analisis komparatif kinerja keuangan...
TRANSCRIPT
ANALISIS KOMPARATIF KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN
ROA DAN ISLAMICITY PERFORMANCE INDEX PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
HESTIAWATI
NIM. 11140850000023
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Hestiawati
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 12 September 1996
3. Alamat : Jl. H. Saodah RT.003 RW.02 Pondok Ranji Ciputat
Timur Tangerang Selatan 15412
4. Telepon : 085780472142
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Bina Keluarga Balita Tahun 2001-
2002
2. SDN Pondok Ranji I Tahun 2002-
2008
3. SMPN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun 2008-
2011
4. SMAN 4 Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-
2014
5. S1 Ekonomi FEB UIN Jakarta Tahun 2014-
2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Harsoyo
2. Ibu : Warni
3. Alamat : Jl. H. Sodah RT.003 RW.02 Pondok Ranji Ciputat Timur
Tangerang Selatan 15412
vii
ABSTRACT
The research is a quantitative study which compare the financial performance
of Sharia Commercial Banks in Indonesia using measurements based on Return on
Asset and Islamicity Performance Index. This study uses a sample of Sharia
Commercial Banks in Indonesia. This study uses annual data of Sharia Commercial
Banks for the period 2012-2017. This study uses descriptive analysis and uses a
Cartesian diagram to determine the position of Sharia Commercial Banks. The
results of this study indicate that Sharia Commercial Banks are in two different
quadrants. Panin Syariah, BJB Syariah, and Victoria Syariah in position Lower
Left Quadran Banks, meaning that the value ROA and Islamicity Performance
Index is low. While BCA Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, BSM, Bank Muamalat
Indonesia, and Mega Syariah in position Upper Right Quadran Banks, meaning
that the value ROA and Islamicity Performance Index is high.
Keywords: Financial Performance, Return On Asset, Islamicity Performance
Index.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang membandingkan kinerja
keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia dengan menggunakan pengukuran
berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index. Penelitian ini menggunakan
sampel Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
tahunan Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2012-2017. Penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan diagram kartesius untuk
menentukan posisi Bank Umum Syariah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Bank Umum Syariah berada pada dua kuadran yang berbeda. Panin Syariah,
BJB Syariah, dan Victoria Syariah berada di posisi Lower Left Quadran Banks,
artinya nilai ROA dan Islamicity Performance Indexnya rendah. Sedangkan BCA
Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, BSM, Bank Muamalat Indonesia, dan Mega
Syariah berada di posisi Upper Right Quadran Banks, artinya nilai ROA dan
Islamicity Performance Indexnya tinggi.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Return On Asset, Islamicity Performance Index.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memeberikan anugerah dan
rahmatNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Harsoyo dan Mama Warni yang
selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta
memberikan kasih sayang, cinta dan selalu mendoakan dengan penuh
rasa ikhlas. Kalian adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa
segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih untuk adikku Muhammad Arief yang selalu memberi
motivasi kepada penulis, semoga kita akan menjadi anak kebanggaan
mama dan bapak.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah mengizinkan penulis untuk menimba
ilmu dengan sebaiknya-baiknya di FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Murdiyah Hayati S.Kom., MM selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan arahan, saran, ilmu dan bimbingan serta meluangkan
x
waktunya dalam proses penyelesaian penelitian skripsi hingga skripsi
ini selesai.
6. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan
Perbankan Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan serta
bimbingan dalam membantu peneliti selama masa perkuliahan.
7. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan saran-saran yang bermanfaat.
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat selama awal
kuliah sampai penyelesaian tugas akhir penulis. Serta seluruh jajaran
karyawan dan staff di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.
9. Terima kasih untuk sahabat kecilku Nurul Fitriani yang selalu
memberikan dukungan, serta kasih sayang yang tulus saat di rumah
maupun di tempat kami bekerja.
10. Terima kasih untuk sahabatku sejak awal masuk kuliah hingga saat ini,
Diah, Ulfa, Maria, Iir, Bella, Ratna, Tantri yang selalu menemani,
menguatkan dan selalu ada untuk penulis dalam kondisi apapun.
11. Terimakasih untuk Abdul Hafidz yang selalu menemani, memberikan
doa serta dukungan selama ini.
12. Terima kasih untuk keluarga KKN Merak 67 yang telah memberikan
kenangan dan pembelajaran selama mengabdi di Desa Munjul, Solear,
Tangerang.
13. Kakak-kakak angkatan 2012-2013 Perbankan syariah yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan
dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2014 yang telah
memberikan cerita selama 4 tahun ini. Semoga tetap bisa terus
berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan baik.
xi
15. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti baik selama masa
perkuliahan sampai pengerjaan skripsi yang tidak dapat peneliti sebut
satu persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 3 September 2018
Hestiawati
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 10
C. Batasan Masalah ............................................................................. 10
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 13
A. Landasan Teori ................................................................................ 13
1. Kinerja Perbankan Syariah ....................................................... 13
2. Islamicity Performance Index ................................................... 17
3. Bank Syariah ............................................................................ 21
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 26
C. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 30
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32
E. Hipotesis .......................................................................................... 34
xiii
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 35
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ........................................ 35
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 37
D. Metode Analisis Data ...................................................................... 38
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 43
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 43
B. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Return on Asset .............. 52
C. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Islamicity
Performance Index. .......................................................................... 57
D. Perbandingan Kinerja Berdasarkan ROA dan Islamicity
Performance Index ........................................................................... 61
E. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................ 64
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 80
A. Kesimpulan ..................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN ............................................................................................... 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ............ 25
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 26
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian ........................................................... 36
Tabel 3.2 Proses Seleksi Sampel.................................................................. 37
Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA ........................................ 41
Tabel 4.1 Nilai ROA Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 .................... 53
Tabel 4.2 Nilai PSR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 ..................... 57
Tabel 4.3 Nilai ZPR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 ..................... 58
Tabel 4.4 Nilai IIR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 ....................... 59
Tabel 4.5 Nilai EDR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 .................... 60
Tabel 4.6 Perbandingan ROA dan Islamicity Performance Index
Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 ....................................... 61
Tabel 4.7 Rata-rata Perhitungan Profit Sharing Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017 ........................................................................ 66
Tabel 4.8 Rata-rata Perhitungan Zakat Performance Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017 ......................................................................... 67
Tabel 4.9 Rata-rata Perhitungan Islamic Income Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017 ......................................................................... 69
Tabel 4.10 Rata-rata Perhitungan Equitable Distribution Ratio BUS
di Indonesia Tahun 2012-2017 .................................................. 70
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ............................... 2
Gambar 1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ........ 3
Gambar 1.3 Perkembangan Pembiayaan yang Disalurkan Bank
Umum Syariah ......................................................................... 4
Gambar 1.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia................... 5
Gambar 1.5 Return On Asset BUS Tahun 2012-2013 ................................. 7
Gambar 1.6 Return On Asset BUS Tahun 2014-2016 ................................. 7
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 33
Gambar 3.1 Diagram Kartesius Analisis Komparasi ROA dan IPI ............. 40
Gambar 4.1 Total Aset Bank Muamalat Indonesia ...................................... 43
Gambar 4.2 Total Aset Bank Syariah Mandiri ........................................... 44
Gambar 4.3 Total Aset Bank Negara Indonesia Syariah ............................. 45
Gambar 4.4 Total Aset Bank Rakyat Indonesia Syariah ............................. 47
Gambar 4.5 Total Aset Bank Mega Syariah ................................................ 48
Gambar 4.6 Total Aset Bank Panin Dubai Syariah ..................................... 49
Gambar 4.7 Total Aset BCA Syariah ........................................................... 50
Gambar 4.8 Total Aset BJB Syariah ............................................................ 51
Gambar 4.9 Total Aset Victoria Syariah ...................................................... 52
Gambar 4.10 Analisis Diagram Kartesius ROA dan Islamicity Performance
Index Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 ....................... 62
Gambar 4.11 Perbandingan Kinerja Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
Berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index ................................. 63
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Sampel Penelitian .......................................................... 87
Lampiran 2: Rata-rata Perhitungan Profit Sharing Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017 ...................................................................... 88
Lampiran 3: Rata-rata Perhitungan Zakat Performance Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017 ..................................................... 88
Lampiran 4: Rata-rata Perhitungan Islamic Income Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017 ..................................................... 89
Lampiran 5: Rata-rata Perhitungan Equitable Distribution Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017 ..................................................... 89
Lampiran 6: Perbandingan ROA dan Islamicity Performance Index Bank
Umum Syariah Tahun 2012-2017 ............................................. 90
Lampiran 7: Analisis Diagram Kartesius ROA dan Islamicity Performance
Index Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017 ......................... 90
Lampiran 8: Perbandingan Kinerja Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
Berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index .............. 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan perbankan syariah nasional relatif cepat. Berawal dari
berdirinya Bank Muamalat tahun 1992 kemudian disetujuinya UU No.10 tahun
1998 yang diatur sebagai landasan hukum yang terus menggiring gerakan
perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Dibentuknya UU RI No.21 tahun
2008 tentang perbankan syariah yang menjadi payung hukum operasional
merubah bank syariah menjadi lebih terarah dan terlindungi oleh hukum negara.
(Lutfiandari, 2016).
Pada akhir tahun 2016, perbankan syariah Indonesia yang terdiri dari Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) mencatatkan pertumbuhan aset, pembiayaan yang
diberikan (PYD) dan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan syariah
nasional tahun 2016 tumbuh signifikan, masing-masing sebesar 20,28%,
16,41% dan 20,84%. Total aset, PYD, dan DPK industri perbankan syariah
nasional pada tahun 2016 masing-masing mencapai Rp365,6 triliun, Rp254,7
triliun dan Rp285,2 triliun. Aset perbankan syariah di tahun 2016 tercatat
meningkat sebesar Rp61,6 triliun, atau tumbuh 20,28%. BUS memberikan
sumbangan terbesar pada peningkatan aset perbankan syariah sebesar Rp40,7
Triliun. Pertumbuhan BUS yang signifikan mulai terjadi pada September 2016
dengan adanya konversi BPD Aceh menjadi Bank Aceh Syariah. Aset BPD
Aceh mencapai Rp18,95 triliun atau sebesar 5,18% dari total aset perbankan
syariah secara keseluruhan. Konversi Bank Aceh Syariah berdampak kepada
meningkatnya market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional
menembus angka psikologis 5% (five percent trap). Per Desember 2016 market
share perbankan syariah mencapai 5,33% atau meningkat sebesar 0,46% dari
4,87% pada tahun 2015. (OJK, 2017)
Aspek perbankan syariah seperti perkembangan aset, dana pihak ketiga
(DPK), maupun pembiayaan yang disalurkan (PYD) ketiga aspek tersebut Bank
2
Umum Syariah terus mengalami penigkatan dari tahun ke tahun. Dapat dilihat
pada grafik berikut :
Gambar 1.1
Perkembangan Aset Bank Umum Syariah
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2017
Berdasarkan gambar 1.1, mengenai perkembangan aset bank umum syariah.
Jumlah aset dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami peningkatan. Pada tahun
2012 aset BUS mencapai 147,58 atau tumbuh sebesar 26,21%. Pada tahun 2013
aset BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 32,78 triliun menjadi Rp. 180,36
triliun atau tumbuh sebesar 22,21%. Pada tahun 2014 aset BUS mengalami
peningkatan sebesar Rp. 24,6 triliun menjadi Rp. 204,96 triliun atau tumbuh
sebesar 13,64%. Pada tahun 2015 aset BUS mengalami peningkatan sebesar Rp.
8,46 triliun menjadi Rp. 213,42 triliun atau tumbuh sebesar 4,13%. Kemudian
pada tahun 2016 aset BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,764 triliun
menjadi Rp. 254,184 triliun atau tumbuh sebesar 19,10%. (OJK, 2017)
0
50
100
150
200
250
300
2012 2013 2014 2015 2016Perkembangan Aset Bank Umum…
Tri
liun R
upia
h
Tahun
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan Aset 26,21% 22,21% 13,64% 4,13% 19,10%
3
Gambar 1.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2017
Berdasarkan gambar 1.2, mengenai perkembangan dana pihak ketiga bank
umum syariah. Jumlah DPK BUS dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 DPK BUS mencapai Rp. 117,81 triliun atau
tumbuh sebesar 22,03%. Pada tahun 2013 DPK BUS mengalami peningkatan
sebesar Rp. 25,36 triliun menjadi Rp. 143,17 triliun atau tumbuh sebesar
21,52%. Pada tahun 2014 DPK BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 27,55
triliun menjadi Rp. 170,72 triliun atau tumbuh sebesar 19,24%. Pada tahun
2015 DPK BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 4,17 triliun menjadi Rp.
174,89 triliun atau tumbuh sebesar 2,44%. Kemudian pada tahun 2016 DPK
BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 31,517 triliun menjadi Rp. 206,407
triliun atau tumbuh sebesar 18,02%. (OJK, 2017)
0
50
100
150
200
250
2012 2013 2014 2015 2016
Perkembangan Dana Pihak Ketiga BUS
Tri
liun R
upia
h
Tahun
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan DPK 22,03% 21,52% 19,24% 2,44% 18,02%
4
Gambar 1.3
Perkembangan Pembiayaan Yang Disalurkan Bank Umum Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2017
Berdasarkan gambar 1.3, mengenai perkembangan pembiayaan yang
disalurkan bank umum syariah. Jumlah PYD BUS dari tahun 2012 hingga 2016
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PYD BUS mencapai Rp. 112,39
triliun atau tumbuh sebesar 34,28%. Pada tahun 2013 PYD BUS mengalami
peningkatan sebesar Rp. 24,87 triliun menjadi Rp. 137,26 triliun atau tumbuh
sebesar 22,13%. Pada tahun 2014 PYD BUS mengalami peningkatan sebesar
Rp. 10,68 triliun menjadi Rp. 147,94 triliun atau tumbuh sebesar 1,99%. Pada
tahun 2015 PYD BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 6,028 triliun
menjadi Rp. 153,968 triliun atau tumbuh sebesar 3,56%. Kemudian pada tahun
2016 PYD BUS mengalami peningkatan sebesar Rp. 23,512 triliun menjadi Rp.
177,48 triliun atau tumbuh sebesar 16,41%. (OJK, 2017)
Selain itu, perkembangan bank umum syariah di Indonesia dapat dilihat dari
pertumbuhan jumlah kantor dari tahun ke tahun. Bank Indonesia menyatakan,
jumlah kantor bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan pinsip
syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada Grafik
berikut :
0
50
100
150
200
2012 2013 2014 2015 2016
Perkembangan PYD Bank Umum…
Tri
liun R
upia
h
Tahun
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan PYD 34,28% 22,13% 1,99% 3,56% 16,41%
5
Gambar 1.4
Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia (unit)
Sumber : Direktorat Perbankan Syariah BI, 2016
Berdasarkan gambar 1.4, statistik perbankan syariah yang diterbitkan
Otoritas Jasa Keuangan tahun 2016, menunjukkan bahwa pada tahun 2010
Bank Umum Syariah mengalami pertumbuhan pesat. Pada awalnya Bank
Umum Syariah hanya berjumlah 11 bank, kemudian bertambah banyak menjadi
12 bank pada tahun 2014, kemudian bertambah lagi menjadi 13 bank pada tahun
2016. Peningkatan ini membuktikan bahwa masih terdapat peluang dalam
perbankan syariah. Oleh karena itu perbankan syariah perlu mendapat perhatian
lebih agar dapat membantu perekonomian Islam di Indonesia. (Direktorat
Perbankan Syariah BI, 2016).
Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa keuangan syariah
Indonesia masih perlu terus dikembangkan sehingga dapat mengimbangi
pertumbuhan keuangan konvensional dalam rangka membesarkan industri
keuangan secara keseluruhan. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam
mengakselerasi pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia adalah melakukan
berbagai program yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan lintas
sektor, baik yang melibatkan ketiga sektor ataupun dua sektor. Permasalahan
bersama yang dihadapi oleh ketiga sektor keuangan syariah antara lain
keterbatasan suplai produk syariah, keterbatasan akses akan produk keuangan
syariah, masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah dan tingkat utilitas
produk keuangan syariah, keterbatasan sumber daya manusia, perlunya
10
11
12
13
14
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
BUS
BUS
6
optimalisasi koordinasi dengan para pemangku kepentingan, serta perlunya
kebijakan jasa keuangan yang selaras dan dapat saling mendukung
perkembangan seluruh sektor keuangan syariah. (OJK, 2017)
Evaluasi kinerja Bank Syariah merupakan hal yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan peran dan tanggung jawab Bank Syariah tidak hanya terbatas pada
kebutuhan keuangan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), tetapi
yang tak kalah penting juga bagaimana lembaga tersebut melakukan bisnisnya
serta langkah-langkah apa yang digunakan dalam rangka untuk memastikan
bahwa semua kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah.
Beberapa pakar perbankan syariah internasional telah mencoba melihat kinerja
bank syariah lebih komprehensif. Hal ini didasari oleh sebuah kesadaran bahwa
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Perbankan syariah
sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam didirikan juga untuk mencapai tujuan
sosial – ekonomi Islam seperti mewujudkan keadilan distribusi dan seterusnya.
(Meilani, dkk, 2015)
Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai
keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri. Mulai dari penilaian aset, utang,
likuiditas, dan lain sebagainya (Syahnaz, 2013). Selain itu, kinerja Bank Umum
Syariah juga menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat baik itu nasabah
yang hendak menyetorkan dananya kepada bank maupun investor yang akan
menanamkan modalnya. Sedangkan bagi perbankan, hasil penilaian kondisi
bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk menetapkan
stategi usaha kedepannya. Bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai
dasar penetapan kebijakan dan implementasi strategi pengawasan bank
(Widyastuti, 2016).
Salah satu ukuran kinerja keuangan adalah Return on Assets (ROA). ROA
adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Untuk menentukan kesehatan
bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA. (Winardi,
2013). Berikut merupakan gambaran mengenai pertumbuhan rasio ROA Bank
Umum Syariah di Indonesia:
7
Gambar 1.5
Return on Asset BUS Tahun 2012-2013 (dalam %)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (SPS) OJK Juni 2015
Berdasarkan gambar 1.5, dapat diketahui bahwa rasio ROA selama kurun
waktu dua tahun tersebut mengalami penurunan 0,14% yang menggambarkan
bahwa Bank Umum Syariah belum efektif dalam meningkatkan laba melalui
pengelolaan aset yang dimiliki. (SPS OJK, 2015)
Gambar 1.6
Return on Asset BUS Tahun 2014-2017 (dalam %)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (SPS) OJK Januari 2017
Selanjutnya berdasarkan gambar 1.6, dapat diketahui bahwa rasio ROA
mengalami penurunan pada tahun 2014 dibandingkan dengan pada tahun 2013
yang terdapat pada Grafik 1.3. Namun kenaikan kembali terjadi pada tahun
2015, dan tahun 2016 hingga 2017 bulan Januari. Sepanjang tahun 2016 rasio
1.9
1.95
2
2.05
2.1
2.15
2.2
2012 2013
ROA
ROA
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
ROA
ROA
8
ROA cenderung mengalami penurunan yaitu sebanyak delapan kali, sedangkan
kenaikan dialami sebanyak empat kali. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
ROA digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan Bank Umum Syariah. (SPS
OJK, 2017)
Cara pengukuran kinerja keuangan perbankan syariah sampai dengan saat
ini masih mengadopsi pengukuran perbankan konvensional. Hal ini terjadi
karena kurangnya kajian mengenai ukuran kinerja perbankan syariah khususnya
di Indonesia. Kinerja perbankan syariah masih menggunakan model atau pola
kinerja bank konvensional. Di mana pengukuran konvensional difokuskan
untuk mengukur kondisi keuangan, sedangkan pengukuran perbankan syariah
memiliki tujuan lain yaitu maqashid syariah. Maqashid syariah adalah kinerja
perbankan atau aktifitas muamalah yang dijalankan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, yaitu dengan mengetahui setiap tujuan syariah tersebut akan
memberikan fleksibelitas, kedinamisan, dan kreatifitas dalam mengambil
kebijaksanaan dan aktifitas kehidupan sosial. (Maisaroh, 2015).
Hameed, dkk (2004) dalam penelitiannya “Alternative Disclosure and
Performance Measures for Islamic Banks” menjelaskan bahwa Islamicity
Indices ini terdiri dari dua komponen, yaitu Islamicity Disclosure Index dan
Islamicity Performance Index. Islamicity Disclosure Index dimaksudkan untuk
menguji seberapa baik bank syariah mengungkapkan informasi yang berguna
untuk para pemangku kepentingan. Indeks ini dibagi menjadi tiga indikator
utama, yaitu indikator kepatuhan syariah, indikator tata kelola perusahaan, dan
indikator sosial atau lingkungan. Sementara itu, Islamicity Performance Index
merupakan salah satu metode yang dapat mengevaluasi kinerja bank syariah,
tidak hanya dari segi keuangan tetapi juga mampu mengevaluasi prinsip
keadilan, kehalalan dan penyucian (tazkiyah) yang dilakukan oleh bank umum
syariah. Terdapat tujuh indikator yang diukur dari Islamicity Performance
Index yaitu profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution
ratio, director-employees welfare ratio, Islamic investmen vs non-Islamic
investment, Islamic income vs non-Islamic income, dan AAOIFI index.
9
Berdasarkan data empirical dan teori yang dikemukakan, peneliti
menggunakan alat ukur Islamicity performance index. Dari ketujuh rasio pada
Islamicity performance index, tidak semua digunakan dalam pengukuran
kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kekurangan. Ukuran
Islamic investment vs non-Islamic investment tidak digunakan pada penelitian
yang sekarang dikarenakan rasio ini menggambarkan keadaan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syariah. Keberadaan DPS
memberikan jaminan bahwa perbankan syariah tidak melakukan investasi yang
tidak halal, sehingga hal ini tidak dapat ditelusur pada laporan keuangan.
Director-employees welfare ratio dan AAOIFI index tidak digunakan karena
rasio tersebut tidak berpengaruh pada pengukuran kinerja secara agregat dan
rasio tersebut merupakan pertimbangan bersifat kualitatif.
Kesadaran akan pengukuran kinerja keuangan dan kinerja sosial Bank
Umum Syariah yang kemudian menghasilkan alat ukur yang sesuai dan
komprehensif. Ada beberapa penelitian yang mencoba merepresentasikan hal
tersebut. Duantika (2015) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis
Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity
Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri)” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja kedua bank dengan
metode Islamicity Performance Index kinerja Bank Syariah Mandiri lebih tinggi
dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan untuk metode RGEC
kedua bank tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Meilani, dkk (2015) dalam penelitiannya dengan judul “ Analisis Kinerja
Perbankan Syariah di Indonesia dengan Menggunakan Pendekatan Islamicity
Indeces” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja bank syariah di
Indonesia selama periode 2011-2014 memiliki penilaian predikat "cukup
memuaskan”. Namun, ada dua rasio yang kurang memuaskan, rasio tersebut
adalah zakat performance ratio dan director-employee welfare ratio. Hal ini
menunjukkan bahwa zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah di Indonesia
masih rendah dan perbedaan kesejahteraan direktur dengan karyawan bank
syariah masih besar.
10
Miranata (2014) melakukan penelitian analisis komparasi kinerja keuangan
Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah berdasarkan Islamicity
Performance Index. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara umum
rata-rata kinerja keuangan Bank Mega Syariah lebih baik dibandingkan dengan
Bank Syariah Mandiri.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Komparatif Kinerja
Keuangan Berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index pada Bank
Umum Syariah di Indonesia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya sistem penilaian kinerja yang dapat mengakomodasi keinginan
dari stakeholder
2. Pengukuran kinerja Bank Umum Syariah hanya terbatas pada pengukuran
rasio keuangan tanpa dilengkapi pemaparan hasil kinerja berdasarkan
prinsip syariah
3. Islamicity Performance Index sebagai pengukuran kinerja syariah yang
ditemukan peneliti Malaysia untuk mengungkapkan social performance
suatu bank belum memasuki tahap praktik di lapangan Bank Syariah di
Indonesia
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang
akan diteliti, yaitu penulis hanya akan fokus untuk meneliti masalah
pengukuran kinerja yang sampai saat ini hanya mengukur kinerja keuangan,
sehingga pada penelitian ini penulis akan mengukur kinerja bank syariah
dengan dua pengukuran, yaitu ROA untuk pengukuran kinerja keuangan dan
Islamicity Performance Index untuk pengukuran kinerja syariah.
11
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian serta indentifikasi dan batasan
masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia ditinjau dari
pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Umum Syariah melalui
pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia ditinjau dari
pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index
2. Untuk menganalisis perbandingan kinerja keungan Bank Umum Syariah
melalui pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan Islamicity Performance
Index
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat atau kegunaan penelitian
yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan atau rekomendasi bagi
manajer untuk meningkatkan kinerja Bank Umum Syariah dan dapat
memberikan masukan tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial
perusahaan.
b. Bagi Penulis
Penilitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan,
serta sebagai wadah untuk mengaplikasikan berbagai teori yang didapat
selama mengikuti perkuliahan baik secara formal maupun nonformal.
12
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi
dan informasi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat memberikan
kesempatan bagi para peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan dan
memperluas penelitian ini.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kinerja Perbankan Syariah
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Bank wajib memelihara tingkat kesehatannya.
Kesehatan bank harus diperlihara dan ditingkatkan agar kepercayaan
masyarakat terhadap bank dapat terjaga. Kesehatan bank merupakan
cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi otoritas
pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap
bank. Selain itu bank juga menjadi kepentingan semua pihak yang
terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna
bank.
Peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur
tentang kesehatan bank syariah adalah PBI No. 9/1/PBI/2007. Peraturan
ini sudah tidak berlaku sejak 1 Juli 2014 dan mulai berlaku Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan tingkat kesehatan bank
adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko
termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja bank atau
disebut dengan Risk-based Bank Rating.
Menurut Kasmir (2008) tingkat kesehatan bank adalah kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi kewajibannya dengan baik dengan cara-
cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
14
benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. (Fahmi,
2011).
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan
penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah
upaya yang dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan aktivitas
bisnis berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan, juga
bagaimana tingkat pencapaian keberhasilan perusahaan apakah sudah
sesuai dengan target, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat
dieliminasi melalui proses perbaikan yang berkesinambungan (Hery,
2017).
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses
pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu.
Menurut Munawir (2012) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
15
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering
disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil,
yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang- hutangnya serta membayar beban bunga
atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.
c. Alat Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi
(Jumingan, 2017):
a) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik
analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode
atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah
(absolut) maupun dalam persentase (relatif).
b) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan
kenaikan atau penurunan.
c) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan
teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-
masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal
kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.
e) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan
kas pada suatu periode waktu tertentu.
16
f) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan
untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara
simultan.
g) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h) Analisis Break Event, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
d. ROA sebagai Pengukur Kinerja Perusahaan
Kinerja keuangan dapat diketahui berdasarkan analisis laporan
keuangan. Informasi yang ada di laporan keuangan menunjukkan
kinerja perusahaan tersebut yang digunakan sebagai dasar penentuan
pengambilan keputusan, baik untuk perusahaan itu sendiri, investor,
maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Perhitungan rasio sangat
penting bagi pihak luar yang ingin menilai laporan keuangan suatu
perusahaan. (Amirah, 2014)
Terdapat banyak indikator yang dapat digunakan dalam
menganalisis kinerja keuangan perusahaan antara lain cash flow atau
aliran dana per transaksi, profitabilitas, likuiditas, struktur keuangan dan
investasi atau rasio pemegang saham (Widyastuti, 2016). Namun yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah profitabilitas.
Profitabilitas adalah simbol Profitability yaitu tingkat keuntungan
bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan
deviden. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham
adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
tetapnya yaitu bunga dan pajak. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar
sebagai deviden. (Mandasari, 2013).
17
Penelitian ini menggunakan Analisis Return On Asset (ROA),
karena Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari
rata-rata total aset bank yang bersangkutan.
ROA adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam
seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROA
menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas
dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba.
Semakin tinggi laba yang dihasilkan, semakin tinggi pula ROA, hal itu
berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan. (Winardi, 2013)
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS 30
Oktober 2007 tujuan perhitungan rasio ROA adalah untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio
ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan
biaya. Berikut merupakan rumus perhitungan rasio ROA sesuai dengan
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS:
2. Islamicity Performance Index
Pengukuran kinerja adalah suatu metode dalam pengukuran pencapaian
perusahaan dengan didasarkan pada target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ini merupakan bagian dari tindakan pengendalian yang dapat
membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja di masa yang akan
datang selama mengidentifikasi kekurangan operasi atas kegiatan operasi
dalam suatu periode. Untuk memiliki sistem pengukuran kinerja yang baik
dan tepat sangatlah penting, terutama di dunia tanpa batas masa kini dimana
18
perusahaan harus tetap kompetitif dan kuat secara keuangan (Hameed, dkk,
2004)
Evaluasi kinerja sangatlah dianjurkan dalam Islam. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa syariah Islam memberikan perhatian besar
terhadap masalah muhasasabah atau evaluasi. Pada dasarnya setiap muslim
dianjurkan untuk melakukan kegiatan muhasaba, seperti setiap saat sebelum
tidur setidaknya untuk mengevaluasi kembali apa saja yang telah
diiperbuatnya sepanjang hari. Ini adalah cara muhasabah, dimana mereka
bisa memperbaiki diri sambil tulus bertobat untuk dosa mereka (Hameed,
dkk, 2004).
Salah satu cara untuk mengukur kinerja organisasi adalah melalui
indeks. Meskipun saat ini telah ada beberapa indeks yang disusun untuk
mengukur kinerja organisasi,tetapi belum banyak indeks yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja lembaga keuangan Islam. Hameed, dkk
(2004) telah mengembangkan sebuah indeks yang dinamakan Islamicity
Index, sehingga kinerja dari lembaga keuangan Islam dapat benar-benar
diukur. Indeks ini terdiri dari tujuh rasio yang merupakan cerminan dari
kinerja bank syariah sebagai berikut:
a. Profit Sharing Ratio (PSR)
Salah satu tujuan utama dari Bank Syariah adalah bagi hasil. Oleh
karena itu, penting untuk mengidentifikasi seberapa jauh bank syariah
telah berhasil mencapai tujuan eksistensi mereka atas bagi hasil melalui
rasio ini. Pendapatan dari bagi hasil dapat diperoleh melalui dua akad,
yang pertama adalah mudaraba yaitu penanaman dana dari pemilik
kepada pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
dengan pembagian berdasarkan profit and loss sharing. Akad yang
kedua adalah musyarakah yaitu perjanjian antara pemilik modal untuk
mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan yang telah disepakati sebelumnya, dan kerugian
ditanggung semua pemilik modal berdasarkan bagian modal masing-
19
masing. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Profit
Sharing Ratio sebagai berikut:
b. Zakat Performance Ratio (ZPR)
Zakat menjadi salah satu tujuan akuntansi syariah terlebih zakat
merupakan salah satu perintah dalam Islam. Hameed, dkk (2004)
menyatakan bahwa kinerja bank Islam harus berdasarkan pembayaran
zakat untuk menggantikan indikator kinerja konvensional yaitu Earning
Per Share (EPS). Kekayaan bank harus didasarkan pada aktiva bersih
(net asset) daripada laba bersih (net profit) yang ditekankan oleh metode
konvensional. Oleh karena itu, jika aktiva bersih bank semakin tinggi,
maka tentunya akan membayar zakat yang tinggi pula. Hameed, dkk
(2004) mengusulkan formula sebagai berikut :
c. Equitable Distribution Ratio (EDR)
Equitable Distribution Ratio merupakan rasio yang mengukur
berapa persentase pendapatan yang didistribusikan kepada stakeholder
yang terlihat dari jumlah uang yang dihabiskan untuk qard dan donasi,
beban pegawai, dan lain-lain. Untuk setiap hal tersebut, dihitung dengan
menilai jumlah yang didistribusikan (kepada sosial masyarakat,
pegawai, investor dan perusahaan) dibagi total pendapatan yang telah
dikurangi zakat dan pajak. Dari rasio ini dapat diketahui besarnya rata-
rata distribusi pendapatan ke sejumlah stakeholder.
ZPR = Zakat
Net Asset
EDR = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑜𝑟 𝑒𝑎𝑐ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑘𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
PSR = Mudharabah + Musyarakah
Total Pmbiayaan
20
d. Directors - Employees Welfare Ratio
Directors-Employee Welfare Ratio merupakan rasio yang
membandingkan antara gaji direktur berbanding dengan uang yang
digunakan untuk kesejahteraan pegawai. Dimana nilai yang dihasilkan
digunakan untuk mengidentifikasi berapa uang yang digunakan untuk
gaji direktur dibandingkan dengan uang yang digunakan untuk
kesejahteraan pegawai. Kesejahteraan karyawan meliputi gaji,
pelatihan, dan lain-lain
e. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment
Islamic Investment vs non Islamic Investment merupakan rasio yang
membandingkan antara investasi halal dengan total investasi yang
dilakukan oleh bank syariah secara keseluruhan (halal dan non halal).
Dimana nilai yang dihasilkan merupakan ukuran aspek kehalalan dan
keberhasilan pelaksanaan prinsip dasar bank syariah yaitu terbebas dari
unsur riba.
f. Islamic Income vs Non-Islamic Income
Islam telah secara tegas melarang transaksi yang melibatkan riba,
gharar dan judi. Akan tetapi, saat ini masih banyak dijumpai praktik
perdagangan yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu,
penting bagi bank-bank syariah untuk mengungkapkan dengan jujur
setiap pendapatan yang dianggap halal, dan mana yang dilarang dalam
Islam. Bank syariah harus menerima pendapatan hanya dari sumber
yang halal. Jika bank syariah memperoleh pendapatan dari transaksi
non-halal, maka bank harus mengungkapkan informasi seperti jumlah,
sumber, bagaimana penentuannya dan prosedur apa saja yang tersedia
DER = Rata−rata gaji direktur
Rata−rata kesejahteraan karyawan tetap
IH = Investasi Halal
Investasi Halal+Investasi Non Halal
21
untuk mencegah masuknya transaksi yang dilarang oleh syariah. Dalam
laporan keuangan bank syariah jumlah pendapatan non-halal dapat
dilihat dalam laporan sumber dan penggunaan qardh. Rasio ini
bertujuan untuk mengukur pendapatan yang berasal dari sumber yang
halal.
g. AAOIFI Index
Indeks ini untuk mengukur seberapa jauh lembaga-lembaga
keuangan syariah telah memenuhi prinsip-prinsip yang ditetapkan
dalam AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions).
Dari ketujuh rasio pada Islamicity performance index, tidak semua
digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan adanya
beberapa kekurangan. Ukuran Islamic investment vs non-Islamic investment
tidak digunakan pada penelitian yang sekarang dikarenakan rasio ini
menggambarkan keadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan
syariah. Keberadaan DPS memberikan jaminan bahwa perbankan syariah
tidak melakukan investasi yang tidak halal, sehingga hal ini tidak dapat
ditelusur pada laporan keuangan. Director-employees welfare ratio dan
AAOIFI index tidak digunakan karena rasio tersebut tidak berpengaruh
pada pengukuran kinerja secara agregat dan rasio tersebut merupakan
pertimbangan bersifat kualitatif.
3. Bank Syariah
a. Definisi Bank Syariah
Bank Syariah terdiri atas dua kata, yaitu (a) bank dan (b) syariah.
Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungi sebagai
perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dan
dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah
PH = Pendapatan Halal
Pendapatan Halal+Pendapatan Non Halal
22
di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh
pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum
islam (Ali, 2008).
Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “bank syariah”. Bank
syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai
dengan hukum islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic
Banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam
pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba),
spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar) (Ali,
2008).
Menurut pasal 1 ayat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, perbankan syariah adalah “segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS),
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank syariah berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan
pada tata cara bermuamalat secara islam, yaitu mengacu pada ketentuan-
ketentuan Al-Qur’an dan Al-hadis (Is, 2015).
Bank syariah sebagai sebuah lembaga keuangan mempunyai
mekanisme dasar, yaitu menerima deposito dari pemilik modal
(depositor) dan mempunyai kewajiban (liability) untuk menawarkan
pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola dan/atau
skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat islam. Pada sisi
kewajiban, terdapat dua kategori utama, yaitu interest fee current and
saving account dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip
PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak
depositor; sedangkan pada sisi aset, yang termasuk di dalamnya adalah
segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai prinsip atau
23
standar syariah seperti mudharabah, musyarakah, istisna, salam, dan
lain-lain (Ali, 2008).
b. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, fungsi bank syariah pada umumnya adalah sebagai
berikut (Ikatan Bankir Indonesia, 2014):
1) Penghimpun Dana (Mudharib)
Bank syariah dapat menghimpun dana masyarakat sesuai
dengan fungsinya sebagai pengelola dana (mudharib) dalam bentuk
simpanan.
2) Penyalur Dana (Shahibul Maal)
Dana yang dihimpun disalurkan dalam bentuk pembiayaan atau
bentuk lainnya dalam bentuk investasi pembelian sukuk (obligasi
syariah), serta penyertaan dalam bentuk bagi hasil.
3) Pelayan Jasa Keuangan
Melakukan pelayanan jasa lalu-lintas pembayaran dilakukan
dalam berbagai aktivitas, seperti pengiriman uang (transfer), inkaso,
penagihan berupa collection, kartu debit, kartu kredit syariah,
transaksi tunai, Real Time Gross Settlement (RTGS), kliring (sistem
kliring nasional), Automatic Teller Machine (ATM), electronic
banking, dan layanan perbankan lainnya.
Bank syariah juga mempunyai peran penting dalam sistem
keuangan nasional dalam hal berikut:
1) Pengalihan Aset (Asset Transmutation)
Sumber dana yang diberikan untuk pembiayaan berasal dari
pemilik dana selaku unit surplus. Jangka waktunya dapat diatur
sesuai keinginan pemilik dana sehingga bank berperan sebagai
pengalih aset yang likuid dari unit surplus (shahibul maal) kepada
unit defisit selaku pengelola dana (mudharib) atau yang memerlukan
24
pembiayaan dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa, atau dengan
akad lainnya.
2) Transaksi (Transaction)
Bank memberikan layanan dan kemudahan kepada pelaku
ekonomi untuk melakukan berbagai transaksi keuangan yang
menuyangkut barang dan jasa.
3) Likuiditas (Liquidity)
Bank juga berperan sebagai penjaga likuiditas masyarakat
dengan adanya aliran dana dari unit surplus kepada unit defisit lewat
mekanisme pengelolaan penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat.
4) Broker for Business
Bank bisa berperan sebagai broker untuk mempertemukan para
bebisnis, terutama antarnasabah mereka sendiri, sehingga mampu
menjembatani informasi yang tidak simetris (asymetric information)
dan terjadi efisiensi biaya ekonomi, terutama dalam praktik
bisnisnya yang bervariasi, seperti dalam hal jual-beli, sewa-
menyewa, sewa beli, gadai, dan berbagi hasil.
c. Jenis-Jenis Bank Syariah
Sesuai dengan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit
kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi
25
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Jenis bank syariah berdasarkan kepemilikan mencakup Bank Umum
Milik Negara (BUMN), Bank Umum Swasta (BUS), Bank Campuran,
dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagaimana pada umumnya.
Selain itu, ada juga yang berstatus devisa (dapat melayani valuta asing
dan transaksi internasional) dan nondevisa (tidak memberikan layanan
valuta asing dan transaksinya berskala domestik) (Ikatan Bankir
Indonesia, 2014).
d. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Secara garis besar perbandingan antara bank syariah dengan bank
konvensional dijelaskan pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
No. Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi
yang halal saja
Investasi yang halal dan
haram
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli atau sewa
Memakai perangkat bunga
3. Profit dan falah oriented Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk kemitraan
Hubungan nasabah dalam
bentuk hubungan kreditur
debitur
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber: Is, Muhamad Sadi. 2015.
26
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode waktu
yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak hal yang
tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Berikut ringkasan beberapa penelitian:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti/Jurnal
Judul
Penelitian Metode/alat Hasil Persamaan Perbedaan
1. Shahul
Hameed Bin
Mohamed
Ibrahim, Ade
Wirman,
Bakhtiar
Alrazi, Mohd
Nazli Bin
Mohamed
Nor, dan Sigit
Pramono
(2004)
International
Islamic
University
Malaysia
Alternative
Disclosure
and
Performance
Measures for
Islamic Bank
Pengukuran
index
dengan
perhitungan
Islamic
Disclosure
Index dan
Islamicity
Performanc
e Index
Bahrain
Islamic Bank
memiliki
kinerja yang
lebih baik
dibandingkan
dengan kinerja
Bank Islam
Malaysia
Berhard dalam
pengukuran
Islamic
Disclosure
Index dan
Islamicity
Performance
Index
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio,
Islamic
Income
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
Penulis
menggunaka
n dua
pendekatan
pengukuran
kinerja bank
yaitu
berdasarkan
ROA dan
Islamicity
Performanc
e Index.
Objek
penelitian
dalam
penelitian
ini adalah
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Periode
2012-2017
2. Harvita Ayu
Lutfiandari
dan Dina
Fitrisia
Septiarini
(2016)
Jurnal
Ekonomi
Analisis Tren
dan
Perbandinga
n Rasio
Islamicity
Performance
Index pada
Bank Syariah
Mandiri,
Menggunak
an analisis
Tren
menggunak
an
persamaan
2.1,
kemudian
dilanjutkan
Berdasarkan
uji beda Bank
Syariah
Mandiri, Bank
Muamalat
Indonesia,
Bank
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Penelitian
terdahulu
menggunaka
n variabel
Directors-
Employees
Welfare
Ratio
(DEWR)
dan Islamic
27
No Nama
Peneliti/Jurnal
Judul
Penelitian Metode/alat Hasil Persamaan Perbedaan
Syariah Teori
dan Terapan
Vol. 3 No. 6
Juni 2016:
430-443
Bank
Muamalat
Indonesia,
Bank BRI
Syariah dan
Bank BNI
Syariah
Periode
2011-2014
dengan
penggambar
an tren dari
empat
bank
syariah pada
periode
2011-2014
BNI Syariah
dan Bank BRI
Syariah
dinyatakan
bahwa terdapat
perbedaan
signifikan rasio
PSR, EDR dan
DEWR,
sedangkan
rasio ZPR, IIR
dan IsIR tidak
terdapat
perbedaan
yang signifikan
Performance
Ratio,
Islamic
Income
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
Investment
vs Non
Islamic
Investment
(IIR), sedangkan
penulis tidak
menggunaka
n.
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
20011-2014,
sedangkan
penelitan ini
2012-2017
3. Anita Nur
Khasanah
(2016)
JURNAL
NOMINAL/V
OLUME V
NOMOR 1 /
TAHUN 2016
Pengaruh
Intellectual
Capital dan
Islamicity
Performance
Index
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Menggunak
an analisis
regresi linier
sederhana
dan
berganda
Analisis
menggunak
an IBM
SPSS
Statistics 20
Terdapat
pengaruh
positif
signifikan
Intellectual
Capital, Profit
Sharing Ratio,
Zakat
Performing
Ratio,
Equitable
Distribution
Ratio, dan
Islamic Income
vs Non-Islamic
Income
terhadap
kinerja
keuangan
perbankan
syariah di
Indonesia.
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio,
Islamic
Income
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
20010-2015,
sedangkan
penelitan ini
2012-2017
4. Pandu
Dewanata,
Hamidah, dan
Gatot Nazir
Ahmad
The Effect Of
Intellectual
Capital and
Islamicity
Performance
Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
Intellectual
capital, profit
sharing ratio,
zakat
performance
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
20010-2014,
sedangkan
28
No Nama
Peneliti/Jurnal
Judul
Penelitian Metode/alat Hasil Persamaan Perbedaan
(2016)
Jurnal Riset
Manajemen
Sains
Indonesia
(JRMSI) | Vol
7, No. 2, 2016
Index To The
Performance
Of Islamic
Bank In
Indonesia
2010-2014
Periods
analisis
regresi data
panel
Analisis
menggunak
an Eviews 7
ratio dan
equitable
distribution
ratio secara
bersama-sama
memiliki
pengaruh
terhadap ROA.
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
penelitan ini
2012-2017
5. Sayekti Endah
Retno
Meilani, Dita
Andraeny dan
Anim
Rahmayati
(2015)
Seminar
Nasional dan
The 3rd Call
for Syariah
Paper ISSN
2460-0784
Analisis
Kinerja
Perbankan
Syariah di
Indonesia
dengan
Menggunaka
n Pendekatan
Islamicity
Indices
Metode
kuantitatif
non statistik
yaitu
analisis data
terhadap
data yang
berupa
angka-
angka tanpa
menguji
secara
statistic dan
Metode
deskriptif
kualitatif
yaitu
dengan cara
memberikan
penjelasan
dengan
kata-kata
atau
kalimat
untuk
menerangka
n data
kuantitatif
yang telah
diperoleh
guna
menghasilka
n suatu
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa kinerja
bank syariah di
Indonesia
selama periode
2011-2014
memiliki
penilaian
predikat
"cukup
memuaskan”.
Namun, ada
dua rasio yang
kurang
memuaskan,
rasio
tersebut adalah
zakat
performance
ratio dan
director-
employee
welfare ratio.
Hal ini
menunjukkan
bahwa
zakat yang
dikeluarkan
oleh bank
syariah di
Indonesia
masih rendah
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio,
Islamic
Income
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
Penelitian
terdahulu
menggunak
an variabel
Directors-
Employees
Welfare
Ratio
(DEWR)
sedangkan
penulis
tidak
menggunak
an.
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
20011-2014,
sedangkan
penelitan ini
2012-2017
29
No Nama
Peneliti/Jurnal
Judul
Penelitian Metode/alat Hasil Persamaan Perbedaan
kesimpulan. dan perbedaan
kesejahteraan
direktur
dengan
karyawan bank
syariah masih
besar.
6. Siti Maisaroh
(2015)
Jurnal
Fakultas
Ekonomi UIN
Malang 2015
Pengaruh
Intellectual
Capital dan
Islamicity
Performance
Index
terhadap
Profitability
Perbankan
Syariah
Indonesia
Metode
yang
digunakan
adalah
metode
purposive
sampling
dan metode
dokumentas
i yaitu data
diperoleh
dari laporan
keuangan
yang
dipublikasik
an oleh
Bank
Indonesia
dan Bank
Umum
Syariah
Secara
simultan
menunjukkan
bahwa
Intellectual
Capital dan
Islamicity
Performance
Index
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Return On
Asset.
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
Penelitian
terdahulu
menggunak
an variabel
Directors-
Employees
Welfare
Ratio
(DEWR),
sedangkan
penulis
tidak
menggunak
an.
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
20010-2013,
sedangkan
penelitan ini
2012-2017
7. Rosana
Puspasari, dan
Imron
Mawardi
(2014)
JESTT Vol. 1
No. 7 Juli
2014
Pengaruh
Kinerja
Sosial
terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
Menggunak
an analisis
regresi
berganda
untuk
pengujian
hipotesis,
maka
terlebih
dahulu
dilakukan
pengujian
keabsahan
persamaan
Kinerja sosial
yang berupa
pembiayaan
mudharabah-
musyarakah,
pembiayaan
qardh dan
Zakat secara
simultan
berpengaruh
positif
signifikan
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio, dan
Equitable
Penelitian
terdahulu
tidak
menggunaka
n variabel
Islamic
Income vs
Non-Islamic
Income,
sedangkan
penelitian
ini
30
No Nama
Peneliti/Jurnal
Judul
Penelitian Metode/alat Hasil Persamaan Perbedaan
regresi
berdasarkan
asumsi
klasik
dengan
menggunak
an software
SPSS
(Statistica
Program
Science)
versi 16.0
for
windows.
terhadap laba
bersih
Distribution
Ratio
menggunak
an.
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
2010-2012,
sedangkan
penelitan ini
2012-2017
8. Falikhatun,
Yasmin Umar
Assegaf
(2012)
Conference In
Business,
Accounting
and
Management
(CBAM)
Vol. 1 No. 1
December
2012
Bank Syariah
Di Indonesia:
Ketaatan
Pada Prinsip-
Prinsip
Syariah Dan
Kesehatan
Finansial
Analisis
menggunak
an Regresi
Linier
Berganda
Terdapat
pengaruh
positif
signifikan
Islamic
Investment
Ratio, Profit
sharing
Financiing
ratio, Islamic
Income ratio
dan Director’s
– Employee
Welfare Ratio
terhadap
kesehatan
finansial pada
perbankan
syariah
Variabel yang
digunakan
adalah
variabel dalam
Islamicity
Performance
Index yaitu,
Profit
Sharing
Ratio, Zakat
Performance
Ratio, dan
Equitable
Distribution
Ratio
Periode
penelitian:
Penelitian
terdahulu
2007-2010,
sedangkan
penelitan ini
2012-2017
C. Keterkaitan Antara Variabel
1. Hubungan Return on Asset dengan Kinerja Keuangan
Tujuan perhitungan rasio ROA adalah untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini
31
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
Semakin tinggi laba yang dihasilkan, semakin tinggi pula ROA, hal itu
berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan. (Winardi, 2013). Berdasarkan Surat Edaran
Bank Indonesia No.9/24/DPbS/2007 jumlah minimal ROA yang harus
dipenuhi oleh suatu bank adalah 0.5% - 1.25%.
2. Hubungan Profit Sharing Ratio terhadap Kinerja Keuangan
Salah satu tujuan utama dari Bank Syariah adalah bagi hasil. Oleh
karena itu, penting untuk mengidentifikasi seberapa jauh bank syariah telah
berhasil mencapai tujuan eksistensi mereka atas bagi hasil melalui rasio ini.
(Hameed, dkk, 2004). Rasio ini mengukur seberapa besar Bank melakukan
penyaluran dana dengan skema profit sharing. Penyaluran dana tersebut
akan meghasilkan manfaat bagi nasabah pembiayaan dan bank syariah
yakni dalam bentuk pendapatan dari nasabah berupa bagi hasil yang telah
disepakati pada saat akad terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar dana yang disalurkan Bank Syariah kepada masyarakat, maka akan
meningkatkan pendapatan Bank Syariah. (Puspasari, 2014)
3. Hubungan Zakat Performance Ratio terhadap Kinerja Keuangan
Kekayaan bank harus didasarkan pada aktiva bersih (net asset) daripada
laba bersih (net profit) yang ditekankan oleh metode konvensional. Oleh
karena itu, jika aktiva bersih bank semakin tinggi, maka tentunya akan
membayar zakat yang tinggi pula. (Hameed, dkk, 2004). Bank umum
syariah dengan tingkat pembayaran zakat yang tinggi cenderung akan
memperoleh laba yang tinggi pula, sehingga akan meningkatkan kinerja
bank umum syariah. (Hamidah, 2016).
4. Hubungan Islamic Income Ratio terhadap Kinerja Keuangan
Pendapatan islam adalah pendapatan yang berasal dari investasi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Hameed (2004) prinsip-
32
prinsip syariah melarang transaksi yang melibatkan riba, gharar, dan
perjudian tetapi mendorong transaksi yang halal. Dengan demikian, bank
syariah hanya menerima pendapatan dari sumber yang halal. Rasio ini
menunjukkan presentase dari seberapa banyak pendapatan penyaluran dana,
pendapatan operasional lainnya, dan pendapatan non operasional. Semakin
besar nilai rasio ini mengindikasikan bahwa semakin baik kinerja bank
syariah dalam melaksanakan kepatuhan syariah.
5. Hubungan Equitable Distribution Ratio terhadap Kinerja Keuangan
Rasio ini mengukur berapa persentase pendapatan Bank Syariah yang
didistribusikan kepada stakeholder. Untuk setiap hal tersebut, dihitung
dengan menilai jumlah yang didistribusikan (kepada sosial masyarakat,
pegawai, investor dan perusahaan) dibagi total pendapatan yang telah
dikurangi zakat dan pajak. (Hameed, dkk, 2004). Apabila pemerataan atau
distribusi pendapatan meningkat artinya dibagikan secara adil dan merata
kepada para pemangku kepentingan, maka kepuasan dan kepercayaan dari
para pemangku kepentingan, maka kepuasan dan kepercayaan dari para
pemangku kepentingan untuk terus menggunakan jasa perbankan syariah
tidak diragukan lagi. (Wijayanti, 2017)
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir adalah model konseptual hubungan antar variabel yang
merupakan hasil sintesis landasan teori, pustaka dan hasil penelitian terdahulu
yang disusun dalam bentuk paradigma penelitian. Dalam mengukur kinerja
Bank Umum Syariah, penulis menganalisis indikator berdasarkan ROA dan
Islamicity Performance Index. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka
penulis menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
33
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Ketatnya persingan
antar lembaga
keuangan dalam
penghimpunan
maupun
penyaluran dana.
Untuk menjawab
tantangan tersebut
maka dibutuhkan
kepercayaan dari
stakeholder
Analisis Komparatif
Kinerja Keuangan
dengan Pengukuran
Kinerja
Berdasarkan ROA
dan Islamicity
Performance Index
pada Bank Umum
Syariah di Indonesia
Periode 2012-2017
Gap Research dari
penelitian terdahulu:
1. Menganalisis
dengan
Pengukuran
Kinerja
Berdasarkan ROA
2. Hanya
menganalisis dari
aspek syariah (IPI)
1. Mendeskripsikan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah dengan Pengukuran Kinerja Berdasarkan
ROA dan Islamicity Performance Index 2. Mengetahui perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah melalui pengukuran kinerja
berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index
Berdasarkan ROA:
ROA = Laba
sebelum Pajak /
Rata-rata total aset
Metode Islamicity Performance Index:
1. Profit Sharing Ratio
2. Zakat Performance Ratio
3. Islamic Income Ratio
4. Equitable Distribution Ratio
Analisis Deskriptif dan Diagram Kartesius Hasil Pembahasan dan
Kesimpulan
34
E. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang ada di atas, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Umum Syariah melalui
pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index
Ha : Terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Umum Syariah melalui
pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2016). Data kuantitatif adalah yang berbentuk angka atau
informasi numerik dan biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan bank
umum syariah mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 yang
bersumber dari laporan keuangan bank umum syariah yang telah dipublikasikan
ke Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan juga
Otoritas Jasa Keuangan melalui website Otoritas Jasa Keuangan
(www.ojk.go.id). Pengambilan kurun waktu penelitian didasarkan pada
ketersediaan data yang ada pada sumber data.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-
komparatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti yang
melakukan pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan
mengenai status terakhir dari subjek penelitian. (Kuncoro, 2003). Sedangkan
penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan
suatu variabel. Variabel yang digunakan sama namun jumlah sampel lebih dari
satu atau dengan waktu yang berbeda. (Supriyanto, 2009)
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
36
2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang
ada di Indonesia. Berikut merupakan daftar keseluruhan Bank Umum Syariah
yang ada di Indonesia:
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian
No. Bank Umum Syariah Website
1 PT. Bank Aceh Syariah www.bankaceh.co.id
2 PT. Bank Muamalat Indonesia www.bankmuamalat.co.id
3 PT. Bank Victoria Syariah www.bankvictoriasyariah.co.id
4 PT. Bank BRI Syariah www.brisyariah.co.id
5 PT. Bank Jabar Banten Syariah www.bjbsyariah.co.id
6 PT. Bank BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
7 PT. Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
8 PT. Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
9 PT. Bank Panin Syariah www.paninbanksyariah.co.id
10 PT. Bank Syariah Bukopin www.syariahbukopin.co.id
11 PT. Bank BCA Syariah www.bcasyariah.co.id
12 PT. Bank Maybank Syariah www.maybanksyariah.co.id
13 PT. BTPN Syariah www.btpnsyariah.co.id
Sumber: Daftar BUS di Otoritas Jasa Keuangan
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan basis nonprobabilitas. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini diambil
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan atau Otoritas Jasa
Keuangan pada tahun 2012-2017.
2. Bank umum syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan
triwulan atau laporan tahunan (annual report) periode 2012-2017.
37
3. Terdapat laporan keuangan mengenai variabel atau komponen zakat periode
2012-2017.
Berdasarkan pertimbangan kriteria yang telah disebutkan diatas, maka yang
menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 9 Bank Umum Syariah dari total
13 Bank Umum Syariah di Indonesia. Dalam tabel berikut disajikan proses
seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Tabel 3.2
Proses Seleksi Sampel
No. Kriteria Pengambilan Sampel Jumlah
1. Bank yang telah memperoleh izin operasional sebagai Bank
Umum Syariah pada tahun 2012
11
2. BUS yang tidak mempublikasikan annual report (laporan
tahunan) pada tahun 2012-2017 secara lengkap di dadalamnya
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat dalam website
resmi Bank Umum Syariah tersebut.
(2)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 9
Tahun Pengamatan 6
Sumber: Data diolah
Bank Umum Syariah yang tidak dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah PT. Bank BTPN Syariah dan PT. Bank Aceh Syariah karena baru
memperoleh izin operasi sebagai BUS pada tahun 2014 dan 2016. Selain itu PT.
Bank Syariah Bukopin dan PT. Bank Maybank Syariah yang tidak
mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap khususnya Laporan Sumber
dan Penggunaan Dana Zakat.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah
tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
(Indriyanto dan Suporno, 2002)
38
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data sekunder yang digunakan adalah data yang bersumber dari
laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah periode 2012-2017 yang
dapat diakses melalui situs resmi Otoritas Jasa Keuangan dan Bank
Indonesia.
2. Metode Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan landasan dan konsep yang
kuat agar permasalahan dapat dipecahkan. Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melaui buku, jurnal, tesis,
internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian sebagai
upaya memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Ilmu pengetahuan seiring dengan berjalannya waktu semakin
berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, penulis
menggunakan teknologi yang juga berkembang seperti internet, sehingga
data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
D. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh darihasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2013). Berikut ini adalah metode
yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini.
1. Analisis Deskriptif
Penggunaan analisis deskriptif adalah untuk menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
39
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Gambaran umum
ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh.
Dalam penelitian ini analisis deskriptif ditunjukkan untuk mengetahui
gambaran umum Bank Umum Syariah ditinjau dari ROA dan Islamicity
Performance Index (IPI).
2. Diagram Kartesius
Setelah didapatkan hasil dari pengukuran kinerja berdasarkan ROA dan
Islamicity Performance Index (IPI) untuk setiap Bank Umum Syariah, maka
akan dilakukan perbandingan dari pelaksanaan kedua aspek tersebut dalam
bentuk diagram kartesius. Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang
dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan
lurus pada titik-titik (X,Y). (Supranto, 2006). Pengolahan diagram kartesius
tersebut akan menggunakan program SPSS statistik versi 22.0 dan program
Microsoft Excel 2013.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam analisis ini adalah pertama,
meghitung nilai atau skor rata-rata dari ROA dan Islamicity Performance
Index (IPI). Kedua, membuat plot berdasarkan nilai atau skor rata-rata
masing-masing aspek ke dalam diagram kartesius dimana tingkat ROA
berlaku sebagai sumbu vertikal dengan simbol (x) dan tingkat Islamicity
Performance Index berlaku sebagai sumbu horizontal (y). dapat
disederhanakan menggunakan rumus sebagai berikut:
X= ∑ 𝑥𝑖
𝑛 ŷ
Keterangan;
X = skor rata-rata tingkat ROA Bank Umum Syariah
ŷ = skor rata-rata tingkat Islamicity Performance Index
Xi = total skor setiap tingkat ROA dari seluruh sampel Bank Umum
Syariah di Indonesia
n = Jumlah sampel
40
Gambar 3.1
Diagram Kartesius Analisis Komparasi ROA dan IPI
Sumber : Supranto (2006)
Dari gambar di atas maka pengukuran kinerja bank syariah dibagai
menjadi empat kuadran:
a. Upper Left Quadran (ULQ), memiliki tingkat Islamicity Performance
Index tinggi tetapi nilai ROA rendah
b. Lower Left Quadran (LLQ), jika bank berada pada posisi LLQ, artinya
nilai ROA dan Islamicity Performance Indexnya rendah
c. Upper Right Quadran (URQ), jika bank berada pada posisi URQ,
artinya nilai ROA dan Islamicity Performance Indexnya tinggi
d. Lower Right Quadran (LRQ), memiliki tingkat ROA tinggi tetapi
tingkat Islamicity Performance Index rendah
Adapun posisi yang terbaik untuk Bank Syariah adalah berada pada
posisi URQ dimana terjadi keseimbangan antara aspek syariah (Islamicity
Performance Index) dan kinerja keuangannya (ROA).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
41
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel peneliti yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Pengukuran berdasarkan ROA
Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari
rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan
biaya.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ROA adalah
sebagai berikut:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Tabel 3.3
Matriks Kriteria Penilaian Rasio ROA
Peringkat 1 ROA >1.5%
Peringkat 2 1.25% < ROA ≤ 1.5%
Peringkat 3 0.5% < ROA ≤ 1.25%
Peringkat 4 0% < ROA ≤0.5%
Peringkat 5 ROA ≤ 0%
Sumber : Lampiran SE-BI No. 9/24/DPbs Tahun 2007
2. Pengukuran berdasarkan Islamicity Performance Index
Islamicity Performance Index merupakan salah satu metode yang
dapat mengevaluasi kinerja bank syariah, tidak hanya dari segi
keuangan tetapi juga mampu mengevaluasi prinsip keadilan, kehalalan
dan penyucian (tazkiyah) yang dilakukan oleh bank umum syariah.
(Hameed, dkk, 2004)
Rasio yang digunakan antara lain:
a) Profit Sharing Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat keberhasilan penerapan
prinsip bagi hasil yang dilakukan bank umum syariah. Adapun
42
rumus yang digunakan untuk menghitung Profit Sharing Ratio
sebagai berikut:
PSR = Mudharabah + Musyarakah
Total Pembiayaan
b) Zakat Performance Ratio
Rasio ini menunjukkan presentase pengelolaan zakat yang
disalurkan oleh bank syariah. Adapun rumus yang digunakan
untuk menghitung Zakat Performance Ratio sebagai berikut:
ZPR = Zakat
Net Asset
c) Islamic Income Ratio
Rasio ini menunjukkan presentase dari seberapa banyak
pendapatan dari penyaluran dana yang didapatkan dibandingkan
dengan total pendapatan yang diperoleh bank. Adapun rumus
yang digunakan untuk menghitung Islamic Income Ratio sebagai
berikut:
IIR = Pendapatan
Total Pendapatan
d) Equitable Distribution Ratio
Rasio ini menunjukkan presentase pendapatan yang
didistribusikan kepada stakeholder yang terlihat dari jumlah
uang yang dihabiskan untuk qard dan donasi, beban pegawai,
dan lain-lain. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
Equitable Distribution Ratio sebagai berikut:
EDR = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑜𝑟 𝑒𝑎𝑐ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑘𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat Indonesia”)
memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia
pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412 H. Pendirian Bank
Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang
kemudian mendapat dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Pada
27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin sebagai
Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI). (www.bankmuamalat.co.id)
Berikut ini total aset Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2012 sampai
dengan 2017.
Gambar 4.1
Total Aset Bank Muamalat Indonesia
Sumber: www.bankmuamalat.co.id
Berdasarkan gambar 4.1 di atas bahwa, total aset Bank Muamalat
Indonesia pada tahun 2012 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan yaitu
0
10
20
30
40
50
60
70
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset Bank Muamalat…
Tri
liun R
upia
h
Tahun
44
sebesar Rp. 44,854 triliun, Rp. 47,501 triliun, dan Rp. 62,410 triliun.
Kemudian pada tahun 2015 dan 2016 total aset Bank Muamalat Indonesia
mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 57,141 triliun dan Rp. 55,786.
Kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp.
61,697 triliun.
2. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) berdiri pada tanggal 25 Oktober 1999
dan secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau
tanggal 1 November 1999. (www.syariahmandiri.co.id)
Berikut ini total aset Bank Syariah Mandiri pada tahun 2012 sampai
dengan 2017.
Gambar 4.2
Total Aset Bank Syariah Mandiri
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Berdasarkan gambar 4.2 di atas bahwa, total aset Bank Syariah Mandiri
pada tahun 2012 hingga tahun 2017 terus mengalami kenaikan. Pada tahun
2012 total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 54,229 triliun. Pada tahun
2013 total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 63,965 triliun. Pada tahun
2014 total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 66,956 triliun. Pada tahun
2015 total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 70,37 triliun. Pada tahun
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset Bank Syariah Mandiri
Tri
liun R
upia
h
Tahun
45
2016 total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 78,832 triliun. Pada tahun
2017 total aset Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 87,94 triliun.
3. Bank Negara Indonesia Syariah
Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada
tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor
Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan
spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010
dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).
(www.bnisyariah.co.id)
Gambar 4.3
Total Aset Bank Negara Indonesia Syariah
Sumber: www.bnisyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.3 di atas bahwa, total aset Bank Negara
Indonesia Syariah pada tahun 2012 hingga tahun 2017 terus mengalami
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset BNI Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
46
kenaikan. Pada tahun 2012 total aset Bank Negara Indonesia Syariah
sebesar Rp. 10,645 triliun. Pada tahun 2013 total aset Bank Negara
Indonesia Syariah sebesar Rp. 14,708 triliun. Pada tahun 2014 total aset
Bank Negara Indonesia Syariah sebesar Rp. 19,492 triliun. Pada tahun 2015
total aset Bank Negara Indonesia Syariah sebesar Rp.23,018 triliun. Pada
tahun 2016 total aset Bank Negara Indonesia Syariah sebesar Rp. 28,314
triliun. Pada tahun 2017 total aset Bank Negara Indonesia Syariah sebesar
Rp. 34,822 triliun.
4. Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah
Islam.
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank
BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur
Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje
Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
(www.brisyariah.co.id).
47
Gambar 4.4
Total Aset Bank Rakyat Indonesia Syariah
Sumber: www.brisyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.4 di atas bahwa, total aset Bank Rakyat
Indonesia Syariah pada tahun 2012 hingga tahun 2017 terus mengalami
kenaikan. Pada tahun 2012 total aset Bank Rakyat Indonesia Syariah
sebesar Rp. 14,09 triliun. Pada tahun 2013 total aset Bank Rakyat Indonesia
Syariah sebesar Rp. 17,04 triliun. Pada tahun 2014 total aset Bank Rakyat
Indonesia Syariah sebesar Rp. 20,341 triliun. Pada tahun 2015 total aset
Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar Rp.24,23 triliun. Pada tahun 2016
total aset Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar Rp. 27,687 triliun. Pada
tahun 2017 total aset Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar Rp. 31,54
triliun.
5. Bank Mega Syariah
PT Bank Syariah Mega Indonesia lahir pada tanggal 27 Juli 2004 dan
resmi beroperasi pada tanggal 25 Agustus 2004. Sejak 2 November 2010
sampai dengan sekarang, melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia berganti
nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega
Syariah telah menjadi bank devisa. (www.megasyariah.co.id)
0
5
10
15
20
25
30
35
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset BRI Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
48
Gambar 4.5
Total Aset Bank Mega Syariah
Sumber: www.megasyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.5 di atas bahwa, total aset Bank Mega Syariah
pada tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 8,16
triliun dan Rp. 9,12 triliun. Namun pada tahun 2014 dan 2015 total aset
Bank Mega Syariah mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 7,04 triliun dan
Rp. 5,55 triliun. Kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2016
dan tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 6,13 triliun dan Rp. 7,03 triliun.
6. Bank Panin Dubai Syariah
Panin Dubai Syariah Bank mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum
berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum
Syariah pada tanggal 2 Desember 2009. (www.paninbanksyariah.co.id)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset Bank Mega Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
49
Gambar 4.6
Total Aset Bank Panin Dubai Syariah
Sumber: www.paninbanksyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.6 di atas bahwa, total aset Bank Panin Syariah
pada tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami kenaikan. Pada tahun 2012
total aset Bank Panin Syariah sebesar Rp. 2,13 triliun. Pada tahun 2013 total
aset Bank Panin Syariah sebesar Rp. 4,05 triliun. Pada tahun 2014 total aset
Bank Panin Syariah sebesar Rp. 6,20 triliun. Pada tahun 2015 total aset
Bank Panin Syariah sebesar Rp. 7,13 triliun. Pada tahun 2016 total aset
Bank Panin Syariah sebesar Rp. 8,75 triliun. Namun pada tahun 2017 total
aset Bank Mega Syariah mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 8,6 triliun.
7. Bank Central Asia Syariah
PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha
dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari
Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.
12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi
beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5 April 2010.
(www.bcasyariah.co.id)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset Bank Panin Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
50
Gambar 4.7
Total Aset BCA Syariah
Sumber: www.bcasyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.7 di atas bahwa, total aset BCA Syariah pada
tahun 2012 hingga tahun 2017 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2012
total aset BCA Syariah sebesar Rp. 1,60 triliun. Pada tahun 2013 total aset
BCA Syariah sebesar Rp. 2,04 triliun. Pada tahun 2014 total aset BCA
Syariah sebesar Rp. 2,99 triliun. Pada tahun 2015 total aset BCA Syariah
sebesar Rp.4,34 triliun. Pada tahun 2016 total aset BCA Syariah sebesar Rp.
4,99 triliun. Pada tahun 2017 total aset BCA Syariah sebesar Rp. 5,96
triliun.
8. Bank Jawa Barat dan Banten Syariah
BJB Syariah bergerak sebagai Divisi/Unit Usaha syariah selama10
(sepuluh) tahun. Pada tanggal 15 Januari 2010 BJB Syariah resmi didirikan
berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4. Mulai beroperasi pada tanggal 6 Mei
2010 setelah mendapatkan surat ijin dari Bank Indonesia Nomor
12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010. (www.bjbsyariah.co.id).
0
1
2
3
4
5
6
7
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset BCA Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
51
Gambar 4.8
Total Aset BJB Syariah
Sumber: www.bjbsyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.8 di atas bahwa, total aset BJB Syariah pada
tahun 2012 hingga tahun 2017 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2012
total aset BJB Syariah sebesar Rp. 4,27 triliun. Pada tahun 2013 total aset
BJB Syariah sebesar Rp. 4,69 triliun. Pada tahun 2014 total aset BJB
Syariah sebesar Rp. 6,09 triliun. Pada tahun 2015 total aset BJB Syariah
sebesar Rp.6,43 triliun. Pada tahun 2016 total aset BJB Syariah sebesar Rp.
7,44 triliun. Pada tahun 2017 total aset BJB Syariah sebesar Rp. 7,71 triliun.
9. Bank Victoria Syariah
Bank Swaguna di konversi menjadi PT bank Victoria Syariah. Pada
Tanggal 10 Februari 2010, PT Bank Victoria Syariah mendapat izin
operasional sebagai bank Syariah berdasarkan SK Gubenur Indonesia No.
12/8/KEP GBI/DpG/2010. Bank beroperasi penuh dengan sistem syariah
pada 1 April 2010. (www.bankvictoriasyariah.co.id)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset BJB Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
52
Gambar 4.9
Total Aset Bank Victoria Syariah
Sumber: www.bankvictoriasyariah.co.id
Berdasarkan gambar 4.9 di atas bahwa, total aset Bank Victoria Syariah pada
tahun 2012 hingga tahun 2014 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 937
milyar, Rp. 1,32 triliun, dan Rp. 1,43 triliun. Namun pada tahun 2015 total aset
Bank Victoria Syariah mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 1,37 triliun.
Kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2016 dan tahun 2017 yaitu
sebesar Rp. 1,62 triliun dan Rp. 2,00 triliun.
B. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Return On Asset
ROA adalah untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan
laba. Perhitungan rasio Return On Asset (ROA) dengan cara membagi laba
sebelum pajak dengan rata-rata total aset.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset Bank Victoria Syariah
Tri
liun R
upia
h
Tahun
53
Tabel 4.1
Nilai ROA Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
No
Nama
Bank
ROA Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 BCAS 0.84% 1.01% 0.8% 0.96% 1.13% 1.17% 0.98%
2 BNIS 1.48% 1.37% 1.27% 1.43% 1.44% 1.31% 1.38%
3 BRIS 1.19% 1.15% 0.08% 0.77% 0.95% 0.51% 0.77%
4 BSM 2.25% 1.53% 0.17% 0.56% 0.59% 0.59% 0.94%
5 BMI 1.54% 1.37% 0.17% 0.2% 0.22% 0.11% 0.60%
6 BMS 3.81% 2.33% 0.29% 0.3% 2.63% 1.56% 1.82%
7 PNBS 3.29% 1.03% 1.99% 1.14% 0.37% -10.77% -0.49%
8 BJBS 2.46% 0.91% 0.72% 0.25% -8.09% -5.69% -1.57%
9 BVS 1.43% 0.5% -1.87% -2.36% -2.19% 0.36% -0.68%
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.1, Pada BCA Syariah nilai rasio ROA secara berturut-
turut adalah 0.84%, 1.01%, 0.8%, 0.96%, 1.13%, 1.17%. Nilai rasio ROA
tertinggi pada Bank BCA Syariah adalah 1.17% yang terjadi pada tahun 2017.
Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank BCA Syariah adalah 0.8% yang
terjadi pada tahun 2014 atau turun sebesar 0.21% dari tahun sebelumnya.
Besaran nilai rasio ROA BCA Syariah pada periode 2012-2017 berada pada
posisi peringkat 3 dengan angka 0.5% - 1.25%, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa BCA Syariah memiliki kinerja yang cukup baik.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada BNI Syariah nilai rasio ROA secara berturut-
turut adalah 1.48%, 1.37%, 1.27%, 1.43%, 1.44%, 1.31%. Nilai rasio ROA
tertinggi pada Bank BNI Syariah adalah 1.44% yang terjadi pada tahun 2016.
Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank BNI Syariah adalah 1.27%
yang terjadi pada tahun 2014 atau turun sebesar 0.10% dari tahun sebelumnya.
Besaran nilai rasio ROA BNI Syariah pada periode 2012-2017 berada pada
54
posisi peringkat 2 dengan angka 1.25% - 1.5%, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa BNI Syariah memiliki kinerja yang baik.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada BRI Syariah nilai rasio ROA secara berturut-
turut adalah 1.19%, 1.15%, 0.08%, 0.77%, 0.95%, 0.51% . Nilai rasio ROA
tertinggi pada Bank BRI Syariah adalah 1.19% yang terjadi pada tahun 2012.
Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank BRI Syariah adalah 0.08%
yang terjadi pada tahun 2014 atau turun sebesar 1.07% dari tahun sebelumnya.
Besaran nilai rasio ROA BRI Syariah pada periode 2012-2017 berada pada
posisi peringkat 3 dengan angka 0.5% - 1.25%, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa BRI Syariah memiliki kinerja yang cukup baik. Namun
pada tahun 2014 nilai ROA BRI Syariah sebesar 0.08% berada pada peringkat
5 yang artinya pada tahun 2014 BRI Syariah sangat kurang baik dalam
memperoleh labanya.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada Bank Syariah Mandiri nilai rasio ROA secara
berturut-turut adalah 2.25%, 1.53%, 0.17%, 0.56%, 0.59%, 0.59%. Nilai rasio
ROA tertinggi pada Bank Syariah Mandiri adalah 2.25% yang terjadi pada
tahun 2012, dan tahun 2013 sebesar 1.53% yang artinya Bank Syariah Mandiri
memiliki kinerja yang sangat baik. Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada
Bank Syariah Mandiri adalah 0.17% yang terjadi pada tahun 2014 atau turun
sebesar 1.36% dari tahun sebelumnya. Besaran nilai rasio ROA Bank Syariah
Mandiri pada periode 2012-2017 mengalami kenaikan dan penurunan yang
sangat signifikan artinya Bank Syariah Mandiri harus terus mampu menjaga
kinerjanya agar tidak terjadi kembali memiliki kinerja kurang baik yang terjadi
pada tahun 2014.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada Bank Muamalat Indonesia nilai rasio ROA
secara berturut-turut adalah 1.54%, 1.37%, 0.17%, 0.2%, 0.22%, 0.11%. Nilai
rasio ROA tertinggi pada Bank Muamalat Indonesia adalah 1.54% yang terjadi
pada tahun 2012. Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank Muamalat
Indonesia adalah 0.17% yang terjadi pada tahun 2014 atau turun sebesar 1.2%
dari tahun sebelumnya. Besaran nilai rasio ROA pada Bank Muamalat
Indonesia periode 2012-2013 berada pada posisi peringkat 2 dengan angka
55
1.25% - 1.5%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat
Indonesia periode 2012-2013 memiliki kinerja yang baik. Namun, nilai rasio
ROA pada Bank Muamalat Indonesia periode 2014-2017 berada pada posisi
peringkat 4 dengan angka 0% - 0.5%, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Bank Muamalat Indonesia periode 2014-2017 memiliki kinerja yang
kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada Bank Mega Syariah nilai rasio ROA secara
berturut-turut adalah 3.81%, 2.33%, 0.29%, 0.3%, 2.63%, 1.56%. Nilai rasio
ROA tertinggi pada Bank Mega Syariah adalah 3.81% yang terjadi pada tahun
2012. Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank Mega Syariah adalah
0.29% yang terjadi pada tahun 2014 atau turun sebesar 2.4% dari tahun
sebelumnya. Besaran nilai rasio ROA pada Bank Mega Syariah periode 2012-
2013 dan 2016-2017 berada pada posisi peringkat 1 dengan angka > 1.5%,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Bank Mega Syariah periode 2012-
2013 dan 2016-2017 memiliki kinerja yang sangat baik. Namun, pada tahun
2014-2015 berada pada posisi peringkat 4 dengan angka 0% - 0.5%, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat Indonesia periode 2014-
2015 memiliki kinerja yang kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada Bank Panin Syariah nilai rasio ROA secara
berturut-turut adalah 3.29%, 1.03%, 1.99%, 1.14%, 0.37%, -10.77%. Nilai rasio
ROA tertinggi pada Bank Panin Syariah adalah 3.29% yang terjadi pada tahun
2012. Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank Panin Syariah adalah -
10.77% yang terjadi pada tahun 2017 atau turun sebesar 11.14% dari tahun
sebelumnya. Besaran nilai rasio ROA pada Bank Panin Syariah periode 2012
dan 2014 dapat menempati posisi peringkat 1 dengan angka >1,5%, artinya
pada tahun tersebut Bank Panin Syariah memiliki kinerja yang sangat baik.
Pada tahun 2013 dan 2015 menempati posisi peringkat 3 dengan angka 0.5% -
1.25%, artinya pada tahun tersebut Bank Panin Syariah memiliki kinerja yang
cukup baik. Pada tahun 2016 Bank Panin Syariah menempati posisi peringkat
4 dengan angka 0% - 0.5%, artinya pada tahun 2016 Bank Panin Syariah
memiliki kinerja yang kurang baik. Pada tahun 2017 Bank Panin Syariah
56
menempati posisi peringkat 5 dengan angka ≤ 0%, artinya pada tahun 2017
Bank Panin Syariah memiliki kinerja yang sangat kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada BJB Syariah nilai rasio ROA secara berturut-
turut adalah 2.46%, 0.91%, 0.72%, 0.25%, -8.09%, -5.69%. Nilai rasio ROA
tertinggi pada Bank BJB Syariah adalah 2.46% yang terjadi pada tahun 2012.
Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank BJB Syariah adalah -8.09%
yang terjadi pada tahun 2016 atau turun sebesar 8,34% dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2012 Bank BJB Syariah dapat menempati posisi peringkat 1 dengan
angka > 1.5%, artinya pada tahun tersebut Bank Panin Syariah memiliki kinerja
yang sangat baik. Pada tahun 2013-2015 Bank BJB Syariah menempati posisi
peringkat 4 dengan angka 0% - 0.5%, artinya pada tahun tersebut Bank BJB
Syariah memiliki kinerja yang kurang baik. Pada tahun 2016-2017 Bank BJB
Syariah menempati posisi peringkat 5 dengan angka ≤ 0%, artinya pada tahun
tersebut Bank BJB Syariah memiliki kinerja yang sangat kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.1, Pada Bank Victoria Syariah nilai rasio ROA secara
berturut-turut adalah 1.43%, 0.5%, -1.87%, -2.36%, -2.19%, 0.36% Nilai rasio
ROA tertinggi pada Bank Victoria Syariah adalah 1.43% yang terjadi pada
tahun 2012. Sedangkan nilai rasio ROA terendah pada Bank Victoria Syariah
adalah -2.36% yang terjadi pada tahun 2015 atau turun sebesar 0.49%. Pada
tahun 2012 Bank Victoria Syariah menempati posisi peringkat 2 dengan angka
1.25% - 1.5%, artinya pada tahun tersebut Bank Victoria Syariah memiliki
kinerja yang baik. Pada tahun 2013 dan 2017 Bank Victoria Syariah menempati
posisi peringkat 4 dengan angka 0% - 0.5%, artinya pada tahun tersebut Bank
Victoria Syariah memiliki kinerja yang kurang baik. Pada tahun 2014-2016
Bank Victoria Syariah menempati posisi peringkat 5 dengan angka ≤ 0%,
artinya pada tahun tersebut Bank Victoria Syariah memiliki kinerja yang sangat
kurang baik.
Berdasarkan tabel 4.1, nilai rata-rata Return On Asset (ROA) tertinggi
adalah Bank Mega Syariah sebesar 1.82%, tertinggi kedua adalah BNI Syariah
sebesar 1.38%, dan secara berturut-turut BCA Syariah sebesar 0.98%, Bank
Syariah Mandiri sebesar 0.94%, BRI Syariah sebesar 0.77%, Bank Muamalat
57
Indonesia sebesar 0.60%, Panin Bank Syariah sebesar -0.49%, Bank Victoria
Syariah sebesar -0.68%, dan BJB Syariah sebesar -1.57%.
C. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Islamicity Performance Index
a. Profit Sharing Ratio
Profit Sharing Ratio (PSR) merupakan rasio yang digunakan untuk
membandingkan total pembiayaan yang menggunakan akad mudharabah
dan musyarakah dibagi dengan total pembiayaan yang diberikan.
Tabel 4.2
Nilai PSR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
No
Nama
Bank
PSR Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 BCAS 40.2% 45.34% 40.37% 38.22% 40.85% 42.07% 41.17%
2 BNIS 12.33% 11.45% 11.39% 13.28% 14.15% 16.62% 13.19%
3 BRIS 20.97% 24.16% 25.79% 30.26% 30.11% 28.20% 26.58%
4 BSM 21.21% 19.09% 18.32% 20.91% 23.21% 27.31% 21.68%
5 BMI 41.12% 44.39% 43.9% 47.10% 47.96% 43.05% 44.59%
6 BMS 0.51% 0.50% 0.61% 1.15% 6.44% 12.95% 3.69%
7 PNBS 45.39% 49.06% 81.07% 89.48% 81.53% 82.07% 71.43%
8 BJBS 35.59% 28% 20.81% 14.49% 14.02% 11.45% 20.73%
9 BVS 16.68% 32.4% 56.13% 58.05% 72.7% 68.98% 50.82%
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata nilai Profit Sharing Ratio (PSR)
tertinggi adalah Bank Panin Syariah sebesar 71.43% dan rata-rata Profit
Sharing Ratio (PSR) terendah adalah Bank Mega Syariah sebesar 3.69%.
Hal ini dapat diartikan bahwa Bank Panin Syariah lebih besar digunakan
untuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Sedangkan pada bank
umum syariah seperti BCA syariah, BNI syariah, BRI syariah, BSM,
Muamalat, Bank Mega Syariah, BJB syariah, dan Bank Victoria Syariah
memiliki tingkat Profit Sharing Ratio (PSR) dibawah 50%. Dimana hal
58
tersebut diartikan bahwa aktivitas penyaluran dana yang dilakukan lebih
besar menggunakan akad murabahah.
b. Zakat Performance Ratio
Zakat Performance Ratio (ZPR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah zakat yang dikeluarkan oleh bank dibagi dengan Net
Asset.
Tabel 4.3
Nilai ZPR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
No
Nama
Bank
ZPR Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 BCAS 2.95% 3.19% 3.99% 3.62% 5% 4.40% 3.86%
2 BNIS 0.38% 0.59% 0.55% 0.57% 0.63% 0.48% 0.53%
3 BRIS 0.31% 0.33% 0.41% 0.18% 0.27% 0.34% 0.31%
4 BSM 0.87% 0.49% 1.1% 0.55% 0.35% 0.33% 0.62%
5 BMI 0.42% 0.43% 0.58% 0.35% 0.35% 0.27% 0.4%
6 BMS 0.29% 0.59% 0.54% 0.12% 0.2% 0.28% 0.34%
7 PNBS 0% 0.04% 0.22% 0.16% 0.06% 0% 0.08%
8 BJBS 1.16% 0.31% 0.86% 0.17% 0.56% 0.17% 0.54%
9 BVS 0.68% 0.81% 4.15% 5.90% 1.75% 1.83% 2.52%
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.3, rata-rata nilai Zakat Performance Ratio (ZPR)
tertinggi adalah BCA Syariah sebesar 3.86%. Hal ini menunjukkan bahwa
zakat yang dikeluarkan BCA Syariah lebih besar dibandingkan dengan
Bank Syariah lainnya. Tertingi kedua adalah Bank Victoria Syariah sebesar
2.52%, dan secara berturut-turut yaitu Bank Syariah Mandiri sebesar 0.62%,
BJB Syariah sebesar 0.54%, BNI Syariah sebesar 0.53%, Bank Muamalat
Indonesia sebesar 0.4%, Bank Mega Syariah sebesar 0.34%, BRI Syariah
sebesar 0.31%, dan Bank Panin Syariah sebesar 0.08%. Mayoritas bank
memiliki tingkat pengeluaran zakat masih dibawah 2,5% yaitu nisab dalam
59
islam untuk mengeluarkan zakat. Akan tetapi, mayoritas bank umum
syariah yang diteliti setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam
mengeluarkan zakat.
c. Islamic Income Ratio
Islamic Income Ratio (IIR) menunjukkan presentase dari seberapa
banyak pendapatan bank umum syariah dari penyaluran dana yang
didapatkan dibandingkan dengan total pendapatan yang didapatkan dari
pendapatan penyaluran dana, pendapatan operasional lainnya, dan
pendapatan non operasional.
Tabel 4.4
Nilai IIR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
No
Nama
Bank
IIR Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 BCAS 84.43% 92.42% 93.56% 87% 75.39% 96.16% 88.16%
2 BNIS 74.7% 83.2% 93.57% 94.64% 94.61% 93.7% 89.07%
3 BRIS 88.78% 92.63% 96.1% 94.42% 94.77% 94.16% 93.48%
4 BSM 81.2% 82.39% 85.38% 88.42% 90.17% 86.95% 85.75%
5 BMI 88.37% 90.78% 94.32% 95.84% 95.49% 88.55% 92.22%
6 BMS 88.47% 80.99% 86.59% 79.34% 78.06% 83.44% 82.82%
7 PNBS 95.57% 96.49% 93.81% 61.55% 62.13% 37.88% 74.57%
8 BJBS 97.29% 97.21% 80.21% 88.23% 46.1% 95.85% 84.15%
9 BVS 88.72% 91.37% 95.48% 92.58% 96.53% 94.28% 93.16%
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.4, rata-rata nilai Islamic Income Ratio (IIR)
tertinggi adalah BRI Syariah sebesar 93.48%. Tertinggi kedua adalah Bank
Victoria Syariah sebesar 93.16%. Kemudian secara berturut-turut yaitu
Bank Muamalat Indonesia sebesar 92.22%, BNI Syariah sebesar 89.07%,
BCA Syariah sebesar 88.16%, Bank Syariah Mandiri sebesar 85.75%, BJB
Syariah sebesar 84.15%, Bank Mega Syariah sebesar 82.82%, dan Bank
Panin Syariah sebesar 74.57%. Mayoritas bank memiliki tingkat Islamic
60
Income Ratio (IIR) diatas 70%. Dimana hal tersebut dapat diartikan bahwa
pendapatan yang dihasilkan oleh bank umum syariah melalui akad-akad
telah sesuai dengan prinsip syariah.
d. Equitable Distribution Ratio
Equitable Distribution Ratio (EDR) merupakan rasio yang digunakan
untuk megukur berpa jumlah pendapatna yang didistribusikan stakeholder,
seperti untuk qard dan donasi, beban pegawai, deviden, dll. Untuk
menghitungnya dengan cara menjumlah seluruh nilai yang didistribusikan
dibagi dengan jumlah pendapatan yang telah dikurangi zakat dan pajak.
Tabel 4.5
Nilai EDR Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
No
Nama
Bank
EDR Rata-
rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 BCAS 40.17% 43.7% 45.26% 56.74% 59.81% 64.13% 51.64%
2 BNIS 0.12% 107.3% 102% 96.42% 107.8% 118% 88.62%
3 BRIS 197.3% 2837% 95.49% 78.1% 66.58% 83.2% 559.7%
4 BSM 210.4% 168.4% 117.7% 111.4% 100% 104.1% 135.3%
5 BMI 105.8% 53.22% 49.52% 60.72% 103.7% 137.3% 85.07%
6 BMS 48.48% 39.67% 37.4% 53% 66.89% 60.94% 51.06%
7 PNBS 68.6% 41.51% 49.26% 48.68% 41.85% 355.8% 100%
8 BJBS 39.86% 18.67% -2546% 42.96% 52.4% 527.6% -310%
9 BVS 78.28% 66.32% 26.81% 141.5% 121.1% 72.09% 84.36% Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.5, rata-rata nilai Equitable Distribution Ratio
(EDR) tertinggi adalah BRI Syariah sebesar 559.7%. Tertinggi kedua
adalah Bank Syariah Mandiri sebesar 135.3%. Kemudian secara berturut-
turut yaitu Bank Panin Syariah sebesar 100%, BNI Syariah sebesar 88.62%,
Bank Muamalat Indonesa sebesar 85.07%, Bank Victoria Syariah sebesar
84.36%, BCA Syariah sebesar 51.64%, Bank Mega Syariah sebesar
51.06%, dan BJB Syariah sebesar -310%. Hasil tersebut disebabkan karena
sebagian besar Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia mendistribusikan
61
pendapatannya lebih besar pada karyawan dan perusahaan sendiri.
Sedangkan untuk masyarakat dan pemegang saham hanya sebagian kecil
dari pendapatannya yang didistribusikan pada mereka.
D. Perbandingan Kinerja Berdasarkan ROA dan Islamicity Performance
Index
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan rata-rata ROA dan
Islamicity Performance Index dengan 9 Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2012 sampai dengan tahun 2017. Pada analisis ROA akan mengetahui
keberhasilan bank umum syariah dalam menghasilkan laba. Sedangkan pada
analisis Islamicity Performance Index akan mengetahui bagi hasil yang
dilakukan oleh bank umum syariah, zakat yang dikeluarkan oleh bank umum
syariah, pendapatan halal yang didapatkan oleh bank umum syariah, dan
distribusi pendapatan untuk stakeholder. Berikut adalah tabel perbandingan dari
ROA dan Islamicity Performance Index:
Tabel 4.6
Perbandingan ROA dan Islamicity Performance Index Bank Umum
Syariah Tahun 2012-2017
No Nama Bank ROA IPI
1 BCAS 0.985 0.56669
2 BNIS 1.38333 0.65954
3 BRIS 0.775 1.51526
4 BSM 0.94833 0.67657
5 BMI 0.60167 0.56492
6 BMS 1.82 0.63985
7 PNBS -0.4917 0.39579
8 BJBS -1.5733 -0.7254
9 BVS -0.6883 0.3241 Sumber : data diolah
Untuk membetuk diagram kartesius maka diperlukan rata-rata dari setiap X
dan Y sebagaimana tabel di atas. ROA menjadi sumbu X dan Islamicity
Performance Index menjadi sumbu Y.
62
Gambar 4.10
Analisis Diagram Kartesius ROA dan Islamicity Performance Index Bank
Umum Syariah Tahun 2012-2017
Sumber : Supranto (2006)
Dengan menggunakan program SPSS Statistic 22, maka didapatkan
diagram perbandingan antara tingkat ROA dan Islamicity Performance Index
Bank Umum Syariah periode 2012-2017 sebagai berikut:
63
Gambar 4.11
Perbandingan Kinerja Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
Berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index
Sumber : data diolah
Keterangan nomor pada diagram:
1. Bank Central Asia Syariah
2. Bank Negara Indonesia Syariah
3. Bank Rakyat Indonesia Syariah
4. Bank Syariah Mandiri
5. Bank Muamalat Indonesia
6. Bank Mega Syariah
7. Bank Panin Syariah
8. Bank Jabar Banten Syariah
64
9. Bank Victoria syariah
Dari diagram di atas dapat terlihat bagaimana perbandingan kinerja ROA
bank umum syariah dengan kinerja secara Islamicity Performance Index
tersebut. Berikut penjelasan hasil analisa kinerja ROA dan Islamicity
Performance Index bank umum syariah, yaitu:
1. Upper Left Quadran Banks menggambarkan bahwa bank memiliki
tingkat Islamicity Performance Index tinggi tetapi memiliki nilai ROA
rendah. Berdasarkan hasil output analisa diagram kartesius
menggunakan SPSS statistik versi 22.0, tidak ada bank yang menempati
kuadran Upper Left tersebut.
2. Lower Left Quadran Banks menggambarkan bahwa jika bank berada
pada posisi LLQ, artinya nilai ROA dan Islamicity Performance
Indexnya rendah. Berdasarkan hasil output analisa diagram kartesius
menggunakan SPSS statistik versi 22.0, terdapat tiga bank yang
menempati kuadran tersebut diantaranya yaitu, Bank Panin Syariah,
Bank Jabar Banten Syariah, dan Bank Victoria Syariah.
3. Upper Right Quadran Banks menggambarkan bahwa jika bank berada
pada posisi URQ, artinya nilai ROA dan Islamicity Performance
Indexnya tinggi. Berdasarkan hasil output analisa diagram kartesius
menggunakan SPSS statistik versi 22.0, terdapat enam bank yang
menempati kuadran tersebut diantaranya yaitu, Bank Central Asia
Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Rakyat Indonesia
Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank
Mega Syariah.
4. Lower Right Quadran Banks menggambarkan bahwa bank memiliki
tingkat ROA tinggi tetapi memiliki tingkat Islamicity Performance
Index rendah. Berdasarkan hasil output analisa diagram kartesius
menggunakan SPSS statistik versi 22.0, tidak ada bank yang menempati
kuadran Lower Right tersebut.
E. Interpretasi Hasil Penelitian
65
1. Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia berdasarkan Return on Asset
Berdasarkan hasil analisis variabel Return on Asset, pada peringkat 1
dengan angka ROA > 1.5% Bank Mega Syariah dapat menempati posisi
tersebut, yaitu dengan rata-rata ROA sebesar 1.82%. Hal ini dapat diartikan
bahwa Bank Mega Syariah memiliki kinerja yang sangat baik. Bank Mega
Syariah telah mampu mengelola aktivanya sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dengan sangat baik, karena semakin besar nilai rasio ROA,
maka akan semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bank.
(Winardi, 2013)
Pada peringkat 2 dengan angka 1.25% - 1.5% Bank Negara Indonesia
Syariah menempati posisi tersebut, yaitu dengan rata-rata ROA sebesar
1.38%. Hal ini dapat diartikan bahwa Bank BNI Syariah memiliki kinerja
yang baik. Bank Negara Indonesia Syariah memiliki kemampuan dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dengan baik.
Pada peringkat 3 dengan angka 0.5% - 1.25%, Bank BCA Syariah,
Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank Muamalat Syariah
yang menempati posisi tersebut, yaitu secara berturut-turut dengan rata-rata
ROA sebesar 0.98%, 0.94%, 0.77%, dan 0.60%. Hal ini dapat diartikan
bahwa Bank BCA Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan
Bank Muamalat Syariah memiliki kinerja yang cukup baik dengan laba
memenuhi target, dan cukup dapat mendukung pertumbuhan permodalan
bank.
Pada peringkat 4 dengan angka 0% - 0.5% tidak terdapat bank yang
menempati posisi tersebut. Namun pada peringkat 5 dengan angka ≤ 0%
justru terdapat bank yang menempatinya, yaitu Bank Panin Syariah, Bank
Victoria Syariah, dan Bank BJB Syariah sebesar -0.49%, -0.68%, dan -
1.57%. Hal ini dapat diartikan bahwa kurangnya kemampuan manajemen
bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau
menekan biaya.
66
2. Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia berdasarkan Islamicitty
Performance Index
a. Perbandingan Profit Sharing Ratio antara Bank Umum Syariah di
Indonesia
Tabel 4.7
Rata-rata Perhitungan Profit Sharing Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 41.17%
BNIS 13.19%
BRIS 26.58%
BSM 21.68%
BMI 44.59%
BMS 3.69%
PNBS 71.43%
BJBS 20.73%
BVS 50.82%
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.7, mayoritas bank memiliki tingkat Profit
Sharing Ratio (PSR) masih dibawah 50%. Dimana hal tersebut
diartikan bahwa penyaluran dana yang dilakukan oleh bank umum
syariah seperti BCA syariah, BNI syariah, BRI syariah, BSM,
Muamalat, Bank Mega Syariah, dan BJB syariah lebih banyak
aktivitas penyaluran dana menggunakan akad murabahah.
Sementara pada bank umum syariah seperti Bank Panin Syariah dan
Bank Victoria Syariah lebih banyak digunakan untuk pembiayaan
mudharabah dan musyarakah yaitu mencapai 71.43% dan 50.82%.
Rata-rata tingkat Profit Sharing Ratio (PSR) tertinggi yaitu
Bank Panin Syariah sebesar 71.43%. Hal tersebut dapat diartikan
67
bahwa Bank Panin Syariah lebih menekankan nilai bagi hasil
dibandingkan dengan penyaluran dana menggunakan akad jual beli.
Apabila nilai bagi hasil besar, menunjukkan bahwa bank tersebut
memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan pembiayaan
bagi hasil kepada nasabahnya.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip Perbankan Syariah
berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 mengenai “Pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.”
b. Perbandingan Zakat Performance Ratio antara Bank Umum Syariah
di Indonesia
Tabel 4.8
Rata-rata Perhitungan Zakat Performance Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 3.86%
BNIS 0.53%
BRIS 0.31%
BSM 0.62%
BMI 0.4%
BMS 0.34%
PNBS 0.08%
BJBS 0.54%
BVS 2.52%
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.8, mayoritas bank umum syariah memiliki
tingkat pengeluaran zakat dibawah 2,5% yaitu nisab dalam islam
untuk mengeluarkan zakat. Rata-rata tingkat pengeluaran Zakat
Performance Ratio tertinggi yaitu Bank BCA Syariah sebesar
3.86%. Hal tersebut berarti selama periode 2012-2017 Bank BCA
68
Syariah dalam mengeluarkan kewajibannya lebih baik dibandingkan
dengan Bank Umum Syariah lainnya. Bank umum syariah dengan
tingkat pembayaran zakat yang tinggi cenderung akan memperoleh
laba yang tinggi pula, sehingga akan meningkatkan kinerja bank
umum syariah. Hal ini sesuai dengan prinsip islam yang terdapat
pada Q.S. Al-Baqarah ayat 261 mengenai balasan orang yang
mengeluarkan zakat berikut. (Puspasari, 2014):
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 261)
Dengan meningkatnya zakat yang disalurkan bank syariah
maka akan meningkatkan citra bank syariah tersebut di masyarakat
karena bank syariah tersebut mempunyai kinerja sosial yang baik yg
ditunjukkan dengan penyaluran zakat kepada masyarakat. Hal ini
menyebabkan banyak masyarakat yang tertarik untuk menggunakan
produk dan jasa bank syariah, tentunya hal tersebut akan
meningkatkan dana pihak ketiga dan meningkatkan pembiayaan
yang disalurkan bank syariah. Apabila hal ini terjadi secara terus
menerus maka laba bank syariah akan meningkat. (Puspasari, 2014)
69
c. Perbandingan Islamic Income Ratio antara Bank Umum Syariah di
Indonesia
Tabel 4.9
Rata-rata Perhitungan Islamic Income Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 88.16%
BNIS 89.07%
BRIS 93.48%
BSM 85.75%
BMI 92.22%
BMS 82.82%
PNBS 74.57%
BJBS 84.15%
BVS 93.16%
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.9, mayoritas Bank Umum Syariah memiliki
tingkat Islamic Income Ratio (IIR) di atas 70%. Dimana hal tersebut
diartikan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh Bank Umum
Syariah melalui akad-akad telah sesuai dengan prinsip syariah.
Allah SWT memerintahkan agar semua umat manusia mencari
yang halal dan baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.
Al-Baqarah ayat 168 yang menjelaskan bahwa Allah telah melarang
hamba-Nya untuk memperoleh pendapatan halal. (Maisaroh, 2015)
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
70
langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah: 168)
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah melarang
hamba-Nya untuk memperoleh pendapatan halal karena semua itu
adalah jalan yang dilakukan oleh syaitan. Jadi, jika perusahaan
memiliki produk yang halal dan baik, maka akan membantu dalam
meyakinkan dan memberikan kenyamanan kepada konsumen.
Sehingga dengan kenyamanan tersebut konsumen akan loyal dan
pada akhirnya akan berdampak pada profitabilitas. (Maisaroh,
2015).
d. Perbandingan Equitable Distribution Ratio antara Bank Umum
Syariah di Indonesia
Tabel 4.10
Rata-rata Perhitungan Equitable Distribution Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 51.64%
BNIS 88.62%
BRIS 559.7%
BSM 135.3%
BMI 85.07%
BMS 51.06%
PNBS 100%
BJBS -310%
BVS 84.36%
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.10, mayoritas Bank Umum Syariah
memiliki tingkat Equitable Distribution Ratio (EDR) yang kurang
baik. Dimana hal tersebut diartikan bahwa sebagian besar Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia mendistribusikan
71
pendapatannya lebih besar pada karyawan dan perusahaan sendiri.
Sedangkan untuk masyarakat dan pemegang saham hanya sebagian
kecil dari pendapatannya yang didistribusikan pada mereka.
Stakeholders theory menyatakan bahwa ketika perusahaan mampu
mendistribusikan pendapatannya pada stakeholder dengan merata
dan adil, berarti perusahaan telah mampu mengakomodasi keinginan
dari stakeholder. Sehingga akan menghasilkan hubungan yang
harmonis antara perusahaan dan stakeholder yang akan berdampak
pada perusahaan dapat menjaga kinerja dan kelangsungan bisnisnya.
(Hamidah, 2016).
3. Perbandingan Kinerja Bank Umum Syariah Berdasarkan ROA dan
Islamicity Performance Index menggunakan Diagram Kartesius
a. Upper Left Quadran Banks menggambarkan bahwa bank memiliki
tingkat Islamicity Performance Index tinggi tetapi memiliki nilai
ROA rendah.
Pada kuadran ini kinerja syariah dan sosialnya tinggi namun
lemah dalam kinerja keuangannya. Apabila dikaitkan dengan
stakeholder maka kuadran ini cocok untuk para stakeholder yang
mengedepankan nilai-nilai syariahnya dari pada keuntungan.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan diagram kartesius tidak ada
Bank Umum Syariah yang menempati kuadran ini.
b. Lower Left Quadran Banks menggambarkan bahwa jika bank berada
pada posisi LLQ, artinya nilai ROA dan Islamicity Performance
Indexnya rendah.
Pada kuadran ini kinerja syariah dan sosialnya rendah serta
kinerja keuangannya juga rendah. Apabila dikaitkan dengan
stakeholder maka kuadran ini tidak disarankan untuk para
stakeholder karena dianggap tidak menguntungkan dari sisi
keuangan dan syariahnya. Hal tersebut sesuai dengan Stakeholders
theory yang menyatakan bahwa ketika perusahaan mampu
72
mendistribusikan pendapatannya pada stakeholder dengan merata
dan adil, berarti perusahaan telah mampu mengakomodasi keinginan
dari stakeholder. Sehingga akan menghasilkan hubungan yang
harmonis antara perusahaan dan stakeholder yang akan berdampak
pada perusahaan dapat menjaga kinerja dan kelangsungan bisnisnya.
(Hamidah, 2016).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan diagram kartesius
terdapat tiga bank yang menempati kuadran ini diantaranya yaitu,
Bank Panin Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, dan Bank Victoria
Syariah.
a) Bank Panin Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Panin Syariah memiliki tingkat ROA sebesar -0.4917, dan
nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama tahun 2012-
2017 Bank Panin Syariah sebesar 0.39579. Bank Panin Syariah
dalam pembiayaan profit sharing relatif tinggi yaitu sebesar
71.43%, namun dalam tingkat pengeluaran zakat kecil yaitu
sebesar 0.08%. Hal ini menyebabkan tingkat Islamic Income
Ratio Bank Panin Syariah kecil yaitu sebesar 74.57%. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Khasanah (2016) Jumlah
zakat yang dikeluarkan oleh perbankan syariah masih relatif
kecil, sehingga dana yang digunakan sebagian besar didominasi
oleh zakat dari luar entitas perbankan. Hal ini mengakibatkan
jumlah pembayaran zakat tidak mempengaruhi kinerja
perbankan syariah.
Kemudian dalam pendistibusian pendapatan kepada
stakeholder Bank Panin Syariah hanya sebagian kecil yang
menyebabkan rata-rata ROA Bank Panin Syariah menempati
peringkat 5 atau sangat kurang baik. Hal tersebut mendukung
penelitian Lutfiandari (2016) bank syariah masih kurang
memperhatikan proporsi pendapatan yang diperoleh untuk
73
dibagikan kepada stakeholder. Namun, pada data yang diperoleh
dari laporan keuangan menyatakan bahwa pandapatan bank
syariah sebagian besar masih dialokasikan untuk melakukan
pengembangan usaha, kecukupan modal dan akuisisi bisnis
baru.
b) Bank Jabar Banten Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank BJB Syariah memiliki tingkat ROA sebesar -1.5733, dan
nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama tahun 2012-
2017 Bank BJB Syariah sebesar -0.7254%. Bank BJB Syariah
dalam pembiayaan profit sharing relatif rendah yaitu sebesar
20.73%, namun dalam tingkat pengeluaran zakat tinggi yaitu
sebesar 0.54%. Hal ini menyebabkan tingkat Islamic Income
Ratio Bank BJB Syariah besar yaitu sebesar 84.15%. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Puspasari (2014)
menyatakan bahwa dengan meningkatnya zakat yang disalurkan
bank syariah maka akan meningkatkan citra bank syariah
tersebut di masyarakat karena bank syariah tersebut mempunyai
kinerja sosial yang baik yg ditunjukkan dengan penyaluran zakat
kepada masyarakat.
Kemudian dalam pendistibusian pendapatan kepada
stakeholder Bank BJB Syariah hanya sebagian kecil yang
menyebabkan rata-rata ROA Bank BJB Syariah menempati
peringkat 5 atau sangat kurang baik. Hal tersebut mendukung
penelitian wijayanti (2017) apabila pemerataan atau distribusi
pendapatan meningkat artinya dibagikan secara adil dan merata
kepada para pemangku kepentingan, maka kepuasan dan
kepercayaan dari para pemangku kepentingan, maka kepuasan
dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan untuk terus
menggunakan jasa perbankan syariah tidak diragukan lagi.
74
c) Bank Victoria Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Victoria Syariah memiliki tingkat ROA sebesar -0.6883%,
dan nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama tahun
2012-2017 Bank Victoria Syariah sebesar -0.3241%. Bank
Victoria Syariah dalam pembiayaan profit sharing relatif tinggi
yaitu sebesar 50.82%, namun dalam tingkat pengeluaran zakat
sangat tinggi yaitu sebesar 2.52%. Hal ini menyebabkan tingkat
Islamic Income Ratio Bank Victoria Syariah besar yaitu sebesar
93.16%. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hamidah
(2016) semakin tinggi bank umum syariah membayar zakat,
maka akan meningkatan kinerja mereka. Sebaliknya semakin
rendah mereka membayar zakat, maka akan menurunkan kinerja
mereka. Stakeholders theory menyatakan bahwa semua
stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan dengan adil oleh
perusahaan, sehingga akan menjaga hubungan baik perusahaan
dengan para stakeholder. Ketika perusahaan mampu
memperhatikan dan menjaga hubungannya dengan stakeholder,
maka perusahaan akan mendapatkan dukungan dan citra positif
dari stakeholder dalam menjalankan bisnis yang nantinya akan
berdampak pada peningkatan kinerja.
Kemudian dalam pendistibusian pendapatan kepada
stakeholder Bank Victoria Syariah hanya sebagian kecil yang
menyebabkan rata-rata ROA Bank Victoria Syariah menempati
peringkat 5 atau sangat kurang baik. Hal tersebut mendukung
penelitian Hamidah (2016) sebagian besar Bank Umum Syariah
di Indonesia mendistribusikan pendapatannya lebih besar pada
karyawan dan perusahaan sendiri. Sedangkan untuk masyarakat
dan pemegang saham hanya sebagian kecil dari pendapatannya
yang didistribusikan pada mereka.
75
c. Upper Right Quadran Banks menggambarkan bahwa jika bank
berada pada posisi URQ, artinya nilai ROA dan Islamicity
Performance Indexnya tinggi.
Pada kuadran ini kinerja syariah dan sosialnya tinggi serta
kinerja keuangannya juga tinggi. Apabila dikaitkan dengan
stakeholder maka kuadran ini disarankan untuk para stakeholder
karena dianggap menguntungkan dari sisi keuangan dan syariahnya.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan diagram kartesius terdapat
enam bank yang menempati kuadran ini diantaranya yaitu, Bank
Central Asia Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Rakyat
Indonesia Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat
Indonesia, dan Bank Mega Syariah.
a) Bank Central Asia Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Central Asia Syariah memiliki tingkat ROA sebesar 0.985,
dan nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama tahun
2012-2017 Bank Central Asia Syariah sebesar 0.56669.
Berdasarkan hasil analisis rata-rata tingkat pembiayaan profit
sharing yaitu sebesar 41.17%, rata-rata tingkat pengeluaran
zakat yaitu sebesar 3.86%, artinya Bank Central Asia Syariah
telah sesuai menjalankan prinsip bank syariah. Hal tersebut
menyebabkan rata-rata tingkat Islamic Income Ratio yang
dihasilkan Bank Central Asia Syariah cukup baik yaitu sebesar
88.16%. Kemudian rata-rata dalam pendistribusian pendapatan
Bank Central Asia Syariah juga cukup baik yaitu sebesar
51.64%, artinya Bank Central Asia Syariah telah mampu
mengakomodasi kepentingan stakeholder. Hal ini menyebabkan
Bank Central Asia Syariah menempati kuadran Upper Right
Quadran Banks, artinya nilai ROA dan Islamicity Performance
Indexnya tinggi.
76
b) Bank Negara Indonesia Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Negara Indonesia Syariah memiliki tingkat ROA sebesar
1.38333, dan nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama
tahun 2012-2017 Bank Negara Indonesia Syariah sebesar
0.65954. Berdasarkan hasil analisis rata-rata tingkat pembiayaan
profit sharing yaitu sebesar 13.19%, artinya Bank Negara
Indonesia Syariah dalam pembiayaan profit sharing relatif kecil
dibandingkan pembiayaan jual beli. Oleh karena itu, sumbangan
pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari penyaluran
pembiayaan profit sharing kurang mampu mengoptimalkan
kemampuan bank umum syariah dalam menghasilkan laba.
(Maisaroh, 2015). Rata-rata tingkat pengeluaran zakat Bank
Negara Indonesia Syariah yaitu sebesar 0.53% masih dibawah
2,5% yaitu nisab dalam islam untuk mengeluarkan zakat. Akan
tetapi, setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam
mengeluarkan zakat. Hal ini lah yang menyebabkan rata-rata
tingkat Islamic Income Ratio yang dihasilkan Bank Negara
Indonesia Syariah cukup baik yaitu sebesar 89.07%. Kemudian
rata-rata dalam pendistribusian pendapatan Bank Negara
Indonesia Syariah juga sangat baik yaitu sebesar 88.62%. Hal ini
menyebabkan Bank Negara Indonesia Syariah menempati
kuadran Upper Right Quadran Banks, artinya nilai ROA dan
Islamicity Performance Indexnya tinggi.
c) Bank Rakyat Indonesia Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Rakyat Indonesia Syariah memiliki tingkat ROA sebesar
0.775, dan nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama
tahun 2012-2017 Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar
1.51526. Berdasarkan hasil analisis rata-rata tingkat pembiayaan
profit sharing yaitu sebesar 26.58%, artinya Bank Rakyat
77
Indonesia Syariah dalam pembiayaan profit sharing relatif kecil
dibandingkan pembiayaan jual beli. Rata-rata tingkat
pengeluaran zakat Bank Rakyat Indonesia Syariah yaitu sebesar
0.31% masih dibawah 2,5% yaitu nisab dalam islam untuk
mengeluarkan zakat. Akan tetapi, setiap tahunnya mengalami
peningkatan dalam mengeluarkan zakat. Hal ini lah yang
menyebabkan rata-rata tingkat Islamic Income Ratio yang
dihasilkan Bank Rakyat Indonesia Syariah cukup baik yaitu
sebesar 93.48%. Kemudian rata-rata dalam pendistribusian
pendapatan Bank Rakyat Indonesia Syariah juga sangat baik
yaitu sebesar 559.7%. Hal ini menyebabkan Bank Rakyat
Indonesia Syariah menempati kuadran Upper Right Quadran
Banks, artinya nilai ROA dan Islamicity Performance Indexnya
tinggi.
d) Bank Syariah Mandiri
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat ROA sebesar 0.94833,
dan nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama tahun
2012-2017 Bank Syariah Mandiri sebesar 0.67657. Berdasarkan
hasil analisis rata-rata tingkat pembiayaan profit sharing yaitu
sebesar 21.68%, artinya Bank Syariah Mandiri dalam
pembiayaan profit sharing relatif kecil dibandingkan
pembiayaan jual beli. Rata-rata tingkat pengeluaran zakat Bank
Syariah Mandiri yaitu sebesar 0.62% masih dibawah 2,5% yaitu
nisab dalam islam untuk mengeluarkan zakat. Akan tetapi, setiap
tahunnya mengalami peningkatan dalam mengeluarkan zakat.
Hal ini lah yang menyebabkan rata-rata tingkat Islamic Income
Ratio yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri cukup baik yaitu
sebesar 85.75%. Kemudian rata-rata dalam pendistribusian
pendapatan Bank Syariah Mandiri juga sangat baik yaitu sebesar
135.3%. Hal ini menyebabkan Bank Syariah Mandiri menempati
78
kuadran Upper Right Quadran Banks, artinya nilai ROA dan
Islamicity Performance Indexnya tinggi.
e) Bank Muamalat Indonesia
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Muamalat Indonesia memiliki tingkat ROA sebesar
0.60167, dan nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama
tahun 2012-2017 Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.56492.
Berdasarkan hasil analisis rata-rata tingkat pembiayaan profit
sharing yaitu sebesar 44.59%, artinya Bank Muamalat Indonesia
dalam pembiayaan profit sharing sangat baik. Rata-rata tingkat
pengeluaran zakat Bank Muamalat Indonesia yaitu sebesar 0.4%
masih dibawah 2,5% yaitu nisab dalam islam untuk
mengeluarkan zakat. Akan tetapi, setiap tahunnya mengalami
peningkatan dalam mengeluarkan zakat. Hal ini lah yang
menyebabkan rata-rata tingkat Islamic Income Ratio yang
dihasilkan Bank Muamalat Indonesia cukup baik yaitu sebesar
92.22%. Kemudian rata-rata dalam pendistribusian pendapatan
Bank Muamalat Indonesia juga sangat baik yaitu sebesar
85.07%. Hal ini menyebabkan Bank Muamalat Indonesia
menempati kuadran Upper Right Quadran Banks, artinya nilai
ROA dan Islamicity Performance Indexnya tinggi.
f) Bank Mega Syariah
Jika dilihat dari nilai rata-rata ROA selama tahun 2012-2017
Bank Mega Syariah memiliki tingkat ROA sebesar 1.82, dan
nilai rata-rata Islamicity Performance Index selama tahun 2012-
2017 Bank Mega Syariah sebesar 0.63985. Berdasarkan hasil
analisis rata-rata tingkat pembiayaan profit sharing yaitu sebesar
3.69%, artinya Bank Mega Syariah dalam pembiayaan profit
sharing relatif kecil dibandingkan pembiayaan jual beli.. Rata-
rata tingkat pengeluaran zakat Bank Mega Syariah yaitu sebesar
0.34% masih dibawah 2,5% yaitu nisab dalam islam untuk
79
mengeluarkan zakat. Akan tetapi, setiap tahunnya mengalami
peningkatan dalam mengeluarkan zakat. Hal ini lah yang
menyebabkan rata-rata tingkat Islamic Income Ratio yang
dihasilkan Bank Mega Syariah cukup baik yaitu sebesar 82.82%.
Kemudian rata-rata dalam pendistribusian pendapatan Bank
Mega Syariah juga cukup baik yaitu sebesar 51.06%. Hal ini
menyebabkan Bank Mega Syariah menempati kuadran Upper
Right Quadran Banks, artinya nilai ROA dan Islamicity
Performance Indexnya tinggi.
d. Lower Right Quadran Banks menggambarkan bahwa bank memiliki
tingkat ROA tinggi tetapi memiliki tingkat Islamicity Performance
Index rendah.
Pada kuadran ini kinerja syariah dan sosialnya rendah namun
tinggi dalam kinerja keuangannya. Apabila dikaitkan dengan
stakeholder maka kuadran ini cocok untuk para stakeholder di pasar
rasional yang lebih mementingkan keuntungan dari pada nilai-nilai
syariahnya. Berdasarkan hasil analisis menggunakan diagram
kartesius tidak ada Bank Umum Syariah yang menempati kuadran
ini.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif
dan statistik, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari penilaian kinerja berdasarkan pengukuran tingkat ROA terlihat bahwa
hasil rata-rata dari penjumlahan nilai ROA dari 9 Bank Umum Syariah
periode 2012-2017 yang memiliki rata-rata nilai ROA tertinggi secara
berturut-turut diantaranya Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia
Syariah, Bank Central Asia Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat
Indonesia Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank
Victoria Syariah, dan Bank Jabar Banten Syariah.
2. Dari penilaian kinerja berdasarkan pengukuran tingkat Islamicity
Performance Index terlihat bahwa hasil rata-rata dari penjumlahan nilai
Islamicity Performance Index dari 9 Bank Umum Syariah periode 2012-
2017 yang memiliki rata-rata nilai ROA tertinggi secara berturut-turut
diantaranya Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank
Negara Indonesia Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Central Asia Syariah,
Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, dan
Bank Jabar Banten Syariah.
3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan antara ROA dan
Islamicity Performance Index dari 9 Bank Umum Syariah periode 2012-
2017 menggunakan diagram kartesius menunjukkan hasil bahwa pada
Upper Left Quadran Banks tidak ada Bank Umum Syariah yang menempati
kuadran tersebut. Pada Lower Left Quadran Banks terdapat tiga bank yang
menempati kuadran tersebut diantaranya yaitu, Bank Panin Syariah, Bank
Jabar Banten Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Pada Upper Right
Quadran Banks terdapat enam bank yang menempati kuadran tersebut
diantaranya yaitu, Bank Central Asia Syariah, Bank Negara Indonesia
Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank
81
Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah. Lower Right Quadran Banks
tidak ada Bank Umum Syariah yang menempati kuadran tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
a. Dilihat dari rata-rata nilai ROA Bank Umum Syariah sebagian besar
berada pada posisi peringkat 2 dengan angka 1.25% - 1.5%, artinya
Bank Umum Syariah memiliki kinerja yang baik. Perusahaan yang ingin
meningkatkan kinerjanya sebaiknya mampu melihat keunggulan serta
kelemahan dalam kinerjanya sehingga dapat merumuskan strategi
sesuai kondisi perusahaan.
b. Dilihat dari rata-rata nilai PSR Bank Umum Syariah masih dibawah
50%. Dimana hal tersebut diartikan bahwa aktivitas penyaluran dana
yang dilakukan lebih besar menggunakan akad murabahah. Perusahaan
yang ingin meningkatkan nilai PSR diharapkan dapat memperhatikan
pembiayaan profit sharing karena rasio PSR ini akan meghasilkan
manfaat bagi nasabah pembiayaan dan bank syariah yakni dalam bentuk
pendapatan dari nasabah berupa bagi hasil yang telah disepakati pada
saat akad terjadi.
c. Dilihat dari rata-rata nilai ZPR Bank Umum Syariah tingkat
pengeluaran zakat masih dibawah 2,5%. Perusahaan yang ingin
meningkatkan kinerjanya sebaiknya lebih memperhatikan tingkat
pengeluaran zakat. Bank umum syariah dengan tingkat pembayaran
zakat yang tinggi cenderung akan memperoleh laba yang tinggi pula,
sehingga akan meningkatkan kinerja bank umum syariah.
d. Dilihat dari rata-rata nilai IIR Bank Umum Syariah tingkat Islamic
Income Ratio (IIR) di atas 70%. Dimana hal tersebut diartikan bahwa
pendapatan yang dihasilkan oleh Bank Umum Syariah melalui akad-
akad telah sesuai dengan prinsip syariah. Perusahaan yang ingin
82
meningkatkan nilai IIR diharapkan dapat memperhatikan pendapatan
yang dihasilkan halal. Jadi, jika perusahaan memiliki produk yang halal
dan baik, maka akan membantu dalam meyakinkan dan memberikan
kenyamanan kepada konsumen.
e. Dilihat dari rata-rata nilai EDR Bank Umum Syariah tingkat
pendistribusian pendapatan yang masih kurang baik, dimana hal
tersebut diartikan bahwa sebagian besar Bank Umum Syariah di
Indonesia mendistribusikan pendapatannya lebih besar pada karyawan
dan perusahaan sendiri. Perusahaan yang ingin meningkatkan nilai EDR
diharapkan dapat memperhatikan kepentingan stakeholder karena
ketika perusahaan mampu memperhatikan dan menjaga hubungannya
dengan stakeholder, maka perusahaan akan mendapatkan dukungan dan
citra positif dari stakeholder dalam menjalankan bisnis.
2. Untuk para peneliti selanjutnya agar menambah variabel yang digunakan
dan diharapkan lebih memperdalam penelitian tentang model Islamicity
Performance Index dalam melihat seberapa tinggi tingkat penerapan prinsip
syariah pada bank umum syariah. Selain itu, rentang waktu penelitian
ditambah agar dapat mewakili keadaan bank syariah dengan memberikan
gambaran mengenai trend kinerja syariah dengan lebih baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Aisjah, Siti, Hadianto, Agustin Eko. 2013. Performance Based Islamic
Performance Index (Study on the Bank Muamalat Indonesia and Bank
Syariah Mandiri), Asia-Pasific Management and Business Application 2, (2):
98-110.
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Amirah, dkk. 2014. Pengaruh Alokasi Dana Zakat Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah. Seminar Nasional Dan Call For Paper Program Studi
Akuntansi-FEB UMS, pp 47-63.
Assegaf, Yasmin Umar. 2012. Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan pada prinsip-
prinsip syariah dan kesehatan finansial, CBAM-FE UNISSULA, Vol. 1 No.1
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA.
Hameed, dkk. 2004. Alternative Disclosure and Performance Measures for Islamic
Bank. 2nd International Conference on Administrative Science, King Fahd
University of Petroleum and Minerals. 19-21 April 2004
Hamidah, dkk. 2016. The Effect of Intellectul Capital dan Islamicity Performance
Index to the Performance of Islamic Bank in Indonesia 2010-2014 periods.
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) | Vol 7, No. 2 Hery. 2017. Balanced Scorecard for Business. Jakarta: PT. Grasindo.
Husein, Arif Rachman, & Hasib, Fatin Fadillah. 2016. Tingkat Kesehatan Bank:
Analisa Perbandingan Pendekatan CAMELS dan RGEC (Studi Pada Bank
Umum Syariah Tahun Periode 2012-2014). Jurnal Ekonomi Syariah Teori
dan Terapan, 3 No. 2, 102-116.
Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Indriantoro, Nur dan Suporno. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Is, Muhammad Sadi. 2015. Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara
Press.
84
Istichomah, Nurul. 2017. Analisis Komparasi Kinerja Perbankan Syariah di
Indonesia: Pendekatan RGEC dan Islamicity Performance Index (studi kasus
pada Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015). Skripsi Fakultas Ekonomi.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Jumingan. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Bumi
Akasara.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Khasanah, Anita Nur. 2016. Pengaruh Intellectul Capital dan Islamicity
Performance Index terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di
Indonesia. Jurnal Nominal/Volume V Nomor 1.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Lutfiandari, dkk. 2016. Analisis Tren dan Perbandingan Rasio Islamicity
Performance pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank
BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah Periode 2011-2014. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 6.
Maisaroh, Siti. 2015. Pengaruh Intellectul Capital dan Islamicity Performance
Index terhadap Profitability Perbankan Syariah Indonesia. Jurnal Fakultas
Ekonomi UIN Malang.
Mandasari, Putri Yuliana, dkk. 2013. The Influence of Corporate Social
Responsibility to Firm Value with Profitability and Leverage as a
Moderating Variable (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012). Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 4
Desember 2013.
Meilani, dkk. 2015. Analisis Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia dengan
Menggunakan Pendekatan Islamicity Indices. Seminar Nasional dan The
3rd Call for Syariah Paper. ISSN 2460-0784.
Munawir, S. 2012. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nurmalitasari, Dika. 2017. Analisis Pengaruh Islamicity Performance Index
terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode Tahun 2012-2016).
Skripsi FEB Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Puspasari, Rosana, & Mawardi, Imron. 2014. Pengaruh Kinerja Sosial terhadap
Profitabilitas Bank Syariah. JESTT Vol. 1 No. 7.
85
Ramadhan, Azzalia Bunga. 2017. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan
Syariah di Indonesia Menggunakan Islamicity Performance Index Tahun
2010-2016. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. IAIN Surakarta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan:untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: Indeks.
Widyastuti, Cindy. 2017. Pengaruh Alokasi Dana Zakat dan Corporate Social
Responsibility terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2012-2016. Surakarta: IAIN Surakarta.
Wijayanti, Erika. 2017. Pengaruh Islamicity Performance Index terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015. Skripsi
thesis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Winardi. 2013. “Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Keuangan Bank
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Unesa, Vol 1,
No 3.
www.ojk.go.id
www.bi.go.id
www.bankmuamalat.co.id di akses pada 16 April 2018
www.syariahmandiri.co.id di akses pada 16 April 2018
www.bnisyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
www.brisyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
www.megasyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
www.paninbanksyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
www.bcasyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
www.bjbsyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
www.bankvictoriasyariah.co.id di akses pada 16 April 2018
86
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Sampel Penelitian
Nama Bank Tahun ROA PSR ZPR IIR EDR
BCAS 2012 0.84 0.40201 0.02956 0.84434 0.40177
BCAS 2013 1.01 0.45344 0.03189 0.92422 0.43707
BCAS 2014 0.8 0.40370 0.03997 0.93562 0.45265
BCAS 2015 0.96 0.38225 0.03619 0.87004 0.56749
BCAS 2016 1.13 0.40858 0.05004 0.75390 0.59814
BCAS 2017 1.17 0.42076 0.04400 0.96159 0.64139
BNIS 2012 1.48 0.12332 0.00382 0.74704 0.00120
BNIS 2013 1.37 0.11450 0.00590 0.83200 1.07355
BNIS 2014 1.27 0.11338 0.00558 0.93571 1.02034
BNIS 2015 1.43 0.13288 0.00577 0.94644 0.96427
BNIS 2016 1.44 0.14153 0.00633 0.94617 1.07830
BNIS 2017 1.31 0.16624 0.00482 0.93708 1.18003
BRIS 2012 1.19 0.20971 0.00314 0.88784 1.97379
BRIS 2013 1.15 0.24167 0.00330 0.92637 28.3776
BRIS 2014 0.08 0.25778 0.00415 0.96100 0.95491
BRIS 2015 0.77 0.30261 0.00181 0.94427 0.78106
BRIS 2016 0.95 0.30116 0.00278 0.94776 0.66580
BRIS 2017 0.51 0.28204 0.00343 0.94165 0.83207
BSM 2012 2.25 0.21218 0.00875 0.81208 2.10442
BSM 2013 1.53 0.19091 0.00499 0.82396 1.68495
BSM 2014 0.17 0.18327 0.01103 0.85382 1.17769
BSM 2015 0.56 0.20914 0.00557 0.88422 1.11430
BSM 2016 0.59 0.23216 0.00356 0.90173 1.00046
BSM 2017 0.59 0.27311 0.00336 0.86953 1.04174
BMI 2012 1.54 0.41123 0.00428 0.88371 1.05803
87
BMI 2013 1.37 0.44394 0.00431 0.90781 0.53221
BMI 2014 0.17 0.43904 0.00581 0.94329 0.49522
BMI 2015 0.2 0.47106 0.00352 0.95846 0.60722
BMI 2016 0.22 0.47960 0.00359 0.95496 1.03785
BMI 2017 0.11 0.43053 0.00273 0.88551 1.37364
BMS 2012 3.81 0.00516 0.00297 0.88475 0.48484
BMS 2013 2.33 0.00500 0.00593 0.80997 0.39676
BMS 2014 0.29 0.00613 0.00539 0.86594 0.37403
BMS 2015 0.3 0.01153 0.00125 0.79348 0.53005
BMS 2016 2.63 0.06441 0.00200 0.78068 0.66893
BMS 2017 1.56 0.12953 0.00287 0.83439 0.60941
PNBS 2012 3.29 0.45398 0 0.95579 0.68606
PNBS 2013 1.03 0.49065 0.00042 0.96495 0.41513
PNBS 2014 1.99 0.81069 0.00227 0.93819 0.49269
PNBS 2015 1.14 0.89481 0.00167 0.61550 0.48679
PNBS 2016 0.37 0.81530 0.00059 0.62134 0.41853
PNBS 2017 -10.77 0.82074 0 0.37881 3.55868
BJBS 2012 2.46 0.35593 0.01167 0.97298 0.39868
BJBS 2013 0.91 0.28002 0.00318 0.97212 0.18674
BJBS 2014 0.72 0.20813 0.00863 0.80211 -25.4632
BJBS 2015 0.25 0.14494 0.00174 0.88237 0.42960
BJBS 2016 -8.09 0.14022 0.00564 0.46103 0.52403
BJBS 2017 -5.69 0.11458 0.00177 0.95856 5.27684
BVS 2012 1.43 0.16686 0.00681 0.88727 0.78287
BVS 2013 0.5 0.32401 0.00810 0.91377 0.66322
BVS 2014 -1.87 0.56133 0.04155 0.95487 0.26810
BVS 2015 -2.36 0.58053 0.05902 0.92586 1.41558
BVS 2016 -2.19 0.72702 0.01749 0.96538 1.21121
BVS 2017 0.36 0.68985 0.01837 0.94282 0.72090
88
Lampiran 2: Rata-rata Perhitungan Profit Sharing Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 41.17%
BNIS 13.19%
BRIS 26.58%
BSM 21.68%
BMI 44.59%
BMS 3.69%
PNBS 71.43%
BJBS 20.73%
BVS 50.82%
Lampiran 3: Rata-rata Perhitungan Zakat Performance Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 3.86%
BNIS 0.53%
BRIS 0.31%
BSM 0.62%
BMI 0.4%
BMS 0.34%
PNBS 0.08%
BJBS 0.54%
BVS 2.52%
89
Lampiran 4: Rata-rata Perhitungan Islamic Income Ratio BUS di Indonesia
Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 88.16%
BNIS 89.07%
BRIS 93.48%
BSM 85.75%
BMI 92.22%
BMS 82.82%
PNBS 74.57%
BJBS 84.15%
BVS 93.16%
Lampiran 5: Rata-rata Perhitungan Equitable Distribution Ratio BUS di
Indonesia Tahun 2012-2017
Nama Bank Rata-rata
BCAS 51.64%
BNIS 88.62%
BRIS 559.7%
BSM 135.3%
BMI 85.07%
BMS 51.06%
PNBS 100%
BJBS -310%
BVS 84.36%
90
Lampiran 6: Perbandingan ROA dan Islamicity Performance Index Bank
Umum Syariah Tahun 2012-2017
Lampiran 7: Analisis Diagram Kartesius ROA dan Islamicity Performance
Index Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
No Nama Bank ROA IPI
1 BCAS 0.985 0.56669
2 BNIS 1.38333 0.65954
3 BRIS 0.775 1.51526
4 BSM 0.94833 0.67657
5 BMI 0.60167 0.56492
6 BMS 1.82 0.63985
7 PNBS -0.4917 0.39579
8 BJBS -1.5733 -0.7254
9 BVS -0.6883 0.3241
91
Lampiran 8: Perbandingan Kinerja Bank Umum Syariah Tahun 2012-2017
Berdasarkan ROA dan Islamicity Performance Index