upt perpstakaan isi yogyakartadigilib.isi.ac.id/4339/10/jurnal.pdfi. pendahuluan . kota tangerang...
Post on 06-Aug-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
KARYA DESAIN
PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN
CINTA QUR’AN CENTER TANGERANG
JURNAL
Diajukan oleh:
Muhammad Hariril A’la
NIM 1211845023
PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR
JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2019
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
NASKAH PUBLIKASI KARYA DESAIN
PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN CINTA
QUR’AN CENTER TANGERANG
Muhammad hariril A’la
Haririlala@gmail.com
ABSTRAK
Pendidikan agama Islam sangatlah penting bagi seorang muslim. Salah satu
pesantren yang terintegrasi dengan program pendidikan kaderisasi untuk melahirkan
da’i/ulama yang siap menggemakan kecintaan umat terhadap Al-qur’an adalah Cinta
Qur’an Center(CQC) yang berada di Bintaro, Tangerang Selatan. Tujuan dari
perancangan ini guna menciptakan ruangan yang mampu mewadahi aktifitas santri
yang berkapasitas tinggi pada ruang yang minim, memperhatikan aspek fungsional
dengan fasilitas yang mecukupi kebutuhan santri. Pada tempat yang terbatas dengan
memperhatikan kenyamanan, kebersihan, kemudahan akses, keamanan dan saling
terjaga masing-masing privasi santri. Metode menggunakan metode desain
Rosemary Kilmer dengan pendekatan konsep compact housea design. Konsep ini
mampu mempermudah santri dalam penataan agar lebih efisien dan multifungsi pada
furniturenya, memaksimalkan bagian dari setiap sudut ruangan ataupun kelonggaran
pada furniture serta dapat menjaga privasi masing-masing santri.
Kata kunci: pondok pesantren, santri, compact house design, furniture.
ABSTRACT
Islamic education is important to a Muslim. One pesantren (Islamic boarding school)
with an integrated educational program that produce scholars of Al-Qur'an who
invite the Muslim community to love the holy book is Cinta Qur'an Center (CQC). It
is located in Bintaro, South Tangerang. The objective of this design is to create a
minimum space that can accommodate the students’ activities at a high capacity,
while paying attention to functional aspects with facilities that meet the students’
needs. All in a limited space without compensating comfort, cleanliness, ease of
access, security, and the privacy of each student. The method uses the Rosemary
Kilmer’s design method with a compact house design approach. The concept will
allow the students to arrange multifunctional furniture more efficiently, maximizing
each corner of the room or any extra space the furniture may allow without
compensating their privacy.
Keywords: pondok pesantren (Islamic boarding school), students, compact design,
furniture
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
Tugas Akhir Penciptaan/Perancangan berjudul:
PERANCANGAN INTERIOR PONDOK PESANTREN CINTA QUR’AN
CENTER TANGERANG diajukan oleh Muhammad Hariril A’la, NIM
1211845023, Program Studi S-1 Desain Interior, Jurusan Desain, Fakultas Seni
Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, telah disetujui oleh Tim Pembina Tugas
Akhir pada tanggal 17 Januari 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
diterima.
Pembimbing I/Anggota
Yulita Kodrat Prasetyaningsih, MT.
NIP. 19700727 200003 2 001
Pembimbing II/Anggota
Ivada Ariyani, ST, M. Des.
NIP. 19760514 200501 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Yulita Kodrat Prasetyaningsih, MT.
NIP. 19700727 200003 2 001
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
I. PENDAHULUAN
Kota Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi Banten. Kota Tangerang
berada tepat di sebelah Barat Ibukota Negara Indonesia, Jakarta. Jarak Kota
Tangerang dari Ibukota Provinsi Banten ±60 km dan ±27 km dari Ibukota Negara
Republik Indonesia, Jakarta. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi
Banten serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi.
Perkembangan Kota Tangerang didukung oleh akses transportasi seperti Bandar
Udara Internasional Soekarno Hatta, Pelabuhan Internasional Tanjung Priok, serta
Pelabuhan Bojonegara(kemendagri, 2018).
Cinta Qur’an Center merupakan Pesantren Tahfidz Al-qur’an yang
terintegrasi dengan program pendidikan kaderisasi untuk melahirkan da’i/ulama
yang siap menggemakan kecintaan umat terhadap Al-qur’an. Para santri yang
direkrut dari seluruh Indonesia ini akan dididik di Cinta Qur’an Center secara
gratis. Fasilitas yang diberikan antara lain tempat tinggal, makan, sarana belajar,
hingga uang saku untuk menunjang aktivitas para santri.
Cinta Qur’an Center berkantor pusat di Jl. Kucica IV Blok JF 9 No.5
Bintaro Sektor 9, Pd. Pucung, Pd. Aren, Kota Tangerang, Banten 15229. Luas
lahan hasil pengukuran lebih kecil (4152m2) dari luasan asumsi semula
(±5000m2) yang menjadi basis desain site plan awal.
Lokasi perancangan Interior Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Cinta
Qur’an dengan luas lahan terbilang cukup untuk perancangan Interior Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an yaitu sekitar 0.415 hektar. Lingkungan Tahfidz harus
jauh dari kebisingan, luas, lapang, dan asri seperti berada di alam. Lokasi ini
dihimpit oleh perumahan elit dan perumahan kampung warga biasa. Diperlukan
sebuah konsep besar di awal yang dapat mewujudkan kenyamanan dalam
menghafal Al-qur’an. Sehingga harus dibuat sebuah perancangan terhadap
Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Cinta Qur’an. Konsep perancangan pondok
pesantren bertujuan agar tercipta suasana yang dapat membantu progam tahfidz
dan menjadi sebuah wadah bagi santri dalam proses pengembangan secara
keseluruhan. Pondok pesantren sebagai bangunan Islam harus memisahkan antara
zona pria dan wanita. Oleh karena itu, dibutuhkan desain untuk menciptakan
perancangan di lingkungan Pondok Pesantren.
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
Dikarenakan kondisi fisik bangunan Pondok Pesantren Cinta Qur’an Center
belum ada, maka akan dilakulan study typology untuk dijadikan sebagai refrensi
untuk mengawali dalam proses desain.
Dilihat dengan jumlah luasan lahan serta daya tampung santri putra 150 dan
santri putri 150, sehingga total santri beserta pengurus berserta staf diperkirakan
berjumlah 400 orang, kapasitas yang cukup tinggi dan lahan terbtas. Diperlukan
pemanfaatan dan pengoptimalisasi jumlah ruang, volume ruang dan luas ruang,
maka dalam tugas akhir ini akan menerapkan compact house design.
Di pondok pesantren terdapat permasalahan kesehatan yang cukup banyak.
Berkaitan dengan kesehatan lingkungan yaitu: Sampah yang berserakan di
lingkungan pesantren, lantai asrama jarang dipel, air limbah tidak mengalir
kedalam got sehingga menjadi sarang nyamuk, bak mandi jarang di kuras Saluran
air mandi tersumbat oleh sampah dan Kasur tidak dijemur. Bekaitan dengan
masalah tingkah laku yaitu: piring tidak segera dicuci sesudah makan, sisa
makanan yg berserakan di asrama, pakaian yang sudah digunakan bergantungan
di dalam asrama, santri tidur di lantai tanpa selimut dan alas tidur, ember sabun,
sepatu dan sandal diletakkan sembarangan di dalam asrama, bantal sering dipakai
bersama-sama, menghidangkan makanan tidak ditutup, sesudah BAB tidak cuci
tangan dengan sabun dan WC tidak disiram sampai bersih, pakaian basah dijemur
di dalam asrama.Berkaitan dengan masalah Gizi: mi dijadikan makanan pokok,
menu makanan kurang bervariasi, santri tidak sarapan pagi, mengambil porsi
makanan yang tidak sesuai.Berkaitan dengan masalah sarana dan prasarana:ruang
asrama tidak sesuai dengan jumlah santri, kurangnya obat-obat ringan dan P3K,
kurangnya tempat menjemur pakaian (Bahraen, 2012).
Dalam tugas akhir karya ini, ruangan yang akan didesain adalah Asrama,
lobby, dan Kantin. Hal yang menjadi pertimbangan ialah luas area yang dirancang
dan ruangan tersebut merupakan ruangan yang paling banyak digunakan.
II. METODE PERANCANGAN
Metode desain yang digunakan dalam merancang interior Pondok Pesantren
Tahfidz Qur’an Cinta Qur’an menggunakan metode desain Rosemary Kilmer.
Menurut Kilmer (2014) metode desain dapat dipecah menjadi delapan langkah,
meliputi: commit, state, collect, analyze, ideate, choose, implement, dan evaluate.
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
Gambar 1. Skema Metode Desain Rosemary Kilmer
(Kilmer, 2014).
a. Commit (Menerima Masalah)
Proses dalam mendesain tidak terlepas dari komitmen untuk
menyelesaikan tugas sesuai dengan deadline yang dapat dilakukan dengan
membuat jadwal waktu. Pada langkah ini, proses yang dilakukan adalah
survei lokasi, mencari desain Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an
pembanding, dan membuat urutan kerja (Kilmer, 2014).
b. State (Mendefinisikan Masalah)
Mendefinisikan masalah apa saja yang ada dalam perancangan
interior Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an. Pada tahap ini, proses yang
dilakukan adalah mengumpulkan semua data gambar kerja, mengamati
ruang di lapangan, dan menyimpulkan masalah (Kilmer, 2014).
c. Collect (mengumpulkan)
Pada langkah ini secara umum mengacu pada “Programming” dan
melibatkan pengumpulan data yang dikategorikan dan ditampilkan secara
tertulis. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui penelitian,
wawancara, dan survei. Pada langkah ini, proses yang dilakukan adalah
mencari pembanding pondok pesantren yang bertema dan gaya yang sama
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
dengan perancangan, melakukan wawancara, dan mencari literatur yang
berkaitan dengan objek (Kilmer, 2014).
d. Analyze (menganalisa)
Melihat keseluruhan dari informasi yang telah digabungkan
mengenai masalah dan mengaturnya dalam kategori yang berhubungan.
Menyelidiki melalui data yang telah dikumpulkan dan mencatat hal yang
utama tersebut untuk solusi akhir. Teknik dalam menganalisis dapat
dilakukan dengan diagram matriks, diagram konseptual, dan lain-lain.
Pada langkah ini, proses yang dilakukan adalah membuat pemetaan data
dan membuat diagram konseptual (Kilmer, 2014).
e. Ideate (dirancang)
Membuat alternatif desain untuk mendapatkan solusi. Terdiri dari
dua fase, yaitu fase penggambaran skematik dan penjelasan konsep.
Teknik dalam menganalisis dapat dilakukan dengan membuat skema
desain, menentukan kalimat permasalahan, menyusun konsep, membuat
moodboard dan membuat alternatifzoning, layout, dan denah (Kilmer,
2014).
f. Choose (memilih)
Memilih alternatif desain yang terbaik dengan kembali melihat
bagaimana konsep dipilih sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan keinginan
klien. Setelah terpilih, kemudian dibuat gambar kerja dan detail. Pada
langkah ini, proses yang dilakukan adalah presentasi alternatif desain yang
telah dibuat kepada klien, meminta pendapat klien, mengarahkan klien,
dan membuat keputusan (Kilmer, 2014).
g. Implement (melaksanakan)
Pada langkah ini mengkomunikasikan ide melalui gambar akhir,
rencana, rendering, dan bentuk lain, seperti: membuat draft FFE
(furniture, furnishing, danequipment), membuat rencana mechanical
electrical, membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya), membuat gambar
kerja ruang dengan autocad, membuat animasi ruang dan file presentasi
ruang dengan Pano2VR (Kilmer, 2014).
h. Evaluate (evaluasi)
Proses meninjau desain dan membuat penilaian kritis dari apa yang
telah dicapai untuk melihat apakah itu memang memecahkan situasi
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
permasalahan. Pada langkah ini, proses yang dilakukan adalah melakukan
presentasi di depan klien, meminta pendapat klien, dan membuat
perubahan yang dibutuhkan sesuai yang dibutuhkan klien (Kilmer, 2014).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Konsep Desain
Konsep yang digunakan untuk mengatasi permasalahan desain Interior
Pondok Pesantren Cinta Qur’an Center adalah dengan konsep compact house
design. Compact house design adalah "efisiensi" yakni pemanfaatan ruangan
secara maksimal, ini bisa juga berarti pemanfaatan furniture secara maksimal
karena furniture adalah bagian dari ruangan. Compact house design diterapkan
pada ruangan, yang mana mempunyai arti segala sesuatu yang terkesan rapi,
padat, dan rapat. Pada perabot dengan sistem compact terdapat beberapa
keuntungan seperti ringkas dan praktis. Pada desain ini terdapat beberapa jenis
perabot di dalam 1 buah perabot. Semua perabot dapat digunakan untuk aktivitas
di dalam ruangan dengan mengunakan sistem compact house design juga dapat
mengurangi space yang dibutuhkan untuk meletakkan perabot. Harapan dengan
adanya konsep ini, dapat membuat ruangan menjadi lebih rapi, bersih, dan mudah
dalam maitenance. Mendesain dalam bentuk apapun umumnya bertujuan untuk
menghasilkan bentuk, produk, fasilitas, dan saranatertentu yang bernilai guna,
baik fisikal maupun psikis bagi manusia (Ching, 1990).
2. Penerapan Compact House Design
Permasalahan lahan sempit merupakan salah satu problem yang
dihadapi seseorang yang tinggal disebuah pemukiman urban, dimana harga
tanah akan lelalu naik seiring dengan kemajuan ekonomi setempat. Salah satu
solusi untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan compact house design.
Compact house design dapat diartikan sebagai konsep perancangan hunian
dimana skala prioritasnya adalah ruang-ruang utama yang paling dibutuhkan.
Dengan mengaplikasikan compact house design, diharapkan seluruh
kebutuhan pengguna dapat diakomodasi dengan optimal walaupun hanya
berada di tempat yang terbatas. Compact house design sendiri sebenarnya
sudah sekian lama berkembang di seluruh negara penjuru dunia, kusunya
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
dinegara-negara maju dan negara berkembang. Sedangkan di Indonesia
istilah compact house design memang baru mulai dengan banyaknya kasus
permasalahan kepadatan pendudukdalam suatu wilayah mulai ramai.
Di Indonesia, istilah yang sering digunakan oleh para arsitek Indonesia
untuk penyebutan konsep ini ialah compact house design. Bambang
Wicaksono menyebutkan dalam artikel majalah Femina tahun 2015,bahwa
konsep compact house design dapat diartikan sebagai konsep perancangan
hunian dimana skala prioritasnya adalah ruang-ruang utama yang paling
dibutuhkan. Konsep ini merupakan salah satu solusi bagaimana orang bisa
membeli rumah dengan harga yang lebih terjangkau. Sedangkan Imelda
Akmal menuliskan dalam bukunya “Compact House Living in High Density”
(2012), compact house design adalah desain rumah kompak yang dirancang
degan teliti dan menyeluruh, serta dipikirkan secara detail hingga
perancangan furniturenya untuk memenuhi kebutuhan bermukim di kota.
Perkembangancompact house design di Indonesia mulai banyak
bermunculan sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan yang tersedia
dan harga lahan yang semakin mahal. Maka dari itu, banyak pengembang
yang mulai menawarkan compact house design, apalagi di kota-kota besar
seperti Jakarta (Hanggara, 2015). Beberapa arsitek Indonesia juga sudah
menerapkan konsep compact house design ini dalam rumah rancangannya.
Seperti Abimantra Pradhana untuk rumah tinggalnya sendiri, Atelier Riri
dengan “Kiri House”, Sontay M. Siregar dengan “Compact house design”
yang lalu memenangkan IAI Jakarta Award pada tahun 2012 untuk kategori
rumah kecil.
Dalam buku “Compact house designs: 50 Creative Floor Plans for
Well-Designed Small Homes” (Rowan, 2013) dan “Compact Living –
Maximizing Your Limited House Space” (Faunillan &Davidson, 2015),
dijabarkan beberapa keuntungan yang diterima dalam menggunakan konsep
compact house design pada rumah tinggal. Keuntungan-keuntungan tersebut
antara lain:
Tidak perlu mengkhawatirkan dalam pembayaran pajak karena ukuran
rumah yang kecil.
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
Tidak memerlukan material bahan bangunan yang terlalu banyak dalam
membangun, karena ukuran rumah yang kecil. Kemudian dana yang
apabila bisa lebih, dapat digunakan untuk memilih membeli material
bangunan dengan kualitas yang lebih baik lagi.
Waktu untuk membangun lebih cepat.
Tidak memerlukan perawatan yang banyak.
Pembuangan energi yang sedikit.
Prinsip Dasar Compact house designmenurut Abimantra Pradhana
dalam acara TV D‟Sign di stasiun Net.TV (Dsign NET, 2015)ialah:
a. Setiap ruang dan furniture dapat memfasilitasi kebutuhan pengguna. Pada
prinsip ini, setiap ruang dan furniture dalam rumah tersebut harus bisa
memenuhi kebutuhan pengguna itu sendiri. Menurut Lang (1987),
kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus tersedia dalam rumah tinggal,
yaitu:
1) Physiological needs, kebutuhan fisik dan fisiologis.
2) Safety needs, kebutuhan akan rasa aman secara fisik dan psikis.
3) Affiliation needs, kebutuhan untuk berasosiasi dalam suatu sistem atau
berinteraksi.
4) Esteem needs, kebutuhan akan penghargaan.
5) Actualization needs, kebutuhan untuk
mengaktualisasikan/mengekspresikan diri.
6) Cognitive/Aesthetic needs, kebutuhan kognitif/estetika.
Dari kebutuhan-kebutuhan diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang-ruang
yang dibutuhkan dalam sebuah rumah tinggal yaitu: ruang tamu, ruang
keluarga, ruang tidur, dapur, ruang makan, kamar mandi. Namun, dalam
compact house design, ruang-ruang tersebut tidaklah harus berdiri sendiri.
Dalam satu ruang, bisa saja mencangkup dua fungsi atau lebih.
b. Furniture yang lebih baik digunakan dalam compact house design
menurut Abimantra (Dsign NET, 2015)yaitu disesuaikan dengan ukuran
ruang danfurniture yang multifungsi. Dengan begitu, jumlah furniture
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dapat dikurangi
dan lebih menghemat tempat. Untuk tempat penyimpanan, lebih baik
menggunakan furnitureyang bisa memuat banyak barang.
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
c. Warna yang digunakan dalam ruangan tentu harus dipikirkan dengan baik
agar rumah yang sempit terlihat luas. Abimantra (Dsign NET, 2015)
menganalogikan dinding sebagai kanvas kosong agar dapat
dikomposisikan dengan elemen atau furniture yang tepat. Penggunaan
warna dinding yang disarankan adalah dengan menggunakan warna netral
(putih, krem, abu-abu). Dengan begitu furniture yang diletakkan lebih
dapat menggunakan warna yang bervariasi. Dengan komposisi yang tepat,
ruangan tersebut akan terlihat estetis namun juga tidak menyesakkan.
Desain akhir dari penerapan konsep di atas adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Area Kamar Mandi Santri
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 3. Hasil Desain (Sumber:
Dokumentasi pribadi, 2018)
Bedasarkan hasil study typology pada area tempat MCK satri seringkali
menaruh barang secara acak karena belum mempunyai fasilitas untuk meletakan
barang kebersihan para santri. Ukuran dan bentuk yang bermacam – macam juga
membuat perabot tampak kurang rapi. Santri membutuhkan failitas untuk
meletakan barang secara vertical agar dapat menampung barang secara optimal
tanpa membutuhkan banyak space.
Gambar 4. Kamar Inap Kelas III (Sumber:
Dokumentasi Pribadi, 2018)
Gambar 5. Hasil Redesain Kamar Inap Kelas III
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
Permasalahan yang terdapat pada kamar santri adalah menaruh barang
dengan tidak teratur, dan mempunyai tempat penyimpanan yang berbeda-beda
membuat ruangan menjadi acak dan mengurangi sirkulasi dalam ruangan. Tidak
memisahkan antara barang kotor dan barang bersih sehingga membuat ruangan
bau dan kurang sehat.
Santri yang berada dibagian bawah kurang mendapatkan sirkulasi udara dan
sirkulasi cahaya baik disiang hari ataupun dimalam hari. Sehingga santri yang
berada dibawah merasa gelap dan panas karena terhalang oleh ranjang yang
berada diatasnya. Begitu pula sebaliknya, santri yang berada diatas merasa
mendapatkan kelebihan sirukasi udara dan sirkulasi cahaya. Sehingga santri yang
berada di atas merasa silau jika di malam hari karena berdekatan dengan lampu
dan merasa kedinginan karena dekat dengan fentilasi dan kipas angin blower.
IV. KESIMPULAN
Pada perancangan pondok pesantren cinta quran cenetr (CQC) Tangerang dengan
kapasitas ruang yang kecil dengan jumlah yang banyak. Dikarenakan pondok
pesantren ini belum dibangun fisiknya, maka desainer mengawali proses desain
dengan study tipologi untuk mencari sample kasus yang ada pada pondok
pesantren lain sebagai acuhan fisik dalam mendesain.
Hasil dari perancangan pondok pesantren cinta quran cenetr tangerang
dengan konsep compact house design dalam pemecahkan beberapa masalah yang
ada diruangan asrama dengan luas ruang terbatas untuk menampung banyak
santriyang beraktivitas tinggi. Pemanfaatan setiap spacefurniture dengan fusngi
ganda dan penataan secara vertica untuk menambah space sirkulasi dala ruangan.
Pemanfaatan sirkulasi alami melalui ventilasi dan horizontal sebagai penghawaan
didalam asrama.
Dari perancangan pondok pesantren ini diharapkan mahasiswa atau desainer
interior dapat mengembangkan pemikiran dan kemampuannya untuk
memecahkan masalah dalam ruangan pesantren dengan memperhatikan faktor-
faktor permasalahan yang ada didalam pesantren.
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Akmal, I.2012.Compact House Living in High Density. Jakarta: PT.Imaji
Media Pustaka.
Ching, Francis D.K. (1993). Teori Arsitektur: Bentuk, ruang, dan
susunannya. Jakarta: Erlangga
Data Kemendagri. Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang,
diakses pada 3 Januari 2019
Faunillan, F., & Davidson, J. 2015. Compact Living: Maximizing Your
Limited House Space. Mendon: Mendon Cottage Books.
Hanggara, R. 2015. Era Rumah Desain Compact. Dari
Kilmer, et al. 2014 Skema Metode Desain. New York: Ted Buchholz.
Lawson, F. 1976. Hotels, Motels, and Condominiums: Design, Planning and
Maintenance Architecture. London:Pres Ltd.
Rowan, G. 2013. Compact Houses: 50 Creative Floor Plans for Well-
Designed Small Homes. North Adams: Storey Publishing.
B. Web
Anonim. 2015. Penataan Area Pada Compact House Dsign. Dari
https://www.youtube.com/watch?v=7BbMl ZX-j3U, diakses pada 31
Desember 2018.
Bahraen, R. 2012. Kesehatan Islam, Muamalah. Dari
https://muslimafiyah.com/beberapa-masalah-kesehatan-yang-sering-
muncul-di-pondok-pesantren.html diakses pada 31 desember 2018.
Imazu. 2009. Zoning. Dari http://imazu.wordpress.com/zoning/, diakses pada
3 Maret 2018.
UPT Perpstakaan ISI Yogyakarta
top related