analisis kinerja saham perbankan sebelum & · pdf filejurnal manajemen & bisnis...

57
Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK SPLIT DI PT. BURSA EFEK JAKARTA Amir Hamzah - Alumni Program Studi MM Unsri Tahun 2006 ABSTRACT This study is issued to describe one of corporate action that is reverse stock split and its effect to the bank stock performance. Theoretically, the corporate action that has been done by a company is purposed to develop strategic and operational value which the result could influence stock value and outstanding stock and finally will influence the stock performance or the liquidity of company. As one of corporate action, reverse stock split is purposed to make new stock price, to equal stock price with the bank stock that has same characteristic and to form stock price normally. This study is researched by using 6 samples of 23 banking that have done reverse stock split at Jakarta Stock Exchange by analyzing the data of stock price volatility and stock volume everyday during 12 months before and after reverse stock split by using MC-Nemar and T-test. The result at banking can be indicated that reverse stock split corporate action of reverse stock split does not have differences/influences to the increasing of stock performance (price and volume) before and after reverse stock split . Key Words : Reverse Stock Split, Stock Price, Stock Volume, Stock Price, Volatility and Trading Volume. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 membawa dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan yang ditandai dengan beberapa indikator kunci perbankan yang berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan antara lain ; Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial mencapai 50 persen, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus 18 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan

Upload: dinhhanh

Post on 07-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN

SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK SPLIT

DI PT. BURSA EFEK JAKARTA

Amir Hamzah - Alumni Program Studi MM Unsri Tahun 2006

ABSTRACT

This study is issued to describe one of corporate action that is reverse

stock split and its effect to the bank stock performance. Theoretically, the

corporate action that has been done by a company is purposed to develop

strategic and operational value which the result could influence stock value

and outstanding stock and finally will influence the stock performance or the

liquidity of company. As one of corporate action, reverse stock split is

purposed to make new stock price, to equal stock price with the bank stock

that has same characteristic and to form stock price normally. This study is

researched by using 6 samples of 23 banking that have done reverse stock

split at Jakarta Stock Exchange by analyzing the data of stock price volatility

and stock volume everyday during 12 months before and after reverse stock

split by using MC-Nemar and T-test. The result at banking can be indicated

that reverse stock split corporate action of reverse stock split does not have

differences/influences to the increasing of stock performance (price and

volume) before and after reverse stock split .

Key Words : Reverse Stock Split, Stock Price, Stock Volume, Stock Price,

Volatility and Trading Volume.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997

membawa dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan yang ditandai

dengan beberapa indikator kunci perbankan yang berada pada kondisi yang

sangat mengkhawatirkan antara lain ; Non Performing Loan (NPL) bank-bank

komersial mencapai 50 persen, tingkat keuntungan industri perbankan berada

pada titik minus 18 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan

Page 2: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 13

kondisi minus 15 persen, sehingga dengan terpuruknya sektor perbankan akibat

krisis tersebut memaksa pemerintah untuk melakukan tindakan membekukan

kegiatan operasi perbankan dengan melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak

sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. (Febryani, 2003).

Pemerintah melakukan tindakan untuk membekukan kegiatan operasi

perbankan khususnya bank swasta disebabkan pinjaman luar negeri yang

diperoleh membengkak lebih dari tiga kali lipat akibat nilai tukar rupiah

terhadap dollar naik secara drastis dan penyaluran kredit diberikan kepada

industri terkait yang memiliki hubungan kepemilikan dengan bank tersebut

yang berakhir dengan macet, sedangkan untuk bank pemerintah (BUMN)

dilakukan restrukturisasi dengan cara penggabungan (merger) dan

rekapitalisasi melalui penerbitan obligasi pemerintah untuk menambah modal

bank. (Samosir, 2003).

Dampak krisis perbankan yang terjadi tidak hanya mengakibatkan ratio

keuangan perbankan menjadi memburuk, juga berdampak telah berubahnya

struktur kepemilikan bank dari sebelumnya milik swasta / publik menjadi milik

negara / pemerintah karena adanya program rekapitalisasi ke sejumlah bank

(bank rekap) melalui penyertaan modal pemerintah dan meningkatnya jumlah

lembar saham bank-bank publik dari semula paling besar kurang lima miliar

lembar saham sebelum rekapitalisasi, kemudian membengkak hingga menjadi

ratusan miliar lembar saham. Pembengkakan jumlah lembar saham pasca

rekapitalisasi tersebut secara otomatis membuat nilai buku per lembar saham

turun drastis dan harga saham perbankan juga menyesuaikan diri mengalami

penurunan dari level sekitar Rp.1.000-an menjadi relatif rendah hingga di

bawah Rp.50 per lembar saham sebagai akibat terjadinya ketimpangan (gap)

yang sangat lebar antara harga saham maupun jumlah lembar sahamnya. Untuk

saham bank yang memiliki harga relatif rendah jelas mengalami kesulitan

untuk bergerak naik maupun turun kendati bank tersebut telah mengalami

peningkatan kinerja secara substansial, sebaliknya bank yang memiliki harga

saham tinggi telah terbaca oleh investor sudah amat tinggi, meskipun

sebenarnya dari aspek valuasi (valuation) masih cukup bagus.(Susiyanto,

2004).

Krisis ekonomi tidak hanya dialami pada sektor perbankan saja, namun

di sektor pasar modal juga terkena dampaknya yang tercermin dari lesunya

perdagangan saham / obligasi yang ditandai dengan menurunnya nilai rata-rata

transaksi harian (ekuitas) BEJ, yang mana pada tahun 1999 nilai transaksinya

sebesar Rp. 598,7 miliar, tahun 2000 menurun menjadi sebesar Rp. 513,7

miliar dan tahun 2001 semakin menurun lagi menjadi sebesar Rp. 396,7 miliar.

Sedangkan untuk nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir

tahun 1999 sebesar 676,919, pada akhir tahun 2000 menurun menjadi sebesar

416,321 dan pada akhir tahun 2001 menurun lagi menjadi sebesar 392,036.

(Laporan BEJ, 2003).

Page 3: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

14 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Untuk mengatasi dampak krisis multidimensi tersebut, maka

perbankan perlu melakukan konsolidasi saham melalui reverse stock bagi

saham-saham bank yang berharga relatif rendah dan jumlah lembar saham

yang sangat besar dan sebaliknya melakukan stock split bagi saham bank

yang harganya relatif tinggi, namun memiliki jumlah lembar saham yang tidak

terlalu banyak, sehingga dengan dilakukannya konsolidasi tersebut, diharapkan

akan tercipta saham sektor perbankan yang lebih baik dan seimbang yang

sekaligus dapat memberikan kemudahan bagi investor dalam memilih saham-

saham bank yang prospektif tanpa harus dibingungkan dengan perbedaan harga

saham yang relatif besar dan perbedaan jumlah lembar saham yang besar pula.

Menurut Susiyanto (2004) bahwa pemecahan saham (stock split) dapat

didefinisikan sebagai aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai

nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock

split yang ditentukan, dimana perubahan nilai nominal tersebut hanya

mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah

jumlah modal ditempatkan dan modal disetor atau tidak akan mengurangi atau

menambah nilai investasi dari pemegang saham / investor dengan tujuan untuk

membuat harga saham menjadi lebih rendah dari sebelumnya, mensejajarkan

harga sahamnya dengan saham-saham bank sejenis atau yang dianggap

memiliki karakteristik yang sama, membentuk harga saham menjadi lebih

wajar dan meningkatkan likuiditas saham di pasar modal. Sedangkan

penggabungan saham (reverse stock split) merupakan kebalikan dari stock split

yaitu dengan cara menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang

lebih besar sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah ditentukan dengan

tujuan untuk membuat harga saham menjadi lebih tinggi dari sebelumnya,

mensejajarkan harga saham dengan saham-saham bank sejenis atau yang

dianggap memiliki karakteristik yang sama, menaikkan posisi saham dari

saham yang masuk kategori papan pengembangan ke papan utama dan

membentuk harga saham yang lebih wajar. Selanjutnya dengan adanya aksi

korporat reverse stock split ini, maka risiko yang akan dihadapi investor

kemungkinan harga saham pasca reverse menjadi turun lebih dalam dan

kemungkinan terjadinya pecahan saham serta kepemilikan saham kurang dari

satu satuan perdagangan saham (odd lot).

Untuk mengukur kinerja saham berupa pergerakan harga dan volume

saham yang diperdagangkan melalui pasar modal diperlukan alat analisis yang

dapat menunjukkan performance masing-masing saham sebelum dan sesudah

diterapkannya aksi korporat pemecahan saham (stock split) maupun

penggabungan saham (reverse stock split) .

Selanjutnya dapat diketahui bahwa dari saham perbankan yang masih

aktif saat ini sebanyak 23 (dua puluh tiga) emiten, terdapat 6 (enam) emiten

yang telah melakukan aksi penggabungan saham (reverse stock split ) dengan

data sebagai berikut ;

Page 4: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 15

Tabel 1.1.

Emiten Saham Perbankan Yang Melakukan

Aksi Reverse Stock Split Tahun 2001-2004

No Nama Emiten Tanggal

IPO

Jumlah Saham (ribuan)

Harga Perdana

Rp.

Tanggal Reverse

Stock

1 Bank Danamon (BDMN) 06.12.1989 4.917.481 12.000 17.07.2001

2 Bank BII (BNII) 21.11.1989 47.818.300 11.000 13.06.2002

3 Bank Lippo (LPBN) 10.11.1989 3.915.733 15.000 11.12.2002

4 Bank BNI (BBNI) 25.11.1996 13.281.687 850 23.12.2003

5 Bank Niaga (BNGA) 29.11.1989 7.880.462 12.500 21.05.2004

6 Bank Permata (BNLI) 15.01.1990 7.743.125 9.900 08.06.2004

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

Berdasarkan hasil uraian yang telah disampaikan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap saham sektor perbankan

khususnya yang telah melakukan aksi korporat reverse stock split untuk

mengetahui hasil kinerja sahamnya sebelum dan sesudah reverse stock split

tersebut dengan judul “ Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum &

Sesudah Reverse Stock Split di PT. Bursa Efek Jakarta ”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil uraian yang telah disampaikan di atas, maka penulis

dapat merumuskan permasalahan menjadi sebagai berikut ;

Bagaimana kinerja saham perbankan sebelum dan sesudah dilakukannya aksi

penggabungan saham (reverse stock split).

.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja

saham perbankan sebelum dan sesudah dilakukannya aksi penggabungan

saham (reverse stock split).

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian mengenai permasalahan ini, maka

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan maupun

pengembangan ilmu pengetahuan, antara lain :

1) Dapat membantu memberikan pendapat dan sumbang saran bagi perbankan

mengenai hasil analisa kinerja saham sebelum dan sesudah dilakukannya

aksi penggabungan saham (reverse stock split).

Page 5: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

16 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

2) Sebagai bahan masukan dan kajian bagi pengembangan ilmu pengetahuan

terutama mengenai kebijakan dan strategi dalam meningkatkan kinerja

saham perusahaan perbankan.

II. STUDI PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pasar Modal

Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian

pasar modal dijelaskan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek

yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar

modal memberikan peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara

yang memiliki dua fungsi pokok sebagai fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi, karena menyediakan fasilitas

atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki

kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan

adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana segar

masyarakat melalui penjualan efek saham melalui prosedur IPO atau efek

utang (obligasi). Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan,

karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan

(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Menurut Tandelin (2001,13) pasar modal berfungsi sebagai lembaga

perantara, di mana dalam fungsi ini pasar modal menunjukkan peran yang

sangat penting dalam menunjang perekonomian, karena pasar modal dapat

menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki

kelebihan dana. Selain itu juga pasar modal dapat mendorong terciptanya

alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal, maka pihak

yang memiliki kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi

yang memberikan return yang paling optimal dengan asumsi investasi yang

memberikan return yang lebih besar adalah sektor-sektor yang paling produktif

yang ada di pasar, sehingga dana yang berasal dari investor dapat digunakan

secara produktif oleh perusahaan tersebut. Secara umum, manfaat keberadaan

pasar modal dapat dikemukakan sebagai berikut ;

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha

sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor, sehingga

memungkinkan untuk melakukan diversifikasi dengan potensi keuntungan

dan tingkat risiko yang dapat diperhitungkan.

3. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu

negara.

Page 6: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 17

4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan

iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen

profesional.

2.1.2. Investasi Saham

Saham merupakan salah satu produk yang diperjualbelikan di pasar

modal yang dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas yang

berwujud berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Sistem

kepemilikan saham di pasar modal Jakarta saat ini tanpa menggunakan warkat,

dimana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa lembaran saham yang diberi

nama pemiliknya, tapi sudah berupa account atas nama pemilik atau saham

tanpa warkat, sehingga penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan mudah.

Investasi saham memiliki 2 (dua) keuntungan yang dapat diperoleh pemodal

dengan membeli saham berupa dividen dan capital gain. Dividen yang

diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, dimana pemodal atau

pemegang saham mendapatkan uang tunai sesuai dengan jumlah saham yang

dimiliki dan dividen saham, dimana pemegang saham mendapatkan jumlah

saham tambahan. Sedangkan capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas

perdagangan di pasar sekunder. (Rubrik Eurika,2002)

2.1.3. Penilaian Pergerakan Harga Saham

Menurut Sunariyah (2003,152) bahwa untuk menghadapi pergerakan

harga saham di pasar modal terdapat 2 (dua) pendekatan yang berguna untuk

menilai harga suatu saham, antara lain ;

1. Analisis Teknikal ;

Merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan

mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan

penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan

analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga

saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu,

serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Analis teknis mempelajari

sejarah dari harga saham dan sejarah harga dari bursa saham secara

keseluruhan dengan mengembangkan berbagai indikator untuk memberikan

informasi yang berguna dari sisi volume dan harga.

Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal, antara lain

a) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan.

Page 7: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

18 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

b) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu yang penekanannya

hanya pada perubahan harga dan faktor-faktor internal melalui analisis

pergerakan di dalam pasar dan atau suatu saham.

c) Para analis teknikal dirancang cenderung lebih berkonsentrasi pada

jangka pendek.

2. Analisis Fundamental ;

Merupakan pendekatan yang didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap

saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari

variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan

suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham

tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik dibandingkan dengan harga pasar

yang sekarang (current market price). Analisis fundamental mempelajari

semua informasi yang berhubungan dengan saham dan pasar yang dituju

dengan mencoba melihat bisnis di masa yang akan datang dan

perkembangan keuangan / finansial termasuk pergerakan dari harga saham

itu sendiri. Informasi fundamental yang dipelajari termasuk laporan

keuangan, dan akun-akunnya, data industri seperti trend penjualan dan

pemesanan serta melihat lingkungan ekonomi dan keuangan seperti trend

dari tingkat suku bunga.

2.1.4. Volatilitas Harga Saham

Menurut Alwi (2003,87) bahwa Volatilitas atau pergerakan naik-turun

harga saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang

sering dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau

banyak yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa

berfluktuasi secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrumen

ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di suatu

bursa efek, baik harga saham individual maupun harga saham gabungan

misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan

eksternal (lingkungan makro).

Lingkungan Mikro yang mempengaruhi volatilitas harga saham dan

indeks harga saham antara lain ;

1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,

rincian kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru,

laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan.

2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman

yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang hybrid,

leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham, penggabungan saham,

pembelian saham, joint venture dan lainnya.

Page 8: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 19

3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director

announcements), seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen

dan struktur organisasi.

4. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan

diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan

ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha

dan lainnya.

6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi

baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba

sebelum akhir tahun dan setelah akhir tahun fiskal, EPS, DPS, PER, NPM,

ROA, ROE, dan lain-lain.

Sedangkan Lingkungan Makro yang mempengaruhi volatilitas harga

saham dan indeks harga saham antara lain ;

1. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan

deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi

ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan

terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan

terhadap manajernya.

3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan

pertemuan tahunan, insider trading, volume / harga saham perdagangan,

pembatasan / penundaan trading.

4. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas

harga saham di bursa efek suatu negara.

5. Berbagai issue, baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan

hidup, hak azazi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap

perilaku investor.

2.1.5. Indeks Harga Saham

Menurut Alwi (2003,89) bahwa suatu indeks diperlukan sebagai sebuah

indikator utama untuk menggambarkan pergerakan harga dari sekuritas-

sekuritas. Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham

terakhir yang terjadi di bursa.

Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki 5 (lima) fungsi,

antara lain ;

1. Sebagai indikator untuk mengetahui tingkat perkembangan dan penurunan

pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan dari saham.

Page 9: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

20 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

3. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio investasi

4. Sebagai dasar pembentukan portofolio dengan strategi pasif.

5. Menggambarkan perkembangan produk derivatif yang diperdagangkan di

bursa.

Indeks harga saham yang dipergunakan di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu ;

1. Indeks harga saham individual yang mencerminkan perkembangan harga

suatu saham. Indeks individual ini menggunakan indeks harga masing-

masing saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini

menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG, yaitu: Harga Pasar/Harga

Dasar x 100.

2. Indeks harga saham gabungan yang mencerminkan perkembangan pasar

secara keseluruhan. Indeks harga saham yang digunakan dalam perhitungan

di bursa adalah harga saham yang terjadi di pasar regular. Indeks Harga

Saham Gabungan / IHSG (Composite Share Price Indeks), menggunakan

semua saham uang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

Untuk menghitung indeks harga saham gabungan, dapat digunakan

formula sebagai berikut :

Nilai Pasar = Jumlah saham tercatat x harga terakhir

IHSG = ------------------------------------------------------------------- x 100

Nilai Dasar = Jumlah saham tercatat x harga perdana

Pergerakan IHSG secara signifikan dipengaruhi oleh pergerakan /

perubahan harga saham-saham dengan kapitalisasi besar, sebaliknya dalam

indeks yang dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang nilai pasar, perubahan

harga saham-saham dengan kapitalisasi kecil nyaris tidak berdampak terhadap

IHSG. Hal ini karena timbangan bobot masing-masing saham berbeda satu

sama lain, sehingga tidak mengherankan jika pergerakan IHSG sangat

ditentukan oleh saham-saham dengan kapitalisasi besar. Untuk kejadian-

kejadian seperti pemecahan lembar saham (stock split), dividen berupa saham

(stock dividend), dividen tunai, nilai dasar IHSG tidak berubah, karena

peristiwa-peristiwa ini tidak mengubah nilai pasar secara total.

2.1.6. Volatilitas Jumlah Saham

Menurut Alwi (2003,91) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

jumlah saham yang beredar dan pergerakan (volatilitas) jumlah saham yang

diperdagangkan di bursa efek, antara lain :

1. Bertambahnya emiten yang mencatatkan saham hasil penawaran umum

di bursa efek (go public)

2. Perusahaan / emiten yang sudah go public melakukan corporate action.

Corporate Action merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap

Page 10: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 21

jumlah saham yang beredar maupun harga saham di pasar. Adapun jenis-

jenis Corporate Action sebagai berikut :

a. Emiten melakukan stock split saham,

b. Emiten memberikan dividen saham bonus.

c. Emiten memberikan repurchasing stock

d. Emiten memberikan Dividen dalam bentuk saham

2.1.7. Penilaian Kinerja Saham

Menurut Tandelin (2001,08) bahwa proses keputusan investasi

merupakan suatu proses keputusan yang berkesinambungan (on going process)

yang meliputi lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai

tercapai keputusan investasi yang terbaik, yang terdiri dari lima tahap

keputusan, yaitu: penentuan tujuan investasi, penentuan kebijakan investasi,

pemilihan strategi portofolio, pemilihan aset, serta pengukuran dan evaluasi

kinerja portofolio. Dengan demikian, tahap kelima dalam proses keputusan

investasi tersebut merupakan tahap yang penting untuk mengetahui apakah

kinerja portofolio yang telah dibentuk sudah mampu memenuhi tujuan

investasi yang ingin dicapai investor. Jika tahap pengukuran dan evaluasi

kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses

keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya

sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran

dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan

pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya

melalui proses benchmarking.

Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang

perlu diperhatikan antara lain;

1. Tingkat resiko

2. Periode waktu

3. Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai

4. Tujuan investasi

Selanjutnya untuk mengukur kinerja sebuah portofolio saham, tidak

bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan oleh portofolio tersebut,

tetapi juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat resiko

portofolio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa

ukuran kinerja saham sudah memasukkan faktor return dan resiko dalam

perhitungannya, antara lain sebagai berikut;

2.1.7.1. Indeks Sharpe

Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga

disebut dengan reward-to-variabililty ratio. Indeks Sharpe mendasarkan

perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai

Page 11: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

22 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

patok duga, yaitu dengan cara membagi premi resiko portofolio dengan standar

deviasinya.

ˆSp = Rp −RF σ TR

dimana :

ˆSp = Indeks Sharpe Portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio ρ selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode

pengamatan

σTR = Standar deviasi return portofolio ρ selama periode

pengamatan

Indeks Sharpe digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa

portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe suatu

portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio

tersebut.

2.1.7.2. Indeks Treynor

Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang

dikembangkan oleh Jack Treynor dan indeks ini sering disebut juga dengan

reward to volatility ratio. Sama halnya seperti indeks Sharpe, pada indeks

Treynor, kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return

portofolio dengan besarnya resiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya

dengan indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security

market line) sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada

indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio

sudah terdiversifikasi dengan baik, sehingga risiko yang dianggap relevan

adalah risiko sistematis (diukur dengan beta).

Cara mengukur indeks Treynor pada dasarnya sama dengan cara

menghitung indeks Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar

deviasi pada indeks Sharpe diganti dengan beta portofolio. Dengan demikian,

indeks Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut ;

ˆTp = Rp −RF ˆβp

ˆTp = Indeks Treynor Portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio ρ selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode

pengamatan

ˆβp = Beta portofolio ρ

Page 12: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 23

2.1.7.3. Indeks Jensen

Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara

tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang

diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan

untuk Indeks Jensen ini adalah:

ˆJp = Rp − [RF + (RM −RF)ˆβp ]

dimana:

ˆJp = Indeks Jensen Portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio ρ selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode

pengamatan

ˆβp = Beta portofolio ρ

Persamaan indeks Jensen dengan indeks Treynor adalah bahwa kedua

indeks ukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas

sebagai dasar untuk membuat persamaan. Sedangkan perbedaannya adalah

bahwa indeks Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi

portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan indeks Jensen merupakan

selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola

dengan cara khusus (hanya mengikuti return pasar)

2.1.8. Penggabungan Saham (Reverse Stock Split) dan Pemecahan

Saham (Stock Split)

Menurut Susiyanto (2004) bahwa banyak emiten bank yang telah

melakukan aksi korporat berupa penggabungan saham (reverse stock) dan atau

pemecahan saham (stock split) dilatar belakangi oleh adanya krisis keuangan

dan perbankan yang telah terjadi tahun 1997 yang tidak hanya telah mengubah

struktur kepemilikan bank dari sebelumnya milik swasta atau publik (private /

public) menjadi milik negara / pemerintah karena adanya program

rekapitalisasi ke sejumlah bank (bank rekap) melalui penyertaan modal

pemerintah, tetapi juga telah mengakibatkan jumlah lembar saham, khususnya

saham bank-bank publik yang di-bailout, menjadi sangat besar. Dari semula

paling besar berjumlah kurang lima miliar lembar saham sebelum

rekapitalisasi, kemudian membengkak hingga menjadi ratusan miliar lembar

saham.

Pembengkakan jumlah saham pasca rekapitalisasi tersebut secara

otomatis membuat nilai buku per lembarnya turun drastis dan harga saham

bank juga menyesuaikan diri mengalami penurunan dari level Rp 1.000-an

menjadi relatif rendah hingga di bawah Rp 50 per lembar saham. Sebagai

akibat, terjadi ketimpangan (gap) yang sangat lebar antara harga saham

Page 13: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

24 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

maupun jumlah lembar saham sektor perbankan di pasar modal. Untuk saham

bank yang memiliki harga relatif rendah mengalami kesulitan untuk bergerak

naik maupun turun, kendati bank tersebut telah mengalami peningkatan kinerja

secara substansial, terutama sepanjang tahun 2002 dan 2003. Sebaliknya, bank

yang memiliki harga tinggi pun bisa jadi dibaca oleh investor sudah amat

tinggi, meskipun sebenarnya dari aspek valuasi (valuation) masih cukup bagus.

2.1.9. Pemecahan Saham ( Stock Split)

2.1.9.1. Teori Stock Split

Menurut Sabardi (1994,64) bahwa “ stock split “ merupakan

peningkatan jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai dari

saham tersebut, sedangkan menurut Riyanto (2001,275) bahwa stock split

merupakan pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang

lebih banyak dengan pengurangan harga nominal per lembarnya secara

proporsional, sehingga dengan melakukan stock split maka jumlah lembar

saham akan bertambah secara proporsional dengan pengurangan harga nominal

saham, misalnya perusahaan akan mengadakan stock split “two to one stock

split” yang maksudnya bahwa dengan dua lembar saham baru akan ditukar

dengan satu lembar saham lama.

Menurut Susiyanto (2004) bahwa pemecahan saham (stock split)

merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal

saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang

ditentukan. Perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan

penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal

ditempatkan dan modal disetor (paid in capital). Dengan kata lain, aksi

pemecahan saham tidak akan mengurangi atau menambah nilai investasi dari

pemegang saham / investor. Sebagai ilustrasi, jika seorang investor memiliki

1.000 lembar saham bank X, yang akan melakukan stock split dengan

perbandingan 2 : 1 atau nilai nominal saham X akan dipecah menjadi dua

bagian yang sama, dan harga saham X di pasar sekarang ini sebesar Rp 1.000,

yang berarti investor tersebut memiliki nilai investasi Rp 1 juta. Setelah

dilakukan pemecahan saham, nilai investasi investor tetap sama, yaitu Rp 1

juta. Secara teoritis, yang berubah adalah jumlah lembar saham yang

dimilikinya meningkat dua kali lipat menjadi 2.000 lembar, dan harga saham

turun setengahnya menjadi Rp 500.

2.1.9.2. Tujuan Pemecahan Saham (Stock Split)

Menurut Susiyanto (2004) bahwa tujuan perusahaan melakukan

pemecahan saham / stock split adalah untuk membuat harga saham menjadi

lebih rendah dari sebelumnya (bukan menurunkan harga saham),

mensejajarkan harga sahamnya dengan saham-saham bank sejenisnya atau

Page 14: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 25

yang dianggap memiliki karakteristik yang sama, membentuk harga saham

menjadi lebih wajar dan meningkatkan likuiditas saham

2.1.10. Penggabungan Saham (Reverse Stock Split)

2.1.10.1. Teori Reverse Stock Split.

Menurut Susiyanto (2004) bahwa penggabungan saham (reverse stock

split) merupakan aksi emiten yang berkebalikan dengan stock split, yaitu

dengan cara menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih

besar sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah ditentukan, dimana

perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan pengurangan jumlah

lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal

disetor (Paid in Capital). Dengan kata lain seperti halnya aksi stock split

(pemecahan saham), aksi reverse stock split (penggabungan saham) juga tidak

akan mengurangi atau menambah nilai investasi atau modal dari pemegang

saham / investor. Sebagai ilustrasi, jika seorang investor memiliki 2.000 lembar

saham bank Y yang akan melakukan reverse stock dengan perbandingan 2 : 1

atau nilai nominal saham Y akan digabung menjadi dua bagian, dan harga

saham Y di pasar sekarang ini sebesar Rp 500 yang berarti investor tersebut

memiliki nilai investasi sebesar Rp 1 juta, maka setelah dilakukan

penggabungan saham nilai investasi investor tetap sama, Rp 1 juta. Secara

teoretis, yang berubah adalah jumlah lembar saham yang dimilikinya turun

setengahnya menjadi 1.000 lembar, dan harga saham naik dua kali lipat

menjadi Rp 1.000.

2.1.10.2. Tujuan Penggabungan Saham (Reverse Stock Split)

Menurut Susiyanto (2004) bahwa tujuan perusahaan melakukan aksi

penggabungan saham (reverse stock split) adalah untuk membentuk harga

saham menjadi lebih tinggi dari sebelumnya (bukan menaikkan harga saham),

mensejajarkan harga saham dengan saham-saham Bank sejenisnya atau yang

dianggap memiliki karakteristik yang sama, menaikkan posisi saham dari

saham yang masuk kategori papan pengembangan ke papan utama dan

membentuk harga saham yang lebih wajar.

2.1.10.3. Resiko Reverse Stock Split.

Reverse Stock Split dapat menimbulkan dampak dan risiko sebagai

berikut :

1. Adanya kemungkinan harga saham perbankan di pasar akan turun kembali

setelah reverse stock dilaksanakan. Penurunan harga saham yang

Page 15: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

26 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

disebabkan oleh kondisi pasar adalah faktor risiko yang tidak dapat

dihindari oleh setiap pemegang saham. Akan tetapi dengan

dilaksanakannya reverse stock, diharapkan walaupun terjadi penurunan

harga saham karena kondisi perbankan dan ekonomi Indonesia secara

umum, harga saham perbankan akan tetap berada diatas kriteria Delisting

menurut peraturan BEJ.

2. Adanya kemungkinan terjadinya pecahan saham serta kepemilikan saham

kurang dari satu satuan perdagangan saham (odd lot).

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang analisa kinerja saham telah dilakukan,

antara lain oleh Yahya Marwazi (2002) mengenai analisis kinerja saham ; Studi

Komparatif di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ), dengan kesimpulan bahwa dari

pengukuran kinerja saham yang diteliti menunjukkan bahwa 70 % saham turun

kinerjanya dari kondisi performed pada periode I (Juli 1999 s/d Juni 2000)

menjadi underperformed pada periode II (Juli 2000 s/d Juni 2001), yang berarti

bahwa kinerja saham pada periode II (Juli 2000 s/d Juni 2001) lebih buruk

dibandingkan pada periode I (Juli 1999 s/d Juni 2000) dan terdapat perbedaan

kinerja saham yang cukup signifikan pada BEJ, baik ditinjau dari pemodal

domestik maupun pemodal asing, dimana periode II (Juli 2000 s/d Juni

2001) kinerja sahamnya lebih buruk dibandingkan dengan periode I (Juli 1999

s/d Juni 2000).

Penelitian lainnya telah dilakukan oleh Fatmawati dan Asri (1999)

mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang menyimpulkan

bahwa secara keseluruhan aktifitas stock split berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat harga saham, volume turnover dan persentase spread. Hasil

penelitian menunjukkan adanya penurunan harga rata-rata saham sesudah stock

split, sedangkan persentase spread sesudah stock split mengalami peningkatan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Ewijaya dan Nur Indriantono

(1999) yang menyimpulkan bahwa stock split berpengaruh negatif terhadap

perubahan harga saham relatif. Harga pasar saham sesudah stock split yang

diharapkan naik justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk

melakukan stock split akan merugikan investor lama.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Frits Rajagukguk (2001) mengenai

pengaruh stock split terhadap volume perdagangan saham pada sektor

perbankan di Bursa Efek Jakarta dengan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan

volume perdagangan saham antara sebelum dengan sesudah dilakukannya

stock split dan terdapat perbedaan harga saham antara sebelum dengan

sesudah dilakukannya stock split.

Page 16: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 27

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Dalam mengkaji kinerja saham perbankan sebelum dan sesudah

dilakukannya reverse stock split, maka terdapat beberapa faktor yang perlu

dilakukan, antara lain ;

♦ Analisa pergerakan tingkat harga saham perbankan sebelum dan sesudah

dilakukannya reverse stock split.

♦ Analisa pergerakan volume saham perbankan sebelum dan sesudah

dilakukannya reverse stock split.

Penggabungan analisa di atas dapat diketahui baik tidaknya kinerja

saham perbankan sebelum dan sesudah dilakukannya aksi reverse stock split

tersebut, sehingga secara ringkas pola pemikiran tersebut dapat diskemakan

sebagai berikut ;

Gambar 2.1.

Pola Pemikiran Penelitian

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil perumusan masalah dan landasan teori yang perlu

diuji kebenarannya, maka dapatlah dibuat suatu Hipotesis sebagai berikut ;

1. H0 a : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja harga saham sesudah dilakukannya reverse stock split.

Page 17: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

28 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

H1 a : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja

harga saham sesudah dilakukannya reverse stock split

2. H0 b : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja volume saham sesudah dilakukannya reverse stock split.

H1 b : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja

volume saham sesudah dilakukannya reverse stock split.

2.5. Metode Penelitian

2.5.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat deskriptif yaitu suatu

keadaan yang menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi selama

penelitian berlangsung yang dalam prosesnya bukan sekedar mengumpulkan

data tetapi juga mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan serta

memberikan saran-saran.

2.5.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan data sampel dilakukan pada perusahaan perbankan yang

telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dimana dari 23 (dua puluh tiga)

emiten perbankan yang masih aktif saat ini, hanya terdapat 6 (enam) emiten

yang telah melakukan aksi penggabungan saham (reverse stock split) dengan

menganalisis data perkembangan harga dan volume saham setiap harinya

selama 12 (dua belas) bulan sebelum dan sesudah dilakukannya aksi korporat

reverse stock split dengan teknik pengambilan data berikut ;

Tabel 2.1.

Teknik Pengambilan Data Emiten Saham Perbankan Yang Melakukan

Reverse Stock Split Tahun 2001-2004

No Nama Emiten Tanggal Sebelum Reverse Stock

Tanggal Reverse Stock

Tanggal Setelah Reverse Stock

1 Bank Danamon (BDMN)

03 Juli 2000 s/d 16 Juli 2001

17 Juli 2001 18 Juli 2001 s//d 28 Juni 2002

2 Bank BII (BNII)

01 Juni 2001 s/d 12 Juni 2002

13 Juni 2002 14 Juni 2002 s/d 29 Mei 2003

3 Bank Lippo (LPBN)

03 Des 2001 s/d 10 Des 2002

11 Des 2002 12 Des 2002 s/d 21 Nov 2003

4 Bank BNI (BBNI)

02 Des 2002 s/d 22 Des 2003

23 Des 2003 24 Des 2003 s/d 30 Nov 2004

5 Bank Niaga (BNGA)

01 Mei 2003 s/d 20 Mei 2004

21 Mei 2004 22 Mei 2004 s/d 29 April 2005

6 Bank Permata (BNLI)

02 Juni 2003 s/d 07 Juni 2004

08 Juni 2004 09 Juni 2004 s/d 31Mei 2005

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

Page 18: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 29

2.5.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama 1 (satu) bulan

terhitung sejak bulan Maret s/d April 2006.

2.5.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh jawaban atas

permasalahan yang telah dirumuskan dengan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari sumber data internal

pusat informasi BEJ.

2.5.5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalis permasalahan, beberapa teknik analisa yang

dipergunakan untuk menganalisis kinerja saham perbankan sebelum dan

sesudah dilakukannya reverse stock split, antara lain ;

2.5.5.1. Indeks Sharpe

ˆSp = Rp −RF σ TR

ˆSp = Indeks Sharpe Portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio ρ selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode pengamatan

σTR = Standar deviasi return portofolio ρ selama periode pengamatan

2.5.5.2. Indeks Treynor

ˆTp = Rp −RF ˆβp

ˆTp = Indeks Treynor Portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio ρ selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode pengamatan

ˆβp = Beta portofolio ρ

2.5.5.3. Indeks Jensen

ˆJp = Rp − [RF + (RM −RF)ˆβp ]

Jp = Indeks Jensen Portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio ρ selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas resiko selama periode pengamatan

Page 19: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

30 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

RM = Resiko pasar portofolio

ˆβp = Beta portofolio ρ

Selanjutnya dilakukan pengujian atas perbedaan kinerja saham

perbankan sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split dengan

menggunakan statistik non parametrik uji Mc Nemar dan uji t-test.

III. HASIL PENELITIAN

3.1. Emiten Perusahaan Perbankan

Jumlah perusahaan perbankan yang telah terdaftar dan masih aktif

melakukan transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebanyak

23 (dua puluh tiga) emiten, yang terdiri dari 20 (dua puluh) emiten Bank

Swasta Nasional dan 3 (tiga) emiten Bank BUMN dengan profil sebagai

berikut ;

3.1.1. Emiten Bank Swasta Nasional.

Periode awal Bank Swasta Nasional menjual sahamnya di Pasar Modal

pada tahun 1989, yang pertama kali dimulai oleh Bank Lippo dan pada tahun

yang sama juga diikuti oleh Bank Internasional Indonesia (BII) dan Bank

Danamon. Dalam perkembangannya sampai dengan tahun 2002 telah tercatat

sebanyak 20 (duapuluh) emiten saham Bank Swasta Nasional dengan total

asset yang dimiliki masing-masing bank tersebut pada tahun 2004 di atas Rp. 1

trilyun. Selanjutnya seiring dengan perjalanan waktu telah tercatat sebanyak 9

(sembilan) emiten Bank Swasta Nasional yang telah melakukan aksi korporasi

(corporate action), yaitu emiten yang melakukan aksi stock split sebanyak 4

(empat) emiten yang terdiri dari ; Bank BCA, Bank Century, Bank NISP dan

Bank Panin, sedangkan emiten yang melakukan aksi Reverse Stock Split

sebanyak 5 (lima) emiten yang terdiri dari ; Bank Niaga, Bank BII, Bank

Permata, Bank Danamon dan Bank Lippo. Sebagai gambaran dapat disajikan

profil emiten Bank Swasta

Page 20: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 31

Tabel 3.1.

Profil Emiten Bank Swasta Nasional

No Nama Emiten

Kode Tanggal Berdiri

Tanggal IPO

Jumlah Saham

Aksi Korporasi

1 Arta Niaga ANKB 18.09.1969 02.11.2000 190.000.000 --

2 Bumi Putera BABP 31.07.1989 15.07.2002 2.000.000.000 --

3 BCA BBCA 10.08.1955 31.05.2000 12.199.903.060 Stock Split

4 Kesawan BKSW 01.04.1913 21.11.2002 401.034.500 --

5 Niaga BNGA 26.09.1955 29.11.1989 7.880.462.717 Reverse Stock

6 Buana BBIA 31.08.1956 28.07.2000 5.766.242.737 --

7 Parahyangan BBNP 18.01.1972 10.01.2001 158.275.000 --

8 BII BNII 15.05.1959 21.11.1989 47.818.300.331 Reverse Stock

9 Permata BNLI 17.12.1954 15.01.1990 7.743.125.924 Reverse Stock

10 Swadesi BSWD 28.09.1968 01.05.2002 310.000.000 --

11 Century BCIC 30.05.1989 25.06.1997 19.940.660.117 Stock Split

12 Danamon BDMN 16.07.1956 06.12.1989 4.917.481.000 Reverse Stock

13 Victoria BVIC 05.10.1994 30.07.1999 1.294.593.360 --

14 Artha Graha INPC 07.09.1973 23.08.1990 9.687.500.000 --

15 Lippo LPBN 11.03.1948 10.11.1989 3.915.733.039 Reverse Stock

16 Eksekutif BEKS 11.09.1992 13.07.2001 775.000.000 --

17 NISP NISP 04.04.1941 20.10.1994 4.133.979.422 Stock Split

18 Panin PNBN 17.08.1971 29.12.1982 16.065.433.573 Stock Split

19 Mayapada MAYA 07.09.1989 29.08.1997 1.288.266.000 --

20 Mega MEGA 15.04.1969 17.04.2000 1.425.388.642 --

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

3.1.2. Emiten Bank BUMN.

Periode awal Bank BUMN yang mencatatkan sahamnya di Pasar

Modal dilakukan pertama kali oleh Bank BNI pada tahun 1996 yang kemudian

pada tahun 2003 diikuti oleh Bank Mandiri dan Bank BRI, dengan total asset

yang dimiliki oleh masing-masing bank tersebut pada tahun 2004 di atas Rp.

100 trilyun dan tercatat lebih dari 59 % (lima puluh prosen) sahamnya dimiliki

oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya hanya

Bank BNI yang telah melakukan aksi korporasi (corporate action) berupa aksi

reverse stock split pada tahun 2003. Sebagai gambaran dapat disajikan profil

emiten Bank BUMN di Indonesia sebagai berikut ;

Tabel 3.2.

Profil Emiten Bank BUMN

No Nama Emiten

Kode Tanggal Berdiri

Tanggal IPO

Jumlah Saham

Aksi Korporasi

1 BNI BBNI 05.07.1946 25.11.1996 13.281.687.400 Reverse Stock

2 Mandiri BMRI 02.10.1998 14.07.2003 20.165.862.518 --

3 BRI BBRI 18.12.1868 10.11.2003 11.761.113.450 --

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

Page 21: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

32 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

3.2. Profil Reverse Stock Split Emiten Perbankan

Dari jumlah emiten perbankan yang masih aktif melakukan transaksi

perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebanyak 23 (dua puluh tiga)

emiten, terdapat 6 (enam) emiten yang telah melakukan aksi penggabungan

saham (reverse stock split) yang terdiri dari; 5 (lima) emiten Bank Swasta

Nasional dan 1 (satu) emiten Bank BUMN dengan data sebagai berikut ;

Tabel 3.3.

Aksi Reverse Stock Split Emiten Perbankan 2001-2004

No Nama Emiten Tanggal IPO

Jumlah Saham (ribuan)

Harga Perdana

Rp.

Tanggal Reverse

Stock

1 Bank Danamon (BDMN) 06.12.1989 4.917.481 12.000 17.07.2001

2 Bank BII (BNII) 21.11.1989 47.818.300 11.000 13.06.2002

3 Bank Lippo (LPBN) 10.11.1989 3.915.733 15.000 11.12.2002

4 Bank BNI (BBNI) 25.11.1996 13.281.687 850 23.12.2003

5 Bank Niaga (BNGA) 29.11.1989 7.880.462 12.500 21.05.2004

6 Bank Permata (BNLI) 15.01.1990 7.743.125 9.900 08.06.2004

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

Berdasarkan hasil transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta

selama setahun sebelum dan sesudah melakukan aksi reverse stock split dapat

dilakukan penelitian dan pengujian apakah aksi korporasi yang dilakukan

emiten tersebut dapat meningkatkan kinerja masing-masing saham tersebut.

Berikut ini data kepemilikan saham dan keuangan masing-masing

emiten yang melakukan aksi reverse stock split sebagai berikut :

3.2.1. Profil Bank Danamon (BDMN).

1). Nama Pemegang Saham :

- PT. Perusahaan Pengelolaan Asset : 515.278.500 lembar

- Asia Financial (Indonesia) : 3.226.616.720 lembar

- Masyarakat : 1.165.026.680 lembar

2). Tanggal IPO : 06 Desember 1989

3). Harga Perdana : Rp. 12.000

4). Pencatatan saham

- Penawaran Umum : 2.000.000 lembar

- Company Listing : 155.200.000 lembar

- Stock Split (23.06.1997) : 1.120.000.000 lembar

- Reverse Stock Split (17.07.2001) : 466.157.590.000 lembar

- Reverse Stock Split (22.01.2003) : 19.627.688.000 lembar

- Jumlah saham yang dikeluarkan : 4.917.481.000 lembar

- Rasio Reverse Stock Split : 20 : 1

Page 22: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 33

Tabel 3.4.

Kondisi Keuangan Bank Danamon (BDMN)

No Keterangan 2001 2002 2003 2004

1 Penjualan (milyar Rp.) 7.627 7.463 7.639 7.694

2 Total Asset (milyar Rp.) 52.680 46.911 52.682 58.012

3 Kewajiban (milyar Rp.) 48.507 42.257 45.859 50.881

4 Ekuitas (milyar Rp.) 4.171 4.653 6.822 7.804

5 Laba Bersih (mlyar Rp.) 722 948 1.530 2.408

6 PBV 1,65 1,85 1,44 2,72

7 PER 9,50 9,05 6,50 8,91

8 Harga Saham Rp. 280 350 4.858 4.375

9 Kapitalisasi Psr (milyar Rp) 6.870 8.587 9.837 21.253

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

3.2.2. Profil Bank Internasional Indonesia (BNII)

1). Nama Pemegang Saham :

- Sorak Financial Holding PTE : 9.179.506.000 lembar

- Menteri Keuangan : 9.929.794.000 lembar

- Masyarakat : 10.674.046.000 lembar

2). Tanggal IPO : 21 Nopember 1989

3). Harga Perdana : Rp. 11.000

4). Pencatatan saham

- Penawaran Umum : 12.000.000 lembar

- Company Listing : 100.000.000 lembar

- Stock Split (04.11.1996) : 967.184.602 lembar

- Reverse Stock Split (13.06.2002) : 82.586.182.711 lembar

- Jumlah saham yang dikeluarkan : 47.818.300.331 lembar

- Rasio Reverse Stock Split : 10 : 1

Tabel 3.5.

Kondisi Keuangan Bank Internasional Indonesia (BNII)

No Keterangan 2001 2002 2003 2004

1 Penjualan (milyar Rp.) 3.988 3.702 4.046 4.021

2 Total Asset (milyar Rp.) 30.754 36.325 34.729 36.077

3 Kewajiban (milyar Rp.) 32.954 3.348 31.369 31.866

4 Ekuitas (milyar Rp.) 2.199 2.977 3.360 4.211

5 Laba Bersih (mlyar Rp.) 4.131 133 309 822

6 PBV 1,04 0,79 1,55 2,08

7 PER 0,56 10,80 17,00 10,76

8 Harga Saham Rp. 25 50 110 185

9 Kapitalisasi Psr (milyar Rp) 2.297 2.365 5.204 8.752

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

Page 23: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

34 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

3.2.3. Profil Bank Lippo (LPBN)

1). Nama Pemegang Saham :

- Swiss Asia Global : 2.038.198.061 lembar

- PT. Lippo E-Net Tbk. : 218.263.688 lembar

- PT. PPA : 100.015.081 lembar

- Masyarakat : 1.559.256.203 lembar

2). Tanggal IPO : 10 Nopember 1989

3). Harga Perdana : Rp. 15.000

4). Pencatatan saham

- Penawaran Umum : 6.800.000 lembar

- Company Listing : 27.875.000 lembar

- Stock Split (09.12.1996) : 428.490.000 lembar

- Reverse Stock Split (11.12.2002) : 34.850.024.042 lembar

- Jumlah saham yang dikeluarkan : 3.915.733.039 lembar

- Rasio Reverse Stock Split : 10 : 1

Tabel 3.6.

Kondisi Keuangan Bank Lippo (LPBN)

No Keterangan 2001 2002 2003 2004

1 Penjualan (milyar Rp.) 2.862 2.704 2.417 2.305

2 Total Asset (milyar Rp.) 23.811 25.200 26.466 27.832

3 Kewajiban (milyar Rp.) 21.015 22.885 24.991 25.524

4 Ekuitas (milyar Rp.) 2.796 2.316 1.475 2.308

5 Laba Bersih (mlyar Rp.) 271 506 516 893

6 PBV 0,42 0,44 1,18 1,18

7 PER 4,35 2,02 3,42 3,07

8 Harga Saham Rp. 30 260 450 700

9 Kapitalisasi Psr (milyar Rp) 1.163 1.008 1.744 2.714

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

3.2.4. Profil Bank BNI (BBNI).

1). Nama Pemegang Saham :

- Negara Republik Indonesia : 13.163.757.500 lembar

- Karyawan & Direksi : 6.515.467 lembar

- Masyarakat : 111.414.433 lembar

2). Tanggal IPO : 25 Nopember 1996

3). Harga Perdana : Rp. 850

4). Pencatatan saham

- Penawaran Umum : 1.085.032.000 lembar

- Company Listing : 3.255.096.000 lembar

- Reverse Stock Split (23.12.2003) : 185.943.623.600 lembar

- Jumlah saham yang dikeluarkan : 13.281.687.400 lembar

- Rasio Reverse Stock Split : 15 : 1

Page 24: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 35

Tabel 3.7.

Kondisi Keuangan Bank BNI (BBNI)

No Keterangan 2001 2002 2003 2004

1 Penjualan (milyar Rp.) 15.601 16.221 15.327 14.765

2 Total Asset (milyar Rp.) 129.053 125.623 131.487 136.482

3 Kewajiban (milyar Rp.) 122.248 117.386 121.465 123.595

4 Ekuitas (milyar Rp.) 6.797 8.231 10.016 12.858

5 Laba Bersih (mlyar Rp.) 1.757 2.508 828 3.136

6 PBV 2,61 2,64 1,45 1,45

7 PER 10 8,46 20,63 7,10

8 Harga Saham Rp. 90 110 1.300 1.675

9 Kapitalisasi Psr (milyar Rp) 17.751 21.696 14.504 18.687

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

3.2.5. Profil Bank Niaga (BNGA)

1). Nama Pemegang Saham :

- Commerce Asset-Holding Berhand : 4.962.060.882 lembar

- Pemegang Saham lainnya : 2.923.294.838 lembar

2). Tanggal IPO : 25 Nopember 1989

3). Harga Perdana : Rp. 12.500

4). Pencatatan saham

- Penawaran Umum : 5.000.000 lembar

- Company Listing : 46.090 lembar

- Reverse Stock Split (21.05.2004) : 70.421.460 lembar

- Jumlah saham yang dikeluarkan : 7.880.462.717 lembar

- Rasio Reverse Stock Split : 10 : 1

Tabel 3.8.

Kondisi Keuangan Bank Niaga (BNGA)

No Keterangan 2001 2002 2003 2004

1 Penjualan (milyar Rp.) 2.519 3.176 2.922 3.059

2 Total Asset (milyar Rp.) 22.957 22.838 23.749 30.798

3 Kewajiban (milyar Rp.) 21.738 21.355 21.766 28.429

4 Ekuitas (milyar Rp.) 1.217 1.476 1.975 2.363

5 Laba Bersih (mlyar Rp.) 203 141 467 660 6 PBV 3,82 1,84 1,37 1,36

7 PER 23,08 19,44 5,86 5,45

8 Harga Saham Rp. 60 35 35 460

9 Kapitalisasi Psr (milyar Rp) 4.648 2.711 2.711 3.218

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

Page 25: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

36 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

3.2.6. Profil Bank Permata (BNLI)

1). Nama Pemegang Saham :

- Standard Chartered Bank : 2.443.250.661 lembar

- PT. Astra Internasional Tbk : 2.443.250.061 lembar

- PT. Perusahaan Pengelolaan Asset : 2.026.079.350 lembar

- Masyarakat : 830.546.444 lembar

2). Tanggal IPO : 15 Januari 1990

3). Harga Perdana : Rp. 9.900

4). Pencatatan saham

- Penawaran Umum : 3.999.000 lembar

- Company Listing : 42.525.000 lembar

- Reverse Stock Split (08.07.2004) : 185.835.022.176 lembar

- Jumlah saham yang dikeluarkan : 7.743.125.924 lembar

- Rasio Reverse Stock Split : 25 : 1

Tabel 3.9.

Kondisi Keuangan Bank Permata (BNLI)

No Keterangan 2001 2002 2003 2004 1 Penjualan (milyar Rp.) 1.513 2.386 3.524 3.292

2 Total Asset (milyar Rp.) 13.002 28.028 29.035 31.757

3 Kewajiban (milyar Rp.) 12.452 26.831 27.279 29.368

4 Ekuitas (milyar Rp.) 514 1.157 1.714 2.341

5 Laba Bersih (mlyar Rp.) 216 808 558 623

6 PBV 5,23 4,18 3,39 2,46

7 PER 13,33 3,13 10,00 9,38

8 Harga Saham Rp. 40 25 30 750

9 Kapitalisasi Psr (milyar Rp) 2.688 4.839 5.807 5.749

Sumber : BNI Securities dan diolah Penulis (2006)

3.3. Perkembangan Saham Sebelum Reverse Stock Split

3.3.1. Kondisi Saham Bank Danamon Sebelum Reverse Stock Split

Bank Danamon telah melakukan reverse stock split tanggal 17 Juli

2001, sehingga dapat diketahui perkembangan harga & volume saham selama

12 bulan sebelum dilakukan aksi korporat tersebut atau sejak tanggal 03 Juli

2000 sampai dengan 16 Juli 2001 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 125 dan terendah Rp. 30

� Rata-rata harga saham Rp. 61

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 84.066.000 lembar dan

terendah sebanyak 10.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 4.410.937 lembar

Page 26: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 37

3.3.2. Kondisi Saham Bank BII Sebelum Reverse Stock Split

Bank Internasional Indonesia (BII) telah melakukan reverse stock split

tanggal 13 Juni 2002, sehingga dapat diketahui perkembangan harga & volume

saham selama 12 bulan sebelum dilakukan aksi korporat tersebut atau sejak

tanggal 01 Juni 2001 sampai dengan 12 Juni 2002 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 35 dan terendah Rp. 15

� Rata-rata harga saham Rp. 25

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 687.920.000 lembar dan

terendah sebanyak 350.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 19.040.763 lembar

3.3.3. Kondisi Saham Bank Lippo Sebelum Reverse Stock Split

Bank Lippo telah melakukan reverse stock split tanggal 11 Desember

2002, sehingga dapat diketahui perkembangan harga & volume saham selama

12 bulan sebelum dilakukan aksi korporat tersebut atau sejak tanggal 03

Desember 2001 sampai dengan 10 Desember 2002 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 80 dan terendah Rp. 30

� Rata-rata harga saham Rp. 51

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 813.420.000 lembar dan

terendah sebanyak 20.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 88.168.200 lembar

3.3.4. Kondisi Saham Bank BNI Sebelum Reverse Stock Split

Bank Negara Indonesia 1946 (BNI) telah melakukan reverse stock split

tanggal 23 Desember 2003, sehingga dapat diketahui perkembangan harga &

volume saham selama 12 bulan sebelum dilakukan aksi korporat tersebut atau

sejak tanggal 02 Desember 2002 sampai dengan 22 Desember 2003 sebagai

berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 225 dan terendah Rp. 90

� Rata-rata harga saham Rp. 125

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 116.671.500 lembar dan

terendah sebanyak 500 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 9.704.306 lembar

3.3.5. Kondisi Saham Bank Niaga Sebelum Reverse Stock Split

Bank Niaga telah melakukan reverse stock split tanggal 21 Mei 2004,

sehingga dapat diketahui perkembangan harga & volume saham selama 12

bulan sebelum dilakukan aksi korporat tersebut atau sejak tanggal 01 Mei 2003

sampai dengan 20 Mei 2004 sebagai berikut ;

Page 27: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

38 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

� Harga saham tertinggi Rp. 50 dan terendah Rp. 25

� Rata-rata harga saham Rp. 35

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 12.714.259.000 lembar dan

terendah sebanyak 243.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 167.835.039 lembar

3.3.6. Kondisi Saham Bank Permata Sebelum Reverse Stock Split

Bank Permata telah melakukan reverse stock split tanggal 08 Juli 2004,

sehingga dapat diketahui perkembangan harga & volume saham selama 12

bulan sebelum dilakukan aksi korporat tersebut atau sejak tanggal 08 Juni 2003

sampai dengan 07 Juli 2004 sebagaimana tabel berikut ini ;

� Harga saham tertinggi Rp. 45 dan terendah Rp. 30

� Rata-rata harga saham Rp. 37

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 123.613.500 lembar dan

terendah sebanyak 2.500 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 6.720.528 lembar

3.4. Perkembangan Saham Sesudah Reverse Stock Split

3.4.1. Kondisi Saham Bank Danamon Sesudah Reverse Stock Split

Perkembangan harga & volume saham Bank Danamon selama 12 bulan

sesudah melakukan reverse stock split atau sejak tanggal 18 Juli 2001 sampai

dengan 28 Juni 2002 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 675 dan terendah Rp. 270

� Rata-rata harga saham Rp. 444

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 42.475.000 lembar dan

terendah sebanyak 500 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 1.240.039 lembar

Kinerja volume perdagangan saham Bank Danamon sesudah

melakukan reverse stock split mengalami penurunan, dimana total volume

saham yang diperdagangkan menurun sebesar 345,08 % atau 851.555.520

lembar dari 1.098.323.330 lembar menjadi 246.767.810 lembar, begitu juga

dengan rata-rata volume saham mengalami penurunan sebesar 256 % atau

3.170.898 lembar dari 4.410.937 lembar menjadi 1.240.039 lembar.

3.4.2. Kondisi Saham Bank BII Sesudah Reverse Stock Split

Perkembangan harga & volume saham Bank Internasional Indonesia

(BII) selama 12 bulan sesudah melakukan reverse stock split atau sejak

tanggal 14 Juni 2002 sampai dengan 29 Mei 2003 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 145 dan terendah Rp. 40

Page 28: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 39

� Rata-rata harga saham Rp. 77

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 70.050.500 lembar dan

terendah sebanyak 5.500 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 2.059.943 lembar

Kinerja volume perdagangan saham Bank BII sesudah melakukan

reverse stock split mengalami penurunan, dimana total volume saham yang

diperdagangkan menurun sebesar 899,39 % atau 4.335.286.514 lembar dari

4.817.313.098 lembar menjadi 482.026.584 lembar, begitu juga dengan rata-

rata volume saham mengalami penurunan sebesar 824 % atau 16.980.820

lembar dari 19.040.763 lembar menjadi 2.059.943 lembar.

3.4.3. Kondisi Saham Bank Lippo Sesudah Reverse Stock Split

Perkembangan harga & volume saham Bank Lippo selama 12 bulan

sesudah melakukan reverse stock split atau sejak tanggal 12 Desember 2002

sampai dengan 21 Nopember 2003 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 650 dan terendah Rp. 210

� Rata-rata harga saham Rp. 451

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 115.188.500 lembar dan

terendah sebanyak 16.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 11.310.962 lembar

Kinerja volume perdagangan saham Bank Lippo sesudah melakukan

reverse stock split mengalami penurunan, dimana total volume saham yang

diperdagangkan menurun sebesar 736,37 % atau 19.406.595.950 lembar dari

22.042.050.050 lembar menjadi 2.635.454.100 lembar, begitu juga dengan

rata-rata volume saham mengalami penurunan sebesar 679 % atau 76.857.238

lembar dari 88.168.200 lembar menjadi 11.310.962 lembar.

3.4.4. Kondisi Saham Bank BNI Sesudah Reverse Stock Split

Perkembangan harga & volume saham Bank Negara Indonesia 1946

(BNI) selama 12 bulan sesudah melakukan reverse stock split atau sejak

tanggal 24 Desember 2003 sampai dengan 30 Nopember 2004 berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 1.625 dan terendah Rp. 1.025

� Rata-rata harga saham Rp. 1.302

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 15.580.367 lembar dan

terendah sebanyak 1.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 609.522 lembar

Kinerja volume perdagangan saham Bank BNI sesudah melakukan

reverse stock split mengalami penurunan, dimana total volume saham yang

diperdagangkan menurun sebesar 1.708,24 % atau 2.301.076.391 lembar dari

2.435.780.685 lembar menjadi 134.704.294 lembar, begitu juga dengan rata-

Page 29: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

40 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

rata volume saham mengalami penurunan sebesar 1.492 % atau 9.094.784

lembar dari 9.704.306 lembar menjadi 609.522 lembar.

3.4.5. Kondisi Saham Bank Niaga Sesudah Reverse Stock Split

Perkembangan harga & volume saham Bank Niaga selama 12 bulan

sesudah melakukan reverse stock split atau sejak tanggal 22 Mei 2004 sampai

dengan 29 April 2005 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 520 dan terendah Rp. 280

� Rata-rata harga saham Rp. 420

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 1.558.671.245 lembar dan

terendah sebanyak 47.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 58.731.867 lembar

Kinerja volume perdagangan saham Bank Niaga sesudah melakukan

reverse stock split mengalami penurunan, dimana total volume saham yang

diperdagangkan menurun sebesar 218,64 % atau 29.021.027.936 lembar dari

42.294.429.774 lembar menjadi 13.273.401.838 lembar, begitu juga dengan

rata-rata volume saham mengalami penurunan sebesar 186 % atau 109.103.172

lembar dari 167.835.039 lembar menjadi 58.731.867 lembar.

3.4.6. Kondisi Saham Bank Permata Sesudah Reverse Stock Split

Perkembangan harga & volume saham Bank Permata selama 12 bulan

sesudah melakukan reverse stock split atau sejak tanggal 09 Juni 2004 sampai

dengan 31 Mei 2005 sebagai berikut ;

� Harga saham tertinggi Rp. 1.275 dan terendah Rp. 650

� Rata-rata harga saham Rp. 848

� Volume perdagangan saham tertinggi sebanyak 3.978.415.720 lembar dan

terendah sebanyak 2.000 lembar

� Rata-rata volume saham sebanyak 29.376.035 lembar

Kinerja volume perdagangan saham Bank Permata sesudah melakukan

reverse stock split mengalami peningkatan, dimana total volume saham yang

diperdagangkan meningkat sebesar 76,45 % atau 5.322.311.343 lembar dari

1.639.808.878 lembar menjadi 6.962.120.221 lembar, begitu juga dengan rata-

rata volume saham mengalami peningkatan sebesar 77 % atau 22.655.507

lembar dari 6.720.528 lembar menjadi 29.376.035 lembar.

3.5. Perkembangan Saham Perbankan Sebelum dan Sesudah Reverse

Stock Split

Perkembangan volume saham emiten perbankan antara sebelum dan

sesudah melakukan reverse stock split mengalami penurunan kinerja, dimana

dari 6 (enam) emiten yang melakukan reverse stock split hanya Bank Permata

Page 30: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 41

yang mengalami peningkatan volume perdagangan saham, sedangkan 5 (lima)

bank lainnya mengalami penurunan, baik secara total volume maupun rata-rata

volume saham.

Volume perdagangan saham sesudah reverse stock split mengalami

penurunan sebesar 213,16 % atau 50.593.230.968 lembar saham dari

74.327.705.815 lembar saham menjadi 23.734.474.847 lembar saham, begitu

juga dengan rata-rata volume saham mengalami penurunan sebesar 186 % atau

192.551.405 lembar saham dari 295.879.773 lembar saham menjadi

103.328.368 lembar saham.

3.6. Perkembangan IHSG & SBI Tahun 2000 - 2005

3.6.1. Perkembangan IHSG Tahun 2000-2005

Indeks harga saham gabungan yang mencerminkan perkembangan

pasar secara keseluruhan secara signifikan dipengaruhi oleh pergerakan /

perubahan harga saham-saham dengan kapitalisasi besar.

Dari data Indeks Harga Saham Gabungan yang diperoleh antara tahun

2000-2005, dapat diketahui bahwa perkembangan IHSG pada tahun 2000 –

2003 belum menunjukkan kondisi pasar modal yang kondusif, mengingat pada

saat itu iklim ekonomi & investasi masih belum pulih sebagai akibat dampak

krisis ekonomi yang belum menggairahkan pasar modal, dengan hanya

memperoleh Indeks tertinggi sebesar 691,895 yang terjadi pada tahun 2003.

Selanjutnya pada tahun 2004-2005, pasar modal mulai bergairah yang

ditunjukkan dengan nilai indeks yang selalu berada di atas level 730an dan

mencapai puncak tertinggi pada tahun 2005 dengan mencapai angka indeks

sebesar 1.182,301 yang terjadi pada bulan Juli 2005 dan pada tahun itu juga

angka indeks selalu bertahan pada level 1.000an setiap bulannya.

Page 31: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

42 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Tabel 3.10.

Perkembangan IHSG Tahun 2000 – 2005

Tahun No Bulan

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Januari

636,372 425,614 451,636

388,443

752,932

1.045,435

2 Februari

576,542

428,303 453,246

399,220

761,081

1.073,828

3 Maret

583,276

381,050 481,775

398,004

735,677

1.080,165

4 April

526,737

358,232 534,062

450,861

783,413

1.029,613

5 Mei

454,327

405,863 530,790

494,776

732,516

1.088,169

6 Juni

515,110

437,620 505,009

505,499

732,401

1.122,376

7 Juli

492,193

444,081 463,669

507,985

756,983

1.182,301

8 Agustus

466,380

435,552 443,674

529,675

754,704

1.050,090

9 September

421,336

392,479 419,307

597,652

820,134

1.079,275

10 Oktober

405,347

383,735 369,044

625,546

860,487

1.066,224

11 Nopember

429,214

380,308 390,425

617,084

977,767

1.096,641

12 Desember

416,321

392,036 424,945

691,895

1.000,233

1.162,635

Sumber : Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) dan diolah Penulis (2006)

3.6.2. Perkembangan SBI Tahun 2000-2005

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh BI dengan tujuan

untuk memelihara kestabilan nilai rupiah merupakan surat berharga atas unjuk

dalam rupiah sebagai pengakuan hutang yang berjangka waktu pendek dengan

sistem diskonto.

Dari data suku bunga SBI 1 bulan yang diperoleh antara tahun 2000-

2005, dapat diketahui bahwa perkembangan SBI pada tahun 2000 – 2003

belum menunjukkan kondisi ekonomi yang cukup kondusif akibat banyaknya

jumlah uang yang beredar di masyarakat yang memaksa Bank Sentral

menerapkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga SBI dengan rata-rata

antara 9,53 % sampai dengan 15,54 %. Selanjutnya pada tahun 2004-2005,

kondisi ekonomi moneter mulai menunjukkan kondisi membaik yang

ditunjukkan dengan menurunnya suku bunga SBI dengan rata-rata antara 6,86

% sampai 7,60 %.

Page 32: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 43

Tabel 3.11.

Perkembangan Suku Bunga SBI 1 Bulan Tahun 2000 – 2005

No Bulan Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Januari - 14,73 17,50 12,89 8,24 7,42

2 Februari - 14,80 16,91 12,65 7,77 7,42

3 Maret - 14,83 16,86 11,97 7,42 7,43

4 April - 15,79 16,74 11,40 7,34 7,53

5 Mei - 16,16 16,50 10,91 7,32 7,81

6 Juni 11,74 16,38 15,17 10,27 7,33 7,98

7 Juli 12,69 16,76 15,06 9,30 7,37 -

8 Agustus 13,52 17,15 14,87 9,06 7,37 -

9 September 13,55 17,69 14,07 8,83 7,38 -

10 Oktober 13,63 17,59 13,06 8,59 7,40 -

11 Nopember 13,81 17,58 13,10 8,46 7,42 -

12 Desember 14,32 17,61 13,06 8,43 7,43 -

Rata2 15,54 14,96 14,15 9,53 6,86 7,60

Sumber : Bank Indonesia dan diolah Penulis (2006)

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan penelitian atas harga dan

volume saham di Bursa Efek Jakarta dapat dilakukan analisis untuk

mengetahui perbedaan kinerja saham perbankan sebelum dan sesudah

dilakukannya reverse stock split baik dari tingkat harga maupun volume saham

yang diperdagangkan sebagai berikut ;

4.1. Analisis Kinerja Saham

4.1.1. Kinerja Saham Bank Danamon

Hasil analisa pengujian kinerja saham dengan menggunakan Indeks

Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui kinerja harga saham Bank

Danamon (BDMN) sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split

sebagai berikut :

� Sebelum dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Danamon tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

memperoleh nilai pengukuran negatif. Hal ini tercermin dari hasil rata-rata

return harga saham Bank Danamon memperoleh nilai negatif yang

disebabkan harga saham selama periode tersebut cenderung turun, dimana

pergerakan turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya

Page 33: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

44 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

harga saham. Memburuknya hasil kinerja harga saham Bank Danamon

membuat manajemen melakukan aksi korporasi dengan harapan dapat

memperbaiki kinerja sahamnya yang salah satu aksinya dengan melakukan

reverse stock split.

� Sesudah dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Danamon juga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil

pengukuran seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan

Jensen memperoleh nilai pengukuran tetap negatif. Hal ini tercermin dari

hasil rata-rata return harga saham Bank Danamon yang tetap memperoleh

nilai negatif yang disebabkan harga saham sesudah dilaksanakannya

reverse stock split cenderung turun.

� Hasil pengukuran kinerja saham Bank Danamon pada periode sesudah

dilakukannya reverse stock split secara umum membaik dibandingkan

dengan periode sebelumnya, yang tercermin dari meningkatnya nilai rata-

rata return saham, return bebas risiko (SBI) dan return risiko pasar (IHSG),

namun kinerja indeks harga saham seluruhnya menunjukkan kondisi yang

memburuk, sehingga apa yang telah dilakukan oleh manajemen Bank

Danamon dengan melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split

belum mencapai harapan yang diinginkan.

Tabel 4.1.

Kinerja Harga Saham Bank Danamon

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

No Pengukuran Sebelum RSS Sesudah RSS Hasil Sesudah

RSS

1 PR

- 0,0078 - 0,0025 Membaik

2 FR

0,1469 0,1701

Membaik

3 σTR 0,0760 0,0380 Membaik

4 2

σσβ =

M

PM

p 0,7807 0,2792

Memburuk

5 MR - 0,0006 0,0004 Membaik

6 Indeks Sharpe -2,0353 - 4,5388 Memburuk

7 Indeks Treynor - 0,1982 - 0,6180

Memburuk

8 Indeks Jensen - 0,0396 - 0,1252

Memburuk

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

Page 34: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 45

4.1.2. Kinerja Saham Bank Internasional Indonesia (BII)

Hasil analisa pengujian kinerja saham dengan menggunakan Indeks

Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui kinerja harga saham Bank BII

(BNII) sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split sebagai berikut :

� Sebelum dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank BII

dengan menggunakan Indeks Sharpe dan Jensen tidak begitu baik / under

perform dengan memperoleh nilai pengukuran negatif yang tercermin dari

hasil rata-rata return harga saham Bank BII yang memperoleh nilai negatif

yang disebabkan harga saham selama periode tersebut cenderung turun,

dimana pergerakan turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan

naiknya harga saham. Sedangkan dengan menggunakan Indeks Treynor

kinerjanya cukup baik / perform dengan memperoleh nilai positif yang

disebabkan adanya pengaruh Beta yang memperoleh nilai negatif terhadap

return saham yang juga memperoleh negatif, dimana apabila Beta

memperoleh nilai negatif mencerminkan adanya setiap kenaikan return

pasar (IHSG) akan berdampak pada menurunnya perolehan return saham

Bank BII. Memburuknya hasil kinerja harga saham Bank BII membuat

manajemen melakukan aksi korporasi dengan harapan dapat memperbaiki

kinerja harga sahamnya yang salah satu aksinya dengan melakukan reverse

stock split.

� Sesudah dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank BII

juga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

memperoleh nilai pengukuran negatif, padahal pada periode sebelumnya

indeks Treynor memperoleh nilai pengukuran positif / perform. Hal ini

tercermin dari hasil rata-rata return harga saham Bank BII yang tetap

memperoleh nilai negatif yang disebabkan harga saham sesudah

dilaksanakannya reverse stock split cenderung turun, dimana pergerakan

turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya harga saham.

� Hasil pengukuran kinerja saham Bank BII pada periode sesudah

dilakukannya reverse stock split secara umum memburuk dibandingkan

dengan periode sebelumnya, yang tercermin dari menurunnya tingkat rata-

rata return bebas risiko (SBI), return risiko pasar (IHSG) dan

memburuknya kinerja Indeks Sharpe dan Treynor, walaupun nilai rata-rata

return saham dan Indeks Jensen membaik dibandingkan pada periode

sebelumnya, namun tidak berdampak pada perbaikan kinerja harga saham

secara keseluruhan, sehingga apa yang telah dilakukan oleh manajemen

Bank BII dengan melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split

belum mencapai harapan yang diinginkan.

Page 35: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

46 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Tabel 4.2.

Kinerja Harga Saham Bank BII

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

No Pengukuran Sebelum RSS Sesudah RSS Hasil Sesudah

RSS

1 PR

- 0,0088 - 0,0034 Membaik

2 FR

0,1696 0,1318 Memburuk

3 σTR 0,1223 0,0666 Membaik

4 2

σσβ =

M

PM

p - 0,0938 1,4252 Membaik

5 MR 0,0010 - 0,0005 Memburuk

6 Indeks Sharpe - 1,4584 - 2,0317 Memburuk

7 Indeks Treynor 1,9022 - 0,0949 Memburuk

8 Indeks Jensen - 0,1942 0,0533 Membaik

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

4.1.3. Kinerja Saham Bank Lippo

Hasil analisa pengujian kinerja saham dengan menggunakan Indeks

Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui kinerja harga saham Bank Lippo

(BNLI) sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split sebagai berikut :

� Sebelum dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Lippo dengan menggunakan Indeks Sharpe dan Treynor tidak begitu baik /

under perform dengan memperoleh nilai pengukuran negatif yang

tercermin dari hasil rata-rata return harga saham Bank Lippo yang

memperoleh nilai negatif yang disebabkan harga saham selama periode

tersebut cenderung turun, dimana pergerakan turunnya harga saham lebih

besar dari pergerakan naiknya harga saham. Sedangkan dengan

menggunakan Indeks Jensen kinerjanya cukup baik / perform dengan

memperoleh nilai positif yang disebabkan adanya pengaruh Beta yang

cukup kuat terhadap rata-rata tingkat return saham, baik saham Lippo

sendiri maupun return bebas risiko (SBI) dan resiko pasar (IHSG). Nilai

Beta yang dihasilkan saham Bank Lippo >1, sehingga mencerminkan

saham yang kuat, dimana setiap adanya kenaikan return pasar (IHSG) akan

berdampak pada meningkatnya perolehan return saham Bank Lippo.

Memburuknya hasil kinerja harga saham Bank Lippo membuat manajemen

melakukan aksi korporasi dengan harapan dapat memperbaiki kinerjanya.

Page 36: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 47

� Sesudah dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Lippo juga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

memperoleh nilai pengukuran negatif, padahal pada periode sebelumnya

indeks Jensen memperoleh nilai pengukuran positif / perform. Hal ini

tercermin dari hasil rata-rata return harga saham Bank Lippo yang tetap

memperoleh nilai negatif yang disebabkan harga saham sesudah

dilaksanakannya reverse stock split cenderung turun, dimana pergerakan

turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya harga saham dan

turunnya nilai beta dari >1 menjadi < 1.

� Hasil pengukuran kinerja saham Bank Lippo pada periode sesudah

dilakukannya reverse stock split secara umum memburuk dibandingkan

dengan periode sebelumnya, yang tercermin dari menurunnya tingkat rata-

rata return return risiko pasar (IHSG), nilai Beta dan memburuknya seluruh

kinerja Indeks saham baik Sharpe, Treynor dan Jensen, walaupun nilai rata-

rata return saham dan return bebas risiko (SBI) membaik dibandingkan

pada periode sebelumnya, namun tidak berdampak pada perbaikan kinerja

harga saham secara keseluruhan.

Tabel 4.3.

Kinerja Harga Saham Bank Lippo

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

No Pengukuran Sebelum RSS Sesudah RSS Hasil Sesudah

RSS

1 PR

- 0,0033 0,0015 Membaik

2 FR

0,1542 0,1062 Memburuk

3 σTR 0,0734 0,0455 Membaik

4 2

σσβ =

M

PM

p 1,2810 0,6081 Memburuk

5 MR 0,0001 0,0019 Membaik

6 Indeks Sharpe - 2,1445 - 2,3012 Memburuk

7 Indeks Treynor - 0,1229 - 0,1722 Memburuk

8 Indeks Jensen 0,0400 - 0,0413 Memburuk

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

Page 37: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

48 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

4.1.4. Kinerja Saham Bank BNI

Hasil analisa pengujian kinerja saham dengan menggunakan Indeks

Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui kinerja harga saham Bank BNI

(BBNI) sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split sebagai berikut :

� Sebelum dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

BNI dengan menggunakan Indeks Sharpe dan Treynor tidak begitu baik /

under perform dengan memperoleh nilai pengukuran negatif yang

tercermin dari hasil rata-rata return harga saham Bank BNI yang

memperoleh nilai negatif yang disebabkan harga saham selama periode

tersebut cenderung turun, dimana pergerakan turunnya harga saham lebih

besar dari pergerakan naiknya harga saham. Sedangkan dengan

menggunakan Indeks Jensen kinerjanya cukup baik / perform dengan

memperoleh nilai positif yang disebabkan adanya pengaruh Beta yang

cukup kuat terhadap rata-rata tingkat return saham, baik saham BNI sendiri

maupun return bebas risiko (SBI) dan resiko pasar (IHSG). Nilai Beta yang

dihasilkan saham Bank BNI >1, sehingga mencerminkan saham yang kuat,

dimana setiap adanya kenaikan return pasar (IHSG) akan berdampak pada

meningkatnya perolehan return saham Bank BNI. Memburuknya hasil

kinerja harga saham Bank BNI membuat manajemen melakukan aksi

korporasi dengan harapan dapat memperbaiki kinerja harga sahamnya yang

salah satu aksinya dengan melakukan reverse stock split.

� Sesudah dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank BNI

juga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

memperoleh nilai pengukuran negatif, padahal pada periode sebelumnya

indeks Jensen memperoleh nilai pengukuran positif / perform. Hal ini

tercermin dari hasil rata-rata return harga saham Bank BNI yang walaupun

memperoleh nilai positif tapi sangat kecil, sehingga tidak mempengaruhi

peningkatan nilai indeks dan turunnya nilai beta harga saham Bank BNI

dari >1 menjadi < 1.

� Hasil pengukuran kinerja saham Bank BNI pada periode sesudah

dilakukannya reverse stock split secara umum memburuk dibandingkan

dengan periode sebelumnya, yang tercermin dari menurunnya tingkat rata-

rata return return risiko pasar (IHSG), return bebas risiko (SBI), nilai Beta

dan memburuknya seluruh kinerja Indeks saham baik Sharpe, Treynor dan

Jensen, walaupun nilai rata-rata return saham Bank BNI membaik

dibandingkan pada periode sebelumnya, namun tidak berdampak pada

perbaikan kinerja harga saham secara keseluruhan, sehingga apa yang

telah dilakukan oleh manajemen Bank BNI dengan melakukan aksi

korporasi berupa reverse stock split belum mencapai harapan yang

diinginkan.

Page 38: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 49

Tabel 4.4.

Kinerja Harga Saham Bank BNI

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

No Pengukuran Sebelum RSS Sesudah RSS Hasil Sesudah

RSS

1 PR

- 0,0017 0,0006 Membaik

2 FR

0,1045 0,0757 Memburuk

3 σTR 0,0470 0,0266 Membaik

4 2

σσβ =

M

PM

p 1,2370 0,7915 Memburuk

5 MR 0,0021 0,0015 Memburuk

6 Indeks Sharpe - 2,2591 - 2,8174 Memburuk

7 Indeks Treynor - 0,0858 - 0,0948 Memburuk

8 Indeks Jensen 0,0204 - 0,0163 Memburuk

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

4.1.5. Kinerja Saham Niaga

Hasil analisa pengujian kinerja saham dengan menggunakan Indeks

Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui kinerja harga saham Bank Niaga

(BNGA) sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split sebagai berikut

� Sebelum dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Niaga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

memperoleh nilai pengukuran negatif. Hal ini tercermin dari hasil rata-rata

return harga saham Bank Niaga memperoleh nilai negatif yang disebabkan

harga saham selama periode tersebut cenderung turun, dimana pergerakan

turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya harga saham,

rendahnya nilai perolehan rata-rata return resiko pasar (IHSG), return bebas

risiko (SBI) dan nilai Beta saham. Memburuknya hasil kinerja harga saham

Bank Niaga membuat manajemen melakukan aksi korporasi dengan

harapan dapat memperbaiki kinerja harga sahamnya yang salah satu

aksinya dengan melakukan reverse stock split.

� Sesudah dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Niaga juga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

Page 39: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

50 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

memperoleh nilai pengukuran tetap negatif. Hal ini tercermin dari hasil

rata-rata return harga saham Bank Niaga yang walaupun memperoleh nilai

positif tapi sangat kecil, sehingga tidak mempengaruhi peningkatan nilai

indeks dan turunnya nilai rata-rata return risiko pasar (IHSG) serta return

bebas risiko (SBI), walaupun nilai Beta saham mengalami peningkatan,

namun tidak banyak mempengaruhi perbaikan kinerja Indeks saham.

� Hasil pengukuran kinerja saham Bank Niaga pada periode sesudah

dilakukannya reverse stock split secara umum membaik dibandingkan

dengan periode sebelumnya, yang tercermin dari meningkatnya nilai rata-

rata return saham, nilai Beta saham, meningkatnya nilai kinerja Indeks

Treynor dan Jensen, namun hal ini tidak berdampak secara signifikan

terhadap perbaikan kinerja Indeks yang positif, sehingga apa yang telah

dilakukan oleh manajemen Bank Niaga dengan melakukan aksi korporasi

berupa reverse stock split belum memenuhi harapan yang diinginkan.

Tabel 4.5.

Kinerja Harga Saham Bank Niaga

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

No Pengukuran Sebelum RSS Sesudah RSS Hasil Sesudah

RSS

1 PR

- 0,0053 0,0013 Membaik

2 FR

0,0861 0,0740 Memburuk

3 σTR 0,0991 0,0204 Membaik

4 2

σσβ =

M

PM

p 0,2148 0,9429 Membaik

5 MR 0,0017 0,0015 Memburuk

6 Indeks Sharpe - 0,9224 - 3,5668 Memburuk

7 Indeks Treynor - 0,4255 - 0,0772 Membaik

8 Indeks Jensen - 0,0733 - 0,0044 Membaik

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

Page 40: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 51

4.1.6. Kinerja Saham Bank Permata

Hasil analisa pengujian kinerja saham dengan menggunakan Indeks

Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui kinerja harga saham Bank Permata

(BNLI) sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split sebagai berikut :

� Sebelum dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Permata tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil pengukuran

seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen

memperoleh nilai pengukuran negatif. Hal ini tercermin dari hasil rata-rata

return harga saham Bank Permata memperoleh nilai negatif yang

disebabkan harga saham selama periode tersebut cenderung turun, dimana

pergerakan turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya

harga saham, rendahnya nilai perolehan rata-rata return resiko pasar

(IHSG), return bebas risiko (SBI) dan nilai Beta saham. Memburuknya

hasil kinerja harga saham Bank Permata membuat manajemen melakukan

aksi korporasi dengan harapan dapat memperbaiki kinerja sahamnya yang

salah satu aksinya dengan melakukan reverse stock split.

� Sesudah dilaksanakannya reverse stock split kinerja harga saham Bank

Permata juga tidak begitu baik / under perform, dimana dari hasil

pengukuran seluruh Indeks yang terdiri dari Indeks Sharpe, Treynor dan

Jensen memperoleh nilai pengukuran tetap negatif. Hal ini tercermin dari

hasil rata-rata return harga saham Bank Permata yang tetap negatif,

turunnya nilai rata-rata return bebas risiko (SBI), walaupun hasil rata-rata

return resiko pasar (IHSG) dan nilai Beta saham mengalami peningkatan,

namun tidak banyak mempengaruhi perbaikan kinerja Indek harga saham

secara keseluruhan.

� Hasil pengukuran kinerja saham Bank Permata pada periode sesudah

dilakukannya reverse stock split secara umum membaik dibandingkan

dengan periode sebelumnya, yang tercermin dari meningkatnya nilai rata-

rata return saham, nilai Beta saham, meningkatnya nilai kinerja Indeks

Treynor dan Jensen, namun hal ini tidak berdampak secara signifikan

terhadap perbaikan kinerja Indeks yang positif, sehingga apa yang telah

dilakukan oleh manajemen Bank Permata dengan melakukan aksi korporasi

berupa reverse stock split belum memenuhi harapan yang diinginkan.

Page 41: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

52 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Tabel 4.6.

Kinerja Harga Saham Bank Permata

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

No Pengukuran Sebelum RSS Sesudah RSS Keterangan

1 PR

- 0,0059 - 0,0014 Membaik

2 FR

0,0834 0,0744 Memburuk

3 σTR 0,0981 0,0359 Membaik

4 2

σσβ =

M

PM

p 0,0683 0,9922 Membaik

5 MR 0,0007 0,0015 Membaik

6 Indeks Sharpe - 0,9101 - 2,1121 Memburuk

7 Indeks Treynor - 1,3067 - 0,0765 Membaik

8 Indeks Jensen - 0,0836 - 0,0035 Membaik

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

4.1.7. Kinerja Saham Emiten Perbankan

Berdasarkan hasil analisa yang mendasari pengujian kinerja harga

saham dengan menggunakan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen dapat

diketahui hasil perhitungan saham emiten perbankan sebelum dan sesudah

dilakukannya reverse stock split sebagai berikut :

1. Sebelum dilaksanakan aksi reverse stock split,

� Nilai rata-rata return saham (Rp) seluruh emiten perbankan

memperoleh nilai pengukuran negatif yang disebabkan harga saham

sebelum melakukan aksi reverse stock split cenderung menurun,

dimana pergerakan turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan

naiknya harga saham.

� Nilai rata-rata return bebas risiko/SBI (Rf) seluruh emiten perbankan

yang terendah diperoleh Bank Permata sebesar 8,34 % dan yang

tertinggi diperoleh Bank BII sebesar 16,96 %.

� Nilai Beta saham () yang menunjukkan saham yang tergolong

aggressive stock karena memiliki nilai > 1 adalah Bank Lippo dan BNI,

sedangkan yang menunjukkan saham yang tergolong defensif stock

karena memiliki nilai < 1 adalah Bank Danamon, Niaga, Permata dan

BII.

Page 42: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 53

� Nilai rata-rata return pasar/IHSG (Rm) seluruh emiten perbankan yang

terendah diperoleh Bank Danamon sebesar -0,0006 dan yang tertinggi

diperoleh Bank BNI sebesar 0,0021.

Tabel 4.7.

Dasar Perhitungan Indeks Harga Saham

Sebelum Reverse Stock Split

Nama Emiten PR FR σTR

2

σσβ =

M

PM

p

MR

Bank Danamon - 0,0078 0,1469 0,0760 0,7807 - 0,0006

Bank BII - 0,0088 0,1696 0,1223 - 0,0938 0,0010

Bank Lippo - 0,0033 0,1542 0,0734 1,2810 0,0001

Bank BNI - 0,0017 0,1045 0,0470 1,2370 0,0021

Bank Niaga - 0,0053 0,0861 0,0991 0,2148 0,0017

Bank Permata - 0,0059 0,0834 0,0981 0,0683 0,0007

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

2. Sesudah dilaksanakan aksi reverse stock split,

� Nilai rata-rata return saham (Rp) seluruh emiten perbankan mengalami

perbaikan/peningkatan, dimana yang telah memperoleh perubahan nilai

menjadi positif terdiri dari; Bank Lippo, BNI dan Niaga, sedangkan

Bank Danamon, BII dan Permata tidak mengalami perubahan tetap

memperoleh nilai negatif yang disebabkan harga saham sesudah

melakukan aksi reverse stock split masih cenderung menurun, dimana

pergerakan turunnya harga saham tersebut lebih besar dari pergerakan

naiknya harga saham.

� Nilai rata-rata return bebas risiko/SBI (Rf) seluruh emiten perbankan

yang terendah diperoleh Bank Niaga sebesar 7,40 % dan yang tertinggi

diperoleh Bank Danamon sebesar 17,01 %.

� Nilai Beta saham () yang menunjukkan saham yang tergolong

aggressive stock karena memiliki nilai > 1 adalah Bank BII dan

Permata, sedangkan Bank Lippo dan BNI yang sebelumnya memiliki

nilai > 1 turun menjadi saham yang tergolong defensif stock karena

memiliki nilai < 1 diikuti oleh Bank Niaga dan Bank Danamon.

� Nilai rata-rata return pasar/IHSG (Rm) seluruh emiten perbankan yang

terendah diperoleh Bank BII sebesar -0,0005 dan yang tertinggi

diperoleh Bank Lippo sebesar 0,0019.

Page 43: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

54 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Tabel 4.8.

Dasar Perhitungan Indeks Harga Saham

Sesudah Reverse Stock Split

Nama Emiten PR FR σTR

2

σσβ =

M

PM

p

MR

Bank Danamon - 0,0025 0,1701 0,0380 0,2792 0,0004

Bank BII - 0,0034 0,1318 0,0666 1,4252 - 0,0005

Bank Lippo 0,0015 0,1062 0,0455 0,6081 0,0019

Bank BNI 0,0006 0,0757 0,0266 0,7915 0,0015

Bank Niaga 0,0013 0,0740 0,0204 0,9429 0,0015

Bank Permata -0,0014 0,0744 0,0359 0,9922 0,0015

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

Selanjutnya berdasarkan hasil analisa pengujian kinerja harga saham

dengan menggunakan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen dapat diketahui hasil

perhitungan saham emiten perbankan sebelum dan sesudah dilakukannya

reverse stock split sebagai berikut :

1. Sebelum dilaksanakan aksi reverse stock split,

a) Indeks Sharpe,

Dengan menggunakan Indeks Sharpe, maka seluruh emiten perbankan

sebelum melakukan aksi reverse stock split menunjukkan kondisi

kinerja harga saham yang tidak begitu baik / under perform, karena

memiliki nilai Indeks negatif yang disebabkan rata-rata return harga

saham bank-bank tersebut memperoleh nilai negatif, sebagai dampak

cenderung turunnya harga saham selama periode tersebut, dimana

pergerakan turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya

harga saham. Selanjutnya rendahnya nilai perolehan rata-rata return

resiko pasar (IHSG), return bebas risiko (SBI) dan nilai Beta saham

juga mempengaruhi hasil perhitungan kinerja Indeks Sharpe menjadi

under perform.

b) Indeks Treynor,

Dengan menggunakan Indeks Treynor, maka dari seluruh emiten

perbankan yang akan melakukan reverse stock split, hanya Bank BII

yang menunjukkan kinerja harga saham yang cukup baik / perform

dengan memperoleh nilai indeks positif yang disebabkan adanya

pengaruh Beta yang memperoleh nilai negatif terhadap return saham

yang juga memperoleh negatif, dimana apabila Beta memperoleh nilai

negatif mencerminkan adanya setiap kenaikan return pasar (IHSG) akan

berdampak pada menurunnya perolehan return saham Bank BII.

Sedangkan harga saham 5 (lima) bank lainnya yang terdiri dari ; Bank

Danamon, Lippo, BNI, Niaga dan Permata menunjukkan kinerja harga

saham yang tidak begitu baik / under perform, karena memiliki nilai

Page 44: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 55

Indeks negatif yang disebabkan rata-rata return harga saham bank-bank

tersebut memperoleh nilai negatif, sebagai dampak cenderung

menurunnya harga saham selama periode tersebut, dimana pergerakan

turunnya harga saham lebih besar dari pergerakan naiknya harga saham,

selain itu juga akibat rendahnya nilai perolehan rata-rata return resiko

pasar (IHSG), return bebas risiko (SBI) dan nilai Beta saham yang juga

dapat mempengaruhi hasil perhitungan kinerja Indeks Treynor menjadi

under perform.

c) Indeks Jensen,

Dengan menggunakan Indeks Jensen, maka dari seluruh emiten

perbankan yang akan melakukan aksi reverse stock split, hanya Bank

Lippo dan BNI yang menunjukkan kinerja harga saham yang cukup

baik / perform dengan memperoleh nilai indeks positif yang disebabkan

adanya pengaruh Beta yang cukup kuat terhadap rata-rata tingkat return

saham, baik saham Lippo & BNI sendiri maupun return bebas risiko

(SBI) dan resiko pasar (IHSG). Nilai Beta yang dihasilkan saham Bank

Lippo & BNI >1, sehingga mencerminkan saham yang kuat, dimana

setiap adanya kenaikan return pasar (IHSG) akan berdampak pada

meningkatnya perolehan return saham Bank Lippo & BNI. Sedangkan

harga saham 4 (empat) bank lainnya yang terdiri dari; Bank Danamon,

BII, Niaga dan Permata menunjukkan kinerja harga saham yang tidak

begitu baik / under perform, karena memiliki nilai Indeks negatif yang

disebabkan rata-rata return harga saham ke 4 (empat) bank tersebut

memperoleh nilai negatif yang disebabkan harga saham selama periode

tersebut cenderung turun, dimana pergerakan turunnya harga saham

lebih besar dari pergerakan naiknya harga saham, rendahnya nilai

perolehan rata-rata return resiko pasar (IHSG), return bebas risiko (SBI)

dan nilai Beta saham yang juga dapat mempengaruhi hasil perhitungan

kinerja Indeks Jensen menjadi under perform.

Melihat kondisi memburuknya hasil kinerja saham perbankan tersebut,

mengakibatkan manajemen masing-masing bank melakukan aksi korporasi

berupa reverse stock split dengan harapan dapat memperbaiki & meningkatkan

kinerja harga sahamnya.

Page 45: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

56 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Tabel 4.9.

Hasil Kinerja Harga Saham Emiten Perbankan

Sebelum Reverse Stock Split

Indeks Kinerja

No Nama

Emiten Periode

Sharpe Treynor Jensen Sharpe Treynor Jensen

1 Bank Danamon

03 Juli 2000 s/d 16 Juli 2001

-2,0353 -0,1982 -0,0396 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM

2 Bank BII

01 Juni 2001 s/d 12 Juni 2002

-1,4584 1,9022 -0,1942 UNDER

PERFORM PERFORM

UNDER PERFORM

3 Bank Lippo

03 Des 2001 s/d 10 Des 2002

-2,1445 -0,1229 0,0400 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM PERFORM

4 Bank BNI

02 Des 2002 s/d 22 Des 2003

-2,2591 -0,0858 0,0204 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM PERFORM

5 Bank Niaga

01 Mei 2003 s/d 20 Mei 2004

-0,9224 -0,4255 -0,0733 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM UNDER

PERFOM

6 Bank Permata

02 Juni 2003 s/d 07 Juni 2004

-0,9101 -1,3067 -0,0836 UNDER

PERFOM UNDER

PERFOM UNDER

PERFOM

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

2. Sesudah dilaksanakan aksi reverse stock split,

a). Indeks Sharpe,

Dengan menggunakan Indeks Sharpe, maka seluruh emiten perbankan

sesudah melakukan aksi reverse stock split tetap menunjukkan kinerja

harga saham yang tidak begitu baik / under perform, karena tidak

mencapai komponen nilai maksimal yang dapat memperbaiki /

meningkatkan kinerja Indeks saham antara lain ; perolehan rata-rata

return harga saham, nilai rata-rata return bebas risiko (SBI), nilai rata-

rata return resiko pasar (IHSG) dan nilai Beta, yang secara keseluruhan

komponen pengukuran tersebut tidak banyak mempengaruhi secara

signifikan perbaikan kinerja Indek saham secara keseluruhan, sehingga

apa yang telah dilakukan oleh manajemen masing-masing Bank dengan

melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split belum memenuhi

harapan yang diinginkan.

Page 46: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 57

b) Indeks Treynor,

Dengan menggunakan Indeks Treynor, maka seluruh emiten perbankan

sesudah melakukan aksi reverse stock split tetap menunjukkan kinerja

harga saham yang tidak begitu baik / under perform, karena tidak

mencapai komponen nilai maksimal yang dapat memperbaiki /

meningkatkan kinerja Indeks saham antara lain ; perolehan rata-rata

return harga saham, nilai rata-rata return bebas risiko (SBI), nilai rata-

rata return resiko pasar (IHSG) dan nilai Beta, yang secara keseluruhan

komponen pengukuran tersebut tidak banyak mempengaruhi secara

signifikan perbaikan kinerja Indek saham secara keseluruhan. Kondisi

seperti ini menimpa pula pada Bank BII yang pada awal sebelum

melakukan aksi reverse stock split telah mencapai hasil kinerja yang

positif / perform, namun pada periode sesudahnya justru terjadi

sebaliknya, Indeks kinerja saham Bank BII menjadi negatif / under

perform. Dengan demikian apa yang telah dilakukan oleh manajemen

masing-masing Bank dengan melakukan aksi korporasi berupa reverse

stock split belum memenuhi harapan yang diinginkan.

c) Indeks Jensen,

Dengan menggunakan Indeks Jensen, maka dari seluruh emiten

perbankan yang telah melakukan aksi reverse stock split, hanya Bank

BII yang mengalami perbaikan / peningkatan Indeks kinerja harga

saham yang periode sebelumnya tidak begitu baik / under perform

menjadi cukup baik / perform dengan memperoleh nilai indeks positif,

yang disebabkan adanya pengaruh Beta yang cukup kuat terhadap rata-

rata tingkat return saham, baik saham BII sendiri maupun return bebas

risiko (SBI) dan resiko pasar (IHSG). Nilai Beta yang dihasilkan saham

Bank BII>1, sehingga mencerminkan saham yang kuat, dimana setiap

adanya kenaikan return pasar (IHSG) akan berdampak pada

meningkatnya perolehan return saham Bank BII. Sedangkan harga

saham 5 (lima) Bank lainnya yang terdiri dari; Bank Danamon, Lippo,

BNI, Niaga dan Permata menunjukkan kinerja harga saham yang tidak

begitu baik / under perform, karena tidak mencapai komponen nilai

maksimal yang dapat memperbaiki / meningkatkan kinerja Indeks

saham antara lain ; perolehan rata-rata return harga saham, nilai rata-

rata return bebas risiko (SBI), nilai rata-rata return resiko pasar (IHSG)

dan nilai Beta, yang secara keseluruhan komponen pengukuran tersebut

tidak banyak mempengaruhi secara signifikan perbaikan kinerja Indek

saham secara keseluruhan, Kondisi seperti ini terutama terjadi pada

Bank Lippo dan BNI yang pada awal sebelum melakukan aksi reverse

stock split telah mencapai hasil kinerja yang positif / perform, namun

pada periode sesudahnya justru terjadi sebaliknya, Indeks kinerja harga

saham Bank Lippo dan BNI menjadi negatif / under perform. Dengan

demikian apa yang telah dilakukan oleh manajemen masing-masing

Page 47: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

58 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Bank dengan melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split

belum memenuhi harapan yang diinginkan.

Tabel 4.10.

Hasil Kinerja Saham Emiten Perbankan

Sesudah Reverse Stock Split

Indeks Kinerja

No Nama

Emiten Periode

Sharpe Treynor Jensen Sharpe Treynor Jensen

1 Bank Danamon

18 Juli 2001 s//d 28 Juni 2002

-4,5388 -0,6180 -0,1252 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM UNDER PERFORM

2 Bank BII

14 Juni 2002 s/d 29 Mei 2003

-2,0317 -0,0949 0,0533 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM PERFORM

3 Bank Lippo

12 Des 2002 s/d 21 Nov 2003

-2,3012 -0,1722 -0,0413 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM UNDER

PERFOM

4 Bank BNI

24 Des 2003 s/d 30 Nov 2004

-2,8174 -0,0948 -0,0163 UNDER

PERFOM UNDER

PERFOM UNDER

PERFORM

5 Bank Niaga

22 Mei 2004 s/d 29 April

2005

-3,5668 -0,0772 -0,0044 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM

6 Bank Permata

09 Juni 2004 s/d 31 Mei 2005

-2,1121 -0,0765 -0,0035 UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM UNDER

PERFORM

Sumber : Hasil Pengolahan Data dan Analisis Penulis (2006)

4.2. Uji Statisitik Perbedaan Kinerja Saham

Untuk menguji pengaruh peningkatan kinerja harga saham perbankan

antara sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split, maka

dipergunakan 2 (dua) uji statistik untuk mengetahui perbedaan / pengaruh

kinerja harga dan volume saham berikut

1. Uji Mc Nemar,

Uji statistik ini merupakan uji data 2 (dua) sampel harga saham yang

berhubungan dengan mensyaratkan adanya skala pengukuran dan nominal

atau kategori binary, dimana angka 0 (nol) menunjukkan tidak dan angka 1

menunjukkan ya yang disajikan dalam bentuk tabel kontingency,

sedangkan pemrosesannya menggunakan program SPSS.

Page 48: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 59

Uji statistik ini dipergunakan untuk menjawab hipotesis dengan kondisi

sebagai berikut ;

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kinerja harga saham sesudah dilakukannya

reverse stock split.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja harga saham sesudah dilakukannya reverse stock

split.

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, namun jika probabilitas < 0,05

maka H0 ditolak. Selanjutnya dari hasil pengukuran kinerja saham sebelum

dan sesudah reverse stock split akan dilakukan tabulasi silang / cross tab

untuk mengetahui berapa jumlah saham yang perform dan under perform

pada kedua periode penelitian tersebut. Kinerja yang memiliki kondisi

perform dikategorikan menjadi angka binary 1, sedangkan under perform

dikategorikan menjadi angka binary 0.

2. Uji T ( T-test) dengan paired sample.

Uji statistik ini merupakan uji data 2 (dua) sampel volume saham yang

berpasangan dengan jumlah data yang harus sama di antara kedua periode

penelitian tersebut, yang disajikan dalam bentuk tabel kontingency,

sedangkan pemrosesannya menggunakan program SPSS.

Uji statistik ini dipergunakan untuk menjawab hipotesis dengan kondisi

sebagai berikut ;

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja volume saham sesudah dilakukannya reverse stock

split.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja volume saham sesudah dilakukannya reverse stock

split.

Jika nilai T-test < nilai T-tabel, maka H0 diterima, namun jika nilai T-test

> nilai T-tabel, maka H0 ditolak.

4.2.1. Uji Perbedaan Mc. Nemar

Berdasarkan hasil analisa perhitungan dengan menggunakan tabulasi

silang untuk menguji Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen sebelum dan sesudah

dilakukannya reverse stock split dapat diketahui sebagai berikut ;

4.2.1.1. Uji Indeks Sharpe

Hasil pengujian dengan menggunakan tabulasi silang seluruh

perbankan sebelum dan sesudah melakukan reverse stock split dapat diketahui

bahwa kinerja harga saham seluruh emiten perbankan yang berjumlah

Page 49: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

60 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

sebanyak 6 (enam) bank, baik sebelum maupun sesudah melakukan aksi

reverse stock split tidak ada 1 (satu) pun yang memiliki perubahan kinerja dari

perform / baik menjadi under perform / tidak baik, begitu pula sebaliknya,

sehingga dapat disampaikan bahwa sesudah melakukan aksi reverse stock split

tidak memiliki pengaruh terhadap perbaikan / peningkatan kinerja indeks harga

saham seluruh emiten perbankan tersebut.

Tabel 4.11.

Hasil Tabulasi Silang Kinerja Saham Indeks Sharpe

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh terhadap

peningkatan kinerja yang signifikan antara kedua periode tersebut, dilakukan

uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Mc Nemar terhadap data

tabulasi silang, dan atas pengujian data tersebut diperoleh hasil bahwa uji Mc

Nemar tidak dapat ditampilkan, mengingat kedua periode antara sebelum dan

sesudah reverse stock split menunjukkan kinerja under perform / tidak baik

dengan hasil “The McNemar Test for Sblm & Sdh is not performed because

both variables are not dichotomous with the same values ”.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari hasil yang

diperoleh sebelum dan sesudah reverse stock split memperoleh nilai binary nol

(0), sehingga hipotesanya H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja harga saham sesudah

dilakukannya reverse stock split.

4.2.1.2. Uji Indeks Treynor

Hasil pengujian dengan menggunakan tabulasi silang seluruh

perbankan sebelum dan sesudah melakukan reverse stock split dapat diketahui

bahwa kinerja harga saham sebelum melakukan reverse stock split terdapat 5

(lima) bank yang memiliki kinerja under perform / tidak baik (Bank Danamon,

Lippo, BNI, Niaga dan Permata), namun sesudah melakukan reverse stock split

tidak mengalami perubahan kinerja / tetap under perform. Sedangkan 1 (satu)

bank yang sebelum melakukan reverse stock split memiliki kinerja perform /

baik (Bank BII), namun sesudah melakukan reverse stock split mengalami

perubahan kinerja harga saham menjadi under perform / tidak baik .

Page 50: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 61

Tabel 4.12.

Hasil Tabulasi Silang Kinerja Saham Indeks Treynor

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh terhadap

peningkatan kinerja yang signifikan antara kedua periode tersebut dilakukan uji

statistik non parametrik dengan menggunakan uji Mc Nemar terhadap data

tabulasi silang diperoleh eksak uji 2 (dua) sisi sebesar 1,000 dengan

probabilitas 0,05, sehingga diperoleh hasil 1,000 > 0,05 atau H0 diterima yang

berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja harga saham sesudah dilakukan reverse stock split.

Gambaran mengenai uji Mc Nemar terhadap tabulasi silang Indeks

Treynor sebelum dan sesudah reverse stock split dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4.13.

Hasil Uji Mc Nemar Indeks Treynor

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

Test Statistics(b)

Sebelum & Sesudah

N 6

Exact Sig. (2-tailed) 1,000(a)

a. Binomial distribution used. b. McNemar Test

Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2006)

4.2.1.3. Uji Indeks Jensen

Hasil pengujian dengan menggunakan tabulasi silang seluruh

perbankan sebelum dan sesudah melakukan reverse stock split dapat diketahui

bahwa terdapat 3 (tiga) bank yang sebelum dan sesudah melakukan reverse

stock split menghasilkan kinerja harga saham yang tidak mengalami perubahan

Page 51: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

62 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

/ peningkatan dan tetap memiliki kinerja under perform / tidak baik (Bank

Danamon, Niaga dan Permata). Selanjutnya terdapat 2 (dua) bank yang

mengalami perubahan kinerja harga saham yang sebelum melakukan reverse

stock split menghasilkan kinerja yang perform / baik, namun sesudah

melakukan reverse stock split memiliki kinerja under perform / tidak baik

(Lippo dan BNI). Kemudian terdapat 1 (satu) bank yang juga mengalami

perubahan kinerja harga saham yang sebelum melakukan reverse stock split

memiliki kinerja under perform / tidak baik, namun sesudah melakukan

reverse stock split memiliki kinerja perform / baik (Bank BII).

Tabel 4.14.

Hasil Tabulasi Silang Kinerja Saham Indeks Jensen

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh peningkatan

kinerja yang signifikan antara kedua periode tersebut, dilakukan uji statistik

non parametrik dengan menggunakan uji Mc Nemar terhadap data tabulasi

silang diperoleh eksak uji 2 (dua) sisi sebesar 1,000 dengan probabilitas 0,05,

sehingga diperoleh hasil 1,000 > 0,05 atau H0 diterima yang berarti bahwa

tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja harga

saham sesudah dilakukannya reverse stock split.

Tabel 4.15.

Hasil Uji Mc Nemar Indeks Jensen

Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

Test Statistics(b)

Sebelum & Sesudah

N 6

Exact Sig. (2-tailed) 1,000(a)

a Binomial distribution used. b McNemar Test

Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2006)

Page 52: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 63

4.2.2. Uji Perbedaan T-test ( Paired Samples )

Berdasarkan hasil perhitungan uji t-test dengan menggunakan paired

samples test dapat diketahui bahwa dari seluruh emiten perbankan yang

berjumlah 6 (enam) bank memperoleh nilai t-test positif sebesar 1,571 < dari

nilai t-table 2,571 atau H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan kinerja volume saham sesudah

dilakukannya reverse stock split, sehingga dapat disampaikan bahwa dengan

adanya aksi reverse stock split tidak mempengaruhi peningkatan kinerja

volume perdagangan saham menjadi lebih meningkat atau mengalami

perbaikan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis permasalahan dan pembahasan

tentang kinerja harga dan volume saham sebelum dan sesudah dilaksanakannya

reverse stock split oleh emiten perbankan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut ;

1. Hasil pengujian kinerja saham sebelum dilaksanakan reverse stock split

dengan menggunakan analisa Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen sebagai

berikut ;

� Indeks Sharpe, seluruh emiten perbankan yang terdiri dari ; Bank

Danamon, BII, BNI, Lippo, Niaga dan Permata menunjukkan kinerja

harga saham yang tidak begitu baik / under perform, karena memiliki

nilai Indeks negatif yang disebabkan rata-rata return harga saham bank-

bank tersebut memperoleh nilai negatif, rendahnya nilai perolehan rata-

rata return resiko pasar (IHSG), return bebas risiko (SBI) dan nilai Beta

saham.

� Indeks Treynor, hanya Bank BII yang menunjukkan kinerja harga

saham yang cukup baik / perform dengan memperoleh nilai indeks

positif karena memiliki Beta yang memperoleh nilai negatif terhadap

return saham yang juga memperoleh negatif, sedangkan harga saham 5

(lima) bank lainnya yang terdiri dari ; Bank Danamon, Lippo, BNI,

Niaga dan Permata menunjukkan kinerja harga saham yang tidak begitu

baik / under perform, karena memiliki nilai Indeks negatif yang

disebabkan rata-rata return harga saham bank-bank tersebut

memperoleh nilai negatif, rendahnya nilai perolehan rata-rata return

resiko pasar (IHSG), return bebas risiko (SBI) dan nilai Beta saham.

� Indeks Jensen, hanya Bank Lippo dan BNI yang menunjukkan kinerja

harga saham yang cukup baik / perform dengan memperoleh nilai

Page 53: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

64 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

indeks positif karena pengaruh Beta yang cukup kuat terhadap rata-rata

tingkat return saham, return bebas risiko (SBI) dan resiko pasar (IHSG),

sedangkan harga saham 4 (empat) bank lainnya yang terdiri dari; Bank

Danamon, BII, Niaga dan Permata menunjukkan kinerja harga saham

yang tidak begitu baik / under perform, karena memiliki nilai Indeks

negatif yang disebabkan rata-rata return harga saham memperoleh nilai

negatif yang disebabkan harga saham selama periode tersebut

cenderung turun, rendahnya nilai perolehan rata-rata return resiko pasar

(IHSG), return bebas risiko (SBI) dan nilai Beta saham.

2. Hasil pengujian kinerja saham sesudah dilaksanakan reverse stock split

dengan menggunakan analisa Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen sebagai

berikut ;

� Indeks Sharpe, seluruh emiten perbankan yang terdiri dari ; Bank

Danamon, BII, BNI, Lippo, Niaga dan Permata tetap menunjukkan

kondisi kinerja saham yang tidak begitu baik / under perform, karena

tidak mencapai komponen nilai maksimal yang dapat memperbaiki /

meningkatkan kinerja Indeks saham antara lain ; perolehan rata-rata

return harga saham, nilai rata-rata return bebas risiko (SBI), nilai rata-

rata return resiko pasar (IHSG) dan nilai Beta.

� Indeks Treynor, seluruh emiten perbankan yang terdiri dari ; Bank

Danamon, BII, BNI, Lippo, Niaga dan Permata tetap menunjukkan

kinerja harga saham yang tidak begitu baik / under perform, karena

tidak mencapai komponen nilai maksimal yang dapat memperbaiki /

meningkatkan kinerja Indeks saham antara lain ; perolehan rata-rata

return harga saham, nilai rata-rata return bebas risiko (SBI), nilai rata-

rata return resiko pasar (IHSG) dan nilai Beta.

� Indeks Jensen, hanya Bank BII yang mengalami perbaikan /

peningkatan Indeks kinerja saham yang periode sebelumnya tidak

begitu baik / under perform menjadi cukup baik / perform dengan

memperoleh nilai indeks positif, yang disebabkan adanya pengaruh

Beta yang cukup kuat terhadap rata-rata tingkat return saham, return

bebas risiko (SBI) dan resiko pasar (IHSG), sedangkan harga saham 5

(lima) Bank lainnya yang terdiri dari; Bank Danamon, Lippo, BNI,

Niaga dan Permata menunjukkan kinerja harga saham yang tidak begitu

baik / under perform termasuk Bank Lippo dan BNI yang pada periode

sebelumnya telah mencapai hasil kinerja yang positif / perform, namun

pada periode sesudahnya justru terjadi sebaliknya, dimana Indeks

kinerja harga saham Bank Lippo dan BNI menjadi negatif / under

perform, yang keseluruhannya disebabkan tidak tercapainya komponen

nilai maksimal yang dapat memperbaiki / meningkatkan kinerja Indeks

saham antara lain ; perolehan rata-rata return harga saham, nilai rata-

rata return bebas risiko (SBI), nilai rata-rata return resiko pasar (IHSG)

dan nilai Beta saham.

Page 54: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 65

3. Hasil analisa tabulasi silang untuk menguji Indeks Sharpe, Treynor dan

Jensen sebelum dan sesudah dilaksanakannya reverse stock split sebagai

berikut ;

� Indeks Sharpe, kinerja harga saham seluruh emiten perbankan yang

berjumlah sebanyak 6 (enam) bank, baik sebelum maupun sesudah

melakukan aksi reverse stock split tidak ada 1 (satu) pun yang memiliki

perubahan kinerja dari perform / baik menjadi under perform / tidak

baik, begitu pula sebaliknya, sehingga aksi reverse stock split tidak

memiliki pengaruh terhadap perbaikan / peningkatan kinerja indeks

harga saham seluruh emiten perbankan. Selanjutnya berdasarkan uji

statistik non parametrik dengan menggunakan uji Mc Nemar terhadap

data tabulasi silang diperoleh hasil hipotesa H0 diterima yang

berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kinerja harga saham sesudah dilakukannya reverse stock

split.

� Indeks Treynor, kinerja harga saham sebelum melakukan reverse

stock split terdapat 5 (lima) bank yang memiliki kinerja under perform /

tidak baik (Bank Danamon, Lippo, BNI, Niaga dan Permata), namun

sesudah melakukan reverse stock split tidak mengalami perubahan

kinerja / tetap under perform, sedangkan 1 (satu) bank yang sebelum

melakukan reverse stock split memiliki kinerja perform / baik (Bank

BII), namun sesudah melakukan reverse stock split mengalami

perubahan kinerja harga saham menjadi under perform / tidak baik.

Selanjutnya berdasarkan uji statistik non parametrik dengan

menggunakan uji Mc Nemar terhadap data tabulasi silang diperoleh

nilai eksak uji 2 (dua) sisi sebesar 1,000 dengan probabilitas 0,05,

sehingga memperoleh hasil 1,000 > 0,05 atau H0 diterima yang berarti

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja harga saham sesudah dilakukannya reverse stock split.

� Indeks Jensen, terdapat 3 (tiga) bank yang sebelum dan sesudah

melakukan reverse stock split menghasilkan kinerja harga saham yang

tidak mengalami perubahan / peningkatan dan tetap memiliki kinerja

under perform / tidak baik (Bank Danamon, Niaga dan Permata) dan

terdapat 2 (dua) bank yang mengalami perubahan kinerja harga saham

yang sebelum melakukan reverse stock split menghasilkan kinerja yang

perform / baik, namun sesudah melakukan reverse stock split memiliki

kinerja under perform / tidak baik ( Lippo dan BNI), kemudian terdapat

1 (satu) bank yang juga mengalami perubahan kinerja harga saham

yang sebelum melakukan reverse stock split memiliki kinerja under

perform / tidak baik, namun sesudah melakukan reverse stock split

memiliki kinerja perform / baik ( Bank BII). Selanjutnya berdasarkan

uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Mc Nemar

terhadap data tabulasi silang diperoleh nilai eksak uji 2 (dua) sisi

Page 55: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

66 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

sebesar 1,000 dengan probabilitas 0,05, sehingga memperoleh hasil

1,000 > 0,05 atau H0 diterima yang berarti bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja harga saham

sesudah dilakukannya reverse stock split.

4. Hasil pengujian dengan menggunakan uji t-test paired samples bahwa dari

seluruh emiten perbankan yang berjumlah 6 (enam) bank memperoleh nilai

t-test positif sebesar 1,571 < dari nilai t-table 2,571 atau H0 diterima yang

berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kinerja volume saham sesudah dilakukannya reverse stock

split, sehingga adanya aksi reverse stock split tidak mempengaruhi

peningkatan kinerja volume perdagangan saham menjadi lebih meningkat

atau mengalami perbaikan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah

dikemukakan, maka saran-saran yang dapat disampaikan sebagai bahan

penyempurnaan penelitian di masa yang akan datang sebagai berikut ;

1. Emiten yang aktif melakukan transaksi perdagangan saham di pasar bursa,

hendaknya melakukan penelitian yang lebih mendalam / due dilligence

baik internal maupun eksternal perusahaan, mengenai rencana kebijakan

aksi korporasi yang salah satunya berupa reverse stock split, mengingat

hasil analisa emiten perbankan yang sesudah melakukan aksi reverse stock

split kinerja sahamnya tetap tidak mengalami perbaikan / peningkatan

kinerja.

2. Aksi reverse stock split yang dilakukan oleh emiten perbankan di Bursa

Efek Jakarta bukan merupakan satu-satunya corporate action yang dapat

meningkatkan kinerja saham, tetapi ada beberapa aksi korporasi lainnya,

antara lain pemberian dividen dalam bentuk saham dan repurchasing stock

yang dapat meningkatkan kinerja saham, namun tentunya disesuaikan

dengan kondisi perusahaan masing-masing.

3. Penelitian dan pembahasan dalam analisa ini hanya berpatokan data emiten

perbankan yang berjumlah 6 (enam) emiten yang telah melakukan reverse

stock split dari 23 (dua puluh tiga) emiten perbankan yang aktif melakukan

transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta, sehingga untuk

mendapatkan data yang lebih akurat, sebaiknya dengan menggunakan

seluruh perusahaan emiten yang telah melakukan aksi reverse stock split di

pasar bursa (Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), sehingga

analisa mengenai kinerja saham sesudah melakukan aksi korporasi berupa

reverse stock split dapat lebih komprehensif, valid dan mendekati faktual.

Page 56: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse StockSsplit di PT Bursa Efek

Jakarta

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 67

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Z. Iskandar, 2003, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,

Penerbit Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.

Bank Indonesia, Maret 1999, Sekilas Tentang Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), http :// www.BI.go.id, Jakarta.

Bank Indonesia, 2006, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Jangka Waktu

1 bulan, http :// www.BI.go.id, Jakarta.

BNI Securities, 2006, Data Informasi Profil Emiten Perbankan, Palembang.

Budiono dan Koster, Wayan, 2001, Statistika dan Probabilitas, Penerbit PT.

Remaja Rosdakarya, Bandung.

David, R. Fred, 2004, Manajemen Strategis, Edisi Kesembilan, Penerbit PT.

Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Febryani, Anita dan Zulfadin, Rahadian, Desember 2003, Analisis Kinerja Bank Devisa dan

Bank Non Devisa di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 7 No. 4,

Jakarta.

Han, Ki C, 1995, The Effects of Reverse Splits on The Liquidity of The Stock,

Journal of Financial and Quantitative Analysis, Volume 30 No. 1

Manurung, Haymans, Adler, 2004, Strategi Memenangkan Transaksi

Saham di Bursa, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Marwazi, Yahya, 2002, Analisis Kinerja Saham ; Studi Komparatif di

Bursa Efek Jakarta (BEJ), Tesis, Universitas Sriwijaya Palembang.

Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM), 2006, Data Perkembangan Harga dan

Volume Saham Sektor Perbankan yang Melakukan Reverse Stock Split,

Palembang.

Rajagukguk, Fritz, 2001, Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Volume

Perdagangan Saham Pada Sektor Perbankan di Bursa Efek Jakarta,

Tesis, Universitas Sriwijaya Palembang.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Rubrik Eurika, 2002, Investasi Saham di Pasar Modal,

Http:/www.redaksi@ sinarharapan.co.id, Jakarta.

Sabardi, Agus, 1994, Manajemen Keuangan, Jilid 2, Penerbit UPP AMP

YKPN, Yogyakarta.

Salim, Lani, 2003, Analisa Teknikal dalam Perdagangan Saham, Edisi

Pertama, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Page 57: ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & · PDF fileJurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006 ANALISIS KINERJA SAHAM PERBANKAN SEBELUM & SESUDAH REVERSE STOCK

Amir Hamzah

68 Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 8 Desember 2006

Samosir P, Agunan, Maret 2003, Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah

Merger dan Sebagai Bank Rekapitalisasi, Kajian Ekonomi dan

Keuangan, Volume 7 No. 1, Jakarta.

Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga,

Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Susanti, Arozzy, M.F dan Setyawan, 2005, Pengaruh Harga, Volume

Perdagangan dan Volatilitas Harga Saham pada Bis-Ask

Perusahaan yang Melakukan Stock Split, Usahawan, Edisi No 10 TH

XXXIV, Halaman 36, Jakarta.

Susiyanto, Fendi, M, 23 April 2004, Penggabungan dan Pemecahan Saham,

Konsolidasi Saham Sektor Perbankan, Http://www.kompas.com,,

Halaman 1-5, Jakarta.

Tandelin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio,

Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Tim Pengkajian Pengembangan Perusahaan Efek, 2003, Analisis Perusahaan

Efek di BEJ, Http:/www.jsx.co.id, Jakarta.