aneka tenun

10
ANEKA TENUN PASARAYA TENUN SUMBA : SENI dan kerajinan Sumba Barat yang paling populer adalah kain tenun. Masing-masing wilayah memiliki ragam motif dan corak tersendiri. Di wilayah Wanokaka, Lamboya dan Tana Righu ada kain panggiling, pahikung dan pawora sementara di Loli terkenal dengan kain lambaleko. Jenis-jenis kain tersebut terkait dengan teknik pembuatan motif dan pewarnaannya. Pahikung adalah jenis kain yang dibuat dengan teknik ikat. Pawora dibentuk dengan teknik anyaman yang kemudian diberi pewarna alami (wora), sementara lambaleko dibuat menggunakan lidi atau bilah bambu yang disisipkan pada sela-sela benang lalu diungkit dan ditekan mengikuti pola-pola tertentu. Kain tenun dari Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dianggap sebagai warisan dunia, dilihat dari keunikannya di antara berbagai tradisi wastra yang masih lestari hingga saat ini, dimana perannya penting dalam upacara adat masyarakatnya. Wastra, pada dasarnya adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta yang berarti sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Salah satu jenis Wastra adalah kain tenun. Desain yang tegas dan kekayaan warna dan ragam hias yang mudah dikenali seperti kuda cendana kecil yang indah memiliki peran penting dalam budaya Sumba. Motifnya yang bernuansa fauna seperti burung, rusa bertanduk, ular merayap, kura-kura, dan buaya merupakan simbol yang dimaknai sebagai raja dan penguasa. Ide-ide dan susunan baru terus bermunculan menjadikan tenun Sumba sebagai sebuah seni yang dinamis tanpa kehilangan cita rasa lokalnya yang khas. Sementara di pulau-pulau sekitar Sumba juga masih memiliki gaya yang hampir tak berubah. Kain tenun Sumba tak lepas dari nilai-nilai religius. Hal ini tergambar dari salah satu jenis kain tenun yang bernama Hinggi Pasola.

Upload: bramantyo-adhi-nugroho

Post on 14-Sep-2015

125 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tenun

TRANSCRIPT

ANEKA TENUN PASARAYATENUN SUMBA :SENI dan kerajinan Sumba Barat yang paling populer adalah kain tenun. Masing-masing wilayah memiliki ragam motif dan corak tersendiri. Di wilayah Wanokaka, Lamboya dan Tana Righu ada kain panggiling, pahikung dan pawora sementara di Loli terkenal dengan kain lambaleko. Jenis-jenis kain tersebut terkait dengan teknik pembuatan motif dan pewarnaannya. Pahikung adalah jenis kain yang dibuat dengan teknik ikat. Pawora dibentuk dengan teknik anyaman yang kemudian diberi pewarna alami (wora), sementara lambaleko dibuat menggunakan lidi atau bilah bambu yang disisipkan pada sela-sela benang lalu diungkit dan ditekan mengikuti pola-pola tertentu.

Kain tenun dari Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dianggap sebagai warisan dunia, dilihat dari keunikannya di antara berbagai tradisi wastra yang masih lestari hingga saat ini, dimana perannya penting dalam upacara adat masyarakatnya.

Wastra, pada dasarnya adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta yang berarti sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Salah satu jenis Wastra adalah kain tenun.

Desain yang tegas dan kekayaan warna dan ragam hias yang mudah dikenali seperti kuda cendana kecil yang indah memiliki peran penting dalam budaya Sumba.

Motifnya yang bernuansa fauna seperti burung, rusa bertanduk, ular merayap, kura-kura, dan buaya merupakan simbol yang dimaknai sebagai raja dan penguasa.

Ide-ide dan susunan baru terus bermunculan menjadikan tenun Sumba sebagai sebuah seni yang dinamis tanpa kehilangan cita rasa lokalnya yang khas.

Sementara di pulau-pulau sekitar Sumba juga masih memiliki gaya yang hampir tak berubah.

Kain tenun Sumba tak lepas dari nilai-nilai religius. Hal ini tergambar dari salah satu jenis kain tenun yang bernama Hinggi Pasola.

Pasola sendiri merupakan ritual tahunan paling penting di Sumba yang dilaksanakan sebelum mulai menanam padi yang melibatkan pertempuran pura-pura namun sengit, antara laki-laki di atas kuda yang dipacu sambil saling melempar lembing.

Di sisi lain, antara Sumba Timur dan Sumba Barat memiliki kekuatan kain tenun yang berbeda.

Jika kain tenun Sumba Timur tampak ramai dengan motif-motif yang unik dan rumit dengan dominasi pola motif faunanya, maka kain tenun Sumba Barat justru menggambarkan hal yang sebaliknya.

Kain tenun Sumba Barat mencerminkan kesederhanaan yang dihiasi dengan gari-garis halus indigo. Permukaannya polos tanpa ornamen, hanya di bagian bawah dan atas yang dihiasi gambar-gambar simetris seperti kotak dan segitiga yang dikombinasikan menyerupai bunga.

Selain sebagai lambang seni, kain tenun berfungsi sebagai perangkat religius, fungsi sosial dan ekonomi, yang antara lain digunakan sebagai busana adat, pembungkus jenazah, bekal kubur, tanda hubungan kekeluargaan, harta benda, alat tukar menukar, dan barang hadiah.

TENUN JEPARAsejarah tenun jepara khususnya tenun trosotenun ikatini dimiliki warga desa troso sejak tahun 1935 yang bermula daritenun Gendongwarisan turun-temurun,tahun 1943 mulai berkembangtenun pancaldan kemudian tahun 1946 beralih lagi menjadi alat tenun bukan mesin(ATBM) sampai sekarang,keterampilan ini juga terus berkembang seiring berjalalannya waktu atau zaman,dan produk yang di hasilkan juga semakin bagus ,setelah mengikuti pameran dengan disertai peningkatan kualitas sesuai permintaan pasar,kerajinan ini semakin dikenal bukan saja di dalam negeri tapi juga di pasaran internasionakeunggulan dari kreasi tenun jepara khususnya tenun troso-memiliki motif yang bagus-cocok dipakai untuk semua kalangan-tahan lama-asli buatan alat tenun

TENUN BALI

Bali memiliki beberapajenis kain tenunyang sudah sangat terkenal, diantaranya:Tenun Gringsing,Kain Songket,Endek Bali,Kain Cepukdan lain sebagainya. Berikut ini akan kita bahas satu persatutentang kain tenun Bali dan jenisnya.1. Tenun Gringsing. Dahulu beredar rumor di masyarakat Bali kalau warna merah yang unik yang terdapat padakain tenun Gringsingitu berasal atau dibuat dari darah manusia, namun belakangan diketahui kalau cerita itu sengaja dibuat agar kain tenun Gringsing tidak ditiru oleh penenun dari daerah lain. Warna kain tenun gringsing semuanya berasal dari bahan pewarna alami. Tenun Gringsing terbuat dari benang kapas yang ditenun menggunakan tehnik double ikat, yaitu tehnik dengan mengikatkan benang lungsi dan benang pakan secara bersamaan. Tehnik ini dikenal sangat langka, karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan satu lembar kain, berkisar antara 1-5 tahun. Di Asia hanya Jepang dan India yang masih menerapkan tehnik tenun ganda ini. Hingga tidak aneh jika kain tenun Gringsing ini memiliki harga yang sangat mahal.2. Kain Endek Bali. Kain endek juga termasuk kedalam jenis kain tenun. Namun dalam proses pembuatan kain endek ada dikenal dengan istilah nyantri, yaitu menggoreskan warna dengan kuas bambu pada bagian-bagian ragam hias tertentu.Kain endekpada umumnya memiliki motif flora dan fauna, wayang atau yang sejenisnya.3. Kain cepuk. Kain ini berasal dari daerah Nusa Penida, dengan proses pengerjaan yang hampir sama dengan kain endek.Dengan ragam hias berwarna merah khas, disertai motif warna-warni.Kain cepukbiasanya digunakan untuk membuat kostum rangda (tokoh jahat dalam pertunjukan calonarang),dan hiasan atau pentup peti jenasah.4. Kain songket. Satu lagi jenis kain tenun bali yang memiliki nilai prestise tinggi yaitu kain songket terutama songket dengan ragam hias prada (hiasan berupa lempengan tipis yang terbuat dari serbuk emas).Kain songketini biasanya dipergunakan saat upacara adat seperti pernikahan, upacara potong gigi dan sejenisnya, dipakai juga untuk kostum penari Bali.5. Kain kling,gedogan, skodi dan gotya. Jenis kain ini merupakan kelompok kain yang dianggap memiliki kekuatan magis dan digunakan pada upacara-upacara tertentu. Seperti kain kling biasanya digunakan saat upacara potong gigi.

TENUN NTTDalam masyarakat NTT, kain tenun dianggap sebagai harta kekayaan yang bernilai tinggi karena kain ini pembuatannya sangat sulit sekali dan membutuhkan waktu lama. selain dibedakan dari motifnya, kain tenun juga dibedakan menurut proses pembuatannya, yaitu tenun ikat, tenun buna, dan tenun sotis.

Siapa yang menyangka bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT), pulau yang kaya yang terdiri dari banyak pulau, ternyata juga mempunyai salah satu produk budaya yang menonjol yatu kain tenun ikat.Flores, sebagai bagian dari kelompok pulau di NTT terdiri dari tiga puluh suku dengan bahasa dan dialek yang berbeda yang juga menghasilkan hasil tenun yang beragam pula.Penenun flores memilin sendiri kapas untuk dijadikan benang yang akan ditenun. Mereka juga mencelup sendiri banang ke dalam bahan pewarna. Untuk mendapatkan warna yang tahan lama,pencelupan dilakukan berkali-kali. Telapak tangan dan kuku-kuku wanita penenun sampai berwarna hitam gara-gara melakukan pencelupan.Awalnya, motif kain tenun ikat NTT ini kebanyakan bercorak bunga atau hewan seperti cicak dan ayam. Namun, sejak pedagang asal Eropa masuk ke kawasan NTT. Corak yang diadaptasi pun mulai bergaya kolonial. Motif-motif yang ditenun pun menjadi semakin variatif. Biasanya, corak yang ditenun sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat NTT saat itu.

SONGKET PADANG

Songketadalah jeniskaintenunan tradisionalMelayudiIndonesia,Malaysia, danBrunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benangemasdanperakdan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Katasongketberasal dari istilahsungkitdalambahasa Melayudanbahasa Indonesia, yang berarti mengait atau mencungkil. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, katasongketjuga mungkin berasal dari katasongka, peci khasPalembangyang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Isitilahmenyongketberarti menenun dengan benang emas dan perak. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala.Tanjakadalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawanKesultanan Melayu.Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.Beberapa kain songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.SejarahPenenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budayaMelayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang Arab dan India.Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antaraTiongkokdanIndia. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisiKelantanteknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenunTerengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang danJambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya.Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilanganSriwijaya,kemaharajaanniaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kotaPalembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggiMinangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batumirah delimayang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi.Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk Ratu Segala Kain. Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagaidestar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songketsarungdenganbaju kurung.Dokumentasi mengenai asal-usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli.Songket sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir pada tahun 1849.