analisis penerapan pernyataan standar akuntansi...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 106 PADA
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KSPPS ASY-
SYIRKAH MUAMALAH INDONESIA CIRENDEU KOTA
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
IMAM MAHUDI ARTHA
NIM: 1113053000010
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 106 PADA
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KSPPS ASY-
SYIRKAH MUAMALAH INDONESIA CIRENDEU KOTA
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
IMAM MAHUDI ARTHA
NIM: 1113053000010
Dibawah Bimbingan :
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.
NIP : 196606051994031005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplak dari karya orang
lain, makasaya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 01 Maret 2018
Imam Mahudi Artha
i
ABSTRAK
Imam Mahudi Artha, 1113053000010, Manajemen Dakwah,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN 106 PADA PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH DI KSPPS ASY-SYIRKAH MUAMALAH
CIRENDEU KOTA TANGERANG SELATAN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah
sebuah pernyataan yang bertujuan mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan, baik itu lembaga
keuangan konvensional maupun syariah. Perbedaan antara
lembaga keuangan konvesional pada dasarnya adalah dari
prinsipnya, dimana lembaga keuangan syariah melarang adanya
praktik riba atau bunga dan hal-hal yang dilarang oleh syariat
Islam. Oleh karena itu PSAK dalam lembaga keuangan syariah
ini sangat penting karena menentukan hak dan kewajiban pihak-
pihak yang bersangkutan dalam perjanjian akad transaksi
keuangan, dan juga untuk mengikat lembaga keuangan syariah
sendiri agar tetap jujur dan amanah dalam mengelolah
keuangannya yang bisa dicerminkan melalui laporan
keuangannya.
PSAK ini sendiri dicetuskan pada tahun 2002 oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia(IAI) setelah IAI membentuk Komite
Akuntansi Syariah di Indonesia. Sehingga kemudian terbentuklah
ii
PSAK 59, seiring berkembangnya lembaga keuangan syariah di
Indonesia, sehingga dilahirkanlah PSAK 101-108 yang mewakili
masing-masing akad syariah, dimana salah satunya adalah PSAK
106 tentang musyarakah.
Penulis berusaha untuk melakukan penelitian terhadap
pelaksanaan pencatatan akuntansi syariah di KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia dengan memperhatikan PSAK 106 tentang
akuntansi musyarakah yang meliputi pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pegungkapannya.
Metodologi yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif
kualitatif, yang memberikan penjelasan seara deskriptif tentang
penerapan PSAK 106 pada pembiayaan musyarakah di KSPPS
Asy-Syirkah Muamalah Indonesia. Yang bertujuan untuk
mengetahui mekanisme pembiayaan musyarakah, perlakuan
akuntansi pada pembiayaan musyarakah di KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah ini telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Hasil analisa penulis menyatakan bahwa penerapan PSAK
106 pada pembiayaan musyarakah di KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia telah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Dan semoga KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia tetap konsisten dalam menerapkan PSAK ini tidak
hanya dalam produk pembiayaan musyarakahnya saja, namun
juga produk-produk yang lain, dan tidak mengurangi niat baik
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia dalam dakwahnya di
bidang ekonomi islam.
Kata Kunci: PSAK 106, Pembiayaan Musyarakah, Perlakuan
Akuntansi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT, atas
rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini, yang merupakan tugas erakhir bagi penulis untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan strata-1 ini di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sholawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang
merupakan teladan bagi umat muslim di seluruh dunia dalam
menjalani menjalani kehidupan didunia ini dengan dengan
ajarannya yakni agama Islam.
Selanjutnya juga penulis ucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
1. Dr. Arief Subhan, M.A, Selaku Dekan Fakultas Imu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, S. Ag., M.Ed
selaku Wadek I Bidang Akademik, Dr. Hj. Raudhanah,
M.Ag selaku Wadek II Bidang Administrasi Umum, dan
Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A, Selaku Ketua Jurusan
Manajemen Dakwah dan Drs. Sugihart, M.A, Selaku
Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu
membimbing penulis selama kuliah.
iv
3. Drs. H. Hasauddin Ibnu Hibban, MA. Selaku Dosen
Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,
memotivasi, dan membimbing penulis sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmunya yang sangat
bermanfaat bagi penulis, sehingga penulis banyak
mendapatkan ilmu selama kuliah karena pelajaran-
pelajaran yang diajarkan.
5. Kepada orang tua, Bapak dan Ibu yang selalu
menyemangati dan mendo’akan agar segera bisa
menyelesaikan masa studinya, dan juga segala
pengorbanannya kepada penulis sehingga sekarang
penulis telah mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh jajaran pengurus KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia, Bapak Rachmat R Somadinata, Bapak
Budiman Indrajaya, dan Ibu Fariyanti, yang telah
membantu penulis untuk melakukan penelitian di KSPPS
Asy-Syirkah Muamalah Indonesia.
7. Terimakasih kepada keluarga besar UKM LDK Syahid
yang pernah berjuang bersama penulis untuk berdakwah
di kampus ini, semoga kita bisa dipertemukan di surga-
Nya kelak.
Juga untuk seluruh pihak yang namanya tidak mampu
penulis sebutkan, yang telah ikut berpartisipasi membantu penulis
v
untuk mengerjakan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan mereka denga sebaik-baiknya balasan. Dan
penulis sadari masih banyak ketidak sempuraan dalam penelitian
skripsi ini. Oleh karena itu kiranya bisa memberi kritik da saran
yanng membangun agar penelitian-penelitian sejenis berikutnya
bisa lebih baik.
Jakarta, 1 Maret 2018
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 5
1. Pembatasan Masalah . ............................................ 5
2. Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6
1. Tujuan Penelitian ................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ................................................. 7
D. Metodologi Penelitian ....................................................... 7
1. Metode Penelitian .................................................. 7
2. Subjek dan Objek Penelitian ................................. 8
3. Sumber Data ........................................................... 9
4. Teknik Pengumpulan Data .................................... 9
5. Teknik Pengolaan Data ......................................... 11
6. Tempat dan Waktu Penelitian ............................... 12
E. Kajian Pustaka .................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 15
vii
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PSAK 106
MUSYARAKAH,PEMBIAYAANMUSYARAKAH,
DAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN
PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 106
Musyarakah ....................................................................... 18
1. Cakupan Standar Akuntansi Musyarakah ............. 18
2. Tujuan .................................................................... 19
3. Ruang Lingkup ...................................................... 19
4. Karakteristik .......................................................... 19
5. Pengakuan dan Pengukuran .................................. 22
6. Akuntansi Untuk Mitra Aktif ................................ 22
7. Akuntansi Untuk Mitra Pasif ................................. 27
8. Penyajian ............................................................... 29
9. Pengungkapan ....................................................... 30
B. Pembiayaan Musyarakah .................................................. 31
1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah .................... 31
2. Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah ......... 37
3. Landasan Hukum Akad Musyarakah .................... 39
4. Jenis-Jenis Musyarakah ......................................... 42
5. Alur Prosedur Akad Musyarakah .......................... 45
C. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
(KSPPS) ............................................................................ 47
1. Pengertian KSPPS ................................................. 47
2. Prinsip-Prinsip KSPPS .......................................... 48
3. Perangkat Keorganisasian KSPPS ........................ 52
viii
4. Kegiatan Usaha KSPPS ......................................... 56
D. Ketentuan Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan
Pengungkapan Transaksi Pembiayaan Musyarakah Pada
PSAK 106...................................................................... 59
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KSPPS ASY-
SYIRKAH MUAMALAH INDONESIA CIRENDEU
KOTA TANGERANG SELATAN
A. Sekilas Tentang KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia ........................................................................... 67
B. Dasar Hukum, Visi, dan Misi KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia ......................................................... 69
C. Budaya Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia ........................................................................... 70
D. Struktur Organisasi dan Job Description KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia ............................................ 71
E. Produk dan Layanan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia ........................................................................... 80
BAB IV PENERAPAN PSAK 106 PADA PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH DI KSPPS ASY-SYIRKAH
MUAMALAH INDONESIA
A. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan
Transaksi Musyarakah Pada KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia ......................................................... 85
B. Analisis dan Penilaian Penerapan PSAK 106 Pada
Pencatatan Akutansi Tentang Pengakuan, Pengukuran,
ix
Penyajian dan Pengungkapan Musyarakah Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia ......................................................... 90
BAB V
A. Kesimpulan ................................................................... 101
B. Saran ............................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
adalah sebuah pernyataan yang bertujuan mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh sebuah lembaga
keuangan, baik itu lembaga keuangan konvensional maupun
syariah. Perbedaan antara lembaga keuangan konvesional
pada dasarnya adalah dari prinsipnya, dimana lembaga
keuangan syariah melarang adanya praktik riba atau bunga.
Oleh karena itu PSAK dalam lembaga keuangan syariah ini
sangat penting karena menentukan hak dan kewajiban pihak-
pihak yang bersangkutan dalam perjanjian akad transaksi
keuangan.
PSAK ini sendiri dicetuskan pada tahun 2002 oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia(IAI) setelah IAI membentuk
Komite Akuntansi Syariah di Indonesia. Sehingga kemudian
terbentuklah PSAK 59 yang memuat secara garis besar
tentang akuntansi perbankan syariah dan di sahkan pada 1
2
Mei 2002, namun PSAK 59 ini hanya berlaku selama lima
tahun, dikarenakan seiring berkembangnya lembaga
keuangan syariah di Indonesia, sehingga dilahirkanlah PSAK
101-108, dimana isi masing-masing PSAK ini adalah :
1. PSAK 101, memuat tentang penyajian laporan
keuagan syariah
2. PSAK 102, memuat tentang akuntansi murabahah
3. PSAK 103, memuat tentang akuntansi salam
4. PSAK 104, memuat tentang akuntansi istishna’
5. PSAK 105, memuat tentang akuntansi mudharabah
6. PSAK 106, memuat tentang akuntansi musyarakah
7. PSAK 107, memuat tentang akuntansi Ijarah
8. PSAK 108, memuat tentang akuntansi Penyelesaian
Utang Piutang Murabahah Bermasalah.
Akuntansi merupakan alat untuk merefleksikan
realitas. Akuntansi harus didasarkan pada etika realitas
dikonstruksi dalam kaitannya dengan nilai etika. Jika tidak,
realitas dalam akuntansi akan direfleksikan dalam presentasi
3
lain dan pada gilirannya akan menyesatkan pihak-pihak yang
tertarik padanya.1
Dan akuntansi syariah adalah kegiatan identifikasi,
klasifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses
perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai
bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi
berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak
menganduk zhulum (zhalim), riba, maysir (judi), gharar
(penipuan) barang yang membahayakan dan diharamkan.2
Urgensi pencatatan dalam akuntansi tersebut sejalan
dengan ajaran Islam yang berupaya untuk menjaga
terciptanya keadilan dalam masyarakat, karena akuntansi
memelihara catatan sebagai accountibility
(pertanggungjawaban) dalam menjamin akurasinya. 3
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia yang
semula berawal dari Koperasi Syariah Mitra Al-Amin
dimana pada saat itu memeiliki sebuah brand Asy-Syirkah
1 Iwan Triyuwon, Organisasi dan Akuntansi Syariah, (Yogyakarta:
LKIs, 2000), h. 323. 2 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, (Jakarta:
Renaisan,2005), h. 14. 3 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
199), h. 121.
4
Indonesia yang difungsikan oleh Koperasi Syariah Mitra Al-
Amin sebagai produk pembiayaan dengan akad musyaraah
baik untuk pembiayaan proyek ataupun alat produksi,
Koperasi Syariah Mitra Al-Amin mulannya didirikan dengan
Akta Pendirian No.02 Tanggal 22 Juli 2011 Notaris Haironi
Azizah, SH, MKn, dengan Pengesahan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI
No.518/44/BH/XI.08/Kop.UKM Tanggal 24/8/2011, dengan
modal awal 115.000.000,- SIUP No.503/001299-BP2T/30-
08/PK/X/2011 - NPWP 31.382.124.1-411.000. Sesuai
dengan produk andalannya tersebut maka pembiayaan
dengan nasabah yang banyak diterima dan dilakukan oleh
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia adalah
musyarakah, Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan
nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. 4
4 Adiwarman Karim, Bank Islam;Analisis Fiqih dan Keuangan, h.102
5
Didasarkan pada latar belakang yang telah penulis
jelaskan diatas, maka penulis berusaha untuk melakukan
penelitian terhadap pelaksanaan pencatatan akuntansi syariah
pada sebuah lembaga keuangan mikro dengan
memperhatikan PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah
yang berjudul : “Analisis Penerapan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 106 pada pembiayaan
musyarakah di KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
Cirendeu Kota Tangerang Selatan”.
B. Pembatasan dan perumusan masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini diambil
agar penelitian yang dilakukan tidak melebar, terarah,
dan tidak keluar dari tujuan penelitian ini, yakni seputar
penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 106 pada pembiayaan musyarakah di KSPPS
Asy-Syirkah Muamalah Indonesia.
6
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan
masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitan ini
adalah :
a. Bagaimana pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi musyarakah pada KSPPS
Asy-Syirkah Muamalah Indonesia?
b. Apakah pencatatan akuntansi musyarakah tentang
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan pada KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia sesuai dengan PSAK 106?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi musyarakah
pada KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia.
b. Untuk mengetahui kesesuaian pencatatan akuntansi
musyarakah tentang pengakuan, pengukuran,
7
penyajian, dan pengungkapan pada KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia dengan PSAK 106.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk mengetahui tentang pencatatan akuntansi
pada pembiayaan musyarakah di KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia
2) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian.
b. Manfaat Praktis
Sebagai referensi dan rujukan bagi lembaga
keuangan syariah yang melakuakan pembiayaan
musyarakah, agar memberikan manfaat dalam
penentuan langkah dan pengambilan keputusan.
D. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan kualitatif yang menghasilkan deskriptif
analisis dari realitas objek penelitian. Metode adalah
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
8
sasaran ilmu yang bersangkutan. Sedangkan penelitian
berarti segala aktifitas berdasarkan disiplin ilmu untuk
mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisa dan
menafsirkan kata-kata serta hubungan antara fakta-fakta
alam, masyarakat, kelakuan dan rohani manusia guna
menentukan prinsip-prinsip pengetahuan dan metode
baru dalam usaha menanggapi hal tersebut.5 Serupa
dengan pendapat dari Bogdan dan Taylor yang
mendefinisikan Metodologi Kualitatif adalah sebuah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia yang beralamat di Jl. Cirendeu Indah I, No.
165, Cirendeu-Tangsel 15419. Sedangkan yang menjadi
objek pada penelitian ini adalah Penerapan Pernyataan
5 Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia, 1998), h. 7 6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-11, h.3
9
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 106 pada
Pembiayaan Musyarakah.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer didapat melalui data internal
perusahaan dan melalui penggalian berbagai
pandangan internal dari unit-unit organisasi yang
terkait di perusahaan. Data primer ini menjadi
landasan penting tertama karena dapat memberikan
pandangansehingga perumusan yang dilakukan,
serta rekomendasi-rekomendasi yang diberikan
dapat lebih relevan.
b. Data Sekunder
Data sekunder peneliti dapatkan melalui
penelaah atas berbagai informasi relevan yang
dikeluarkan oleh pihak-pihak eksternal peruashaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam
penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan penulis adalah sebagai berikut:
10
a. Observasi,
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.7
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara
langsung kepada KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia penerapan Persamaan Standar Akuntani
Keuangan (PSAK) 106 terhadap pembiayaan
musyarakah.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan waktu
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewawancara(Interviewer) yang mengajukan
wawancara, dan terwawancara (Intervewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari dan
mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
7 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset,
1992), cet. Ke-2, h.129 8 Lexy Johanes Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), edisi revisi, set. Ke-26, h. 186
11
jurnal, majalah, notulensi rapat, agenda, dan lain-lain.9
Dalam hal ini penulis menggunakan data-data dan
sumber-sumber yang ada hubungannya dengan
masalah yang dibahas, yang penuis dapatkan dari
buku-buku, profil perusahan, Website, arsip-arsip,
catatan keuangan,dan lain-lain, yang berhubungan
dengan masalah penelitian penulis di KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia.
5. Teknik Pengelolaan Data
Teknik pengolaan data yang di gunakan oleh
penulis dalam mengelolah penelitian ini adalah dengan
menggunakan pola deskriptif analisis, dari hasil
observasi dan bahan pustaka, yakni penulis mencoba
memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh
kemudian menganalisa data tersebut dengan berpedoman
sumber-sumber tertulis dari orang-orang yang terlibat
dengan objek.
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 231
12
6. Tempat dan waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
melakukannya di kantor KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia yang beralamat di Jl. Cirendeu Indah I No.
165, Cirendeu-Tangsel 15419. Dengan waktu penelitian
sesuai yang akan disepakati kedepannya.
E. Kajian pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan dan mengkaji
beberapa referensi pustaka-pustaka yang ada, baik dalam
lingkup skala nasional dan internasional. Dan untuk langkah-
langkah berikutnya penulis akan melakukan studi
literasi/riset kepustakaan dan riset lapangan untuk
menyelesaikan penelitian ini. Adapun judul penelitian yang
serupa yang dijadikan pedoman oleh peneliti dalam
penulisan penelitian ini adalah :
No. Aspek
Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Penelitian
1 Judul Implementasi
Akuntansi
Analisis Penerapan
Pernyataan Standar
13
Musyarakah Terhadap
PSAK 106 pada BMT
Al-Munawwarah
Akuntasi Keuangan
(PSAK) 106 Pada
Pembiayaan
Musyarakah di
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
Cirendeu Kota
Tangerang Selatan
Pendekatan
Teori
Dalam Ayat Al-
Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 282,
menjelaskan bahwa
wajib bagi semua
pihak yang
melakukanmu’amalah
untuk mencatatnya
(menulisutang
piutang) dan juga
harus ada persaksian
dari pihak lain.
PSAK 106 yang
merupakan pedoman
standar untuk
melaukan pencatatan
akuntansi keuangan
pada akad
musyarakah, baik
untuk mitra aktif dan
mitra pasif.
Fokus Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
bagaimanakah aplikasi
akuntansi musyarakah
di BMT Al-
Untuk mengetahui
bagaimanakah
aplikasi akuntansi
musyarakah di
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
14
Munawwarah serta
kesesuaiannya dengan
PSAK 106.
serta kesesuaiannya
dengan PSAK 106.
Metode
Penulisan
Metode deskriptif
kuantitatif
Metode Deskriptif
Kualitatif
Persamaan Membahas aplikasi akuntansi musyarakah
serta kesesuaiannya dengan PSAK 106.
Perbedaan Tempat penelitian dan metode penulisan
No. Aspek
Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Penelitian
2 Judul Analisis Penerapan
Pernyataan Standar
Akuntansi (PSAK)
105 Pada Pembiayaan
Mudharabah di Bank
Muamalat Indonesia
Analisis Penerapan
Pernyataan Standar
Akuntasi Keuangan
(PSAK) 106 Pada
Pembiayaan
Musyarakah di
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
Cirendeu Kota
Tangerang Selatan
Pendekatan
Teori
Al-Qur’an An-Nisa
ayat 29, yang
memperbolehkannya
melakukan sebuah
akad mudharabah,
PSAK 106 yang
merupakan pedoman
standar untuk
melaukan pencatatan
akuntansi keuangan
15
karena bertujuan
membantu antara
pemilik modal dan
orang yang
membutuhkan uang.
pada akad
musyarakah, baik
untuk mitra aktif dan
mitra pasif.
Fokus Untuk mengetahui
bagaimanakah aplikasi
akuntansi mudharabah
di Bank Muamalat
serta kesesuaiannya
dengan PSAK 105.
Untuk mengetahui
bagaimanakah
aplikasi akuntansi
musyarakah di
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
serta kesesuaiannya
dengan PSAK 106.
Metode
Penulisan
Analisis Deskriptif
Kualiatif
Metode Deskriptif
Kualitatif
Persamaan Untuk mengetahui bagaimanakah aplikasi
akuntansi serta kesesuaiannya dengan PSAK.
Perbedaan Akad mudharabah dan musyarakah, Tempat,
PSAK
F. Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang
masalah, pembatasan masalah, tujuan dan
16
manfaat penelitian, kajian pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG PSAK 106,
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH, DAN
KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN
PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
Bab ini terdiri dari beberapa hal diantaranya
pegertian pernyataan standar akuntansi keuangan
106 musyarakah, pengertian pembiayaan
musyarakah, dan tentang koperasi simpan pinjam
dan pembiayaan syariah (KSPPS)
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG KSPPS ASY-
SYIRKAH MUAMALAH INDONESIA
CIRENDEU KOTA TANGERANG SELATAN
Bab ini terdiri dari sekilas tentang kspps asy-
syirkah muamalah indonesia, dasar hukum, visi,
dan misi, budaya pembiayaan, struktur organisasi
dan job description, dan produk dan layanan
17
BAB IV : PENERAPAN PSAK 106 PADA
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KSPPS
ASY-SYIRKAH MUAMALAH INDONESIA
Bab mekanisme pembiayaan produk musyarakah
pada kspps asy-syirkah muamalah indonesia,
ketentuan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi musyarakah menurut
psak 106, pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi musyarakah pada kspps
asy-syirkah muamalah indonesia, dan analisis
penerapan psak 106 pada pencatatan akutansi
tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan musyarakah asy-syirkah
muamalah indonesia
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari:
kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup. Pada
bagian akhir skripsi penulis menyertakan daftar
pustaka dan lampiran lampiran yang berkaitan
dengan penelitian yang telah dilakukan.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PSAK, PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH, DAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN
PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 106
Musyarakah
1. Cakupan Standar Akuntansi Musyarakah
Akuntansi musyarakah diatur didalam PSAK 106
tentang Akuntansi Musyarakah. Berdasarkan PSAK 106
tersebut, memuat pengakuan dan pengukuran tentang
transaksi musyarakah baik dari sisi mitra aktif maupun
dari mitra pasif.1 Menurut PSAK 106, mitra aktif adalah
pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola
sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola
atas namanya. Mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
mengelola usaha.2 Mitra aktif adalah pihak yang
bertanggungjawab untuk melakukan pengelolaan
1 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK
Syariah, (Jakarta:Penerbit Indeks, 2012), h. 250. 2 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, 2007, h.106.2.
19
sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan
akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut
mengelola usaha maka pihak tersebut yang akan
melakukan pencatatan akuntansi. Bank Syariah berada
pada posisi sebagai mitra yang pasif (tidak menjalankan
kegiatan usaha musyarakah).3
2. Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur
pengakuan, pengukuran, peyajian, dan pengungkapan
transaksi musyarakah.
3. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang
melakukan transaksi musyarakah. pernyataan ini tidak
mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad muasyarakah.4
4. Karakteristik
Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan
dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam
3 Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK
Syariah. 4 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.1.
20
musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun
yang baru. Selanjutnya salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah
disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus
kepada mitra lain.5
Investasi musyarakah dapat diberikan dalam
bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana
mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra
lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau
kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang
menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah:
a. Pelanggaran terhadap akad, antara lain,
penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya
dan pendapatan operasional; atau
b. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah.
Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang
bersengketa maka kesalahan yang disengaja harus
5 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.2-3.
21
dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang
berwenang.
Keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara
para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang
disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas) atau
sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra.
Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas
maupun aset nonkas).
Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau
nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad musyarakah
maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih
besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut
dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih
besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan
keuntungan lainnnya.
Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
22
diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah
investasi yang disalurkan.
Pengelola musyarakah mengadministrasikan
transaksi usaha yang terkait dengan investasi
musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi
tersendiri.
5. Pengakuan dan Pengukuran
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha
musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil,
maka mitra aktif atau pihak yang mengelola
usahamusyarakah harus membuat catatan akuntansi
yangterpisah untuk usaha musyarakah tersebut.6
6. Akuntansi Untuk Mitra Aktif
a. Pada Saat Akad
Investasi musyarakah diakui pada saat
penyerahan kas atau aset nonkas untuk usaha
musyarakah.
Pengukuran Investasi Musyarakah :
6 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.3-4.
23
1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
diserahkan; dan
2) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar
dan nilai buku aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian
aset musyarakah tersebut diamortisasi selama
masa akad musyarakah.
Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai
sebesar nilai wajar disusutkan dengan jumlah
penyusutan yang mencerminkan:
1) Penyusutan yang dihitung dengan model biaya
historis; ditambah dengan.
2) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena
penilaian kembali saat penyerahan aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
Jika proses penilaian pada nilai wajar
menghasilkan penurunan nilai aset, maka penurunan
24
nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset
nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru.
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
(misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Penerimaan dana musyarakah dari mitra
pasif (misalnya, bank syariah) diakui sebagai
investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana
syirkah temporer sebesar:
1) Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah
yang diterima; dan
2) Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar
nilai wajar dan disusutkan selama masa akad
atau selama umur ekonomis jika aset tersebut
tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.7
b. Selama Akad
7 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.4-5.
25
Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah
dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad
dinilai sebesar:
1) Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada); atau
2) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat
penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah
menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif
secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad ditambah dengan
jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi
kerugian (jika ada).8
c. Akhir Akad
8 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.5.
26
Pada saat akad diakhiri, investasi
musyarakah yang belum dikembalikan kepada mitra
pasif diakui sebagai kewajiban.9
d. Pengakuan Hasil Usaha
Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi
hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan
kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah.
Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif
diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil
dan kewajiban.
Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai aset musyarakah.
Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan
mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola
usaha musyarakah.
Pengakuan pendapatan usaha musyarakah
dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan
9 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.6.
27
bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari
catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha
yang dilakukan secara terpisah.10
7. Akuntansi Untuk Mitra Pasif
a. Pada Saat Akad
Investasi musyarakah diakui pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada mitra aktif.11
Pengukuran investasi musyarakah:
1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan; dan
2) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar
dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai:
Investasi musyarakah nonkas yang diukur
dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas
10
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.6. 11
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.6-7.
28
aset yang diserahkan, dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan (jika ada).
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
(misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra.
b. Selama Akad
Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah
dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir akad
dinilai sebesar:
1) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada); atau
2) Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat
penyerahan untuk usaha musyarakah setelah
dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah
menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif
secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang
dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
29
dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
kerugian (jika ada).12
c. Akhir Akad
Pada saat akad diakhiri, investasi
musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra
aktif diakui sebagai piutang.
d. Pengakuan Hasil Usaha
Pendapatan usaha investasi musyarakah
diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai
kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi
musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.13
8. Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut
yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan:
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra
aktif dan yang diterima dari mitra pasif disajikan
sebagai investasi musyarakah;
12
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.7-8. 13
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.8.
30
b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra
pasifdisajikan sebagai unsur dana syirkah temporer
untuk;
c. Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada,
disajikan sebagai unsur ekuitas.
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut
yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan:
a. Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra
aktif disajikan sebagai investasi musyarakah;
b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset
nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan
sebagai pos lawan (contra account) dari investasi
musyarakah.14
9. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait
transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada:
14
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106.
31
a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti
porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha
musyarakah, dan lain-lain;
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.15
B. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan Bab 1 Pasal 1 No. 12 bahasannya pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyedia uang atau
tagihan yang merupakan hasil persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain dimana
nantinya pihak lain wajib mengembalikan pinjaman
tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan
memberikan imbalan atau bagi hasil.
15
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h.106.9.
32
Menurut PP No. 9 Tahun 1995 Tentang
Perkoperasian, tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh
koperasi, pengertian pinjaman adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran
sejumlah imbalan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.
9/19/PBI/2007, pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan atau piutang yang dapat dipersamakan
dengan itu.
Menurut Undang-Undang (UU) No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah.
33
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau
sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang
mudharabah, salam, dan istishna‟.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
qardh.
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah
untuk transaksi multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank syariah dan/atau UUS dan pihak lin yag
mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jagka
waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan,
atau bagi hasil.
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang akan direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
34
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan.16
Menurut Sumiyanto, pembiayaan adalah aktivitas
menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota
pengguna dana, memilik jenis usaha yang akan dibiayai
agar diperoleh jenis usaha yang produktif,
menguntungkan dan dikelola oleh anggota yang jujur
dan bertanggungjawab.17
Dari pengertian Undang-Undang dan pendapat
beberapa ahli diatas dapat penulis simpulkan bahwa
pembiayaan adalah penyaluran dana yang dilakukan oleh
pihak pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan
penyaluran dana untuk mendukung proyek yang
direncanakan oleh pihak pemohon pembiayaan baik
berupa modal atau investasi, dengan kesepakatan
pembagian hasil usaha dan pembagian kerugian (Profit
& Loss Sharing).
16
Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputido, 2009), h. 20 17
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta:
ISES Pub, 2008), h. 165.
35
Musyarakah juga dapat diistilahkan dengan al-
syirkah. Definisi al-syirkah secara bahasa berarti al-
ikhtilah(pencampuran) atau persekutua dua orang atau
lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan
atau tidak dapat dipisahkan (Afzalur Rahman), istilah
lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau
kemitraan.18
Dewan Syariah Nasional MUI mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih utuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangka kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset non
kas yang diperkenankan oleh syariah.19
Transaksi musyarakah ini dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerjasama untuk
meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
18
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, (Padang: Akademia Permata, 2012), h.243. 19
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, No:
08/DSN-MUI/IV/2000, h.1.
36
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan
dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-
sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun tidak berwujud.20
Selajutnya, salah
satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi
hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap
atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi yang
diserahkan oleh para mitra dapat diberikan dalam bentuk
kas, setara kas, atau aset non kas.21
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang
bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan
(trading asset), kewiraswataan (entrepreneurship),
kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau
goodwill), kepercayaan/reputasi (credit wortiness) dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk
20
Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2016), cet. 11, h. 102. 21
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 244.
37
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa
batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.22
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
08/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 13 April 20000, bahwa
pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan
berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
2. Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal
proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama.
Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk
menjalankan proyek musyarakah dan tidak boleh
melakukan tindakan seperti :
22
Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan,
h. 102.
38
1) Menggabungkan dana proyek dengan harta
pribadi
2) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak
lain tanpa izin pemilik modal lainnya
3) Memberi pinjaman kepada pihak lain
4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan
pernyertaan atau digantikan oleh pihak lain
5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri
kerjasama bila :
a) Menarik diri dari perserikatan
b) Meninggal dunia
c) Menjadi tidak cakap hukum.
b. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan
jangka waktu proyek harus ditentukan bersama.
Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi dengan porsi konstribusi
modal.
c. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan
dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah
39
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.23
3. Landasan Hukum Akad Musyarakah
a. Al-Qur’an
1) Q.S. Shad(38) : 24
“Dia (Dawud) berkata,”Sungguh dia
telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada
kambingnya. Memang banyak di antara orang-
orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
23
Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan,
h. 102-103.
40
dan mengerjakan kebajikan; dan hanya
sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud
menduga bahwa kami mengujinya; maka dia
memohon ampunan kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud bertaubat”.
2) Q.S. Al-Maidah(5) : 1
“Wahai orang-orang yang beriman!
Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan
bagimu kecuali yang akan disebutka kepadamu,
dengan tidak menghalalkan berburu ketika
41
kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai
dengan yang Dia kehendaki”.
Dari ayat diatas menunjukan pengakuan
Allah SWT akan adanya perserikatan dalam
kepemilikan harta, perkongsian terjadi secara
otomatis karena warisan, terjadi atas dasar akad
(ikhtiari).
b. Hadits
1) Hadis Riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW berkata :
“Allah swt. berfirman: „Aku adalah pihak
ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak
yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu
Daud, yang dishahihkan oleh al- Hakim, dari
Abu Hurairah).
2) Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin
‘Auf:
42
“Perdamaian dapat dilakukan di antara
kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram.”
4. Jenis-Jenis Musyarakah
Akad Musyarakah berdasarkan eksistensinya
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu syirkah al-milk dan syirkah
al-„uqud :24
a. Syirkah Al-Milk, mengandung arti kepemilikan
bersama (co-ownership) yang keberadaann yang
muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh
kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu
kekayaan (aset).
b. Syirkah Al-„Uqud, yaitu kemitraan yang tercipta
dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk
24
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 246.
43
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
Syirkah Al-„Uqud dibedakan menjadi :
1) Syirkah Abdan (syirkah fisik)
Adalah bentuk kerjasma anatara dua pihak atau
lebih dari kalangan pekerja/profesinal dimana
mereka sepakat untuk bekerja sama
mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi
penghasilan yang diterima.
2) Syirkah Wujub
Adalah kerjasama antara dua pihak diaman
masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan
usahanya berdasarkan kepercayaan pihak
ketiga. Masing-masing mitra menyumbangkan
nama baik, reputasi, credit worthiness, tanpa
menyetorkan modal.
3) Syirkah ‟Inan
Adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan
komposisi pihak-pihak yag terihat di dalamnya
tidak sama, baik dalam hal modal maupun
44
pekerjaan. Tanggungjawab para mitra dapat
berbeda dalam pengelolaan usaha.
4) Syirkah Mufawadah
Adalah bentuk kerjasama dimaan posisi
komposisi pihak-pihak yag terlibat didalamnya
harus sama, baik dalam hal modal pekerjaan,
agama, keuntungan maupun resiko kerugian.
Masing-masing mitra memiliki kewenangan
penuh untuk berindak bagi dan atas nama pihak
yang lain.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK), akad musyarakah terbagi menjadi
dua yaitu musyarakah permanen dan musyarakah
menurun.
a. Musyarakah Permanen
Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya
tetap hingga akhir masa akad.25
25
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, (Jakarta: 2007), h. 106.2.
45
b. Musyarakah Menurun/Mutanakisah
Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan
dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya
sehingga bagian dananya akan menurun dan pada
akhir akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik
penuh musyarakah tersebut.26
5. Alur Prosedur Akad Musyarakah27
Berikut ini gambar alur prosedur dari akad
musyarakah:
26 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 106, h. 106.2. 27
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 247-248.
46
Penjelasan :
a. Dimulai dari pengajuan permohonan investasi
musyarakah oleh nasabah dengan mengisiformulir
permohonan pembiayaan. Selajutnya, pihak bank
melakukan evaluasi kelayaka investasi musyarakah
yang diajukan nasabah dengan menggunakan
analisis 5C (Character, Capacity, Capital,
Commitment, dan Collateral).
b. Bank dan nasabah mengkontribusikan modalnya
masing-masing dan nasabah sebagai mitra aktif
mulai mengelola usaha yag disepakati berdasarkan
kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.
c. Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan. Keuntungan yag diperoleh
akan dibagi antara bank dengan nasabah sesuai
dengan porsi yang telah disepakati.
d. Bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil
masing-masing berdasarkan metode perhitunga yag
telah disepakati.
47
e. Bank menerima pengembalian modalnya dari
nasabah. Jika nasabah telah mengembalikan semua
modal milik bank, usaha selanjutnya menjadi milik
nasabah sepenuhnya.
C. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
(KSPPS)
1. Pengertian KSPPS
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan sebagaimana yang
dimaksud dalam peraturan perundangan-undangan
perkoperasian.28
Dan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS) adalah koperasi yang kegiatan
usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan
sesuai prinsip syariah, termasuk zakat,infaq/sedekah, dan
28
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015. h. 5
48
wakaf. Dan juga koperasi konvensional sekarang pun
kebanyakan tidak terlepas dari unit operasi yang
dimilikinya yang bergerak sesuai dengan prinsip syariah,
yaitu, Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Koperasi (USPPS Koperasi) yang merupakan unit
koperasi yang bergerak di bidang usaha meliputi
simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip
syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan
wakaf sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang
bersangkutan.29
KSPPS terbagi menjadi 2 jenis, pembagian ini
berdasarkan keanggotaan koperasi tersebut :
a. KSPPS primer adalah koperasi yang didirikan oleh
dan beranggotakan orang-seorangan
b. KSPPS sekunder adalah koperasi yang didirikan
oleh dan beranggotakan beberapa KSPPS30
2. Prinsip-Prinsip KSPPS
a. Keanggotaan Bersifat Sukarela dan Terbuka
29
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015. 30
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015. H. 6.
49
Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan
koperasi mengandung makan bahwa menjadi
anggota koerasi adalah atas dasar kesadaran tanpa
adanya unsur paksaan dari siapapun. Dengan kata
lain, sukarela berarti bahwa seorang anggota
dapatmendaftarakan/mengundurkan diri dari
koperasinya sesuai dengan syara yang ditentukan
dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat
terbuka mengandung pengertian bahwa dalam
keanggotaan koperasi tidak boleh dilakukan
pembatasan atau diskriminasi dalam bentu apapun.31
b. Pengelolaan Dilakukan Secara Demokratis
Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan
koperasi dilakukan atas kehedak para anggotanya.
Implementasi dari kehendak tersebut diwujudkan
melalui rapat-rapat anggota untuk menetapkan dan
melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Kekuasaan ditentukan dari hasil keputusan yang
diambil berdasarkan musyawarah mufaat diantara
31
Burhanuddin, Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia,
(Malang: UIN Maliki Press, 2013), h. 13.
50
para anggota. Namun apabila melalui musyawarah
ternyata tidak tercapai kata sepakat, baru kemudian
keputusan diambil melalui voting untuk menentukan
suara terbanyak.32
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Dilakukan
Secara Adil
Pembagian ini harus sebanding dengan beasrnya
jasa usaha masing-masing anggota. Pembagian sisa
hasil usaha (SHU) kepada anggota dilakukan tidak
semata-mata berdasarkan pada modal yang disimpan
/disertakan oleh seseorang anggota dalam koperasi,
tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa
usaha(transaksi) yang telah diberikan aggota
terhadap koperasi. Berlakunya ketentua yang
demikian ini merupakan perwujudan dari nilai-nilai
keadilan.33
32
Burhanuddin, Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia.
h.13. 33
Burhanuddin, Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia.
h.13
51
d. Pemberian Balas Jasa yang Terbatas Terhadap
Modal
Kedudukan modaldalam koperasi pada umumnya
dipergunakan untuk memulai usaha, sehingga
diharapkan dapat segera memberikan manfaat
kepada semua anggotanya. Namun berbeda dengan
badan usaha lainnya, pemberian imbalan jasa
melalui wadah koperasi tidak semata-mata
ditentukan oleh besarnya modal meainkan yang
lebih diutamakan adalah sejauh mana partisipasi
anggota dalam mengembangkan usaha tersebut.
Partisipasi anggota wujudnya bias beraneka ragam,
diantaranya dengan menjadikan koperasi sebagai
tempat transaksi untuk memenuhi kebutuhannya.34
e. Kemandirian
Mengandung pengertian bahwa koperasi harus
mampu berdiri sendiri, tanpa selalu bergantung pada
pihak lain. Disamping itu, kemandirian mengandung
makna kebebasan yang bertanggung jawab,
34
Burhanuddin, Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia.
h.13.
52
otonomi, swadaya, berani mempertanggung
jawabkan perbuatan dan kehendak untuk mengelola
diri sendiri. Prinsip ini pada hakikatnya merupakan
factor pendorong bagi anggota koperasi untuk
menigkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri
dalam mencapai tujuannya.karena itu agar koperasi
mampu mencapai kemandirian, peran serta anggota
sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa sangat
menentukan.35
f. Melaksanakan Prinsip Syariah
Prinsip syariah adalah prinsip yang dimana koperasi
syariah harus menerapkan hukum Islam dalam
kegiatan usaha koperasi berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI).36
3. Perangkat Keorganisasian KSPPS
Perangkat Keorganisasian KSPPS terdiri dari :
35
Burhanuddin, Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia.
h.13 36
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015. H.25
53
a. Pengurus Koperasi
Pengurus Koperasi adalah anggota koperasi yang
diangkat dan dipilih dalam rapat anggota untuk
mengurus organisasi dan usaha koperasi. Untuk
Pengurus koperasi sekunder berasal dari perwakilan
yang diusulkan koperasi primer anggotanya.
Pengurus bertanggungjawab mengenai segala
kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada
Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.
Seorang pengurus KSPPS Primer dilarang
merangkap sebagai pengurus atau pengawas pada
KSPPS Primer lainnya. Pengurus diberhentikan oleh
anggota dalam Rapat Anggota.37
b. Pengawas
Pengawas adalah anggota koperasi yang diangkat
dan dipilih dalam rapat anggota untuk mengawasi
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
koperasi. Pengawas koperasi sekunder berasal dari
perwakilan yang diusulkan koperasi primer
37
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015, h. 18-19.
54
anggotanya. Pengawas bertanggungjawab pada
Rapat Anggota dan Rapat anggota luar biasa.
Pengawas diberhentikan oleh anggota dalam rapat
anggota. Seorang Pengawas KSPPS Primer dilarang
merangkapsebagai pengurus atau pengawas pada
KSPPS Primer lainnya. Apabila ditemukan
permasalahan yang berpotensi menjadi kasus
hukum, pengawas dapat memintabantuan jasa
kantor akuntan publik atau kantor jasa audit untuk
melakukan audit khusus.38
c. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang
dipilih oleh koperasi yang bersangkutan berdasarkan
keputusan rapat anggota dan beranggotakan alim
ulama yang ahli dalam syariah yang menjalankan
fungsi dan tugas sebagai pengawas syariah pada
koperasi yang bersangkutan dan berwenang
memberikan tanggapan atau penafsiran terhadap
fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.
38
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015, h. 19-20.
55
Jumlah Dewan Pengawas Syariah paling sedikit
berjumlah 2 orang dan setengahnya memiliki
sertifikasi DSN-MUI. Dewan pengawas syariah
diutamakan dari anggota koperasidan dapat diangkat
dari luar anggota koperasi untuk masa jabatan paling
lama 2 (dua) tahun.39
d. Pengelola
Pengelola adalah anggota koperasi atau pihak ketiga
yang diangkat oleh pengurus dan diberi wewenang
untuk mengelola usaha koperasi atau Unit Simpan
Pinjam Koperasi. Pengelola usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah koperasi wajib memiliki
sertifikat standar kompetensi pengelola usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi yang
telah memperoleh lisensi sesuai peraturan
perundang-undangan. Hubungan kerja antara
pengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dengan pengurus KSPPS adalah hubungan
39
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015, h. 20-21.
56
kerja atas dasar perikatan yang memuat paling
sedikit:40
1) Jangka waktu perjanjian kerja;
2) Wewenang, tanggungjawab, hak dan kewajiban
masing-masing pihak;
3) Penyelesaian perselisihan.
4. Kegiatan Usaha KSPPS
a. Simpanan
Kegiatan menghimun dana dalam bentuk simpanan
dilakukan dari anggota yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah dengan akad
wadiah mudharabah. KSPPS bebas menentukan
bentuk simpanan dengan nama produk yang telah
ditentuka dan disepakati oleh pengurus dan telah
mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas
Syariah. Pengurus berwenang untuk menentukan
besarnya bagi hasil dan imbal jasa atau bonus yang
diberikan ke simpanan anggota. Perhitungan bagi
hasil untuk simpanan yang menggunakan akad
40
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015, h. 21-22.
57
mudharabah berasal dari pendapatan operasional
utama KSPPS atau USPPS Koperasi, sedangkan
untuk perhitungan imbal jasa atau bonus yang
bersifat sukarela untuk simpanan yang
menggunakan akad wadiah didasarkan kepada
kebijakan operasional KSPPS atau USPPS koperasi.
KSPPS dan USPPS Koperasi wajib menjamin
keamanan simpanan dan tabungan anggota, calon
anggota, koperasi lain dan atau anggotanya.41
b. Pinjaman dan Pembiayaan Syariah
Pelaksanaan pemberian pinjaman dan pembiayaan
syariah oleh KSPPS dan USPPS Koperasi wajib
memperhatikan prinsip pemberian pinjaman yang
sehat. Besarnya marjin dan nisbah bagi hasil serta
besarnya imbal jasa atau bonus ditetapkan dalam
rapat anggota. Pemberian pinjaman dan pembiayaan
syariah diutamakan untuk memenuhi kebutuhan
anggota. Pada transaksi akad musyarakah,
KSPPS/USPPS Koperasi wajib melakukan
41
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015, h. 28.
58
pembinaan kepada anggota untuk memisahkan
antara harta pribadi dengan harta yang digunakan
untuk usaha. 42
c. Kegiatan Maal
KSPPS atau USPPS koperasi juga diperbolehkan
menyelenggarakan kegiatan maal dalam rangka
pemberdayaan anggota dan masyarakat dibidang
sosial dan ekonomi. Kegiatan Maal ini dilakukan
melalui penghimpunan dan pengelolaan dana zakat,
infaq, shadaqah, wakaf, dan dana sosial lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
prinsip syariah. Kegiatan Maal wajib dilaporkan
dalam laporan sumber dan penggunaan dana zakat,
infaq, shadaqah, wakaf, dan dana sosial lainnya,
terpisah dari laporan keuangan kegiatan usaha
koperasi.43
42
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015, h. 29. 43
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015.
59
D. Ketentuan Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan
Pengungkapan transaksi Pembiayaan Musyarakah Pada
PSAK 106
1. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan Pengukuran Investasi
Musyarakah(Pada Saat Akad)44
Biaya pra-akad yang terjadi akibat akad
musyarakah (biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. Investasi
musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aset nonkas kepada mitra akif. Adapun
rekening investasi musyarakah dapat diukur dalam
bentuk kas maupun aset nonkas :
a) Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk
kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan. Jurnal
yang harus dibuat oleh bank syariah untuk mencatat
investasi musyarakah dalam bentuk kas adalah:
44
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 252- 253.
60
Rekening Debit Kredit
Dr. Investasi Musyarakah XXX
Cr. Kas XXX
b) Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk
aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat
aset nonkas, maka perlakuannya adalah sebagai
berikut:
1) Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai
tercatat maka diakui sebagai keuntungan
tangguhan dan diamortisasi selama masa akad.
Jurnal yang harus dicatat oleh KSPPS untuk
mencatat keuntungan tangguhan adalah:
Rekening Debit Kredit
Dr. Investasi Musyarakah XXX
Cr. Aset Nonkas XXX
Cr. Keuntugan Tangguhan XXX
Setelah dilakukan pengakuan keuntungan
tangguhan, KSPPS harus melakukan amortisasi
keuntungan tangguhan tersebut selama masa
61
manfaat. Adapun jurnal amortisasi keuntungan
tengguhan yang harus dicatat oleh KSPPS
adalah sebagai berikut:
Rekening Debit Kredit
Dr. Keuntungan Tangguhan XXX
Cr. Keuntungan XXX
2) Sebaliknya, apabila nilai wajar lebih kecil
daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
kerugian pada saat terjadinya. Berikut jurnal
yang harus dibuat oleh KSPPS untuk mencatat
kerugian pada saat penyeraan aset nonkas:
Rekening Debit Kredit
Dr. Investasi Musyarakah XXX
Dr. Kerugian XXX
Cr. Keuntungan XXX
c) Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan
nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang
nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang
diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan
tangguhan. Jurnal yang harus dibuat oleh KSPPS
62
untuk mencatat penyusutan investasi musyarahak
(aset tetap) adalah :
Rekening Debit Kredit
Dr. Beban Penyusutan XXX
Cr. Investasi Musyarakah XXX
d) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalya
biaya studi keayakan) tidak dapat diakui sebagai
investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra musyarakah.
Pengakuan dan Pengukuran Keuntungan/Kerugian
(Selama Akad)45
Dari investasi musyarakah, dapat diperoleh
keuntungan atau kerugian dari usaha yang dijalankan.
Berikut adalah jurnal yang dapat dibuat oleh KSPPS,
meliputi:
45
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 253-254.
63
a) Apabila dari investasi musyarakah diperoleh
keuntungan, maka jurnal yang harus dibuat oleh
KSPPS adalah :
Rekening Debit Kredit
Dr. Kas/Piutang XXX
Cr. Pendapatan/Bagi Hasil XXX
b) Apabila dari investasi musyarakah ang dilakukan
diperoleh kerugian, maka jurnal yang harus dibuat
oleh KSPPS adalah :
Rekening Debit Kredit
Dr. Kerugian XXX
Cr. Penyisihan Kerugian XXX
Pengakuan dan Pengukuran pada Akhir Akad46
a) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa
aset nonkas, dan di akhir akad dikembalikan dalam
bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang
disepakati pada saat penyerahan aset. Jurnal yang
46
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 254-255.
64
harus dibuat oleh KSPPS apabila tidak ada kerugian
adalah:
Rekening Debit Kredit
Dr. Kas XXX
Cr. Investasi Musyarakah XXX
Sebaliknya, apabila terjadi kerugian, maka jurnal
yang harus dibuat oleh KSPPS adalah:
Rekening Debit Kredit
Dr. Kas XXX
Dr. Penyisihan Kerugian XXX
Cr. Investasi Musyarakah XXX
b) Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan
dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan
atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara
nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan kepada
setiap mitra usaha nisbah. Jurnal yang harus dibuat
oleh KSPPS untuk mencatat pejualan aset nonkas
yang mengalami keuntungan adalah:
65
Rekening Debit Kredit
Dr. Kas XXX
Cr. Investasi Musyarakah XXX
Cr. Keuntungan XXX
Sebaliknya, apabila dalam penjualan investasi
musyarakah mengalami kerugian, maka jural yang
harus dibuat KSPPS adalah :
Rekening Debit Kredit
Dr. Kas XXX
Dr. Kerugian
Cr. Investasi Musyarakah XXX
c) Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah
menurun (dengan pengembalian dana mitra usaha
secara bertahap) nilai investasi musyarakah sebesar
jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
diserahkan pada awal pada awal akad ditambah
jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif. Adapun bagian
mitra pasif, nilai investasi musyarakahnya sebesar
kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal
akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra
aktif jika ada.
66
2. Peyajian dan Pengungkapan
Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan
sebagai berikut :47
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra
aktif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b) Keuntungan tanggungan dari selisih penilaian aset
nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan
sebagai pos lawan (contra account) dari investasi
musyarakah.
Mitra pasif dapat mengungkapkan hal-hal yang terkait
transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas pada :
a) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti
porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha
musyarakah, dan lain-lain.
b) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.
101 tentang penyajian Laporan Keuangan Syariah.
47
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, h. 255.
67
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG KSPPS ASY-SYIRKAH
MUAMALAH INDONESIA CIRENDEU KOTA
TENGERANG SELATAN
A. Sekilas Tentang KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia yang
semula berawal dari Koperasi Syariah Mitra Al-Amin
dimana pada saat itu memeiliki sebuah brand Asy-Syirkah
Indonesia yang difungsikan oleh Koperasi Syariah Mitra Al-
Amin sebagai produk pembiayaan dengan akad musyarakah
baik untuk pembiayaan proyek ataupun alat produksi,
Koperasi Syariah Mitra Al-Amin mulannya didirikan dengan
Akta Pendirian No.02 Tanggal 22 Juli 2011 Notaris Haironi
Azizah, SH, MKn, dengan Pengesahan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI
No.518/44/BH/XI.08/Kop.UKM Tanggal 24/8/2011, dengan
modal awal 115.000.000,- SIUP No.503/001299-BP2T/30-
08/PK/X/2011 - NPWP 31.382.124.1-411.000 Keinginan
yang kuat Anggota Pendiri berperan secara aktif dalam
68
mengembangkan kegiatan ekonomi anggota dan masyarakat
pada umumnya secara syariah di sektor usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM), timbul karena melihat adanya
kecenderungan kesadaran umat Islam menjalankan syariat
agamanya secara kaffah diberbagai aspek kehidupan baik
dalam aqidah, ibadah juga muamalah.
Meningkatnya kesadaran kaum muslimin dalam
kegiatan muamalah secara syar’i, mendorong meningkatnya
kebutuhan pedagang/pelaku usaha kaum muslimin kelas
menengah; untuk menabung, memenuhi kebutuhan consumer
produk dan berinvestasi disertai transaksinya berdasarkan
prinsip bagi hasil. Sistem jual beli serta prinsip bagi hasil
merupakan solusi sistem dalam ekonomi dan keuangan
syariah yang bercirikan saling menguntungkan bagi nasabah
dan lembaga keuangan syariah, sistem yang menonjolkan
aspek keadilan dalam bertransaksi tanpa riba, gharar, maysir
dan dzalim.1
1 https://www.asysyirkahindonesia.com/?page_id=739, (Diakses pada
17 Februari 2018)
69
B. Dasar Hukum, Visi, dan Misi KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia2
1. Dasar Hukum Pendirian KSPPS Asy-Syirkah Indonesia
Berdasarkan Akte Notaris No. 02 Tgl 22 Juli 2011
dan Akte Perubahan No. 02 Tgl. 28 November 2017
telah ditetapkan oeh Menteri Perkoperasian dan UKM RI
No. 000353/PAD/DEP.I/XII/2017 Tgl. 21 Desember
2017.
2. Visi
Menjadi koperasi terbaik di indonesia untuk
kemaslahatan ummat dalam ridho Allah SWT.
3. Misi
a. Menciptakan kesejahteraan bagi para anggota yang
berkesinambungan.
b. Berdaya guna sebagai mitra strategis dan terpercaya
bagi anggota.
c. Berkontribusi dalam perkembangan perkoperasian
di Indonesia ; dan
2 Kebijakan Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia,
2017, h. 1.
70
d. Mengelola Koperasi dan unit usaha secara
profesional dengan menerapkan prinsip “Good
Corporate Governance”
C. Budaya Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia
Sejalan dengan budaya kerja KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia, dalam rangka mencapai sasaran kerja
di bidang pembiayaan berupa keseimbangan antara volume
dengan kualitas pembiayaan, “Budaya Pembiayaan” KSPPS
berbasis :
1. Dilaksanakannya dengan ‘Adalah (Adil), Itqan
(Profesional), Amanah (Jujur), Amanah (Jujur), Ta’awun
(Saling Menolong) dan Maslahah (Kemanfaatan); dan
2. Terhindar dari unsur-unsur Maysir (Perjudian), Tadlis
(Penipuan), Gharar (Ketidakpastian), Riba, Zulm
(Penganiayaan), Risywah (Suap), Barang dan Jasa yang
Haram dan/atau Maksiat;3
3 Kebijakan Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia,
2017, h. 3.
71
D. Organisasi dan Job Description KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia4
1. Struktur Organisasi
2. Job Description
a. Dewan Pengawas Syariah5
1) Menganalisis laporan yang disampaikan oleh
dan/atau yang diminta dari Direksi, pelaksana
fungsi audit intern dan/atau fungsi kepatuhan
untuk mengetahui kualitas pelaksanaan
4 Buku Panduan Rapat Anggota Tahunan KSPPS Asy-Syirah
Muamalah Indonesia 2016, h. 23. 5 Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h. 5.
72
pemenuhan Prinsip Syariah atas kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa KSPPS.
2) Menetapkan jumlah uji petik (sampel) transaksi
yang akan diperiksa dengan memperhatikan
kualitas pelaksanaan pemenuhan Prinsip
Syariah dari masing-masing kegiatan. Pada
setiap awal tahun, DPS KSPPS melakukan rapat
internal DPS untuk menentukan beberapa
cabang yang akan diuji petik.
3) Memeriksa dokumen transaksi yang diuji petik
untuk mengetahui pemenuhan Prinsip Syariah
sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan
internal Bank yang berlaku. Fokus pemeriksaan
DPS KSPPS adalah terhadap pemenuhan aspek-
aspek syariah compliance. Antara lain; 1)
kesesuaian akad yang digunakan, 2)
terpenuhinya unsur-unsur akad dimaksud pada
suatu skim pembiayaan, 3) pemeriksaan
terhadap SP3, akad dan akta notaril.
73
4) Melakukan inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan dan/atau konfirmasi kepada
pengurus KSPPS dan/atau nasabah untuk
memperkuat hasil pemeriksaan dokumen.
b. Ketua Umum6
1) Ketua Umum dan salah seorang Ketua
mewakili Koperasi Syariah baik di dalam
maupun di luar pengadilan dan berhak mengikat
KSPPS dalam tindakan mengenai pengurus
maupun tindakan-tindakan yang melibatkan
harta kekayaan dengan pembatasan sebagai
berikut :
a) Mendapatkan atau melepaskan barang-
barang tidak bergerak milik Koperasi
Syariah;
b) Menjamin dengan cara apapun harta milik
Koperasi Syariah;
c) Meminjam dengan cara apapun atas nama
Koperasi Syariah;
6 Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h. 6.
74
2) Ketua Umum bersama Sekretaris dan
Bendahara melaksanakan tugas harian
pengurus;
3) Ketua Umum mengadakan dan memimpin
Rapat Pengurus;
4) Ketua Umum mmberikan laporan kegiatan
organisasi dalam Rapat Umum Anggota
5) Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau
berhalangan karena alasan apapun juga, salah
seorang Ketua harus melaksanakan tugas-tugas
Ketua Umum.
6) Menyusun program rencana kerja dan mencari
peluang pengembangan usaha bidang pembiay-
aan/penyaluran dana:
a) Investasi di usaha-usaha produksi yang
menguntungkan, aman dan syar’i
b) Kerjasama dengan Perusahaan-perusahaan
dan Lembaga Keuangan untuk chanelling
agent
75
7) Dan usaha lainnya yang menguntungkan, aman
dan syar’i
c. Ketua I (Bidang Business Development)7
1) Menyusun program rencana kerja pengemba-
ngan usaha bidang pendanaan/penghimpunan
dana dari berbagai sumber, antara lain:
a) Sumber internal yakni dengan memberday-
akan potensi para anggota pendiri
b) Jaringan para anggota pendiri
c) Lembaga Keuangan Bank Syariah, lembaga
Non-Bank, Pemda, dan Kementrian
2) Menyusun program kerja pengembangan usaha/
business development, antara lain:
a) Menetapkan unit-unit usaha Koperasi/
Strategic Business unit yang baik dan men-
guntungkan untuk dikembangkan
b) Mencari peluang kerjasama dengan
perusahaan-perusahaan swasta/pemerintah
untuk pengembangan KSPPS
7 Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h. 7.
76
c) Memberikan masukan atas produk-produk
KSPPS untuk menjadi produk unggulan
3) Melakukan koordinasi dengan Dewan
Pengawas Syariah untuk aspek syariah,
Pengurus lainnya dan dengan pengelola
d. Ketua II (Bidang SDI dan Legal)8
1) Tugas SDI :
a) Menangani berbagai masalah Sumber Daya
Insani (SDI) KSPPS sehingga dapat menu-
njangaktifitas KSPPS demi tercapai-nya
tujuan yang telah ditentukan.
b) Menempatkan orang-orang yang tepat
untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan
yang tepat pada saat KSPPS memerlu-
kannya
c) Melakukan pengembangan dan evaluasi
pengelola/karyawan
d) Memberikan kompensasi dan proteksi pada
pengelola/karyawan
8 Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h. 8.
77
e) Memproses pelanggaran disiplin
pengelola/karyawan
f) Menyusun program diklat dan pengemban-
gan karir pengelola/karyawan
g) Memelihara data base pengurusan/ kepega-
waian KSPPS.
2) Tugas Legal :
a) Melaksanakan penyusunan peraturan
internal KSPPS ( Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, serta Peraturan
Khusus lainnya)
b) Pemberian pertimbangan dan nasehat
hukum
c) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi
bantuan hukum dengan instansi yang
bewenang
d) Pelaksanaan pengkajian produk KSPPS
e) Pengadministrasian data dan informasi
hukum, peraturan perundangan dan lain-
78
lain khususnya yang berkaitan dengan
KSPPS.
e. Sekretaris9
1) Mengatur rapat-rapat, membuat berita acara
Rapat Tahunan dan Rapat Luar Biasa Anggota
KSPPS dan mengatur penyebaran berita acara
tersebut kepada semua Anggota bersangkutan;
2) Memelihara tata usaha keanggotaan, permoho-
nan, pendaftaran, pencatatan, iuran/biaya para
anggota;
3) Sekretaris membuat berita acara risalah-risalah
Rapat Anggota dan Rapat Pengurus.
4) Dalam hal Ketua Umum dan Ketua tidak hadir
atau berhalangan karena alasan apapun juga ,
Sekretaris harus melaksanakan tugas Ketua
Umum.
9 Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h. 9.
79
f. Bendahara10
1) Menyelenggarakan tata usaha keuangan dan
pembukuan kegiatan organisasi, termasik
menagih dan menerima semua iuran, menerima
semua sumbangan dan melakukan pembayaran-
pembayaran;
2) Menggalang sumber dana untuk membiayai
kegiatan-kegiatan organisasi;
3) Membuat laporan keuangan dari semua
kegiatan organisasi yang telah diaudit untuk
disampaikan dalam Rapat Anggota;
4) Membuat pembukuan dan laporan kekayaan
KSPPS;
5) Dalam hal Ketua Umum dan Ketua serta
Sekretaris tidak hadir atau berhalangan karena
alasan apapun juga, Bendahara melaksanakan
tugas Ketua Umum.
10
Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h.
9.
80
g. Koordinator Koperasi11
1) Bertanggungjawab pembukuan keuangan
2) Bertanggungjawab untuk SDM dan umum
3) Bertanggungjawab untuk administrasi
pembiayaan
4) Bertanggungjawab untuk pemasaran produk
5) Bertanggungjawab untuk penagihan nasabah
E. Produk dan Layanan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia
1. Musyarakah (Modal Kerja Perdagangan)12
Dalam akad ini sistem yang digunakan adalah
profit and loss sharing dimana keuntugan dan kerugian
yang akan terjadi di tanggung bersama dengan
kesepakatan pembagian keuntungan dan kerugiannya
sesuai kesepakatan diawal terjadinya akad.
a. Fitur Pembiayaan
1) Jangka waktu disesuaikan
11
Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, h.
10. 12
SOP Pembiayaan: Permohonan Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia, 2017, h. 1.
81
2) Pembiayaan dapat bersifat revolving dan non
revolving
3) Pengembaian modal pokok dan bagi hasil
dilakukan secara termin sesuai dengan
penghasilan perdagangan
4) Nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
b. Syarat Pengajuan
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
2) Domisili usaha di daerah Jabodetabek dan
tempat lainnya setelah mendapat persetujuan
komite pembiayaan
3) Memiliki jaminan aset yang mengcover 130%
dari nilai pengajuan
4) Pelaku usaha menempatkan modal/dana sendiri
minimal 20%
5) Nasabah harus punya catatan/administrasi
keuangan secara harian (misal dalam bentuk
cash register)
6) Neraca laba dan rugi bulanan
82
7) Mempunyai produk yang diperjual belikan yang
legal dan halal menurut syariat Islam
8) Melaksanakan Stock Opname seluruh
persediaan produk
9) Menyerahkan dokumen-dokumen yang
dipersyarakan
2. Musyarakah (Modal Kerja Berbasis Proyek)13
Dalam akad ini sistem yang digunakan adalah
profit and loss sharing dimana keuntugan dan kerugian
yang akan terjadi di tanggung bersama dengan
kesepakatan pembagian keuntungan dan kerugiannya
sesuai kesepakatan diawal terjadinya akad.
a. Fitur Pembiayaan
1) Jangka waktu disesuaikan
2) Pembiayaan dapat bersifat revolving dan non
revolving
3) Pengembaian modal pokok dan bagi hasil
dilakukan secara termin sesuai dengan
pembayaran dari bowheer
13
SOP Pembiayaan: Permohonan Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia, 2017, h. 2.
83
4) Nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
b. Syarat Pengajuan
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
2) Domisili usaha di daerah Jabodetabek dan
tempat lainnya setelah mendapat persetujuan
komite pembiayaan
3) Memiliki jaminan aset yang mengcover 130%
dari nilai pengajuan
4) Pelaku usaha menempatkan modal minimal
20%
5) Mempunyai perjanjian kerjasama proyek degan
perusahaan pemberi proyek yang
Benefit(BUMN, Kementerian, Perusahaan-
perusahaan besar lainnya yang menjanjikan)
6) Memiliki RAB dan rencana kerja yang konkrit
7) Bersedia menerapkan sistem bagi hasil
usahanya dengan jangka waku disesuaikan
dengan kesepakatannya.
8) Menyerahkan dokumen-dokumen persyaratan
84
3. Murabahah (Alat Produksi)14
Adalah fasilitas pembiayaan dengan sistem jual-
beli untuk membeli alat produksi dimana Asy-Syirkah
mendapat margin dan mitra dapat mengangsur dengan
nilai tetap selama jangka waktu yang disepakati.
a. Fitur Pembiayaan
1) Berakat jual-beli
2) Margin disepakati
3) Jangka waktu disesuaikan
4) Tanpa riba dan praktik gharar
b. Syarat Pengajuan
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
2) Proyek dan domisili usaha/individu di daerah
Jabodetabek
3) Memiliki jaminan aset yang mengcover 130%
dari nilai pengajuan.
4) Pelaku usaha menempatkan uang komitmen
minimal 20%.
5) Menyerahkan dokumen-dokumen persyaratan.
14
SOP Pembiayaan: Permohonan Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia, 2017, h. 3.
85
BAB IV
PENERAPAN PSAK 106 PADA PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH DI KSPPS ASY-SYIRKAH MUAMALAH
INDONESIA
A. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan
Pembiayaan Musyarakah Pada KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
1. Pengakuan dan Pengukuran
a) Saat penanaman modal menginvestasikan
Rekening Debit Kredit
Dr. Tabungan pada Bank/Kas XXX
Cr. Dana Pihak Ke-3 XXX
b) Saat KSPPS mencairkan dana kepada nasabah
Rekening Debit Kredit
Dr. Piutang Wakalah XXX
Cr. Tabungan pada Bank/Kas XXX
c) Saat jurnal balik
Rekening Debit Kredit
Dr. Pembiayaan Musyarakah XXX
Cr. Piutang Wakalah XXX
86
d) Saat nasabah mengembalikan modal dan bagi hasil
Rekening Debit Kredit
Dr. Tabungan pada Bank/Kas XXX
Cr. Pembiayaan Musyarakah XXX
Cr. Bagi Hasil YMH Dibayar XXX
Cr. Pendapatan kerjasama usaha XXX
e) Saat mengembalikan modal dan bagi hasil kepada
penanam modal
Rekening Debit Kredit
Dr. Dana Pihak ke-3 XXX
Dr. Basil YMH Dibayar XXX
Cr. Tabungan pada Bank/Kas XXX
2. Penyajian dan Pengungkapan
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia selaku
mitra pasif dalam proses pembiayaan ini telah
menyajikan hal-hal berikut dalam rangkaian proses
pembiayaannya kepada nasabah :
a) Tidak menyajikan kas atau aset nonkas yang
diserahkan kepada mitra aktif sebagai investasi
musyarakah, namun melainkan sebagai piutang
wakalah. Namun hal ini sah-sah saja karena piutang
wakalah merupakan Letter of Credit (L/C) Impor
87
Syariah yang berarti adalah surat pernyataan akan
membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh
bank untuk kepentingan Importir dengan
pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan
prinsip syariah. L/C Impor Syariah dalam
pelaksanaannya menggunakan akad-akad: Wakalah
bil Ujrah, Qardh, Murabahah, Salam/Istishna’,
Mudharabah, Musyarakah, dan Hawalah. Pada akad
Musyarakah syarat/ketentuan yang berlaku adalah
Bank dan Importir melakukan akad Musyarakah,
dimana keduanya menyertakan modal untuk
melakukan kegiatan impor barang.1 Sehingga hal ini
dibolehkan bagi KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia untuk mencantumkan kas atau aset
nonkas yang diserahkan kepada kepada mitra aktif
disajikan sebagai piutang wakalah.
b) KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
mencantumkan keuntungan tangguhan yang
diperoleh dari selisih penilaian aset nonkas yang
1 DSN-MUI, Nomor: 34/DSN-MUI/IX/2002, Tentang Letter Of
Credit (L/C) Impor Syari’ah, h.5-7.
88
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos
lawan (contra account) dari investasi musyarakah,
hal ini dilakukan karena memang terdapat dalam
SOP KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
dimana apabila terjadi pembiayaan macet dan
terpaksa harus menjual tangguhan mitra maka
keuntungan dari penjualan tersebut dikembalikan
kepada mitra, dan KSPPS hanya mengambil nilai
yang seharusnya menjadi nilai kembalinya investasi
musyarakah.
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia selaku
mitra pasif dalam proses pembiayaan ini telah
mengungkapkan hal-hal berikut dalam rangkaian proses
pembiayaannya kepada nasabah yang dalam hal ini
adalah nasabah, yaitu:
a) KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia telah
mengungkapkan isi kesepakatan utama usaha
musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain
yang telah tertera pada executive summary dan
89
lembar proyeksi bagi hasil yang dibuat untuk
berbagai pihak yang terlibat dalam pembiayaan ini.
b) Selama ini KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia dalam menjalankan pembiayaan
Musyarakah hanya bertindak selaku investor dan
manajer investasi, dan mitra yang mendapat
pembiayaan selaku pengelola usaha.
c) KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia baru
melakukan pengungkapan sebagian poin yang
tertera di PSAK No. 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah, diantaranya adalah Neraca
Harian, Laporan Perhitungan Hasil Usaha, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas. Namun
untuk Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat, dan Laporan Sumber dan Pengguaan Dana
Kebajikan laporannya belum disendirikan
sebagaimana yang telah ditetapkan pada PSAK 101,
hal ini dilakukan oleh KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indoesia karena belum ada sumber dana
yang pasti atau tetap untuk zakat, demikian juga
90
pada laporan sumber dana dan penggunaan dana
kebajikan.
B. Analisis dan Penilaian Penerapan PSAK 106 Pada
Pencatatan Akuntansi Tentang Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian, dan Pengungkapan Pembiayaan Musyarakah
Pada KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
1. Pengakuan dan Pengukuran
a) Pada Saat Akad
NO.
PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
MENURUT PSAK
106
PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
KSPPS ASY-
SYIRKAH
DITER-
APKAN
TIDAK
DITER-
APKAN
1. Investasi Musyarakah
diakui pada saat
pembayaran kas atau
penyerahan aset
nonkas kepada mitra
aktif.
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
selaku Mitra Pasif
mengakui investasi
musyarakah pada saat
penyerahan kepada
mitra aktif, namun
dalam contoh kasus
diatas KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah
I O
91
Indonesia
mengakuinya dalam
bentuk piutang
wakalah, karena
pembiayaannya untuk
keperluan impor
barang. Namun setelah
jurnal balik maka
diakui lagi sebagai
pembiayaan
musyarakah.
2. Pengukuran investasi
musyarakah dalam
bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang
dibayarkan.
Pengukuran dana
investasi
musyarakah/piutang
wakalah (dalam kasus
pembiayaan diatas)
KSPPS Asy-Syirah
Muamalah Indonesia
dalam bentuk kas
sebesar jumlah yang
dibayarkan.
I O
3. Biaya yang terjadi
akibat akad
musyarakah (biaya
studi
kelayakan,materai,dll)
Biaya yang terjadi
akibat akad
musyarakah (seperti
biaya studi kelayakan,
materai, dll) yang
I O
92
tidak dapat diakui
sebagai bagian
investasi musyarakah
kecuali ada
persetujuan dari
seluruh mitra.
dilakukan oleh KSPPS
Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
tidak diakui sebagai
bagian investasi
musyarakah. Dan
pembagiannya
disepakati bersama
kedua belah pihak.
b) Selama Akad
NO.
PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
MENURUT PSAK 106
PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
KSPPS ASY-
SYIRKAH
DITER-
APKAN
TIDAK
DITER-
APKAN
1.
Bagian mitra pasif atas
investasi musyarakah
dengan pengembalian
dana mitra pasif di
akhir akad dinilai
sebesar jumlah kas
yang dibayarkan untuk
usaha musyarakah pada
awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika
ada).
Pengembalian bagian
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
atas investasi
musyarakah di akhir
akad dinilai sebesar
jumlah kas yang
dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal
akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada).
I O
93
c) Akhir Akad
NO.
PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
MENURUT PSAK
106
PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
KSPPS ASY-
SYIRKAH
DITER-
APKAN
TIDAK
DITER-
APKAN
1.
Pada saat akad
diakhiri, investasi
musyarakah yang
belum dikembalikan
oleh mitra aktif diakui
sebagai piutang.
Pada saat akad
diakhiri, investasi
musyarakah yang
diberikan oleh KSPPS
Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
yang belum
dikembalikan oleh
mitra aktif diakui
sebagai piutang.
I O
2. Penyajian dan Pengungkapan
a) Penyajian
NO.
PENYAJIAN
MENURUT PSAK
106
PENYAJIAN
KSPPS ASY-
SYIRKAH
DITER-
APKAN
TIDAK
DITER-
APKAN
1. Mitra pasif
menyajikan hal-hal
Diawal pencairan dana
kepada nasabah I O
94
yang terkait dengan
usaha musyarakah
dalam laporan
keuangan: Kas atau
aset nonkas yang
diserahkan kepada
mitra aktif disajikan
sebagai investasi
musyarakah.
KSPPS tidak
menyajikan kas atau
aset nonkas yang
diserahkan kepada
mitra aktif sebagai
investasi musyarakah,
namun melainkan
sebagai piutang
wakalah. piutang
wakalah merupakan
Letter of Credit (L/C)
Impor Syariah yang
berarti adalah surat
pernyataan akan
membayar kepada
eksportir yang
diterbitkan oleh bank
untuk kepentingan
Importir dengan
pemenuhan
persyaratan tertentu
sesuai dengan prinsip
syariah. L/C Impor
Syariah dalam
pelaksanaannya
menggunakan akad-
95
akad: Wakalah bil
Ujrah, Qardh,
Murabahah,
Salam/Istishna’,
Mudharabah,
Musyarakah, dan
Hawalah. Pada akad
Musyarakah
syarat/ketentuan yang
berlaku adalah Bank
dan Importir
melakukan akad
Musyarakah, dimana
keduanya menyertakan
modal untuk
melakukan kegiatan
impor barang.2 Namun
setelah jurnal balik
dibuat nama akunnya
disajikan dalam
bentuk pembiayaan
musyarakah.
2.
Mitra pasif
menyajikan hal-hal
yang terkait dengan
KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
mencantumkan
I O
2 DSN-MUI, Nomor: 34/DSN-MUI/IX/2002, Tentang Letter Of
Credit (L/C) Impor Syari’ah.
96
usaha musyarakah
dalam laporan
keuangan: Keuntugan
tangguhan dari selisih
penilaian aset nonkas
yang diserahkan pada
nilai wajar disajikan
sebagai pos lawan
(contra account) dari
investasi musyarakah.
keuntungan tangguhan
yang diperoleh dari
selisih penilaian aset
nonkas yang
diserahkan pada nilai
wajar disajikan
sebagai pos lawan
(contra account) dari
investasi musyarakah.
hal ini dilakukan
karena memang
terdapat dalam
Kebijakan KSPPS
Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
dimana apabila terjadi
pembiayaan macet dan
terpaksa harus menjual
tangguhan mitra maka
keuntungan dari
penjualan tersebut
dikembalikan kepada
mitra, dan KSPPS
hanya mengambil nilai
yang seharusnya
menjadi nilai
97
kembalinya investasi
musyarakah.
b) Pengungkapan
NO.
PENGUNGKAPAN
MENURUT PSAK
106
PENGUNGKAPAN
KSPPS ASY-
SYIRKAH
DITER-
APKAN
TIDAK
DITER-
APKAN
1. Mitra mengungkapkan
hal-hal yang terkait
transaksi musyarakah,
tetapi tidak terbatas,
pada:
a. Isi kesepakatan
utama usaha
musyarakah,
seperti porsi dana,
pembagian hasil
usaha, aktivitas
usaha
musyarakah, dan
lain-lain.
a. KSPPS Asy-
Syirkah
Muamalah
Indonesia telah
mengungkapkan
isi kesepakatan
utama usaha
musyarakah,
seperti porsi dana,
pembagian hasil
usaha, aktivitas
usaha
musyarakah, dan
lain-lain yang
I O
98
telah tertera pada
executive
summary dan
lembar proyeksi
bagi hasil yang
dibuat untuk
berbagai pihak
yang terlibat
dalam
pembiayaan ini.
b. Pengelolaan
usaha, jika tidak
ada mitra aktif;
dan
b. Selama ini
KSPPS Asy-
Syirkah
Muamalah
Indonesia dalam
menjalankan
pembiayaan
Musyarakah
hanya bertindak
selaku investor
dan manajer
investasi, dan
mitra yang
mendapat
pembiayaan
selaku pengelola
I O
99
usaha.
c. Pengungkapan
yang diperlukan
sesuai PSAK 101:
Penyajian Laporan
Keuangan
Syariah,
diantaranya:
- Neraca
- Laporan
Perhitungan
Hasil
Usaha/Laba-
Rugi,
- Laporan
Perubahan
Ekuitas,
- Laporan Arus
Kas,
- Laporan
Sumber dan
Penggunaan
Dana Zakat,
dan
- Laporan
c. KSPPS Asy-
Syirkah
Muamalah
Indonesia juga
telah melakukan
pengungkapan
sebagian poin
yang tertera di
PSAK No. 101
tentang penyajian
laporan keuangan
syariah,
diantaranya
adalah:
- Neraca
- Laporan
Perhitungan
Hasil
Usaha/Laba-
Rugi
- Laporan
Perubahan
Ekuitas
- Laporan Arus
O I
100
Sumber dan
Pengguaan
Dana
Kebajikan.
Kas (Tidak
ada)
- Laporan
Sumber dan
Penggunaan
Dana Zakat
Laporan
Sumber dan
Pengguaan
Dana
Kebajikan.
TOTAL PEROLEHAN NILAI 9 1
Dari hasil penelitian diatas diperoleh bahwa nilai terhadap
penerapan PSAK 106 pada pencatatan akuntansi tentang
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
pembiayaan musyarakah pada KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia mendatkan total perolehan nilai 9 dari 10 kategori
perlakuan akuntansi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) oleh KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indoensia.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh
penulis dari data-data yang ada, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan
Pembiayaan Musyarakah Pada KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia
a. Pengakuan dan Pengukuran
1) Investasi musyarakah pada saat pembayaran kas
kepada mitra aktif diakui sebagai piutang
wakalah, kemudian pada saat urnal balik diakui
sebagai pembiayaan musyarakah.
2) Pengukuran pembiayaan kas kepada mitra aktif
dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan
3) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
seperti biaya studi kelayakan, dan lainnya tidak
diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah.
102
4) Bagian mitra pasif atas pembiayaan musyarakah
dengan pengembalian dana mitra pasif di akhir
akad, dinilai sebesar jumlah kas yang di
bayarkan untuk usaha musyarakah pada aal dan
dikurangi bila ada kerugian.
5) Pada saat akad diakhiri, pembiayaan
musyarakah yang belum dikembalikan oleh
mitra aktif diakui sebagai piutang.
b. Penyajian dan Pengungkapan
1) KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
mencantumkan keuntungan tangguhan yang
diperoleh dari selisih penilaian aset nonkas
yang diserahkan pada nilai wajar disajikan
sebagai pos lawan (contra account) dari
investasi musyarakah, hal ini dilakukan karena
memang terdapat dalam SOP KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia.
2) KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia telah
mengungkapkan isi kesepakatan utama usaha
musyarakah, seperti porsi dana, pembagian
103
hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan
lain-lain yang telah tertera pada executive
summary dan lembar proyeksi bagi hasil yang
dibuat untuk berbagai pihak yang terlibat dalam
pembiayaan ini.
3) Selama ini KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia dalam menjalankan pembiayaan
Musyarakah hanya bertindak selaku investor
dan manajer investasi, dan mitra yang mendapat
pembiayaan selaku pengelola usaha.
4) KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia baru
melakukan pengungkapan sebagian poin yang
tertera di PSAK No. 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah, diantaranya:
a) Neraca(Harian, Bulanan, Triwulan, Akir
tahun)
b) Laporan Perhitungan Hasil Usaha
c) Laporan Perubahan Ekuitas (Triwulan,
Akhir tahun)
104
d) Laporan Arus Kas (Harian, dan tidak ada
laporan perbulannya, yang dimana setelah
harian kemudian di masukkan ke dalam
neraca)
e) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat (Masuk di neraca)
f) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan (Masuk di laporan perubahan
ekuitas)
2. Analisis Penerapan PSAK 106 Pada Pencatatan
Akuntansi Tentang Pengakuan, Pengukuran, Penyajian,
dan Pengungkapan Pembiayaan Musyarakah Pada
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
a. Pengakuan dan Pengukuran
Dalam hal pengakuan dan pengukuran atau
pencatatan akuntansi keuangan pada pembiayaan
musyarakah di KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia sudah sesuai dengan apa yang ditetapkan
oleh PSAK 106.
105
b. Penyajian dan Pengungkapan
Dalam hal penyajian juga sudah sesuai dengan
ketetapn dari PSAK 106, namun pada
pengungkapan masih ada beberapa yang belum
sesuai dimana pada laporan-laporan keuangan, yang
belum ada pada laporan keuangan KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia adalah laporan sumber
dan penyaluran dana zakat dan laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan, hal ini karena di
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia belum
memiliki sumber dana zakat dan dana kebajikan
yang pasti, sehingga laporannya belum dibuat
tersendiri, masih digabungkan dalam laporan-
laporan yang lain. Dan juga pada laporan arus kas
yang seharusnya dibuat laporannya per akhir bulan,
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia hanya
membuatnya menjadi perhari, dan kemudian tidak
dibuatkan dalam bentuk laporan perbulan karena
setelah laporan perhari jadi, di hari berikutnya
106
laporan arus kas tersebut digabungkan kedalam
neraca.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka penulis dapat
memberikan saran :
1. PSAK 106 tentang akuntansi pembiayaan musyarakah
harus selalu mejadi pedoman dasar dalam melakukan
kegiatan akuntansi untuk pembiayaan musyarakah di
KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia, dilengkapi
dan diperjelas lagi dalam mekanime-mekanisme
pelaksanaannya dengan berpedoman pada DSN MUI
tentang pembiayaan musyarakah.
2. Penyajian laporan keuangan harus sama dengan apa
yang ditetapkan dalam PSAK 106 yang merujuk kepada
PSAK 101 tentang laporan keuangan, dimana dalam
laporan keuangan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia masih ada beberapa yang belum sesuai dengan
ketentuan laporan keuangan, walaupun belum ada
sumber pendapatan/pemasukan yang pasti harus tetap
107
ada laporan yang sesuai dengan ketentuan laporan yang
ada karena ketentuan laporan keuangan ini dibuat selain
untuk menjadi sebuah standar sebuah stadar laporan
keuangan dan kesehatan keuangan sebuah lembaga
keuangan juga menjadi bukti otentik bahwa KSPPS Asy-
Syirkah Muamalah Indonesia jujur, amanah, dan
transpara terhadap segala kegiatan keuangannya.
108
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), Cet. Ke-11
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta:
ISES Pub, 2008).
Burhanuddin, Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia,
(Malang: UIN Maliki Press, 2013).
Buku Panduan Rapat Anggota Tahunan KSPPS Asy-Syirah
Muamalah Indonesia 2016.
DSN-MUI, Nomor: 34/DSN-MUI/IX/2002, Tentang Letter Of
Credit (L/C) Impor Syari’ah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, No:
08/DSN-MUI/IV/2000.
Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Renaisan,
2005)
Hidayat Farid, Alternative Sistem Pegawasan Pada Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Dalam
Mewujudkan Shariah Compliance, (Yogyakarta).
https://www.asysyirkahindonesia.com/?page_id=739, (Diakses
pada 17 Februari 2018)
109
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 106, 2007.
Kebijakan Pembiayaan KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia, 2017.
Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia, 1998).
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-11.
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor : 16/Per/M.KUKM/IX/2015.
Salman Kautsar Riza, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis
PSAK Syariah, (Jakarta:Penerbit Indeks, 2012).
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
199).
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset,
1992), cet. Ke-2.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006).
Sutatya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia,
(Jakarta:PT. Raja Grafindo, Ed.1, Cet.2, 2002).
110
Power Point Profile KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia,
(Tangerang Selatan: 2017)
Presiden Republik Indonesia,Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian.
Triyuwono Iwan, Organisasi dan Akuntansi Syariah,
(Yogyakarta: LKIs, 2000).
Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank
Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputido, 2009).
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Imam Mahudi Artha
Narasumber : Budiman Indrajaya, SEI
Jabatan : Ketua I
Institusi : KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indnesia
Waktu Wawancara : Jum’at, 23 Februari 2018
1. Produk-produk apa saja yang ada di KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia?
Jawab :
Produk yang ada di kami ada,
a. Modal kerja dengan skema musyarakah
b. Pembiayaan murabahah untuk pembelian mobil
c. Pembiayaan Murabahah untuk kebutuhan modal kerja
2. Ada berapa bentuk produk yang menggunakan akad
Musyarakah?
Jawab :
Yang menggunakan akad musyarakah di bidang
pembiayaan ada satu produk untuk kebutuhan modal kerja
saja, tapi di sisih funding ada satu juga untuk penanaman
modal.
3. Bagaimana cara KSPPS Asy-Syirkah Muamalah Indonesia
dalam mendapatkan nasabahnya?
Jawab :
Kami mendapatkan nasabah saat ini melalui
diutamakan mealui referal atau melalui grup yang sudah
dikenal, biasanya kami melalui grup halaqah wirausaha, terus
melalui grup fokus Islam, dan juga melalui referal teman-
teman diklat, ada juga nasabah-nasabah yang datang melalui
facebook sama melalui website.
4. Dari mana dana sumber dana KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia yang digunakan untuk membiayai
pembiayaan nasabahnya?
Jawab:
Dalam pembiayaan musyarakah kami mendapat
dananya dari para anggota KSPPS, karena kami memang
bentuknya koperasi, anggota KSPPS sekarang ada 60 orang
sekitar 75%-nya itu adalah pemodal untuk proyek-proyek
yang kami tawarkan untuk dibiayai, tapi ada juga nasabah
yang dia bebentuk perusahaan nasabah penanam modal yang
berbentuk perusahaan yang biasanya nominal besar itu juga
tempat kami mencari dana.
5. Bagaimana prosedur pembiayaan musyarakah di KSPPS
Asy-Syirkah Muamalah Indonesia?
Jawab :
Bagi yang membutuhkan pembiayaan prosedurnya kami
melakukan kunjungan ke lokasi usaha (Supplyer dan buyer
atau bowheer), dari hasil kunjungan itu kami merangkum
beberapa hal dokumen-dokumen yang harus dilengkapi oleh
nasabah antara lain dari segi legalitas umumnya adalah dasar
hukum pendirian usaha, kelengkapan izin-izin dan izin
khusus jika sektor usahanya sektor usaha khusus tertentu
seperti logistik, umroh itu punya izin khusus tertentu, setelah
itu kami meminta data keuangan erkait laporan keuangan tiga
tahun terakhir, terus setelah itu neraca laba rugi, laporan
sales, mutasi rekening koran enam bulan terakhir, foto
agunan dan kelengkapa surat-surat agunan, kontrak
pembelian dan rekap history jual beli transaksi antara
nasabah dengan buyer, setelah itu semua dilengkapi kami
membuat nota usulan untuk diajukan ke komite pembiayaan,
jika komite pembiayaan menyetujui kami mengeluarkan
offering letter atau surat pernyataan bahwa kami committ
untuk memberikan pembiayaan dengan syarat tertentu dan
struktur pembiayaan tertentu jika nasabah sanggup untuk
memenuhinya maka offering letter ditandatangani diatas
materai dan dikembalikan ke kami lalu kita lalu kita
melakukan akad secara nota riil di notaris yang berdomisili
sesuai dengan agunan yag diberikan setelah akad
pembiayaan ditandatangani dan dan agunan diikat dengan
hak tanggungan nasabah mengajukan surat pencairan
pembiayaan dan kami melakukan review apakah permohonan
itu sesuai atau tidak dengan kebutuhan usaha jika sesuai
maka kami mencairkan sesuai terminnya.
6. Apakah ada syarat khusus untuk sebuah usaha/perusahaan
yang akan mengajukan pembiayaan ke KSPPS Asy-Syirkah
Muamalah Indonesia?
Jawab :
Syarat khususnya ada yaitu :
a. No Start-Up Company, artinya perusahaannya sudah
berdiri minimal dua tahun keatas
b. Suadah memiliki struktur organisasi yang baik dalam
menjalankan bisnisnya.
c. Harus memiliki agunan yang nilainya 130% dari plafond
yang dibutuhkan
d. Harus bermandat syariah, dan menerima ketentuan
dengan akad-akad syariah.
7. Apa rujukan/pedoman dari KSPPS Asy-Syirkah Muamalah
Indonesia dalam mengambil keputusan terhadap
permasalahan-permasalahan yang baru?
Jawab :
Rujukan kami dalam syariah itu adalah :
a. Al-Qur’an
b. As-Sunnah
c. Standar Fiqih Al-Ma’ayir Asy-‘Ariyah, yang dikeluarkan
oleh Majma’ Fiqh Al-Islami OKI
d. AAOIFI (The Accunting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions) yang berfokus pada
memberikan fatwa-fatwa tentang ekonomi syariah
e. Fatwa DSN-MUI, Mengenai transaksi ekonomi syariah.
Seluruh Permasalahan yang ada kita petakan dulu apa
yang menjadi sumbernya, lalu kita petakan skema bisnisnya
seperti apa lalu kita bahas bersama dengan rujukan-rujukan
yang ada kepada Dewan Pengawas Syariah kami yang tentu
kompeten dibidangnya