tugas akhir semester mikrobiologi umum
Post on 12-Aug-2015
27 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR SEMESTER MIKROBIOLOGI UMUM
MIKROBA YANG TERDAPAT DI UDARA DAN PENYAKIT YANG
DITIMBULKAN PADA MANUSIA
OLEH :
FEBRINA SINAGA
130420017
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Benarkah di udara terdapat mikroorganisme seperti bakteri, virus, spora
jamur dan sejenisnya? Kemungkinan besar jawabannya adalah ya. Namun
sebenarnya tidak benar-benar ada organisme yang hidup di udara, karena
organisme tidak dapat hidup dan terapung begitu saja di udara. Mikroorganisme
udara terdiri atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau
terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia mungkin menimbulkan
bakteri di udara. Batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan
partikel udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk
mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah pernapasan
atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-
tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan
mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan
udara.
Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi
merupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya
ini mungkin di muati mikroba. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari
udara di tentukan oleh sumber pencemaran dan dalam lingkungan. Maka, mikroba
atau mikroorganisme apa sajakah yang terdapat di udara serta apa saja penyakit
yang ditimbulkannya, terutama pada manusia, makalah ini membahas tentang hal
tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai kewajiban
menyelesaikan tugas akhir semester mata kuliah mikrobiologi umum serta
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa dalam mengenali jenis-
jenis mikroorganisme yang menimbulkan penyakit melalui udara bagi manusia.
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN MIKRBA
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri
dari bakteri, fungi dan virus. Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-
rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 μm, berbentuk elips, bola, batang atau spiral,
fungi adalah organisme eukariotik, bersifat heterotrof, dinding selnya
mengandung kitin, tidak berfotosintesis, mensekresikan enzim ekstraseluler ke
lingkungan dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi. Berdasarkan
penampakannya, fungi dikelompokkan ke dalam kapang (mold), khamir (yeast),
dan cendawan (mushroom).
Mikroba terdapat dimana-mana di lingkungan sekitar kita seperti di tanah,
air, dan udara. Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan
kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara dapat
dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam
ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan
manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan.
Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling
kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-
macam jenis mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Peran udara dapat juga
sebagai sarana infeksi nosokomial (infeksi rumah sakit). Setiap kegiatan manusia
menimbulkan bakteri di udara. Batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi
(yaitu kumpulan partikel udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi
terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada
daerah pernapasan atas. Pencemaran udara akibat mikroba dapat berupa bakteri,
jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di
saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara di tentukan oleh
sumber pencemaran dan dalam lingkungan; misalnya, dari saluran pernapasan
manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu, dalam
tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikanhanya sebentar, dan dalam
“inti tetesan”, yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap.
Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau
beberapa kilometer, sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang
lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih
lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme asal udara di atur oleh seperangkat rumit
keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya
matahari dan suhu; ukuran partikel yang membawa mikroorganisme itu; serta
cirri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik
atmosfer.
B. JUMLAH MIKROBA DI UDARA
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi
sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang
berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang
tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah
organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan
mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas
samudera, dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang
tinggi.
Jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh
sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan
manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu,
yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan, dan
dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil
menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa
meter atau beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam beberapa detik,
sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-
bulan, bahkan lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme yang berasal dari
udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya (termasuk keadaan
atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan suhu), ukuran partikel yang
membawa mikroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya terutama
kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer.
1. UDARA DIDALAM RUANGAN
Tingkat pencemaran udara di daam ruangan oleh mikroba di pengaruhi
oleh factor-faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, dan sifat serta taraf
kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme
terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk
dan bahkan bercakap-cakap. Titik-titik air yang terhembuskan dari saluran
pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dalam mikrometer sampai
millimeter. Titik-titik air yang ukuranya jauh dalam kisaran micrometer yang
rendahan tingal dalam udara sampai beberapa lama tetap yag berukuran besar
segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain.
Debu dari permukaaan ini sebentar-bentar akan berada dalam udara
selama berlangsungnya kegiatan daam ruangan tersebut. Dalam debu dan udara di
sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit menular,
telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus,
pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk,
bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan
mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa
saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu
terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang mengandung
patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan
berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan
mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar
antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu
tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman
dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara.
2. MIKROBA YANG ADA DI LUAR RUANGAN
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial.
Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi
adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau
partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara
permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000
kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur,
terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik
di daerah kutub maupun tropis.
Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah
ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus danClostridium, yeast, fragmen dari
miselium, spora fungi, serbuk sari, kista protozoa,
alga,Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain. Permukaan bumi, yaitu
daratan dan lautan merupakan sumber kebanyakan mikroorganisme yang ada
dalam atmosfer. Angin menimbulkan debu dari tanah; partikel-partikel debu
tersebut membawa mikroorganisme yang menghuni tanah. Sejumlah besar air
dalam bentuk titik-titik air memasuki atmosfer dari permukaan laut, teluk, dan
kumpulan air alamiah lainnya. Di samping itu, ada banyak fasilitas pengolahan
industri, pertanian, baik lokal maupun regional mempunyai potensi menghasilkan
arosol berisikan mikroorganisme, beberapa contoh dapat di kemukakan berikut
ini:
* Penyiraman air irigasi tanaman pertanian atau daerah hutan dengan limbah air.
* Pelaksanaan penebahan air skala besar.
* Seringan “trickling-bed” di pabrik-pabrik pembersih air.
* Rumah pemotongan hewan dan peleburan lemak.
Alga, protozoa, khamir, kapang,dan bakteri telah diisolasi dari udara dekat
permukaan bumi. Contoh mengenai jasad-jasad renik yang di jumpai di atmosfer
kota diperlihatkan pada Tabel.
Tipe-tipe bakteri cendawan yang diisolasi dari bagian atas.
Tinggi (meter) Bakteri (genus) Cendawan (genus)
1.500-4.500 Alcaligenes
Bacillus
Aspergillus
Macrosporium
Penicillium
4.500-7.500 Bacillus Aspergillus
Clasdosporium
7.500-10.500 Sarcina
Bacillus
Aspergillus
Hormodendrum
10.500-13.500 Bacillus
Kurthia
Aspergillus
Hormodendrum
13.500-16.500 Micrococcus
Bacillus
Penicillium
Contoh-contoh udara tersebut diambil dari daerah perindustrian selama
jangka waktu beberapa bulan. Bagian terbanyak dari beberapa mikroflora asal-
udara adalah spora kapang; yang terutama ialah genus Aspergillus. Di antara tipe-
tipe bakteri di dapati bakteri pembentuk spora dan bukan pembentuk spora,
basilus Gram positif, kokus Gram positif, dan basilus Gram negatif.
C. JENIS MIKROBA YANG DITEMUKAN DI UDARA
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung
mikroorganisme. Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan
ganggang, virus dan kista protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara
tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang
mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba
akan mati. Udara terutama merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme.
Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air
atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di
luar ruangan dan di dalam ruangan. Pentingnya mikroorganisme udara telah
dipelajari sejak 1799, di mana tahun Lazaro Spallanzani berusaha untuk
menyangkal teori “generatio spontanea”.
Tahun 1837, Theodore Schwann, dalam percobaan untuk mendukung
pandangan Spallanzani memasukkan udara segar yang telah dipanaskan ke dalam
kaldu daging steril dan menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba tidak dapat
terjadi. Louis Pasteur pada tahun 1861 merupakan orang yang pertama
menunjukkan bahwa mikroorganisme tumbuh akibat kontaminasi dari udara. Dia
menggunakan kapas khusus untuk menyaring udara sehingga mikroba tidak dapat
masuk ke dalam kaldu daging steril. Dia secara mikroskopis menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam kapas. Dalam percobaan menggunakan tabung
berleher angsa, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak bisa terjadi dalam
media steril kecuali terdapat kontaminasi dari udara yang tidak steril.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERADAAN
MIKROBA DI UDARA
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Ada
peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -
18° C sampai 49o C.
Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza,
polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-
24° C. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup
mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih
tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Hampir
semua virus mampu bertahan hidup lebih baik pada RH 17 sampai 25%. Namun,
virus poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 – 81%. Kemampuan mikroba
bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu. Pada semua temperatur,
kemampuan mereka untuk bertahan hidup adalah pada RH ekstrem. Terlepas dari
RH, peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan.
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara.
Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit
aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama.
Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih
jauh. Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi
vertikal mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi penyebaran
vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari
permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan
suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat
bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu
bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk
resisten lainnya.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Ada
peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -
18° C sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel
influenza, polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur
rendah, 7-24° C. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan
hidup mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang
lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme.
Hampir semua virus mampu bertahan hidup lebih baik pada RH 17 sampai 25%.
Namun, virus poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 – 81%. Kemampuan
mikroba bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu. Pada semua
temperatur, kemampuan mereka untuk bertahan hidup adalah pada RH ekstrem.
Terlepas dari RH, peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan.
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara.
Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit
aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama.
Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa
mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan
distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi
penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin
tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin
tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora
yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih
mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-
bentuk resisten lainnya. .
F. MACCAM-MACAM PEYAKIT YANG DITULARKAN MLALUI
UDARA
1. Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam
penularannya. Penderita TBC biasanya mengalami batuk yang berkepanjangan
sebagai gejala utama selama beberapa minggu yang diikuti dengan demam tinggi.
Biasanya demam menyerang pada malam hari, namun ketika siang demam akan
berkurang bahkan cenderung turun dan akan datang lagi bila mulai menjelang
malam. Orang yang terkena TBC, daya tahan tubuhnya akan menurun secara
drastis, nafsu makan berkurang, dan berat badan juga menurun dengan sangat
cepat, rasa lelah dan batuk-batuk. Ini terjadi jika infeksi awal telah berkembang
menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh
lainnya.
Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tubercilosis (primary
tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melinkan hanya
“tidur” untuk sementara waktu. Bakteri ini akan aktif apabila kondisi tubuh
sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah. Bila penyakit ini semakin
progresif maka bakteri yang aktif akan merusak jaringan paru-paru dan berbentuk
rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita, maka si penderita akan batuk-
batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur darah. Bila tidak segera
dilakukan tindakan penanganan maka akan dapat menimbulkan kematian pada si
penderita. Penderita yang tidak berobat dapat menularkan penyakitnya kepada
orang disekitarnya.
Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang
berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar
dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga
melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala
penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini
digolongkan penyakit kronis.
Gejala umum yang sering dirasakan adalah :
a. Batuk lama lebih dari 30 hari yang disertai ataupun tidak dengan dahak
bahkan bisa disertai juga dengan batuk darah.
b. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria, atau
infeksi saluran nafas akut), dan terkadang disertai dengan badan yang
berkeringat di malam hari.
c. Nafsu makan menurun dan bila terjadi pada anak maka terlihat gagal tumbuh
serta penambahan berat badan tidak memadai sesuai dengan usia anak
tersebut.
d. Berat badan menurun dengan drastis tanpa sebab yang jelas disamping karna
nafsu makan yang menurun, pada anak berat badan tidak naik dalam satu
bulan walaupun sudah dilakukan penanganan gizi.
e. Adanya pembesaran kelenjar seperti di leher atau ketiak.
Pencegahan dan Penanganan Pengobatan TBC
TBC bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai keinginan dan
semangat yang besar untuk sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang disekitar
anda sangatlah diperlukan. Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin
minum obat yang diberikan dokter harus dilakukan penderita agar penyakit yang
dideritanya segera sembuh. Pengobatan yang dilakukan dapat bertujuan untuk
menyembuhkan, mencegah kematian, dan kekambuhan.
Adapun obat TBC yang utama adalah Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering
digunakan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makroloid, dan Amoksilin
dikombinasikan dengan Klavulanat. Pengobatan ini dilakukan selama 12 bulan
untuk keseluruhan. Faktor utama dari pada kesembuhan adalah prilaku dan
lingkungan dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinan dalam minum obat dan
dan dukungan orang-orang disekitar si penderita.
Dalam proses penyembuhan, sipenderita harus minum obat sesuai dengan
petunjuk dan waktu yang telah ditentukan (6–12 bulan) berturut-turut tanpa putus
serta mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan
yang memantau dan mengawasi, keluarga juga di ajak turut serta dalam
mengawasi dan memastikan si penderita TBC meminum obat yang telah
diberikan. Jika si penderita tidak disiplin dan teratur dalam meminum obat, dapat
mengakibatkan kuman-kuman yang ada didalam tubuh akan menjadi kebal
terhadap obat tersebut. Dan apabila si penderita berhenti minum obat sebelum
waktunya maka, batuk yang sudah hilang akan timbul kembali dan kemungkinan
kuman akan kebal dan TBC akan sulit untuk disembuhkan.
Dilakukannya pengobatan selama 6–9 bulan karena, bakteri-bakteri
tuberkulosis memiliki daya tahan yang sangat kuat hingga berbulan-bulan
walaupun sudah terkena antibiotik. Kombinasi beberapa obat sangat diperlukan
karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan
fase pertumbuhan yang cepat. Walaupun gejala-gejala sudah hilang, namun
pengobatan tidak boleh berhenti sampai batas waktu yang telah ditentukan. Selain
obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa digunakan yang
sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
a. Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu
secukupnya kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali
minum, setiap kali minum 15 – 30 pil.
b. Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 – 10 gram ditambah tiga gelas
air lalu direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap
harinya.
2. Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu
membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu
pemeriksaan yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini
diperlukan untuk spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan
mendapatkan therapy sesuai penyebabnya.
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan
pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis
disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan
otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya
tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya:
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
4. Listeria monocytogenes (listeria).
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah
Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis Gejala yang khas dan umum
ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit
kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan
sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari
sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras),
mual, muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur,
bahkan tak sadarkan diri.
Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit
diketahui, namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif),
gemetaran, muntah dan enggan menyusui.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya
penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang
intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah
(elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray
(rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit.
Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga
meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput
otak). Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik
untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko
komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis
bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus
meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan
meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan
Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau
Ceftriaxone. Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala
yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang
(diazepam) dan lain sebagainya.
Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk,
bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan
merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui
rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-
hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum,
memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan
bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai
macam penyakit.
3. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini
terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia. Flu burung terkadang sulit
terdeteksi pada stadium awal, karena gejala klinis penyakit ini sangat mirip
dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri
otot, sakit kepala, dan lemas. Namun, dalam waktu singkat penyakit ini dapat
menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika tidak
dilakukan penanganan segera, pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia.
Virus influenza H5N1 merupakan penyebab wabah flu burung pada
unggas dan memiliki sifat dapat bertahan hidup di air hingga empat hari pada
suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Penularan virus flu burung
berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan
mengeluarkan virus dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit
virus ini bila kotoran unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu,
lalu terhirup oleh saluran napas manusia.
Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang manusia, dalam
beberapa kasus tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas sehingga dapat
menyerang manusia. Upaya pencegahan penularan virus flu burung adalah
senantiasa menjaga sanitasi lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan
dan kebersihan lingkungan akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain itu,
rajinlah mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek lubang hidung jika
jemari belum dicuci dengan sabun. Waspadai semua kotoran unggas peliharaan,
kandang, sangkar maupun kotoran burung liar.
4. Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru
ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang
tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga
sesak napas, dan badan terasa lemas.
Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan
Hemopilus influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh.
Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri
berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang selaput pada otak (meningitis)
serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal.
Kasus pneumonia banyak terjadi di daerah yang sistem sanitasinya buruk.
Untuk itu, menjaga kebersihan di lingkungan sekitar anda menjadi syarat utama
agar terhindar dari penyakit ini, selain membiasakan diri untuk hidup bersih dan
sehat. Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun dan segera periksakan diri
ke dokter jika mendapati gejala tersebut di atas.
Bila ditemukan banyak kasus pneumonia di suatu wilayah, sebaiknya
segera lakukan upaya preventif berupa kunjungan pemeriksaan dan penyuluhan
dari rumah ke rumah oleh petugas Puskesmas dan jika perlu melakukan
pengobatan. Tutup mulut dan hidung dengan menggunakan masker untuk
mencegah masuknya kuman ketika berada di wilayah endemik pneumonia.
5. Sars
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan
pernapasan berupa napas pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS
adalah Coronavirus, yaitu virus yang bersifat menular dan umumnya menyerang
saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat menyebabkan flu. Penyebaran
terbanyak penyakit ini adalah di Asia, terutama Cina dan Hong Kong. Sementara
itu, di Indonesia sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO)
baru ditemukan 7 kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada satu pun kasus
kematian akibat penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006).
Sars adalah stadium lanjut dari pneumonia sehingga gejala awal yang
dialami penderita juga mirip dengan flu biasa. Namun, demam yang menyerang
penderita SARS dapat mencapai 38 derajat Celcius yang terkadang disertai
dengan menggigil, sakit kepala, perasaan lesu, serta nyeri tubuh.
Pada stadium awal penyakit biasanya penderita akan mengalami gangguan
pernapasan ringan selama tiga sampai tujuh hari. Jika tidak segera diatasi, besar
kemungkinan penderita mengalami batuk kering yang dapat menimbulkan
kekurangan oksigen dalam darah. Pada beberapa kasus, penderita akan
memerlukan napas bantuan mengunakan ventilator (alat bantu pernapasan).
Belum ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga yang dibutuhkan
adalah sikap waspada agar tidak terjangkit.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
Mencuci tangan sesering mungkin. Bila bersentuhan dengan sesuatu yang
banyak mengandung kuman atau kotoran, gunakan alkohol untuk membunuh
bakteri yang menempel di kulit.
Hindari menyentuh mulut, mata, hidung dengan tangan yang kotor.
Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak
menyebar ke orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu
kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Banyak atau tidaknya jumlah mikroba di udara bergantung pada suhu,
kondisi lingkungan yang berdebu, dan banyaknya jumlah orang-orang
yang berada di lingkungan tersebut.
b. Suhu yang tinggi tidak dapat mematikan mikroba seutuhnya, karena
mikroba tersebut bisa dormansi dan menempel pada partikel debu.
c. Lingkungan yang tidak steril seperti WC merupakan tempat yang paling
disukai oleh mikroba.
3.2 Saran
Ada baiknya mahasiswa mengetahui jenis mikroba apa saja yang terdapat
di lingkungan baik udara , air dan tanah juga mengetahui bahaya, cara mencegah
mikroba agar tidak menimbulkan penyakit yang merugikan diri sendiri dan
lingkungan. Serta lebih memperhatikan kebersihan, karena mikroorganisme cepat
berkembang di daerah yang tidak bersih (kotor).
DAFAR PUSTAKA
Hodgson, M. 2000. Sick Building Syndrome. Occup Med. Hal.15;571-585.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme, diakses sabtu,24 januari 2015.
Pukul 14.10 wib
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung:
CV. Yrama Widya.
Lisyastuti, E. 2010. Jumlah Koloni Mikroorganisme Udara dalam Ruang dan
Hubungannya Dengan Kejadian Sick Bilding Syndrome (SBS) Pada
Pekerja Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Kawasan
Puspitek Serpong Tahun 2010. TESIS. Jakarta : FKM UI.
Pelczar dan Chan. 1988.Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2.Jakarta: UI-Press.
Tim Perkamusan Ilmiah, 2005. Kamus Pintar Biologi. Surabaya: Citra Wacana.
Volk and Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Hal
75.
top related