analisis risiko produksi madu di cv. madu apiari …

192
ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI MUTIARA DEPOK- JAWA BARAT Fauziyah Rahmah 11160920000019 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/ 1442 H

Upload: others

Post on 01-Feb-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI MUTIARA

DEPOK- JAWA BARAT

Fauziyah Rahmah

11160920000019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/ 1442 H

Page 2: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

ii

ANALISIS PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI

MUTIARA, DEPOK-JAWA BARAT

Fauziyah Rahmah

NIM : 11160920000019

Skripsi

Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020/1442 H

Page 3: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

PENGESAHAN UJIAN

Skipsi berjudul “Analisis Produksi Madu Di CV. Madu Apiari Mutiara Depok- Jawa

Barat”yang ditulis oleh Fauziyah Rahmah, NIM 11160920000019 telah diuji dan dinyatakan

lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 24 November 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1) Program studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I

Dr. Achmad Tjachja Nugraga M.P

NIP. 19740709200701 1 026

Penguji II

Ir. Junaidi, M.Si

NIP. 19660508201411 1 004

Pembimbing I

Dr. Iwan Aminudin, M.Si

NIP.19700209201411 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Elpawati, M.P

NIP. 19641204 199203 2 001

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Prof. Dr. Lili Surayya Eka Putri, M.Env.Stud NIP. 19690404 200501 2 005

Ketua

Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si NIP. 19620308 198903 2 001

sitir
FST
Page 4: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

iii

SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI

YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2020

Fauziyah Ramah 11160920000019

Page 5: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Fauziyah Rahmah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Desember 1998

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kenanga 2 kalisari, Rt02/011 No19, Pasar Rebo,

Jakarta Timur

No. Hp : 082124193161

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2003-2009 : SDN Kalisari 07 pg

2010-2013 : MTs. Negeri 17 Jakarta

2013-2016 : MAN 14 Jakarta

2016-2020 : Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

2017 : Sekertaris Hari Tani Agribisnis UIN Jakarta

2017 : Pembimbing Mahasiswa Baru Fakultas (PBAK)

2018 : Panitia Agricamp Agribisnis UIN Jakarta

2019 : Panitia Santunan Yatim Agribisnis UIN Jakarta

Pegalaman Bekerja

2019 :Praktik Kerja Lapang di CV. Madu Apiari Mutiara,

Depok, Jawa Barat

2019 : Asisten Laboratorium Ilmu Tanaman

Page 6: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji dan Syukur atas Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan Pencipta

Alam karena atas Rahmat-Nyalah Skripsi yang berjudul “Analisis Risiko

Produksi Madu Di CV. Madu Apiari Mutiara, Depok- Jawa Barat” ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya dan tidak lupa juga Shalawat dan Salam penulis

panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Shallallah’Alayhi wa Sallam

yang telah membimbing umatnya dari zaman kejahiliahan hingga ke zaman terang

benderang seperti saat ini.

Adapun tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah sebagai syarat untuk

menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis

pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu baik berupa materil dan moral yang sangat berarti dalam penyusunan

skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Keluarga atas semua cinta dan kasih sayang, do’a yang tak pernah henti

dipanjatkan, dan dukungan yang tiada henti diberikan, sehingga semua

menjadi lebih mudah dan lancar.

2. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M. Si Dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, M. M. selaku

Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah

banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

vi

3. Bapak Dr. Iwan Aminudin,S. Hut., M. Si dan Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP,

selaku dosen pembimbing 1 dan 2 yang telah membimbing penulis dengan

baik dan banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Ir. Junaidi, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik penulis yang

dengan sabar memberikan saran, motivasi dan dukungan kepada penulis.

5. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu, pelajaran serta pengalaman selama

penulis menjalani perkuliahan.

6. Pihak CV. Madu Apiari Mutiara yang telah menjadi fasilitator penulis untuk

melakukan penelitian.

7. Fida Yunia, Hanifah Fadilah, Bagus Adam, Siha Istaina, dan Luthfia Nurul

Islami, untuk indahnya persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin,

serta atas kerjasama, dukungan, semangat dan motivasi, serta sebagai tempat

bertukar pikiran dari awal perencanaan penelitian hingga selesai.

8. Teman-teman Agribisnis UIN Jakarta, khususnya angkatan 2016 sekeluarga

yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini pun tidak luput dari kesalahan, maka

dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran pada skripsi ini, agar kelak skripsi

ini dapat menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan

bagi penulis dan pada umumnya bagi pembaca, Amin.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu

Page 8: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

vii

RINGKASAN

Fauziyah Rahmah, Analisis Risiko Produksi Madu Di CV. Madu Apiari Mutiara,

Depok- Jawa Barat. Di bawah bimbingan Iwan Aminudin dan Elpawati.

CV. Madu Apiari Mutiara merupakan perusahaan madu murni berskala

kecil menegah yang didirikan pada tanggal 19 Febuari 2009. CV.Madu Apiari

Mutiara merupakan salah satu perusahaan yang berada di daerah Jawa Barat,

memiliki peternakan lebah sendiri, lebah dari berbagai kebun bunga untuk

mendapatkan berbagai variasi madu. Berdasarkan perbedaan antara data target

dengan kenyataan madu yang diproduksi di CV. Madu Apiari Mutiara. Perbedaan

dikarenakan pemasaran CV. Madu Apiari Mutiara kurang baik, selain pemasaran

produk, terdapat masalah yang lebih penting yaitu pada mutu madu menjadi

kristal yang mengakibatkan adanya penurunan jumlah permintaan dari konsumen

dan pihak yang telah bekerja sama atau disebut maklon. Adapun jumlah penjualan

yang mengalami penurunan, Berdasarkan data kerusakan pada produk madu setiap

bulan mengalami kenaikan, oleh karena itu, penanganan risiko produksi harus

dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan

perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1)Mengidentifikasi risiko proses produksi

madu di CV. Madu Apiari Mutiara; (2)Mengetahui seberapa besar risiko produksi

madu di CV. Madu Apiari Mutiara;(3)Memetakan risiko produksi madu di CV.

Madu Apiari Mutiara;(4)Mengetahui strategi preventif yang tepat untuk

menghindari risiko pada produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan

wawancara baik secara mendalam maupun sistematik dengan panduan

wawancara berupa kuesioner kepada 10 orang narasumber yang terbagi yaitu 1

orang Manajer Produksi, 1 orang asisten manajer produksi, 3 orang Supervisor

Produksi, 2 orang dari divisi Quality Control (QC), 2 orang dari divisi Teknik,

dan 1 orang Supervisor HRD. Pada penelitian ini akan diidentifikasi penyebab

dan dampak risiko yang ditimbulkan, penentuan prioritas penyebab risiko yang

akan diberikan aksi preventif atau pencegahan serta strategi pencegahan risiko

yang akan dilakukan.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa 4 penyebab risiko pada proses

penerimaan bahan baku, 3 penyebab risiko pada proses penimbangan 1, 3

penyebab risiko pada proses penyaringan, 3 penyebab risiko pada proses

penurunan kadar air, 4 penyebab risiko pada proses filling, 3 penyebab risiko

pada proses penimbangan 2, 3 penyebab risiko pada proses pelabelan, 3 penyebab

risiko pada proses penyegelan. Hasil pemetaan risiko yang terjadi pada produksi

madu terdapat 17 total penyebab risiko yang menjadi prioritas untuk dijadikan

penanganan risiko. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut maka

ditentukan 10 strategi preventif yang akan dilakukan.

Kata Kunci : produksi, madu, risiko, House Of Risk, fish bone,strategi

preventif

Page 9: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 8

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11

2.1 Definisi Agribisnis ........................................................................................ 11

2.2 Gambaran Umum dan Karakteristik Madu ................................................... 12

2.4 Definisi Produksi .......................................................................................... 14

2.5 Risiko Produksi ............................................................................................. 18

2.6 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko ......................................................... 18

2.7 Diagram Tulang Ikan (Fishbone) .................................................................. 27

2.8 Definisi House Of Risk (HOR) .................................................................... 30

2.8.1 Definisi HOR Fase 1 .............................................................................. 30

2.8.2 Definisi HOR Fase 2 ............................................................................. 34

2.9 Diagram Pareto ............................................................................................. 36

2.10 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 52

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 52

3.2 Variabel Penelitian ....................................................................................... 52

3.3 Sumber dan Jenis Data .................................................................................. 53

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 54

3.5 Metode Analisis Data ................................................................................... 58

3.5.1 Analisis House Of Risk (HOR) Fase 1 ................................................ 58

3.5.1.1 Agregate Risk Potential (ARPj) .......................................................... 59

Page 10: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

ix

3.5.1.2 Analisis Diagram Pareto ..................................................................... 60

3.5.2 Analisis House Of Risk (HOR) Fase 2 .................................................. 62

3.5.2.1 Total Effectiviness (TEk) .................................................................... 64

3.5.2.2 Effectiveness To Difficulty Ratio (ETDk) ........................................... 65

3.6 Definisi Operasional ..................................................................................... 65

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................... 84

4.1Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ......................................................... 84

4.2 Jenis Produk .................................................................................................. 85

4.3 Visi dan Misi ................................................................................................. 86

4.4 Struktur Organisasi ....................................................................................... 87

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 100

5.1 Risiko Proses Produksi Madu CV. Madu Apiari Mutiara ........................... 100

5.1.1 Kejadian Risiko Produksi Madu .......................................................... 102

5.1.2 Penyebab Risiko Produksi Madu .......................................................... 106

5.1.2.1 Penerimaan Bahan Baku ................................................................... 107

5.1.2.2.Penimbangan 1 .................................................................................. 108

5.1.2.3.Tahap Penyaringan ........................................................................... 109

5.1.2.4 Tahap penurunan kadar air ................................................................ 111

5.1.2.5 Tahap Filling ..................................................................................... 112

5.1.2.6 Tahap Penimbangan 2 ...................................................................... 113

5.1.2.7 Tahap Pelebelan ................................................................................ 114

5.1.2.8 Tahap Penyegelan ............................................................................. 116

5.2 Hasil Pengukuran Risiko ............................................................................ 116

5.2.1 Hasil Penilaian Dampak Risiko (Severity)........................................... 117

5.2.2 Hasil Penilaian Probabilitas Risiko (Occurence)................................. 119

5.2.3 Hasil Penilaian Tingkat Korelasi ......................................................... 126

5.3 Pemetaan Risiko Produksi Madu ............................................................... 127

5.3.1 Pemetaan Risiko Tahap Penerimaan Bahan Baku ............................... 127

5.3.2 Pemetaan Risiko Tahap Penimbangan 1 .............................................. 128

5.3.3 Pemetaan Risiko Tahap Penyaringan .................................................. 129

5.3.4 Pemetaan Risiko Tahap Penurunan Kadar Air .................................... 130

5.3.5 Pemetaan Risiko Tahap Filling............................................................ 131

5.3.6 Pemetaan Risiko Tahap Penimbangan 2 .............................................. 132

5.3.7 Pemetaan Risiko Tahap Pelebelan ....................................................... 133

Page 11: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

x

5.3.8 Pemetaan Risiko Tahap Penyegelan .................................................... 134

5.4 Strategi Penanganan Risiko Madu .............................................................. 135

5.4.1 Prioritas Strategi Penanganan Risiko ................................................... 136

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 136

6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 136

6.2 Saran ........................................................................................................... 137

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 139

Page 12: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Produksi Madu Indonesia 2012- 2016 .......................................... 1

2. Target produksi dan realita yang di produksi ............................................ 5

3. Jumlah target produksi dan realita madu ................................................ 6

4. Data produk rusak ..................................................................................... 7

5. Model HOR fase 1 .................................................................................... 32

6. Model HOR fase 2 ................................................................................... 36

7. Penelitian terdahulu .................................................................................. 45

8. Daftar kusioner penelitian ......................................................................... 55

9. Contoh model HOR fase 2 ........................................................................ 63

10. Jenis produk madu .................................................................................... 85

11. Identifikasi kejadian risiko ........................................................................ 103

12. Penerimaan bahan baku ............................................................................ 107

13. Penimbangan 1 .......................................................................................... 108

14. Penyaringan .............................................................................................. 110

15. Penurunan kadar air .................................................................................. 111

16. Proses Filling ............................................................................................ 112

17. Proses penimbangan 2 ............................................................................... 114

18. Proses pelabelan ........................................................................................ 115

19. Proses enyegelan ....................................................................................... 116

20. Penilaian dampak risiko ............................................................................ 118

21. Tahap penerimaan bahan baku .................................................................. 120

22. Tahap penimbangan 1 .............................................................................. 121

Page 13: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

xii

23. Tahap penurunan kaadar air ..................................................................... 122

24. Tahap filling .............................................................................................. 123

25. Tahap penimbangan 2 ............................................................................... 124

26. Tahap Pelabelan ........................................................................................ 125

27. Tahap penyegelan ..................................................................................... 126

Page 14: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Persyaratan mutu madu ............................................................................. 4

2. Skema sistem produksi ............................................................................. 16

3. Siklus manajemen risiko ........................................................................... 20

4. Diagram tulang ikan tipe sebab ................................................................. 28

5. Struktur diagram tulang ikan..................................................................... 28

6. Struktur diagram pareto ............................................................................ 36

7. Kerangka pemikiran .................................................................................. 49

8. Skema Operasional Penelitian .................................................................. 50

9. Struktur umum diagram pareto ................................................................. 61

10. Struktur organisasi departemen produksi .................................................. 88

11. Pemetaan risiko penerimaan bahan baku ................................................. 128

12. Pemetaan risiko penimbangan 1 ............................................................... 129

13. Pemetaan risiko penyaringan ................................................................... 130

14. Pemetaan risiko penurunana kadar air ...................................................... 131

15. Pemetaan risiko filling ............................................................................. 132

16. Pemetaan risiko penimbangan 2 .............................................................. 133

17. Pemetaan risiko pelabelan ......................................................................... 134

18. Pemetaan risiko penyegelan ...................................................................... 135

19. Prioritas strategi penerimaan bahan baku ................................................. 137

20. Prioritas strategi penimbangan 1 .............................................................. 139

21. Prioritas strategi penyaringan ................................................................... 141

Page 15: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

xiv

22. Prioritas strategi penurunan kadar air ....................................................... 143

23. Prioritas strategi filling ............................................................................ 145

24. Prioritas strategi penibangan 2 .................................................................. 147

25. Prioritas strategi pelabelan ........................................................................ 149

26. Prioritas strategi penyegelan .................................................................... 151

Page 16: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Matriks instrument pnelitian ..................................................................... 151

2. Matriks instrument peelitian ...................................................................... 152

3. Matriks instrument penelitian .................................................................. 154

4. Diagram Fish Bone .................................................................................. 155

5. Kusioner identifikasi dan korelasi frekuensi peluang risiko .................... 156

6. Kusioner penelitian HOR 2 ....................................................................... 157

7. Tabel HOR 1 tahap penerimaan bahan baku ........................................... 158

8. Tabel HOR 1 tahap penimbangan 1 .......................................................... 159

9. Tabel HOR 1 tahap penyaringan ............................................................... 160

10. Tabel HOR 1 tahap penurunan kadar air .................................................. 161

11. Tabel HOR 1 tahap filling ......................................................................... 162

12. Tabel HOR 1 tahap penimbangan 2 .......................................................... 163

13. Tabel HOR 1 tahap pelabelan ................................................................... 164

14. Tabel HOR 1 tahap penyegelan ................................................................ 165

15. Diagram tulang ikan .................................................................................. 166

16. Kuisioner ................................................................................................... 167

Page 17: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi pengembangan madu di Indonesia cukup besar, didukung dengan

faktor iklim yang tropis dan sumber daya hutan yang dapat dijadikan sebagai

ekosistem peternakan lebah madu. Lebah madu merupakan salah satu sumber

daya hutan yang potensial untuk dikembangkan dalam pembudidayaannya. Hal ini

disebabkan karena sumber pakan lebah yang melimpah (hampir semua tumbuhan

yang menghasilkan bunga dapat dijadikan sebagai sumber pakan) baik yang

berasal dari tanaman hutan, tanaman pertanian maupun tanaman perkebunan

(Setiawan, 2016). Madu adalah zat alami manis yang diproduksi oleh lebah madu

(Apis mellifera), yang terdapat di nektar bunga. (S. Terzo, F. Mulè and A.

Amato).Produksi madu petani di Indonesia baru mencapai 5.000 ton per tahun,

sedangkan kebutuhan madu yang dibutuhkan mencapai 7.500 ton pertahun dengan

asumsi konsumsi perkapita sebesar 30 gr/tahun (Kementrian kehutanan, 2014).

Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

(BPS) diperoleh total jumlah produksi terendah sebesar 37594,28 liter pada tahun

2013 dan produksi tertinggi pada tahun 2015 sebesar 697160,01 liter ( BPS, 2016)

Berikut data hasil produksi madu secara nasional yang diperoleh dari

kementerian kehutanan :

Tabel 1 Jumlah produksi madu di Indonesia pada tahun 2012- 2016 (Liter)

No Tahun Jumlah Produksi (Liter)

1. 2012 37,594,28

2. 2013 30,251,31

3. 2014 95,215,92

4. 2015 697,160,01

5. 2016 362,203,70

Sumber : BPS Statistik Kehutanan 2016

Page 18: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

2

Peluang budidaya lebah madu di Indonesia masih sangat besar. Hal ini

didasari bahwa Indonesia mempunyai hutan yang sangat luas, yaitu sekitar 200

juta hektare dengan beraneka jenis tanaman yang berbunga secara bergantian

sepanjang tahun. Tanaman tersebut merupakan sumber pakan ideal untuk usaha

budidaya lebah madu. (Rustama,2016). Lebah mencari makan di bunga untuk

mengumpulkan nektar dan mengubahnya untuk menghasilkan madu bunga yang

merupakan larutan gula yang alami. (H.A. Ghramh, K. Ali Khan, Z.

Ahmed,2020).

Hasil hutan non kayu yang paling banyak diproduksi di Pulau Jawa tahun

2015 setelah bambu yaitu madu diproduksi sejumlah 664,581,75 liter. Madu

diproduksi khususnya di Jawa Barat pada tahun 2015 memiliki urutan kedua

setelah bambu yaitu sejumlah 3.212,74 liter. (Sumber badan pusat statistik).

Sedangkan untuk pasar konsumen, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan

hidup sehat, volume permintaan pasar semakin bertambah walaupun tidak

signifikan dan terbatas di kalangan masyarakat menengah ke atas. Outlet - outlet

penjual madu pun semakin banyak bermunculan, terutama di kota-kota besar.

Salah satu outlet penjual madu dan memproduksi langsung di daerah Jawa Barat

yaitu CV. Madu Apiari Mutiara.

CV.Madu Apiari Mutiara merupakan salah satu perusahaan yang berada di

daerah Jawa Barat, memiliki peternakan lebah sendiri, dan secara rutin memanen

lebah dari berbagai kebun bunga untuk mendapatkan berbagai variasi madu. Madu

tersebut melalui proses penurunan kadar air sehingga didapat madu dengan

kualitas internasional, selanjutnya pada proses pengemasan dan pengiriman

Page 19: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

3

dilakukan secara higienis dan efisien demi kepuasan pelanggan. CV.Madu Apiari

Mutiara tidak hanya menjual madu murni (madu botol), namun juga menjual

madu formula yang terkandung didalamnya adalah madu murni yang dicampur

dengan bahan-bahan herbal.

Pada awal proses produksi CV. Madu Apiari Mutiara melakukan ternak

lebah madu sendiri untuk mencukupi kebutuhan produksinya, namun jumlah

produksi madu yang dihasilkan tidak dapat memenuhi kebutuhan produksi maka

perusahaan melakukan kemitraan dengan beberapa pemasok. Pemasok madu

tersebut berasal dari mitra peternak lebah madu di Subang dan Pati atau

mengambil madu hutan di Sumatera (Riau, Jambi, Palembang dan Padang), dalam

sebulan perusahaan dapat menghasilkan 1000-1500 botol madu dengan beberapa

varian ukuran untuk memenuhi permintaan konsumen.

CV.Madu Apiari Mutiara harus memperhatikan manajemen produksi

dengan baik agar mutu dan kualitas tetap terjamin karena berkaitan dengan

kepuasan pelanggan. Dengan banyaknya varian rasa yang dimiliki perusahaan

harus memperhatikan manajemen produksi yang baik agar terwujudnya hasil

olahan yang baik dan sesuai dengan standar SNI. Madu dapat dikelompokan

berdasarkan asal polennya menjadi madu NP (naturan pollen) dan madu PS

(pollen substitute). Madu NP atau yang sering disebut madu alami umumnya

tersusun atas 17,1% air, 82,4% karbohidrat (38%fruktosa, 31% glukosa, 12,9%

gula lain). 0,5% protein, asam amino, senyawa fenolik, vitamin, asam organic dan

berbagai mineral. Karakteristik madu yang dibutuhkan untuk pasar industri

Page 20: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

4

umumnya harus memenuhi standar nasional 3545:2013 madu memiliki

persyaratan mutu, dapat dilihat pada gambar 1.

CV. Madu Apiari Mutiara yang sudah sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia (SNI), maka dalam setiap memulai produksi perlu diadakan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian agar

produksi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan

berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang seefisien

mungkin. Dalam perusahaan pengolahan makanan, kualitas produk merupakan hal

yang sangat penting dalam menjaga mutu produk yang dihasilkan di mata

Gambar 1 Persyaratan Mutu Madu

Sumber : SNI 3545:2013

Page 21: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

5

konsumen. Pengendalian mutu akan menentukan apakah produk tersebut benar-

benar layak untuk dipasarkan atau tidak. Namun, di dalam penentuan mutu produk

tentunya terdapat hal yang ditemukan dalam proses produksi sebelum produk

tersebut diuji kualitas mutunya. CV. Madu Apiari Mutiara mengalami penurunan

permintaan konsumen, hal tersebut karena adanya kualitas mutu produk yang

rusak seperti madu yang kristalisasi. Berikut tabel produksi dan realita yang di

produksi madu,

Tabel 2. Jumlah Target Produksi dan Realita yang di Produksi Madu Pada

CV. Madu Apiari Mutiara Tahun 2015-2019

Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat perbedaan antara target dengan kenyataan

madu yang diproduksi di CV. Madu Apiari Mutiara. Perbedaan dikarenakan

pemasaran CV. Madu Apiari Mutiara kurang baik, selain pemasaran produk,

terdapat masalah yang lebih penting yaitu pada mutu madu menjadi kristal yang

mengakibatkan adanya penurunan jumlah permintaan dari konsumen dan pihak

yang telah bekerja sama atau disebut maklon. Adapun jumlah penjualan yang

mengalami penurunan di tahun 2015-2019,

No Tahun Jumlah Produksi

Target (botol) Realita (botol)

1 2015 10.000 8.000

2 2016 9.500 9.500

3 2017 9.200 7.600

4 2018 8.700 7.500

5 2019 8.000 7.400

Page 22: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

6

Tabel 3. Jumlah Penjualan Madu Tahun 2015-2019

No Tahun Jumlah Penjualan

(botol)

1 2015 7.000

2 2016 7.800

3 2017 6.420

4 2018 6.000

5 2019 5.785

Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara

Data jumlah penjualan madu dari tahun 2015-2019 setiap tahun mengalami

penurunan diakibatkan adanya penurunan jumlah permintaan dari konsumen.

Penurunan jumlah permintaan dikarenakan banyaknya produk madu yang (reject)

seperti kristalisasi yang terjadi pada madu, produk reject lainnya yaitu terjadi

pada penurunan kadar air madu, pengemasan botol madu, danlainnya. Produk

yang rusak seperti adanya kristal, penurunan kadar air, pengemasan, danlainnya

yang terjadi pada madu, sehingga tidak sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan pihak perusaaan.CV.madu apiari mutiara mempunyai batas toleransi

terhadap produk reject yaitu 10%, produk reject yang melebihi batas toleransi

perusahaan sangat berpengaruh terhadap pencapaian target dan hasil produksi

madu yang diperoleh perusahaan. Target pada tahun 2015- 2019 tidak tercapai,

kejadian tersebut mengindikasikan bahwa dalam menjalankan usahanya CV.

Madu Apiari Mutiara tidak terlepas dari risiko produksi. Produk reject sebagai

bukti nyata risiko produksi madu ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan,

menambah biaya variabel, bahkan menimbulkan kerugian. Berikut tabel produk

reject produk madu.

Page 23: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

7

Tabel 4. Data Kerusakan Produk Madu Tahun 2019

No Bulan Jumlah Produk reject

1 Januari 180

2 Febuari 98

3 Maret 100

4 April 176

5 Mei 96

6 Juni 126

7 Juli 185

8 Agustus 165

9 September 78

10 Oktober 157

11 November 110

12 Desember 144

Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara

Berdasarkan tabel 3 kerusakan pada produk madu setiap bulan mengalami

kenaikan, oleh karena itu, penanganan risiko produksi harus dilakukan dengan

sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Risiko

produksi dapat dikurangi dengan mengidentifikasi dan menganalisis risiko

produksi. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau mengurangi

risiko dapat dilakukan secara tepat. Produk reject yang terjadi pada CV. Madu

Apiari Mutiara tidak dibuang tetapi untuk dijadikan sebagai bahan baku produk

turunan yang diproduksi langsung oleh CV. Madu Apiari Mutiara seperti shampo

dan sabun madu.

Kegagalan produksi dapat dikurangi atau diperkecil dengan mengetahui

sumber dan penyebab risiko pada saat proses produksi madu, mulai dari

penerimaan bahan baku hingga penyegelan. Berdasarkan penjelasan di atas,

maka sangat relevan apabila dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Risiko

Produksi Madu Di CV. Madu Apiari Mutiara, Depok Jawa Barat.”

Page 24: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

8

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

yang dapat ditetapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja risiko yang teridentifikasi pada proses produksi madu di CV.

Madu Apiari Mutiara?

2. Seberapa besar risiko produksi madu pada CV. Madu Apiari Mutiara?

3. Bagaimana pemetaan risiko produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara?

4. Apa saja strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko yang dapat

dilakukan pada produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi risiko proses produksi madu di CV. Madu Apiari

Mutiara.

2. Mengetahui seberapa besar risiko produksi madu di CV. Madu Apiari

Mutiara.

3. Memetakan risiko produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara.

4. Mengetahui strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko pada

produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

terkait dengan risiko produksi yang dihadapi perusahaan serta sebagai

Page 25: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

9

bahan evaluasi dan bahan pertimbangan pihak CV. Madu Apiari Mutiara

dalam menangani risiko produksi madu.

2. Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

kepentingan edukasi sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, dan

sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

3. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan belajar dan sebagai

salah satu sarana penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan serta dapat memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan

informasi terkait bidang agribisnis yang berhubungan dengan risiko

produksi.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini berfokus pada risiko yang terjadi pada serangkaian proses

produksi madu yang dimulai dari tahap penerimaan bahan baku, hinngga

pengepakkan. Penelitian ini diawali dengan mengamati proses-proses produksi

madu berdasarkan SOP produksi madu yang ada di CV. Madu Apiari Mutiara

untuk dapat mengidentifikasi risiko yang terjadi pada setiap prosesnya. Alat

analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang terjadi adalah dengan

menggunakan diagram tulang ikan. Setelah itu dilakukan pengukuran risiko

dengan bantuan skala likert 1-5 dan skala korelasi yaitu 0,1,3, dan 9 yang

Page 26: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

10

kemudian akan dianalisis dengan menggunakan alat analisis HOR (House Of

Risk) fase 1, serta untuk pemetaan risiko dengan menggunakan diagram pareto.

HOR Fase 2 digunakan untuk perancangan strategi mitigasi yang

dilakukan untuk penanganan agen risiko kategori prioritas. Hasil output dari

HOR Fase 1 akan digunakan sebagai input pada HOR fase 2.Pengukuran korelasi

antara strategi preventif dengan penyebab risiko berdasarkan derajat kesulitan,

tingkat keefektifan, rasio tingkat keefektifan dan kesulitan strategi preventif

dengan menggunakan alat analisis HOR fase 2.

Strategi preventif yang memiliki nilai yang tinggi yang akan digunakan

sebagai strategi untuk penyebab- penyebab risiko yang terjadi. Strategi akan

disarankan kepada perusahaan yang nantinya bertujuan mengurangi dampak risiko

yang akan terjadi.

Page 27: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Agribisnis

Pertanian merupakan aktivitas manusia yang menerima manfaat paling

langsung dari jasa ekosistem sementara itu adalah satu dari yang paling

berpengaruh pada keberlanjutan mereka dan juga secara langsung dipengaruhi

oleh perubahan global. (Fahrig, L., Baudry, J.,& Brotons, L. 2011:5)

Menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi (2003:9) agribisnis adalah

satu kegiatan usaha yang meliputi satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian.

Agribisnis sebagai suatu sistem yang terpadu dan berkesinambungan dari hulu

hingga hilir.

Menurut Suparta (2005: 22) konsep sistem agribisnis yaitu keseluruhan

aktivitas bisnis dibidang pertanian yang saling terkait dan tergantung satu sama

lain, mulai dari subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem

usahatani, subsistem pengolahan dan penyimpanan hasil (agroindustri), subsistem

pemasaran dan subsistem jasa penunjang, seperti pada Gambar 2. Hubungan

antara satu subsistem dengan subsistem yang lain sangat erat dan saling

tergantung, sehingga gangguan pada satu subsistem dapat menyebabkan

terganggunya keseluruhan subsistem. Faktor lingkungan dan sosial membentuk

lanskap pertanian yang kompleks. Pada gilirannya, struktur bentang alam seperti

itu berdampak pada konservasi keanekaragaman hayati, misalnya, dengan

Page 28: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

12

memediasi migrasi satwa liar antara bidang pertanian dan habitat dan dengan

demikian menentukan keberlangsungan metapopulasi. (Avelino, J., Romero-

Gurdián, A., & Cruz-Cuellar, H.., 2012:8)

2.2 Gambaran Umum dan Karakteristik Madu

Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda

sampai cokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis

mellifera. Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan

jumlah yang sama bisa dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang

tidak terinversi dan air. Madu biasa dipalsukan dengan gula invert buatan,

sukrosa, dan glukosa cair perdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara

pemberian suatu asupan kepada lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan

berasal dari nektar (Gunawan, 2004:29).

Menurut hasil pengkajian dari para ahli, lebih dari 180 macam senyawa

atau unsur dan zat nutrisi yang ada, terkandung di dalam madu alami. Jenis gula

atau karbohidrat yang terdapat di dalam madu alami ialah fruktosa, yang memiliki

kadar yang tertinggi, yaitu sedikitnya mencapai 38,5 gram per 100 gram madu

alami. Sementara untuk kadar glukosa, maltosa, dan sukrosanya rendah. Fruktosa

atau yang sering disebut Levulosa merupakan gula murni atau alami yang berasal

dari saripati buah-buahan. Sedangkan sukrosa merupakan gula hasil olahan

manusia yang bahan bakunya berasal dari batang pohon tebu.

Madu mengandung karbohidrat (mis. Monosakarida seperti fruktosa dan

glukosa, disakarida, trisakarida, dan oligosakarida), asam organik (terutama asam

glukonat), semua yang penting dan asam amino non-esensial (kecuali asparagin

Page 29: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

13

dan glutamin), beberapa enzim, vitamin dan mineral, flavonoid serta polifenol.

Sebagai hasil komponen ini, madu dan turunannya telah ditunjukkan untuk

memiliki antioksidan, antimikroba, anti-inflamasi. (Zamanian, M., & Azizi-

Soleiman, F. 2020:88)

Madu alami juga banyak mengandung enzim, yaitu molekul protein yang

sangat komplek yang dihasilkan oleh sel hidup dan berfungsi sebagai katalisator,

yakni, zat pengubah kecepatan reaksi dalam proses kimia yang terjadi di dalam

tubuh setiap makhluk hidup. (Purbajaya, J.R.2007:45).

Madu dikenal di seluruh dunia karena sifat antioksidan, anti-tumor, anti-

in-flammatory dan antimikroba. Madu memiliki sifat antijamur, yang

menjadikannya pengobatan alternatif untuk infeksi yang berhubungan dengan

Kandida, terutama untuk aplikasi topikal pada selaput lendir dan kulit. (Liliana,

Henrique &Ana, 2020:78).

Trigona dikenal sebagai lebah lokal yang memproduksi madu, royal jeli

dan propolis yang bermanfaat bagi manusia. Madu yang dihasilkan oleh lebah

pekerja berasal dari nektar yang dihasilkan oleh tumbuhan, berupa cairan yang

manis, yang dihasilkan oleh kelenjar nektar tumbuhan. Lebah pekerja

mengumpulkan nektar dengan menggunakan proboscis, dan disimpan sementara

pada kantong nektar untuk dibawa ke dalam sarang. Lebah pekerja menghisap

nektar dan memuntahkannya kembali sambil menambahkan enzim invertase.

Produk madu yang menguntungkan salah satunya Trigona sp, oleh karena itu,

dianggap sebagai kandidat yang baik untuk diterapkan diversifikasi. (Elpawati, U

M D A Hudaya, F M Habibie, 2019:22)

Page 30: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

14

Madu dianggap sebagai makanan obat yang berharga di India dan ternyata

bermanfaat dalam penyakit diabetes. (Agrawal,OP,.Pachauri, A,.Yadav, H,.

2006:13)

2.3 Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP)

Menurut Moekijat, Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan

langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan

tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana

melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang

melakukannya. (Moekijat, 2008:55)

Menurut Insani, SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen

yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai

proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan

pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan

dalam kegiatan. (Insani, 2010:45)

Menurut Insani, SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen

yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai

proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan

pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan

dalam kegiatan. (Tjipto Atmoko, 2012:23)

2.4 Definisi Produksi

Menurut Heizer (2014: 3), produksi (production) adalah sebuah penciptaan

barang dan jasa. Sedangkan pengertian produksi atau operasi menurut Pramana

Page 31: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

15

(2011: 110) pada dasarnya adalah proses transformasi atau perubahan input

menjadi output.

Menurut Masyhuri (2007: 24) sistem produksi merupakan keterkaitan

komponen satu (input) dengan komponen lain (output) dan juga menyangkut

prosesnya terjadi interaksi satu dengan lainnya untuk mencapai satu tujuan. Salah

satu lingkungan ekonomi adalah sistem produksi. Komponen dalam sistem

produksi adalah input, proses, dan output. Komponen input meliputi: tanah, tenaga

kerja, modal (capital), manajemen, energi, informasi, dan sebagainya yang ikut

berperan menjadi komponen atau bahan baku dari suatu produk. Komponen

output adalah barang dan/atau jasa. Komponen proses dalam mentrasformasi nilai

tambah dari input ke output adalah pengendalian input, pengendalian proses itu

sendiri, dan pengendalian teknologi sebagai upaya umpan balik dari output ke

input. Upaya umpan balik ini adalah dalam rangka untuk menjaga kualitas output

yang diinginkan sesuai dengan harapan (expectation) produsen seperti yang

terdapat pada skema Gambar 2.

Page 32: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

16

Gambar 2 Skema Sistem Produksi

Sumber: (Gilang, 2005)

Menurut Pramana (2011: 110-112) input, proses, hingga penanganan

output akan mempengaruhi produktifitas (termasuk efektivitas, efisiensi dan

kualitas). Oleh karena itu, semuanya harus dikendalikan. Masalah risiko produksi

bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Kualitas bahan yang rendah Kualitas bahan yang rendah akan dapat

menimbulkan kesulitan pada saat proses produksi. Misalnya tingginya

kecacatan produk atau produk yang tidak memenuhi standar. Selain itu,

tidak terjaminnya ketersediaan bahan dapat menganggu kelancaran proses

produksi. Kegiatan ini bisa terhenti karena kurangnya bahan atau

keterlambatan datangnya bahan. Terhentinya proses produksi atau

produksi di bawah kapasitas yang seharusnya, dapat menimbulkan

kerugian yang besar karena tenaga kerja justru tidak bekerja sedangkan

gajinya harus diberikan (Pramana, 2011: 112).

Page 33: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

17

2. Lemahnya Tenaga Kerja Kelemahan pada tenaga kerja bisa berupa

keterampilan yang rendah, kelalaian, dan sebagainya. Hal ini dapat

menimbulkan produktivitas yang rendah, kualitas produk atau pelayanan

yang rendah, juga tingginya tingkat kecelakaan kerja dan tingkat absensi

(Pramana, 2011: 114).

3. Lemahnya Mesin dan Alat-Alat Produksi Kelemahan pada mesin dan

peralatan bisa berupa teknologi yang sudah usang, kesulitan suku cadang,

sering terjadi kerusakan, dan sebagainya. Hal ini sama dengan kelemahan

pada tenaga kerja, yaitu dapat menimbulkan produktivitas dan kualitas

yang rendah, terganggunya proses produksi, dan tidak terpenuhinya target

produksi (Pramana, 2011: 115)

4. Lingkungan Lingkungan sesungguhnya merupakan suatu sistem yang

sangat kompleks dan terdiri dari berbagai faktor (faktor fisika, kimia, dan

biologis). Berbagai jenis risiko bisa saja bersumber dari lingkungan

(Pramana, 2011: 116).

5. Metode Menurut Rivai dan Ismail (2013: 252), menyatakan bahwa suatu

tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan, karena

pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Sebuah metode dapat

dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan

memberikan berbagai pertimbangan pertimbangan kepada sasaran,

fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan

kegiatan usaha.

Page 34: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

18

2.5 Risiko Produksi

Menurut Sosial Ekonomi Environmental (2016:7) risiko produksi

harus berhasil mempertahankan kegiatan operasional atau untuk

mendapatkan keuntungan dari kesempatan diidentifikasi. Risiko produksi

diidentifikasi di area proses yang mempengaruhi volume produksi atau

kualitas produk dan pada akhirnya biaya dan arus pendapatan dari

bisnis. Risiko ini sebagian besar ekonomis tetapi mungkin berkaitan

erat dengan risiko non-ekonomi.

Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan

bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola

pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap

pengambilan risiko. Risiko adalah ketidakpastian dan dapat menimbilkan

terjadinya peluang kerugian terhadapat pengambil keputusan.

Ketidakpastian merupakan situasi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya,

mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak

diinginkan sehingga risiko hanya tekait dengan situasi yang memungkinkan

munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan

memperkirakan terjadinya hasil negatif (Muslich,2014). Dapat disimpulkan

bahwa risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadimya sesuatu

yang merugikan yang tidak diduga/ tidak diinginkan.

2.6 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko

Menurut Wastra dan Mahbubi (2013:3) risiko adalah kemungkinan situasi

atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah

Page 35: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

19

organisasi atau individu. Risiko adalah peluang atau kemungkinan terjadinya

bencana atau kerugian. Sumber risiko, pada umumnya disebabkan oleh adanya

ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan keuntungan (profitability), bahkan

kerugian. Risiko sangat terkait dan banyak digunakan dalam konteks

pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya

suatu kejadian buruk akibat suatu tindakan. Menurut (Bevilacqua, M., Ciarapica,

F. E., & Mazzuto, G. 2018), semakin tinggi tingkat ketidakpastian suatu kejadian,

makin tinggi pula risiko yang disebabkan oleh pengambilan keputusan itu.

Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses

pengambilan keputusan. Hal ini berarti risiko terkait dengan pengambilan

keputusan individu atau pimpinan perusahaan atau organisasi. Pengambilan

keputusan berdasarkan risiko, keputusan yang memperhitungkan semua faktor

yang terkait, termasuk ketidakpastian yang relevan yang berpotensi berdampak

pada resolusi yang terjadi. (Komljenovic, D., Gaha, M., Abdul-Nour, G.,

Langheit, C., & Bourgeois, M. 2016).

Menurut Kasidi (2010:5) risiko secara umum dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Risiko spekulatif (speculative risk) adalah risiko yang mengandung

dua kemungkinan yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau

kemungkinan yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan

risiko usaha atau bisnis. Contoh : perjudian, pembelian saham,

pembelian valuta asing, saving dalam bentuk emas, perubahan tingkat

suku bunga perbankan.

Page 36: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

20

2. Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang hanya mengandung satu

kemungkinan yaitu kemungkinan rugi saja. Contoh : bencana alam

seperti banjir, gempa, gunung meletus, tsunami, tanah longsor, topan,

kebakaran, resesi ekonomi dan sebagainya.

Menurut Kountur (2008:22) manajemen risiko adalah cara

bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan

tanpa memilih risiko- risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan

cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk

menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi.

Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat

pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan.

Sedangkan Manajemen risiko menurut Kasidi (2010:3) merupakan desain

prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko

usaha. Keberadaan manajemen risiko merupakan antisipasi atas semakin

kompleknya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

Gambar 3 Siklus Manajemen

Sumber : Djohanputro (2008 :43)

Page 37: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

21

Pelaksanaan manajemen risiko diperlukan adanya keterkaitan antara

satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, tahapan tersebut dapat digambarkan

pada siklus manajemen risiko seperti pada Gambar 3 yang terdiri dari lima

tahap yaitu :

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan analisis untuk mengidentifikasi

apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu

mnenghadapi seluruh risiko tersebut, namun demikian ada risiko yang

dominan, ada pula risiko yang minor. Langkah pertama yaitu dengan

melakukan analisis pihak berkepentingan (stakeholders), pihak

berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, pemasok, karyawan,

pemain lain dalam industri, pemerintah, manajemen, masyarakat dan

pihak lain yang berpengaruh terhadap perusahaan. Langkah kedua yaitu

menganalisis dengan menggunakan 7S diantaranya shared value, strategy,

structure, staff skills,system and style (Djohanputro, 2008:43-44).

Dalam identifikasi risiko tersebut hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah : (1) bersifat proaktif, bukan reaktif, (2) mencakup seluruh aktivitas

fungsional atau kegiatan operasional, (3) menggabungkan dan menganalisa

informasi risiko dari seluruh sumber informasi yang tersedia, (4)

menganalisa probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensinya ( Wastra

dan Mahbubi, 2013:46).

Page 38: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

22

2. Pengukuran Risiko

Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu

kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa

banyak nilai, atau eskposur yang rentan terhadap risiko. Sedangkan kualitas

risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi

kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya (Djohanputro,

2008:44).

3. Pemetaan Risiko

Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang

perlu mendapatkan perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat

diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan

pemetaan ini adalah untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan

kepentingannya bagi perusahaan (Djohanputro, 2008:44).

4. Model Pengelolaan Risiko

Menurut Susilo dan Kaho (2010: 175), perlakuan risiko adalah

upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi atau

meniadakan dampak dari kemungkinan terjadinya risiko, kemudian

menerapkan pilihan tersebut. Kountur (2008:120-127) menjelaskan

bahwa berdasarkan hasil dari

penilaian risiko dapat diketahui penanganan risiko yang tepat untuk

dilakukan. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani

risiko, yaitu preventif dan mitigasi. Preventif dilakukan untuk

Page 39: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

23

menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila

probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko besar. Strategi ini

digunakan untuk risiko yang belum terjadi atau pernah terjadi. Strategi

dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur

Risiko ini bisa diperkecil jika aturan dan prosedurnya dibuat (jika

belum ada), atau diperbaiki (jika sudah ada namun belum baik).

Risiko-risiko yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat

diperkecil jika sistem dan prosedurnya ada dan baik.

b. Mengembangkan sumber daya manusia

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan

pelatihan- pelatihan baik pelatihan on-the-job atau pelatihan

eksternal. Dengan mengembangkan sumber daya manusia

diharapkan kemungkinan terjadinya risiko dapat diperkecil,

terutama risiko-risiko yang disebabkan oleh ketidak-kompetenan

sumber daya manusia.

c. Memasang/Memperbaiki Fasilitas Fisik

Beberapa risiko dapat dihindari kejadiannya atau setidaknya

diperkecil kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum

ada) atau memperbaiki (jika sudah ada namun belum baik) fasilitas

fisik.

1. Mitigasi adalah perlakuan risiko yang bertujuan untuk

mengurangi risiko. Strategi ini dilakukan saat sudah terjadinya

Page 40: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

24

risiko atau sedang berlangsungn ya sebuah risiko. Bentuk

pengurangan risiko ini dapat berupa pengurangan kemungkinan

terjadinya risiko, pengurangan kerugian yang diakibatkan bila

risiko itu terjadi dan diversifikasi risiko (Susilo, 2010:181-

182). Menurut Kountur (2008:130-136), terdapat beberapa cara yang

termasuk ke dalam strategi mitigasi, diantaranya:

a. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan cara menempatkan asset atau usaha di

beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka

tidak akan menghabiskan seluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi

merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif

dalam mengurangi dampak risiko.

b. Penggabungan

Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang

dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan

penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini

adalah perusahaan yang melakukan atau akuisisi dengan perusahaan

lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan

risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini

bertujuan untuk mengurangi kerugian yang sedang dihadapi oleh

Page 41: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

25

perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing,

outsourcing, dan hedging.

1) Asuransi: Mengasuransikan harta perusahaan yang dampak

risikonya besar, berarti sudah mengalihkan dampak risiko

tersebut kepada pihak asuransi.

2) Leasing: Cara di mana suatu asset digunakan, tetapi

pemiliknya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset

tersebut, maka pemiliknya yang adalah pihak lain yang

menanggung kerugian atas asset tersebut.

3) Outsourcing: Mentransfer kerugian ke pihak lain jika

terjadi risiko dengan cara outsource. Outsource merupakan

cara di mana pekerjaan diberikan ke pihak lain untuk

mengerjakan, sehingga kita tidak menanggung kerugian

seandainya pekerjaan yang dilakukan gagal.

4) Headging: Cara pengurangan dampak risiko dengan cara

mengalihkan risiko melalui transaksi penjualan atau

pembelian.

5) Monitor dan Pengendalian Risiko, monitor dan

pengendalian risiko penting dilakukan hal tersebut karena

(1) manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan

pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana; (2)

manajemen juga perlu memastikan bahwa model

pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang

Page 42: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

26

diterapkan sesuai dengan pengelolaan risiko dan mencapai

tujuan pengelolaan risiko; (3) Karena risiko itu sendiri

berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk

memantau perkembangan terhadap kecendrungan-

kecendrungan berubahnya profit risiko (Djohanputro,

2008:45).

Menurut Wastra dan Mahbubi (2013:40) manfaat yang akan

diperoleh oleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, antara

lain :

1. Pengambilan keputusan dalam perusahaan mempunyai pijakan

yang kuat berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan ketika

mengambil keputusan atas risiko yang terjadi

2. Pedoman bagi perusahaan dalam mengelola risiko, sebagai

akibat dari adanya pengaruh internal dan eksternal perusahaan

3. Mendorong para pengambil keputusan seuai tingkatannya untuk

selalu memaksimalkan kesempatan mendapatkan keuntungan,

dengan risiko sebagai batasan dari tindakan yang dilakukan

4. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko seminimal mungkin

yang dampaknya bagi perusahaan sekecil mungkin

5. Penerapan manajemen risiko mengarah kepada tatakelola

perusahaan yang baik dan benar, serta akan memberikan

keamananan dan kenyamanan bagi para karyawan, pemilik dan

pemangku kepentigan lainnya, secara berkelanjutan.

Page 43: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

27

2.7 Definisi Diagram Tulang Ikan (Fishbone)

Menurut Triono (2012:18) diagram tulang ikan merupakan teknik

yang sering digunakan dalam mengidentifikasi masalah (penyebab) dalam

manajemen mutu. Diagram tulang ikan sering juga disebut sebaga

ishikawa Diagram yang ditemukan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun

1990 dari Universitas Tokyo. Menurut Kuswandi dan Mutiara

(2004:79) pembuatan diagram tulang ikan ini bertujuan untuk mencari

faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau

penyimpangan (sebagai akibat dari sebab-sebab tersebut di atas).

Dengan diketahui hubungan antara sebab dan akibat dari suatu masalah,

maka tindakan pemecahan masalah akan mudah ditentukan, dengan kata

lain, apabila telah diketahui penyebab dari suatu kejadian risiko maka

dapat segera ditentukan strategi atau tindakan penanganan risiko.

Menurut Kuswandi dan Mutiara (2004:80) dalam pembuatan

diagram tulang ikan, akibat atau permasalahan digambarkan dalam bagian

kepala ikan, sedangkan faktor-faktor penyebab diletakkan sebagai tulang

ikan. Terdapat dua tipe, pertama yaitu pembuatan diagram tulang ikan

berdasarkan tipe pengelompokkan sebab. Kedua, pembuatan diagram

tulang ikan berdasarkan tipe proses produksi (Type Klasifikasi Proses

Produksi).

Pembuatan diagram tulang ikan berdasarkan tipe pengelompokkan

sebab, dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :

Page 44: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

28

Gambar 4. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Rangkuman Sebab-Akibat

Sumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 81)

Pembuatan diagram tulang ikan tipe rangkuman sebab dalam

menentukan permasalahannya digolongkan menjadi beberapa golongan

besar. Penggolongan dalam garis besar faktor-faktor penyebab dimaksud

biasanya terdiri atas bahan (material), alat (machine), manusia (man),

cara (method), dan lingkungan (environment).

Dapat juga penggambaran diagram tulang ikan berdasarkan

proses produksi (Type Klasifikasi proses produksi), dapat dilihat pada

Gambar 5:

Gambar 5. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Klasifikasi Proses Produksi.

Sumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 81)

Page 45: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

29

Pembuatan diagram tulang ikan berdasarkan tipe klasifikasi

proses produksi dalam menentukan permasalahannya digolongkan

berdasarkan proses atau alur produksi. Dimana, kejadian yang menjadi

masalah ditempatkan pada bagian kepala ikan, sedangkan proses-proses

produksi diletakkan pada bagian tulang ikan.

Menurut Kuswandi dan Mutiara (2004:80) manfaat dari proses

pembuatan diagram tulang ikan antara lain :

1. Mengidentifikasi masalah dengan menggunakan logika bagaimana

mencari faktor-faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat

2. Diagram ini merupakan alat (pemandu) dalam mendiskusikan

identifikasi masalah secara sistematis

3. Dapat diperoleh kemungkinan penyebab yang sebanyak mungkin yang

menimbulkan suatu akibat (masalah yang sedang dipecahkan)

Menurut Triono (2012:18) ada empat langkah yang dibutuhkan

dalam membentuk diagram tulang ikan, sebagai berikut :

1. Melakukan brainstorming untuk mengenali penyebab dan masalah.

2. Memetakan masalah dan penyebab ke dalam diagram tulang ikan.

Masalah pada kepala ikan dan tulang utama, serta penyebab pada

tulang duri yang lebih kecil.

3. Tanyakan pada setiap masalah, mengapa hal ini terjadi. Jawaban atas

hal tersebut diletakkan pada tulang yang lebih kecil sebagai penyebab.

4. Kumpulkan data atas masalah dan penyebab untuk menentukan

frekuensi kejadian paling tinggi.

Page 46: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

30

2.8 Definisi House Of Risk (HOR)

Menurut Ulfah dkk (2016:89) HOR merupakan modifikasi

FMEA (Failure modes and Effect of Analysis) dan model rumah kualitas

(House Of Quality) untuk memprioritaskan sumber risiko mana yang

pertama dipilih untuk diambil tindakan yang paling efektif dalam rangka

mengurangi potensi risiko dari sumber risiko. Menurut Pujawan

(2007:956) dalam Lutfi dan Irawan (2012:2) penerapan HOR terdiri atas

dua tahap yaitu :

1. HOR Fase 1 digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko

dan agen risiko yang berpotensi timbul sehingga hasil output dari

HOR fase 1 yaitu pengelompokkan agen risiko ke dalam agen

risiko prioritas sesuai dengan nilai Aggregate Risk Potential

(ARP).

2. HOR Fase 2 digunakan untuk perancangan strategi mitigasi yang

dilakukan untuk penanganan agen risiko kategori prioritas. Hasil

output dari HOR Fase 1 akan digunakan sebagai input pada HOR fase 2

2.8.1 Definisi HOR Fase 1

Menurut Ulfah dkk (2016:89) HOR Fase 1 merupakan tahapan

awal yang berujuan untuk mengidentifikasi kejadian risiko serta agen

risiko yang menyebabkannya. Dalam proses pengerjannya HOR fase 1

memiliki beberapa tahap pengerjaan yaitu :

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi pada

setiap bisnis proses. Kemudian mengidentifikasi apa yang

Page 47: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

31

kurang/salah pada setiap proses. Kejadian risiko

diletakkan dikolom kiri ditunjukkan sebagai Ei.

2. Memperkirakan dampak dari beberapa kejadian risiko (jika

terjadi) dengan menggunakan Skala Likert. Tingkat

keparahan dari kejadian risiko diletakkan di kolom sebelah

kanan dari tabel yang dinyatakan sebagai Si.

3. Identifikasi sumber risiko dan menilai kemungkinan kejadian

tiap sumber risiko. Seumber risiko (Risk Agent) ditempatkan

dibaris atas tabel dan dihubungkan dengan kejadian baris

bawah dengan notasi Oj.

4. Kembangkan hubungan matriks. Keterkaitan antar setiap

sumber risiko dan setiap kejadian risiko Rij.

5. Hitung kumpulan potensi risiko (Aggregate Risk Potential of

Agent j = ARPj) yang ditentukan sebagai hasil dari

kemungkinan kejadian dari sumber risiko j dan kumpulan

dampak penyebab dari setiap kejadian risiko yang

disebabkan oleh sumber risiko j.

Berdasarkan uraian tahap pengerjaan HOR fase 1, maka dapat di

buat tabel model HOR fase 1 seperti tabel berikut :

Page 48: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

32

Tabel 5 Model HOR Fase 1

Keterangan :

Ei = Kejadian Risiko

Aj = Penyebab Risiko (Risk Agent)

Si = Tingkat Dampak (Severity)

Oj = Tingkat Probabilitas (Occurrence)

ARPj = Potensi Risiko Keseluruhan (Aggregate Risk Potensial)

Rank = Peringkat Prioritas Penyebab Risiko

Perhitungan nilai ARP dapat menggunakan perhitungan berikut :

ARP j = O j ∑ Si Rij

Keterangan :

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko

Keseluruhan)

Oj = Occurance level of risk (Tingkat kemunculan

risiko)

Si = Severity level of risk (Tingkat dampak suatu

risiko)

Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j dengan risiko i

Mengadopsi prosedur di atas, maka HOR 1 dikembangkan

melalui langkah-langkah berikut:

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap

proses bisnis. Hal ini dapat dilakukan melalui proses produksi.

Kemudian mengidentifikasi, kemungkinan terjadinya kesalahan

Risk Agent (Aj) Severit

y of

Risk

Event

(Si)

Bussiness process Risk

Event

(Ei)

A1

A2

A3

A4

A…

Plan E1

Source E2

Make E3

Deliver E4

Return E…

Occurance of Agent j O1 O2 O3 O4 O…

Aggregrate

Ris

k

Potential j

AR

P1

AR

P2

AR

P3

AR P4 AR P…

Priority Rank

of

Agent j

Sumber : Ulfah, dkk (2016:90)

Page 49: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

33

dalam setiap proses tersebut. Ackermann dkk. (2007:4) dalam

Pujawan dan Geraldin (2009:5) menyediakan cara sistematis

mengidentifikasi dan menilai risiko. Model HOR 1 ditunjukkan

pada Tabel 3, dimana peristiwa risiko diletakan di kolom kiri,

direpresentasikan sebagai Kejadian Risiko (Ei).

2. Menilai dampak (keparahan) dari kejadian risiko tersebut

(jika terjadi) menggunakan Skala Likert (penelitian ini

menggunakan skala 1 sampai dengan 5). Suatu dari setiap

peristiwa risiko yang diletakkan di kolom kanan dari Tabel 3,

diindikasikan sebagai Si.

3. Mengidentifikasi agen risiko atau penyebab risiko (Aj)

dan menilai kemungkinan terjadinya setiap agen risiko

menggunakan Skala Likert 1 sampai dengan 5, di mana 1 berarti

hampir tidak pernah terjadi dan nilai 5 berarti agen risiko

hampir pasti terjadi. Di mana Aj ditempatkan pada baris atas

tabel dan terjadinya terkait adalah pada baris bawah, dinotasikan

sebagai Oj.

4. Mengembangkan matriks korelasi yaitu hubungan antara masing-

masing agen risiko dan setiap kejadian risiko, menggunakan skala

Rij (0, 1, 3, 9) di mana 0 mewakili tidak ada korelasi dan 1, 3, dan

9 mewakili masing-masing, rendah, sedang, dan korelasi yang

tinggi.

Page 50: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

34

5. Menghitung potensi risiko keseluruhan agen j (ARPj) yang

ditentukan sebagai produk dari kemungkinan terjadinya agen risiko

j dan dampak agregat yang dihasilkan oleh peristiwa risiko yang

disebabkan oleh agen risiko j seperti pada persamaan di atas.

6. Prioritas agen risiko menurut potensi risiko agregat mereka

dalam urutan menurun (dari yang bernilai tinggi ke rendah).

2.8.2 Definisi HOR Fase 2

Menurut Lutfi dan Irawan (2012:5) HOR Fase 2 merupakan

perancangan strategi mitigasi untuk melakukan penanganan (risk

treatment) agen risiko yang telah teridentifikasi dan berada pada level

risiko prioritas. Penerapan HOR fase 2 meliputi beberapa tahap pengerjaan

yaitu :

1. Menyeleksi agen risiko mulai dari nilai ARP tertinggi hingga

terendah dengan menggunakan analisis Pareto. Agen risiko yang

termasuk kategori prioritas tinggi akan menjadi input dalam HOR

fase ke 2.

2. Mengidentifikasi aksi penanganan risiko yang relevan (PAk)

terhadap agen risiko yang muncul. Penanganan risiko dapat

berlaku untuk satu atau lebih agen risiko. Mengidentifikasi aksi

penanganan risiko dapat menggunakan Skala Likert 3, 4 dan 5.

Dimana Skala Likert tersebut menunjukkan mudah atau tidaknya

suatu strategi penanganan risiko

Page 51: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

35

3. Pengukuran nilai korelasi antara suatu agen risiko dengan

penanganan risiko. Hubungan korelai terebut akan menjadi

pertimbangan dalam menentukan derajat efektivitas dalam

mereduksi kemunculan agen risiko. Pengukuran nilai korelasi

menggunakan skala korelasi yaitu 0,1,3,9 dengan ketentuan 0

(tidak memiliki korelasi), 1 (memiliki korelasi rendah), 3 (memiliki

korelasi sedang) dan 9 (memiliki korelasi tinggi).

4. Mengkalkulasi total efektivitas (TEk) pada setiap agen risiko

dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

TEk = ∑ ARPj Ejk

5. Mengukur tingkat kesulitan dalam penerapan aksi mitigasi (Dk)

dalam upaya mereduksi kemunculan agen risiko.

6. Mengkalkulasi total efektivitas penerapan aksi mitigasi/

effectiviness to difficulty of ratio (ETDk) dengan rumus sebagai

berikut :

ETDk = TEk /D3

7. Melakukan skala prioritas mulai dari nilai ETD tertinggi

hingga yang terendah. Nilai prioritas utama diberikan kepada aksi

mitigasi yang memiliki nilai ETD tertinggi.

Berdasarkan uraian tahap pengerjaan HOR fase 2, maka dapat di

buat tabel model HOR fase 2 seperti tabel berikut :

Page 52: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

36

Tabel 6. Model HOR Fase 2

To be treated Risk Agent

(aj)

Risk Agent (Aj) Aggregate

Risk

Potentials

(ARP)kj

PA1 PA2 PA3 PA4 PA5

A1 ARP1

A2 ARP2

A3 ARP3

A4 ARP4

Total effectivineess of

Action

TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degree of difficulty

preforming action

D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to

difficulty ratio

ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5

Sumber : Ulfah, dkk (2016:91)

Keterangan :

Dk = Degree of Difficulty Performing Action (Tingkat kesulitan aksi

preventif)

TEk = Total Efectiveness (Total Keefektifan dan tiap aksi preventif)

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Total Kesulitan dan Keefektifan

aksi preventif)

Ejk = Hubungan antara tiap strategi preventif yang dilkaukan dengan tiap

agen risiko)

PAk = Preventif Action (Strategi preventif yang dilakukan)

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)

2.9 Diagram Pareto

Tisnowati dkk (2008:52) Mendefinisikan diagram Pareto adalah

diagram batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan

banyaknya kejadian. Setiap permasalahan diwakili oleh satu diagram

batang. Masalah yang paling banyak terjadi akan menjadi diagram batang

yang paling tinggi, sedangkan masalah yang paling sedikit akan

diwakili oleh diagram batang yang paling rendah. Diagram pareto

dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 53: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

37

Gambar 6 Struktur Diagram Pareto Sumber : Kuswandi dan Mutiara (2004 : 55)

Menganalisa diagram pareto atau yang biasa disebut dengan

diagram prioritas, digunakan dalam rangka memilih prioritas masalah yang

dampaknya paling besar, yaitu kurang lebih 80%, yang disebabkan oleh

kurang lebih 20% faktor penyebab (Kuswandi dan Mutiara, 2004:50).

Diagram pareto dapat digunakan untuk mencari 20% jenis kasus (misalnya,

cacat, keluhan, masalah) yang merupakan 80% kecacatan dari keseluruhan

proses produksi.

Tipe-tipe diagram pareto yang menunjukkan penyebab-penyebab

suatu masalah :

1. Operator : Giliran kerja, kelompok kerja, umur karyawan,

pengalaman, keterampilan

2. Mesin : perlengkapan, peralatan, mesin-mesin, organisasi, instrument

3. Bahan baku : jenis bahan baku, produsen.

4. Metode Kerja : kondisi kerja, order kerja.

Tipe-tipe Diagram Pareto yang menunjukkan akibat suatu masalah :

1) Kualitas : Jumlah kerusakan, cacat, kesalahan, keluhan,

produk, yang dikembangkan, perbaikan

Page 54: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

38

2) Biaya : jumlah kerugian, pemborosan biaya, biaya stock, biaya bunga

3) Pengiriman : keterlambatan pengiriman

4) Metode kerja : jumlah kecelakaan kekeliruan kerja

2.10 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang meneliti terkait

risiko pada produk pertanian yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

penelitian ini baik yang menggunakan metode yang sama maupun berbeda

sebagai berikut.

Hafizha (2017) melakukan penelitian berjudul “Analisis mitigasi

risiko produksi susu sapi di Peternakan Mahesa perkasa Farm”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui risiko dan mengetahui cara mitigasi

risiko produksi susu sapi pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm.

Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu Diagram Tulang Ikan

(Fishbone) untuk menentukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi dan

menjadi dasar dalam pembuatan kuesioner, dilanjutkan dengan House Of

Risk Fase 1 untuk mendapatkan nilai ARPj, Diagram Pareto untuk

memetakan risiko dan House Of Risk (HOR) fase 2 untuk menentukan

prioritas aksi mitigasi risiko. Penelitian ini dalam melakukan pengolahan

data menggunakan software Excel 2010. Hasil pada penelitian

menunjukkan terdapat 8 kejadian risiko pada tahap pemeliharaan sapi

perah, 13 kejadian risiko pada tahap pemerahan susu sapi dan 3 kejadian

risiko pada tahap pengemasan susu sapi dan teridentifikasi 50 agen atau

Page 55: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

39

penyebab risiko secara keseluruhan. Berdasarkan tabel HOR Fase 1

diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu 9

penyebab risiko pada tahap pemeliharaan sapi perah, 17 penyebab risiko

pada tahap pemerahan susu sapi dan 4 penyebab risiko pada tahap

pengemasan susu sapi. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut,

maka diketahui terdapat 21 strategi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk

mereduksi penyebab risiko tersebut.

Annisa (2017) melakukan penelitian berjudul “Analisis Risiko

Produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab dan dampak risiko yang terjadi

pada produksi susu kambing dan mengetahui strategi preventif yang tepat

untuk menghindari risiko pada produksi susu kambing di CV Sawangan

Farm Dairy. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu

menggunakan metode Diagram Tulang Ikan untuk mengidentifikasi

risiko yang mungkin akan terjadi dan dijadikan dasar dalam pembuatan

kuesioner, setelah didapatkan Risk Agent dan Risk Event maka dilanjutkan

dengan metode HOR fase 1 untuk mendapatkan nilai ARPj,

selanjutkan nilai ARPj dari HOR fase 1 dapat diketahui besaran risiko

yang dapat terjadi dilakukan pemetaan dengan metode Diagram Pareto dan

House Of Risk (HOR) fase 2 digunakan untuk menentukan prioritas aksi

pencegahan/preventif risiko. Hasil penelitian ini terdapat 20 penyebab

risiko pada proses pemeliaraan induk, 15 penyebab risiko pada proses

pemerahan susu dan 12 penyebab risiko pada proses penyelesaian dan

Page 56: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

40

pengemasan susu. Kemudian terdapat 12 kejadian risiko pada proses

pemelihataan induk, 12 kejadian risiko pada proses pemerahan susu, serta

8 kejadian risiko pada proses penyelesaian dan pengemasan susu.

Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan

nilai tertinggi yaitu 10 penyebab risiko pada proses pemeliharaan

induk, tujuh penyebab risiko pada proses pemerahan susu dan 6 penyebab

risiko pada proses penyelesaian dan pengemasan susu. Berdasarkan

prioritas penyebab risiko tersebut maka ditentukan 22 strategi preventif

yang akan dilakukan.

Riandiani (2016), dengan judul penelitian Analisis Risiko Produksi

nata de coco di PT. Daya Agro Mitra Mandiri dengan menggunakan

metode diagram tulang ikan, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),

dan diagram pareto. Hasil penelitian ini diketahui penyebab dan akar

penyebab risiko yang teridentifikasi di PT Daya Agro Mitra Mandiri

diklasifikasi menjadi 4 kategori, yaitu kategori tenaga kerja dengan 6

penyebab risiko yang disebabkan oleh beberapa akar penyebab

diantaranya: kadar air nata lembaran berlebih/ kurang kenyal yang

disebabkan oleh tenaga kerja tidak memeriksa nata lembaran dengan

optimal; kebocoran plastik kemasan yang disebabkan oleh tenaga kerja

kurang terampil dalam proses sealing; Kadar air asam tidak sesuai standar

(seharusnya pH 3,5-4,5), sedangkan dari kategori mesin dengan 2

penyebab risiko yang disebabkan oleh 2 akar penyebab risiko diantaranya;

kebocoran plastik kemasan disebabkan oleh overheating elemen pemanas

Page 57: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

41

sealer dan kulit ari tidak bersih, dari kategori metode dengan 1 penyebab

risiko yang disebabkan oleh 1 akar penyebab risiko seperti kontaminasi

benda asing (pasir), dan dari kategori lingkungan dengan 3 penyebab

risiko yang disebabkan oleh 3 akar penyebab risiko diantaranya:

kontaminasi benda asing (pasir) yang disebabkan oleh kemunculan pasir

dari pecahan kolam pencucian yang terkikis air; kulit ari tidak ersih.

Penyebab risiko dengan nilai tertinggi yaitu penerangan di area kupasan

tidak optimal yang menyebabkan kulit ari tidak bersih dengan nilai RPN

sebesar 51.56 yaitu memberikan dampak terbesar terhadap retur produk.

Hakas Putri (2017), dengan judul “Analisis Risiko Produksi Bunga

Krisan Potong Dengan Pendekatan Failure Mode And Effect Analysis

(Fmea) Dan Fishbone Diagram Di Kecamatan Cugenang, Kabupaten

Cianjur” Hasil penelitian ini diketahui penyebab dan akar penyebab risiko

dari produksi bunga krisan. Sumber-sumber risiko produksi bunga krisan

di Kecamatan Cugenang terdiri dari 23 sumber risiko yang dibedakan

menjadi enam kategori,yaitu yaitu (1) sumber risiko dari alam, (2) sumber

risiko hama tanaman, (3) sumber risiko penyakit tanaman, (4) sumber

risiko input produksi, dan (5) sumber risiko sumberdaya manusia. Sumber

risiko prioritas atau sumber risiko yang harus segera ditangani adalah

sumber-sumber risiko dengan Risk Score dan Risk Priority Number diatas

nilai kritis yaitu 5,38 dan 12,33.

Sumber risiko tersebut yaitu angin kencang, hama tanaman Thrips

sp., Aphis spp., Mite, Whitefly, lalat penggorok, dan penyakit tanaman

Page 58: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

42

karat daun. Usulan tindakan tanggap risiko berdasarkan digram fishbone

adalah melakukan pengendalian dampak risiko angin kencang dengan

melakukan perbaikan greenhouse secara rutin sebelum musim tanam.

Pencegahan munculnya hama tanaman dengan melakukan sanitasi lahan,

melakukan penanaman dengan pola varietas yang baik, memilih bibit yang

baik dan tidak mudah terserang. Untuk pengendalian dampak sumber

risiko penyakit tanaman,usulan tindakan tanggap risiko adalah sanitasi

lahan, alat pertanian, dan air untuk penyiraman bunga krisan, serta

melakukan rotasi lahan dengan tanaman bayam maupun seledri.

Milah Jamilah (2011) penelitian ini berjudul “Analisis risiko

produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur, Jawa

Barat”. Dilihat dari ukuran coefficientvariation berdasarkan return

produktivitas, risiko produksi worteldi kawasan agropolitan Cianjur

sebesar 0,26 atau 26 persen.Artinya, untuk setiap satu satuanhasil produksi

yang diperoleh petaniwortel, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah

sebesar 0,26 satuanatau 26 persen. Sementara itu, risiko produksi yang

dihadapi petani bawang daun di kawasanagropolitan Cianjur adalah

sebesar0,29 atau 29 persen. Artinya, untuksetiap satu satuan hasil

produksiyang diperoleh petani bawang daun,maka risiko (kerugian)

yangdihadapi adalah sebesar 0,29 satuanatau 29 persen. Penelitian ini

untuk mengukur sebab- akibat risiko produksi wortel dan bawang daun

menggunakan diagram tulang ikan.

Page 59: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

43

Radita Ismail (2017) penelitian ini berjudul “Analisis risiko produksi

padi di desa pasirkaliki kecamatan rawamerta kabupaten Karawang, Jawa

Barat”. Hasil penelitian ini yaitu mengidintifikasi sebab akibat

menggunakan diagram tulang ikan, Sumber risiko yang menjadi faktor

penyebab adanya risiko pada hasil produksi komoditas padi memiliki

sumber utama yakni Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang berupa

hama wereng coklat. Hasil analisa menggunakan metode z-score

menunjukkan hasil dari probabilitas sebesar 45.6 persen yang merupakan

probabilitas terkena risiko yang tinggi. Melalui metode VaR didapatkan

nilai VaR sebesar Rp 12 026 292.00 per hektar. Nilai tersebut

menunjukkan tingkat kerugian maksimal akibat kejadian gagal panen pada

tiap petani padi. Strategi penanganan risiko padi dilakukan dengan

tindakan preventif dan mitigasi. Tindakan preventif berupa membuat jarak

tanam yang renggang, mengganti varietas padi yang tahan terhadap hama,

dan penanaman padi secara serempak. Strategi mitigasi dapat berupa

peneyemprotan insektisida secara tepat.

Eka Pratiwi (2010) penelitian ini berjudul “Strategi Pemasaran

Industri Madu pada PT. PT. Madu Pramuka di Kabupaten Batang”

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan

eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman,

objek penelitian dan permasalahan yang di Madu Pramuka di Kabupaten

Batang merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi

yang dapat diterapkan dalam pemasaran industri madu di PT Madu

Page 60: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

44

Pramuka di Kabupaten Batang. Prioritas strategi yang dapat diterapkan

dalam pemasaran industri madu pada PT Madu Pramuka di Kabupaten

Batang adalah membuat produk madu yang berkualitas, menciptakan

produk madu unggulan, mempertahankan keaslian dan kemurnian madu,

dan keragaman jenis produk madu untuk meningkatkan loyalitas

konsumen terhadap perusahaan.

Listianingsih D. Wanundo (2015), penelitian ini berjudul “Anaisis

Pengembangan Lebah Madu Apis Dorsata di Kawasan Hutan Lindung

Desa Uelincu, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi

Tengah” Strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan

lebah madu A. Dorsata di kawasan hutan lindung Desa Uelincu

Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso adalah sebagai berikut : (1)

Peningkatan jumlah produksi madu dengan menjaga kelestarian koloni

lebah (SO), (2) peningkatan mutu dan kualitas produk madu untuk

meningkatkan nilai madu (SO), (3) perluasan jaringan pasar dengan

melakukan kerjasama dari pihak pemerintah, LSM, Industri pengolahan,

Perbankan, dan Perguruan Tinggi (SO), (4) Pengadaan pelatihan dan

pendampingan untuk meningkatkan keterampilan petani (WO), (5)

Perbaikan kemasan produk (WO), (6) Penanaman tanaman/tumbuhan

yang mampu menyediakan pakan lebah sepanjang tahun (WO), (7)

Pemerintah perlu melakukan edukasi madu palsu (WT), dan (8)

Peningkatan kualitas produk dan pengemasan.

Page 61: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

45

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan dan

dijadikan acuan pada penelitian dapat diliat persamaan dan perbedaannya

pada tabel 7.

Tabel 7 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Hafizha (2017) Menggunakan metode Diagram Tulang Ikan, Diagram Pareto dan House Of Risk (HOR)

Pada penelitiannya Hafizha

menggunakan komoditas

Susu Sapi, sedangkan

penelitian ini komoditas

Madu

2 Annisa (2017) Menggunakan metode Diagram Tulang Ikan, Diagram Pareto dan House Of Risk (HOR)

Pada penelitian Annisa

menggunakan komoditas

susu kambing, sedangkan

penelitian ini menggunakan

komoditas Madu

3 Riandiani (2016) Menggunakan

diagram tulang ikan,

dan diagram pareto

sebagai alat analisis

Penggunaan metode HOR

untuk mengukur risiko,

serta objek yang diteliti

yaitu nata de coco.

Page 62: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

46

4. Hakas Putri (2017) Menggunakan

diagram tulang ikan

untuk

mengidentifikasi

sebab -akibat.

Dengan metode failure

mode and effect analysis

(Fmea) serta objek yang

diteliti yaitu bunga krisan

5. Mila Jamilah (2011)

Menggunakan

metode Diagram

Tulang Ikan.

Pada penelitian ini

menggunakan perhitungan

ariance, standard

deviation, dan

Coefficientvariation, serta

menggunakan komoditas

wortel dan bawang,

sedangkan penelitian ini

menggunakan komoditas

Madu

6. Radita Isminiarti

(2017)

Menggunakan

diagram tulang ikan,

dan diagram pareto

sebagai alat analisis.

Penggunaan metode z-

Score dan Var, serta objek

yang diteliti yaitu padi.

Page 63: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

47

7. Eka Pratiwi (2010) Menggunakan

komoditas yang

sama untuk diteliti

yaitu madu.

Penelitian terdahulu objek

penelitian dan permasalahn

alternatif strategi dan

menentukan prioritas

strategi, sedangkan

penelitian ini objek yang

digunakan yaitu

mengidentifikasi risiko

produksi madu.

8. Listianingsih D.

Wanundo

(2015)

Komoditas yang

digunakan sama

yaitu madu.

Perbedaan dari skripsi

penelitian terdahulu yaitu

di alat analisis, peneliti

terdahulu menggunakan

SWOT, sedangkan

penelitian ini menggunakan

alat analisis House of risk

(HOR

2.11 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini membahas mengenai risiko produksi Madu di CV.

Madu Apiari Mutiara. Madu merupakan produksi utama dalam usaha di

CV. Madu Apiari Mutiara. Dalam menjalankan bisnisnya, CV. Madu Apiari

Mutiara dalam memproduksi Madu seringkali tidak mencapai target

Page 64: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

48

produksi sehingga dapat diindikasikan CV. Madu Apiari Mutiara

menghadapi risiko dalam setiap proses produksi.

Kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui dengan dilakukan

identifikasi risiko. Untuk mengidentifikasi risiko, peneliti menggunakan

Diagram Tulang Ikan untuk menentukan titik-titik kritis yang dapat

menjadi risiko pada proses produksi Madu. Setelah teridentifikasi

dilanjutkan dengan pengukuran risiko yaitu menggunakan Skala

Likert. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Skala Likert

dengan skala 1 sampai 5, dengan keterangan (1) sangat rendah, (2)

rendah, (3) sedang, (4) tinggi, (5) sangat tinggi. Pengukuran tersebut

dimasukkan ke dalam tabel House Of Risk (HOR) 1dan dihitung nilai

potensi risiko keseluruhan (Aggregate Risk Potential) atau ARPj.

Setelah didapatkan nilai ARPj, maka dilakukan pemetaan untuk

mengetahui penentuan strategi dan pengelolaan risiko dengan

menggunakan diagram pareto. Pengukuran korelasi antara tingkat dampak

risiko dengan frekuensi/peluang terjadinya penyebab risiko dengan

menggunakan Skala Likert yaitu 0, 1, 3,9 dengan keterangan; (0) tidak

ada korelasi; (1) korelasi rendah; (3)

korelasi sedang; dan (9) korelasi yang tinggi. Pengukuran-pengukuran

tersebut akan dimasukkan ke dalam tabel HOR Fase 2. Sehingga

didapatkan prioritas aksi untuk pencegahan risiko. Adapun kerangka

pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 65: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

49

Gambar 7. Kerangka Pemikiran

Page 66: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

50

Mulai

Studi

Literatur

Latar Belakang dan Kondisi Awal

Lingkup

Mengindentifikasi Proses Produksi

Madu

Penerimaan

Bahan Baku

Penimbangan

1Penyaringan

Penurunan

Kadar Air

Pengisian

(Filling)Penimbangan Pelabelan Penyegelan

Identifikasi Kejadian Risiko dan

Penyebab Risiko pada Masing-masing

Proses

Penerimaan

Bahan Baku

Penimbangan

1Penyaringan

Penurunan

Kadar Air

Pengisian

(Filling)Penimbangan Pelabelan Penyegelan

Pengukuran Kejadian Risiko dan

Peneyebab Risiko

Penerimaan

Bahan Baku

Penimbangan

1Penyaringan

Penurunan

Kadar Air

Pengisian

(Filling)Penimbangan Pelabelan Penyegelan

Menentukan Sverity dari Risk Event Menentukan Correlation

Menghitung Nilai Agregat Risk

Potentials

Menentukan Resiko dengan Nilai

ARP untuk Mengetahui Risiko

Penerimaan

Bahan Baku

Penimbangan

1Penyaringan

Penurunan

Kadar Air

Pengisian

(Filling)Penimbangan Pelabelan Penyegelan

Penentuan Strategi Pengelolaan

Risiko

Menentukan Prioritas Aksi Preventif

Risiko

Penerimaan

Bahan Baku

Penimbangan

1Penyaringan

Penurunan

Kadar Air

Pengisian

(Filling)Penimbangan Pelabelan Penyegelan

Mendapatkan Prioritas Strategi

Preventif

Observasi

Literatur

Wawancara

Diagram

Tulang Ikan

Kuesioner

HOR 1

Diagram

Pareto

Kuesioner

HOR 2

Gambar 8. Skema Operasional Penelitian

Berdasarkan Skema Operasional Penelitian pada penelitian ini yang

pertama yaitu melihat dari latar belakang penelitian yang akan meneliti mengenai

risiko proses produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara. Mengidentifikasi dari

setiap proses produksi madu, untuk mengetahui resiko disetiap proses produksi,

Page 67: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

51

dengan menggunakan teknik observasi, literature, dan wawancara. Variabel yang

digunakan dalam mengidentifikasi yaitu menggunakan diagram tulang ikan.

Pengukuran kejadian risiko yang didapatkan dari mengidentifikasi lalu menyebar

kusioner untuk menghitung dengan menggunakan variabel HOR fase 1, dengan

nilai agregat Risk Potentials.

Menentukan Risiko dengan nilai ARP untuk mengetahui risiko yaitu

menggunakan variabel diagram pareto, langkah terakhir untuk mendapatkan

strategi preventif yaitu menggunakan kusioner dengan mengetahui nilai strategi

yang tepat untuk penentuan dari setiap risiko proses produksi, dan menghitung

strategi yang tepat dengan menggunakan HOR fase 2.

Page 68: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai analisis risiko produksi Madu dilakukan di

CV. Madu Apiari Mutiara. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Putri Tunggal

Komplek. Casa Coronza Nomor 102 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan

Cimanggis Depok, 1654 Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan

April- Agustus 2020.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi objek pada penelitian ini adalah (1)

Identifikasi Risiko; (2) Identifikasi Frekuensi/Peluang kemunculan

penyebab risiko dan tingkat dampak (Severity) risiko; (3) Korelasi

Kemunculan Risiko (Occurrence) dengan pengaruh/dampak risiko

(Severity); (4) Derajat/tingkat kesulitan tindakan/strategi

pencegahan/preventif (5) Korelasi penerapan tindakan strategi

pencegahan/preventif dengan penyebab risiko (6) Pemetaan risiko produksi

menggunakan diagram pareto. Dari ke 6 variabel tersebut didapatkan sub

variabel berupa proses produksi madu yaitu, penerimaan bahan baku,

penimbangan 1,Penyaringan, Penurunan Kadar Air,Pengisian (Filiing),

Penimbangan 2, Pemasangan Stiker atau pelabelan, penyegelan (shirinking).

Dalam mengukur sub-variabel yang ada maka diperlukannya parameter

dan atribut. Secara rinci dibuat matriks penelitian pada Lampiran 2.

Page 69: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

53

Parameter penelitian didapatkan dari literatur-literatur seperti buku dan

jurnal.

3.3 Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder baik berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang

digunakan diperoleh dari observasi dan teknik wawancara sistematik.

Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati pelaksanaan aktivitas

produksi Madu di CV. Madu Apiari Mutiara. Sedangkan wawancara

dilakukan untuk memperoleh informasi lebih lengkap lagi mengenai objek

yang diamati. Teknik wawancara sistematik yaitu wawancara yang

dilakukan dengan mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang

hendak ditanyakan kepada narasumber. Pedoman yang digunakan pada

penelitian ini berupa kuesioner Informan pada penelitian ini diperoleh dari

Pemilik perusahaan, Karyawan produksi, Manager, Supervisor dan

Marketing. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan literatur-

literatur yang mendukung untuk memperkuat teori sebagai dasar dalam

penelitian ini.

Data kualitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah profil

perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara jenis-jenis risiko, penyebab risiko

dan upaya yang digunakan untuk menghadapi risiko dan kendala yang

mungkin terjadi. Sedangkan data kuantitatif yang digunakan diantaranya

adalah nilai tingkat probabilitas risiko, nilai tingkat dampak risiko, nilai

Page 70: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

54

tingkat korelasi risiko, nilai tingkat kesulitan serta nilai tingkat keefektifan

upaya penanganan risiko.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode wawancara dan kuesioner, studi pustaka dan

observasi. Observasi dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan proses

produksi Madu di CV. Madu Apiari Mutiara. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperoleh data terkait aktivitas produksi pada pengolahan Madu secara

langsung. Sedangkan studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini

yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berhubungan

dengan topik penelitian, antara lain buku dan jurnal yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi dan bertanya

langsung kepada narasumber yang terlibat dalam kegiatan proses produksi

Madu di CV. Madu Apiari Mutiara. Instrumen wawancara yang digunakan

berupa pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang diajukan kepada

narasumber yang terlibat dalam dalam kegiatan proses produksi di CV.

Madu Apiari Mutiara untuk mengetahui informasi mendalam mengenai

seluruh kegiatan produksi. Adapun yang menjadi narasumber dalam

penelitian ini, yaitu satu orang Manajer Produksi, satu orang asisten

manajer produksi, tiga orang Supervisor Produksi, dua orang dari divisi

Quality Control (QC), dua orang dari divisi Teknik, dan satu orang

Supervisor HRD.

Page 71: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

55

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

identifikasi risiko dan kuesioner penilaian dampak risiko menggunakan

metode House of Risk (HOR). Kuesioner tersebut digunakan untuk

mengetahui risiko apa saja yang dapat terjadi dalam tahap proses

produksi Madu dan untuk mengukur nilai prioritas risiko berdasarkan nilai

dampak. Berikut adalah beberapa kuesioner yang digunakan pada

penelitian ini adalah seperti pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Daftar Kuesioner Penelitian

No. Jenis Kuesioner Lampiran Materi

1 Identifikasi risiko Lampiran Matriks penelitian,

matriks instrumen

penelitian dan

diagram

fishbone

2 Identifikasi Tingkat Pengaruh

Dampak Risiko (Penerimaan

bahan baku, penimbangan

1,Penyaringan, Penurunan Kadar

Air,Pengisian (Filiing),

Penimbangan 2, Pemasangan

Stiker atau pelebelan, dan

penyegelan)

Lampiran Skema HOR fase 1

3 Identifikasi Frekuensi/Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko

(Penerimaan bahan baku,

penimbangan 1,Penyaringan,

Penurunan Kadar Air,Pengisian

(Filiing), Penimbangan 2,

Pemasangan Stiker atau

pelebelan, dan penyegelan)

Lampiran Skema HOR fase 1

Page 72: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

56

4 Korelasi Kemunculan

Penyebab Risiko(Occurence)

dengan Tingkat

Pengaruh/Dampak Risiko

(Severity) pada Proses Produksi

Madu (Penerimaan bahan baku,

penimbangan 1,Penyaringan,

Penurunan Kadar Air,Pengisian

(Filiing), Penimbangan 2,

Pemasangan Stiker atau

pelebelan, dan penyegelan)

Lampiran Skema HOR fase 1

5 Kuesioner Tingkat

Kesulitan Strategi Preventif

pada Proses Produksi Madu

(Penerimaan bahan baku,

penimbangan 1,Penyaringan,

Penurunan Kadar Air,Pengisian

(Filiing), Penimbangan 2,

Pemasangan Stiker atau

pelebelan, dan penyegelan)

Lampiran Skema HOR fase 2

6 Kuesioner Korelasi Tingkat

Kesulitan Strategi Preventif

dengan Penyebab Risiko

pada Proses Produksi Madu

(Penerimaan bahan baku,

penimbangan 1,Penyaringan,

Penurunan Kadar Air,Pengisian

(Filiing), Penimbangan 2,

Pemasangan Stiker atau

pelebelan, dan penyegelan)

Lampiran Skema HOR fase 2

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam proses

pengumpulan data pada penelitian ini digunakan 6 kuesioner. Kuesioner pada

nomor 1 sampai dengan 2 digunakan pada tahap awal sebelum pembuatan skema

HOR fase 1, sesuai dengan masing-masing proses produksi Madu. Hasil dari

kuesioner ini dijadikan acuan pembuatan matriks penelitian dan matriks

instrumen penelitian yang terdapat pada Lampiran 2, 3, dan 4 pada instrumen

Page 73: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

57

tersebut terdapat kolom definisi konseptual yang menjadi dasar dari

perumusan sub Pada bagian pangkal badan tulang ikan dari diagram fishbone,

terdapat variabel penelitian yaitu proses produksi Madu yang terdiri atas :

proses penerimaan bahan baku, penimbangan 1,Penyaringan, Penurunan Kadar

Air,Pengisian (Filiing), Penimbangan 2, Pemasangan Stiker atau pelebelan,

penyegelan, dan Shirinking variabel penelitian beserta penentuan penyebab

risiko dan kejadian risiko. Matriks instrumen penelitian ini dijadikan

sebagai dasar pembuatan diagram fishbone.

Bagian masing-masing tulang terdapat beberapa kegiatan yang menjadi

bagian dari masing-masing proses produksi Madu, yang dijadikan sub variabel.

Pada masing-masing kegiatan tersebut terdapat titik kritis yang menjadi

penyebab atau agen risiko produksi Madu. Pada bagian kepala tulang ikan

terdapat akibat yang ditimbulkan dari risiko produksi Madu.

Diagram fishbone, akan dijadikan landasan sebagai pembuatan

kuesioner pada Lampiran 5. Kuesioner-kuesioner tersebut adalah kuesioner yang

digunakan untuk mengidentifikasi frekuensi atau peluang dari penyebab risiko

(occurence) dan dampak dari kejadian risiko (severity) beserta korelasi antara

kemunculan penyebab kejadian risiko (Aj) dengan dampak kejadian risiko (Ei)

pada masing-masing proses produksi madu. Hasil dari kuesioner- kuesioner

tersebut dijadikan bahan perhitungan pada skema HOR fase 1.

Kuesioner pada nomor 5a sampai dengan 5k merupakan kuesioner yang

dibuat berdasarkan pada hasil perhitungan atau analisis pada skema HOR fase

1 dan pemetaan risiko pada diagram pareto. Kuesioner-kuesioner tersebut dibuat

Page 74: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

58

dengan tujuan untuk memperoleh data derajat atau tingkat kesulitan penerapan

tindakan atau strategi preventif atau pencegahan, yang akan diterapkan pada

proses produksi Madu. Korelasi antara penerapan tindakan atau strategi

preventif atau pencegahan dengan penyebab risiko (Aj) yang memiliki dampak

paling besar dan dapat menimbulkan kerugian perusahaan, apabila tidak segera

ditangani. Hasil dari kuesioner-kuesioner pada Lampiran 5a sampai dengan

5k juga digunakan sebagai data untuk perhitungan atau analisis pada skema

HOR fase 2.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh, selanjutnya diolah dengan bantuan Microsoft

excel 2010. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.5.1 Analisis House Of Risk (HOR) Fase 1

Analisis pertama menggunakan metode model House Of Risk (HOR)

fase 1, untuk mengetahui nilai dari potensi risiko keseluruhan atau Agregate Risk

Potential (ARPj). Data frekuensi atau peluang penyebab risiko (occurence)

dan tingkat dampak kejadian risiko (severity) beserta data korelasi antar

keduanya yang telah diperoleh dari kuesioner kemudian data tersebut diinput ke

dalam tabel HOR fase 1. Penyebab risiko atau Risk Agent (Aj) ditempatkan

pada sisi atas tabel, kejadian risiko atau Risk Event (Ei) ditempatkan pada sisi

kiri tabel, nilai tingkat dampak kejadian risiko (severity) ditempatkan pada sisi

kanan tabel, nilai frekuensi atau peluang penyebab risiko (occurance) diletakkan

pada bagian bawah setelah daftar kejadian risiko, dan nilai korelasi antara

Page 75: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

59

frekuensi penyebab risiko (Aj) dengan kejadian risiko (Ei) ditempatkan pada

bagian tengah tabel diantara penyebab risiko (Aj) dan kejadian Risiko (Ei).

Kemudian dilakukan perhitungan nilai potensi risiko keseluruhan atau Aggregate

Risk Potential (ARPj). Pada penelitian ini akan dibuat model HOR Fase 1

dari masing-masing proses produksi Madu.

3.5.1.1 Agregate Risk Potential (ARPj)

Agregate Risk Potential (ARPj) adalah perhitungan nilai potensi

risiko keseluruhan yang didapatkan dari hasil perkalian tingkat kemunculan

penyebab risiko (Oj) dengan total hasil kali antara dampak kejadian risiko

(Si) dengan hubungan atau korelasi antara penyebab atau agen risiko

dengan kejadian risiko (Rij). Adapun nilai dari ARPj dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

ARP j = O j ∑ Si Rij…………… (1)

Keterangan:

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko

Keseluruhan)

Oj = Occurance level of risk (Tingkat kemunculan risiko) yang

didapatkan dari kuisioner padaLampiran5(a,b,c)

Si = Severity level of risk (Tingkat dampak suatu kejadian risiko)

yang didapatkan dari kuisioner pada Lampiran 5 (a, b, c)

Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j dengan risiko

i yang didapatkan dari kuesioner pada Lampiran 5 (d,e, f, g, h, i,

j, k)

Page 76: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

60

3.5.1.2 Analisis Diagram Pareto

Setelah didapatkan nilai ARPj dari masing-masing penyebab risiko

(Aj), dilakukan perhitungan penyebab kejadian risiko dengan

menggunakan alat analisis kedua yaitu diagram pareto dengan

perbandingan 80:20, sehingga diketahui penyebab-penyebab risiko

yang memiliki pengaruh yang besar bagi perusahaan, guna

menentukan strategi pencegahan risiko yang terjadi pada masing-

masing proses. Masing-masing nilai ARPj akan dihitung kumulatif atau

persentase pengaruh penyebab risiko (Aj) terhadap perusahaan. Penyebab

risiko yang memiliki persentase kumulatif kurang dari 80% merupakan

penyebab yang memiliki pengaruh yang besar dan akan menimbulkan

kerugian bagi perusahaan, dan dapat dirumuskan strategi untuk pencegahan

risiko agar agen risiko tersebut tidak muncul di masa yang akan datang.

Adapun perhitungan persentase pengaruh dari penyebab risiko (Aj)

pada penelitian ini dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

%Aj = …………… (2)

ARPJ/100

Keterangan :

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko

Keseluruhan) pada masing-masing penyebab

risiko (Aj)

%Aj = Presentase kumulatif pengaruh penyebab

risiko (Aj)

ARPJ

Page 77: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

61

Setelah didapatkan presnetase kumulatif pengaruh penyebab risiko

dari masing-masing risiko maka akan dibuat diagram pareto seperti

model yang terlihat pada Gambar 8.

Berdasarkan Gambar 8, diagram pareto yang berbentuk batang

melambangkan nilai potensi risiko keseluruhan (ARPj) dari masing-maisng

penyebab risiko (Aj), sedangkan untuk titik hitam menunjukkan presentase

kumulatif dari masing-masing penyebab risiko (Aj), bagian sisi kiri akan

terdapat angka-angka tingkatan nilai ARPj dan pada sisi kanan akan

terdapat angka-angka presentase kumulatif dari masing-masing penyebab

risiko (Aj).

Setelah diketahui penyebab risiko yang paling berpengaruh pada

proses produksi Madu di CV. Madu Apiari Mutiara, maka dilakukan

perumusan strategi pencegahan risiko dengan Bapak Fuad selaku

manager produksi, Bapak Ajiz selaku manajer Quality Control, Bapak

Mulyadi selaku Marketing,serta ibu Noviyanti selaku supervisor HRD.

Gambar 9. Struktur Umum Diagram Pareto Sumber: Haizer, J dan Render, B (2014 )

Page 78: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

62

3.5.2 Analisis House Of Risk (HOR) Fase 2

Alat analisis ketiga yang digunakan penelitian ini adalah House Of

Risk (HOR) fase 2. Terdapat beberapa contoh strategi pencegahan pada

bagian atas model untuk mencegah terjadinya penyebab-penyebab risiko

yang memiliki pengaruh besar bagi perusahaan pada bagian kiri model,

pada bagian kanan terdapat nilai potensi risiko keseluruhan masing-masing

penyebab risiko (ARPj), nilai korelasi antara strategi preventif dengan

penyeybab risiko pada bagian tengah, serta pada bagian bawah terdapat

nilai total keefektivan dari masing- masing strategi pencegahan (TEk),

tingkat kesulitan dari masing-masing strategi preventif yang akan

diterapkan (Dk), rasio keefektivan kesulitan strategi preventif(ETDk) dan

urutan dari masing-masing rasio keefektivan kesulitan strategi

preventif (Rank).

Page 79: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

63

Tabel 9 Contoh Model HOR Fase 2 Penelitian: Model HOR Fase 2

Proses mixing

Keterangan:

Aj = Risk Agent (Penyebab Risiko yang sangat berpengaruh pada

perusahaan) yang diperoleh dari pemetaan pada diagram pareto

Dk = Degree of Difficulty Performing Action (Tingkat kesulitan strategi

preventif) yang didapatkan dari kuisioner pada Lampiran

Tek = Total Effectiveness (Total Keefektifan dan tiap strategi preventif)

ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Rasio Keefektifan

Kesulitan tindakan atau strategi preventif)

Tindakan penanganan

Risiko

Penyebab Risiko

1.

Pem

bag

ian

tug

as

yan

g opti

mal

(t

eruta

ma

pad

a sa

at j

am i

stir

ahat

)

dan

op

erat

or

mel

akukan

back

up

2.

Men

gad

akan

tr

ain

ing

terh

adap

k

aryaw

an

pro

duksi

3.

Ref

resh

W

I (W

ork

Intr

uct

ion)

AR

Pj

Operator tidak

mengecek/membersihkan

wadah drum

Korelasi (Ejk)

ARP1

Penuangan secara tidak benar

dan sempurna pada saat

proses penuangan

ARP2

Operator tidak mengkontrol

kotoran lebah yang terdapat di

madu

ARP3

Kadar air madu menjadi tidak

sesuai yang telah ditetapkan SOP

yaitu 18%

ARP4

Tek TE 1 TE 2 TE 3 Dk D1 D2 D3 ETDk ETD ETD2 ETD3 Rank R1 R2 R3

Page 80: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

64

Ejk = Hubungan antara setiap tindakan penanganan risiko dengan

setiap penyebab risiko yang didapatkan dari kuesioner yang

terdapat pada Lampiran 6.

Nilai tingkat kesulitan strategi preventif didapatkan dari hasil

kuesioner yang terdapat pada lampiran, sedangkan nilai kolerasi

antara tingkat kesulitan penerapan strategi yang didapatkan dari

kuesioner pada lampiran.

3.5.2.1 Total Effectiviness (TEk)

Nilai Total keefektifan penerapan strategi didapatkan dari hasil

perkalian antara potensi risiko keseluruhan (ARPj) dengan hubungan

antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risiko (Ejk). TEk dapat

dirumuskan sebagai berikut :

TEk = ∑ ARPj Ejk

Keterangan :

TEk = Total Effectiveness (Total Keefektifan)

ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)

Ejk = Hubungan antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risiko

Berdasarkan perhitungan Total Effectifness (TEk) dan penilaian

Degree of Difficulty (Dk), maka selanjutnya dilakukan perhitungan Rasio

Effectiveness To Difficulty (ETD) dari strategi penanganan yang diusulkan.

Perhitungan Rasio Effectiveness To Difficulty (ETD) dari semua strategi

penanganan yang diusulkan

Page 81: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

65

3.5.2.2 Effectiveness To Difficulty Ratio (ETDk)

Nilai rasio keefektivan kesulitan tindakan atau strategi

pencegahan (ETDk) diperoleh dari hasil bagi nilai total keefektivan setiap

strategi pencegahan (TEk) dengan derajat atau tingkat kesulitan

melakukan strategi (Dk). Rumus ETDk adalah sebagai berikut

ETDk =TEk/Dk

Keterangan :

ETDk = Efffectiveness To Difficulty Ratio (Rasio Keefektivan Kesulitan)

TEk = Total Effectiveness (Total keefektifan dari tiap strategi pencegahan

risiko)

Dk = Tingkat kesulitan untuk melakukan aksi k

Hasi nilai ETDk yang telah didapatkan selanjutnya diurutkan dan

ditulis pada kolom Rank yang menandakan strategi mana yang harus

terlebih dahulu dijalankan untuk mencegah terjadinya kerugian yang

ditimbulkan dari penyebab risiko pada proses produksi madu pada CV.

Madu Apiari Mutiara di masa yang akan datang.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah

pahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah

dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, yaitu analisis risiko

produksi madu pada CV. Madu Apiari Mutiara, maka definisi operasional

atas objek penelitian ini adalah:

Page 82: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

66

1. Alur Produksi adalah cara atau langkah-langkah yang dilakukan

CV. Madu Apiari Mutiara dalam memproduksi madu.

2. Risiko adalah kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan

kerugian dan ketidakpastian dari kegiatan usaha produksi madu.

3. Risiko Produksi adalah kejadian yang merugikan terkait dengan

kegiatan produksi yang dilakukan di CV. Madu Apiari Mutiara.

4. Reject Product adalah produk rusak atau gagal dari madu

5. Identifikasi risiko adalah tahapan awal yang dilakukan dalam

penelitian untuk mengetahui kemungkinan risiko yang timbul dari

aktivitas produksi.

6. Pengukuran risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih

dalam. Hasil analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi

evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan mengenai

perlakuan terhadap risiko yang terdapat pada proses produksi madu.

7. Dampak risiko adalah kejadian merugikan yang ditimbulkan akibat

produksi madu.

8. Pemetaan risiko adalah kegiatan memetakan risiko dengan

tujuan agar diketahui prioritas risiko berdasarkan kepentingannya

bagi perusahaan.

9. Strategi adalah perlakuan yang diusulkan untuk CV. Madu Apiari

Mutiara demi tercapainya tujuan produksi.

10. Preventif adalah strategi untuk pencegahan atau menghindari kejadian

yang merugikan dari aktivitas produksi madu.

Page 83: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

67

11. Mitigasi adalah strategi pengurangan atau meminimalkan risiko

(kejadian merugikan) yang ditimbulkan dari aktivitas produksi.

12. Evaluasi risiko adalah kegiatan menentukan risiko-risiko yang

memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-

risiko tersebut

13. Diagram tulang ikan adalah metode yang digunakan untuk mencari

faktor- faktor yang mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah

atau penyimpangan.

14. House of Risk 1 adalah metode untuk menentukan sumber risiko

mana yang diprioritaskan untuk dilakukan tindakan strategi preventif.

15. House of Risk 2 adalah metode untuk memberikan prioritas tindakan

dengan mempertimbangkan sumber daya biaya yang efektif.

16. Diagram pareto adalah metode untuk mengevaluasi risiko produksi

madu pada CV. Madu Apiari Mutiara

Page 84: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

84

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

CV. Madu Apiari Mutiara merupakan perusahaan madu murni

berskala kecil menegah yang didirikan pada tanggal 19 Febuari 2009 dengan akta

notaris Winda Utami, SH. Pendirian ini sudah dinyatakan sah berdasarkan Tanda

Daftar Perusahaan (TDP) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan No.

0128/10/-27/PK/III/2009 dan telah mendapat Surat Ijin Usaha Perdagangan

(SIUP) dengan No. 0128/10-27/PK/III/2009, sampai saat ini masih tercatat sebagai

binaan LPPM Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan No. 130.1/13.11/TU/2009.

Dalam rangka menjamin tingkat kebersihan dan keamanan produk, maka

perusahaan telah mendapatkan surat ijin produksi dari Dinas Kesehatan yaitu P-

IRT No. 2093276020063-23 serta disertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI) No. 01121035061108. Dengan adanya legalitas perusahaan, maka CV.

Madu Apiari Mutiara dapat melakukan pengembangan perusahaan baik dari segi

pemasaran maupun kerjasama dengan berbagai pihak. Perusahaan ini

berlokasi di Jalan Putri Tunggal Komplek. Casa Coronza Nomor 102 Kelurahan

Harjamukti, Kecamatan Cimanggis Depok, 1654 Jawa Barat. Telepon (021) 8731

525 E-mail : [email protected] Lokasi perusahaan ini jika dilihat

memang masih kurang strategis karena agak jauh dari perkantoran dan lai

sebagainya, tetapi lokasi berdekatan dengan daerah pemukiman komplek tempat

tinggal warga sekitar. Oleh karena itu banyak warga komplek pemukiman di

daerah tersebut yang meminati dan mengkonsumsi madu dan produk turunan

sebagai suplemen sehari- hari.

Page 85: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

85

4.2 Jenis Produk

Penjualan madu di CV. Madu Apiari Mutiara menjual berbagai jenis produk

madu, dengan memiliki 3 kriteria penjualan madu yaitu Madu Murni, Madu

Formula dan Turunan Madu.

Tabel 10. Jenis Produk Madu

Perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara memilik 3 kriteria dalam

pengembangan usaha madu, diantaranya:

1. Madu Murni: madu yang telah dibuat tanpa adanya campuran apa pun.

Lebah meminum hasil dari sari-sari bunga yang ada di dekatnya dan

dari sari bunga tersebut menghasilkan madu yang sesuai dengan bunga

yang ada di dekatnya. Contohnya seperti madu karet, madu karet yang

diambil dari nektar bunga karet. Madu ini memiliki ciri khas yaitu

Madu Murni Madu Formula Turunan Madu

Madu Kapuk Randu Madu Royal Jelly Sabun Madu

Madu Kelengkeng Madu Honey Kids Sabun Madu Transparan

Madu Rambutan Madu Pasutri Sabun Cair Madu

Madu Karet Madu Pelangsing Sabun Madu

Madu Kaliandra Madu Cengkeh Sabun Propolis

Madu Multiflora Madu Kulit Manggis HoneyMask/Masker Madu

Madu Mangga Madu Daun Sirsak Shampo Madu

Madu Kopi Madu Ibu Hamil Propolis Liquid

Madu Mahoni Madu Propolis Propolis Premium

Madu Sonokeling Madu Herbal Plus Tetes Mata Madu

Madu Dalam Sarang Madu Super Spesial Permen Madu

Madu Durian Madu Kayu Manis Sabun Madu sereh

Madu Organik/Hutan Madu Super Sabun Madu Pala

MaduTrigona/Klanceng

Madu Jambu Mede

Page 86: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

86

mudah mengkristal karena di dalam madu karet terdapat banyak enzim

diastase.

2. Madu Formula: suatu inovasi dalam produk madu yang dimana

memiliki manfaat yang lebih untuk kesehatan manusia, karena madu

formula dirancang dengan berbagai manfaat dan nama yang berbeda.

Madu formula yang terkandung didalamnya adalah madu murni yang

dicampur dengan bahan-bahan herbal. Madu formula memiliki

beberapa bahan tambahan di dalamnya seperti adanya royal jelly,

propolis, bee pollen, cengkeh, habbatusauda dll.

3. Turunan Madu: suatu produk dari anakan madu yang di buatnya

memiliki tambahan dari madu, produk dari turunan madu ini

membuktikkan bahwa manfaat madu tidak hanya digunakan untuk

dikonsumsi saja tetapi juga dapat dipergunakan untuk kosmetik dan

kesehatan kulit, mata dll.

4.3 Visi dan Misi

Visi adalah rangkaian kata dimana di dalamnya menunjukkan suatu cita-

cita, impian, atau tujuan yang ingin dicapai. Setiap perusahaan umumnya

memiliki visi atau tujuan di masa depan yang merupakan buah pikiran para

pendiri perusahaan tersebut. Di dalam visi biasanya terdapat pandangan tentang

arah suatu manajemen kemana arah perusahaan tersebut dibawa. Secara umum

pengertian misi adalah segala sesuatu (strategi, tindakan) yang harus dilakukan

untuk mewujudkan visi. Misi perusahaan merupakan tujuan dan alasan berdirinya

Page 87: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

87

sebuah perusahaan dan menjadi pedoman dan arahan dalam mencapai tujuan.

Adapun Visi dan Misi CV. Madu Apiari Mutiara,

Visi :

Memproduksi produk - produk lebah yang berguna untuk masyarakat

dengan mengedepankan kualitas dan kejujuran.

Misi :

1. Menjadikan perusahaan yang mengutamakan kekeluargaan dan kepuasan

pelanggan.

2. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya obat herbal/ alami untuk

kesehatan.

3. Mengurangi pengangguran minimal di lingkungan sekitar.

4. Mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab suci .

4.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan sebuah fondasi sebuah perusahaan.

Penyusunan struktur organisasi harus secara sistematis agar dapat

menjalankan kegiatan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Robbins (1990), struktur organisasi menentukan alokasi tugas,

garis pelaporan, serta mekanisme koordinasi formal dan pola interaksi.

Sturktur organisasi juga merupakan suatu alat manajemen yang dibutuhkan

perusahaan agar segala wewenang dan tanggung jawab bagi setiap

individu perusahaan dapat dipertanggung jawabkan.Pimpinan tertinggi di

bagian produksi dijabat oleh Manager Produksi, yang dibantu oleh tiga

Page 88: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

88

supervisor yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda.

Supervisor dibantu para karyawan dalam menjalankan setiap produksi.

QC sistem dan QC sanitasi dipegang oleh satu orang, dan dua

supervisor tersebut juga bertanggung jawab sebagai QC inline dan QC

nonline.

Berikut ini uraian pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pelaku

yang terlibat di CV. Madu Apiari Mutiara :

1. Manager Produksi

Manager produksi memilki tugas yaitu mengawasi proses

produksi agar kualitas, kuantintas dan waktunya sesuai dengan

perencanaanm yang sudah dibuat. Manager produksi juga bertugas

Manager Produksi

Kania . F

Supervisior Bahan

Penunjang

Ajiz

Supervisior Produk

Bahan Baku Madu

Keli

Supervisior

Sanitasi

Mukti

Supervisior

Kemasan

Sevia. A

QC in line

Usu Soraya

QC non line

Keli

QC Assura

nce

Muh. Fuad

Gambar 10. Struktur Organisasi Depatermen Produksi

Page 89: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

89

membuat perencanaan produksi untuk setiap hari. Manager

produksi bekerja sama dengan semua pihak untuk menghasilkan

produk yang dapat memenuhi standar permintaan atau memenuhi syarat

produk yang berkualitas. Manager produksi membawahi beberapa

bagian yaitu supervisor bahan penunjang, supervisor produk madu,

supervisor kemasan dan bagian QC sistem.

2. Supervisor Produksi

Supervisor produksi bertugas mengkoordinir dan mensupervisi

keseluruhan proses produksi agar dapat berjalan lancar dengan standar

perusahaan dan terjaga kualitas dan kuantintasnya.

a. Supervisor Bahan Tambahan bertugas mengawasi bahan-bahan tambahan,

mencatat jumlah barang yang terpakai serta mengawasi proses

pembuatan yang menggunkan bahan tambahan.

b. Supervisor Madu dan Bahan baku bertugas mengawasi proses produksi

madu, dimulai dari penyaringan hingga pengadukkan, madu serta

mengawasi jumlah keluar masuknya madu murni.

c. Supervisor Kemasan bertugas mengawasi proses pengemasan

berlangsung.

d. Supervisor Sanitasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

proses sanitasi, jenis sanitasi, metode sanitasi dan bahan yang

digunakan dalam proses sanitasi.

Page 90: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

90

3. Quality Control (QC)

QC bertugas menjaga dan mengawasi kualitas bahan baku hingga

produk jadi sehingga standar bahan baku mutu dan juga untuk

menjamin kualitas dan kemanan produk sesuai spesifikasi yang

dikehendaki dan aman bagi konsumen. Dalam pelaksanaannya, divisi

QC dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. QC assurance bertugas dalam kegiatan menyiapkan hal-hal yang terkait

dengan registrasi halal (MUI) dan Departemen Kesehatan atau Badan

Pengendalian dan Pengawaan Obat dan Makanan (BPOM) serta

memastikan Good Manufacturing Practice (GMP), dan Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP).

b. QC in line bertugas untuk mengawasi dan mengontrol produksi selama

proses produksi berlangsung sesuai dengan instruksi kerja perusahaan.

c. QC non line bertugas untuk memeriksa semua bahan baku dan bahan

penunjang serta memeriksa persediaan bahan baku dan bahan

penunjang.

4.6 Aktivitas Produksi Madu

Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi

perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku

menjadi produk yang dapat dijual. Produk berkualitas yang dihasilkan suatu

perusahaan merupakan nilai tambah, kekuatan dan keunggulan untuk

mempertahankan eksistensi dan pangsa pasar perusahaan tersebut.

Page 91: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

91

Oleh karena itu setiap perusahaan harus memperhatikan,

mempertahankan serta mengevaluasi kualitas produk yang dihasilkan

kepada setiap konsumen yang ingin dituju sehingga konsumen merasa puas

dari hasil yang diperoleh.

4.6.1 Mesin dan Alat Produksi Madu

1. Peralatan

a. Saringan

Madu yang datang dari supplier akan disaring terlebih dahulu

menggunakan saringan, fungsi dari alat ini adalah untuk menyaring

lebah- lebah yang masih terdapat pada madu dan benda- benda

keras lainnya yang masih menyatu dengan madu.

b. Timbangan

Timbangan yang digunakan adalah timbangan digital. Timbangan

yang digunakan untuk menimbang bahan madu kemudian untuk

menimbang berat rata-rata produk yang sudah di kemas adalah

timbangan besar dengan muatan maksimal 100 kg. Sedangkan

timbangan yang digunakan untuk pengemasan produk adalah

timbangan kecil yang bermuatan maksimal 10 kg. Timbangan yang

berukuran kecil juga digunakan oleh pengawas pengendalian

produksi untuk mengecek berat sampel produk sebelum pengisian

dan sesudah pengisian.

Page 92: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

92

c. Refracrometer

Fungsi Refracrometer untuk mengukur kadar air madu, penggunaan

alat ini tidak terlalu susah yaitu hanya mengambil sampel madu

kemudian diukur kadar air dengan melihat garis merah yang

terdapat pada alat tersebut.

d. Keranjang

Keranjang digunakan untuk mengangkut produk madu yang sudah

di kemas dari tempat pemberian label atau merek ke tempat

pengepresan, selain itu kegunaannya juga mengangkut produk yang

sudah di pres ketempat gudang produk jadi.

e. Baki/ Nampan

Nampan ini digunakan sebagai tempat madu untuk penurunan kadar

air. Nampan akan diisikan madu yang akan diturunkan kadar air,

lalu ditaruh di rak dan di simpan di ruangan yang bersuhu

25celcius.

f. Kompor

Kompor digunakan untuk melakukan pengepresan pada botol madu

yang sudah dilabel dan sudah dikemas menggunakan plastik, lalu

madu dicelupkan kedalam wadah yang berisikan air panas.

2. Mesin

a. Dehumidivier

Fungsi dari alat tersebut adalah untuk menurunkan kadar air madu,

madu yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam baki

Page 93: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

93

plastik dan didiamkan selama 5 hari,hingga kadar air pada madu

turun 21%-18%.

b. Powerpack

Powepack digunakan untuk memberikan tanggal expaired pada

stiker madu sesuai dengan jenis dan ukuran yang diinginkan.

Pengunaan powerpack sangat sederhana, jika ingin menggunakan

powerpack tunggu hingga panas sekitar 5-7 menit. Stiker yang ingin

diberikan expaired diletakkan tepat dibawah cetakkan powerpack.

c. Kompor elektrik

Kompor elektrik digunakan untuk mengepres plastik yang

berukuran kecil sehingga memudahkan pekerjaan karyawan,

dibandingkan menggunakan kompor manual.

d. Freezer

Freezer digunakan untuk menyimpan bahan tambahan, bertujuan

agar bahan tambahan tidak terkontaminasi bahan lain, dan tidak

terdapat zat aktif pada bahan tambahan tersebut. Freezer selain

digunakan untuk penyimpanan bahan tambahan, dapat juga

digunakan sebagai tempat penyimpanaan bahan mentah propolis.

4.6.2 Bahan Baku Madu

Bahan baku adalah salah satu elemen paling aktif dari perusahaan yang

secara terus menerus diperoleh, dimodifikasi dan dijual kembali. Menurut

Mulyadi (2005; 275), bahan baku adalah “Bahan baku adalah bahan yang

membentuk seluruh bagian”

Page 94: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

94

1. Bahan Baku Utama

Bahan baku yang digunakan dalam produksi madu dibagi menjadi

bahan utama, dan bahan penunjang. Bahan utama adalah madu, dan bahan

penunjang terdiri dari royal jelly, Tepung Sari, propolis, habbatussauda, jahe

merah, pasak bumi, jati belanda, kulit manggis, daun sirsak, kayu manis, daun

katuk, dan cengkeh. Bahan penunjang tersebut merupakan bahan yang

menunjang produksi madu. Bahan baku utama yang digunakan dalam

pembuatan madu adalah madu murni, madu murni tersebut terdiri dari banyak

jenis. Madu yang digunakan berasal dari beberapa supplier. Setiap jenis madu

yang di kirim dari beberapa daerah yang berbeda tergantung jenis madu. Bahan

baku yang dikirim oleh supplier dalam keadaan mentah dan sesuai dengan

persyaratan bahan baku yang dibuat oleh perusahaan.

A. Madu murni

Madu murni adalah cairan nektar bunga yang dihisap oleh lebah madu

kedalam kantong madu di dalam tubuhnya. Nektar bunga yang telah

dihisap di olah dalam tubuh lebah dengan dicampur enzim tertentu

kemudian dikeluarkan kembali ketempat penyimpanan madu di sarang

lebah. Madu bermula dari nektar yang terdapat dalam bunga-bunga pada

tumbuhan. Madu Murni yang digunakan oleh CV. Madu Apiari Mutiara

menggunakan semua madu murni, keanekaragaman madu yang terdapat

di CV. Madu Apiari Mutiara sebanyak 14 ragam madu.

Page 95: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

95

B. Bahan Penunjang

a) Royal jelly

Royal jelly adalah zat yang disekresikan oleh lebah pekerja untuk

digunakan sebagai makanan ratu lebah dan larva lebah madu. Zat

ini berguna untuk membantu sang ratu lebah dalam proses

'prokreasi' dan memberikan makanan kepada larva lebah madu

supaya dapat berkembang secara maksimal. Royal jelly memiliki

kandungan asam amino, gula, lipid, vitamin, zat besi dan kalsium.

Royal jelly digunakan untuk menjadikan manfaat tambahan,

manfaat yang terdapat di royal jelly yaitu sebagai, menambah nafsu

makan anak- anak, mengatasi tekanan darah tinggi dan masih

banyak manfaat lainnya yang terdapat di royal jelly. Royal jelly

sebagai tambahan madu, dikarenakan banyaknya manfaat yang

terdapat di royal jelly dan adanya permintaan dari konsumen itu

sendiri.

b) Propolis

Propolis dihasilkan dari air liur lebah dicampur dengan getah-getah

pepohonan dan pucuk daun-daun muda dari hutan tropis dataran

tinggi yang terhindar dari polusi. Fungsi utama propolis bagi sarang

lebah adalah sebagai pelindung sarang lebah dari gangguan

kontaminasi virus, bakteri, dan jamur. Propolis sebagai bahan

tamabahan madu, seperti madu propolis yang dicampurkan oleh

Page 96: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

96

propolis, royal jelly, dan Tepung Sari, yang nantinya akan memiliki

lebih banyak manfaat.

c) Tepung Sari

Tepung Sari adalah serbuk sari dari lebah yang mengandung

karbohidrat, protein, asam lemak, antioksidan, serta vitamin dan

mineral. Tepung Sari terbentuk dari campuran serbuk sari, nektar,

madu, dan cairan tubuh lebah. Sedangkan madu, propolis, dan royal

jelly adalah produk-produk lain yang dapat diperoleh dari lebah.

Tepung Sari sebagai bahan tamabahan madu, yang memiliki

manfaat. Tepung Sari dibagi menjadi 2 yaitu Tepung Sari bubuk

dan cair. Tepung sari cair diproduksi menggunakan mesin aduk,

hingga tekstur tepung sari menjadi kental.

4.6.3 Proses Produksi Madu

1. Penerimaan Bahan Baku

Pada proses penerimaan bahan baku ini madu diterima dari petani

menggunakan Drum yang diangkut menggunakan mobil bak, kapasitas dan

jenis madu yang diterima sesuai dengan permintaan dari CV. Madu Apiari

Mutiara, penerimaan bahan baku merupakan tahap awal dari proses

produksi. Keberhasilan pada tahap ini adalah ketelitian dari pekerja untuk

mengecek kapasitas serta jenis madu yang telah dipesan.

2. Penimbangan 2

Pada tahap ini adalah proses penimbangan bahan baku madu

setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan jenis madu yang diterima,

Page 97: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

97

penimbangan dilakukan menggunakan alat timbangan digital dan dicatat

secara manual. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mencari kesesuain berat

bahan baku madu, keberhasilan proses ini adalah ketelitian dari pekerja

untuk melakukan penimbangan dan pencatatan.

3. Penyaringan

Setelah melakukan penimbangan bahan baku madu maka proses

selanjutnya adalah penyaringan bahan baku madu, karena pada drum yang

berisikan madu masih terdapat lebah- lebah yang sudah mati, tujuan

penyaringan ini adalah, untuk memisahkan madu dari bahan- bahan yang

tidak diinginkan seperti lebah yang sudah mati atau sarang madu yang

terbawa saat proses pemanenan madu. Keberhasilan proses ini adalah pada

alat penyaringan.

4. Penurunan Kadar Air

Penurunan Kadar Air Madu yang telah disaring dilakukan di dalam

ruang dengan menggunakan Dehumidivier dengan suhu 40-60Celcius

selama 5 hari, hingga mencapai kadar air 18%. Faktor keberhasilan proses

ini adalah mesin yang digunakan untuk penurunan kadar air.

5. Pengisian (Filling)

Madu yang telah disaring dan telah diturunkan kadar airnya, siap

untuk dimasukkan dalam botol yang digunakan ada 2 jenis yaitu botol kaca

dan botol plastik, pemilihan botol, ukuran dan berat isi digunakan sesuai

dengan permintaan konsumen kepada CV. Madu Apiari Mutiara.

Page 98: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

98

a. Filling 1

Ruang filling 1 digunakan untuk pengisian madu dengan kadar air

18% (standar internasional), yang telah melewati dua kali proses

penyaringan dan telah dikurangi kadar airnya dengan alat

Dehumidivier selama lima hari.

b. Filling 2

Ruang filling 2 diperuntukan untuk pengisian madu kedalam botol

yang mempunyai kadar air 19-24% yang merupakam standar nasional,

lalu dilakukan pembotolan setelah dilakukan penyaringan.

6. Penimbangan 2

Pada tahap ini dilakukan penimbangan madu sesuai dengan

kebutuhan produk apa yang akan dibuat. Tujuan dari proses ini adalah untuk

mendapatkan takaran yang sesuai dengan yang diinginkan. Proses

penimbangan bahan penunjang lainnya seperti tepung sari, royal jelly, dan

lainnya dilakukan di ruang yang berbeda.

7. Pelabelan

Setelah melakukan penimbangan dengan takaran tertentu pada botol

plastik atau kaca tahap selanjutnya pemasangan stiker, sesuai dengan jenis

madu dalam botol, pada stiker dicetak tulisan expaired dengan

menggunakan alat powerpack.

8. Pengepresan

Setelah dilakukan pemasangan plastik langkah selanjutnya yaitu

pengepresan plastik, pengepresan plastik pada madu menggunakan cara

Page 99: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

99

manual yaitu madu dimasukkan kedalam air panas. Air dimasak dalam

sampai mendidih dengan menggunakan kompor, botol madu yang sudah

dipasang plastik shiring dicelupkan kedalam air panas, sampai plastik

shiring tersebut melekat menutupi botol.

Page 100: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

100

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jenis- jenis Risiko Proses Produksi Madu

Menganalisis risiko, tahapan pertama yang harus dilakukan adalah

mengidentifikasi kemungkinan yang terjadi. Pada penelitian ini, tahap identifikasi

risiko yang dilakukan berdasarkan SOP (Standard Operating Procedure) pada

setiap tahapan proses produksi Madu di CV. Madu Apiari Mutiara Tahun 2018,

serta berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan terhadap alur proses

produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara meliputi identifikasi kejadian risiko

dan identifikasi penyebab risiko yang terjadi dari penerimaan bahan baku,

penimbangan 1, Penyaringan, Penurunan Kadar Air,Pengisian (Filiing),

Penimbangan 2, Pemasangan Stiker atau pelebelan, dan penyegelan dengan

menggunakan alat analisis diagram tulang ikan seperti yang dapat dilihat pada

Lampiran.

Pada bagian pangkal badan tulang ikan dari diagram fish bone terdapat

variabel pada penelitian yaitu proses produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara

yang terdiri atas proses penerimaan bahan baku, penimbangan 1, Penyaringan,

Penurunan Kadar Air,Pengisian (Filiing), Penimbangan 2, Pemasangan Stiker

atau pelebelan, dan penyegelan. Kemudian pada bagian masing-masing tulang

terdapat beberapa kegiatan yang menjadi bagian dari masing-masing proses

produksi Madu yang dijadikan sub variabel di mana pada masing-masing

kegiatan tersebut terdapat titik kritis yang menjadi penyebab atau agen risiko

produksi madu, diantaranya sebagai berikut:

Page 101: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

101

1. Pada tahap penerimaan bahan baku terdapat satu kegiatan yang menjadi

tempat terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu

diantaranya pada kegiatan penerimaan bahan baku.

2. Pada tahap penimbangan terdapat satu kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu

diantaranya pada penimbangan bahan baku madu.

3. Pada tahap penyaringan terdapat dua kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu pada

kegiatan pengadukan dan penuangan.

4. Pada tahap penurunan kadar air terdapat satu kegiatan yang menjadi

tempat terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu

diantaranya pada tempat atau wadah yang digunakan untuk melakukan

penururnan kadar air.

5. Pada tahap Filling terdapat tiga kegiatan yang menjadi tempat terjadinya

titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu diantaranya pada

kegiatan mengukur kualitas madu, wadah, dan pengadukkan.

6. Pada tahap penimbangan 2 terdapat satu kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu

diantaranya pada kegiatan pengukuran kriteria produk.

7. Pada tahap pelabelan terdapat satu kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu

diantaranya pada kegiatan pengukuran kriteria produk.

Page 102: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

102

8. Pada tahap penyegelan terdapat satu kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko produksi madu

diantaranya pada kegiatan pengecekan kondisisi mesin.

5.1.1 Kejadian Risiko Produksi Madu

Identifikasi kejadian risiko yang mungkin timbul pada setiap aktivitas

proses produksi, dilakukan penulis dengan teknik observasi dan wawancara

mendalam dengan menggunakan kuesioner pendahuluan. Kuesioner berisi

identifikasi risiko yang mungkin terjadi berdasarkan hasil pengamatan atau

observasi diawal pada titik kritis yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada proses produksi madu, jawaban

kuesioner dan diskusi dengan para responden pada setiap tahapan proses

produksi tersebut, diketahui bahwa, terdapat 15 kejadian risiko dari semua

tahap proses produksi. Satu kejadian risiko dapat memunculkan satu atau

lebih penyebab risiko dan sebaliknya, satu penyebab risiko dapat

disebabkan oleh satu atau lebih kejadian risiko. Tabel 10 menjelaskan

kejadian risiko yang timbul dari setiap tahap proses produksi.

Page 103: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

103

Tabel 11. Identifikasi kejadian risiko

1. Bahan baku datang

Tidak mencatat bahan baku ketika bahan baku datang dan masuk

dalam gudang penyimpanan bahan baku, disebabkan karena bagian

Quality Control tidak mencatat dengan rapih setiap bahan baku

datang atau masuk kedalam gudang.

Proses Area Kode Kejadian Risiko (Risk Event)

Penerimaan

bahan baku Bahan baku

E1 Tidak mencatat bahan baku

masuk

E2 Tidak diperiksa secara merata

Penimbangan 1 Berat Bahan baku

E3 Tidak dicatat berat bahan baku

ketika datang

E4 Kurang teliti dalam

pemeriksaan

Penyaringan

Penuangan E5 Terdapat serpihan kotoran

lebah

Pengadukan E6 Adonan tidak homogeny

Penurunan Kadar

air Wadah E7

Wadah tidak dibersihkan

terlebih dahulu

Filling

Kualitas Madu E8 Madu terlalu encer

Wadah E9 Kualitas madu rusak

Pengadukkan E10 Pengadukkan tidak merata

Penimbangan 2 Kriteria Produk E11 Kurang ketelitian penimbangab

produk jadi

Pelebelan Kriteria Produk E12 Label tidak sesuai

Penyegelan

Kondisi mesin E13 Plastik penyegelan tidak sesuai

Pengepresan E14 Plastik terlalu tipis

Kompor E15 Suhu kompor tidak diatur

Page 104: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

104

Tidak diperiksa secara merata

Tidak diperikasa secara merata pada saat bahan baku datang,

disebabkan Quality Contorl tidak memeriksa secara merata hanya

sebagian bahan baku yang diperiksa, pemeriksaan hanya pada

beberapa bahan baku saja.

2. Tidak dicatat berat bahan baku ketika datang

Tidak dicatat berat bahan baku ketidka datang pencatatan tidak

dilakukan dengan baik dan rapih, disebabkan operator yang kurang

teliti dalam pencatatan berat bahan baku.

3. Kurang teliti dalam pemeriksaan berat bahan baku

Kurang teliti dalam pemeriksaan berat bahan baku ketika datang

menyebabkan berat bahan baku tidak sesuai, hal ini disebabkan

karena operator yang tidak teliti dalam pemeriksaan berat bahan

baku.

4. Terdapat serpihan kotoran lebah

Pada saat proses penuangan adanya serpihan lebah yang terdapat

pada bahan baku, hal ini disebabkan operator tidak mengecek bahan

baku yang masih banyaknya serpihan kotoran lebah seperti serpihan

tangkai pohon dan terdapat lebah kecil yang berjatuhan.

5. Adonan tidak homogen

Adonan tidak homogen pada tahap pengadukan disebabkan karena

operator tidak mengecek volume bahan tambahan dan waktu

pengadukan yang tidak sesuai SOP.

Page 105: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

105

6. Wadah tidak dibersihkan terlebih dahulu

Operator tidak membersihkan wadah dengan bersih yang

mengakibatkan masih adanya sisahan madu yang tertinggal diwadah

yang akan digunakan. Wadah tidak diberikan keterangan tanggal dan

jumlah kadar air.

7. Madu terlalu encer

Operator yang tidak melakukan pemeriksaan kadar air terlebih

dahulu sebelum masuk ke proses Filling yang menyebabkan madu

encer tidak sesuai dengan SOP yaitu kadar air hingga 18%.

8. Kualitas madu turun

Turunnya kualitas madu disebabkan salah satunya yaitu dengan

wadah yang digunakan untuk produksi madu tidak sesuai dengan

SOP yaitu menggunakan steanless.

9. Pengadukan tidak merata

Pengadukan tidak merata disebabkan karena operator tidak

menggunakan mesin mixing, madu diaduk hanya menggunakan

manual yang menyebabkan tidak ratanya bahan tambahan atau

terjadinya gumpalan pada madu.

10. Ketelitian penimbangan produk jadi

Operator tidak mengecek dengan teliti untuk berat dari produk jadi,

yang mengakibatkan tidak sesuainya dengan SOP.

Page 106: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

106

11. Label tidak sesuai

Operator tidak melakukan pemeriksaan ulang pelabelansebelum

disegel dan dikemas yang mengakibatkan banyaknya produk jadi

yang salah, serta kurangnya stock label.

12. Penyegelan menggunakan plastik segel yang tidak sesuai

Operator tidak mengecek kembali segelan dan tidak mengecek suhu

kompor yang mengakibatkan mudahnya plastik segel robek.

13. Penyegelan menggunakan plastik tidak sesuai

Operator tidak menaruh plastik sesuai dengan ukuran plastik yang

mengakibatkan salah menggunakan plastik untuk pengemasan dan

menjadikan banyak kesalahan ketika proses pengepresan.

5.1.2 Penyebab Risiko Produksi Madu

Manajemen risiko harus dilakukan sejak awal dengan didukung

informasi tersebut. Sehingga kondisi usaha yang sesungguhnya dapat

menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang

lebih besar. Melalui manajemen risiko akan dilakukan metode yang tepat

untuk menghindari atau mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat

risiko.

Manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin

biaya–biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu

peristiwa yang merugikan dan sebaliknya menunjang keuntungan

perusahaan

Page 107: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

107

5.1.2.1 Penerimaan Bahan Baku

Identifikasi penyebab risiko atau agen risiko pada tahap penerimaan

bahan baku, dimaksudkan untuk mengetahui jenis-jenis penyebab dari

kejadian risiko yang sudah diidentifikasi, sehingga dapat dilakukan

pencegahan mulai dari penyebab risikonya. Jenis-jenis penyebab risiko

tersebut ditunjukan pada Tabel 12.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan

narasumber yaitu supervisor produksi, pada penerimaan bahan baku

teridentifikasi 2 penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut diantaranya

adalah

Tabel 12. Penerimaan bahan baku

Proses

Area

Kode

Penyebab Risiko (Risk

Agent)

Penerimaan

Bahan Baku

Penerimaan

A1 Bagian Quality Control

tidak mencatat dengan rapih

kedatangan bahan baku

A2 QC tidak memeriksa secara

merata hanya sebagian

bahan baku yang diperiksa

1. Quality control tidak mencatat dengan rapih

kedatangan bahan baku. Hal tersebut terjadi karena pekerja yang

lalai dan kurang memperdulikan SOP dan Work Instruction

(Instruksi Kerja) pada tahap penerimaan bahan baku. Oleh

karena itu dibutuhkan pelatihan terhadap karyawan yang

Page 108: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

108

memang memiliki kekurangan dalam pengetahuan SOP

perusahaan.

2. Quality control tidak memeriksa secara merata

Hal tersebut terjadi karena pekerja yang tidak menggunakan

aturan SOP yang sesuai oleh perusahaan, yang menyebabkan

terjadinya madu yang tidak sesuai standard yang ditentukan oleh

perusahaan.

5.1.2.2.Penimbangan 1

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam

dengan narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses

penimbangan teridentifikasi 3 penyebab risiko. Penyebab risiko

tersebut diantaranya adalah:

Tabel 13. Penimbangan 1

Proses Area Kode Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Penimbangan 1

Berat

A3 Pencatatan dilakukan

tidak baik dan rapih

A4 Kurangnya

pemeriksaan yang

mengakibatkan

adanya berat bahan

baku tidak sesuai A5 Operator tidak

mengecek/membersih

kan wadah drum

Page 109: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

109

1. Pencatatan dilakukan tidak baik dan rapih.

Hal tersebut terjadi karena pekerja yang lalai dan kurang

memperdulikan SOP dan Work Instruction (Instruksi Kerja) pada

tahap penimbangan, yang menyebabkan adanya kesalahan dalam

berat bahan baku awal. Oleh karena itu dibutuhkan pelatihan

terhadap karyawan yang memang memiliki kekurangan dalam

pengetahuan SOP perusahaan.

2. Kurangnya ketelitian dalam pemeriksaan berat bahan baku

Hal tersebut terjadi karena pekerja yang tidak teliti dalam

pemeriksaan berat bahan baku awal, yang menyebabkan ketidak

samaan antara berat bahan baku ketika datang dengan permintaan

perusahaan.

3. Operator tidak membersihkan wadah drum

Wadah drum yang digunakan untuk menaruh bahan baku dan

untuk dilakukan penimbangan tidak dibersihkan terlebih dahulu

yang mengakibatkan berat yang tidak sesuai karena masih adanya

sisahan bahan baku yang tersisa.

5.1.2.3.Tahap Penyaringan

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan

narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses penyaringan

teridentifikasi 3 penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut diantaranya

adalah:

Page 110: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

110

Tabel 14. Penyaringan

Proses Area Kode Penyebab risiko

(Risk Agent)

Penyaringan Penuangan A6 Penuangan

dilakukan secara

tidak benar

A7 Operator tidak

mengkontrol

kotoran

A8 Operator tidak

mengecek kadar air

1. Penuangan dilakukan secara tidak benar

Hal ini karena pekerja yang tidak menggunakan sesuai aturan

yang telah ditetapkan SOP perusahaan, hal tersebut dapat

mengakibatkan gumpalan pada madu.

2. Operator tidak mengkontrol kotoran

Operator tidak mengecek kembali kotoran yang masih terdapat

pada madu, hal ini menyebabkan ketika hingga proses Filling

produk masih terdapat kotoran yang terdapat pada madu seperti

lebah yang sudah mati.

3. Operator tidak mengecek kadar air

Pekerja sebelum menuangkan madu tidak mengecek terlebih

dahulu kadar air yang terdapat pada madu sebelum masuk

kedalam proses penururnan kadar air, hal ini menyebabkan

kesalahan penurunan kadar air.

Page 111: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

111

5.1.2.4 Tahap penurunan kadar air

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan

narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses penurunan kadar air

teridentifikasi 3 penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut diantaranya

adalah,

Tabel 15. Penurunan kadar air

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Penurunan

kadar air

Ruangan

penurunan

A9 Kadar air madu

menjadi tidak

sesuai SOP

yaitu 18%

A10 Operator tidak

mengecek

kembali suhu

ruangan

A11 Madu yang

dimasukkan ke

wadah

penurunan

kadar air tidak

ditimbang

terlebih dahulu

1. Kadar air madu menjadi tidak sesuai SOP

Hal ini karena para pekerja yang tidak mengikuti aturan sesuai dengan

SOP yang berlaku pada perusahaan, oleh karna itu menyebabkan tidak

meratanya penurunan kadar air yang terdapat madu yang sesuai dengan

SOP yaitu 18%.

Page 112: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

112

2. Opertor tidak mengecek kembali suhu ruangan

Pekerja tidak mengecek kembali suhu ruangan ketika ruangan akan

digunakan kembali yang bertujuan suhu ruangan yang stabil dan sesuai

dengan aturan SOP yang digunakan oleh perusahaan.

3. Madu yang dimasukkan ke wadah penurunan kadar air tidak ditimbang

Pekerja tidak mengikuti aturan SOP, madu yang akan diturunkan kadar

air seharusnya ditimbang terlebih dahulu agar tercatat rapih dan jelas

berat madu, hal ini menyebabkan ketidakjelasan berat sebelum

penurunan kadar air dan sesudah penurunan kadar air.

5.1.2.5 Tahap Filling

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam

dengan narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses

Filling teridentifikasi 4 penyebab risiko. Penyebab risiko

tersebut diantaranya adalah,

Tabel 16. Filling

Proses Area Kode Penyebab risiko (Risk

Agent)

Filling Kualitas Madu A12 Operator tidak melakukan

pemeriksaan kadar air

terlebih dahulu

A13 Operator tidak melakukan

penimbangan

A14 Wadah yang digunakan

bukan steanless

A15 Pengadukan tidak

menggunakan mesin

Page 113: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

113

1. Operator tidak melakukan pemeriksaan kadar air

Pekerja tidak melakukan pemeriksaan kadar air sebelum proses Filling hal

ini menyebabkan nantinya ada beberapa madu yang dapat menguap lebih

cepat.

2. Operator tidak melakukan penimbangan setelah penurunan kadar air

Pekerja tidak menimbang kembali ketika madu telah diturunkan kadar air

dan pekerja asal menempatkan madu yang telah diturunkan, hal ini

menyebabkan ketidak jelasan berat bersih madu setelah penurunan kadar

air.

3. Wadah yang digunakan bukan steanless

Pekerja tidak menggunakan wadah yang steanless yang tidak sesuai

dengan SOP, hal ini menyebabkan dapat merusak mutu yang terdapat pada

madu.

4. Pengadukan tidak menggunakan mesin

Madu yang diberikan bahan tambahan seperti royal jelly, bee pollen,

habattusaudah, dan lainnya tidak diaduk menggunakan mesin seperti yang

ditetapkan SOP melainkan menggunakan pengaduk manual dengan tenaga

manusia, hal ini menyebabkan tidak meratanya adukam, adanya bahan

tambahan yang menggumpal.

5.1.2.6 Tahap Penimbangan 2

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan

narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses penimbangan 2 teridentifikasi

3 penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut diantaranya adalah,

Page 114: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

114

Tabel 17. Penimbangan 2

Proses Area Kode Penyebab risiko

(Risk Agent)

Penimbangan 2 Kriteria Produk A18 Berat tidak sesuai

dengan berat bersih

yang telah

ditentukan

A19 Tidak sesuai

dengan SOP

A20 Kesalahan dalam

pencatatan

1. Berat tidak sesuai dengan berat bersih yang ditentukan

Berat tidak sesuai dengan SOP yang ditentukan, karena para pekerja yang

tidak teliti dalam penimbangan, hal tersebut dapat mengakibatkan produk

tidak diterima oleh perusahaan yang telah bekerja sama karena berat yang

tidak sesuai.

2. Berat tidak sesuai SOP

Berat bersih tidak sesuai yang telah di tentukan oleh SOP perusahaan yang

mengakibatkan tidak diterimanya produk oleh perusahaan yang telah

bekerja sama.

3. Kesalahan dalam pencatatan

Pencatatan yang salah diakibatkan karena berat bersih yang tidak sesuai

dengan SOP hal ini mengakibatkan adanya kesalahan dalam pencatatan.

5.1.2.7 Tahap Pelebelan

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan

narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses pelabelan teridentifikasi 2

penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut diantaranya adalah,

Page 115: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

115

Tabel 18. Pelabelan

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Pelebelan Kriteria Produk A21 Operator tidak

melakukan

pemeriksaan

ulang

A22 Kurangnya

stok lebel

A23 Tidak sesuai

label yang

digunakan

1. Operator tidak melakukan pemeriksaan ulang

Pekerja tidak melakukan pemeriksaan kembali setelah produk sudah

diberikan label pada botol produk, hal ini dapat menyebabkan ketidak

rapihan pada botol produk dan ditolak oleh perusahaan yang telah

bekerjasama.

2. Kurangnya stok label

Pekerja tidak teliti, stok label tidak selalu dicatat keluar masuknya

label yang mengakibatkan kekurangan label.

3. Tidak sesuai dengan label yang digunakan

Label yang digunakan tidak sesuai, tidak terpasang sesuai dengan

yang ditentukan oleh perusahaan hal ini menyebabkan tidak

diterimanya produk oleh perusahaan yang telah bekerja sama.

Page 116: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

116

5.1.2.8 Tahap Penyegelan

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan

narasumber yaitu supervisor produksi, pada proses penyegelan teridentifikasi 3

penyebab risiko. Penyebab risiko tersebut diantaranya adalah,

Tabel 19. Penyegelan

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Penyegelan Pengepresan

A24 Operator

tidak

mengecek

hasil

penyegelan

A25 Plastik

terlalu tipis

A26 Operator

tidak

mengatur

suhu

kompor

5.2 Hasil Pengukuran Risiko

Tahap yang dilakukan sebelum pemetaan risiko adalah penilaian

tingkat risiko untuk mengetahui tingkat dampak risiko (severity),

tingkat probabilitas risiko (occurence) dan korelasi antara penyebab

risiko dan kejadian risiko (correlation) kemudian

mengakumulasikannya dengan perhitungan Agregate Risk Potential

(ARP).

Page 117: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

117

5.2.1 Hasil Penilaian Dampak Risiko (Severity)

Pada tahap ini dilakukan penilaian dampak (severity) dari

suatu kejadian risiko terhadap proses bisnis perusahaan. Nilai

severity ini menyatakan seberapa besar gangguan yang

ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko terhadap proses bisnis

perusahaan. Skala yang digunakan untuk menilai tingkat dampak

suatu risiko dengan menggunakan skala likert 1-5 dengan kriteria

(1) tingkat kerugian tidak berarti, (2) tingkat kerugian kecil, (3)

tingkat kerugian sedang, (4) tingkat kerugian besar dan

berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan, (5) tingkat

kerugian besar dan bisa menyebabkan kehilangan aset. Tabel 20

menampilkan rata-rata nilai severity

Page 118: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

118

Tabel 20. Penilaian dampak risiko

Proses

Area

Kode

Kejadian Risiko (Risk Event)

Si

Penerimaan

bahan baku Bahan baku

E1 Tidak mencatat bahan baku

masuk

3,8

E2 Tidak diperiksa secara merata

4,2

Penimbangan

1

Berat Bahan

baku

E3 Tidak dicatat berat bahan baku

ketika datang

3,4

E4 Kurang teliti dalam pemeriksaan 3,4

Penyaringan

Penuangan E5 Terdapat serpihan kotoran lebah

3,2

Pengadukan E6 Adonan tidak homogeny 4,4

Penurunan

Kadar air

Wadah E7 Wadah tidak dibersihkan terlebih

dahulu

3,0

Filling

Kualitas Madu

E8 Madu terlalu encer

4,2

Wadah

E9 Kualitas madu rusak

3,8

Pengadukkan

E10

Pengadukkan tidak merata

4,4

Penimbangan

2

Kriteria Produk E11

Kurang ketelitian penimbangab

produk jadi

3,6

Pelabelan

Kriteria Produk

E12

Label tidak sesuai

3,4

Penyegelan

(Shirinking)

Kondisi mesin

E13

Plastik penyegelan tidak sesuai

4,2

Pengepresan

E14 Plastik terlalu tipis 3,4

E15

Suhu kompor tidak diatur

4,6

Keterangan

Si : Tingkat Dampak

Page 119: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

119

5.2.2 Hasil Penilaian Probabilitas Risiko (Occurence)

Tahap ini adalah penilaian tingkat probabilitas atau peluang

munculnya penyebab risiko yang telah teridentifikasi. Nilai occurence

menyatakan seberapa sering agen penyebab risiko tersebut muncul dan

menyebabkan suatu risiko terjadi. Skala yang digunakan untuk menilai

tingkat kemunculan penyebab risiko menggunakan Skala Likert 1-5

dengan kriteria (1) tingkat kemunculan sangat jarang terjadi, (2) tingkat

kemunculan jarang terjadi, (3) tingkat kemunculan sering terjadi, (4)

tingkat kemunculan sangat sering terjadi, (5) tingkat kemunculan selalu

terjadi. Tingkat probabilitas (occurence) kemunculan penyebab risiko

pada proses produksi madu.

1. Tahap Penerimaan Bahan Baku

Pada tahap penerimaan bahan baku, A4 yaitu operator atau pekerja tidak

mengecek kadar air memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang yang

cukup tinggi bila dibandingkan dengan penyebab risiko yang lainnya. Sedangkan,

tingkat probabilitas penyebab risiko yang paling rendah A3 yaitu operator tidak

membersihkan dengan benar kotoran yang terdapat pada bahan baku senilai 2,6.

Nilai rata-rata tingkat kemunculan penyebab risiko (occurence) pada tahap

penerimaan bahan baku, seperti pada Tabel 21

Page 120: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

120

Tabel 21. Tahap penerimaan bahan baku

Proses Area Kode Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Oj

Penerimaan

bahan baku

Penuangan A1 Operator tidak

mengecek atau

membersihkan

wadah drum

3,6

A2 Penuangan

secara tidak

benar dan

sempurna

3,2

A3 Operator tidak

membersihkan

dengan benar

kotoran yang

terdapat pada

bahan baku

2,6

A4 Operator tidak

mengecek kadar

air

4,4

Keterangan

Oj : Tingkat Probabilitas

2. Tahap Penimbangan 1

Pada tahap penimbangan 1, A4 Kurangnya pemeriksaan yang

mengakibatkan adanya berat bahan baku tidak sesuai memiliki nilai

tingkat probabilitas penyebab risiko yang cukup tinggi bila

dibandingkan dengan penyebab risiko yang lainnya yaitu dengan nilai

5,0. Sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang paling

rendah adalah A5dan A6 yaitu Pencatatan dilakukan tidak baik dan

rapih dan Operator tidak mengecek/membersihkan wadah drum,

dengan nilai 4,4. Secara rinci penilaian tingkat kemunculan penyebab

risiko pada tahap penimbangan 1. Nilai rata-rata tingkat kemunculan

penyebab risiko (occurence) pada tahap penimbangan 1, seperti pada

Tabel 22.

Page 121: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

121

Tabel 22.Tahap penimbangan 1

3. Tahap Penyaringan

Pada tahap penyaringan , A8 Operator tidak mengecek kadar air kembali

memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang cukup tinggi bila

dibandingkan dengan penyebab risiko yang lainnya yaitu dengan nilai 4,2.

Sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang paling rendah adalah

A9 yaitu tidak mengkontrol kotoran dengan benar dengan nilai 2,2. Secara rinci

penilaian tingkat kemunculan penyebab risiko pada tahap penyaringan. Nilai rata-

rata tingkat kemunculan penyebab risiko (occurence) pada tahap penyaringan,

seperti pada Tabel 22

Proses Area Ko

de

Penyebab Risiko (Risk

Agent)

Oj

Penimbangan

1

Berat

A5 Pencatatan dilakukan

tidak baik dan rapih

4,4

A6 Kurangnya

pemeriksaan yang

mengakibatkan adanya

berat bahan baku tidak

sesuai

5,0

A7 Operator tidak

mengecek/membersihk

an wadah drum

4,4

Page 122: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

122

Tabel 23. Tahap penyaringan

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Oj

Penyaringan Penuangan A8 Penuangan

dilakukan

secara tidak

benar

3,0

A9 Operator

tidak

mengkontrol

kotoran

2,2

A10 Operator

tidak

mengecek

kadar air

4,2

4. Tahap Penurunan Kadar Air

Pada tahap penurunan kadar air , A11 Kadar air madu menjadi tidak sesuai

SOP yaitu 18%, dengan nilai 4,6. Sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab

risiko yang paling rendah adalah A13 yaitu Madu yang dimasukkan ke wadah

penurunan kadar air tidak ditimbang terlebih dahulu dengan nilai 2,6. Secara rinci

penilaian tingkat kemunculan penyebab risiko pada tahap penurunan kadar air

Nilai rata-rata tingkat kemunculan penyebab risiko (occurence) pada tahap

penurunan kadar air, seperti pada Tabel 23

Page 123: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

123

Tabel 24. Tahap penurunan kadar air

Proses Area Kode Penyebab risiko (Risk

Agent)

Oj

Penurunan

kadar air

Ruangan

penurunan

A11 Kadar air madu menjadi

tidak sesuai SOP yaitu

18%

4,6

A12 Operator tidak

mengecek kembali suhu

ruangan

3,2

A13 Madu yang dimasukkan

ke wadah penurunan

kadar air tidak

ditimbang terlebih

dahulu

2,6

5. Tahap Filling

Pada tahap Filling, A17 Pengadukan tidak menggunakan mesin dengan

nilai 4,8. Sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang paling rendah

adalah A14 yaitu Operator tidak melakukan pemeriksaan kadar air terlebih dahulu

dengan nilai 2,2. Secara rinci penilaian tingkat kemunculan penyebab risiko pada

tahap Filling. Nilai rata-rata tingkat kemunculan penyebab risiko (occurence)

pada tahap mixing, seperti pada Tabel 24

Page 124: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

124

Tabel 25. Tahap filling

Proses Area Kode Penyebab risiko

(Risk Agent)

Oj

Filling Kualitas

Madu

A14 Operator tidak

melakukan

pemeriksaan kadar air

terlebih dahulu

2,2

A15 Operator tidak

melakukan

penimbangan

3,0

A16 Wadah yang

digunakan bukan

steanless

4,6

A17 Pengadukan tidak

menggunakan mesin

4,8

6. Tahap Penimbangan 2

Pada tahap Penimbangan. Nilai rata-rata tingkat kemunculan penyebab

risiko (occurence) pada tahap penimbangan 2 yaitu nilai tertinggi A18 Berat

tidak sesuai dengan berat bersih yang telah ditentukan,dengan nilai 3,75, dan

yang terendah A19 yaitu Tidak sesuai dengan SOP dengan nilai 2,5 seperti pada

Tabel 25,

Tabel 26. Tahap penimbangan 2

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Oj

Penimbangan

2

Kriteria

Produk

A18 Berat tidak

sesuai

dengan

berat bersih

yang telah

ditentukan

3,75

A19 Tidak sesuai

dengan SOP

2,5

A20 Kesalahan

dalam

pencatatan

3,0

Page 125: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

125

7. Tahap Pelebelan

Pada tahap pelabelan, A21 Operator tidak melakukan pemeriksaan ulang

memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang cukup tinggi yaitu

dengan nilai 4,2. Sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang

paling rendah adalah A23 yaitu Kurangnya stok lebel dengan nilai 3,4. Secara

rinci penilaian tingkat kemunculan penyebab risiko pada tahap pelebelan. Nilai

rata-rata tingkat kemunculan penyebab risiko (occurence) pada tahap pelebelan,

seperti pada Tabel 26,

Tabel 27. Tahap pelebelan

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Oj

Pelebelan Kriteria

Produk

A21 Operator tidak

melakukan

pemeriksaan

ulang

4,2

A22 Kurangnya

stok lebel

3,4

A23 Tidak sesuai

label yang

digunakan

3,1

8. Tahap Penyegelan

Pada tahap penyegelan, A26 Operator tidak mengatur suhu kompor

memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang cukup tinggi yaitu

dengan nilai 4,6. Sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang

paling rendah adalah A24 yaitu Operator tidak mengecek hasil penyegelan nilai

Page 126: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

126

3,4. Secara rinci penilaian tingkat kemunculan penyebab risiko pada tahap

penyegelan. Nilai rata-rata tingkat kemunculan penyebab risiko (occurence) pada

tahap penyegelan, seperti pada Tabel 27

Tabel 28. Tahap penyegelan

Proses Area Kode Penyebab

risiko (Risk

Agent)

Oj

Penyegelan Pengepresan

A24 Operator tidak

mengecek

hasil

penyegelan

3,4

A25 Plastik terlalu

tipis

4,0

A26 Operator tidak

mengatur suhu

kompor

4,6

5.2.3 Hasil Penilaian Tingkat Korelasi Antara Penyebab Risiko

dengan Kejadian Risiko

Hasil perhitungan tingkat dampak risiko dan tingkat probabilitas risiko

kemudian dimasukkan ke dalam Tabel HOR fase 1 untuk mengetahui nilai ARP

(Agregate Risk Potential). Selanjutnya nilai ARP diberi peringkat mulai dari yang

terbesar hingga terkecil, untuk mengetahui penyebab risiko mana yang terlebih

dahulu harus ditangani. Tabel HOR fase 1 dibuat pada masing-masing tahap

proses produksi madu mulai tahap penerimaan bahan baku, penimbangan 1,

penyaringan, penurunan kadar air, Filling, penimbangan 2, pelebelan, dan

penyegelan. Hal tersebut dilakukan karena pada masing-masing tahapan proses

produksi yang memiliki kemungkinan risiko dan penyebabnya.

Pada tahap ini, dilakukan penilaian hubungan antara kejadian risiko

dengan penyebab risiko. Bila suatu penyebab risiko menyebabkan timbulnya suatu

Page 127: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

127

risiko, maka dapat dikatakan terdapat korelasi. Nilai korelasi ini juga memiliki

bobot, yaitu semakin besar skala yang diperoleh, maka semakin besar adanya

korelasi antara penyebab risiko dengan kejadian risiko. Adapun skala yang

digunakan adalah 9 (bila korelasi tinggi), 3 (bila korelasi sedang), 1 (bila korelasi

rendah), dan 0 (bila tidak ada korelasi). Dengan mengetahui tingkat korelasi antara

tingkat dampak risiko dan penyebab risiko, maka diketahui peta risiko. Risiko

yang dijadikan prioritas diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada

diagram pareto di mana terdapat 80% agen risiko yang menjadi penyebab atas

kejadiannya risiko. Hasil dari penerapan diagram pareto ini untuk mengetahui

penyebab mana yang akan dijadikan prioritas dalam tahap penanganan risiko.

5.3 Pemetaan Risiko Produksi Madu

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurence dan correlation antara

penyebab dan kejadian risiko dapat diketahui hasil perhitungan ARP yang

diurutkan menurut ranking pada tahap penerimaan bahan baku, penimbangan 1,

penyaringan, penurunan kadar air, Filling, penimbangan 2, pelebelan, dan

penyegelan.

5.3.1 Pemetaan Risiko Tahap Penerimaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurence, dan correlation,

diketahui hasil hitungan Agregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Merujuk pada gambar 12 setelah

penginputan pada tabel HOR fase 1, maka diketahui dua penyebab risiko dengan

nilai ARP tertinggi pada tahap Penerimaan bahan baku. Kedua penyebab risiko ini

Page 128: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

128

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto 80% kejadian

risiko pada tahap Penerimaan bahan baku disebabkan oleh dua penyebab risiko.

Gambar 11 menunjukkan bahwa pada tahap penerimaan bahan baku,

terdapat dua penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu tidak

mengecek kadar air dengan nilai, 83,2 (A4) dan penuangan secara tidak benar

(A2) dengan nilai 80,12.

Gambar 11. Pemetaan risiko penerimaan bahan baku

5.3.2 Pemetaan Risiko Tahap Penimbangan 1

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat dua penyebab risiko

dengan nilai ARP tertinggi pada proses penimbangan 1. Kedua penyebab risiko ini

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di mana 80%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

A4 A2 A3 A1

ARPJ Komulatif

Page 129: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

129

kejadian risiko pada tahap penimbangan 1 disebabkan oleh dua penyebab risiko,

seperti pada Gambar 12.

Gambar 12 menunjukkan bahwa pada tahap penimbangan 1, terdapat dua

penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu kurangnya

pemeriksaan berat bahan baku awal (A6) dengan nilai 92,03 dan tidak

membersihkan wadah drum (A5) dengan nilai 92,01.

Gambar 12. Pemetaan risiko penimbangan1

5.3.3 Pemetaan Risiko Tahap Penyaringan

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat satu penyebab risiko

dengan nilai ARP tertinggi pada proses Penyaringan. Kedua penyebab risiko ini

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di mana 80%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

86%

88%

90%

92%

94%

96%

98%

100%

102%

A6 A5 A7

ARPJ Komulatif

Page 130: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

130

kejadian risiko pada tahap penyaringan disebabkan oleh dua penyebab risiko,

seperti pada Gambar 13.

Gambar 13 menunjukkan bahwa pada tahap penyaringan, terdapat dua

penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu operator tidak

mengecek kadar air kembali (A10) dengan nilai 80,3 dan operator tidak

mengkontrol kotoran (A9) dengan nilai 80,

Gambar 13. Pemetaan risiko penyaringan

5.3.4 Pemetaan Risiko Tahap Penurunan Kadar Air

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat tiga penyebab risiko

dengan nilai ARP tertinggi pada proses penurunan kadar air. Kedua penyebab

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

A10 A9 A8

ARPJ Komulatif

Page 131: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

131

risiko ini diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di

mana 80% kejadian risiko pada tahap penurunan kadar air disebabkan oleh dua

penyebab risiko, seperti pada Gambar 14

Gambar 14 menunjukkan bahwa pada tahap penurunan kadar air, terdapat

dua penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu Madu yang

dimasukkan ke wadah penurunan kadar air tidak ditimbang terlebih dahulu (A13)

dengan nilai 85,6 dan operator tidak mengecek kembali suhu ruangan (A12)

dengan nilai 99,6.

Gambar 14. Pemetaan risiko penurunan kadar air

5.3.5 Pemetaan Risiko Tahap Filling

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat tiga penyebab risiko

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

A11 A13 A12

ARPJ

Komulatif

Page 132: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

132

dengan nilai ARP tertinggi pada proses filling. Tiga penyebab risiko ini diambil

berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di mana 80%

kejadian risiko pada tahap filling disebabkan oleh tiga penyebab risiko, seperti

pada Gambar 15

Gambar 15 menunjukkan bahwa pada tahap filling, terdapat tiga

penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu pengadukan tidak

menggunakan mesin mixing (A17) dengan nilai 98,4, tidak sesuai dengan wadah

yang digunakan bukan steanless(A16) dengan nilai 198,02 dan operator tidak

melakukan pemeriksaan kadar air terlebih dahulu (A14) dengan nilai 123,01

Gambar 15. Pemetaan risiko filling

5.3.6 Pemetaan Risiko Tahap Penimbangan 2

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

A17 A16 A14 A15

ARPJ Komulatif

Page 133: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

133

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat dua penyebab risiko

dengan nilai ARP tertinggi pada proses penimbangan 2. Kedua penyebab risiko

ini diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di mana

80% kejadian risiko pada tahap penimbangan 2 disebabkan oleh dua penyebab

risiko, seperti pada Gambar 16

Gambar 16 menunjukkan bahwa pada tahap penimbangan 2, terdapat dua

penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu berat tidak sesuai

dengan berat bersih yang telah ditentukan (A18) dengan nilai, 80,7 dan tidak

sesuai dengan SOP (A19) dengan nilai 82,1.

Gambar 16. Pemetaan risiko penimbangan 2

5.3.7 Pemetaan Risiko Tahap Pelebelan

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

A18 A19 A20

ARPJ Komulatif

Page 134: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

134

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat dua penyebab risiko

dengan nilai ARP tertinggi pada proses pelebelan. Kedua penyebab risiko ini

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di mana 80%

kejadian risiko pada tahap pelabelandisebabkan oleh dua penyebab risiko, seperti

pada Gambar 17

Gambar 17 menunjukkan bahwa pada tahap pelebelan, terdapat dua

penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu tidak melakukan

pemeriksaan ulang (A21) dengan nilai, 82,3 dan kurangnya stock label (A22)

dengan nilai 80,5.

Gambar 17. Pemetaan risiko pelebelan

5.3.8 Pemetaan Risiko Tahap Penyegelan

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukkan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

A21 A22 A23

ARPJ Komulatif

Page 135: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

135

penginputan pada tabel HOR fase 1, diketahui terdapat dua penyebab risiko

dengan nilai ARP tertinggi pada proses penyegelan . Kedua penyebab risiko ini

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto di mana 80%

kejadian risiko pada tahap penyegelan disebabkan oleh dua penyebab risiko,

seperti pada Gambar 18

Gambar 18 menunjukkan bahwa pada tahap penyegelan, terdapat dua

penyebab risiko yang menjadi prioritas penanganan risiko yaitu plastik terlalu tipis

(A25) dengan nilai 91,06 tidak mengatur suhu kompor (A26) dengan nilai 98,04.

Gambar 18. Pemetaan risiko penyegelan

5.4 Strategi Penanganan Risiko Madu

Berdasarkan hasil pemetaan, telah ditentukan prioritas dari penyebab

risiko. Dari penyebab risiko tersebut, akan ditentukan strategi penanganan risiko

untuk mengeliminasi dan atau menurunkan munculnya penyebab risiko tersebut.

Berikut strategi yang diusulkan oleh beberapa responden dalam penelitian ini :

1. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada pencatatan setiap harinya

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

86%

88%

90%

92%

94%

96%

98%

100%

102%

A25 A26 A24

ARPJ Komulatif

Page 136: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

136

2. Mengadakan training dan pemberian motivasi terhadap karyawan produksi

3. Menggunakan alat berbahan steanless setiap produksi

4. Mengatur suhu ruangan setiap mulai jam kerja karyawan

5. Melakukan pengadukan menggunak mesin mixer

6. Kadar air diturunkan berdasarkan standart nasional dan internasional 20◦C-

18◦C

7. Sanitasi pada alat produksi harus diterapkan

8. Preventif maintenance berkala

9. Memperbaharui WI (Work Intruction)

10. Mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan

5.4.1 Prioritas Strategi Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil penilaian Dk, TEk, dan ETDk, dapat diketahui prioritas

strategi penanganan risiko pada setiap tahapan proses produksi madu, mulai dari

tahap penerimaan bahan baku, penimbangan 1, penyaringan, penurunan kadar air,

Filling, penimbangan 2, pelebelan, dan penyegelan yang menjadi usulan dalam

penelitian ini.

1. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Terhadap Penerimaan Bahan

Baku

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar 19 merupakan HOR fase 2 untuk tahap penerimaan bahan baku,

pada tahap ini urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Page 137: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

137

Pada bagian atap dari 137able HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan,

sebagai berikut:

++

+

Gambar 19. Prioritas strategi penerimaan bahan baku

Strategi

penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Penuangan

secara tidak

benar dan

sempurna

9 3 0 459,648

2. Operator tidak

mengecek

kadar air

0 9 9 1,896

TEK

4,136

1,844

17,064

Dk 32,4 28,2 21,05

ETDK 12,765 6,680 8,104

Rank 1 3 2

1.

Men

gad

akan

tr

ainin

g

dan

p

em

ber

ian

mo

tivasi

te

rhad

ap

kar

yaw

an p

rod

uksi

2.

Pre

ven

tif

seca

ra

ber

kal

a

3.

Kad

ar

Air

d

ituru

rnkan

ber

das

arkan

SO

P 2

0%

-

18

%

Page 138: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

138

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan harus memilih salah satu strategi penanganan risiko,

seperti strategi mengadakan training dan pemberian motivasi terhadap

karyawan produksi, atau melakukan perusahaan dapat melakukan strategi

prefentiv secara berkala.

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan memadukan antara dua strategi penanganan risiko yang saling

berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan risiko yang

tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan risiko tersebut

harus dijalankan keduanya. Seperti strategi mengadakan training dan

memberikan pengetahuan kepada karyawan mengenai aturan SOP

penurunan kadar air yang diturunkan berdasarkan nasional dan

internasional yaitu 20%-18%.

2. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Penimbangan 1

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada 138able

HOR fase 2 Gambar 20 merupakan HOR fase 2 untuk tahap penimbangan 1, pada

tahap ini urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Pada bagian atap dari 138able HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan,

sebagai berikut:

Page 139: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

139

++ +

Strategi penanganan

Risiko

Penyebab Risiko

ARPj

1. Pemeriksaan berat

bahan baku awal

0 1 9 1

2. Wadah drum tidak

dibersihkan

9 3 0 4,4

TEK 39,6 14,2 9

Dk 3,7 3,5 3,2

ETDK 10,702 4,057 2,812

Rank 1 2 3

Gambar 20. Prioritas strategi penimbangan

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

1.

San

itas

i p

ada

alat

p

rod

uks

i h

aru

s d

iter

apka

n

2.

Pre

ven

tif

mai

nte

nan

ce

se

cara

ber

kala

3.

Mel

aku

kan

p

emer

iksa

an

pen

cata

tan

se

tiap

h

arin

ya

Page 140: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

140

seperti strategi preventif maintenance berkala atau perusahaan bisa

melakukan strategi melakukan pencatatan dan pemeriksaan setiap harinya.

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi sanitasi pada

alat produksi dengan preventif maintenance berkala.

3. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Penyaringan

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar 22merupakan HOR fase 2 untuk tahap penyaringan , pada tahap

ini urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Page 141: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

141

++

+

Strategi

penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Operator

tidak

mengecek

kadar air

kembali

9 3 1 166,32

2. Tidak

mengkontrol

kotoran

0 1 3 63,36

TEK 149,688 562,32 356,4

Dk 4,1 3,1 3,2

ETDK 365,092 181,393 111,375

Rank 1 2 3

Gambar 21. Prioritas strategi penyaringan

1.

Kad

ar

air

dit

uru

nkand

ari

20

%-

18

%

2.

Men

gad

akan

rap

at

eval

uasi

te

rhad

ap

kin

erja

kar

yaw

an

3.

Mem

per

bah

arui

WI

(Wo

rk I

ntr

uct

ion)

Page 142: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

142

Pada bagian atap dari tabel HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan, sebagai

berikut:

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

seperti strategi kadar air diturunkan berdasarkan standar nasional dan

internasional 20%-18%, atau perusahaan dapat mengadakan rapat evaluasi

terhadap kinerja karyawan.

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi mengadakan

rapat kinerja karyawan serta memperbaharui WI (Work Intruction).

4. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Penurunan Kadar Air

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar 22 merupakan HOR fase 2 untuk tahap penurunan kadar air, pada

tahap ini urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Page 143: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

143

++

+

Strategi

penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Madu yang

dimasukkan ke

wadah

penurunan

kadar air tidak

ditimbang

terlebih dahulu

9 3 0 3,2

2. Operator

tidak

mengatur

suhu

ruangan

3 1 9 2,6

TEK 36,6 12,2 23,4

Dk 3,2 3,1 3,8

ETDK 11,4375 3,935 6,175

Rank 1 3 2

Gambar 22. Strategi penanganan risiko penurunan kadar air

1.

Pem

erik

saan

cata

tan

seti

ap

har

inya

2.

Men

gad

akan

rap

at

eval

uasi

te

rhad

ap

kin

erja

kar

yaw

an

3.

Men

gat

ur

suh

u

ruan

gan

se

tiap

m

ula

i

jam

ker

ja k

aryaw

an

Page 144: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

144

Pada bagian atap dari tabel HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan, sebagai

berikut:

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

seperti strategi mengatur suhu setiap mulai jam kerja karyawan atau

perusahaan dapat melakukan strategi melakukan evaluasi terhadap kinerja

karyawan.

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi pemeriksaan

catatan setiap harinya dan melakukan evaluasi kinerja karyawan.

5. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Filling

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar 23 merupakan HOR fase 2 untuk tahap filling, pada tahap ini

urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Pada bagian atap dari 144able HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan,

sebagai berikut:

Page 145: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

145

++

+

Strategi penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Pengadukan tidak

menggunakan

mesin mixing

9 0 3 190,08

2. Wadah yang

digunakan bukan

steanless

0 9 1 157,32

3. Operator tidak

melakukan kembali

pemeriksaan kadar

air

0 0 9 83,16

TEK 171,072 141,588 1476

Dk 4,3 4,2 3,3

ETDK 397,841 337,114 447,772

Rank 2 3 1

Gambar 23. Penanganan strategi risiko filling

1.

Mel

akukan

pen

gad

ukan

men

ggu

nakan

mes

in M

ixin

g

2.M

eng

gu

nakan

al

at

ber

bah

an

seta

nle

ss

untu

k

mel

aku

kan

pro

duksi

3.

Men

gad

akan r

apat

eval

uasi

kin

erja

kar

yaw

an

Page 146: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

146

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

seperti strategi Menggunakan alat produksi berbahan steanless atau

mengadakan evaluasi kinerja karyawan.

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi menggunakan

mesin mixing dan menggunakan alat produksi berbahan steanless.

6. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Penimbangan 2

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar 24 merupakan HOR fase 2 untuk tahap penimbangan 2, pada

tahap ini urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Page 147: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

147

++ +

Strategi

penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Berat tidak

sesuai dengan

berat bersih

yang telah

ditentukan

9 1 1 32,4

2. Berat tidak

sesuai SOP

9 3 1 28,2

TEK 545,4 117 60,6

Dk 3,2 3,2 3,1

ETDK 170,43 36,562 19,548

Rank 1 2 3

Gambar 24. Penanganan strategi risiko penimbangan 2

Pada bagian atap dari tabel HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan, sebagai

berikut:

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

1.

Mel

akukan

pen

gaw

asa

n

dan

pem

erik

saan p

ada

pen

cata

tan

se

tiap

har

inya

2.

Mem

per

bah

arui

WI

(wo

rk

intr

uct

ion

)

3.

Men

gad

akan t

rain

ing d

an

pem

ber

ian

mo

tivas

i

terh

adap

kar

yaw

an p

rod

uksi

Page 148: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

148

seperti strategi mengadakan training dan motivasi kepada karyawan, atau

perusahaan melakukan strategi memperbaharui WI (work intruction)

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi melakukan

pengawasan dan pemeriksaan pencatatan setiap harinya, serta merubah

work intruction.

7. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Pelebelan

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar.25 merupakan HOR fase 2 untuk tahap cooling, pada tahap ini

urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Page 149: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

149

++ +

Strategi

penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Tidak melakukan

pemeriksaan ulang

0 3 9 128,52

2. kurang nya stock

label

3 9 3 34,68

TEK 104,4 697,68 126,072

Dk 3,2 3,2 3,3

ETDK 32,512 218,025 382,036

Rank 3 2 1

Gambar 25. Penanganan strategi risiko penyegelan

Pada bagian atap dari tabel HOSR fase 2, terdapat beberapa hubungan,

sebagai berikut:

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

seperti strategi merubah work intruction atau mengadakan rapat evaluasi

kinerja karyawan.

1.

Mel

akukan

pen

gaw

asa

n

dan

pem

erik

saan

pad

a

pen

cata

tan

seti

ap

har

inya

2.

Mem

per

bah

arui

WI

(wo

rk

intr

uct

ion

)

3.

Men

gad

akan

rap

at

eval

uasi

kin

erja

kar

yaw

an

Page 150: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

150

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi melakukan

pengawasan dan pemeriksaan pada pencatatan setiap harinya dan merubah

work intruction.

8. Prioritas Strategi Penanganan Risiko Tahap Penyegelan

Hasil pengukuran Dk, korelasi antara strategi penanganan risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, dijadikan bahan masukkan pada tabel HOR

fase 2 Gambar 26 merupakan HOR fase 2 untuk tahap packaging, pada tahap ini

urutan strategi penanganan risiko yang diusulkan adalah (1)

Page 151: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

151

+

++

Strategi

penanganan

Risiko

Penyebab Risko

ARPj

1. Plastik terlalu tipis 9 3 1 64

2. Tidak mengatur

suhu kompor

1 9 3 3,237

TEK 579,237 221,133 73,711

Dk 3,5 3,1 3,3

ETDK 165,496 71,332 22,4

Rank 1 2 3

Gambar 26 . Penanganan risiko penyegelan

Pada bagian atap dari tabel HOR fase 2, terdapat beberapa hubungan, sebagai

berikut:

1.

Pre

ven

tif

mai

nte

nance

ber

kal

a

2.

Men

gad

akan

trai

nin

g

dan

mo

tivasi

kep

ada

kar

yaw

an

3.

Men

gad

akan

rap

at

eval

uasi

kin

erja

kar

yaw

an

Page 152: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

152

a. Hubungan kuat positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan kuat positif,

maka perusahaan bisa memilih salah satu strategi penanganan risiko,

seperti strategi preventif maintenance berkala atau mengadakan training

dan pemberian motivasi terhadap karyawan produksi

b. Hubungan positif

Artinya apabila dua strategi penanganan risiko berhubungan positif, maka

perusahaan bisa saja memadukan antara dua strategi penanganan risiko

yang saling berhubungan, serta terdapat beberapa strategi penanganan

risiko yang tidak berhubungan yang artinya kedua strategi penanganan

risiko tersebut harus dijalankan keduanya. Seperti strategi mengadakan

training dan motivasi kepada pekerja dan mengadakan evaluasi kinerja

karyawan.

\

Page 153: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

136

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah

dilakukan guna menjawab rumusan masalah, maka kesimpulan yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Pada proses produksi madu di CV. Madu Apiari Mutiara teridentifikasi 15

kejadian risiko atau Risk Event (Ei) dan 26 penyebab risiko atau Risk Agent

(AJ).

2. Hasil pengukuran risiko pada proses produksi madu, ditunjukkan dengan

nilai ARP. Penilaian hasil ARP tertinggi pada proses penerimaan bahan

baku yang harus diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan, yaitu

operator tidak melakukan pemeriksaan kadar air dengan nilai 1.896.

Penilaian hasil ARP tertinggi pada proses penimbangan 1yang harus

diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan, yaitu berat bahan baku

tidak sesuai dengan nilai 502,2. Penilaian ARP tertinggi pada proses

penyaringan yang harus diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan,

yaitu tidak melakukan pemeriksaan penurunan kadar air dengan nilai

166,32. Penilaian ARP tertinggi pada proses penurunan kadar air yang

harus diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan, yaitu kadar air

tidak sesuai SOP dengan nilai 12,42. Penilaian ARP tertinggi pada proses

filling yang harus diprioritaskan untuk diberikan strategi pencegahan, yaitu

pengadukan tidak menggunakan mesin dengan nilai 190,08. Penilaian ARP

tertinggi pada proses penimbangan 2 yang harus diprioritaskan untuk

Page 154: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

137

diberikan strategi, yaitu berat tidaksesuaidengan berat bersih yang

ditentukan dengan nilai 32,4. Penilaian ARP tertinggi pada proses pelabelan

yang harus diprioritaskan untuk diberikan strategi, yaituoperator tidak

melakukan pemeriksaan ulang dengan nilai 128,52. Penilaian ARP tertinggi

pada proses penyegelan yang harus diprioritaskan untuk diberikan strategi,

yaitu plastic terlalu tipis dengan nilai 64,00.

3. Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada proses produksi madu di CV. Madu

Apiari Mutiara, terdapat total 17 penyebab risiko yang menjadi prioritas

penanganan risiko.

4. Berdasarkan pemetaan pareto yang menjadi prioritas penanganan risiko,

maka didapatkan 10 strategi preventif pencegahan risiko guna menghindari

risiko tersebut dapat terjadi lagi.Strategi yang digunakan yaitu, melakukan

pengawasan dan pemeriksaan pada pencatatn setiap harinya,mengadakan

training dan pemberian motivasi terhadap karyawan produksi,

menggunakan alat berbahan steanless setiap produksi, mengatur suhu

ruangan setiap mulai jam kerja karyawan, melakukan pengadukan

menggunak mesin mixer, kadar Air diturunkan berdasarkan standart

nasional dan internasional 20◦C-18◦C, sanitasi pada alat produksi harus

diterapkan, preventif maintenance berkala, memperbaharui WI (Work

Intruction), mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang

dapat diberikan kepada perusahaan agar risiko produksi dapat dikendalikan

Page 155: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

138

dengan optimal, perlu dilakukan peningkatan kapasitas (building capacity)

sumber daya manusia secara berkala, baik pada aspek teknis, managerial,

maupun sikap mental, melalui penambahan pengetahuan dan

pelatihan.Strategi untuk penanganan risiko yang harus perusahaan jalankan

seperti, melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada pencatatan setiap

harinya,mengadakan training dan pemberian motivasi terhadap karyawan

produksi, menggunakan alat berbahan steanless setiap produksi, mengatur

suhu ruangan setiap mulai jam kerja karyawan, melakukan pengadukan

menggunak mesin mixer, kadar air diturunkan berdasarkan standart

nasional dan internasional 20◦C-18◦C, sanitasi pada alat produksi harus

diterapkan, preventif maintenance berkala, memperbaharui WI (Work

Intruction), mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja karyawan. CV.

Madu Apiari Mutiara harus selalu menggunakan SOP dalam setiap

produksi yang dilakukan.

Page 156: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

139

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal,OP,.Pachauri, A,.Yadav, H,. 2006. Subjects with Impaired Glucose

Tolerance Exhibit a High Degree of Tolerance to Honey. Journal Of

Medical Food,10,3. https://doi.org/10.1089/jmf.2006.070.

Alqarni AS, Owayss AA, Mahmoud AA, Hannan MA. 2014. Mineral content

andphysical properties of local and imported honeys in Saudi Arabia.

Journal Saudi ChemSoc.18, 5. https://doi.org/10.1016/j.jscs.2012.11.009

Annisa, Suci A. 2017. Analisis Risiko Produksi Susu Kambing di CV Sawangan

Farm Diary. Ciputat: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Arroyo-Rodríguez, V., Moreno, C.E., & Galán-Acedo, C., 2017. La ecología del

paisaje en México: logros, desafíos y oportunidades en las ciencias

biológicas. Rev. Mex. Biodivers. 88,42–51.

https://doi.org/10.1016/j.rmb.2017.10.004.

Atmoko, Tjipto. 2012. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta : UNPAD.

Avelino, J., Romero-Gurdián, A., & Cruz-Cuellar, H.., 2012. Landscape context

and scale differentially impact coffee leaf rust, coffee berry borer, and

coffee root-knot nematodes. Ecol. Appl. 22, 584–596.

https://doi.org/10.1890/11-0869.1.

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Putra.

Badan Pusat Statistik.2016. Jumlah produksi madu di Indonesia pada tahun

2012- 2016. Diakses tanggal 26 Agustus 2019.

Bevilacqua, M., Ciarapica, F. E., & Mazzuto, G. 2018. Fuzzy cognitive maps for

adverse drug event risk management. Safety Science, 102, 194–

210. doi:10.1016/j.ssci.2017.10.022

Cahya Kusnindah, Yeni Sumantri, dan Rahmi Yuniarti. 2014. Pengelolaan Risiko

Pada Supply Chain Dengan Menggunakan Metode House Of Risk (Hor).

Jurnal Manajemen Sistem Industri, 2, 3. http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/view/116

Chernobai, A., Ozdagli, A., & Wang, J. 2020. Business Complexity and Risk

Management: Evidence from Operational Risk Events in U.S.

Bank Holding Companies. Journal of Monetary Economics.

doi:10.1016/j.jmoneco.2020.02.004

Page 157: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

140

Dyah, Devany. 2017. Kualitas Madu (Keasaman, Kadar Air, Dan Kadar Gula

Pereduksi) Berdasarkan Perbedaan Suhu Penyimpanan. Volume: 2.

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Surabaya.

Elpawati, Umda Hudaya& F M Habibie. 2019. Paddy rice farming diversification

with Trigona sp. in Pandeglang regency, Banten province (case study:

diversification income analysis of paddy rice business with bee cultivation).

Series: Earth and Environmental Science, 383, 1755-1315.

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/383/1/012019/pdf

Fahrig, L., 2003. Effects of habitat fragmentation on biodiversity. Annu. Rev.

Ecol. Evol. Syst. 34, 487–515.

https://doi.org/10.1146/annurev.ecolsys.34.011802.132419.

Fahrig, L., Baudry, J.,& Brotons, L. 2011. Functional landscape heterogeneity

and animal biodiversity in agricultural landscapes. Ecol. Lett. 14, 101–

112. https://doi.org/ 10.1111/j.1461-0248.2010.01559.

Foley, J.A., 2005. Global consequences of land use. Science, 80, 570–574. https://doi.org/10.1126/science.1111772.

Gallé, R., Happe, A.K., Baillod, & A.B., Tscharntke, T., Batáry, P., 2019.

Landscape configuration, organic management, and within-field

position drive functional diversity of spiders and carabids. J. Appl. Ecol.

56, 63–72. https://doi.org/10.1111/1365-2664.13257.

Gavin, M.C., Carter, J., Mead, & A., Berkes., 2015. Defining biocultural

approaches to conservation. Trends Ecol. Evol. (Amst.) 30, 140–

145. https://doi.org/10.1016/j.tree.2014.12.005..

Gunawan. 2004. Pengertian Madu. http://riorusandii.blogspot.com. Di akses pada

tanggal 25 Agustus 2019.

Ghramh,H., Ali Khan, K., & Ahmed,Z. 2020. Quality evaluation of Saudi honey

harvested from the Asirprovince by using high-performance liquid

chromatography (HPLC). Saudi Journal of Biological

Science.Vol.27.581-768. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2020.04.009

Gökyer, E., 2013. Understanding landscape structure using landscape metrics. In:

Ozyavuz, M. (Ed.), Advances in Landscape Architecture. IntechOpen,

pp. 663–676. https://doi.org/10.5772/51738.

Hafizha, Fernanda A. 2017. Mitigasi Risiko Produksi Susu Sapi Pada Peternakan

Sapi Rakyat(Studi Kasus Pada Peternakan Mahesa Perkasa Farm

Kota Depok. Ciputat: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 158: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

141

Hamzah, Desri. 2011. Produksi Lebah Madu (Apis Cerana) Yang Dipelihara

Pada Sarang Tradisional Dan Moderen. Pekanbaru.

Hendricks, K.B. and Singhal, V.R. 2005.An empirical analysis of the effect of

supply chain disruptions on long-run stock price performance and equity

risk of the firm. Production and Operations Management, Vol. 14

No. 1, 35-52.

Herrera, R., & Schipp, B. 2014. Statistics of extreme events in risk management:

The impact of the subprime and global financial crisis on the

German stock market. The North American

Insani, Istyadi. 2010. Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Daerah

Dalam Rangka Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Daerah. Journal of Economics and Finance, 29,

218–238. doi:10.1016/j.najef.2014.06.013

Juttner, U. 2005. Supply chain risk management: understanding the business

requirements from a practitioner perspective. International

Journal of Logistics Management,Vol. 16 No. 1, 120-41.

Karningsih, P. D. 2011. Development of a Knowledge Based Supply Chain Risk

Identification System. Doctor Philosophy, University of New South

Wales.

Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan.

Jakarta: PPM.

Komljenovic, D., Gaha, M., Abdul-Nour, G., Langheit, C., & Bourgeois, M. 2016.

Risks of extreme and rare events in Asset Management. Safety

Science, 88, 129–145. doi:10.1016/j.ssci.2016.05.004.

Khosravi a,R. 2008. Fungcidal Potencial Of Different Iranian Honeys Against

SomePathogenic Candida species.Journal Apicult Res, 47, 256-260.

https://doi.org/10.1080/00218839.2008.11101471.

Lee KK, Kubo K, & Abdelaziz. 2018. Yeast Species- Specific, Different Inhibition

Of Synthesis By poacic. Cell Surf, 3, 12-25. https://doi.org/10.1016/j.tcsw.2018.09.001

Liliana, Henrique &Ana. 2020. Portuguese honeys as antimicrobial agents

againstCandidaspecies. Journal of Traditional and Complementary

Medicine, 10, 95-174. https://doi.org/10.1016/j.jtcme.2020.02.007.

Page 159: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

142

Lutfi, Ahmad dan Herry Irawan. 2012.Analisis Risiko Rantai Pasok Dengan

Model House Of Risk (Studi kasus pada PT XXX).Manajemen Indonesia

.12 (1) : 1-11. Universitas Telkom: Bandung.

Maria Lourdes, González-Miret, &Anass Terrab. 2005. Multivariate Correlation

between Color and Mineral Composition of Honeys and by Their

Botanical Origin. J. Agric. Food Chem. 53,2574-2580.

https://doi.org/10.1021/jf048207p

Mohammad JavedAnsari. 2013. Effect of Jujube Honey on Candida albicans

Growth and Biofilm Formation. Archives of Medical Research, 44, 352-360.

https://doi.org/10.1016/j.arcmed.2013.06.003.

Moekijat. 2008. Adminitrasi Perkantoran. Bandung: MandarMaju.

Nascimento, K. R. D. S., & Alencar, M. H. 2016. Management of risks in natural

disasters: A systematic review of the literature on NATECH events.

Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 44, 347–359.

doi:10.1016/j.jlp.2016.10.003

Nur Annisa Putri Sabrina, Elpawati, dan Achmad Tjachja Nugraha. 2018. Analisis

PengCitra Merek, Kualitas Produk, Harga Dan Diferensiasi Produk

Terhadap Keputusan Pembelian Pizza Hut Di Jakarta Barat.

JurnalAgribisnis,12(2),148-156.

Norrman, A dan Jansson, U. 2004. Ericson’s proactive Supply Chains Risk

Management Approach After a Serious sub-supplier accident.

International Journal of Physical Distribution & Logistic

Management.

Noori S, Al-Waili,Faiza S, & Al-Waili,Mohammed Akmal. 2014. Basic research

Effects of natural honey on polymicrobial culture of various human

pathogens. Archives of Medical Science, 10, 246-250.

https://doi.org/10.5114/aoms.2012.28603

Nyoman Pujawan and Laudine H. Geraldin. 2014. House of risk: a model for

proactive supply chain risk management.Business Process Management

Journal,953-957.

https://www.researchgate.net/publication/228419116_House_of_risk_A_model_f

or_proactive_su pply_chain_risk_management

O’Donnell, E. 2005. Enterprise risk management: A systems-thinking framework

for the event identification phase. International Journal of Accounting

Information Systems, 6(3), 177–195. doi:10.1016/j.accinf.2005.05.002.

Olson, D. L., & Wu, D. D. 2013. Extreme-event risk management: a review of

“Lee, B., Preston, F. 2012. Preparing for High-impact, Low-probability

Page 160: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

143

Events: Lessons from Eyjafjallajőkull. London: Chatham House.” Journal of

Cleaner Production, 53, 67–68. doi:10.1016/j.jclepro.2013.02.009.

Pujawan, I Nyoman. 2009. House Of Risk: A Model For Proactive Supply Chain

Risk Management. Business Process Management Journal.

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Manajemen. Surabaya, Guna Widya

Terzo,. S, Mule, F, and Amato, A,. 2020. Honey and obesity-related dysfunctions:

Asummary on health benefits. The Journal of Nutritinal Biochemistry.

https://doi.org/10.1016/j.jnutbio.2020.108401

Urrutia, A. L., González-Gónzalez, C., & Benítez, M. 2020. Landscape

heterogeneity of peasant- managed agricultural matrices. Agriculture,

Ecosystems & Environment, 292, 106-797.

doi:10.1016/j.agee.2019.106797

Wahdan HAL.2018. Causes Of The Antimicrobial Activity Of Honey. Infection,

3, 12-5.

Wastra, Akhamd Riaydi, Mahbubi Ahmad. 2014.Risiko Agribisnis

identifikasi,pengukuran, pemetaan, dan strategi pengelolaannya. Jakarta.

Zamanian, M., & Azizi-Soleiman, F. 2020. Honey and glycemic control: A

systematic review. PharmaNutrition, 11, 100180.

doi:10.1016/j.phanu.2020.100180

Page 161: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

144

LAMPIRAN

Page 162: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

145

Page 163: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

150

Judul Permasalahan Tujuan Sumber Data Analisis Data

Analisis

Risiko Produksi

Madu pada CV.

Madu Apiari

Mutiara, Depok,

Jawa Barat

Apa saja risiko produksi

Madu pada CV. Madu Apiari

Mutiara, Depok- Jawa Barat

Menganalisis risiko produksi madu

pada CV. Madu Apiari Mutiara,

Depok- Jawa Barat

Pengamatan pelaksanaan

proses produksi madu

Metode Diagram

Tulang Ikan

untuk mengidentifikasi

risiko

produksi

Bagaimana pengukuran

risiko produks madu

pada CV. Madu Apiari

Mutiara, Depok- Jawa

Barat

Menganalisis seberapa besar

risiko produksi madu pada, CV.

Madu Apiari Mutiara, Depok-

Jawa Barat

Informan dan

responden:

a. manajer produki

b. supervisor produksi

c. manajer QC

d. supervisor QC

e. divisi teknik

Metode HOR 1 dengan

menggunakan skala 1-5

untuk

mengukur risiko-risiko

produksi

yang telah teridentifikasi

Bagaimana pemetaan

risiko produksi madu

pada, CV. Madu Apiari

Mutiara, Depok- Jawa

Barat

Mengetahui peta risiko produksi

madu pada, CV. Madu Apiari

Mutiara, Depok- Jawa Barat

Respon dari pihak

responden dalam

menanggapi risiko produksi

Metode HOR 1

dengan meranking

risiko-risiko produksi

yang telah terukur

Lampiran 1 Matriks Instrumen Penelitian

Page 164: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

151

Apa saja strategi preventif

yang tepat untuk

menghindari risiko yang

dapat dilakukan pada

produksi madu pada, CV.

Madu Apiari Mutiara,

Depok- Jawa Barat

Mengetahui strategi penaganan

risiko produksi madu pada, CV.

Madu Apiari Mutiara, Depok-

Jawa Barat

Variabel identifikasi risiko Metode HOR 2 dengan

melanjutkan dari tahapan

sebelumnya, yaitu

penentuan strategi dan

evaluasi risiko

Page 165: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

152

Lampiran 2. Matriks Instrumen Penelitian

Definisi Konseptual

Variabel Sub-

variabel

Pernyataan Risk

Event

Pernyataan Risk Agent

Penerimaan

bahan baku

Penerimaan 1. Tidak mencataat bahan

baku masuk

2. Tidak diperiksa secara

merata

a. Bagian Quality Control tidak

mencatat dengan rapih setiap

bahan baku datang atau masuk

kedalam gudang

b. QC tidak memeriksa secara merata

hanya sebagian bahan baku yang

diperiksa Penimbangan

1

Berat 1. Tidak dicatat berat

bahan baku ketika

datang

2. Kurangnya teliti

dalam pemeriksaan

a. Pencatatan tidak dilakukan dengan

baik dan rapih

b. Kurangnya pemeriksaan yang

mengakibatkan adanya berat bahan

baku tidak sesuai

Page 166: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

153

SOP (Standard

Operating Procedure)

proses produksi Madu

pada CV. Madu Apiari

Mutiara- Depok Jawa

Barat

Penyaringan Penuangan 1.Terdapat serpihan

serpihan tangkai pohon

ketika panen, dan

terdapat lebah yang

berjatuhan di madu.

a. Operator tidak mengecek/

membersihkan wadah drum

b. Penuangan secara tidak benar dan

sempurna pada saat proses penuangan

c. Operator tidak mengkontrol kotoran lebah

yang terdapat di madu

Pengadukan 1. Adonan tidak homogeny a. operator tidak mengecek kadar

air madu terlebih dahulu

Penurunan

kadar air Wadah 1. Wadah yang

digunakan

tidak dibersihkan

terelebih dahulu,

masih adanya

sisah madu yang

yang tersisah

a. Kadar air madu menjadi tidak sesuai

yang telah ditetapkan SOP yaitu 18%

b. Operator tidak mengecek Suhu yang

digunakan tidak dipantau selama 12 jam

bekerja.

c. Madu yang dimasukkan ke wadah

penurunan kadar air tidak ditimbang terlebih

dahulu

d. Setiap wadah tidak diberikan label

tannggal, dan kadar air.

Page 167: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

154

Lampiran 3 Matriks Instrumen Penelitian

SOP (Standard

Operating Procedure)

proses produksi Madu

pada CV. Madu Apiari

Mutiara- Depok Jawa

Barat

Filling Kualitas

Madu 1. Madu terlalu encer a. Operator tidak melakukan pemeriksaan kadar

air terlebih dahulu

b. Operator tidak melakukan penimbangan

setelah kadar air

c. Operator tidak mengaduk secara merata

Wadah 1. Madu turunnya kualitas, a. Wadah yang digunakan tidak steanless

Pengadukan 1. . Pengadukan tidak merata a. Pengadukan tidak menggunakan mesin

mixing, hanya menggunakan manual.

Penimbangan 2 Kriteria

produk 1. Ketelitian

Penimbangan produk

jadi yang telah siap

diberikan pelebelan

a. Berat tidak sesuai dengan berat bersih yang

telah ditentukan.

Pelebelan Kriteria Produk 8. Label tidak sesuai a. Operator tidak melakukan pemeriksaan ulang

pelebeblan, sebelum disegel.

b. Kurangnya stok label

Penyegelan

Kriteria

produk

9.Penyegelan menggunakan

plastik segel tidak sesuai

a. Operator tidak mengecek kembali penyegelan

b. Suhu kompor listrik tidak diatur

Pengepresan 10. Plastik tidak sesuai a. Plastik terlalu tipis

b. Operator tidak mengontrol suhu kompor

c. Air yang digunakan tidak diatur berapa

banyak

Page 168: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

154

Lampiran 4 Fish Bone (Tulang Ikan)

Penerimaan

Bahan Baku

Bahan Baku

Penyaringan

Pengadukan

Penimbangan

1

Berat Bahan

Baku

Penurunan

Kadar Air

Ruangan

Penurun Kadar

Air

Produk Madu

Reject

Bagian Quality Control Tidak

Mencatat dengan Rapih

Kedatangan Bahan Baku

Quality Control Tidak

Memeriksa Secara Merata,

Hanya Sebagian Bahan

Baku

Tidak dicatat Berat Bahan Baku Ketika

Datang

Kurang Teliti Dalam Pemeriksaan

Penuangan

Terdapat Serpihan Kotoran

Lebah

Adonan Tidak Homogeny

Wadah Tidak dibersihkan dan Tidak

ditimbang Terlebih Dahulu

Operator Tidak

Mengecek atau

Membersihkan

Wadah Drum

Penuangan dilakukan Secara Tidak

Benar

Operator Tidak Mengecek Kadar Air

Kadar Air Madu Jadi Tidak

Sesuai SOP

Operator Tidak Mengecek

Kembali Suhu Ruangan

Page 169: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

155

Filling

Kualitas

Madu

Pelabelan

Kriteria Produk

Penimbangan

2

Kriteria

Produk

Penyegelan

Kompor

Produk Madu

Reject

Madu Terlalu Encer

Label Tidak Sesuai

Wadah

Pengadukan

Kualitas Madu Rusak

Pengadukan Tidak Merata

Kurang Penelitian

Penimbangan Produk Jadi

Kondisi Mesin

Pengepresan

Plastik Penyegelan

Tidak Sesuai

Plastik Terlalu

Tipis

Suhu Kompor Tidak diatur

Page 170: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

156

Lampira 5 Kuesioner Identifikasi dan Korelasi Frekuensi/ Peluang Risiko

(Occurrence) dengan Tingkat Pengaruh Dampk (Severity) Risiko.

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Saya Fauziyah Rahmah, mahasiswa semester 8, Program Strata 1,

Jurusan Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang tengah mengadakan penelitian berjudul “Analisis Risiko Produksi

Madu di CV.Madu Apiari Mutiara, Depok- Jawa Barat.” Adapun tujuan dari

kuesioner ini adalah sebagai alat untuk memperoleh data yang akurat dalam

penyusunan tugas akhir penelitian untuk memenuhi syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Agribisnis Strata 1, mengenai apa saja risiko yang ada dalam proses

produksimadu di C. Madu Apiari Mutiara, mulai dari Penerimaan bahan baku,

penimbangan 1,Penyaringan, Penurunan Kadar Air,Pengisian (Filiing),

Penimbangan 2, Pemasangan Stiker atau pelebelan, dan penyegelan. Kemudian,

memberikan penilaian pada masing-masing risiko yang telah diidentifikasi dari

segi dampak kejadian dan peluang terjadinya risiko, sehingga dapat dilakukan

pencegahan atau preventif risiko, untuk menanggulangi, mengurangi, dan

mencegah risiko-risiko tersebut muncul di masa yang akan datang. Oleh karena

itu, mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-

benarnya sesuai dengan fakta yang ada. Atas perhatian dan partisipasinya, saya

ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Penyusun

Page 171: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

157

Lampiran 6. Kuesioner HOR 1, Identifikasi Frekuensi / Peluang

Kemunculan Penyebab Risiko (Occurence), Tingkat Pengaruh /Dampak

(Severity), Korelasi Kemunculan Risiko pada Proses Produksi Madu CV.

Madu Apiari Mutiari

Nama :

Jabatan :

Alamat :

No. Telp :

Email :

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan presepsi Bapak/Ibu terhadap frekuensi risiko yang

terjadi, baik peluang terjadinya risiko maupun dampak yang dirasakan jika

risiko itu terjadi, baik peluang terjadinya risiko maupun dampak yang

dirasakan jika risiko itu terjadi.

2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√)

atau (X)

3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan.

4. Keterangan untuk penilaian “Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab

Risiko”

1 = sangat jarang terjadi

2 = Jarang terjadi

3 = Sering terjadi

4 = Sangat sering terjadi

5 = Selalu terjadi

5. Keterangan untuk penilaian “ Pengaruh/Dampak Kejadian Risiko Produksi

Madu”

1 = Sangat rendah = tidak berdampak

2 = Rendah = berdampak, namun sangat rendah pengaruhnya

3 = Sedang = berdampak sedang

4 = Tinggi = berdampak tinggi

5 = Sangat Tinggi = berdampak sangat tinggi

6. Pengisisan kuesioner korelasi penyebab risiko (Aj) dengan pengaruhatau

dampak (Ei) dilakukan dengan memberikan nilai dengan angka sebagai

berikut:

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi / hubungan rendah

3 = Korelasi / hubungan sedang

9 = Korelasi / hubungan tinggi

Page 172: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

158

Lampiran 6 Lanjutan

Tabel Tingkat Pengaruh/Dampak Risiko (Severity)

Proses Area Kode Kejadian

Risiko (Risk

Event)

Tingkat Keseringan

1 2 3 4 5

Penerimaan

Bahan Baku

Bahan Baku E1 Tidak

mencatat

bahan baku

E2 Tidak

diperiksa

secara merata

Penimbangan

1

Berat Bahan

Baku

E3 Tidak dicatat

berat bahan

baku ketika

datang

E4 Kurang teliti

dalam

pemeriksaan

Penyaringan Penuangan E5 Terdapat

serpihan

kotoran lebah

Pengadukan E6 Adonan tidak

homogeny

Penurunan

kadar air

Wadah E7 Wadah tidak

dibersihkan

terlebih

dahulu

Filling Kualitas

Madu

E8 Madu terlalu

encer

Wadah E9 Kualitas

madu rusak

Pengadukan E10 Pengadukan

tidak merata

Penimbangan

2

Kriteria

Produk

E11 Kurang

ketelitian

penimbangan

produk

Pelabelan Kriteria

Produk

E12 Label Tidak

Sesuai

Penyegelan Kondisi

Mesin

E13 Plastik

penyegelan

tidak sesuai

Pengepresan E14 Plastik terlalu

tipis

Page 173: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

159

Lampiran 6 Lanjutan

Tabel Identifikasi Frekuensi/Peluang Kemunculan Penyebab Risiko

(Occurence)

Proses

Area

Kode

Penyebab Risiko (Risk

Agent)

Tingkat

Keparahan

1 2 3 4 5

Penerimaan

Bahan Baku

Penerimaan

A1 Bagian Quality Control tidak

mencatat dengan rapih

kedatangan bahan baku

A2 QC tidak memeriksa secara

merata hanya sebagian bahan

baku yang diperiksa

Penimbangan

1

Berat

A3 Pencatatan dilakukan tidak baik

dan rapih

A4 Kurangnya ketelitian dalam

pemeriksaan berat bahan baku

Penyaringan

Penuangan

A5 Operator tidak

mengecek/membersihkan wadah

drum

A6 Penuangan secara tidak benar

dan sempurna

A7 Operator tidak mengkontrol

kotoran lebah

Page 174: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

160

Pengadukan A8 Operator tidak mengecek kadar

air

Penurunan

kadar air

Ruangan

penurunan

A9 Kadar air madu menjadi tidak

sesuai SOP yaitu 18%

A10 Operator tidak mengecek kembali

suhu ruangan

A11 Madu yang dimasukkan ke wadah

penurunan kadar air tidak

ditimbang terlebih dahulu

Filling

Kualitas

madu

A12 Operator tidak melakukan

pemeriksaan kadar air terlebih

dahulu

A13 Operator tidak melakukan

penimbangan seteah penurunan

kadar air

Wadah A14 Wadah yang digunakan bukan

steanless

Pengadukan A15 Pengadukan tidak

menggunakan mesin

Penimbanga

n 2

Kriteria

Produk

A16

Berat tidak sesuai dengan

berat bersih yang telah

ditentukan

Pelebelan

Kriteria

Produk

A20 Operator tidak melakukan

pemerikasaan ulang

A21 Kurangnya stok label

Page 175: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

161

Penyegela

n

Shirinking

Kriteria

produk

A24 Operator tidak mengecek hasil

segel

pengepr

esan

A25 Plastik terlalu tipis

A26 Operator tidak mengatur

suhu kompor

Page 176: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

162

Lampira 5 Lanjutan

Tabel Hubungan Korelasi Antara Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko

K E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15

A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

A10

A11

A12

A13

A14

A15

A16

A17

A18

A19

A20

A21

A22

A23

A24

A25

A26

Keterangan :

A. K merupakan kode dari kejadian risiko dan penyebab- penyebab risiko.

Page 177: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

163

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian HOR 2

Kuesioner Penilaian Tingkat Kesulitan Strategi Preventif Penyebab Risiko

ProduksiMadu di CV. Madu Apiari Mutiara Kuesioner ini merupakan kuesioner

lanjutan dari kuesioner penilaian risiko sebelumnya. Dalam kuesioner ini terdapat

penyebab risiko dan cara preventifnya. Pernyataan dalam kuesioner ini merupakan

hasil perhitungan dari kuesioner penilaian risiko sebelumnya sampai didapatkan

prioritas Penyebab atau penyebab risiko yang akan di mitigasi. Sedangkan, cara

preventifnya diambil berdasarkan keadaan dan kondisi perusahaan yang telah di

observasi oleh penulis. Data dari kuisioner ini selanjutnya akan diolah untuk

menghasilkan prioritas cara preventif yang akurat dan efektif untuk dijalankan oleh

perusahaan.

Untuk itu, penulis sangat mengharapkan Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi

kuesioner tentang hubungan/korelasi antara Penyebab risiko dan cara preventifnya

dengan baik dan sebenar-benarnya. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Penyusun

Page 178: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

164

A. Identifikasi Tingkat Kesulitan Strategi Preventif dan Korelasi Penyebab

Risiko dengan Strategi Preventif Pada Risiko Madu pada CV. Madu

Apiari Mutiara

Nama :

Jabatan :

Alamat :

No. Telp :

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap tingkat kesulitan strategi

mitigasi penyebab risiko.

2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√) atau

(X).

3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan.

4. Keterangan Untuk Pengisian Kuesioner

3 = Mudah = Aksi preventif mudah dijalankan

4 = Sedang = Aksi preventif dapat dijalankan

5 = Sulit = Aksi preventif sulit dijalankan

5. Pengisian kuesioner korelasi penerapan tindakan atau strategi preventif risiko

dengan penyebab risiko dilakukan memberikan nilai dengan angka sebagai

berikut:

0 = Tidak ada korelasi

1 = Korelasi / hubungan renda

3 = Korelasi / hubungan sedang

9 = Korelasi / hubungan tinggi

Page 179: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

165

Lampiran 6 Lanjutan

Daftar/ Tingkat Kesulitan Tindakan Strategi Mitigasi Penyebab Risiko Pada

Proses Produksi Madu.

Kode Strategi Mitigasi (Mitigasi action)

Tingkat

Kesulitan

3

4

5

PA1

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada

pencatatn setiap harinya

PA2

Mengadakan training dan pemberian motivasi

terhadap karyawan produksi

PA3

Menggunakan alat berbahan steanless setiap

produksi

PA4

Mengatur suhu ruangan setiap mulai jam kerja

karyawan

PA5 Melakukan pengadukan menggunak mesin mixer

PA6

Kadar Air diturunkan berdasarkan standart nasional

dan internasional 20◦C-18◦C

PA7 Sanitasi pada alat produksi harus diterapkan

PA8 Preventif maintenance berkala

PA9 Memperbaharui WI (Work Intruction)

PA10

Mengadakan rapat evaluasi terhadap kinerja

karyawan

Page 180: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

166

Lampiran 6 Lanjutan

Tabel Korelasi Penerapan Tindakan/ Strategi Mitigasi Risiko Dengan

Penyebab Risiko Mak

Aj

PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10

A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

A10

A11

A12

A13

A14

A15

A16

A17

A18

A19

A20

A21

A22

A23

A24

A25

A26

Page 181: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

167

Tabel 7a HOR 1 Tahap Penerimaan Bahan Baku

Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1.Operator tidak

mengecek atau

membersihkan

wadah drum

2. Penuangan

secara tidak

benar dan

sempurna

3. Operator tidak

membersihkan

dengan benar

kotoran yang

terdapat pada

bahan baku

4. Operator

tidak

mengecek

kadar air

Si

1. Tidak

mencat

at

bahan

baku

0 1 0 9 3,8

2. Tidak

diperiks

a

secara

merata

9 9 9 3 4,2

Oj 3,6 3,2 2,6 4,4

ARP 136,08 459,648 373,464 1.896,048

Rank 4 2 3 1

Page 182: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

168

Tabel 7b HOR 1 Tahap Penimbangan 1 Penyebab

Risiko (Risk

Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Pencatatan

dilakukan

tidak baik dan

rapih

2.Kurangnya

pemeriksaan

yang

mengakibatkan

adanya berat

bahan baku

tidak sesuai

3. Operator

tidak

mengecek/me

mbersihkan

wadah drum

Si

1. Tidak

dicatat

berat

bahan

baku

ketika

datang

9 9 3 3,4

2. Kuran

g teliti

dalam

pemeri

ksaan

3 1 0 3,4

Oj 4,4 5,0 4,4

ARP 1.373 502,2 44,88

Rank 2 1 3

Page 183: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

169

Tabel 7c Hor 1 Tahap Penyaringan

Penyebab

Risiko (Risk

Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Penuanga

n dilakukan

secara tidak

2. Operator tidak

mengkontrol

kotoran

3. Operator

tidak

mengecek

kadar air

Si

1. Terdap

at

serpih

an

kotora

n

lebah

1 9 0 3,2

2. Adona

n tidak

homog

eny

0 0 9 4,4

Oj 3,0 2,2 4,2

ARP 9,6 63,36 166,32

Rank 3 2 1

Page 184: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

170

Tabel 7d HOR 1 Tahap Penurunan Kadar Air

Penyebab

Risiko (Risk

Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Kadar air

madu

menjadi

tidak

sesuai

SOP yaitu

18%

2. Operator tidak

mengecek suhu

ruangan

3. Madu

yang

dimasukka

n ke

wadah

penurunan

kadar air

tidak

ditimbang

terlebih

dahulu

Si

1. Wada

h

tidak

dibers

ihkan

terlebi

h

dahul

u

9 0 1 3,0

Oj 4,6 3,2 2,6

ARP 12,42 0 7,8

Rank 1 3 2

Page 185: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

171

Tabel 7e HOR 1 Tahap Filling

Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Operator tidak melakukanpemeriksaan kadar air terlebih dahulu

2.Operator tidak melakukan penimbangan

3. Wadah yang digunakan bukan steanless

4.

Pengaduka

n tidak

mengguna

kan mesin

Si

1. Madu

terlalu

encer

9 0 0 0 4,2

2. Kualitas

madu

rusak

0 3 9 0 3,8

3. Pengad

ukan

tidak

merata

0 0 0 9 4,4

Oj 2,2 3,0 4,6 4,8

ARP 83,16 34,2 157,32 190,08

Rank 3 4 2 1

Page 186: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

172

Tabel 7f HOR 1 Tahap Penimbangan 2

Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Berat tidak sesuai dengan berat bersih yang telah ditentukan

1. 2. Tidak seusuai

dengan SOP

2. 3. Kesalahan

dalam

pencatatan

Si

1. Kurang

teliti

penimb

angan

produk

jadi

9 3 1 3,6

Oj 3,75 2,5 3,0

ARP 32,4 28,2 21,05

Rank 1

Page 187: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

173

Tabel 7g HOR 1 Tahap Pelabelan

Penyebab

Risiko (Risk

Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Operator

tidak

melakukan

pemeriksa

an ulang

2. Kurangnya

stock label

Tiidak

Sesuai

label

yang

diguna

kan

Si

1. Label

tidak

sesuai

9 3 5 3,4

Oj 4,2 3,4 3,1

ARP 128,52 34,68 32,02

Rank 1 2 3

Page 188: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

174

Tabel 7h HOR 1 Penyegelan

Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Kejadian Risiko

(Risk Event)

1. Operator tidak mengecek hasil penygelan

2. Plastik terlalu tipis

3. Operator tidak mengatur suhu kompor

Si

1. Plastik

segel

tidak

sesuai

9 3 0 4,2

2. Plastik

terlalu

tipis

0 9 3 3,4

3. Suhu

kompor

tidak

diatur

5 9 9 4,6

Oj 3,4 4,0 4,6

ARP 3,0 64 3,237

Rank 3 1 2

Page 189: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

160

Lampiran 8 Diagram (Fishbone)

Penyaringan

Pengadukan

Penuangan

Penurunan Kadar Air

Pembersihan

Filling

Kualitas Madu

Wadah

Pengadukan

Pelebelan Penyegelan

Kriteria Produk

Kriteria Produk

Pengepresan

Produk Riject Madu

Penimbangan 1

Penerimaan bahan baku

Penerimaan

Berat

Kriteria Produk

Penimbangan 2

Page 190: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

161

Lampiran 9 Kusioner

1. Bahan baku buat produksi bapak darimana ?

Bahan baku hasil dari panen lebah sendiri yang dikembangkan

perusahaan, dan sisanya dari pemasok.

2. Jumlah tenaga kerja yang bekerja disini berapa banyak?

Kalau awal ngerintis 1-3 karyawan, tetapi semakin berjalannya

perusahaan semakin membutuhkan tenaga kerja buat produksi, dan

sekarang sudah ada 22 orang karyawan

3. Untuk lebah yang dikembangkan punya berapa banyak pak?

Ada 150 kotak, satu kotaknya bisa menghasilkan 3- 4kg.

4. Dari hasil panennya, bahan baku diolah jadi produk apa saja?

Banyak jenisnya, berbagi jenis madu, jenis madu diperoleh dari banyak

atau tidak hasil bunga. Bahan baku diolah jadi madu murni dan untuk

produk turunan seperti shampo dan sabun.

5. Untuk memenuhi permintaan konsumen disesuaikan berdasarkan apa?

Pemenuhan permintaan konsumen berdasarkan pemesanan, bagi

konsumen yang belum tahu produk kita yang mengarahkan, kadang kita

nerima masukkan dari konsumen.

6. Satu hari bisa produksi berapa banyak botol madu?

Kalau dirata- rata sebulan dapat memproduksi 1000-1500 botol dari

berbagai jenis ukuran. Ukurannya dari 250gr-600gr dan perkiloan juga

ada.

Page 191: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

162

7. Produk yang mengalami kerusakan yang dikembalikan, produknya

dikemanakan, apa dibuang ?

Tidak dibuang, tetapi diolah lagi sebagai bahan baku produk turunan

seperti shampoo dan madu.

8. Bahan Baku apa selalu dicek setiap datang?

ya, kita selalu cek sesuai SOP perusahaan, ya tapi kadang karyawan ada

saja yang tidak melakukan pengecekkan.

9. Karyawan produksi apa sudah menerapkan proses produksi sesuai dengan

SOP pak?

Tergantung dari karyawan, ada yang memang sudah menerapkan ada

juga ya tidak melakukan seperti ya tidak ditimbang kembali dan lainnya.

10. Kendala untuk proses produksi itu sendiri apa saja?

kalau lagi musim panen, musim hujan itu lebahnya gabisa nyari makan,

dan panen bisa merosot sehingga produksi juga menurun.

11. Produk reject atau produk yang rusak apa menyebabkan kerugian ?

iya karna ya jadi menambah beban variabel dan juga mengalami jumla

penjualan turun.

12. Ada batasan toleransi tidak pak yang diterapkan oleh perusahaan terhadap

produk reject ?

ya ada setiap perusahaan harus mempunyai batas toleransi, kalau

perusahaan saya 10%.

Page 192: ANALISIS RISIKO PRODUKSI MADU DI CV. MADU APIARI …

163

13. Produk reject yang sering terjadi diakibatkan karna apa ?

Ya namanya produksi pasti ada saja risiko ya tinggal kita harus dapat

melakukan penanggulan risiko tersebut, nah yang sering terjadi itu

karyawan banyak yang tidak teliti, banyak juga karyawan yang memang

tidak mengkuti sesuai SOP, produksi sangatlah harus berpacu teradap

SOP yang berlaku.