arah kebijakan pengembangan perikanan...

14
25 Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto) ___________________ Korespondensi penulis: Balai Penelitian Perikanan Laut-Muara Baru Jl. Muara Baru Ujung, Komplek Pelabuhan Perikanan, Jakarta-14430 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI SEKITAR TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT DEVELOPMENT POLICY FOR FISHERIES IN ADJACENT OF SALEH BAY, NUSA TENGGARA BARAT Isa Nagib Edrus dan Suprapto Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 14 Januari 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal: 13 Maret 2013; Disetujui terbit tanggal: 24 April 2013 ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk memberikan arah pengembangan perikanan tangkap di Teluk Saleh. Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem yang memformulasikan data dan informasi yang tersedia ke dalam bentuk ruang, waktu, alur, dan kebijakan yang mempengaruhi sifat- sifat (properties) dari sistem perikanan yang ada, antara lain produktivitas, stabilitas, sustainabilitas, dan equitabilitas, sehingga terbentuk hipotesis kerja pengembangan perikanan Teluk Saleh. Hasil analisi menunjukkan bahwa adanya beberapa faktor penting sebagai pendukung dan penghambat terhadap empat sifat agroekosistem tersebut. Pertanyaan kunci yang muncul adalah bagaimana memberdayakan faktor-faktor pendukung dan memperkecil faktor-faktor negatif yang menjadi penghambat, di mana dengannya proses produksi tidak menjadi eksternalitas antar usaha perikanan, dan teknologi tepat guna apa untuk pengembangannya. Untuk itu, diformulasikan 10 hipotesis kerja dalam rangka pengembangan usaha perikanan tangkap di Teluk Saleh. KATA KUNCI: Kebijakan, pengembangan perikanan, keragaan perikanan, analisis agroekosistem, Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat ABSTRACT This paper aimed to provide a development direction for fisheries in the Saleh Bay. The approach used was an agro-ecosystem analysis by which the data and information given were formulated interesting in spaces, times, flow chart, and decision and those will influence the properties of existing fishery system, such as productivity, stability, sustainability, and equitability, from which working hypotheses will be created to improve the Saleh Bay fishing development The results showed that there were some crucial factors supporting and weakening toward the agro-ecosystem properties. A key question determined was how to empower the supporting factors and minimize the weakening factors of the properties from which production processes will not be externality among fishery activities, and what kinds of the proper technologies to develop them. Hence, its formulated ten working hypotheses in terms of fishing development activities in Saleh Bay. KEYWORDS: Policies, fishery development, fishery performances, agro-ecosystem analysis, Saleh Bay, Nusa Tenggara Barat PENDAHULUAN Sektor perikanan diharapkan mampu bertahan dalam pasar global karena merupakan komoditas yang memiliki daya saing tinggi. Dengan ikan, dapat berharap banyak untuk dijadikan komoditas unggulan untuk mendapatkan devisa (foreign exchanges). Namun tantangan usaha di sektor perikanan semakin berat di masa depan. Perikanan pelagis, demersal, dan perikanan karang menghadapi beragam kendala operasional dan lingkungan. Data Badan Pusat Statistik (2008) menunjukkan aktivitas perikanan yang tidak seimbang antara perikanan pesisir dan perikanan lepas pantai (offshore fishing) di Kabupaten Sumbawa dan ini menyebabkan tekanan yang semakin berat pada wilayah Teluk Saleh, khususnya perairan karang. Hasil penelitian tahun 2004 di sekitar Teluk Saleh bagian dalam, khususnya di sekitar Pulau Rakit dan Pulau Taikabo, menunjukkan tutupan karang yang tergolong kritis yang masing-masing 27,8 dan 38,26% (Hartati & Edrus, 2005). Kenyataan ini mendorong pemerintah untuk melaksanakan program rehabilitasi terumbu karang dengan introduksi terumbu buatan pada tahun 2005 di beberapa lokasi perairan karang Teluk Saleh (Hartati et al ., 2007), tetapi dampak positif dari program ini terlampau sempit dari segi wilayah (spasial) dan menunggu waktu hasil yang lama (time lag) (Edrus & Suprapto, 2010), sementara kepentingan produksi yang berpangkal pada kebutuhan ekonomi mendesak bersifat progresif dengan mengabaikan

Upload: ngodat

Post on 02-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

25

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

___________________Korespondensi penulis:

Balai Penelitian Perikanan Laut-Muara Baru

Jl. Muara Baru Ujung, Komplek Pelabuhan Perikanan, Jakarta-14430

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAPDI SEKITAR TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT

DEVELOPMENT POLICY FOR FISHERIES IN ADJACENT OF SALEH BAY,

NUSA TENGGARA BARAT

Isa Nagib Edrus dan SupraptoBalai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta

Teregistrasi I tanggal: 14 Januari 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal: 13 Maret 2013;Disetujui terbit tanggal: 24 April 2013

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan arah pengembangan perikanan tangkap di Teluk Saleh.Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem yang memformulasikan data daninformasi yang tersedia ke dalam bentuk ruang, waktu, alur, dan kebijakan yang mempengaruhi sifat-sifat (properties) dari sistem perikanan yang ada, antara lain produktivitas, stabilitas, sustainabilitas,dan equitabilitas, sehingga terbentuk hipotesis kerja pengembangan perikanan Teluk Saleh. Hasilanalisi menunjukkan bahwa adanya beberapa faktor penting sebagai pendukung dan penghambatterhadap empat sifat agroekosistem tersebut. Pertanyaan kunci yang muncul adalah bagaimanamemberdayakan faktor-faktor pendukung dan memperkecil faktor-faktor negatif yang menjadipenghambat, di mana dengannya proses produksi tidak menjadi eksternalitas antar usaha perikanan,dan teknologi tepat guna apa untuk pengembangannya. Untuk itu, diformulasikan 10 hipotesis kerjadalam rangka pengembangan usaha perikanan tangkap di Teluk Saleh.

KATA KUNCI: Kebijakan, pengembangan perikanan, keragaan perikanan, analisis agroekosistem,

Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat

ABSTRACT

This paper aimed to provide a development direction for fisheries in the Saleh Bay. The approach

used was an agro-ecosystem analysis by which the data and information given were formulated

interesting in spaces, times, flow chart, and decision and those will influence the properties of existing

fishery system, such as productivity, stability, sustainability, and equitability, from which working

hypotheses will be created to improve the Saleh Bay fishing development The results showed that

there were some crucial factors supporting and weakening toward the agro-ecosystem properties. A

key question determined was how to empower the supporting factors and minimize the weakening

factors of the properties from which production processes will not be externality among fishery activities,

and what kinds of the proper technologies to develop them. Hence, it�s formulated ten working

hypotheses in terms of fishing development activities in Saleh Bay.

KEYWORDS: Policies, fishery development, fishery performances, agro-ecosystem analysis,

Saleh Bay, Nusa Tenggara Barat

PENDAHULUAN

Sektor perikanan diharapkan mampu bertahandalam pasar global karena merupakan komoditas yangmemiliki daya saing tinggi. Dengan ikan, dapatberharap banyak untuk dijadikan komoditas unggulanuntuk mendapatkan devisa (foreign exchanges).

Namun tantangan usaha di sektor perikanansemakin berat di masa depan. Perikanan pelagis,demersal, dan perikanan karang menghadapi beragamkendala operasional dan lingkungan. Data BadanPusat Statistik (2008) menunjukkan aktivitasperikanan yang tidak seimbang antara perikananpesisir dan perikanan lepas pantai (offshore fishing)di Kabupaten Sumbawa dan ini menyebabkan tekanan

yang semakin berat pada wilayah Teluk Saleh,khususnya perairan karang. Hasil penelitian tahun2004 di sekitar Teluk Saleh bagian dalam, khususnyadi sekitar Pulau Rakit dan Pulau Taikabo,menunjukkan tutupan karang yang tergolong kritisyang masing-masing 27,8 dan 38,26% (Hartati &Edrus, 2005). Kenyataan ini mendorong pemerintahuntuk melaksanakan program rehabilitasi terumbukarang dengan introduksi terumbu buatan pada tahun2005 di beberapa lokasi perairan karang Teluk Saleh(Hartati et al., 2007), tetapi dampak positif dariprogram ini terlampau sempit dari segi wilayah(spasial) dan menunggu waktu hasil yang lama (time

lag) (Edrus & Suprapto, 2010), sementara kepentinganproduksi yang berpangkal pada kebutuhan ekonomimendesak bersifat progresif dengan mengabaikan

Page 2: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 :

26

����������������

���������� ����

������� � � �����������

� ����������� ���� ��

��������������

Key �uestion

�����������

���� � � � ����������

���� ����� ���� ����� ����������

���������

Recommendation

����������

������� �����

�� �� ������������ �

��������������� ������������

Fishing Development

����������� � ���������

��������� ��� �������������

Gambar 1. Kerangka kerja analisis kinerja perikanantangkap, dimodifikasi dari Conway 1986.

Figure 1. Framework analysis of fishing

performance, modified from Conway 1986.

25-38

kepentingan ekosistem itu sendiri ketika terjadieksploitasinya. Sehingga sepanjang prosesrehabilitasi terjadi, selama itu juga proses degradasidi daerah terumbu karang lain dapat terjadi.

Terumbu karang merupakan tumpuan kehidupanmasyarakat sekitar dan bagi pertumbuhan ekonomidesa pesisir Teluk Saleh, seperti juga di wilayah lain.Menutup wilayah karang sebagai daerah kegiatanekonomi kurang tepat dari sisi kepentinganmasyarakat pesisir. Menurut Burke et al. (2002),keuntungan ekonomi tahunan yang diperoleh dariwilayah terumbu karang di Indonesia adalah US$ 1,6juta, tetapi tidak sedikit pula kerugian yang ditanggungoleh ekosistem. Terutama membawa lebih banyakdampak negatif dari pada dampak positifnya ketikadikelola tanpa aturan. Secara umum, keuntunganekonomi perikanan tidak sepadan dengan ongkosyang ditanggung lingkungan (environmental cost) yangmemang tidak pernah diperhitungkan dalam analisisfinansial tentang keuntungan bersih (Cesar, 1996; PetSoede et al., 1996). Dengan demikian pengalihan polatangkap dan wilayah tangkap berbasis ekosistemyang beragam serta pengendalian input perikananmenjadi alternatif bagi peningkatan produksi perikanandan kesejahteraan masyarakat pesisir Teluk Saleh.

Permasalahan pengelolaan perikanan yangmenonjol adalah kelebihan tingkat usaha(overcapacity) dan destruksi habitat. Oleh karena itutidak selamanya investasi yang besar di sektorperikanan dapat menjadi solusi dalam penanganankrisis perikanan, apalagi ketika investasi tersebutsalah waktu dan tempat. Menurut Fauzi (2005),strategi investasi di perikanan, khususnya perikananpesisir, sangat unik karena terkait dengan sifat-sifatdinamika sumber daya ikan yang unik pula, di manaterumbu karang sangat rentan terhadap penangkapanberlebih. Kelebihan kapasitas penangkapan di wilayahpesisir, di mana jumlah armada yang semakin banyak,justru dapat menghasilkan produksi yang semakinsedikit. Investasi pada perikanan lepas pantai tanpamemperhitungakan keterampilan, sediaan sumberdaya dan pemakaian bahan bakar bakar justrumenjadi penyakit utama dari rendahnya kinerjaperikanan di Indonesia yang akhirnya menimbulkankrisis kemiskinan nelayan di wilayah pesisir.

Tulisan ini bertujuan untuk mengarahkanpengembangan kinerja perikanan tangkap di bawahrezim pemanfaatan sumber daya yang tersedia disekitar Teluk Saleh. Pendekatan analisisagroekosistem (Conway, 1986) digunakan sebagai alat(tool) untuk memformulasikan data dan informasi yangtersedia dari komponen-komponen penting perikanantangkap di Teluk Saleh, seperti ruang, waktu, alur,

dan kebijakan yang mempengaruhi khasanah(properties) dari sistem tersebut, antara lainproduktivitas, stabilitas, sustainabilitas, danequitabilitas. Gambar 1 di bawah ini dijadikan panduandalam analisis. Dari analisis ini akan terbentukpertanyaan-pertanyaan kunci yang dapatmengarahkan pada pilihan atau beberapa pilihan solusipembangunan perikanan tangkap. Pengambilan datadilakukan dengan metode rapid rural appraisal danpengumpulan data sekunder serta wawancara semistruktural.

WILAYAH PEMANFAATAN PERIKANAN

Gambar 2 memberikan ringkasan tentang hirarkiswilayah pemanfaatan menurut ekosistem pentingyang tersedia di sekitar wilayah Teluk Saleh, di manaperairan Teluk Saleh merupakan sentra produksi darikegiatan perikanan masyarakat di sekitarnya.Berdasarkan atas ketersediaan teknologipenangkapan, tingkat pemanfaatan terbesar justrupada wilayah pesisir, sementara pada wilayah lepaspantai walaupun memiliki potensi wilayah, dan sumberdaya yang besar, tetapi belum maksimal digunakansebagai wilayah tangkap oleh masyarakat setempat.Oleh karena semua aktivitas usaha terpusat padawilayah teluk, maka eksternalitas sering terjadi, baikoleh aktivitas itu sendiri maupun dampak negatif dariaktivitas itu pada aktivitas lainnya.

Hirarkis pengaruh dari beragam ekosistem(Gambar 2) memperlihatkan bahwa wilayah padanglamun dan terumbu akan mendapat tekanan yangsemakin besar jika kegiatan penangkapan danpembangunan lainnya terus meningkat. Zona-zona

Page 3: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

27

WILAYAH� EKOSISTEM PEMANFAATAN

�Areas�� �Ecosystems�� �Utilities��

Agroekosistem Budidaya &Waduk� Perikanan TangkapDAS

Pesisir Pantai Mangrove Pertambakan(Coastal)

Zona Pasut Pasang Surut Perikanan Tangkap(Intertidal zone) ������� �� �� ����!�� � !�"����

��� �� ���Reefs�

- Barrier� � ����������!�� ���- Atol ������������� ������- Fringing Reefs �������������������- ��������� #��������

��������$������� ���������#�����!��������$��������� �����������������

�������%

����� ��������� � �� ����������������������� ������������

&�'���������&����������

�����������!������" ����������������&�(����) �����

����������� �����

��� �� �#�����

��������#������

��� ��������

Gambar 2.Hirarkis wilayah pemanfaatan sumber dayamenurut ekosistem.

Figure 2. The regional hierarchy of resource utilities

by ecosystem.

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

wilayah budi daya sudah diatur dalam wilayah yangsempit yang memiliki potensi sangat besar bagiberagam sektor. Demikian pula daerah penangkapansudah semestinya dikelola dengan prinsip kehati-hatian, agar memenuhi kelestarian lingkungan hidupmaupun dalam hal prinsip sosial, di mana semuakepentingan perlu terpenuhi. Akses pada perikanansamudera sudah semestinya dikembangkan denganmemenuhi diversifikasi dan inovasi teknologi agartekanan terhadap pesisir berkurang.

POTENSI TERUMBU KARANG

Menurut catatan dari Data Pokok PembangunanProvinsi Nusa Tenggara Barat jumlah pulau-pulau kecildi wilayah Sumbawa ada 49 pulau dan di wilayahDompu sembilan pulau, Bima tujuh pulau. Khusus disekitar Teluk Saleh terdapat 22 pulau yang masukadministratif Kebupaten Sumbawa dan Dompu.Beberapa pulau di antaranya berpenduduk, terutamaPulau Medang, Pulau Moyo, Dangar Besar, Liang,Ngali, Ketapang, Dompu, dan Rakit. Kecuali wilayahwisata, nyaris seluruh terumbu karang di pulau-pulautersebut terbuka sebagai wilayah tangkap, karenabelum terbentuk adanya penzonaan yang berorientasipada konservasi.

Ketergantungan masyarakat pesisir terhadapterumbu karang sangat tinggi ditinjau dari penggunaanjenis alat tangkap dan ukuran armada tangkap.Perikanan artisanal dan atau perikanan subsistem

mendapatkan keuntungan dan ketersediaan proteinhewani dari wilayah perairan terumbu karang yangtersebar di seluruh pesisir. Keanekaragaman biotayang tinggi pada terumbu karang membuka peluangdan sekaligus ancaman dari kegiatan penangkapan.

Hasil penelitian kondisi kesehatan terumbu karangdari 13 lokasi pencuplikan data (Edrus et al., 2010)tergolong buruk 8%, sedang 69%, dan baik 23%.Pulau Ketapang memiliki kesehatan terumbu karangpaling buruk dengan tutupan karang hidup 16,97%,sebaliknya Pulau Santigi terbaik dengan tutupankarang hidup 57,39%. Pada daerah lainnya sepertiPulau Dangar Besar, Pulau Ngali, Pulau Rakit, TanjungKesi, Teluk Peti, Labuhan Haji, timur Pulau Moyo,Pulau Satonda, dan Pulau Medang memiliki kondisikesehatan terumbu karang kategori sedang (±30%).Pulau Liang dan utara Pulau Moyo memiliki kondisiterumbu karang kategori baik (50,6%).

Penelitian yang sama mengatakan bahwa dari 13lokasi pencuplikan data di lapangan, tujuh di antaranyamemiliki indeks keanekaragaman ikan karang yangtinggi (H = 3,5-4) dan enam lokasi lainnya memilikiindeks keanekaragaman sedang (H = 3,5). Sedikitnyaterdapat 405 spesies ikan karang dengan 143 genusdari 47 famili. Data ini menunjukkan ketersediaanspesies yang beragam untuk pengembangan ikanhias maupun karang konsumsi. Perikanan karang akanmenjadi komoditas penting ekonomis tinggi dalammensuplai permintaan pasar yang tinggi dari wilayahperkotaan dan mencukupi permintaan impor darinegara-negara sekitar.

STATUS PERIKANAN TANGKAP

Kegiatan usaha penangkapan ikan di KabupatenSumbawa seluruhnya dilakukan oleh nelayan denganalat tangkap skala kecil, dengan jumlah nelayan 6.749orang (3.199 rumah tangga perikanan). Oleh karenaitu jumlah produksi dari perikanan lepas pantai belumoptimal. Dengan armada yang tersedia, produksimenjadi berorientasi pada wilayah pesisir denganwaktu tangkap antara 8-10 bulan/tahun, di manakisaran trip penangkapan antara 20-25 hari/bulan.

Jenis tangkapan yang dominan antara lain jenisikan tongkol (Euthynnus affinis), cakalang(Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomerous

sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), layang (Decapterus sp.),kembung (Rastrelliger brachysoma), lemuru(Sardinella sp.), kerapu (Epinephelus sp.), serta jenis-jenis ikan karang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwaperikanan tuna belum tersentuh oleh kebanyakkannelayan artisanal yang belum menaruh minat padapengembangan pola penangkapan. Di bawah akan

Page 4: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 :

28

dijelaskan mengapa nelayan kurang berminat padaperikanan tuna.

Produksi ikan di Kabupaten Sumbawa sebenarnyasangat ditunjang oleh perairan lautnya yang luas. Rata-rata produksi disajikan pada Tabel 1. Semuakecamatan di Kabupaten Sumbawa memiliki akseske laut untuk menghasilkan ikan, kecuali beberapakecamatan yang terletak di pedalaman, seperti diantaranya Batulanteh, Orong Telu, Unter Iwes, danMoyohulu yang tidak memiliki pantai. Dari 24kecamatan, 10 kecamatan di antaranya tidak dijumpaiadanya nelayan dan tidak tercatat adanya produksiperikanan laut. Kesepuluh kecamatan itu adalahOrong Telu, Batu lanteh, Sumbawa, Unter Iwes,Moyohulu, Ropang, Lenangguar, Lantung, Lopok, danEmpang. Pada bagian Kabupaten Sumbawa, wilayahkecamatan yang berpengaruh dan berbatasanlangsung dengan Teluk Saleh adalah KecamatanMoyo Utara, Moyo Hilir, Lape, Lopok, Maronge,Plampang, dan Torano. Bagian sisi Kabupaten Dompu,beberapa kecamatan yang berpengaruh langsung padaTeluk Saleh adalah Kecamatan Dompu, Kempo,Manggalewa, dan Pekat.

ARMADA DAN ALAT TANGKAP

Armada dan alat penangkapan yang tercatatBadan Pusat Statistik sampai tahun 2008 antara lain:1. Jukung 765 unit.2. Perahu motor tempel 1.357 unit.3. Kapal motor 1.176 unit.4. Alat penangkapan 3.712 unit.

Menurut data BPS (2008) Kabupaten Sumbawadalam angka, jenis-jenis alat tangkap yang digunakandi Teluk Saleh cukup bervariasi. Jenis alat tangkapmenurut besarnya produksi tahun 2007 diurut dariterbesar sampai terkecil adalah purse seine (3.468ton), bagan perahu (3.378 ton), jaring klitik (1.408 ton),mini payang (744 ton), jaring dasar (391 ton), panah(293), pancing ulur (248 ton), jaring insang permukaan(233 ton), pancing tonda (230 ton), pukat pantai (199ton), sero (176 ton), pancing rawai (140 ton), dan bubu(39 ton). Alat tangkap yang memiliki kapasitas besartersebut dijumpai dalam jumlah yang kecil dan tidakbanyak yang melakukan investasi untuk alat tangkaptersebut. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjutpereferensi nelayan terhadap alat tagkap, yaitu alattangkap yang digemari.

Jika diperhatikan dari sisi besaran produksi danalat tangkap, usaha perikanan di KabupatenSumbawa lebih condong pada perikanan pesisirdengan beragam permasalahan dan prospeknya

(Gambar 3). Armada penangkapan di bawah 5 GT danterbanyak 1 GT (Badan Pusat Statistik, 2008).Perkembangan penangkapan selama tahun 2004-2007 mengalami fluktuasi.

RUMAH TANGGA PERIKANAN

Jumlah rumah tangga perikanan pada 14kecamatan Kabupaten Sumbawa yang memilikiakses ke perikanan laut 3.199 dengan jumlah nelayan6.749 orang. Jumlah rumah tangga perikanan yangterbesar dijumpai di Kecamatan Labuhan Badas yangmencakup wilayah Pulau Moyo dan Pulau Medang,sedangkan jumlah nelayan terbesar dijumpai diKecamatan Buer. Porsi tenaga kerja perikanan jauhlebih rendah dari jumlah tenaga kerja pertanian(Gambar 4). Secara rinci, tenaga kerja perikanandirinci pada Tabel 2.

Di Kabupaten Dompu, jumlah nelayan selamaempat tahun dari tahun 2004-2007 berfluktuasi naik-turun (Gambar 5), yang mungkin disebabkan olehderegulasi harga bahan bakar minyak atau adanyaserapan tenaga kerja dari sektor lain, sepertipertanian, perkebunan, dan meningkatnya jumlahtenaga kerja Indonesia yang ke luar negeri. Sampaitahun 2005 terjadi kenaikan jumlah nelayan walaupunterjadi penurunan jumlah pemanfaatan lahan budidaya air payau. Pada tahun 2006 pemanfaatan lahantersebut menurun secara drastis yang diiringi olehpenurunan jumlah nelayan. Artinya penurunanpemanfaatan lahan tersebut berkorelasi denganjumlah tenaga kerja. Luas pemanfaatan lahan budidaya air payau kemudian naik kembali sampai tahun2007, namun tidak diiringi oleh kenaikan jumlahnelayan yang ternyata stagnasi seperti pada tahun2006. Apakah ini merupakan pertanda bahwa nelayansudah meninggalkan lahan garapannya yang kurangmenguntungkan dan kemudian beralih profesi (BadanPusat Statistik, 2008).

Fenomena seperti ini untuk kasus di KabupatenDompu menunjukkan bahwa lahan bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalampengembangan perikanan, tetapi hal ini jugabergantung pada respon rumah tangga perikananterhadap pemanfaatan lahan dan serapan tenaga kerjadi sektor lain (Gambar 4).

POLA DAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN YANG

DIGEMARI

Secara umum, kebiasaan nelayan setempatdalam menangkap ikan mengikuti pola ketersediaanteknologi, investasi yang rendah, dan keterampilanyang dikuasai. Contohnya, alat tangkap bubu sudah

25-38

Page 5: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

29

Tabel 1. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan tangkapan tahun 2007 dan rata-rata produksi selamakurun waktu 2004 � 2007 di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

Table1. Marine fishing production by kinds in 2007 and it�s averages during 2004 and 2007 in Sumbawa

District, West Nusa Tenggara

Jenis tangkapan�

Kinds of fishes�

�� !����Production������� � �

��"!���Years�#$$%�

&���'�������"!���Average�year

�(�)��*���"!���during � years�

+�,�����Deviation����!��"���(��

Trends�

�������� *+,-,!,.� *+/01� *0.� 2���3�������� 4.0!50� .14� ./.� 2���������� 6-*!5,� 4.5� .-1� 2���# 7�� .+55,!64� .+,.4� *50� 2���#����� 4+165!-5� .+110� .+4.-� 2���#���� � 4+.5,!-� *+,*1� 6,4� 2��� �� � � -6-!,1� *+/54� 141� � � ��8 � .*-!56� 4*/� .*0� � � ���������� .+/*.!-4� *+,.,� -4/� � � ������ -14!-5� .+/50� **/� � � �������� 1,,!-0� ,5,� .0-� 2����������� .+16,!60� .+/06� 6.0� 2���#��� ��� ,+6,6!4-� *+0,,� .+.45� 2���3 �&) �� */.!1*� *,-� 1.� � � ��9������� � -*!/0� -,� .5� � � �� ������ *+60.!5,� *+,*.� ...� 2���9������������� �� .*+656!1� 5+.4,� ,+66/� 2����������� .+10*!,,� .+/-4� 156� 2���:��������7��� .+-5-!/,� 5-*� 06.� 2���;����� ���� 464!,1� .*/� .5*� 2���< � ��&< � ��� .56!66� *+400� .+,05� � � �� ��)��� *+6*-!.6� .+--/� 5*1� 2����������� *61!0*� 4-6� .5.� � � ��# ��� .+.4-!/1� .+/5,� 5*0� � � ����������� ../!45� 415� .0,� � � ������ ,1,!,4� 415� .4/� � � �� ������ .*-!56� 44,� .05� � � ��:�������&���� 5+605!..� 4+514� *+/.1� 2���

�!)(�"� -./$0$1.2� .3/4-2� 24/-2#� �����

�Sumber/Sources: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa (2008), diolah/modified

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

digunakan karena biaya investasi murah. Rata-ratakapasitas bubu menurut hasil tangkapan per trip(catch per unit of effort) 15 ekor atau setara dengan12 kg. Urutan komposisi hasil tangkapan (%) disajikandalam Tabel 3.

Bubu sering kali juga menjadi bagian alat tangkapdari perikanan panah. Kedua alat ini digemari karenabersifat efektif, efisien, serta menghasilkan jenis-jenisikan karang ekonomis tinggi (Tabel 3). Harga yangbaik dengan permintaan yang tinggi di pasaranmendorong nelayan untuk lebih giat menangkapdengan jalan apa saja agar mendapatkan ikan hidup.

Perikanan panah adalah armada tangkap yangmenggunakan alat tangkap panah (spear guns)sebagai alat utama, walaupun pada kenyataannyaarmada perikanan panah dapat bersifat multi alattangkap, karena dikombinasikan degan pemanfaatanbubu, pancing rawai, pancing, tombak, dan kadang-kadang (disinyalir) menggunakan bius.

Rata-rata jumlah trip melaut dari perikanan panah243 kali dalam setahun untuk nelayan Desa Gilitapangdan 135 kali untuk nelayan Pulau Medang. Produksiper trip dari nelayan Gilitapang rata-rata 100 kg ikankarang dan dari nelayan Pulau Medang rata-rata 70kg. Rasio antara ongkos dan keuntungan (B/C Ration)cukup besar, yaitu mencapai 4,5-6 (Gambar 6).

Page 6: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 :

30

Tabel 2. Jumlah rumah tangga perikanan, nelayan, dan produksi perikanan laut dirinci menurut kecamatan,Kabupaten Sumbawa, tahun 2007

Table 2. The number of fishery households, fishers, and marine fihery production listed by district, Sumbawa

County, 2007

��/���5�)������

Districts�

�!)(�"�Total� �� !������Productions�

������&!)�"�������� ����������

Fishery households�

��(�6����

Fishers�

.+� �� �� 1.� .6*� 4*4!6�*+� ����� *.5� 106� 4+*0-!04�4+� ���������� *60� 5,0� *+55*!1-�,+� � ��� **4� .+4/4� ,+*51!,4�6+� 9��� 4*.� ,0-� 4+//.!6-�5+� =>��� ./4� .*/� 4+*/-!01�1+� �� >��������� 666� 11/� *+0-,!*5�0+� ����>��� .-,� 45,� 4+*/.!-.�-+� �����9���� ../� -5� .+1*4!.6�./+� ���� 4./� 40.� .+50-!1.�..+� ��������� 4*6� 5,/� *+///!06�.*+� �������� 6.� 6.� 5,1!66�.4+� �������� .64� 4.1� .+046!*0�.,+� ������� 4/-� 544� 4+***!,0�

� �!)(�"� ./233� 0/%*3� ../0*01%�

�Sumber/Sources: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa (2008)

������������ ��)7�� ���!����� �� ���!)7! ���������������

�Fishing Areas � � ������)!� ������ ��������8#$$�)� ������ �����

������ �� !���9�

: ���� ;�(����� ������ ������(� �!��1�<���(���1

�Commodities � ;�� ��� ������� �����!� <���(���� ���(��1

: ������!�� ���5�)� ��������� ��)� ���1

�!(!��'�!(!��� �!����� ������!�� �!=�1���������

;�������� ��)!�!� ((

���� �������!�

<!)�'5!)�� ��)7����

��7����� �����

�(���

��)7!���

��6����

�� !���������� 2*.*412* ##%$1$. 22-$01#* 20$#%1#4 0-40122

�Production � #4> *> #.> .#> 2.>

�(���������� ?�����1������ ������1�����1� ��5����!(!�1� ��5����!(!�1� ��5���1���=��

�Fishing gears � &�=�� ��5���������1 7����1��!���

7!7!1�?�����1� ������1�����

����" ;�������!��1�

��)���(�"��� ;��6�������� � �)������ +���� ��� ;��6�������� ;��6��������

���� ���� � ��"������(����� �� !����� �" ��7�"�������� � ����������(��� �!�����)� �(

�(�"�@!�����(�"�� ��������(��� ��,������ ��� �" ������)��(��

������ ��7�"�������� ��� �"

���������

����������� �"

������ ������ ������ ������������� ������ �������������

�����!��� � ������ ������ ��)� ���� ������ ��)� ����

!���!(�� ����� �)����( ������

����)7����� ������,��� ���������� ������,���1 +�,����@����� ����������

�������!��� �� )�����,� ��������������1 ���=�����1 �(���������� ���������

7! � �6��(�!� ��"�7�(����� �����������1

�!)��������

Gambar 3.Produksi perikanan Kabupaten Sumbawa dirinci menurut jenis dan wilayah tangkap tahun 2007.Figure 3. Fishing production of Sumbawa District listed by commodities and fishing areas in 2007.

Sumber/Sources: Badan Pusat Statistik (2008). Kabupaten Sumbawa dalam angka (diolah kembali)

25-38

Page 7: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

31

�����������������?���"� ������ �� �

02A�02>

*A�*>

*A�*>

2A�2>

2A�2>

#3A�#3> ��������$������"

��% �&�����$'�����"

��%�����$������"

������%���$#���� %"

��������$��������"

#������$!�����"

Gambar 4. Proporsi serapan tenaga kerja menurutsektor.

Figure 4. Labor portion by sectors.

�!)(�"���(�6���,���!�� �)��@������ ��"��� �������

� �����#�� �����������������"����� �

/

*///

,///

5///

*//, *//6 *//5 *//1

��"!������� �

(����� �������)������ ���&��"

#����� &�������� ��������)'�������� ������� �����"

Gambar 5. Jumlah nelayan dan pemanfaatan lahan diKabupaten Dompu selama periode empattahun.

Figure 5. Fisher numbers and coastal land utility

in Dompu District during 4 years.Sumber/Sources: Badan Pusat Statistik (2008),diolah/modified

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

Alat tangkap ikan yang juga tergolong efektifadalah sero. Sero disukai nelayan oleh karena banyakwilayah pasang surut yang landai di sekitar TelukSaleh. Komposisi hasil tangkapan sero adalah unikjika dibanding bubu. Kadang-kadang ikan lemuru danikan-ikan pelintas lainnya yang berkali-kali dalamsehari keluar-masuk daerah terumbu karang danpadang lamun terperangkap di sero, seperti ikan kuwe(Caranx spp. dan Carangoides spp.), barakuda(Spyraena sp.), kembung, dan selar (Carana spp.).Mayoritas hasil tangkapan adalah bersifat komersil.Rata-rata hasil panen dari tiga kali trip 8,2±2,8 kg.Jumlah individu hasil tangkapan bervariasi tergantungukuran, mulai dari 30-an sampai 400-an ekor.Komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel4 di bawah ini.

Keterampilan dan kegemaran nelayan setempatdalam penggunaan jaring tergolong tinggi. Penggunajaring pada umumnya adalah nelayan bermodal kecil.Jaring yang dimaksud di sini adalah jaring insanghanyut atau tetap. Ukuran jaring bervariasi, ada yang

menggunakan 3-4 pieces dengan panjang 90-120 mdan tinggi 1-7 m. Operasional mudah sehingga seringtanpa menggunakan buruh. Dalam setahun rata-ratajumlah hari tangkap 126 trip. Biaya operasional cukuprendah. Produksi rata-rata 11 kg/trip. Sasarantangkapan adalah jenis-jenis ikan pelagis, seperti ikantongkol, kembung, layang, ekor kuning (Lutjanus

vittus), dan kadang-kadang juga tertangkap ikansardin (Sardinella sp.), barakuda, kuwe, ikan terbang(Hirundicthys oxycephalus and Cheilopogon

cyanopterus), layur, baronang (Siganus spp.), lencam(Lethrinus spp.), kakap (Lates calcalifer), serta geres(Gerres oyena).

Pancing merupakan unit penangkapan palingsederhana dengan investasi yang murah. Padaumumnya menggunakan perahu tanpa motor danjelajah tangkapan juga sekitar pantai, tetapi ada jugayang menggunakan mesin ketinting. Pancing yangdimaksud adalah jenis pancing ulur dan rawai mata15 dengan ukuran tasi nomor 10 dan 60. Mata kailnomor 9, 12, 15, dan 17.

Nelayan pancing juga memiliki alat tangkap lainseperti jaring atau bubu. Penggunaan pancing dinilaisebagai usaha untuk mendapatkan tambahanpemasukkan. Jumlah hari tangkap pada umumnyarendah dalam semusim, terutama saat-saat lauttenang. Dalam setahun rata-rata jumlah operasionalpenangkapan 90 trip untuk pancing ulur dan sampai180 trip untuk pancing rawai. Sasaran tangkapan padaumumnya ikan-ikan dasar yang memiliki nilai komersiltinggi, seperti ikan kerapu, kakap, jenaha (Lutjanus

johni), ketamba (Lethtrinus lencam), dan kadang-kandang juga mendapatkan ikan pelagis seperti ikankuwe dan tongkol. Produksi rata-rata 3,5 kg/trip.

Analisis finansial perikanan pancing yang diambildari contoh kasus di Kampung Aibari (tanpa motor)dan Desa Bajo Medang (perahu motor) diilustrasi padaGambar 6. Dengan investasi yang kecil ternyatacukup mendapatkan hasil yang maksimal.

POLA DAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN YANG

TIDAK UMUM

Tidak semua nelayan sekitar Teluk Salehmenggeluti usaha penangkapan tuna. Menurutpengakuan nelayan setempat bahwa pengalaman danketerampilan sangat terbatas untuk menekuniperikanan tuna. Selama ini banyak yang mengalamikerugian setelah mencoba menangkap selama limabulan musim penangkapan. Cara yang digunakanadalah pola berburu dengan mengikuti kawananburung atau lumba-lumba, seperti pengalamannelayan Desa Bajo Medang.

Page 8: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. K

eb

ijak. P

erik

an

. Ind

. Vo

l.5 N

o. 1

Me

i 20

13

:

32

��� ��!"� #$%$%

&$%'#$!�($% ����������

!$)*$�!$%"% ����������+ ������!���� �����������������������"��� ,

� $-$� "� #$%$%�!$%$. "� #$%$%�/$� %' "� #$%$%�!$%* %' "� #$%$%��$�$ "� #$%$%��0%$ "%'01!0�

��� #�� ������ �" ��� � $��� ��� ��� � �� ��� ��" ��� � %� ��� �� ��� � �� ��" ��� � � ���������

� $-$�!"�$) �%$��

!"�&$.0%���!"�$& �%$� � �$ �+�!, ���11+6*6+6// .6+/*0+044�������� *+*/4+/// .,+10/+///�������� *0-+1.6+/// ,,5+/..+,//������������� &���� ���40+-1.+444

�"%$'$��"�/$%����

���� � �$ ���(0#) ���,41+,//+/// .0+0,-+5// ,+1*6+/// .,+10/+///�������� .*,+6//+/// 6,*+*4*+///

"1$)$�$% ��(0#�+��(0*&), ��������&���� ���4,,+*6/+///

'������ � +�!,

"%/$/$ "%($!$&$%�2"�) . ���461+44-+5*/ 4+/*5+451 *+,./+00/ 4*+/00+00/ &.50+,4-+,// -4+/5,+5//&� ��� (���� ���� ���4/*+5*4+551

+�!�&$.0%�+-"$�,

"%$1!0%'����� � & #� 1!$)����� ���*0+,,5+*40 *6+01.+565 *+//1+,05 -+46.+,/, &*4+1/.+1-, .5.+.-1+*,6

)�� ���� �� +�!, ���*-+0,-+-,6

$)$����#$�

�������� �� "%'"12$� $%���($� ���4!1 /!* /!0 .!1 &/!6,� /!*������ *���� ��"�� ����� � ���6!,

$)$��2")$� �$) ���%&0%'�2 $-$ ���,!6 . .!5 *!6 /!, .!.5*����� �����$& � ���5!.

�#)!��& � �"�$-$#$%�0)$.$

)+������ )�� ���� ��������� ���� ��������� ���� ���� ��������� ���������

�������������������

����������������������������� ������������ � ���������������������

Gambar 6. Diagram alur produksi perikanan tangkap, pasca panen dan pola distribusi di Sumbawa, NusaTenggara Barat.

Figure 6. Flow chart of fishing production, post harvest, and marketing of Sumbawa fisheries, West Nusa

Tenggara.

25

-38

Page 9: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

33

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

Tabel 3. Probabilitas hasil tangkapan bubu menurut persentase hasil tangkapan ikan di Teluk Saleh 2008.Table 3. Pot trap fishing probability according to percentage composition of fish caught in Saleh Bay 2008

��/�!�!�������������Family�Species�

��7�7�(����������������

Fishing���� � � �

��/�!�!���������������� ��$!�� ���

��7�7�(����������������� �� ���

��� � � �

2/� ��)������ ����B!������.%1->� � -/� <������� ����������!������4>� �� .+� Acanthopagrus latus ?� � 4*+� Caesio cuning ????�� *+� ��������� ������ ?� 0/� �!((� ����;�?��������1����������%>� �� 4+� ������������������� ?� � 44+� ����������&��&������� ???�� ,+� * ����������� ????� � 4,+� ����������&��&������ ?????�� 6+� * ������������� ??� � 46+� ���������� ���������� ?�� 5+� * ����� ������ ????� %/� ��7�� ����������1��!����.>� �� 1+� * ���������������� ????� � 45+� �������� �������� ??�� 0+� * �������������� ?� � 41+� ����������� ����� ?�� -+� * ���������������� ???� � 40+� ��������� ����� ???�#/� 5��� ���������!���24�>� � � 4-+� �������� ������� ?�� ./+� * �������� ����� ???� 4/� ���"���� ��������?�)��#>� �� ..+� * ������������ ?� � ,/+� #���������������� ?�� .*+� * �������&&��� ??????� � ,.+� #������������������ ?�� .4+� * ���������� ��� ???� � ,*+� #������������+��� ?�� .,+� * �������������� ?� � ,4+� #����������� ���� ?�� .6+� * ������������ ????� 3/� ����� ����;���������21->� �� .5+� * �������+� ??� � ,,+� *������ ���� ������� ?�./� ������ ���������!1�!�!��2*>� � � ,6+� *��������� ������ ??�� .1+� '���������� ���� ?� � ,5+� *���������������� ?�� .0+� '������������� ����� ??????� 2$/� �)�5����� ����;������$1->� �� .-+� '������������� ��������� ??� � ,1+� �� ���������+� ?�� */+� '������������ ������� ??� � ,0+� �� ������������ ������� ?�� *.+� '��������������������� ??� 22/� <"���� ���� ��������'������$1#>� �� **+� '�������������� ���� ?� � ,-+� �������� ���� ����� ?�� *4+� '��������������� ???� 2#/� ������ ���� ����;!���(��$1#>� �

� *,+� '����������,������� ?� � 6/+� ���������+� ?�� *6+� ������������������ ?� 2./� �!����� ����;�(!��(�!���$1#>� �� *5+� ����������������� ??� � 6.+� -�������.���+� ?�� *1+� �� ���������������� ????� 2*/� 5���!���B!������$1#>� �*/� �!�?��� �����������4>� � � 6*+� ! �������+� ?�� *0+� #��+���������� ????� � � � �� *-+� #��+������� �������� ???� � � � �� 4/+� #��+��������������� ?� � � �� 4.+� #��+�������� � ���� ?� � � � �

�Keterangan/Remarks: + sangat rendah sekali; ++ sangat rendah; +++ rendah; ++++ sedang; +++++ tinggi; ++++++ sangat tinggi

Sumber/Sources: Hartati et al. (2007)

Armada yang digunakan berukuran 15 m panjangdan 1,85 m lebar. Armada dilengkapi dengan mesindompeng 30 PK, generator listrik, cool book, dandibantu dengan dua orang buruh anak buah kapal.Alat tangkap yang digunakan adalah pancing ulurdengan alat bantu layang-layang. Ukuran tasi damil4.000 dengan mata kail ukuran 1 dan 2. Sasarantangkapan tuna (Thunnus), tetapi sering tertangkapikan lemadang (Coryphaena hippurus), cakalang,kuwe, barakuda, dan kadang-kadang ikan marlin(Maakaira indica). Jumlah hari operasional selama limabulan musim penangkapan 20 trip dengan totalproduksi 531 kg/trip. Usaha perikanan tangkap tunaini ternyata tidak layak secara ekonomi, karena merugidengan biaya operasional yang sangat besar dantidak sebanding dengan besarnya produksi. Rasioantara keuntungan dan ongkos (B/C Ration) 0,4.Artinya jika setiap menanamkan biaya Rp.100,-, akan

rugi Rp.60,-. Hasil analisis finansial perikanan tunaini disajikan dalam Gambar 6.

Selain perikanan tuna, perikanan bagan juga tidakumum di Teluk Saleh. Perikanan bagan didominansioleh nelayan Kecamatan Labangka yang memiliki 41unit bagan tancap. Selebihnya, nelayan dusun TelukSantong hanya mengoperasikan satu bagan tancap,sedangkan bagan perahu hanya dua unit yangdioperasikan oleh nelayan Dusun Labuan Terata.

Produksi bagan tancap tahun 2007 tercatat 0,44ton dan produksi bagan perahu 4,45 ton. Jenistangkapan dominan terdiri atas ikan teri (Stelephorus

indicus), sedang tangkapan samping termasuktembang (Sardinella fimbriata), kembung dan layang.Harga ikan teri kering di sentra produksi Rp.17.000-20.000/kg sesuai dengan jenis ikan teri tangkapan.

Page 10: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 :

34

Tabel 4. Rata-rata komposisi tangkapan sero dan frekuensi kemunculannya dalam tiga kali panen di perairanTeluk Saleh, Nusa Tenggara Barat

Table 4. The average of sero fishing composition and frequency for three times of harvest in Saleh Bay

waters, West Nusa Tenggara

��/���)��(�5�(��

Local names�

��)��(������

Latin names�

��)��������

Composition�

����!������

Fre%uency�

.+� # 7�� Alectis ��+ /!*� .�*+� ���� ��� Arius ��+ /!*� .�4+� # 7�� Carangoides chrypsophrys .!/� .�,+� # 7�� Carangoides dinema /!*� .�6+� #���&����� Chaetodon aurofasciatus .!/� .�5+� #����&������ -������� ������ *4

@�� .�

1+� ��)��� #������������%�� .!/� *�0+� ��)��� #��������������� 4!5� *�-+� #����� #��+�����,��,���������� /!*� .�./+� A ��� ������������������� /!*� .�..+� A������ ����.��������� /!*� .�.*+� A������ ����.������ /!,� .�.4+� #��� ��� ������������&�� ������ /!0� .�.,+� ������ *���������������� *!5� .�.6+� ������ *����������������� /!*� .�.5+� � * ���������������� /!*� .�.1+� A ��� * ��������������� /!*� .�.0+� ��������� *������ ���� ������� 46

@�� .�

.-+� ��������� *��������� �� ���� /!,� .�*/+� ��������� *��������������� .!*� *�*.+� ����� ��� *���������&���� ���� /!*� .�**+� ����� ��� *������������� ����� .!/� .�*4+� ����� ��� *���������&������� /!*� *�*6+� �� �� /�������� � ����� /!*� *�*5+� # ����� 0��������������� *6

@�� .�

*1+� ������� #�����+$#������"� /!5� .�

�Keterangan/Remarks: *) dominansi hasil tangkapan/predominace of fishing

Sumber/Sources: Hartati et al. (2007)

Ikan teri kaca (Anchoa iyolepis) memiliki harga tinggi.Harga ikan kembung atau layang pada musim peceklikberkisar antara Rp.4.000-5.000/3 ekor.

POLA PEMANFAATAN WAKTU DALAM

PENANGKAPAN

Waktu penangkapan, baik jumlah hari, dan durasitrip, sangat dibatasi oleh kondisi cuaca, kondisipotensi sumber daya, dan kapasitas armada ataubiaya input. Penangkapan ikan di wilayah pesisir rata-rata cukup tinggi dalam setahun. Rata-rata trippenangkapan 155 kali dengan tingkat pemanfaatanwaktu 75% dalam setahun (Gambar 7). Kelimpahansumber daya yang tinggi di wilayah pesisirmemberikan motivasi kerja yang tinggi pula bagipenangkap ikan karang atau ikan-ikan yangberasosiasi dengan wilayah karang. Sebaliknyapenangkapan ikan di wilayah lepas pantai relatif lebihrendah dari aktivitas perikanan pesisir. Contohnya,perikanan tuna hanya menggunakan waktu 42%

dalam setahun, yaitu kira-kira lima bulan dalam 20trip penangkapan. Trip penangkapan dibatasi olehpemanfaatan bahan bakar yang tinggi, kapabilitasnelayan yang rendah, dan sumber daya pelagis yangmemiliki mobilitas tinggi.

Pembatas cuaca bagi penangkapan ikan sangatdirasakan bagi nelayan setempat. Rata-rata dalamsetahun ada tiga bulan bercuaca ekstrim yangmembuat nelayan tidak melaut. Kecuali itu, investasiyang rendah juga kurang mendorong nelayan untukmemanfaatkan waktu harian dalam setiap bulannya,sampai pemanfaatan hari melaut kurang maksimal,kecuali untuk perikanan panah (Gambar 8).

SENTRA PRODUKSI UNGGULAN DAN POLA

DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN

Teluk Saleh merupakan sentra produksi unggulandi sektor perikanan karang. Beberapa profil perikananyang telah dibahas di muka merupakan sentra

25-38

Page 11: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

35

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

��

��

"%$%'#$!$%� #$%�� �$-$.�") ) ��+ %).��"�� ). %',

"%$%'#$!$%� #$%�� �$-$.��"!$)�$%&$ �+��).��"�� ). %',

�(�� �)��@��������!��>�� ��"!���� �����������������Annual Time Using for

Fishing�

Gambar 7. Pola pemanfaatan waktu dalam setahunmenurut wilayah tangkap.

Figure 7. Annual time comsuming types by fishing

zones.

,1

44

-/

51

6/

/

*/

,/

5/

0/

.//

&������ �)�� @������= ���! � � (�) ���7! (����> ��

!� �!� �����@���� � ���������� � ! (��� �����

�A verages o f mo nthy tim e utilities &' ( fo r

o neday fish ing activities in in sh ore )one s �

���"�� ��������� ������� � �B�>���

�����) ���������������������

'� >���

������>�������� � �B �> ���

����7 ��� �������'�>�� �

����� ������������������� ��� ��

�=��B �B�>�� &� ���� ��B �>���

Gambar 8. Pemanfaatan waktu dalam sebulan untukpenangkapan ikan di wilayah pesisir.

Figure 8. Monthly spent time for inshore fishing.

Pemasaran yang berlaku di Kabupaten Sumbawaadalah bersifat oligopoli, artinya terdapat banyakpenampung hasil produksi di masing-masing tingkatpasar. Hal ini memberikan keleluasaan bagi nelayandalam mendistribusikan hasil tangkapan dan lebih jauhakan terhindar dari sistem ijon. Pengumpul ikan ditingkat lokal yang mendampingi dan mendukungkomponen produsen (nelayan) ada yang bersifat pasifmenunggu (stasioner) dan ada yang bersifat aktif(mobile) karena bergerak mencari dan menjemputhasil, kemudian mengirim hasil ikan tersebut ketingkat pasar selanjutnya. Ongkos operasi bagipengumpul mobile tersebut jelas besar dari sisi bahanbakar minyak, karena itu pengumpul juga memberikanjasa angkutan hasil ikan lainnya (kolektif) untuk diantarke pembeli di tingkat kabupaten atau kotamadya.

produksi penting di Teluk Saleh yang memberikanvariasi keuntungan ekonomi menurut variable input

yang juga berbeda. Hasil analisis finansial, cara(Kadariah 1988), dari beragam usaha perikanantersebut disajikan dalam (Gambar 6). Pada sisiperikanan lepas pantai justru mengalami ketidak-berhasilan secara ekonomi karena input (biaya bahanbakar minyak tinggi) yang tidak sebanding denganoutput (economic overfishing). Perikanan panah yangjuga melibatkan alat tangkap lain dan perikanan rawaibermata kail banyak memiliki prospek positif dan layaksecara ekonomi untuk dikembangkan, walaupunongkos produksinya lebih tinggi. Kondisikeanekaragaman yang tinggi dari perairan karangmemberikan prospek ekonomi yang lebih menarik bagiperikanan pancing ulur yang bermodal kecil. Produksiyang cukup tinggi membuka akses keuntungan yangcukup besar bagi penggaram ikan dan layak untukdikembangkan, tetapi belum begitu menguntungkanbagi nelayan kecil penjaring ikan dan pengumpul.

PASCA PANEN

Aspek pasca panen adalah salah satu usahaperikanan, khususnya untuk mengatasi daya simpanhasil dan memperbesar distribusi pemasaran.Pengumpul stasioner ada pula yang mengkhususkanusaha penggaraman ikan, terutama ketika puncakmusim ikan. Dengan jalan pengembangan usahatersebut pengumpul mempunyai kesempatan untukmendapat keuntungan tambahan yang lebih besar.

Penggaraman ikan merupakan cara yang palingsederhana dan murah di tingkat produsen lokal. Carapengeringan umumnya dilakukan untuk jenis-jenisikan karang dan ikan layang. Cara pemindangan umumditerapkan di wilayah Nusa Tenggara Barat untuk jenisikan pelagis seperti tongkol, lemuru, tembang, dangeres.

Usaha penggaraman sebagai usaha utamadianggap menguntungkan secara ekonomi, sepertiyang dilakukan oleh nelayan desa Gilitapang. Nelayanini telah mengkhususkan usaha yang menampungsemua jenis ikan karang dari nelayan sekitar dan jugamelakukan penangkapan sendiri untuk kemudianmembuat produk ikan asin. Serapan tenaga kerjacukup besar. Dalam setiap minggu tingkat produksi50 kg ikan asin yang berasal dari 100 kg ikan segardengan rendemen 50%. Setiap 100 kg ikandibutuhkan 12 kg garam rucah. Dalam sebulandiproduksi 200 kg ikan asin dengan trip penjualan 4kali. Transportasi ke tempat penjualan menggunakanangkutan umum.

Usaha penggaraman ini tergolong efisien dan layaksecara ekonomi. Rasio antara keuntungan danongkos (B/C Ratio) sebesar 3,5. Jadi memberikannilai keuntungan 350 rupiah setiap penanaman modal100 rupiah.

Page 12: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 :

36

KHASANAH AGROEKOSISTEM DAN

PENGEMBANGANNYA

Berdasarkan atas keragaan perikanan sepertidijelaskan di muka dapat disarikan beberapa faktorpendukung dan penghambat dalam hubungannyadengan agroekosistem setempat, seperti disajikanpada Tabel 5.

Dalam pengelolaan perikanan, arah kebijakanpengembangan mempertimbangkan sinkronisasi darikeempat khasanah agroekosistem tersebut.Keempatnya terakomodasi dalam pembangunanperikanan agar tidak menimbulkan produk apa sajayang kontroversial.

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN

Dengan memperhatikan potensi dan kendala yangada, dalam rangka pengembangan kinerja perikanandi sekitar Teluk Saleh perlu dibangun pertanyaanmendasar. Pertanyaan kuncinya adalah:1. Bagaimana memberdayakan faktor-faktor

pendukung dan memperkecil faktor-faktor negatifyang menjadi penghambat, di mana dengannyaproses produksi tidak menjadi eksternalitas antarusaha perikanan.

2. Kegiatan perikanan apa saja yang membutuhkanintroduksi teknologi tepat guna dalam rangkapeningkatan produksi melalui prinsip kehatian-hatian dalam investasi untuk menghindari lebih

tangkap dan ketidak-efektipan dalam investasiperikanan.

Pola pengembangan perikanan menyangkutberagam reklamasi dari pola yang sudah ada di TelukSaleh. Beberapa hal yang perlu dikembangkan diantaranya:1. Perikanan tuna dengan dukungan rumpon laut

dangkal dan rumpon laut dalam akan mengurangitekanan wilayah pesisir. Pemanfaatan rumpon lautdalam akan mengurangi biaya operasi, khususnyapengeluaran bahan bakar. Revitalisasi perikananoleh pemerintah perlu dilakukan untuk menarikminat penangkap tuna.

2. Perikanan industri jaring lingkar denganmembangun kebijakan yang kondusif bagi investor.Investasi rumpon laut dangkal akan mendukungpeningkatan produksi perikanan jaring lingkar.Kemitraan antara pemilik armada jaring lingkar danpemilik rumpon perlu dibentuk dalam rangkapemerataan pendapatan.

3. Perikanan karang dapat dilakukan dengan multialat tangkap, tetapi dengan selektivitas tinggi sertaramah lingkungan. Pengembangan perikanankarang perlu berbasis konservasi melaluipenzonaan wilayah yang jelas.

4. Perikanan demersal dengan rawai dasar horisontalbermata kail 30-50 buah atau bubu laut dalam perludikembangkan untuk mengurangi penangkapan diwilayah terumbu karang. Ikan-ikan kerapu dankakap merah (Lutjanus spp.) komersial tinggi justru

���������� !�!���Supporting factors

�"�����"������������)�

Agro-

ecosystem properties

�����������"�)7���+��,���� ���������

� #���� �� �� ������ ���+� #������������� >��� ���+� �����B��� ��� ������+

� �����> ������ � ��+� #�� � ��� ������� ���+

� #��"���� ���� ���� �B+

���� ����$ ��� ����

� � ���� ���� ��� ��! " ���>!��� � ����+

� ����� ���"� �����>+

� ������ ����������� � ����+� =����>��� ������ �������

��>�� ������ �����> ����� ��+� ���)������ ������� � ����+� �������������� ���������

���������� ��) �)�

������$*��&���

� ���� �7�� ��� ��>� �> �+� ������� 7����> �����

������+

� '� � �� ����� ���"� ��������+� #������ ����������� �����>!

�> � ���� � � ������ �����+

� �����B��� ��>� ��������+� ����� � ���� ���� ���+� � � ���� �������

������������+� 9��>� ��>����� ������� ����+

� =������� �������� ��� � �����+

� ��������$*������&���

� #�������� �����B��� ��>������� ���� �������� ���������+

� ����� �����1� ������� ����� ���"� � �����

��� ����B ���+

� ����� ���� ��>� ���������������� ����� ���"� �� � � >�+

� ���� �������+

� (������� ������� ���"���� ���+� ���� �������� ��������� ���

>��������! ����� � � ����!���� ��! ���)� �����! ������������+

� =�C� ���� �����+� ������ ���� ��� >���+

� ���� ��>� ����� >�������+

;D �����$',���&���

� �������� �����>+� ;�������+� ����� ��>�� � � ����+

Tabel 5. Kinerja yang berpengaruh pada khasanah agroekosistem di Teluk SalehTable 5. Performances influencing on agro- ecosystem properties in Saleh Bay

25-38

Page 13: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

37

Arah Kebijakan Pengembangan...................di Sekitar Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Edrus, I.N. & Suprapto)

berada di zona luar daerah karang tepi, di manakarang tepi dapat dizonasi sebagai wilayah asuhan(nursery ground) dan terproteksi.

5. Perikanan bagan hanyut (perahu) atau bagantancap perlu dipertahankan dan bahkan denganpeningkatan jumlah armada atau unit tangkapan.Seperti juga perikanan jaring lingkar, perikananbagan mampu mendorong peningkatan produksiikan regional.

6. Perikanan sero dan pukat pantai dengan perluasanpemanfaatan lahan pesisir (zona intertidal) dapatmendukung perikanan artisanal sehingga akanterjadi pemerataan pendapatan.

7. Perikanan pelagis kecil dengan jaring dan pancingtonda akan berkembang ketika kinerjapenangkapan ditingkatkan, terutama kerja dalamkelompok kecil dan peningkatan trip penangkapan.

8. Restrukturisasi kelembagaan perikanan perludilakukan melalui pemberdayaan kelompok,regulasi, kebijakan lokal dan tata niaga perikanan,serta penerapan partisipasi masyarakat danpemberdayaan participatory technology.

KESIMPULAN

1. Pada lingkungan yang sumber dayanya terpeliharabaik, sekecil apapun skala usaha dan teknologipenangkapan yang digunakan, akan memberikanhasil perikanan yang cukup besar sehinggamenjamin pendapatan nelayan.

2. Diversifikasi alat tangkap akan mendukungperolehan nilai tambah pendapatan.

3. Industri perikanan dengan rumah tangga perikananyang bersifat horisontal, di mana memiliki beragamkekhususan profesi yang terpisah antarapenangkapan, pemasaran, dan transportasi akanmemperbesar pemerataan pendapatan danpenghasilan di tengah masyarakat.

4. Ikan kerapu dan sunu (Plectropomus sp.), khususdalam perdagangan ikan hidup, tergolongkomoditas unggulan dan sumber dayanya di alamcukup melimpah, di mana sudah dieksploitasisedemikian rupa. Bahkan budi daya ikan kerapusudah dilaksanakan di Pulau Rakit. Restocking

ikan kerapu di alam perlu didukung oleh kebijakanpemerintah, khususnya dalam program revitalisasiperikanan.

5. Ikan tuna sebagai produk unggulan belumdieksploitasi dengan baik. Peningkatan kapasitasusaha menjadi tidak berarti jika keterampilannelayan tidak mendukung. Alat bantupenangkapan (rumpon) mutlak dibutuhkan disamping perlunya diversifikasi alat tangkap,khususnya untuk mendukung industri perikananskala kecil.

6. Beberapa jenis ikan yang bukan merupakan produkunggulan, seperti ikan layang, kembung, tembang,lemuru, dan teri, dalam produksinya justru bersifatmasif dan secara ekonomi dapat mendukungpeningkatan pendapatan daerah jika masalahpasca panennya dikembangkan dengan teknologiyang tepat, khususnya ketika puncak musim.Pengalengan, pindang dan pengaraman, sertapembekuan merupakan alternatif dari prosespasca panen.

7. Pengembangan jaring lingkar dan bagan adalahcara yang dapat meningkatkan produksi ikanpelagis tersebut.

8. Sumber daya terumbu karang, termasuk ikankarang dan lobster, menjadi sasaran utama untukmemenuhi permintaan pasar lokal, sehingga begitubesar ketergantungan nelayan pada terumbukarang. Pengawasan dan sosialisasi perlu lebihgiat dilakukan guna menyelamatkan ataumelestarikan terumbu karang.

9. Peningkatan kapasitas penangkapan untukmemenuhi kuota proyeksi dari potensi sumber dayadi Zona Ekonomi Ekslusif dapat memberi peluangtenaga kerja dan mengurangi tekananpenangkapan di wilayah pesisir. Ini hanya dapatdilakukan dengan masuknya investor industriperikanan padat modal.

10.Perikanan dengan basis lokal yang kuat dapatmengentaskan kemiskinan melalui pemerataankesempatan usaha, kesempatan kerja, dankemitraan (pola inti rakyat).

DAFTAR PUSTAKA

Burke, L., E. Selig, & M. Spalding. 2002. Reefs at

Risk on Southeast Asia. World Resources.Institute Publication. Washington D. C. 76 pp.

Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Sumbawa

dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat StatistikKabupaten Sumbawa.

Badan Pusat Statistik. 2008. Kabupaten Dompu

dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat StatistikKabupaten Sumbawa.

Conway, G. R. 1986. Agroecosystem for Research

and Development. Winrock International Institutefor Agricultural Development. Bangkok.

Cesar. H. 1996. Economic Analysis on Indonesia

Coral Reef. The World Bank. Indonesia.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa.2008. Laporan Tahunan 2007. Dinas Kelautan danPerikanan Kabupaten Sumbawa, Nusa TenggaraBarat.

Page 14: ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN …bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Isa_Nagib3.pdf · Pendekatan yang digunakan adalah analisis agroekosistem ... memang tidak

J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 :

38

Edrus, I. N. & Suprapto. 2010. Kajian efektivitaspenerapan teknologi terumbu karang buatan danimplantasi karang dalam usaha rehabilitasiperairan terumbu karang (Tinjauan aspek sosialekonomi, biologi, dan ekologi lingkungan). Laporan

Evaluasi. Program DRN-Insentif Bagi Peneliti danPrekayasa, Kerja Sama antara DepartemenPendidikan Nasional dan Kementerian Kelautandan Perikanan. Balai Riset Perikanan laut. Jakarta.83 pp.

Edrus, I. N., S. Arief, & I. E. Setyawan. 2010. Kondisikesehatan terumbu karang Teluk Saleh,Sumbawa: Tinjauan aspek substrat dasar terumbudan keanekaragaman ikan karang. Jurnal

Penelitian Perikanan Indonesia. 16 (2): 147-161.

Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan:

Isu, Sintesis, dan Gagasan. Gramedia. Jakarta.185 pp.

Hartati, S. T. & I. N. Edrus. 2005. Komunitas ikankarang di perairan pantai Pulau Rakiti dan PulauTaikabo, Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Jurnal

Penelitian Perikanan Indonesia. 11 (2): 83-93.

Hartati, S. T., A. R. Syam, S. E. Purnamaningtias, K.Purnomo, S. M. Syarif, A. Thamin, I. Suprihanto,Wasilun, Mujiyanto, & I. N. Edrus, 2007. Penelitianperkembangan stok sumber daya perairan karangpasca rehabilitasi habitat di perairan Teluk Saleh,Nusa Tenggara Barat. Laporan Proyek Balai Riset

Pemulihan Sumber Daya Ikan. Jatiluhur.Unpublished.

Kadariah. 1988. Evaluasi proyek. Analisis Ekonomi.Edisi 2. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi.Universitas Indonesia. Jakarta.

Pet-Soede, L., H. Cesar, & J. Pet. 1996. Blastingaway: The economics of blast fishing on Indonesiancoral reefs. in H. Cesar, ed. Collected essays onthe economics of coral reefs. 77-84. H. Cesar,Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs.Working Paper Series Work in Progress.(Washington, D. C. World Bank. 1996).

25-38