analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

27
ANALISIS PERILAKU ACADEMIC FRAUD MAHASISWA AKUNTANSI SE- LAMPUNG : DIMENSI FRAUD DIAMOND DAN GONE THEORY Proposal Penelitian Nama : Azhar Kanedy NPM : 1311031019

Upload: azhar-kanedy

Post on 07-Jan-2017

152 views

Category:

Economy & Finance


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

ANALISIS PERILAKU ACADEMIC FRAUD MAHASISWA AKUNTANSI SE- LAMPUNG : DIMENSI FRAUD DIAMOND

DAN GONE THEORY

Proposal Penelitian

Nama : Azhar Kanedy

NPM : 1311031019

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG2016

Page 2: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

ANALISIS PERILAKU ACADEMIC FRAUD MAHASISWA AKUNTANSI SE- LAMPUNG : DIMENSI FRAUD DIAMOND

DAN GONE THEORY

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah sarana untuk meingkatkan kualitas sember daya

manusia seperti halnya di perguruan tinggi yang merupakan lembaga

pendidikan formal yang mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh

mahasiswa sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja. Dalam perguruan

tinggi diharapkan mampu menciptakan tenaga profesional dan berkualitas,

baik secara ilmu, maupun secara etika . Namun fakta di lapangan masih

banyak ditemukan mahasiswa yang berorientasi pada hasil atau nilai ahir

yang kemudian menyebabkan mahasiswa melakukan berbagai praktik

kecurangan, yang kemudian disebut dengan academic fraud.

Academic fraud (kecurangan akademik) sering ditemukan dalam dunia

akademis. Praktik-praktik tersebut sering kali dilakukan antara lain dalam

bentuk catatan kecil di kertas yang tersimpan di dalam kotak pensil, maupun

di ponsel, copy paste dari internet, bekerja sama dengan teman saat ujian,

memalsukan tanda tangan, dan masih banyak lagi kecurangan lainnya yang

sering terjadi dan menjadi perilaku yang dapat diterima oleh pelajar (Becker et

al. 2006)

Nonis dan Swift (2001) melakukan penelitian akademik baik di dalam kelas

maupun di tempat kerja. Didapati bahwa siswa yang menganggap tindakan

curang merupakan tindakan yang dapat diterima, mereka akan cenderung

untuk sering melakukannya. Selain itu dikatakan bahwa apabila seorang siswa

sering melakukan tindakan di dalam kelas, nanti mereka akan melakukan hal

yang sama di tempat kerja. Bolin (2004) menemukan bahwa perilaku

kecurangan akademik dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kebiasaan

mahasiswa dalam merasioanalisasi ketidakjujuran akademik (seperti

rasionalisasi mengenai “apa yang mahasiswa sebut tentang tingkah laku”) dan

Page 3: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

merasakan adanya peluang untuk terlibat dalam kecurangan akademik.

Ameen et al (1996) dalam Chrismastuti (2008), menyatakan bahwa ada 23

(dua puluh tiga) jenis tindakan yang mungkin terjadi dalam lingkungan

akademik khususnya di perguruan tinggi. Tindakan-tindakan kecurangan

tersebut mencakup dalam aktivitas mahasiswa di kelas, aktivitas ujian, tugas-

tugas perkuliahan, hubungan dosen dengan mahasiswa, dan hubungan antar

mahasiswa dalam hal kegiatan akademik.

Kecurangan akademik atau ketidakjujuran umumnya terjadi karena adanya

tekanan (pressure) dan kebutuhan untuk memanfaatkan sebuah kesempatan

(opportunity) dalam sebuah kondisi tertentu dan adanya rasionalisasi

(rationalization) dari seorang pelaku. Akan tetapi dalam kesempatan yang

diperoleh oleh seseorang harus disertai oleh kemampuan (capability) untuk

melakukan sebuat tindakan kecurangan tersebut. Keempat faktor tersebut

merupakan fenomena fraud dan merupakan suatu bentuk penyempurnaan dari

fraud triangle yang dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson (2004).

Selain itu GONE theory juga merupakan faktor pendorong seseorang

melakukan kecurangan. Menurut Bologna dalam Lisa (2013), GONE theory

memiliki empat komponen yaitu Greeds (keserakahan) adalah berkaitan

dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap

orang. Opportunities (kesempatan) adalah berkaitan dengan keadaan

organisasi, instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka

kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. Needs (kebutuhan)

adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu

untuk menunjang hidupnya yang wajar. Exposures (pengungkapan) adalah

berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku

kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan academic fraud antara lain

dilakukan oleh: Santoso (2014), penelitian ini dilakukan pada mahasiswa S1

akuntansi di Malang dan memperoleh hasil bahwa tekanan, kesempatan, dan

rasionalisasi memiliki pengaruh terhadap siswa perilaku kecurangan

akademik. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nursani (2014) dengan menguji

perilaku kecurangan akademik mahasiswa menggunakan konsep fraud

diamond dan memperoleh hasil bahwa peluang, rasionalisasi dan kemampuan

Page 4: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

berpengaruh posistif signifikan terhadap perilaku kecurangan akademik,

sedangkan tekanan tidak berpengaruh. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh

Zaini (2015) menguji perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi

menggunakan konsep fraud diamond dan GONE Theory dan memperoleh

hasil bahwa tekanan, keserakahan, kebutuhan, pengungkapan berpengaruh

positif terhadap academic fraud mahasiswa akuntansi. Sedangkan

kesempatan, rasionalisisasi, kemampuan, tidak berpengaruh terhadap

academic fraud mahasiswa akuntansi , namun faktor kebutuhan secara

signifikan memiliki pengaruh negatif terhadap academic fraud.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu di atas, peneliti ingin

meneliti dan menguji kembali tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

academic fraud pada mahasiswa akuntansi se- Lampung dengan

menggunakan fraud diamond dan GONE theory. Penelitian ini merupakan

bentuk pengembangan dari penelitian Zaini (2015), terkait perilaku

kecurangan akademik mahasiswa menggunakan dimensi fraud diamond dan

GONE theory sebagai faktor yang mempengaruhi academic fraud. Perbedaan

lainnya terkait dengan responde penelitian dalam penelitian ini adalah

mahasiswa akuntansi se- Lampung.

1.2 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terfokus maka peneliti membatasi ruanglingkup penelitian,

yakni penelitian dilakukan di perguruan tinggi se- Lampung kepada

mahasiswa jurusan akuntansi dari D3, S1, dan PPAK yang masih aktif pada

tahun ajaran 2015/2016.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas, dilakukan analisis perilaku academic

fraud mahasiswa akuntansi Se- Lampung menggunakan dimensi, fraud

diamond dan GONE Theory. Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat di

rumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah Pressure ( Tekanan ) mempengaruhi academic fraud ?

2. Apakah Opportunity ( Kesempatan ) mempengaruhi academic fraud ?

Page 5: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

3. Apakah Rationalization ( Pembenaran) mempengaruhi academic fraud?

4. Apakah Capability individual ( kemampuan individu ) mempengaruhi

academic fraud ?

5. Apakah Greed ( keserakahan ) mempengaruhi academic fraud ?

6. Apakah Need ( kebutuhan mempengaruhi academic fraud ?

7. Apakah Exposure ( pengungkapan) mempengaruhi academic fraud ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (a) mengetahui apakah tekanan

(pressure) berpengaruh terhadap terjadinya academic fraud mahasiswa akuntansi

Se- Lampung . (b) mengetahui apakah peluang (opportunity) berpengaruh

terhadap terjadinya academic fraud mahasiswa akuntansi Se - Lampung. (c)

mengetahui apakah pembenaran (rationalization) berpengaruh terhadap

terjadinya academic fraud mahasiswa akuntansi Se- Lampung . (d) mengetahui

apakah kemampuan (capability) berpengaruh terhadap terjadinya academic fraud

mahasiswa akuntansi Se- Lampung . (e) mengetahui apakah keserakahan (greed)

berpengaruh terhadap terjadinya academic fraud mahasiswa akuntansi Se-

Lampung. (f) mengetahui apakah kebutuhan (need) berpengaruh terhadap

terjadinya academic fraud mahasiswa akuntansi Se- Lampung. (g) mengetahui

apakah pengungkapan (exposure) berpengaruh terhadap terjadinya academic

fraud mahasiswa akuntansi Se- Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian di harapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai

faktor faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik mahasiswa

agar di dapat solusi serta pencegahannya sehingga kecurangan dapat

di minimalisir ataupun di hilangkan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi refrensi bagi perguruan

tinggi agar dapat mencegah terjadinya kecurangan akademik

mahasiswa

Page 6: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

1.6 Kerangka Pemikiran

Model penelitian di rancang untuk lebih dapat memahami mengenai konsep

penelitian dan arah dari hubungan kausalitas dari variabel independen dan

dependen. Model penelitian dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai

berikut

1.7 Hipotesis

1.7.1 Pengaruh tekanan terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi

se- Lampung

Tekanan (pressure) merupakan suatu situasi di mana seseorang merasa

perlu untuk melakukan kecurangan (Albrecht, 2003). Malgwi dan

Rakovski (2008) dalam penelitiannya memaparkan bahwa tekanan

(pressure) adalah siswa yang menikmati perilaku yang tidak etis dan tidak

jujur, melakukannya terutama karena berbagai bentuk faktor tekanan. Ini

termasuk bahaya gagal kursus, kehilangan bantuan keuangan, takut orang

tua pemotongan dana dan bantuan lainnya dan menghindari malu. Alasan

populer lainnya adalah keinginan untuk mengesankan teman-teman atau

rekan-rekan, kelas tinggi untuk lulusan sekolah, keinginan untuk

mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang baik; untuk menjadi kompetitif

Academic Fraud (Y)

Exposure (X7)

Greed (X5)

Rationalization (X3)

Need (X6) Opportunity (X2)

Pressure (X1)

Capability (X4)

Page 7: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

dengan orang lain, ketergantungan oleh anggota keluarga, kompetisi di

pasar kerja, dan risiko kehilangan.

Kurnia (2008) melakukan penelitian mengenai faktor tindak kecurangan

dalam ujian pada Universitas X menyebutkan bahwa pressure merupakan

motivasi untuk melakukan kecurangan yang mungkin datang dari dalam

diri maupun lingkungan atau bahkan teman sebayanya. Beberapa

mahasiswa melaporkan bahwa ada tekanan dari orang tua, teman sebaya,

fakultas/jurusan untuk mempertahankan nilai IPK yang tinggi yang

menyebutkan bahwa tekanan merupakan motivasi untuk melakukan

kecurangan yang mungkin datang dari dalam diri maupun lingkungan atau

bahkan teman sebayanya. Beberapa mahasiswa melaporkan bahwa ada

tekanan dari orang tua, teman sebaya, fakultas/jurusan untuk

mempertahankan nilai IPK yang tinggi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abbas dan Naeemi (2011)

menyebutkan faktor tekanan khususnya tekanan dari orang tidak

berpengaruh terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa.

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh tekanan

adalah sebagai berikut : .

H1 : Tekanan ( pressure ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se- Lampung

1.7.2 Pengaruh Kesempatan ( Opportunity) terhadap perilaku academic fraud

mahasiswa akuntansi se- Lampung

Peluang (opportunity) merupakan suatu situasi ketika seseorang merasa

memiliki kombinasi situasi dan kondisi yang memungkinkan dalam

melakukan kecurangan dan kecurangan tidak terdeteksi (Albrecht, 2003).

McCabe dan Trevino (1997) menyebutkan bahwa seseorang merasa

mereka mendapatkan keuntungan yang berasal dari sumber lain, dan itulah

yang disebut dengan peluang.

Bolin (2004) melakukan survei terhadap 853 mahasiswa dari perguruan

tinggi yang ada di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan tidak

Page 8: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

adanya hubungan langsung mengenai self-control dengan tindak

kecurangan akademik, namun secara keseluruhan variabel sikap (attitude)

menjadi variabel intervening. Sikap untuk memanfaatkan peluang

melakukan kecurangan ketika menyelesaikan tugas termasuk di dalamnya.

Hasil penelitian Becker et al. (2006) yang dilakukan pada 598 mahasiswa

bisnis di Midwestern University menyebutkan adanya hubungan langsung

mengenai dampak kecurangan akademik dengan peluang. Perilaku

kecurangan akademik muncul seiring dengan tingkat peluang yang

diterima mahasiswa untuk melakukan kecurangan. Secara khusus,

penelitian tersebut menyebutkan bahwa lingkungan memiliki kontribusi di

mana norma, nilai, dan ketrampilan untuk mendekatkan individu kepada

tindak perilaku kecurangan ketika mereka menyediakan akses kepada

sumber daya yang memfasilitasi kecurangan (Becker et al. 2006).

Dalam penelitian Rangkuti (2011) yang mengungkapkan perilaku

kecurangan akademik mahasiswa akuntansi di sebuah universitas di

Jakarta. Survei yang dilakukan terhadap 120 mahasiswa tahun kedua

akuntansi tersebut menunjukkan bahwa kecurangan akademik terjadi baik

dalam situasi ujian dalam kelas maupun dalam tugas-tugas akademik yang

dikerjakan di luar kelas. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi

mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik. Semakin meningkat

peluang (opportunity) yang diperoleh, maka semakin besar kemungkinan

perilaku kecurangan dapat terjadi (Albrecht, 2003).

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh

kesempatan adalah sebagai berikut : .

H2 : Kesempatan ( opportunity ) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se- Lampung

.

1.7.3 Pengaruh Pembenaran (rationalizationy) terhadap perilaku academic

fraud mahasiswa akuntansi se- Lampung

Rasionalisasi merupakan pembenaran diri sendiri atau alasan yang salah

untuk suatu perilaku yang salah (Albrecht, 2003). McCabe dan Trevino

Page 9: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

(1996) menyebutkan bahwa rasionalisasi merupakan perilaku yang

menunujukkan kebiasaan mahasiswa dalam menilai kecurangan sebagai

tindakan yang konsisten dengan kode etik personal mereka dengan

lingkungannya. Mahasiswa juga menilai rasionalisasi untuk melakukan

kecurangan jika mereka merasakan adanya kompetisi yang tidak adil jika

dia tidak melakukan kecurangan, sehingga mahasiswa perlu terlibat dalam

cheating (McCabe dan Trevino, 1996). Penelitian yang dilakukan oleh

Buckley (1998) menunjukkan bahwa rasionalisasi mahasiswa terhadap

tindak kecurangan akademik mempunyai pengaruh langsung. Mahasiswa

yang berikatan sosial dengan lingkungan yang menganggap bahwa orang

yang terlibat dalam perilaku tidak etis menjadi biasa, akan cenderung lebih

mudah terikat dengan perilaku yang tidak etis pula. Penelitian tersebut

dilakukan pada 223 mahasiswa tingkat atas di Amerika Serikat.

Nonis dan Swift (2001) melakukan penelitian pada mahasiswa bisnis dan

alumni dari fakultas bisnis di Georgia, negara bagian Amerika Serikat,

menunjukkan hasil bahwa pelajar yang terlibat untuk melakukan

kecurangan akademik dalam kelas akan lebih mungkin untuk terlibat

dalam berbagai tipe kecurangan dalam dunia kerja. Hal ini mengisyaratkan

bahwa rasionalisasi ataupun alasan untuk melakukan kecurangan dianggap

sebagai perilaku yang dapat diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Lawson (2004) memfokuskan kepada

mahasiswa bisnis. Penelitian yang berjudul “Is Classroom Cheating

Related to Business Students’ Propensity to Cheat in the “Real World”?

tersebut memfokuskan dalam pendeteksian rasionalisasi kecurangan

mahasiswa bisnis yang diindikasikan mempunyai hubungan dengan bisnis

dalam dunia nyata. Sampel yang digunakan dalam survei peneltian ini

adalah mahasiswa dan alumninya pada tiga sekolah bisnis di New York.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara

kecenderungan mahasiswa yang memiliki perilaku tidak etis untuk

melakukan kecurangan akademik dengan perilaku mereka di dalam dunia

bisnis. Rasionalisasi seperti ini menyiratkan bahwa melakukan kecurangan

dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima.

Page 10: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh pembenaran

adalah sebagai berikut : .

H3 : pembenaran ( rationalization ) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se-

Lampung

1.7.4 Pengaruh kemampuan (capability) terhadap perilaku academic fraud

mahasiswa akuntansi se- Lampung

Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) capability atau kemampuan

didefinisikan sebagai sifat-sifat pribadi dan kemampuan yang memainkan

peran utama dalam kecurangan akademik. Banyak kecurangan akademik

yang sering dilakukan mahasiswa yang tidak akan terjadi tanpa orang yang

tepat dengan kemampuan yang tepat. Peluang membuka pintu masuk

untuk melakukan kecurangan, tekanan dan rasionalisasi dapat menarik

mahasiswa untuk melakukan kecurangan itu. Tetapi mahasiswa tersebut

harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang tersebut untuk

mengambil keuntungan sehingga dapat melakukan secara berulang kali.

(Wolfe dan Hermanson, 2004).

Shon (2006) melakukan penelitian mengenai taktik kreatif yang digunakan

oleh mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik. Survei yang

dilakukan kepada 119 mahasiswa kelas pengantar kriminologi

menunjukkan temuan bahwa mahasiswa memanipulasi variabel-variabel

seperti faktor psikologi dan perilaku dari pengajar mereka, kerjasama

tanpa terdeteksi, teknologi, teman sebaya, keadaan lingkungan, dan tubuh

mereka sendiri yang menyebabkan adanya kemungkinan terjadinya

kecurangan akademik. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang

memiliki kemampuan dalam melakukan kecurangan akademik cenderung

lebih memungkinkan untuk melakukan kecurangan akademik lebih sering

daripada mereka yang tidak memiliki kemampuan dalam melakukan

kecurangan akademik.

Page 11: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh

kemampuan adalah sebagai berikut : .

H4 : Kemampuan ( capability ) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se- Lampung

1.7.5 Pengaruh keserakahan (greed) terhadap perilaku academic fraud

mahasiswa akuntansi se- Lampung

Keserakahan (greed) adalah berkaitan dengan adanya perilaku serakah

yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang. Keserakahan dalam

GONE theory merupakan faktor individual, dimana keserakahan akan

menuntut pemenuhan melebihi apa yang dibutuhkan.

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh

keserakahan adalah sebagai berikut : .

H5 : Keserakahan ( greed ) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se- Lampung

1.7.6 Pengaruh kebutuhan (need) terhadap perilaku academic fraud mahasiswa

akuntansi se- Lampung

Kebutuhan (need) adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan

oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar. Menurut

kurniawan (2013), Setiap orang mempunyai kebutuhan masing-masing

yang dapat menjadi pendorong terjadinya kecurangan. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut orang akan melakukan apa saja asalkan kebutuhannya

terpenuhi meskipun dengan melakukan tindakan kecurangan.

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh kebutuhan

adalah sebagai berikut : .

H6 : Kebutuhan ( need ) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se- Lampung

Page 12: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

1.7.7 Pengaruh Pengungkapan (exposure) terhadap perilaku academic fraud

mahasiswa akuntansi se- Lampung

Pengungkapan (exposures) adalah berkaitan dengan tindakan atau

konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku

diketemukan melakukan kecurangan. Pengungkapan (exposure) suatu

kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik

oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu,

setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila

perbuatannya terungkap. Semakin lemah pengungkapan dan tindak lanjut

dari fraud, maka makin banyak orang terdorong melakukannya. Oleh

karena itu, setiap pelaku kecurangan harus diberikan sanksi yang akan

membuat pelaku jera.

Atas hal demikian peneliti memiliki hipotesis terkaiti pengaruh

pengungkapan adalah sebagai berikut adalah sebagai berikut : .

H7 : Pengungkapan ( exposure ) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku academic fraud mahasiswa akuntansi se-

Lampung

1.8 Metodelogi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi di

perguruan tinggi di Lampung Malang. Peneliti memilih mahasiswa Jurusan

Akuntansi FEB yang berstatus aktif pada semester ganjil tahun ajaran

2015/2016. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 3000 orang.

Mahasiswa akuntansi dipilih sebagai populasi karena mendapatkan

pembelajaran tentang fraud dan cara-cara untuk mengatasinya. Dengan

pengetahuan yang dimiliki tersebut, peneliti ingin mengetahui perilaku

mahasiswa akuntansi perguruan tinggi di lampung terkait tindak kecurangan

akademik dan memberikan masukan kepada fakultas untuk dapat terus

meningkatkan mutu pembelajaran dengan upaya meminimalisasi segala

bentuk kecurangan akademik. Alasan pemilihan lokasi di Lampung karena

pertimbangan lokasi yang berdekatan dengan peneliti serta adanya

keterbatasan waktu dan biaya dari pihak peneliti.

Page 13: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

Pemilihan sampel menggunakan metode disproportionate stratified random

samplin, yaitu proses stratifikasi atau segresi, yang diikuti dengan pemilihan

acak subjek dari setiap strata (Sekaran, 2006). Peneliti menggunakan metode

tersebut karena lebih efifisien yaitu tiap segmen penting populasi terwakili

lebih baik dan informasi yang diperoleh lebih beragam terkait dengan tiap

kelompok (Sekaran, 2006).

Pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan dengan terlebih dahulu

mengklasifikasikan suatu populasi ke dalam kelompok saling eksklusif

(mutuallty exclusive) yang relevan, tepat, dan berarti dalam konteks studi

(Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga

sub populasi berdasarkan jenjang prodi yaitu mahasiswa D3, S1, Ppak.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei. Menurut Jogiyanto (2010), survei adalah metode pengumpulan data

primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden

individu. Penelitian ini hanya melakukan pengumpulan data dengan kuesioner

tertulis, dan tidak melakukan wawancara langsung terhadap responden karena

masalah kecurangan akademik merupakan masalah yang sensitif, sehingga

ditakutkan responden khawatir identitasnya terungkap jika disertai dengan

wawancara. Pengumpulan data membutuhkan waktu selama kurang lebih 2

minggu.

Peneliti mengklasifikasikan berdasarkan jenjang prodi karena mengasumsikan

semakin tinggi jenjang prodinya maka semakin banyak pengalaman di bidang

akademik, termasuk pengalaman mengetahui atau mungkin terlibat dalam

perilaku kecurangan akademik. Dan hal tersebut dapat dipengaruhi juga oleh

tingkat tekanan yang dirasakan mahasiswa tingkat akhir di masing masing

jenjang prodi menjadi lebih besar dibanding dengan mahasiswa tingkat

lainnya. Peluang yang dirasakan mahasiswa tingkat akhir lebih besar

dibanding mahasiswa tingkat lainnya karena mempunyai lebih banyak

koneksi. Rasionalisasi dan kapabilitas mahasiswa tingkat akhir mengenai

tindak kecurangan menjadi lebih beragam seiring dengan pengalamannya

(Fitriana, 2012).

Page 14: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan

menggunakan skala likert empat poin. Jawaban diberi skor 1 sampai 4 dimulai

dari skala 1 yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) hingga skala 4 yang

menyatakan Sangat Setuju (SS).

Pengujian hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan

bantuan Partial Least Squares (PLS), yaitu evaluasi model pengukuran (outer

model) dan evaluasi model struktural (inner model). Evaluasi model

pengukuran dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Sedangkan model

struktural di evaluasi dengan menggunakan R2 dan nilai koefisien path atau t-

values.

Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari

penggunaan suatu pengukuran sesuai teori-teori yang digunakan untuk

mendefinisikan suatu konstruk. Penelitian ini melakukan uji validitas yang

terdiri dari validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen

adalah validitas yang terjadi jika skor yang diperoleh dari dua instrument

yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi

tinggi. Validitas diskriminan adalah validitas yang terjadi jika dua instrument

yang berbeda yang mengukur dua konstruk yang diprediksi tidak berkorelasi

menghasilkan skor yang memang tidak berkorelasi (Jogiyanto, 2011).

Realibilitas menunjukkan untuk akurasi, konsistensi, dan ketepatan suatu alat

ukur dalam melakukan pengukuran (Jogiyanto, 2011). Dalam Partial Leas

Aquare (PLS) uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu

cronbach’s alpha dan composite reliability. Cronbach’s alpha mengukur

batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk dan dikatakan reliable apabila

nilainya harus > 0,6. Composite reliability mengukur nilai sesungguhnya

reliabilitas suatu konstruk dan metode ini diyakini lebih baik dalam

melakukan pengestimasian konsistensi internal suatu konstruk dan dikatakan

reliable apabila nilainya harus > 0,7.

Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk

dependen dan nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji signifikansi

antar konstruk dalam model structural. Nilai R2 digunakan untuk mengukur

tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.

Page 15: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

Semakin tinggi nilai R2 mengartikan bahwa semakin baik model prediksi dari

model penelitianyang diajukan. Namun, model ini bukanlah parameter absolute

dalam mengukur ketepatan model prediksi. Menggunakan nilai koefisien path

atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model

stuktural. Pada model ini digunakan untuk menunjukkan tigkat signifikansi dalam

pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis menggunakan hipotesis satu arah

(one-tailed) pada hipotesis alpha 5 persen dan nilai koefisien path yang

ditunjukkan oleh nilai statistik T (T-statistic) harus ≥ 1,64 maka hipotesis

alternatif dapat dinyatakan didukung (Jogiyanto, 2011).

Page 16: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

1.9 Daftar Pustaka

Abbas, Anam, Zahra Naeemi. 2011. Cheating behavior among undergraduate

students. International Journal of Business and Social Science. Volume 2, Nomor

3, 246-254.

Albercht, W.S. 2003. Fraud Examination. USA: South-Western

Albrecht, W.Steve Dkk. 2012. Fraud Examination. South-Western: Cengage

Learning

Antenucci, Joe, James Tackett, Fran Wolf, Gregory A. Claypool. 2010. The rationalization of academic dishonesty in business student. Journal of Business and Accounting. Volume 2, Nomor 1, 77-91

Becker, J. Coonoly, Paula L, and J. Morrison. 2006. Using the Business Fraud Triangle to Predict Academic Dishonesty Among Business Students. Academy ofEducational Leadership Journal, Volume 10, Number 1

Bolin, A.U. 2004. Self Control, Preceived Opportunity, and Attitudes as Predictors of Academic Dishonesty. The Journal of Psycholgy. 138(2), 101-114.

Buckley. 1998. An investigation into the dimensions of unethical bahavior. Journal of education for Business. Volume 73, 284-290

Chrismastuti, A. A. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik Mahasiswa. Semarang: Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Akuntansi Universitas Katolik Soegijapranata

Kurnia, W. 2008. Mendeteksi kecurangan mahasiswa pada saat ujian. Skripsi.

Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Lawson, R.A. 2004. Is classroom cheating related to business students’ propensity

to cheat in the “real world”? Journal of Business Ethics. Volume 49, Nomor 2,

189-199.

McCabe, D.I., dan Trevino. 1996. The influence of collegiate and corporate codes

of conduct on ethics-related behavior in workplace. Business Ethics Quarterly.

Volume 6, 461-76.

Page 17: Analisis evaluasi implementasi standar akuntansi pemerintahan

McCabe, D. L., dan Trevino, L. K. 1997. Individual and contextual influences on

academic dishonesty: A multicampus investigation. Research in Higher

Education, Volume 38, Nomor 3, 379-396.

Nonis, S.A., C.O. Swift. 2001. An examination of the relationship between

academic dishonesty and worrkplace dishonesty: A multicampus investigation.

Journal of Education for Business. Volume 77, Nomor 2, 69-77.

Nonis, S., & Swift, C. O. (2001). An examination of the relationship between

academic dishonesty and workplace dishonesty: A multicampus investigation.

Journal of Education for business, 77(2), 69-77.

Lisa, Amelia Herman. 2013. Pengaruh Keadilan Organisasi Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kecurangan (Studi Empiris pada Kantor Cabang Utama Bank Pemerintah di Kota Padang). Padang: Artikel Universitas Negeri Padang.

Nursani, Rahmalia. 2014. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: Dimensi Fraud Diamon. Skripsi Akuntansi. Malang. Universitas Brawijaya

Santoso, MH. dan Adam, Helmy. 2014. Analisis Perilaku Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Akuntansi Dengan Menggunakan Konsep Fraud Triangle (Studi Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Kota Malang).

Malgwi, Charles A., Caryer C. Rakovski. 2009. Combating academic fraud: Are

students reticent about uncovering the covert? Journal Academic Ethic. Volume 7,

207-221

Rangkuti, Anna Armeini. 2011. Academic cheating behavior of accounting

students: a case study in Jakarta State University. In Educational integrity:

Culture and values, 105-109

Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.