analisis pemanfaatan ruang dalam pengelolaan

13
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (STUDI KASUS PULAU PASI, KABUPATEN SELAYAR) Syamsu Alam Ali, Jamaluddin Jompa, Syahruni Ilyas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi umum dan potensi ekosistem laut yang ada di sekitar Pulau Pasi, menganalisa pola pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut di sekitar Pulau Pasi bagi peruntukan budidaya laut, wisata alam, konservasi dan penangkapan, serta memberikan alternatif zonasi dalam pengelolaan Pulau Pasi berdasarkan kondisi, potensi dan kesesuaian pemanfaatan ruang. Penelitian dilakukan di Pulau Pasi Kabupaten Selayar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, Participatory rural appraisal , dan penginderaan jauh. Data dianalisis secara deskriptif. 3.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau Pasi memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar sehingga memiliki peluang untuk peruntukan wilayah konservasi, wisata pantai, wisata selam, budidaya rumput, dan budidaya keramba jaring apung (KJA). Pola pemanfaatan ruang untuk kegiatan penangkapan dilakukan dengan menggunakan pancing, jaring, bubu, dan sero (bila); pola pemanfaatan ruang untuk pariwisata masih sebatas pada wisata pantai saja dengan menikmati pasir putih; sementara pola pemanfaatan ruang untuk budidaya hanya dimanfaatkan untuk budidaya keramba jaring apung (KJA) dan itu pun jumlahnya sangat sedikit, padahal ruang untuk pemanfaatan tersebut cukup berpeluang dan secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis potensi pemanfaatan ruang di Pulau Pasi melalui kelayakan pendekatan ekologi dan baku mutu lingkungan, maka terdeteksi ada sekitar 653.693 ha untuk zona konservasi, 56.228 ha untuk zona penyangga, serta 263.315,149 ha untuk zona pemanfaatan yang terdiri atas 1.293,120 ha untuk zona wisata pantai, 94.717 ha untuk zona wisata selam, 167.305 ha untuk zona budidaya rumput laut, dan 0.029 ha untuk zona budidaya keramba jaring apung (KJA). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini menyediakan sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun (seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi. Pulau-pulau kecil juga memberikan jasa lingkungan yang besar karena keindahan alam yang dimilikinya yang dapat menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak,

Upload: yudi-haditiar

Post on 23-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

(STUDI KASUS PULAU PASI, KABUPATEN SELAYAR) Syamsu Alam Ali, Jamaluddin Jompa, Syahruni Ilyas

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi umum dan potensi ekosistem laut yang ada di sekitar Pulau Pasi, menganalisa pola pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut di sekitar Pulau Pasi bagi peruntukan budidaya laut, wisata alam, konservasi dan penangkapan, serta memberikan alternatif zonasi dalam pengelolaan Pulau Pasi berdasarkan kondisi, potensi dan kesesuaian pemanfaatan ruang.

Penelitian dilakukan di Pulau Pasi Kabupaten Selayar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, Participatory rural appraisal , dan penginderaan jauh. Data dianalisis secara deskriptif. 3.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau Pasi memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar sehingga memiliki peluang untuk peruntukan wilayah konservasi, wisata pantai, wisata selam, budidaya rumput, dan budidaya keramba jaring apung (KJA). Pola pemanfaatan ruang untuk kegiatan penangkapan dilakukan dengan menggunakan pancing, jaring, bubu, dan sero (bila); pola pemanfaatan ruang untuk pariwisata masih sebatas pada wisata pantai saja dengan menikmati pasir putih; sementara pola pemanfaatan ruang untuk budidaya hanya dimanfaatkan untuk budidaya keramba jaring apung (KJA) dan itu pun jumlahnya sangat sedikit, padahal ruang untuk pemanfaatan tersebut cukup berpeluang dan secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis potensi pemanfaatan ruang di Pulau Pasi melalui kelayakan pendekatan ekologi dan baku mutu lingkungan, maka terdeteksi ada sekitar 653.693 ha untuk zona konservasi, 56.228 ha untuk zona penyangga, serta 263.315,149 ha untuk zona pemanfaatan yang terdiri atas 1.293,120 ha untuk zona wisata pantai, 94.717 ha untuk zona wisata selam, 167.305 ha untuk zona budidaya rumput laut, dan 0.029 ha untuk zona budidaya keramba jaring apung (KJA).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini menyediakan sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun (seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi. Pulau-pulau kecil juga memberikan jasa lingkungan yang besar karena keindahan alam yang dimilikinya yang dapat menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak,

Page 2: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

2

pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih belum optimal akibat perhatian dan kebijakan Pemerintah selama ini yang lebih berorientasi ke darat.

Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan membawa suatu perubahan pada ekosistemnya. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa pengaruh pada lingkungan. Semakin tinggi intensitas pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan berarti semakin tinggi tingkat pemanfaatan sumberdaya, maka semakin tinggi pula perubahan-perubahan lingkungan yang akan terjadi di kawasan pulau- pulau kecil.

Kegiatan pengelolaan pulau-pulau kecil menghadapi berbagai ancaman baik dari aspek ekologi yaitu terjadinya penurunan kualitas lingkungan, seperti pencemaran, perusakan ekosistem dan penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) maupun dari aspek sosial yaitu rendahnya aksesibilitas dan kurangnya penerimaan masyarakat lokal. Oleh karena itu, di dalam mengantisipasi perubahan-perubahan dan ancaman-ancaman tersebut, pengelolaan pulau-pulau kecil harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu.

Sejalan dengan UU No 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, bahwa perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempertimbangkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan fungsi budidaya dan fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya serta fungsi pertahanan dan keamanan. Sehingga nantinya dengan adanya penataan ruang diharapkan pengelolaan pulau-pulau kecil dapat menguntungkan secara ekonomi dan tidak merugikan secara ekologi.

Salah satu kebijakan Departemen Kelautan dan Perikanan tentang perlunya zonasi peruntukan kawasan pantai dan pesisir yang mencakup preservasi, dengan aspek-aspek perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman plasma nutfah dan pemanfaatan yang lestari. Salah satu yang tercakup disini adalah zonasi dan penataan ruang pada kawasan sekitar pulau-pulau kecil. Pengelolaan ini bersifat berkelanjutan dan berbasis masyarakat dan diharapkan memberikan keuntungan antara lain ; (1). Terpelihara dan berkembangnya keanekaragaman pulau kecil termasuk ekosistem terumbu karang, (2). Meningkatnya kesejehteraan masyarakat lokal, (3). Meningkatnya kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah, (4) dapat berfungsi sebagai sabuk ekonomi dan sabuk penyangga.

Pulau Pasi merupakan salah satu pulau kecil di Kabupaten Selayar. Pulau Pasi ini memiliki luas 2.388,78 ha dengan panjang garis pantai sebesar 29.545,66 meter. Luas terumbu karang sebesar 408.36 ha, sementara luas kawasan mangrove sebesar 66.62 ha. Dengan fakta tersebut, Pulau Pasi memiliki daya tarik untuk pengembangan berbagai aktifitas. Olehnya itu untuk mencapai pembangunan Pulau pasi secara berkelanjutan, dengan memberikan manfaat ekonomi yang optimal bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat, serta sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan dan sumberdaya didalamnya, maka diperlukan pengelolaan secara terpadu. Program pengelolaan Pulau Pasi diharapkan dapat menjawab dua hal mendasar, yaitu : 1. Kebutuhan untuk menjaga dan mempertahankan sumberdaya alam yang

terancam overeksploitasi, 2. Kebutuhan untuk mengelola pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional

dan mencapai keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya.

Page 3: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

3

Olehnya itu untuk menyelamatkan dan lebih memberdayakan potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang demikian besar secara optimal dan berkesinambungan, dibutuhkan data aktual tentang potensi dan kondisi sumberdaya ekosistem pesisir serta pengkajian pola-pola pemanfaatannya. Data tentang potensi dan kondisi sumberdaya alam dapat diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan dan didukung oleh data penginderaan jauh berupa citra satelit. Pemanfaatan citra satelit diperlukan untuk memberi gambaran yang sinoptik pada suatu daerah yang luas.

Salah satu upaya perlindungan yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan suatu kawasan di pesisir dan laut sebagai kawasan pengelolaan terpadu yang antara lain bertujuan untuk melindungi habitat-habitat kritis, mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya, melindungi keanekaragaman hayati dan melindungi proses-proses ekologi serta pemanfaatan secara optimal. Olehnya itu, maka dibutuhkan penelitian secara ilmiah mengenai analisis pemanfaatan ruang dalam pengelolaan pulau-pulau kecil dengan mengambil Pulau Pasi sebagai lokasi studi kasus, guna mengetahui arahan pemanfaatan ruang yang sesuai untuk menghindari perencanaan pengelolaan yang kurang baik.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi umum dan potensi ekosistem laut yang ada di sekitar Pulau Pasi; menganalisa pola pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut di sekitar Pulau Pasi bagi peruntukan budidaya laut, wisata alam, konservasi dan penangkapan; serta memberikan alternatif zonasi dalam pengelolaan Pulau Pasi berdasarkan kondisi, potensi dan kesesuaian pemanfaatan ruang.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan

Desember tahun 2008. Lokasi yang dipilih adalah Pulau Pasi yang terletak di Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Selayar.

2.2. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatif dengan menggambarkan dan menjelaskan hubungan/gejala yang ada (Prasetyo, B dan Lina M.J., 2006). Penelitian ini juga bersifat komparatif karena membandingkan suatu kondisi mengenai obyek penelitian berdasarkan kondisi riil yang ada dan baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga dari penelitian ini akan menghasilkan perbandingan data berdasarkan kesesuaian pemanfaatan ruang. Penelitian deskriptif yaitu dengan mengkompilasi data, kemudian dianalisis SIG untuk menjelaskan dan menggambarkan pola pemanfaatan ruang yang sesuai peruntukannya.

2.3. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan obyek penelitian, dalam hal ini adalah Pulau Pasi yang meliputi aspek ekologis perairan dan sosial-ekonomi masyarakat lokal.

Page 4: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

4

Sampel penelitan diambil pada wilayah perairan yang diharapkan mewakili karakteristik lahan pesisir dan perairan laut. Sampel untuk kajian sosial ekonomi dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni penentuan sampel atau stakeholder dari populasi yang tepat dengan tujuan tertentu, atau yang mengetahui secara pasti kondisi sosial budaya masyarakat di Pulau Pasi. stakeholder ini terdiri dari: aparat pemerintah, tokoh masyarakat, dan nelayan.

2.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik untuk aspek ekologis maupun aspek sosial dan ekonomi.

Data peta yang dipakai adalah citra landsat etm+7, peta rupa bumi yang diperoleh dari Bakosurtanal, dan peta RBI Pelayaran. Sementara itu, data sekunder tentang potensi sumberdaya laut, kependudukan, sarana dan prasarana, serta informasi yang terkait diperoleh dari Kantor BAPPEDA, Kantor Statistik, Dinas Pariwisata, Dinas Tata Ruang, dan Dinas Perikanan dan Kelautan.

2.4. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisa melalui tiga tahapan. Pertama, analisis deskriptif mengenai kondis i umum dan potensi ekosistem laut yang ada diseki ta r di Pulau Pasi . Kedua, dengan metode PRA untuk mengeksplorasi ke inginan masyarakat a tas penataan ruang di wi layah Pulau Pasi melalu i pemetaan part i sipat i f dan FGD. Ke tiga, analisis SIG untuk menganalisis spasial penentuan kesesuaian lahan pola pemanfaatan ruang fisik perairan berdasarkan pola pemanfaatan yang ada saat ini kemudian disandingkan dengan baku mutu yang ada.

Analisis zonasi Pulau Pasi yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan metode skoring. Metode skoring mempermudah penentuan kelayakan suatu wilayah perairan, penentuan prioritas kelayakan dan tingkat kepentingan dari elemen dalam proses hirarki. Berdasarkan parameter-parameter kelayakan, skor yang diberikan didasarkan perbandingan sesuai skala yang digunakan oleh Odum,1997; Nybakken, 1993; Komnas Kolaut, 2005; Faizal, 2002; Yanuarita, 2003 & Modifikasi

Peta tematik tersebut dalam bentuk digital dan telah dilengkapi dengan atribut skor masing-masing unit pemetaan, selanjutnya dilakukan proses tumpang susun (overlay) yaitu penggabungan berbagai peta tematik untuk menghasilkan suatu peta baru (peta analisis). Proses pengolahan data ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ArcView 3.3 dan ArcGIS 9.2.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.2. Kondisi Wilayah Pesisir dan Karakteristik Pulau Pasi Pulau Pasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bontoharu, Kabupaten

Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak pada 120.41603 BT dan 6.16567 LS.

Secara administratif Pulau Pasi memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Flores Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Flores Sebelah Barat : berbatasan dengan Laut Flores

Page 5: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

5

Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Benteng

Tabel 1. Inventarisasi Kondisi Wilayah Pesisir dan Karakteristik di Pulau Pasi Kondisi Karakteristik

Kondisi Geografis dan topografis

Pulau Pasi memiliki luas 2388.78 ha, dengan garis pantai sepanjang 29545.66 meter, luas mangrove 66.62 ha, terumbu karang 408.36 ha, terumbu karang bercampur dengan pasir 603.61 ha, padang lamun bercampur pasir 799.53 ha, hamparan pasir tergenang air laut 171.32 ha, hamparan pasir putih di pantai 58.95 ha, pemukiman 25.99 ha, kebun/kelapa 845.42 ha, dan tegalan/ladang 1391.40 ha Pada pantai sisi selatan, barat, dan utara Pulau Pasi terdiri dari hamparan pasir putih yang diselingi batu cadas. Butiran pasir putih yang teraba agak halus, merupakan hasil proses tereduksinya energi gelombang oleh hamparan reef flat (rataan terumbu) dan padang lamun yang berada di depan pantai, yang mengindikasikan bahwa perairan pantai relatif tenang walaupun pada musim berombak besar. Hamparan rataan terumbu di sisi barat dan selatan cukup luas dan lebar berkisar 300–1000 m dari garis pantainya. Gambaran berbeda ditemukan di sisi timur pulau yang didominasi batu cadas dengan sedikit pantai.

Kondisi sosial demografi

Pulau Pasi terdiri atas tiga pemerintahan desa yaitu Desa Bonto Borusu, Desa Kahu-Kahu, dan Desa Bonto Lebang. Jumlah penduduk pada Pulau Pasi adalah 4.361 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 2.268 jiwa dan perempuan 2.095 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.095 KK. Perbandingan jumlah laki–laki dan perempuan adalah hampir seimbang jumlahnya. Penduduk Pulau Pasi memiliki jenis mata pencaharian di sektor perikanan dan pertanian yang merupakan sektor dominan dari total jumlah penduduk yang bekerja pada sektor lain.

Kondisi aksesibilitas Aksesibilitas penduduk ke ibukota kabupaten relatif dekat dengan jarak 11 km. Walaupun tidak tersedia transportasi yang reguler, namun aksesibilitas tergolong lancar dengan menggunakan perahu motor. Akses antar desa di pulau ini dapat pula ditempuh melalui darat. sarana transportasi darat yang dimiliki oleh masyarakat adalah sepeda dan sepeda motor.

Kondisi sarana dan prasarana

Masing-masing desa memiliki fasilitas yang memadai, seperti sekolah walaupun hanya sampai SMP, mesjid, dermaga dan lapangan olah raga. Sumber air tawar di desa ini diperoleh dari sumber mata air. Listrik yang tersedia di desa ini berasal dari genset yang dikelola oleh swasta.

Page 6: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

6

Kelembagaan formal dan informal di desa ini terdiri atas pemerintahan desa, BPD, kelompok pemuda, dan lembaga ekonomi (pengumpul).

Kondisi fisik perairan Kecepatan arus rata-rata 0,125 m/det. Kisaran suhu antara 29,5 – 29,8 0C Sebaran salinitas sekitar 32,3–32,8 ppt Tingkat derajat keasaman (pH) 3,53 – 7,5

3.3. Potensi Sumberdaya Alam Pulau Pasi

Analisis potensi sumberdaya alam Pulau Pasi, difokuskan pada potensi daya dukung ekosistem terumbu karang, penutupan terumbu karang, ikan karang dan biota asosiasi.

Tabel 2. Inventarisasi Potensi Sumberdaya alam dan Karakteristik di Pulau Pasi

Potensi Karakteristik Potensi ekosistem terumbu karang dan biota asosiasi

Tipe terumbu karang yang terdapat di Pulau Pasi adalah tipe terumbu tepi (fringing reef). Komponen penyusun terumbu karang yang ditemukan terdiri atas komponen biotik (karang hidup) berupa kelompok karang keras (hard coral), karang lunak (soft coral), algae dan biota lainnya (others). Komponen abiotik berupa karang mati (dead coral), karang dengan penutupan alga (dead coral with algae), pecahan karang (rubble), dan substrat dasar perairan berupa pasir. Beberapa jenis organisme yang mempunyai nilai ekonomis seperti kima (Tridacna sp) kerang-kerangan dan teripang (Holothurian sp). Biota asosiasi yang ditemukan adalah dari jenis hidroid, karang lunak, alga, gorgonian, tunikata dan ascidian.

Ikan karang Ikan indikator : Famili Chaetodontidae, Pomacanthidae, Zanclidae, Scaridae, Balistidae, Labridae, Pomacentridae Ikan mayor : Famili Pomacentridae, Labridae, Apogonidae, Aulostimidae, Syngnathidae, Mullidae, Nemipteridae, Tetraodontidae Ikan target : Famili Acanthuridae, Balistidae, Caesionidae, Lutjanidae, Serranidae, Siganidae

Tahap berikutnya adalah menggabungkan data hasil survei dengan data

citra satelit yang telah diolah dengan menggunakan algoritma tertentu, yaitu algoritma Lyzenga untuk menampilkan sebaran substrat perairan. Data citra yang telah diolah dengan algoritma Lyzenga memunculkan beberapa reflektan warna diantaranya merah, kuning, hijau muda, hijau tua dan hitam.

Selanjutnya penentuan kesesuaian ruang berdasarkan baku mutu ditentukan berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) antara kriteria-kriteria fisik dan biologi yang telah dibuat dalam bentuk peta-peta digital. Setiap peta-peta tersebut berisi atribut berupa kriteria dan nilai skor masing-masing berdasarkan

Page 7: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

7

kriterianya. Kriteria-kriteria tersebut antara lain substrat dasar perairan, sebaran terumbu karang, kedalaman, kecerahan, salinitas, arah dan kecepatan arus. Luasan untuk masing-masing peruntukan adalah 133.813 ha untuk zona budidaya rumput laut, 1.389,827 ha untuk zona wisata pantai, 100.113 ha untuk zona wisata selam, 585.083 ha untuk zona inti, dan 56.228 ha untuk zona penyangga

Gambar 1. Peta Kelayakan Pemanfaatan Ruang Pulau Pasi Berdasarkan Kesesuaian Ekologi

3.4. Pola Pemanfaatan Wilayah Sekitar Pulau Pasi saat ini Pemanfaatan ruang di wilayah sekitar Pulau Pasi dimanfaatkan oleh

masyarakat dengan menangkap ikan. Hampir seluruh wilayah dijadikan lokasi tangkapan, sebab terdapat berbagai jenis ikan karang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi seperti ikan sunu dan ikan kerapu.

Masyarakat di pulau ini masih menggunakan alat tradisional untuk menangkap ikan yaitu pancing, jaring, bubu dan sero (bila). Selain itu ada pula yang nelayan yang ikut di bagan. Waktu yang dianggap baik untuk menangkap ikan adalah bulan April – Mei dan bulan Oktober – Desember.

Kegiatan destructive fishing yang terjadi berupa penggunaan bom dan bius. Selain dilakukan oleh beberapa masyarakat pulau, juga dilakukan oleh beberapa nelayan pendatang seperti nelayan dari Pulau Lumu-lumu, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Caddi dan Pulau Barrang Lompo. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat bahwa hasil yang bisa diperoleh oleh nelayan yang mengggunakan bius bisa mencapai Rp. 1.000.000/hari.

Penggunaan destructive fishing gear disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu

Page 8: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

8

karang, disamping tuntutan ekonomi mengakibatkan masyarakat mengambil ‘jalan pintas’ dalam mengeksplotasi sumberdaya yang ada. Kondisi ini berdampak pada jumlah tangkapan nelayan yang menggunakan alat tradisional. Mereka mengeluhkan belum adanya ketegasan pemerintah dalam menindaki nelayan tersebut. Sementara mereka tidak berani bertindak tanpa legalitas formal sebab akan berimbas pada keselamatan mereka.

Gambar 2 . Peta Partisipatif Masyarakat Pulau Pasi Penerapan daerah perlindungan laut (DPL) sebenarnya telah ada.

Namun hanya di Desa Bonto Lebang, sementara dua desa lainnya belum. Ini disebabkan karena desa ini merupakan salah satu dari desa COREMAP yang ada di Kabupaten Selayar. Olehnya itu, masyarakat di desa ini telah mengetahui manfaat dari menjaga terumbu karang sebagai tempat tinggal ikan, sehingga menggunakan bom dan bius dalam menangkap ikan.

Keberadaan musim sangat mempengaruhi aktifitas masyarakat. Bila musim timur umumnya mereka sebagai nelayan. Kapal jolloro dan sampan merupakan media penangkapan utama dengan alat tangkap berupa pancing dan jaring. Selain itu ada pula yang menggunakan bubu dan sero (bila). Sebaliknya bila musim barat umumnya mereka bercocok tanam diwilayah daratannya. Jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang panjang serta jambu mente adalah jenis tumbuhan yang banyak ditanam oleh masyarakat.

Page 9: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

9

Gambar 3 . Peta Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Sekitar Pulau Pasi

3.5. Analisis Pemanfaatan Ruang Dengan Sistem Zonasi Pembagian zona dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri No.17 tahun

2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 31 ayat 2 yang membagi sistem zonasi ke dalam tiga yaitu zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona lainnya yang sesuai dengan peruntukan kawasan.

Berdasarkan kondisi wilayah pesisir dan potensi sumberdaya alam yang ada, maka analisis pemanfaatan ruang di Pulau Pasi yang dilakukan dengan menganalisis secara spasial dengan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) berdasarkan bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Analisis zona inti : daerah ini diperuntukkan mutlak bagi perlindungan

ekosistem terumbu karang sebagai wilayah konservasi. 2. Analisis zona pemanfaatan terbatas : daerah ini diperuntukkan untuk jenis-

jenis kegiatan seperti : a. wisata pantai, dimana kegiatan yang bisa dilakukan meliputi :

berjemur, menikmati sunset dan sunrise, volli pantai serta berenang.

b. wisata snorkeling dan selam, c. budidaya, dimana kegiatan yang bisa dilakukan meliputi : budidaya

rumput laut dan budidaya keramba jaring apung (KJA). 3. Analisis zona lainnya : daerah ini diperuntukkan untuk masyarakat dalam

melakukan aktivitas sosial ekonominya diwilayah laut, seperti menangkap ikan yang ramah lingkungan.

Adapun luasan untuk masing-masing zona yaitu : zona inti seluas

104.788 ha, untuk zona penyangga seluas 605.133 ha, zona budidaya rumput laut seluas 167.305 ha, zona wisata pantai seluas 1.293,120 ha, dan zona wisata

Page 10: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

10

selam seluas 94.717 ha, sehingga total luas keseluruhan reef continental sebesar 2.265.063 ha.

Gambar 4. Analisis Peta Zonasi Pemanfaatan Ruang Pulau Pasi

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap pertanyaan

penelitian ini, maka disimpulkan sebagai berikut: 1. Pulau Pasi memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan dapat

dimanfaatkan secara berkelanjutan, jika dikelola dengan baik. Pemanfaatan ruang yang layak meliputi konservasi, wisata pantai, wisata selam, budidaya rumput, dan budidaya keramba jaring apung (KJA).

2. Pemanfaatan daerah penangkapan dilakukan dengan menggunakan pancing, jaring, bubu, dan sero (bila); ruang untuk pariwisata masih sebatas pada wisata pantai saja yang dimanfaatkan masyarakat dengan berjalan-jalan menikmati pasir putih; sementara ruang untuk budidaya hanya dimanfaatkan untuk penampungan dalam keramba jaring apung (KJA) dan itu pun jumlahnya sangat sedikit, padahal ruang untuk pemanfaatan tersebut cukup berpeluang dan secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Berdasarkan pendekatan kelayakan ekologi dan baku mutu lingkungan, maka diprediksi sekitar 104.788 ha yang cocok untuk zona inti, 605.133 ha yang cocok untuk zona penyangga, serta 1.555.142 ha yang cocok untuk zona pemanfaatan. Dari luas zona pemanfaatan tersebut, sekitar 1.293,120 ha yang cocok untuk wisata pantai, 94.717 ha yang cocok untuk wisata selam, 167.305 ha yang cocok untuk budidaya rumput laut.

Page 11: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

11

V. REKOMENDASI

1. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir Pulau Pasi, menjaga keberlanjutan, dan menghindari konflik dari setiap pemanfaatan usaha ekonomi, maka disarankan untuk melakukan zonasi yang terdiri atas zona konservasi, zona wisata pantai, zona wisata selam, zona budidaya rumput laut, serta zona budidaya keramba jaring apung (KJA).

2. Hasil zonasi Pulau Pasi ini perlu ditindak lanjuti melalui penetapan kebijakan dan peraturan di tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA _______. 2006. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Selayar Tahun 2006-2010. Selayar. _______. 2007. Kabupaten Selayar Dalam Angka Tahun 2006-2007. Badan

Pusat Statistik. Kabupaten Selayar. Selayar. Adrianto, L. 2006. Kerangka Keberlanjutan Pariwisata Berbasis Ekosistem

Pesisir dan Laut. Working Per. PKSPL, IPB. Bogor. Bengen, D.G. 2005. Pentingnya Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu

Berbasis Ekosistem Bagi Keberlanjutan Pembangunan Kelautan. CRMP II. Gorontalo.

Clark, J.R. 1996. Coastal Zone Management Handbook. Lewis Publishers, Boca Raton, FL.

Dutton, I.M. dan John Duff. 1996. Coastal Tourism. Konsep dan Metoda Analisis ICZPM. Pusat Studi Sumberdaya Alam dan Lingkunngan. Unhas.

Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita. Jakarta.

Dirjen RLPS. 2001. Kriteria Standar Teknis Rehabilitasi Wilayah Pantai. Jakarta.

ESRI, 1990. “Arc View GIS” The Geographic Information System for Everyone. ESRI.

English, S, C. Wilkinson, V. Baker (eds.), 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australian Institute of Marine Science, Townsville.

Faisal, Ahmad. 2001. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Penyusunan Tata Ruang Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Tanakeke Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana. UGM. Indonesia.

Giyanto, dkk. 2006. Studi Baseline Ekologi Kabupaten Selayar. CRITC. Jakarta.

Hutabarat, S., dan Evans, S, M., 1984. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta.

Henry, Edward. 2007. Arahan Pemanfaatan Ruang TWAL Kapoposang Kab. Pangkep. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Indar, Yusran. 2006. Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dan RRA (Rapid Rural Appraisal). Makalah. Makassar.

Page 12: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

12

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.34/Men/2002 tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

Kusnadi. 2002. Meningkat Perebutan Sumberdaya Laut. Kompas. Koran Nasional. Http://www.kompas.com/9802/17/opini/meni.htm.

Kusumastanto, Tridoyo. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kertas Kerja. 2008. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa Bonto Borusu. Kabupaten Selayar.

Kertas Kerja. 2008. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa Kahu-Kahu. Kabupaten Selayar.

Lyzenga, D.R., 1981. Remote Sensing of Bottom Reflectance and Water Attenuation Parameters in Shallow Water Using Aircraft and Landsat Data. International Journal Remote Sensing. Volume 2 No. 1 71 – 72.

Malczewski, Jacek. 1999. GIS and Multicriteria Decision Analisis. Department of Geography. University of Western Ontario.

Mulyawan, Irwan. 2003. Pengembangan Wilayah Pesisir untuk Wisata Bahari di Takabonerate Kab. Selayar. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Mous, Peter J. 2008. A strategy toward development of networks of District-managed Marine Protected Areas (KKLD) and integration with community-managed reserves (DPL). COREMAP phase II.

Nontji. 1987. Laut Nusantara . Djambatan . Jakarta. Nyabakken J.W.I. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.

Jakarta. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 2005. Pedoman Penulisan

Tesis dan Disertasi. Makassar. Pusat Penelitian Terumbu Karang, Universitas Hasanuddin, 2006. Rencana

Strategis Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Provinsi Sulawesi Selatan. COREMAP Phase II Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan.

Pusat Penelitian Terumbu Karang, Universitas Hasanuddin, 2007. Kajian Potensi Kawasan Konservasi Daerah. COREMAP Phase II Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Selayar.

Peraturan Daerah Kab. Selayar Nomor : 16 Tahun 2003 tentang Pengelolaan SDA Laut dan Pesisir dalam Wilayah Kab. Selayar. Selayar.

Peraturan Daerah Kab. Selayar Nomor : 3 Tahun 2004 tentang Pemakaian Alat Tangkap dan atau Alat Bantu Pengambilan Hasil Laut. Selayar.

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 45 Tahun 2007 tentang Pemanfaatan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat. Makassar.

Peraturan Bupati Selayar Nomor : 04 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Selayar Tahun 2006-2010. Selayar.

Rietbergen., McCracken-Jennifer. 1998. Participation and Social Assessment: Tools and Techniques. The International Bank for Reconstruction and Development. World Bank. Washington.

Suharsono. 1993. Jenis-jenis Karang yang Umum Dijumpai di Indonesia. P3O-LIPI Jakarta.

Page 13: Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan

13

Salm, V.R dan John. R, C. 2000. Marine and Coastal Protected Areas: Guidelines for Planners and Managers. International Union for Conservation of Natural and Natural Resources. USAID. Switzerland.

Suyanto, B. S. 2005. Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif Pendekatan. Prenada Media. Jakarta.

Widodo, Johannes dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya : PERIKANAN LAUT. Gajah Mada University Press.

Yayasan Mattirotasi. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Laut untuk Budidaya Perikanan. COREMAP Tahap II Kab. Selayar. Sulawesi Selatan.

Yanuarita, Dewi. 2003. Analisis Pengembangan Wisata Bahari Dipulau-pulau Bagian Selatan Kab. Selayar. Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.