analisa data dan penyelidikan tanah

39
Analisa Data dan Penyelidikan Tanah Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun. Dari Hasil Tes Boring (Boring Log) Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu. Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan berwarna abu-abu. Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-abu. Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu. Dari Hasil Tes Sondir Sondir dilakukan pada lima titik sondir, dengan hasil sebagai berikut: - Titik sondir 1 (S 1 ) tanah keras (q c = 55 kg/cm 2 ) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 2 (S 2 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 3 (S 3 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -19,60 m. - Titik sondir 4 (S 4 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 5 (S 5 ) tanah keras (q c = 50 kg/cm 2 ) di kedalaman -19,40 m. Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang paling dalam yaitu pada kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan berwarna abu-abu. Pemilihan Jenis Pondasi

Upload: azisjt

Post on 25-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Analisa Data dan Penyelidikan Tanah

Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun.

Dari Hasil Tes Boring (Boring Log)

Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu. Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan berwarna

abu-abu. Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-abu. Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu.

Dari Hasil Tes Sondir

Sondir dilakukan pada lima titik sondir, dengan hasil sebagai berikut:

- Titik sondir 1 (S1) tanah keras (qc = 55 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 2 (S2) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 3 (S3) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -19,60 m. - Titik sondir 4 (S4) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m. - Titik sondir 5 (S5) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -19,40 m.

Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang paling dalam yaitu pada kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan berwarna abu-abu.

Pemilihan Jenis Pondasi

Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

Fungsi bangunan atas Besarnya beban dan berat dari bangunan atas Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan Jumlah biaya yang dikeluarkan

Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas. Dari pertimbangan hasil penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan penampang bebentuk lingkaran.

Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:

Mutu beton (f’c) = 25 Mpa Mutu baja (fy) = 400 Mpa

Ukuran = ø 50 cm Luas penampang = 1962,5 cm2 Keliling = 157 cm

Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang

Berdasarkan Kekuatan Bahan

Tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu:

σb = 0,33 . f’c ; f’c =25 Mpa = 250 kg/cm2

σb = 0,33 . 250 = 82,5 kg/cm2

Ptiang = σb . Atiang

Ptiang = 82,5 . 1962,5 = 161906,25 kg = 161,906 t

dimana: Ptiang = Kekuatan pikul tiang yang diijinkan

σb = Tegangan tekan tiang terhadap penumbukan

Atiang = Luas penampang tiang pancang

Berdasarkan Hasil Sondir

Daya dukung tiang dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dimana: qc = Nilai konus hasil sondir (kg/cm2)

Ap = Luas permukaan tiang (cm2)

Tf = Total friction (kg/cm)

As = Keliling tiang pancang (cm)

Data hasil sondir S3 untuk kedalaman -19,60 m, didapatkan:

Ø qc = 50 kg/cm2

Ø Tf = 1376 kg/cm

Ptiang =

= 75914,733 kg= 75,915 t

Sehingga daya dukung yang menentukan adalah daya dukung berdasrkan data sondir, Ptiang = 75,915 t ~ 76 t.

Menentukan Jumlah Tiang Pancang

Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan sebagai berikut:

Dimana: n = jumlah tiang pancang yang dibutuhkan

P = gaya vertikal (t)

Ptiang = daya dukung 1 tiang (t)

Gambar 4.37 Denah Pondasi

Tabel 4.39 Perhitungan Jumlah Tiang Pancang

Tiang P(t) Ptiang (t) n PembulatanP1 139.897 76 1.841 6P2 244.489 76 3.217 6P3 221.046 76 2.909 4

P4 182.926 76 2.407 6P5 155.869 76 2.051 6P6 223.195 76 2.937 4P7 337.106 76 4.436 9P8 307.909 76 4.051 6P9 294.281 76 3.872 6P10 211.856 76 2.788 6P11 220.124 76 2.896 4P12 318.799 76 4.195 6P13 218.344 76 2.873 6P14 182.241 76 2.398 4P15 213.336 76 2.807 4P16 196.017 76 2.579 4P17 133.608 76 1.758 4P18 234.393 76 3.084 6P19 282.346 76 3.715 6P20 185.102 76 2.436 4P21 130.565 76 1.718 4P22 230.095 76 3.028 6P23 270.542 76 3.560 6P24 160.972 76 2.118 4P25 136.840 76 1.801 4P26 241.257 76 3.174 6P27 289.285 76 3.806 6P28 157.370 76 2.071 4P29 95.562 76 1.257 4P30 146.670 76 1.930 4P31 167.866 76 2.209 4P32 96.012 76 1.263 4

Menghitung Efisiensi Kelompok Tiang Pancang

dimana: m = Jumlah baris

n = Jumlah tiang satu baris

Ө = Arc tan dalam derajat

d = Diameter tiang (cm)

S = Jarak antar tiang (cm)

Ø syarat jarak antar tiang

atau

Ø syarat jarak tiang ke tepi

Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.38 Tipe Pondasi

Tabel 4.40 Perhitungan Efisiensi Kelompok Tiang

Poerd (cm)

S (cm)

m n q efisiensi

P1 50 125 2 2 21.801 0.242 1.000 0.758P2 50 125 2 3 21.801 0.242 1.167 0.717P3 50 125 3 3 21.801 0.242 1.333 0.677

Tabel 4.41 Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang

Poer efisiensiPtiang (ton)

satu tiang (ton)

jumlah tiang

daya dukung group (ton)

cek

Tipe 1 0.758 76 57.590 4 230.360> 223.195 ton

Tipe 2 0.717 76 54.522 6 327.129> 318.799 ton

Tipe 3 0.677 76 51.453 9 463.079> 337.106 ton

Perhitungan Beban Maksimum Yang Diterima Oleh Tiang

dimana:

Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)

SPv = Jumlah total beban (t)

Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x ™

My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y ™

n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)

Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang

Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang

nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x

ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y

Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)

Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)

Pondasi Tipe 1

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 1

SPv = 223,195 t

Mx = 1,671 tm

My = 0,455 tm

Xmak = 62,5 cm = 0,625 m

Ymak = 62,5 cm = 0,625 m

Sx2 = (0,6252) + (0,6252)

= 0,781 m2

Sy2 = (0,6252) + (0,6252)

= 0,781 m2

n = 4

nx = 2

ny = 2

Pmak =

= 56,649 t …< P1 tiang = 57,590 t

Pondasi Tipe 2

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 2

SPv = 318,799 t

Mx = 0,096 tm

My = 0,058 tm

Xmak = 125 cm = 1,25 m

Ymak = 62,5 cm = 0,625 m

Sx2 = (1,252) + (1,252)

= 3,125 m2

Sy2 = (0,6252) + (0,6252)

= 0,781 m2

n = 6

nx = 3

ny = 2

Pmak =

= 53,179 t …< P1 tiang = 54,522 t

Pondasi Tipe 3

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3

SPv = 337,106 t

Mx = 0,022 tm

My = 2,062 tm

Xmak = 125 cm = 1,25 m

Ymak = 125 cm = 1,25 m

Sx2 = (1,252) + (1,252)

= 3,125 m2

Sy2 = (1,252) + (1,252)

= 3,125 m2

n = 9

nx = 3

ny = 3

Pmak =

= 37,734 t …< P1 tiang = 51,453 t

Kontrol Terhadap Geser Pons

4.8.7.1 Pile Cap Tipe 1 dan Tipe 2

Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.

P = 318,799 t

h = 0,7 m

t =

=

= 87,582 t/m2

= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2

t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan geser pons).

4.8.7.2 Pile Cap Tipe 3

Karena kolom tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P tiang pancang.

P = 37,734 t

h = 0,7 m

t =

=

= 14,31 t/m2

= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2

t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan geser pons).

Penulangan Tiang Pancang

Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan tersebut ada dua kondisi, yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.

Kondisi I (Dua Tumpuan)

Gambar 4. 39 Kondisi Pengangkatan 1 dan Momen yang Ditimbulkan

Dimana: q = Berat tiang pancang

= = 471 kg/m

L = 6 m

Didapatkan: a =

= 1,75 m

M1 =

=

= 721,219 kgm

D1 =

=

= 831,176 kg

Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:

M = 721,219 kgm

D = 1413 kg

Gambar 4.41 Penampang Tiang Pancang

Data yang digunakan:

- Dimensi tiang = ø 50 cm

- Berat jenis beton = 2,4 t/m3

- f’c = 25 Mpa

- fy = 400 Mpa

- h = 500 mm

- p = 70 mm

- øtulangan = 22 mm

- øsengkang = 8 mm

- d = h – p – øsengkang – ½ øtulangan

= 500 – 70 – 8 – 11 = 411 mm

- d’ = p + øsengkang + ½ øtulangan

= 70 + 8 + 11 = 89 mm

4.8.8.3 Tulangan Memanjang Tiang Pancang

Mu = 721,219 kgm = 7,212 kNm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00027

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d. 106

= 0,0035 . 0,500 . 0,411 . 106

= 719,25 mm2

Digunakan tulangan 2D22 (As = 760 mm2)

Cek Terhadap Tekuk

Dianggap kedua ujung sendi, diperoleh harga k = 1

r = 0,3 . h = 0,3 . 500 = 150 mm

(K > 20 maka kelangsingan diperhitungkan)

Ec = 4700 (f’c)0.5 = 23500 Mpa

Pu = 56,649 T = 566,49 KN

Vu = 1413 kg = 14130 N

Vn = N

Vc = N

Periksa vu > fvc:

vu = MPa

vc = MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu < fvc Þ dipakai tulangan praktis

Digunakan tulangan sengkang ø8 – 200.

Gambar 4.42 Penulangan Tiang Pancang

Penulangan Pile Cap

Pile Cap Tipe 1

Penulangan didasarkan pada:

P1 = Pmak = 56,649 t

Mx = My = = 35,406 tm

Penulangan Arah x

Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 16 mm

Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD

= 700 – 70 – ½ .16

= 622 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00294

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d.106

= 0,0035 . 1 . 0,622 . 106

= 2177mm2

Dipakai tulangan D16 – 75 (As terpasang = 2681 mm2)

Penulangan Arah y

Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 16 mm

Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD

= 700 – 70 – 16 – ½ .16

= 606 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0031

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d.106

= 0,0035 . 1 . 0,606 . 106

= 2121mm2

Dipakai tulangan D16 – 75 (As terpasang = 2681 mm2)

Pile Cap Tipe 2

Penulangan didasarkan pada:

P1 = Pmak = 53,179 t

Mx = = 66,474 tm

My = = 33,237 tm

Penulangan Arah x

Mu = 66,474 tm = 664,74 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD

= 700 – 70 – ½ .19

= 620,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0057

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

As = ρ.b.d.106

= 0,0057 . 1 . 0,6205. 106

= 3538,62 mm2

Dipakai tulangan D19 – 75 (As terpasang = 3780 mm2)

Penulangan Arah y

Mu = 33,237 tm = 332,37 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD

= 700 – 70 – 19 – ½ .19

= 601,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00295

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin

As = ρ.b.d.106

= 0,0035 . 1 . 0,6015. 106

= 2105,25 mm2

Dipakai tulangan D19 – 125 (As terpasang = 2268 mm2)

Pile Cap Tipe 3

Penulangan didasarkan pada:

P1 = Pmak = 37,734 t

Mx = My = = 47,168 tm

Penulangan Arah x

Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – ½ øD

= 700 – 70 – ½ .19

= 620,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00398

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

As = ρ.b.d.106

= 0,00398 . 1 . 0,6205 . 106

= 2467,68 mm2

Dipakai tulangan D19 – 100 (As terpasang = 2835 mm2)

Penulangan Arah y

Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm

Tebal pelat (h) = 700 mm

Penutup beton (p) = 70 mm

Diameter tulangan (øD) = 19 mm

Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD

= 700 – 70 – 19 – ½ .19

= 601,5 mm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00424

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

As = ρ.b.d.106

= 0,00424 . 1 . 0,6015 . 106

= 2553,06 mm2

Dipakai tulangan D19 – 100 (As terpasang = 2835 mm2)

Perhitungan Tie Beam

Ukuran sloof 600 x 400 cm

Data tanah: – f = 29,326o

- c = 0,115 kg/cm2 = 1,15 t/m2 = 11,5 kPa

- g = 1,758 t/m3

Tanah tersebut didefinisikan sebagai tanah sangat lunak karena c < 18 kPa, sehingga untuk menghitung qu digunakan rumus sebagai berikut:

qu =

c’ = t/m2

go = = = 17,246 t/m3

Dari tabel faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi), diperoleh:

f = 29,326o ® – Nc’ = 18,4

- Nq’ = 7,9

- Ng’ = 5,4

qu =

= 16,185 t/m2

Berat sendiri = = 0,576 t/m

q = = 7,054 t/m

Perhitungan Gaya Dalam

Gambar 4.43 Denah Tie Beam

Perhitungan gaya dalam untuk S1

- Perhitungan momen

Mtump = = = 26,388 tm

Mlap = = = 13,194 tm

- Perhitungan gaya lintang

Dtump = = = 23,631 t

Dlap = D berjarak 1/5L dari ujung balok

= = 14,179 t

Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam

SloofL

(m)0.5*L 1/5*L

q

(kg/m)Momen Gaya Lintang

Mtump

(kgm)

Mlap.

(kgm)

Tump.

(kg)

Lap.

(kg)

S1 6.7 3.35 1.340 7.054 26.388 13.194 23.631 14.179S2 5.45 2.725 1.090 7.054 17.460 8.730 19.222 11.533S2 5.25 2.625 1.050 7.054 16.202 8.101 18.517 11.110S3 8 4 1.600 7.054 37.621 18.811 28.216 16.930S4 6 3 1.200 7.054 21.162 10.581 21.162 12.697S5 3.5 1.75 0.700 7.054 7.201 3.600 12.345 7.407S5 2.75 1.375 0.550 7.054 4.445 2.223 9.699 5.820S5 2.5 1.25 0.500 7.054 3.674 1.837 8.818 5.291

Perhitungan Penulangan Tie Beam

Penulangan S1

a) Tulangan Lentur

M tump = 26,388 kgm = 263,88 kNm

M lap = 13,194 kgm = 131,94 kNm

Tinggi sloof (h) = 600 mm

Lebar sloof (b) = 400 mm

Penutup beton (p) = 40 mm

Diameter tulangan (D) = 22 mm

Diameter sengkang (ø) = 10 mm

Tinggi efektif (d) = h – p – ø – ½ D

= 600 – 40 – 10 – ½ . 22

= 539 mm

d’ = p + ø + ½ D

= 40 + 12 + ½ . 22

= 61 mm

f’c = 25 Mpa

fy = 400 Mpa

Tulangan Tumpuan

Mu = 263,88 kNm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0076

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

Dipakai tulangan tekan 2D22 (As terpasang = As2 = 760 mm2)

As1 = ρ.b.d.106

= 0,0076 . 0,40 . 0,539 . 106

= 1648,490 mm2

As = As1 + As2

= 1630,835 + 760

= 2408,490 mm2

Digunakan tulangan tarik 7D22 (As = 2661 mm2)

Tulangan Lapangan

Mu = 13,194 kNm

kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0037

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ

Dipakai tulangan tekan 2D22 (As terpasang = As2 = 760 mm2)

As1 = ρ.b.d.106

= 0,0037 . 0,40 . 0,544 . 106

= 792, 349 mm2

As = As1 + As2

= 792, 349 + 760

= 1552,349 mm2

Digunakan tulangan tarik 5D22 (As = 1901 mm2)

Periksa lebar balok

Maksimal tulangan yang hadir sepenampang adalah 7D22, dengan posisi 2 lapis (5D22 untuk lapis dasar dan 2D22 untuk lapis kedua)

Jarak minimum tulangan yang disyaratkan adalah 25 mm.

Lebar balok minimum:

2 x p = 2 x 40 = 80 mm

2 x ø sengkang = 2 x 10 = 20 mm

5 x D22 = 5 x 22 = 110 mm

4 x jrk min tul = 4 x 25 = 100 mm

Total = 310 mm

Jadi lebar balok sebesar 400 mm cukup memadai.

b) Tulangan Geser

Tulangan Geser Tumpuan

Vu = 23,631 t = 236309,00 N

Vn = MPa

Vc = MPa

Vs = Vn – Vc = 393848,33 – 179666,67 = 214181,67 N

Periksa vu > fvc:

vu = MPa

vc = MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu < fvc Þ perlu tulangan geser

Periksa fvs > fvs mak:

fvs = vu – fvc = 1,096 – 0,50 = 0,596 Mpa

f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)

fvs > fvs mak Þ OK

Perencanaan sengkang

mm2

Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 557 mm2

mm

smax = mm

Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 150.

Sengkang minimum perlu = mm2

Luas sengkang terpasang 157 mm2 > 50 mm2

Tulangan sengkang ø10 – 150 boleh dipakai.

Tulangan Geser Lapangan

Vu = 14,178540 t = 141785,40 N

Vn = MPa

Vc = MPa

Vs = Vn – Vc = 236309,00 – 179666,67 = 56642,33 N

Periksa vu > fvc:

vu = MPa

vc = MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu < fvc Þ perlu tulangan geser

Periksa fvs > fvs mak:

fvs = vu – fvc = 0,658 – 0,50 = 0,158 Mpa

f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)

fvs > fvs mak Þ OK

Perencanaan sengkang

mm2

Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 157 mm2

mm

smax = mm

Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 250.

Sengkang minimum perlu = mm2

Luas sengkang terpasang 226 mm2 > 83,33 mm2

Tulangan sengkang ø10 – 250 boleh dipakai.