analisis umur simpan
TRANSCRIPT
PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK KOPI INSTAN
FORMULA MERK-Z DENGAN METODE ARRHENIUS
Oleh
Christamam Herry Wijaya
F34102132
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK KOPI INSTAN
FORMULA MERK-Z DENGAN METODE ARRHENIUS
Oleh
Christamam Herry Wijaya
F34102132
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Christamam Herry Wijaya. F34102132. Pendugaan Umur Simpan ProdukKopi Instan Formula Merek-Z Dengan Metode Arrhenius. Di bawahbimbingan Ir. Indah Yuliasih, M.Si. dan Ir. Sugiarto, M.Si. 2007.
RINGKASAN
Kopi adalah produk olahan hasil perkebunan yang digolongkan sebagaibahan penyegar dan merupakan salah satu hasil tanaman perkebunan unggulanIndonesia. Pada saat ini, produk olahan kopi pada umumnya diperdagangkandalam bentuk kopi bubuk, baik berupa kopi murni maupun kopi yang telahmengalami pencampuran dengan bahan lainnya. Kopi dalam bentuk bubuk dinilailebih praktis untuk dipindahkan dan memudahkan dalam konsumsinya. Kopibubuk memiliki sifat yang mudah menyerap air, sehingga penambahan kadar airselama penyimpanan dapat menurunkan mutu kopi yang disimpan. Pendugaanumur simpan merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahananproduk selama masa penyimpanan. Melalui pendugaan umur simpan, dapatdiketahui berapa lama suatu produk dapat disimpan sebelum mengalamipenurunan mutu hingga titik kritisnya.
Penilaian tentang umur simpan dapat dilakukan pada kondisi dipercepat(accelerated shelf life test) yang selanjutnya dapat memprediksi umur simpanyang sebenarnya. Metode ini dapat dilakukan dengan mengkondisikan bahanpangan pada suhu dan kelembaban relatif yang tinggi sehingga titik kritis lebihcepat tercapai. Penentuan umur simpan dengan metode Arrhenius termasukkedalam metode akselerasi ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik awal produkkopi instan formula merek-Z, mengetahui tingkat perubahan mutu produk kopiselama masa penyimpanan. Penelitian ini juga bertujuan dalam penentuanparameter dan titik kritis mutu produk dan menduga umur simpan produk kopiinstan dengan metode Arrhenius berdasarkan parameter kritisnya.
Sebagai karakteristik awal, kopi instan formula yang diujikan memilikikadar air sebesar 4,55%, kadar abu 2,781%, kadar lemak kasar 4,66%, dan3,874% kadar protein. Hasil pengujian awal mikrobial menunjukkan banyaknyajumlah mikroba sebesar 5,0 x 103 dan tidak ditemukan adanya koloni bakteriEschericia coli. Selama masa penyimpanan, terjadi peningkatan kadar air, jumlahmikroorganisme yang tumbuh, dan bakteri E.coli. Penurunan kandungan kimiaproduk kopi instan terjadi pada kadar lemak, kadar protein, dan kadar volatilereducing substance-nya. Karakteristik mutu yang relatif tetap selamapenyimpanan meliputi kadar abu, tingkat kecerahan bubuk kopi instan formulayang diujikan, tingkat kecerahan seduhan kopi, dan waktu penyeduhan. Evaluasisensori melalui uji hedonik terhadap aroma seduhan kopi tidak menunjukkanperbedaan yang signifikan antar sampel selama masa penyimpanan.
Parameter kritis produk kopi instan formula yang diujikan adalah kadarairnya, mengingat karakter produk yang higroskopis. Berdasarkan ujiorganoleptik, titik kritis dari kadar air tersebut adalah 17,83%. Analisis regresidari grafik peningkatan kadar air produk selama penyimpanan menunjukkan nilaiK sebesar 0,0218 pada suhu 30oC; 0,0264 pada suhu 45oC; dan 0,0393 pada suhu50oC. Plot Arrhenius berdasarkan nilai K pada masing-masing suhu memberikan
nilai E/R sebesar 2480,8 dan K0 sebesar 75,5051. Sehingga diperoleh persamaanakhir Arrhenius berupa K = 75,5051.e-2480,8(1/T). Penggunaan persamaanArrhenius tersebut memberikan laju penurunan mutu produk sebesar 2,09995 x10-2%/Hari pada suhu penyimpanan 30oC, 3,08982 x 10-2%/Hari untuk suhupenyimpanan 45oC, dan 3,48642 x 10-2%/Hari untuk produk kopi instan yangdisimpan pada suhu 50oC. Masa simpan produk kopi instan formula pada suhupenyimpanan 30oC adalah 632 hari, 430 hari pada penyimpanan bersuhu 45oC,dan 381hari pada penyimpanan bersuhu 50oC.
Christamam Herry Wijaya. F34102132. Shelf Life Estimation Of three in oneInstant Coffee Z Brand by Arrhenius Method. Under The Guidance Of Ir.Indah Yuliasih, M.Si and Ir. Sugiarto, M.Si. 2007.
SUMMARY
Coffee is one of Indonesians’s processed horticulture product.Nowadays, common of coffee product are being traded as powder form, weatheras pure coffee or mixed one. The circumstance allows because powder coffee isassumed as more practical form to move out and to comsumed. It is very easy forpowder coffee to adsorb moisture, furthermore moisture content adding whilestorage can be decreased the quality. Shelf life estimation is one way to know theproduct immunity during storage. Through this estimation, we can know how longthe product takes time to be decreased in quality until it’s going to the qualitycritical point.
Shelf life estimation can be done through accelerated shelf life test inforward, it will be able to determinate the real shel life for the product. Thismethode is created by conditioning the food product in high temperature andrelative humidity afterwords the quality critical point can be reached. Shelf lifedating by using Arrhenius method one of accelerated shelf life test.
The aim for the research are to know initial instant coffee characteristics,to know the quality deterioration while storaging, to definite the parameters andquality critical point for the product. This research is also to estimate the shelf lifeof the product using Arrhenius method based on it’s quality critical parameter.
As initial characteristics, the product has 4,55% of moisture content,2,781 of ashes content, 4,66 of fat content, and 3,874% of protein content. Bybegining microbial test result, the product contain 5,0 x 103 of total microbial andthere is no Eschericia coli colony. During the storage term, moisture content, totalmicroorganism, and E.coli have been arised up. The declining of chemical contentcan be seen at fat content, protein content and volatile reducing substance content.Constant quality characteristics are ashes content, brightness level of testedpowder coffee and boiled coffee, and boiled time. Sensory evaluation by hedonictest show no significant different at boiled coffee aroma.
Critical parameters for shelf life estimation for the coffee product ismoisture content. Based on sensory evaluation, the critical point for moisturecontent is 17,83%. Regretion analysis from increased moisture content graph giveK=0,0218 for 30oC storage temperature; 0,0264 for 45oC storage temperature; and0,0393 for 50oC storage temperature. Arrhenius plot based on each K and storagetemperature give E/R point, namely 2480,8 and the Ko = 75,5051. UsingArrhenius equation give the result as K=75,5051.e-2480,8(1/T). The deteriorationquality product rate namely 2,09995 x 10-2%/day with 30oC storage temperature,3,08982 x 10-2%/day for 45oC storage temperature, and 3,48642 x 10-2%/day for50oC storage temperature. The shelf life estimation for the coffee product are 632days for 30oC storage temperature, 430 days for 45oC storage temperature, and381 days for 50oC storage temperature.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK KOPI INSTAN FORMULA
MEREK-Z DENGAN METODE ARRHENIUS
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Christamam Herry Wijaya
F34102132
Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Nopember 1984
Tanggal lulus :
Disetujui,
Ir. Indah Yuliasih, M.SiDosen Pembimbing I
Ir. Sugiarto, M.SiDosen Pembimbing II
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang bejudul
“Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merek-Z Dengan
Metode Arrhenius” adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen
pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditujukan rujukannya.
Bogor, 19 Februari 2007
Yang Membuat Pernyataan
Nama : Christamam Herry Wijaya
NRP : F34102132
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 6 Nopember 1984.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Herman Basri dan Wiwiek Suparwi. Pada tahun
1989 penulis memulai pendidikan pada TK Garuda Depok
dan lulus pada tahun 1990. Tahun 1990 penulis memasuki
jenjang pendidikan dasar di SDN Tugu IX Cimanggis dan lulus pada tahun 1996.
Penulis melanjutkan pendidikan pada SLTPN I Cimanggis dan lulus pada tahun
1999. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan pada SMUN 99
Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan tingginya
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur SPMB.
Selama menjadi mahasiswa, penulis terlibat aktif dalam organisasi
kemahasiswaan sebagai staff Divisi Pendidikan dan Pelatihan Forum Bina Islami
(2003-2004), Staff Komisi Kajian Strategis Kebijakan Kampus Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fateta (2003-2004), Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa
Fateta (2004-2005), Anggota Komisi Internal Dewan Perwakilan Mahasiswa KM
IPB (2005-2006), dan Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
KM IPB (2005-2006).
Pada tahun 2005, penulis melaksanakan Paktek Lapangan (PL) di PT PG
Rajawali II Unit PG Subang dengan judul “Mempelajari Aspek Penanganan
Bahan dan Pengemasan Produk Pada PT PG Rajawali II Unit PG Subang”.
Sebagai pelaksanaan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berjudul
“Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merek-Z Dengan Metode
Arrhenius” di Laboratorium Pengemasan Departemen Teknologi Industi
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, atas
segala nikmat, petunjuk, kehendak, dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan menuliskannya dalam bentuk skripsi ini sebagai
salah satu langkah dalam menyelami samudera ilmu-Nya yang tak terbatas.
Shalawat dan salam semoga Allah tetap curahkan kepada qudwah hasanah kita,
pembawa risalah Islam ke seluruh penjuru negeri, Rasulullah SAW, beserta
keluarganya, seluruh sahabat, dan seluruh pengikutnya yang tetap istiqomah.
Semoga kita semua digolongkan dalam barisan umatnya di yaumul akhir kelak.
Aamin. Skripsi ini merupakan laporan kegiatan penelitian sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen
Teknologi Industi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini tidaklah terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Indah Yuliasih, M.Si selaku dosen pembimbing pertama atas segala
arahan, bimbingan, dan petunjuk baik selama penelitian maupun dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Sugiarto, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
berbagai ide, arahan, dan petunjuk kepada penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Purwoko, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan
saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
4. Bapak, Ibu, dan Adikku yang selalu mengingatkan, menegur, dan
mendoakan. Mohon maaf atas keterlambatan kelulusan.
5. Akh Afrizal K, kang Atang, Kang Zamzam, dan Pak Fathan atas segala
nasehat dan bimbingannya selama di kampus.
6. Deby dan Annisa, rekan kerja penelitian dan atas bantuan serta dukungannya
selama masa penelitian.
7. Seluruh anggota DPM Fateta periode 2003/2004, Dewan Pemberani masa
bakti 2004/2005, Dewan Visioner KM IPB 2005/2006 dan MPM KM IPB
2005/2006, especially to mas Deni, kang Ape, mba Lili, mba Yani, Ali
Suhaely, Bagus, Lina, Diah, Fuad, Retno, Upik, Karina, Rora, Yogi, Fehmi,
dan Ridwan atas kerja sama, kerja keras, ukhuwah, dan suasana zone tidak
nyaman-nya. Ana uhibbukuma fillah.
8. Saudara-saudaraku rekan seperjuangan; Andri, Samsul, Baim, Jumadi, Kang
Asep, Mas Edi, Agresta, Joni, Jamal, Bento, Mansyur, Haiman, Firman, Pije,
Tarwin, Igma, Fajar, Kabay, Budi, Yose, Yuzar, Zul, Zaelani, Kurnia
Ramadhan dan rekan-rekan lainnya yang belum dicantumkan, atas indahnya
ukhuwah dalam bekerja bersama.
9. Rekan kerja BEM Fateta 2004/2005 dan BEM KM IPB 2005/2006,
khususnya Mas Jenal, Hanif, Ikhlas, Lala, Maya, Redi, Endah, Fadli, Teguh,
Yunus, Cep Hilman, Ima, Novi, Abud, dan Wicak atas kerja samanya,
walaupun terkadang kita sering bertentangan. Jazzakumullah.
10. Lala, untuk materi kuliah pengemasannya dan Estie untuk bantuan
terjemahannya.
11. Kurnia Meirina dan Maria Ulfah atas bantuannya dalam menyiapkan ujian
skripsi.
12. “Penghuni” Baiti Jannati yang dengan keceriaan dan suasana kontrakan dapat
melunturkan kegundahan hati penulis.
13. Teman-teman TIN ’39 khususnya anak-anak SPMB dan Gibolers untuk
suasana kampusnya. Semoga Allah selalu bersama kita.
14. Seluruh pengajar, karyawan, dan tenaga penunjang di Departemen TIN.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Jazzakumullah khairon katsiro.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan.
Bogor, Februari 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................... 1
B. TUJUAN .................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
A. KOPI INSTAN .......................................................................... 3
B. KRIM NABATI BUBUK ......................................................... 4
C. GULA ........................................................................................ 5
D. PENDUGAAN UMUR SIMPAN ............................................. 6
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 10
A. BAHAN dan ALAT ................................................................. 10
B. METODE PENELITIAN ......................................................... 10
1. Karakterisasi Mutu Kopi Instan Formula Merek-Z ............. 10
2. Perubahan Mutu Produk Kopi Instan Formula Merek-ZSelama Masa Penyimpanan ................................................. 10
3. Penentuan Parameter Kritis .................................................. 11
4. Pendugaan Umur Simpan Dengan Metode Arrhenius ......... 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 13
A. KARAKTERISTIK PRODUK .................................................. 13
B. PERUBAHAN MUTU SELAMA PENYIMPANAN ............... 16
1. Kadar Air .............................................................................. 16
2. Kadar Lemak Kasar Metode Sohxlet ................................... 18
3. Kadar Protein ....................................................................... 19
4. Jumlah Mikroorganisme ....................................................... 20
iii
5. Pengukuran Eschericia coli .................................................. 21
6. Warna Produk Kopi Instan ................................................... 22
7. Warna Seduhan Kopi ............................................................ 24
8. Waktu Penyeduhan ............................................................... 26
9. Volatile Reducing Substance................................................. 27
10. Evaluasi Sensori ................................................................... 29
C. PENENTUAN PARAMETER KRITIS dan TITIK KRITISMUTU PRODUK ...................................................................... 33
D. PENDUGAAN UMUR SIMPAN ............................................. 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 38
A. KESIMPULAN ......................................................................... 38
B. SARAN ...................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 40
LAMPIRAN ............................................................................................. 43
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Komposisi kopi instan murni ........................................... 4
Tabel 2 Hasil pengujian analisis proksimat danuji mikrobial dan pembandingannyadengan SNI 01-2983-1992 ............................................... 13
Tabel 3 Kadar air produk kopi instan formula .............................. 17
Tabel 4 Kadar lemak produk kopi instan formula ......................... 18
Tabel 5 Nilai kadar protein produk kopi instanformula dengan metode Kjedahl ...................................... 20
Tabel 6 Jumlah mikroba dari produk kopi instan formula ............ 21
Tabel 7 Jumlah bakteri E. coli pada produk kopi instanformula ............................................................................. 22
Tabel 8 Tingkat kecerahan produk kopi instan formulaselama masa penyimpanan ............................................... 23
Tabel 9 Tingkat kecerahan seduhan produk kopi instan formulaselama masa penyimpanan ............................................. 25
Tabel 10 Waktu penyeduhan produk kopi instan formulaselama masa penyimpanan ............................................... 26
Tabel 11 Kadar volatile reducing substance produkkopi instan formula selama penyimpanan ........................ 27
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Regresi linier grafik hubungan waktupenyimpanan dengan kadar VRS ......................................... 28
Gambar 2 Skor hedonik hedonik terhadap aroma seduhan kopiselama masa penyimpanan .................................................. 32
Gambar 3 Grafik hubungan antara waktu penyimpanan(hari) dengan kadar air (%) produk kopi instanformula ................................................................................. 35
Gambar 4 Regresi linier penambahan kadar air produkkopi instan formula yang disimpan padasuhu 30oC, 45oC, dan 50oC .................................................. 35
Gambar 5 Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln Kproduk kopi instan formula ............................................... 36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutuproduk kopi instan formula ......................................... 44
Lampiran 2 Hasil pengamatan perubahan mutuselama penyimpanan ................................................... 49
Lampiran 3 Rekapitulasi Analisis ragam terhadap parameterperubahan mutu produk .............................................. 54
Lampiran 4 Rekapitulasi nilai hedonik terhadap atribut aromaseduhan kopi ............................................................... 60
Lampiran 5 Rekapitulasi Analisis Ragam terhadap atributseduhan kopi ............................................................... 61
vii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman kopi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Tanaman yang dapat menghasilkan produk olahan yang digolongkan ke dalam
jenis minuman penyegar ini telah dikenal sejak lama, bahkan menjadi salah
satu komoditi perkebunan unggulan Indonesia. Menurut survei yang dilakukan
oleh Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi
sebanyak 0,5 kg/orang/tahun (Najiyati dan Danarti, 2001). Kopi merupakan
salah satu komoditi perdagangan penting dunia yang meliputi nilai sekitar
US$ 10,5 bilyun setahun, dan melibatkan jaringan perdagangan antarbangsa
dan lebih merupakan kegiatan perdagangan dari negara-negara berkembang ke
negara-negara maju yang merupakan konsumen-konsumen utama
(Siswoputranto, 1992).
Pada saat ini, produk olahan kopi pada umumnya diperdagangkan
dalam bentuk kopi bubuk, baik berupa kopi murni maupun kopi yang telah
dicampur dengan bahan lainnya. Kopi instan dibuat dari kopi bubuk yang
diekstrak dengan menggunakan air sebagai medium ekstraksinya. Dewasa ini,
kopi instan umumnya merupakan campuran beberapa bahan seperti kopi, gula,
krim bubuk, serta beberapa bahan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Penambahan bahan-bahan lainnya dalam komposisi produk olahan kopi
tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penyimpanannya.
Semakin banyak bahan lain yang ditambahkan, maka makin banyak variabel
yang akan mempengaruhi mutu produk olahan kopi yang dihasilkan.
Rentang waktu antara masa produksi dengan konsumsi yang cukup
lama membuat produk kopi instan perlu disimpan terlebih dahulu. Selama
masa penyimpanan, dapat terjadi penurunan pada beberapa karakteristik mutu
kopi instan. Penurunan mutu produk dapat menurunkan umur simpan produk.
Pendugaan umur simpan merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat
ketahanan produk selama masa penyimpanan. Melalui pendugaan umur
simpan, dapat diketahui berapa lama suatu produk dapat disimpan sebelum
dikonsumsi.
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan karakteristik awal produk kopi instan formula merek-Z.
2. Mengetahui perubahan mutu produk kopi instan formula selama masa
penyimpanan.
3. Menentukan parameter kritis dan titik kritis mutu produk kopi instan
formula merek-Z.
4. Melakukan pendugaan umur simpan produk kopi instan formula
berdasarkan parameter kritisnya dengan menggunakan metode
Arrhenius.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KOPI INSTAN
Kopi instan dibuat dari kopi bubuk yang diekstrak dengan
menggunakan air (Clarke, 1988). Di dalam Encyclopedia Britanica (1983),
disebutkan bahwa pada pembuatan kopi instan, sejumlah konsentrasi kopi cair
dipekatkan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pengeringan semprot dari
konsentrasi kopi tersebut, menggunakan udara panas, mengeringkannya pada
keadaan vacuum, atau dengan lyophilization (pengeringan dingin). Operasi
dari pembuatan kopi instan lebih kompleks dan beragam pada berbagai
perusahaan yang memproduksinya.
Kopi instan dapat larut baik pada air panas maupun dingin, tanpa
pembentukan buih, serta memiliki aroma dan rasa menyerupai masakan kopi
segar (Pintauro, 1975). Siswoputranto (1992), menyatakan bahwa kopi instan
dihasilkan dari ekstraksi kopi bubuk, hasil biji kopi yang telah disangrai,
melalui percolator-percolator ukuran pabrik yang ukuran diameternya bisa
mencapai 6,5 m. Ekstraksi dilakukan dengan air panas dan tekanan. Diperoleh
produk agak padat yang disebut liquor yang kemudian disaring melalui filter-
filter dan kemudian dikeringkan. Cara ekstraksi ini bisa mencapai rendemen
antara 35% - 50%
Lebih lanjut Siswoputranto (1992), menyebutkan pengeringan liquor
menjadi serbuk-serbuk kopi dilakukan melalui proses spray drying atau freeze
drying yang ditemukan dan dipergunakan secara komersial baru sejak tahun
1960-an. Produknya adalah kopi instan yang mudah diseduh.. Komposisi dari
kopi instan murni dapat dilihat pada Tabel 1.
Kopi instan harus dilindungi dengan pengemasan yang cocok sebelum
didistribusikan kepada pedagang ritel atau pasar, pertimbangan utamanya
adalah untuk menghindari absorpsi uap air dari lingkungan, yang tidak hanya
mengakibatkan penggumpalan, tetapi juga akan mempercepat deteriorasi
aroma (Smith, 1989)
Tabel 1. Komposisi kopi instan murni
No Komponen Kimia Persentase (%)
1 Karbohidrat (3-5% gula pereduksi) 35.0
2 Lemak (beserta asam lemak) 0.2
3 Protein (asam amino dan kompleksnya) 4.0
4 Abu (oksida) 14.0
5 Asam non volatil• Chlorogenic• Cafeic• Quinic• lainnya
13.01.41.43.0
6 Trigonellin 3.5
7 Kafein• Arabika• Robusta
3.57.0
8 Phenol 5.0
9 Komponen volatil lainnya• Sebelum pengeringan• Sesudah pengeringan
1.1-
Sumber : Pintauro (1975)
B. KRIM NABATI BUBUK
Krimer nabati bubuk adalah produk olahan dari lemak nabati ditambah
karbohidrat yang sudah ditambahkan bahan tambahan pangan yang diizinkan,
berbentuk bubuk, dan dipergunakan sebagai padanan rasa untuk makanan dan
minuman (BSN, 1998). Affandi, Iskandar, Aini, dan Habi (2003), menyatakan
bahwa produk tersebut disebut juga sebagai krimer non-susu atau krimer
nabati karena memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan baku seperti halnya
pemanfaatan lemak susu dalam produk krimer susu.
Affandi, Iskandar, Aini, dan Habi (2003) menyatakan bahwa terdapat
tiga macam bentuk krimer non-susu yang beredar di pasaran, yaitu serbuk,
cair, dan beku yang semuanya dibuat dalam bentuk konsentrat emulsi.
Diantara ketiga jenis produk tersebut, krimer dalam bentuk serbuk merupakan
produk krimer yang paling banyak diminati pasar karena kemudahan dalam
4
penanganan dan penyimpanan. Krimer non-susu memiliki banyak kelebihan
bila dibandingkan dengan krimer susu. Kelebihan tersebut antara lain umur
produk yang lebih panjang. Selain itu, krimer non-susu juga dapat memenuhi
kebutuhan segmentasi pasar dimana terdapat kondisi yang memaksa seseorang
tidak dapat mengkonsumsi krimer dari bahan susu. Krimer non-susu dengan
asam lemak jenuh yang tinggi diketahui mempunyai ketahanan dan stabil
terhadap oksidasi dan ketengikan untuk jangka waktu yang lama.
C. GULA
Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam karbohidrat,
punya rasa manis, dan larut dalam air, serta mempunyai sifat aktif optis yang
dijadikan ciri khas untuk mengenal setiap gula. (Goutara dan Wijandi, 1985).
Frijters (1987) menyatakan, gula merupakan bahan yang penting dalam
industri pangan untuk dua alasan. Pertama, gula memiliki berbagai
karakteristik fungsional pada berbagai produk pangan. Sebagai contoh, gula
dapat berfungsi sebagai pemanis, bahan pengisi, pembentuk tekstur, pengawet,
dan substrat dalam fermentasi. Alasan kedua adalah dari seluruh produk
pangan yang dapat diperoleh oleh konsumen, produk pangan yang
mengandung gula lebih banyak jumlahnya. Hal utama yang dijadikan sebagai
penentu kualitas gula secara sensori adalah rasa manis yang ditimbulkan,
dimana sangat disukai oleh seluruh budaya dan banyak individu.
Gula yang banyak diperdagangkan sebagai bahan makanan adalah gula
sukrosa yang berbentuk kristal atau seperti pasir putih yang jernih (Goutara
dan Wijandi, 1985). Belitz dan Grosch (1999), menyatakan sukrosa secara
alami terdapat secara luas di alam, umumnya pada tanaman hijau, daun,
batang, buah, biji, dan pada akar dan rhizoma. Dua sumber utama untuk
produksi sukrosa adalah tebu (Saccharum officinarum) dan bit (Beta vulgaris
spp.). Sukrosa adalah gula yang secara signifikan sangat ekonomis dan
diproduksi secara industri dalam jumlah besar.
Sukrosa bernama β-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside dan
merupakan gula disakarida non-pereduksi. Sukrosa mengandung delapan grup
5
hidroksil, tiga diantaranya adalah atom karbon primer (C1’, C6 dan C6’) dan
lima lainnya dalam ikatan sekunder (Khan, 1979). Lindley (1987),
menyatakan bahwa rasa manis dari sukrosa tidak dapat konstan dikarenakan
terjadinya reaksi inversi selama masa penyimpanan menjadi glukosa dan
fruktosa. Sebagai contoh, pada pH 2,5 sekitar lima puluh persen kandungan
sukrosa terinversi setelah 25 hari pada suhu ruang. Selama terinversi,
intensitas kemanisan akan berubah. Hal ini disebabkan glukosa dan fruktosa
yang merupakan hasil inversi sukrosa, merupakan gula pereduksi. Intensitas
kemanisan dari fruktosa cenderung sensitif terhadap suhu dan pH.
D. PENDUGAAN UMUR SIMPAN
Hine (1997), menyatakan bahwa istilah umur simpan mengandung
pengertian tentang waktu antara saat produk mulai dikemas sampai dengan
mutu produk masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Ellis (1994),
mengemukakan bahwa pengetahuan akan umur simpan pada produk pangan
sangatlah penting. Termasuk pula pada penanganan akan bahan pangan
tersebut. Hal ini berarti pertumbuhan, pemasok bahan-bahan tambahan,
produsen, seluruh penjual, retail, dan konsumen temasuk didalamnya. Umur
simpan pada produk pangan dapat diartikan sebagai waktu antara produksi dan
pengemasan produk dengan waktu saat produk mencapai titik tertentu yang
tidak dapat diterima dibawah kondisi lingkungan tertentu.
Floros (1993), menyatakan umur simpan produk pangan dapat diduga
dan kemudian ditetapkan waktu kadaluarsanya dengan menggunakan dua
konsep studi penyimpanan produk pangan yaitu dengan Extended Storage
Studies (ESS) dan Accelerated Storage Studies (ASS). ESS yang sering juga
disebut sebagai metoda konvensional adalah penentuan tanggal kadaluarsa
dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada kondisi normal sehari-hari
dan dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya hingga mencapai
tingkat mutu kadaluarsa. Pendugaan umur simpan produk dilakukan dengan
mengamati produk selama penyimpanan sampai terjadi perubahan yang tidak
dapat lagi diterima oleh konsumen.
6
Selama penyimpanan dan distribusi, produk pangan terbuka pada
kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban,
kandungan oksigen, dan cahaya dapat memicu beberapa reaksi yang dapat
menyebabkan penurunan mutu produk tersebut. Sebagai konsekuensi dari
mekanisme tersebut, produk pangan dapat ditolak oleh konsumen, atau dapat
membahayakan orang yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, pemahaman
yang baik terhadap reaksi-reaksi yang dapat menyebabkan penurunan mutu
produk pangan menempati prioritas untuk pengembangan prosedur spesifik
guna mengevaluasi umur simpan produk pangan. Perubahan secara kimiawi,
fisik, dan mikrobial merupakan penyebab pada penurunan mutu produk
pangan (Singh, 1994). Ellis (1994), menyatakan bahwa banyak komponen
pada produk pangan mengalami perubahan karena oksigen. Kerusakan pada
lemak pada produk beremulsi menyebabkan ketengikan. Pigmen alami
mengalami perubahan warna seperti pada saus tomat dari warna merah
menjadi kecoklatan.
Arpah (2001), menyatakan bahwa penyimpangan mutu produk dari
mutu awalnya disebut sebagai deteriorasi. Produk pangan mengalami
deteriorasi segera setelah diproduksi. Reaksi deteriorasi dimulai dari
persinggungan produk dengan udara, oksigen, uap air, cahaya, atau akibat
perubahan suhu. Reaksi ini dapat juga diawali oleh hentakan mekanis seperti
vibrasi, kompresi dan abrasi.
Lebih lanjut, Arpah (2001), menyatakan bahwa reaksi deteriorasi pada
produk pangan juga dapat disebabkan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik
yang selanjutnya akan memicu reaksi didalam produk berupa reaksi kimia,
enzimatis, atau lainnya seperti proses fisik dalam bentuk penyerapan uap air
atau gas dari lingkungan. Hal ini akan meyebabkan perubahan-perubahan
terhadap produk yang meliputi perubahan tekstur, flavor, warna, penampakan
fisik, nilai gizi, maupun mikrobiologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan bahan pangan yang
dikemas adalah keadaan alamiah atau sifat makanan dan mekanisme
berlangsungnya perubahan, misalnya kepekaan terhadap air dan oksigen dan
kemungkinan terjadinya perubahan kimia internal dan fisik, ukuran kemasan
7
dalam hubungannya dengan volume, kondisi atmosfer, terutama suhu dan
kelembaban dimana kemasan dapat bertahan selama transit dan sebelum
digunakan, serta kemasan keseluruhan terhadap keluar masuknya air, gas, dan
bau termasuk perekatan, penutupan, dan bagian-bagian yang terlipat (Labuza,
1982).
Metode Arrhenius merupakan pendugaan umur simpan dengan
menggunakan metode simulasi. Untuk menganalisa penurunan mutu dengan
metode simulasi diperlukan beberapa pengamatan, yaitu harus ada parameter
yang diukur secara kuantitatif dan parameter tersebut harus mencerminkan
keadaan mutu yang akan terjadi pada kondisi ini (Syarif dan Halid, 1993).
Lebih lanjut Syarif dan Halid (1993) mengungkapkan dalam penentuan
umur simpan, metode Arrhenius sangat baik untuk diterapkan dalam
penyimpanan produk pada suhu penyimpanan yang relatif stabil dari waktu ke
waktu. Selanjutnya laju penurunan mutu ditentukan dengan persamaan
Arrhenius berdasarkan persamaan.
k = ko. e-Ea/RT
keterangan :
k = Konstanta penurunan mutu
ko = Konstanta (tidak tergantung pada suhu)
Ea = Energi aktivasi (kal/mol)
T = Suhu mutlak (K)
R = Konstanta gas (1,986 kal/mol K)
Interpretasi Ea (energi aktivasi) dapat memberikan gambaran mengenai
besarnya pengaruh temperatur terhadap reaksi. Nilai Ea diperoleh dari slope
grafik garis lurus hubungan ln K dengan (1/T). Dengan demikian, energi
aktivasi yang besar mempunyai arti bahwa nilai ln K berubah cukup besar
dengan hanya perubahan beberapa derajat dari temperatur. Dengan demikian,
nilai slope akan besar (Arpah, 2001). Lebih lanjut, besarnya nilai energi
aktivasi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Kecil (Ea 2-15 kkal/mol), kerusakan produk diakibatkan karena kerusakan
karatenoid, klorofil, atau oksidasi asam lemak.
8
2. Sedang (Ea 15-30 kkal/mol), kerusakan produk diakibatkan karena
kerusakan vitamin, kerusakan pigmen yang larut air dan reaksi Mailard.
3. Besar (Ea 50-100 kkal/mol), kerusakan produk diakibatkan karena
denaturasi enzym, inaktivasi mikroba dan sporanya.
Labuza (1982), menyatakan penilaian tentang umur simpan dapat
dilakukan pada kondisi dipercepat (accelerated shelflife test) yang selanjutnya
dapat memprediksi umur simpan yang sebenarnya. Metode ini dapat dilakukan
dengan mengkondisikan bahan pangan pada suhu dan kelembaban relatif yang
tinggi sehingga kadar air kritis lebih cepat tercapai. Penentuan umur simpan
dengan metode Arrhenius termasuk kedalam metode akselerasi ini
Semakin sederhana model yang digunakan untuk menduga umur
simpan, maka semakin banyak asumsi yang dipakai. Asumsi-asumsi yang
digunakan dalam pendugaan metode Arrhenius adalah :
1. Perubahan faktor mutu hanya ditentukan oleh satu macam reaksi saja.
2. Tidak terjadi faktor lain yang mengakibatkan perubahan mutu.
3. Proses perubahan mutu dianggap bukan merupakan akibat proses-proses
yang terjadi sebelumnya.
4. Suhu selama penyimpanan tetap atau dianggap tetap.
9
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN dan ALAT
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kopi instan
formula yang komposisinya terdiri atas kopi instan, krimer bubuk, gula, dan
ekstrak Ginkyo biloba yang telah dikemas sebelumnya dengan bahan kemasan
metalized plastics. Bahan pendukung yang digunakan untuk analisis kimia
adalah air aquades, KMnO4 0,02 N, H2SO4 6 N, H2SO4, HCl 0,02 N, indikator
mensel, pelarut heksana, KI 20 %, Natrium Thiosulfat 0,02 N, dan indikator
kanji.
Alat-alat yang digunakan dalam pengujian umur simpan produk kopi
instan ini adalah oven, tanur, colorimeter, botol timbang, pengaduk pendek,
pipet tetes, pipet volumetrik, erlenmeyer 300 ml, erlenmeyer 500 ml,
erlenmeyer 1 L, penangas air, mikroburet, buret, neraca analitik, desikator,
hotplate, corong, botol kemasan, termometer, oven, dan inkubator.
B. METODE PENELITIAN
1. Karakterisasi Mutu Kopi Instan Formula Merek-Z
Karakterisasi produk dilakukan dengan melakukan analisis
proksimat, uji jumlah mikroorganisme, dan uji jumlah bakteri E. coli dari
produk kopi instan yang didapat. Analisis proksimat dilakukan terhadap
kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, dan kadar lemak kasar. Metode
analisis disajikan pada Lampiran 1.
2. Perubahan Mutu Produk Kopi Instan Formula Merek-Z Selama Masa
Penyimpanan
Produk kopi instan formula disimpan pada inkubator dengan tiga
level suhu, yaitu suhu 30oC, 45oC, dan 50oC dan RH 70%. Penelitian pada
tahap ini adalah melakukan kajian perubahan mutu produk kopi instan.
Metode analisis pendugaan umur simpan dilakukan dengan melakukan
pengujian terhadap warna kopi dan seduhannya (metode Hunter), waktu
penyeduhan, kadar air (AOAC, 1995), kadar VRS (Volatile Reducing
Substance), dan evaluasi sensori melalui uji hedonik terhadap aroma
seduhan kopi. Pengujian dilakukan selama 8 minggu, dengan pengambilan
sampel dilakukan setiap satu minggu. Metode analisis penurunan mutu
produk kopi instan disajikan pada Lampiran 1.
3. Penentuan Parameter Kritis
Penentuan parameter kritis untuk mutu produk kopi instan formula
didasarkan pada perubahan mutu produk selama penyimpanan. Parameter
mutu yang digunakan meliputi kadar air, warna kopi bubuk dan
seduhannya, dan waktu penyeduhan. Pada tahap ini, pengamatan
dilakukan terhadap tren perubahan mutu selama penyimpanan. Pemilihan
parameter dilakukan berdasarkan perubahan mutu yang paling cepat
menyebabkan kerusakan produk.
4. Pendugaan Umur Simpan Dengan Metode Arrhenius
Hasil yang diperoleh selanjutnya diplotkan pada grafik hubungan
antara lama penyimpanan (hari) dan rata-rata penurunan nilai mutu/hari
(k), dimana sumbu x menyatakan lama penyimpanan (hari), sedangkan
sumbu y menyatakan rata-rata penurunan nilai mutu/hari (k). Langkah
berikutnya adalah menentukan regresi liniernya. Setelah diperoleh
persamaan regresi untuk masing-masing suhu penyimpanan, dibuat plot
Arrhenius dengan sumbu x menyatakan 1/T dan sumbu y menyatakan ln
K. K menunjukkan gradien dari regresi linier yang didapat dari ketiga
suhu penyimpanan, sedangkan T merupakan suhu penyimpanan yang
digunakan. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada kurva
Arrhenius, dapat diprediksi umur simpan produk kopi instan berdasarkan
persamaan :
K = K0.e-E/R ((T2-T1)/(T2.T1))
11
K0 menunjukkan konstanta penurunan mutu yang disimpan pada
suhu normal, K menyatakan konstanta penurunan mutu dari salah satu
kondisi yang digunakan (suhu 35oC, 45oC, dan 50oC), sedangkan E/R
merupakan gradien yang diperoleh dari plot Arrhenius. Berdasarkan
perhitungan dengan rumus tersebut, akan diperoleh K (konstanta
penurunan mutu pada suhu normal). Selanjutnya umur simpan produk
kopi instan dapat dihitung berdasarkan persamaaan
t = A0 – A K
Keterangan :
t = Prediksi umur simpan (hari)
A0 = Nilai mutu awal
A = Nilai mutu produk yang tersisa setelah waktu t
K = Konstanta penurunan mutu pada suhu normal
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK PRODUK
Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat
dan uji mikrobial terhadap produk kopi instan formula. Analisis proksimat
yang dilakukan adalah kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, dan kadar
protein. Uji mikrobial dilakukan terhadap pada uji total plate count dan uji
bakteri Eschericia coli. Hasil dari pengujian ini selanjutnya akan
dibandingkan dengan standar SNI kopi instan. Nilai SNI kopi instan diambil
berdasarkan SNI 01-2983-1992 yang berisi tentang standar mutu kopi instan.
Tabel 2. Hasil pengujian analisis proksimat dan uji mikrobial danpembandingannya dengan SNI 01-2983-1992
No Parameter SNI 01-2983-1992tentang kopi instan
Hasil Pengujian kopiinstan formula merek-Z
1 Keadaan :- Bau- Rasa
NormalNormal
NormalNormal
2 Kadar air Maksimal 4% bobot 4.55%
3 Kadar abu 7 – 14 % bobot 2.78%
4 Kadar lemak kasar - 4.66%
5 Kadar protein - 3.87%
6 Pemeriksaanmikrobiologi :
- Kapang- Jumlah Bakteri
- TPC- E. coli
Maksimal 50 koloni/gLebih kecil dari 300koloni/g
--
--
5 koloni/g0
Kadar air produk kopi instan formula berdasarkan hasil pengujian
memiliki nilai 4.55%. Kadar air ini tidak sesuai dengan SNI 01-2983-1992
yang merupakan standar produk kopi instan di Indonesia. Berdasarkan SNI,
kadar air maksimal yang diizinkan tidak melebihi 4%. Nilai kadar air produk
yang lebih tinggi dapat disebabkan kurangnya proses pengeringan saat
produksi, atau produk yang tidak langsung dikemas setelah melalui proses
pengeringan, baik melalui spray dryer atau freeze dryer. Produk kopi instan
yang berbentuk bubuk bersifat higroskopis, sehingga sangat mudah mengikat
uap air dari udara. Hal ini membuat produk yang telah melalui proses
pengeringan harus segera dikemas secepatnya, agar uap air yang terkandung di
udara tidak diikat oleh produk.
Kadar abu produk kopi instan formula menunjukkan nilai yang lebih
rendah dari SNI, yaitu sebesar 2.78%. Kadar abu produk kopi instan menurut
SNI 01-2983-1992 yaitu sebesar 7-14%. Rendahnya kadar abu ini
menunjukkan bahwa kandungan mineral dan ion-ion organik yang terkandung
dalam kopi yang menjadi komponen utama produk tersebut tergolong rendah.
Kadar abu yang rendah dapat disebabkan karena kandungan mineral dari
bahan-bahan yang ditambahkan dalam formulasi produk rendah.
Kadar lemak produk kopi instan formula berdasarkan hasil pengujian
menunjukkan nilai sebesar 4.66%. Pintauro (1975), menyatakan kadar lemak
produk kopi instan pada umumnya hanya 0.2%. Tingginya kadar lemak pada
produk kopi instan formula diduga disebabkan karena adanya penambahan
krimer dalam formula produk kopi instan ini. Krimer yang digunakan pada
produk kopi instan formula adalah krimer nabati bubuk. Krimer jenis ini
dibuat dari lemak nabati. Bahan baku dari lemak nabati ini dapat
menyebabkan kadar lemak produk kopi instan formula lebih tinggi.
Kadar protein produk kopi instan formula merek-Z adalah sebesar
3.87%. Pintauro (1975), menyatakan kadar protein produk kopi instan sebesar
4%. Kadar protein produk kopi instan formula merek-Z relatif mendekati
kadar protein kopi instan pada umumnya. Produk kopi instan formula terdiri
atas campuran berbagai macam bahan. penambahan bahan-bahan tersebut
dapat mempengaruhi kadar protein pada produk. Sebagai contoh, penambahan
krimer yang memiliki kadar protein yang rendah akan membuat kadar protein
produk per bobot totalnya menurun.
Uji jumlah mikroorganisme menggunakan metode total plate count
(TPC) dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang tumbuh
secara keseluruhan, sedangkan uji bakteri Eschericia coli dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pencemaran pada produk kopi instan formula
14
merek-Z. Hasil pengujian TPC menunjukkan nilai total mikroorganisme yang
tumbuh sebanyak 5.0 x 103 atau sebanyak 5 koloni/gram produk pada
pengenceran 10-3, sedangkan pada pengujian bakteri E. coli menunjukkan
tidak terdapat bakteri E. coli didalam produk kopi instan formula ini. Hal ini
berarti produk telah memenuhi syarat keamanan pangan dari segi jumlah
mikroorganisme yang tumbuh. Sedikitnya jumlah mikroorganisme yang
terdapat didalam produk dapat disebabkan karena kadar air yang dikandung
oleh produk kopi instan ini sangat rendah, rendahnya kadar air produk
membuat mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Untuk pertumbuhannya,
mikroorganisme membutuhkan kadar air yang berbeda-beda yang ditunjukkan
dengan nilai aktivitas air (aw).
Buckle, Edwars, Fleet, dan Wooton (1985), menyatakan bahwa jenis
organisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda pula untuk
pertumbuhannya. Bakteri pada umumnya tumbuh dan berkembang biak pada
media dengan nilai aw tinggi (0.91), khamir membutuhkan nilai aw yang lebih
rendah (0.87 – 0.91), dan kapang lebih rendah lagi, yaitu 0.80 – 0.87.
Pengujian mikroorganisme merupakan salah satu parameter penting
untuk menentukan mutu produk pangan. Keberadaan bakteri E. coli dan
mikroba patogen lainnya dapat membuat produk pangan tersebut ditolak atau
membahayakan orang yang mengkonsumsinya. Pada umumnya produk
pangan tidak boleh mengandung bakteri E.coli dan mikroba lain yang dapat
membahayakan konsumen seperti Clostridium, Salmonela, dan
Staphylococcus. Untuk menghindari adanya mikroorganisme yang dapat
menurunkan mutu produk kopi instan formula, dapat dilakukan dengan
memproduksi produk yang berkadar air rendah. Standar SNI yang menyatakan
kadar air maksimal untuk produk kopi instan sebesar 4% harus diperhatikan.
B. PERUBAHAN MUTU SELAMA PENYIMPANAN
Selama proses produksi, produk pangan dapat mengalami kerusakan.
Kerusakan ini dapat menyebabkan deteriorasi pada produk pangan tersebut
dan menurunkan umur simpannya. Beberapa reaksi yang berbeda dapat
15
muncul dan menyebabkan penurunan mutu serta kehilangan kandungan
nutrien.Kerusakan secara fisik juga dapat menurunkan umur simpan produk
pangan (Labuza, 1982).
1. Kadar Air
Clifford (1985), menyatakan bahwa kadar air pada kopi yang telah
disangrai dan kopi instan umumnya mengandung kadar air yang tidak
melebihi 4% pada suhu 20oC, dan memiliki aw berkisar antara 0.1 – 0.3.
Clifford (1985), juga menjelaskan bahwa pengetahuan tentang kadar air
pada kopi instan sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan Kadar air akan
mempengaruhi nilai aw dan stabilitas produk selama penyimpanan, kadar
air merupakan parameter dalam pengawasan proses pengeringan dan
ekstraksi kopi, kadar air terkadang juga digunakan sebagai titik standar
mutu pada beberapa negara dan peraturan internasional untuk produk kopi.
Kadar air merupakan karakteristik penting pada produk kopi instan.
Kadar air pada kopi instan yang disimpan akan terus bertambah dengan
bertambahnya waktu penyimpanan. Kadar air yang terus bertambah dapat
menyebabkan kerusakan pada produk kopi instan yang ditandai dengan
penggumpalan produk. Hasil pengamatan terhadap nilai kadar air pada
ketiga suhu disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar air produk kopi instan formula
Kadar Air (%)Hari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
1 4.55 4.55 4.55
8 4.69 4.53 4.64
15 4.83 4.84 5.03
24 4.86 4.96 5.31
29 4.90 5.07 5.74
36 5.26 5.35 5.77
43 5.42 5.61 6.28
50 5.68 5.77 6.30
16
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai kadar air cenderung
naik selama waktu penyimpanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan,
maka tingkat kenaikan kadar air produk juga akan semakin tinggi. Naiknya
kadar air dapat disebabkan adanya permeabilitas bahan kemasan produk
terhadap uap air, sifat bahan-bahan yang terdapat pada produk kopi instan
yang higroskopis sehingga cenderung mengadsorbsi uap air dari udara,
dan tingkat kelembaban udara lingkungan terhadap produk.
Analisis ragam menunjukkan bahwa kadar air berbeda nyata pada
taraf signifikansi α = 0.05 untuk perlakuan suhu penyimpanan dan waktu
penyimpanan. Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan suhu penyimpanan
menunjukkan bahwa produk kopi instan formula yang disimpan pada suhu
50oC memiliki kadar air tertinggi dan berbeda nyata dengan kadar air
kedua produk kopi instan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya sifat
permeabilitas bahan kemasan terhadap uap air. Penggunaan suhu
penyimpanan yang berbeda dapat mempengaruhi sifat permeabilitas bahan
kemasan. Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka permeabilitas bahan
kemasan terhadap uap air akan semakin meningkat. Meningkatnya sifat
permeabilitas ini akan membuat semakin banyak uap air dari lingkungan
yang melewati bahan kemasan. Sifat produk kopi instan formula yang
higroskopis akan menyebabkan produk menyerap uap air yang telah
melewati bahan kemasan tersebut.
Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan waktu penyimpanan
menunjukkan bahwa nilai kadar air rata-rata berbeda secara nyata pada
setiap pekan pengamatan. Hal ini dikarenakan penambahan kadar air
produk terjadi secara terus-menerus selama masa penyimpanan. Lebih
lanjut, rekapitulasi analisis ragam terhadap kadar air serta uji lanjut
Duncan terhadap suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan disajikan
pada Lampiran 3a.
2. Kadar Lemak Kasar Metode Sohxlet
Pengujian kadar lemak kasar produk kopi instan menunjukkan
banyaknya lemak yang terkandung di dalam produk. Pengujian ini
17
dilakukan dengan metode Sohxlet menggunakan pelarut hexan. Kadar
lemak kasar produk kopi instan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kadar lemak produk kopi instan formula
Kadar Lemak Kasar (%)Hari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
1 4.66 4.66 4.66
50 4.41 4.48 4.33
Berdasarkan Tabel 4, didapatkan bahwa kadar lemak kopi
mengalami perubahan selama masa penyimpanan. Kadar lemak produk
kopi instan formula pada hari pertama sebesar 4.66%. Pada kopi yang
disimpan pada suhu 30oC selama 50 hari, kadar lemaknya berkurang
menjadi 4.41%. Kopi yang disimpan pada suhu 45oC selama 50 hari
memiliki kadar lemak yang juga berkurang menjadi 4.48%. Kopi yang
disimpan pada suhu penyimpanan 50oC selama 50 hari mengalami
penurunan kadar lemak menjadi 4.33%. Analisis ragam berdasarkan
terhadap kadar lemak berdasarkan waktu penyimpanan menunjukkan
bahwa kadar lemak produk pada hari pertama dengan hari ke-50 berbeda
nyata pada taraf signifikansi α = 0.05. Penurunan kadar lemak selama
masa penyimpanan dapat disebabkan karena adanya reaksi oksidasi selama
masa penyimpanan. Analisis ragam terhadap kadar lemak kasar terhadap
atribut perlakuan suhu penyimpanan menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang nyata pada taraf signifikansi α = 0.05. Rekapitulasi
analisis ragam terhadap kadar lemak produk kopi instan formula disajikan
pada Lampiran 3b.
Selama masa penyimpanan, dapat terjadi reaksi oksidasi terhadap
lemak yang dikandung produk kopi instan formula. Reaksi oksidasi ini
akan menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Pelarut hexan
yang digunakan untuk menguji kadar lemak produk dapat melarutkan
kandungan lemak dan asam lemak yang ada, sedangkan gliserol tidak
dapat larut dalam hexan karena bersifat polar. Hal ini menyebabkan kadar
18
lemak produk setelah disimpan menjadi lebih kecil dari kadar lemak
awalnya.
3. Kadar Protein
Pengujian kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode
Kjedahl. Metode ini mengasumsikan bahwa kadar nitrogen yang terdapat
pada sampel formula merek-Z berasal dari unsur-unsur asam amino
penyusun protein.
Hasil pengujian menunjukkan kadar protein produk kopi instan
berkisar antara 3.3 – 5.2 %. Kadar protein pada masing-masing suhu
penyimpanan mengalami perubahan selama masa penyimpanan. Kadar
protein pada awal masa penyimpanan sebesar 3.87%. Pada produk yang
disimpan pada suhu 30oC, kadar protein berkurang menjadi 3.32% di hari
ke-50. Produk yang didimpan pada suhu 45oC mengalami penurunan kadar
protein menjadi 3.66%. Kenaikan kadar protein terjadi pada produk yang
disimpan pada suhu 50oC menjadi 5.13% di hari ke-50. Kadar protein hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai kadar protein produk kopi instan formuladengan metode Kjedahl
Kadar Protein (%)Hari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
1 3.87 3.87 3.87
50 3.32 3.66 5.13
Analisis ragam terhadap kadar protein pada taraf signifikansi α =
0.05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata baik pada
perlakuan suhu penyimpanan maupun waktu penyimpanan. Rekapitulasi
analisis ragam terhadap kadar protein disajikan pada Lampiran 3c.
Penurunan nilai kadar protein pada produk kopi instan formula
yang terjadi selama masa penyimpanan relatif kecil. Penurunan ini dapat
terjadi karena adanya peningkatan kadar air pada produk selama masa
19
penyimpanan. Peningkatan kadar air produk dapat menyebabkan kadar
protein per bobot produk akan mengalami penurunan.
4. Jumlah Mikroorganisme
Pengujian mikrobiologi sangat penting bagi produk-produk
makanan. Pengujian mikrobiologi dapat digunakan untuk menduga daya
tahan makanan dan sebagai indikator sanitasi dan keamanan pangan.
Pengujian jumlah mikroba termasuk kedalam uji mikrobiologi. Pengujian
terhadap produk kopi instan dilakukan untuk mengetahui jumlah total
mikroba, baik dalam bentuk kapang, khamir, maupun bakteri, yang
terkandung dalam produk kopi instan. Hasil pengamatan uji jumlah
mikroba dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah mikroorganisme dari produk kopi instan formula
Jumlah MikrobaHari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
1 5.00 x 103 5.00 x 103 5.00 x 103
50 7.50 x 104 5.00 x 104 3.00 x 104
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui jumlah total mikroba
yang terdapat pada produk kopi instan mengalami peningkatan selama
masa penyimpanan. Peningkatan jumlah mikroorganisme yang tumbuh
selama masa penyimpanan dapat diakibatkan karena adanya kenaikan
kadar air pada produk. Kenaikan kadar air akan meningkatkan nilai aw
produk. Pada nilai aw yang cocok, mikroorganisme dapat tumbuh dan
berkembang biak. Peningkatan jumlah mikroba pada produk kopi instan
berbeda-beda selama masa penyimpanan. Peningkatan jumlah terbesar
terjadi pada produk kopi instan yang disimpan pada suhu 30oC, sedangkan
peningkatan jumlah mikroba terkecil terjadi pada produk kopi instan yang
disimpan pada suhu 50oC. Peningkatan jumlah mikroba terbesar yang
terjadi pada suhu 30oC menunjukkan suhu tersebut merupakan suhu yang
20
cocok bagi mikroba untuk tumbuh. Pada umumnya, semakin tinggi suhu,
maka semakin sedikit mikroorganisme yang dapat tumbuh.
Produk kopi instan mengandung gula yang umumnya dibutuhkan
kapang dan khamir untuk tumbuh, serta protein dalam jumlah kecil. Kadar
air produk yang kecil (berkisar 3-5%) dapat menghambat pertumbuhan
mikroba didalamnya. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah koloni
saat pengujian TPC. Produk ini juga relatif aman karena untuk
mengkonsumsinya harus dicampur terlebih dahulu dengan air panas.
Perlakuan ini dapat membunuh mikroorganisme yang hidup didalamnya.
5. Pengukuran Eschericia coli
Pengujian bakteri E.coli dilakukan untuk mengetahui apakah pada
produk yang telah diproduksi mengandung kontaminasi bakteri E. coli
atau tidak, serta melihat perkembangannya setelah beberapa lama
disimpan. Lebih lanjut, bakteri E. Coli dapat dijadikan sebagai indikator
adanya polutan berupa kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik pada
suatu produk pangan. Hasil pengamatan terhadap kandungan bakteri E.
coli disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah bakteri E. coli pada produk kopi instan formula
Jumlah bakteri Eschericia coliHari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
1 0 0 0
50 5.00 x 101 1.20 x 102 2.20 x 102
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah bakteri E. coli tidak
terdapat pada produk kopi instan pada minggu pertama. Akan tetapi pada
pengamatan di minggu ke-8, ditemukan adanya bakteri E. coli pada
produk formula merek-Z.
Adanya penambahan jumlah bakteri E. coli diduga disebabkan
karena pada produk kopi instan terdapat spora bakteri E. coli, namun tidak
dapat tumbuh karena kadar air yang tersedia tidak cukup. Seiring dengan
waktu penyimpanan, maka kadar air produk akan meningkat. Bila kadar
21
air yang dibutuhkan tersedia, maka spora bakteri tersebut akan tumbuh.
Adanya bakteri E.coli pada produk yang dianalisis di hari ke-50 juga dapat
disebabkan akibat variasi mutu antar sampel produk. Adanya bakteri E.
coli pada produk kopi instan menunjukkan terdapat cemaran kotoran atau
sanitasi yang tidak baik saat produksi atau saat penyimpanan produk.
Untuk menghindari adanya bakteri E. coli, maka sanitasi dan kebersihan
sarana produksi dan pekerja perlu diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan
antara lain dengan menggunakan desinfektan untuk membersihkan alat-
alat produksi dan penggunaan sabun untuk menjaga kebersihan pekerja.
6. Warna Produk Kopi Instan
Warna merupakan hasil persepsi dari pemantulan cahaya setelah
berinteraksi dengan suatu objek. Warna dari suatu objek dapat diartikan
dalam tiga dimensi, yaitu hue, yang merupakan persepsi konsumen
terhadap warna dari suatu objek, kecerahan, dan saturasi, yang merupakan
tingkat kemurnian dari suatu warna. Tingkat kecerahan menunjukkan
hubungan antara cahaya yang dipantulkan dan yang diserap dari suatu
objek (Lawless dan Heyman, 1999).
Clydasdale (1998), menyatakan warna merupakan atribut utama
pada penampakan produk pangan dan merupakan karakteristik yang
penting pada kualitasnya. Beberapa alasan mengenai keutamaannya adalah
warna digunakan sebagai standar dari suatu produk, penggunaannya
sebagai penentu kualitas, warna juga digunakan sebagai indikator
kerusakan biologis dan/atau fisikokimia, dan penggunaan warna untuk
memprediksi karakteristik parameter kualitas lainnya.
Pengujian terhadap warna produk kopi instan ini dilakukan untuk
melihat pengaruh waktu penyimpanan terhadap warna produk kopi instan
formula merek-Z. Pengujian dengan menggunakan Colorimeter
memberikan tingkat kecerahan produk yang dibaca sebagai nilai L.
Tingkat kecerahan produk kopi instan dapat dilihat pada Tabel 8.
22
Tabel 8. Tingkat kecerahan produk kopi instan formula selama masapenyimpanan
Nilai KecerahanHari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
4 54.74 54.74 54.74
8 65.23 70.91 68.86
16 69.66 69.72 68.89
24 65.54 67.43 66.50
30 68.55 69.80 69.32
36 66.08 69.20 67.98
43 66.82 65.47 65.44
51 66.23 69.62 67.80
Pada Tabel 8, terlihat bahwa tingkat kecerahan produk kopi instan
mengalami peningkatan yang besar pada minggu pertama hingga kedua,
sedangkan pada minggu-minggu selanjutnya laju perubahan tingkat
kecerahan produk relatif kecil dengan tren menurun. Analisis ragam
terhadap warna produk kopi instan formula menunjukkan bahwa warna
produk berbeda nyata pada taraf signifikansi α = 0.05 untuk parameter
perlakuan suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan.
Uji lanjut Duncan terhadap suhu penyimpanan menunjukkan
tingkat kecerahan produk yang disimpan pada suhu 30oC berbeda nyata
dengan produk yang disimpan pada suhu 45oC, sedangkan tingkat
kecerahan produk yang disimpan pada suhu 50oC tidak berbeda secara
nyata dengan produk yang disimpan pada suhu 30oC dan 45oC. Uji lanjut
Duncan terhadap waktu penyimpanan menunjukkan bahwa kecerahan
produk mengalami perubahan yang signifikan selama masa penyimpanan.
Tingkat kecerahan produk akan meningkat pada penyimpanan minggu
kedua hingga kelima, sedangkan penyimpanan selanjutnya akan
menurunkan tingkat kecerahan produk. Hal ini dapat disebabkan adanya
penambahan kadar air pada produk. Penambahan kadar air akan membuat
23
produk semakin berwarna kecoklatan sehingga akan menurunkan tingkat
kecerahan produk.
Selain penambahan kadar air pada produk, reaksi browning non-
enzimatis juga dapat mempengaruhi tingkat kecerahan produk. reaksi
Singh (1994), menyatakan bahwa reaksi browning non-enzimatis adalah
salah satu penyebab utama penurunan kualitas pada banyak produk
pangan. Reaksi ini muncul akibat interaksi antara gula pereduksi dengan
asam-asam amino. Reaksi ini dapat menimbulkan warna yang lebih gelap
pada produk-produk kering, sehingga dapat menurunkan tingkat kecerahan
produk. Rekapitulasi analisis ragam terhadap warna produk serta uji lanjut
Duncan terhadap suhu penyimpanan dan waktu penyimpanan dapat dilihat
pada Lampiran 3d.
7. Warna Seduhan Kopi
Pengujian terhadap warna seduhan kopi digunakan untuk melihat
pengaruh waktu penyimpanan terhadap warna seduhan kopi instan yang
dihasilkan.
Hasil pengamatan terhadap warna seduhan produk kopi instan
didapatkan perubahan tingkat kecerahan seduhan kopi yang bersifat
fluktuatif. Analisis lebih lanjut menggunakan regresi linier terhadap grafik
memberikan tren yang konstan pada masing-masing produk. Hal ini
menunjukkan bahwa warna seduhan produk kopi instan selama masa
penyimpanan tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Tingkat
kecerahan seduhan produk kopi instan formula disajikan pada Tabel 9.
Analisis ragam terhadap warna seduhan kopi pada taraf
signifikansi α = 0.05 menunjukkan bahwa warna seduhan kopi tidak
berbeda nyata untuk perlakuan suhu penyimpanan, tetapi berbeda nyata
untuk perlakuan waktu penyimpanan. Hasil uji lanjut Duncan terhadap
waktu penyimpanan menunjukkan nilai rata-rata kecerahan seduhan kopi
instan formula bersifat fluktuatif selama pengamatan. Rekapitulasi analisis
ragam terhadap warna seduhan kopi serta uji lanjut Duncan terhadap
waktu penyimpanan disajikan pada Lampiran 3e.
24
Tabel 9. Tingkat kecerahan seduhan produk kopi instan formulaselama masa penyimpanan
Nilai KecerahanHari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
4 43.39 43.39 43.39
8 46.05 42.63 46.52
16 45.20 44.41 45.94
24 36.03 37.29 36.32
30 39.07 37.81 37.92
36 46.36 49.45 48.52
43 39.82 40.09 41.82
51 43.40 42.29 44.64
8. Waktu Penyeduhan
Waktu penyeduhan menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk melarutkan produk kopi instan sesuai dengan takaran yang tertera
pada label kemasan. Lamanya penyeduhan produk kopi instan disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Waktu penyeduhan produk kopi instan formula selama masapenyimpanan
Waktu Penyeduhan (detik)Hari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
4 2.83 2.83 2.83
8 3.50 3.50 4.00
16 4.00 3.50 3.25
24 3.00 2.75 2.75
30 3.25 4.25 3.75
36 3.25 3.50 3.50
43 4.00 3.25 3.00
51 3.25 3.00 3.75
25
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa waktu yang
digunakan untuk melarutkan secara sempurna produk kopi instan berkisar
antara 3.00-4.25 detik. Analisis ragam pada taraf signifikansi α = 0.05
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap waktu
penyeduhan untuk perlakuan suhu penyimpanan, perbedaan nyata terdapat
pada waktu penyeduhan untuk parameter waktu penyimpanan.
Uji lanjut Duncan terhadap waktu penyimpanan menunjukkan
perbedaan waktu penyeduhan yang signifikan terjadi pada pengamatan
minggu pertama dengan minggu kedua dan ketiga. Sedangkan pada
pengamatan selanjutnya, waktu penyeduhan minggu keempat hingga
kedelapan tidak saling berbeda nyata walau terjadi peningkatan waktu
penyeduhan. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya peningkatan waktu
penyeduhan. Waktu penyeduhan yang berbeda antara penyeduhan minggu
pertama dengan minggu keempat menyebabkan terjadinya perbedaan
waktu yang signifikan secara statistik. Rekapitulasi analisis ragam
terhadap waktu penyeduhan dan uji lanjut Duncan untuk waktu
penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 3f.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyeduh produk relatif kecil dan
cenderung sama. Hal ini dapat disebabkan karena kadar air produk kopi
instan yang relatif masih dalam nilai yang rendah. Rendahnya kadar air
yang dikandung oleh produk akan memudahkan dalam pelarutan produk
kopi instan. Waktu yang dibutuhkan untuk menyeduh produk kopi instan
ini dapat bertambah dengan penambahan kadar air. Semakin tinggi kadar
air produk kopi instan, maka akan terjadi penggumpalan pada produk.
Penggumpalan produk akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk
melarutkan produk semakin besar pula.
9. Volatile Reducing Substance
Pengujian kadar volatile reducing substance (VRS) menunjukkan
kadar senyawa-senyawa volatil yang terdapat pada produk kopi instan.
Hasil pengamatan terhadap kadar VRS produk kopi instan ditunjukkan
pada Tabel 11.
26
Tabel 11. Kadar volatile reducing substance produk kopi instanformula selama penyimpanan
Kadar VRS (Meq/g)Hari ke-
Suhu 30oC Suhu 45oC Suhu 50oC
14 7.67 7.67 7.67
16 8.50 10.50 9.50
23 9.50 8.50 5.00
30 9.00 8.50 8.50
37 9.50 9.00 8.67
44 5.75 5.50 5.00
51 5.50 6.00 6.00
Berdasarkan Tabel 13 diatas, dapat dilihat bahwa kadar VRS dari
sampel produk kopi instan bersifat naik-turun dan tidak seragam. Oleh
karena itu, dibuat regresi linier untuk mengetahui kecenderungan
grafiknya. Hasil regresi linier nilai VRS terhadap waktu penyimpanan
pada suhu 30, 45, dan 50oC dapat dilihat pada Gambar 1.
y = -0,4289x + 9,6329
y = -0,5182x + 10,026y = -0,3694x + 8,6686
0
2
4
6
8
10
12
14 16 23 30 37 44 51
Hari ke-
Nila
i VR
S
Suhu 30oCSuhu 45oCSuhu 50oCLinear (Suhu 30oC)Linear (Suhu 45oC)Linear (Suhu 50oC)
Gambar 1. Regresi linier grafik hubungan waktu penyimpanan dengankadar VRS
Berdasarkan hasil regresi linier, diketahui bahwa nilai kadar VRS
memiliki kecenderungan menurun, hal ini dapat diketahui dari kemiringan
masing-masing persamaan regresi linier yang bernilai negatif. Berdasarkan
Gambar 1, juga diketahui bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan yang
27
digunakan, maka penurunan kadar VRS juga akan semakin tinggi.
Berdasarkan pengamatan ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada produk
kopi instan formula merek-Z mengandung senyawa-senyawa volatil.
Analisis ragam terhadap kadar VRS pada taraf signifikansi α =
0.05 menunjukkan bahwa kadar VRS tidak berbeda nyata untuk parameter
perlakuan suhu penyimpanan, tetapi kadar VRS berbeda nyata untuk
perlakuan waktu penyimpanan. Uji lanjut Duncan terhadap waktu
penyimpanan menunjukkan perbedaan kadar VRS secara signifikan terjadi
setelah pengamatan pada minggu ketujuh dan kedelapan. Hal ini dapat
disebabkan akibat terjadinya penurunan kadar VRS selama masa
penyimpanan. Rekapitulasi analisis ragam terhadap kadar VRS dan hasil
uji lanjut Duncan kadar VRS untuk waktu penyimpanan dapat dilihat pada
Lampiran 3g.
Penurunan kadar VRS pada produk kopi instan formula dapat
disebabkan karena terjadinya penguapan bahan-bahan volatil yang
terkandung pada produk. Semakin lama produk disimpan, maka
penguapan bahan-bahan volatil yang dikandungnya akan semakin besar.
Hal ini menyebabkan kadar VRS pada produk akan semakin kecil seiring
lamanya masa penyimpanan.
Clifford (1985), menyatakan bahwa didalam biji kopi terdapat 180
senyawa volatil yang telah diidentifikasi. Aroma kopi ditimbulkan dari
grup senyawa metoksi pirazine, hidrokarbon alifatik, karbonil, asam-asam
volatil, alkohol dan thiol; furan, pirol, piridin, dan quinolin; penol, amina
aromatik, dan senyawa karbonil lainnya. Kopi arabika dengan kopi robusta
memiliki kesamaan, hanya saja kopi arabika memiliki kandungan senyawa
terpen dan rantai aromatik yang lebih banyak.
10. Evaluasi Sensori
Meilgaard (1999) menyatakan bahwa evaluasi sensori dilakukan
terhadap beberapa atribut pada produk pangan, yaitu penampakan, aroma,
konsistensi dan tekstur, serta rasa. Lebih lanjut, evaluasi sensori dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pemeliharaan mutu produk,
28
optimasi dan peningkatan mutu produk, pengembangan produk baru, dan
pendugaan pasar yang potensial, bergantung dari jenis pengujian yang
digunakan.
Evaluasi sensori dilakukan terhadap aroma seduhan kopi yang
dihasilkan. Dart dan Nursten (1989) menyatakan, aroma kopi merupakan
salah satu atribut yang sangat penting. Kualitas kopi umumnya dinilai
melalui aroma dan rasanya oleh panelis berpengalaman. Evaluasi sensori
terhadap aroma seduhan kopi dilakukan melalui uji hedonik.
Hasil penilaian kesukaan dari panelis kemudian ditabulasikan dan
dilakukan analisis secara statistika. Analisis statistika dilakukan melalui
analisis ragam untuk melihat signifikansi perbedaan penilaian panelis
antar masing-masing sampel. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap atribut
aroma seduhan kopi selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.
Pada pengujian hari pertama, hasil uji hedonik menggunakan
analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
antarsampel pada taraf signifikansi α = 0.05. Nilai kesukaan panelis yang
ditunjukkan melalui skor hedonik dari ketiga produk berkisar antara 3.3-
3.5 (netral-suka). Rekapitulasi analisis ragam terhadap seduhan kopi pada
penyimpanan hari pertama terdapat pada Lampiran 5a. Hasil pengujian
hedonik menggunakan analisis ragam terhadap atribut aroma seduhan
kopi pada penyimpanan hari ke-8 menunjukkan hasil perbedaan yang tidak
nyata terhadap masing-masing sampel pada taraf signifikansi α = 0.05.
skor hedonik pada pengujian ini berada padaa selaang nilai 3.4-3.8 (netral-
suka). Rekapitulasi analisis ragam seduhan kopi pada penyimpanan hari
ke-8 disajikan pada Lampiran 5b.
Uji hedonik terhadap atribut aroma seduhan kopi yang telah
disimpan hingga hari ke-15 dengan menggunakan analisis ragam
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara nyata antarsampel
pada taraf signifikansi α = 0.05. Skor hedonik terhadap atribut aroma
seduhan kopi masing-masing sampel menunjukkan bahwa panelis masih
dapat menerima aroma seduhan dari seluruh sampel. Hal ini terbukti dari
nilai skor hedonik ketiga sampel yang berada pada kisaran 3.3 – 3.6
29
(netral-suka). Rekapitulasi analisis ragam seduhan kopi pada
penyimpanan hari ke-15 disajikan pada Lampiran 5c.
Hasil uji hedonik menggunakan analisis ragam terhadap atribut
aroma seduhan kopi yang telah disimpan hingga hari ke-24 menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar sampel pada taraf
signifikansi α = 0.05. Berdasarkan pengujian ini pula diketahui bahwa
penilaian panelis terhadap seluruh sampel berada pada kisaran 3.3 – 3.9
(netral-suka). Rekapitulasi analisis ragam terhadap atribut aroma seduhan
kopi penyimpanan hari ke-24 disajikan pada Lampiran 5d.
Pada pengujian hari ke-29 menggunakan analisis ragam
menunjukkan bahwa tetap tidak terdapat perbedaan yang nyata pada
kesukaan panelis terhadap aroma seduhan kopi yang telah disimpan pada
taraf signifikansi α = 0.05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa skor
hedonik dari seluruh sampel berada pada kisaran 3.1 – 3.7 (netral-suka).
Sedangkan rekapitulasi analisis ragam terhadap seduhan kopi pada
penyimpanan hari ke-29 terdapat pada Lampiran 5e. Hasil uji hedonik
menggunakan analisis ragam terhadap atribut aroma seduhan kopi yang
disimpan hingga hari ke-36 tetap menunjukkan tidak terdapat perbedaan
nyata antarsampel pada taraf signifikansi α = 0.05. Skor hedonik dari
seluruh sampel berada pada kisaran 3.0 – 3.4 (netral-suka). Rekapitulasi
analisis ragam seduhan kopi pada penyimpanan hari ke-36 disajikan pada
Lampiran 5f.
Uji hedonik terhadap atribut aroma seduhan kopi yang telah
disimpan hingga hari ke-43 dengan menggunakan analisis ragam
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara nyata antarsampel
pada taraf signifikansi α = 0.05. Skor hedonik terhadap atribut aroma
seduhan kopi masing-masing sampel menunjukkan bahwa panelis masih
dapat menerima aroma seduhan kopi yang disimpan pada suhu 30oC dan
50oC dengan skor hedonik masing-masing 3.6 dan 3.1 (netral-suka),
sedangkan aroma seduhan dari sampel yang disimpan pada suhu 45oC
tidak terlalu disukai panelis. Hal ini terlihat dari skor hedoniknya yang
30
sebesar 2.9 (tidak suka-netral). Rekapitulasi analisis ragam seduhan kopi
pada penyimpanan hari ke-43 disajikan pada Lampiran 5g.
Hasil pengujian hedonik menggunakan analisis ragam terhadap
atribut aroma seduhan kopi dari sampel yang telah disimpan hingga hari
ke-50 tetap menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antar
sampel pada taraf signifikansi α = 0.05. Melalui skor hedonik yang
didapatkan dapat disimpulkan bahwa panelis masih dapat menerima aroma
seduhan kopi dari seluruh sampel. Hal ini terlihat dari skor hedonik
seluruh sampel yang berada pada kisaran 3.0 – 3.8 (netral-suka).
Rekapitulasi analisis ragam seduhan kopi pada penyimpanan hari ke-50
disajikan pada Lampiran 5h, sedangkan skor hedonik terhadap aroma
seduhan kopi selama masa penyimpanan disajikan pada Gambar 2.
0,000,501,001,502,002,503,003,504,004,50
1 8 15 24 29 36 43 50
Hari Pengamatan
Sko
r Hed
onik
30oC45oC50oC
Gambar 2. Skor hedonik hedonik terhadap aroma seduhan kopi selamamasa penyimpanan
Berdasarkan uji hedonik terhadap atribut aroma seduhan kopi dari
seluruh sampel diketahui bahwa lamanya penyimpanan berpengaruh
terhadap penilaian panelis. Semakin lama sampel disimpan, maka skor
hedonik secara rata-rata akan semakin menurun. Selain itu, semakin tinggi
suhu penyimpanan, juga akan menurunkan penilaian panelis. Secara
umum, skor hedonik pada sampel yang disimpan pada suhu 30oC
cenderung tetap pada kisaran 3.4 – 3.9 (netral-suka), sedangkan sampel
31
yang disimpan pada suhu penyimpanan 45oC dan 50oC memiliki skor
hedonik yang cenderung menurun. Penurunan penilaian panelis terhadap
aroma seduhan kopi ini dapat terjadi akibat menguapnya kandungan
senyawa-senyawa volatil pada kopi instan. Semakin lama waktu suhu
penyimpanan, maka akan semakin memperbesar tingkat penguapan
senyawa volatil pada kopi. Hasil evaluasi sensori melalui uji hedonik juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antarsampel
selama masa penyimpanan.
C. PENENTUAN PARAMETER KRITIS DAN TITIK KRITIS MUTU
PRDUK
Penentuan parameter kritis didasarkan pada penurunan mutu produk
selama masa penyimanan. Beberapa parameter yang diamati, yaitu kadar air,
warna kopi bubuk, warna seduhan kopi yang dihasilkan, dan waktu
penyeduhan. Pemilihan parameter kritis produk ditentukan atas perubahan
mutu selama penyimpanan yang paling cepat menyebabkan kerusakan produk.
Selama masa penyimpanan, kadar air produk mengalami peningkatan.
Pada produk yang disimpan pada suhu 30oC, kadar air produk mengalami
peningkatan dari 4.55% menjadi 5.68%. Produk yang disimpan pada suhu
45oC mengalami peningkatan kadar air dari 4.55% menjadi 5.77%.
Peningkatan kadar air juga terjadi pada produk yang disimpan pada suhu 50oC
yaitu dari 4.55% menjadi 6.30%. Pengamatan terhadap parameter warna kopi
bubuk menunjukkan bahwa nilai derajat kecerahan produk cenderung tetap
selama masa penyimpanan. Peningkatan tingkat kecerahan produk terjadi pada
penyimpanan produk dari minggu pertama ke minggu kedua, sedangkan pada
penyimpanan di minggu-minggu selanjutnya menunjukkan tingkat kecerahan
produk kopi bubuk yang relatif tetap. Pengamatan terhadap warna seduhan
kopi memberikan hasil perubahan tingkat kecerahan seduhan kopi yang
fluktuatif dengan tren yang cenderung konstan. Pengamatan terhadap waktu
penyeduhan kopi menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
32
melarutkan kopi bubuk cenderung tetap selama masa penyimpanan. Waktu
yang dibutuhkan untuk melarutkan kopi bubuk berkisar antara 3-4.25 detik.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keempat parameter perubahan
mutu produk kopi instan formula selama delapan minggu, maka kadar air
merupakan parameter mutu yang digunakan sebagai parameter kritis produk.
Hal ini didasarkan pada nilai kadar air yang selalu mengalami peningkatan
selama masa penyimpanan, sedangkan nilai pada parameter mutu lainnya
relatif tetap. Penambahan kadar air akan lebih cepat menyebabkan kerusakan
dibandingkan jika menggunakan parameter lainnya yang nilainya cenderung
konstan. Produk kopi instan formula yang berbentuk bubuk memiliki sifat
yang mudah menyerap uap air. Penambahan kadar air yang terjadi secara
terus-menerus akan menyebabkan kadar air pada produk kopi instan mencapai
titik kritisnya.
Setelah parameter mutu kritis produk kopi instan didapat, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan titik kritis mutu produk. Penggunaan
kadar air sebagai parameter mutu kritis, akan memberikan kadar air kritis
sebagai titik kritis mutu produk. Penentuan kadar air kritis dilakukan melalui
uji organoleptik. Produk yang pertama kali ditolak oleh lebih dari 50%
dinyatakan sebagai produk yang telah mengalami kerusakan, kemudian
dianalisis nilai kadar airnya. Kadar air yang didapatkan dinyatakan sebagai
kadar air kritis produk. Berdasarkan hasil uji organoleptik, diketahui bahwa
kadar air kritis produk kopi instan formula sebesar 17.83%.
Produk kopi instan formula mengalami peningkatan kadar air selama
masa penyimpanan. Hal ini akan meyebabkan produk kopi instan akan
menggumpal dan ditolak oleh konsumen. Produk kopi instan yang telah
mengalami penggumpalan umumnya sulit larut dalam air sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk melarutkan kopi instan di dalam air akan lebih lama.
D. PENDUGAAN UMUR SIMPAN
Pada Tabel 4 dapat dilihat peningkatan kadar air pada produk kopi
instan yang disimpan pada tiga suhu berbeda. Berdasarkan Tabel 4 tersebut
33
dapat dibuat garafik hubungan antara waktu penyimpanan dan peningkatan
kadar air pada masing-masing suhu penyimpanan (30oC, 45oC, dan 50oC).
Grafik hubungan antara waktu penyimpanan (hari) sebagai absis dengan
kenaikan kadar air produk kopi instan (%) disajikan pada Gambar 3.
0
1
2
3
4
5
6
7
1 8 15 24 29 36 43 50
Waktu Penyimpanan (Hari)
Kada
r Air
(%)
Suhu 30oCSuhu 45oCSuhu 50oC
Gambar 3. Grafik hubungan antara waktu penyimpanan (hari) dengankadar air (%) produk kopi instan formula
Langkah selanjutnya adalah membuat analisis regresi linier dari
masing-masing suhu penyimpanan. Hasil regresi linier pada produk kopi
instan yang disimpan pada suhu 30oC, 45oC, dan 50oC disajikan pada Gambar
11.
0
1
2
3
4
5
6
7
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Penyimpanan (Hari)
Kada
r Air
(%)
Suhu 30oCSuhu 45oCSuhu 50oCLinear (Suhu 30oC)Linear (Suhu 45oC)Linear (Suhu 50oC)
Gambar 4. Regresi linier penambahan kadar air produk kopi instanformula yang disimpan pada suhu 30oC, 45oC, dan 50oC.
34
Berdasarkan Gambar 11, diperoleh persamaan garis lurus dari masing-
masing suhu penyimpanan, yaitu :
Suhu 30oC y = 0.0218x + 4.4615 R2 = 0.9241
Suhu 45oC y = 0.0264x + 4.4025 R2 = 0.9691
Suhu 50oC y = 0.0393x + 4.4471 R2 = 0.9743
Nilai slope dari ketiga persamaan tersebut merupakan nilai K pada
masing-masing suhu penyimpanan. Setelah didapatkan nilai K pada masing-
masing suhu penyimpanan, dibuat plot Arrhenius dengan nilai ln K sebagai
ordinat dan nilai 1/T sebagai absis. Plot Arrhenius dari produk kopi instan
yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 12.
y = -2480.8x + 4.3242R2 = 0.7759
-4-3.9-3.8-3.7-3.6-3.5-3.4-3.3-3.2-3.1
-30.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
1/T (1/K)
Ln K
Y
Linear (Y)
Gambar 5. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln K produk kopi instanformula
Berdasarkan analisis regresi linier terhadap grafik hubungan 1/T dengan ln K
didapatkan persamaan garis
y = -2480.8x + 4.3242 R2 = 0.7759
dimana nilai slope dari persamaan tersebut merupakan nilai –E/R dari
persamaan Arrhenius, sehingga dapat diperoleh nilai energi aktivasi dari
produk kopi instan sebagai berikut :
-E/R = - 2480.8 K
R = 1.986 kal/mol K
E = 4926.8688 kal/mol
35
Nilai intersep merupakan nilai Ln Ko dari persamaan Arrhenius,
sehingga : Ln Ko = 4.3242
Ko = 75.5051
Berdasarkan nilai E/R Dan Ko yang telah diperoleh, maka dapat disusun
persamaan Arrhenius sebagai berikut
K = Ko e –E/RT
K = 75.5051.e -2480,8(1/T)
Setelah persamaan Arrhenius untuk peningkatan kadar air pada produk
kopi instan, maka dapat dihitung laju peningkatan kadar air pada produk kopi
instan berdasarkan suhu sebagai berikut :
30oC atau 303 K K = 75.5051 e -2480.8 (1/T)
K = 75.5051 e -2480.8 (1/303)
K = 2.09995 x 10-2
45oC atau 318 K K = 75.5051 e -2480.8 (1/T)
K = 75.5051 e -2480.8 (1/318)
K = 3.08982 x 10-2
50oC atau 323 K K = 75.5051 e -2480.8 (1/T)
K = 75.5051 e -2480.8 (1/323)
K = 3.48642 x 10-2
Setelah didapatkan nilai laju peningkatan kadar air dari produk kopi
instan yang diteliti, maka dapat dicari umur simpan produk kopi instan pada
masing-masing suhu berdasarkan persamaan
Umur Simpan = Nilai titik air kritis – Nilai kadar air awal
Laju peningkatan kadar air
Sehingga umur simpan produk kopi instan pada masing-masing suhu
penyimpanan adalah :
Suhu 30oC atau 303 K = (17.83% – 4.55%)/ 2.09995 x 10-2 = 632 hari atau 21
bulan 2 hari
Suhu 45 oC atau 318 K = (17.83% - 4.55%)/ 3.08982 x 10-2 = 430 hari atau 14
bulan 10 hari
Suhu 50 oC atau 323 K = (17.83% – 4.55%)/ 3.48642 x 10-2 = 381 hari atau 12
bulan 21 hari
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Karakteristik mutu awal produk kopi instan formulasi yang diujikan
pada penelitian ini memiliki nilai kadar air sebesar 4.55%; kadar abu sebesar
2.781%; kadar lemak kasar sebesar 4.66%; kadar protein 3.874%; jumlah total
bakteri sebanyak 5.0 x 103; dan tidak ditemukan adanya bakteri Eschericia
coli.
Selama masa penyimpanan, terjadi peningkatan pada parameter kadar
air, jumlah total mikroba, dan pertumbuhan bakteri E.coli. Penurunan
parameter mutu terjadi pada kadar lemak, kadar protein, dan nilai volatile
reducing substance. Parameter mutu yang relatif tetap selama masa
penyimpanan adalah kadar abu, tingkat kecerahan kopi bubuk dan
seduhannya, serta waktu pelarutan. Hasil evaluasi sensori melalui uji hedonik
menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata terhadap atribut aroma
seduhan kopi yang disimpan pada suhu 30oC, 45oC, dan 50oC. Hasil uji
hedonik juga menunjukkan bahwa panelis masih dapat menerima aroma
seduhan kopi selama 50 hari masa penyimpanan dalam taraf netral hingga
suka.
Parameter kritis yang digunakan dalam pendugaan umur simpan
produk kopi instan formulasi ini adalah kadar air. Nilai titik air kritisnya
sebesar 17.83%. Persamaan Arrhenius untuk produk kopi instan formulasi
yang diujikan adalah K = 75.5051.e -2480.8(1/T).
Masa simpan produk kopi instan formulasi yang diujikan adalah 21
bulan dan 2 hari pada suhu 30oC, RH 70%; 14 bulan dan 10 hari pada suhu
penyimpanan 45oC, RH 70%; dan 12 bulan dan 21 hari untuk penyimpanan
suhu 50oC,RH 70%.
B. Saran
Perusahaan hendaknya dapat menjaga kadar air produk agar tidak
melebihi nilai 4%. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan standar mutu
pada bahan-bahan baku yang akan digunakan. Ditemukannya bakteri E.coli
pada produk setelah masa penyimpanan menunjukkan higienitas dan sanitasi
yang kurang baik. Untuk menghindari adanya bakteri E.coli, sanitasi dan
higienitas pekerja, alat, dan bahan-bahan yang digunakan untuk produksi juga
perlu diperhatikan. Produk kopi instan formula lebih baik disimpan pada suhu
kamar dan kondisi udara yang kering. Dengan penyimpanan ini, maka dapat
dihasilkan umur simpan produk yang lebih lama.
38
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, YMS, MS Iskandar, IN Aini, MDN Habi. 2003. Palm Based Non-Hydrogenated Creamer. www.mpob.my
Arpah. 2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Produk. Program StudiIlmu Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Methods of Analysis ofThe Association of Official Chemist. 14th ed. AOAC,Inc. Arlington,Virginia.
Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2983-1992 : Kopi Instan. BadanStandardisasi Nasional. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-4444-1998 : Krimer Nabati Bubuk.Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Belitz, HD dan W Grosch. 1999. Lehrbuch der Lebensmittelchemie. Terjemahan.Food Chemistry. Hessel, P, dkk. Springer-Verlag. Berlin.
Buckle, KA, RA Edwars, GH Fleet, M Wooton. 1985. Food Science. Terjemahan.Hari Purnomo dan Adiono. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.
Clarke, RJ. 1985. Green coffee processing. di dalam. Coffee: Botany,Biochemistry, and Production of Beans and Beverage. Ed. MN Clifforddan KC Willson. Croom Helm Ltd. London.
----------------------. 1988. International standardisation. di dalam Coffee. Vol 6:Commercial and Technico-legal Aspects. Ed. RJ Clarke dan R Macrae.Elsevier Science Publishers Ltd. London.
Clifford, MN. 1985. Chemical and physical aspects of green coffee and coffeeproducts. di dalam. Coffee: Botany, Biochemistry, and Production ofBeans and Beverage. Ed. MN Clifford dan KC Willson. Croom Helm Ltd.London.
Clysdale, FM. 1998. Color: origin, stability, measurement, and quality. di dalam.Food Storage Stability. Ed. Irwin A Taub dan RP Singh. CRC Press. NewYork.
Dart, SK dan HE Nursten. 1989. Volatile components. di dalam. Coffee Volume1: Chemistry. Ed. RJ Clarke dan R Macrae. Elsevier Applied Science.London.
Ellis, MJ. 1994. The methodology of shelf life determination. di dalam. Shelf LifeEvaluation of Foods. Ed. CMD Man dan AA Jones. Blackie Academic andProfessional. Glasgow.
Encyclopedia Britanica. Vol. 4. 15th Edition. 1983. Helen Hemingway. BentonPublisher. Chicago.
Floros, JD. 1993. Shelf Life Prediction of Packaged Foods. di dalam. Arpah.2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Produk. Program StudiIlmu Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Frijters, JER. 1987. Aspects of sugar substitution in sweet foods and drinks. didalam. Food Acceptance And Nutrition. Ed. Solms, J, dkk. AcademicPress Inc. San Diego.
Goutara dan S Wijandi. 1975. Dasar Pengolahan Gula. Departemen TeknologiHasil Pertanian. Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Hine, DJ. 1997. Modern Packaging, Packaging, And Distribution System ForFood. Blackie. London.
Khan, R. 1979. Advances in sucrose chemistry. di dalam. Sugar : Science AndTechnology. Ed. Birch, GG dan Parker, K. Applied Science PublishersLtd. London.
Labuza, TP 1982. Open shelf-life Dating of Foods. Food Science and Nutrition.Press Inc., Westport, Connecticut.
Lawless, HT dan H Heyman. 1999. Sensory Evaluation Of Food: Principles AndPractices. Kluwer Academic Publishers. New York.
Lindley, MG. 1987. Acceptance effects of sugar and intense sweeteners. di dalam.Food Acceptance And Nutrition. Ed. Solms, J, dkk. Academic Press Inc.San Diego.
Meilgaard, M, GV Civille, dan BT Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques3rd Edition. CRC Press. New York.
40
Najiyati, S dan Danarti. 2001. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PTPenebar Swadaya. Jakarta.
Pintauro, ND. 1975. Coffee Solubilization Commercial Processes and Techniques.Noyes Data Corporation. New Jersey.
Singh, RP. 1994. Scientific priciples of shelf life evaluation. di dalam. Shelf LifeEvaluation of Foods. Ed. CMD Man dan AA Jones. Blackie Academic andProfessional. Glasgow.
Siswoputranto, P.S. 1992. Kopi Internasional dan Indonesia. Penerbit Kanisius.Yoyakarta.
Smith, AW. 1989. Introduction. di dalam. Coffee Volume 1: Chemistry. Ed. RJClarke dan R Macrae. Elsevier Applied Science. London.
Smith, RF. 1985. A history of coffee. di dalam. Coffee: Botany, Biochemistry,and Production of Beans and Beverage. Ed. MN Clifford dan KC Willson.Croom Helm Ltd. London.
Syarif, R, dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Pusat Studi AntarUniversitas. IPB.Bogor.
Van Der Vossen, HAM. 1985. Coffee selection and breeding. di dalam. Coffee:Botany, Biochemistry, and Production of Beans and Beverage. Ed. MNClifford dan KC Willson. Croom Helm Ltd. London.
41
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan
formula
a. Kadar air (AOAC, 1995)
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven.
Prinsip dari metode ini adalah menguapkan air yang ada dalam bahan pangan
dengan jalan pemanasan. Cawan kosong dikeringkan dalam oven pada suhu
105oC selama 10 menit. Sebanyak 2-10 gram sampel ditimbang di dalam
cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya, lalu dikeringkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 5 jam, didinginkan dalam desikator dan
ditimbang sampai bobot konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan
persamaan
Kadar air (%) = B1 – B2 x 100 % B1
Dimana :
B1 = Bobot contoh awal (g)
B2 = Bobot contoh akhir (g)
b. Kadar abu (AOAC, 1995)
Cawan porselin dikeringkan dalam oven bersuhu 100oC, kemudian
didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobotnya (A). Sebanyak 3-5 gram
sampel dimasukkan ke dalam cawan yang kemudian ditimbang kembali
bobotmnya (B). Cawan berisi sampel selanjutnya dibakar diatas hot plate
hingga tidak berasap kembali. Sampel kemudian dilakukan pengabuan di
dalam tanur pada suhu 500oC selama 6 jam hingga diperoleh abu berwarna
keputih-putihan. Cawan berisi sampel selanjutnya dikeluarkan dari tanur dan
didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Setelah bobotnya konstan,
cawan dan abu ditimbang bobotnya (C).
Kadar Abu (%) = C – A x 100% B – A
43
c. Kadar lemak kasar metode soxhlet (AOAC, 1995)
Labu lemak dikeringkan pada oven bersuhu 100oC, kemudian
didinginkan dalam desikator, lalu ditmbang bobotnya (A). Sebanyak 5 gram
contoh diambil dan dimasukkan ke dalam kertas saring berbentuk tabung dan
dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Tabung ekstraksi dipasang pada alat
destilasi, labu soxhlet diisi dengan menggunakan pelarut heksana sebanyak
2/3 isi labu. Ekstraksi dilakukan selama 6 jam.
Setelah selesai, biarkan hingga dingin dan sampel yang terbugkus kertas
saring diambil dari dalam tabung. Tabung kosong dipasang kembali pada
rangkaiannya dan dipanaskan kembali untuk memisahkan lemak dari
pelarutnya. Lemak yang tertinggal dalam labu soxhlet dikeringkan dalam oven
selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobotnya
(B). Kadar lemak kasar diketahui berdasarkan persamaan
Kadar lemak (%) = B – A x 100 % Bobot sampel
d. Kadar protein kasar (Metode Kjedahl)
Sebanyak 0,1 gram sampel ditimbang, lalu ditambahkan dengan katalis
yang berupa CuSO4 dan Na2SO4 dengan perbandingan 1:1,2 dan 2,5 ml H2SO4
pekat. Sampel kemudian didestruksi sampai bening (hijau), kemudian
didinginkan dan dicuci dengan aquades secukupnya. Selanjutnya didestilasi
dan dilakukan penambahan NaOH 50% sebanyak 15 ml. Destilat yang
terbentuk ditampung dengan HCl 0,02 N. Proses dihentikan bila volume
destilat mencapai dua kali volume sebelum destilasi. Destilat kemudian
dititrasi dengan NaOH 0,02 N dan indikator mensel.
% total N = (ml titrasi (blanko-contoh)) x N NaOH x 14,007 x 100 % Gram contoh x 1000
% Protein = % total N x 6,25
44
e. Uji Jumlah Mikroorganisme
Uji total mikroba dilakukan untuk menghitung jumlah mikrobiologi
yang terdapat pada produk kopi instan. Metode yang digunakan adalah metode
hitungan cawan dengan menggunakan metode agar tuang. Sebanyak 1 gram
sampel diencerken dengan 9 ml larutan garam fisiologis sehingga terbentuk
pengenceran 10-1. Pengenceran dilakukan lagi dengan memipet 1 ml larutan,
dicampurkan dengan 9 ml larutan garam fisiologis, sehingga terbentuk
pengenceran 10-2. Pengenceran dilakukan terus hingga didapatkan
pengenceran hingga 10-5. Pada pengenceran 10-4 dan 10-5, masing-masing
dipipetkan 1 ml ke cawan petri dan dituangkan media agar PCA (Plate Count
Agar) sebanyak 15 ml hingga menutupi dasar cawan. Cawan diinkubasi
selama 2 hari pada suhu 37oC. Seluruh koloni mikroorganisme yang tumbuh
pada media dihitung. Penghitungan jumlah koloni dilakukan dengan
menggunakan alat Quebec Colony Counter
f. Uji Bakteri E. Coli
Uji bakteri E. coli digunakan untuk menghitung banyaknya bakteri
Eschericia coli dalam produk kopi instan. Metode yang digunakan adalah
metode hitungan cawan dengan menggunakan metode agar tuang. Sebanyak 1
gram sampel diencerken dengan 9 ml larutan garam fisiologis sehingga
terbentuk pengenceran 10-1. Pengenceran dilakukan lagi dengan memipet 1 ml
larutan, dicampurkan dengan 9 ml larutan garam fisiologis, sehingga
terbentuk pengenceran 10-2. Masing-masing pengenceran dituangkan ke
cawan petri dan ditambahkan agar EMB (Eosine Methylene Blue) sebanyak
15 ml hingga menutupi dasar cawan. Cawan diinkubasi selama 2 hari pada
suhu 35oC. Bakteri E.coli ditandai dengan koloni yang berwarna biru metalik.
Penghitungan jumlah koloni dilakukan dengan menggunakan alat Quebec
Colony Counter.
45
g. Warna (metode Hunter)
Analisa warna dilakukan dengan menggunakan alat colorimeter.
pengukuran dengan menggunakan alat ini akan menghasilkan nilai-nilai L, a,
dan b. Pengertian dari lambang tersebut adalah sebagai berikut.
L = kecerahan nilai : + berarti berwarna cerah
- berarti berwarna gelap
a = nilai (+) merah; nilai (-) hijau
b = nilai (+) kuning; nilai (-) biru
h. Waktu Penyeduhan
Pengukuran waktu penyeduhan digunakan untuk mengetahui lamanya
waktu penyeduhan dan pengaruh lama penyimpanan terhadap waktu
penyeduhan. Sebanyak 12 gram sampel kopi diambil dan diseduh dengan air
panas sebanyak 48 ml. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan stirrer
hingga kopi larut seluruhnya. Waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan kopi
secara sempurna dicatat sebagai waktu penyeduhan.
i. Kadar VRS (Volatile Reducing Substance)
Sebanyak satu gram contoh dimasukkan ke dalam labu aerasi VRS
apparatus dan ditambahkan 10 ml air destilata dan 10 ml KMnO4 0,02 N. Alat
VRS dipasang selama lebih kurang 40 menit, kemudian kedalam tabung aerasi
tersebut segera ditambahkan 5 ml H2SO4 6N dan 3 ml KI 20%. Isi labu reaksi
dituangkan ke dalam Erlenmeyer, lalu reaksi dibilas dengan air destilata. Air
bilasan dituangkan juga kedalam Erlenmeyer. Titrasi dilakukan dengan
menggunakan natrium tiosulfat 0,02 N sampai terbentuk warna kuning.
Indikator kanji ditambahkan pada akhir penitrasi. Titrasi dihentikan apabila
warna biru hilang. Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Kadar VRS
dihitung dengan persamaan
46
Micro eq. reduksi/gram contoh = (a-b ml)x Na-tiosulfat x 1000
Dimana :
a = ml titran untuk mentitrasi blanko
b = ml titran untuk mentitrasi contoh
N = Normalitas Na-tiosulfat
j. Evaluasi Sensori
Evaluasi sensori atau uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan
10 orang panelis semi terlatih. Pengujian dilakukan melalui uji hedonik
terhadap atribut aroma seduhan kopi instan formula menggunakan tiga jenis
sampel, yaitu kopi instan formula yang disimpan pada suhu 30oC, 45oC, dan
50oC. Setiap sampel diberikan kode acak berupa huruf N, O, dan P yang
kemudian disajikan kepada panelis secara bersamaan. Panelis memulai
dengan membaca informasi yang tertera pada quesioner. Selanjutnya panelis
melakukan pengujian sesuai dengan perintah yang tertera pada quesioner.
Pengujian terhadap aroma seduhan kopi dilakukan dengan cara mencium
secara langsung kopi yang telah dilarutkan dengan air panas sesuai takaran
saji yang tertera pada kemasan produk. Penilaian panelis terhadap aroma
seduhan kopi dituliskan dalam bentuk skala hedonik 1-5 dengan tingkat
kesukaan yang semakin meningkat seiring semakin tingginya angka skala (1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka).
Panelis mengisi penilaiannya pada form yang telah disediakan sesuai dengan
tingkat kesukaan terhadap masing-masing sampel tanpa membandingkan satu
sama lainnya.
Analisis data hasil uji hedonik dilakukan secara statistik menggunakan
Analisis ragam dengan program SPSS 12.0. Pengujian Analisis ragam
dilakukan untuk melihat ada-tidaknya perbedaan secara nyata dari skor
hedonik masing-masing sampel. Bila terdapat perbedaan yang nyata, analisis
dilakukan dengan uji lanjut Duncan (Post Hoc Test).
47
Lampiran 2. Hasil pengamatan perubahan mutu selama penyimpanan
a. Kadar air
Nilai pada hari ke- (%)Sampel1 8 15 24 29 36 43 50
A11 4.66 5.07 4.62 4.52 5.02 5.28 5.2 5.46A12 - - 4.21 5.36 4.67 5.33 5.75 5.86A21 4.82 4.32 4.83 4.69 5.24 5.34 5.9 5.62A22 - - 5.64 4.86 4.66 5.08 4.82 5.76Rata-rata 4.55 4.69 4.83 4.86 4.90 5.26 5.42 5.68B11 4.49 4.63 5.14 4.9 4.86 5.39 5.24 5.26B12 - - 4.32 5.39 5.11 5.3 5.31 6.31B21 4.57 4.43 4.76 4.66 5.1 5.39 5.75 5.47B22 - - 5.13 4.88 5.22 5.3 6.14 6.02Rata-rata 4.55 4.53 4.84 4.96 5.07 5.35 5.61 5.77C11 4.18 4.63 5.03 5.2 5.7 5.1 5.84 6.58C12 - - 5.19 5.21 5.82 5.77 6.45 6.18C21 4.58 4.65 4.58 5.69 5.85 6.52 6.45 6.35C22 - - 5.32 5.37 5.58 5.68 6.38 6.1Rata-rata 4.55 4.64 5.03 5.37 5.74 5.77 6.28 6.30
b. Kadar abu
Nilai Pada Hari Ke- (%)Sampel 1 50
A A11 2.76 2.35 A12 - 2.55 A21 2.71 2.29 A22 - 2.48
Rata-rata 2.78 2.42B B11 2.79 2.46 B12 - 2.62 B21 2.68 2.30 B22 - 2.50
Rata-rata 2.78 2.47C C11 2.81 2.34 C12 - 2.54 C21 2.93 2.38 C22 - 2.52
Rata-rata 2.78 2.45
48
c. Kadar lemak kasar
Nilai Pada Hari Ke- (%)Sampel 1 50
A A11 4.21 4.42 A12 5.32 2.96 A21 4.14 4.22 A22 4.97 6.04
Rata-rata 4.66 4.41B B11 4.41 4.58 B12 4.22 4.38 B21 5.11 4.52 B22 4.90 4.44
Rata-rata 4.66 4.48C C11 5.24 4.34 C12 4.36 2.98 C21 4.85 5.59 C22 4.19 4.41
Rata-rata 4.66 4.33
d. Kadar protein (metode Kjedahl)
Nilai Pada Hari Ke- (%)Sampel 1 50
A A11 4.73 1.08 A12 3.00 3.71 A21 4.71 3.31 A22 3.04 5.18
Rata-rata 3.87 3.32B B11 3.48 3.65 B12 4.23 3.27 B21 3.42 4.06 B22 4.35 3.66
Rata-rata 3.87 3.66C C11 3.60 5.27 C12 4.52 4.99 C21 3.30 5.32 C22 4.06 4.94
Rata-rata 3.87 5.13
49
e. Pengukuran TPC
Jumlah pada hari Ke-Sampel 1 50
A A1 0 9.00 x 104
A2 1.00 x 104 6.00 x 104
Rata-rata 7.50 x 104
B B1 0 - B2 0 5.00 x 104
Rata-rata 5.00 x 104
C C1 1.00 x 104 - C2 1.00 x 104 6.00 x 104
Rata-rata 5.00 x 103 3.00 x 104
f. Pengukuran E.coli
Jumlah pada hari Ke-Sampel 1 50
A A1 0 40 A2 0 60
Rata-rata 0 50B B1 0 60 B2 0 180
Rata-rata 0 120C C1 0 360 C2 0 80
Rata-rata 0 220
50
g. Nilai kecerahan (L) bubuk kopi instan formula
Nilai Pada Hari Ke-Sampel 4 8 16 24 30 36 43 51
A A11 52.35 63.16 70.33 67.35 70.05 66.40 67.44 69.02 A12 - - 65.86 65.74 66.39 66.42 66.01 64.73 A21 51.97 67.30 70.49 65.94 68.84 66.53 66.73 66.65 A22 - - 71.96 63.13 68.94 64.98 67.12 64.52
Rata-rata 54.74 65.23 69.66 65.54 68.55 66.08 66.82 66.23B B11 52.18 70.45 70.76 69.79 69.08 68.36 67.22 71.78 B12 - - 71.21 68.41 68.70 68.19 63.24 71.36 B21 54.99 71.37 71.44 66.96 71.69 71.07 66.10 68.70 B22 - - 65.48 64.57 69.76 69.18 65.32 66.65
Rata-rata 54.74 70.91 69.72 67.43 69.80 69.20 65.47 69.62C C11 58.50 68.55 68.05 69.46 69.40 69.58 67.14 68.88 C12 - - 70.35 67.21 66.93 63.57 66.00 67.36 C21 58.48 69.17 66.81 65.91 70.42 69.47 64.63 67.51 C22 - - 70.38 63.45 70.56 69.30 63.99 67.46
Rata-rata 54.74 68.86 68.89 66.50 69.32 67.98 65.44 67.80
h. Nilai kecerahan (L) seduhan kopi instan formula
Nilai Pada Hari Ke-Sampel 4 8 16 24 30 36 43 51
A A11 44.06 46.87 40.15 35.87 39.70 42.55 39.43 43.33 A12 - - 43.97 35.15 39.21 46.11 42.45 44.55 A21 43.80 45.23 49.62 36.25 37.93 47.11 39.01 42.89 A22 - - 47.09 36.88 39.45 49.68 38.39 42.81
Rata-rata 43.39 46.05 45.20 36.03 39.07 46.36 39.82 43.40B B11 40.18 42.15 41.39 37.97 35.56 51.33 38.72 42.31 B12 - - 42.43 37.28 35.69 48.08 35.64 41.64 B21 45.94 43.11 44.01 38.13 39.52 50.91 45.38 42.12 B22 - - 49.84 35.79 40.46 47.49 40.61 43.10
Rata-rata 43.39 42.63 44.41 37.29 37.81 49.45 40.09 42.29C C11 41.38 45.78 45.70 34.80 38.15 47.45 41.60 44.16 C12 - - 47.29 36.12 38.16 46.41 44.82 46.02 C21 44.97 47.26 47.15 37.41 38.01 50.36 40.08 46.31 C22 - - 43.63 36.98 37.37 49.84 40.77 42.06
Rata-rata 43.39 46.52 45.94 36.32 37.92 48.52 41.82 44.64
51
i. Waktu penyeduhan
Nilai Pada Hari Ke- (detik)Sampel 4 8 16 24 30 36 43 51
A A11 2.00 3.00 5.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 A12 - - 4.00 3.00 3.00 3.00 4.00 3.00 A21 3.00 4.00 4.00 3.00 3.00 3.00 4.00 4.00 A22 - - 3.00 3.00 4.00 4.00 5.00 3.00
Rata-rata 2.83 3.50 4.00 3.00 3.25 3.25 4.00 3.25B B11 3.00 3.00 4.00 2.00 5.00 4.00 4.00 3.00 B12 - - 3.00 2.00 4.00 3.00 3.00 3.00 B21 2.00 4.00 3.00 4.00 4.00 3.00 3.00 3.00 B22 - - 4.00 3.00 4.00 4.00 3.00 3.00
Rata-rata 2.83 3.50 3.50 2.75 4.25 3.50 3.25 3.00C C11 3.00 4.00 4.00 2.00 4.00 3.00 3.00 3.00 C12 - - 3.00 3.00 4.00 3.00 3.00 4.00 C21 4.00 4.00 3.00 3.00 4.00 4.00 3.00 4.00 C22 - - 3.00 3.00 3.00 4.00 3.00 4.00
Rata-rata 2.83 4.00 3.25 2.75 3.75 3.50 3.00 3.75
j. Nilai volatile reducing substance
Nilai Pada Hari Ke-Sampel 14 16 23 30 37 44 51
A A11 4.00 10.00 14.00 12.00 14.00 6.00 6.00 A12 6.00 8.00 10.00 6.00 8.00 6.00 4.00 A21 8.00 6.00 8.00 6.00 8.00 6.00 6.00 A22 8.00 10.00 6.00 12.00 8.00 5.00 6.00
Rata-rata 7.67 8.50 9.50 9.00 9.50 5.75 5.50B B11 8.00 16.00 10.00 6.00 - 8.00 10.00 B12 8.00 6.00 12.00 10.00 - 4.00 6.00 B21 4.00 10.00 8.00 8.00 10.00 4.00 6.00 B22 12.00 10.00 4.00 10.00 8.00 6.00 2.00
Rata-rata 7.67 10.50 8.50 8.50 9.00 5.50 6.00C C11 10.00 10.00 4.00 6.00 - 6.00 - C12 4.00 12.00 6.00 8.00 8.00 4.00 8.00 C21 10.00 8.00 6.00 12.00 10.00 - 4.00 C22 10.00 8.00 4.00 8.00 8.00 - 6.00
Rata-rata 7.67 9.50 5.00 8.50 8.67 5.00 6.00
52
Lampiran 3. Rekapitulasi Analisis ragam terhadap parameter perubahan mutu
produk
a. Kadar air
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 652.578(a) 10 65.258 1953.442Perlakuan 0.893 2 0.446 13.358 3.74Waktu 5.322 7 0.760 22.761 2.76Error 0.468 14 0.033Total 653.045 24
Perlakuan : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Waktu : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Uji Lanjut Duncan Untuk Perlakuan Suhu Penyimpanan
SubsetSuhu
Simpan N 1 2
30oC 8 5.0238
45oC 8 5.0850
50oC 8 5.4600
Uji Lanjut Duncan Untuk Waktu Penyimpanan
SubsetWaktu N 1 2 3 4 5 6 71 3 4.558 3 4.62 4.6215 3 4.90 4.9024 3 5.0633 5.063329 3 5.2367 5.236736 3 5.4600 5.4643 3 5.77 5.770050 3 5.9167
53
b. Kadar Lemak Kasar
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 123.409(a) 4 30.852 10953.423Perlakuan 0.006 2 0.003 1.000 19.00Waktu 0.096 1 0.096 34.178 18.51Galat 0.006 2 0.003Total 123.414 6
Perlakuan : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
Waktu : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
c. Kadar Protein
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 94.740(a) 4 23.685 51.187Perlakuan 0.925 2 0.463 1.000 19.00Waktu 0.042 1 0.042 0.090 18.51Error 0.925 2 0.463Total 95.666 6
Perlakuan : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
Waktu : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
54
d. Warna Produk Kopi Instan
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 105735.601(a) 10 10573.560 7721.631
Perlakuan 12.330 2 6.165 4.502 3.74
Waktu 482.474 7 68.925 50.334 2.76
Galat 19.171 14 1.369
Total 105754.772 24
Perlakuan : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Waktu : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Uji Lanjut Duncan Untuk Perlakuan Suhu Penyimpanan
Subset
Perlakuan N 1 2
30oC 8 65.3562
50 oC 8 66.1913 66.1913
45 oC 8 67.1113
Uji Lanjut Duncan Untuk Waktu Penyimpanan
Subset
Waktu N 1 2 3 4
4 3 54.740043 3 65.910024 3 66.4900 66.490036 3 67.7533 67.7533 67.753351 3 67.8833 67.8833 67.88338 3 68.3333 68.333330 3 69.223316 3 69.4233
55
e. Warna Seduhan Kopi
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 43814.778(a) 10 4381.478 3377.179
Perlakuan 4.015 2 2.007 1.547 3.74
Waktu 311.886 7 44.555 34.342 2.76
Galat 18.163 14 1.297
Total 43832.942 24
Perlakuan : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
Waktu : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Uji Lanjut Duncan Untuk Waktu Penyimpanan
Subset
Waktu N 1 2 3 4
24 3 36.5467
30 3 38.2667
43 3 40.5767
4 3 43.3900
51 3 43.4433
8 3 45.0667
16 3 45.1833
36 3 48.1100
56
f. Waktu Penyeduhan
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 272.542(a) 10 27.254 205.208
Perlakuan 0.016 2 0.008 0.059 3.74
Waktu 2.583 7 0.369 2.779 2.76
Galat 1.859 14 0.133
Total 274.402 24
Perlakuan : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
Waktu : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Uji Lanjut Duncan Untuk Waktu Penyimpanan
Subset
Waktu N 1 2
4 3 2.8300
24 3 2.8333
51 3 3.3333 3.3333
36 3 3.4167 3.4167
43 3 3.4167 3.4167
16 3 3.5833
8 3 3.6667
30 3 3.7500
57
g. Volatile Reducing Substance
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 1287.662(a) 9 143.074 148.567
Perlakuan 2.585 2 1.292 1.342 3.89
Waktu 44.142 6 7.357 7.639 3.00
Galat 11.556 12 .963
Total 1299.218 21
Perlakuan : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
Waktu : F Hitung > F Tabel è Penilaian antar sampel berbeda nyata
Uji Lanjut Duncan Untuk Waktu Penyimpanan
Subset
Waktu N 1 2
44 3 5.4167
51 3 5.8333
23 3 7.6667
14 3 7.6700
30 3 8.6667
37 3 9.0567
16 3 9.5000
58
Lampiran 4. Rekapitulasi nilai hedonik terhadap atribut aroma seduhan kopi
PanelisHari Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
N 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3O 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2
1
P 3 4 4 5 2 2 4 3 4 3N 4 4 3 3 4 3 2 4 3 4O 4 5 2 5 4 3 3 2 3 4
8
P 3 5 4 3 4 4 3 3 4 5N 4 4 5 4 2 2 3 2 5 4O 5 2 3 4 3 3 3 3 4 3
15
P 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3N 4 4 2 3 4 5 4 5 4 4O 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3
24
P 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3N 4 5 4 3 4 3 3 4 3 4O 5 3 3 3 3 3 3 3 2 3
29
P 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3N 4 2 3 4 4 4 2 4 3 4O 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4
36
P 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3N 4 3 5 3 2 4 5 5 3 2O 3 2 4 4 3 3 3 2 3 2
43
P 2 2 4 2 3 4 4 4 2 4N 4 5 3 4 3 4 3 4 3 5O 4 4 3 2 4 3 3 3 4 2
50
P 2 3 3 2 3 4 4 3 4 2Keterangan :
N = Kopi instan disimpan pada suhu 30oC
O = Kopi instan disimpan pada suhu 45oC
P = Kopi instan disimpan pada suhu 50oC
59
Lampiran 5. Rekapitulasi Analisis Ragam terhadap atribut seduhan kopi
a. Hari pertama
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 361.467(a) 12 30.122 71.973
sampel 0.467 2 0.233 0.558 3.55
panelis 7.367 9 0.819 1.956 2.46
Galat 7.533 18 0.419
Total 369.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
b. Hari ke-8
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 393.200(a) 12 32.767 60.184
sampel 0.867 2 0.433 0.796 3.55
panelis 10.700 9 1.189 2.184 2.46
Galat 9.800 18 .544
Total 403.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
60
c. Hari ke-15
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 371.800(a) 12 30.983 54.676
sampel 0.467 2 .233 0.412 3.55
panelis 10.800 9 1.200 2.118 2.46
Galat 10.200 18 .567
Total 382.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
d. Hari ke-24
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 394.467(a) 12 32.872 62.066
sampel 1.800 2 0.900 1.699 3.55
panelis 3.867 9 0.430 0.811 2.46
Galat 9.533 18 0.530
Total 404.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
61
e. Hari ke-29
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 351.800(a) 12 29.317 64.354
sampel 1.800 2 0.900 1.976 3.55
panelis 3.200 9 0.356 0.780 2.46
Galat 8.200 18 0.456
Total 360.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
f. Hari ke-36
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 315.467(a) 12 26.289 104.382
sampel 0.800 2 0.400 1.588 3.55
panelis 7.467 9 0.830 3.294 2.46
Galat 4.533 18 0.252
Total 320.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
62
g. Hari ke-43
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 321.933(a) 12 26.828 34.329
sampel 2.600 2 1.300 1.664 3.55
panelis 12.133 9 1.348 1.725 2.46
Galat 14.067 18 0.781
Total 336.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
h. Hari ke-50
Analisis Ragam
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
Tengah F Hitung F Tabel
Model 340.800(a) 12 28.400 38.727
sampel 3.467 2 1.733 2.364 3.55
panelis 4.000 9 0.444 0.606 2.46
Galat 13.200 18 0.733
Total 354.000 30
Sampel : F Hitung < F Tabel è Penilaian antar sampel tidak berbeda nyata
63