang, dalam bidang ilmu, istilah lambang berada dalam kajian

semiotika atau semiologi. Bahasa sebagai lambang, di dalamnya ada tanda, sinyal, gejala, gerak isyarat,

kode, indeks, dan ikon. Lambang sendiri sering disamakan dengan simbol. Dengan

demikian, bahasa sebagai lambang artinya memiliki simbol untuk menyampaikan pesan

kepada lawan tutur. Ia berfungsi untuk menegaskan bahasa yang hendak

disampaikan.

Bahasa berupa bunyi, kata bunyi berbeda dengan kata suara. Menurut

Kridaklaksana (1983:27) bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagai akibat dari

gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.

Karena itu, banyak ahli menyatakan bahwa yang disebut bahasa itu adalah yang

sifatnya primer, dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi. Dengan demikian, bahasa

tulis adalah bahasa skunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa lisan, yang

Page 37: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

37

apabila dibacakan/ dilafalkan tetap melahirkan bunyi juga. Sebagai bunyi, bahasa

berfungsi untuk menyampaikan pesan lambang dari kebahasaan sebagaimana

disebutkan di atas bahwa bahasa juga bersifat lambang.

Bahasa bersifat arbitrer, arbitrer dapat diartikan ‗sewenang-wenang,

berubah-ubah, tidak tetap, mana suka‘. Arbitrer diartikan pula dengan tidak adanya

hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau

pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Hal ini berfungsi untuk

memudahkan orang dalam melakukan tindakan kebahasaan.

Bahasa itu bermakna, bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat

kaitannya dengan sistem lambang bunyi. Oleh sebab bahasa itu dilambangkan dengan

suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran, yang hendak

disampaikan melalui wujud bunyi tersebut, maka bahasa itu dapat dikatakan memiliki

makna. Lambang bunyi bahasa yang bermakna itu, dalam bahasa berupa satuan-

satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

Bahasa itu unik karena setiap bahasa memiliki ciri khas sendiri yang

dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini menyangkut sistem

bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat dan sistem-sistem

lainnya. Di antara keunikan yang dimiliki bahasa bahwa tekanan kata bersifat

morfemis, melainkan sintaksis. Bahasa bersifat unik berfungsi untuk membedakan

antara bahasa yang satu dengan lainnya.

Bahasa itu universal, karena bahasa itu bersifat ujaran. Ciri yang paling

umum dimiliki oleh setiap bahasa itu adalah memiliki vokal dan konsonan. Namun,

beberapa vokal dan konsonan pada setiap bahasa tidak selamanya menjadi persoalan

keunikan. Bahasa Indonesia misalnya, memiliki 6 buah vokal dan 22 konsonan, tetapi

bahasa Arab memiliki 3 buah vokal pendek, 3 buah vokal panjang, serta 28 konsonan

(Al-Khuli, 1982:321). Oleh sifatnya yang universal ini, bahasa memiliki fungsi yang

sangat umum dan menyeluruh dalam tindakan komunikasi.

Bahasa itu bervariasi, setiap masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau

ragam dalam bertutur. Bahasa Aceh misalnya, antara penutur bahasa Aceh bagi

masyarakat Aceh Barat dengan masyarakat Aceh di Aceh Utara memiliki variasi.

Variasi bahasa dapat terjadi secara idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, dan

fungsiolek.

Bahasa itu bersifat dinamis, karena setiap tindakan manusia sering

berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir

manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang dimaksud

dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan terus berubah

mengiku.

Bahasa itu bersifat manusiawi, bahasa yang lahir alami oleh manusia penutur

bahasa dimaksud. Hal ini karena pada binatang belum tentu ada bahasa meskipun

binatang dapat berkomunikasi. Sifat ini memiliki fungsi sebagai citra bahasa adalah

sangat baik dalam komunikasi.

Page 38: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

38

Bahasa sebagai alat interaksi sosial, yakni dalam interaksi, manusia memang

tidak dapat terlepas dari bahasa. Seperti dijelaskan di atas, hampir di setiap

tindakan manusia tidak terlepas dari bahasa, maka salah satu hakekat bahasa adalah

alat komunikasi dalam bergaul sehari-hari.

Bahasa sebagai identitas diri. Hal ini disebabkan bahasa juga menjadi

cerminan dari sikap seseorang dalam berinteraksi. Sebagai identitas diri, bahasa

akan menjadi penunjuk karakter pemakai bahasa tersebut. Bahasa sebagai alat

kebudayaan Bahasa dan sastra. Seniman pada umumnya, bila ternyalakan emosi

keseniannya oleh sesuatu, akan berusaha semerdeka mungkin untuk bersatu dengan

medium yang dipakainya untuk menyatakan haru yang ditimbulnya itu. Kami katakan

semerdeka mungkin karena pada hakikatnya seniman itu tidak memiliki kemerdekaan

yang sepenuhnya. Kita ketahui bahwa bahasa mempunyai keanehan-keanehannya

sendiri. Oleh karena sastrawan harus menuangkan harunya dalam bentuk yang telah

ditentukan oleh bahasanya, agaknya jelas bahwa sastra yang satu tidak akan sama

dengan sastra yang lain.

Sementara itu, Brown dan Yule (1996:1) berpendapat bahwa bahasa itu

dapat berfungsi sebagai pengungkapan isi yang dideskripsikan menjadi fungsi

transaksisional dan sebagai pengungkapan hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi

yang dideskripsikannya menjadi fungsi interaksional. Dengan demikian, dalam pengertian bahasa menurut saya tidak terlalu

menjurus terhadap kekonkretan bahasa melainkan lebih condong terhadap fungsi

bahasa itu sendiri, meskipun banyak definisi kebahasaan yang di lontarkan oleh para

ilmuwan, tetapi tetap saja ujung-ujungnya kembali terhadap fungsi bahasa. Demikian

yang bisa saya jelaskan tentang pengertian bahasa. Saya menyadari banyak

kesalahan dengan pengertian tersebut, bahkan tidak menutup kemungkinan

pengertian yang saya tulis menyimpamg.

Page 39: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

39

Hakikat Bahasa

Oleh: Rudi Irawan

Boleh dikatakan setiap hari kita berbahasa mulai dari matahari terbit

sampai dengan matahari terbenam, bahkan ketika bermimpi pun kita berbahasa.

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian sehingga

membingungkan penggunanya. Bahasa di sini maksudnya sama seperti yang

diungkapkan oleh Kridalaksana (dalam Abdul Chaer, 2003:32) bahwa ―bahasa adalah

sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok

sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri‖.

Banyak pakar bahasa yang mencoba memberikan definisi tentang bahasa,

tetapi pada artikel ini dituliskan beberapa sifat hakiki bahasa yang sejalan dengan

definisi bahasa dari Kridalaksana. Berikut ini ulasan dari sifat-sifat hakiki bahasa. Bahasa sebagai sistem

Bahasa itu adalah sebuah sistem. Sistem berarti sususan teratur berpola

yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini

dibentuk oleh sejumlah unsur yang satu dengan unsur yang lain yang berhubungan

secara fungsional. Jelas memang bahasa itu adalah sistem, mulai dari bunyi-bunyi,

fonem-fonem, morfem-morfem, kata-kata, kalimat-kalimat, semuanya mempunyai

sistem-sistem atau aturan-aturan.

Bahasa sebagai lambang Bahasa itu adalah lambang-lambang. Ferdinand de Saussure tidak

menggunakan istilah lambang atau simbol, melainkan istilah tanda (signe) atau tanda

linguistik (signe linguistique). Lambang menandai sesuatu yang lain secara

konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Kalau kita melayangkan pandangan

ke atas di udara terbuka dan siang hari, maka akan terlihat sesuatu yang biru di

atas. Sebenarnya itu adalah batas pandangan kita. Sebagai bangsa Indonesia kita

namakan (lambangkan) itu dengan langit. Alat untuk melihat itu kita lambangkan

mata. Jadi, seluruh benda, keadaan, perasaan, peristiwa, dan lain-lain kita berikan

lambang tertentu.

Bahasa adalah bunyi Jika dilihat dari dua sifat di atas, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu

adalah sistem lambang bunyi. Maksudnya, sistem bahasa itu berupa lambang yang

wujudnya berupa bunyi. Menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada

pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena

perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Namun, bunyi yang dimaksud di sini

hanyalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Meskipun begitu ada

juga bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang tidak termasuk bunyi bahasa.

Page 40: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

40

Bahasa itu bermakna Sebelumnya dikatakan bahwa sistem bahasa itu berupa lambang yang

wujudnya berupa bunyi. Lambang itu merupakan suatu pengertian, suatu konsep,

suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi tersebut.

Dikarenakan lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat

dikatakan bahwa bahasa itu memiliki makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang

bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem,

kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Oleh

karena itu, segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat dikatakan bukan

bahasa. Bahasa itu arbitrer

Kata arbitrer dapat diartikan ‗sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak

tetap, atau mana suka‘. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa

(yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh

lambang tersebut. Lambang yang berupa bunyi itu tidak memberi petunjuk apa pun

untuk mengenal konsep yang diwakilinya. Lambang-lambang itu timbul begitu saja.

Bahasa itu konvensional Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya

bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu

bersifat konvensional. Maksudnya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi

konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang

diwakilinya. Misalnya di Indonesia telah disepakati bahwa alat untuk minum secara

arbiter dilambangkan dengan bunyi [gelas], maka seluruh anggota masyarakat harus

mematuhinya. Jika digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat

karena tidak bisa dipahami oleh penutur bahasa Indonesia lainnya dan berarti dia

telah keluar dari konvensi itu.

Bahasa itu produktif Produktif artinya banyak hasilnya atau terus menerus menghasilkan. Bahasa

dikatakan produktif karena meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi masih

dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas—meski secara

relatif—sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Keproduktifan bahasa

Indonesia dapat dilihat dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang dapat dibuat.

Keproduktifan memang ada batasnya, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan

keterbatasan pada tingkat langue.

Bahasa itu unik Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang

lainnya. Bahasa itu unik maksudnya setiap suatu bahasa memiliki ciri khas sendiri

yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas di sini bisa menyangkut sistem

bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem

lainnya. Salah satu keunikan Bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak

bersifat morfemis, melainkan sintaksis.

Page 41: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

41

Bahasa itu universal Bahasa itu bersifat universal. Maksudnya, ada ciri-ciri yang sama yang

dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini tentunya

merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau

sifat-sifat bahasa lain. Ciri bahasa yang paling umum adalah bunyinya yang terdiri

dari vokal dan konsonan.

Bahasa itu dinamis Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari

segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai

makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak

disertai oleh bahasa. Oleh karena itu, bahasa ikut berubah sesuai dengan kegiatan

dan kehidupan masyarakat dan dikatakan bahwa bahasa itu dinamis. Perubahan dalam

bahasa ini dapat juga terjadi bukan berupa pengembangan dan perluasan, melainkan

berupa kemunduran.

Bahasa itu bervariasi Di Indonesia terdapat berbagai latar belakang dan lingkungan yang tentu

saja tidak sama dan beragam. Oleh karena itu, bahasa yang kita gunakan menjadi

bervariasi atau beragam, di mana antara variasi atau ragam yang satu dengan ragam

yang lain seringkali memiliki perbedaan yang besar. Mengenai variasi bahasa ini ada

tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam.

Page 42: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

42

Pengertian Bahasa

Oleh: Susanti

Bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau

pengertian sehingga sering kali membingungkan. Bahasa sebagai alat komunikasi yang

berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia dan berupa simbol

bunyi yang mempergunakan simbol-simbol vokal yang bersifat albiter atau juga suatu

sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu

tatanan dalam sistem. Bahasa itu adalah fenomena sosial yang banyak seginya dan

suatu sistem yang sistematis.

Bahasa merupakan suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan,

dan keadaan. Suatu bentuk prilaku, perlambangan konsep diri, dan sikap sosial

seseorang yang menyimbolkan pikiran keinginan dan kepercayaan, karena bahasa

sangat erat kaitannya dengan perbuatan pribadi dan perkembangan pemahaman

dasar manusia. Suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep rill ke

dalam pikiran orang lain yang merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang

mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan tingkah laku.

Suatu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara

bentuk, makna, dan ucapan yang menempati tata bahasa yang telah ditetapkan.

Bahasa mengalami proses perubahan yang tetap, seperti pembentukan kata baru

untuk memenuhi tuntutan komunikasi dan tekanan sosial yang mengakibatkan

perubahan terhadap item pemakaian khusus dan konstruksi bahasa.

Bahasa adalah penggunaan bahasa kode yang merupakan gabungan fonem

sehingga membentuk kata dengan aturan sintaksis untuk membentuk kalimat yang

memiliki arti, karena setiap bahasa memiliki struktur sendiri. Bahasa adalah fungsi

kogini tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan hanya sutu sistem tuturan yang akan

dapat dipahami oleh masyarakat linguistik. Bahasa merupakan kaidah aturan serta

pola yang tidak boleh di langgar agar tidak menyababkan gangguan pada komunikasi

yang terjadi, kaidah, aturan, dan pola-pola yang di bentuk mencakup tata bunyi, tata

bentuk, dan tata kalimat.

Sistem lambang bunyi berarti kulasi yang bersifat sewenang-wenang dan

konvensional yang di pakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan

pikiran dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik berupa suara, gestur,

atau tanda-tanda berupa tulisan. Bisa dilihat dari dua sisi yaitu sacara sisi formal

dan fungsional. Secara sisi formal semua kalimat yang terbayangkan yang dibuat

menurut tata bahasa sedangkan fungsional alat yang dimiliki bersama untuk

mengungkapkan gagasan.

Bahasa sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh

manusia, di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya manusia dapat juga

Page 43: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

43

mengunakan alat komunikasi lain selain bahasa. Namun, tampaknya bahasa merupakan

alat komunikasi yang paling baik dan paling sempurna dibandingkan dengan alat-alat

komunikasi lain, termasuk juga alat komunikasi yang digunakan para hewan. Bahasa

adalah sebuah sistem bahasa yang dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola

secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-

komponen yang secara teratur tersusun dan membentuk satu kesatuan.

Bahasa merupakan sarana berpikir. Manusia dapat berpikir dengan baik

karena manusia memiliki bahasa, bahasa merupakan sarana berpikir yang pertama

dan mungkin yang utama. Bahkan keunikan manusia sebetulnya bukan terletak pada

kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa tidak mungkin manusia berpikir secara

sistematis, teratur, dan berlajut. Bahasa memungkinkan pula manusia berpikir secara

rumit dan abstrak. Objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol

bahasa yang bersifat abstrak.

Bahasa alat komunikasi ilmiah atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran

dan bertujuan menyampaikan informasi yang berupa ilmu. Penyampaian informasi

harus di tunjang oleh pemakaian bahasa yang bebas nilai, bebas dari unsur emotif

dan afektif. Bahasa adalah alat berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi dalam

arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan, alat

untuk menyampaikan pikiran sudah mempunyai sejarah yang panjang jika menelusuri

sejarah studi.

Pengertian bahasa menurut para ahli:

1. Menurut Keraf bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa

simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

2. Menurut Owen dalam Setiawan defenisi bahasa yaitu kode yang diterima secara

sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan

simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh

ketentuan.

3. Menurut Santoso bahasa adalah rangkain bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia secara sadar.

4. Menurut Wibowo bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi yang bersifat arbiter dan konvensional yang dipakai sebagai alat

berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran

Bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya

yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya yang membutuhkan alat, sarana, dan

media. Bahasa yang dalam bahasa inggrisnya disebut language yang merupakan alat

berkomunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, mana suka, ujar,

manusiawi, dan komunikatif. Disebut sistematik yaitu sistem bunyi dan sistem makna.

Bunyi merupakan suatu yang bersifat yang dapat ditanggap oleh panca indra kita.

Tidak semua bunyi dapat diklasifikasikan sebagai simbol sebuah kata, hanya bunyi-

bunyi yang dapat diklasifikasikan, yaitu bunyi yang dapat digunakan atau digabungkan

dengan bunyi lain sehingga membentuk satu kata,

Page 44: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

44

Bahasa alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi

ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, karena setiap kelompok masyarakat

bahasa baik kecil maupun besar secara konvensional telah menyepakati bahwa setiap

struktur bunyi tertentu akan memiliki arti tertentu pula. Konvensi-konvensi

masyarakat bahasa itu akhirnya menghasilkan bermacam-macam satuan struktur

bunyi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Bahasa disebut mana suka

karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa sadar, sehubungan dengan

kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi:

a. lambang identitas nasional,

b. lambang kebanggan nasional,

c. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial

budaya dan bahasa yang berbeda-beda,

d. alat perhubungan antar budaya dan daerah.

Bahasa selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tepat dan mantap namun

terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Bahasa juga merupakan

gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaksis untuk membentuk

kalimat yang memiliki arti bahasa memiliki berbagai defenisi. Defenisi bahasa adalah

sebagai berikut:

1. Suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagsan, dan keadaan.

2. Suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka kedalam

pikiran orang lain.

3. Suatu kesatuan sistem bermakna.

4. Suatu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara

bentuk dan makna.

5. Suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh

perkataan, kalimat, dan lain-ain).

6. Suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah

bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan. Bahasa disebut manusiawi

karena bahasa menjadi fungsi selama manusia yang memanfatkannya, bukan makhluk

lainnya, bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena fungsi bahasa sebagai

penyatu keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam segala kegiatannya. Bahasa yang

digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarkat terbagi atas dua unsur

utama, yakni bentuk (arus ujaran) dan makna (isi). Bentuk merupakan bagian yang

dapat diserap oleh unsur panca indra (mendengar atau membaca). Bagian ini terdiri

dua unsur, yaitu unsur segmental dan unsur suprasegmental. Unsur segmental secara

hierarkis dari segmen yang paling besar sampai segmen yang paling kecil, yaitu

wacana, paragraf, kalimat, frasa, kata, morfem, dan fonem.

Secara universal bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya

ujaran atau suatu ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Bahasa dapat dilihat dari

sifatnya, yaitu:

1. Sistematik, artinya memiliki sistem yaitu sistem bunyi (arus ujaran) dan makna.

Page 45: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

45

2. Mana suka, artinya unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar atau tidak

ada hubungan logis antara bunyi (arus ujaran) dengan maknanya.

3. Ujar, artinya berbentuk ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

4. Manusiawi, artinya bahasa berfungsi selama manusia memanfaatkannya.

5. Komunikatif, artinya bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat, dan bangsa

dalam kegiatannya.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, maka bahasa dapat dimaknai sebagai alat

komunikasi antar manusia (anggota masyarakat) berupa lambang bunyi ujaran yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kridalaksana mengartikan bahasa sebagai sebuah

lambang bunyi yang arbitrer. Yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat

untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Bahasa ditekankan sebagai sistem lambang. Istilah sistem mengandung

makna adanya keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk, dari sudut pandang

pisikologi, karena bahasa itu sebuah sistem simbol berstruktur, maka bahasa bisa

dipakai sebagai alat berfikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu.

Bahasa pada fungsi komunikasi ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada

pula yang memposisikan bahasa sebagai alat.

Disini ada beberapa faktor tentang bahasa:

1. Berdasarkan faktor eksternal ada tiga prinsip belajar bahasa, yaitu:

a. Memberikan situasi dan materi belajar sesuai dengan respon yang diharapkan.

b. Ada pengulangan belajar agar sempurna dan tahan lama.

c. Ada penguatan respon belajar siswa.

2. Berdasarkan faktor internal, belajar bahasa dapat dibantu dengan berbagai

media visual, audio, atau audio visual.

Jenis keterampilan dan perilaku dalam bahasa secara umum keterampilan

belajar bahasa meliputi: menyimak, menulis, berbicara, dan membaca.

Menurut Valette dan Disk, keterampilan belajar bahasa diurutkan secara

hierarkis dari yang paling sederhana kepada yang paling komplek (luas), yang

dibedakan pula atas perilaku internal dan perilaku eksternal yaitu sebagai berikut:

1. Keterampilam mekanis berupa hapalan atau ingatan (perilaku internal), yaitu

menghapal atau mengingat bentuk-bentuk bahasa dari yang sederhana sampai ke

yang kompleks. Perilaku ekstrenal (produktif) siswa meniru ajaran atau tulisan.

2. Keterampilan pengenalan (metocognition) berupa mengenal kaidah kebahasaan

(perilaku internal) dan perilaku ekternal adalah mengingat kaidah bahasa.

3. Keterampilan transper berupa menggunakan pengetahuan bahasa dalam situasi

baru (perilaku internal). Perilaku eksternal (produktif) yaitu apikasi pengetahuan

atau kaidah bahasa.

4. Keterampilan komunikasi berupa penggunaan pengetahuan atau kaidah bahasa

dalam berkomunikasi. Perilaku eksternal adalah ekspresi diri baik lisan maupun

tulisan.

Page 46: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

46

Pengertian Bahasa

Oleh: Yeyen Adawiah

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau

pengertian. Disini beberapa contoh bahasa dalam kalimat.

1. Dika belajar bahasa Inggris, Nita belajar bahasa Jepang.

2. Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak.

3. Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu.

4. Dalam kasus itu ternyata lurah dan camat tidak mempunyai bahasa yang sama.

5. Katakanlah dengan bahasa bunga!

6. Pertikaian itu tidak bisa diselesaikan dengan bahasa militer.

7. Kalau dia memberi kuliah bahasanya penuh dengan kata daripada dan akhiran ken.

8. Kabarnya, Nabi Sulaiman mengerti bahasa semut.

Kata bahasa pada kalimat 1 jelas menunjuk pada bahasa tertentu, menurut

peristilahan de Saussure itu merupakan sebuah langue. Pada kalimat ke 2 bahasa

menunjuk pada umumnya ―jadi suatu langue‖. Pada kalimat ke 3 kata bahasa berarti

―sopan santun‖, pada kalimat ke 4 bahasa berarti ―kebijakan dalam bertindak‖, pada

kalimat ke 5 bahasa berarti ―maksud-maksud dengan bunga sebagai lambang‖, pada

kalimat ke 6 bahasa berarti ―dengan cara‖, dan pada kalimat ke 7 bahasa berarti

―ujarannya‖ yang sama dengan parole menurut peristilahan de Saussure. Yang

terakhir pada kalimat ke 8 bahasa bersifat hipotetis. Dari keterangan diatas bisa

disimpulkan hanya pada kalimat satu sampai dengan tujuh bahasa itu digunakan

secara harfiah, sedangkan pada kalimat lain digunakan secara kias.

Yang dikaji lebih dalam dan secara langsung adalah parole, karena parole

itulah yang berwujud konkret, yang nyata, yang dapat diamati, atau diobservasi.

Kajian terhadap parole dilakukan untuk mendapatkan kaidah-kaidah suatu langue, dan

dari kajian suatu langue ini akan diperoleh kaidah-kaidah langage, kaidah bahasa

secara universal.

Sekarang pertanyaannya ―Apakah bahasa itu?‖ yang tidak menonjolkan

fungsi tapi menonjolkan sosok. Bahasa seperti yang dikemukakan Kridalaksana dan

juga Djoko Kentjono bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang

digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasikan diri. Definisi ini sejalan dengan definisi dari Barber,

Wardhaugh, Trager, de Saussure, dan Bolinger. Masalah lain yang berkenaan dengan

pengertian bahasa adalah: bilamana sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda

dengan bahasa lainnya, dan bilamana hanya dianggap sebagai varian dari suatu

bahasa.

Secara linguistik dua buah tuturan dianggap sebagai dua buah bahasa yang

berbeda, kalau anggota dari dua anggota masyarakat tuturan itu tidak saling

Page 47: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

47

mengerti. Misalnya, seorang penduduk asli dari Lereng Gunung Slamet Jawa Tengah

tidak akan mengerti tuturan penduduk asli yang datang dari lereng Gunung

Galunggung Jawa Barat. Karena bahasa yang digunakan sangat berbeda, baik

kosakata maupun sistem fonologinya. Sebaliknya kalau penduduk Gunung Slamet tadi

berjumpa dengan seorang penduduk dari tepi Bengawan Solo baik Jawa Tengah

maupun Jawa Timur, dia akan dengan mudah dapat berkomunikasi. Mengapa? Karena

perbedaan yang terdapat diantara bahasa di Lereng Gunung Slamet dan tepi

Bengawan Solo itu hanya bersifat dialektis saja.

Bagaiman dengan bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang keduanya

berasal dari bahasa yang sama yaitu Melayu?, dan juga jelas penutur bahasa

Indonesia akan dengan mudah memahami bahasa Indonesia. Apakah bahasa

Indonesia dan bahasa Malaysia merupakan dua buah bahasa yang berbeda, atau

hanya dua buah dialek dari sebuah bahasa yang sama?. Secara linguistik, bahasa

Indonesia dan Malaysia sebenarnya hanya dua buah dialek yang sama yaitu Melayu.

Tetapi secara politis, dewasa ini bahasa Indonesia dan Malaysia adalah duah buah

bahasa yang berbeda. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang nasional bangsa

Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa nasional bangsa Malaysia. Oleh karena

itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada

kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena ‗rumitnya‘ menentukan

suatu parole bahasa atau bukan hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga

kini belum pernah ada angka yang pasti barapa jumlah bahasa yang ada di dunia.

Begitu pula dengan jumlah bahasa yang ada di Indonesia. Bahasa juga ada kaitannya

dengan persoalan makna, tetapi ketrekaitan dan keterikatannya dengan segala segi

kehidupan manusia sangat erat. Padahal segi-segi kehidupan itu sendiri sangat

kompleks dan luas.

Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan

diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, perdagangan, keagamaan,

politik, militer, dan sebagainya. Bahasa telah mempermudah dan memperlancar

semua kegiatan itu dengan baik. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan

masyarakat manusia ini bila tidak ada bahasa. Sepi, sunyi, dan interaksi sosial juga

akan banyak mengalami hambatan. Mengapa bahasa begitu besar peranannya dalam

kehidupan manusia? Karena bahasa mampu mentrasfer keinginan, gagasan kehendak,

dan emosi dari seorang manusia kepada manusia lainnya. Bahasa yang wujudnya

berupa bunyi-bunyi ujar dalam suatu pola bersistem tidak lain daripada lambang-

lambang konsep dan gagasan yang dipahami dan disepakati bersama oleh para

anggota penuturnya.

Dalam bahasa juga terdapat ucapan dan keluhan, itu menunjukan kepada kita

bahwa sebagai alat komunikasi, penyampai ide, konsep, gagasan, dan sebagainya.

Persoalan dan hambatan kebahasaan ini memang ada kemungkinan bersumber dari

bahasa itu sendiri. Seperti adanya lambang-lambang bahasa yang bisa melambangkan

dua konsep atau lebih, atau sebaliknya ada dua lambang atau lebih yang

Page 48: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

48

melambangkan konsep yang samar dan abstrak. Tapi kiranya persoalan dan hambatan

itu lebih banyak terjadi sebagai akibat dari kemampuan bahasa dan yang disebut

informasi dan maksud. Disini ada beberapa pengertian bahasa menurut para ahli :

1. Menurut Keraf beliau memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama

menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa

symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah

sistem komunikasi yang mempergunakan symbol vokal yang bersifat arbitrer.

2. Lain halnya menurut Owen beliau menjelaskan definisi bahasa yaitu langue can

be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule

governed combinations of dose symbols (bahasa dapat didefinisikan sebagai

kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan

konsep melalui kegunaan simbol yang dikehendaki dan kombinasi symbol yang

diatur oleh ketentuan).

3. Pendapat diatas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan, beliau

memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang

sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah

seperangkat lambang mana suka atau simbol arbitrer.

4. Menurut Santoso bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia secara sadar.

5. Definisi lain, bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (language may

be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau

juga suatu sistem dari sekian banyak sistem, suatu sistem dari suatu tatanan

atau suatu tatanan dalam sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey.

6. Menurut Wibowo bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional yang dipakai sebagai alat

berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk malahirkan perasaan dan pikiran.

7. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija mengungkapkan definisi bahasa

adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide,

pesan, maksud, perasaan, dan pendapat kepada orang lain.

8. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau

memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk

membentuk pikiran dan prasaan, keinginan dan perbuatan, alat yang dipakai

untuk mempengruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari

kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan

bangsa, tanda yang jelas dari budi manusia.

9. Sementara Pengabeian bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan

melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.

10. Pendapat terakhir tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono bahasa adalah

suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.

Secara umunya bahasa adalah lambang. Bahasa sebagai alat komunikasi yang

berupa sistem lambang bunyi yang dihasilakan alat ucap.

Page 49: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

49

Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata atau kumpulan kata.

Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai

lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu

oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai

penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.

Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau

kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk

mengungkapkan gagasan pikiran atau perasaan kita harus memilih kata-kata yang

tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkat aturan

yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman

berbahasa inilah yang disebut Tata Bahasa.

Fungsi utama bahasa, seperti disebutkam diatas adalah sebagai alat

komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi. Tetapi, bahasa pada dasarnya

lebih dari alat untuk menyampaikan informasi atau mengutarakan pikiran, perasan,

atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi:

1. Untuk tujuan praktis, mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.

2. Untuk tujuan artistik, manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan

seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetika manusia.

3. Sebagai kunci mempelajari pengetahuan lain diluar pengetahuan kebahasaan.

4. Untuk mempelajari naskah atau guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia,

kebudayaan, adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri.

Dikatakan pula oleh ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita

membentuk diri sebagai makhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan

bahasa kita membina hubungan dan kerja sama, mengadakan transaksi, dan

melaksanakan kegiatan sosial dengan peran dan bidang masing-masing. Dengan

bahasa kita mewarisi kekayaan masa lampau, dan merencanakan masa depan. Jika

dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar. Kita ambil contoh

mahasiswa. Ia membutuhkan informasi yang berkaitan dengan bidang studinya agar

lulus dalam setiap ujian dan sukses meraih gelar dan mencapai apa yang

diinginkannya.

Page 50: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

50

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasakumpulanartikel

teoribelajarbahasakumpu

lanartikelteoribelajarbaha

sakumpulanartikelteoribe

lajarbahasakumpulanarti

kelteoribelajarbahasakum

pulanartikelteoribelajarb

ahasakumpulanartikelteo

ribelajarbahasakumpulan

artikelteoribelajarbahasa

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasabnmqwertyuiop

PENGERTIAN BAHASA

Kumpulan Artikel "Teori Belajar

Bahasa"

Page 51: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

51

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Beberapa Tokoh

yang Mengungkapkan Teori-teori Bahasa

Oleh: Adeng Farlan S

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata bahasa, sedangkan

kita tidak mengetahui apa pengertian dari bahasa itu sendiri, apa itu bahasa?. Untuk

menjawab pertanyaan itu, di sini ada beberapa tokoh yang mengungkapkan mengenai

teori-teori bahasa.

Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan

respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti

pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.

Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang

dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah

laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau

tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat

mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur

tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan

(Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum

efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum

ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan

respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable)

dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental

dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut

sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson

adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan

dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada

pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon

untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori

evolusi <span>Charles Darwin</span><span>.</span> Bagi Hull, seperti halnya teori

Page 52: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

52

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar

organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis

(drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan

menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus

(stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan

biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.

Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan

kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan

stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung

akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan

variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.

Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus

sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya

melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah

perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat

sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin

diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam

proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah

tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus

respon secara tepat. Pembelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus

dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin

diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli

konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara

sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus

dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian

menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh

tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak

sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi

dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon

yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah

yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu

dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan

antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin

dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.

Page 53: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

53

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan

mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya

masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian

seterusnya.

Teori menurut anthony

Menurut Anthony ( 1963 ),ada tiga teori untuk belajar bahasa;

1. Approach yang artinya pendekatan Approach adalah seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat

bahasa, belajar, dan mengajar.

2. Method Method adalah suatu rencana – rencana menyeluruh mengenai penyajian

bahasa yang sistematis.

3. Technique Technique adalah kegiatan-kegiatan khusus yang diwujudkan di dalam kelas

yang konsisten dengan metode dan olehnya itu juga sejalan dengan pendekatan.

Teori Menurut Richard,dkk.

Untuk belajar bahasa bahasa itu harus memberikan batasan mengenai

metedologi pengajaran bahasa sebagai kajian praktik dan prosedur yang digunakan

dalam pengajaran dan prinsip-prinsip dan keyakinan yang melandasinya .

Metedologi meliputi;

1. Kajian tentang hakikat keterampilan berbahasa (yaitu listening, reading, dan

writing) dan prosedurnya.

2. Kajian tentang rencana pembelajaran, materi ajar, buku teks untuk pengajaran,

dan keteranpilan berbahasa.

3. Evaluasi dan perbandingan netode pengajaran bahasa (misalnya Audiolingual

method).

Menurut Richard dan Rodger

Menurut Richard dan Rodger (1982,1986), mereka mengajukan hasil

kajiannya yang merumuskan kembali konsep metode. Istilah Anthony approach, method, dan technique dilabel menjadi approach, design, dan procedur secara

berturut-turut dengan payung istilah method yang menjelaskan proses tiga langkah

ini.

Menurut Richard dan Rodge metode adalah istilah yang memayungi

spesifikasi dan hubungan antara teori dan praktik. Approach adalah asumsi,

keyakinan, dan belajar bahasa. Procedural merupakan teknik dan praktik yang

diturunkan dari approach dan design.

Page 54: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

54

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Tokoh-tokoh yang Mengungkapkan Teori-teori Bahasa

Oleh: Cecep Setia N

Seringkali kita dengar kata bahasa, apa itu bahasa? tapi secara umum kita

tidak mengetahui apa pengertian dari bahasa itu sendiri dan juga beberapa tokoh

yang mengungkapkan teori-teori tentang bahasa. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, ada baiknnya jika kita memperhatikan beberapa pengertian bahasa, dari

beberapa istilah linguistik, dan menyimak aneka pendapat para ahli dari latar

belakang yang berbeda. Dalam kamus umum, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) sedikit menyinggung, bahwa bahasa diartikan sebagai sistem

lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang

dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Dari sini makna dapat diketahui beberapa persamaan yang jelas bahwa

bahasa ditempatkan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengungkapkan

pikiran atau perasaan dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi baik yang

berupa suara, gestur (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. Pada dasaranya

kata bahasa dalam bahasa indonesia memiliki lebih dari satu pengertian atau makna,

sehingga seringkali membingungkan. Begitu pula tokoh-tokoh yang ikut

mengungkapkan teori-teori bahasa. Pada dasarnya mereka yang mengungkapkan teori

kebahasaan tersebut pasti tak jarang pendapat merka ada yang saling bertentangan,

namun banyak juga yang saling melengkapi dan mendukung. Sehingga pemikiran para

ahli mengenai bahasa tersebut menarik sekali untuk dikaji.

Di bawah ini beberapa tokoh/para ahli yang mengutarakan teori tentang

bahasa, yaitu:

Keraf

Keraf (2005:1), memberikan dua teori pengertian bahasa. Pengertian

pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi dan bersosialisasi antara

anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.

Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal

(bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Owen

Owen (2006:1), menjelaskan bahwa bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem

konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang

dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).

Anthony

Menjurut Anthony (1963) berhubungan dengan teori belajar bahasa maka

dia melahirkan beberapa istilah, yaitu; approach (pendekatan), method (metode),

Page 55: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

55

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

technicue (teknik). Berhubungan dengan approach ini, yaitu sebuah pendekatan

yang berhubungan dengan belajar dan mengajar bahasa. Method tata awal yang di

kaitkan sebagai cara untuk menyajian bahasa sesuai dengan pendekatan. Teknik merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berdasarkan pendekatan dan metode

yang telah direncanakan dan disusun.

Santoso

Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia secara sadar.

Wibowo

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan

konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia

untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Walija

Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling

lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan

pendapat kepada orang lain.

Bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam

hidup bersama. Bahasa sering kali oleh para tokoh ataupun ahli ditekankan

sebagai sebuah sistem lambang. Istilah sistem mengandung makna adanya

keteraturan dan adanya unsur-unsur pembentuk.

Jalaludin Rakhmat

Menurut Jalaludin Rakhmat (1992:269), seorang pakar komunikasi, melihat

bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional. Secara formal, bahasa

diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dibuat menurut

tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang

dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Istilah sisi formal yang

dikemukakan Rakhmat mirip dengan istilah sistem, sedangkan sisi fungsional

sejalan dengan bahasa sebagai alat komunikasi. Dari sudut pandang psikologi,

karena bahasa itu sebuah sistem simbol terstruktur, maka bahasa bisa dipakai

sebagai alat berpikir, merenung, bahkan untuk memahami segala sesuatu.

Kita lihat pendapat tentang para ahli di atas, melihat bahasa yaitu sebuah

sistem yang tersusun secara sistematis dari lambang-lambang dan simbol-simbol.

Sesungguhnya perbedaan pendapat tentang teori tidak dijadikan sebuah

permasalahan namun dijadikan jalur untuk saling mendukung dan melengkapi satu

sama lainnya.

Dengan melihat deretan teori dari para ahli juga definisi tentang bahasa di

atas, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dan bervariasi definisi tentang bahasa

yang bisa kita temui. Variasi itu wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan

mereka yang juga berbeda. Meskipun demikian, variasi tersebut terletak pada

penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya sama. Ada yang menekankan bahasa pada

fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula yang

Page 56: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

56

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

memposisikan bahasa sebagai alat. Meskipun demikian, ada persamaan dalam hal-hal

prinsip, yang oleh Alwasilah (1993: 82-89) disebut dengan hakikat bahasa,

sebagaimana bahasa yang di ucapkan manusia tercermin dalam gejala kejiwaannya.

Telah kita ketahui bahwa bila kita mendengar orang yang berbicara,

sebenarnya kita mendengar bunyi bahasa. Bunyi bahasa tersebut ada yang kita

pahami dan ada yang tidak dipahami. Bila dimengerti berarti bunyi bahasa yang kita

dengar, satu sistem dengan bahasa kita, dan bila tidak dimengerti berarti berbeda

sistem. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi, yaitu untuk mengungkapkan ide dan

gagasan terhadap orang lain. Syarat terjadinya suatu komuinikasi yang baik yaitu

antara pembicara, lingkungan dan pendengar sehingga ini merupakan sebuah proses

bahasa.

Sebagaimana di lihat pada teori pembelajaran bahasa, bahwa bahasa dibagi

ke dalam empat kunci pembelajaran, yaitu: bahasa, belajar, mengajar bahasa, dan

konteks. Apabila ke empat teori pembelajaran bahasa tersebut tidak terealisasikan

dengan baik, maka akan terjadi mati konsep kunci pembelajaran bahasa. Selain itu

diketahui pula beberapa teori yang memandang hakikat bahasa, bahwa bahasa itu

bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem yang di pandang dan di dengar.

Dengan ini dapat diketahui kita belajar menggunakan symbol dengan cara kumulatif,

yaitu dalam mendengar (menyimak) dan berbicara, serta membaca dan menulis. Oleh

karena itu, program pembelajaran bahasa dimulai dengan kegiatan komunikasi lisan.

Setelah terkuasainya kemampuan berbahasa tersebut dengan baik maka dapat

dengan mudah melakukan pembelajaaran bahasa.

Setelah kita ketahui hakikat dari pembelajaran bahasa, bahwa bahasa itu

mencerminkan suasana jiwa si petuturnya. Selain itu juga, dari bahasa tercermin

sebuah ciri suatu daerah tertentu yang membedakan dengan daerah lain baik dari

segi linguistik, tingkatan budaya juga pengaruh dari berbagai macam dialek bahasa

daerah tersebut. Selain itu juga, setiap bahasa memiliki hubungan terstruktural baik

antara kata, urutan kata, kalimat yang dipelajari dari pengalaman dan kajian. Jadi

pembelajaran bahasa itu meliputi pembangunan sebuah kalimat dan paragraf

sehingga secara bertahap dapat diketahui peristilahhan dan prinsip tata bahasa.

Pada dasarnya para ahli atau tokoh-tokoh yang mengungkapkan teori-teori

tentang bahasa memiliki konsepsi dan juga pemikiran yang hampir sama. bahasa

adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan

perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua,

bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda

yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Ada

anggapan yang menyatakan bahwa dari sebuah perbedaaan tidak akan muncul sebuah

pemikiran yang positif dan selanjutnya akan menimbulkan beberapa konflik, yang

jelas dari sebuah perbedaan yang mengutamakannya cara berpikir justru kita akan

dapat sebuah informasi pengertian yang beragam sehingga dapat saling mendukung

dan melengkapi satu sama lainnya.

Page 57: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

57

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Tokoh Teori Belajar Bahasa

Oleh: Damayanti

Ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yaitu manusia

dapat berpikir dan berbahasa. Salah satu objek pemikiran manusia adalah bagaimana

manusia dapat berbahasa. Para ahli banyak yang mengutarakan pendapatnya

mengenai belajar dan bahasa. Tak jarang pendapat mereka ada yang saling

bertentangan namun banyak juga yang saling mendukung dan melengkapi. Beberapa

tokoh yang mengungkapkannya adalah :

1. Nietzsche

Menurut Nietzsche, bahasa yang hanyalah merupakan simbol-simbol, adalah

alat untuk menginformasikan sebuah kenyataan. Secara tidak langsung, maka bahasa

memuat realitas.

2. Gorys Keraf

Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,

melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan

sesama warga. Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,

merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol, bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang menggunakan simbol-simbol vocal (bunyi

ujaran) yang bersifat arbitrer.

3. Puji Santoso Bahasa secara universal merupakan suatu bentuk ungkapan yang bentuk

dasarnya ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Dengan ujaran ini pula, manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang

berwujud maupun kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan

datang. Ujaran manusia itu menjadi bahasa, apabila dua orang manusia atau lebih

menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.

4. Canale

Bahasa adalah suatu bentuk interaksi sosial dan oleh karena itu secara

normal diperoleh dan digunakan dalam interaksi sosial.

5. Richards & Rodgers Bahasa adalah suatu sistem pengungkapan gagasan. Fungsi utama bahasa

adalah untuk interaksi dan komunikasi.

6. Plato

Bahasa adalah physei (mirip realitas).

7. Aristoteles

Page 58: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

58

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan

lambang bunyi (sound symbolism).

8. Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan

respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti

pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan

respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula

berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

9. Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan

respon yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia

mengakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,

namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan

karena tidak dapat diamati.

10. Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon

untuk menjelaskan pengertian belajar. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua

fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap

bertahan hidup.

11. Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu gabungan

stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung

akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan

stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi

karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak

ada respon lain yang dapat terjadi. Hubungan dan respon bersifat sementara, oleh

karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus

agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga

percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses

belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah

tingkah laku seseorang.

12. Skinner Konsep-konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih

mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Menurut Skinner hubungan antara

stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang

kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, sehingga stimulus-stimulus yang

diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus itu akan

mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki

konsekuensi yang nantinya mempengaruhi munculnya prilaku.

13. Arhtur Combs

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan

berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pembelajarannya disusun dan

Page 59: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

59

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

disajikan sebagaimana mestinya. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting

ialah bagaimana membawa individu untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari

materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupan.

14. Abraham Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa didalam diri individu ada dua

hal :

a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang

b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan tersebut

Pada diri masing-masing, orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti

takut untuk berusaha dan berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut

membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tapi di sisi lain seseorang

juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah

berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan

pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).

15. Carl Rogers

Rogers membedakan dua tife belajar yaitu :

Kognitif (kebermaknaan)

Experiential (pengalaman)

Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya

guru memperhatikan prinsif pendidikan dan pembelajaran, yaitu :

Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan untuk belajar. Siswa tidak harus

belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru

sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

16. Owen Menurut Owen bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima

secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan

simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh

ketentuan.

17. Tarigan Tarigan memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu

sistem yang sistematis. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana

suka atau simbol-simbol arbitrer.

18. Santoso Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat

ucap manusia secara sadar.

19. Mackey

Page 60: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

60

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau sesuatu sistem

lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-

sistem suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.

20. Wibowo Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional

yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan

perasaan dan pikiran.

21. Walija Walija mengungkapkan definisi bahasa adalah komunikasi yang paling

lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat

kepada orang lain.

22. Syamsuddin Syamsuddin memberikan dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah

alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-

perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa

adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang

jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

23. Pangabean Pangabean berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang

mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.

24. Soejono Bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam

hidup bersama.

Page 61: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

61

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Tokoh-tokoh yang Mengungkapkan Teori Bahasa

Oleh: Didiet Supriadi

Tokoh-tokoh yang mengungkapkan teori bahasa dengan pendapat yang

berbeda-beda isinya. Sebelum mengetahui tokoh-tokoh tersebut kita harus tau dulu

apa itu bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia.

Selain itu Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang berisi dua bagian yaitu

signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tidak

terpisahkan, bila salah satu berubah maka yang lainnya juga berubah. Dan bahasa

juga dapat dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi

pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai

manifestasi setiap penuturnya (parole). Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula

dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani. Secara garis besar studi tentang

bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ;

1. Tata bahasa tradisioanal

Pada zaman Yunani terdapat beberapa filsuf, para filsuf tersebut

sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dimana manusia hidup dalam tanda-

tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya kedokteran, geografi,

dan sebagainya. Bahkan ada dua filsuf besar yang pemikirannya terus berpengaruh

sampai saat ini, dia adalah Aristoteles dan Plato.

Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas.

Sedangkan Aristoteles berpendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi. Perbedaan pendapat

ini juga menambah ke masalah keteraturan (regular) atau ketidakteraturan

(irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut pendapat adanya keteraturan bahasa

adalah kaum analogis yang pandangannya tidak berbeda dengan kaum naturalis,

sedangkan kaum anomalis yang berpendapat adanya ketidakteraturan dalam bahasa

mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan kaum anomalis mempengaruhi

pengikut aliran Stoic. Kaum Stoic lebih tertarik pada masalah asal mula bahasa

secara filosofis. Mereka membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina,

verba, konjungsi dan artikel.

Studi bahasa dikembangkan di kota Alexandria yang merupakan koloni

Yunani. Di kota itu dibangun perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian

bahasa dan kesusastraan. Para ahli dari kota itu yang disebut kaum Alexandrian

meneruskan pekerjaan kaum Stoic, walaupun mereka sebenarnya termasuk kaum

analogis. Apa yang dewasa ini disebut "tata bahasa tradisional" atau "tata bahasa

Yunani" , penamaan itu tidak lain didasarkan pada hasil karya kaum Alexandrian ini.

Salah seorang ahli bahasa bemama Dionysius Thrax (akhir abad 2 SM) merupakan

orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa secara sistematis serta

Page 62: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

62

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

menambahkan kelas kata adverbia, partisipel, pronomina dan preposisi terhadap

empat kelas kata yang sudah dibuat oleh kaum Stoic. Di samping itu sarjana ini juga

berhasil mengklasifikasikan kata-kata bahasa Yunani menurut kasus, jender, jumlah,

kala, diatesis (voice) dan modus. Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya

sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa

Irlandia, tata bahasa Eslandia, dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana

dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam

kerangka tradisional.

Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar.

Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang

baik", yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini

adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak"

bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.

2. Linguistik Modern

Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan

sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah

bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai hubungan kekerabatan atau berasal dari

satu induk bahasa. Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas

dasar kemiripan fonologis dan morfologis. Dengan demikian dapat diperkirakan

apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal

dari bahasa proto yang sama sehingga secara genetis terdapat hubungan

kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat

ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa Perancis, Spanyol, dan

Italia.

Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan

metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun

hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis

dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok

Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui

hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif. Seorang ahli

linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah

buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867).

Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-

1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan waktu

mengajar di negaranya sendiri. Karyanya berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut

terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang

digunakan untuk mengungkapkan makna. Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika,

Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai menghasilkan karya-

karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian

besar mengenai tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah

mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian.

Page 63: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

63

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan

adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya

yang memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang

dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen.

Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem. Ahli

linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana

inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures

(1957), yang kemudian disebut classical theory. Dan dibawah ini adalah tokoh-tokoh yang mengungkapakan teori bahasa;

Saussure yang berpendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang

arbitrer digunakan dalam memecahkan masalah-masalah linguistik. Tercatat

beberapa nama ahli linguistik seperti Bloomfield dan Chomsky yang dalam

pemikirannya menunjukkan pengaruh Saussure dan paradigma Aristoteles.

Haugen mengemukakan konsep yang berbeda tentang pengertian

bilingualisme. Yang terpenting menurut Haugen adalah pemahaman terhadap bahasa

kedua yang digunakan olehnya itu. Contoh sederhana dapat disebutkan sebagai

berikut. Seseorang, selain menguasai bahasa Aceh sebagai bahasa pertamanya, ia

juga menguasai bahasa Inggris. Akan tetapi, bahasa Inggris yang dikuasai olehnya

tidak dapat dia gunakan secara aktif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,

berdasarkan pendapat Haugen tentang pengertian bilingualisme, orang yang seperti

ini disebut bilingual.

Tokoh bahasa yang satu ini bukan main pengaruhnya dalam ilmu Linguistik.

Sampai-sampai, karena kebetulan ia adalah seorang laki-laki, ia dijuluki Bapak

Linguistik Modern. Ferdinand de Saussure lahir di Jenewa, Swiss, pada tanggal 26

November 1857. Ia adalah seorang keturunan Prancis. Saussure mulai menampakkan

tajinya di usia 21 tahun. Lewat sebuah karya-tulis berjudul (coba ucapkan dalam satu

tarikan nafas) Mémoire Sur le système primitive des voyelles das les langues indo-

européennes. Saussure mematahkan anggapan salah-kaprah para cendikiawan bahasa

kala itu: bahwa bahasa-bahasa Proto-Indo-Eropa (bahasa induk rumpun bahasa

Eropa, India, dan Asia Barat Daya) hanya memiliki tiga huruf hidup. Kalau Profesor

Higgins, seorang ahli Fonetik yang merupakan tokoh rekaan George Bernard Shaw

dalam drama berbau linguistiknya Pygmalion, mampu mengenali ratusan bunyi vokal

lewat mesin suara, Saussure muda, yang kebanyakan pemikirannya tidak dilandasi

oleh penelitian besar dan luas dan tanpa bantuan alat-alat canggih untuk mempelajari

bunyi-bunyi bahasa, telah menemukan bahwa jumlah huruf hidup di bahasa Proto-

Indo-Eropa tidak tiga. Saussure bilang: LIMA!

Bahasa, menurut Saussure, adalah sistem tanda. Dan ‗apa pun yang

menyatakan sesuatu yang lain dari dirinya sendiri‘ adalah tanda.

Saussure adalah cendikiawan bahasa yang revolusioner. Di masanya, cendikiawan

bahasa lain terkukung oleh ketertarikan mereka sendiri: kajian historis bahasa -

tentang asal-usul, perkembangan, dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

bahasa.

Page 64: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

64

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Stephen Krashen (1984) menyatakan bahwa teori pemerolehan bahasa

kedua adalah bagian dari linguistik teoritik karena sifatnya yang abstrak.

Menurutnya, dalam pengajaran bahasa kedua, yang praktis adalah teori pemerolehan

bahasa yang baik. Harimurti Kridalaksana (1993:21) menyatakan bahwa bahasa

adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Page 65: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

65

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Tokoh yang Mengungkapkan tentang Teori Bahasa

Oleh: Lasty Fatra

Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia

hanyalah bahasa, karena bahasa merupakan sebuah sistem, yang dimana dapat

diartikan bahwa bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara

tetap dan dapat dikaidahkan. Atau bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi

arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk

berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri.

Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan

oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa juga

memiliki beberapa fungsi. Seperti fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut

pandang, dari segi pendengar, dari segi topik, dari segi kode, dan dapat dilihat dari

segi pembicaraan. Oleh karena itu, ciri utama yang membedakan manusia dengan

makhluk lainnya yaitu manusia dapat berpikir dan berbahasa. Dengan bahasalah

manusia: mengkodifikasikan , mencatat, dan menyimpan berbagai hasil pengalaman

pengamatannya berupa kesan dan tanggapan (persepsi), informasi fakta dan data,

konsep atau pengertian, dalil atau kaidah atau hukum, sampai kepada bentuk ilmu

pengetahuan dan sistem-sistem nilai. Mentransformasikan dan mengolah berbagai

bentuk informasi tersebut melalui proses berpikir dan dengan mempergunakan

kaidah-kaidah logika (direfensiasi, asosiasi, proporsi, atau komparasi, kausalitas,

prediksi, konklusi, generalisasi, interpretasi dan inferensi) dalam rangka pemecahan

masalah dan mencari, mengekspresikan, serta menemukan hal-hal baru.

Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian, dan penghayatan

(etis, estetis ekonomis, sosial, politik, religius dan cultural). Mengkomunikasikan

(menyimpan dan menerima) berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian,

aspirasi, kehendak, dan rencana kepada orang lain.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat ditarik beberapa pandangan

tentang hakikat bahasa; Bahasa bersifat lisan, atau tulisan dengan mempergunakan

tanda, huruf, bilangan, bunyi, sinar atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata

atau kalimat. Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan, gerak-gerik, dan mimik

serta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya. Oleh karena itu, program

pembelajaran bahasa di mulai dengan kegiatan komunikasi lisan, karena setelah anak

menguasai ketarampilan dalam aspek mendengar dan berbicara, barulah instruktur

memulai kegiatan komunikasi lain, sehingga bahasa mencerminkan lingkungan sosial

tempat yang ditinggali anak, baik dari segi linguistik maupun tingkatan budaya serta

pengaruh berbagai macam dialek dan geografis. Bahasa juga mengalami proses

perubahan yang tetap, seperti pembentukan kata baru untuk memenuhi tuntutan

komunikasi, tekanan sosial yang mengakibatkan perubahan terhadap keberterimaan

Page 66: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

66

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

item pemakaian khusus dan kontruksi bahasa. Oleh karena itu, program pembelajaran

harus mencakup pembelajaran penggunaan bahasa dan struktur bahasa baku melalui

pengalaman dalam percakapan, diskusi, laporan, wawancara, dan karangan, sehingga

dalam pembelajaran itu meliputi kontruksi kalimat dan paragraf, dan secara

bertahap memperkenalkan prinsip serta terminologi tata bahasa.

Prinsip pembelajaran (belajar dan mengajar) bahasa itu, meliputi; prinsip

kognitif, prinsip motivasi intrinsik, prinsip afektif dan prinsip linguistik. Prinsip

linguistik ini, mencakup tentang: Efek bahasa ibu, antarbahasa, dan kompetensi

komunikatif. Berdasarkan tahap pemerolehannya dapat dibedakan adanya bahasa

pertama/bahasa ibu, bahasa kedua, dan bahasa asing. Bahasa ibu lazim juga disebut

bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama

dipelajarinya. Bahasa kedua, bahasa ini lazimnya disebut bahasa yang dipelajari

setelah bahasa ibu. Disebut bahasa kedua (B2). Khusus dalam konteks bahasa kedua

(B2), keberhasilan seorang pelajar dibiasakan terhadap lingkungan budaya yang baru

akan mempengaruhi keberhasilan pemerolehan bahasanya, begitu pula sebaliknya,

karena dalam mengajarkan suatu bahasa juga mengajarkan sistem budaya yang

rumit, tatakrama, nilai dan cara berpikir, merasa, dan bertindak. Bahasa asing,

lazimnya bahasa ini disebut dengan bahasa ketiga (B3), karena bahasa inilah yang

mempelajari bahasa selain bahasa ibu dan bahasa kedua. Para ahli berpendapat

bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan

reinforcement (Lefrancois, 1975).

Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia itu berbeda-beda,

namun terdapat pola urutan perkembangan yang bersifat universal dalam proses

perkembangan bahasa itu, ialah mulai dengan meraba, lalu bicara monolog (pada

dirinya atau benda mainannya), harus nama-nama, kemudian gemar bertanya (apa,

mengapa, bagaimana, dan sebagainya) yang tidak selalu harus dijawab); membuat

kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca, dan

menggambar permulaan). Tetapi dalam perkembangan bahasa di kalangan masyarakat

sungguh sangat memprihatinkan karena banyak pengguna bahasa Indonesia yang

tidak baku kadang sukar dimengerti oleh sebagian orang banyak penggunaan bahasa

asing dikalangan masyarakat. Kadang orang salah menafsirkan bahasa yang baik dan

benar yang menurut EYD, atau penulisan bahasa yang disingkat. Di dalam

kehidupannya bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat juga menggunakan alat

komunikasi lain, selain bahasa. Namun, tampaknya bahasa itulah yang merupakan alat

komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan dengan alat-alat

komunikasi lain. Jadi, teori pembelajaran (mengajar dan belajar) bahasa pada

umumnya didasarkan pada empat konsep; bahasa, belajar, mengajar bahasa, dan

konteks. Dimana: suatu pembelajaran bahasa membutuhkan suatu konsep tentang

hakikat bahasa, pembelajaran bahasa juga membutuhkan pandangan dan wawasan

tentang pelajar dan hakikat belajar bahasa, pembelajaran bahasa mengimplikasikan

Page 67: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

67

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

pandangan tentang pengajar bahasa dan pengajaran bahasa, serta pembelajaran

bahasa juga terjadi pada konteks tertentu.

Dewasa ini, banyak para ahli yang mengutarakan pendapatnya tentang teori-

teori belajar bahasa.

Menurut Mc Lauglin fungsi teori adalah untuk membantu kita menjadi

mengerti serta mengorganisasi data tentang pengalaman dan memberikan makna

yang merujuk dan sesuai.

Menurut Ellis setiap guru pasti memiliki teori tentang pembelajaran bahasa,

tetapi sebagian besar guru tidak pernah mengungkapkan seperti apa teori itu.

Hamalik mengatakan bahwa ada beberapa prinsip dalam belajar; belajar dapat

dilakukan dengan sengaja, belajar harus direncanakan terlebih dahulu sesuai dengan

struktur tertentu, guru menciptakan pembelajaran untuk siswa, memberikan hasil

tertentu untuk siswa, hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol dengan cermat, serta

dalam sistem penilaian dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

(1985:177) Richards, dkk. mengatakan bahwa metode dalam pengajaran

bahasa adalah cara mengajarkan suatu bahasa yang didasarkan pada prinsip dan

prosedur yang sistematis, yakni penerapan pandangan tentang cara bahasa diajarkan

dan dipelajari.

Menurut Richards dan Rodgers (1982:154), bahwa metode adalah istilah

yang memayungi spesifikasi dan hubungan antara teori dan praktik.

Anthony inilah yang melahirkan istilah approach (pendekatan), method

(metode), dan technique (teknik). Pendekatan dalam pengertian ini adalah suatu cara

yang dianggap terbaik untuk mencapai sesuatu. Atau seperangkat asumsi yang

berhubungan dengan hakikat bahasa, belajar, dan mengajar.

Hakikat bahasa itu sendiri berkaitan dengan dengan pengajaran bahasa

menurut aliran linguistik strukturalisme: Language is speech, not writing. A language is what its native speakers say, not what someone thinks they ought to say. Languages are different. A language is a set of habitTeach the language, not about the language.

Canale (1987) memberikan karakteristik komunikasi melalui bahasa berikut

ini: Bahasa adalah suatu bentuk interaksi sosial dan oleh karena itu secara normal

diperoleh dan digunakan dalam interaksi sosial, juga bahasa melibatkan tingkat

ketidakteramalan dan kreativitas yang tinggi dalam bentuk dan pesan, dan

berlangsung dalam diskors dan konteks sosial budaya yang memberikan batasan

tentang penggunaan bahasa yang baik dan sesuai dan sebagai penanda untuk

mengoreksi interpretasi ungkapan, serta bahasa itu juga yang selalu memiliki tujuan

yang melibatkan bahasa otentik dan dipertentangkan dengan bahasa yang dibuat

seperti buku teks.

Richards dan Rodgers (1989) menemukan butir-butir penting yang

merupakan teori yang melandasi pengajaran bahasa.

Nunan (1991:279) menawarkan 5 ciri khas utama pembelajaran bahasa

komunikatif, yaitu: penekanan pada pembelajaran untuk berkomunikasi melalui

Page 68: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

68

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

interaksi dalam bahasa sasaran, pengenalan teks otentik dalam situasi pembelajaran,

pemberiaan kesempatan bagi pelajar untuk berfokus bukan saja pada bahasa tetapi

juga pada proses belajar itu sendiri, peningkatan pengalaman pribadi pelajar sendiri

sebagai unsur yang memberikan sumbangan terhadap hasil belajar di kelas, dan upaya

menghubungkan pembelajaran bahasa di kelas dengan pengaktifan bahasa di luar

kelas.

Keraf (dalam Smarapradhipa 2005:1) memberikan dua pengertian bahasa.

Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,

bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi

ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1) definisi bahasa yaitu

language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode

yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep

melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang

diatur oleh ketentuan).

Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4),

beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang

sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah

seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.

Menurut Santoso (1990:1) bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia secara sadar.

Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau

sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian

banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam

sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

bermakna dan berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai

sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan

pikiran.

Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4) mengungkapkan

definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan

ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.

Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin

(1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. bahasa adalah alat yang dipakai

untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat

yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.

Page 69: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

69

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Teori Bahasa Menurut Para Tokoh

Oleh: Siti Haulah

Bahasa merupakan sarana berpikir atau untuk mengungkapkan buah pikiran.

Seseorang yang sedang memikirkan sesuatu pasti akan menggunakan bahasa untuk

menyampaikan pikirannya atau menggunakan bahasa untuk merangkaikan pikiran di

dalam otaknya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena manusia memiliki bahasa.

Bahasa merupakan sarana berpikir yang pertama dan mungkin yang utama. Bahkan

keunikan bahasa manusia sebetulnya bukan terletak pada kemampuannya berbahasa.

Akan tetapi, sebagai sarana komunikasi ilmiah bahasa memiliki beberapa kekurangan.

Kekurangan ini disebabkan oleh sifat bahasa yang multifungsi (Jujun S.

Suriasumantri, 1981). Dalam komunikasi ilmiah itu pada hakikatnya bersifat

objektif, bahasa sebagai sarana yang harus bebas dari aspek emotif dan afektif,

atau dalam pemakaiannya harus menekankan hal-hal tersebut seminimal mungkin.

Dalam kenyataannya syarat ini sulit dipenuhi karena pada hakikatnya kekurangan

bahasa itu bersumber pada manusia yang tidak terlepas dari unsur emotif dan

afektif (Sabarti Akhaidah, 1983). Dari kedua pendapat ini, maksudnya yaitu

mengenai ―Bahasa sebagai sarana komunnikasi‖.

Bahasa digunakan untuk berkomunikasi, yaitu untuk mengungkapkan ide dan

gagasan terhadap orang lain. Dalam berkomunikasi sebenarnya melalui suatu proses

yang disebut proses bahasa. Proses bahasa tersebut terjadi pada pembicara,

lingkungan dan pendengar. Moulton (1976) mengemukakan bahwa terdapat 11

tahapan proses bahasa dari pembicara sampai pendengar pada saat berkomunikasi,

yaitu; (1) membuat kode semantik, (2) membuat kode gramatikal, (3) membuat kode

fonologis, (4) perintah otak, (5) gerakan alat ucap, (6) bunyi yang berupa getaran, (7)

perubahan getaran melalui telinga pendengar, (8) getaran diteruskan ke otak, (9)

pemecahan kode fonologis, (10) pemecahan kode gramatikal, (11) pemecahan kode

semantis. Dari 11 proses tersebut, hanya no 5 dan 6 yang dapat diamati secara

empiris. Tahap lain tidak dapat diamati karena berlangsung dalam jatidiri pembicara

dan pendengar yang berlangsung sangat cepat, otomatis dan sempurna. Hal itu

ditunjukkan dengan keluarnya bunyi bahasa yang teratur dan adanya respon dari

pendengar yang terjadi berulang sampai dengan tujuan berkomunikasi tersebut

tercapai.

Berdasarkan ilmu linguistik, kata bahasa dalam bahasa Indonesia, memiliki

lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga sering kali membingungkan. Karena

itu tidak mengherankan kalau banyak juga pakar yang membuat definisi tentang

bahasa dengan pertama-tama menonjolkan segi fungsinya itu, seperti Sapir

(1221:8), Badudu (1989:3) dan Keraf (1984:16). Kridalaksana (1983) dan juga

Djoko Kentjono (1982), mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi

Page 70: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

70

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,

berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Definisi ini sejalan dengan definisi dari

Barber (1964:21), Wardhaugh (1977:3), Trager (1949:18), de Saussure

(1966:16), dan Bolinger (1975:15). Masalah lain yang berkenaan definisi bahasa

adalah: bilamana sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan bahasa

lainnya; dan bilamana hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa. Oleh karena

itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada

kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena ―rumitnya‖ menentukan

suatu parole bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga

kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini

(Criystal:1988:284). Mengenai bahasa dari beberapa pakar, kalau dibutiri akan

didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu,

antara lain adalah; (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud

lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu

bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8)

bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu

bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat

interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Ciri atau sifat

ini diantaranya dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce dari Amerika, Ferdinand

de Saussure (1966:67) dari Eropa, Kridalaksana (1983:27), Bolinger (1975:22),

dan Kari Von Frisch (Fromkin 1974/Akmajian 1979).

Sedangkan bahasa dalam sosiolinguistik adalah sebuah sistem, artinya

bahasa itu dibentuk oleh ssejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat

dikaidahkan. Sifat bahasa itu produktif (Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan

W.J.S. Purwadarminta), dinamis, beragam dan manusiawi. Telah dikemukakan oleh

Fishman (1972) bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah ―who speak what language to whom, when and to what end‖. Oleh karena itu, fungsi-fungsi

bahasa antara lain dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan

amanat pembicaraan.

Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu

komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang

diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni; (1) Setting and Scene, (2) Participants, (3)

Ends, (4) Act sequences, (5) Key, (6) Instrumentalities, (7)Norms, dan (8) Genres.

Dalam Webster s New Collegiale Dictionary (1981:225) dikatakan bahwa,

komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui sistem simbol,

tanda atau tingkah laku yang umum. Sebagai alat komunikasi, bahasa itu terdiri dari

dua aspek, yaitu aspek linguistik dan nonlinguistik atau paralinguistik.

Ada tiga pakar, yaitu Hockett, Mc Neill dan Chomsky yang tertarik

terhadap keistimewaan bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan dengan

alat-alat komunikasi yang ada pada dunia hewan. Bila disarikan dari Hockett dan Mc

Neill setidaknya ada delapan butir ciri khusus yang membedakan sistem komunikasi

bahasa dari sistem komunikasi makhluk lainnya. Kedelapan ciri itu adalah sebagai

Page 71: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

71

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

berikut; (1) bahasa itu menggunakan jalur vokal auditif, (2) bahasa dapat tersiar ke

segala arah, (3) lambang bunyi bahasa yang berupa bunyi itu cepat hilang setelah

diucapkan, (4) partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi, (5)

bahasa bersifat terbuka, (6) bahasa dapat dipelajari, (7) bahasa dapat digunakan

untuk menyatakan yang benar dan yang tidak benar atau tidak bermakna secara

logika, (8) bahasa memiliki dua subsistem, yaitu subsistem bunyi dan makna.

Sedangkan hubungan yang terdapat diantara bahasa dengan masyarakat, adalah

adanya hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu, yang disebut variasi, ragam

atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat.

Hubungan antara bahasa dengan tingkatan sosial di dalam masyarakat, dapat dilihat

dari dua segi; (1) dari segi kebangsawanan, kalau ada; dan (2) dari segi kedudukan

sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang

dimiliki.

Itulah sekelumit mengenai teori bahasa dari para tokoh yang dapat kita

pelajari dan dapat juga sebagai bahan perbandingan untuk mempelajari bahasa.

Teori-teori tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

Bahasa bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem simbol pandang dan dengar.

Bahasa mencerminkan lingkungan social tempat, baik dari segi linguistik maupun

tingkatan budaya serta pengaruh berbagai macam dialek dan geografis.

Bahasa mengalami proses perubahan yang tetap.

Setiap bahasa memiliki struktur sendiri.

Bahasa merupakan suatu bentuk prilaku, perlambang konsep diri dan sikap sosial

seseorang yang menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaan.

Bahasa merupakan media pengembangan dan pertukaran gagasan.

Bahasa diajarkan untuk mencerminkan penggunaan dan struktur kontemporer,

alphabet, tulisan, kata dan ejaannya.

Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang mempengaruhi

kepercayaan, sikap dan tingkah laku.

Page 72: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

72

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

Teori-teori Bahasa

sebagai Kontekstual Pembelajaran Bahasa Indonesia

Oleh: Wawan Setiawan

Tujuan umum pendidikan dan pengajaran bahasa di lembaga-lembaga adalah

memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa itu sendiri. Teori-teori bahasa tidak

muncul begitu saja bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk

berkomunikasi banyak mengalami perubahan-perubahan dari yang bersifat sederhana

beragam sampai kepada yang bersifat kompleks. Pemerolehan bahasa sangat banyak

ditentukan oleh interaksi antara aspek-aspek kematangan biologis, kognitif dan

sosial. Slogin (dalam Tarigan, 1998) mengemukakan bahwa setiap pendekatan modern

terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyataan bahwa bahasa telah

dibangun sejak semula oleh anak, memanfaatkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir

yang beraneka ragam dalam interaksi dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan

sosial. Dalam rangka pengembangan ilmu kebahasaan para ahli telah banyak menggali

dan mengembangkan hal-hal baru sehingga munculah tokoh-tokoh yang

mengungkapkan teori-teori bahasa sehingga terdapatlah cabang-cabang ilmu bahasa

yang tidak kita ketahui sebelumnya.

Bahasa merupakan penginterprestasian dari sebuah tanda yang selama ini

menjadi tanda dalam kehidupan yang merupakan awal munculnya bahasa. Bahasa

adalah cara utama untuk mengkominikasikan isi pikiran dan pendapat terhadap orang

lain. Setiap masyarakat manusia memiliki bahasa dan manusia memiliki kecerdasan

normal dalam memperoleh bahasa aslinya sekarang bahasa menjadi dilematis dan

mulai berubah maknanya. Bahasa yang dulunya hanya digunakan sebagai alat

berkomunikasi sekarang sudah bergeser seiring perubahan zaman kearah politik,

budaya, dan kekuasaan. Faukaulet pernah berkata bahwa dengan menguasai sebuah

bahasa kita akan menguasai orang yang menggunakan bahasa itu. Inilah yang disebut

Faucault sebagai relasi kuasa bahasa. Pada zaman orde baru ketika pemerintah

menuduh sebagai anti pembangunan ekstrim kiri, ekstrim kanan, komunis dan

sebutan-sebutan yang sejenisnya, dia pasti akan tersingkir baik secara politik

maupun sosial. Dalam pandangan orang Athena abad ke-5 bahasa menjadi instrumen

untuk mencapai tujuan tertentu, yang kongkrit dan pasti. Bahasa dianggap sebagai

senjata ampuh dalam peraturan politik tingkat tinggi (Latif dan Ibrahim 1996 : 17).

Bahasa adalah ekspresi kekuasaan oleh karena itu bahasa merupakan kancah

perhelatan kekuasaan. Dalam riil kehidupan manusia orang sering kali menggunakan

sebuah bahasa dalam membohongi setiap orang. Dalam kancah perpolitikan ada

sebuah pergolakan yang terjadi dan itu tentunya tidak terlepas dari bagaimana

Page 73: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

73

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

menbuat bahasa sehingga menjadi isu yang bisa membuat konsentrasi elit politik

bubar atau terpecahkan.

Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat vital dalam kehidupan sehari-

hari yang mempunyai fungsi yang amat penting adalah sebagai instrumental, regulasi,

interaksional, personal, dan imajinatif. Bahasa merupakan aspek kebudayaan sebagai

pendukung dan bahasa sebagai cermin kebudayaan. Bahasa dan pendidikan merupakan

yang bertalian dengan eratnya. Bahasa adalah alat utama dalam pendidikan keduanya

bekerja sama saling menunjang dalam membentuk, memelihara, serta mengangkat

martabat manusia. Gagne (1968) mengemukakan bahwa ―Instruction designed for

effective learning may bedelivered in a number of ways and may us a veriety of

media‖. Cara-cara untuk menyampaikan pengajaran lebih mengacu kepada jumlah

pembelajar dan kreativitas penggunaan media. Gilstrap dan Martin (1975) juga

menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan

pembelajar terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan

strategi belajar. Hamre dan Pianta (2005) pernah menjelaskan bahwa pembelajaran

di sekolah akan melahirkan hasil maksimalnya ketika guru dapat menanggapi

kebutuhan suasana hati, minat dan kemampuan murid, dapat menciptakan suasana

kelas yang positif, banyak canda, kegairahan, hangat, dan memperlakukan murid

secara positif, serta manajemen ruang kelas yang baik.

Proses belajar mengajar, erat kaitannya dengan lingkungan dan suasana

dimana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga dipengaruhi oleh

banyak aspek seperti gaya belajar, fasilitas yang tersedia, pengaruh iklim kelas

masih sangat penting. Hal ini beralasan karena ketika peserta didik belajar diruang

kelas, lingkungan kelas, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik

kemungkinan mendukung mereka atau bahkan mengganggu mereka. Oleh karena itu,

Hyman (1980) mengatakan bahwa iklim yang kondusif dapat mendukung

Interaksi yang bermanfaat diantara peserta didik

1. Memperjelas interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik

2. Memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik

3. Menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas

berlangsung dengan baik, dan

4. Mendukung saling pengertian dan peserta didik.

Selain keempat hal di atas Moos dalam Walberg (1979) mengatakan bahwa iklim

sosial juga mempunyai pengaruh penting terhadap kepuasan peserta didik.

Walberg dalam farley dan Gordon (1981) mengemukakan bahwa prestasi

peserta didik ditentukan oleh banyak faktor seperti usia, kemampuan dan motivasi,

jumlah dan mutu pengajaran, lingkungn alamiah dirumah dan kelas. Selain itu Berliner

dalam Walberg (1979) kelihatannya mendukung Welberg mengatakan bahwa iklim

kelas yang ditandai dengan kehangatan, demokrasi, keramah tamahan, dapat

digunakan sebagai alat prestasi belajar.

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan

interaksi antara dua unsur manusiawi dimana siswa sebagai pihak yang belajar dan

Page 74: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

74

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

guru sebagai pihak yang mengajar. Proses itu sendiri merupakan mata rantai yang

menghubungkan antara guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki

tujuan yaitu tujuan. Sebagai seorang yang memiliki kompetensi pedagogig,

kompetensi kepribadian kompetensi sosial dan kompetensi propesional. Yang

berkaitan dengan kompetensi pedagogig yaitu kompetensi yang berhubungan langsung

dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan keterampilan guru dalam menciptakan iklim

komunikatif diharapkan siswa dapat berpasitifasi aktif untuk mengeluarkan

pendapatnya, mengembangkan imajinasinya dan daya kreativitasnya. Tentu

komunikasi guru dan siswa yang dimaksud adalah dalam kegiatan pembelajaran tatap

muka baik secara verbal maupun nonverbal, baik secara individual maupun kelompok

dan dibantu dengan media atau sumber belajar.

Proses berkomunikasi erat kaitannya denngan prilaku karena berbahasa

adalah tindakan yang bersifat jasmani karena aspek psikomotor dan bersifat rohani.

Bahasa juga merupakan medium yang digunakan manusia dengan melibatkan prilaku

baik yang nampak ataupun tidak nampak. Dalam proses komunikasi bahasa merupakan

suatu unsur yang tidak bisa dihilangkan sehingga pada umumnya penggunaan bahasa

banyak sekali tokoh-tokoh yang mengungkapkannya tentang teori bahasa.

Dalam hal ini otak juga berperan dalam kebahasaan sebagai pusat yang

mengatur kegiatan berpikir dengan sendirinya karena pikiran yang dihasilkan oleh

otak mengoprasikan sistem tanda atau simbol. Bahasapun mendorong kegiatan untuk

berpikir realitas yang tampak didunia jika tidak diberi ―tanda‖, kode, atau simbol,

maka ia akan menjadi realitas yang tidak terbahasakan dan akan tersimpan dalam

pikiran secara statis dan tidak memiliki ruang untuk dikomunikasikan, atau

mengendalikan proses berpikir yang bergerak secara dinamis. Prilaku bahasa

dihasilkan oleh prilaku berpikir yang memproleh dan memahami bahasa dan

membentuknya menjadi kalimat-kalimat mekanisme. Pada dasarnya berkomunikasi

dan menggunakan bahasa adalah suatu proses mengubah pikiran menjadi kode dan

mengubah kode pikiran.

Bahasa dalam hal ini juga memandu dan mengkondisikan pikiran individu

tentang realitas dapat disimpulkan juga bahwa persepsi manusia tentang realitas

sangat dipengaruhi oleh bahasa yang membentuk pemahamannya, dengan demikian

pikiran tidak akan mampu mengenali dunia realitas tanpa disimbolkan lebih dulu dalam

bentuk bahasa. Pikiran bisa bekerja bila ada bahasa .Kondisi pikiran dapat juga

mempengaruhi prilaku bahasa yang dapat mempengaruhi kondisi pikiran. Bahasa yang

kasar akan mempengaruhi seseorang menjadi negatif, bahasa tentu seseorang sakit

hati, patah hati, gembira, bahkaan bunuh diri. Bahasa tidak saja menjadikan pikiran

mengenali, menganalisis dan membuat generalisasi dan persepsi, bahasa juga dapat

mempengauhi kondisi pikiran bila bahasa itu masuk kepikiran bawah sadar. Para ahli

mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran atau lebih

disempitkan lagi, bagaimana bahasa mempengaruhi pikiran manusia akan hanya

berkata dan memahami satu dengan yang lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan.

Baahasa juga memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia

Page 75: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

75

Tok

oh y

ang

Men

gung

kapk

an T

eori

Bah

asa

pengalaman manusia. Orientasi ini yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia

berpikir dan berbahasa secara baik.

Simpulan

Dari teori-teori bahasa yang ada munculah teori menjadi mata rantai proses

pembelajaran, dmana penulis banyak menuangkan berbagai penemuan-penemuan.

Karena dalam bahasa dan teorinya mempunyai fungsi yang saling mempengruhi dalam

ilmu bahasa tersebut, sehingga bahasa akan terus menerus mengalami banyak

perubahan yang bersifat dinamis.

Page 76: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

76

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasakumpulanartikel

teoribelajarbahasakumpu

lanartikelteoribelajarbaha

sakumpulanartikelteoribe

lajarbahasakumpulanarti

kelteoribelajarbahasakum

pulanartikelteoribelajarb

ahasakumpulanartikelteo

ribelajarbahasakumpulan

artikelteoribelajarbahasa

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasabnmqwertyuiop

PENGERTIAN BAHASA

bagaimana

belajar bahasa

Page 77: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

77

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Bagaimana Cara Belajar Bahasa,

Khususnya Bahasa Indonesia

Oleh: Ela Siti Julaeha

Sebelum kita bicara tentang bagaimana cara belajar bahasa Indonesia, kita

harus mengetahui apa bahasa itu sendiri? Bahasa adalah sebuah sistem, artinya,

bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat

dikaidahkan. Bagi orang yang mengerti sistem bahasa Indonesia akan mengakui

bahwa susunan ―Ibu‖ meng……seekor…di…‖ adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia

yang benar sistemnya, meskipun ada sejumlah komponen yang ditanggalkan. Tetapi

susunan ―Meng ibu se ikan goreng dapur‖ bukanlah kalimat bahasa Indonesia yang

benar karena tidak tersusun menurut sistem kalimat bahasa Indonesia. Sebagai

ssebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan

sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak

tersusun secara acak atau sembarangan. Sistem bahasa yang dijelaskan di atas

adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang itu

berbentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa.

Bahasa itu bersifat produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Bahasa

bersifat produktif, artinya, dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat

dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Bahasa bersifat dinamis,

artinya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang

sewaktu-waktu dapat terjadi. Bahasa bersifat beragam, artinya, meskipun sebuah

bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu

digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunysai latar belakang dan

kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran

fonologis, morfologis, sintaksis, maupun pada tataran leksikon. Bahasa bersifat

manusiawi, artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,

pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam

berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Belajar sebuah bahasa bisa dilakukan dengan

berbagai macam cara. Bisa dengan cara membaca buku-buku teori tentang bahasa,

bisa melalui media televisi, bisa dengan bercakap langsung dengan penutur asli suatu

bahasa dan lain sebagainya. Dari beberapa cara tersebut, cara yang paling mendasar

dalam mempelajari bahasa adalah dengan menyimak tuturan suatu bahasa. Ada empat

cara untuk belajar bahasa yaitu, membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan

penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh

informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang

Page 78: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

78

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Menyimak sebuah informasi dapat

berhasil dengan baik jika kita memfokuskan pikiran dan konsentrasi pada informasi

yang disampaikan. Paham tidaknya kita terhadap informasi yang disampaikan sangat

ditentukan oleh kadar keseriusan kita dalam menyimak informasi tersebut. Maka

dari itu kita diharapkan menyimak informasi tersebut dengan sungguh-sungguh

sehingga dapat menangkap isinya dengan baik dan benar. Tanpa menyimak, seseorang

tidak akan bisa berbicara, menulis ataupun membaca. Contoh kecilnya, seorang bayi

tidak akan pernah bisa berkata ―Ibu‖ bila sebelumnya dia tidak pernah mendengar

seseorang mangatakan kata itu. Seseorang juga tidak akan pernah bisa menulis,

bahkan membaca apabila sebelumnya dia tidak mendengar seseorang berkata : huruf

―I-b-u‖ dibaca ―Ibu‖.

Antara belajar bahasa dengan keterampilan menyimak itu ada kaitannya, dan

menyimak mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan keterampilan

bahasa yang lainnya. Keterampilan menyimak erat hubungannya dengan ketiga

keterampilan berbahasa yang lain. Seseorang memperoleh bahasa pertamanya karena

mendengarkan orang-orang di sekelilingnya bertutur dan mengucapkan kata-kata,

sehingga kata-kata yang didengar akan langsung terekam di dalam otak seseorang

yang selanjutnya secara tidak sadar, kata-kata itu akan diucapkan pada saat ia

menggunakan keterampilan berbicaranya. Orang juga lebih sering menggunakan

bahasa tutur daripada bahasa tulis, sehingga orang lebih sering mendengar daripada

membaca. Maka dalam memahami suatu tuturan, seseorang harus mempunyai daya

simak yang baik dan didukung dengan pemahaman mengenai kaidah bahasa yang

digunakan.

Belajar bahasa Indonesia sangatlah penting hingga sekarang. Agar kita

dapat menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita harus mengetahui

kaidah-kaidah bahasa. Bahasa memiliki beberapa perbedaan dan persamaan.

Perbedaan dalam bahasa dapat dilihat dengan jelas dari susunan atau bentuknya. Kita

sebagai warga negara indonesia harus mengetahui sejumlah fungsi bahasa agar kita

dapat mengungkapkan tuturan bahasa sesuai dengan siapa, kapan, dan bagaimana

bertutur. Fungsi bahasa itu sendiri yakni untuk komunikasi antar sesama, dengan

kata lain bahwa pengembangan pembelajaran bahasa baik bahasa Inggris ataupun

bahasa Arab dewasa ini seyogyanya diarahkan untuk kemampuan berbahasa peserta

didik secara aktif.

Adapun beberapa pendapat para ahli tentang fungsi bahasa :

Menurut Lyon ada tiga fungsi bahasa antara lain :

a. Fungsi deskriptif bahasa yaitu untuk menyampaikan informasi faktual.

b. Fungsi ekspresif bahasa yaitu untuk menyediakan informasi mengenai sang

pembicara, perasaannya, pilihannya, prasangkanya, dan pengalaman mas

lalunya.

c. Fungsi sosial bahasa yaitu melayani, memantapkan serta memelihara hubungan-

hunbungan sosial antara orang-orang.

Page 79: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

79

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Sedangkan menurut Menurut Candlin dan Widdowson dan diikuti oleh

beberapa ahli bahasa di Eropa melihat bahwa menjadi sebuah kebutuhan untuk lebih

memfokuskan pembelajaran bahasa kepada kecakapan atau keahlian berkomunikasi

dari pada pembelajaran bahasa yang berkutat pada penguasaan struktur belaka.

Banyak orang dan yang lebih penting lagi apabila kita telah menguasai bahasa

Indonesia dengan benar, itu akan menjadi nilai plus untuk diri kita pribadi karena

kita akan terlihat lebih berwibawa saat berbicara didepan umum dibanding orang

yang tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah seperti

yang kita bayangkan. Banyak orang yang ingin belajar bahasa Indonesia, karena

bahasa Indonesia adalah bahasa resmi bangsa Indonesia. Jadi masih banyak kalangan

masyarakat kita yang belum menguasai bahasa dengan benar oleh sebab itu didalam

dunia pendidikan disusunlah pelajaran bahasa Indonesia agar seluruh kalangan

masyarakat Indonesia dapat mengetahui bagaimana cara belajar berbahasa

Indonesia dengan baik. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus

terus belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar kita sendiri tidak dihina

oleh negara lain karena bahasa sendiri saja kita belum menguasai dengan baik dan

apabila kita telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik, mungkin saja suatu saat

nanti bahasa Indonesia kita dipakai untuk bahasa Internasional.

Seseorang memperoleh bahasa pertamanya karena mendengarkan orang-

orang di sekelilingnya bertutur dan mengucapkan kata-kata, sehingga kata-kata yang

didengar akan langsung terekam di dalam otak seseorang yang selanjutnya secara

tidak sadar, kata-kata itu akan diucapkan pada saat ia menggunakan keterampilan

berbicaranya. Orang juga lebih sering menggunakan bahasa tutur daripada bahasa

tulis, sehingga orang lebih sering mendengar daripada membaca. Maka dalam

memahami suatu tuturan, seseorang harus mempunyai daya simak yang baik dan

didukung dengan pemahaman mengenai kaidah bahasa yang digunakan. Jadi apabila

seseorang ingin belajar suatu bahasa maka harus sering mendengarkan tuturan-

tuturan bahasa tersebut.

Adapun faktor yang mempengaruhi perkembanagn bahasa menurut aliran

navatisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang

ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya.

Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan

cepat, perkembangan bahasa anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga

sebaliknya, jika kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik,

perkembangan bahasa anak pun ikut lambat dan kurang baik. Sedangkan menurut

aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa

kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak

lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi,

menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan

perkembangan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa

orang tuanya kurang baik dan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar

Page 80: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

80

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

dilakukan secara intensif dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat,

kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.

Konsep bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran sudah

mempunyai sejarah yang panjangjika kita menelusuri sejarah studi hahasa pada masa

lalu. Pada abad pertengahan (500-1500M) studi bahasa kebanyakan dilakukan oleh

para ahli logika atau ahli filsafat. Mereka menitikberatkan penyelidikan bahasa pada

satuan-satuan kalimat yang dapat dianalisis sebagai alat untuk menyatakan proposisi

benar atau salah.

Sejak awal tahun enam puluhan ada perdebatan yang cukup seru mengenai bahan

atau materi pengajaran bahasa Indonesia termasuk metodenya yang harus diberikan

di sekolah, terutama di sekolah dasar. Dalam pendidikan normal, pendidikan bahasa

Indonesia mempunyai dua muka yaitu :

1. Sebagai bahasa pengantar di dalam pendidikan

2. Sebagai mata pelajaran

Belajar bahasa Indonesia termasuk mata pelajaran penting, sama dengan

pendidikan agama. Sebagai bahasa resmi kenegaraan, maka bahasa Indonesia harus

digunakan dalam setiap kegiatan yang bersifat resmi kenegaraan, termasuk sebagai

bahasa pengantar dalam bidang pendidikan. Penggunaan bahasa Indonesia semakin

hari semakin meluas, dan jumlah penuturnya bertambah banyak.

Adapun beberapa alasan yang dapat dikemukakan :

a. Bahasa Indonesia memiliki status sopsial yang tinggi, yaitu sebagai bahasa

nasional dan bahsa resmi kenegaraan. Ini berarti dapat berbahasa Indonesia

mempunyai rasa kebanggaan tersendiri, yaitu kebanggaan nasional.

b. Semakin banyak keluarga, terutama di kota-kota besar, yang langsung

menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan anak-anak meraka.

Page 81: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

81

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Belajar Bahasa

Oleh: Isna Priyanti

Bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran atau suatu

ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Bahasa juga merupakan alat komunsikasi dan

interaksi yang sangat penting bagi manusia. Dengan bahasa kita, kita mendapatkan

informasi, menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan. Oleh karena itu,

bahasa sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Tidak ada bahasa tidak

akan terjadi interaksi sosial antara satu dengan yang lainnya.

Untuk belajar bahasa yang baik, sebelumnya kita harus mengetahui bentuk

dan makna bahasa serta fungsi bahasa itu sendiri. Kemudian dalam belajar bahasa

pun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa.

Bentuk dan Makna Bahasa Bahasa memiliki bentuk (arus ujaran) dan makna (isi). Bentuk bahasa terdiri dari :

a. Unsur segmental (bagian dari unsur bahasa yang terkecil sampai dengan yang

terbesar), yaitu : fonem, suku kata, kata, frase, kalimat, dan wawamcara.

b. Unsur suprasegmental (bagian bahasa yang berupa intonasi) yang terdiri dari :

tekanan, nada, durasi dan perhatian.

Sedangkan makna bahasa terdiri dari: makna morfemis, makna leksikal,

makna sintaksis, dan makna wacana.

Fungsi Bahasa Bahasa memiliki fungsi:

a. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal balik, antara

anggota masyarakat.

b. Fungsi ekspresi, yaitu menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi, atau

tekanan-tekanan perasaan pembicara.

c. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaur diri dengan

anggota masyarakat

d. Fungsi kontra sosial, yaitu untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.

Bahasa Indonesia juga memiliki fungsi khusus, yaitu sebagai bahasa nasional yang

berfungsi untuk menjalankan administrasi negara, sebagai alat pemersatu, dan

sebuah wadah penampung kebudayaan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dipengaruhi

dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor

eksternal, yaitu faktor eksternal, yaitu guru, lingkungan, teman, keluarga, orang tua,

dan masyarakat. Sedangkan yang termasuk faktor internal yaitu motivasi, minat,

bakat, sikap dan kecerdasan. Berdasarkan faktor eksternal, ada tiga prinsip belajar

bahasa, yaitu :

- Memberikan situasi dan mteri belajar sesuai respon yang diharapkan siswa.

Page 82: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

82

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

- Ada pengulangan belajar agar sempurna dan tahan lama, dan

- Ada penguatan respon belajar siswa

Sedangkan berdasarkan faktor internal yaitu belajar bahasa dapat dibantu dengan

berbagai media visual, audio atau audio visual. Jadi tidak hanya menggunakan buku

sumber/acuan tetapi bisa dibantu dengan media lain. Apalagi teknologi yang sekarang

ini semakin canggih dapat lebih banyak membantu dalam proses belajar dan dapat

mempermudah guru dalam proses pembelajaran.

Dalam belajar bahasa ada jenis keterampilan dan perilaku yaitu

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini sangat berpengaruh terhadap proses

serta keberhasilan belajar siswa. Jika salah satu dari keempat keterampilan

tersebut tidak ada, maka proses dan keberhasilan terhadap siswa pun akan tidak

sempurna.

Menurut Vallete dan Disk, keterampilan belajar bahasa diurutkan secara hirarkis

dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks (luas), dan dibedakan pula

atas perilaku internal dan perilaku eksternal, yaitu sebagai berikut :

a. Keterampilan mekanis berupa hapalan atau ingatan.

b. Yaitu menghapal atau mengingat bentuk-bentuk bahasa dari yang sederhana

sampai ke yang kompleks, kemudian siswa meniru ajaran atau tulisan.

c. Keterampilan pengenalan (metacognition) berupa mengenal kaidah kebahasaan dan

mengingat kaidah bahasa terrtentu.

d. Keterampilan transfer berupa menggunakan pengetahuan bahasa dalam situasi

dan mengaflikasikan pengetahuan/kaidah bahasa, dan

e. Keterampilan komunikasi berupa penggunaan pengetahuan/kaidah bahasa dalam

berkomunikasi dan mengekspresikan diri baik lisan maupun tulisan.

Kemudian untuk mendapat hasil belajar bahasa yang baik, harus memiliki

strategi yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam

belajar bahasa harus memiliki metode/teknik seperti berikut :

a. Menggunakan rasa ingin tahu murid

b. Menantang murid untuk belajar

c. Mengaktifkan mental, fisik, dan psikis murid

d. Memudahkan guru

e. Memudahkan kreativitas murid dan

f. Mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.

Metode/teknik dalam belajar bahasa dapat menggunakan metode diskusi,

inkuiri (siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga dapat

menemukan cara pemecahannya), sosiodrama (bermain drama), tanya jawab, latihan

dan bercerita. Dengan begitu dapat terlihat seberapa berhasilkah belajar bahasa.

Karena dengan menggunakan metode tersebut dapat mengembangkan pengetahuan

untuk pemecahan masalah, menyampaikan pendapat dengan bahasa yang baik dan

benar, menghargai orang lain, dan berfikir kreatif dan kritis.

Page 83: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

83

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,

belajar bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan belajar dalam

berkomunikasi, baik berupa lisan maupun tulisan. Jadi, jika ingin mengatahui sebaik

apaa kemampuan berbahasa/berkomunikasi kita dapat dilihat dari bagaimanaa kita

menggunakan bahasa dalam setiap berkomunikasi/berinteraksi.

Sifat Bahasa Bahasa dapat dilihat dari segi sifatnya, yaitu :

a. Sistematika, yaitu memiliki sistem berupa sistem bunyi (arus ujaran) dan makna.

b. Mana suka, yaitu unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar atau tidak

ada hubungan logis antara bunyi (arus ujaran) dengan maknanya.

c. Ujar, yaitu berbentuk ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

d. Manusiawi, yaitu bahasa berfungsi selama manusia memanfaatkannya

e. Komunikatif, yaitu bahwa bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat dan

bangsa dalam kegiatannya.

Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan

mengenai pendekatan,metode,dan teknik mengajar. Machfudz (2002) mengutip

penjelasa Edward M. Anthony menjelaskn dalam pembelajaran bahasa harus ada

pendekatan pembelajaran untuk mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa

dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip

pengajaran bahasa. Teori tentang hakekat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan

tesis-tesis tentang hakekat bahasa,karakteristik bahasa,unsur-unsur bahasa,serta

fungsi danpemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa.

Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa

sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistik. Pendakatan pembelajaran lebih

bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistic dan teori

belajar bahasa yang digunakan tidak dipergunakan lagi. Dari pendekatan ini

diturunkan metode pembelajra bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori

ilmu bahasa structural yang mengemukakan tesis-tesis linguistic menurut pandangan

kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran

behaviorisme diturunkan metode pembelajaran bahasayang disebut Metode Tata

Bahasa.

Kondisi pembelajarn bahasa harus melakukan langkah ―revitalisasi‖, yaitu

dengan menghidupkan dan menggairahkan kembali proses pembelajaran bahasa yang

didukung oleh etos dan semangamt guru yang handal serta kegairahan siswa yang

terus meningkat intensitasnya dalam belajar dan berlatih berbahasa. Langkah

―revitalisasi‖ yang mesti ditempuh,yaitu harus menciptakan dan sekaligus

memberdayakan guru. Upaya pemberdayaan guru hendaknya dimulai sejak calon guru

menempuh pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan) agar kelak

setelah benar-benar menjadi guru sudah tidak asing lagi dengan dunianya dan siap

pakai. Jelas, tuntutan ideal semacam ini bukan tugas yang ringan ringan bagi LPTK ,

sebab selain harus mampu mencetak lulusan yang punya kemampuan akadenik tinggi ,

Page 84: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

84

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

juga harus memiliki integritas kepribadian yang kuat dan keterampilan mengajar

yang handal.

Revitalisasi juga harus diimbangi dengan peran-peran masyarakat agar bias

menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang siswa untuk belajar dan

berlatih berbahasa Indonesia yang baik dan benar,dengan cara memberikan teladan

yang baik dalam peristiwa tutur sehari-hari. Demikian dengan media massa

(cetak/elektronik) hendaknya juga menaruh kepedulian yang tinggi untuk

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah

kebahasaan yang berlaku.

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan

ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan

efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisi tujuan dan karakteristik

studi dan siswa,analisis sumber belajar,menetapkan strategi pengorganisasian,isi

pembelajaran,menetapkan strategi penyampaian pembelajaran,menetapkan strategi

pengelolaan pembelaajaran,dan menetapkan prosedur pengukuran hasil belajar. Maka

dari itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi

pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan

memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran

diharapkan pencapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi.

Untuk mencapai tujuan belajar bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar

bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya,serta menjadikan

aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-

prinsip belajar bahasa yaitu harus diperlakukan sebagai individu yang memiliki

kebutuhan dan minat,diberi kesempatan berpartisipasi dalam penggunaan bahasa

secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas,keterampilan,dan strategi untuk

mendukung proses pemerolehan bahasa.

Dalam strategi pembelajaran terdapat variable metode pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi

pembelajaran,dan strategi pengelolaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran bahasa

bukanlah untuk menjadikan siswa sebagai ahli bahasa,melainkan sebagai seorang yang

dapat menggunakan bahasa untuk keperluannya sendiri,dapat memanfaatkan

sebanyak-banyaknya apa yang ada di luar dirinya dari mendengar,membaca,dan

mengalami,serta mampu berkomunikasi dengan orang disekitarnya tentang

pengalaman dan pengetahuannya.

Kondisi pembelajaran adalah factor yang mempengaruhi efek metode dalam

meningkatkan hasil belajar. Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode

pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan hanya

metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda dibawah

kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh

perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya,jika suatu kondisi pembelajaran

dalam suatu situasi dapat dimanipulasi,maka ia ia berubah menjadi metode

pembelajaran. Artinya klasifikasi variable-variabel yang termasuk kedalam kondisi

Page 85: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

85

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

pembelajaran,yaitu variaberl-variabel yang berpengaruh pada penggunaan metode

karena ia berinteraksi dengan metode dan sekaligus diluar control perancang

pembelajaran. Variable dalam pembelajaran dapat dikelompokan menjadi tiga bagian,

yaitu tujuan dan karakteristik bahasa,kendala dan karakteristiknya,dan

karakteristik pelajar.

Page 86: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

86

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Belajar Bahasa dan Perkembangan Bahasa

Oleh: Neng Widaningsih

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam

pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul.

Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu

memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai

berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan

perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seseorang (bayi-anak)

dimulai dengan meraba dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata,

menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan

menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti

faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan

berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan mnasih sangat

sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami

lingkungan, maka bahsa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana

menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan,

karena bahsa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan.anak (bayi)

belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain ―meniru‖ dan ―mengulang‖ hasil

yang telah di dapatkan merupakan cara belajar bahsa awal.

Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang di

dengarkannya. Manusia dewasa di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas.

Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun di saat

anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan

penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis,

maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat

komunukaisi disini di artikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan

dipahami oleh orang lain.

Bahasa Remaja

Bahasa remaja adalah bahsa yang telah berkembang. Anak remaja telah

banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahsa remaja terbentuk oleh

kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencangkup lingkungan keluarga, masyarakat,

dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang

dimiliki adalah bahasa yang berkembang didalam keluarga atau bahasa ibu.

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan

masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian

yang dihasilkan dari pergaulan dari masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dan

Page 87: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

87

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

perilaku berbahasa. Bersama dengan kehidupannya didalam masyarakat luas, anak

(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Sebagaimana diketahui di lembaga

pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang

benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu

pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan

sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan didalam

masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol sehingga bahasa anak

(remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang didalam

kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang

bentuknya amat khusus, seperti istilah ― lebay‖ dikalangan remaja yang dimaksudkan

adalah berlebihan. Bahasa ―prokem‖ tercipta secara khusus untuk kepentingan

khusus pula.

Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah

dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu

dengan yang lain. Hal ini ditunjukan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai

dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan

yang rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa

sembarangan dengan istilah-istilah yang ―kasar‖. Masyarakat terdidik yang pada

umumnya memiliki status sosial lebih baik, akan menggunakan istilah-istilah lebih

efektif, dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu,

perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu adalah:

1. Umur anak Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,

bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya.bahasa seseorang akan

berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik

akan ikut mempengaruhi sehubunagn semakin sempurnanya pertumbuhan organ

bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa

remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai

tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak

akan mampu menunjukan cara berkomunikasi dengan baik.

2. Kondisi lingkungan Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup

besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda

dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,

pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan kelompok sosial yang lain. Bahasa

berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan

merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai

dengan proses meniru. Dengan demikian, remaja yang berasal dari lingkungan yang

berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

3. Kecerdasan anak

Page 88: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

88

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal

tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik

seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.

Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan

menyusun kalimat dengan baik, dan memahami dan menangkap maksud suatu

pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang

anak.

4. Status sosial ekonomi keluarga Keluarga yang berstatus sosial baik, akan mampu menyediakan situasi yang

baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya. Rangsangan

untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi

berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan lebih tampak

perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga yang

terdididk. Dengan kata lain pendididkan keluarga berpengaruh terhadap

perkembangan bahasa.

5. Kondisi fisik Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang

cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunukasi sepert bisu, tuli, gagap,

atau organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan

tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.

Kemampuan Masyarakat Dalam Berbahasa

Perkembangan bahasa di kalangan masyarakat sungguh sangat

memprihatinkan karena banyak penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku kadang

sukar dimengerti oleh sebagian orang banyak penggunaan bahasa asing dikalagan

masyarakat.

Kadang orang salah menafsirkan bahasa yang baik dan benar yang menurut

EYD atau penulisan bahasa yang di singkat. Dalam m,asyarakat multi bahasa tersedia

berbagai kode, baik berupa bahasa dialek, variasi, dan gaya untuk digunakan dalam

interaksi sosial.

Dalam pemilihan bahasa terdapat tiga kategori pemilihan, yaitu ;

1. Dengan memilih satu variasi bahasa yang sama, maksudnya yaitu bila seseorang

menggunakan bahasa asli bila seseorang berbicara dengan orang lain.

2. Dengan melakukan alih kode, menggunakan satu bahasa tapi menggunakanbahasa

lain untuk keperluan lain

3. Dengan melakukan campur kode, menggunakan satu bahasa disertai dengan

serpihan bahasa-bahasa lain

Kemampuan individual dalam berbahasa

Yang dimaksud kemampuan yaitu suatu bentuk keterampilan atau bakat-

bakat naluri yang sudah ada dan berkembnag sepenuhnya melalui proses belajar

terhadap lingkungan sosial. Individual yaitu merupan diri pribadi seseorang.

Sedangkan bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi. Jadi yang dimaksud kemampuan

Page 89: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

89

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

individual dalam berbahasa adalah bakat-bakat yang sudah ada dalam pribadi

seseorang untuk mengungkapkan sebuah kata yang cocok dalam pergaulan.

Sikap dalam berbahasa

Dalam bahasa Indonesia kita sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi

berdiri yang tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan atau tindakan yang

dilakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan,atau pendapat) sebagai reksi

atas adanya suatu hal atau kejadian. Sesungguhnya, sikap itu adalah fenomena

kejiwaan yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan perilaku. Namun,

menurut banyak penelitian tidak selalu yang dilakukan secara lahiriah merupakan

cerminan dari sikap batiniah. Sikap dalam berbahasa yaitu perilaku atau keyakinan

mengenai bahasa dan objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada

seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya.

Etika berbahasa dalam individu Etika yaitu membahas tentang nilai-nilai kebahasaaan dalam diri individu. Jadi

yang dimaksud etika berbahasa dalam individu yaitu nilai-nilai kebahasaan yang

ditonjolkan oleh setiap individu. Etika berbahasa dalam individu berkaitan dengan

pemiilihan bahasa.oleh karena itu, etika berbahasa ini antara lain akan mengatur apa

yang harus kitta katakan, ragam bahasa apa ynag paling wajar, kapan dan bagaimana

kita menggunakan giliran berbicara kiyta, kapan kita harus diam, bagaimana kualitas

suara dan sikap fisik kita di dalam berbicara. Etika berbahasa itu tidaklah

merupakan hal yang yang terpisah melainkan merupakan hal yang menyatu di dalam

tindak laku berbahasa.

Kemampuan dalam berbahasa Kemempuan dalam berbahasa yaitu suatu bentuk keterampilan yang sudah ada dan

berkembang sepenjuhnya melaluia proses belajar sehingga membentuk bahasa. Jadi

kemampuan dalam berbahasa sudah ada sejak lahir.

Pemilihan bahasa dalam individu

Di Indonesia secara umum digunakan tiga buah bahasa dengan tiga sasaran yaitu

bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa Indonesia digunakan

dalam keindonesiaan,yang sifatnya nasional, seperti dalam pembicaraan antar

suku,bahasa dalam pengantar pendidikan, dan dalam surat menyurat. Bahasa daerah

digunakan dalam kedaerahan seperti dalam upacara pernikahan, percakapan dalam

keluarga daerah, dan komunikasi antar penutur daerah. Sedangan bahasa asing

digunakan untuk kominikasi antar bangsa atu untuk keperluan keperluan tertentu

yang menyangkut interlekutoor orang asing.

Page 90: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

90

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Bagaimana Belajar Bahasa

Oleh: Rina

Dikehidupan kita sehari-hari sudah tentu kita mengenal apa yang namanya

bahasa,sebab bahasa merupakan alat komunikasi seperti dalam berbagai teori

pendekatan komunikatif mengasumsikan bahwa bahasa adalah alat komunikasi, alat

untuk berindividualisme dengan orang lain melalui alat ucap kita, sehingga kita bisa

mengkomunikasikan sesuatu yang bermakna dan terarah, karena penggunaan bahasa

manusia dapat dipahami dengan baik jika dipandang dari konteks alaminya sebagai

seperangkat saluran yang tersedia bagi manusia untuk mengirimkan dan menerima

informasi. Dengan komunikasi kita dapat mengkomunikasikan apa yang ada dipikiran

kita serta dapat pula mengekspresikan dan perasaan kita.

Adapun menurut Canale(1987)

1. Bahasa adalah suatu bentuk interaksi social.

2. Bahasa melibatkan tingkat ketidak-teramalan dan kreaktivitas yang tinggi dalam

bentuk dan pesan.

3. Bahasa berlangsung dalam diskors dan konteks sosial budaya yang memberikan

batasan tentang penggunaan bahasa yang baik dan sesuai, sehingga digunakan

sebagai penanda untuk mengoreksi interpretasi ungkapan.

4. Bahasa selalu memiliki tujuan.

5. Bahasa melibatkan otentik dan dipertentangkan dengan bahasa yang dibuat buku

teks.

Di dalam bahasa kita mengenal empat macam dalam keterampilan berbahasa

yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, setiap keterampilan itu sangat

berhubungan erat dan beraneka ragam. Untuk memperoleh hubungan keterampilan

berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubunhan yang terratur. Mula-mula ketika

kita kecil kita belajar menyimak bahasa dengan proses peniruan apa yang kita

perhatikan di dalam rumah, misalnya pada saat orang tua kita mengajarkan baik itu

ucapan ataupun tingkah laku yang mereka lakukan,kemudian kita melakukan proses

berbicara. Menyimak dan berbicara kita lakukan sebelum memasuki sekolah.

Berbicara merupakan suatu ketermpilan berbahasa yang berkembang dalam

kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak, karena pada masa

tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.Keterampilan berbahasa

sudah tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosakata yang diperoleh pada

anak kecil melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum matangan dalam

perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan

berbahasa, maka dari itu kita perlu menyadari bahwa keterampilan-keterampilan

yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan

Page 91: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

91

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan

berbahasa itu.

Berbicara saling berkaitan dengan berkomunikasi, sebab manusia merupakan

makhluk sosial sehingga tindakan yang pertama dan yang paling penting adalah

tindakan sosial karena itu merupakan suatu tindakan sosial tempat untuk

mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling

mengutarakan perasaan, dan saling mengekspresikan serta menyetujui terhadap

suatu pendirian atau keyakinan.

Oleh karena itu didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen

yang umum.

Hubungan antara berbicara dengan menyimak merupakan kegitan komunikasi

dua arah yang langsung melalui komunikasi secara tatap muka. Ada beberapa hal yang

harus diperhatikan eratnya hubungan antara berbucara dengan menyimak ;

1. Ujaran(speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru(imitasi)

2. Kata-kat yang dipakai dan dipelajari oleh kita biasanya ditentukan oleh

perangsang(stimuli) pada saat misalnya di kehidupan atau di lingkungan desa

maupun kota.

3. Ujaran yang kita pakai sudah tentu mencerminkan pemakaian bahasa sesuai

dengan tempatnya antara dirumah dan di kehidupan kita sehari-hari.

4. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas

berbicara sesesorang.

5. Suara yang merupakan suatu faktor yang paling penting dalam meningkatkan cara

pemakaian kata-kata yang kita pakai.

Batasan dan tujuan berbicara(ujaran) merupakan suatu bagian yang integral

dari keseluruhan personalitas dan kepribadian yang mencerminkan lingkungan ketika

kita berbicara, sehingga berbicara merupakan kemampuan pengucapan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekepresikan menyataka serta penyampaian

pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara juga dapat diartikan bahwa suatu sistem

tanda-tanda yang dapat di dengar (audible) dan yang klihatan(visible) yang

bermanfaat pada sejumlah otot dan otot jaringan tubuh manusia bertujuan agar

gagasan atau ide-ide itu dapat disatukan lebih jauh lagi.

Tujuan utama dari berbicara itu sendiri yaitu untuk berkomunikasi agar

dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sehingga orang yang berbicara

memahami makna pada segala sesuatu yang di komunikasikan, harus mampu

mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar dan harus mengetahui prisip-

prisip yang mendasari segala situasi pembicara baik secara umum maupun

perorangan.

Seorang ahli lain, M. Doug Brown, setelah menelaah batasab bahasa dari 6

buah sumber, membuat rangkuman sebagai berikut;

1. batasan adalah sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif

2. bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka(simbol-simbol).

Page 92: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

92

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

3. Lambang- lambang tersebut terutama sekali bersifat vical, tetapi mungkin juga

bersifat visual.

4. Lambang-lambang itu mengandung makna-makna konvensional.

5. Bahasa dipergunakan sebagai komunikasi.

6. Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa(a speech community) atau

budaya.

7. Bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak bersifat

tidak terbatas pada manusia.

8. Bahasa diperoleh oleh semua bangsa /orang dengan cara yang hampir/ banyak

bersamaan; bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri-ciri kesemestaan

(universal characteristics). (Brown, 1980:5). Setiap masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik; yang bertindak

sebagai pembicara dan menyimak. Dalam komunikasi yang lancar, proses perubahan

dari pembicara menjadi penyimak dan dari penyimak menjadi pembicara begitu

cepat, terasa sebagai suatu peristiwa dan wajar, yang bagi orang kebanyakan tidak

perlu dipermasalahkan apalagi dianalisis. Lain halnya bagi para ahli dalam bidang

linguistik dan pengajaran bahasa. Bila kita analisis ―suatu peristiwa bahasa‖ atau ―a language event‖ yang terjadi antara sipembicara (speaker) dan si

pendengar/penyimak (hearer/listener).

Prisip dalam pembelajaran bermakna

Pembelajaran nermakna akan menuntun kepada retensi jangka panjang yang

lebih baik dibandingkan dengan rote learning.

Beberapa kemungkinan prinsip diatas da dalam kelas sebagai berikut;

1. Gunakan kekuatan pembelajaran bermakna dengan menarik minat pelajar, tujuan

akademik, dan tujuan karir pelajar.

2. Apabila topik atau konsep baru diperkenelkan, upayakan untuk menanamkannya

dengan mempertimbangkan pengetahuan dan latar belakang pelajar sehinga topik

baru itu dapat dikaitkan dengan apa yang diketahuinya.

3. Hindari pembeklajaran menghafal.

Antisipasi penghargaan

Manusia secara umum terdorong untuk bertindak atau bertingkah laku

dengan mengharapkan semacam penghargaan nyata atau tidak nyata, jangka pendek

atau jengka panjang yang akan terjadi sebagai akibat perilaku itu.

Prinsip motivasi intrinsik

1. Penghargaan yang paling kuat adalah penghargaan yang secara intrisik termotivasi

dalam diri pelajar.

2. Sebab perilaku ini tersumber dari kebutuhan, keinginan, dan hasrat dalam diri

seseorang.

3. Perilaku itu sendiri dapat memberikan penghargaan terhadap diri sendiri, karena

itu tidak perlu sama sekali adanya penghargaan yang diberikan secara eksternal.

Page 93: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

93

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Investasi strategis

Penguasaan bahasa kedua yang sukses sebagian besar disebabkan oleh

investasi perorangan pelajar terdiri dari aspek waktu, upaya, dan perhatian kepada

bahasa kedua dalam bentuk deretan strategi perorangan guna memahami dan

memproduksi bahasa.

Prinsip efektif

o) Ego bahasa

o Sementara manusia belajar mnggunakan bahasa kedua, mereka juga

mengembangkan suatu modus baru berpikir, berperasaan, danbertindak

identitas kedua.

o Ego bahasa kedua yang bergandeng dengan bahasa kedua dengan mudah dapat

menciptakan dalam diri pelajar suatu perasaan keraouhan, kedefensivan, dan

peningkatan tambahan.

Kepercayaan diri

Keberhasilan pelajar dalam suatu petugas sebagiannya merupakan faktor

keyakinannya bahwa mereka benar-benar mampu menyelesaikan tugas itu.

Penambilan resiko

Pelajar bahasa yang sukses saat menilai diri mereka sendiri secara realistik

merupakan orang yang rentan namun mampu menyelesaikan tugas harus sudi

―penjudi‖ dalam permainan bahasa, mencoba menghasilkan dan menafsirkan bahasa

sedikit di batas keyakinan mutlak mereka.

Hubungan bahasa- budaya

a. kapanpun mengajarkan suatu bahasa, sistem budaya yang rumit, tata krama, nilai,

dan cara berpikir, merasa, dan bertindak.

b. Khusus dalam konteks pembelajaran bahasa kedua.

Prinsip linguistik

a. efek bahasa ibu.

b. Antar bahasa.

c. Kompetensi komunikatif

Dengan demikian maka berbicara itu lebih dari pada hanya sekedar

pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata, berbicara merupakan instrumen yang

mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang

pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para

penyimaknya.

Page 94: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

94

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Belajar Bahasa

Oleh: Rinrin Riansyah

Belajar berarti berusaha memperoleh ilmu atau kepandaian. Dalam bahasa

sederhana kata belajar di artikan sebagai menuju ke arah yang lebih baik dengan

cara sistematis. Belajar adalah suatu proses keinginan untuk ingin menjadi pandai

dan mengetahui ilmu pengetahuan. Bruner mengemukakan proses belajar yang terdiri

atas tiga tahapan yaitu informasi, transformasi, dan evaluasi. Yang di maksud tahap

informasi adalah proses penjelasan, pengetahuan atau pengarahan mengenai

pengetahuan, keterampilan dan sikap contohnya narasumber. Tahap transpormasi

adalah proses perpindahan informasi. Namun, informasi itu harus di analisis atau di

transformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak agar dapat digunakan dalam

konteks yang lebih luas.

Di kemukakan oleh Gegne yang menetapkan proses belajar melalui analisis

yang cermat dalam suatu konstibusi pengajaran. Ia membuat konstribusi pengajaran

berdasarkan gambaran variasi perubahan. Yang di maksud dengan variasi perubahan

adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri anak didik. Tahapan evaluasi

adalah penilaian sejauh mana pengetahuan, keterampilan dan sikap yang di miliki oleh

peserta didik. Fungsi evaluasi adalah guru bisa mengetahui apakah pengetahuan siswa

itu bertambah atau tidak, dalam evaluasi tidak hanya menilai siswa tetapi guru

menilai cara belajar siswa.

Bahasa adalah kombinasi kata yang di atur secara sistematis. Sehingga, bisa

di pakai sebagai alat komunikasi. Kata itu sendiri, merupakan bagian integral dari

simbol yang di pakai oleh kelompok masyarakatnya. Menurut Robert Sibarani (1992),

mengutip pendapat Aart van zoest simbol adalah sesuatu yang dapat menyimbolkan

dan mewakili ide, pikiran, perasaan, dan tindakan secara konvensional. Dalam hal ini

tidak ada hubungan alamiah antara yang menyimbolkan dan yang di simbolkan berarti,

baik yang batiniah (perasaan, pikiran, ide), maupun yang lahiriah (tindakan) dapat di

simbolkan atau di wakili simbol. Dengan sifat konvensional tersebut, maka bahasa di

dunia ini tidak ada yang sama. Adanya aspek simbol dan konvensi yang menyebabakan

tidak ada bahasa yang sama maka bahasa pun memiliki variasi. Namun, untuk

menetapkan faktor apa yang dominan memunculkan variasi bahasa, para ahli linguistik

masih saling berdebat. Joshua A. Fishman (1972) contohnya menegaskan,

berkomunikasi dengan bahasa bukan hanya di tentukan oleh faktor linguistik.

Melainkan, juga oleh faktor non linguistik, seperti faktor sosial dan faktor

situasional. Faktor sosial, di antaranya meliputi status sosial tingkat pendidikan, usia

dan jenis kelamin. Sedangkan faktor situasional, di antaranya, mencakup siapa

berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, dimana, dan masalah apa yang di

Page 95: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

95

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

bicarakan. Sesuai penegasan ini, berarti, dominasi faktor sosial dan faktor

situasional dalam pemakain bahasa akan mempengaruhi munculnya variasi bahasa.

Sedangkan, menurut David Crystal (1983) variasi bahasa adalah bentuk yang

digunakan sebagai alternatif untuk menggantikan yang asli, yang awal, atau yang

baku. Di dalam bidang sosial linguistik, ungkap David Crystal, variasi bahasa itu

mengacu pada sistem ekspresi linguistik yang dipengaruhi hanya oleh variabl-variabel

situasional. Variasi bahasa dapat di lihat berdasarkan aspek-aspek (1) waktu, (2)

regional, (3) status, (4) sosiokultural, (5) situasional, dan (6) medium pengungkapan.

Belajar bahasa dapat dipelajari:

1. Pemilihan bahasa Pemilihan bahasa dalam masyarakat multi bahasa merupakan gejala yang

menarik untuk di kaji dari perspektif sosiolinguistik. Fasold mengemukakan bahwa

sosiolinguistik dapat menjadi bidang studi karena adanya pemilihan bahasa. Fasold

memberikan ilustrasi dengan istilah societal multilingualism yang mengacu pada

kenyataan adanya banyak bahasa di dalam masyarakat. Dalam masyarakat multi

bahasa tersedia berbagai kode, baik berupa bahasa, dialek, variasi, dan gaya untuk

digunakan dalam interaksi sosial. Dengan tersedianya kode-kode tersebut,

masyarakat akan memilih kode yang tersedia sesuai dengan factor-faktor yang

mempengaruhinya.

Pemilihan bahasa menurut Fasold (1984) tidak sesederhana yang kita

bayangkan, yakni memilih sebuah bahasa secara keseluruhan dalam suatu peristiwa

komunikasi. Dalam pemilihan bahasa terdapat tiga kategori pemilihan. Pertama,

dengan memilih satu variasi dari bahasa yang sama. Kedua, dengan melakukan alih

kode, artinya menggunakan satu bahasa pada satu keperluan dan menggunakan

bahasa yang lain pada keperluan lain dalam satu peristiwa komunikasi. Ketiga, dengan

melakukan campur kode. Pemilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat di

sebabkan oleh berbagai faktor sosial dan budaya. Evintrif (1972)

mengidentifikasikan empat faktor utama sebagai penanda pemilihan bahasa penutur

dalam interaksi sosial, yaitu (1) latar dan situasi (2) partisipan dalam interaksi (3)

topik percakapan (4) fungsi interaksi.

2. Pengertian pemerolehan bahasa Pemerolehan bahasa di artikan sebagai periode seorang individu atau

masyarakat sosial memperoleh bahasa atau kosakata yang baru. Pemerolehan bahasa

sangat banyak di tentukan oleh interaksi rumit antara aspek kematangan biologis,

kognitif, dan sosial. Menurut Slobin (dalam tarigan, 1988) mengemukakan bahwa

setiap pendekatan modern terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi

kenyataan bahwa bahasa di bangun sejak semula oleh anak, memanfaatkan aneka

kapasitas bawaan sejak lahir yang beraneka ragam dalam interaksinya. Pemerolehan

bahasa mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba, tanpa disadari. Kebebasan bahasa

muali sekitar usia satu tahun di saat anak mulai menggunakan kata-kata terpisah

dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pemerolehan bahasa

memiliki suatu permulaan gradual yang muncul dari masyarakat melalui proses yang

Page 96: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

96

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

lama artinya proses peniruan tejadi kepada siapa saja dan di mana saja. Berkaitan

dengan pemerolehan bahasa, setidaknya anak-anak mendapatkan dan mempelajari

paling sedikit satu bahasa, kecuali anak-anak yang secara fisik mengalami gangguan.

Para ahli mengemukakan bahwa anak akan mencapai tingkat penguasaan bahasa orang

dewasa dalam jangka waktu kurang lebih 25 tahun. kemudian, anak akan berusaha

menyempurnakan pemerolehannya dengan menambah penguasaan kosa kata,

memperdalam pemahaman tata bahasa dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

seluk beluk bahasa. Berikut ini akan di jelaskan tahap-tahap perkembangan secara

kronologis oleh Mackey (1965).

Usia 3 bulan, anak akan mulai mengenal suara manusia ingatan yang sederhana

mungkin sudah ada, tetapi belum tampak jelas. Segala sesuatu masih terkait

dengan apa yang di lihatnya.

Usia 6 bulan, anak sudah mulai dapat membedakan antara nada yang halus dan

nada yang kasar. Anak mulai membuat vokal ―baBaba‖.

Usia 9 bulan, anak mulai bereaksi terhadap bahasa isarat. Dia mulai mengucapkan

macam – macam suara dan tidak jarang kita bisa mendengarkan campuran suara

yang menurut kita suara yang aneh atau suara yang tidak dapat kita pahami.

Usia 12 bulan, anak akan mulai membuat reaksi terhadap suruhan. Anak gemar

mengeluarkan suara – suara dan bisa di amati, adanya beberapa kata yang di

ucapkannya untuk mendapatkan sesuatu atau hal-hal yang d inginkan .

Usia 18 bulan, anak mulai mengikuti petunjuk atau arah. Kosakatanya sudah

mencapai sekitar dua puluhan. Di dalam tahap ini komunikasi dengan menggunakan

bahasa sudah mulai kelihatan dan cukup nampak.

Usia 2 – 3 tahun, anak sudah bisa memahami pertanyaan dan suruhan sederhana.

Kosakatanya sudah mencapai beberapa ratus ( baik yang pasif ataupun yang aktif

) anak sudah bisa mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana.

Usia 4 – 5 tahun, pemikiran anak makin mantap meskipun masih sering

membingungkan dalam hal – hal yang berkaitan dengan waktu belum bisa di pahami

dengan jelas.

Usia 6 – 8 tahun, tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa di pakai

oleh kita ( orang dewasa )sehari hari. Anak akan mulai beraktivitas dengan

melakukan belajar membaca dengan sendirinya akan menambah pembendaharan

katanya. Dia mulai membiasakan diri untuk pola kalimat yang agak rumit pada

dasarnya di kuasainya sebagai alat untuk berkomunikasi.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua Masyarakat di luar ibukota Negara biasanya di anggap sebagai kelompok

pertama. kelompok ini sebagai penyumbang utama pembendaharaan bahasa

Indonesia melalui bahasa Jawa, Sunda dan beberapa daerah dengan demografis

besar seperti Sumatra utara. Kelompok ini berkembang dengan pesat dalam segi

demografisnya.. Kelmpok pengguna bahasa daerah sebagai bahasa ibu secara

tradisional bertahan karena tuntutan dari lingkungan dimana mereka di lahirkan dan

hidup. Tidak ada yang salah dengan situasi demikian seorang individu lahir di dalam

Page 97: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

97

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

sebuah keluarga berbahasa ibu contohnya Sunda. Pada perkembangan selanjutnya

kedua orang tuanya mulai menanamkan beberapa kosakata bahasa Sunda. Jarang

sekali kosakata tersebut mulai berkombinasi dengan bahasa Indonesia yang telah di

kuasainya. Bagi orang tua yang tidak mengenal bahasa Indonesia dengan baik, maka

dapat di pastikan bahwa pemerolehan bahasa anak mereka akan di dominasikan oleh

bahasa daerah setempat.. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua pada

umumnya di berikan sejak usia dini. Jarang sekali bahasa Indonesia di berikan

hampir bersamaan dengan bahasa ibu. Beberapa kosakata pada tahap inisiasi

misalnya papa, mama, baik, senyum, cantik, dan banyak lagi kosakata lainnya yang

terkenal bagi usia anak kecil. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, Tidak jarang

keluarga berbahasa ibu bahasa daerah yang mengajarkan bahsa Indonesia secara

formal kepada anaknya, mereka yakin akhirnya anak mereka akan dapat berbahasa

Indonesia.

Page 98: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

98

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Bagaimana Belajar Bahasa

Oleh: Sumiyati

Dari Segi Proses dan Teori

Belajar bahasa melalui proses terlebih dahulu terutama pada anak yang

mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan

pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (B1) (anak) terjadi bila anak

yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa

pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi dari pada

bentuk bahasanya. Bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan,

memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana

menuju gabungan kata yang lebih rumit. Pembelajaran bahasa bisa diatasi dengan

cara yakni pada proses pembelajaran awal dilakukan upaya atau langkah-langkah

penambatan materi secara sistematis dan bermakna sejak awal guna meningkatkan

proses pengingatan. Proses bahasa telah diketahui bahwa bila mendengar orang yang

berbicara, sebenarnya mendengarkan bunyi bahasa. Bunyi bahasa tersebut ada yang

dipahami dan ada yang tidak dipahami. Bila dimengerti berarti bunyi bahasa yang

didengar, satu sistem dengan bahasa, dan bila tidak dimengerti berarti berbeda

sistem. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi, yaitu untuk mengungkapkan ide dan

gagasan terhadap orang lain. Syarat terjadinya suatu komuinikasi yang baik dalam

berkomunikasi sebenarnya melalui suatu proses yang disebut proses bahasa. Proses

bahasa tersebut terjadi pada pembicara, lingkungan, dan pendengar. Maka dari itu,

seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara

tepat bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu,

seseorang juga harus memperhatikan tatakrama berkomunikasi dengan menyimak.

Adapun pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang

dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin

bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang

mungkin sekali terjadi. Dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih,

berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik serta

yang paling sederhana dari bahasa tersebut. Kanak-kanak melihat dengan

pandangannya akan kenyataan-kenyataan bahasa yang dipelajarinya dengan melihat

tata bahasa asli orang tuanya, serta pembaharuan-pembaharuan yang telah mereka

perbuat, sebagai bahasa tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun suatu tata

bahasa yang baru serta yang disederhanakan dengan pembaharuan-pembaharuan

yang dibuatnya sendiri. Seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa anak-

anak dapat belajar menyusun kalimat. Anak-anak belajar memahami kalimat yang

belum pernah mereka dengar sebelumnya. Pada umumnya kebanyakan ahli kini

berpandangan bahwa anak dimanapun juga memperoleh basa ibunya dengan memakai

Page 99: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

99

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi yang sama tetapi

juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan

bekal pada saat dilahirkan Mempelajari sebuah bahasa bisa dilakukan dengan proses

atau berbagai macam cara, bisa dengan cara membaca buku-buku teori tentang

bahasa, bisa melalui media televisi, bisa dengan bercakap langsung dengan penutur

asli suatu bahasa dan lain sebagainya. Dari beberapa cara tersebut, cara yang paling

mendasar dalam mempelajari bahasa adalah dengan menyimak tuturan suatu

bahasa.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, keterampilan menyimak

mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan keterampilan bahasa yang

lain. Seseorang memperoleh bahasa pertamanya karena mendengarkan orang-orang

di sekelilingnya bertutur dan mengucapkan kata-kata, sehingga kata-kata yang

didengar akan langsung terekam di dalam otak seseorang yang selanjutnya secara

tidak sadar, kata-kata itu akan diucapkan pada saat ia menggunakan keterampilan

berbicaranya. Orang juga lebih sering menggunakan bahasa tutur dari pada bahasa

tulis, sehingga orang lebih sering mendengar dari pada membaca. Maka dalam

memahami suatu tuturan, seseorang harus mempunyai daya menyimak yang baik dan

didukung dengan pemahaman mengenai kaidah bahasa yang digunakan.

Berbicara juga sebagai suatu keterampilan berbahasa yang berkembang

pada kehidupan anak. Dalam bahasa ada proses pendekatan berorientasi penuh pada

fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antarsesama. Untuk mengungkapkan berbagai

ungkapan dalam aktivitas komunikasi, seseorang harus mengetahui sejumlah fungsi

bahasa agar ia dapat mengungkapkan tuturan bahasa sesuai dengan siapa, kapan, dan

bagaimana bertutur.

Adapun motivasi dalam bahasa adanya kebutuhan atau keinginan yang

dirasakan pembelajar bahasa untuk balajar bahasa. Proses belajar bahasa terjadi

bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan

baru. Proses itu melalui tahapan memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami

makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

Selanjutnya proses belajar bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi

bahasa bukan usia anak. Proses belajar bahasa didapat melalui: enaktif yaitu

aktivitas untuk memahami lingkungan, ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan

visualisasi verbal; simbolik yaitu memahami gagasan-gagasan yang abstrak. Beberapa

teori yang mengungkapkan bahwa bahasa teori belajar ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan pembelajaran bahasa.

Menurut pandangan kaum behavioris, tidak ada struktur linguis yang dibawa

anak sejak lahir (anak kosong dari bahasa). Anak lahir seperti kain putih tanpa

catatan tanpa potensi bahasa. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh

melalui pengalaman dan proses belajar yang akhirnya akan membentuk bahasa.

Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui

pewarisan kebudayaan (sama seperti belajar mengemudi). Menurut teori bahavioris

Page 100: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

100

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

proses akuisisi bahasa terjadi melalui perubahan tingkah laku yang terjadi karena

lingkungan.

Teori belajar termasuk psikologi, dan teori belajar bahasa termasuk

psikolinguistik. Teori belajar bahasa dengan tujuan agar terdidik terampil

menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya dengan demikian suatu ilmu terapan

untuk kepentingan praktis yaitu terampil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Teori behavioris menganggap bahwa perilaku

berbahasa yang efektif merupakan hasil respons tertentu yang dikuatkan. Respons

itu akan menjadi kebiasaan atau terkondisikan, baik respons yang berupa pemahaman

atau respons yang berwujud ujaran. Seseorang belajar memahami ujaran dengan

mereaksi stimulus secara memadai dan memperoleh penguatan untuk reaksi itu.

Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar

bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki

bekal dengan apa yang disebutnya ―alat penguasaan bahasa‖ bahwa belajar bahasa

merupakan kompetensi khusus bukan sekedar belajar secara umum. Cara berbahasa

jauh lebih rumit dari sekedar penetapan stimulus, eksistensi bakat perkembangan

bahasa anak bukanlah proses perkembangan sedikit demi sedikit stuktur yang salah,

bukan dari bahasa tahap pertama yang lebih banyak salahnya ke tahap berikutnya,

tetapi bahasa anak pada setiap tahapan itu sistematik dalam arti anak secara terus

menerus dengan dasar masukan yang diterimanya dan kemudian mengujinya dalam

ujarannya sendiri dan pemahamannya. Selama bahasa anak itu berkembang, belajar

bahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan

lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman,

proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak sebagai

seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa, dan struktur kompleks

dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang

dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai akibat

interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif anak dan lingkungan

lingualnya. Struktur tersebut telah tersedia secara alamiah. Perubahan atau

perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana keterlibatan

kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya. Menurut Chomsky (Woolflok,

dkk, 1984:70) anak dilahirkan kedunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Mereka

belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan

mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk

oleh lingkungan yang berbeda.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,

pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam

berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu

membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan belajar dapat diartikan sebagai

proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, sedangkan

tujuan pembelajaran bahasa adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks

Page 101: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

101

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya

tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu

dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Untuk mencapai

tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa

yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-

aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip

belajar bahasa sebagai berikut. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik jika;

(1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi

kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam

berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya

kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan

bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan

budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan

hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut

kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran

mereka sendiri.

Bahasa pun digunakan untuk belajar mengungkapkan buah pikiran. Seseorang

yang sedang memikirkan sesuatu pasti akan menggunakan bahasa untuk

menyampaikan pikirannya atau menggunakan bahasa untuk merangkai pikiran didalam

otaknya begitu cepatnya pemerolehan bahasa pada anak telah membuat baik orang

tua. Ada dua pendapat mengenai pemerolehan bahasa pada anak. Pertama, beberapa

ahli bahasa (biasanya disebut kaum nativist) menganggap bahwa bahasa pada

dasarnya bersifat innate (bawaan), bahwa anak-anak dilahirkan dengan sebuah bakat

spesial, unik, yang memungkinkan manusia untuk dapat memahami/menguasai tata

bahasa sebuah bahasa tanpa harus mendapatkan pengajaran. Yang kedua, biasanya

disebut kaum behaviorist, berpendapat bahwa para orang tua-lah yang mengajarkan

bahasa kepada anak-anak mereka dengan cara menggunakan bahasa yang telah

disederhanakan (saat berbicara dengan anak-anak mereka) dan dengan memberikan

timbal-balik saat anak-anak menggunakan bahasa secara tidak benar atau kurang

tepat.

Page 102: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

102

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

Bagaimana Belajar Bahasa Indonesia

Oleh: Yogi Ginanjar

Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak

menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara

spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang

sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk

memperinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-

laki" sebagai contohnya.

Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra".

Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua

kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.

Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah

reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam

konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang".

Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata

benda.

Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,

yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak

termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti

kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.

Susunan kata dasar yaitu subjek - predikat - objek (SPO), walaupun susunan

kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau

jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu

dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau

"esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".

Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai

kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup

membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.

Tahapan Ejaan untuk Bahasa Melayu/ Indonesia

Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/ Indonesia mengalami beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. Ejaan van Ophuijsen Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van

Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma‘moer dan Moehammad Taib Soetan

Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang

kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah

kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

Page 103: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

103

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

a. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus

disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga

digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

b. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

c. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

d. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata

ma‘moer, ‘akal, ta‘, pa‘, dsb.

2. Ejaan Republik Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan

sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini

yaitu:

a. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat,

dsb.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang

mendampinginya.

3. Melindo (Melayu Indonesia) Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik

selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden

Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun

1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa

Malaysia, semakin dibakukan.

o Penggolongan Indonesia termasuk anggota dari Bahasa Melayu-Polinesia Barat subkelompok

dari bahasa Melayu-Polinesia yang pada gilirannya merupakan cabang dari bahasa

Austronesia. Menurut situs Ethnologue, bahasa Indonesia didasarkan pada

bahasa Melayu dialek Riau yang dituturkan di timur laut Sumatra

o Distribusi geografis Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak

digunakan di area perkotaan (seperti di Jakarta dengan dialek Betawi serta

logat Betawi).

Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip dialek

dan logat di daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk berkomunikasi

dengan orang sedaerah kadang bahasa daerahlah yang digunakan sebagai

pengganti untuk bahasa Indonesia.

o Kedudukan resmi Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang

tercantum dalam:

Page 104: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

104

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, ‖Kami putra dan putri

Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia‖.

2. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang

Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa ‖Bahasa Negara

ialah Bahasa Indonesia‖.

Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:

a. Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.

b. Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)

o Berikut ini beberapa cara belajar bahasa dan membangun bahasa secara kreatif: Awalan, akhiran, dan sisipan Bahasa Indonesia mempunyai banyak awalan, akhiran, maupun sisipan, baik yang

asli dari bahasa-bahasa Nusantara maupun dipinjam dari bahasa-bahasa asing.

o Dialek dan ragam bahasa Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu (1) varian

menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan (2) varian menurut pemakaian

yang disebut sebagai ragam bahasa.

Dialek dibedakan atas hal sebagai berikut:

1) Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu

sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan

bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka

bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek

Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.

2) Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat

tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek

wanita dan dialek remaja.

3) Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.

Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.

4) Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua

berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam

pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.

Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak. Maka itu, ia dibagi

atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan

antarpembicara.

Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:

a) ragam undang-undang

b) ragam jurnalistik

c) ragam ilmiah

d) ragam sastra

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:

1) ragam lisan, terdiri dari:

a) ragam percakapan

b) ragam pidato

Page 105: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

105

Bag

aiman

a Be

lajar

Baha

sa

c) ragam kuliah

d) ragam panggung

2) ragam tulis, terdiri dari:

a) ragam teknis

b) ragam undang-undang

c) ragam catatan

d) ragam surat-menyurat

Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan,

tetapi hanya untuk:

1) komunikasi resmi

2) wacana teknis

3) pembicaraan di depan khalayak ramai

4) pembicaraan dengan orang yang dihormati

Selain keempat penggunaan tersebut, ada pula siasat belajar bahasa sebagai berikut:

1) Gunakanlah pemahaman nonlinguistik Anda sebagai dasar bagi penetapan atau

pemikiran bahasa.

2) Gunakan apa saja atau segala sesuatu yang penting dan menonjol serta menarik

hati Anda.

3) Anggaplah bahwa bahasa dipakai secara referensial atau eskpresi dan

menggunakan data bahasa.

4) Amatilah bagaiamana caranya orang lain mengekspresikan berbagai makna.

5) Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing atau memperoleh data yang

Anda inginkan.

6) Tirulah apa yang dikatakan orang lain.

7) Gunakan beberapa prinsip umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa.

8) Buatlah sebanyak mungkin dari yang telah Anda miliki dan Anda peroleh.

9) Hasilkanlah bahasa dan lihatlah bagaimana orang lain memberikan responsi.

Page 106: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

106

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasakumpulanartikel

teoribelajarbahasakumpu

lanartikelteoribelajarbaha

sakumpulanartikelteoribe

lajarbahasakumpulanarti

kelteoribelajarbahasakum

pulanartikelteoribelajarb

ahasakumpulanartikelteo

ribelajarbahasakumpulan

artikelteoribelajarbahasa

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasabnmqwertyuiop

Kumpulan Artikel "Teori Belajar Bahasa"

bagaimana

Mengajarkan bahasa

Page 107: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

107

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Upaya Meningkatkan Mutu

Pengajaran Bahasa dan Sasta Indonesia di Sekolah

Oleh: Ade Muhamad Pidin

Secara kasat mata selama ini masyarakat menilai pelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di sekolah kurang menunjukan hasil yang memuaskan. Walau

pelajaran bahasa Indonesia diajarkan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi,

kompetensi bahasa Indonesia siswa tidaklah menggembirakan. Selama ini bahasa dan

sastra Indonesia ditempatkan siswa sebagai mata pejaran yang kurang favorit

setelah mata pelajaran eksak dan ilmu sosial.

Siswa kurang memiliki pengalaman berbahasa yang baik. Di antaranya

kemampuan menulis yang kurang memadai, kemampuan membaca yang tidak

mentradisi, kurang mahir berbicara, serta belum mampu mengapresiasi dan

mengekspresikan diri dalam sastra sesuai dengan harapan.

Dalam proses belajar mengajar semua guru harus memberikan keteladanan

kepada para siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia. Kepedulian terhadap bahasa

Indonesia para siswa tersebut akan mendorong siswa lebih berhati-hati dalam

penggunan bahasa Indonesia sehingga memberikan pengalaman terhadap para siswa

dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar seuai dengan situasi,tujuan,

tempat dan media.

Pendidikan bahasa Indonesia di Sekolah ditujukan untuk menumbuhkan

kepedulian siswa, guru, tata usaha, dan kepala sekolah terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Kepedulian itu pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan sikap positif

mereka terhadap bahasa Indonesia dan sastra Indonesia, baik sebagai lambang

identitas kebanggaan bangsa, persatuan, dan kesatuan bangsa, maupun pembangkit

rasa solidaritas kemanusian.

Meskipun kemampuan Bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan—

pelatihan-pelatihan guru tetap dilangsungkan, diskusi, seminar, kualitas buku

diperbaiki, perpustakaan ditambah—,tapi persoalan tersebut tetap saja selalu

muncul ke permukaan, di mana pernyataan tersebut tidak selamanya benar dan tidak

selamanya salah. Misalnya dari data Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) pusat

menyebutkan pada tahun 2008 tidak urang dari 12.000 judul buku baru diterbitkan

atau 2000 lebih banyak dari tahun sebelumnya. Berarti hal tersebut menunjukkan

minat membaca dan menulis mulai tumbuh dan menjadi kebiasaan.

Di kalangan remaja membaca dan menulis bahasa dan sastra Indonesia masih

sebatas genre dan buku-buku yang dibaca pun hanya buku-buku chicklit dan teentlit,

yaitu buku-buku sastra remaja yang digemari masyarakat. Sedangkan di luar sastra

remaja sastra kurang dikenal, terutama ketika brsentuhan dengan karya sastra

Page 108: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

108

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

yang memerlukan minat dan motivasi belajar serius, khusus, dan mendalam seperti

karya Sutardji Calzoum Bachri, Taupik Ismail, dan lain-lain yang kurang diminati

siswa.

Untuk mengatasai hal tersebut guru tidak perlu kaku dan berpusat pada

dirinya sendiri, tapi peran siswa dan keberadaannya perlu dilibatkan dalam karya

sastra. Siswa dapat menggali nilai-nilai agama, budaya, sosial, dan nilai-nilai

kemanusiaan untuk mewujudkan idealisme pembelajaran serta diperlukan paradigma

pembelajaran sastra, baik teoretis dari konseptual maupun teknis dan

implementasinya yang meliputi komponen metode, strategi, materi, langkah-langkah

penyajian, media pembelajaran, evaluasi, dan perumusan tujuan pengajaran bahasa

dan sastra Indonesia. Dengan demikian pembelajaran sastra dapat menjadi daya

nalar dan kreativitas siswa. Hal ini juga diakui oleh Sumardjo, bahwa pembelajaran

sastra (apresiasi) adalah salah satu sarana pengembangan intelektual siswa.

Dalam perspektif pendidikan tujuan pembelajaran sastra lebih diarahkan

pada kemampuan siswa dalam mengapresiasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam

sastra. Di dalam kurikulum 2004 guru diberi kebebasan berkreasi mengembangkan

bahan ajar yang inovatif, menarik, menyenangkan, mengasyikan, mencerdaskan, dan

membangkitkan kreativitas siswa. Guru berupaya mengajak siswa mengembangkan

sastra remaja sebagai modal dasar dan tantangan dalam menyampaikan sastra yang

lebih serius sehingga memperkaya wawasan dan bacaan para siswa untuk berfikir

luas dan kritis.

Kegiatan dan membandingkan sastra remaja yang lebih serius dapat

dilakukan melalui kegiatan membaca cerpen, menonton acara baca puisi, teater,

pagelaran, baik melalui kaset maupun DVD. Upaya ini adalah untuk merangsang dan

meningkatkan mutu pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hal itu dapat dilakukan

dengan melaksanakan inovasi pembelajaran, termasuk dalam memanfaatkan alat-alat

teknologi atau information communication technology (ICT) school model. Untuk

menguasai dan menerapkan teknologi tersebut diperlukan pelatihan-pelatihan

langsung melalui diklat yang memberi kesempatan kepada guru untuk terjun langsung

dalam menerapkan dan memanfaatkan pendidikan tersebut.

Kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) harus lebih diintensifkan

dengan bantun pihak sekolah dan dinas setempat. Hal ini dilakukan untuk menambah

pengetahuan para guru dalam mengikuti perkembangan teknologi pendidikan, model,

cara, dan teknik mengajar yang mutakhir. Dengan demikian para guru mampu

mengikuti kemajuan bahasa dan sastra Indonesia yang terus berkembang dan

bersifat dinamis.

Kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia supaya menarik

perhatian siswa dapat juga dengan membawa siswa pada suasana belajar di luar kelas

atau di alam terbuka dengan mengambil objek alam (pesawahan, pegunungan,

pedesaan, perkebunan, atau pantai), lingkungan di sekitar sekolah yang bersifat

budaya (kesenian, kerajinan, museum/ peninggalan sejarah), industri, teknologi dan

sebagainya.

Page 109: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

109

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Pengeloaan kelas dalam proses belajar mengajar harus berorientasi pada

keperluan siwa dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa. Tujuan

pembelajaran sastra secara umum ditekankan agar terwujudnya kemampuan siswa

untuk mengapresisi sastra memadai sedangkan secara khusus menyebutkan bahwa

tujuan pembelajaran siswa di SMA/SMK/MA adalah untuk kemampuan apresiasi

kreatif. Karya sastra adalah miniatur kehidupan yang digali dalam spektrum

kebudayaan yang mengakar dari suatu komunitas masyarakat.

Pembelajaran di luar kelas sebaiknaya difokuskan pada kegiatan ekspresi

bahasa, misalnya membaca karya tulis, menulis karya sastra, menulis resensi, menulis

hasil wawancara, dan lain-lain.

Aspek-aspek yang dinilai kurang maksimal dalam proses pendidikan bahasa

dan sastra Indonesia adalah kurangnya daya minat mempelajari, mendalami, dan

memahami. Padahal bahasa dan sastra Indonesia merupakan pembelajaran yang

dapat mengembangkan keterampilan kreativitas, penalaran, dan kematangan

kepribadian siswa. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada umumnya

berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu pembelajaran teori sastra yang termasuk

sejarah-sejarah bahasa dan pembelajaran apesiasi sastra. Keduanya sangat penting,

sekolah tekanannya harus pada apresiasi sastra jika teori-teori ini termasuk pada

ranah kognitif.

Kegagalan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah disebabkan

oleh metode yang digunakan olehh guru lebih banyak berorientasi pada metode klasik

yang justru tidak merangsang minat dan memacu kreativitas siswa dalam bernalar.

Masalah tujuan dan bahan pengajaran pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

lebih oprasional. Agar nilai-nilai yang terkandung dalam karya saatra dapat

diapresiasi siswa secara kreatif, maka dibutuhkan rumusan dan pelajaran sastra yang

lebih terbuka dan memberikan kebebasan mengungkapkan dan menggunakan daya

nalar secara bebas.

Jadi, pada intinya pengajaran bahasa itu harus didasari dengan wawasan atau

pengetahuan yang lebih, supaya anak didik dapat mengambil pemahaman dari apa

yang telah disampaikan serta dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari

terutama untuk dirinya pribadi. Bahasa dan sastra Indonesia dapat diperoleh dari

tiga unsur berikut ini.

Bahasa pertama; bahasa yang berasal dari ibu, tetapi dilakukan secara tidak sadar.

Bahasa kedua; mempelajari bahasa setelah bahasa ibu. Misalnya, ada salah seorang

anak keturunan dari Garut dan pastinya menggunakan bahasa Sunda, setelah

menguasai bahasa itu kemudian si anak mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa

yang lainnya, maka bahasa itu disebut bahasa kedua, ketiga atau seterusnya.

Page 110: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

110

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah

Oleh: Ai Rima S.

Dalam perspektif pergaulan, bahasa dapat mempengaruhi tingkah laku

manusia di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bersyukur manusia telah dianugerahi

kemampuan dalam berbahasa oleh Allah SWT sehingga mampu berpikiran secara

sistematis, kritis, dan dinamis. Pengaruh bahasa pada pikiran manusia besar sekali

karena dengan bahasa kita dapat menyimpan pikiran, mengembangkan pikiran, dan

mengungkapkan buah pikiran terhadap orang lain.

Bahasa yang digunakan oleh seseorang bisa menunjukkan sikap yang

bersangkutan. Pada hakikatnya bahasa merupakan satu kesatuan sebagai penjelmaan

nyata. bahasa itu tercermin dalam kepribadian individu dan kebudayaan masyarakat.

Pada gilirannya bahasa turut membentuk kepribadian dan kebudayaan suatu bangsa.

Oleh karena itu, bahasa—khususnya bahasa anak—di samping mengalami

transformasi makna, juga mengalami transformasi budaya.

Dalam perkembangan bahasa anak usia sekolah yang menarik adalah mereka

duduk di taman kanak-kanak sampai kelas 3 SD. Di sekolah maupun di rumah mereka

dengan taat menggunakan bahasa standar. Begitu duduk di kelas 4, 5, dan 6 mereka

mulai menggunakan ragam bahasa yang nonstandar. Bahkan setelah duduk di

perguruan tinggi, mereka berhadapan dengan generasi lain dan memerlukan identitas

diri, antara lain gaya hidup yang khas termasuk bahasa, yang terpengaruh dengan

bahasa gaul. Di sinilah mereka menemukan dan menciptakan keAKUannya.

Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, anak harus mampu

bersosialisasi dengan ligkungan sekitar di mana mereka harus pandai menulis karya

tulis, diskusi, dan komunikasi secara baik dan benar dalam menggunakan bahasa

Indonesia.

Perubahan orientasi budaya bahasa menuju baca-tulis merupakan hal yang

terbaik. Percepatan perkembangan bahasa Indonesia akan banyak dipengaruhi ragam

bahasa, misalnya bahasa gaul (prokem) yang begitu cepat dan mudah dikuasai oleh

golongan anak-anak muda khususnnya. Dengan demikian anak-anak tidak boleh

menggunakan bahasa gaul dalam lingkungan sekolah, sebagai bahasa sehari-hari yang

dapat dihilangkan fungsi bahasa sebagai lambang identitas nasional. Guru di sekolah

dihadapkan harus mengajarkan bahasa Indonesia yang baku (standar) ketika

berhadapan dengan anak didiknya.

Hadirnya bahasa prokem sah-sah saja dan wajar karena sesuai dengan

tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja karena bahasa tumbuh dan

berkambang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Kosakata bahasa prokem di

Page 111: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

111

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Indonesia diambil dari lingkungan tertentu, maknanya tergantung pada kreativitas

pemakainya itu sendiri. Dengan menggunakan bahasa prokem mereka ingin

menyatakan diri sebagai kelompok masyarakat yang berbeda dengan masyarakat

lainnya. Bahasa prokem adalah bahasa sandi yang dipakai dan digemari oleh kalangan

remaja tertentu. Namun, bahasa prokem sekarang lebih dikenal dan digunakan

setelah dipopulerkan oleh seorang selebritis yaitu Debby Sahertian. Bahasa prokem

konon berasal dari kalangan preman, atau mayoritas gank anak-anak muda yang telah

dikamuskan. Fungsi bahasa prokem untuk menyampaikan hal-hal yang tertutup agar

pihak lain tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Hal ini merupakan perilaku

kebahasaan yang universal. Berikut contoh bahasa prokem: ―sepokat‖ = Sepatu,

―kongkau‖ = nongrong, ―ember‖ = memang benar, ―dugem‖ = dunia gemerlap, ―bokap‖ =

bapak, dan ―nyokap‖ = ibu. Sekilas tentang Bahasa dan Sastra Harus Menyenangkan bagi Anak-anak Sekolah

Bahasa merupakan milik manusia yang sangat berharga dan menjadi ciri khas

yang membedakan dengan makhluk lainnya. Bahasa tumbuh dan berkembang sesuai

dengan zaman. Pada awalnya bahasa hanya sebagai alat komunikasi antarsesama

manusia. Kemudian bahasa menjadi sebuah disiplin ilmu yang disebut linguistik.

Liguistik mendeskripsikan bahasa dalam bahasa itu sendiri karena kewenangannya.

Oleh karena itu, deskripsi bahasa perlu dipandang oleh suatu dunia ilmu pengetahuan

sebagai deskripsi yang valid.

Bahasa perlu diolah dan ditata berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pendidikan

sehingga menjadi bahan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan

anak. Pendidikan klasikal yang hanya menjelajahi peserta didik dengan teori selama

ini terbukti kurang mampu menggairahkan proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

harus ditempuh dengan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan bagi anak-

anak. Pendekatan guru terhadap anak didik dalam pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia harus mampu menjadikan mereka aktif, kreatif, dan asyik sehingga

terlepas dari suasana tertekan dan terbebani dari situasi yang membosankan.

Beberapa contoh pendekatan tersebut yaitu ―pembelajaran aktif‖ (active learning),

―pembelajaran yang mempesona― (attractive learning), ―pembelajaran yang

mengasikan― (joyfull learning), dan ―pembelajaran berbasis kecerdasan jamak―

(multiple intelligences approach). Kita berharap guru dapat mengembangkan aspek-

aspek pengetahuan bahasa melalui sikap dan keterampilan berbahasa pada anak usia

dini dan diterapkan secara dini sehingga terlepas dari suasana tertekan, terbebani,

dan situasi membosankan bagi anak-anak karena mereka sangat menyukai cara

belajar yang menyenangkan (fun learning), berbasis pengalaman (learning by experience), harus bersifat nyata (by doing), dan saling terintegrasi.

Karakter itulah yang harus dikembangkan di sekolah demi merangsang daya

tarik dan minat anak dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam hal ini

guru sangat berperan sebagai ujung tombak dalam menyebarluaskan bahasa

Indonesia. Yang terpenting adalah bagaimana guru memposisikan bahasa Indonesia

dan sastra sebagai suatu sistem kepribadian seseorang yang sangat mendasar dan

Page 112: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

112

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

mampu melahirkan peserta didik yang kreatif dan inovatif. Di sinilah perlunya insan

pendidik yang harus berhadapan langsung dengan siswa dan masyarkat yang notabene

menjadi penerus bangsa. Guru diupayakan tidak boleh galak, kasar, dan

membosankan, tapi harus kreatif, humoris, dan variasi tidak menjemukan.

Diharapkan mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia tidak memisahkan anak dan

dunianya serta tidak boleh menjadi penjara baginya. Anak tidak hanya menjadi objek

pembelajaran tetapi sebagai subjek pembelajaran. Siswa harus diterima apa adanya,

tumbuh sesuai dengan bakat dan kemampuanya. Toh, tidak semua yang Allah SWT

cipta menjadi ilmuan, tapi bermacam-macam. Untuk itu harus ada kesadaran bahwa

kurikulum dibuat untuk kepentingan anak atau siswa. Guru lebih bersikap demokatis

dan menempatkan dirinya sebagai fasilitator bukan sebagai komandan. Berkaitan

dengan hal tersebut guru dituntut menjadi teladan bagi para siswa. Dalam hal ini

bahasa Indonesia, guru senantiasa menjadi model dan acuan standar dalam

berbahasa Indonesia bagi masyarakat. Jika guru ceroboh dalam menggunakan

bahasanya, tentu akan fatal yang demikian bukan saja kehilangan wibawa di mata

siswa dan masyarakat tetapi akan memicu kehancuran bahasa Indonesia. Pepatah

mengatakan: ―Guru kencing berdiri murid kencing berlari‖. Begitu pula dengan

berbahasa.

Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah, mempelajari banyak

ilmu-ilmu yang menunjang peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam

menerapkan kesehariannya pembelajaran diarahkan pada konsep-konsep yang

mengedepankan materi belum disertai dengan praktek lapangan. Banyak cara untuk

menyampaikan materi agar tujuan yang dicita-citakan dalam pembelajaran itu bisa

dicapai oleh guru dan peseta didik, baik menurut guru yang mengajar maupun

menurut sistem yang berlaku ataupun menurut kemampuan serta kebutuhan

masyarakat.

Dunia pendidikan mengenal beberapa pendidikan yang ditempuh, yaitu fomal,

informal, dan non formal. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bersifat

pendekatan komunikatif akan bervariasi yang berbeda-beda pada setiap jenjang

pendidikan. Pembelajaran dalam kenyataannya hanya dibedakan pada bahan ajar yang

disampaikan. Pendekatan komunikatif dapat disimpulkan, pendekatan yang efektif

untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar yang menitikberatkan kepada

peserta didik yang selalu aktif dan komunikatif. Harapan penulis semua guru bahasa

dan sastra Indonesia bisa menerapkan pendekatan ini, apabila dalam proses

pembelajaran atau proses pentransferan ilmu pengetahuan bahasa dan sastra

Indonesia memerlukan pengalaman belajar, artinya peserta didik mengalami langsung

apa yang sedang dipelajarinya, guru hanya menyukseskan tujuan dari pendekatan

kontekstual secara komunikatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di

sekolah.

Page 113: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

113

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Mengajarkan Berbicara dalam Diskusi Kelompok

Oleh: Irmawati

Belajar bahasa artinya belajar menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi,

baik tertulis maupun lisan. Berbicara sebagai salah satu unsur kemampuan berbahasa

sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari

kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya,

pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk

berbicara, misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan

dan tidak mengganggu. Pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu akan kurang

menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu

harus mempersiapkan bahan sering kali guru melontarkan kritik yang berlebih-

lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu

kecuali ketika mereka mendapatkan giliran. Agar seluruh anggota kelas dapat

terlibat dalam kegiatan pengajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa

hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbahasa yang lain

Untuk latihan permulaan yang bertujuan melatih kemampuan bebicara

siswa/ mahasiswa, lebih efektif kalau diterapkan diskusi kelompok. Mengingat

jumlah siswa/ mahasiswa dalam satu kelas cukup banyak, maka untuk melibatkan

setiap individu, diskusi kelompok lebih tepat digunakan.

A. Persiapan Diskusi Kelompok

Persiapan sebuah diskusi tentu sangat tergantung pada bentuk diskusi yang

dipilih. Dalam pengajaran kemampuan berbicara, mengingat jumlah siswa/ mahasiswa

yang cukup besar dalam satu kelas, lebih efektif diterapkan metode kelompok

seperti yang telah dijelaskan.

Memilih Topik untuk Diskusi Setelah kelompok terbentuk barulah dilakukan persiapan-persiapan seperti:

1. Setiap kelompok menunjuk salah seorang anggotanya menjadi pemimpin

diskusi atau moderator dan seorang lagi sebagai notulis.

2. Menentukan topik yang akan didiskusikan. Hal ini juga dapat diarahkan oleh

pengajar, misalnya pengajar menentukan temanya, kemudian tiap kelompok

menentukan topiknya.

Perlu diingat kembali syarat-syarat sebuah topic berikut ini.

a. Tidak terlalu asing bagi peserta diskusi, artinya sudah diketahui serba sedikit

dan ada kemungkinan untuk memperoleh bahan.

b. Menarik untuk didiskusikan. Topik yang menarik akan menimbulkan kegairahan

peserta untuk berdiskusi. Ini merupakan modal utama bagi kelompok untuk

melibatkan pendengarnya. Topik akan menarik bila:

menyangkut masalah bersama

Page 114: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

114

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Merupakan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi

Mengandung konflik pendapat

Tidak melampaui daya tangkap anggota atau sebaliknya tidak terlalu mudah

Dapat diselesaikan dalam waktu tertentu

c. Topik jangan terlalu luas.

d. Topik hendaknya bermanfaat untuk didiskusikan sehingga dapat menumbuhkan

minat para peserta.

e. Kemudian topik yang dipilih disetujui oleh semua anggota diskusi. Merumuskan

tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan topik yang dipilih. Penentuan tujuan

ini sangat penting karena akan menentukan bahan yang akan dibutuhkan dan

bagaimana pula kerangkanya.

3. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan bahan. Setiap anggota harus

aktif mencari bahan.

4. Yang terakhir adalah menyusun kerangka. Kerangka merupakan topik yang

dipecah menjadi sub-topik.

Posisi Tempat Duduk Posisi tempat duduk tentu harus disesuaikan dengan macam diskusi, tujuan,

dan jumlah peserta, serta luas ruangan. Begitu juga masalah kebersihan dan

pengaturan udara sehingga peserta merasa aman dan nyaman berdiskusi.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Berdiskusi Suksesnya sebuah diskusi sangat tergantung kepada kepemimpinan

moderator atau pimpinan diskusi. Yang bertindak sebagai seorang peuntun atau

pengendali kelompoknya. Tugas seorang pemimpin diskusi atau moderator:

a. Menjelaskan tujuan dan maksud diskusi.

b. Menjamin kelangsungan diskusi secara teratur dan tertib.

c. Memberikan stimulant, anjuran, dan ajakan agar setiap peserta betul-betul

mengambil bagian dalam diskusi.

d. Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan dan kemudian membuat

kesimpulan

e. Menyiapkan laporan.

Di tangan moderatorlah terletak sukses atau tidaknya sebuah diskusi.

Berdasarkan tugas-tugas di atas, kapada seorang moderator atau pemimpin diskusi

dituntut hal di antaranya seperti:

a. Mempunyai perhatian yang penuh terhadap topik diskusi.

b. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang topik diskusi.

c. Seorang pemimpin diskusi harus bersikap demokratis, artinya tidak memihak dan

dapat menumbuhkan gairah peserta untuk menyelesaikan diskusi.

d. Seorang pemimpin diskusi harus mempunyai pandangan yang tajam tentang topik

pembicaraan.

e. Pemimpin yang baik akan menghindari sifat mengkritik dan berusaha membantu

anggotanya untuk mengatasi rasa takut dengan memberikan sugesti atau

penghargaan.

Page 115: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

115

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

f. Membatasi anggota yang terlalu banyak berbicara dan memberi sugesti kepada

anggota yang tidak mau berbicara. Seorang pemimpin diskusi dituntut:

1) Berkepribadian

2) Mempunyai sensitivitas/ kepekaan yang tinggi (mampu mengerti dan

merasakan)

3) Bersimpati kepada orang lain

4) Tidak memihak

5) Mempunyai rasa humor

6) Bersikap ramah, sopan, dan terbuka

7) Mempunyai bakat berbicara dan mendengarkan

8) Berkemampuan mengambil keputusan dan inteligen

Selain ketua, notulis bertugas mencatat jalannya diskusi dan membantu

ketua menyimpulkan hasil diskusi. Dinamika dan aktivitas diskusi juga sangat

ditentukan oleh peserta atau anggota diskusi. Oleh karena itu, peranan dan tugas

serta sikap peserta diskusi sangat menentukan.

Dalam komunikasi dua arah, peserta diskusi berperan sebagai pembicara dan

pendengar. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik harus pula membuat

pendengar terangsang dengan apa yang dibicarakan, berbicara harus terang dan

jelas yang akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan dan untuk

memperkuat argumennya pembicara dapat menggunakan contoh, angka, data, dan

sebagainya.

B. Pelaksanaan Diskusi Kelompok

Setelah semua persiapan selesai dilaksanakan dan pengajar pun telah selesai

memberikan pengarahan tentang cara berdiskusi maka setiap kelmpok diberi

kesempatan berdiskusi dan yang lain berperan sebagai pengamat yang bertugas

mengomentari.

Secara garis besar, pelaksanaan diskusi itu dapat digambarkan seperti:

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap kelompok melakukan persiapan

diskusi.

2. Kelompok berdiskusi dalam waktu yang telah ditentukan.

3. Guru-menentukan komponen-komponen yang diamati atau yang dikomentari.

4. Kelompok tertentu berdiskusi selama 10 atau 15 menit kelompok yang lain dan guru

mengamati komponen-kmponen yang telah disepakati.

5. Selesai berdiskusi, para pengamat menyampaikan komentarnya. Dalam hal ini dapat

dilakukan dengan dua cara:

a. Tiap kelompok mengemukakan komentarnya tentang pembicara yang diamati

melalui juru bicaranya. Anggota yang lain dapat melengkapinya. Guru berperan

membetulkan komentar.

b. Setiap anggota bergabung ke dalam kelompok pengamatnya. Setiap pengamat

mengemukakan komentarnya tentang cara pembicara. Dalam hal ini guru

berkeliling melakukan pengamatan dan memberi petunjuk.

Page 116: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

116

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

6. Peserta diskusi bergabung dengan para pengamatnya. Para pengamat memberikan

umpan balik tentang cara berbicara temannya. Dalam kelompok ini para siswa pun

berlatih mengemukakan pendapat.

7. Setelah selesai hasil pengamatan siswa dibuat dalam tabel penilaian sebaiknya

dikumpulkan guru/ dosen lalu diperiksa (dinilai).

Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode

mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion)

dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi diaplikasikan dalam

proses belajar mengajar untuk :

a) Mendorong siswa berpikir kritis.

b) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya

d) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk

memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

C. Kelebihan Metode Diskusi

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.

2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan

pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun

berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri

Djamarah, 2000)

Walaupun belum ada indikator kuantitatif individual mengenai penigkatan

kemampuan berbicara siswa, akan tetapi bila ditinjau secara keseluruhan dari proses

belajar maupun proses diskusi dapat dilihat gambaran bahwa cara seperti ini dapat

meningkatkan partisipasi siswa dengan mengungkapkan usul, pendapat, gagasan,

argumen maupun sanggahan terhadap siswa lain. Sehingga, pada gilirannya diharapkan

kemampuan berbicara mereka menigkat. Pada hakikatnya berbicara merupakan

ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk

mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Diskusi kelompok dapat memancing kreativitas berpikir siswa/ mahasiswa

melaksanakan aktivitas yang berbeda sehingga mereka lebih bergairah dan tidak

bosan. Hal ini memungkinkan mereka mempelajari materi yang diberikan dengan

sungguh-sungguh. Melalui diskusi kelompok mereka dapat menganalisis dan

mengaplikasikan materi yang sedang diajarkan.

Page 117: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

117

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Bagaimana Mengajar Bahasa

Oleh: Nurhayat

Sebelum berbicara lebih jauh tentang bagaimana mengajar bahasa, alangkah

baiknya apabila kita berbicara dulu ―untuk apa kita belajar bahasa?‖. Untuk

menjawab pertanyaan itu kita akan dihadapkan pada landasan filosofis yang pada

hakikatnya berlaku universal pada semua bahasa manusia. Apabila ditinjau dari segi

linguistik, semua bahasa sama yakni berperan sebagai sistem simbol dan merupakan

alat untuk menyampaikan pesan. Kita belajar bahasa berarti kita belajar untuk hidup.

Kita berbahasa karena kita hidup.

Selain itu, kita berbicara ―untuk apa kita belajar?‖. Kita akan belajar bahwa

belajar bahasa untuk menjadikan diri kita sebagai makhluk yang berpikir yang

merupakan alat untuk menyampaikan pesan dari apa yang kita pikirkan itu.

Lalu bagaimana mengajarkan bahasa? Mengajarkan bahasa berarti kita

mengajarkan hidup. Selama kita hidup, selama itu pula kita akan berbahasa. Oleh

sebab itu, alangkah baiknya kita belajar sekaligus mengajarkan bahasa yang baik

pada setiap peserta didik.

Mengapa di sini kita singgung peserta didik? Jawabannya karena saat ini

kita sedang belajar bagaimana mengajarkan bahasa berarti berkaitan dengan dunia

pendidikan yang bersifat formal maupun informal. Fakta membuktikan bahwa

pendidikan nasional saat ini belum bisa membuat siswa atau peserta didik berpikir

kritis. Selama ini pendidikan bahasa hanya melatih berbahasa sebagai proses

komunikasi dengan kadar nalar rendah. Semua itu terbukti dengan amburadulnya

bahasa di kalangan kaum terdidik Indonesia.

Kita adalah calon guru bahasa. Lebih tepatnya calon guru bahasa dan sastra

di Indonesia. Menurut A. Chaedar: guru bahasa seyogyanya meyakini bahwa

mengajar adalah tanggung jawab profesionalnya sebagai khalifah kependidikan di

muka bumi, karena itu harus dikerjakan dengan baik. Mengajarkan bahasa yang baik

haruslah sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaaan yang ada. Ada dua hal besar di

bawah payung studi bahasa, yaitu bahasa sebagai objek studi, khususnya bagi

mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, dan bahasa sebagai alat

untuk berkomunikasi secara luas untuk memperoleh pengetahuan. Masing-masing

pendekatan ini memiliki tempat tersendiri dalam literatur kebahasaan dan

pendidikan bahasa.

Mengajarkan bahasa bagi setiap individu mungkin sulit, namun sebagian ada

yang menilai mudah. Hal ini membuktikan bahwa tiap individu mempunyai kelebihan

tersendiri. Indonesia mempunyai beribu-ribu bahasa yang berbeda satu sama lain

atau yang sering kita kenal dengan bahasa ibu. Namun semua bahasa yang berbeda

itu terkumpul dalam satu wadah yang mempunyai satu tujuan (berbeda-beda tapi

Page 118: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

118

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

satu) yaitu tetap rukun dengan dipayungi satu bahasa nasional yaitu bahasa

Indonesia. Maka tidak heran apabila pelajaran bahasa ada dari singkatan SD, SMP,

SMA, dan PT (setiap program studi). Hal ini hanya untuk menegaskan bahwa bahasa

Indonesia adalah bahasa persatuan.

Lalu muncul pertanyaan sudahkah kita mengajarkan bahasa? Pekerjaan

rumah yang harus diperbaiki oleh pengajar bahasa atau saat mengajarkan bahasa

adalah cara berbicara kita di depan peserta didik dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut: memperhatikan tata bahasa baku saat berbicara, menggunakan

intonasi yang tepat, dll.

Mengajarkan bahasa tidak hanya menggunakan media ceramah, tapi juga

menggunakan media lain seperti lewat karya tulis. Dalam membuat karya tulis

alangkah baiknya apabila kita mengajarkan bahasa dengan memperhatikan subjek

kalimat yang harus jelas, memperhatikan kata kerja aktif-pasif dalam kalimat,

preposisi dalam kalimat, diksi yang tepat, dan lain-lain. Hal-hal seperti itulah yang

harus diperhatikan saat kita mengajarkan bahasa. Sejauhmana anak didik berhasil

dalam berbahasa berarti kita telah bisa mengajarkan bahasa.

Untuk lebih jelas lagi tentang bagaimana mengajarkan bahasa. Alangkah

baiknya kita mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang ingin tercapai. Pembinaan

bahasa Indonesia merupakan bagian dari pola kebijakan bahasa nasional. Secara

umum lembaga yang mempunyai tugas untuk melaksanakan pembinaan bahsa

Indonesia adalah Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sasaran pembinaan

adalah pemakai (pendidik) atau calon pemakai (peserta didik) bahasa Indonesia.

Karena sasarannya manusia, maka salah satu programnya yang paling cocok adalah

pengajaran bahasa di lembaga-lembaga pendidikan. Harus kita ketahui keterampilan

berbahasa Indonesia meliputi keterampilan mendengarkan, berbicra, membaca, dan

menulis. Selain itu, pengetahuan bahasa Indonesia mencakup pengetahuan tentang

lafal, ejaan, istilah, dan kaidah bahasa Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Indonesia sebagaimana

dicantumkan di atas tidak semudah yang kita pikirkan. Karena untuk melaksanakan

itu kita akan dihadapkan pada beberapa faktor. Faktor-faktor itu tidak bisa

dipisahkan sebab semua itu adalah sebuah sistem yang saling berkaitan. S. Effendi

menyebutkan beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam mengajarkan bahasa

yaitu: faktor tujuan, murid, lingkungan (yang mencakup keluarga, sekolah dan

masyarakat) dan sarana (yang mencakup kurikulum, guru, metode, alat pelajaran dan

evaluasi).

Rumusan tujuan baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional harus

berporos pada tujuan institusional (tujuan lembaga pendidikan) secara menyeluruh

mengajarkan bahasa Indonesia pun harus mempunyai tiga bidang yaitu bidang

pemahaman, keterampilan dan sikap. Semua tujuan tersebut harus dapat dievaluasi

untuk mengetahui apakah tujuan yang ingin kita capai tercapai atau tidak.

Apabila komponen-komponen di atas sudah dikuasai, kita akan menemukan

strategi yang tepat dalam mengajarkan bahasa. Harimukti Kridalaksana menyebutkan

Page 119: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

119

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

bahwa mengajarkan bahasa adalah untuk memperkenalkan ciri-ciri dan

membangkitkan pernghargaan pada bahasa Indonesia baku maupun nonbaku,

memperkenalkan ciri-ciri variasi bahasa, dan mengajar mempergunakan ciri bahasa

yang tepat untuk fungsi yang tepat.

Apabila strategi di atas dijalankan oleh guru bahasa, berarti pengajaran

bahasa Indonesia yang berpusat pada tata bahasa haruslah dinetralisasikan, sebab

pengajaran bahasa hanya membuat anak didik tahu tentang bahasa tanpa terampil

menerangkannya. Kita menyadari bahwa bahasa Indonesia tidak hanya dipakai dalam

situasi resmi dan formal saja tetapi juga dalam situasi lain. Misalnya berbicara

dengan teman. Disinilah letak peranan guru, guru bahasa Indonesia harus berkreatif

sedemikian rupa sehingga tidak ada kesenjangan antara hasil pengajaran disekolah

dan kenyataan di masyarakat.

Variasi bahasa Indonesia nonbaku hanya dipakai dalam situasi nonresmi.

Sebaliknya, variasi bahasa Indonesia baku hanyalah dipakai dalam situasi resmi.

Misalnya dalam pidato kenegaraan, penulisan karya ilmiah dan lain sebagainya. Oleh

sebab itu, anak didik harus diperkenalkan fungsi pemakaian setiap variasi bahasa

yang diketahuinya. Semua itu adalah tugas pendidik untuk membina peserta didik

supaya mereka tahu semua itu.

Page 120: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

120

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Bagaimana Mengajarkan Bahasa

Oleh: Rin Yoantriana

Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau.

Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan

masyarakat. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas 1 SD. Bahasa

Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan

sangat penting untuk diajarkan sejak anak-anak. Metode pengajaran bahasa

Indonesia tidak dapat menggunakan satu metode karena bahasa Indonesia sendiri

yang bersifat dinamis. Bahasa sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai

keterampilan sehingga penggunaan metode yang tepat perlu dilakukan.

Suatu model mengajar ialah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang

digunakan untuk mendesain pengajaran. Model mengajar mengandung strategi

mengajar, yaitu pola urutan kegiatan instruksional yang digunakan untuk mencapai

tujuan belajar yang diinginkan. Sedangkan di dalam strategi mengajar terdapat

strategi instruksional dan keterampilan teknis mengajar yang amat spesifik seperti

keterampilan mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan pengarahan, menstruktur

dan mereaksi terhadap jawaban murid, dan lain-lain. Di dalam strategi mengajar guru

juga menerapkan sejumlah teknik-teknik mengajar, atau teknik-teknik instruksional,

seperti bagaimana menata kelas, bagaimana mengelompokkan murid, bagaimana cara

berinteraksi, dan menerapkan beraneka macam pendekatan dalam penggunaan alat-

alat pengajaran.

Mengapa kita perlu belajar bahasa Indonesia? Kita perlu belajar yang namanya bahasa Indonesia karena memang

penggunaan bahasa kita saat ini amatlah kacau. Kata-kata yang semestinya tidak

diucapkan, diucapkan begitu saja dengan santainya. Kata-kata kasar yang dilontarkan

dari bibir mungil tak tentu usia itu, sudah barang tentu dapat menurunkan moral

kita. Kita cenderung meremehkan orang lain dan tidak menghormati orang tersebut.

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar

agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan, dan

pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar

komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim

bahasa harus menguasai bahasanya.

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, bahwa bahasa rangkaian bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, dan bahwa bahasa itu diatur oleh

suatu sistem. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja

sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa

Page 121: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

121

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara

lambang bunyi dengan bendanya.

Dalam mengajarkan bahasa, guru harus menguasai fungsi bahasa, macam-

macam bahasa, dan jenis-jenis ragam/ keragaman bahasa.

Fungsi Bahasa dalam Masyarakat 1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

3. Alat untuk mengidentifikasi diri.

Macam-macam dan Jenis-jenis Ragam/ Keragaman Bahasa 1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains,

bahasa jurnalistik, dsb.

2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden

Soeharto, gaya bahasa Benyamin S., dan lain sebagainya.

3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek

seperti dialek bahasa Madura, dialek bahasa Medan, dialek bahasa Sunda, dialek

bahasa Bali, dialek bahasa Jawa, dan lain sebagainya.

4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti

ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.

6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan

informal (tidak baku).

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh

dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah

setajam pisau/ silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak

sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

Jadi, Bagaimana Mengajarkan Bahasa? Agar pengajaran sastra lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan

keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra

yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Apabila bahasa

merupakan pertimbangan utama, dalam pelajaran bahasa perlu disediakan bacaan-

bacaan khusus sebagai proses pengayaan pelajaran bahas itu sendiri. Guru hendaknya

mengadakan pemilihan bahan berdasarkan wawasan yang ilmiah, misalnya:

memperhitungkan kosa kata yang baru, memperhatikan segi ketatabahasaan dan

sebagainya.

Di samping itu, perlu kiranya setiap kali guru mengikuti penataran untuk

meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan

ini sering kurang diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan

memang sulit untuk dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru

hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehingga

berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan.

Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya

dimensional. Berkenaan dengan hal tersebut, guru paling sedikit harus menguasai

Page 122: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

122

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

berbagai teknik yang erat hubungannya dengan kegiatan-kegiatan penting dalam

pengajaran. Untuk mengajar guru harus mempunyai enam langkah-langkah yang

penting.

Pertama, “mendiagnosa kebutuh peserta didik”, berarti para guru harus

menaruh perhatian khusus terhadap peserta didik dalam kelas. Antara lain bertalian

dengan minat para individu, kebutuhan dan kemampuan meraka. Selanjutnya dicari

jalan keluar bagaimana memenuhi hal tersebut. Di samping itu guru juga harus

menentukan bahan pelajaran yang dipilih dan diajarkan kepada peserta didik.

Kedua, yaitu “memilih isi dan menentukan sasaran”. Sasaran pengajaran

kita melukiskan apa yang sebenarnya diharapkan dari pesera didik, agar mereka

mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan pembelajaran, dengan demikian para

guru dapat mengetahui bahwa ‗peserta didik‘ tersebut telah mempelajari sesuatu

dalam kelas. Dalam hubungan ini para guru juga perlu mempertimbangkan adanya

perbedaan individu yang terdapat dalam kelas tersebut selama mengajar.

Ketiga, “mengidentifikasi teknik-teknik pembelajaran”. Aktivitas ini

dilakukan karena guru telah mengetahui sasaran-sasaran tertentu yang dapat

dipergunakan sebagai basis untuk mengambil suatu keputusan.

Keempat, “merencanakan aktivitas merumuskan unit-unit dan merencanakan pelajaran”. Dalam aktivitas ini yang paling penting adalah

mengorganisasi keputusan-keputusan yang telah diambil.

Kelima, “memberikan motivasi dan implementasi program”. Perencanaan

pada aktivitas ini mempersiapkan guru secara khusus bertalian dengan teknik

motivasional yang akan diterapkan dan beberapa prosedur administratif yang perlu

diikuti agar rencana pengajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Keenam, merupakan aktivitas yang terakhir, yaitu ―perencanaan yang dipusatkan kepada pengukuran, evaluasi, dan penentuan tingkat”. Aktivitas ini

merupakan pengembangan perencanaan untuk mengadakan tes dan penyesuaian

tentang penampilan pesrta didik secara individual.

Page 123: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

123

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

Bagaimana Mengajar Bahasa

Oleh: Yudi Setiadi

Bagaimana Mengajar Bahasa

Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan

wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Guna

mewujudkan tujuan di atas diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun

pemerintah. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi

masalah berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi

pendidikan.

Departemen Pendidikan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab

dalam penyelenggaraan pendidikan dan telah melakukan pembaharuan sistem

pendidikan. Usaha tersebut antara lain adalah penyempurnaan kurikulum, perbaikan

sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga pengajar.

Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran

sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab

merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga

profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori

belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode

pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi

aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan

pendidikan.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan membanggakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara, (2) Siswa

memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta

menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,

keperluan, dan keadaan, (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan

kematangan sosial, (4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa

(berbicara dan menulis), (5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Siswa menghargai dan

membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia

Indonesia.

Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya

dilakukan sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai

Page 124: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

124

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa

Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar

kompetensi yang meliputi, membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan

(menyimak).

Cergam, Salah Satu Media Pengajaran Menulis

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses

belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan

keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus

menerus (Dawson, dkk, dalam Nurchasanah 1997:68). Pembelajaran keterampilan

menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan landasan untuk jenjang yang lebih

tinggi nantinya. Siswa sekolah dasar diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar

dari keterampilan menulis guna menjadi bekal ke jenjang lebih tinggi. Sehingga,

pembelajaran keterampilan menulis di sekolah dasar berfungsi sebagai landasan

untuk latihan keterampilan menulis ke jenjang pembelajaran sekolah sesudahnya

nanti. Dengan banyaknya latihan pembelajaran menulis, diharapkan dapat membangun

keterampilan menulis siswa lebih meningkat lagi.

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa

mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta

memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1994). Dengan keterampilan menulis yang

dimilikinya, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan

bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah

satunya adalah keterampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis,

diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan,

namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan

untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik

untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara

kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh.

Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan

pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam

proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, media

pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap

mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan

suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran

yang kreatif, inovatif, dan variatif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan

mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.

Secara umum, menggunakan media cergam sebagai media pembelajaran

dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa dalam pembelajaran

menulis.

Secara khusus, penggunaan cergam sebagai media adalah sebagai berikut:

(1) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun cerita berdasarkan

Page 125: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

125

Bag

aiman

a M

enga

jarka

n B

ahasa

rangkaian gambar secara urut sehingga menjadi karangan narasi yang utuh, (2) dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan kalimat menjadi karangan narasi

yang padu dengan menggunakan kata sambung yang tepat, dan (3) dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca secara

benar dalam karangan narasi

Terakhir, mari kita sebagai guru bahasa Indonesia hendaknya mengajarkan

pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan kreatif agar siswa bertendensi

untuk mengikuti pelajaran secara aktif. Itulah kunci sukses pengajaran. Bukan

terletak pada kecanggihan kurikulum, melainkan bagaimana kredibilitas seorang guru

di dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas.

Page 126: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

126

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasakumpulanartikel

teoribelajarbahasakumpu

lanartikelteoribelajarbaha

sakumpulanartikelteoribe

lajarbahasakumpulanarti

kelteoribelajarbahasakum

pulanartikelteoribelajarb

ahasakumpulanartikelteo

ribelajarbahasakumpulan

artikelteoribelajarbahasa

kumpulanartikelteoribelaj

arbahasabnmqwertyuiop

Kumpulan Artikel "Teori Belajar

Bahasa"

pendekatan

kebahasaan

Page 127: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

127

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Pendekatan-pendekatan Bahasa

Oleh: Elis Hindayati

Sebelum saya membahas pendekatan-pendekatan bahasa, saya akan

membahas dulu sedikit tentang pengertian bahasa. Kata bahasa dalam bahasa

Indonesia memiliki banyak arti lebih dari satu makna atau lebih dari satu pengertian.

Salah satunya bahasa adalah suatu bentuk interaksi sosial dan oleh karena itu secara

normal diperoleh dan digunakan dalam interaksi sosial. Tapi dalam pendidikan formal

seperti di sekolah, biasanya pengertian bahasa sering diartikan ― Bahasa adalah alat

komunikasi‖, jawaban tersebut tidak salah, tetapi tidak juga benar, karena jawaban

itu hanya menyatakan ―bahasa adalah alat―. Jadi, fungsi dari bahasa itu yang

dijelaskan, bukan ―sosok‖ bahasa itu sendiri. Memang benar fungsi bahasa itu adalah

alat komunikasi bagi manusia. Meskipun pengertian bahasa itu tidak dapat dijelaskan

secara jelas karena bahasa itu adalah fenomenal sosial yang banyak seginya. Maka

itu tidak mengherankan kalau banyak juga pakar yang membuat definisi tentang

bahasa dengan terlebih dahulu menonjolkan atau mengartikan dari segi fungsi bahasa

itu sendiri, seperti Sapir (1221:8), Badudu (1989:3), dan Keraf (1984:16) yang tidak

menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan ―sosok‖ bahasa itu adalah seperti yang

dikemukakan Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982 ): ―Bahasa

adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota

kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri‖.

Definisi ini sejalan dengan definisi dari Barber (1964:21).

Ada beberapa Pendekatan-pendekatan bahasa, yang pertama pendekatan

bahasa komunikatif, arti dari pendekatan bahasa secara komunikatif adalah

pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran

bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang

harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Di dalam konsep pendekatan komunikatif

terdapat konsep kompetensi komunikatif yang membedakan komponen bahasa

menjadi dua bagian, yaitu kompetensi dan performansi atau unjuk kerja.

Kompetensi komunikatif itu adalah keterkaitan dan interelasi antara

kompetensi gramatikal atau pengetahuan kaidah-kaidah bahasa dengan kompetensi

sosiolinguistik atau atauran-aturan tentang penggunaan bahasa yang sesuai dengan

kultur masyarakat. Kompetensi komunikatif hendaknya dibedakan dengan

performansi komunikatif karena performansi komunikatif mengacu pada realisasi

kompetensi kebahasaan beserta interaksinya dalam pemroduksian secara aktual

dengan pemahaman terhadap tuturan-tuturan. Oleh sebab itu, seseorang yang

dikatakan memiliki kompetensi dan performansi berbahasa yang baik hendaknya

mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya, baik dalam

pemroduksian maupun dalam pemahaman. Ciri-ciri pendekatan komunikatif di

Page 128: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

128

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

antaranya adalah (1) makna merupakan yang terpenting, (2) percakapan harus

berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara normal, (3)

kontekstualisasi merupakan premis pertama, (4) belajar bahasa berarti belajar

berkomunikasi, (5) komunikasi efektif dianjurkan, (6) latihan penubihan atau drill diperbolehkan, tetapi tidak memberatkan, (7) ucapan yang dapat dipahami

diutamakan, (8) setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik, (9) segala

upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal, (10) penggunaan bahasa

secara bijaksana dapat diterima bila memang layak, (11) terjemahan digunakan jika

diperlukan peserta didik, (12) membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal, (13)

sistem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi, (14) komunikasi komunikatif

merupakan tujuan, (15) variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan

metodologi, (16) urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna

untuk memperkuat minat belajar.

Pendekatan pembelajaran bahasa secara komunikatif selain yang di atas,

Nunan (1991:279) menawarkan lima ciri khas utama dalam pendekatan komunukatif.

Penekanan pada pembelajaran untuk berkomunikasi melalui interaksi dalam bahasa

sasaran;

Pengenalan teks otentik dalam situasi pembelajaran;

Pemberian kesempatan bagi pelajar untuk berfokus bukan saja pada bahasa tetapi

juga pada proses belajar itu sendiri;

Peningkatan pengalaman pribadi pelajar sendiri sebagai unsur yang memberikan

sumbangan terhadap hasil belajar di kelas;

Dan upaya menghubungkan pembelajaran bahasa di kelas dengan pengaktifan

bahasa di luar kelas.

Berbagai teori mengenai pendekatan komunikatif mengasumsikan bahwa

bahasa adalah alat komunikasi. Menurut Ellis dan Beattle (1986), penggunaan bahasa

manusia dapat dipahami dengan baik jika dipandang dari konteks alaminya sebagai

seperangkat saluran yang tersedia bagi manusia untuk mengirimkan dan menerima

informasi.

Kedua pendekatan secara kognitif, menurut para psikolog kognitif dan

linguis generatif transformasional, bahasa merupakan prilaku yang bersifat internal.

Yaitu, pengetahuan pembicara atau penutur mengenai bahasa didasarkan pada

seperangkat kaidah terbatas yang dapat menurunkan berbagai kalimat yang tidak

terbatas, akan tetapi kaidah-kaidah tersebut tidak perlu secara sadar dan mudah

diungkapkan dengan kata-kata oleh para pemakai bahasa. Anak-anak belajar bahasa

ibu atau bahasa asli mereka dengan cara mengembangkan sistem-sistem bahasa yang

bersifat perkiraan yang secara berkesinambungan diperhalus sebaik pengetahuan

mereka mengenai kaidah-kaidah itu mengalami perkembangan. Menurut teori nativis,

anak-anak dapat melakukan hal ini karena semua insan dilahirkan dengan sarana

pemerolehan bahasa.

Page 129: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

129

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Walaupun sangat sedikit psikolog kognitif dan linguis generatif-

transformasional yang tertarik dalam bidang ilmu pendidikan, tapi teori-teori yang

mereka kembangkan mempunyai pengaruh besar pada cara-cara mengajarkan bahasa.

Keungulan dan kelemahan pendekatan kognitif dalam pengajaran bahasa.

Keunggulannya adalah (1) dapat dilaksakan dalam kelas besar, (2) sabar menghadapi

dan memperbaiki kesalahan, (3) cocok dan sesuai bagi semua tingkatan siswa.

Sedangkan kelemahannya adalah (1) tidak terdapat di dalamnya metode tertentu, (2)

bukan merupakan metode khusus (steinbreg, 1986:192).

Ketiga pendekatan bahasa secara ganda. Para pendukung pendekatan ganda

atau multiple approach menganjurkan menggunakan suatu metodologi yang

didasarkan pada rencana Cleveland ataupun multiple approach method yang

diperkenalkan oleh de Sauze pada tahun 1920-an. Pendekatan de Sauze tidaklah

beranggapan bahwa orang dewasa belajar bahasa dengan cara yang sama seperti

yang dilakukan seorang anak.

Variasi-variasi yang diperkenalkan dalam pendekatan Ganda, sebagian besar

menghubungkannya dengan kebutuhan yang beranggapan bahwa cara belajar orang

dewasa berbeda dengan cara belajr anak-anak. Dengan perkataan lain, variasi-variasi

dibuat karena cara belajar orang dewasa berbeda dari cara belajar anak-anak. Oleh

karena itu, terdapat beraneka ragam ciri pendekatan ganda. Di antara ciri-ciri utama

pendekatan ganda yang diberikan oleh Puciani dan Hamel (1967), dan metode aktif

verbal yang diberikan oleh Lenard (1980).

1. Bahasa diturunkan secara khas diciptakan oleh setiap pembicara. Bahasa tidak

dipelajari melalui teknik-teknik tiruan dan hafalan.

2. Bahasa juga merupakan budaya; oleh karena itu pengetahuan kultural haruslah

disebarkan melalui pelajaran itu sendiri, seperti juga halnya melalui kegiatan-

kegiatan penyadaran kultural dan penggunaan bahan-bahan otentik yang bersifat

kultural.

3. Bahasa sasaran hendaklah dipakai secara eklusif sebagai media pengajaran.

4. Haruslah ada penekanan pada tunggal pada setiap pelajaran.

5. Keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)

haruslah diajarkan secara serempak pada waktu yang sama, harus diatur dan

dijaga supaya tidak terdapat kesenjangan, tetapi keserasian antara keempatnya.

6. Tata bahasa diajarkan secara induktif dalam bahasa sasaran, dengan memberikan

contoh-contoh pertama dan kemudian penjelasan mengenai kaidah-kaidahnya.

7. Bahasa sasaran diperkenalkan melalui dialog-dialog yang relatif panjang, disertai

dengan pergantian-pergantian tanya jawab yang di atur oleh guru.

Dalam perkembangan pemakaiannya, bahasa Indonesia yang sekarang kita

gunakan memiliki pendekatan-pendekatan terhadap beberapa dialek etnik atau dialek

ras dan sejumlah unsur yang sifatnya gado-gado atau campuran . Dialek –dialek etnik

yang muncul dalam pemakaian keseharian bahasa Indonesia ternyata mencuatkan

logat-logat kebahasaan tersendiri.

Page 130: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

130

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Karena masyarakat bangsa Indonesia terdiri atas beratus suku bangsa atau

kelompok etnik, kalau benar-benar dicermati, maka muncul pula bermacam-macam

logat dalam pemakain bahasa Indonesia. Jadi sebenarnya telah banyak terjadi

interferensi dari bahasa daerah, dari bahasa suku-suku bangsa tertentu, terhadap

bahasa Indonesia yang kita gunakandalam praktik komunikasi keseharian. Oleh

karena itu, dalam pemakain bahasa Indonesia ada berbagai macam kekhasan dan

keistimewaan yang lantas memunculkan ciri-ciri etnik atau kekhsan ras dari bahasa

yang kita gunakan. Dalam korpus bahasa Indonesia, ada dialek Indonesia Jawa, dialek

Indonesia Menado, dialek Indonesia Bali, dialek Indonesia Bugis, dan lain-lain.

Masing-masing menunjukan kekhasan tersendiri di dalam logat-logatnya.

Selain dalam pendekatan bahasa pada bahasa-bahasa daerah, bahasa juga

memiliki pula ciri simplifikasi dan aneka macam pendekan. Pada umumnya, unsur-unsur

yang disederhanakan dan dipendekan adalah aspek-aspek bahasa yang kuat atau

dominan. Tujuan pemendekan adalah semata-mata untuk memudahkan pemahaman.

Kenyataan kebahasaan demikian yang di dalam sosiolinguistik lazim disebut pijinasi,

kemudian mewujud sosok bahasanya dinamakan bahasa pijin. Bahasa pijin muncul

Karena adanya keharusan pertemuan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang

lainnya sebagai akibat pertemuan antara sebagian warga bangsa yang satu dengan

bangsa yang lainya.

Pendekatan bahasa dari bahasa daerah ke bahsa Indonesia, contoh seorang

mahasiswi bersku non-Jawa suatu ketika datang berkonsultasi dengan dosen

pembimbingnya yang bersuku Jawa. Percakapan berlangsung dalam bahasa Indonesia,

tetapi sesekali mahasiswi mencuatkan kata-kata Jawa yang santun terhadapnya.

Dalam contoh ini bahasa Indonesia digunakan untuk keperluan formal, kepentingan

resmi, dan hal-hal yang berkonteks nasional. Bahasa daerah mereka gunakan sebagai

bahasa ibu pertama dan digunakan di daerah tersebut dalam lingkungan kesukuanya

yang berjati diri bahasa ibu dalam ranah keluarga. Sedangkan begitu bergaul dan

berkomuniksi dengan warga suku yang berbeda di wilayah yang sama, mereka

menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang memakai bahasa daerah yang gampang

di mengrti oleh lawan bicara.

Pernahkan kalian menyadari bahwa pendekatan-pendekatan bahasa

sesungguhnya salah satu sumber utama inovasi dan kreativitas berbahsa adalah kaum

muda atau remaja? Bahkan sudah sejak lama bahasa tutur remaja mewarnai

dinamika kehidupan dan perkembangan bahasa Indonesia, setidaknya jika diteropong

dari kacamata sosiolinguisti atau sosiopragmatiknya. Contoh ketika sejumlah anak

remaja sedang memperbincangkan sesuatu yang mereka pandang rahasia dan tidak

boleh diketahui warga di luar kelompok, mereka sangat suka menggunakan bentuk-

bentuk rahasia dan popular seperti cavantiviik untuk menyatakan kata ‗cantik‘,

cavakevip untuk kata ‗cakep‘, dan lain-lain.

Pendekatan-pendekatan di atas memberikan karakteristik komunikasi

melalui bahasa itu sendiri, yaitu bahasa adalah suatu bentuk interaksi sosial. Oleh

karena itu, secara normal diperoleh dan digunakan dalam interaksi sosial, bahasa

Page 131: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

131

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

melibatkan tingkat ketidakteramalan dan kreativitas yang tinggi dalam bentuk dan

pesan, bahasa berlangsung dalam konteks sosial budaya yang memberikan batasan

tentang penggunaan bahasa yang baik dan sesuai dan sebagai penanda untuk

mengoreksi interpretasi ungkapan, dan bahasapun melibatkan bahasa otentik dan

dipertentangkan dengan bahasa yang dibuat seperti buku teks.

Page 132: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

132

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Pendekatan-pendekatan Kebahasaan

Oleh: Hesty Rinrin

1. Pendekatan Formal

Semi (1993) menyatakan bahwa pendekatan formal ini merupakan

pendekatan klasik dan tradisional dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini

dianggap bahwa pembelajaran bahasa itu sebagai suatu kegiatan rutin yang

konvensional, dengan mengikuti cara-cara berdasarkan pengalaman. Menurut Semi

pengajaran dilakukan dengan teoritis sehingga diaplikasikan dengan contoh-contoh

pemakaiannya, dengan jalan menjabarkannya. Pendekatan ini disebut sebagai

pendekatan informatif. Karena cara menyampaikannya tanpa mempedulikan

pengetahuan praktis atau kemampuan berbahasa.

Pendekatan ini dibagi dua metode, yakni metode terjemahan, tata bahasa, dan

metode membaca.

2. Pendekatan Fungsional

Semi (1993) menyarankan apabila mempelajari bahasa harus melakukan

kontak langsung dengan masyarakat atau orang yang menggunakan bahasa itu. Agar

siswa mampu menghadapi bahasa yang hidup dan mencoba memakainya sesuai dengan

keperluan komunikasi.

Pendekatan ini membagi beberapa metode dalam mengajarkan bahasa, yakni:

a. Metode langsung

b. Metode pembatasan

c. Metode intensif

d. Metode audio-visual

e. Metode linguistik

3. Pendekatan Integral

Yakni pengajaran bahasa harus merupakan sesuatu yang multi dimensional

yaitu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengajaran.

4. Pendekatan Sosiolinguistik

Yakni studi tentang hubungan gejala masyarakat dengan gejala bahasa.

5. Pendekatan Psikologi

Yakni berkaitan dengan ilmu menelaah bagaimana peserta didik belajar, dan

sebagai individu yang kompleks.

6. Pendekatan Linguistik

Yakni bagaimana proses yang terjadi dalam benak anak, apabila terjadi

belajar bahasa.

Pendekatan-Pendekatan Kebahasaan Sebelum ke teori tentang pendekatan-pendekatan kebahasaan, terlebih

dahulu saya akan membahas tentang apa itu pendekatan, apa itu bahasa. Pendekatan

Page 133: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

133

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

adalah proses, perbuatan atau cara pendekatan (KBBI, 1995). Dikatakan pula bahwa

pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa

asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Pendekatan di sini bersifat

aksiomatis, jadi tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Dalam pengajaran atau

pembelajaran bahasa, pendekatan merupakan, pandangan filsafat atau kepercayaan

tentang hakikat bahasa dan hakikat pembelajaran atau pengajaran bahasa yang

diyakini dan tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Sedangkan bahasa adalah

dalam bahasa Inggris language berasal dari bahasa latin ―lidah‖. Bahasa menurut Puji

Santoso adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran (1.2 : 2007).

Ujaran inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Jadi, bahasa adalah

penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan

aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang miliki arti. Bahasa merupakan alat

komunikasi yang mengandung beberapa sifat, yakni = sistematik, mana suka, ujaran,

manusiawi, komunikatif.

Jadi, pendekatan kebahasaan itu adalah ada pendekatan tujuan, pendekatan

struktural, dan pendekatan komunity.

Dalam pendekatan-pendekatan kebahasaan, dibagi menjadi dua, yakni

pendekatan kognitif, dan pendekatan ganda, ini diambil dari buku Pengajaran

Pemerolehan Bahasa, karangan Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan.

Pendekatan Kognitif Nian Chomsky membuat perbedaan teoritis antara performasi dan

kompetensi. Dalam pandangan transformasionalis generatif yang dikemukakan dalam

karya Chomsky Aspects of the Theory of Syntax (1965), pembedaan lebih lanjut

diadakan perbedaan yang menarik antara struktur permukakan (surface structure)

yang mudah diamati dan struktur dalam (deep structure) yang tersirat dan tidak

mudah diamati. Pembagian ini merupakan pendekatan kognitif dalam psikologis. Bagi

para psikolog kognitif dan linguis generatif tranformasional, bahasa merupakan

perlaku yang rule-governed yang bersifat internal. Pengetahuan pembicara atau

penutur mengenai bahasa didasarkan pada seperangkat kaidah terbatas yang dapat

menurunkan berbagai kalimat yang tidak terbatas yang dapat dipahami. Akan tetapi,

kaidah-kaidah tersebut tidak perlu secara sadar dan mudah diungkapkan dengan

kata-kata oleh para pemakaian bahasa. Anak-anak belajar bahasa ibu atau bahasa

asli mereka dengan cara mengembangkan sistem-sistem bahasa yang bersifat

berkiraan yang secara berkesinambungan diperhalus sebaik pengetuaan mereka

mengenai kaidah-kaidah itu mengalami perkembangan. Menurut teori nativis, anak-

anak dapat melakukan hal ini karena semua insan dilahirkan dengan sarana

pemerolehan bahasa (language acquisition device-LAD) yang sama, yang

memungkinkan serta memberi kecenderungan bagi kita untuk memperoleh bahasa.

Chomsky (1965) mengemukakan keberadaan atau eksistensi LAD ini, atau yang

disebut juga ―little black box‖ (kota hitam kecil) yang menurut pemerian McNeil

(1966) mempunyai empat ciri utama:

a) Kemampuan membedakan bunyi-bunyi ujaran dari bunyi-bunyi lainnya.

Page 134: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

134

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

b) Kemampuan mengorganisasi peristiwa-peristiwa linguistik ke dalam berbagai kelas

c) Pengetahuan mengenai jenis sistem linguistik tertentu sajalah yang mungkin

mengungkapkan hal itu, yang lain-lainnya tidak.

d) Kemampuan memanfaatkan secara konstan evaluasi untuk membangun sistem yang

mungkin paling sederhana dari data yang ditemukan.

Para psikolog kognitif dan linguis generatif-transformasional yang tertarik

dalam bidang ilmu pendidikan, teori-teori yang mereka kembangkan mempunyai

pengaruh besar pada cara-cara mengajarkan bahasa pada masa-masa pasca-MAL.

Ciri-ciri utama atau prinsip-prinsip dasar pendekatan kognitif telah

dirangkum ileh Chastain (1976) sebagai berkut:

1) Tujuan pengajaran kognitif adalah mengembangkan pada diri para siswa tipe-

tipe kemampuan yang sama seperti yang dimiliki oleh penutur asli. Hal ini

dilakukan dengan cara membantu para siswa memperoleh pengawasan minimal

terhadap kaidah-kaidah bahasa sasaran sehingga mereka dapat menurunkan

bahasa mereka sendiri untuk menemukan suatu situasi yang tidak ditemui

sebelumnya dalam suatu bentuk atau model yang memadai.

2) Dalam mengajarkan bahasa, guru harus bergerak dari yang telah diketahui

menuju yang belum diketahui, maksudnya, dasar pengetahuan siswa kini

(struktur kognitif) harus ditentukan sehingga prasyarat yang perlu bagi

pemahaman bahan baru dapat diberikan.

3) Bahasa pelajaran dan guru harus memperkenalkan para siswa pada situasi-situasi

yang akan meningkatkan pemakaian bahasa kreatif.

4) Karena perlaku bahasa secara konstan bersifat inovatif dan beragam, maka para

siswa harus diajar memahami sistem kaidah di samping dituntut mengingat

deretan permukaan dalam model hafalan.

5) Belajar haruslah selalu bermakan, artinya, para siswa hendaknya mengerti selalu

apa yang disuruh untuk dilakukan; benar-benar memahami serta melakukan

dengan baik apa yang disuruh.

Dalam pendekatan kognitif, terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan dalam pengajaran bahasa, yakni:

o Dapat dilaksanakan dalam kelas besar

o Sabar menghadapi, memperbaiki kesalahan

o Gabungan keterampilan-keterampilan dapat memperkuat atau meningkatkan

upaya belajar

o Cocok dan sesuai bagi semua tingkatan siswa

Kelemahan dalam pengajaran bahasa, yakni:

Tidak terdapat di dalamnya metode tertentu

Bukan merupakan metode khusus (Steinberg, 1986:192)

Banyak interpretasi dapat diberikan

Pendekatan Ganda Para pendukung Pendekatan Ganda atau Multiple Approach dewasa ini

menganjurkan menggunakan suatu metodologi yang didasarkan pada rencana

Page 135: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

135

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Cleveland atau Multiple Approach Method yang diperkenalkan oleh de Sauze pada

tahun 1920-an. Walaupun pada dasarnya itu merupakan suatu bentuk dari metode

langsung yang dipakai pada abad 19 dan awal abad 20, pendekatan de Sauze tidaklah

beranggapan bahwa orang dewasa belajar bahasa dengan cara yang persis sama

seperti yang dilakukan oleh seorang anak.

Ciri-ciri utama Pendekatan Ganda berikut ini merupakan gabungan dari

Pendekatan Ganda yang diberikan oleh Puccianni dan Hamel (1967), dan Metode

Aktif Verbal yang diperikan oleh Lenard (1980).

1) Bahasa diturunkan—secara khas diciptakan—oleh setiap pembicara. Bahasa tidak

dipelajari melalui teknik-teknik tiruan dan hafalan. Oleh karena itu, penggunaan

latihan-latihan pola yang bersifat eksesif atau berlebihan haruslah dihindarkan

dan harus diganti dengan latihan respons-responsi secara spontan.

2) Bahasa juga merupakan budaya; oleh karena itu, pengetahuan kultural haruslah

disebarkan melalui pengajaran bahasa itu sendiri, seperti juga halnya melalui

kegiatan-kegiatan penyadaran kultural dan penggunaan bahan-bahan otentik yang

bersifat kultural. Pendek kata, pengajaran bahasa harus mencakup pengajaran

budaya juga secara sadar.

3) Bahasa sasaran hendaklah dipakai secara eksklusif sebagai media pengajaran.

(Dalam Metode Aktif Verbal, beberapa terjemahan dipakai dalam latihan-latihan

tertentu).

4) Haruslah ada penekanan tunggal pada setiap pelajaran; yaitu, hanya satu hal saja

yang diajarkan pada satu waktu. Baik tata bahasa maupun kosakata haruslah

diatur urutannya dan diprogramkan secara cermat untuk mempermantap dan

mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya. ―Guru harus memecahkan

kerumitan-kerumitan yang ada menjadi bagian-bagiannya sehingga setiap unsur

bagian itu mudah dikuasai. Hubungan setiap hal yang baru dengan yang telah

dipelajari sebelumnya, dan informasi yang rumit disusun kembali, keterampilan

yang sulit diperoleh, dan masalah dipecahkan tanpa terasa" (Lenard, 1971 : 13).

5) Keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)

haruslah diajarkan serempak pada waktu yang sama; harus diatur dan dijaga

supaya tidak terdapat kesenjangan, tetapi keserasian antara keempat-empatnya.

6) Tata bahasa diajarkan secara induktif dalam bahasa sasaran, dengan memberikan

contoh-contoh pertama dan kemudian penjelasan mengenai kaidah-kaidahnya.

Akan tetapi, hal itu tidak boleh mendominasi kelas bahasa dan harus dihindarkan

hal-hal yang menyimpang dari prosedur.

7) Bahasa sasaran diperkenalkan melalui dialog-dialog yang relatif panjang, disertai

dengan pergantian-pergantian tanya-jawab yang diatur oleh guru, atau melalui

kelompok-kelompok kalimat yang terdiri dari pergantian tanya jawab.

Sedangkan pendekatan-pendekatan kebahasaan, yang diambil dari buku

Strategi Pembelajaran Bahasa, karangan Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd dan Dr. H.

Dadang Suhendar, M. Hum pendekatan dibagi menjadi beberapa bagian dan ini yang

dikemukakan beberapa pemikiran dari semi (1993):

Page 136: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

136

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

7. Pendekatan Behavioristik

Yakni dapat dikendalikan dari luar yakni dengan stimulus respons.

8. Pendekatan Pengelolaan Kelas

a. Pendekatan otoriter merupakan proses belajar untuk menciptakan dan

mempertahankan ketertiban suasana kelas.

b. Pendekatan permisif serangkaian kegiatan pengajar yang optimal.

9. Pendekatan Komunikatif

Adanya ketidakpuasan para praktisi/ pengajar bahasa atas hasil yang

dicapai.

Page 137: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

137

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa

Oleh: Kania Puji Lestari

Pendekatan-pendekatan dalam pengajaran bahasa pada intinya mempunyai

satu tujuan yang sama, yakni menetapkan langkah yang tepat dalam setiap

pengajaran. Sebelum lebih jauh membahas pendekatan pengajaran bahasa, kita

pahami dulu pengertian dari ‗pendekatan‘ itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati. Dikatakan pula

bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya

berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Dalam pengajaran

bahasa, pendekatan merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentang

hakikat bahasa dan hakikat pengajaran bahasa yang diyakini dan tidak perlu

dibuktikan lagi kebenarannya. Sebenarnya banyak pendekatan dalam pengajaran

bahasa, tetapi dalam tulisan ini hanya dipaparkan beberapa pendekatan dalam

pengajaran bahasa.

Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional, formal, klasik, atau informatif ini menganggap

pembelajaran bahasa sebagai suatu kegiatan rutin yang konvensional, dengan

mengikuti cara-cara pengajaran yang sudah biasa sesuai dengan pengalaman. Pada

prosesnya cenderung menyampaikan informasi tentang bahasa tanpa mempedulikan

pengetahuan praktis atau kemampuan berbahasa. Pendekatan ini biasanya digunakan

dalam dua metode pembelajaran, yaitu metode terjemahan tatabahasa dan metode

membaca.

Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional ini menyarankan agar melakukan kontak langsung

dengan masyarakat atau orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan ketika

mempelajari sebuah bahasa. Dengan begitu peserta didik langsung menghadapi

bahasa yang hidup dan memakainya sesuai dengan keperluan komunikasi serta

merasakan fungsi dari bahasa itu dalam komunikasi langsung.

Pendekatan ini memunculkan berbagai metode pengajaran bahasa sebagai berikut.

1. Metode langsung

2. Metode pembatasan

3. Metode intensif

4. Metode audio-visual

5. Metode linguistik

Page 138: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

138

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Pendekatan Pengajaran Bahasa yang Memanfaatkan Hasil Studi Lain

Selain pendekatan-pendekatan di atas, terdapat juga beberapa pendekatan

pengajaran bahasa yang memanfaatkan hasil studi lain, di antaranya sosiolinguistik,

psikologi, dan psikolinguistik. Berikut ini sedikit ulasan tentang pendekatan-

pendekatan tersebut.

1. Pendekatan sosiolinguistik

Pendekatan pengajaran bahasa ini memanfaatkan hasil studi dari ranah

sosiolinguistik. Pendekatan ini merupakan studi tentang hubungan gejala

masyarakat dengan gejala bahasa. Dalam sosiolinguistik terdapat konsep-konsep

tertentu yang berguna untuk pengembangan pengajaran bahasa. Konsep-konsep

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Bahasa merupakan sebuah sistem yang memiliki keragaman. Maksudnya, setiap

ragam memiliki gejala bahasa, peranan dan fungsi, serta kawasan pemakaian

tertentu. Masyarakat mempunyai sikap dan penghargaan yang berbeda terhadap

ragam-ragam tersebut. Konsekuensinya, dalam pengajaran bahasa harus

diajarkan pula peran dan fungsi, situasi, serta kawasan pemakaiannya, bukan

hanya ciri-ciri kebahasaannya. Konsep ini menunjukkan bagaimana pentingnya

posisi bahasa di masyarakat.

b. Bahasa merupakan identitas kelompok. Maksudnya, setiap manusia normal harus

menguasai setidak-tidaknya satu bahasa. Bahasa yang dikuasainya itu tidak

terlepas dari identitas dan sikap masyarakat pemakainya.

c. Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat untuk

menyatakan pikiran dan perasaan terhadap seseorang atau sekelompok orang.

Dalam hal ini orang yang dikatakan mampu berbahasa adalah orang yang mampu

berkomunikasi.

2. Pendekatan psikologi Pendekatan pengajaran bahasa ini memanfaatkan hasil studi dari ranah

psikologi. Banyak yang menganggap bahwa pendekatan ini hanya dapat dilakukan

oleh psikolog saja. Anggapan itu memang tidak sepenuhnya keliru karena banyak

pengajar yang belum mampu mengenali psikologi perkembangan peserta didik.

Pendekatan psikologi bahasa ini berkaitan dengan ilmu yang menelaah bagaimana

peserta didik belajar, serta bagaimana peserta didik sebagai individu yang

kompleks. Pengajar bahasa mutlak harus menguasai hasil studi psikologi

karenapendekatan psikologi ini (terutama dalam penyusunan strategi mengajar)

memanfaatkan premis dan asumsi psikologi. Asumsi tersebut diantaranya sebagai

berikut.

a. Teori behaviorisme

Menurut teori behaviorisme segala tingkah laku atau kegiatan seseorang

merupakan respon terhadap adanya stimulus. Sejalan dengan hal itu, proses

belajar pun tidak lain merupakan mekanisme S-R (stimulus-respons). Dalam teori

behaviorisme, proses belajar sangat bergantung pada faktor yang berada di luar

Page 139: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

139

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

dirinya, dalam hal ini adalah stimulus dari pengajarnya. Hasil belajarnya banyak

ditentukan oleh proses peniruan, pengulangan, dan penguatan.

b. Teori gestalt Menurut teori gestalt setiap individu mempunyai kajian mendalam yang

berfungsi untuk mereka-reka objek yang sedang diamati sehingga diterima

menjadi sebuah objek yang utuh. Dalam pengajaran bahasa dianjurkan agar bahan

pengajaran diberikan secara utuh dan dalam struktur yang bermakna.

c. Teori kognitif Menurut teori kognitif segala aktivitas manusia yang dilakukan dengan sadar

bersumber pada otak dan digerakkan oleh kognitif yang meliputi segala aspek

kegiatan, mulai dari menyadari adanya masalah, mengidentifikasikannya,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi atau data, mengambil simpulan,

mengevaluasi simpulan, sampai kepadastrategi untuk mencapai tujuan.

3. Pendekatan psikolinguistik Pendekatan pengajaran bahasa ini memanfaatkan hasil studi dari ranah

psikolinguistik. Pendekatan ini bertumpu pada pemikiran tentang bagaimana proses

yang terjadi dalam benak anak ketika mulai belajar bahasa, serta bagaimana pula

perkembangannya. Psikolinguistik pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari

latar belakang psikologis kemampuan berbahasa manusia.

Dalam proses penguasaan bahasa terdapat teori empirisme yang pada

akhirnya sejalan dengan paham behaviorisme. Teori tersebut beranggapan bahwa

keberhasilan belajar seseorang bergantung pada faktor luar. Menurut Skinner

proses belajar bahasa sama saja dengan mempelajari sesuatu yang nonbahasa,

yaitu melalui mekanisme stimulus-respon dan ditambah dengan penguatan. Ciri

pokok dari pandangan ini adalah fisikalisme dan determinasi. Terdapat beberapa

pengaruh yang terasa dari teori ini terhadsap pengajaran, di antaranya melalui

program belajar yang disusun dalam tahapan yang baik, dari satu jenjang ke

jenjang yang lain.

Seiring berjalannya waktu di Amerika terjadi pertentangan yang dimulai

oleh Chomsky terhadap behaviorisme ini. Chomsky mengkritik teori yang

dicetuskan oleh Skinner, diantaranya sebagai berikut.

a) Menurut Chomsky, bahasa merupakan produk proses yang tersembunyi di dalam

benak anak, berupa sistem aturan yang abstrak dan terinternalisasi. Chomsky

menentang keras teori Skinner bahwa proses penguasaan ditentukan oleh

faktor eksternal.

b) Menurut Chomsky, ada prinsip yang sangat spesifik dan yang secara genetik

menentukan atau melandasi bahasa manusia. Prinsip tersebut dimiliki anak

dalam belajar bahasa—yang sifatnya bawaan—sehingga menyebabkan

kemampuan penerimaan bahasa menjadi spesifik bahasa itu.

c) Kompetensi dan penampilan merupakan hipotesis Chomsky yang paling terkenal

dan berpengaruh dalam pengajaran bahasa. Isi dari teori itu mengenai bahasa.

Page 140: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

140

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif ini cukup popular dalam pengajaran bahasa.

Perkembangan pendekatan ini di negara lain relatif lebih lama jika dibandingkan

dengan di Indonesia yang baru dikenal pada era 80-an. Lahirnya pendekatan ini

disebabkan oleh adanya ketidakpuasan dari para praktisi atau pengajar bahasa atas

hasil yang telah dicapai oleh tatabahasa-terjemahan yang hanya mengutamakan

penguasaan kaidah tatabahasa dan mengesampingkan kemampuan berkomunikasi

sebagai bentuk akhir yang diharapkan dari belajar bahasa.

Berikut ini ciri-ciri pendekatan komunikatif.

Acuan berpijaknya adalah kebutuhan peserta didik dan fungsi bahasa.

Tujuan belajar bahasa adalah membimbing peserta didik agar mampu

berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya.

Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa.

Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui.

Tujuan utamanya adalah kommunikasi yang mempunyai tujuan.

Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembibing peserta didik dalam

berkomunikasi diperluas.

Kegiatan belajar harus didasarkan pada kreativitas peserta didik dan peserta

didik dibagi dalam beberapa kelompok kecil.

Pendekatan-pendekatan tersebut memunculkan sejumlah metode baru dalam

pembelajaran bahasa kedua. Bahasa semakin ditegaskan fungsinya sebagai alat

komunikasi. Oleh karenanya pembelajar harus mampu berinteraksi secara lisan

ataupun tulisan.

Beberapa pendekatan dalam pengajaran bahasa pada prinsipnya dapat

digunakan untuk pengajaran bahasa Indonesia atau bahasa lainnya karena seperti

yang telah disinggung di atas bahwa pada intinya semua pendekatan pengajaran—

termasuk pengajaran bahasa—memiliki tujuan yang sama.

Page 141: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

141

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Teori Pendekatan Kebahasaan

Oleh : Yeni Mulyani

Sebelum mengajar, seorang guru harus merancang pembelajaran, harus

menguasai beberapa teori yang akan disampaikan atau fisafat tentang belajar dan

sejumlah pendekatan dalam pembelajaran. Teori belajar itu telah dikenal dalam

pelaksanaan kurikulum. Supaya guru mampu mempertanggungjawabkan secara ilmiah

perilaku pengajarnya di depan kelas, maka teori belajar harus dikuasai.

Teori nativisme pada hakekatnya bersumber dari leibnitzian tradition yang

menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh sebab itu lingkungan

termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil

perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang

tua. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak

lahir/ bakat. Teori nativisme muncul dari filsafat nativisme sebagai suatu bentuk

dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak

ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang kodrati.

Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman A. Schopenhuer (1788-1860) yang

beranggapan bahwa faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh

alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhour menyatakan ―yang

jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik‖. Pandangan ini sebagai

lawan dari optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu

keberhasilan ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada artinya

karena lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkemangan anak.

Walapun kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak mirip orang

tuanya, tetapi bakat pembawaan genetika itu bukan satu-satunya faktor yang

menetukan perkembangan anak, tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi

perkembangan dan pembentukkan anak menuju kedewasaan, mengetahui kompetensi

dalam diri dan identitas diri sendiri (jati diri).

Teori behaviorisme di dalam linguistik diikuti diantarnya oleh L. Bloomfield

dan Skinner. Dalam belajar bahasa, teori ini lebih mementingkan faktor eksternal

ketimbang faktor internal dari individu. Terkesan siswa hanya pasif saja menunggu

stimulus dari luar (guru). Belajar apapun dan siapa yang mengajarnya sama saja harus

melalui mekanisme stimulus-respon. Guru memberikan stimulus, siswa mesponnya.

Penerapan behaviorisme digunakan dalam kaidah ketatabahasaan, struktur bahasa

(fonem, morfem, kata frasa, kalimat) dan bentuk-bentuk kebahasaan karena teori ini

lebih mementingkan bentuk dan struktur bahasa ketimbang makna dan maksud.

Behaviorisme berbeda dengan gestalt yang bersifat fragmentaris

(mementingkan bagian demi bagian, sedikit demi sedikit), teori ini melihat pentingnya

belajar secara keseluruhan. Dalam linguistik dan pengajaran bahasa, aliran ini

Page 142: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

142

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

melihat bahasa sebagai keseluruhan yang utuh, melihat bahasa secara holistik, bukan

bagian demi bagian, belajar bahasa dilakukan bukan hanya setapak demi setapak, dari

fonem kemudian morfem dan kata, frase, klausa sampai dengan kalimat dan wacana.

Bahasa adalah sesuatu yang mempunyai strukur dan sistem, dalam arti bahasa terdiri

atas bagian-bagian yang saling berpengaruh dan bergantung.

Teori kognitivisme mengakui pentingnya individu dalam belajar tanpa

meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar adalah

interaksi antara individu dan lingkungan, dan terjadi secara terus menerus sepanjang

hayat. Jean Pieget adalah tokoh kognitivisme yang sangat berpengaruh besar yang

dalam mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri

dari beberapa tahap. Dalam pemerolehan bahasa ibu Pieget mengemukakan

pendapatnya yaitu (i) anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam

menguasai bahasa ibunya, (ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh

adanya kognisi, (iii) kognisi itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat

genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan

kemampuan dan upaya individu. Teori ini pun mengahasilkan konsep bahwa belajar

ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui

proses asimilasi akomodasi.

Teori konstruktivisme dalam belajar juga dikemukakan oleh Pieget. Ia

mengemukakan bahwa stuktur kognisi itu dapat berubah sesuai dengan kemampuan

dan upaya individu sendiri. Menurut teori ini, pebelajar (learner, orang yang sedang

belajar) akan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuannya. Oleh

sebab itu, belajar tentang dan mempelajari sesuatu tidak dapat diwakilkan dan tidak

dapat diborongkan kepada orang lain. Siswa juga harus proaktif mencari dan

menemukan pengetahuan dan mengalami proses belajar secara langsung dengan

mencari pengetahuan. Semua ini memerlukan pemahaman guru tentang apa yang

sudah diketahui tentang pebelajar atau yang dimaksud pengetahuan awal (prior knowlege), sehingga guru bisa tepat dalam menyajikan bahan pengajaran yang pas,

jangan memberikan bahan yang telah diketahui oleh siswa. Sebelum belajar bahasa

Indonesia siswa telah memiliki bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai pengetahuan awal

mereka. Guru harus memanfaatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

dalam bahasa daerahnya untuk belajar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Pada tahun 1981 CBSA serta kurikulumnya telah dikenal oleh kita. CBSA

merupakan suatu pendekatan yang lahir untuk mengantisipasi siswanya yang serba

pasif. Suatu pandangan yang salah jika CBSA itu untuk mengaktifkan siswa dan

membuat guru diam (tidak aktif). Dan juga salah jika CBSA harus berdiskusi secara

kelompok, mesti memindahkan bangku dan kursi. Sebenarnya CBSA menuntut agar

ada keterlibatan mental-psikologis pada siswa sepanjang proses belajar mengajar

berlangsung. Namun, kadang-kadang keterlibatan mental-psikologis harus diwujudkan

dalam perilaku fisik, misalnya bertanya, memberikan jawaban tanggapan, memberikan

pendapat dan sebagainya. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, CBSA harus mewujud

dalam kegitatan siswa dalam berbicara dan menulis, pokoknya harus aktif-produktif

Page 143: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

143

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

bukan pasif-resesif. Dalam CBSA, siswa harus banyak terlibat dalam proses belajar

mengajar siswa mengalami belajarnya sendiri, mendalami materi, dsb. CBSA sangat

cocok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia karena sejalan dengan pendekatan

komunikatif.

CBSA dan keterampilan proses serupa dan senafas karena dari kedua

pendekatan itu sama yaitu bagaimana tidak pasif dalam proses belajar-mengajar di

dalam kelas. Keterampilan proses muncul karena di antara sebagian guru hanya

memperhatikan hasil belajar dan kurang memperhatikan proses untuk mencapai

hasilnya. Atau guru dan murid mengahalakan berbagai cara untuk mendapatkan hasil

yang baik tanpa melihat cara (teknik metode, pendekatan, teori) memperoleh hasil

itu. Oleh sebab itu, guru berlaku kurang jujur misalnya membuat soal-soal yang

sangat mudah, membiarkan murid menyontek, dan sebagainya. Murid juga berlaku

tidak jujur misalnya sengaja membuat contekan, turunan, dan sebagainya. TIK

(Tujuan Intruksional Khusus) sejak kurikulum 1975 sudah dikenal yang rumusannya

mencantumkan cara-cara untuk mencapai hasil belajar yang dapat diamai dan diukur.

Dalam rumusan yang kira-kira sama, KBK juga merumuskan kompetensi dengan

deskriptor-deskriptor tertentu. Dalam bahasa Indonesia pendekatan ini dapat

secara langsung digunakan untuk menilai perilaku berbahasa sehari-hari di dalam

kelas secara kontinyu.

Belajar secara sosial (social learning) dikenal juga dengan istilah belajar

dengan cara gotong royong. Pendekatan ini memprioritaskan untuk belajar bersama,

secara berkelompok atau berpasangan, mengingat di dalam kehidupan bermasyarakat

juga orang selalu bekerja sama untuk mengerjakan sesuatu. Pendekatan ini dalam

pelajaran Bahasa Indonesia bisa diterapkan umpamanya dalam menyusun karya tulis

(membuat sinopsis, membuat laporan, meringkas bacaan, dan sebagainya), berdiskusi,

berdialog, mendengarkan, dan sebagainya. Sejalan dengan adanya KBK, muncul

gagasan tentang CTL (Contextual Teaching and Learning) atau mengajar dengan dan

belajar secara kontekstual. Pendekatan ini sebenarnya diilhami oleh filsafat

konstruktivisme. Siswa itu sebenarnya bisa didorong untuk aktif melakukan tindak

belajar jika apa yang dipelajari itu sesuai dengan konteks. Konteks ini bukan sekedar

lingkungan belajar. Konteks bisa berupa konteks siswa (usia, kondisi sosial ekonomi,

potensi intelektual, keadaan emosi, dsb), konteks isi (materi pelajaran), konteks

tujuan (tiujuan belajar, kompetensi yang hendak dicapai, konteks sosial budaya,

konteks lingkungan, dsb. Dalam proses belajar mengajar ada sejumlah unsur dalam

CTL yang harus diterapkan di antaranya, pertanyaan, inkuri, penemuan, pengalaman

dan sebagainya. Dalam pelajaran sastra dan bahasa Indonesia guru hendaknya

memperhatikan kondisi kebahasaan siswa apakah siswa berasal dari pedesaan atau

perkotaan, dari keluarga ekonomi lemah atau keluarga mampu, ada di SMP atau SMA.

Guru mestinya memperhatikan besar kecilnya pengaruh bahasa daerah terhadap

bahasa Indonesia. Dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Hal ini

menyulitkan seorang guru karena mempunyai latar belakang kebahasaan yang sama

sehingga kedua pihak bisa melakukan kesalahan yang sama dalam bahasa Indonesia.

Page 144: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

144

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Guru yang berlatar belakang bahasa Batak tentu sulit mengidentifikasi kesalahan

dalam berbahasa Indonesia yang di lakukan siswa-siswanya yang juga berlatar

belakang bahasa Batak karena dia tidak menyadari kesalahannya sendiri.

Pendekatan Komunikatif adalah pendekatan yang khas dalam belajar

berbahasa. Pendekatan ini menuntut agar (i) siswa diberi kesempatan berbicara

tanpa beban (wajib berbahas Indonesia yang baik dan benar), (ii) siswa mampu

mengomunikasikan gagasannya kepada orang lain dan mampu menangkap dan

memahami gagasan orang lain, (iii) siswa lebih banyak belajar berbahasa (empat

keterampilan berbahasa) ketimbang belajar bahasa (teori, kaidah tatabahasa,

struktur bahasa, dan sebagainya), (iv) guru tidak perlu banyak menyalahkan ujaran

siswa, apalagi mengintrupsi ketika siswa sedang berbicara. Bahasa harus dipandang

secara holistik (menyeluruh), bukan serpih-serpih (bagian demi bagian). Pendekatan

komunikatif hakekatnya seiring dengan prisip-prinsip dalam pragmatik.

Pendekatan Tematik-Integratif sudah dikenal pada kurikulum 1984 yang

isinya, tiap pelajaran harus berpijak pada tema atau subtema tertentu, dan tiap

bahan tidaklah berdiri sendiri melainan dipadukan (diintegrasikan) dengan bahan

pelajara yang lain. Dalam belajar berbahasa Indonesia, bahan pelajaran dapat

dipadukan secara internal, umpamanya keterampilan berbicara dengan tema

pariwisata dengan keterampilan menulis, dengan aspek kebahasaan seperti kalimat

dan frasa. Bisa juga dengan eksternal dipadukan dengan sastra. Bahkan bahasa

Indonesia dapat dipadukan dengan mata pelajaran yang lain. Misalnya, untuk

pelajaran kalimat majemuk, guru dapat memadukan kalimat majemuk dengan

keterampilan membaca, dan bacaan itu diambil dari teks PKn, sejarah, ekonomi,

biologi, IPA, IPS, dsb. Artinya, siswa dapat ditugasi untuk mencari dan menemukan

contoh-contoh kalimat dalam teks tersebut.

Dalam hal penerapan teori penerapan belajar, guru hendaknya

memperhatikan dulu kompetensi dasar yang hendak dicapai oleh siswa, indikator,

deskriptor, dan bahan ajarnya. Misalnya untuk kompetensi K, indikator I, dan

deskriptor D, serta bahan ajar fakta dan konsep frasa, guru akan menggunakan

pendekatan tematik-integratif.

Guru hendaknya menentukan tema, misalnya lalu-lintas. Bila kompetensi yang

akan dicapai ialah keterampilan membaca pemahaman, maka ditentukan bacaan

bertema lalu-lintas yang yang dipastikan mengandung sekian banyak frasa. Bila

mengajar di SMP, bacaan tersebut bisa dilihat dalam teks IPS tentang transportasi.

Dengan begitu berarti kita telah melakukan integrasi antardisiplin atau antarmata

pelajaran. Di dalam bacaan itu siswa telah diperkenalkan dengan fakta tentang frasa

dan bukan frasa. Kemudian bisa diajak mengalami belajar dengan cara mencari dan

menemukan frasa-frasa lain dalm novel dan cerpen. Ini adalah pendekatan integratif.

Siswa akhirnya diminta membuat laporan singkat secara tertulis. Artinya kita telah

melakukan integrasi internal; aspek kebahasaan (yaitu konsep frasa), keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis.

Page 145: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

145

Pen

deka

tan K

ebah

asaan

Pendekatan SAVI (Somatik Auditory Visual Intellectual) adalah Belajar

berdasar aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan

memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran

terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional cenderung membuat orang

tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu lama. Terjadilah kelumpuhan otak dan

belajar pun melambat layaknya merayap atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak

orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh,

meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada belajar.

Belajar berdasar aktivitas secara umum jauh lebih efektif daripada yang

didasarkan presentase, materi, dan media, serta mempunyai alasan sederhana, cara

belajar itu mengajak orang terlibat sepenuhnya. Telah terbukti berkali-kali bahwa

biasanya orang belajar lebih banyak dari berbagai aktivitas dan pengalaman yang

dipilih dengan tepat daripada jika mereka belajar dengan duduk di depan

penceramah, buku panduan, televise, ataupun komputer. Gerakan fisik dapat

meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh

(korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir

dan memecahkan masalah.

Page 146: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

146

Daft

ar Is

i

Daftar Isi

DAFTAR ISI ........................................................................ i

PENGERTIAN BAHASA ........................................................... 1

Bahasa dan Ragamnya Oleh: Ai Kurniati .............................................................................. 2

Pengertian Bahasa Oleh: Ayu Nurhajar ................................................................................ 6

Pengertian Bahasa Oleh: Deni Rusdiana ............................................................................. 10

Pengertian Bahasa Oleh: Elis Susilawati .............................................................................. 14

Pengertian Bahasa Oleh: Evi Cepriadi Yantono ................................................................. 18

Pengertian Bahasa Oleh: Hana Susana ............................................................................... 21

Pengertian Bahasa Oleh: Pika Widara ................................................................................. 26

Pengertian Bahasa Oleh: Ramdhan Jaelani ........................................................................ 29

Pengertian Bahasa Oleh: Roy Nuroni Budi .......................................................................... 35

Hakikat Bahasa Oleh: Rudi Irawan ........................................................................................ 39

Pengertian Bahasa Oleh: Susanti ......................................................................................... 42

Pengertian Bahasa Oleh: Yeyen Adawiah ......................................................................... 46

TOKOH YANG MENGUNGKAPKAN TEORI BAHASA .................................................... 50

Beberapa Tokoh yang Mengungkapkan Teori-teori Bahasa Oleh: Adeng Farlan S. .. 51

Tokoh-tokoh yang Mengungkapkan Teori-teori Bahasa Oleh: Cecep Setia N ........... 54

Tokoh Teori Belajar Bahasa Oleh: Damayanti ................................................................... 57

Tokoh-tokoh yang Mengungkapkan Teori Bahasa Oleh: Didiet Supriadi ..................... 61

Tokoh yang Mengungkapkan tentang Teori Bahasa Oleh: Lasty Fatra ......................... 65

Teori Bahasa Menurut Para Tokoh Oleh: Siti Haulah ...................................................... 69

Teori-teori Bahasa sebagai Kontekstual Pembelajaran Bahasa Indonesia

Oleh: Wawan Setiawan ................................................................................................ 72

BAGAIMANA BELAJAR BAHASA ......................................................................................... 76

Bagaimana Cara Belajar Bahasa, Khususnya Bahasa Indonesia Oleh: Ela Stj ............... 77

Belajar Bahasa Oleh: Isna Priyanti ....................................................................................... 81

Belajar Bahasa dan Perkembangan Bahasa Oleh: Neng Widaningsih ........................... 86

Bagaimana Belajar Bahasa Oleh: Rina ................................................................................. 90

Belajar Bahasa Oleh: Rinrin Riansyah ................................................................................... 94

Bagaimana Belajar Bahasa Oleh: Sumiyati .......................................................................... 98

Bagaimana Belajar Bahasa Indonesia Oleh: Yogi Ginanjar ............................................ 102

Page 147: Artikel TBB Facebook

Pen

gerti

an B

ahasa

Kumpulan Artikel “Teori Belajar Bahasa”

2010

147

Daft

ar Is

i

BAGAIMANA MENGAJARKAN BAHASA ........................................................................ 106

Upaya Meningkatkan Mutu Pengajaran Bahasa dan Sasta Indonesia di Sekolah

Oleh: Ade Muhamad Pidin ......................................................................................... 107

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah Oleh: Ai Rima S. .............................................................................................. 110

Mengajarkan Berbicara dalam Diskusi Kelompok Oleh: Irmawati ............................... 113

Bagaimana Mengajar Bahasa Oleh: Nurhayat ................................................................... 117

Bagaimana Mengajarkan Bahasa Oleh: Rin Yoantriana ................................................. 120

Bagaimana Mengajar Bahasa Oleh: Yudi Setiadi ............................................................. 123

PENDEKATAN KEBAHASAAN ............................................................................................. 126

Pendekatan-pendekatan Bahasa Oleh: Elis Hindayati ................................................... 127

Pendekatan-pendekatan Kebahasaan Oleh: Hesty Rinrin ............................................. 132

Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa Oleh: Kania Puji Lestari .................................. 137

Teori Pendekatan Kebahasaan Oleh : Yeni Mulyani ........................................................ 141

DARI BERBAGAI SUMBER