tugas khusus pkpa industri
Post on 11-Jul-2016
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS I
LAPORAN PRODUKTIFITAS (OUTPUT) PACKING
BULAN MARET 2015
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menghasilkan suatu produk baik itu yang berupa barang atau
jasa, manusia, modal dan teknologi yang digunakan memegang peranan
penting. Saat ini, manusia, modal dan teknologi lebih dimaksimalkan
penggunaannya. Kegiatan ini memerlukan skill teknis yang baik agar
produk yang dihasilkan mempunyai tingkat hasil guna yang lebih baik. Ini
berarti bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan input yang diolah.
Dengan kata lain, tujuan usaha bisa dicapai dengan baik, efektif dan efisien.
Hal ini yang dinamakan dengan produktivitas (Sinungan, 1987:1).
Produktivitas adalah suatu proses industri yang mengubah bahan baku
dan input sumber daya menjadi output tertentu yang diinginkan. Pada dunia
Industri harus diketahui potensi perusahaan tersebut dalam menggasilkan
produk, sehingga berapa jumlah output dari masing-masing sift dalam
proses pengemasan produksi PT. Sanbe Farma Unit 1
B. Tujuan
Mengetahui produktifitas kegitan packing produk ETICAL solid antara sift
1 dan sift 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengemasan
Merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan
dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya,
melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,
benturan, getaran).
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 1
Kegiatan packing yang dimaksud adalah kegiatan pengemasan sekunder
yang dilakukan di lantai 3 gedung B PT. Sanbe Farma Unit 1.
3. METODOLOGI PENGKAJIAN
A. Lokasi dan Waktu Pengkajian
Data packing produk ETICAL solid yang diambil yaitu selama bulan
Maret 2015 di Gedung B Departemen Produksi sediaan solid Unit 1 PT.
Sanbe Farma.
B. Metode Pengkajian Data
Mendata out put packing terhadap produk solid ETICAL sift 1 dan sift
2 pada bulan Maret 2015
4. PEMBAHASAN
Telah dibandingkan data out put packing terhadap produk solid ETICAL
sift 1 dan sift 2, dengan asumsi bahwa sift 1 (07-00-15.30) dengan perhitungan
waktu efektif dalam menjalankan kegiatan packing adalah 7 jam, sedangkan
sift 2 (15.00-22.00) adalah 6 jam karena diperhitungkan dengan dikurangi
waktu istirahat dan sholat.
Dari data out put packing terhadap produk solid ETICAL sift 1 dan sift 2 pada bulan Maret 2015 dapat diiketahui pada tabel digram berikut :A. Jumlah Packing Setiap Personel
2-Mar-
15
6-Mar-
15
10-Mar-
15
14-Mar-
15
18-Mar-
15
22-Mar-
15
26-Mar-
15
30-Mar-
150.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
Packing/Orang Packing/orang/shift 1Packing/orang/shift 2
Jum
lah
box
Gambar 1. Jumlah Packing Setiap Personel
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 2
Rata-rata tiap personel : - Sift 1 : 904,51 pack/sift- Sift 2 : 804,88 pack/sift
Dari data diatas dapat diketahui bahwa Personel Sift 1 dapat menghasilkan jumlah packing yang lebih banyak( 904,51 pack/sift) dari pada Personel Sift 2 (804,88 pack/sift)
B. Kecepatan Paking Personel Tiap Jam
2-Mar-
15
4-Mar-
15
6-Mar-
15
8-Mar-
15
10-Mar-
15
12-Mar-
15
14-Mar-
15
16-Mar-
15
18-Mar-
15
20-Mar-
15
22-Mar-
15
24-Mar-
15
26-Mar-
15
28-Mar-
15
30-Mar-
150.00
50.00
100.00
150.00
200.00
Spead/orang/jam speed/orang/jam/SHIFT 1
speed/orang/jam/SHIFT 2
Jum
lah
Gambar 2. Kecepatan Paking Personel Tiap Jam
Rata-Rata Kecepatan Paking Personel Tiap Jam- Sift 1 : 129,22 pack/jam- Sift 2 : 134,15 pack/jam
Dari data diatas dapat diketahui bahwa Tiap Jam Personel Sift 2 dapat menghasilkan jumlah rata-rata packing yang lebih banyak(134,15 pack/jam) dari pada Personel Sift 1 (129,22 pack/jam)
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 3
C. Kecepatan Packing Personel Tiap Menit
Gambar 3. Kecepatan Packing Personel Tiap Menit
Rata-Rata Kecepatan Paking Personel Tiap Menit- Sift 1 : 2,15 pack/menit- Sift 2 : 2,24 pack/menit
Dari data diatas dapat diketahui bahwa tiap menit personel Sift 2 dapat menghasilkan jumlah rata-rata packing yang lebih banyak(2,24 pack/menit) dari pada Personel Sift 1 (2,15 pack/menit).
Dari ketiga diagram diatas dapat diketahui bahwa sift 1 dapat menghasilkan jumlah packing lebih banyak dari sift 2 hal ini dimungkainkan karena jumlah waktu efektif pada sift 1 yang lebih banyak yaitu 7 jam sedangkan sift 2 sebanyak 6 jam. Hal ini ini dimungkinkan jika melihat kecepatan packing personel per menit yang relatif hampir sama dengan Sift 1 : 2,15 pack/menit sedangkan Sift 2 : 2,24 pack/menit dangan sift 2 lebih banyak menghasilkan pack/ menit. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk kecepartan personel sift 2 dalam packing lebih unggul dari sift 1.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 4
2-Mar-
15
4-Mar-
15
6-Mar-
15
8-Mar-
15
10-Mar-
15
12-Mar-
15
14-Mar-
15
16-Mar-
15
18-Mar-
15
20-Mar-
15
22-Mar-
15
24-Mar-
15
26-Mar-
15
28-Mar-
15
30-Mar-
150.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Speed/orang/menit speed/orang/menit shift 1speed/orang/menit shift 2
Jum
lah
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 5
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 6
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa
Personel sift 1 (904,51 pack/sift) dapat menghasilkan jumlah packing
lebih banyak dari sift 2 (804,88 pack/sift).
Personel Sift 2 dapat menghasilkan jumlah rata-rata packing tiap menit
sebanyak (2,24 pack/menit) dan Personel Sift 1 (2,15 pack/menit).
Kecepatan packing bulan tiap sift bulan Maret 2015 antara Sift 1 dan
Sift 2 relatif tidak jauh berbeda.
B. Saran
Senantiasa mempertahankan dan meningkatkan produktifitas dalam
packing sediaan solid.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 7
TUGAS II
INSPEKSI STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) YANG
MELEWATI DAN MEDEKATI MASA REVIEW
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri farmasi dalam melaksanakan COPB harus melaksanakan
manajemen resiko mutu dengan cara sistem mutu harus ditinjau ulang dan
direvisi secara berkala untuk menangani resiko baru yang teridentifikasi
pada saat pengkajian resiko, salah satu yang harus ditinjau ulang dan
direvisi secara berkala adalah Standard Operating Procedure (SOP)
(BPOM, 2012).
Perubahan SOP dapat dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan
Perusahaan atau SOP dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dan sudah tidak dapat mewakili kondisi di lapangan maka
perlu dilakukan revisi atau perbaikan SOP yaitu dengan perubahan atau
hanya penyesuaian.
PT. Sanbe Farma dalam Kebijakan manajemen resiko mengenai SOP,
menyebutkan bahwa frekuensi ditinjau ulang setiap SOP yaitu tiga tahun
setelah tanggal efektif atau bila diperlukan. Sehingga perlu identifikasi
apakah SOP yang berada di Gedung B Sediaan Solid PT Sanbe Farma Unit
1 telah ditinjau ulang sebelum melewati jadwal yang ditetapkan.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan tugas ini adalah untuk :
Mengetahui dan mengidentifikasi Standard Operating
Procedure (SOP) berada di Gedung B Sediaan Solid PT Sanbe Farma Unit
1 yang telah melewati dan medekati masa review.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 8
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian SOP
Standard Operating Procedure (SOP) , SOP adalah dokumen tertulis
yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis.
SOP memuat serangkaian instruksi secara tertulis tentang kegiatan rutin atau
berulang-ulang yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Untuk itu SOP juga
dilengkapi dengan referensi, lampiran, formulir, diagram dan alur kerja
(flow chart). SOP sering juga disebut sebagai manual SOP yang digunakan
sebagai pedoman untuk mengarahkan dan mengevaluasi suatu pekerjaan
(Aries, 2012).
3. METODOLOGI PENGKAJIAN
A. Lokasi dan Waktu Pengkajian
Pengumpulan data dan penulisan dilakukan dengan batasan tanggal
maksimal Standard Operating Procedure (SOP) yang akan di review yaitu
pada tanggal 30 Mei 2015 di Gedung B Departemen Produksi sediaan solid
Unit 1 PT. Sanbe Farma.
B. Metode Pengkajian Data
Mendata tanggal Standard Operating Procedure (SOP) yang telah
melewati dan mendekati tanggal review
4. PEMBAHASAN
Dari Standard Operating Procedure (SOP) yang berada Gedung B
Departemen Produksi sediaan solid Unit 1 PT. Sanbe Farma. Ditemukan
SOP yang telah melewati dan mendekati tanggal review. SOP tersebut
dijelaskan pada tabel berikut:
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 9
No Ruangan Nomor Dokumen Nama Dokumen Tanggal
Revisi
1 Stripping 6 PRO-NS/SOP/PB/005
Cara Pembersihan Ruangan 01-Jun-14
2 Punches and Dies Storages
PRO-ST/MBP/PB/006
Pembersihan, Penanganan dan Pemusnahan Punch
and Dies23-Jun-14
3 Stripping 5 PRO-PR/SOP/PB/009
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Pengemas Primer 22-Nop-14
4 Stripping 6 PRO-PR/SOP/PB/009
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Pengemas Primer 22-Nop-14
5 Staging Room 2 PRO-MS/SOP/PM/026
Pembersihan Pallet di Area Produksi 06-Des-14
6 Sorting Room PRO-NS/MSP/PM/001 Pembersihan Timbangan 14-Des-14
7 Stripping 6 PRO-NS/MSP/PM/002
Pembersihan Ink-Jet Printer Image Tipe 9030 06-Jan-15
8 Capsul Filling 1 PRO-SC/SOP/PM/005
Pengembalian cangkang Kapsul 06-Jan-15
9 Capsul Filling 2 PRO-SC/SOP/PM/005
Pengembalian cangkang Kapsul 06-Jan-15
10 Capsul Filling 3 PRO-SC/SOP/PM/005
Pengembalian cangkang Kapsul 06-Jan-15
11Secondary
Pack. Material Storage
PPI-PS/SOP/LG/001
Penyerahan Bahan Pengemas keBagian
Produksi10-Jan-15
12 Stripping 1 PRO-PR/SOP/PM/011
Penandaan Pada Proses Strip 05-Mar-15
13 Stripping 2 PRO-PR/SOP/PM/011
Penandaan Pada Proses Strip 05-Mar-15
14 Stripping 3 PRO-PR/SOP/PM/011
Penandaan Pada Proses Strip 05-Mar-15
15 Stripping 4 PRO-PR/SOP/PM/011
Penandaan Pada Proses Strip 05-Mar-15
16 Stripping 5 PRO-PR/SOP/PM/011
Penandaan Pada Proses Strip 05-Mar-15
17 Stripping 6 PRO-PR/SOP/PM/011
Penandaan Pada Proses Strip 05-Mar-15
18 Stripping 1 PRO-PR/SOP/PM/006
Penangganan Hasil Strip yang Cacat 06-Mar-15
19 Stripping 2 PRO-PR/SOP/PM/006
Penangganan Hasil Strip yang Cacat 06-Mar-15
20 Stripping 3 PRO-PR/SOP/PM/006
Penangganan Hasil Strip yang Cacat 06-Mar-15
21 Stripping 4 PRO-PR/SOP/PM/006
Penangganan Hasil Strip yang Cacat 06-Mar-15
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 10
22 Stripping 5 PRO-PR/SOP/PM/006
Penangganan Hasil Strip yang Cacat 06-Mar-15
23 Stripping 6 PRO-PR/SOP/PM/006
Penangganan Hasil Strip yang Cacat 06-Mar-15
24 Sorting Room PRO-NS/SOP/PM/011 Penanganan Produk Sisa 09-Mar-15
25 Capsul Filling 1 PRO-NS/SOP/PM/011 Penanggana Produk Sisa 09-Mar-15
26 Capsul Filling 2 PRO-NS/SOP/PM/011 Penanggana Produk Sisa 09-Mar-15
27 Capsul Filling 3 PRO-NS/SOP/PM/011 Penanggana Produk Sisa 09-Mar-15
28 Coating 1 PRO-CO/SOP/PM/007
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Penyalutan 25-Apr-15
29 Coating 2 PRO-CO/SOP/PM/007
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Penyalutan 25-Apr-15
30 Coating 3 PRO-CO/SOP/PM/007
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Penyalutan 25-Apr-15
31 Coating 4 PRO-CO/SOP/PM/007
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Penyalutan 25-Apr-15
32 Coating 5 PRO-CO/SOP/PM/007
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Penyalutan 25-Apr-15
33 Coating 6 PRO-CO/SOP/PM/007
Pemeriksaan Kesiapan Jalur Penyalutan 25-Apr-15
34 Tablet Press 3 PRO-ST/SOP/PM/001
Pemerikasaan Kesiapan Jalur Percetakan 08-Mei-15
35 Tablet Press 4 PRO-ST/SOP/PM/001
Pemerikasaan Kesiapan Jalur Percetakan 08-Mei-15
36 Tablet Press 5 PRO-ST/SOP/PM/001
Pemerikasaan Kesiapan Jalur Percetakan 08-Mei-15
37 Tablet Press 6 PRO-ST/SOP/PM/001
Pemerikasaan Kesiapan Jalur Percetakan 08-Mei-15
38 Tablet Press 7 PRO-ST/SOP/PM/001
Pemerikasaan Kesiapan Jalur Percetakan 08-Mei-15
39 Tablet Press 3 PRO-NS/MOP/PM/003
Pengoprasian Metal Detector Met 30 14-Mei-15
40 Tablet Press 4 PRO-NS/MOP/PM/003
Pengoprasian Metal Detector Met 30 14-Mei-15
41 Tablet Press 5 PRO-NS/MOP/PM/003
Pengoprasian Metal Detector Met 30 14-Mei-15
42 Tablet Press 6 PRO-NS/MOP/PM/003
Pengoprasian Metal Detector Met 30 14-Mei-15
43 Tablet Press 7 PRO-NS/MOP/PM/003
Pengoprasian Metal Detector Met 30 14-Mei-15
44 Capsul Filling 2 PRO-NS/MOP/PM/003
Pengoprasian Metal Detector Met 30 14-Mei-15
45 Capsul Filling 3 PRO-NS/MOP/ Pengoprasian Metal 14-Mei-15
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 11
PM/003 Detector Met 30
46 Capsul Filling 3 PRO-SC/SOP/PM/002
Prosedur Pemerikasan Bobot Kapsul Aldisa SR 28-Mei-15
47 Mixing and Drying 1
PRO-ST/MOP/PM/024
Pemakaian Vibrio Seperator dan FilterTipe
LS-450 SAN28-Mei-15
Tabel 2. SOP yang telah melewati dan mendekati tanggal review
Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui terdapat 47 Standard Operating
Procedure (SOP) yang telah melewati dan mendekati masa review dari tanggal
paling lama yaitu tanggal 01-Jun-14 sampai tanggal 28-Mei-15.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa terdapat 47 (empat
puluh tujuh) Standard Operating Procedure (SOP) yang yang telah melewati
dan mendekati masa review.
B. Saran
Diharapkan untuk segera dilakukan review terhadap Standard Operating
Procedure (SOP) yang yang telah melewati dan mendekati masa review
TUGAS III
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 12
INSPEKSI ALAT DAN INSTRUMEN YANG TELAH MELEWATI MASA
KADALUARSA KALIBRASI DAN KUALIFIKASI
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CPOB (Cara Pembuatan Obat Baik) merupakan prosedur baku dalam
proses pembuatan obat yang baik dan benar, sesuai standar dunia
internasional. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan
mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu
tertentu dengan metode sesuai dengan prosedur tertulis dan jadwal yang
ditetapkan (BPOM, 2012) .
Sehingga perlu identifikasi apakah semua peralatan yang berada di
Gedung B Sediaan Solid PT Sanbe Farma Unit 1 telah terkalibrasi dan
Kwalifikasi serta belum melewati jadwal yang ditetapkan
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan tugas ini adalah untuk :
Mengetahui dan mengidentifikasi Tanggal Kadaluarsa (Expired Date)
Kalibrasi dan Kwalifikasi Peralatan atau Mesin yang berada di Gedung B
Sediaan Solid PT Sanbe Farma Unit 1.
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kalibrasi
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 13
Serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat
kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai
yang direpresentasikan dari pengukuran bahan dan membandingkannya
dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar pada kondisi
tertentu. (BPOM, 2012).
B. Kualifikasi
Suatu kegiatan yang didokumentasika untuk menggambarka suatu
sistem, peralatan, dirancang, dipasang dan dioprasikan secara benar dan
sesuai. Kwalifikasi yang harus dijalan kan menurut CPOB 2012 adalah
1. Kualifikasi Desain (KD): verifikasi terdokumentasi bahwa desain
fasilitas, peralatan atau sistem yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang
dimaksudkan.
2. Kualifikasi Instalasi (KI): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau
sistem yang dipasang atau dimodifikasi sesuai dengan desain yang telah
disetujui, rekomendasi pabrik pembuat dan/ atau kebutuhan pengguna.
3. Kualifikasi Operasional (KO): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan
atau sistem yang dipasang atau dimodifikasi bekerja sesuai tujuan dalam
semua rentang operasi yang diantisipasi.
4. Kualifikasi Kinerja (KK): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan dan
sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat bekerja secara
efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang
disetujui.
3. METODOLOGI PENGKAJIAN
A. Lokasi dan Waktu Pengkajian
Pengumpulan data dan penulisan dilakukan dengan batasan tanggal
kadaluarsa alat atau intrumen yang telah Kalibrasi-Kwalifikasi yaitu pada
tanggal 30 April 2015 di Gedung B Departemen Produksi sediaan solid Unit
1 PT. Sanbe Farma.
B. Metode Pengkajian Data
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 14
Mendata tanggal dilakukannya dan tanggal kadaluarsa Alat atau
Intrrumen yang telah Kalibrasi dan Kwalifikasi.
4. PEMBAHASAN
Dari peralatan atau intrumen yang berada Gedung B Departemen
Produksi sediaan solid Unit 1 PT. Sanbe Farma. Masih ditemukan alat atau
intrumen yang telah melewati tanggal kadaluarsa Kalibrasi- Kualifikasi.
A. Alat Atau Intrumen Yang Melewati Tanggal Kadaluarsa Kalibrasi
No Ruanggan AlatKalibrasi
Parameter Tanggal Kalibrasi
Tanggal Kadaluarsa
1 Packing Area Line 9
Mini Shrink Packagin Mechine
Speed 10-Feb-13 10-Feb-14
Temperatur 10-Feb-13 10-Feb-14
2 Stripping 4 Striping Siebles 01-Okt-13 01-Okt-14
3 Tablet Press 3
Tekanan Kompresor 08-Jan-14 08-Jan-15
4 Tablet Press 6
Tekanan Kompresor 08-Jan-14 08-Jan-15
5 Mixing Super Mixer Jaw Chuang
Air Seal Volome 11-Mar-13 11-Mar-15
6 Packing Area Line 1
Timbangan Analitik 20-Apr-14 20-Apr-15
7Empty
Capsule Storage
Timbangan (Mettel Toledo) 29-Apr-14 29-Apr-15
Tabel 3. Alat Atau Intrumen Yang Melewati Tanggal Kadaluarsa Kalibrasi
Dari Tabel 3 diatas dapat diketahau terdapat 7 alat atau instrumen yang
telah melewati masa kadaluasa Kalibrasi dari tanggal paling lama yaitu 10-
Feb-14 sampai 29-Apr-15.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 15
B. Alat Atau Intrumen Yang Melewati Tanggal Kadaluarsa Kualifikkasi
N
O Ruangan AlatKualifikasi
Qualification On
Next Qualificatin
1 Stripping 1 Striping Mechine CT 13 01-Apr-14 01-Apr-152 Stripping 6 Striping Mechine CT 11 01-Apr-14 01-Apr-153 Coating 5 Coating Meco-3 01-Apr-14 01-Apr-154 Coating 6 Coating Meco-4 01-Apr-14 01-Apr-155 Coating 2 Coating Acelacota 150 01-Jan-14 01-Jan-156 Tablet Press 4 Manesty D1 09-Des-13 09-Des-14
7 Capsul Filling 1
Filling capsul PtAM PAC 01-Des-13 01-Des-14
8 Tablet Press 3 Metal Detector 07-Okt-13 07-Okt-14
9 Capsul Filling 1 Metal Detector 18-Sep-13 18-Sep-14
10 Tablet Press 6 Metal Detector 1 01-Sep-13 01-Sep-14Metal Detector 2 01-Sep-13 01-Sep-14
11 Tablet Press 7 Metal Detector 1 01-Sep-13 01-Sep-1412 Stripping 3 Striping Mechine CT 17 05-Agust-13 05-Agust-1413 Tablet Press 7 Metal Detector 2 08-Jul-13 10-Jul-14
14 Capsul Filling 3 Metal Detector 07-Jun-13 07-Jun-14
15 Coating 3 Pharma tehnic coating machine 27-Jan-12 27-Jan-13
16 Stripping 1 Striping Mechine CT 18 05-Jul-11 05-Jul-1217 Stripping 6 Striping Mechine CT 13 12-Mei-11 12-Mei-12
Tabel 4. Alat Atau Intrumen Yang Melewati Tanggal kadaluarsa Kwalifikasi
Dari Tabel 4. diatas dapat diketahau terdapat 17 alat atau instrumen
yang telah melewati masa kadaluarsa Kualifikasi dari tanggal paling lama
yaitu 12-Mei-12 sampai tanggal 01-Apr-15.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 16
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa terdapat 7 (tujuh)
alat atau intrumen yang telah melewati masa kadaluarsa Kalibrasi dan 17
alat atau instrumen yang telah melewati masa kadaluarsa Kualifikasi
B. Saran
Diharapkan untuk segera melakuakan Kalibrasi dan Kualifikasi
terhadap alat atau intrumen yang telah melewati masa kadaluarsa Kalibrasi
dan Kualifikasi
TUGAS IV
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 17
IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE PADA PROSES
PENGEMASAN PRIMER DAN SEKUNDER
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT Sanbe Farma Unit 1 merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang farmasi yang memproduksi produk Etical dan OTC non beta laktam ,
non sefalosporin , Hormon dan obat hewan (veterinary). Dalam melakukan
proses produksi masih sering terjadi waste (pemborosan), diantaranya
proses menunggu bahan baku, handling antar tahapan proses yang sangat
banyak, downtime mesin, transportasi pengiriman obat jadi yang jauh,
produk yang masih mengalami kecacatan (defect), aktivitas repack, dan
sebagainya.
Waste yang terjadi sebagian besar dihasilkan dari proses pengemasan
yang terdiri atas pengemasan primer (filling) dan sekunder. Pengemasan
primer yaitu proses Striping dengan pengisian produk ruahan tablet ke
dalam kemasan Polycellonium dengan menggunakan mesin jenis Stripping
Chem Tai dan dilanjutkan dengan aktivitas counting secara manual untuk
menghitung produk setengah jadi yang telah dihasilkan.
Sedangkan pengemasan sekunder merupakan proses memasukkan
produk setengah jadi, yaitu berupa Stripp (yang telah melalui proses filling)
dan brosur ke dalam kemasan Folding Box. Pemborosan (waste) yang
terjadi dalam proses pengemasan di PT Sanbe Farma dapat diminimasi
dengan pendekatan lean sigma. Pendekatan lean six sigma atau lean sigma
telah banyak diterapkan dalam industri manufaktur maupun jasa, yang
merupakan perpaduan antara metode lean thinking dan six sigma.
Konsep lean thinking berfokus untuk meminimasi waste
(pemborosan), memperlancar aliran material, produk dan informasi, serta
peningkatan terus-menerus, sedangkan metodologi six sigma bertujuan
untuk mengurangi variasi proses dan peningkatan terus-menerus (Gaspersz,
2007: 93). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan lean
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 18
sigma antara lain bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimasi waste,
memperbaiki proses, meningkatkan kualitas dari proses produksi, serta
meningkatkan kepuasan dari pelanggan.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan tugas ini adalah untuk :
Mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis pemborosan (waste) pada
proses pengemasan produk di PT Sanbe Farma Unit 1.
Mengidetifikasi penyebab pemborosan (waste) pada proses pengemasan
produk di PT Sanbe Farma Unit 1 berdasarkan sembilan jenis waste (E-
DOWNTIME).
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lean Thinking
Vincent Gaspersz (2007: 1) mendefinisikan Lean sebagai suatu upaya
terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan
nilai tambah (value added) produk (barang dan/atau jasa) agar memberikan
nilai kepada pelanggan (customer value). Tujuan Lean adalah meningkatkan
terus-menerus rasio antara nilai tambah terhadap waste (the value to waste
ratio). APICS Dictionary mendefinisikan Lean sebagai suatu filosofi bisnis
yang berlandaskan pada minimasi penggunaan sumber-sumber daya
(termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan.
Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas yang
tidak bernilai tambah (nonvalue added activities) dalam desain, produksi
(untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa) dan supply
chain management, yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Waste
dapat didefinisikan sebagai segala aktivitas kerja yang tidak memberikan
nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang
value stream (Gaspersz, 2007: 5). Value stream adalah proses untuk
membuat, memproduksi, dan menyerahkan produk (barang dan/atau jasa) ke
pasar. Untuk proses manufaktur, value stream mencakup pemasok bahan
baku, manufaktur dan perakitan barang, serta jaringan pendistribusian
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 19
kepada pengguna barang tersebut. Vincent Gaspersz (2007: 20) menyatakan
bahwa ada sembilan jenis pemborosan yang selalu ada dalam bisnis dan
industri, yang biasa disingkat dengan akronim E-DOWNTIME, yaitu:
E = Environmental, Healt And Safety (Ehs), jenis pemborosan yang
terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip ehs.
D = Defect, jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau
kegagalan produk (barang dan/atau jasa).
O = Overproduction, Jenis Pemborosan Yang Terjadi Karena Produksi
MelebihiKuantitas Yang Dipesan Oleh Pelanggan.
W= Waiting, jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu.
N = Not Utilizing Employees Knowledge, skilss and abilities, jenis
pemborosan sumber daya manusia (sdm), yang terjadi karena tidak
menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karyawan
secara optimum.
T = Transportation, jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi
yang berlebihan sepanjang proses value stream.
I = Inventories, jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang
berlebihan.
M = Motion, jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih
banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
E = Excess Processing, jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-
langkah proses yang lebih panjang daripada yang seharusnya.
Secara konseptual, waste adalah segala aktifitas dan kejadian di dalam
value stream (aliran nilai) yang termasuk non value added (NVA).
Penggolongan ini mengacu pada kategorisasi aktivitas dalam sebuah
perusahaan oleh Hines dan Taylor (2000) yang mengelompokkan aktivitas
dalam organisasi menjadi tiga:
Value added (VA)
Non value added (NVA)
Necessary but non value added (NNVA)
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 20
Aktivitas disebut VA jika ia memberikan nilai tambah bagi konsumen
akhir, sedangkan jika tidak memberikan nilai tambah bagi konsumen akhir
maka aktivitas tersebut tergolong NVA. diantara dua kelompok tersebut
terdapat kelompok (NNVA) terakhir yang tidak memberikan nilai tambah
tetapi diperlukan misalkan material handling ataupun inspeksi. menurut
gaspersz (2007), kelompok NNVA, meskipun tidak harus segera, sebisa
mungkin dikurangi atau dihilangkan sedangkan NVA harus segera
diprioritaskan untuk dihilangkan.
B. SIX SIGMA
Six sigma dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi yang
menyediakan alat-alat untuk peningkatan proses bisnis dengan tujuan
menurunkan variasi proses dan meningkatkan kualitas produk. Pendekatan
Six Sigma merupakan sekumpulan konsep dan praktik yang berfokus pada
penurunan variasi proses dan penurunan kegagalan atau kecacatan produk
(Gaspersz, 2007: 91). Menurut Vincent Gaspersz (2007: 37), apabila produk
(barang dan/atau jasa) diproses pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma,
perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan
(DPMO) atau bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan
akan ada dalam produk (barang dan/atau jasa) itu. Menurut Vincent
Gaspersz (2007: 50), upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat
dilakukan menggunakan metodologi DMAIC, yang terdiri atas lima tahap
utama, yaitu: Define (D), Measure (M), Analyze (A), Improve(I), Control
(C).
C. LEAN SIGMA
LeanSix sigma merupakan kombinasi antara lean dan six sigma yang
dapat didefiniskan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan
sitematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste)
atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah melalui peningkatan
terus-menerus radikal untuk mencapai tingkat enam sigma, dengan cara
mengalirkan produk dan informasi menggunakan sistem tarik dari
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 21
pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan
kesempurnaan berupa hanya memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta
kesempatan atau operasi. Integrasi lean dan six sigma akan meningkatkan
kinerja bisnis dan industri melalui peningkatan kecepatan dan akurasi.
Pendekatan lean bertujuan menyingkapkan Non Value Added dan Value
Added serta membuat Value Added mengalir secara lancar sepanjang value
stream processes, sedangkan six sigma akan mereduksi variasi Value Added
tersebut (Gaspersz, 2011).
3. METODOLOGI PENGKAJIAN
A. Lokasi dan Waktu Pengkajian
Pengumpulan data dan penulisan dilakukan mulai tanggal 17 April
2013 sampai 24 April 2015 di Bagian Stripping dan Packaging sediaan solid
Departemen Produksi Unit 1 PT. Sanbe Farma.
B. Metode Pengkajian Data
Metode yang digunakan untuk mengkaji jenis-jenis pemborosan
(waste) yang terjadi pada proses Stripping dan Packaging sediaan solid di
Departemen Produksi Unit PT. Sanbe Farma. Mengidentifikasi berdasarkan
jenis pemborosan E-DOWNTIME.
4. PEMBAHASAN
A. Tahap Define
Tahap define merupakan tahap awal dalam menentukan masalah serta
memberikan batasan dari proyek perbaikan. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam tahap ini meliputi mengidentifikasikan proses-proses yang
memberikan nilai tambah atau tidak dan mengidentifikasikan pemborosan
yang terjadi.
Proses produksi sediaan Solid secara umum dimulai dari kedatangan
bahan baku, penimbangan, Mixing, Tableting, Coating, Sortir, pengemasan
primer (filling), pengemasan sekunder, dan terakhir adalah pengiriman
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 22
produk Solid ke Gudang Obat Jadi. Penelitian difokuskan pada proses
pengemasan primer dan Sekunder.
Terdapat aktivitas dalam proses pengemasan Primer Diantaranya :
1. Aktivitas yang memberikan nilai tambah (Value-Added, VA) terdiri dari:
memasukkan produk ruahan dan mengisikan produk ke dalam
Polycellonium.
2. Aktivitas yang penting namun tidak memberikan nilai tambah (Necessary
but Non-Value-Added, NNVA) antara lain: pengambilan produk ruahan,
setup mesin, ujicoba mesin, inspeksi produk setengah jadi (IPC),
Pemeriksaan kesiapan jalur stripping, penghitungan produk setengah jadi
dan sortir hasil stripping.
3. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (Non-Value-Added, NVA)
yaitu: repack produk cacat, penempatan produk setengah jadi ke bak,
produk setengah jadi dibawa ke packing, seting alat jika ada masalah dan
penyerahan produk cacat ke ruang karantina.
Terdapat aktivitas dalam proses pengemasan sekunder diantaranya :
1. Aktivitas yang memberikan nilai tambah (Value-Added, VA) terdiri dari:
memasukkan dan mengisikan produk ke dalam Folding Box dan Master
Box. Memberikan (Print) Label pada Label, Folding Box dan Master
Box.
2. Aktivitas yang penting namun tidak memberikan nilai tambah (Necessary
but Non-Value-Added, NNVA) antara lain: pengambilan produk (hasil
stripping), setup mesin, uji coba mesin, inspeksi produk setengah jadi
(IPC), persiapan jalur, Menimbang isi Folding box dan Master Box.
3. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (Non-Value-Added, NVA)
yaitu: repack produk cacat, produk jadi dibawa ke Gudang Obat Jadi,
seting alat jika ada masalah dan penyerahan produk cacat ke ruang
karantina, Sortir Produk jadi memperbaiki jika cacat, mengambil alat
ketempat yang lupa belum disiapkan.
Hanya dua aktivitas yang memberikan nilai tambah dari proses
pengemasan primer dan tiga aktifitas dari proses pengemasan sekunder .
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 23
Mengidentifikasi pemborosan yang terjadi dalam proses pengemasan
berdasarkan sembilan jenis waste (E-DOWNTIME) yaitu :
1. Environmental, Health and Safety (E)
Setiap orang wajib mengenakan pakaian khusus alat pelindung diri
saat masuk ke bagian pengemasan primer yang selalu dikontrol suhu dan
kelembabannya, sehingga pemborosan yang terjadi dari aspek
Environmental, Health and Safety (E) dapat dihindarkan.
2. Defect (D)
Pemborosan dari aspek Defect (D) yang terjadi di proses Stripping
antara lain: Letak Polycellonium / Strip tidak presisi, Polycellonium
meleleh (atau menempel), Polycellonium / Strip tidak terisi tablet,
Polycellonium / Strip Tidak terpotong dengan benar, Polycellonium /
Strip rusak, Print penandaan strip hilang, tidak terbaca dan pudar dan
Polycellonium / Strip bocor.
3. Overproduction (O)
Meskipun produksi melebihi estimasi target demand yang
diramalkan, namun semua produk yang dihasilkan dapat terjual dan
melebihi target demand, sehingga pemborosan yang terjadi dari aspek
Overproduction (O) dapat diminimasi.
4. Waiting (W)
Downtime mesin, idle karena menunggu bahan baku, set up mesin,
Proses pemeriksaan kwalitas dari bagian IPC dan Quality Control dan
proses cleaning merupakan beberapa penyebab terjadinya pemborosan di
aspek Waiting (W) yang terindikasi operator atau mesin menganggur.
5. Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities (N)
Lulusan STM (Sekolah Teknik Menengah) atau SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan) merupakan tingkat pendidikan yang tepat bagi
operator yang mengoperasikan mesin yang tidak mempunyai resiko
tinggi dan tidak membutuhkan kemampuan analisa, akan tetapi
jumlahnya hanya sedikit ± 2 orang per sift karena pada bagian stripping
mayoritas adalah perempuan sehingga dapat terjadi potensi pemborosan
dari aspek Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities (N).
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 24
6. Transportation (T).
Jarak dan frekuensi perpindahan yang terjadi saat pengambilan
produk ruahan, dan pengiriman Produk Jadi Serta lokasi Gudang Obat
Jadi yang berbeda dengan kompleks industri dan relatif jauh sehingga
perlu dua kali pengangkutan barang ke GOJ merupakan pemborosan dari
aspek Transportation (T).
7. Inventory (I)
Pemborosan dari aspek Inventory (I) terlihat pada penumpukkan
produk setengah jadi hasil proses Strripping yang harus menunggu hasil
pemeriksaan IPC atau QC dan Pengawas. Serta penumpukan Produk jadi
di gudang menunggu pengiriman ke Gudang Obat Jadi. Terdapat dua
Timbangan Analitik dan transfer yang tidak terpakai di pengemasan
sekunder.
8. Motion (M)
Operator filling menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur
operasional dan seirama dengan kecepatan mesin filling sehingga
pemborosan dari aspek Motion (M) tidak signifikan.
9. Excess Processing (E)
Pemborosan yang terjadi di aspek Excess Processing (E) meliputi ,
sortir strip yang cacat,menggunting manual strip yang tidak terpotong
mengeluarkan tablet pada strip yang rusak, repack produk.
Pemborosan yang diteliti pada proses pengemasan primer dan
pengemasan sekunder adalah defects, waiting, Not Utilizing Employees
Knowledge, Skills, and Abilities, transportation, inventories, dan excess
processing.
B. Tahap Measure
Dari tahap stripping Variable pemborosan dapat diketahui banyaknya
jumlah Polycellonium / Strip yang rusak atau cacat yang diakibatkan oleh
proses stripping seperti : Seting Alat, Letak Polycellonium / Strip tidak
presisi, Polycellonium meleleh (atau menempel), Polycellonium / Strip tidak
terisi tablet, Polycellonium / Strip Tidak terpotong dengan benar,
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 25
Polycellonium / Strip rusak, Print penandaan strip hilang, tidak terbaca dan
pudar dan Polycellonium / Strip bocor.
Dan bedasarkan pengamatan kami mayoritas disebabkan karena :
Seting Alat yang menyebabkan Letak Polycellonium / Strip tidak presisi,
Polycellonium / Strip tidak terisi tablet, Polycellonium / Strip Tidak
terpotong dengan benar.
C. Tahap Analyze
Pada tahap analyze dilakukan analisis faktor penyebab pemborosan
berdasarkan kategori diatas dengan menggunakan RCA (Root Cause
Analysis). Berdasarkan CTQ defect fisik, maka defect yang memiliki
prioritas untuk diperbaiki terlebih dahulu adalah Seting Alat yang
menyebabkan Polycellonium / Strip rusak Selain itu, produk. Pada Gambar
4. berikut ditunjukkan RCA untuk mengidentifikasikan faktor penyebab
pemborosan dari aspek defect fisik.
Gambar 4. Root Cause Analysis Kerusakan Strip/ Polycellonium
Menggunakan Tool Root Cause Analysis (RCA), dapat teridentifikasi
faktor penyebab pemborosan yang terjadi dari aspek defect, waiting, Not
Utilizing Employees Knowledge, transportation, inventory, dan excess
processing seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 26
Tabel 5. Identifikasi Faktor Penyebab Pemborosan
NoJenis
PemborosanCritical To Quality Faktor Penyebab
1. Defects
Letak Polycellonium / Strip
tidak presisi, Polycellonium /
Strip Tidak terpotong dengan
benar, Polycellonium / Strip
rusak, Polycellonium / Strip
bocor
Setingan Alat Kurang Tepat
Polycellonium meleleh (atau
menempel),
Pengaturan suhu mesin
terlalu tinggi
Polycellonium / Strip tidak terisi
tablet,
Tablet tidak turun, ukuran
tempat turunya tablet tidak
cocok (kurang)
Print penandaan strip hilang,
tidak terbaca dan pudar.
Cetakan Hilang atau tinta
habis.
Kesalahan Print Identitas pada
label, folding box dan masterbox
Kesalahan peletakan label,
folding box dan masterbox
yang akan di print, dan salah
melipat.
2. Waiting
Downtime mesin, idle karena
menunggu bahan
Produk belum selesai dari
proses sebelumnya
(Tableting, Coating, Sortir,
hasil striping), banyaknya
yang harus diperiksa IPC
dan jarak lab. QC
Set up mesin dan proses
cleaning
Teknisi tidak selalu ada,
Kerumitan setingan alat,
banyaknya setinggan yang
harus dilakukan, dan alat
yang dibersihkan
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 27
Proses pemeriksaan kwalitas
dari bagian IPC dan Quality
Control
Banyak produk dan
parameter yang harus
diperiksa IPC dan QC serta
jarak lab. QC
3.Not Utilizing
Employees
Kurangnya Operator yang dapat
membongkar dan memperbaiki
Mesin jika ada gangguan
Rata-rata operator
perempuan, operator laiki-
laki sedikit, Teknisi tidak
selalu tersedia
4. TransportationFrekuensi dan jarak
perpindahan
Jarak perpindahan jauh,
Lokasi Gudang Obat Jadi
(GOJ) jauh, jumlah
pengambilan tidak
konsisten, kapasitas troly
kurang
5. Inventories
Penumpukan produk hasil
striping
Ruang Tidak mencukupi,
produksi banyak, menunggu
1 batch selesai.
Penumpukan produk JadiMenunggu pengiriman ke
GOJ
Timbangan analitik dan transfer
Tidak difunggsikan
6.Excess
processing
sortir strip yang cacatPraduk cacat karena
setingan mesin
Menggunting manual strip yang
tidak terpotong
Setinggan mesin tidak
sesuai dan bermasalah
mengeluarkan tablet pada
strip yang rusakProduk Rusak atau cacat
Repack produk Produk Rusak atau cacat
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 28
D. Tahap Improve
Tahap improve dilakukan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
rangka meminimasi waste. Dalam tahap ini akan diberikan rekomendasi
perbaikan sesuai dengan root cause dari waste yang terjadi. Rekomendasi
perbaikan ditunjukkan Tabel 6.
Tabel 6. Rekomendasi Perbaikan
NoJenis
PemborosanCritical To Quality Rekomendasi Perbaikan
1. Defects
Letak Polycellonium / Strip
tidak presisi, Polycellonium /
Strip Tidak terpotong dengan
benar, Polycellonium / Strip
rusak, Polycellonium / Strip
bocor
Perawatan dan perbaikan
Mesin stipping,
Tambah Jumlah operator
yang bisa menangani Mesin
stripping,
Polycellonium meleleh ( atau
menempel )
Rutin Cek suhu mesin
stripping dan segera
jalankan mesing jika suhu
telah tercapai
Polycellonium / Strip tidak
terisi tablet,
Ukuran Tempat Turun tablet
yang cocok, tambah alat
tempat turunya tablet sesuai
masing-masing ukuran
tablet
Print penandaan strip hilang,
tidak terbaca dan pudar.
Ganti dengan mesin print
otomatis, rutin cek print
penanda strip
Kesalahan Print Identitas pada
label, folding box dan
Perawatan dan perbaikan
sensor print, personel yang
terlatih, label, folding box
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 29
masterbox dan masterbox tidak terlipat
2. Waiting
Downtime mesin, idle karena
menunggu bahan
Perencanaan proses
stripping dengan
mengestimasikan beban
kerja harian
Set up mesin dan proses
cleaning
Menambah Jumlah teknisi
atau operator yang bisa
menangani mesin
Proses pemeriksaan kwalitas
dari bagian IPC dan Quality
Control
Evaluasi ukuran batch,
Perencanaan proses
stripping dengan
mengestimasikan beban
kerja harian
3.Not Utilizing
Employees
Kurangnya Operator yang
dapat membongkar dan
memperbaiki Mesin jika ada
gangguan
Menambah Jumlah teknisi
atau operator yang bisa
menangani mesin
4. TransportationFrekuensi dan jarak
perpindahan
Menambah ukuran kapasitas
Box pengangkutan,
Ketersediaan troly dengan
kapasitas memadai
5. Inventories
Penumpukan produk hasil
striping
Evaluasi ukuran batch,
Menambah ruang
penyimpanan,
menyesuaikan jadwal
pengemasan sekunder
Penumpukan produk JadiMenambah ukuran kapasitas
Box pengangkutan
Timbangan analitik dan
transfer Tidak difunggsikan
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 30
Digunakan Untuk
Keperluan yang lain
6.Excess
processing
sortir strip yang cacat Setingan mesin yang sesuai
Menggunting manual strip
yang tidak terpotongSetingan mesin yang sesuai
mengeluarkan tablet pada
strip yang rusakSetingan mesin yang sesuai
Repack produk Setingan mesin yang sesuai
E. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa, maka dapat diambil
kesimpulan diidentifikasikan bahwa pemborosan yang diteliti dari sembilan
aspek E-DOWNTIME hanya terdiri dari defect, waiting, Not Utilizing
Employees Knowledge, transportation, inventory, dan excess processing.
B. Saran
Berdasarkan faktor penyebab pemborosan yang teridentifikasi pada
tahap sebelumnya, maka dapat dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk
mereduksi pemborosan. Rekomendasi memerlukan penelitian lebih lanjut,
agar hasil yang akan dicapai dapat efektif..
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 31
DAFTAR PUSTAKA
Aries, Muhamad.,dan Saleh,A.R.2012.Januari. Penyusunan Standart Operation
Prosedur.<URLhttp://ar-saleh.blogsopt.com>
Gaspersz, Vincent, 2002, Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi
dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 2007, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service
Industries, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kusuma, L. Tri Wijaya N, 2008, Penerapan Metode Six Sigma untuk
Meningkatkan Kualitas Hasil Proses Produksi Kapsul Lunak Yodiol,
Studi Kasus PT Kimia Farma (Persero) Tbk., Skripsi tidak
dipublikasikan, Universitas Brawijaya, Malang.
Rahman, Arif. dkk, 2010, Pendekatan Lean Sigma Sebagai Upaya Untuk
Meminimasi Waste Pada Proses Pengemasan Industri Farmasi, Skripsi
tidak dipublikasikan, Universitas Brawijaya, Malang.
Sinungan, Muchdarsyah, (1987), Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Jakarta:
Bumi Aksara
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIII, Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 32
top related