arti wahyu

86
Arti Wahyu Uncategorized category visual basics visual basic 6 Dikatakan wahaitu ilaihi atau auhaitu bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adl isyarat yg cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan lambang dan terkadang melalui suara semata dan terkadang pula melalui isyarat dgn anggota badan. Al-wahyu adl kata masdar/infinitif dan materi kata itu menunjukkan dua dasar yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa wahyu adl pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yg khusus diberikan kepada orang yg diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya. Tetapi kadang-kadang juga bahwa yg dimaksudkan adl al-muha yaitu pengertian isim maf’ul yg diwahyukan. Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi Ilham sebagai bawaan dasar manusia seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa ‘Susuilah dia ..’. . Ilham berupa naluri pada binatang seperti wahyu kepada lebah Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah ‘Buatlah sarang di bukit-bukit di pohon-pohon kayu dan di rumah-rumah yg didirikan manusia’. {An-Nahl 68}. Isyarat yg cepat melalui rumus dan kode seperti isyarat Zakaria yg diceritakan Alquran Maka keluarlah dia dari mihrab lalu memberi isyarat kepada mereka ‘Hendaknya kamu bertasbih di waktu pagi dan petang’. {Maryam 11}. Bisikan dan tipu daya setan utk menjadikan yg buruk kelihatan indah dalam diri manusia. Sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah

Upload: bambang-sitinjak

Post on 29-Jun-2015

446 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Arti Wahyu

Arti WahyuUncategorized category

visual basics visual basic 6

Dikatakan wahaitu ilaihi atau auhaitu bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adl isyarat yg cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan lambang dan terkadang melalui suara semata dan terkadang pula melalui isyarat dgn anggota badan.

Al-wahyu adl kata masdar/infinitif dan materi kata itu menunjukkan dua dasar yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa wahyu adl pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yg khusus diberikan kepada orang yg diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya. Tetapi kadang-kadang juga bahwa yg dimaksudkan adl al-muha yaitu pengertian isim maf’ul yg diwahyukan.

Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi Ilham sebagai bawaan dasar manusia seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa ‘Susuilah dia ..’. .

Ilham berupa naluri pada binatang seperti wahyu kepada lebah Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah ‘Buatlah sarang di bukit-bukit di pohon-pohon kayu dan di rumah-rumah yg didirikan manusia’. {An-Nahl 68}.

Isyarat yg cepat melalui rumus dan kode seperti isyarat Zakaria yg diceritakan Alquran Maka keluarlah dia dari mihrab lalu memberi isyarat kepada mereka ‘Hendaknya kamu bertasbih di waktu pagi dan petang’. {Maryam 11}.

Bisikan dan tipu daya setan utk menjadikan yg buruk kelihatan indah dalam diri manusia. Sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. . Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yg lain perkataan-perkataan yg indah-indah utk menipu mereka.

.

Apa yg disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah utk dikerjakan.

Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu maka teguhkanlah pendirian orang-orang yg beriman’. {Al-Anfal 12}.

Sedang wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syar’i mereka definisikan sebagai kalam Allah yg diturunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf’ul yaitu almuha . Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam

Page 2: Arti Wahyu

Risalatut Tauhid adl pengetahuan yg didapat oleh seseorang dari dalam dirinya dgn disertai keyakinan bahwa pengetahuan itu datang dari Allah melalui perantara ataupun tidak. Yang pertama melalui suara yg menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dgn ilham adl bahwa ilham itu intuisi yg diyakini jiwa sehingga terdorong utk mengikuti apa yg diminta tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dgn perasaan lapar haus sedih dan senang.

Definisi di atas adl definisi wahyu dgn pengertian masdar. Bagian awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dgn suara hati atau kasyaf tetapi pembedaannya dgn ilham di akhir definisi meniadakan hal ini.

Sumber Studi Ilmu-Ilmu Quran terjemahan dari Mabaahits fii ‘Uluumil Quraan Manna’ Khaliil al-Qattaan

sumber file al_islam.chm

B. ARTIKEL PEMKO MEDAN

NUZUL QUR'AN Tuesday, 16 September 2008

Sejarah al-Quran: Salah satu peristiwa agung dalam sejarah umat Islam ialah turunnya kitab suci al-Quran atau disebut Nuzul al-Quran. Peristiwa itu dikisahkan dalam al-Quran, melalui firman

Allah yang bermaksud:“Ramadhan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah.†(Surah al-Baqarah, ayat 185).�

Peristiwa Nuzul al-Quran terjadi pada malam Jumaat, 17 Ramadhan, di Gua Hira’ tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Al-Quran merupakan mukjizat yang paling besar yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad SAW. Kita hendaklah beriman dan mempercayai isi kandungan al-Quran. Beriman dengan al-Quran merupakan salah satu dalam Rukun Iman.

Arti Nuzul al-Quran: ‘Nuzul’ berarti turun atau berpindah, yaitu berpindah dari tempat sebelah atas ke tempat di sebelah bawah (turun dari langit ke bumi). ‘Al-Quran’ pula bermaksud bacaan atau himpunan. Ia dikatakan bacaan karena al-

Page 3: Arti Wahyu

Quran itu untuk dibaca oleh manusia. Ia juga dikatakan himpunan kerana dalam al-Quran itu terhimpun ayat-ayat yang menjelaskan pelbagai perkara yang meliputi soal tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, munakahat dan sebagainya.

Nama-Nama Lain: Selain disebut al-Quran, ia juga disebut al-Kitab, al-Furqan, An-Nur, al-Zikr dan lain-lain.

Proses turunnya al-Quran: Al-Quran diturunkan berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari (23 tahun), dengan 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.

Kehebatan al-Quran:

1. Allah berfirman yang bermaksud: “Katakanlah wahai Muhammad, sesungguhnya jika sekalian manusia dan jin berhimpun dengan tujuan hendak membuat dan mendatangkan sebanding dengan al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat dan mendatangkan sebanding dengannya walaupun mereka saling bantu-membantu.†(Surah al-Israa’, ayat 88)�2. Orang yang membaca, menghafaz dan melihat sambil memikirkan keajaiban yang ada pada susunannya diberikan pahala.3. Al-Quran sumber hidayah bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.4. Tidak siapapun di kalangan manusia atau jin yang mampu mencipta ayat yang menyerupai al-Quran. Firman Allah yang bermaksud: “ Dan jika kamu merasa ragu-ragu dengan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, buatlah satu surah yang menyerupainya, ajaklah saksi-saksi (penolong-penolong) kamu, selain Allah, jikalau kamu menganggap orang yang benar.†(al-Baqarah, ayat 23).�5. Al-Quran merupakan mukjizat tertinggi dan teristimewa yang hanya dikurniakan kepada Nabi Muhammad saw.6. Manusia belum mampu menyelami dan menerokai rahsia al-Quran secara menyeluruh sehingga hari ini. Ini bererti sifat kehebatan, kesaktian, keagungan dan keunggulan al-Quran secara tersendiri dengan pengertiannya yang amat luas dan mendalam kekal terpelihara hingga kiamat.7. Al-Quran sebagai petunjuk jalan kebenaran. Membawa manusia daripada kegelapan kepada cahaya yang terang. Allah berfirman yang bermaksud: “Inilah Kitab yang tiada keraguan padanya, menjadi petunjuk kepada orang yang bertakwa.†(al-�Baqarah, ayat 2)8. Membaca al-Quran mendapat ganjaran pahala dan syafaat daripada Allah. Rasulullah saw bersabda dengan maksud: ‘Bacalah al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat kepada pembacanya.†�

Tuntutan al-Quran: Sesungguhnya al-Quran mempunyai tiga hak yang wajib ke atas umat Islam untuk menunaikannya.

Page 4: Arti Wahyu

* Hak untuk membaca dan bertilawah kepadanya.* Hak untuk bertakbir atau memahami makna dan menjiwai kehidupan.* Hak untuk beramal dengan seluruh isi kandungannya.

B. Beberapa Kitab Tafsir   Quran June 25, 2007Filed under: Uncategorized — ainspirasi @ 2:41 am

Tak terhitung banyaknya penjelasan Quran yang telah dibuat sejak masa kenabian. Tidak ada buku lain di dunia ini yang begitu banyak diperhatikan orang selain Quran. Menggambarkan secara singkat semua kitab-kitab tafsir sangat tidak mungkin, meskipun dalam sebuah buku, apalagi dalam tulisan ringkas berikut ini. Akan tetapi apa yang akan kami tulis di sini hanyalah sebuah perkenalan  dari beberapa kitab tafsir terkenal yang merupakan acuan Ma’rifatul Quran. Meskipun sampai saat ini sudah banyak kitab tafsir yang ditulis, banyak tafsir dan ribuan buku tetap menggunakan rujukannya. Tujuannya di sini adalah sekedar memberikan gambaran umum acuan-acuan yang sering digunakan itu. 

Tafsir Ibnu Jarir: Nama tafsirnya adalah Jami’ al-Bayan disusun oleh Allamah Abu Ja’far Muhammad ibnu Jarir al-Tabari (wafat 310 H). Alamah Tabari adalah seorang mufasir yang menguasai bidangnya, muhadist, dan beliau adalah ahli sejarah. Diberitakan bahwa beliau menulis terus menerus selama empat puluh tahun dan menulis empat puluh halaman setiap harinya (al-Bidayah wa al-Nihayah, volume. 11, hal.145).  Banyak orang menuduhnya syiah, tetapi para ahli sejarah menolak tuduhan itu, yang benar adalah beliau merupakan pengikut Sunnah.

Sebanyak tigapuluh jilid tafsirnya menjadi acuan dasar para mufsir berikutnya. Dalam menjelaskan ayat-ayat, ia mengutip pandangan berbagai cendikiawan, kemudian mencari posisi pandangan yang tepat berdaskan argumen dan bukti-bukti yang ada. Seharusnya, setiap periwayatan dipilah dan dipilih, akan tetapi dia telah memasukkan penuturan yang kuat dan lemah dalam penjelasannya. Oleh karena itu tidak setiap penuturan dalam kitab tafsirnya bisa dijadikan pijakan.

Tafsir Qurtubi: Judul tafsirnya Al-Jami li-Ahkam al-Quran. Ditulis oleh cendikiawan Andalusia (Spanyol), namanya Abu ‘Abdullah Muhammad ibnu Ahmad Abi Bakar ibnu Farah al-Qurtubi (wafat 671 H). Dia merupakan pengikut mazhab imam Malik dan terkenal sebagai ahli ibadah dan zuhud. Hal-hal mendasar dari kitabnya adalah membuat kesimpulan-kesimpulan berdasarkan apa yang tertera dalam Quran, pada saat bersamaan dia juga menjelaskan kata-kata sulit, membahas keindahan gaya dan bahasa Quran, dan mengaitkannya dengan tradisi dan berbagai riwayat sehingga sangat menarik. Tafsirnya berjumlah duabelas jilid.       

Tafsir Ibnu Katsir: Ditulis oleh al-Hafiz ‘Imam al-din Abu al-Fida’ Ismail ibnu Katsir al-Damashqi (wafat 774 H), seorang cendekiawan abad ke 8. Tafsirnya telah diterbitkan dalam empad jilid. Dia menekankan penjelasannya berdasarkan penuturan. Ciri utama tafsirnya adalah penggunaan telaah hadist (karena dia adalah muhadist), oleh karena itu tafsirnya menempati posisi istimewa di kalangan mufasir.

Tafsir Al-Kabir: merupakan karya besar Imam Fakhr al-Din l-Razi (wafat 606 H). Judul aslinya adalah Mafatih al-Ghayb, tetapi dikenal dengan Tafsir Al-Kabir. Imam Razi merupakan ahli filsafat Islam, sehingga tidak heran dalam tafsirnya banyak hal-hal rasional dan kontroversial secara ilmiah dan banyak  keterangan ingkar dari sekte-sekte sesat. Namun demikian tafsirnya merupakan, dengan caranya sendiri, sesuatu yang unik untuk memahami Quran.  Selanjutnya, jalan lapang memahami Quran yang ditegaskan oleh keterpaduan ayat-ayat Quran, merupakan keterangan sangat berharga. Namun Imam Razi menulis sendiri kitab tafsirnya hanya sampai surat Al-Fath.  Selebihnya diselesaikan oleh orang lain. Bagian lain yaitu dari surat Al-Fath sampai akhir ditulis oleh Qadi Shihab al-Din ibnu Khalil al-Khawali al-Dimashqi

Page 5: Arti Wahyu

(wafat 639 H) atau oleh Shaykh Najm al-Din Ahmad ibnu Muhammad al-Qamuli (wafat 777 H). (Kashaf al-Zunun jilid 2, hal. 4)

Tafsir al-Bahr al-Muhit: Tafsir ini ditulis oleh Allamah Abu Hayyan al-Gharnati al-Andalusi (w. 754H) yang ahli di bidang sintaksis dan retorika di samping ilmu-ilmu ke-Islaman lainnya. Hasilnya tafsirnya berisi hal-hal berkaitan sintaksis kalimat dan retorika. Dia menekankan pada telaah kata di setiap ayat, perbedaan struktur dan hal-hal khusus lainnya.  

Ahkam al-Quran oleh al-Jassas: Ditulis oleh Imam Abu Bakar al-Jassas al-Razi (w. 370 H) salah seorang pengikut mazhab Hanafi. Hal-hal terkait dengan hukum-hukum dan aturan dalam Quran merupakan obyek penafsirannya. Ia menjelaskan ayat-ayat dalam sebuah rangkaian, dan dia menjelaskan rincian hukum dari ayat yang mengandung perintah-perintah. Dalam hal ini banyak tafsir serupa yang telah ditulis tetapi tafsir ini lebih mengesankan dibanding yang lain. 

Tafsir al-Durr al-Manthur: Tafsir ini ditulis oleh Allamah Jalal al-Din al-Suyuti (w. 910H). Judul lengkapnya adalah al-Durr al-Manthur fi al-Tafseer bi I’Ma’thur. Di sini Allamah Suyuti mencoba mengumpulkan semua periwayatan tafsir Quran. Senarnya banyak ahli hadist seperti Hafiz ibn Jarir, Imam Baghawi, Ibn Marduwayh, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah dan lain-lainnya telah malkukannya sendiri-sendiri. Allamah al-Suyuti merangkum semuanya dalam kitab tafsirnya. Namum demikian dia telah menyingkat  nama-nama penafsir sehingga bila dibutuhkan bisa merujuk langsung pada kitab aslinya.  Oleh karena itu di dalam buku tafsirnya selalu  dijumpai riwayat yang kuat maupun lemah.  Sehingga setiap riwayat yang ada tidak begitu saja dapat dipercaya sebelum melihat kembali ke kitab aslinya. Ada kalanya juga al-Suyuti menegaskan bahwa sebuah riwayat sangat kuat. Tetapi karena beliau kurang memahami kritik hadist, masih tetap sulit untuk menjadikan hal itu sebagai pijakan.   

Tafsir al-Mazhari: Tafsir ini ditulis oleh Qadi Thanaullah Panipati (w 1225 H). Dia menamakan tafsirnya Al-Tafseer al-Mazhari, yaitu nama guru spritualnya, Mirza Mazhar Jani-Janan Dehlavi. Tafsirnya sangat sederhana dan sangat bermanfaat untuk melacak ayat-ayat. Bersama penjelasan ayat-ayat Quran ia menyertakan berbagai riwayat dengan agak rinci, sehingga dia telah berusaha memasukkan riwayat-riwayat setelah membandingkan dengan penafsir lainnya.

Ruh al-Maani: Judul lengkapnya adalah Ruh al-Ma’ani fi Tafseer al-Quran al-’Azim wa al-Sabal-Mathani dan ditulis oleh Allamah Mahmud al-Alusi (w. 1270 H) cendekiawan terkenal pada periode Baghdad, dan berjumlah 30 jilid. Dia telah berusaha membuat tafsirnya komprehensif. Ada pembahasan panjang lebar pada segi bahasa, penulisan, huruf, gaya bahasa, dan pada segi hukum, pasal-pasal keimanan, kemurnian, filsafat, astronomi, mistis dan soal-soal tradisi. Tampaknya dia tidak meninggalkan sisi-sisi logika dari penjelasannya. Dalam hal riwayat hadist penulisnya sangat berhati-hati dan membandingkannya dengan penafsir lainnya. Dari sudut ini tafsirnya sangat komprehensif, dan andilnya dalam menafsirkan Quran sangat bermanfaat.

A. Pengertian Hadits 

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

Page 6: Arti Wahyu

Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.

Ada bermacam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini.

Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi o Hadits Mutawatir o Hadits Ahad

Hadits Shahih Hadits Hasan Hadits Dha'if

Menurut Macam Periwayatannya o Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul) o Hadits yang terputus sanadnya

Hadits Mu'allaq Hadits Mursal Hadits Mudallas Hadits Munqathi Hadits Mu'dhol

Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi o Hadits Maudhu' o Hadits Matruk o Hadits Mungkar o Hadits Mu'allal o Hadits Mudhthorib o Hadits Maqlub o Hadits Munqalib o Hadits Mudraj o Hadits Syadz

Beberapa pengertian dalam ilmu hadits Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer

 

I. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya PerawiI.A. Hadits Mutawatir

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:

1. Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.

Page 7: Arti Wahyu

2. Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy.

3. Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama. 

I.B. Hadits Ahad

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu:

I.B.1. Hadits Shahih

Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

1. Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an. 2. Harus bersambung sanadnya 3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil. 4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya) 5. Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) 6. Tidak cacat walaupun tersembunyi.

I.B.2. Hadits Hasan

Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.

I.B.3. Hadits Dha'if

Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat. 

II. Menurut Macam Periwayatannya

II.A. Hadits yang bersambung sanadnya

Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau Maushul. 

Page 8: Arti Wahyu

II.B. Hadits yang terputus sanadnya

II.B.1. Hadits Mu'allaq

Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if.

II.B.2. Hadits Mursal

Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.

II.B.3. Hadits Mudallas

Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.

II.B.4. Hadits Munqathi

Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.

II.B.5. Hadits Mu'dhol

Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha'if. 

III. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi

III.A. Hadits Maudhu'

Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits.

III.B. Hadits Matruk

Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.

Page 9: Arti Wahyu

III.C. Hadits Mungkar

Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.

III.D. Hadits Mu'allal

Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).

III.E. Hadits Mudhthorib

Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.

III.F. Hadits Maqlub

Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).

III.G. Hadits Munqalib

Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.

III.H. Hadits Mudraj

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya.

III.I. Hadits Syadz

Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz. 

Page 10: Arti Wahyu

IV. Beberapa pengertian (istilah) dalam ilmu hadits

IV.A. Muttafaq 'Alaih

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari - Muslim.

IV.B. As Sab'ah

As Sab'ah berarti tujuh perawi, yaitu:

1. Imam Ahmad 2. Imam Bukhari 3. Imam Muslim 4. Imam Abu Daud 5. Imam Tirmidzi 6. Imam Nasa'i 7. Imam Ibnu Majah

IV.C. As Sittah

Yaitu enam perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad bin Hanbal.

IV.D. Al Khamsah

Yaitu lima perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Bukhari dan Imam Muslim.

IV.E. Al Arba'ah

Yaitu empat perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim.

IV.F. Ats tsalatsah

Yaitu tiga perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.

IV.G. Perawi

Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.

IV.H. Sanad

Sanad berarti sandaran yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadits itu atau mudawwin (orang yang menghimpun

Page 11: Arti Wahyu

atau membukukan) hadits. Sanad biasa disebut juga dengan Isnad berarti penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama yang menjadi sanad hadits itu adalah perawi juga.

IV.I. Matan

Matan ialah isi hadits baik berupa sabda Nabi Muhammad SAW, maupun berupa perbuatan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan oleh sahabat atau berupa taqrirnya. 

V. Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer1. Shahih Bukhari 2. Shahih Muslim 3. Riyadhus Shalihin

http://id.wikipedia.org/wiki/hadits

b. Mengenal Ilmu Hadits  Definisi Musthola'ah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam.

TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam.

MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits. 

Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits

Page 12: Arti Wahyu

Rawi, yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits. 

Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi

1. As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu :1. Ahmad2. Bukhari3. Turmudzi4. Nasa'i5. Muslim6. Abu Dawud7. Ibnu Majah

2. As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad

3. Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Bukhari dan Muslim

4. Al Arba'ah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'a) selain Ahmad, Bukhari dan Muslim.

5. Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah.

6. Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu : Bukhari dan Muslim

7. Al Jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh perawi / As Sab'ah).

Matnu'l Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sahabat ataupun tabi'in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .

Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu'l hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam . 

Gambaran Sanad

Page 13: Arti Wahyu

Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan sebagai berikut: Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam  didengar oleh sahabat (seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dll.

Contoh:Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad.

Awal Sanad dan akhir Sanad

Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D.

 Klasifikasi Hadits Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah:

1. Hadits Shohih, adalah hadits yang  diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.

2. Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.

3. Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.

4. Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya. 

Syarat-syarat Hadits Shohih

Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :

Page 14: Arti Wahyu

Rawinya bersifat Adil Sempurna ingatan

Sanadnya tidak terputus

Hadits itu tidak berillat dan

Hadits itu tidak janggal

Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil, yaitu :

Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiat. Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun.

Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan.

Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara'.

 

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya

Hadits Maudhu': adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu disengaja maupun tidak.

Hadits Matruk: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.

Hadits Munkar: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan, misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Ma'ruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.

Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all): adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits.

Page 15: Arti Wahyu

Hadits Mudraj (saduran): adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.

Hadits Maqlub: adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan.

Hadits Mudltharrib: adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan).

Hadits Muharraf: adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.

Hadits Mushahhaf: adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.

Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan.

Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan.

Hadits Mukhtalith: adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi

Hadits Muallaq: adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.

Hadits Mursal: adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in.

Hadits Mudallas: adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis.

Hadits Munqathi': adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.

Hadits Mu'dlal: adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in.

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

Page 16: Arti Wahyu

Hadits Mauquf: adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus.

Hadits Maqthu': adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.

 

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif ?

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu' tanpa menyebutkan kemaudhu'annya. Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu' maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah. Berikut ini pendapat yang ada yaitu:

Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif, baik untuk menetapkan hukum, maupun untuk memberi sugesti amalan utama. Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul 'Araby.

Pendapat Kedua Membolehkan, kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya, untuk memberi sugesti, menerangkan keutamaan amal (fadla'ilul a'mal  dan cerita-cerita, bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah).

Para imam seperti Ahmad bin hambal, Abdullah bin al Mubarak berkata: "Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal, haram dan hukum-hukum, kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya. Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan, pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya."

Karena itu, Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadla'ilul amal. Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif, yaitu:

1. Hadits dhoif itu tidak keterlaluan. Oleh karena itu, untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta, tertuduh dusta, dan banyak salah, tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadla'ilul amal.

2. Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)

3. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi, tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka.

Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi :

Page 17: Arti Wahyu

[1] Hadits Mutawatir: adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.

Syarat syarat hadits mutawatir

1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra. Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri.

2. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong/dusta.

3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya. Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir.

[2] Hadits Ahad: adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir.

Klasifikasi hadits Ahad

1. Hadits Masyhur: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.

2. Hadits Aziz: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi, walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja, kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya.

3. Hadits Gharib: adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian, yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat :

Qala ( yaqalu ) Allahu Fima yarwihi 'anillahi Tabaraka wa Ta'ala

Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas.

Page 18: Arti Wahyu

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur'an:

Semua lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah mukjizat dan mutawatir, sedang hadits qudsi tidak demikian.

Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur'an, tidak berlaku pada hadits qudsi. Seperti larangan menyentuh, membaca pada orang yang berhadats, dll.

Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an memberikan hak pahala kepada pembacanya.

Meriwayatkan Al-Qur'an tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya, sedang hadits qudsi tidak demikian.

Bid'ah

Yang dimaksud dengan bid'ah ialah sesuatu bentuk ibadah yang dikategorikan dalam menyembah Allah yang Allah sendiri tidak memerintahkannya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam  tidak menyontohkannya, serta para sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam  tidak menyontohkannya.

Kewajiban sebagai seorang muslim adalah mengingatkan amar ma'ruf nahi munkar kepada saudara-saudara seiman yang masih sering mengamalkan amalan-amalan ataupun cara-cara bid'ah.

Alloh berfirman, dalam QS Al-Maidah ayat 3, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." Jadi tidak ada satu halpun yang luput dari penyampaian risalah oleh Nabi. Sehingga jika terdapat hal-hal baru yang berhubungan dengan ibadah, maka itu adalah bid'ah.

"Kulu bid'ah dholalah..." semua bid'ah adalah sesat (dalam masalah ibadah). "Wa dholalatin fin Naar..." dan setiap kesesatan itu adanya dalam neraka.

Beberapa hal seperti speaker, naik pesawat, naik mobil, pakai pasta gigi, tidak dapat dikategorikan sebagai bid'ah. Semua hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk ibadah yang menyembah Allah. Ada tata cara dalam beribadah yang wajib dipenuhi, misalnya dalam hal sembahyang ada ruku, sujud, pembacaan al-Fatihah, tahiyat, dst. Ini semua adalah wajib dan siapa pun yang menciptakan cara baru dalam sembahyang, maka itu adalah bid'ah. Ada tata cara dalam ibadah yang dapat kita ambil hikmahnya. Seperti pada zaman Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggunakan siwak, maka sekarang menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, terkecuali beberapa muslim di Arab, India, dst.

Menemukan hal baru dalam ilmu pengetahuan bukanlah bid'ah, bahkan dapat menjadi ladang amal bagi umat muslim. Banyak muncul hadits-hadits yang bermuara (matannya)

Page 19: Arti Wahyu

kepada hal bid'ah. Dan ini sangat sulit sekali untuk diingatkan kepada para pengamal bid'ah.

Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu?

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam:

1. Yang wajib dibenarkan (diterima).2. Yang wajib ditolak (didustakan, tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan

orang mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.3. Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian

tentang kebenarannya, karena ada dua kemungkinan. Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam).

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak, ada beberapa cara, diantaranya:

1. Atas pengakuan orang yang memalsukannya. Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari 'Umar bin Shub-bin bin 'Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata, artinya: Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Qur'an (Keutamaan Al-Qur'an) lebih dari 70 hadits, yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bid'ah. Menurut pengakuan Abu 'Ishmah Nuh bin Abi Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Qur'an satu Surah demi Surah. (Kitab Al-Baa'itsul Hatsiits).

2. Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tanda/qorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu. Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu.

3. Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Qur'an. Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Qur'an.

4. Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya, baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya). 

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

Page 20: Arti Wahyu

Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam. Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje).

Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu. Umumnya dari golongan Syi'ah, golongan Tareqat, golongan Sufi, para Ahli Bid'ah, orang-orang Zindiq, orang yang menamakan diri mereka Zuhud, golongan Karaamiyah, para Ahli Cerita, dan lain-lain. Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan. Yang disebut 'Targhiib' atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama 'At-Tarhiib'.

Untuk mendekatkan diri kepada Sultan, Raja, Penguasa, Presiden, dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan.

Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu).

Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan tukang cerita, juru khutbah, dan lain-lainnya.

Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

Secara Muthlaq, meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu.

Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya.

Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak ada dosa atasnya. Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu, maka hendaklah segera dia tinggalkannya, kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali, maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits).

(Sumber Rujukan: Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany;  Kitab Hadits Maudhlu -  Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah; Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy; Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany);  Kitab Mushtholahul Hadits - A. Hassan)

C. SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS PRA-KODIFIKASI

A. Hadits pada Periode Pertama (Masa Rasulullah)

Page 21: Arti Wahyu

1. Masa Penyebaran HaditsRasulullah hidup di tengah-tengah masyarakat dan sahabatnya. Mereka bergaul secara bebas dan mudah, tidak ada peraturan atau larangan yang memepersulit para sahabat untuk bergaul dengan beliau. Segala perbuatan, ucapan, dan sifat Nabi bisa menjadi contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa tersebut. Masyarakat menjadikan nabi sebagai panutan dan pedoman dalam kehidupan mereka. Jika ada permasalahan baik dalam Ibadah maupun dalam kehidupan duniawi, maka mereka akan bisa langsung bertanya pada Nabi.Kabilah-kabilah yang tinggal jauh di luar kota Madinah pun juga selalu berkonsultasi pada Nabi dalam segala permasalahan mereka. Adakalanya mereka mengirim anggota mereka untuk pergi mendatangi Nabi dan mempelajari hukum- hukum syari'at agama. Dan ketika mereka kembali ke kabilahnya, mereka segera menceritakan pelajaran (hadits Nabi) yang baru mereka terima.Selain itu, para pedagang dari kota Madinah juga sangat berperan dalam penyebaran hadits. Setiap mereka pergi berdagang, sekaligus juga berdakwah untuk membagikan pengetahuan yang mereka peroleh dari Nabi kepada orang-orang yang mereka temui.Pada saat itu, penyebarluasan hadits sangat cepat. Hal tersebut berdasar perintah Rasulullah pada para sahabat untuk menyebarkan apapun yang mereka ketahui dari beliau. Beliau bersabda," أية ولو عنى "بلغوا“Sampaikanlah olehmu apa yang berasal dariku, kendati hanya satu ayat!”[1]

Dalam hadits lain disebutkan,سامع " من أوعى مبلغ فرب الغائب منكم الشاهد " ليبلغ“Hendaknya orang yang menyaksikan hadits di antara kamu menyampaikannya pada yang tidak hadir (dalam majlis ini). Karena boleh jadi, banyak orang yang menerima hadits (dari kamu) lebih memahami dari pada (kamu sendiri) yang mendengar (langsung dariku).[2]Perintah tersebut membawa pengaruh yang sangat baik untuk menyebarkan hadits. Karena secara bertahap, seluruh masyarakat muslim baik yang berada di Madinah maupun yang di luar Madinah akan segera mengetahui hukum–hukum agama yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Meskipun sebagian dari mereka tidak memperoleh langsung dari Rasulullah, mereka akan memperoleh dari saudara–saudara mereka yang mendengar langsung dari Rasulullah. Metode penyebaran hadits tersebut berlanjut sampai Haji Wada’ dan wafatnya Rasulullah.Faktor-faktor yang mendukung percepatan penyebaran hadits di masa Rasulullah :a. Rasulullah sendiri rajin menyampaikan dakwahnya.b. Karakter ajaran Islam sebagai ajaran baru telah membangkitkan semangat orang di lingkungannya untuk selalu mempertanyakan kandungan ajaran agama ini, selanjutnya secara otomatis tersebar ke orang lain secara berkesinambungan.c. Peranan istri Rasulullah amat besar dalam penyiaran Islam, hadits termasuk di dalamnya.[3]

2. Penulisan Hadits dan PelarangannyaPenyebaran hadits-hadits pada masa Rasulullah hanya disebarkan lewat mulut ke mulut

Page 22: Arti Wahyu

(secara lisan). Hal ini bukan hanya dikarenakan banyak sahabat yang tidak bisa menulis hadits, tetapi juga karena Nabi melarang untuk menulis hadits. Beliau khawatir hadits akan bercampur dengan ayat-ayat Al-Quran.Menurut al-Baghdadi (w. 483 H), ada tiga buah hadits yang melarang penulisan hadits, yang masing-masing diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah, dan Zaid ib Tsabit. Namun yan dapat dipertanggungjawabkan otentisitasnya hanya hadits Abu Sa’id al-Khudri yang berbunyi," aعلّي كذب ومن حرج وال عنى وحدثوا فليمحه القرآن غير عنى كتب ومن عنى تكتبوا ال

النار من مقعده فليتبوaأ "متمعدا“Janganlah kamu sekalian menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an . Barangsiapa yang menulis dariku selain Al-Quran maka hendaklah ia menghapusnya. Riwayatkanlah dari saya. Barangsiapa yang sengaja berbohong atas nama saya maka bersiaplah (pada) tempatnya di neraka ” (HR. Muslim).[4]Disini Nabi melarang para sahabat menulis hadits, tetapi cukup dengan menghafalnya. Beliau membolehkan meriwayatkan hadits dengan disertai ancaman bagi orang yang berbuat bohong. Dan hadits tersebut merupakan satu satunya hadits yang shahih tentang larangan menulis hadits. Menurut Dr. Muhammad Alawi al-Maliki, meskipun banyak hadits dan atsar yang semakna dengan hadits larangan tersebut, semua hadits itu tidak lepas dari cacat yang menjadi pembicaraan di kalangan para ahli hadits.Adapun faktor-faktor utama dan terpenting yang menyebabkan Rasulullah melarang penulisan dan pembukuan hadits adalah :a. Khawatir terjadi kekaburan antara ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Rasul bagi orang-orang yang baru masuk Islam.b. Takut berpegangan atau cenderung menulis hadits tanpa diucapkan atau ditela’ah.c. Khawatir orang-orang awam berpedoman pada hadits saja.[5]

Nabi telah mengeluarkan izin menulis hadits secara khusus setelah peristiwa fathu Makkah. Itupun hanya kepada sebagian sahabat yang sudah terpercaya. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah disebutkan, bahwa ketika Rasulullah membuka kota Makkah, beliau berpidato di depan orang banyak dan ketika itu ada seorang lelaki dari Yaman bernama Abu Syah meminta agar dituliskan isi pidato tersebut untuknya. Kemudian Nabi memerintahkan sahabat agar menuliskan untuk Abu Syah." : . شاه ألبى اكتبوا فقال لى اكتبوا الله رسول "يا“Wahai Rasulullah. Tuliskanlah untukku. Nabi bersabda (pada sahabat yang lain), tuliskanlah untuknya.”[6]

B. Hadits pada Periode Kedua (Masa Khulafa’ al-Rasyidin)1. Masa Pemerintahan Abu Bakar dan Umar ibn KhattabSetelah Rasulullah wafat, banyak sahabat yang berpindah ke kota-kota di luar Madinah. Sehingga memudahkan untuk percepatan penyebaran hadits. Namun, dengan semakin mudahnya para sahabat meriwayatkan hadits dirasa cukup membahayakan bagi otentisitas hadits tersebut. Maka Khalifah Abu Bakar menerapkan peraturan yang membatasi periwayatan hadits. Begitu juga dengan Khalifah Umar ibn al-Khattab. Dengan demikian periode tersebut disebut dengan Masa Pembatasan Periwayatan Hadits ( الحديث رواية تقليل .(عصرPembatasan tersebut dimaksudkan agar tidak banyak dari sahabat yang mempermudah

Page 23: Arti Wahyu

penggunaan nama Rasulullah dalam berbagai urusan, meskipun jujur dan dalam permasalahan yang umum. Namun pembatasan tersebut tidak berarti bahwa kedua khalifah tersebut anti-periwayatan, hanya saja beliau sangat selektif terhadap periwayatan hadits. Segala periwayatan yang mengatasnamakan Rasulullah harus dengan mendatangkan saksi, seperti dalam permasalahan tentang waris yang diriwayatkan oleh Imam Malik.[7]Abu Hurairah, sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits, pernah ditanya oleh Abu Salamah, apakah ia banyak meriwayatkan hadits di masa Umar, lalu menjawab, "Sekiranya aku meriwayatkan hadits di masa Umar seperti aku meriwayatkannya kepadamu (memperbanyaknya), niscaya Umar akan mencambukku dengan cambuknya."[8]Riwayat Abu Hurairah tersebut menunjukkan ketegasan Khalifah Umar dalam menerapkan peraturan pembatasan riwayat hadits pada masa pemerintahannya. Namun di sisi lain, Umar ibn Khattab bukanlah orang yang anti periwayatan hadits. Umar mengutus para ulama untuk menyebarkan al-Qur'an dan hadits. Dalam sebuah riwayat, Umar berkata, "Saya tidak mengangkat penguasa daerah untuk memaki orang, memukul, apalagi merampas harta kalian. Tetapi saya mengangkat mereka untuk mengajarkan al-Qur'an dan hadits kepada kamu semua."[9]

2. Masa Pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi ThalibSecara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib tentang periwayatan tidak berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khlaifah sebelumnya. Namun, langkah yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan Umar.[10] Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa pemerintahan ini lebih banyak daripada pemerintahn sebelumnya. Sehingga masa ini disebut dengan رواية إكثار عصر.الحديثKeleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan oleh karakteristik pribadi Utsman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar Selain itu, wilayah kekuasaan Islam yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat secara maksimal.Sedangkan pada masa Ali ibn Abi Thalib, situasi pemerintahan Islam telah berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Masa itu merupakan masa krisis dan fitnah dalam masyarakat. Terjadinya peperangan antar beberapa kelompok kepentingan politik juga mewarnai pemerintahan Ali. Secara tidak langsung, hal itu membawa dampak negatif dalam periwayatan hadits. Kepentingan politik telah mendorong pihak-pihak tertentu melakukan pemalsuan hadits. Dengan demikian, tidak seluruh periwayat hadits dapat dipercaya riwayatnya.

3. Situasi Periwayatan HaditsDalam perkembangannya, periwayatan hadits yang dilakukan para sahabat berciri pada 2 tipologi periwayatan.a. Dengan menggunakan lafal haduts asli, yaitu menurut lafal yang diterima dari Rasulullah.b. Hanya maknanya saja. Karena mereka sulit menghafal lafal redaksi hadits persis

Page 24: Arti Wahyu

dengan yang disabdakan Nabi.Pada masa pembatasan periwayatan, para sahabat hanya meriwayatkan hadits jika ada permasalahan hukum yang mendesak. Mereka tidak meriwayatkan hadits setiap saat, seperti dalam khutbah. Sedangkan pada masa pembanyakan periwayatan, banyak dari sahabat yang dengan sengaja menyebarkan hadits. Namun tetap dengan dalil dan saksi yang kuat. Bahkan jika diperlukan, mereka rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk mencari kebenaran hadits yan diriwayatkannya.

C. Hadits pada Periode Ketiga (Masa Sahabat Kecil - Tabi'in Besar)1. Masa Penyebarluasan HaditsSesudah masa Khulafa' al-Rasyidin, timbullah usaha yang lebih sungguh untuk mencari dan meriwayatkan hadits. Bahkan tatacara periwayatan hadits pun sudah dibakukan. Pembakuan tatacara periwayatan hadits ini berkaitan erat dengan upaya ulama untuk menyelamatkan hadits dari usaha-usaha pemalsuan hadits. Kegiatan periwayatan hadits pada masa itu lebih luas dan banyak dibandingkan dengan periwayatan pada periode Khulafa' al-Rasyidin. Kalangan Tabi'in telah semakin banyak yang aktif meriwayatkan hadits.Meskipun masih banyak periwayat hadits yang berhati-hati dalam meriwayatkan hadits, kehati-hatian pada masa itu sudah bukan lagi menjadi ciri khas yang paling menonjol. Karena meskipun pembakuan tatacara periwayatan telah ditetapkan, luasnya wilayah Islam dan kepentingan golongan memicu munculnya hadits-hadits palsu. Sejak timbul fitnah pada akhir masa Utsman r.a, umat Islam terpecah-pecah dan masing-masing lebih mengunggulkan golongannya. Pemalsuan hadits mencapai puncaknya pada periode ketiga, yakni pada masa kekhalifahan Daulah Umayyah.Seorang ulama Syi'ah, Ibnu Abil Hadid menulis dalam kitab Nahyu al-Balaghah,"Ketahuilah bahwa asal mulanya timbul hadits yang mengutamakan pribadi-pribadi (hadits palsu) adalah dari golongan Syi'ah sendiri. Perbuatan mereka itu ditandingi oleh golongan Sunnah (Jumhur/Pemerintah) yang bodoh-bodoh. Mereka juga membuat hadits hadits untuk mengimbangi hadits golongan Syi'ah itu"Karena banyaknya hadits palsu yang beredar di masyarakat dikeluarkan oleh golongan Syi'ah, Imam Malik menamai kota Iraq (pusat kaum Syi'ah) sebagai "Pabrik Hadits Palsu".

2. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan HaditsPada masa awal perkembangan hadits, sahabat yang banyak meriwayatkan hadits disebut dengan al-Muktsirun fi al-Hadits, mereka adalah:a. Abu Hurairah meriwayatkan 5374 atau 5364 haditsb. Abdullah ibn Umar meriwayatkan 2630 haditsc. Anas ibn Malik meriwayatkan 2276 atau 2236 haditsd. Aisyah (isteri Nabi) meriwayatkan 2210 haditse. Abdullah ibn Abbas meriwayatkan 1660 haditsf. Jabir ibn Abdillah meriwayatkan 1540 haditsg. Abu Sa'id al-Khudry meriwayatkan 1170 hadits.[11]Sedangkan dari kalangan Tabi'in, tokoh-tokoh dalam periwayatan hadits sangat banyak sekali, mengingat banyaknya periwayatan pada masa tersebut, di antaranya :a. Madinah

Page 25: Arti Wahyu

- Abu Bakar ibn Abdu Rahman ibn al-Harits ibn Hisyam- Salim ibn Abdullah ibn Umar- Sulaiman ibn Yassarb. Makkah- Ikrimah - Muhammad ibn Muslim- Abu Zubayrc. Kufah- Ibrahim an-Nakha'i- Alqamahd. Bashrah- Muhammad ibn Sirin- Qotadahe. Syam- Umar ibn Abdu al-Aziz (yang kemudian menjadi khalifah dan memelopori kodifikasi hadits)f. Mesir-Yazid ibn Habibg. Yaman- Thaus ibn Kaisan al-Yamani

BAB IIIPENUTUPSimpulan1. Perkembangan hadits pada masa Rasulullah bercorak antar lisan dan mengalami pelarangan penulisan dengan alasan di antaranya; khawatir tercampur dengan al-Qur'an.2. Pada masa Khulafa' al-Rasyidin, hadits mengalami pasang surut dengan adanya pembatasan periwayatan pada masa Khalifah Abu Bakar – Umar r.a dan perluasan periwayatan pada masa Khalifah Utsman – Ali r.a3. Pada masa tabi'in, hadits lebih banyak diriwayatkan oleh perawi. Namun, pada masa itu, banyak bermunculan hadits-hadits palsu yang bernuansa kepentingan politik golongan.

Page 26: Arti Wahyu

DAFTAR PUSTAKAal-Bukhari, Shahih al-Bukhari.al-Khathib, Ajjaj. al-Sunnah Qabla Tadwin. Cairo : Maktabah Wahbah. 1963______________. Ushulul Hadits Ulumuhu wa Musthalahuhu. Dar al-Fikr. 1989Ismail, Syuhudi. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta : Bulan Bintang. 1995Itr, Nuruddin. Ulum al-Hadits I. Penerj : Endang Soetari dan Mujiyo. Bandung : Remaja Rosda Karya. 1995Malik, Imam. al-Muwattha'.Shiddiqiey, TM. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang : Pustaka Rizki Putra. 2001Sulaiman, Hasan. Abbas, Alwi, Terj. Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Maram Jilid I. Surabaya : Mutiara Ilmu. 1995Zuhri, Muhammad. Hadis Nabi, Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta : Tiara Wacana. 2003[1] Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, bab al-Anbiya, no.50[2] Ibid., bab al-Iman, no. 9[3] Prof. Dr. Muh. Zuhri, Hadis Nabi, hal. 31[4] H.R. Muslim dalam Syarh al-Nawawi, J. 18, hlm. 129[5] Hasan Sulaiman Abbas Alwi, Terj. Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Maram Jilid I. hlm. 16[6] H.R. Ahmad Juz 12. hlm. 232[7] Imam Malik, al-Muwattha', J. 2, hlm. 513[8] Ajjaj al-Khathib, al-Sunnah Qabla Tadwin, hlm. 96[9] Ibn Sa'ad, Juz 3, hlm. 135[10] Ajjaj al-Khathib, Ushulul Hadits Ulumuhu wa Musthalahuhu, hlm. 97-98

[11] Ibnu Jauzi, Talqih Fuhumi Ahli al-Atsar. Dan Al-Kirmany.Sumber: http://mediaislam.fisikateknik.org

D. Sejarah Hadis:   MasaKodifikasi Filed under: Uncategorized by arichaniago — Tinggalkan komentar Februari 21, 2010

SEJARAH HADIS: MASA KODIFIKASI

Tulisan ini mengkaji persoalan hadis masa kodifikasi. Pembahasan yang akan dikaji pengertian kodifikasi; Alasan Khalîfah memerintahkan para ahli untuk menuliskan hadis; cara pembukuan hadis; hasil yang dicapai dan upaya kodifikasi selanjutnya.

1. Pengertian Kodifikasi

Page 27: Arti Wahyu

Kata kodifikasi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris ”codification” yang berarti ”membukukan.” Dalam bahasa Arab, kata ini berarti ”التدوين”. dalam bahasa Indonesia, kata ini berarti ”pembukuan”.

Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian التدوين (al-tadwîn). Menurut Mannâ’ Khalîl al-Qaththân, kata al-Tadwîn berarti:

كتاب فّي يكون حتى ترتيبه و الصدور، فّي المحفوظ و السطور فّي المكتوب -al) .جمعQaththân, …: …)

Artinya: Menghimpun sesuatu yang tertulis dalam tulisan dan dihafal dalam dada serta mensistematisirnya sehingga menjadi satu buku.

Menurut Muhammad Mathar al-Zahrâniy, istilah tadwîn berarti:

المتشتت تقيد و المتفرق .جمع

Artinya: Mengumpulkan yang terpisah dan menuliskan yang terserak.

Kedua pengertian di atas memiliki persamaan. Pertama, kodifikasi berarti menghimpun; kedua, produk akhirnya adalah buku. Sementara perbedaannya, pertama, pengertian pertama mengemukakan objek yang dihimpun (yang tertulis dan yang dihafal) sementara pengertian kedua tidak mengemukakannya; kedua, pengertian pertama menekankan sistemasi sementara pengertian kedua tidak mengemukakannya; ketiga, pengertian kedua, mengemukakan bahwa sesuatu yang akan dihimpun terdapat di berbagai tempat. Dalam hal ini pengertian pertama merinci maksud terserak.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian al-tadwîn yaitu, menghimpun sesuatu yang terserak –baik yang ditulis maupun yang dihafal, menulis ulang dan mensistematisirnya sehingga menjadi satu buku.

Pembahasan ini dibatasi pada kodifikasi hadis sejak awal abad kedua sampai keempat hijrah.

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli tentang pemrakarsa kodifikasi hadis secara resmi. Secara umum, yang dikenal memprakarsai kodifikasi secara resmi dari kalangan penguasa adalah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azîz. Akan tetapi, menurut ‘Ajjâj, kodifikasi hadis telah lebih dahulu diprakarsai oleh ‘Abd al-‘Azîz ibn Marwan (w. 85 H.) –ayah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azîz sendiri, yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur di Mesir. Riwayat tersebut menceritakan bahwa ‘Abd al-‘Azîz meminta Katsîr ibn Murrah al-Hadhramiy, seorang tâbi’iy di Himsha yang pernah bertemu dengan tidak kurang dari 70 orang shahâbiy veteran Perang Badar, untuk menuliskan hadîs-hadîs Nabi Saw yang pernah diterimanya dari para shahâbiy selain Abiy Hurayrah, karena dia sudah memiliki catatan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah yang didengarnya sendiri secara langsung  darinya (‘Ajjâj, 1989: 218) dan selanjutnya mengirimkannya kepada ‘Abd

Page 28: Arti Wahyu

al-‘Azîz sendiri. Perintah tersebut adalah pertanda bahwa kodifikasi secara resmi yang diprakarsai oleh penguasa telah dimulai pada tahun 75 H. (ibid., 176 dan 218).

Pemrakarsa kodifikasi hadis adalah ‘Umar ibn ‘Abd al-Azîz (memerintah 99/717-101/719 H.). Pada tahap kedua kodifikasi hadis, para ahli diminta untuk menulis dan atau menulis kembali hafalan dan tulisan para ahli yang memiliki hadis. Sementara para ilmuan, ketika itu memandang “hafalan” merupakan simbol tingkat intelektual seorang ilmuwan disamping itu, bangsa Arab dikenal sebagai ummat yang bangga dengan hafalan ( بحفظها تعتز Apa yang memotivasi ‘Umar mengambil kebijakan kodifikasi hadis .(أمةtersebut? Ada beberapa faktor yang mendorong ‘Umar melakukan kodifikasi hadis:

Pertama, kekhawatiran akan hilang dan lenyapnya hadis, karena para shahâbiy banyak yang meninggal dunia akibat sering terjadi peperangan dan usia lanjut.

Kedua, kegiatan pemalsuan hadis yang dilatarbelakangi oleh perpecahan politik dan perbedaan aliran di kalangan umat Islam semakin marak. Keadaan ini, apabila dibiarkan terus akan merusak kemurnian ajaran Islam, sehingga upaya menyelamatkan hadis dengan cara membukukannya setelah melalui seleksi yang ketat harus segera dilakukan.

Ketiga, daerah kekuasaan Islam semakin luas, permasalahan yang dihadapi ummat semakin banyak dan kompleks. Hal tersebut menuntut mereka untuk mendapatkan petunjuk dari hadis Nabi Saw, selain petunjuk Alquran.

Motif di atas dapat dilihat dalam surat yang dikirim ‘Umar kepada para gubernur. Diantara pesannya:

دروس خفت فإنّي فاكتبوه، سلم و عليه الله صلى الله رسول حديث من كان ما أنظرواالعلماء ذهاب و يهلك …  العلم ال العلم فإن يعلم، ال من يعلم حتى ليجلسوا و العلم ليفشوا و

سرا يكون [1](al-Kattâniy, t. th.: 5; Ibn Sa’d, t. th.: II/387)… حتى

Artinya: … telitilah hadis Rasûlullâh Saw dan tulislah, aku mengkhawatirkan upaya pencarian ilmu dan mangkatnya para ahli … hendaklah ilmu disebarkan dan dikaji, sehingga orang yang tidak tahu menjadi tahu, ilmu tidak sirna kecuali ia menjadi rahasia …

Untuk merealisasikan idenya, Umar menginstruksikan para Gubernur untuk menuliskan hadis. Diantara gubernur yang dikirim adalah Gubernur al-Madînah –Abû Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm. Diantara isi instruksinya sebagai termaktub diatas. Para gubernur berupaya merealisasikan perintah tersebut dengan meminta para ahli untuk mewujudkannya. Diantara para ahli yang diminta untuk melakukan penelitian dan penulisan hadis adalah Ibn Syihâb al-Zuhriy.

Ketika instruksi tersebut sampai kepada mereka, para ahli, sebenarnya, enggan menulis kembali hadis yang ada pada mereka atau menulis hadis yang ada dalam hafalan mereka. Karena tingkat intelektualitas mereka diukur dengan hafalan bukan tulisan. Ini terlihat dari ungkapan sebagian mereka:

Page 29: Arti Wahyu

األحاديث كتابة على أكرهونا األمراء .إن

Artinya: … para penguasa memaksa kami untuk menulis hadis-hadis …

Karena alasan yang rasional dari instruksi tersebut ditambah lagi bertebarnya hadis palsu maka para ahli berupaya merealiasikannya. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan berikut:

كتابه … فّي أذنت وال حديثا كتبت ما نعرفها ال ننكرها المشرق من علينا سألت أحاديث لوال…] 2 [

Artinya: Kalau bukan karena hadis-hadis dari Timur yang kami ingkari lagi tidak kami ketahui yang kamu tanyakan kepada kami, maka aku tidak akan menulis hadis dan mengizinkan untuk menuliskannya …

Terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam menulis hadis. Pertama, sebelum ditulis, hendaklah dilakukan penelitian sebagai ungkapan berikut (أنظر). Dalam penelitian hendaklah mengikuti sunnah para shahâbiy, dengan meminta saksi bagi yang mengemukakan hadis, sebagaimana diterapkan oleh Abu Bakr, Umar dan Utsmân, dan saksi dan sumpah, sebagaimana diterapkan oleh Aliy. Kedua, objek yang diteliti adalah hadis Rasûlullâh (sebagaimana ungkapan berikut: الله صلى الله رسول حديث من كان ما

سلم و Karena masa ini adalah masa tâbi’ûn, sehingga ada kemungkinan terdapat .(عليهperkataan shahâbat dan tâbi’ûn. Maka objek yang diteliti kemudian ditulis hanyalah hadis Nabi Saw.

Dari segi produk, perintah Umar ibn ’Abd al-’Azîz menuntut tulisan (فاكتبوه).

Mannâ’ Khalîl al-Qaththân, Mabâhits fiy ‘Ulûm al-Hadis, (…: …, …), h. …

Muhammad ibn Ja’far al-Kattâniy, al-Risâlat al-Mustathrifat li Bayân Masyhûr Kutub al-Sunnah, (Bairût: Dâr al-Fikr, …), h. …

[1]

: عن سعيد، بن يحيى أخبرنا هارون، بن يزيد أخبرنا الزبير بن وعروة الرحمن عبد بنت عمرة “ : حزم، بن عمرو بن محمد بن بكر أبّي إلى العزيز عبد بن عمر كتب قال دينار بن الله عبدعمرة حديث أو ضية ما سنة أو وسلم عليه الله صلى الله رسول حديث من كان ما انظر أن

أهله وذهاب العلم دروس خفت قد فإنّي فاكتبه، الرحمن عبد .”بنت

“ : “ : بقّي ما العزيز عبد بن عمر لّي قال قال الرحمن عبد بن محمد عن شعبة، عن أخبرت “ : .” يسألها عمر وكان قال عمرة يعنّي منها عائشة بحديث أعلم .”أحد

[2] Al-Mizziy, Tahdzîb al-Kamâl, juz VI, h. 466.

“ : شهاب ابن مع و شهاب ابن و أنا أطوف كنت أبيه عن الزناد، أبّي بن الرحمن عبد قال و .” “ : . الزهري وقال قال رواية فّي زاد به نضحك كنا و قال الصحف و األلواح

Page 30: Arti Wahyu

كتابه فّي أذنت وال حديثا كتبت ما نعرفها ال ننكرها المشرق من علينا سألت أحاديث … لوال

Komentar RSS feedLikeBe the first to like this post.

Tinggalkan Balasan

Alamat surel anda tidak akan ditampilkan. Required fields are marked *

Nama *

Email *

Situs web

Komentar

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.

Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.

« Sejarah Hadis:   Prakodifikasi Sumber   Hadis »

Recent entrieso Inkar al-Sunnah [ السنة   إنكار ] o Tugas Buat Saudara   ? o Buchari’s Family-02 [ بخاري   أسرة ] o Buchari’s Familiy [ بخاري   أسرة ] o BuchariBersama Duta Besar Arab Saudi [ خادم سفير مع [ الحرمين   يخاري

Page 31: Arti Wahyu

o Sumber   Hadis o Sejarah Hadis:   MasaKodifikasi o Sejarah Hadis:   Prakodifikasi o Pengertian Sunnah [ السنة   تعريف ] o Hello   world!

Browse popular tags Meta

o Daftar o Masuk log o RSS Entri o Komentar RSS

C. SEJARAH PEMBUKUAN AL-QUR'AN

A. SEJARAH PEMBUKAAN MUSHAF AL QUR'AN

1. Sejarah Pembukuan Mushaf AI Qur'an pada Masa Rasulullah

Kita telah mengetahui Al-Qur'an itu diturunkan secara berangsur-angsur.

Rasulullah menerima A1-Qur'an melalui malaikat Jibril kemudian beliau ,membacakan

serta. mendiktekannya kepada para sahabat yang mendengarkannya.

Pada priode pertama sejarah pembukuan Al-Qur'an dapat dikatakan bahwa setiap

ayat yang diturunkan kepada Rasulullah selain beliau hafal sendiri juga dihafal dan

dicatat oleh para sahabat. Dengan cara tersebut Al-Qur'an terpelihara di dalam dada dan

ingatan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an

surat Al-Qiyamah 17 :

Artinya :

Page 32: Arti Wahyu

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan

(membuatmu pandai,) membacanya.

Ayat di atas memebrikan petunjuk kepada kita bahwa al-qur’an itu dijamin kemurniannya

dan terpelihara serta terkumpul dengan baik sejak saat turunnya sampai sekarang ini.

Pengumpulan ayat Al-Qur’an ini dibantu oleh para sahabat, setiap ayat turun langsung

dicatat pada plepah kurma, kulit binatang, bahkan pada tulang-belulang hewan.

Kelompok pencatat Al-Qur’an ini cukup banyak, sebagaimana diriwayatkan sebuah hadis

yang berbunyi :

Artinya :

Ambillah (pelajarilah) Al-Qur’an itu dari tempat orang (sahabatku): Abdullah ibnu

Mas’ud, Salim, Muadz ibnu Jabal dan Ubay bin Kaab. (H.R Bukhari).

Tugas mencatat wahyu itu telah selesai semuanya menjelang wafatnya Rasulullah SAW.

Semua naskah yang berserakan itu telah terkumpul dan terpelihara dengan baik, akan

tetapi belum disusun dalam satu mushaf.

2. Pembukuan Al-Qur’an masa Khulafaur Rasyidin

Pada waktu Abu Bakar diangkat menjadi khalifah beliau segera memerintahkan agar

naskah yang tersimpan di rumah Rasulullah disalin dan disusun kembali. Pekerjaan ini

dilakukan setelah terjadi perang Yamamah yang mengakibatkan meninggalnya 70 orang

Page 33: Arti Wahyu

penghafal Al-Qur’an, dan setelah musailamah Al-Kazzab sebagai Nabi palsu

dihancurkan. Gagasan mengumpulkan Al-Qur’an pada masa itu adalah dari sahabat Umar

ibnu Khattab. Umar merasa khawatir akan hilangnya sebagian Al-Qur’an dari

penghafalnya yang telah gugur dalam pertempuran.

Demikianlah khalifah Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, penulis suhuf-suhuf di

zaman Rasulullah untuk mengumpulkan suhuf-suhuf Al-Qur'an baik yang terdapat pada

pelepah kurma, tulang hewan maupun dari para penghafal Al-Qur'an yang masih hidup.

Dengan demikian kaum muslimin pada saat itu sepakat meyakini, bahwa mushaf Abu

Bakar adalah mushaf Al-Qur'an yang sahih yang diakui oleh semua sahabat tanpa ada

yang membantah.

Pada masa Urnar bin Khattab tidak ada lagi kegiatan dalam rangka mengumpulkan A1-

Qur'an oleh karena itu pada masa ini Khalifah Umar menitik beratkan kegiatannya pada

penyiaran agama Islam.

Pada masa Khalifah Usman bin Affan wilayah kekuasaan Islam sudah semakin luas, oleh

sebab itu semakin beraneka ragam pula bangsa-bangsa bukan Arab yang memeluk

Agama Islam. Maka timbul lagi persoalan yang berhubungan dengan kitab suci Al-

Qur'an Salah seorang sahabat yang bernama Hudzaifah ibnu Yaman yang baru pulang

dari pertempuran. melaporkan kepada Khalifah Usman bahwa timbul perbedaan pendapat

tentang qiraat (bacaan) Al-Qur'an di kalangan kaum muslimin, bahwa setiap kabilah

mengaku bacaannya adalah Yang paling baik dibanding bacaan kabilah yang lain.

Page 34: Arti Wahyu

Hudzaifah mengusulkan kepada khalifah agar segera diambil kebijaksanaan untuk

mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut, sebelum terjadi pertengkaran tentang kitab suci

Al Qur'an di antara mereka seperti yang terjadi pada orana Yahudi dan Nasrani tentang

Taurat dan Injil. Usul itu segera diterima Khalifah Usman segera mengirim utusan untuk

meminta mushaf kepada Hafsah yang disimpan di rumahnya untuk disalin (diperbanyak).

Untuk memperbanyak mushaf ini kembli khalifah Usman menunjuk Zaid sebagai

ketuanya dengan anggota-anggotanya Abdullah bin Zubair. Said ibnu Ash dan

Abdurahman bin Harits.

Setelah selesai memperbanyak mushaf, maka Usman menyerahkan kembali mushaf yang

asli kepada Hafsah. Kemudian lima mushaf lainnya dikirim kepada penguasa di Mekah,

Kuffah, Basrah dan Suriah, dan salah satunya dipegang oleh Khalifah Usman bin Affan

sendiri.

Demikianlah sejak saat itu mushaf Al Qur'an ter"ebut dinamai mushaf al Imam atau lebih

dikenal dengan mushhaf Usmany, karena disalin pada masa khalifah Usman bin Affan.

di 12:11 AM Label: SEJARAH PEMBUKUAN AL-QUR'AN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU   HADIS

April 10, 2009 pukul 12:40 am · Disimpan dalam Uncategorized

Oleh: Ikbal Zakaria

A.Pengertian Ilmu HadistMenurut Prof Dr T.M Hasbi Asidiq, Ilmu Hadist ialah : ilmu yang berkaitan dengan hadist.definisi ini dikemukakan mengingat ilmu yang behubungan dengan hadist sangat banyak macamnya. Hal ini disebabkan karena ulama yang membahas masalah ini juga

Page 35: Arti Wahyu

banyak, karenanya dijumpai sejumlah istilah yang berkaitan dengan ilmu hadist.

Diantara ulama ada yang menggunakan sejarah ilmu hadsit, ilmu usul Al hadist atau ilmu musthalah hadist. Ilmu hadist dibagi menjadai dua bagian :1. Ilmu Hadist RiwayahIlmu yang mangetahui perkataan, perbuatan takrir dansifat-sifat Nabi. Dengan kata lain ilmu hadist riwayah adalah ilmu yang membahas segala sesuatu yang datang dari Nabi baik perkataan, perbuatan, ataupun takrir.2. Ilmu Hadist DirayahIlmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan hadist dan sifat-sifat rawi. Oleh karena itu yang menjadi objek pembahasan dari ilmu hadist dirayah adalah keadaan matan, sanad dan rawi hadistB. Perkembangan Ilmu HadistOrang yang melakukan kajian secara mendalam mendapati bahwa dasar-dasar dan pokok-pokok penting bagi ilmu riwayah dan menyampaikan bertita dijumpai didalam Al Quran dan Sunnah Nabi. Allah Swt berfirman :

Artinya : “Hai oarang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti” (Qs Al Hujrat 6)

Sedangkan didalam sunnah Rasulullah Saw:Artinya : “Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar sesuatu berita, yaitu hadist lalu ia menyampaikan berita itu sebagaimana yang didengar dan mungkin saja orang yang menerima berita itu lebih faham dari orang yang mendengar. (H.r At Tirmidzy)Dalam uapaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul nya para sahabat telah menetapkan hal-hal yang menyangkut penyampaian suatu berita dan penerimaannya, terutama jika mereka meragukan kejujuran si pembawa berita . berdasarkan hal itu, tampak nilai dan pembahasan mengenai isnad dalam menerima dan menolak suatu berita.Didalam pendahuluan kitab Shahih Muslim, dituturkan dari Ibnu Sirin, “dikatakan, pada awalnya mereka tidak pernah menanyakan tentang isnad, namun setelah terjadi peristiwa fitnah maka mereka berkata, “sebutkanlah pada kami orang-orang yang meriwayatkan hadist kepadamu”.Apabila orang-orang yang meriwayatkan hadist itu adalah ahlu sunnah, maka mereka ambil hadistnya . jika orang-orang yang meriwayatkan hadistitu adalah ahli bidah maka mereka tidak mengambilnya.Berdasarkan hal ini, maka suatau berita tidak bisa diterima kecuali setelah diketahui sanadnya. Karena itu muncullah ilmu jarah wa ta’dil, ilmu mengenai ucapan para perawi, cara untuk mengetahui bersambung (Muttasil) atau terputus (munqati)-nya sanad, mengetahui cacat-cacat yang tersembunyi. Mmuncul pula ucapan-ucapan sebagai tambahan dari hadist sebagian perawi meskipun sangat sedikit karena masih sedikitnya para perawi yang tercela pada masa-masa awal. Kemudian para ulama dalam bidang itu semakin banyak, sehinggga muncul berbagai pembahasaan didalam banayak cabang ilmu yang terkait denag hadist, baik dari aspek kedhabitannya, tata cara menerima dan menyampaikannnya, pengetahuan tentang hadist-hadist yang nasikh dari hadist-hadist

Page 36: Arti Wahyu

yang mansukh dll. Semua itu masih disampaikan ulama secara lisanLalu masalah itu pun semakin berkembang lam kelamaan ilmu hadist ini mulai ditulis dan dibukukan, akan tetapi masih terserap diberbagai tempat didalam kitab-kitab lain yang bercampur dengan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu ushul fiqih dan ilmu hadist contohnya ilmu Ar Risalah dan Al Umm Imam Syafi’I.Ilmu hadist mengalami perkembangan yang sanagat luart biasa pada awal abad ke tiga hijriyyah. Hanya saja, perkembangan itu masih berkutat pada upaya mengatahui yang bisa diterima dan ditolak karenanya pembahasan seputar periwayatan dan hadist yang diriwayatkan. Menurut sejarah ulama yang pertama-tama menghimpun ilmu hadist riwayat adalah Muhammad Ibnu Shihab Al Juhri atas perintah dari khalifah Umar bin Abdul Aziz. Al Zuhri adalah salah satu seorang tabiin kecil yang banayak mendengar hadist dari para sahabat dan tabi’in besar.Sedangkan ilmu hadist dirayah sejak pertengahan abad kedua Hijriyyah telah dibahas oleh para ulama hadist, tetapi belum dalam bentuk kitab khusus dan belum merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Pada masa Al Qadhi Ibnu Muhammad Al Ramahurmudzi (265-360 H), barulah kemudian dibukukan dalam kitab khusus yang dijadikan sebagai disiplin ilmu yang berdidri sendiri.Setelah itu barulah diikuti oleh ulama-ulama berikutnya seperti Al Hakim Abdul Al Naysaburi dll. Pada masa ulama konten porer ilmu hadist dirayah dinamakan dengan Ulumul Hadist dan pada masa terakhir ini lebih mashur. Akhirnya ilmu-ilmu itu semakin matang , mencapai puncaknya dan memiliki istilah sendiri yang terpisah dengan ilmu-ilmu lainnya. Hal ini terjadi pada abad ke empat Hijriyyah para ulama menyusun ilmu msthalah dalam kitab tersendiri, orang yang pertama menyusun kitab ini adalah Qadli Abu Al Fasih Baina Ar Rawi wa Al-wa’i.C. Cabang-cabang Ilmu HadistCabang-cabang ilmu hadsit dikelompokan menjadi beberapa hal sebagai berikut :1. Ilmu Rijal Al HadistIlmu untuk mengetahui para perawi hadist dalam kapasitas mereka sebagai perawi hadist ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam bidang ilmu hadist, karena pada saat ini ada dua yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijal Al Hadist memberikan pengertian kepada persoalan khusus persoalan seputar sanad2. Ilmu Al Jarah wa Ta’dilIlmu yang membahas kecacatan rawi, seperti keadilan dan kedhabitannya. Sehingga dapat ditentukan siapa diantara perawi itu yang dapat diterima atau ditolak hadsit yang diriwayatkannya. Ilmu jarah wa ta’dil ini dikelompokan oleh sebagian ulama kedalam ilmu hadist yang pokok pembahasannya berpangkal kepada sanad dan matan3. Ilmu Tarikh RuwatIlmu untuk mengetahui para pwrawi hadist yangberkaitan dengan usaha periwayatan mereka terhadap hadist. Ilmu ini mengkhususkan pembahasannya secara mendalam pada aspek kesejarahan dari orang-orang yang terlibat dalam periwayatan4. Ilmu Ilalil HadistIlmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang mencacatkan keshahihan hadist, seperti mengatakan muttasil terhadap hadist munqati menyebat hadist marfu kepada hadsit mauquf.5. Ilmu Nasikh wa MansukhIlmu yang membahas hadist-hadist yang berlawanan yang tidak dapat dipertemukan

Page 37: Arti Wahyu

dengan cara menentukan sebagiannya sebagai nasikh dan sebagian lainnya sebagai mansukh, bahwa yang datang terdahulu disebut Mansukh dan yang datang dinamakan nasikh.6. Ilmu Asbabi Wurudil HadisIlmu yang menerangkan sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-masanya nabi menuturkan itu. Ulama yang mula-mula meyusun kitab ini adalah Abu Hafash Umar ibnu Muhammad Ibnu Rajak Al Ukbary, dari murid Ahmad7. Ilmu Ghraib Al HadistIlmu untuk mengetahui dan menerangkan makna yang terdapat pada lafad-lafad hadist yang jauh dan sulit dipahami, karena lapad-lapd tersebutjarang digunakan.Sesudah berlalu masa sahabat, yakni abad pertama dan para tabi’in pada tahun 150 H. mulailah bahasa arab yang tinggi tidak diketahui lagi umum. Satu-satu orang saja lago yang mengetahuinya. Oleh karena itu, berusahalah para ahli mengumpul kata-kata yang dipandang tidak dapat dipahamkan oleh umum dan kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari dalam sesuatu kitab dan mengsarahkannya.8. Ilmu Al TashifIlmu pengetahuan yang berusaha menanamkan tentang hadist-hadist yang sudah diubah titik atau sakalnya atau bentuknya.9. Ilmu Muktalif Al HadistIlmu yang membahas hadist-hadist yang menurut lainnya bertentangan atau berlawanan, kemudian ia menghilangkan pertentangan tersebut atau mengkompromikan antara keduanya, sebagaimana juga ia membahas tentang hadist-hadist yang sulit difahami isi atau kandungannya dengan cara menghilangkan kemuskilan atau kesulitannya serta menjelaska hakikatnya10. Ilmu Talfiqiel HadistIlmu yang membahaskan tentang cara mengumpulkan antara hadist-hadist yang berlawanan lahirnyaDikumpulkan itu adakalanya dengan mentahkhisiskan yang Am atau mentaqyidkan yang mutlak atau dengan memandang banyak kali terjadi.Ilmu ini dinamai juga dengan ilmu Mukhtaliful Hadist diantara para ulama besar yang telah berusaha menuyusun ilmu ini ialah Al Imamusy Syafi’I, Ibnu Qutaibah, Ibnul Jauzy kitabnya bernama At Tahqiq sudah disarahkan oleh Ustad Ahmad Muhammad Syakir.

Cabang-cabang Ilmu Hadits Posted by Kajian Tafsir Hadits | Posted in Kajian Hadits | Posted on 20.57

Page 38: Arti Wahyu

untuk membaca artikel yang bersangkutan. Silahkan klik saja!! 1. Ilmu Rijal al-Hadits2. Tarikh Arruwah3. Ilmu al-Jarh wa at-Ta'dil4. Ilmu 'ilal al-Hadits5. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits6. Ilmu Gharib al-Hadits7. Ilmu Mukhtalif al-Hadits8. Ilmu Nasikh wa Mansukh9. Ilmu Tashif wa at-Tahrif

A. Sejarah

perkembangan ilmu pengetahuan islam pada masa Rasulullah SAW.

 

Pertumbuhan

ilmu pengetahuan telah terjadi sejak Rasulullah

mendakwahkan agama islam, wahyu pertamanya yaitu surat Al – alaq ayat 1 -

5 bercerita tentang dasar – dasar ilmu pengetahuan, didalam wahyu tersebut

terdapat perintah untuk membaca, Allah pun menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya

dari Allah dan awalnya manusia tidak mengetahui apa – apa. Kata Iqra’

pada ayat ke-1 surat Al- alaq memiliki makna yang beragam, seperti menelaah,

mendalami,

meneliti, mengetahui ciri sesuatu, membaca baik teks maupun bukan teks.

Page 39: Arti Wahyu

 

Pada

masa rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmu-ilmu pokok

tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi ilmu – ilmu

lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak. Saat itu

pun mulai terjadi proses pengkajian ilmu yang lebih sistematis, diantaranya dasar

– dasar ilmu tafsir yang dikembangkan oleh para sahabat rasulullah.

 

Diantara

ahli tafsir dimasa Rasulullah yaitu  khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar,

Utsman dan Ali), Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay Ibnu Ka’ab, Zaid Ibnu Tsabit, Abu

Musa Al-’Asy’ari dan Abdullah bin Zubair. Dan dari kalangan khalifah empat yang

paling banyak dikenal riwayatnya tentang tafsir adalah Ali bin Abi Thalib r.a.

 

  Ibnu

Abbas adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus murid

dari Rasulullah. Ia dikenal sebagai ahli bahasa/penterjemah Al-Qur’an. Dia adalah

sahabat yang paling pandai/tahu tentang tafsir Al-Qur’an. Dia mempunyai biografi

yang menunjukkan kebolehan ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal

penggalian

secara mendalam tentang rahasia-rahasia Al-Qur’an.

 

Selain

Ibnu Abbas, sahabat nabi yang termasuk ahli tafsir ialah Ibnu Mas’ud r.a.

Ia adalah salah seorang yang pertama masuk Islam pada usia 6 tahun. Dari segi hubungan

kenabian ia adalah seorang yang sangat baik dan terdidik. Karena pertimbangan itulah

Page 40: Arti Wahyu

sahabat lain memandangnya sebagai seorang sahabat yang lebih banyak mengetahui

bidang

Kitabullah Al-Qur’an, mengetahui tentang muhkam dan mutasyabih, halal dan haram.

 

Selain

para ahli tafsir, kaum yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman

rasulullah yaitu kaum sufi (ahli ilmu). Kaum sufi yaitu kaum yang menyebarkan ajaran

islam ke berbagai belahan dunia. Pada zaman rasulullah, mereka mempelajari al-Quran

secara langsung dengan Rasulullah s.a.w. mereka adalah orang-orang yang menyediakan

dirinya semata-mata untuk Allah s.w.t dan Rasul-Nya.

 

Al-Quran

pada jaman Rasulullah SAW.

Pengumpulan

Al-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW ditempuh dengan dua cara:

Pertama

: al Jam’u fis Sudur

yaitu

Para sahabat langsung menghafalnya diluar kepala setiap kali Rasulullah SAW menerima

wahyu.

 

Kedua : al Jam’u

fis Suthur

Page 41: Arti Wahyu

yaitu

menyuruh para sahabat untuk menuliskannya kembali setelah dibacakan oleh Rasulullah.

Biasanya sahabat menuliskan Al-Qur’an pada ar-Riqa’ (kulit binatang), al-Likhaf

(lempengan batu), al-Aktaf (tulang binatang), al-`Usbu ( pelepah kurma). Sedangkan

jumlah sahabat yang menulis Al-Qur’an waktu itu mencapai 40 orang.

 

Pada zaman Rasulullah

hadits tidak dituliskan sebab:

 

a)   Nabi

sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu yang diizinkan

beliau sebagai catatan pribadi.

 b)

Rasulullah berada di tengah-tengah ummat Islam sehingga dirasa tidak sangat perlu

untuk dituliskan pada waktu itu.

c)

Kemampuan tulis baca di kalangan sahabat sangat terbatas.

d)

Ummat Islam sedang dikonsentrasikan kepada al-Qur’an.

e)

Kesibukan-kesibukan ummat Islam yang luar biasa dalam menghadapi perjuangan

da’wah

yang sangat penting.

 

Page 42: Arti Wahyu

Perkembangan

ilmu pengetahuan pada masa Rasulullah terus berkembang sampai sekarang, khususnya

dalam bidang ekonomi. Banyak teori tentang ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak

jaman Rasulullah dan digunakan didalam zaman yang modern seperti sekarang ini,

diantaranya

teori invisible hands yang berasal dari Nabi Saw dan sangat populer di kalangan

ulama. Teori ini berasal dari hadits Nabi Saw. sebagaimana disampaikan oleh Anas

RA, sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di kota Madinah. Dalam

hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut :

“Harga

melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan saran

kepada

Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah engkau menetukan harga”.

Rasulullah SAW. berkata:”Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang

menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku

menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang

kezaliman

dalam darah maupun harta.”  

ucapan

Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak

Allah yang sunnatullah.

June 22, 2009 - Posted by Henry Santoso | Religius

B. ISLAM PADA MASA KHULAFAUR   RASYIDIN

Posted Agustus 13, 2008 by ojie in agama, sejarah. 7 Komentar

KHULAFAUR RASYIDIN PADA MASA ISLAM

Page 43: Arti Wahyu

Adapun Kata "khilafah" atau "khalifah" adalah berasal dari kata kerja "kh-l-f" yang artinya menggantikan atau berada di belakang sesuatu yang lain. Khalifah artinya seorang pengganti yang berada di belakang orang lain yang digantikannya. Khilafah adalah kata benda yang mengabstraksikan proses penggantian itu.Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya tidak ada Nabi setelah aku, dan akan ada para khalifah, dan banyak (jumlahnya)." para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi SAW menjawab, "penuhilah bai'at yang pertama, dan yang pertama. Dan Allah akan bertanya kepada mereka apa-apa yang mereka pimpin." (HR. MUSLIM) Rasulullah SAW berwasiat kepada kaum muslimin, agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada kematian.Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai'at Seorang imam (khalifah), maka matinya (seperti) mati (dalam keadaan) jahiliyyah."Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia) memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi Kekacauan." (HR. THABARANI) sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan (kepada kita) untuk taat kepada khalifah. Allah berfirman : "Hai orang-orang yang berfirman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu." (AN NISA :59). Kaum muslimin telah menjaga wasiat Rasulullah SAW tersebut sepanjang 13 abad. Selama interval waktu itu, kaum muslimin tidak pernah menyaksikan suatu kehidupan tanpa ada (dipimpin) seorang khalifah yang mengatur urusan-urusan mereka. Ketika seorang khalifah meninggal atau diganti, ahlul halli wal 'aqdi segera mencari, memilih, dan menentukan pengganti khalifah terdahulu. Hal ini terus berlangsung pada masa-masa islam (saat itu). Setiap masa, kaum muslimin senantiasa menyaksikan bai'at kepada khalifah atas dasar taat. Ini dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga periode para Khalifah dari Dinasti 'Utsmaniyyah.Kaum muslimin mengetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi mayoritas kaum muslimin saat ini, tidak mengetaui bahwa Sultan 'Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat ulah Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhnya Dinasti 'Utsmaniyyah. Fenomena initerjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H.Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti 'Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke kairo, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani 'Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin dibandingkan dengan yang lain. Walaupun mereka juga tidak lupa dengan Khalifah 'Umar bin 'Abd al-'Aziz, Harun al-rasyid, Sultan 'Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.Adapun nama-nama para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:1. Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)2. 'Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)3. 'Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M).

Page 44: Arti Wahyu

4. Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)A. URUTAN LENGKAP KHALIFAH SETELAH KHULAFAUR RASYIDIN DALAM LINTASAN SEJARAH PERJUANGAN ISLAMSetelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:1. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)2. Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)3. Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)4. Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)5. 'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)6. Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)7. Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)8. 'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)9. Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)10. Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)11. Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)12. Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)13. Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)14. Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut :I. Dari Bani 'Abbas1. Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)2. Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)4. Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)6. Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)7. Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)8. Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)10. Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)12. Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)13. Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)15. Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)16. Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)II. Dari Bani Buwaih 19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)1. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)2. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)3. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)4. Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)5. Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)6. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)7. Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)III. Dari Bani Saljuk1. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)2. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)3. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)4. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)

Page 45: Arti Wahyu

5. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)6. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)7. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)8. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)9. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)10. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)11. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)6. Al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)17. Al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)18. Al Mutawakkil 'Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. nama-nama mereka adalah sebagai berikut:1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)3. Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)

Page 46: Arti Wahyu

15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)18. "Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)24. 'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)25. "Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)27. 'Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)30. 'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan memicu instabilitas di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebagian kecil saja.Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa keberadaan seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim bayaran, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah "...kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi". Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan Izin Allah. Kita akan menyaksikannya dalam waktu yang sangat dekat.B. PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN1. Al – Qur’an Pada Masa Khalifah Abu BakarSetelah Nabi wafat kaum muslimin mengangkat Abu Bakar Shiddik menggantikan beliau sebagai khalifah yang pertama pada masa permulaan. Kekhalifahan pemerintahan Abu Bakar timbul suatu keadaan yang mendorong pengumpulan ayat – ayat Al – Qur’an dalam satu mushaf. Keadaan itu ialah sebagian besar orang – orang yang hafa Al – Qur’an gugur syahidah dalam perang Yamamah. Timbullah kekhawatiran akan hilangnya beberapa ayat dari Al – Qur’an, jika semua huffazhul Qur’an sudah tidak ada lagi.Yang mula – mula sadar akan hal ini ialah Umar bin Khatab, lalu beliau mengingatkan khalifah akan bahaya yang mengancam keutuhan Al – Qur’an. Umar menyarankan supaya khalifah mengambil langkah – langkah untuk mengamankan Al – Qur’an, yaitu dengan mengumpulkan ayat – ayat Al –

Page 47: Arti Wahyu

Qur’an dalam satu mushaf. Umar bin Khatab pergi ke khalifah Abu Bakar dan bermusyawarah dengannya dalam hal itu salah satu yang diucapkan Umar adalah : “Saya berpendapat lebih baik anda memerintahkan manusia untuk mengumpulkan Al – Qur’an”. Abu Bakar menjawab : “Bagaimana kita akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah saw”. Umar balas menjawab : “Ini demi Allah akan membawa kebaikan”. Umar masih terlibat dialog dengan Abu Bakar sehingga Allah melapangkan dada Abu Bakar (menerima usulan Umar).Lalu Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit sembari berkata padanya : “Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang berakal cerdas dan konsisten. Engkau telah menulis wahyu di zaman Rasulullah saw, maka aku memintamu untuk mengumpulkannya”. Zaid menjawab : “Demi Allah, seandainya engkau memaksaku untuk memindahkan satu gunung dari gunung yang lain maka itu tidak lebih berat bagiku daripada perintahmu kepadaku mengumpulkan Al – Qur’an”. Aku berkata : “Bagaimana engkau melakukan sesuatu yang belum pernah Rasulullah saw?” Dia menjawab : “Demi Allah, itu membawa kebaikan”. Abu Bakar senantiasa “membujukku” hingga Allah melapangkan dadau, sebagaimana sebelumnya Dia melapangkan dada Abu Bakar dan Umar. Maka akupun mulai mencari AL – Qur’an, kukumpulkan ia dari pelepah kurma, kepingan – kepingan batu dan dari hafalan – hafalan para penghapal, sampai akhirnya akan mendapatkan akhir surat Taubah berada pada Abu Khuzaimah Al – Ansari. Zaid bin Tsabit bertindak sangat teliti dan hati – hati.2. Al – Qur’an Pada Masa Khalifah Umar bin KhatabPada masa khalifah Umar bin Khatab kegiatan penyiaran dan dakwah Islam demikian pesat sehingga daerah khalifah Islam sampai ke Mesir dan Persia Khalifah Umar bin Khattab mengarahkan pada kegiatan dakwah tersebut. Kumpulan Al – Qur’an yang disimpan oleh Abu Bakar kemudian disimpan oleh Umar hanya disalin menjadi satu shuhuf. Hal ini dimaksudkan agar Al – Qur’an yang telah dikumpulkan itu terpelihara dalam bentuk tulisan yang original atau bersifat standarisasi. Pada masa itu masihbanyak para sahabat yang hafal Al – Qur’an yang dapat mengajarkannya kepada para sahabat yang lain.Setelah Umar wafat shuhuf itu disimpan oleh Hafsah Bin Umar denangan pertimbanga bahwa Hafsah adalah istri Nabi Muhammad saw dan putri Umar yang pandai membaca dan menulis.3. Al – Qur’an Pada Masa Khalifah UsmanPada masa khalifah Usman bin Affanm timbul hal – hal yang menyadarkan khalifah akan perlunya memperbanyak naskah shuhuf dan mengirimkannya ke kota – kota besar dalam wilayah negara Islam, kesadaran ini timbul karena para huffazal Qur’an telah bertebaran ke kota – kota besar dan diantara mereka terdapat perbedaan bacaan terhadap beberapa huruf dari Al – Qur’an. Karena perbedaan dialek bahasa mereka. Selanjutnya masing – masing menganggap mereka bacaannya yang lebih tepat dan baik.Berita perselisihan itu sampai ketelinga Usman dan beliau menganggap hal itu sebagai sumber bahaya besar yang harus segera diatasi. Beliau memintan kepada Hafsah binti Umar supaya mengirimkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya.Kemudian khalifah menugaskan : Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalin (membukukan) menjadi beberapa shuhuf.Setelah selesai penghimpunannya, mushaf asli dikembalikan ke Hafsah dan tujuh mushaf yang telah disalin, masing – masing dikirimkan ke kota – kota Kufah, Bashrah, Damaskus, Mekah, Madinah dan Mesir, khalifah meninggalkan sebuah dari tujuh mushaf itu untuk dirinya sendiri. Dalam penyalinan (pembukuan) Al – QUR’an itu dimana amat teliti dan tegas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Jarir mengatakan berkenaan apa

Page 48: Arti Wahyu

yang telah dilakukan Usman “Ia telah menyatukan umat Islam dalam satu mushaf dan satu shuhuf, sedangkan mushaf yang lain di sobek.C. SEJARAH PERUNDANGAN ISLAM DI MASA KHULAFAUR RASYIDINZaman ini pula merangkumi zaman khalifah yang empat iaitu Abu Bakar r.a, Umar ibn al-Khaţţāb, Uthman ibn al-Affān dan juga Ali ibn Abi Tālib . Zaman ini bermula selepas kewafatan baginda yang bermula pada tahun 11 Hijrah sehinggalah kewafatan khalifah al-Rāsyidin yang keempat iaitu Ali bin Abi Tālib pada tahun 40 Hijrah . Jawatan Khalifah Islam Pertama di sandang oleh Abu Bakar al-Siddiq dan diikuti oleh Umar ibn al-Khaţţāb, Uthman Ibn al-Affān dan selepas itu Ali ibn Abi Talib. Perundangan pada zaman Khalifah al-Rāsyidin ini juga masih berpegang kuat kepada al-Quran dan Hadis. Ijtihad hanya akan digunakan apabila tiadanya nas di dalam kedua-dua sumber tersebut1. Metodologi PerundanganCara-cara khalifah al-Rāsyidin apabila muncul masalah-masalah hukum ialah mereka akan terus merujuk kepada al-Quran. Seandainya mereka menemui nas yang terkandung di dalam al-Quran mengenai masalah tersebut, mereka akan menghukum menggunakan nas tersebut. Ini adalah bertepatan dengan firmanNya: Al-nisa 59Seterusnya, setelah merujuk al-Quran, tetapi tiada nas yang menyebut tentang masalah tersebut mereka akan merujuk kepada Hadis serta fatwa-fatwa Rasulullah. Selain daripada itu, mereka juga turut mengadakan perbincangan dengan sahabat-sahabat lain sama ada ada di kalangan mereka yang mengetahui atau mendengar tentang hadis-hadis Rasulullah s.a.w mengenai perkara tersebut. Sekiranya ada, mereka akan menghukum dengan perkara tersebut. Hal ini juga bertepatan dengan FirmanNya: Al-Nisa 59.Kemudian, setelah mengkaji di dalam al-Quran, Hadis, dan juga bertanya kepada para sahabat yang lain tentang hadis ataupun fatwa Baginda s.a.w dan tiada di antara mereka yang mengetahui tentangnya, meraka akan mengadakan mesyuarat di antara ahli Fiqh dan juga Sahabat untuk membincangkannya. Sekiranya terdapat persepakatan, mereka akan menghukum berdasarkan persepakatan tersebut. Persepakatan ini dikenali sebagai Ijma’ sahabat. Ia juga adalah salah satu sumber hukum dan dalil kepada permasalahan yang timbul.Seterusnya mereka akan berijtihad berpandukan al-Quran dan Hadis sekiranya tiada nas yang jelas tentang sesuatu permasalahan pada ketika itu. Ini adalah kerana pada ketika itu, banyak masalah baru yang telah lahir dan tiada nas menyebut tentangnya. Permasalahan-permasalahan tersebut juga tidak pernah berlaku pada zaman Rasulullah s.a w, maka, tiada Hadis juga yang menyebut tentang permasalahan tersebut. Justeru itu, jalan terbaik untuk para sahabat menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan berijtihad.2. Sumber-Sumber PerundanganTerdapat empat sumber perundangan yang digunakan pada zaman Khalifah al-Rāsyidin iaitu:a. Al-QuranPada zaman Abu Bakar, telah terjadi peperangan al-Yamamah yang menyebabkan ramai kaum muslimin mati syahid termasuklah 70 orang di antaranya yang terdiri daripada penghafaz al-Quran. Umar yang mengetahui tentang perkara ini telah mencadangkan kepada Khalifah Abu Bakar supaya mengumpulkan al-Quran di dalam satu Mushaf. Walaupun pada mulanya beliau kurang bersetuju kerana perkara itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah s.a.w tetapi, apabila beliau mendapati banyak kebaikan daripada cadangan tersebut. Beliau akhirnya memerintahkan Zaid bin Thabit untuk mengetuai pengumpulan tersebut dan membentuk jawatankuasa untuk membantu Zaid. Mereka menyalin ayat-ayat al-Quran tersebut dan membandingkannya dengan hafalan para sahabat yang lain.

Page 49: Arti Wahyu

Pada Zaman pemerintahan khalifah Uthman ibn al-Affan pula telah berlakunya penulisan al-Quran. Empat orang sahabat yang terlibat dengan penulisan al-Quran iaitu Zaid ibn Thabit, Abdullah ibn al-Zubair, Sa’ad ibn al-As dan Abdul Rahman ibn al-Harith telah menyalin semula mashaf yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar. Setelah siap di salin, salinan-salinan mashaf itu di hantar ke setiap wilayah Islam iaitu Kufah, Basrah, Damsyiq, Mekah dan juga Madinah. Mushaf-mushaf selainnya dibakar atas arahan khalifah Uthman ibn Affan. Beliau sendiri turut menyimpan satu mushaf yang dikenali sebagai Mushaf al-Imam.b. HadisSebagaimana yang telah ditetapkan di dalam al-Quran, hadis adalah sumber kedua dalam menetapkan hukum. Oleh yang sedemikian, pada zaman Khalifah al-Rasyidin ini juga, Hadis turut menjadi sumber kedua selepas al-Quran dalam perundangan Islam pada ketika itu. Di antara contoh-contoh yang menunjukkan bahawa Khalifah al-Rasyidin berhujah menggunakan Hadis Rasulullah s.a.w ialah pada zaman pemerintahan Abu Bakar, seorang nenek telah datang bertemu beliau yang mendakwa dia berhak mendapat pusaka. Beliau telah berkata kepada nenek tersebut bahawasanya beliau tidak menjumpai di dalam al-Quran tentang nas yang menyebut mengenai pusaka yang patut diterima oleh nenek tersebut. Beliau juga telah memberitahu nenek tersebut yang beliau tidak tahu mengenai hukum terhadap perkara perwarisan tersebut walaupun dari Rasulullah sendiri. Oleh itu, Abu Bakar telah bertanya kepada para sahabat yang lain mengenai hak perwarisan dan al-Mughirah ibn Syu’bah bangun dan berkata: Maksudnya: Daku hadir bersama rasulullah s.a.w, lalu Baginda memberikan kepadanya (nenek itu) 1/6 daripada harta pusakanya. Serentak dengan itu, Muhammad ibn Maslamah telah memberi saksi bahawa apa yang dikatakan oleh Mughirah adalah benar dan ekoran daripada itu, Abu Bakar telah menghukum bahawa nenek tersebut mendapat 1/6 daripada harta pusaka .Selain daripada Khalifah Abu Bakar, Uthman juga turut berhujah dengan hadis sepertimana Abu Bakar. Contohnya, pernah di suatu ketika Uthman telah pergi ke tempat mengambil wuduk dan meminta di ambilkan air untuk berwuduk. Kemudian, beliau telah berkumur dan membasuh hidung, membasuh muka 3 kali, kedua-dua belah tangan sebanyak tiga kali, menyapu air ke kepala sebanyak tiga kali dan membasuh kedua kaki sebanyak 3 kali dan beliau berkata bahawa beliau telah melihat Rasulullah berwuduk sedemikian. Ini menunjukkan bahawa beliau juga melakukan sesuatu dan menghukumkan sesuatu berdasarkan Sunnah Rasulullah s.a.wc. Ijma’Ijma’ ialah persepakatan di kalangan para mujtahid mengenai sesuatu hukum syarak. Perselisihan hukum pada zaman khalifah al-Rasyidin berbeza sedikit berbanding dengan zaman selain mereka kerana apabila dikemukakan masalah hukum, mereka akan bermesyuarat untuk mendapatkan fatwa. Jika berlaku perselisihan, mereka akan cuba berbincang untruk mendapatkan persepakatan yang mana ia dinamakan Ijma’.Pada ketika ini juga, para khalifah senang untuk bersepakat kerana beberapa faktor. Di antaranya ialah kerana sebilangan besar dari mereka tinggal di satu tempat sahaja dan ini memudahkan mereka untuk berkumpul dan mencapai persepakatan. Selain daripada itu, periwayatan hadis juga belum tersebar luas dan hal ini menyebabkan kurangnya percanggahan terhadap sesuatu hukum. Seterusnya, sumber-sumber perundangan pada ketika itu hanyalah sumber yang disepakati sahaja iaitu al-Quran, Hadis, Ijma’ dan juga al-Qiyas. Ini menyebabkan para sahabat hanya kerap merujuk kepada keempat-empat sumber ini sahaja. Sikap sahabat yang amat berhati-hati dan warak juga turut menjadi salah satu faktor kurangnya perselisihan dan terbentuknya persepakatan di antara mereka.Walaupun kadangkala terdapat juga perselisihan yang berlaku, namun,

Page 50: Arti Wahyu

mereka tidak mudah memperkecilkan pendapat sahabat yang lain, sebaliknya mereka akan cuba mempertimbangkannya dengan tidak menolaknya bulat-bulat .d. IjtihadIjtihad juga adalah salah satu sumber perundangan pada zaman Khalifah al-Rasyidin. Walaupun semasa hayat baginda Rasulullah s.a.w baginda lebih berkuasa untuk berijtihad, namun, baginda turut mengamanahkan para sahabat yang tertentu untuk berijtihad. Contohnya ialah ijtihad Ali ibn abi Talib terhadap satu perselisihan ketika Baginda s.a.w mengutuskan beliau ke Yaman dan bersabda: Maksudnya: Sesungguhnya Allah S.W.T akan memberi petunjuk ke dalam hatimu dan mnetapkan lidah mu.Sekalipun ijtihad adalah sumber perundangan, namun, hukum-hukum yang di bina berdasarkan ijtihad ini kadangkala bercanggah kerana berbezanya pandangan atau pendapat di antara sahabat.3. Keistimewaan PerundanganDi antara keistimewaan prundangan pada zaman Khalifah al-Rasyidin ialah :a. Telah berlakunya pengumpulan dan pembukuan al-Quran sepenuhnya. Setiap salinan dikirimkan ke setiap wilayah Islam supaya tidak berlaku perpecahan yang mungkin terjadi disebabkan oleh perselisihan dalam pembacaannya.b. Manakala hadis pada ketika itu belum lagi menjalani proses yang sama sepertimana al-Quran sebaliknya masih berselerak, di hafal oleh para sahabat dan periwayatannya hanya secara lisan. Periwayatan hadis pada ketika itu juga masih belum meluas ekoran daripada tindakan para Khalifah al-Rasyidin yang menetapkan syarat yang ketat sebelum menerima sesebuah hadis.c. Pada zaman ini juga telah terbentuknya satu sumber perundangan lain selain al-Quran dan hadis iaitu Ijma para sahabat yang juga menjadi salah satu sumber yang wajib diikuti sehingga kini.by. deep sejarah.

C. Sejarah Islam Masa Bani Umayyah

MASA UMAYYAH

Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika muawiyah

mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid

muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap

menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu

untuk mengagungkan jabatan tersebut, dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam

pengertian “Penguasa” yang diangkat oleh Allah. Khalifah besar Bani Umayyah ini

adalah :

- Muawiyah Ibn Abi Sufyan (661M-680M)

Page 51: Arti Wahyu

- Abd Al-Malik Ibn Marwar (685M-705M)

- Al-Walid Ibn Abd Malik (705M-715M)

- Umar Ibn Abd Al-Aziz (717M-720M)

- Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724M-743M)

A. Kebijakan Politik Dan Ekonomi

Sistem Politik Dan Perluasan Wilayah

Dijaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Muawiyah dapat

menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul.

Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel.

Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd

Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh,

Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk dikawasan ini

kaum Paganis. Pasukan islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M.

pada tahun 43H / 663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan

sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah

Quhistan pada tahun 44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari. Pada

tahun 44H / 664M para tentaranya datang ke India dan dapat menguasai

Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan.

Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan dijaman Al-Walid Ibn Abd

Abdul Malik (705M-714M). Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman,

kemakmuran dan ketertiban. Umat islam merasa hidup bahagia, tidak ada pemberontakan

dimasa pemerintahanya. Dia memulai kekuasaannya dengan membangun Masjid Jami’ di

Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga

membangun Kubbatu Sharkah dan memperluas masjid Nabawi, disamping itu juga

melakukan pembangunan fisik dalam skala besar.

Page 52: Arti Wahyu

Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan ini

dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua eropa yaitu pada tahun

711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin

pasukan islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko

dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal nama Bibraltar

(Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi

sasaran ekspansi.

Selanjutnya Ibu Kota Spanyol Kordova dengan cepatnya dapat dikuasai, menyusul

setelah itu kota-kota lain seperti Sevi’e, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibu kota

Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan islam memperoleh dukungan dari

rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada masa inilah

pemerintah islam mencapai wilayah yang demikian luas dalam rentang sejarahnya, dia

wafat pada tahun 96H / 714M dan memerintah selama 10 tahun.

Dijaman Umar Ibn Ab Al-Aziz masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak

Reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang

tidak produktif, menggali sumur-sumur baru dan membangun masjid-masjid. Dia

mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada

lagi dijamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima

zakat ataupun sedekah. Berkat ketaqwa’an dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah

seorang Khulafaur Rasyidin. Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan islam

melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Baranese mereka

sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan

sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan

yang berarti di Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah

islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh hikmah sehingga banyak orang

masuk islam, masa pemerintahan Umar Bin Abd Aziz terhitung pendek.

Dijaman Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M) pemerintahannya dikenal dengan

adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif. Dia membangun kota

Rasyafah dan membereskan tata administrasi. Hasyim dikenal sangat jeli dalam berbagai

Page 53: Arti Wahyu

perkara dan pertumpahan darah. Namun dia dikenal sangat kikir dan pelit. Penaklukan

dimasa pemerintahannya yang dipimpin oleh Abdur Rahman Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan

menyerang Bordeau, Poitiers, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam

peperangan yang terjadi diluar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur

kembali ke Prancis pada tahun 114H / 732M. peristiwa penyerangan ini merupakan

peristiwa yang sangat membahayakan Eropa.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik ditimur maupun barat.

Wilayah kekuasaan islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah

itu meliputi Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia

kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan Purkmenia, Ulbek, dan

Kilgis di Asia Tengah.

Khususnya dibidang Tashri, kemajuan yang diperoleh sedikit sekali, sebab

kurangnya dukungan serta bantuan pemerintah (kerajaan) waktu itu. Baru setelah masa

khalifah Umar Bin Abd Al-Aziz kemajuan dibidang Tashri mulai meningkat, beliau

berusaha mempertahankan perkembangan hadits yang hampir mengecewakan, karena

para penghafal hadits sudah meninggal sehingga Umar Bin Abd Al-Aziz berusaha untuk

membukukan Hadits.

Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa

politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya

dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan

pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam.

Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya

gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang

saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Sistem Ekonomi

Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya

membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:

Page 54: Arti Wahyu

- Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan

sector pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan

meningkatkan hasil pertanian.

- Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi

pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.

B. Sistem Peradilan Dan Pengembangan Peradaban

Meskipun sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada masa

pemerintahan Daulah Bani Umayyah, namun terdapat juga usaha positif yang dilakukan

daulah ini untuk kesejahteraan rakyatnya.

Diantara usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah

dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh system

pemerintahan dan menata administrasi, antara lain organisasi keuangan. Organisasi ini

bertugas mengurusi masalah keuangan negara yang dipergunakan untuk:

- Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.

- Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.

- Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang

- Perlengkapan perang

Disamping usaha tersebut daulah Bani Umayyah memberikan hak dan

perlindungan kepada warga negara yang berada dibawah pengawasan dan kekuasaannya.

Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan

kesewenangan. Oleh karena itu, Daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga

kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua Hakim (Qathil Qudhah). Seorang hakim

(Qadli) memutuskan perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan

Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh atau

Page 55: Arti Wahyu

dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan

suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan politik tertentu.

Disamping itu, kekuasaan islam pada masa Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam

pengembangan peradaban seperti pembangunan di berbagai bidang, seperti:

- Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan

kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan

angkatan bersenjata.

- Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat

lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai

lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.

- Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik

membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal

dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).

- Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan

keseluruh penjuru negeri islam.

- Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat

untuk orang-orang yang infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.

- Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman sebagai

Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga

kapal perang waktu itu berjumlah 1700 buah.

Pada masa Umayyah, (Khalifah Abd Al-Malik) juga berhasil melakukan

pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab

sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.

Kemajuan Sistem Militer

Page 56: Arti Wahyu

Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani

Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan

musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur

kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu

mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan

dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat

baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani

Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.

Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan

berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.

C. Sistem Pergantian Kepala Negara Dan Keruntuhan Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah

lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain

adalah:

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru

(bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas.

Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini

menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota

keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari

konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut

Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik

secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti

di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-

gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara

(Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman

sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa

Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.

Page 57: Arti Wahyu

Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan

wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu

menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab

yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.

4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup

mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul

beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para

Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan

agama sangat kurang.

5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah

munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-

Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan kaum

mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

Wallahul Musta,’an.

Diposkan oleh Rudi Arlan Al-farisi di 13.05 Label: Sejarah Peradaban Islam - Masa Umayyah

D. Islam Pada Masa Bani AbbasiyahPosted: 7th April 2010 by M. Wahyu in Uncategorized0

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh orang Mameluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan dunia Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasyiah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah yang mengaku bahwa anak perempuannya adalah keturunan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisua dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah

Page 58: Arti Wahyu

kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Ummayah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031. Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Bagdad (sekarang ibu kota Irak) sejak tahun 750. Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini meredup setelah naiknya bangsa tentara-tentara Turki yang mereka bentuk. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Bagdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Bagdad.

Bani Abbasiyyah merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652) yang juga merupakan paman dari Nabi Muhammad s.a.w., oleh karena itu mereka termasuk ke dalam Bani Hasyim. Sedangkan Bani Umayyah yang merupakan salah satu kabilah dalam Quraisy, bukan termasuk yang seketurunan dengan Nabi.Muhammad bin Ali, cicit Saidina Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsia pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah menang melawan pasukan Bani Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.Kekhalifahan Abbasiyah adalah yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang disebut Mamaluk pada abad 9. Dibuat oleh Al-Ma’mun tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diisi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini adalah suatu inovasi sebab sebelumnya yang digunakan adalah tentara bayaran dari Turki.Bagaimanapun tentara Mamaluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang ada di umat muslim saat itu pada akhirnya kekhalifahan ini hanya menjadi simbol dan bahkan tantara Mamaluk ini berhasil berkuasa dan mendirikan kesultanan di Mesir, dengan menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan.

Ilmu PengetahuanPada masa kekhalifahan ini dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak diantara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematik, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya.

Page 59: Arti Wahyu

Zaman ini juga menyaksikan lahir ilmuwan Islam terkenal seperti Ibnu Sina, Al-Kindi, al-Farabi dan sebagainya.

Penyebab runtuhnya IPTEK masa kejayaan Islamkeruntuhan khilafah dan kemunduran umat Islam itu banyak disebabkan oleh persoalan internal umat Islam sendiri, seperti kecenderungan penguasa korup yang lebih mementingkan uang dan kekuasaan, serta perpecahan di kalangan umat Islam.Berbicara masalah ilmu pengetahuan dan teknologi, jika dibandingkan dengan masyarakat Barat, umat Islam jauh tertinggal. Umat Islam senantiasa berteman akrab dengan kebodohan, bahkan sumber daya alam yang melimpah ruah di negara-negara berpenduduk muslim mayoritas tidak bisa membuat rakyatnya makmur. Penyebabnya, ketidakmampuan mengelola sumber daya alam yang dimiliki. Jika kita membandingkan realitas umat Islam saat ini dengan realitas umat Islam di masa Khilafah Abbasiyah, terlihat perbedaan yang mencolok…Di zaman Abbasiyah umat Islam mampu menjadi sumber ilmu pengetahuan yang dipegang Barat saat ini. Sedangkan umat Islam saat ini hanya menjadi konsumen dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan masyarakat Barat. Melihat keterpurukan umat saat ini dan kemajuan umat Islam masa lampau muncul ide membangun kembali “runtuhnyaâ€� peradaban Islam yang dikemas dalam bentuk jihad membangun peradaban. Apa yang dimaksud dengan jihad membangun peradaban? Untuk mengupas masalah ini Center for Moderate Muslim (CMM) bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) menggelar dialog interaktif dengan narasumber M. Hilaly Basya, Direktur Eksekutif Center for Moderate Muslim (CMM) pada tanggal 19 Juni 2006. Berikut petikannya:Topik kita kali ini adalah “jihad membangun peradabanâ€�. Mungkin kita sudah pahami makna jihad karena sering kita dengar dan perbincangkan. Bisakah Anda jelaskan yang dimaksud dengan peradaban? Kalau kita sudah paham tentang pengertian jihad, maka kita harus pahami juga makna peradaban yang menjadi topik perbincangan kita kali ini. Makna peradaban bisa kita pahami dari gambaran peradaban-peradaban yang sudah ada dalam sejarah. Misalnya peradaban Islam dan Barat. Peradaban biasanya selalu dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, jihad membangun peradaban berarti upaya bersungguh-sungguh membangun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesungguhnya makna peradaban lebih luas lagi dari apa yang tadi saya katakan. Seperti persoalan kemanusiaan, kebudayaan, moralitas, dan seterusnya.Apakah peradaban didefinisikan hanya dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi? Dalam batas-batas tertentu peradaban selalu dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Anda, ilmu pengetahuan dan teknologi akan memengaruhi aspek-aspek lain dari peradaban? Benar sekali.Apa signifikansi jihad membangun peradaban ini? Peradaban Barat yang maju saat ini memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia secara umum. Artinya, seluruh kehidupan manusia tertolong, katakanlah mendapatkan kemudahan akibat peradaban Barat yang maju. Pentingnya membangun peradaban dalam rangka memudahkan kehidupan manusia itu sendiri. Misalnya dalam transportasi. Transportasi saat ini lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan zaman dulu.Adakah agenda atau langkah-langkah penting yang harus dilakukan dalam rangka

Page 60: Arti Wahyu

membangun peradaban? Sebelum membahas masalah ini, kita perlu mendapat gambaran bagaimana umat Islam dahulu membangun peradaban dan bagaimana pula masyarakat sekarang membangun peradaban. Setelah membahas masalah ini, saya kira kita akan mempunyai gambaran bagaimana seharusnya kita membangun atau membuat langkah-langkah dalam rangka membangun peradaban. Kita melihat bahwa saat ini peradaban Islam tertinggal dari peradaban Barat. Apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini? Tradisi pengembangan ilmu pengetahuan di Barat dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama. Kalau dihitung dari sekarang, sekitar 300 atau 400 tahun yang lalu Barat mengembangkan teknologi secara tekun. Dari sini kita pahami bahwa kemajuan Barat yang merupakan proses panjang dari ketekunan dan keuletan masyarakat Barat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau dibandingkan dengan masyarakat atau bangsa-bangsa Islam, kita melihat bahwa tradisi pengembangan ilmu pengetahuan sebenarnya telah ada saat Islam baru tumbuh. Sayangnya tradisi pengembangan ilmu pengetahuan ini terputus di tengah-tengah dan barangkali sekarang baru beranjak untuk bangkit kembali.Jadi, karena tradisi pengembangan ilmu pengetahuan terputus, maka umat Islam saat ini tertinggal? Benar sekali. Banyak faktor yang menyebabkan keterputusan tradisi pengembangan ilmu pengetahuan di tubuh umat Islam, seperti perpecahan internal dan adanya orientasi yang berbeda di kalangan pemimpin Islam. Akibat keterputusan ini, kita tertinggal dari masyarakat Barat dan kita membutuhkan sekitar 100 tahun untuk berpikir kembali membangun ilmu pengetahuan di tubuh umat Islam. Apakah ide “jihad membangun peradaban� ini merupakan terobosan baru atau merupakan penyegaran dari ide yang telah ada sebelumnya? Saya kira jihad membangun peradaban ini merupakan penyegaran. Artinya, konsep ini sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam, tetapi karena umat Islam dipengaruhi oleh budaya dan lingkungannya, maka konsep membangun peradaban ini menjadi layu di tengah perjalanan umat Islam dan karena itu perlu kita segarkan kembali.Ketertinggalan umat Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bisa kita analogikan dengan kebodohan. Sedangkan kebodohan erat kaitannya dengan kemiskinan, dan dua variable ini, kemiskinan dan kebodohan, saling memengaruhi. Bagaimana Anda melihat kaitan kemiskinan dan kebodohan? Kebodohan atau ketertinggalan umat Islam dalam ilmu pengetahuan sangat berpengaruh terhadap kemampuan umat Islam sendiri mengembangkan ekonominya. Bisa kita lihat dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat Islam. Indonesia pertumbuhan ekonominya sangat jauh sekali dari kemakmuran karena ketidakmampuan ilmu pengetahuan. Sedangkan masyarakat yang menguasai ilmu pengetahuan rata-rata lebih makmur daripada mereka yang tidak menguasai ilmu pengetahuan. Semua ini terkait dengan kemampuan untuk melakukan terobosan, inovasi dalam pengembangan ekonomi sekaligus persaingan ekonomi.Kita mengetahui keterkaitan antara kebodohan dengan kemiskinan bahwa keduanya saling memengaruhi. Apakah masyarakat Barat saat mengembangkan ilmu pengetahuan ekonomi mereka telah kuat? Kita harus berangkat dari asumsi bahwa kemiskinan disebabkan kebodohan. Karena itu kalau orang mau bangkit dari kemiskinan ia harus pintar terlebih dahulu. Dalam ukuran-ukuran tertentu, masyarakat Barat saat mengembangkan ilmu pengetahuan sebetulnya ekonomi mereka tidak begitu makmur. Walaupun kita tahu masyarakat Barat sudah lama ekspansi perdagangan lewat kolonialisme di Timur Tengah dan di Asia Tenggara. Seiring dengan pengembangan ilmu

Page 61: Arti Wahyu

pengetahuan terjadi peningkatan perdagangan sehingga peningkatan ilmu pengetahuan diiringi dengan peningkatan perekonomian masyarakat Barat. Kalau kita kembali ke masyarakat Islam, saya kira negara-negara Islam sebenarnya kaya. Negara-negara Islam di Timur Tengah kaya akan sumberdaya alam, begitu juga dengan Indonesia. Sebenarnya, kita kaya atau tidak sumberdaya alam, kita harus mengembangkan ilmu pengetahuan, apalagi kaya sumberdaya alam. Seharusnya kita mengembangkan ilmu pengetahuan. Buktinya, meskipun kita kaya sumberdaya alam, tapi toh kita tidak bisa mengolahnya. Semua itu menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting.

Kemunduran Peradaban IslamSetelah mengetahui asas kebangkitan peradaban Islam kini kita perlu mengkaji sebab-sebab kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dan bahkan menguji letak kelemahan, kekuatan, kemungkinan dan tantangan (SWOT). Kemunduran suatu peradaban tidak dapat dikaitkan dengan satu atau dua faktor saja. Karena peradaban adalah sebuah organisme yang sistemik, maka jatuh bangunnya suatu perdaban juga bersifat sistemik. Artinya kelemahan pada salah satu organ atau elemennya akan membawa dampak pada organ lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor lainnya – yang secara umum dibagi menjadi faktor eksternal dan internal – berkaitan erat sekali. Untuk itu, akan dipaparkan faktor-faktor ekternal terlebih dahulu dan kemudian faktor internalnya. Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Uthmani, kekuatan Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sbb:1. Faktor ekologis dan alami, yaitu kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada adalah gersang, atau semi gersang, sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-sungai besar, seperti Nil, Eufrat dan Tigris. Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain mengalami berbagai bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan musuh. Iraq, Syria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak kawasan itu berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi pihak luar.2. Faktor eksternal. Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib, yang terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. “Perang Salibâ€�, menurut Bernard Lewis, “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya.â€� Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur seperti Samarkand, Bukhara dan Khawarizm, dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun 1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syria dan Mesir. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir.

Page 62: Arti Wahyu

3. Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat. Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam upayanya mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara Islam. Di saat itu kekuatan ummat Islam baik di laut maupun di darat dalam sudah memudar. Akhirnya pos-pos pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada akhir abad ke 16 Belanda, Inggris dan Perancis telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia perdagangan. Selain itu, ternyata hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah meningkat dan melampaui jumlah penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey Uthmani. Penduduk Eropa Barat waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa timur menjadi 274 juta; sedangkan jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang rendah inipun tidak dibarengi oleh kualitas yang tinggi.Sebagai tambahan, meskipun Barat muncul sebagai kekuatan baru, Muslim bukanlah peradaban yang mati seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban Islam terus hidup dan bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai ancaman Barat. Sesudah kekhalifahan Islam jatuh, negara-negara Barat menjajah negara-negara Islam. Pada tahun 1830 Perancis mendarat di Aljazair, pada tahun 1881 masuk ke Tunisia. Sedangkan Inggris memasuki Mesir pada tahun 1882. Akibat dari jatuhnya kekhalifahan Turki Uthmani sesudah Perang Dunia Pertama, kebanyakan negara-negara Arab berada dibawah penjajahan Inggris dan Perancis, demikian pula kebanyakan negara-negara Islam di Asia dan Afrika. Setelah Perang Dunia Kedua kebanyakan negara-negara Islam merdeka kembali, namun sisa-sisa kekuasaan kolonialisme masih terus bercokol. Kolonialis melihat bahwa kekuatan Islam yang selama itu berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras dan bangsa dapat dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan tehnik divide et impera sehingga konflik intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara Islam terfragmentasi menjadi negeri-negeri kecil.