appendisitis ra sab
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
1/35
PAPER DAN LAPORAN KASUS APPENDISITIS DENGAN TEKNIK
REGIONAL ANESTESI SUB-ARACHNOID BLOCK
Oleh:
Lingda Pebrisah !"###$%$&'
Ca(ra Diningra) !"###$%*$'
Teg+h Dhar,a Iriad !"###$%*"'
Ir,a +.a !"###$%/#'
Pe,bi,bing:
dr0 As,in L+bis1 DA21 S30An1 KAP1 K4N
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ANASTESIOLOGI
RU4AH SAKIT U4U4 HA5I 4EDAN
4EDAN
$%#"
3
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
2/35
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat
dan karunia-Nya sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas paper ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar uhammad
shalallahu !alaihi wasallam, yang telah membawa manusia dari "aman jahiliah ke
alam yang penuh ilmu pengetahuan ini.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah subhanahu
wata#ala, kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul $Appendisitis
%engan Teknik &egional Anestesi Sub-Arachnoid 'lock.( %alam
penyusunan paper ini, kami mendapatkan beberapa hambatan serta kesulitan.
Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hal tersebut dapat teratasi. )leh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dr.
Asmin *ubis, %A+, Sp.An, AP, N, selaku pembimbing. Semoga segala
bantuan yang kami terima akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah
subhanahu wata#ala.
Adapun penulisan tugas paper ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior bagian anastesiologi di &umah
Sakit aji edan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritikdan saran yang ditujukan untuk membangun.
edan, / aret 012
Penyusun
4
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
3/35
DA2TAR ISI
HALA4AN SA4PUL000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
i
KATA PENGANTAR00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
DA2TAR ISI0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
BAB I PENDAHULUAN0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
A0 La)arBela(ang0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
BAB $ TIN5AUAN PUSTAKA0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
B0 A3endisi)is
#0 De6inisi 00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
$0 Klasi6i(asi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
*0 E)i7l7gi000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
/0 Pa)76isi7l7gi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
80 Diagn7sis000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
"0 Diagn7sis Banding000000000000000000000000000000000000000000000000000000
&0 Pena)ala(sanaan 0000000000000000000000000000000000000000000000000000000
90 De6inisi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
0 De6inisi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
#%0 De6inisi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000##0 De6inisi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
#$0 De6inisi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
#*0
$0$ Ana)7,i Sal+ran Pen;ernaan000000000000000000000000000000000000000
$0* E3ide,i7l7gi0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
$0/ E)i7l7gi PSC4BA0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
5
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
4/35
$08 Pa)76isi7l7gi PSC4BA000000000000000000000000000000000000000000000000000
$0" Diagn7sis0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
$0& Diagn7sis Banding0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
$09 Pena)ala(sanaan000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
$0 K7,3li(asi dan Pr7gn7sis000000000000000000000000000000000000000000000
BAB * PENUTUP00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
*0# Kesi,3+lan 00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
DA2TAR PUSTAKA000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
6
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
5/35
BAB I
PENDAHULUAN
Secara garis besar anestesi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
anestesi umum dan anestesi regional. Salah satu anestesi regional yang
banyak digunakan adalah subarachnoid block 3SA'4 atau disebut juga anestesi
spinal.
SA' menimbulkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motorik
3tergantung pada dosis, konsentrasi atau 5olume dari anestesi lokal4.
euntungan lain dari penggunaan neura6ial blok yang e7ekti7 adalah
penurunan tekanan darah arteri yang dapat diprediksi dan juga denyut nadi
sehubungan dengan simpatektomi dengan kejadian 5asodilatasi dan blokade
serabut kardioselarator, untuk menjaga tekanan darah dan denyut nadi tetap
dalam batas normal, sering dibutuhakan obat 5asoakti7 dan cairan intra5ena.
SA' mempunyai beberapa keuntungan antara lain, perubahan
metabolik dan respon endokrin akibat stress dapat dihambat, jumlah
perdarahan dapat dikurangi, komplikasi terhadap jantung, otak, paru dapat
minimal, trombeoemboli berkurang, relaksasi otot dapat maksimal pada
daerah yang terblok sementara pasien tetap dalam kondisi sadar. Selain
keuntungan juga terdapat kerugian dalam cara ini, yaitu berupa komplikasi yang
meliputi hipotensi, mual, muntah, postdural puncture headache 3P%P4, nyeri
pinggang dan lainnya. Segera setelah teranestesi, tekanan darah akan turun
dengan cepat karena 5asodilatasi. al ini menimbulkan timbunan darah di
peri7er dan mengurangi aliran balik 5ena sehingga menyebabkan turunnya
curah jantung. Pasien dapat mengalami kerusakan organ akibat per7usi yang
kurang, bahkan dapat terjadi henti jantung karena kurangnya per7usi koroner.
7
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
6/35
Penurunan tekanan darah berhubungan dengan penurunan curah jantung,
resistensi pembuluh sistemik, hambatan mekanisme baroreseptor, depresi
kontraktilitas miokard, penurunan akti5itas simpatik dan e7ek inotropik
negati5e. 87ek depresi miokard dan 5asodilatasi yang tejadi tergantung dosis.
9asodilatasi terjadi akibat penurunan akti5itas simpatik dan e7ek langsung
mobiliasai :a pada interseluler otot polos.
Ada beberapa alternati7 terapi hipotensi. Autotrans7usi dengan posisi
head downdapat menambah kecepatan pemberian preload. 'radikadi yang
berat dapat diberikan antikolinergik. ;ika hipotensi tetap terjadi setelah
pemberian cairan, maka 5asopresor langsung atau tidak langsung dapat
diberikan, seperti e7edrin dengan dosis
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
7/35
BAB II
TIN5AUAN PUSTAKA
A0 SE5ARAH RA-SAB
Anestesi spinal pertama kali dikenal tahun 1>>< dan digunakan
dalam klinik oleh August 'ier pada tahun 1>?> di kota eil, ;erman. SA'
pertama kali digunakan untuk prosedur pembedahan pada abad lalu,
digunakan secara luas sampai tahun 1?/-an, sampai pada akhirnya banyak
dilaporkan cedera neurologik yang permanen. Publikasi dari studi
epidemiologi tahun 1?
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
8/35
Peralatan yang diperlukan dalam analgesia spinal ini terdiri aatas peralatan
monitor seperti tekanan darah, nadi, pulse oxymetry, dan 8B peralatan
resusitasiCanestesi umumB serta jarum spinal dengan ujung tajam 3Duincke-
'abcock4 atau jarum spinal dengan ujung pensil.
B0 INDIKASI RA-SAB
=ndikasi dilakukannya teknik anastesi &A-SA' adalah sebagai berikutE
1. Transurethral prostatectomy 3blok pada T1 diperlukan karena terdapat
iner5asi pada buli buli kencing40. ysterectomy
F. :aesarean section 3T24
/. 85akuasi alat ' yang tertinggal
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
9/35
Penyakit jantung
ipo5olemia ringan
Nyeri punggung kronis
D0 KO4PLIKASI RA-SAB
omplikasi Pasca Tindakan
Nyeri tempat suntikan
Nyeri punggung
Nyeri kepala karena kebocoran likuor
&etensio urine
eningitis
E0 TEKNIK ANASTESI
Teknik anestesi spinal dimulai dengan memposisikan pasien duduk atau
posisi tidur lateral. Posisi ini adalah yang paling sering dikerjakan. Perubahan
posisi berlebihan dalam F menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
'erikut teknik anesthesia spinal dengan blok subarachnoidE
1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral.
'eri bantal kepala, selain nyaman untuk pasien juga agar tulang spinosus
mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
0. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua rista iliaka dengan
tulang punggung ialah */ atau */-*
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
10/35
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
11/35
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
12/35
dapat dilkukan mandiri oleh sta7 medis 7ungsional ataupun bersama dengan sta7
medis lain di bangsal, pada kasus darurat koreksi dilakukan bersama diruang
resusitasi =&% atau di kamar operasi =&%.
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
13/35
E ;ika prosedur merupakan prosedur emergensi, maka status pemeriksaan
diikuti $8( 3isal, $08(4
lasi7ikasi status 7isik ASA bukan merupakan alat prakiraan risiko
anestesi, karena e7ek samping anestesi tidak dapat dipisahkan dari e7ek samping
pembedahan. Penilaian ASA diklasi7ikasikan menjadi < kategori. ategori ke-2
selanjutnya ditambahkan untuk ditujukan terhadap brain-dead organ donor. Status
7isik ASA secara umum juga berhubungan dengan tingkat mortalitas perioperati7.
arena penyakit yang mendasari hanyalah satu dari banyak 7aktor yang
berkontribusi terhadap komplikasi perioperti7. eskipun begitu, klasi7ikasi status
7isik ASA tetap berguna dalam perencanaan manajemen anestesi, terutama teknik
monitoring.
*0 Persia3an Pre73era)i6
a. asukan oral
&e7lek laring mengalami penurunan selama anestesi. &egurgitasi isi
lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan na7as merupakan resiko utama
pada pasien yang menjalani anestesi. Hntuk meminimalkan risiko tersebut, semua
pasien yang dijadwalkan untuk operasi elekti7 dengan anestesi harus dipantangkan
dari masukan oral 3puasa4 selama periode tertentu sebelum induksi anestesi. Pada
pasien dewasa umumnya puasa 2-> jam, anak kecil /-2 jam dan pada bayi F-/
jam. akanan tak berlemak diperbolehkan < jam sebelum induksi anestesi.
inuman bening, air putih, teh manis sampai F jam dan untuk keperluan minum
obat air putih dalam jumlah terbatas boleh = jam sebelum induksi anesthesia.
b. Terapi :airan
15
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
14/35
Pasien yang puasa tanpa intakecairan sebelum operasi akan mengalami
de7isit cairan karena durasi puasa . %engan tidak adanyaintakeoral, de7isit cairan
dan elektrolit bisa terjadi cepat karena terjadinya pembentukan urin, sekresi
gastrointestinal, keringat, dan insensible lossesyang terus menerus dari kulit dan
paru. %e7isit bisa dihitung dengan mengalikan kebutuhan cairan maintenance
dengan waktu puasa.
c. Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-0 jam sebelum induksi anestesidengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi
diantaranyaE
eredakan kecemasan dan ketakutan
emperlancar induksi anestesi
engurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
eminimalkan jumlah obat anestetik
engurangi mual muntah pasca bedah
enciptakan amnesia
engurangi isi cairan lambung
engurangi re7lek yang membahayakan
ecemasan merupakan reaksi alami, jika seseorang dihadapkan pada
situasi yang tidak pasti. embina hubungan baik dengan pasien dapat
membangun kepercayaan dan menentramkan hati pasien. )bat pereda kecemasan
bisa digunakan dia"epam peroral 1-1< mg beberapa jam sebelum induksi
anestesi. ;ika disertai nyeri karena penyakitnya dapat diberikan opioid misalnya
petidin
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
15/35
premedikasi suntikan intramuskular untuk dewasa droperidol 0,
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
16/35
Terapi cairan intra5ena dapat terdiri dari in7us kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya. :airan kristaloid adalah cairan dengan ion low molecular
weight 3garam4 dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid juga
mengandung "at-"athigh molecular weight seperti protein atau glukosa polimer
besar. :airan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian
besar intra5askular, sedangkan cairan kristaloid cepat menyeimbangkan dengan
dan mendistribusikan seluruh ruang cairan ekstraseluler.
:airan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan.
Hntuk kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantian dengan cairan
hipotonik, juga disebut cairan jenis maintenance. ;ika kehilangan melibatkan
baik air dan elektrolit, penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, juga disebut
cairan jenis replacement.
arena kebanyakan kehilangan cairan intraoperati7 adalah isotonik, cairan
jenis replacement yang umumnya digunakan. :airan yang paling umum
digunakan adalah larutan &inger laktat. eskipun sedikit hipotonik, menyediakan
sekitar 1 m* 7ree water per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium
serum 1F m8LC*, &inger laktat umumnya memiliki e7ek yang paling sedikit
pada komposisi cairan ekstraseluler dan merupakan menjadi cairan yang paling
7isiologis ketika 5olume besar diperlukan. ehilangan darah durante operasi
biasanya digantikan dengan cairan &* sebanyak F hingga empat kali jumlah
5olume darah yang hilang.
etode yang paling umum digunakan untuk memperkirakan kehilangan
darah adalah pengukuran darah dalam wadah hisapCsuction dan secara 5isual
memperkirakan darah pada spons atau lap yang terendam darah. Hntuk 1 spon
ukuran /6/ cm dapat menyerap darah 1 cc sedangkan untuk lap dapat menyerap
1-1
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
17/35
Salah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang
dianestesi selama operasi. arena proses monitoring sangat membantu dalam
mempertahankan kondisi pasien, oleh karena itu perlu standard monitoring
intraoperati7 yang diadopsi dari ASA 3standard monitor berikut ini adalah standard
minimal monitoring4E
a0 S)andard Basi; Anes)he)i; 47ni)7ring
Standard ini diterapkan di semua perawatan anestesi walaupun pada
kondisi emergensi, appropriate life support harus diutamakan. Standard iniditujukan hanya tentang basic anesthetic monitoring, yang merupakan salah satu
komponen perawatan anestesi. Pada beberapa kasus yang jarang atau tidak la"im
314 beberapa metode monitoring ini mungkin tidak praktis secara klinis dan 304
penggunaan yang sesuai dari metode monitoring mungkin gagal untuk mendeteksi
perkembangan klinis selanjutnya.
14 Standard =
Personel anestesi yang kompeten harus ada di kamar operasi selama general
anestesi, regional anestesi berlangsung, dan memonitor perawatan anestesi.
04 Standard ==
Selama semua prosedur anestesi, oksigenasi, 5entilasi, sirkulasi, dan
temperature pasien harus die5alusi terus menerus.
Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi
adalahE
- +rekuensi napas, kedalaman, dan karakter
- eart rate, nadi, dan kualitasnya
- Warna membran mukosa, dan capillary re7ill time
- edalamanCstadium anestesi 3tonus rahang, posisi mata, akti5itas re7lek
palpebra4
-adar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi
19
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
18/35
- Pulse o6imetryE tekanan darah, saturasi oksigen, suhu.
H0 P7s)73era)i6
#0 Pe,indahan Pasien dari Ka,ar O3erasi (e Re;7
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
19/35
anestesi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses trans7er tersebut
berjalan dengan lancar.
$0 Pera=a)an P7s) Anes)esi di Re;7
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
20/35
c4 elompok ===E pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan
rawat jalan. Pada pasien ini respirasi adekuat harus dipertahankan
selain itu juga harus bebas dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan
kelemahan otot sehingga pasien dapat kembali pulang.
04 &uang Pulih
a4 Tujuan perawatan pasca anesthesia di ruang pulihE memantau
secara kontinyu dan mengobati secara cepat dan tepat masalah
respirasi dan sirkulasi, mempertahankan kestabilan sistem respirasi
dan sirkulasi, memantau perdarahan luka operasi,mengatasiCmengobati masalah nyeri pasca bedah.
b4 Pasien yang tidak memerlukan perawatan pasca anesthesia di ruang
pulihE pasien dengan anesthesia lokal yang kondisinya normal,
pasien dengan risiko tinggi tertular in7eksi sedangkan di ruang
pulih tidak ada ruang isolasi, pasien yang tidak memerlukan terapi
intensi7, pasien yang akan dilakukan tindakan khusus di ruangan.
F4 Pemantauan dan penanggulangan kedaruratan edik
c4 al-hal yang perlu diperhatikan yaitu meliputi pemulihan
kesadaran, respirasi 3sumbatan jalan na7as dan depresi na7as4,
sirkulasi 3tekanan darah dan denyut jantung4, 7ungsi ginjal dan
saluran kencing, 7ungsi saluran cerna, akti5itas motorik, suhu
tubuh, masalah nyeri, posisi pasien, pemantauan pasca anesthesia
dan criteria pengeluaran yakni dengan menggunakan Skor Aldrete.
Pasien tetap berada dalam PA:H sampai pulih sepenuhnya dari pengaruh
anestesi, yaitu tekanan darah stabil, 7ungsi pernapasan adekuat, saturasi oksigen
minimal ?
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
21/35
POSTANESTHETIC ALDRETE RECO>ER SCORE
ORIGINAL CRITERIA 47di6ied Cri)eria P7in)>al+e
COLOR O?gena)i7n
PINK Sp)0M?0G on room air 0
PALE OR DUSK Sp)0M?G on o6ygen 1
CANOTIC Sp)0?G on o6ygen
RESPIRATION
CAN BREATHE DEEPL
AND COUGH
'reathes deeply and coughs
7reely
0
SHALLO@ BUT ADEUATE
ECHANGE
%yspneic, shallow or limited
breathing
1
APNEA OR OBSTRUCTION Apnea
CIRCULATION
BLOOD PRESSURE @ITHIN
$% O2 NOR4AL
'lood pressure O 0 mmg o7
normal
0
23
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
22/35
BLOOD PRESSURE @ITHIN
$%8% O2 NOR4AL
'lood pressure O 0@IATING 8% 2RO4
NOR4AL
'lood pressure more than O IT
4O>ES ALL ETRE4ITIES Same 0
4O>ES T@O ETRE4ITIES Same 1
NO 4O>E4ENT Same
Berdasar(an 3ada Aldre)e 5A1 Kr7nli( D: A postanesthetic recovery score0
Anes)h Analg #&%F/:$/ and Aldre)e 5A: The post-anesthesia recovery score
24
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
23/35
revisited0 5 Clin Anes)h #8F&:90Idealna1 3asien di-dischargebila )7)al s(7r
#% a)a+ ,ini,al 0
riteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien
untuk dikeluarkan dari PA:H adalahE
a. +ungsi pulmonal yang tidak terganggu
b. asil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
c. Tanda-tanda 5ital stabil, termasuk tekanan darah
d. )rientasi pasien terhadap tempat, waktu, dan orang
e. Produksi urin tidak kurang dari F mlCjam
7. ual dan muntah dalam kontrolg. Nyeri minimal
ontrol nyeri postoperati7, mual dan muntah, dan mempertahankan
normotermia sebelum pasien di-discharge sangat dibutuhkan. Sistem skoring
untuk discharge digunakan secara luas. Sebagian besar kriteria yang dinilai adalah
Sp)0 3atau warna kulit4, kesadaran, sirkulasi, respirasi, dan akti5itas motorik.
Sebagian besar pasien memenuhi kriteria discharge dalam waktu O 2 menit di
PA:H. Sebagai tambahan dari kriteria diatas, pasien dengan general anestesi
seharusnya juga menunjukkan adanya resolusi dari blokade sensoris dan motoris.
Postoperati5e nausea and 5omiting 3P)N94 merupakan masalah yang
sering terjadi setelah prosedur general anestesi, terjadi pada sekitar 0-FG
pasien. 'ahkan, P)N9 bisa terjadi ketika pasien di rumah 0/ jam setelah
discharge 3postdischarge nausea and 5omiting4. 8tiologi P)N9 biasanya
multi7aktorial yang meliputi agen anestesi, tipe atau jenis anestesi, dan 7aktorpasien sendiri.
Terjadi peningkatan insiden mual setelah pemberian opioid selama
anestesi, setelah pembedahan intraperitoneal 3umumnya laparoskopi4, dan operasi
strabismus. =nsidensi tertinggi terjadi pada wanita muda. eningkatnya tonus
5agal bermani7estasi sebagai sudden bradikardi yang seringkali mendahului atau
bersamaan dengan emesis. Anestesi propo7ol menurunkan insiden P)N9.
25
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
24/35
Selecti5e
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
25/35
I0 8+8 &A-SA'
Subarachnoid block 3SA'4 adalah salah satu teknik anestesi
regional dengan cara penyuntikan obat anestesi local ke dalam ruang
subarachnoid dengan tujuan untuk mendapatkan analgesia setinggi
dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka 3leinman, 004. Penyuntikan
obat anestetik local pada ruang subarachnoid diantara konus medularis dan
bagian akhir dari ruang subarachnoid adalah untuk menghindari adanya
kerusakan pada medulla spinalis. Pada orang dewasa, obat anestetik local
disuntikan ke dalam ruang subarachnoidantara *0 dan *
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
26/35
Status Perkawinan E Sudah enikah
No & E 0
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
27/35
Sensorium E :ompos entis
Tekanan %arah E 10CI mmg
Nadi E >F6Cmenit
&& E 006Cmenit
Suhu E F2,
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
28/35
8kstremitas E edema -C-
Geni)alia : Skrotum de6tra dan sinistra tidak simetris, skrotum sinistra tampak
membesar dan berbentuk lonjong
Pe,eri(saan Pen+nang
Hasil Lab7ra)7ri+,
Darah R+)in
b E 1F,I gCdl
T E /1,I G
8ritrosit E /,2 6 12CR*
*eukosit E 2.> mmF
Trombosit E 12I.CR*
4e)ab7li(
%S E 10< mgCd*
Asam Hrat E mgCd*
2+ngsi Ginal
HreumE 0I mgCdl
reatininE 1,0 mgCdl
Diagn7sis : Hernia Ing+inalis La)eralis De?)ra
RENCANA TINDAKAN
30
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
29/35
Tindakan E erniora7i
Anesthesi E &A-SA'
PS-ASA E 1
Posisi E Supinasi
Pernapasan E anul nasal )0
KEADAAN PRA BEDAH
Pre 73era)i6
B# !Brea)h'
Airway E :lear
&& E 06Cmenit
SP E 9esikuler kaki
ST E &onchi 3-4, Whee"ing 3-C-4
B$ !Bl77d'
Akral E angatCerahCering
T% E 1 mmg
& E > 6Cmenit
B* !Brain'
Sensorium E :ompos entis
Pupil E =sokor, kaki FmmCFmm
&: E 3Q4C3Q4
31
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
30/35
B/ !Bladder'
Hrine )utput E -
ateter E tidak terpasang
B8 !B7=l'
Abdomen E Soepel
Peristaltik E Normal 3Q4
ualCuntah E 3-4C3-4
B" !B7ne'
)edem E 3-4
PERSIAPAN OBAT RA-SAB
In)ra)e(al
'upi5acaine ,
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
31/35
asa 1C0 basah E < 6 < 0< cc
Suction E -
;umlah E I
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
32/35
o Pergerakan E 0
o Pernapasan E 0
o Warna kulit E 0o Tekanan darah E 0
o esadaran E 0
P8&AWATAN P)ST )P8&AS=
Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang pemulihan setelah
dipastikan pasien pulih dari anestesi dan keadaan umum, kesadaran serta
5ital sign stabil, pasien dipindahkan ke bangsal dengan anjuran untukbedrest 0/ jam, tidur telentang dengan 1 bantal untuk mencegah spinal
headache, karena obat anestesi masih ada.
TERAPI POST OPERASI
=stirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
=9+% &* FgttCmenit
inum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan peristaltic 3Q4 Normal
=nj. etorolac FmgC>jam =9
=nj. &anitidine jam =9 bila mualCmuntah
34
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
33/35
DA2TAR PUSTAKA
'oulton T., 'logg :. 1??/.omplikasi dan !ahaya Anestesi" Anestesiologi. 8:.
;akarta. ppE00?-0F1
%obson, ichael '. 1??/.#enuntun #raktis Anestesi. ;akarta E 8:
8li"abet ;. :orwin. 0. 'uku saku pato7isiologi. 8:E ;akarta
;ong, W.%., 0/. %inding Perut, ernia, &etroperitoneum, dan )mentum.
%alamE Sjamsuhidayat, &., ed. 'uku Ajar =lmu 'edah. ;akartaE 8:,
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
34/35
buku ajar ilmu bedah edisi 0E ;akartaE alamanE
-
7/25/2019 Appendisitis RA SAB
35/35