anatomi fisiologi hewan

18
BAB II KAJIAN TEORI 1. Sistem integumen Mamalia Integumen atau kulit menututpi seluruh permukaan luar tubuh hewan. Dengan kata lain, kulit merupakan penghubung antara tubuh hewan dan lingkungan luar. Pada manusia, berat kulit adalah sekitar 16% dari berat total tubuh (Tenzer et al, 2014). Menurut Tenzer et al (2014), integumen mamalia relatif tebal terutama bagian dermisnya. Kulit memiliki ikatan yang sangat erat dengan jaringan otot yang terdapat di sebelah dalamnya. Ciri khas mamalia adalah adanya rambut penutup tubuh yang merupakan derivat dari stratum korneum. Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit Manusia (Gunstream, Stanley E. 2000) a. Struktur Rambut Rambut terdiri atas bagian akar dan batang. Meskipun merupakan derivat epidermis, akar dan sebagian batang rambut terdapat di lapisan dermis, sebagian batang rambut menembus epidermis dan menonjol ke permukaan. Akar rambut

Upload: anotherprincesscrush

Post on 11-Jan-2016

164 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

berisi perbandingan fisiologi dan anatomi beberapa hewan

TRANSCRIPT

Page 1: anatomi fisiologi hewan

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Sistem integumen

Mamalia

Integumen atau kulit menututpi seluruh permukaan luar tubuh hewan.

Dengan kata lain, kulit merupakan penghubung antara tubuh hewan dan

lingkungan luar. Pada manusia, berat kulit adalah sekitar 16% dari berat total

tubuh (Tenzer et al, 2014).

Menurut Tenzer et al (2014), integumen mamalia relatif tebal terutama

bagian dermisnya. Kulit memiliki ikatan yang sangat erat dengan jaringan otot

yang terdapat di sebelah dalamnya. Ciri khas mamalia adalah adanya rambut

penutup tubuh yang merupakan derivat dari stratum korneum.

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit Manusia (Gunstream, Stanley E. 2000)

a. Struktur Rambut

Rambut terdiri atas bagian akar dan batang. Meskipun merupakan derivat

epidermis, akar dan sebagian batang rambut terdapat di lapisan dermis, sebagian

batang rambut menembus epidermis dan menonjol ke permukaan. Akar rambut

Page 2: anatomi fisiologi hewan

diselubungi oleh folikel rambut yang tersusun atas jaringan epitel. Ke dalam

folikel rambut ini bermuara kelenjar minyak (glandula sebasea). Bagian ujung

akar rambut menggembung, disebut bulbus rambut, ke dalamnya menjorok

jaringan ikat dari dermis yang disebut papila rambut. Rambut dapat tumbh terus

karena adanya mitosis dari sel-sel pada bagian rambut yang berasal dari lapisan

germinativum. Warna rambut ditimbulkan oleh adanya melanin yang digetahkan

oleh melanosit yang banyak terdapat pada bulbus rambut yang berbatsan dengan

papila rambut (Tenzer et al, 2014).

Menurut Tenzer et al (2014), kelenjar-kelenjar epidermal yang terdapat

pada mamalia adalah kelenjar keringat, kelenjar minyak, kelenjar bau dan kelenjar

susu. Kelenjar keringat (glandula sudorifera) merupakan ciri khas mamalia.

Banyak sekali tersebar di kulit pada hewan berambut tipis, sedikit pada hewan

yang berambut tebal. Ikan paus dan ikan duyung tidak mempunyai kelenjar

keringat karena memang tidak membutuhkannya. Kelenjar keringat berfungsi

untuk mengatur suhu tubuh dan untuk eksresi.

Kelenjar minyak (glandula sebasea) hanya terdapat pada mamalia.

Terdapat di sekitar dan bermuara ke akar rambut. Minyak yang dihasilkan

berfungsi untuk meminyaki rambut (Tenzer et al, 2014).

Kelenjar bau terdapat di daerah anal (pada marmot), pada muka (pada

kelelawar), pada punggung (pada tikus, kangguru), atau pada bagian tubuh yang

lain. Fungsi sekresi yang dihasilkannya : untuk proteksi, pengenalan jenis atau

untuk menarik birahi lawan jenisnya (Tenzer et al, 2014).

Pisces

Lapisan epidermis pisces banyak mengandung kelenjar mukus. Mukus

yang dihasilkan berfungsi untuk membasahi tubuh, untuk proteksi dan untuk

mengurangi hambatan pada waktu berenang. Derivat dari dermis kulit pada sisik

berupa sisik (Tenzer et al et al, 2014). Sisik pada ikan berfungsi untuk mencegah

absorbsi air (Triastuti, Juni 2007).

Page 3: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.2 Macam Sisik pada Ikan (Hickman et al., 2006)

Amphibia

Integumen katak berfungsi untuk melindungi diri dari keadaan luar yang tidak

menguntungkan serta untuk pernapasan dan absorbsi air. Pada epidermisnya

mengandung mukopolisakarida untuk mencegah kekeringan. Derivat epidermis

adalah kelenjar mukus dan kelenjar glandular. Mukus yang dihasilkan oleh kelenjar

mukus berfungsi untuk membersihkan kulit, meminyaki kulit, dan membasahi kulit

sehingga memungkinkan untuk melakukan pernapasan kulit. Kelenjar granular

berfungsi menggetahkan cairan bersifat asam yang berbau menusuk dan beracun

yang berfungsi untuk proteksi (Tenzer et al, 2014).

Gambar 2.2 Irisan melintang kulit dari suatu amphibian

(Sumber: Hildebrand, 1974 dalam Tenzer et al , 2014)

Reptil

Kulit reptil mempunyai epidermis dengan stratum korneum yang tebal dan

mengandung keratin untuk mencegah kekeringan. (Tenzer et al,2014). Derivat

Page 4: anatomi fisiologi hewan

epidermis pada reptile berupa sisik-sisik tanduk yang terbentuk akibat penebalan

dan pergeseran epidermis yang menanduk (mengalami kornifikasi). Pada kura-

kura dan penyu, kornifikasi dari epidermis membentuk sepasang perisai yang

melindungi tubuhnya. Perisai sebelah dorsal berbentuk lonjong dan konveks yang

disebut karapaks dan sebelah ventral berbentuk lonjong dan datar disebut plastron

(Tenzer et al, 2014).

Gambar 2.3 Pelat-pelat keratin (skutelum) pada kerapas dan plastron dari kura-

kura Crysemis (A) karapas ; (B) plastron. Pada karapas terdapat (l) kostal, (m)

marginal, (nu) nukhal, (p) pigal, (n) neural. Pada plasron terdapat (g) gular, (h)

humeral, (p) pektoral, (a) abdominal, (f) femoral, (an) anal (Sumber Kent 1973

dalam Tenzer et al et al, 2014)

Aves

Pada aves, integumen dilindungu dengan adanya bulu. Bulu ini terdiri dari

plumae, plumulae, dan filaplumae (Tenzer et al, 2014). Bulu aves ini terkait

dengan fungsinya untuk menjaga suhu tubuh pada aves dan sebagai pelintung

tubuhnya.

Page 5: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.4 Bulu aves (Prawira, 2013)

2. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan pada vertebrata berfungsi untuk : (1) menerima

makanan yang dimakan, (2) menyimpan makanan sementara, (3) mereduksi

makanan secara fisis, (4) mereduksi makanan secara kimia, (5) mengabsorbsi

hasil pencernaan, dan (6) menahan sisa makanan yang tidak dapat dicerna

kemudian membuangnya keluar tubuh (Tenzer et al, 2014).

Secara umum sistem penceranaan vertebrata terdiri dari (Tenzer et al,

2014) :

a. Saluran Pencernaan :

1. Mulut dan rongga mulut

2. Faring

3. Esofagus

Page 6: anatomi fisiologi hewan

4. Lambung

5. Usus halus

6. Usus besar

7. Anus

b. Organ Asesori (Tenzer et al, 2014):

1. Gigi

2. Lidah

3. Kelenjar ludah

4. Kelenjar pencernaan diluar saluran pencernaan (hati dan pankreas).

Gambar 2.5 Sistem Pencernaan manusia (Gunstream, Stanley E. 2000)

Page 7: anatomi fisiologi hewan

1. Rongga Mulut

Pada rongga mulut terdapat organ asesori yang penting, yaitu gigi, lidah,

dan kelenjar ludah. Mamalia mempunyai jumlah gigi yang paling sedikit. Lidah

mamalia merupakan suatu kantong ektoderm yang berisi otot lurik dan jaringan

pengikat. Permukaan lidah mengandung banyak tonjolan yang disebut papila.

Terdapat empat macam papila, yaitu filiformis, filiformis, sirkumvalata, dan

foliate. Kecuali papila filiformis, papila yang lain mengandung kuncup perasa.

Pada rongga mulut mamalia juga terdapat kelenjar ludah yang menurut tempatnya

dibedakan menjadi tiga, yaitu (Tenzer et al, 2014) :

1) Kelenjar bawah telinga (glandula parotid)

2) Kelenjar bawah rahang (glandula mandibularis)

3) Kelenjar bawah lidah (glandula submandibularis)

2. Faring

Makanan bergerak dari rongga mulut ke faring. Faring merupakan daerah

di antara bagian belakang rongga mulut sampai permulaan esofagus. Pada saat

makanan berada di faring, proses penelanan makanan selanjutnya terjadi secara

tidak sadar (Tenzer et al, 2014).

3. Esofagus

Esofagus merupakan tabung penyalur makanan menghubungkan mulut dan

lambung. Pada daerah ini makanan akan bergerak ke arah lambung dengan

bantuan gerak peristaltis dengan bantuan otot-otot tak sadar yang terdapat di

bagian bawah esofagus (Tenzer et al, 2014).

4. Lambung

Lambung mamalia berbentuk kantong, dapat dibedakan menjadi tiga

bagian. Bagian anterior disebut kardia, bagian tengah fundus, dan bagian posterior

pilorus. Fungsinya untuk menyimpan makanan, melanjutkn pencernaan mekanis

dan kimiawi (Tenzer et al, 2014). Makanan dari esofagus memasuki lambung

melalui suatu katup yang dikenal sebagai cardiac spinchter (Permana et.al,.

2010). Menurut Tenzer et al (2014), katup ini berfungsi untuk mengatur

masuknya makanan dari esofagus ke lambung. Pada ujung posterior lambung

membentuk sfingter pilori untuk mengatur turnnya makanan ke dalam duodenum.

Page 8: anatomi fisiologi hewan

Pada lambung terdapat kelenjar, baik pada bagian kardia, fundus, maupun

pilorus. Kelenjar kardia mengandung banyak butir musigen. Kelenjar fundus

mengandung sel-sel kelenjar sebagai berikut :

1) Sel musigen : terdapat pada bagian atas kelenjar, menghasilkan musigen

untuk melindungi lambung dari getahan yang bersifat asam dari sel

parietal (Tenzer et al, 2014).

2) Sel parietal : bentuknya membulat, terdapat di sepanjang dinding

kelenjar, berfungsi menggetahkan HCl (Tenzer et al, 2014).

3) Sel zimogen (sel utama) : menghasilkan pepsinogen yang dengan

bantuan HCl akan berubah menjadi pepsin, suatu enzim yang aktif.

Menghasilkan renin dan menghasilkan faktor instrinsik yang

memudahkan penyerapan vitamin B12 dalam usus (Tenzer et al, 2014).

4) Sel argentaffin

Pada kelenjar pilorus terdapat terutama :

1. Sel musigen yang berfungsi untuk menggetahkan lendir.

2. Sel gastrin yang berfungsi untuk menggetahkan hormon gastrin

yang merangsang penggetahan HCl oleh sel parietal (Tenzer et al,

2014).

5. Usus halus

Fungsinya untuk menyelesaikan proses pencernaan kimiawi untuk

mengabsorbsi hasil pencernaan. Pada mamalia, usus halus dibedakan menjadi tiga

bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan illeum. Permukaan dalam usus halus

diperluas dengan adanya tonjolan-tonjolan (jonjot) yang menjorok ke dalam

lumen yang disebut villus. Setiap villus mengandung pembuluh darah dan

pembuluh limfe; di tempat ini terjadi absorbsi sari makanan (Tenzer et al, 2014).

6. Usus besar

Usus besar dapat dikatakan tidak memeiliki peran dlaam proses

pencernaan makanan. Struktur ini hanya berperan dalam proses reabsorbsi air dan

elektrolit. Struktur ini juga membentuk feses (Permana, 2010).

Page 9: anatomi fisiologi hewan

7. Rektum

Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan dan berfungsi sebagai

tempat penyimpanan feses sampai siap dikeluarkan melalui anus (Permana, 2010).

Ruminansia

Menurut Campbell (2002), hewan-hewan herbivora (pemakan rumput)

seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia).

Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks.

Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan

pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem

pencernaan hewan lain.

Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan mammalia, tampak

pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi

untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Sapi (hewan memamah biak)

tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi

geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya

untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang

terdiri atas 50% selulosa. Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih

pendek (Campbell, 2002).

Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih

mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya

bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm (Campbell, 2002).

Menurut Campbell (2002), lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar

3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk

menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali. Selain itu, pada

lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia

terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan

ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,

omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan

pada saat otot sfinkter berkontraksi.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai

gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan

Page 10: anatomi fisiologi hewan

protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan

oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke

retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan

yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut

untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk

diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim

yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke

abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses

pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim (Campbell, 2002).

Amphibia

Sistem pencernaan katak meliputi rongga mulut, faring, esophagus,

lambung, usus halus, usus besar, dan kloaka. Pada rongga mulut katak terdapat gigi

yang terdapat pada tulang vomer, rahang atas, dan tulang palatin. Gigi berbentuk

kerucut untuk memegang mangsa dan lidah yang ujungnya terbagi menjadi 2

(bifida) untuk menangkap mangsa (Tenzer, 2014).

Reptil

Rongga mulut pada reptil disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Pada

masing-masing rahang terdapat gigi-gigi yang berbentuk kerucut. Gigi menempel

pada gusi dan sedikit melengkung kea rah rongga mulut. Dan khusus pada ular

berbisa akan tumbuh gigi yang dapat menghasilkan racun yang terdapat pada

rongga mulut. Pada buaya giginya bisa mnegalami 50 kali pergantian. Pada

umumnya retil tidak mengunyah makanannya jadi giginya berfungsi sebagai

penangkap mangsa (Mukayat et al, 1992).

Gambar 2.6 lambung pada ruminansia (Hickman et al., 2006)

Page 11: anatomi fisiologi hewan

Gambar diagram organ-organ ular berbisa (a) Kelenjar bisa (b). Gigi bisa (c).

Lubang masuk bisa pada ular tanah (d) Lubang keluar bisa (Setiadi, asep, 2010)

Pada rongga mulut terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan

ujung bercabang dua. Pada reptilian pemakan insekta memiliki lidah yang dapat

dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya relative kecil dan tidak

dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus oleh selaput

dan terletak di bagian rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya

berfungsi agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan

mangsanya. Pada ular Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang

bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui

gigi tersebut (Mukayat et al, 1992).

Aves

Pada kelompok aves, paruh merupakan mulut yang tersusun dari zat kapur

dan menutupi rahang atas dan bawah. Bentuk paruh pada tiap ordo aves berbeda –

beda tergantung pada jenis makanannya. Namun secara umum, bentuk paruh pada

aves memanjang dan runcing. Bentuk mulut pada aves berupa paruh ini berkaitan

dengan fungsinya sebagai salah satu organ urinaria. Umumnya makanan pada

aves berupa biji-bijian, cacing, dan daging (Tenzer et al, 2014).

Page 12: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.7 Macam paruh pada aves

( Sumber : Bahan ajar taksonomi vertebrata, tanpa tahun)

Tembolok merupakan bagian tubuh yang hanya terdapat pada aves.

Tembolok merupakan tempat makanan sementara, dimana makanan akan

dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian

digiling dalam empedal (Tenzer et al, 2014). Tembolok ini terdapat pada aves

terkait dengan hubungannya untuk membantu proses pencernaan pada aves .

Page 13: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.8 Sistem Pencernaan pada Aves (Anakunhas, tanpa tahun)

Kloaka merupakan suatu ruangan tunggal yang merupakan muara bagi tiga

saluran, yaitu :

a) Saluran Genital

b) Saluran pencernaan

c) Saluran Urinaria

Menurut Dosen Ahli Zoologi UGM (1990) kloaka pada aves tersusun atas

tiga bagian dengan fungsi masing – masing untuk spesialisasi pengeluaran ketiga

sistem yang bermuara pada kloaka yaitu proktodeum, urodeum, dan kopradeum.

Proktodeum merupakan bagian dari kloaka sebagai saluran keluar dari sistem

genital. Urodeum merupakan bagian kloaka sebagai saluran keluar dari sistem

urinaria. Dan saluran keluar dari sistem pencernaan. Aves tidak mengeluarkan

urin cair, namun dalam bentuk pasta dan berwarna putih. Warna putih yang

terdapat dalam kotoran aves sebagian besar adalah asam urat. Asam urat

merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia)

dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya

Page 14: anatomi fisiologi hewan

larutnya di dalam air rendah. Asam urat sebagian besar larut dalam air dan dapat

disekresikan sebagai pasta atau dalam bentuk pasta.

Gambar 2.9 Kloaka pada Aves ( Dosen Ahli Zoologi UGM, 1990)

3. Sistem pernapasan

Pernapasan merupakaan proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida

dalam tubuh. Sistem pernapasan pada mamallia dimulai dari bagian saluran udara

dan bagian pernapasan (Tenzer et al, 2014).

Bagian saluran udara terdiri dari : rongga hidung, faring, laring, trakea,

bronkus, dan bronkiolus. Bagian pernapasan (tempat terjadinya pengambilan

oksigen oleh darah dan pelepasan karbondioksida oleh darah) terdiri dari :

bronkioli respiratori, dukti alveoli, alveoli (Tenzer et al, 2014).

Organ pernapasan utama adalah paru-paru. Paru-paru mamalia berongga-

rongga dan umumnya terbagi menjadi lobus-lobus. Di dalam paru-paru terdapat

bronkus intrapulmonalis, bronkioli, bronkioli respiratoris, dukti alveoli, dan

alveoli. Sebelah luar paru-paru diselumuti oleh selaput pleura (Tenzer et al, 2014).

1. Rongga hidung

Rongga hidung dipisahkan oleh suaktu sekat menjadi bagian kiri dan

kanan. Dengan udara luar dihubungkan oleh lubang hidung luar (nares eksterna),

dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam (nares interna) (Tenzer et

Page 15: anatomi fisiologi hewan

al, 2014). Menurut Permana (2010), lubang hidung merupakan gerbang menuju

saluran nasal yang dilapisis oleh membran mukus. Pada bagian bawah membran

tersebut terdapat kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara sebelum

mencapai paru-paru. Selain dihangatkan, udara tersebut juga diaring oleh rambut-

rambut yang terdapat pada rongga hidung.

2. Faring

Faring merupakan persimpangan antara saluran napas dan saluran makanan

(Tenzer et al, 2014).

3. Laring

Merupakan suatu rongga yang terletak di belakang faring (Tenzer et al,

2014). Pada laring terdapat glotis dan epiglotis yang terletak di atas glotis.

Epiglotis berfungsi dalam mencegah makanan memasuki glotis dan menghambat

aliran udara (Permana, 2010).

4. Trakea

Dari laring udara bergerak ke arah trakea. Trakea selanjutnya bercabang

menjadi dua bronchi (Permana, 2010).

5. Bronkus

Setiap bronkus bermuara pada satu paru-paru. Epitel pada saluran ini

diselimuti oleh silia dan lapisan tipis mukus. Mukus berperan dalam menangkap

debu dan kontaminan kecil yang lolos dari saringan rambut di rongga hidung.

Silia berperan sebagai alat untuk menggerakkan mukus yang telah terkontaminasi

tersebut ke arah atas untuk selanjutnya ditelan melalui esofagus dan masuk ke

sistem pencernaan makanan (Permana, 2010).

6. Paru-paru

Di dalam paru-paru, bronkus bercabang menjadi tubulus-tubulus kecil

yang dikenal sebagai bronkiolus. Percabgan halus dari bronkiolus selanjutnya

memasuki alveoli (Permana, 2010). Menurut Tenzer et al ((2014), di dalam

kantung alveoli terdapat banyak percabangan dari dukti alveoli. Dukti alveoli

merupakan saluran tipis dan dindingnya terputus-putus. Alveolus merupakan unit

paru-paru yang terkecil, mengandung banyak pembuluh darah sehingga di isinilah

terjadi pertukaran gas.

Page 16: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.10 Sistem Pernapasan pada Manusia (Raven and Johnson, 2014)

Pisces

Di lingkungan perairan, konsentrasi oksigen yang terlarut rendah. Air

bersifat lebih rapat dari udara, sehingga oksigen berdifusi dalam air secara lebih

lambat. Organ respirasi paling sesuai untuk kehidupan vertebrata akuatik adalah

insang, yang sangat efisien untuk mengekstraksi oksigen dari air (Tenzer et al,

2014). Pada pisces hidung tidak berfungsi sebagai organ respirasi karena hidung

pada ikan hanya berupa lekuk hidung, bukan berupa lubang hidung. Oleh karena

itu pada ikan, air masuk melalui mulut, bukan lubang hidung.

Page 17: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.11 Anatomi Insang Ikan (Sumber: Campbell, 2013)

Amphibia

Pernapasan pada katak terdiri dari pernapasan kulit dan paru-paru. Untuk

menunjang pernapasan menggunakan kulit, katak memiliki kulit yang sangat tipis

dan banyak mengandung kelenjar mukosa sehingga selalu basah, kaya akan

pembuluh darah yang merupakan lanjutan dari arteri kutanea, sehingga

memungkinkan katak untuk melakukan pernapasan kulit. Pernapasan kulit terjadi

baik di darat maupun di dalam air (Tenzer, 2014).

Reptil

Sistem pernapasan pada reptil lebih maju dari pada amphibi. Dinding dibentuk oleh

tulang rawan aritenoidea dan tulang rawan krikoidea. Trackea dan bronkus lebih

panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Tempat percabangan trachea

menjadi bronchus disebut bifurcation trackea. Broncus masuk ke dalam paru-paru

dan tidak bercabang-cabang lagi. Paru-paru reptile berukuran relative besar,

berbentuk fusiform, berjumlah sepasang. Struktur dalamnya berpetak-petak seperti

rumah lebah, biasanya bagian anterior lebih banyak berpetak dari pada bagian

posterior (Tenzer et al,2014).

Page 18: anatomi fisiologi hewan

Gambar 2.12 Struktur paru-paru pada tetrapoda rendah

(Sumber: Hilderbrand, 1988 dalam Tenzer, 2014)

Aves

Bangsa burung menggunakan pernapasan paru – paru, namun dilengkapi dengan

adanya kantung – kantung udara yang berfungsi untuk menampung cadangan

udara. Kantung udara ini berguna dalam membantu proses respirasi aves pada saat

terbang, mencegah hilangnya panas tubuh, mengatur berat jenis badan, dan

membantu memperkeras suara aves (Tenzer et al, 2014).