analisis biokimia urin

26
1 Analisis Biokimia Urin KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul Analisis Biokimia Urin ini tepat pada waktunya. Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, pustakawan, laboran, serta semua pihak yang telah mendukung tim penulis selama proses penyusunan laporan praktikum ini. Tim penulis sudah berusaha menyelesaikan laporan praktikum ini semaksimal mungkin, namun jika terdapat kesalahan dari hasil dan pengamatan dalam laporan praktikum ini, tim penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Surabaya, 22 Mei 2015 Tim Penulis

Upload: lailariftiani

Post on 09-Nov-2015

155 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Analisis Biokimia Urin

TRANSCRIPT

Analisis Biokimia Urin20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul Analisis Biokimia Urin ini tepat pada waktunya. Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, pustakawan, laboran, serta semua pihak yang telah mendukung tim penulis selama proses penyusunan laporan praktikum ini.Tim penulis sudah berusaha menyelesaikan laporan praktikum ini semaksimal mungkin, namun jika terdapat kesalahan dari hasil dan pengamatan dalam laporan praktikum ini, tim penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca.

Surabaya, 22 Mei 2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB I TUJUAN PERCOBAAN3BAB II PROSEDUR KERJA4BAB III HASIL PRAKTIKUM6BAB IV PEMBAHASAN4.1 Pemeriksaan Fisik Urin104.2 Pemeriksaan Kimiawi Urin114.2.1 Derajat keasaman pH114.2.2 Uji Benedict semikuantitatif134.2.3 Uji Heller144.2.4 Uji Koagulasi panas144.2.5 Uji Gerhardt164.2.6 Uji Rothera164.2.7 Percobaan kreatinin urin174.2.8 Pemeriksaan urobilinogen194.2.9 Uji Fehling204.2.10 Uji Gmelin22BAB V KESIMPULAN23LAMPIRAN24DAFTAR PUSTAKA26

BAB ITUJUAN PERCOBAAN

Tujuan PercobaanTiap percobaan dan praktikum ini dilakukan dengan tujuan khusus sesuai dengan uji yang dilakukan, antara lain : Pemeriksaan FisikTujuan : Untuk mengamati sifat fisik urin Derajat Keasaman (pH)Tujuan : Untuk menentukan pH urin Uji Benedict semikuantitatifTujuan : Untuk menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif Uji HellerTujuan : Untuk menentukan adanya protein secara kualitatif di dalam urin Uji Koagulasi PanasTujuan : Untuk menentukan adanya protein secar kualitatif di dalam urin Uji GerhardtTujuan : Untuk mengetahui adanya asam asetoasetat dalam urin Uji RotheraTujuan : Untuk membuktikan adanya badan keton di dalam urin Percobaan Kreatinin UrinTujuan : Untuk menentukan kreatinin urin sebatas kualitatif Pemeriksaan UrobilinogenTujuan : Untuk menentukan urobilinogen dalam urin Uji FehlingTujuan : Untuk menentukan karbohidrat dalam urin. Uji GmelinTujuan : Untuk menentukan adanya pigmen empedu

BAB IIPROSEDUR KERJA

Derajat Keasaman (pH)Tentukan pH urin menggunakan kertas lakmus atu indikator unversal Uji Benedict semikuantitatif3 mL larutan Benedict dimasukkan dalam 5 tabung reaksi, tambahkan ke dalam masing-masing tabung secara berurut,urin praktikan,larutan glukosa 0,3%,larutan glukosa 1%, larutan glukosa 5%. Kocok perlahan, panaskan dalam penangas air selama 5 menit atau didihkan selama 2 menit. Dinginkan dan amati warna dan endapan yang terbentuk. Hasil positif bila terdapat endapan berwarna hijau, kuning atau merah bata.

Uji HellerKe dalam tabung reaksi, masukkan 3 mL asam nitrat pekat, ditambahkan melalui dinding tabung secara berlahan sampel yang akan diuji (urin praktikan,sampel yang disediakan) sebanyak 2 mL. Amati terjadinya presipitasi pada pertemuan kedua cairan. Hasil positif ditandai dengan presipitasi putih. Uji Koagulasi PanasSampel yang akan diuji (urin praktikan,sampel yang disediakan) sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, didihkan dalam penangas. Amati terjadinya endapan. Bagi tabung yang terbentuk endapan, tambahkan 5 tetes asam asetat. Amati perubahan yang terjadi. Uji GerhardtSampel yang akan diuji (urin praktikan,sampel yang disediakan) sebanyak 3 mL, dimasukkan ke tabung reaksi,tambahkan FeCl3 10% disaring. Tambahkan beberapa tetes FeCl3 pada filtrat. Reaksi positif bila timbul warna merah.

Uji RotheraSampel yang akan diuji (urin praktikan,sampel yang disediakan) sebanyak 3 mL, dimasukkan ke tabung reaksi, tambahkan kristal amonium sulfat sampai jenuh. Tambahkan Na nitroprusida 5% 2-3 tetes, kemudian tambahkan amonium hidroksida pekat 1-2 tetes,campur,diamkan 30 menit. Hasil positif ditandai oleh warna ungu. Percobaan Kreatinin UrinSampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak 3 mL, dimasukkan ke tabung reaksi, tambahkan 1 mL asam pikrat dan 1 mL NaOH 10%. Amati warna yang timbul Pemeriksaan UrobilinogenSampel yang akan diuji (urin praktikan,sampel yang disediakan) sebanyak 3 mL,dimasukkan ke tabung reaksi, tambahkan 10-12 tetes larutan para dimetil aminobenzaldehid. Campur dan tunggu selama 5 menit.Amati perubahan warna ! Hasil positif ditandai warana merah ceri. Warna merah muda sampai sedikit merah menunjukan kadar normal urobilinogen dalam urin. Uji FehlingSampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak 3 mL,dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 2mL fehling A dan 2 ml fehling B, dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit. Amati perubahan yang terjadi. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.

Uji GmelinSampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak 2 mL,dimasukkan ke tabung reaksi, tambahkan 2 mL asam nitrat pekat melalui dinding tabung,sehingga terbentuk dua lapisan cairan terpisah dengan jelas. Perubahan warna mulai dari hijau menjadi biru,ungu,merah,dan jingga menunjukan hasil positif

BAB III HASIL PRAKTIKUM

Urin yang digunakan dalam praktikum ini adalah urin Nur Fadhila sebagai praktikan. Berikut hasil dari uji yang dilakukan pada urin praktikan:Tabel I. Hasil Pemeriksaan Fisik UrinJenis PemeriksaanHasilKeterangan

Volume1x : 200 mL24 jam : 6 x 200 mL = 1,2 LNormal

WarnaKuning jernihNormal

BuihTidak ada buihNormal

KekeruhanBeningNormal

BauBau(tidak terlalu menyengat)Normal

Tabel II. Hasil Pengamatan Analisis UrinDerajat Keasaman dan Uji Benedict SemikuantitatifReaksi UjiHasil PengamatanKesimpulan

Derajat keasaman (pH)Indicator universal : Kuning kehijauanLakmus merah : MerahLakmus biru : BirupH = 7Normal

Uji Benedict semikuantitatif Urin praktikan

Glukosa 0,3%

Glukosa 1%

Glukosa 5%Biru jernih, tidak ada endapan (-)

Merah kebiruan, ada endapan (+)

Merah terang, ada endapan (+++)

Merah gelap, ada endapan (++++)Tidak terdapat glukosa

Terdapat glukosa

Terdapat glukosa

Terdapat glukosa

Keterangan : (-) kadar glukosa 0%(+) kadar glukosa 2,0%

Tabel III. Hasil Pengamatan Analisis Urin(Uji Heller, Koagulasi Panas, Gerhart, Rothera, Kreatinin, Urobilinogen)Reaksi UjiHasil PengamatanKesimpulan

Uji Heller Urin praktikan

Sampel : A BTidak terbentuk presipitasi putih

Terbentuk presipitasi putihTidak terbentuk presipitasi putih

(-) tidak mengandung protein

(+) mengandung protein(-)tidak mengandung protein

Uji koagulasi panas Urin praktikan

Sampel : A BWarna jernih, tidak ada endapan

Terbentuk endapan putihWarna jernih, tidak ada endapan

(-) tidak mengandung protein

(+) mengandung protein(-) tidak mengandung protein

Uji Gerhardt Urin praktikan Sampel A

BFiltrate + FeCl : kuning

Filtrate + FeCl : kuning keruh

Filtrate + FeCl : kuning(-) tidak mengandung asam asetoasetat(-) tidak mengandung asam asetoasetat(-) tidak mengandung asam asetoasetat

Uji rothera Urin praktikan Sampel : A BOrange kemerahan

Kuning kecoklatanKuning kecoklatan(-) tidak mengandung keton

(-) tidak mengandung keton(-) tidak mengandung keton

Uji kreatinin Urin praktikan

Sampel : A

BAs.pikrat : tidak terbentuk endapanNaOH : warna merah

As.pikrat : terbentuk endapanNaOH : warna orange endapan hilangAs.pikrat : tidak terbentuk endapanNaOH : warna orange(+) mengandung kreatinin

(+) mengandung kreatinin

(+) mengandung kreatinin

Uji urobilinogen Urin praktikan Sampel A

BWarna orange kemerahan

Warna kuning jernih

Warna kuning pekat(+) mengandung urobilinogen

(-) tidak mengandung urobilinogen(-) tidak mengandung urobilinogen

Tabel III. Hasil Pengamatan Analisis Urin(Uji Fehling, Uji Gmelin)Reaksi UjiHasil PengamatanKesimpulan

Uji Fehling Urin praktikan Sampel : A

BWarna biru tua, tidak ada endapan

Warna ungu tua, ada endapan merah bataWarna biru keunguan, ada endapan merah bata(-) tidak mengandung karbohidrat

(+) mengandung karbohidrat(+) mengandung karbohidrat

Uji Gmelin Urin praktikan Sampel : A

BKuning jernih

Warna keruh, ada endapan kuningWarna bening(-) tidak mengandung pigmen empedu(-) tidak mengandung pigmen empedu(-) tidak mengandung pigmen empedu

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Urin a. Pemeriksaan Visual dan Fisik : Volume Informasi mengenai banyaknya air kemih yang diproduksi sehari-hari dapat menjadi petunjuk ada tidaknya gangguan fungsi/penyakit ginjal, akan tetapi penentuan volumenya memerlukan pengumpulan contoh dalam jangka waktu tertentu dan dalam jumlah yang cukup banyak. Luaran air kemih harian bergantung pada banyaknya asupan cairan dan juga kontrol oleh hormon.Volume urin normal per hari adalah 1200-1500ml,volume tersebut dipengaruhibanyak faktor diantaranya suhu, zat-zatdiuretika (teh, alkohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang (Girindra,2010)Dari pemeriksaan fisik urin pada praktikan, volume urin yang dihasilkan berkisar 1200ml/hari sehingga dapat disimpulkan bahwa volume urinnya masih dalam keadaan normal.

b. WarnaMemastikan adanya kelainan pada urin perlu diperhatikan beberapa hal seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan.Warna yang memerah menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin. Hal ini terjadi pada keadaan infeksi, luka, batus aluran kemih, tumor,atau meminum obat tertentu. Jika warna sangat merah menandakan adanya perdarahan yang hebat disaluran kemih (Ophart 2003)Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning-coklat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urine. Urine biasanya lebih pekat pada pagi hari atau pada klien yang menderita kekurangan volume cairan. Apabila seseorang minum cairan lebih banyak, urine menjadi lebih encer.Dilihat dari hasil urin praktikan, warna urin yang dihasilkan berwarna kuning jernih sehingga dapat disimpulkan bahwa warna urinnya normal.

c. BuihBuih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine. Apalagi bila urin dicurahkan ke dalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampakberbusa.

d. KekeruhanUrin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti air, protein, amonia, glukosa, sedimen, bakteri, dan epitel. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi dan konsumsi air yang kurang.Urine yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Warna urine yang ditampung dalam suatu wadah selama beberapa menit akan menjadi keruh. Urine yang baru dikeluaran oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atau berbusa akibat tingginya konsentrasi protein. Urne juga akan tampak pekat dan keruh akibat adanya bakteri.Dilihat dari hasil urin praktikan,urin yang dihasilkan jernih sehingga dapat disimpulkan bahwa urinnya normal.

e. BauAir kemih segar memiliki bau yang khas yang dapat dipengaruhi oleh makanan tertentu, seperti asparagus. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantaranya bau yang berlainan dari normal seperti bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, dan asperse. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol. Bau amonia biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih. Bau keton sering terjadi pada penderita kencing manis dan bau busuk sering terjadi pada penderita tumor di saluran kemih (Ophart2003)

4.2 Pemeriksaan KimiawiUrin4.2.1 Derajat Keasaman (pH) Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. pH urin berkisar antara 4,8-7,5 urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, sedangkan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyaksayuran. Berat jenis urin 1,002-1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah nitrogen (ureum, kreatinin dan asamurat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisametabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, amonium, sulfat, Ca, dan Mg), hormon, zattoksin (obat, vitamin, dan zat kimia asing),dan zat abnormal (protein, glukosa, sel darahKristal kapur).Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia).Pemeriksaan pH urine segar dapat memberi petunjuk kearah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa. Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urin. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urin :a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolik memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman. Pengamatan ini digunakan kertas lakmus biru dan merah yang dicelupkan pada bahan.Dimana kertas lakmus merupakan indikator penentuan asam dan basa pada suatu bahan. Lakmus yang berubah warna menjadi merah, menunjukkan bahan tersebut bersifat asam, sedangkan yang berubah menjadi warna biru, bersifat basa. Derajat keasaman bahan dapat diamati dengan kertas universal yang dicelupkan pada bahan. Hasil pengamatan menggunakan kertas indikator pada urin praktikan berada pH 7,pada kertas lakmus merah tetap berwana merah dan lakmus biru tetap berarna biru menunjukan bahwa pH urin netral(normal).

4.2.2 Uji Benedict Semikuantitatif Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak hanya spesifikterhadap glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil yang positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprooksida yang berwarna. Dengan ini dapat diperkirakan secara kasar (semi kuantitatif) kadar gula dalam urin. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam urin dengan pereaksi Bennedict secara semi kuantitatif. Pertama-tama 4 buah tabung reaksi (1, 2, 3 dan 4) diisi dengan pereaksi benedict sebanyak 3 mL. kemudian pada tabung 1 ditambahkan urin praktikan, padatabung 2 ditambahkan larutan glukosa 0,3%, pada tabung 3 ditambahkan larutan glukosa 1% dan pada tabung 4ditambahkan larutan glukosa 5%. Warna keempat tabung reaksi tersebut adalah berwarna biru yang merupakan warna khas Cu yang terdapat dalam pereaksi benedict. Selanjutnya keempat tabung reaksi tersebut dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan bertujuan untukmempercepat jalannya reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan glukosa dalam urin, kemudian didinginkan dengan perlahan. Dari hasil pengamatan seharusnya menunjukan bahwa pada tabung 2 terbentuk endapan berwarna hijau yang artinya kadar glukosa 2,0%.Terbentuknya endapan merah ini diakibatkan karena pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida berwarna merah. Sedangkan pada tabung 1 larutan tetap berwarna biru dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan bahwa pada sampel urin tidak mengandung glukosa.Sampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

Urin praktikantidak ada endapan,berwarna biru jernih(-)tidak terdapat glukosa

Glukosa 0,3%endapan merah bata,berwarna merah kebiruan(+) terdapat glukosa

Glukosa 1%endapan merah bata,berwarna merah terang(+) terdapat glukosa

Glukosa 5%endapan merah bata,berwarna merah gelap(+) terdapat glukosa

Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus (Anonim, 2012)Reaksi :O O RCH + Cu2+ 2OH RCOH + Cu2OGula Pereduksi Endapan Merah Bata

4.2.3 Uji HellerUji ini dilakukan dengan mencampurkan bahan dengan HNO3 pekat sehingga hasilnya akan terbentuk cincin yang berwarna putih pada permukaan larutan. Protein jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein di permukaan, tetapi jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus-menerus sampai cincin putih menghilang.Berdasarkan hasil pengamatan, tabung berisi urin praktikan tidakterbentuk cincin putih dipersimpangan urin dengan asam nitrat. Hal ini menandakan bahwa sampel urin tidak mengandung protein, begitu juga tabung yang berisi sampel B. Namun hasil positif pada tabung dengan sampel A yang menunjukkan terbentuknya cincin berwarna putih di permukaan larutan, hal itu menunjukkan sampel A mengandung protein.Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanTidak terbentuk presipitasi putih(-)tidak terdapat protein

2.Sampel ATerbentuk presipitasi putih(+)terdapat protein

3.Sampel BTidak terbentuk presipitasi putih(-)terdapat protein

4.2.4 Uji Koagulasi panasDalam urin normal biasanya tidak terdapat kandungan protein di dalamnya atau masih diperbolehkan jika tidak melebihi 150mg/24 jam atau 10mg/dl urin. Pada urin yang memiliki lebih dari 10mg/dl dapat dikatakan sebagai proteinuria (albuminuria) yaitu kondisi dimana terlalu banyak kandungan protein dalam urin yang dihasilkan dari adanya kerusakan pada glomerulus ginjal. Karena dalam keadaan normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh glomerulus ginjal sehingga tidak akan didapatkan protein pada urin. Dengan rusaknya saringan di glomerulus maka dapat menyebabkan zat-zat lain ikut masuk ke dalam urin.Uji ini dapat digunakan untuk menentukan adanya protein secara kualitatif dan cepat. Protein akan terkoagulasi akibat panas. Urin praktikan dan sampel yang disediakan dididihkan dalam penangas, setelah dididihkan terbentuk endapan putih. Endapan putih yang terbentuk adalah endapan fosfat atau protein. Tetapi setelah ditambahkan asam asetat endapan tersebut menghilang. Hal ini menandakan bahwa di dalam sampel urin tidak terkandung protein.Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanTidak ada endapan(-)tidak mengandung protein

2.Sampel AAda endapan(+)mengandung protein

3.Sampel BTidak ada endapan(-)tidak mengandung protein

Pada urin praktikan, setelah pemanasan tidak terbentuk endapan, hasil uji sesuai dengan teori dan praktikan dapat dikatakan normal karena pada sampel urin tidak mengandung protein. Pada sampel A, memberikan hasil yang positif setelah pemanasan maupun ditambahkan asam asetat. Dalam pemanasan pada temperature yang tinggi energi kinetic molekul protein meningkat sehingga terjadi gangguan dan terjadi rusaknya struktur alami protein (sekunder, tersier, kuartener) dalam urin sehingga menyebabkan koagulasi. Penggunaan asam asetat pada urin yang mengandung protein, ion H dari asam asetat akan terikat pada gugus negative protein dan menyebabkan terjadinya kerusakan konformasi alamiah protein dalam urin sehingga terjadi koagulasi pada urin yang mengandung protein. Dapat disimpulkan sampel A merupakan sampel berprotein yang kemungkinan adalah putih telur. Pada sampel B memberikan hasil yang negative setelah pemanasan maupun ditambahkan asam asetat. Hal ini dikarenakan pada sampel tersebut tidak mengandung protein.

4.2.5 Uji GerhardtUji ini didasarkan pada reaksi antara asam aseto asetate dan ferri klorida yang menyusun zat berwarna seperti anggur (warna merah coklat). Asam aseto asetat sampai pengenceran 1:1000 dapat dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi rothera), sedangkan acetone dan asam beta hidroksibutirat tidak bereaksi.Badan keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam asetoasetat dan asam -hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh gangguan metabolism karbohidrat (misalnya diabetes mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan arbsorbsi karbohidrat, gangguan mobilitas glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. Badan keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.Apabila metabolisme karbohidrat terganggu, maka terjadi pembakaran protein dan lemak sebagai penggantinya. Atom karbon C dari protein dan lemak inilah yang akan berubah menjadi badan keton dan dikeluarkan melalui urin.

Reaksi Uji Gerhardt

Pada urin normal seharusnya tidak terkandung badan keton karena hal tersebut menunjukkan metabolisme yang normal. Pada urin praktikan, sampel A, dan sampel B muncul hasil negative atau dapat dikatakan tidak mengandung asam asetoasetat. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana urin yang normal tidak mengandung badan keton, yang salah satunya adalah asam asetoasetat.

4.2.6 Uji RotheraNa-nitropusspid ( Na-nitroferisianida) dalam suasana asam akan pecah menjadi Na4Fe(CN)6-NaNO2 dan Fe(OH)3 yang merupakan oksidator kuat. Aseto asetat dan aseton akan dioksidasi dan membentuk kompleks berwarna merah jingga sampai ungu. Agar kompleks ini stabil , diperlukan larutan penyangga, yaitu : (NH4)2SO4Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (misalnya diabetes mellitusyang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanOrange kemerahan(-)tidak mengandung keton

2.Sampel AKuning kecoklatan(-)tidak mengandung keton

3.Sampel BKuning kecoklatan(-)tidak mengandung keton

Sama seperti pada uji gerhardt yaitu urin praktikan, sampel A, dan sampel B tidak berubah menjadi warna ungu melainkan warna orange kemerahan dan kuning kecoklatan yang menunjukan hasil negative sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga sampel uji tersebut tidak mengandung badan keton. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana urin yang normal tidak mengandung badan keton.

4.2.7 Percobaan Kreatinin UrinReaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna merahoranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa (Siangproh et al.,2009).Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kreatinin dengan mereaksikan dengan nitropusid. Kreatinin merupakan hasil dari pemecahan kreatin. Kreatin banyak pada anak-anak, kehamilan. Sedangkan kreatinin banyak dijumpai pada kelaparan, kegagalan metabolisme KH, hipertiroidisme, kelainan otot dan infeksi. Pada penambahan nitropusid membentuk warna kuning, dalam larutan alkalis membentuk warna merah. Sedangkan penambahan asam asetat glasial membentuk warna hijau kebiruan. Dasar metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga dan menggunakan alat fotometer. Penentuan secara fixed time kinetic dapat meminimalisir pengaruh billirubin dalam sampel urin.Reaksi yang terjadi pada uji kreatinin: NaOH+Kreatinin + pikrat kromofor merah (absorbasi pada 510 nm)

Dalam penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan kreatinin agar terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang membentuk larutan kuning. Selain dengan penambahan asam pikrat (reagen kreatinin II), urin ditambahkan dengan NaOH1% (reagen kreatinin I) yang bertujuan untuk membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan harus dalam keadaan basa. Jika tidak terbentuk larutan kompleks berwarna kuning, maka kreatinin tidak dapat diuji dengan metode spektrofotometer. Jadi suasana larutan dibuat basa dengan penambahan NaOH.Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanBerwarna merah(+) mengandung kreatin

2.Sampel ABerwarna Orange(+) mengandung kreatin

3.Sampel BBerwarna Orange(+) mengandung kreatin

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboraturium adalah obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar kreatinin urin; kehamilan; aktivitas fisik yang berlebihan; konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboraturium. (Riswanto,2010)Kadar normal kreatinin pada orang dewasa adalah :Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.Perempuan : 0,5-1,0 mg/dlKadar normal kreatinin pada anak adalah :Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.Anak yang lebih tua: 0,4-1,2 mg/dl.Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6 mg/dl.Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot (Riswanto, 2010)

4.2.8 Pemeriksaan UrobilinogenUrobilin adalah pigmen alami dalam urine yang menghasilkan warna kuning. Ketika urine kental, urobilin dapat membenuk warna orange kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi (kamus kesehatan).Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar diseluruh tubuh. Bilirubin adalah senyawa pigmen berwarna kuning yang merupakan produk katabolisme enzimatik biliverdin reduktase.Bilirubin bersifat tidak larut air, kemudian dikonjugasi oleh hati sehingga dapat larut air. Bilirubin akan dirubah oleh bakteri dalam usus halus menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi urobilinogen akan berubah menjadi urobilin, yaitu zat yang memberi warna khas pada urine (Kiana, 2013). Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran empedu peningkatan urobilin dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati atau perombakan hemoglobin yang meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine (Kiana, 2013)Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanBerwarna Orange kemerahan(+) mengandung urobilinogen

2.Sampel ABerwarna kuning jernih(-) tidak mengandung urobilinogen

3.Sampel BBerwarna kuning pekat(-) tidak mengandung urobilinogen

Dari hasil pemeriksaan urin menunjukan bahwa pada sampel urin praktikan mengandung urobilinogen dibuktikan dari larutan yang berubah menjadi orange kemerahan yakni kadar normal urobilinogen dalam urin dan pada sampel A dan B tidak mengandung urobilinogen dibuktikan dari hasil larutan yang berwarna kuning.Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam akan terbentuk senyawa azo yang berwarna merah. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh. Pembentukan urobilin : Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan.

4.2.9 Uji FehlingUji Fehling dilakukan untuk menentukan keberadaan karbohidrat dalam urin. Prinsip uji fehling yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk mereduksi senyawa (kupro sulfat) Cu2SO4 menjadi Cu2O (endapan merah bata) setelah dipanaskan dalam suasana basa. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urin yang diperiksa.Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif (Subawa.2010).Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO (Anonim, 2010).Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanBerwarna biru tua,tidak ada endapan merah bata(-) tidak mengandung karbohidrat

2.Sampel ABerwarna ungu tua,endapan merah bata(+) mengandung karbohidrat

3.Sampel BBerwarna biru keunguan, endapan merah bata(+) mengandung karbohidrat

Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A dan B menunjukkan hasil positif terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentukCu2Oyang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan intensitas warna merah dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung B mengandung glukosa dengan kadar tertinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari biru tua (warna fehling A dan B) menjadi kuning kemerahan dean terdapat endapan kuning merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kuning kehijauan dengan endapan kuning. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna, yakni tetap berwarna biru tua seperti warna larutan fehling A dan B sebelum dipanaskan.Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan pada tabung ketiga merupakan sampel urine normal, sehingga tidak terjadi perubahan warna pada uji fehling yang menunjukkan tidak adanya glukosa dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi antara aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan merah bata :

Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi (Wirawan dkk, tt)Pada percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa urin praktikan tidak mengandung karbohidrat (glukosa) dan termasuk dalam kondisi normal.

4.2.10 Uji GmelinZat warna empedu berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir sel darah merah. Beberapa zat warna itu adalah bilirubin (orange,kuning,coklat) dan biliverdin (hijau). Pada percobaan ini larutan NH3 pekat ditambahkan kedalam tabung yang berisi cairan empedu. Tujuan dari penambahan HNO3 agar terjadi oksidasi zat warna empedu. Banyaknya HNO3 pekat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi diusahakan sama banyak dengan jumlah empedu sehingga cairan empedu berada pada bagian atas (hijau) dan bagian bawah larutan HNO3(p), setelah digoyangkan menghasilkan larutan yang berwarna orange. Test gmelin empedu berdasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna menghasilkan serangkaian hasil oksida. Pada Percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :NoSampel UjiHasil PengamatanKesimpulan

1.Urin praktikanBerwarna kuning jernih(-) tidak mengandung pigmen empedu

2.Sampel ABerwarna kuning keruh (-) tidak mengandung pigmen empedu

3.Sampel BBerwarna bening(-) tidak mengandung pigmen empedu

BAB VKESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Urin praktikan secara fisik keseluruhan normal :a. Volume urin praktikan tergolong normal berkisar 1200 mL dalam satu harib. Warna urin kuning jernihc. Buih urin stabil atau wajard. Kekeruhan urin tergolong normale. Bau urin wajar atau tidak menyengat tergolong normal2. Urin praktikan secara kimiawi normal, karena :a. Tidak mengandung glukosab. Tidak mengandung proteinc. Tidak mengandung asam asetoasetat dan badan ketond. Mengandung kreatinin dan urobilinogen dalam kadar normale. Tidak mengandung pigmen empedu3. Sampel A merupakan sampel berprotein,berkarbohidrat4. Sampel B merupakan sampel berkarbohidratSaranMengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan/2,5 L per hari akan sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena selain memperlancar sistem ekskresi untuk pembuangan zat-zat sisa, juga berperan dalam keseimbangan dalam tubuh

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Ethel, S.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta:EGC Penerbit Buku Kedokteran. 2. Ganong.2003.Fisiologi Kedokteran.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.3. Setiadi, (2007).Anatomi & Fisiologi Manusia.Yogjakarta: Graha Ilmu. 4. Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta5. Robert K. Murray,Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell.2006.Biokimia Harper. Jakarta :Penerbit EGC.6. Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supryanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press