analisis efisiensi industri perbankan syariah · perbankan syariah agar visi dari kegiatan...

71
ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA OLEH RIAN ANDRYANI H14104018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: ngoliem

Post on 12-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH

DI INDONESIA

OLEH RIAN ANDRYANI

H14104018

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

RINGKASAN RIAN ANDRYANI. H14104018. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia (dibimbing oleh TANTI NOVIANTI). Semakin banyaknya jumlah bank syariah menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan di antara bank syariah. Agar mampu bersaing dengan bank konvensional dan bank syariah lainnya, maka bank-bank syariah harus meningkatkan kinerjanya atau dengan kata lain menjalankan usahanya dengan efisien. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perkembangan perbankan syariah dilihat dari total aset, pembiayaan yang diberikan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) serta menganalisis efisiensi dan perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia selama periode tahun 2004 sampai 2007. Penelitian ini menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menganalisis efisiensi bank-bank dalam industri perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan data tahunan. Analisis efisiensi dilakukan terhadap masing-masing bank dan kelompok bank. Kemudian untuk menganalisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah dilakukan dengan menghitung Malmquist TFP index dengan menggunakan panel data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, industri perbankan syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Hal ini tidak hanya ditunjukkan oleh peningkatan jumlah bank syariah dan jaringan kantornya, tetapi juga ditunjukkan dengan terus meningkatnya total aset, pembiayaan yang diberikan serta DPK. Berdasarkan hasil DEA yang berdasarkan output (output orientated) dengan asumsi Variable Returns to Scale (VRS), rata-rata tingkat efisiensi teknis (technical efficiency) industri perbankan syariah di Indonesia mengalami penurunan dari 99,5 persen pada tahun 2004 menjadi 89,4 persen pada tahun 2005 dan 85,4 persen pada tahun 2006 tetapi kemudian mengalami peningkatan di tahun 2007, yaitu menjadi sebesar 89,8 persen. Selama periode penelitian tingkat efisiensi rata-rata perbankan syariah per tahun sebesar 91 persen. Oleh karena itu, disarankan Bank Indonesia dalam membuat kebijakan lebih fokus pada hal-hal yang berhubungan dengan tingkat efisiensi dan dapat meningkatkan efisiensi perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia menunjukkan trend yang meningkat dari tahun 2004 hingga 2007. Hal ini terutama disebabkan perubahan atau kemajuan teknologi (pengembangan dan penetrasi pasar). Oleh karena itu, perbankan syariah harus lebih inovatif dalam menciptakan dan mengembangkan produk-produk khusus perbankan syariah.

Page 3: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH

DI INDONESIA

Oleh RIAN ANDRYANI

H14104018

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 4: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Rian Andryani

Nomor Registrasi Pokok : H14104018

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Industri Perbankan Syariah

di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Ir. Tanti Novianti, M.Si

NIP. 132 206 249

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 5: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2008

Rian Andryani H14104018

Page 6: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1986 di Jakarta. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Agus Pandji

Abdurachman dan Fenni. Jenjang pendidikan penulis dimulai dengan TK Budi

Luhur pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SD Budi

Luhur. Lulus dari sekolah dasar pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke SLTP

Budi Luhur dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di

SMUN 47 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan

studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima

sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Manajemen (FEM). Selama masa kuliah penulis aktif mengikuti kegiatan

kemahasiswaan dan beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Sharia

Economics Student Club (SES-C) FEM dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Bogor Komisariat FEM.

Page 7: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Efisiensi Industri Perbankan

Syariah di Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis yang telah

dengan setia memberikan do’a, ridho, dukungan, pengertian dan pengorbanan

serta cinta dan kasih sayang kepada penulis sampai saat ini. Kelulusan ini

merupakan hadiah untuk ulang tahun Papa dan Mama. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada adik-adik penulis (Risda Damayanti, Alm. Muhammad Razif

dan Resa Satrio Abdurachman) atas perhatian, motivasi, kasih sayang dan semua

yang telah kita lalui dan bagi bersama, serta seluruh keluarga besar penulis atas

do’anya.

Pada kesempatan ini izinkanlah penulis dengan tulus mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik moril

maupun materil, kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya

kepada :

1. Ir. Tanti Novianti, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan saran demi terselesaikannya skripsi ini.

2. Alla Asmara, M.Si, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan

masukan untuk menyempurnakan skripsi ini .

3. Tony Irawan, M.App.Ec, selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas

sarannya untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan saran demi terselesaikannya perkuliahan

penulis.

5. Sahabat-sahabat penulis (Veby, Rika, Wenda, Dwi dan Sinta) yang telah

berkontribusi dalam mewarnai kehidupan penulis.

Page 8: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

6. Teman-teman di Wisma Gardenia (Sushi, Nanik, Lytha, Elga, Nisa, Uni-

Uni dan Teh Lely) atas perhatian, dukungan dan semangat yang

diberikan.

7. Teman-teman KKP serta keluarga di Desa Kedawung, Kecamatan

Bojong, Kabupaten Tegal atas pengalaman yang tak terlupa.

8. Teman-teman seperjuangan IE 41 dan ILUNI 47 angkatan 2004 serta

pihak-pihak lain yang telah sangat membantu, namun tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak yang membacanya serta dapat menambah khasanah

pengetahuan kita.

Bogor, Agustus 2008

Rian Andryani H14104018

Page 9: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .......... 10

2.1 Tinjauan Teori ............................................................................... 10

2.1.1 Efisiensi ............................................................................. 10

2.1.2 Total Factor Productivity (TFP) ....................................... 14

2.1.3 Perbankan .......................................................................... 18

2.1.3.1 Bank ..................................................................... 18

2.1.3.2 Bank Syariah ........................................................ 19

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................... 20

2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 26

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 28

3.1 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 28

3.2 Spesifikasi Input dan Output ......................................................... 28

3.3 Definisi Operasional ...................................................................... 29

3.4 Metode Analisis ............................................................................ 31

3.4.1 Data Envelopment Analysis (DEA) ................................... 31

3.4.2 Malmquist DEA ................................................................. 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 35

4.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ............................ 35

Page 10: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

4.2 Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia ......................... 39

4.3 Perubahan TFP Industri Perbankan Syariah di Indonesia .............. 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 44

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 44

5.2 Saran ............................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46

LAMPIRAN .................................................................................................... 49

Page 11: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

DAFTAR TABEL

Teks Nomor Halaman

1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah .................................................................. 4

2 Perkembangan dan Pertumbuhan Perbankan Syariah ......................................... 5

3 Perkembangan dan Pertumbuhan Bank Umum Syariah ..................................... 36

4 Perkembangan dan Pertumbuhan Unit Usaha Syariah ........................................ 37

5 Rata-Rata Nilai Efisiensi DEA ................................................................. 39

6 Nilai Efisiensi DEA Perbankan Syariah ................................................... 41

7 Komposisi Frontier Produksi ................................................................... 42

8 Statistik Deskriptif Perubahan Produktivitas ............................................ 43

Lampiran Nomor Halaman

1 Perkembangan Jumlah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ............... 50

2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah............................................ 51

3 Data-Data yang Digunakan dalam Penelitian ........................................... 52

4 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2004 ........... 54

5 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2005 ........... 54

6 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2006 ........... 55

7 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2007 ........... 55

8 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2004 .............................................................. 56

9 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2005 .............................................................. 57

10 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2006 .............................................................. 58

11 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2007 .............................................................. 59

Page 12: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

DAFTAR GAMBAR

Teks Nomor Halaman

1 Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ................................................... 2

2 Frontier Produksi dan Efisiensi Teknis .................................................... 15

3 Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi ................................. 16

4 Perubahan Teknis di Antara Dua Periode Waktu ..................................... 17

5 Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27

Page 13: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara.

Hal ini berpotensi mendorong suatu negara menjadi lebih rentan terhadap

guncangan atau krisis yang dialami oleh negara lainnya. Dengan kata lain,

globalisasi akan meningkatkan resiko transaksi keuangan internasional. Selain itu,

terjadinya krisis keuangan di Asia yang, dipercayai banyak ekonom, disebabkan

oleh kegagalan perbankan menyebabkan efisiensi perbankan menjadi perhatian

penting tidak hanya di Asia setelah krisis di tahun 1997, namun juga di belahan

dunia lainnya.

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu

1997-1998 merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian

Indonesia. Dalam periode tersebut, banyak lembaga-lembaga keuangan, termasuk

perbankan, mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah

mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya

mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Akibatnya

kualitas aset perbankan turun secara drastis sementara sistem perbankan

diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan

tingkat suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha pada sektor

produksi telah pula menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan secara

umum untuk menjalankan fungsinya sebagai intermediator kegiatan investasi

(Bank Indonesia, 2002).

Page 14: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Selama periode krisis tersebut, bank syariah masih dapat menunjukkan

kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan

konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran

pembiayaan yang bermasalah (non performing loans) pada bank syariah dalam

periode pasca krisis ekonomi (Bank Indonesia, 2002), seperti yang dapat dilihat

pada Gambar 1. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian

pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhirnya

dapat menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah

kepada masyarakat. Data menunjukkan bahwa bank syariah relatif lebih dapat

menyalurkan dana kepada sektor produksi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR)

berkisar antara 113-117 persen. Pengalaman historis tersebut telah memberikan

harapan kepada masyarakat akan hadirnya sistem perbankan syariah sebagai

alternatif sistem perbankan yang selain memenuhi harapan masyarakat dalam

aspek syariah juga dapat memberikan manfaat yang luas dalam kegiatan

perekonomian (Bank Indonesia, 2002).

Sumber : Bank Indonesia (2002)

Gambar 1 Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia

Page 15: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Perkembangan industri keuangan syariah, baik bank umum maupun Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan lembaga keuangan syariah bukan bank,

di Indonesia sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal

menetapkan dasar-dasar hukum operasionalnya. Perkembangan perbankan syariah

di Indonesia merupakan wujud dari permintaan masyarakat yang membutuhkan

suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa perbankan atau

keuangan yang sehat sekaligus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dikeluarkannya

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan memberikan landasan operasi yang lebih jelas

bagi bank syariah dan menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual

banking system) di Indonesia. Kemudian pada tahun 1999 dikeluarkan Undang-

Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan

kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya

berdasarkan prinsip syariah.

Setelah dikeluarkannya ketentuan perundang-undangan tersebut, sistem

perbankan syariah sejak tahun 1998 sampai 2001 telah menunjukkan

perkembangan yang cukup pesat, yaitu sekitar 74 persen pertumbuhan aset per

tahun dari Rp 479 miliar pada tahun 1998 menjadi Rp 2.718 miliar pada tahun

2001. Dana Pihak Ketiga (DPK) telah meningkat dari Rp 392 miliar menjadi Rp

1.806 miliar. Sistem perbankan syariah telah pula mengalami pertumbuhan dalam

hal kelembagaan. Jumlah bank syariah telah meningkat dari hanya satu Bank

Umum Syariah (BUS) dan 78 BPRS pada tahun 1998 menjadi dua BUS, tiga Unit

Usaha Syariah (UUS) dan 81 BPRS pada akhir tahun 2001 (Bank Indonesia,

2002). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 16: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah Kelompok Bank 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Bank Umum Syariah 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

Unit Usaha Syariah 0 1 3 3 6 8 15 19 20 26 BPR Syariah 78 79 79 81 83 84 88 92 105 114

Sumber : Bank Indonesia (2003 dan 2008)

Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan

pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi mereka. Hal itu ditunjukkan dengan

akselerasi perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia,

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tahun 2000 hingga tahun 2004,

pertumbuhan bank syariah cukup tinggi, rata-rata lebih dari 50 persen setiap

tahunnya. Bahkan pada tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan bank syariah melebihi

90 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Jumlah DPK yang terus meningkat

dengan tingkat pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dengan aset,

mengindikasikan bahwa demand pasar terhadap perbankan syariah masih cukup

besar. Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2004 sejalan dengan

kebijakan Bank Indonesia melalui peraturan yang dikeluarkan dengan didukung

oleh kajian dan penelitian dari kalangan perbankan.

Perlu disadari bahwa di tengah tekanan yang cukup berat terhadap

stabilitas makroekonomi secara umum dan perbankan secara khusus, kondisi

industri perbankan syariah tetap memperlihatkan peningkatan kinerja yang relatif

baik. Selain itu, dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia

disebutkan visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah, yaitu

“Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi

prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui

kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka

Page 17: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan

masyarakat”. Oleh karena itu, penelitian mengenai efisiensi perbankan syariah di

Indonesia menjadi penting untuk dilakukan.

Tabel 2 Perkembangan dan Pertumbuhan Perbankan Syariah

Keterangan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Total Aset (dalam miliar rupiah) 1.790 2.718 4.045 7.859 15.326 20.880 26.722 36.538Share dengan total perbankan (dalam persen) 0,17 0,25 0,36 0,74 1,20 1,42 1,58 1,84 Pertumbuhan (dalam persen) 51,8 48,8 94,3 95,0 36,2 28,0 36,7 Pembiayaan yang Diberikan (dalam miliar rupiah) 1.271 2.050 3.277 5.530 11.490 15.232 20.445 27.944 Share dengan total perbankan (dalam persen) 0,40 0,57 0,80 1,16 1,93 2,19 2,58 2,79 Pertumbuhan (dalam persen) 61,3 59,9 68,8 107,8 32,6 34,2 36,7Dana Pihak Ketiga (dalam miliar rupiah) 1.029 1.806 2.918 5.725 11.862 15.582 20.672 28.012 Share dengan total perbankan (dalam persen) 0,15 0,23 0,35 0,64 1,23 1,38 1,61 1,85 Pertumbuhan (dalam persen) 75,6 61,5 96,2 107,2 31,4 32,7 35,5

Sumber : Bank Indonesia (2007) dan Hasil Pengolahan Keterangan : Meliputi data BUS dan UUS (tidak termasuk BPRS)

Page 18: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Di sisi lain, perkembangan bank-bank syariah telah dianggap sebagai

alternatif solusi untuk menuju perbankan yang sehat. Beberapa negara sudah

mengubah sistem perbankannya dengan sistem perbankan syariah (Yaumidin,

2007). Perbedaan utama sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan

konvensional terletak pada prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara (intermediaries). Hal ini juga

yang secara umum menjadi motivasi bagi negara-negara tersebut dalam

menerapkan sistem perbankan syariah.

Meskipun Indonesia terlambat dalam memulai praktek keuangan syariah

dibandingkan Malaysia, namun perlahan Indonesia menunjukkan kinerja yang

jauh lebih baik. Dalam industri perbankan syariah, secara kuantitatif maupun

kualitatif, Indonesia saat ini lebih baik. Jumlah bank umum yang menawarkan

layanan syariah di Indonesia melebihi Malaysia, apalagi bila dihitung jumlah

BPRS. Belum lagi bila jumlah Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ikut diperhitungkan.

Dari sisi kualitatif, persentase pembiayaan bermasalah perbankan syariah

Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Malaysia yang baru-baru ini menghadapi

masalah serius dalam kualitas asetnya. Tingkat profitabilitas maupun efisiensi

operasi perbankan syariah Indonesia juga jauh lebih baik. Satu-satunya variable

yang masih lebih kecil dari Malaysia adalah total aset, baik nominalnya maupun

persentase terhadap total aset perbankan nasional1.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini akan dianalisis

tingkat efisiensi serta perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri

perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode non parametrik

Data Envelopment Analysis (DEA).

Page 19: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

1.2 Perumusan Masalah

Sejak berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992 berarti menjadi

tonggak awal perkenalan umat Islam Indonesia dengan bank syariah. Sampai

akhir tahun 2007 telah ada tiga Bank Umum Syariah (BUS), 26 Unit Usaha

Syariah (UUS) dan 114 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Belum lagi

lembaga keuangan mikro syariah atau Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang

tersebar hampir di setiap propinsi. Ini merupakan prestasi yang menggembirakan

bagi perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Akan tetapi pada tahun 2005 dirasakan ada perlambatan dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya, meskipun perbankan syariah tetap tumbuh sebesar 36,2

persen. Sampai akhir tahun 2005 juga tercatat bahwa pangsa pasar industri

perbankan syariah Indonesia masih merupakan bagian yang sangat kecil dari total

pangsa pasar industri perbankan nasional, yaitu hanya sebesar 1,42 persen. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 2.

Semakin banyaknya jumlah bank syariah menyebabkan semakin

tingginya tingkat persaingan di antara bank syariah. Dengan kata lain, agar

mampu bersaing dengan bank konvensional dan bank syariah lainnya, maka bank

syariah harus meningkatkan kinerjanya atau menjalankan usahanya dengan

efisien. Selain itu, dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia

disebutkan, salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam upaya

mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah yang masih berada dalam

tahap awal pengembangan adalah efisiensi operasional perbankan syariah yang

masih belum optimal.

Page 20: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan perbankan syariah dilihat dari total aset,

pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga?

2. Bagaimana efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia?

3. Bagaimana perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri

perbankan syariah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mendeskripsikan perkembangan perbankan syariah dilihat dari total aset,

pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga.

2. Menganalisis efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia.

3. Menganalisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri

perbankan syariah di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini yang diharapkan adalah sebagai

berikut :

1. Untuk perkembangan teori mengenai efisiensi industri, khususnya

industri perbankan syariah.

2. Untuk perkembangan penerapan metode non parametrik Data

Envelopment Analysis (DEA), penelitian ini dapat dijadikan salah satu

Page 21: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

literatur dalam menganalisis efisiensi industri perbankan syariah terutama

di Indonesia.

3. Sebagai sumber informasi mengenai tingkat efisiensi perbankan syariah

nasional bagi lembaga atau pihak-pihak tertentu, seperti bank (manager

bank), investor, bank-bank pesaing (kompetitor) dan analis pasar serta

Bank Indonesia dan Pemerintah, untuk pertimbangan langkah ke

depannya.

4. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dan pembaca dalam

memahami lebih mendalam mengenai efisiensi, khususnya efisiensi

perbankan syariah, dan metode non parametrik DEA.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis efisiensi industri perbankan syariah di

Indonesia. Dalam penelitian ini hanya akan dikaji efisiensi dan perubahan Total

Factor Productivity (TFP) perbankan syariah, meliputi Bank Umum Syariah

(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Data-data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu data total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya, aktiva

produktif lainnya, beban personalia, aktiva tetap dan total Dana Pihak Ketiga

(DPK) dibatasi dalam periode penelitian, yakni dari tahun 2004 hingga 2007.

Page 22: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Efisiensi

Menurut Pass dan Lowes (1997), efisiensi merupakan hubungan antara

faktor input (factor inputs) yang langka dengan output (outputs) barang dan jasa.

Hubungan ini dapat diukur secara fisik (efisiensi teknik (technological efficiency))

atau secara biaya (efisiensi ekonomi (economic efficiency)). Konsep efisiensi

dipergunakan sebagai kriteria dalam penilaian seberapa baik pasar

mengalokasikan sumberdaya.

Kinerja pasar merupakan efisiensi dari suatu pasar (market) dalam

menggunakan sumberdaya yang langka untuk memenuhi permintaan konsumen

akan barang dan jasa, yaitu seberapa baik suatu pasar telah memberikan kontribusi

pada optimisasi kesejahteraan ekonomi. Elemen-elemen kunci dari kinerja pasar

mencakup :

(a) efisiensi produksi (productive efficiency) dan (b) efisiensi distribusi

(distributive efficiency), yaitu kemampuan suatu pasar untuk

memproduksi dan mendistribusikan produk-produknya dengan biaya

yang paling rendah;

(c) efisiensi alokasi (allocative efficiency), yaitu tingkat di mana harga pasar

yang dibebankan pada para pembeli konsisten dengan biaya penawaran

termasuk pengembalian suatu laba normal (normal profit) pada para

pemasok;

Page 23: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

(d) kemajuan teknologi (technological progressiveness), kemampuan para

pemasok untuk selalu memperkenalkan teknik-teknik distribusi dan

produksi baru yang hemat biaya dan memperkenalkan produk-produk

superior;

(e) kinerja produk (product performance), yaitu kualitas dan

keanekaragaman produk yang ditawarkan oleh para pemasok.

Dalam teori pasar (theory of markets), kinerja pasar ditentukan oleh

interaksi dari struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market

conduct), sementara kinerja pasar itu sendiri memiliki pengaruh terhadap struktur

dan perilaku pasar.

Efisiensi pengalokasian (allocative efficiency) merupakan suatu aspek

dari kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan pengalokasian yang

optimum dari sumberdaya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang

sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini dicapai ketika tingkat harga pasar

dan keuntungan konsisten dengan biaya sumberdaya riil untuk menyediakan

produk tersebut. Lebih khusus, kesejahteraan konsumen optimum apabila harga

dari setiap produk sama dengan biaya terendah dari sumberdaya dalam

menyediakan produk tersebut, ditambah keuntungan normal yang diterima oleh

perusahaan.

Efisiensi produksi (productive efficiency) merupakan sebuah aspek dari

kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan efisiensi suatu pasar

dalam memproduksi produk-produk pada biaya yang serendah mungkin dalam

jangka panjang dengan menggunakan teknologi yang ada. Efisiensi produksi

Page 24: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

tercapai apabila output diproduksi dalam pabrik dengan skala optimal dan terdapat

suatu keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar jangka panjang.

Efisiensi distribusi (distribution efficiency) merupakan suatu aspek dari

kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan efisiensi (efficiency) suatu

pasar dalam mendistribusikan output dari pemasok ke konsumen. Biaya distribusi

termasuk pengangkutan, pergudangan, biaya penanganan, bersama-sama dengan

margin keuntungan dari distributor. Sebagai tambahan, pemasok menimbulkan

biaya penjualan atau selling cost (periklanan atau advertising dan biaya-biaya lain

dari pembedaan produk atau product differentiation) dalam mengusahakan dan

mempertahankan secara terus menerus permintaan akan produk mereka. Efisiensi

distribusi yang optimal diperoleh apabila biaya distribusi fisik minimum dan biaya

penjualan dipertahankan pada tingkat yang paling rendah untuk mempertahankan

total permintaan pasar secara terus menerus.

Menurut Hadad, et. al (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter

kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh

kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal

dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat

pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana

mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau

mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.

Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja

yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-

kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan

tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria

Page 25: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

“sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri

perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan

yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan. Capital Adequacy Ratio

(CAR), Reserve Requirement, Legal Lending Limit dan kredibilitas para pengelola

bank adalah contoh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di

dunia perbankan. Sedangkan dengan menggunakan metode parametrik, ada dua

pendekatan untuk menghitung efisiensi, yaitu Stochastic Frontier Approach

(SFA) dan Distribution Free Approach (DFA).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Febryani dan Zulfadin (2003),

kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan

keuangan. Dalam konteks perbankan, kinerja merupakan cerminan dari

kemampuan sebuah bank dalam mengelola dan mengalokasikan dananya

(Febryani dan Zulfadin, 2003).

Ramli dalam Mirnawati (2007) menyatakan bahwa efisiensi perbankan

berperan bagi kehidupan makro dan mikro bangsa Indonesia. Peranan efisiensi

perbankan dari sisi makro yaitu melalui kegiatan utamanya dalam pasar finansial

berupa mobilisasi dana dan penyaluran kredit. Lembaga perbankan tidak hanya

dapat meningkatkan produktivitas dana tetapi juga dapat mendorong

perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Bahkan penyaluran kredit

konsumsi mempunyai dampak positif bagi dunia usaha karena ikut membantu

peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Peranan efisiensi

perbankan ditinjau dari sisi mikro menggambarkan kemampuan bank yang

bersangkutan dalam mengelola input untuk menghasilkan output. Bank-bank yang

tidak efisien bisa tersingkir dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan

Page 26: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun kualitas produk dan

pelayanan (Mirnawati, 2007).

Menurut Farrel dalam Coelli et. al (1998), efisiensi teknis mencerminkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output yang maksimum dengan

jumlah input tertentu. Menurut Hassan (2003), sebuah perusahaan dikatakan lebih

efisien secara teknis daripada perusahaan lainnya jika perusahaan tersebut

menghasilkan output yang relatif lebih banyak dengan menggunakan input dalam

jumlah yang sama. Inefisiensi teknis disebabkan oleh manajemen dan dapat

dikendalikan dengan manajemen. Sumber inefisiensi teknis dapat berupa

inefisiensi teknis murni (terkait dengan input) atau skala inefisiensi (terkait

dengan output).

Menurut Farrel dalam Yudistira (2003), skala efisiensi adalah hubungan

antara biaya produksi rata-rata per unit dan volume bank. Jadi, suatu bank

dikatakan memiliki skala ekonomi saat peningkatan outputnya diikuti dengan

biaya produksi per unit yang lebih rendah.

2.1.2 Total Factor Productivity (TFP)

Coelli et. al (1998) mendefinisikan produktivitas suatu perusahaan

sebagai rasio output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. Total Factor

Productivity (TFP) adalah ukuran produktivitas yang melibatkan semua faktor

produksi. Indeks TFP mengukur perubahan total output yang dihasilkan relatif

terhadap perubahan atas seluruh input yang digunakan.

Page 27: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Untuk membedakan istilah produktivitas dan efisiensi dapat

diilustrasikan dengan proses produksi sederhana dimana satu input (x) digunakan

untuk memproduksi satu output (y). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Garis 0F’ pada Gambar 2 merupakan frontier produksi yang menggambarkan

hubungan antara input dan output. Frontier produksi menunjukkan tingkat output

maksimum yang dapat dicapai pada tiap tingkat input, dengan tingkat teknologi

tertentu dalam suatu industri. Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut

dapat beroperasi pada frontier jika perusahaan efisien secara teknis atau di bawah

frontier jika perusahaan tidak efisien secara teknis. Titik A menunjukkan titik

yang inefisien, sedangkan titik B dan C menunjukkan titik yang efisien.

Perusahaan yang beroperasi di titik A merupakan perusahaan yang inefisien

karena secara teknis perusahaan tersebut dapat meningkatkan output ke tingkat

output yang sama dengan titik B tanpa membutuhkan input yang lebih besar.

Sumber : Coelli et. al (1998) Gambar 2 Frontier Produksi dan Efisiensi Teknis

y

x

F’

0

C

B

A

Page 28: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Pada Gambar 3, untuk mengukur produktivitas masing-masing titik data

digunakan garis bantu yang berasal dari titik 0 ke masing-masing titik data, yaitu

garis a, b dan c. Kemiringan (slope) garis tersebut adalah y/x dan merupakan

ukuran produktivitas. Jika perusahaan yang beroperasi di titik A bergerak ke titik

B yang efisien secara teknis, kemiringan garis tersebut akan menjadi lebih besar.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas lebih tinggi di titik B. Jika

perusahaan bergerak ke titik C, garis tersebut merupakan garis singgung terhadap

frontier produksi dan menunjukkan produktivitas maksimum yang mungkin

dicapai. Pergerakan ke titik C adalah contoh pemanfaatan skala ekonomi. Titik C

merupakan titik skala optimal (secara teknis). Operasi perusahaan di titik lainnya

pada frontier produksi (selain titik C) akan menghasilkan tingkat produktivitas

yang lebih rendah. Kesimpulan dari uraian tersebut adalah perusahaan yang sudah

efisien secara teknis masih mungkin memperbaiki produktivitasnya dengan

memanfaatkan skala ekonomi.

Sumber : Coelli et. al (1998) Gambar 3 Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi

y

x

F’

0

C

B

A

skala

ba c

Page 29: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Uraian tersebut tidak memasukkan komponen waktu. Jika perbandingan

produktivitas dilakukan antar waktu yang berbeda, sumber perubahan

produktivitas lainnya yang mungkin adalah perubahan teknis. Perubahan teknis

melibatkan kemajuan teknologi yang ditunjukkan dengan pergeseran frontier

produksi ke atas. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4 berupa pergeseran frontier

produksi (pada periode 0) 0F0’ menjadi frontier produksi (pada periode 1) 0F1’.

Pada periode 1, seluruh perusahaan secara teknis dapat memproduksi lebih

banyak output pada tiap tingkat input, relatif terhadap output yang mungkin

diproduksi pada periode 0. Jadi peningkatan produktivitas suatu perusahaan dari

tahun satu ke tahun selanjutnya tidak hanya berasal dari perbaikan efisiensi, tetapi

mungkin juga karena perubahan teknis atau pemanfaatan skala ekonomi atau

kombinasi dari ketiga faktor ini.

Sumber : Coelli et. al (1998) Gambar 4 Perubahan Teknis di Antara Dua Periode Waktu

y

x

F1’

0

F0’

Page 30: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Menurut Hassan (2003), perubahan produktivitas industri perbankan

syariah dapat disebabkan oleh perubahan teknologi atau perubahan efisiensi

teknis. Perubahan teknologi dapat dilakukan dengan pembukaan dan penetrasi

pasar lain, sedangkan perubahan efisiensi teknis dapat dilakukan dengan usaha

bank-bank yang inefisien untuk menyusul bank-bank yang efisien.

2.1.3 Perbankan

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1,

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.

2.1.3.1 Bank

Menurut Pass dan Lowes (1997), bank merupakan suatu lembaga

simpan-pinjam yang mempunyai izin dari pemerintah (di Inggris oleh Bank

Sentral), yang bertindak sebagai tempat penyimpanan uang oleh masyarakat,

perusahaan dan lembaga-lembaga yang dapat diambil kembali setiap saat

berdasarkan permintaan (current accounts) atau setelah jatuh tempo yang

ditetapkan sebelumnya (deposit accounts). Bank memberikan bermacam-macam

pelayanan kepada nasabahnya (transaksi uang, saran-saran mengenai investasi dan

lain sebagainya) dan memberikan pinjaman yang berasal dari deposito atau

dengan menggunakan dana sendiri untuk membeli surat-surat berharga dalam

rangka mencari keuntungan. Ada beberapa bentuk bank, beberapa di antaranya

bank komersil (commercial bank), bank perdagangan (merchant banks), bank

Page 31: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

tabungan (saving banks) dan bank investasi (investment banks). Akhir-akhir ini

banyak lembaga-lembaga keuangan (building societies) telah pula menciptakan

fasilitas-fasilitas perbankan dalam jangkauan yang terbatas.

Menurut Dendawijaya (2001), bank adalah suatu badan usaha yang tugas

utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang

menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund atau surplus fund)

kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada

waktu yang ditentukan. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2

menyebutkan bahwa yang disebut dengan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Undang-Undang No.

10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bank umum adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.1.3.2 Bank Syariah

Menurut Dendawijaya (2004), bank syariah adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya

dapat memberikan atau tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Landasan hukum bank syariah adalah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Bank syariah mencakup Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum

Page 32: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

konvensional (Bank Indonesia, 2002). Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank

umum berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi berdasarkan prinsip

syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat

bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang

syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang bank asing

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu

syariah dan atau unit syariah (Bank Indonesia, 2007).

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 13, prinsip

syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak

lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip

sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan memindahkan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan efisiensi atau kinerja bank

telah banyak dilakukan di Indonesia, seperti penelitian Febryani dan Zulfadin

(2003) yang membandingkan kinerja bank devisa dan bank non devisa dengan

didasarkan pada Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Loan to

Page 33: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Deposit Ratio (LDR), yang menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak terdapat

perbedaan kinerja antara bank devisa dan non devisa jika dilihat dari ROE, ROA

dan LDR. Sedangkan pada tahun 2001 tidak ada perbedaan signifikan antara

kinerja bank devisa dan bank non devisa jika dilihat dari variabel ROE dan ROA,

perbedaan kinerja terlihat nyata jika dilihat dari variabel LDR. Lestari dan

Sugiharto (2007) juga menganalisis perbedaan kinerja bank devisa dan bank non

devisa setelah krisis ekonomi dilihat dari ROA dan ROE, dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada tahun 2002-2006 perbedaan kinerja antara bank devisa

dan bank non devisa setelah krisis ekonomi tidak signifikan.

Linda (2007) menganalisis kinerja bank persero, Bank Umum Swasta

Nasional (BUSN) devisa dan BUSN non devisa dalam kaitannya dengan indikator

kesehatan bank (ROA dan ROE) dengan periode penelitian sejak Januari 2001

hingga Desember 2006, yang secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan kinerja masing-masing kelompok bank dari segi rentabilitas. Pada awal

periode penelitian, kelompok bank yang memiliki ROA dari posisi terbesar

hingga terkecil adalah BUSN non devisa, bank persero dan BUSN devisa. Namun,

sejak pertengahan hingga akhir periode penelitian, kelompok bank yang memiliki

ROA dari yang terbesar hingga terkecil adalah BUSN devisa, bank persero dan

BUSN non devisa.

Sementara jika dilihat berdasarkan ROE, maka pada awal periode

penelitian kelompok bank yang memiliki ROE dari posisi terbesar hingga terkecil

adalah bank persero, BUSN non devisa dan BUSN devisa. Namun, sejak

pertengahan hingga akhir periode penelitian, kelompok bank yang memiliki ROE

dari yang terbesar hingga terkecil adalah BUSN devisa, bank persero dan BUSN

Page 34: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

non devisa. Adanya perubahan posisi menunjukkan adanya perubahan kinerja

dalam memperoleh profit dari masing-masing kelompok bank. Secara garis besar,

perkembangan kinerja terbaik dari segi rentabilitas ditunjukkan oleh BUSN

devisa, bahkan sampai mengungguli bank persero yang merupakan kompetitor

terdekatnya. Di sisi lain, BUSN non devisa cenderung mengalami penurunan

kinerja yang ditengarai akibat terbatasnya modal dan kalah bersaing dalam

merebut pangsa pasar.

Holis (2006) juga menganalisis tingkat efisiensi bank-bank di Indonesia

dan membandingkan tingkat efisiensi antara kelompok bank, namun penelitian ini

melihat dari segi modal inti yang dimiliki dan menggunakan pendekatan

Distribution Free Approach (DFA) dan Lang-Welzel, yang menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat efisiensi dengan ukuran modal inti

yang dimiliki oleh masing-masing bank. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa jumlah modal inti yang lebih besar tidak

selamanya membuat kinerja sebuah bank menjadi lebih baik jika dibandingkan

dengan bank-bank lain yang lebih kecil.

Penelitian mengenai kinerja intermediasi perbankan syariah juga pernah

dilakukan oleh Mardiansyah (2004) dan Mishriyah (2005) yang sama-sama

menganalisis perkembangan kinerja intermediasi perbankan setelah adanya fatwa

MUI pada Januari 2004, yang menyatakan bunga bank itu riba dan diharamkan,

dengan metode peramalan. Hasil penelitian Mardiansyah (2004), yang

menggunakan ramalan DPK dan pembiayaan perbankan syariah dengan data DPK

dan pembiayaan perbankan syariah dari Desember 2000 hingga Januari 2004,

menunjukkan bahwa terdapat penurunan kinerja intermediasi perbankan syariah.

Page 35: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Besar Financing to Deposit Ratio (FDR) pada akhir tahun 2004 diperkirakan

menjadi 85,35 persen atau ada kecenderungan penurunan tingkat FDR dari tahun

sebelumnya yang berkisar pada tingkat 96,57 persen. Penurunan ini disebabkan

terjadinya ketimpangan antara DPK yang dihimpun dengan pembiayaan yang

diberikan dimana pertumbuhan DPK yang dihimpun jauh lebih besar daripada

pembiayaan yang diberikan, artinya perbankan syariah akan mengalami kelebihan

likuiditas yang lebih besar lagi pada akhir tahun 2004.

Relatif tingginya pertumbuhan DPK dibanding pertumbuhan pembiayaan

kemungkinan besar disebabkan adanya fatwa MUI. Pengaruh dikeluarkannya

fatwa MUI tersebut akan terasa selama tahun 2004 dimana nasabah yang

terpengaruh akan melimpahkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah.

Ketimpangan tersebut ditambah dengan kesulitan perbankan syariah dalam

menyalurkan pembiayaan yang lebih besar lagi ke sektor riil. Namun besaran

FDR yang masih di atas 85 persen menunjukkan bahwa peran intermediasi

perbankan syariah masih cukup baik. Hasil penelitian Mishriyah (2005), yang

menggunakan metode peramalan dengan teknis dekomposisi dan menggunakan

data DPK dan pembiayaan perbankan syariah bulanan dari Desember 2000 hingga

Januari 2005, menunjukkan bahwa ada penurunan terhadap kinerja intermediasi

perbankan syariah dilihat dari peramalan tingkat FDR akhir tahun 2005 lebih

besar daripada FDR tahun 2006, yaitu 89,9 persen pada tahun 2005 menjadi hanya

75,9 persen pada tahun 2006.

Penelitian mengenai analisis efisiensi dengan pendekatan Data

Envelopment Analysis (DEA) pernah dilakukan oleh Purnomo (2006) pada usaha

tani padi sawah di provinsi Jawa Tengah dengan metode DEA model CCR

Page 36: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

(Charnes, Cooper and Rhodes). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

penelitian pada masa tanam musim kemarau tahun 2003 yang berukuran 58

pengamatan dengan asumsi skala pengembalian tetap atau Constant Returns to

Scale (CRS), petani yang efisien secara teknis dalam penggunaan input hanya

sebesar 32,76 persen dan pada masa tanam musim hujan tahun 2004 dengan 39

pengamatan, petani yang efisien secara teknis dalam penggunaan input hanya

sebesar 28,21 persen dan sisanya tidak efisien.

Penelitian Hadad et. al (2003) yang menganalisis efisiensi industri

perbankan Indonesia dengan metode non parametrik DEA, menunjukkan bahwa

kelompok bank swasta nasional non devisa merupakan yang paling efisien selama

tiga tahun (2001-2003) dalam kurun analisis delapan tahun (1996-2003)

dibandingkan bank-bank lainnya. Sufian (2006) yang menganalisis kinerja sektor

perbankan syariah Malaysia selama periode 2001-2005 dengan metode non

parametrik DEA, menemukan bahwa selama periode penelitian skala inefisiensi

(scale inefficiency) mendominasi inefisiensi teknis murni (pure technical

inefficiency) dalam sektor perbankan syariah Malaysia dan bank-bank asing

menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang lebih tinggi daripada bank-bank

domestik bandingannya. Sedangkan hasil penelitian Yudistira (2003) yang

menganalisis efisiensi 18 bank syariah yang berada di 12 negara dengan metode

non parametrik DEA menunjukkan bahwa secara keseluruhan bank syariah hanya

mengalami sedikit inefisiensi selama krisis global tahun 1998-1999.

Penelitian yang berkaitan dengan analisis efisiensi dengan metode non

parametrik DEA serta analisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) telah

dilakukan oleh Hassan (2003) pada bank-bank syariah di tiga negara, yaitu

Page 37: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Pakistan, Iran dan Sudan, dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata industri

perbankan syariah relatif kurang efisien dibandingkan dengan bank konvensional

bandingannya. Selain itu, telah terjadi peningkatan produktivitas yang menurun

dalam industri perbankan syariah di ketiga negara ini, kecuali pada tahun 1996-

1997 dan 1999-2000. Perubahan produktivitas yang terjadi pun disebabkan

terutama oleh perubahan teknologi, bukan perubahan efisiensi teknis.

Penelitian mengenai analisis efisiensi dengan metode non parametrik

DEA serta analisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) juga dilakukan

oleh Yaumidin (2007) yang membandingkan tingkat efisiensi bank-bank syariah

di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa secara keseluruhan bank-bank syariah di Asia Tenggara sedikit lebih

efisien dibandingkan bank-bank syariah di Timur Tengah dan adanya penurunan

efisiensi teknis selama periode penelitian, yaitu sejak 2000 hingga 2003.

Penelitian-penelitian mengenai efisiensi industri perbankan syariah

dengan metode non parametrik DEA yang sudah dilakukan umumnya

membandingkan efisiensi perbankan syariah antar kawasan atau antar negara.

Sedangkan penelitian mengenai kinerja/efisiensi industri perbankan di Indonesia

umumnya menggunakan rasio-rasio yang mencerminkan tingkat kesehatan dan

kinerja bank serta menganalisis industri perbankan nasional atau bank-bank

konvensional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dianalisis efisiensi

industri perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode non

parametrik DEA.

Page 38: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdirinya bank-bank syariah baru di Indonesia, yang terjadi hampir di

setiap tahun sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-

Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, menyebabkan semakin

banyaknya jumlah bank syariah. Hal ini menyebabkan semakin tingginya tingkat

persaingan di antara bank syariah. Oleh karena itu, agar mampu menghadapi

tingkat persaingan yang semakin tinggi, bank-bank syariah harus meningkatkan

kinerjanya atau tingkat efisiensinya. Selain itu, efisiensi operasional perbankan

syariah yang masih belum optimal merupakan salah satu hal yang harus

diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah.

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis efisiensi industri perbankan

syariah di Indonesia, digunakan pendekatan intermediasi dimana tenaga kerja dan

kapital bank digunakan untuk mengubah Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi

pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Menurut Dar dan Presley dalam

Yudistira (2003) dan Yaumidin (2007), pendekatan intermediasi dianggap paling

sesuai dengan prinsip-prinsip sistem keuangan syariah. Analisis efisiensi industri

perbankan syariah dapat dilihat dari penggunaan input dan output yang dihasilkan

dimana input yang digunakan adalah tenaga kerja, kapital dan total DPK,

sedangkan output yang dihasilkan adalah total pembiayaan, aktiva produktif

lainnya dan pendapatan operasional lainnya. Variabel-variabel penyusun input

dan output ini yang mempengaruhi efisiensi industri perbankan syariah.

Page 39: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Keterangan: : aliran atau siklus dalam pendekatan intermediasi : variabel penyusun : hubungan mempengaruhi

Gambar 5 Bagan Kerangka Pemikiran

Bank Syariah

Masyarakat atau

Nasabah

Dana Pihak Ketiga Pembiayaan

Tenaga Kerja

Kapital

Input

Pendapatan Operasional

Lainnya

Aktiva Produktif Lainnya Output

Persaingan Industri Perbankan Syariah

Berdirinya Bank-Bank Syariah

Efisiensi Industri Perbankan Syariah

Jumlah Bank Syariah

Page 40: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berupa gabungan dari data runtun waktu (time series) dan data kerat silang

(cross section), meliputi 17 bank syariah dari tahun 2004 hingga 2007. Data

tersebut dihimpun dari neraca dan laporan laba rugi masing-masing bank syariah

di Indonesia (meliputi Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah

(UUS)) dari Laporan Keuangan Publikasi Bank yang terdapat di Bank Indonesia.

Adapun bank-bank syariah lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini

disebabkan keterbatasan data yang tersedia.

3.2 Spesifikasi Input dan Output

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan intermediasi yang

memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator, dimana tenaga kerja

dan kapital bank syariah digunakan untuk mengubah Dana Pihak Ketiga (DPK)

menjadi pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Dalam penelitian ini aktiva

tetap sebagai proksi dari kapital, sedangkan beban personalia sebagai proksi dari

tenaga kerja.

Pendapatan operasional lainnya penting untuk dimasukkan ke dalam

penelitian disebabkan kreativitas perbankan syariah dalam menghindari bunga.

Total aktiva produktif tidak akan cukup mewakili keseluruhan output industri

perbankan syariah. Total pembiayaan bank-bank syariah merupakan data yang

terdiri dari kebanyakan transaksi syariah (Yaumidin, 2007).

Page 41: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Pemilihan variabel dalam studi mengenai efisiensi secara signifikan

mempengaruhi hasilnya. Dengan metode non parametrik, peningkatan jumlah

variabel dapat mengurangi jumlah inefisiensi teknis observasi (Coelli et. al,

1998). Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga

variabel input dan tiga variabel output. Variabel output terdiri dari total

pembiayaan, pendapatan operasional lainnya dan aktiva produktif lainnya.

Sedangkan variabel input terdiri dari beban personalia, aktiva tetap dan total DPK.

Ringkasan statistik dari variabel-variabel di atas dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6

dan 7 di Lampiran.

3.3 Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Total efisiensi teknis (technical efficiency) didefinisikan dalam bentuk

peningkatan proporsi yang sama dalam output bahwa perusahaan dapat

mencapainya dengan mengkonsumsi kuantitas yang sama dari input-

inputnya jika dioperasikan dengan asumsi bentuk batasan produksi yang

Constant Returns to Scale (CRS) (Hadad et. al, 2003).

2. Pengukuran efisiensi teknis murni (pure technical efficiency) terjadi pada

peningkatan output yang dapat dicapai jika perusahaan menggunakan

teknologi yang bersifat Variable Returns to Scale (VRS) (Hadad et. al,

2003). Dengan kata lain, efisiensi teknis murni adalah efisiensi teknis

tanpa pengaruh skala efisiensi.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

3. Skala efisiensi (scale efficiency) dapat dihitung sebagai rasio dari total

efisiensi teknis terhadap efisiensi teknis murni. Jika skala efisiensinya

sama dengan satu, maka perusahaan beroperasi dengan asumsi CRS,

sedangkan jika sebaliknya perusahaan tersebut terkarakterisasi dengan

asumsi VRS (Hadad et. al, 2003).

4. Constant Returns to Scale (CRS) terjadi saat peningkatan jumlah seluruh

input yang digunakan dengan proporsi tertentu menghasilkan

peningkatan output dalam proporsi yang sama (Coelli et. al, 1998).

5. Variable Returns to Scale (VRS) terdiri dari Increasing Returns to Scale

(IRS) dan Decreasing Returns to Scale (DRS). Increasing Returns to

Scale (IRS) terjadi saat peningkatan jumlah seluruh input dengan

proporsi tertentu menghasilkan peningkatan output dengan proporsi yang

lebih besar, sedangkan Decreasing Returns to Scale (DRS) terjadi saat

peningkatan jumlah seluruh input dengan proporsi tertentu menghasilkan

peningkatan output dengan proporsi yang lebih kecil (Coelli et. al,

1998).

6. Total pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan

akad mudharabah dan/atau musyarakah dan/atau pembiayaan lainnya

berdasarkan prinsip bagi hasil.

7. Aktiva produktif lainnya adalah penjumlahan dari penempatan pada bank

lain, penempatan pada Bank Indonesia dan surat berharga yang dimiliki.

8. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah penjumlahan dari giro wadiah,

tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

Page 43: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

3.4 Metode Analisis

Terdapat dua pilihan metode dalam menghitung efisiensi, yaitu metode

parametrik dan non parametrik. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan

adalah metode non parametrik dengan metode yang dikenal dengan istilah Data

Envelopment Analysis (DEA).

Umumnya pengukuran efisiensi dapat dilakukan berdasarkan input

(input-orientated) atau output (output-orientated). Dengan kata lain, efisiensi

dapat diukur dengan meminimumkan input yang digunakan untuk mencapai

tingkat output tertentu (input-orientated) atau memaksimumkan tingkat output

yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu (output-orientated).

3.4.1 Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah metode linear programming untuk mengestimasi frontier.

DEA menghitung efisiensi teknis seluruh unit. Tingkat efisiensi untuk setiap unit

adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi dari unit-unit lainnya dalam

sample. Jadi, DEA merupakan ukuran efisiensi relatif yang mengukur inefisiensi

unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien

dalam set data yang ada.

Setiap unit dalam sample dianggap memiliki tingkat efisiensi yang tidak

negatif dan nilainya antara nol hingga satu, dimana satu menunjukkan efisiensi

yang sempurna. Dalam DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat

efisiensi sama dengan satu, yang artinya adalah bahwa unit tersebut merupakan

unit yang paling efisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Kemudian

unit-unit yang memiliki nilai efisiensi sama dengan satu ini digunakan dalam

Page 44: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

membuat envelope untuk frontier efisiensi. Unit-unit lainnya yang berada di

dalam envelope menunjukkan tingkat inefisiensi.

Keuntungan lainnya adalah bahwa DEA dapat melihat sumber

ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial (potential improvement)

dari masing-masing input. DEA juga tidak dapat melakukan pengujian statistik

seperti pada ekonometri. Namun kedua pendekatan ini akan menghasilkan ukuran

efisiensi yang mirip jika datanya cukup lengkap dan akurat. Jika ekonometri

sangat membutuhkan data yang banyak, maka DEA sangat rentan terhadap adanya

angka nol, negatif dan angka kecil yang mendekati nol. Hal ini dikarenakan DEA

menggunakan metode linear programming dengan pembobotan, maka adanya

angka kecil yang mendekati nol dapat menyebabkan fluktuasi bobot menjadi

sangat tinggi dan bisa tak terhingga. Sedangkan adanya angka negatif tidak

memungkinkan dijalankannya analisis DEA karena angka negatif

mengimplikasikan sebuah titik kombinasi yang tidak terdapat dalam set yang

tertutup, atau dapat juga dikatakan bahwa input dan output tidak boleh negatif

atau berhutang dalam analisis DEA.

Dalam DEA terdapat dua asumsi, yaitu Constant Returns to Scale (CRS)

dan Variable Returns to Scale (VRS). Charnes, Cooper dan Rhodes dalam Coelli

(1996) mengemukakan model yang berdasarkan input (input orientated) dan

diasumsikan CRS. Asumsi CRS sesuai hanya jika seluruh Decision Making Unit

(DMU), dalam hal ini bank syariah, beroperasi pada skala yang optimal.

Persaingan yang tidak sempurna, hambatan pada keuangan dan sebagainya

memungkinkan DMU tidak beroperasi pada skala optimal.

Page 45: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Banker, Charnes dan Cooper mengemukakan perluasan dari model CRS

untuk menghitung asumsi alternatifnya, yaitu model VRS. Penggunaan asumsi

CRS jika tidak semua DMU beroperasi pada skala optimal, akan menghasilkan

nilai efisiensi teknis yang berbaur dengan skala efisiensi. Penggunaan asumsi

VRS akan menghasilkan perhitungan efisiensi teknis tanpa pengaruh skala

efisiensi ini.

Model DEA yang berdasarkan input dengan asumsi VRS dapat

ditunjukkan dengan linear programming problem berikut :

minθ,λ θ,

subject to -yi + Yλ ≥ 0,

θxi - Xλ ≥ 0,

N1’λ = 1,

λ ≥ 0,

dimana N1’λ = 1 adalah convexity constraint, N1 adalah vektor N x 1 dan θ

adalah besaran skalar (1 ≥ θ ≤ ∞). Untuk sejumlah N DMU, dengan input sebesar

K dan output sebesar M pada masing-masing DMU, yi adalah vektor output M x

N dan xi adalah vektor input K x N. Y dan X terdiri dari data untuk seluruh DMU.

Jika linear programming problem tanpa convexity constraint (N1’λ = 1), maka

menjadi model DEA yang berdasarkan input dengan asumsi CRS.

3.4.2 Malmquist DEA

Jika set data yang dimiliki berupa panel data, maka memungkinkan untuk

menggunakan DEA-like linear programs dan Malmquist TFP index untuk

Page 46: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

menghitung perubahan produktivitas dan menguraikan perubahan produktivitas

ini menjadi perubahan teknis dan perubahan efisiensi teknis.

Fare et. al dalam Coelli (1996) menetapkan indeks perubahan

produktivitas output-based Malmquist sebagai berikut :

Ini menunjukkan bahwa produktivitas titik produksi ( , ) relatif terhadap

titik produksi ( , ). Nilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa ada

pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP) yang positif dari periode t ke

periode t+1. Indeks ini merupakan rata-rata geometris dari dua output-based

Malmquist TFP indices. Indeks yang satu menggunakan teknologi pada periode t

dan yang lainnya menggunakan teknologi pada periode t+1. Pendekatan di atas

dapat diperluas dengan menguraikan perubahan efisiensi teknis (Constant Returns

to Scale (CRS)) ke dalam komponen skala efisiensi dan efisiensi teknis murni

(Variable Returns to Scale (VRS)).

Dalam penelitian mengenai analisis efisiensi industri perbankan di

Indonesia ini akan dilakukan perhitungan efisiensi dengan model yang

berdasarkan output (output orientated) dengan asumsi VRS, mengingat suatu

bank sangat sulit beroperasi optimal karena kondisi eksternalnya, dan perubahan

TFP dengan Malmquist TFP index. Kedua perhitungan tersebut dilakukan dengan

menggunakan Data Envelopment Analysis (Computer) Program (DEAP) Version

2.1.

Page 47: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-

Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, industri perbankan syariah

telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Selain terjadi peningkatan

jumlah bank syariah, juga terjadi peningkatan total aset, pembiayaan yang

diberikan dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2,

total aset perbankan syariah telah meningkat dari Rp 1.790 miliar pada tahun 2000

menjadi Rp 36.538 miliar pada tahun 2007. DPK telah meningkat dari Rp 1.029

miliar menjadi Rp 28.012 miliar dan pembiayaan yang diberikan telah meningkat

dari Rp 1.271 miliar menjadi Rp 27.944 miliar.

Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan

pertama bagi nasabah. Hal tersebut ditunjukkan dengan akselerasi pertumbuhan

dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun

2007, pertumbuhan bank syariah cukup tinggi rata-rata lebih dari 50 persen setiap

tahunnya. Bahkan pada tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan bank syariah melebihi

90 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Jumlah DPK yang terus meningkat

dengan tingkat pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dengan aset, menunjukkan

bahwa demand pasar terhadap perbankan syariah masih cukup besar.

Dengan membedakan bank syariah menjadi dua kelompok bank, yaitu

Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), maka dapat dilihat

perkembangan masing-masing kelompok bank syariah. Hal ini dapat dilihat pada

Page 48: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 3 dan 4. Tabel 3 menunjukkan bahwa total aset, pembiayaan yang diberikan

dan DPK PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan BUS pertama

yang berdiri di Indonesia, terus meningkat sejak tahun 2000. Peningkatan ini juga

terjadi pada PT Bank Syariah Mandiri (BSM), bahkan sejak akhir tahun 2003 total

aset dan DPK yang dihimpunnya melebihi BMI. Sedangkan pada PT Bank

Syariah Mega Indonesia (BSMI), meskipun total asetnya terus meningkat, pada

tahun 2004 DPK dan pembiayaan yang diberikan mengalami penurunan. Pada

akhir tahun 2007, dimana total aset perbankan syariah mencapai sebesar Rp

36.538 miliar, BMI dan BSM menguasai 64,19 persen pangsa pasar perbankan

syariah. Bila ditambah dengan BSMI, maka ketiga BUS tersebut menguasai 71,2

persen pangsa pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2007, share

keseluruhan UUS hanya sebesar 28,8 persen dari total pangsa pasar industri

perbankan syariah.

Tabel 3 Perkembangan dan Pertumbuhan Bank Umum Syariah (dalam miliar rupiah)

Nama Bank Keterangan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

PT Bank Muamalat Indonesia

Total Aset 1.127 1.564 2.124 3.309 5.210 7.427 8.371 10.569 Pembiayaan yang Diberikan

911 1.215 1.748 2.373 4.178 5.948 6.626 8.574

Dana Pihak Ketiga 813 1.193 1.691 2.509 4.331 5.750 6.837 8.691

PT Bank Syariah Mandiri

Total Aset 608 934 1.622 3.422 6.870 8.273 9.555 12.885 Pembiayaan yang Diberikan

316 653 1.141 2.171 5.303 5.825 7.278 10.199

Dana Pihak Ketiga 177 475 1.117 2.629 5.725 7.038 8.219 11.106

PT Bank Syariah Mega Indonesia

Total Aset 258 261 313 376 401 897 2.345 2.562 Pembiayaan yang Diberikan

58 133 220 307 271 520 2.145 1.870

Dana Pihak Ketiga 107 167 284 339 280 822 2.158 2.173

Sumber : Bank Indonesia (2000-2007) dan Hasil Pengolahan

Page 49: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa umumnya total aset, pembiayaan yang

diberikan dan DPK pada UUS juga meningkat dari tahun ke tahun. Dari data yang

didapat, penurunan total aset terjadi hanya pada PT Bank Jabar pada tahun 2005

dan BPD Sumatera Utara pada tahun 2006. Sedangkan penurunan DPK hanya

terjadi pada BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2006.

Tabel 4 Perkembangan dan Pertumbuhan Unit Usaha Syariah (dalam juta rupiah)

Nama Bank Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT Bank Negara Indonesia

Total Aset 1.124.258 1.339.067 1.598.922 - Pembiayaan yang Diberikan

684.667 834.602 1.132.559 -

Dana Pihak Ketiga 780.058 856.647 1.124.363 -

PT Bank Jabar

Total Aset 346.987 327.555 489.653 556.589 Pembiayaan yang Diberikan

175.971 217.044 264.833 324.946

Dana Pihak Ketiga 72.829 74.240 141.805 179.973

PT Bank Rakyat Indonesia

Total Aset 344.708 663.920 1.138.623 1.191.354 Pembiayaan yang Diberikan

324.161 636.228 1.053.213 1.134.147

Dana Pihak Ketiga 161.767 250.770 407.351 750.243

PT Bank Bukopin

Total Aset 263.200 366.470 512.664 640.396 Pembiayaan yang Diberikan

214.941 304.484 363.001 458.345

Dana Pihak Ketiga 144.549 229.354 392.106 428.743

HSBC, Ltd.

Total Aset 2.014 9.671 - - Pembiayaan yang Diberikan

0 0 - -

Dana Pihak Ketiga 0 0 - -

PT Bank DKI

Total Aset 31.155 62.135 102.593 - Pembiayaan yang Diberikan

17.623 56.506 82.968 -

Dana Pihak Ketiga 14.141 16.229 32.125 -

Page 50: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 4 Lanjutan BPD Riau Total Aset 18.212 36.516 88.730 152.635

Pembiayaan yang Diberikan

11.838 26.692 52.000 57.419

Dana Pihak Ketiga 5.006 16.089 86.451 137.436

BPD Kalsel

Total Aset 6.448 20.674 29.980 90.134 Pembiayaan yang Diberikan

2.144 11.668 17.401 54.233

Dana Pihak Ketiga 2.981 8.844 18.675 42.593

PT Bank Niaga

Total Aset 85.508 327.355 532.124 - Pembiayaan yang Diberikan

5.269 258.881 427.319 -

Dana Pihak Ketiga 15.921 126.886 397.434 -

BPD Sumatera Utara

Total Aset - 112.286 78.289 207.710 Pembiayaan yang Diberikan

- 29.564 60.210 111.401

Dana Pihak Ketiga - 15.120 30.596 76.463

BPD Aceh Total Aset 7.078 82.391 192.007 294.328 Pembiayaan yang Diberikan

1.775 22.008 51.325 88.132

Dana Pihak Ketiga 2.019 68.437 136.751 199.776

Bank Permata

Total Aset 20.433 165.741 313.114 711.843 Pembiayaan yang Diberikan

296 98.854 164.066 505.803

Dana Pihak Ketiga 20.381 47.990 212.585 398.112

Bank Tabungan Negara

Total Aset 191.477 413.031 789.005 Pembiayaan yang Diberikan

91.152 256.894 546.942

Dana Pihak Ketiga 36.364 152.089 550.502

BPD Nusa Tenggara Barat

Total Aset - 12.341 18.505 - Pembiayaan yang Diberikan

- 11.623 17.450 -

Dana Pihak Ketiga - 3.994 2.389 -

BPD Kalimantan Barat

Total Aset - 3.113 13.475 - Pembiayaan yang Diberikan

- 0 8.484 -

Dana Pihak Ketiga - 1.022 8.204 -

Page 51: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 4 Lanjutan BPD Sumatera Selatan

Total Aset - - 60.388 - Pembiayaan yang Diberikan

- - 54.375 -

Dana Pihak Ketiga - - 12.627 -

Sumber : Bank Indonesia (2004-2007) dan Hasil Pengolahan

4.2 Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia

Hasil Data Envelopment Analysis (DEA) yang berdasarkan output

(output orientated) dengan asumsi Variable Returns to Scale (VRS) terhadap

data-data bank yang digunakan dalam penelitian, yang dirangkum dalam Tabel 5,

menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat efisiensi teknis (technical efficiency)

industri perbankan syariah mengalami penurunan dari 99,5 persen pada tahun

2004 menjadi 89,4 persen pada tahun 2005 dan 85,4 persen pada tahun 2006

tetapi kemudian mengalami peningkatan di tahun 2007 yaitu sebesar 89,8 persen.

Tingkat efisiensi masing-masing bank syariah yang terdapat dalam penelitian

setiap tahunnya, dalam kurun waktu 2004 hingga 2007, dapat dilihat pada Tabel

8, 9, 10 dan 11 di Lampiran.

Tabel 5 Rata-Rata Nilai Efisiensi DEA Efisiensi 2004 2005 2006 2007 2004-2007

Mean CRS TE 0,995 0,894 0,854 0,898 0,910 Mean VRS TE 1,000 1,000 0,936 0,981 0,979 Mean SE 0,995 0,895 0,906 0,917 0,928

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS TE : Technical Efficiency VRS TE : Pure Technical Efficiency SE : Scale Efficiency

Page 52: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Jika dilihat dari sudut pandang faktor kondisi eksternal perbankan

syariah, penurunan efisiensi yang terjadi pada tahun 2005 berkaitan dengan

kondisi makroekonomi yang ditandai oleh tingkat suku bunga dan inflasi yang

relatif tinggi. Tingginya tingkat suku bunga mengakibatkan tingginya biaya modal

bagi sektor usaha, hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan usaha sektor

produksi yang pada akhirnya akan menyebabkan berkurangnya peran sistem

perbankan, termasuk perbankan syariah, secara umum untuk menjalankan

fungsinya sebagai intermediator kegiatan investasi. Penurunan efisiensi yang

terjadi kembali pada tahun 2006 diduga dikarenakan pengaruh kondisi

perekonomian yang masih kurang kondusif sejak tahun 2005. Peningkatan

efisiensi pada tahun 2007 berkaitan dengan diraihnya kembali stabilitas

makroekonomi dengan prospek ekonomi makro Indonesia yang baik dalam

bentuk rendahnya tingkat suku bunga, terkendalinya tingkat inflasi serta harapan

kestabilan pada nilai tukar memberikan harapan atas perbaikan kinerja sektor riil,

yang selanjutnya meningkatkan permintaan atas pembiayaan.

Penguraian atau dekomposisi dari efisiensi keseluruhan (efisiensi teknis)

ke dalam komponen efisiensi teknis murni (pure technical efficiency) dan skala

efisiensi (scale efficiency) menunjukkan bahwa skala inefisiensi (scale

inefficiency) mendominasi inefisiensi teknis murni (pure technical inefficiency)

perbankan syariah Indonesia di setiap tahun dalam periode penelitian. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 5, dimana nilai skala efisiensi lebih rendah daripada

efisiensi teknis murni.

Selama periode penelitian, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6, hasil

penelitian memperlihatkan bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis Bank Umum

Page 53: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Syariah (BUS) di Indonesia sebesar 83,4 persen. Sedangkan nilai rata-rata

efisiensi teknis murni Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia sebesar 91,8

persen. Dekomposisi dari efisiensi teknis ke dalam komponen efisiensi teknis

murni dan skala efisiensi pada BUS dan UUS juga menunjukkan bahwa skala

inefisiensi mendominasi inefisiensi teknis murni.

Tabel 6 Nilai Efisiensi DEA Perbankan Syariah Kelompok

Bank Efisiensi Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi

Bank Umum Syariah

CRS TE 0,578 1,000 0,834 0,170 VRS TE 1,000 1,000 1,000 0,000SE 0,578 1,000 0,834 0,170

Unit Usaha Syariah

CRS TE 0,424 1,000 0,918 0,152 VRS TE 0,467 1,000 0,962 0,112 SE 0,598 1,000 0,952 0,096

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS TE : Technical Efficiency VRS TE : Pure Technical Efficiency SE : Scale Efficiency

Karena sumber utama dari total inefisiensi-X (inefisiensi internal) teknis

dalam industri perbankan syariah di Indonesia yang ditunjukkan oleh hasil

penelitian berkaitan dengan skala, maka menganalisis komposisi frontier efisiensi

akan menjadi bermanfaat. Tabel 7 menunjukkan bank-bank syariah yang berada

pada frontier efisiensi DEA yang berdasarkan output dengan asumsi VRS.

Komposisi frontier efisiensi DEA menunjukkan jumlah bank yang paling efisien

(memiliki efisiensi 100 persen) dan sudah beroperasi pada skala optimal

bervariasi antara lima sampai sepuluh bank. Selama periode penelitian semua

bank syariah tampak berada pada frontier setidaknya satu kali, dengan hanya satu

bank yang tidak pernah berada pada frontier efisiensi sepanjang periode

penelitian.

Page 54: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 7 Komposisi Frontier Produksi Kode Bank Nama Bank Tipe 2004 2005 2006 2007 Jumlah

1 PT Bank Muamalat Indonesia BUS DRS CRS DRS DRS 1 2 PT Bank Syariah Mandiri BUS CRS DRS DRS DRS 1 3 PT Bank Syariah Mega Indonesia BUS CRS DRS CRS DRS 2 4 PT Bank Negara Indonesia UUS CRS DRS DRS 1 6 Bank Tabungan Negara UUS CRS CRS CRS 3 7 PT Bank Bukopin UUS CRS DRS DRS DRS 1 8 PT Bank Niaga UUS CRS CRS CRS 3 9 Bank Permata UUS CRS CRS CRS 3

10 BPD Kalsel UUS IRS IRS 0 11 PT Bank DKI UUS CRS 1 12 BPD Aceh UUS CRS CRS CRS 3 13 PT Bank Jabar UUS CRS CRS CRS CRS 4 14 BPD Kalimantan Barat UUS CRS 1 15 BPD Nusa Tenggara Barat UUS CRS CRS 2 16 BPD Riau UUS CRS IRS IRS CRS 2 17 BPD Sumatera Selatan UUS CRS 1 18 BPD Sumatera Utara UUS CRS DRS IRS 1

Jumlah Bank 17 7 8 10 5 Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS : Constant Returns to Scale DRS : Decreasing Returns to Scale IRS : Increasing Returns to Scale

4.3 Perubahan TFP Industri Perbankan Syariah di Indonesia

Untuk meneliti lebih jauh apakah ada perbaikan atau peningkatan

efisiensi sistem perbankan syariah, maka dilakukan analisis terhadap indeks

perubahan Total Factor Productivity (TFP) Malmquist. Dari set data asal, hanya

akan diamati enam bank yang terdiri dari tiga Bank Umum Syariah (BUS) dan

tiga Unit Usaha Syariah (UUS) selama kurun waktu 2004 hingga 2007. Hal ini

disebabkan panel data yang akan digunakan untuk menghitung Malmquist index

harus seimbang, yang berarti bahwa seluruh bank harus diamati di setiap tahun

dalam periode penelitian. Malmquist index tahunan untuk perubahan TFP,

perubahan efisiensi teknis dan perubahan teknologi ditampilkan pada Tabel 8.

Page 55: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 8 Statistik Deskriptif Perubahan Produktivitas Perubahan 2005 2006 2007 Mean

TE 0,983 1,018 1,000 1,000 T 0,868 1,024 1,132 1,002 TFP 0,853 1,042 1,132 1,002

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : TE : Technical Efficiency Change T : Technological Change TFP : Total Factor Productivity (TFP) Change

Hasil analisis Malmquist DEA menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

efisiensi teknis di awal periode penelitian (dari tahun 2005 ke tahun 2006),

kemudian terjadi penurunan di akhir periode penelitian (dari tahun 2006 ke tahun

2007). Sedangkan sejak tahun 2004 hingga 2007 perubahan teknologi mengalami

peningkatan di setiap tahunnya. Dengan kata lain, terdapat kemajuan teknologi di

setiap tahun.

Perubahan TFP industri perbankan syariah di Indonesia menunjukkan

trend yang meningkat. Berdasarkan Tabel 8, dapat juga dilihat bahwa perubahan

TFP yang terjadi disebabkan terutama oleh perubahan teknologi. Adanya

peningkatan teknologi, seperti pembukaan kantor cabang, kantor cabang

pembantu dan unit pelayanan syariah serta adanya teknologi informasi (online

system dan internet banking) dan produk-produk khusus perbankan syariah

(penetrasi pasar), terbukti dapat meningkatkan TFP perbankan syariah

dikarenakan dengan peningkatan teknologi tersebut dapat memberikan

kemudahan dan kecepatan dalam pemberian layanan perbankan syariah kepada

para nasabah.

Page 56: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan

Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, industri

perbankan syariah terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Hal

ini tidak hanya ditunjukkan oleh peningkatan jumlah bank syariah, tetapi

juga ditunjukkan dengan terus meningkatnya total aset, pembiayaan yang

diberikan serta Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal ini mengindikasikan

bahwa bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama

dan pertama bagi nasabah. Selain itu, total DPK yang terus meningkat

dengan tingkat pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dengan aset

menunjukkan bahwa demand pasar terhadap perbankan syariah masih

cukup besar.

2. Selama periode tahun 2004 hingga 2007, rata-rata tingkat efisiensi

(efisiensi teknis) industri perbankan syariah di Indonesia sebesar 91

persen setiap tahunnya, dengan efisiensi rata-rata tertinggi terjadi pada

tahun 2004 yaitu sebesar 99,5 persen, sedangkan efisiensi rata-rata

terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 85,4 persen.

Page 57: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

3. Perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di

Indonesia menunjukkan trend yang meningkat. Hal ini terutama

disebabkan oleh perubahan atau kemajuan teknologi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka penulis mengajukan

saran sebagai berikut :

1. Bank Indonesia, sebagai pembuat kebijakan, dalam membuat kebijakan

lebih fokus pada hal-hal yang berhubungan dengan tingkat efisiensi dan

dapat meningkatkan efisiensi perbankan syariah agar visi dari kegiatan

pengembangan perbankan syariah dapat dicapai.

2. Industri perbankan syariah harus lebih inovatif dalam mengembangkan

teknologinya, yaitu dengan menciptakan dan mengembangkan produk-

produk yang memiliki diferensiasi yang jelas jika dibandingkan dengan

produk bank konvensional.

Page 58: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2000-2007. Laporan Keuangan Publikasi Bank. www.bi.go.id. Bank Indonesia. 2002. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia.

Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2003. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2004. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2005. Surat Edaran No. 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005

kepada Semua Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. www.bi.go.id.

Bank Indonesia. 2006. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2007. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2007.

Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2007. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia. Jakarta. Coelli, Tim. 1996. “A Guide to DEAP Version 2.1 : A Data Envelopment

Analysis (Computer) Program”. CEPA Working Paper 96/08. Centre for Efficiency and Productivity Analysis, University of New England. Armidale.

Coelli, Tim, D. S. Prasada Rao dan George E. Battese. 1998. An Introduction to

Efficiency and Productivity Analysis. Kluwer Academic Publisher. Massachusetts.

Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Dendawijaya, Lukman. 2004. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional.

Ghalia Indonesia. Bogor. Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. “Analisis Kinerja Bank Devisa dan

Bank Non Devisa di Indonesia”. Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol. 7, No. 4.

Hadad, Muliaman D, Wimboh Santoso, Eugenia Mardanugraha dan Dhaniel

Illyas. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia : Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Bank Indonesia. Jakarta.

Page 59: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Hadad, Muliaman D, Wimboh Santoso, Eugenia Mardanugraha dan Dhaniel Illyas. 2003. Pendekatan Parametrik untuk Efisiensi Perbankan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta.

Hassan, Kabir. 2003. “Cost, Profit and X-Efficiency of Islamic Banks in Pakistan,

Iran and Sudan”. Proceeding International Conference on Islamic Banking : Risk Management, Regulation and Supervision, Bank Indonesia, 30 September-2 Oktober 2003. Bank Indonesia. Jakarta.

Holis, Ade. 2006. Relevankah Merger Bank di Indonesia? (Pendekatan Efisiensi

dan Skala Ekonomi) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2006. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.

101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.

Juanda, Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press.

Bogor. Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. “Kinerja Bank Devisa dan Bank

Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil), Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007. Universitas Gunadarma. Depok.

Linda, Maiva. 2007. Responsifitas Kredit Investasi terhadap Variabel

Makroekonomi dan Perbankan pada Dank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Non Devisa [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mardiansyah, Akhmad Denny. 2004. Analisis Faktor-Faktor Penentu

Penghimpunan dan Penyaluran Dana Perbankan Syariah beserta Peramalannya [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mirnawati, Fadliah. 2007. Analisis Efisiensi Perbankan Sebelum dan Sesudah

Menjadi Bank Listed dengan Menggunakan Analisis Non Parametrik [tesis]. Universitas Indonesia.

Mishriyah, Elmie Nailul. 2005. Analisis Peramalan Komposisi DPK dan

Pembiayaan serta Perkembangan Kinerja Intermediasi Perbankan Syariah di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pass, C. dan B Lowes. 1997. Collins Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi Kedua.

Erlangga. Jakarta.

Page 60: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Purnomo, Bambang Agus Yanto. 2006. Analisis Efisiensi dengan Pendekatan DEA [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1972 tentang Perbankan. Jakarta. Sufian, Fadzlan. 2006. “The Efficiency of Islamic Banking Industry : A Non-

Parametric Analysis with Non-Discretionary Input Variable”. Islamic Economic Studies Vol. 14, No. 1 dan 2.

Yaumidin, Umi Karomah. 2007. “Efficiency in Islamic Banking : A Non-

Parametric Approach”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 9, No. 4. Bank Indonesia. Jakarta.

Yudistira, Donsyah. 2003. “Efficiency in Islamic Banking: an Empirical Analysis

of 18 Banks”. Proceeding International Conference on Islamic Banking : Risk Management, Regulation and Supervision, Bank Indonesia, 30 September-2 Oktober 2003. Bank Indonesia. Jakarta.

Page 61: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

LAMPIRAN

Page 62: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Kelompok Bank Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Bank Umum Syariah 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3

PT Bank Muamalat Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PT Bank Syariah Mandiri 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PT Bank Syariah Mega Indonesia 1 1 1 1

Unit Usaha Syariah 0 1 3 3 6 8 15 19 20 26

PT Bank IFI 1 1 1 1 1 1 1 1 1PT Bank Negara Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1

PT Bank Jabar 1 1 1 1 1 1 1 1 PT Bank Rakyat Indonesia 1 1 1 1 1 1

PT Bank Danamon 1 1 1 1 1 1PT Bank Bukopin 1 1 1 1 1 1 PT Bank Internasional Indonesia

1 1 1 1 1

HSBC, Ltd. 1 1 1 1 1 PT Bank DKI 1 1 1 1 BPD Riau 1 1 1 1 BPD Kalsel 1 1 1 1 PT Bank Niaga 1 1 1 1 BPD Sumatera Utara 1 1 1 1

BPD Aceh 1 1 1 1 Bank Permata 1 1 1 1 Bank Tabungan Negara 1 1 1

BPD Nusa Tenggara Barat 1 1 1

BPD Kalimantan Barat 1 1 1

BPD Sumatera Selatan 1 1 1

BPD Kalimantan Timur 1 1

BPD DIY 1BPD Sulawesi Selatan 1

BPD Sumatera Barat 1

BPD Jawa Timur 1 PT Bank Ekspor Indonesia 1

Bank Lippo 1Sumber : Bank Indonesia (2003-2008)

Page 63: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Kelompok Bank Kelas 199

8 1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Bank Umum Syariah

KP 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 KPO/KC 10 13 21 36 43 74 92 103 112 113

KCP 1 7 8 5 11 20 40 57 57 63UPS 0 0 0 0 0 0 0 9 21 25 KK 19 19 26 43 59 113 131 132 156 197 Total 31 41 57 86 115 209 266 304 349 401

Unit Usaha Syariah

UUS 0 1 3 3 6 8 15 19 20 26 KPO/KC 0 1 7 12 25 42 56 86 97 109

KCP 0 0 0 0 0 6 18 48 59 55 UPS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 KK 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6 Total 0 2 10 15 31 56 89 154 182 196

Sumber : Bank Indonesia (2003-2008) Keterangan : (tidak termasuk Layanan Syariah) KP : Kantor Pusat UUS : Unit Usaha Syariah KPO/KC : Kantor Pusat Operasional/Kantor Cabang KCP : Kantor Cabang Pembantu UPS : Unit Pelayanan Syariah KK : Kantor Kas (tidak termasuk Gerai Muamalat)

Page 64: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 3 Data-Data yang Digunakan dalam Penelitian (dalam juta rupiah)

Kode Bank Nama Bank Tahun y1 y2 y3 x1 x2 x3 1 PT Bank Muamalat Indonesia 2004 4.177.537 58.812 609.699 90.045 87.905 4.330.564

2005 5.947.783 79.643 812.774 107.245 104.399 5.750.227 2006 6.625.455 92.171 1.067.090 128.363 126.308 6.837.431 2007 8.573.724 117.867 781.461 161.982 147.888 8.691.328

2 PT Bank Syariah Mandiri 2004 5.303.030 102.041 993.852 83.946 169.845 5.725.009 2005 5.825.383 93.628 1.836.982 152.577 218.195 7.037.506 2006 7.277.630 145.126 1.324.712 148.279 241.577 8.219.273 2007 10.199.111 209.920 1.667.545 207.798 262.933 11.105.978

3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 2004 271.085 45.953 89.769 10.832 13.534 279.736 2005 519.825 6.617 302.995 14.191 20.030 822.228 2006 2.144.877 12.921 51.624 16.431 27.102 2.158.103 2007 1.870.430 12.837 545.186 25.134 58.227 2.172.456

4 PT Bank Negara Indonesia 2004 684.667 14.239 380.261 13.635 12.302 780.058 2005 834.602 8.303 442.019 31.468 19.794 856.647 2006 1.132.559 16.307 379.066 47.136 31.069 1.124.363

6 Bank Tabungan Negara 2005 91.152 3.069 88.510 833 2.661 36.364 2006 256.894 17.668 132.200 6.881 4.249 152.089 2007 546.942 25.280 198.506 8.931 6.436 550.502

7 PT Bank Bukopin 2004 214.941 2.004 26.562 3.953 5.316 144.5492005 304.484 2.340 42.239 6.256 5.839 229.354 2006 363.001 3.179 113.266 8.103 8.459 392.106 2007 458.345 4.888 139.039 10.549 8.709 428.743

8 PT Bank Niaga 2004 5.269 2.091 65.369 1.537 2.575 15.921 2005 258.881 13.051 54.772 5.096 6.591 126.8862006 427.319 29.616 84.555 7.309 6.895 397.434

9 Bank Permata 2005 98.854 1.654 60.032 3.952 806 47.990 2006 164.066 4.336 52.664 6.407 1.334 212.585 2007 505.803 10.568 184.998 6.529 1.217 398.112

52

Page 65: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 3 Lanjutan 10 BPD Kalsel 2006 17.401 145 7.775 1.109 1.653 18.675

2007 54.233 224 8.408 1.674 1.673 42.593 11 PT Bank DKI 2006 82.968 2.288 17.500 2.926 1.166 32.125 12 BPD Aceh 2005 22.008 607 53.431 1.235 600 68.437

2006 51.325 3.345 110.429 4.293 2.964 136.751 2007 88.132 4.965 152.681 6.848 3.986 199.776

13 PT Bank Jabar 2004 175.971 1.449 103.478 7.570 6.893 72.829 2005 217.044 3.777 94.818 12.986 7.790 74.240 2006 264.833 4.577 200.228 11.219 14.107 141.805 2007 324.946 9.596 209.000 12.490 14.881 179.973

14 BPD Kalimantan Barat 2006 8.484 346 2.871 60 962 8.204 15 BPD Nusa Tenggara Barat 2005 11.623 129 229 474 592 3.994

2006 17.450 104 703 675 498 2.389 16 BPD Riau 2004 11.838 235 5.124 313 495 5.006

2005 26.692 787 8.239 813 626 16.089 2006 52.000 1.899 13.507 2.309 1.252 86.451 2007 57.419 2.063 90.471 4.336 1.598 137.436

17 BPD Sumatera Selatan 2006 54.375 143 4.119 682 2.059 12.627 18 BPD Sumatera Utara 2005 29.564 849 70.029 3.328 7.703 15.120

2006 60.210 2.089 5.949 6.175 11.098 30.596 2007 111.401 3.293 5.608 8.356 11.702 76.463

Sumber : Bank Indonesia (2004-2007) dan Hasil Pengolahan Keterangan : y1 : Total Pembiayaan y2 : Pendapatan Operasional Lainnya y3 : Aktiva Produktif Lainnya x1 : Beban Personalia x2 : Aktiva Tetap x3 : Total Dana Pihak Ketiga

53

Page 66: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 4 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2004 Variabel y1 y2 y3 x1 x2 x3

Jumlah Bank 8 8 8 8 8 8 Minimum (dalam juta rupiah) 5.269 235 5.124 313 495 5.006Maksimum (dalam juta rupiah) 5.303.030 102.041 993.852 90.045 169.845 5.725.009 Mean (dalam juta rupiah) 1.355.542,3 28.353 284.264,3 26.478,88 37.358,13 1.419.209 Std. Deviasi (dalam juta rupiah) 2.121.103,9 37.349,79 354.843 37.653,73 60.741,53 2.271.862

Sumber : Bank Indonesia dan Hasil Pengolahan Keterangan : y1 : Total Pembiayaan y2 : Pendapatan Operasional Lainnya y3 : Aktiva Produktif Lainnya x1 : Beban Personalia x2 : Aktiva Tetap x3 : Total Dana Pihak Ketiga

Tabel 5 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2005 Variabel y1 y2 y3 x1 x2 x3

Jumlah Bank 13 13 13 13 13 13 Minimum (dalam juta rupiah) 11.623 129 229 474 592 3.994 Maksimum (dalam juta rupiah) 5.947.783 93.628 1.836.982 152.577 218.195 7.037.506 Mean (dalam juta rupiah) 1.091.376,5 16.496,46 297.466,85 26.188,77 30.432,77 1.160.390,9 Std. Deviasi (dalam juta rupiah) 2.141.276,4 31.475,06 516.801,52 47.714,71 62.893,83 2.355.489

Sumber : Bank Indonesia dan Hasil Pengolahan Keterangan : y1 : Total Pembiayaan y2 : Pendapatan Operasional Lainnya y3 : Aktiva Produktif Lainnya x1 : Beban Personalia x2 : Aktiva Tetap x3 : Total Dana Pihak Ketiga

Page 67: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 6 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2006 Variabel y1 y2 y3 x1 x2 x3

Jumlah Bank 17 17 17 17 17 17 Minimum (dalam juta rupiah) 8.484 104 703 60 498 2.389Maksimum (dalam juta rupiah) 7.277.630 145.126 1.324.712 148.279 241.577 8.219.273 Mean (dalam juta rupiah) 1.117.696,9 19.780 209.897,53 23.432,76 28.397,18 1.174.294,5 Std. Deviasi (dalam juta rupiah) 2.263.894 39.212,87 386.009,68 44.740,12 62.642,4 2.464.940,7

Sumber : Bank Indonesia dan Hasil Pengolahan Keterangan : y1 : Total Pembiayaan y2 : Pendapatan Operasional Lainnya y3 : Aktiva Produktif Lainnya x1 : Beban Personalia x2 : Aktiva Tetap x3 : Total Dana Pihak Ketiga

Tabel 7 Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun 2007 Variabel y1 y2 y3 x1 x2 x3

Jumlah Bank 11 11 11 11 11 11 Minimum (dalam juta rupiah) 54.233 224 5.608 1.674 1.217 42.593 Maksimum (dalam juta rupiah) 10.199.111 209.920 1.667.545 207.798 262.933 11.105.978 Mean (dalam juta rupiah) 2.071.862,36 36.500,09 362.082,09 41.329,73 47.204,55 2.180.305,45 Std. Deviasi (dalam juta rupiah) 3.670.251,14 66.614,97 491.397,79 71.964,07 83.894,23 3.899.418,68

Sumber : Bank Indonesia dan Hasil Pengolahan Keterangan : y1 : Total Pembiayaan y2 : Pendapatan Operasional Lainnya y3 : Aktiva Produktif Lainnya x1 : Beban Personalia x2 : Aktiva Tetap x3 : Total Dana Pihak Ketiga

Page 68: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 8 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2004 Kode Bank Nama Bank CRS TE VRS TE SE Returns to Scale

1 PT Bank Muamalat Indonesia 0,956 1,000 0,956 DRS 2 PT Bank Syariah Mandiri 1,000 1,000 1,000 CRS 3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 1,000 1,000 1,000 CRS 4 PT Bank Negara Indonesia 1,000 1,000 1,000 CRS 7 PT Bank Bukopin 1,000 1,000 1,000 CRS 8 PT Bank Niaga 1,000 1,000 1,000 CRS

13 PT Bank Jabar 1,000 1,000 1,000 CRS 16 BPD Riau 1,000 1,000 1,000 CRS

Minimum 0,956 1,000 0,956 Maksimum 1,000 1,000 1,000 Std. Deviasi 0,016 0 0,016 Mean 0,995 1,000 0,995

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS TE : Technical Efficiency VRS TE : Pure Technical Efficiency SE : Scale Efficiency CRS : Constant Returns to Scale DRS : Decreasing Returns to Scale IRS : Increasing Returns to Scale

Page 69: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 9 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2005 Kode Bank Nama Bank CRS TE VRS TE SE Returns to Scale

1 PT Bank Muamalat Indonesia 1,000 1,000 1,000 CRS 2 PT Bank Syariah Mandiri 0,586 1,000 0,586 DRS 3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 0,578 1,000 0,578 DRS 4 PT Bank Negara Indonesia 0,678 1,000 0,678 DRS 6 Bank Tabungan Negara 1,000 1,000 1,000 CRS 7 PT Bank Bukopin 0,973 0,995 0,978 DRS 8 PT Bank Niaga 1,000 1,000 1,000 CRS 9 Bank Permata 1,000 1,000 1,000 CRS

12 BPD Aceh 1,000 1,000 1,000 CRS 13 PT Bank Jabar 1,000 1,000 1,000 CRS 15 BPD Nusa Tenggara Barat 1,000 1,000 1,000 CRS 16 BPD Riau 0,812 1,000 0,812 IRS 18 BPD Sumatera Utara 1,000 1,000 1,000 CRS

Minimum 0,578 0,995 0,578 Maksimum 1,000 1,000 1,000 Std. Deviasi 0,169 0,001 0,170 Mean 0,894 1,000 0,895

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS TE : Technical Efficiency VRS TE : Pure Technical Efficiency SE : Scale Efficiency CRS : Constant Returns to Scale DRS : Decreasing Returns to Scale IRS : Increasing Returns to Scale

Page 70: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 10 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2006 Kode Bank Nama Bank CRS TE VRS TE SE Returns to Scale

1 PT Bank Muamalat Indonesia 0,783 1,000 0,783 DRS 2 PT Bank Syariah Mandiri 0,674 1,000 0,674 DRS 3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 1,000 1,000 1,000 CRS 4 PT Bank Negara Indonesia 0,598 1,000 0,598 DRS 6 Bank Tabungan Negara 1,000 1,000 1,000 CRS 7 PT Bank Bukopin 0,817 0,862 0,948 DRS 8 PT Bank Niaga 1,000 1,000 1,000 CRS 9 Bank Permata 1,000 1,000 1,000 CRS

10 BPD Kalsel 0,424 0,467 0,910 IRS 11 PT Bank DKI 1,000 1,000 1,000 CRS 12 BPD Aceh 1,000 1,000 1,000 CRS 13 PT Bank Jabar 1,000 1,000 1,000 CRS 14 BPD Kalimantan Barat 1,000 1,000 1,000 CRS 15 BPD Nusa Tenggara Barat 1,000 1,000 1,000 CRS 16 BPD Riau 0,542 0,631 0,859 IRS 17 BPD Sumatera Selatan 1,000 1,000 1,000 CRS 18 BPD Sumatera Utara 0,679 0,790 0,859 DRS

Minimum 0,424 0,467 0,598 Maksimum 1,000 1,000 1,000 Std. Deviasi 0,198 0,156 0,126 Mean 0,854 0,926 0,919

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS TE : Technical Efficiency VRS TE : Pure Technical Efficiency SE : Scale Efficiency CRS : Constant Returns to Scale DRS : Decreasing Returns to Scale IRS : Increasing Returns to Scale

Page 71: ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH · perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP)

Tabel 11 Nilai Efisiensi DEA Tahun 2007 Kode Bank Nama Bank CRS TE VRS TE SE Returns to Scale

1 PT Bank Muamalat Indonesia 0,763 1,000 0,763 DRS 2 PT Bank Syariah Mandiri 0,710 1,000 0,710 DRS 3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 0,961 1,000 0,961 DRS 6 Bank Tabungan Negara 1,000 1,000 1,000 CRS 7 PT Bank Bukopin 0,790 0,839 0,942 DRS 9 Bank Permata 1,000 1,000 1,000 CRS

10 BPD Kalsel 0,848 1,000 0,848 IRS 12 BPD Aceh 1,000 1,000 1,000 CRS 13 PT Bank Jabar 1,000 1,000 1,000 CRS 16 BPD Riau 1,000 1,000 1,000 CRS 18 BPD Sumatera Utara 0,808 1,000 0,808 IRS

Minimum 0,710 0,839 0,710 Maksimum 1,000 1,000 1,000 Std. Deviasi 0,115 0,049 0,110 Mean 0,898 0,985 0,912

Sumber : Hasil Pengolahan Keterangan : CRS TE : Technical Efficiency VRS TE : Pure Technical Efficiency SE : Scale Efficiency CRS : Constant Returns to Scale DRS : Decreasing Returns to Scale IRS : Increasing Returns to Scale