anatomi telinga dwina

32
ANATOMI TELINGA Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani (Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997). Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Mills JH et al, 1997). Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991). Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian tulang pendengaran, ligamentum

Upload: winamarsya

Post on 11-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

anatomi telinga

TRANSCRIPT

Page 1: ANATOMI TELINGA dwina

ANATOMI TELINGA

Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral

dari membran timpani (Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997).

Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke

arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga

lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang

melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan

berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang

sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Mills

JH et al, 1997).

Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah

terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari

batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak

medial dari membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran

timpani (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991).

Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian

tulang pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar

(Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997).

Kontraksi otot tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah

anteromedial, mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam, sehingga

besar energi suara yang masuk dibatasi (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills

JH et al, 1997).

Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari

telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan

diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya

ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun

bunyi yang diteruskan ke dalam koklea mengalami amplifikasi yang cukup besar,

Page 2: ANATOMI TELINGA dwina

namun efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak mengalami distorsi walaupun

intensitas bunyi yang diterima sampai 130 dB (Mills JH et al, 1997).

Aktifitas dari otot stapedius disebut juga reflek stapedius pada manusia akan

muncul pada intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam bentuk reflek bilateral dengan

sisi homolateral lebih kuat. Reflek otot ini berfungsi melindungi koklea, efektif pada

frekuensi kurang dari 2 khz dengan masa latensi 10 mdet dengan daya redam 5-10 dB.

Dengan demikian dapat dikatakan telinga mempunyai filter terhadap bunyi tertentu,

baik terhadap intensitas maupun frekuensi (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991;

Mills JH et al, 1997; Wright A, 1997).

Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga

dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya

yang kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan

hanya mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga

dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin

tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis

( ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri

dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea (Santi PA, 1993; Lee KJ, 1995;

Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).

Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang dengan

ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medial menghadap ke

meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada dinding medial terdapat dua

cekungan yaitu spherical recess untuk sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di

bawah eliptical recess terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis yang

menyalurkan duktus endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar duramater (Santi

PA, 1993; Lee KJ, 1995; Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).

Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest. Pada

ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus kohlearis yang membawa

serabut saraf kohlea kebasis kohlea. Serabut saraf untuk utrikulus, kanalis

semisirkularis superior dan lateral menembus dinding tulang pada daerah yang

berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus meatus akustikus internus. Di

dinding posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis dan

Page 3: ANATOMI TELINGA dwina

dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea (Mills JH et al,

1998; Santi PA, 1993).

Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior

dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua

pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang

hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu ujungnya masing-masing kanalis ini

melebar disebut ampulla yang berisi epitel sensoris vestibular dan terbuka ke

vestibulum (Wright A., 1997). Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya

bersebelahan pada masing-masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis

posterior terletak dibawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior

yang tidak mempunyai ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus communis yang

masuk vestibulum pada dinding posterior bagian tengah. Ujung kanalis lateralis yang

tidak memiliki ampulla masuk vestibulum sedikit dibawah cruss communis

(Ballenger, 1996).

Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama yaitu

bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap bidang

horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini

sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior

telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar dengan

kanalis superior teling kanan (Mills JH, 1998).

Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang

sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala

timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K+ 4 mEq/l dan

Na+ 139 mEq/l. Skala media berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran reissner,

membran basilaris, lamina spiralis dan dinding lateral, berisi cairan endolimfa dengan

konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Skala media mempunyai potensial

positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara perlahan dari basal ke apeks

(Ballenger JJ, 1996).

Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian

basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa

komponen penting pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel

Page 4: ANATOMI TELINGA dwina

penunjang Deiters, Hensen’s, Claudiu’s, membran tektoria dan lamina retikularis

(Santi PA, 1993; Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).

Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut luar

yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Corti, dan

sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut

dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12000

berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi mekanik menjadi energi

listrik (Ballenger JJ, 1996).

Vaskularisasi telinga dalam

Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A. Cerebelaris

anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke

meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A.

Kohlearis communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A.

Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus

dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah

putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang

kohlear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis

semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion

spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan

mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam kohlea mengitari

modiolus (Santi PA, 1993; Lee K.J, 1995).

Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus

sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinus

petrosus superior dan inferior (Santi PA, 1993 ; Lee K.J, 1995).

Persarafan telinga dalam

N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear dan

vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis

dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis

Page 5: ANATOMI TELINGA dwina

dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar

dari meatus akustikus internus.

Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis corti

terletak di modiolus (Santi PA,1993; Wright A, 1997; Mills JH et al,1998).

Telinga merupakan indra pendengaran, terbagi atas beberapa bagian seperti:

telinga luar, tengah, dan dalam.

I. Telinga Luar => merupakan bagian paling luar dari telinga.

Terdiri dari :

1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula=> merupakan daun kartilago=> fungsinya :

menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal

(lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula

sampai membran timpani).

Page 6: ANATOMI TELINGA dwina

2. Membran timpani (gendang telinga)=> merupakan perbatasan telinga bagian luar

dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi

mukosa pada permukaan internal.=>memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan

yang sesuai untuk menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.Bagian-

bagiannya :

Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan :

o luar : lanjutan epitel telinga

o dalam : epitel kubus bersilia

Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad

antrum  berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum

mastoid.

Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan :

o tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin.

3. Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut dengan

umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah,

yaitu pukul 7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani

kanan. Pada membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier. Serabut inilah

yang mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar,

maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.Membran timpani dibagi atas 4

kuadran untuk menentukan tempat adanya perforasi :

atas depan

Page 7: ANATOMI TELINGA dwina

atas belakang

bawah depan

bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi

II. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis

facialis) tulang temporal

Terdiri dari :

1. Tuba Eustachius=> menghubungkan telinga tengah dengan faring=> normalnya

tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap.=>

berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Bila tuba membuka => suara akan teredam.

2. Osikel auditori (tulang pendengaran) => terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil)

, Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi) => MIS.=> berfungsi sebagai penghantar

getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli

3. Otot=> bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada

tinggi (peredam bunyi).

m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan

m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam

III. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal

Terdiri dari

1. LabirinTerdiri dari:

Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan

Page 8: ANATOMI TELINGA dwina

cairan serebrospinal).

Terdiri dari 3 bagian:

o Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea

dengan saluran semisirkular.

o Saluran semisirkularis

- S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang

vertikal di setiap sudut kanannya.

- S. semisirkular lateral => terletak horizontal

o Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung

reseptor pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah.

Frekuensi tertinggi berada di bagian depan. Sekat membagi koklea

menjadi 3 bagian :

- duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang

terhubung ke sakulus, berisi cairan endolimfe dua bagian labirin tulang

yang terletak di atas dan di bawah skala media => skala vestibuli dan

skala timpani => mengandung cairan perilimfe dan terus memanjang

Page 9: ANATOMI TELINGA dwina

melalui lubang pada apeks koklea yang disebut helikotrema.

- membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari

skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli

- membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani,

berhubungan dengan fenestra koklear

- skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor

yang disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki

akson dan langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear.

o Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan  kantong yang

terletak di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang

serupa dengan cairan intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus

dan sakulus) yang dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus

mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala

berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi) dan ekuilibrium

Page 10: ANATOMI TELINGA dwina

dinamis (apakah kepala bergerak atau diam, berapa  kecepatan serta arah

gerakan).Utrikulus terhubung dengan duktus semilunarisSakulus

terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.

2. Nervus

o Nervus vestibular

o Nervus koklear

Ekuilibrium dan aparatus vestibular

Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus, sakulus, dan

duktus semisirkularis yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan

keseimbangan.

1. Ekuilibrium Statis=> kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika

tubuh tidak bergerak. Ini juga merupakan kesadaran untuk merespon perubahan dalam

percepatan linear seperti kecepatan dan arah pergerakan kepala dan garis tubuh dalam

suatu garis lurus.

o Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di dinding

utrikulus dan satu lagi terletak pada sakulus

o Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang

disebut otolit (otokonia, statokonia).

o Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN VIII) yang

melilit di sekeliling dasar sel rambut.

2. Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan angular

atau rotasi

o Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap saluran

semisirkularis mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi krista

(teridiri dari sel penunjang dan sel rambut menonjol yang  membentuk lapisan

gelatin = disebut kupula)

Fisiologi Pendengaran

Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah

membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting

Page 11: ANATOMI TELINGA dwina

tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut

sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan bundel

lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang kaku

bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang

menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah,

sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungan-

gabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan regangan pada rantai yang

menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan mengakibatkan

terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang

berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan

kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan

endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut

koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi

sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya

diproduksi oleh sel rambut luar (May, Budelis, & Niparko, 2004).

Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan dengan

amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi stimulus yang

diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi berfrekuensi

tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian basal koklea,

sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai pergeseran

maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi

sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi

sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris.

Sel rambut luar dapat meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan

dengan meningkatkan gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini

disebut sebagai cochlear amplifier.

Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah

melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut

melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran

timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan

diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada membran basilaris, sehingga

Page 12: ANATOMI TELINGA dwina

akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.

Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi

stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel

rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus

auditorius sampai ke korteks pendengaran. (Keith, 1989).

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana klasifikasi pembagian kebisingan?

Jawab :

Menurut Babba (2007), kebisingan di tempat kerja diklasifikasikan ke dalam

dua jenis golongan, yaitu :

Kebisingan yang tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu :

Page 13: ANATOMI TELINGA dwina

Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise).

Kebisingan ini merupakan nada-nada murni pada frekuensi yang

beragam. Contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

Kebisingan tetap (Broad band noise), kebisingan dengan frekuensi

terputus dan Brod band noise sama-sama digolongkan sebagai

kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya adalah broad band noise

terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi.

Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :

Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu

berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

Intermitent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat

berubah-ubah. Contoh kebisingan lalu lintas.

Kebisingan impulsif (Impulsive noise), kebisingan ini dihasilkan oleh

suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu

relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya.

Tingkat kebisingan dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitas yang diukur dengan

satuan decibel (dB) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat dan Sumber Bunyi pada Skala Kebisingan tertentu

Tingkat Bising

dB (A)Sumber Bunyi Skala intensitas

0 – 20 Gemerisik daun Suara gemerisik Sangat tenang

20 – 40 Perpustakaan, Percakapan Tenang

40 -60Radio pelan, Percakapan keras Rumah, gaduh

KantorSedang

60 - 80 Perusahaan, Radio keras, Jalan Keras

80 - 100Peluit polisi, Jalan raya Pabrik tekstil, Pekerjaan

MekanisSangat keras

100 - 120Ruang ketel, Mesin turbin uap, Mesin diesel besar,

Kereta bawah tanah

Sangat amat

keras

>120 Ledakan bom, Mesin jet Mesin roket Menulikan

Page 14: ANATOMI TELINGA dwina

Sumber : Suharsono (1991)

Suma’mur (1993), mengemukakan bahwa selain dibedakan menurut tingkatannya

kebisingan juga dibedakan menurut jenisnya sebagai berikut:

I. Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan dengan spektrum berfrekuensi luas

seperti suara yang timbul oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar serta

spektrum yang berfrekuensi sempit, contoh: suara gergaji sirkuler, katup gas.

II. Kebisingan terputus-putus, seperti suara lalu lintas, suara pesawat udara yang

tinggal landas.

III. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti: pukulan martil,

tembakan senapan, ledakan meriam dan lain-lain.

2. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari telinga seperti berdenging?

Jawab :

Tinitus dapat dibagi atas 2, yaitu :

- Tinitus obyektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau

dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus obyektif bersifat vibritorik, berasal

dari transmisi vibrasi sistem vaskuler atau kardoivaskuler di sekitar telinga.

- Tinitus subjektif, bila suara tersebut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis

ini sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh

proses iritatif atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel

rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar (Husnul, 2009).

PENYEBAB

Tinnitus dapat timbul dimana saja dari empat bagian-bagian telinga: telinga

bagian luar, telinga bagian tengah, telinga bagian dalam, dan otak. Beberapa tinnitus

atau bunyi kepala adalah normal. Jika seseorang pergi kedalam kamar yang kedap

suara dan bunyi luar yang normal dikurangi, maka ia menjadi sadar atas suara-suara

normal ini. Kita biasanya tidak sadar atas suara-suara tubuh yang normal ini, karena

bunyi luar menyembunyikan mereka. Apa saja, seperti wax atau benda asing di luar

telinga, yang menghalangi suara-suara latarbelakang ini akan menyebabkan kita lebih

Page 15: ANATOMI TELINGA dwina

sadar atas suara-suara kepala kita sendiri. Cairan, infeksi, atau penyakit dari tulang-

tulang telinga tengah atau gendang telinga (tympanic membrane) dapat juga

menyebabkan tinnitus.

Satu dari penyebab-penyebab yang paling umum dari tinnitus adalah

kerusakan pada ujung-ujung mikroskopik dari syaraf pendengaran didalam telinga

bagian dalam. Usia yang berlanjut umumnya disertai oleh jumlah tertentu dari

perburukan syaraf pendengaran, dan sebagai konsekwensi tinnitus. Sekarang ini,

paparan bunyi yang keras adalah penyebab yang sangat umum dari tinnitus, dan ia

seringkali juga merusak pendengaran. Sayangnya, banyak orang-orang tidak perduli

terhadap efek-efek yang merugikan dari bunyi-bunyi keras yang berlebihan, dari

senjata-senjata api, dan musik intensitas tinggi. Beberapa obat-obat (contohnya,

aspirin) dan penyakit-penyakit lain dari telingan bagian dalam (Meniere's syndrome)

dapat menyebabkan tinnitus. Tinnitus dapat pada situasi-situasi yang jarang menjadi

gejala dari persoalan-persoalan yang begitu serius seperti aneurysm atau tumor otak

(acoustic tumor).

PATOFISIOLOGI :

Pada tinitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan

perasaan adanya bunyi, namun implus yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal

yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber implus abnormal di dalam

tubuh pasien sendiri. Implus abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan

telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah,

seperti bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus

atau hilang timbul terdengar. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural

dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh

gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan

inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsasi). Tinitus dengan nada

rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga

karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan lain-lain.

Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan

gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare. Tinitus objektif sering

ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya

pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan

Page 16: ANATOMI TELINGA dwina

tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernafas membran

timpani bergerak dan terrjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan

muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif.

Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid-

body tumour), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. Pada tuli

sensorineural, biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (sekitar 4000 Hz). Pada

intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomysin, dehidro-streptomysin, garamysin,

digitalis, kanamysin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atau hilang

timbul. Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus

pada nada rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.

Ganguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.

Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres

akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi,

hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut

akan hilang bila keadaannya sudah kembali normal.

3. Bagaimana cara pemeriksaan Penala?

Jawab :

Ada beberapa tes garpu tala untuk memeriksa daya pendengaran, yaitu:

Tes Schwabach

Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan

pemeriksa yang pendengarannya normal.Penala digetarkan, tangkai penala

diletakkan pada processus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya

normal. Bila pemeriksa masing mendengar disebut Schwabach memendek,

bila pemeriksa tidak dapat mendengar lagi pemeriksaan diulang dengan cara

sebaliknya yaitu penala diletakkan pada processus mastoideus pemeriksa lebih

dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach

memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira- kira sama mendengarnya

disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.

Uji Rinne

Page 17: ANATOMI TELINGA dwina

Uji ini membandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang. Tiap

telinga diperiksa secara terpisah. Pemeriksa memukulkan garpu tala 512 Hz

pada telapak tangannya dan meletakkan tangkainya pada ujung mastoid.

Pasien kemudian ditanya apakah ia mendengar bunyinya dan diminta untuk

memberitahukan kapan ia tidak dapat mendengarkan lagi. Kalau pasien sudah

tidak dapat mendengarkan lagi, gigi garpu tala yang sedang bergetar diletakan

di depan meatus auditorius eksternus telinga yang sama, dan pasien ditanya

apakah ia masih mendengarnya. Gigi garpu tala yang sedang bergetar tidak

boleh menyentuh rambut karena pasien mungkin menderita gangguan

pendengaran tetapi masih dapat merasakan getarannya.

Dalam keadaan normal, hantaran udara lebih baik daripada hantaran

tulang dan pasien akan dapat mendengar garpu tala pada meatus auditorius

eksternus setelah ia tidak dapat mendengarnya lagi pada ujung mastoid; ini

adalah uji Rinne positif (hantaran udara lebih baik daripada hantaran tulang).

Tetapi pasien dengan tuli konduksi mempunyai hantaran tulang yang lebih

baik daripada hantaran udara (Uji Rinne negatif). Pasien dengan tuli

sensorineural mengalami gangguan pada hantaran udara dan tulang, tetapi uji

Rinne positif.

Uji Weber

Uji Weber membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga.

Berdirilah di depan pasien dan letakkan garpu tala 512 Hz yang sedang

bergetar dengan kuat pada bagian tengah dahi pasien. Mintalah kepada pasien

untuk menunjukkan apakah ia mendengar atau merasa bunyi pada telinga

kanan, telinga kiri atau dibagian tengah dahinya (Gambar 6). Mendengar

bunyi atau merasakan getarannya pada bagian tengah adalah respon normal.

Jika bunyi tersebut tidak terdengar dibagian tengah, bunyi tersebut dikatakan

mengalami lateralisasi dan ada gangguan pendengaran. Bunyi akan

dilateralisasikan pada sisi yang terganggu pada tuli konduktif.

Penjelasan untuk uji Weber didasarkan atas efek menutupi bising di

latar belakang. Dalam keadaan normal, ada bising di latar belakang yang

cukup berarti yang mencapai membrane timpani dengan hantaran udara. Hal

ini cenderung menutupi bunyi yang dihasilkan oleh garpu tala yang terdengar

dengan hantaran tulang. Pada telinga dengan tuli konduktif, hantaran udara

berkurang dan oleh karena itu efek menutupinya juga berkurang. Jadi telinga

Page 18: ANATOMI TELINGA dwina

yang terganggu akan mendengar dan merasai getaran garpu tala lebih baik

ketimbang telinga normal. Pada pasien dengan tuli sensorineural unilateral

bunyi tersebut tidak akan terdengar pada sisi yang terganggu tetapi akan

terdengar oleh atau terlokalisasi pada telinga telinga yang tidak terganggu.

Untuk menguji reliabilitas respons pasien, sebaiknya pemeriksa

sesekali memukulkan garpu tala tersebut pada telapak tangan dan

memegangnya sejenak untuk menghentikan getarannya. Kedua tes ini

kemudian sesuai dengan yang diuraikan di atas. Untuk mempermudah

interpretasi secara klinis dipakai tes Rinne, tes Weber dan tes Schwabach

secara bersamaan.

4. Apa saja pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan pada kasus?

Jawab :

- audiometri

- otoskopi

- tes penala

- SISI (Short Increment Sensitivity Index)

- ABLB (Alternate Binaural Loudness Balance)

- Speed Audiometri

5. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?

Jawab :

Page 19: ANATOMI TELINGA dwina

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya

Page 20: ANATOMI TELINGA dwina

dari lingkungan bising.

Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat

Page 21: ANATOMI TELINGA dwina

pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga (ear plugs), tutup telinga (ear muffs).

Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap

(irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan

berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu

dengar (ABD). Apabila pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengan

memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan

psikoterapi supaya pasien dapat menerima keadaannya. Latihan pendengaran

(auditory training) juga dapat dilakukan agar pasien dapat menggunakan sisa

pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip

reading), mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat

berkomunikasi.

6. Bagaimana prognosis pada kasus?

Jawab :

Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang

sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun

pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah

pencegahan terjadinya ketulian.

Page 22: ANATOMI TELINGA dwina

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetirto I. Tuli akibat bising ( Noise induced hearing loss ). Dalam : Soepardi

EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai

Penerbit FK UI, 1990. h. 37-9.

2. Soetirto I, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran akibat bising. Disampaikan

pada Simposium Penyakit THT Akibat Hubungan Kerja & Cacat Akibat

Kecelakaan Kerja, Jakarta, 2 Juni, 2001.

3. Stach BA. Clinical audiology an introduction. San Diego : Singular Publishing

Group Inc, 1998. h.137-41.

4. Oetomo A, Suyitno S. Studi kasus gangguan pendengaran akibat bising di

beberapa pabrik di kota Semarang. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit

Tinggi, 28-30 Oktober,1993.

5. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ. Anatomy and embryology of the ear.

Dalam : Lee KJ, Ed. Textbook of otolaryngology and head and neck surgery.

New York : Elsevier Science Publishing,1989.h.10-20.

6. Adenan A. Kumpulan kuliah telinga. Bagian THT FK USU/RS Dr.Pirngadi.

Medan.

7. Hadjar E. Gangguan keseimbangan dan kelumpuhan nervus fasial.Dalam :

Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3.

Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1990. h. 75-7.

8. Oedono RMT. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja dibidang

THT. Disampaikan pada PIT Perhati, Batu-Malang, 27-29 Oktober, 1996.

9. Nasution AK. Pengaruh kebisingan pada pendengaran pandai besi. Skripsi.

Bagian THT FK USU.1991.

Page 23: ANATOMI TELINGA dwina