teknik pewarnaan bakteri tahan asam
Post on 17-Jul-2016
136 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) DARI SPUTUM PENDERITA TBC MELALUI METODE ZIEHL NEELSEN
Oleh :
Nama : Rima RamadhaniaNIM : B1J012106Kelompok : 1Rombongan : IIAsisten : Kuntum Khairu Ummah
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuk adalah refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi trakeobronkial.
Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme membersihkan saluran nafas bagian
bawah. Batuk juga merupakan reaksi pertahanan tubuh yang dapat melindungi paru-paru.
Gejala ini perlu diwaspadai, apabila berlangsung lebih dari dua minggu. Batuk ≥ 2 minggu
merupakan gejala utama dari penyakit Tuberkulosis paru yang disertai dengan batuk dahak.
Adapun gejala yang menyertai lainnya adalah penurunan berat badan. Tuberkulosis paru
adalah penyakit menular akut maupun kronis yang terutama menyerang paru. Tuberkulosis
paru disebabkan oleh bakteri gram positif (Mycobacterium tuberculosis). Mycobacterium
tuberkulosis dapat menular dari individu satu ke individu lainnya melalui percikan droplet
yang terbawa oleh udara, seperti batuk, dahak atau percikan ludah. Pemeriksaan
mikroskopis BTA dari sputum memegang peranan dalam mendiagnosis awal dan
pemantauan pengobatan Tuberkulosi paru. Rangkaian kegiatan yang baik diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang akurat, mulai dari cara pengumpulan sputum, pemilihan bahan
sputum yang akan diperiksa dan pengolahan sediaan dibawah mikroskop (Susanti et al.,
2013).
TBC paru masih merupakan masalah besar diseluruh dunia, terutama di negara-
negara yang sedang berkembang. Karena besarnya angka kematian akibat TBC, maka
penanganan diagnosis dan perawatan menjadi sangat penting. Pemeriksaan mikroskopik
bakteriologi masih merupakan cara rutin yang digunakan, yaitu dengan menemukan Bakteri
Tahan Asam (BTA) untuk menegakkan diagnosis penderita TBC paru. Banyak hal yang
memepengaruhi ditemukannya BTA dalam pemeriksaan hapusan langsung antara lain
keadaan bahan yang diambil, jumlah atau konsentrasi kuman dan luas lesi di paru, dan cara
pemeriksaan. Untuk mendapatkan hasil positif BTA dalam sputum, maka didalam sediaan
tersebut harus terkandung 5.000 kuman setiap 1 mL bahan. Banyak Pemeriksaan biologi
yang telah diperkenalkan, tetapi pemeriksaan melalui kultur merupakan standar emasnya.
Pemeriksaan lain seperti Kinyoun Gabbet, fluoresensi dan lainnya yang mempunya
keunggulannya masing-masing. Kinyoun Gabbet lebih praktis karena hanya memerluka
waktu 4,5 menit dan 4 langkah. Pemeriksaan fluorosensi dapat memeriksa 15 kali sediaan
dalam waktu yang sama dan memperoleh hasil positif lebih tinggi dibandingkan cara
konvensional. Pemeriksaan ICT TB dapat dikerjakan cepat, namun memerlukan biaya mahal,
tenaga profesional, dan sering dijumpai reaksi silang. Pemeriksaan Phage Tek MB cepat
pengerjaannya, efektif dalam biaya dan mudah dalam pengerjaannya (Prayitno et al., 2005).
Banyak upaya yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta
untuk penanggulangan penyakit ini, diantaranya pemberantasan TB paru melalui lintas
sektoral dan lintas program, akan tetapi penularan penyakit masih terus berlanjut dan tidak
diketahui kapan penyakit ini dapat diberantas. Kuman tuberkulosis dengan ukurannya yang
kecil 1-4 milli mikron dengan lebar tubuh 0,2-0,6 mili mikron mudah masuk ke paru secara
inhalasi udara melalui sistem pernafasan, melalui hidung, pangkal tenggorok (laring),
batang tenggorok (trahea) dan ke paru melalui percabangan bronkus dan bronkiolus hingga
ke alveolus, bakteri akan menetap secara dorman (diam) di jaringan alveolus, karena
banyak mengandung oksigen sebagai bahan dalam perkembangbiakan bakteri. Dan sebagai
akibatnya bila bakteri tuberkulosis menimbun di paru maka penderita reflek untuk batuk,
dan menyebabkan bakteri tuberkulosis tersemprot keluar dari mulut. Hal inilah yang
menyebabkan penyebaran bakteri tuberkulosis tidak dapat dihindarkan (Girsang et al.,
2003).
Sejarah TB berubah secara dramatis setelah pengenalan obat pertama anti
mikrobial. Setelah antibiotik pertama di perkenalkan pada tahun 1944, resitensi muncul
terutama karena penggunaan streptomisin sebagai monotherapi. Dengan ditemukannya
beberapa obat lain yang anti TB terapi banyak obat menjadi dasar pengendalian penyakit
dengan menggangu mata rantai penularan (Silva and Palomino, 2011). Tuberculosis
berkembang pesat pada negara berkembang, TB yang resisten terhadap obat menjadi
meningkat dan menjadi perhatian banyak orang beberapa tahun belakangan dan mencari
jalan keluar untuk mengendalikannya. Pengobatan TB yang terlalu lama hampir memakan
waktu 6 bulan bisa gagal karena TB menjadi lebih resisten terhadap obat yang dikonsumsi
oleh penderita. Oleh karena itu harus ada pengembanagn obat baru yang bisa melawan zat
aktif dari TB melainkan dapat mengurangi waktu terapi pengobatan (Zhang et al., 2003).
Tuberculosis (TB) merupakan masalah besar kesehatan dimana 10 ribu kasus baru
berkembang setiap tahunnya yang menyebabkan kematian lebih dari 2 ribu orang.
Bagaimanapun dari 2 juta orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis hanya 5-10%
yang mengalami TB simptomatic. Hal ini mengindikasikan bahwa sedikit orang yang
menunjukan keefektifan respon imun terhadap MTB. Insisasirespon imun inate untuk
memulai mengenali bentuk struktur mikroba yang disebut asosiasi bentuk molekular
patogen (PAMPs). Pengenalan PAMPs dilakukan oleh germ-line reseptor pengkode sel-sel
kekebalan. Setelah inhalasi aerosol yang terinfeksi M. Tuberculose akan masuk kedalam
paru-paru inang dan akan dicegah oleh mikrofag alveolar. Mycobacteria yang lolos dapat
berkembang biak dan menggangu makrofag. Setelah kemokin dilepaskan, menarik monosit
dan sel-sel inflamasi lain ke dalam paru-paru. Inflamasi monosit akan membedakan
intomakrofag yang akan memakan dan menghancurkan Mycobacteria. Dalam tahap infeksi,
mycobacteri tumbuh logaritmikdan makrofag dalam darah menumpuk. Setelah infeksi 2-3
minggu, sel T berkembang dan limfosit T antigen spesifik tiba (Kleinnijenhuis et al., 2011).
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah melakukan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen dan
mengetahui karakteristik dari Bakteri Tahan Asam (BTA) dari sputum.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spitrus, lidi, object glass, pipet
tetes, pinset, sarung tangan, masker, dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah carbol fuchsin, alkohol
asam 3%, methilen blue, sputum dan minyak imersi.
B. Metode
Teknik pewarnaan Ziehl Neelsen Bakteri Tahan Asam (BTA)
1. Sputum bakteri tuberkulosis diulas pada object glass dengan bantuan lidi.
2. Apusan dibanjiri dengan carbol fuchsin 0,3%.
3. Apusan dipanaskan diatas api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih
atau kering selama 5 menit dan didinginkan selama 10 menit.
4. Object glass dicuci kering anginkan (CKA).
5. Asam alkohol 3% ditambahkan dengan pipet tetes, ditunggu selama 2 samapi 4
menit.
6. Object glass dicuci kering anginkan (CKA) selama 1 sampai 3 menit.
7. Apusan ditetesi dengan methilene blue selama 1 menit.
8. Object glass dicuci kering anginkan (CKA).
9. Object glass diamati dibawah mikroskop dengan objektif minyak imersi.
10. Interpretasi hasil pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Bakteri Tahan Asam Rombongan 2
Kelompok Hasil
1 -
2 +++
3 -
4 -
5 -
6 -
7 -
Keterangan:
Negatif (-) : tidak ditemukan BTA dalam 100 Lp.
Positif : ditemukan 1-9 BTA dalam 100 Lp.
Positif (+) : ditemukan 10-99 BTA dalam 100 Lp.
Positif (++) : ditemukan 1-10 BTA dalam 1 Lp.
Positif (+++) : ditemukan ˃ 10 BTA dalam 1 Lp.
Hasil Pewarnaan BTA negatif (-) Kontrol Pewarnaan BTA Positif (+)
B. Pembahasan
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan abilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri
ini memiliki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh
karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain).
Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada
cairan atau larutan encer. Ketika proses perwarnaan, bakteri tahan asam ini melawan
dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut bakteri tahan asam (Ball, 1997). Contoh
dari bakteri tahan asam yaitu dari genus Mycobacterium. Bakteri ini memiliki sejumlah
besar zat lipoidal (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel
tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel-sel bakteri
tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau
pewarnaan gram (Dwijoseputro, 1989).
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk panjang atau
pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu
optimal 37-38˚C yang merupakan suhu normal manusi. Pertumbuhannya membutuhkan
tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum dan bahan kimia tertentu. Dalam
jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4-3 µm. Pada
media buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke
spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat
didekolorisasi oleh olkahol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil
tuberkel secara umum dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Nelsen. Media untuk
membiakan mycobakteria adalah media nonselektif dan media slektif. Media selektif berisi
antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan.
Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif,
yaitu media semisintetik (middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-
jensen), media kaldu (broth media) (Jawetz et al., 2001).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk
filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan
merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali mycobacterium diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena
itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Beberapa mikroorganisme
lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella,
Micdadei dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria,
lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan
dalam interaksi antara inang dan patogan, menjadikan M. Tuberculosis dapat bertahan
hidup di dalam makrofaga. Mycobacteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8
dengan pH optimum sekitar 6,5-6,8 untuk tipe patogen. Sel mycobacteria terdiri dari tiga
lapisan penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).
Metode pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada
seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap
tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan
dingin selama 5-7 menit. Lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang
mengalir perlahan. Setelah itu,larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-etanol) dituang
pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3
menit., kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup
seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu dibuang dan dicuci dengan air mengalir
(Karuniawati et al., 2005).
Pewarnaan Ziehl Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama carbol fuchsin, sewaktu
dicuci dengan larutan pemucat alkohol asam. Larutan asam terlihat berwarna merah,
sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat alkohol asam akan
melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna
(Lay, 1994). Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan Ziehl
Neelsen terdapat beberapa perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Tujuan pemberian
carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian alkohol
asam 3% adalah meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak
terpengaruh pemberian alkohol asam 3% karena memiliki lapisan lipid yang sangat tebal
sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut dan warna merah akibat
pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah memberi
warna background. Perlakuan fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak
mengubah struktur bakteri (Pelczar dan Chan, 1986).
Menurut Jutono et al., (1980) larutan kimia yang digunakan pada pewarnaan Ziehl
Neelsen adalah alkohol asam 3% yang digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin 0,3%
mempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus
masuk ke dalam sel bakteri Mycobacterium tuberculose, methylen blue berfungsi sebagai
cat lawan dan memberikan warna background sehingga bakteri tuberkulosis akan tetap
berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau. Dinding bakteri yang tahan asam
mempunyai lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena itu pengaruh fenol dan
pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat dasar fuchsin. Pada waktu
pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian
dengan asam alkohol warna fuchsin tidak terlepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan
asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue (Karuniawati et al., 2005).
Tiga macam metode pewarnaan BTA yaitu Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan
Fluorokrom. Metode pewarnaan diawali dengan pengumpulan dahak dalam pot dahak yang
bermulut besar dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Selanjutnya
dibuat sediaan, sediaan yang tidak segera diwarnai, disimpan dalam kotak penyimpanan
preparat pada suhu kamar. Pewarnaan Tan Thiam Hok. Larutan Konyoun fuchsin basis 4g,
fenol 8ml, alkohol 95% 20ml, H₂O destilata (100ml) dituang pada permukaan sediaan,
dibiarkan selama 3 menit, kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air
yang mengalir perlahan. Selanjutnya larutan Gabbet (Methylene blue 1g, H₂SO₄ 96% 20ml,
alkohol absolut 30ml, H₂O destilata 50ml) dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan 1
menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir
perlahan, kemudian sediaan dikeringkan diudara. Pewarnaan Fluorokrom (Auramine O).
Sediaan direndam didalam larutan Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit kemudian
dicuci dengan air bebas klorin atau H₂O destilata dan dikeringkan. Sediaan lalu direndam
didalam asam alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H₂O destilata dan
dikeringkan. Setelah itu sediaan direndam dalam potasium permanganat 0,5%, dibiarkan
selama 2 menit, dicuci dengan H₂O destilata dan dikeringkan di udara (Karuniawati et al.,
2005).
Berbagai metode diagnosis cepat tuberkulosis telah dikembangkan, diantaranya
dengan menggunakan BACTEC, serologi, hibridisasi asam nukleat, dan PCR. Metode-metode
tersebut selain cepat juga mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang cukup tinggi, tetapi
memerlukan biaya yang tidak sedikit serta sulit aplikasinya di negara yang sedang
berkembang karena diperlukan biaya yang besar dan peralatan khusus. Pewarnaan BTA
pada spesimen merupakan metode diagnosis yang paling murah, cepat, mudah dalam
pengerjaannya serta dapat dikerjakan di laboratorium sederhana yang memiliki mikroskop.
Dalam strategi DOTS (Direct Observed Treatmen Shortcourse chemotherapy) yang
direkomendasikan WHO dan telah dilakukan di indonesia digunakan cara pewarnaan BTA
Ziehl Neelsen untuk penentuan dimulainya Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Sensitivitas pewarnaan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan fluorokrom berturut-turut adalah
62,9%, 81,5%, 92,6%; sedangkan nilai spesifitasnya adalah 92,9%, 91,6% dan 91,1%.
Pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen mempunyai sensitifitas yang tidak setinggi
spesifitasnya. Pada pewarnaan fluorokrom, bakteri terwarnai sangat kontras dibandingkan
latar belakangnya. Hal ini dapat memepercepat waktu pengamatan dibawah mikroskop dan
bermanfaat pada laboratorium dengan jumlah sampel banyak. Pewarnaan ini juga memiliki
sensitifitas dan spesifitas yang tinggi dibandingkan 2 pewarnaan yang lainnya, namun
memiliki kekurangan karena tidak mudah dalam penanganan dan biayanya yang tinggi
dalam penyediaan mikroskop fluoresens. Dari ketiga metode pewarnaan, Ziehl Neelsen
mempunyai nilai prediksi positif yang tertinggi, meskipun tidak berbeda jauh dibanding
metode yang lain selain itu merupakan metode yang cukup sederhana dan memberikan
sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi (Kurniawati et al., 2005).
Basil tuberkulosis menginfeksi seseorang melalui pernafasan atau terkadang
melalui mulut berupa makanan yang berasal dari hewan-hewan sakit. Sedangkan daya
penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam
paru penderita, penyebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara, serta banyaknya
kuman yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara sekitar
penderita. Droplet ini akan mengering dengan cepat dan keadaan ini dapat tetap bertahan
diudara untuk beberapa jam. Droplet ini masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas
sampai alveoli, dan terjadilah infeksi primer. Kuman tuberkolisis mempunyai kemampuan
berkembang biak didalam sel yang menyebabkan terjadinya nekrosis perkejuan dibagian
tengah dari granuloma. Jika host dalam keadaan sehat maka proses penyakit akan diakhiri
dengan pembentukan kapsul disekitar lesi oleh elemen limfosit dan fibroblast. Jika host
dalam keadaan kurang baik maka tuberkel akan tumbuh dan berkembang ke jaringan
disekitarnya termasuk saluran limfe, pembuluh darah dan bronki, sehingga terjadi
tuberkulosis milier yang jauh dari lesi primer. Lesi primer adalah daerah terbatas tempat
masuknya kuman ke dala jaringan untuk pertama kalinya bersama nodus limfe regional.
Pada TB paru primer peradangan terjadi sebelumtubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap M. Tuberculosis. Tuberculosis post primer (reinfeksi) terjadi apabila peradangan
jaringan paru oleh karena penularan ulang, baik secara endogen maupun eksogen,
kemudian di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tuberkulosis
tersebut. Dikenal dua golongan tuberkulosis pasca primer yaitu tuberkulosis sekunder yang
berjalan akut dengan manifestasi alergi yang lebih berat dan tuberkulosis tertier yang
berjalan kronik dan produktif. Dua lesi utama yaitu tipe eksudatif yang terdiri dari reaksi
peradangan akut, dengan cairan oedema. Lesi ini mirip pneumonia bakterial. Dapat sembuh
dengan resolusi, sehingga seluruh eksudat di absorpsi atau dapat mengakibatkan nekrosis
masif dari jaringan yang berkembang menjadi lesi tipe produktif. Tipe produktif bila
berkembang maksimal, suatu granuloma menahun akan terdiri dari 3 daerah: daerah
sentral yang luas, sel raksasa berinti banyak yang mengandung basil tuberkel; daerah
tengah terdiri dari sel epiteloid pucat, sering tersusun secara radial. Lesi membentuk
jaringan fibrosa perifer dan daerah sentral mengalami nekrosis kaseosa. Tuberkel kasosa
dapat pecah ke dalam bronkus dan membentuk kaverne (Suprijono, 2004).
Bakteri yang termasuk Bakteri Tahan Asam (BTA) menurut Ramanda dan Rizqiah
(2013) antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium
leprae, Mycobacterium avium, Neisseria meningitidis dan Neisseria gonorrhoeae.
1. Mycobacterium tuberculose, sumber penularan bakteri melalui dahak penderita
positif disebarkan melalui udara yang terhisap oleh orang sehat dan
menimbulkan infeksi di saluran pernafasan. Basil tuberkel dapat menyerang
setiap organ tubuh dan manifestasi kliniknya dapat berubah-ubah. Serangan
pada paru-paru menimbulkan batuk menahun dan batuk berdarah biasanya
dihubungkan dengan lesi lebih lanjut. Tanda-tanda penyakit ini seperti
kelelahan, lemah, berat badan menurun dan demam.
2. Mycobacterium leprae penyebab penyakit kusta yang menular. Lepra adalah
suatu granulomatosa kronik disebabkan basil lepra yang menyerang kulit, saraf
perifer dan mukosa hidung. Mekanisme penularan diperkirakan karena adanya
kontak dengan penderita dan melalui udara. Permulaan penyakit ini selalu
tersembunyi dan membahayakan. Lesi-lesi menyerang jaringan tubuh yang
lebih dingin seperti kulit, saraf superfisial, hidung, faring, laring, mata dan testis
yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Mycobacterium avium menyebabkan infeksi pada penderita AIDS dan penderita
penyakit paru kronis. Bakteri ini diperoleh baik melalui jalur usus dan rute
pernapasan. Mampu menyerang sel epitel mukosa dan memindahkan seluruh
mukosa. Gejala MAC meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, sakit perut,
anemia dan kelelahan. Jika MAC menyebar dalam tubuh dapat menyebabkan
infeksi darah, hepatitis dan pneumonia.
4. Mycobacterium bovis biasanya ditularkan ke manusia melalui supali makanan
berupa susu sapi dan daging sapi yang terinfeksi bakteri ini selain itu juga
melalui droplet aerosol yang terhirup saat bernafas. Bovine TB adalah penyakit
menular kronis yang mempengaruhi berbagai host. Gejala yang sering dijumpai
pada penderita adalah batuk terus menerus dan berdahak, batuk darah, sesak
napas, badan lemah, nafsu makan menurun, berkeringat malam walau tanpa
kegiatan dan meriang lebih dari satu bulan.
5. Neisseria meningitidis termasuk bateri coccus. Penyakit ini disebabkan oleh
meningokokus yang tersebar luas, bersifat sporadi atau endemik. Masuk ke
dalam tubuh melalui traktus respiratorius bagian atas dan berkembang biak
dalam selaput nasofaring. Penyakit yang timbul dapat berupa demam ringan
yang disertai farangitis tanpa adanya manifestasi spesifik dari infeksi
meningokokus.
6. Neisseria gonorrheae penyebab infeksi saluran urogenitalis. Bersifat fastidious
dan untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap nutrisinya, rentan terhadap
panas dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup dluar inangnya.
Penularan umumnya melalui kontak seksual dan masa inkubasi 2-5 hari.
Penyakit yang disebabkan infeksi gonokokus disebut gonore. Gonore adalah
penyakit kelamin menular yang bersifat akut, pada permulaan keluar nanah
dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan seksual.
Hasil pewarnaan BTA pada rombongan dua didapat hasil positif (+++) hanya pada
kelompok 2 dengan interpretasi ditemukan ˃ 10 BTA dalam 1 Lp, sedangkan kelompok
lainnya negatif dengan interpretasi tidak ditemukannya bakteri tahan asam (BTA) saat
pengamatan dengan mikroskop. Pewarnaan Ziehl Neelsen mempunyai sensitifitas yang
tidak setingi spesifitasnya. Hal ini bisa terjadi karena terlalu sedikitnya jumlah bakteri dalam
sputum. BTA pada sputum secara mikroskopis akan terlihat bila sputum mengandung paling
sedikit 10.000 BTA/ml (Kurniawati et al., 2005). Bakteri tahan asam akan berwarna merah
karena tidak mengalami dekolorisasi oleh asam alkohol sehingga masih mengikat warna
pertama carbol fuchsin dan tidak menyerap methylen blue. Sementara itu, pada bakteri
tidak tahan asam, larutan asam alkohol akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin
dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna lalu menyerap methylen blue sehingga
berwarna biru pada saat diamati dengan mikroskop (Lay, 1994).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa;
1. Metode pewarnaan Ziehl Neelsen menggunakan larutan carbol fuchsin 0,3%, asam
alkohol 3% dan methylene blue. Masing-masing larutan ini memiliki fungsi yang
berbeda pada tahapan pewarnaan. Pewarnaan Ziehl Neelsen memiliki sensitifitas
yang tidak terlalu tinggi dari spesifitasnya, namun merupakan metode pewarnaan
sederhana tanpa memerlukan biaya yang tinggi.
2. Karakteristik bakteri tahan asam (BTA) yaitu termasuk gram positif, berbentuk
panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat
(2-8 minggu), suhu optimal 37-38˚C yang merupakan suhu normal manusi.
Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum
dan bahan kimia tertentu.
B. Saran
Berhati–hati saat mengulas sputus sampai akhir rangkaian kerja, sebaiknya
praktikan menggunakan masker berlapis dua sebagai upaya pencegahan penyebaran
penyakit tuberkulosis melalui udara, sebelum dan sesudah praktikum sebaiknya meminum
susu untuk menetralisir kontaminasi dalam tubuh dan selalu bekerja secara aseptis
sehingga menghindari kontaminasi dan bahaya yang terjadi di dalam laboratorium.
DAFTAR REFERENSI
Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John Wiley and Sons : New York.
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Girsang, Merryani., Sumarti., R, Dani., Olii, Irawati., Wahyuhono, Gendro. 2003. Teknik Sentrifugasi untuk Meningkatkan Penemuan Bakteri tahan Asam (BTA) dari Sputum Penderita TBC melalui Ziehl Neelsen. Media Litbang Kesehatan Vol. XIII No. 4.
Jawetz, M and Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi kedokteran. Salemba Medical, Surabaya.
Jutono, J., Soedarsono, S., hartadi, S., Kabiru, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Karuniawati, A., Risdiyani, E., Nilawati, S., Prawoto, Rosana, Y., Alisyahbana, B., Parwati, I., Melia, Wia., Sudiro, T.M. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom Sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Makara, Kesehatan, Vol. 9, No. 1 : 29-33.
Kleinnijenhuis, Johanneke., Oosting, Marije., Joosten, Leo A.B., Netea, G. Mihai., Crevel Reinout Van. 2011. Innate Immune Recognation of Mycobacterium Tuberculosis. Clinical and Development Immunology. Vol 2011: 405310.
Lay, W.B. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium Edisi I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Prayitno, Adi., Suyono, Bambang., Suryanto, Edi., Suparto, R. 2005. Tes Diagnostik Sputum pada Penderita Tuberkulosis Paru. Bio SMART Vol. 7, No.1 Hal: 14-16. ISSN: 1411-321X.
Pelczar, M. J. And E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Ramanda, Mira., Rizqiah, Ana Nur. 2013. Bakteri Tahan Asam (BTA). Makalah Bakteriologi III Analis Kesehatan. STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Silva da P.E.A. and Parlomino, Juan Carlos. 2011. Molecular Basis and Mechanism of Drug Resistance in Mycobacterium Tuberculosis: Classical and New Drug. Journal of Antimicrobial Chemotherapy; 66: 1417-1430.
Suprijoyo, Dwitiya. 2004. Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Konversi Dahak setelah Pengobatan Fase Awal pada Penderita Tuberkulosis Paru Bakteri Tahan Asam (BTA) Positif. Tesis Program Studi Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Susanti, Diana., Kountul, Constantien., Buntuan, Velma. 2013. Pemeriksaan Basil Tahan Asama (BTA) pada Sputum Penderita Batuk ≥ 2 Minggu di Poliklinik Penyakit dalam BLU RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal e-CliniC (eCl), Vol. 1, No. 1.
Thomas, Dormandy. 1999. The White Death: A History of Tuberculosis. ISBN 0-8147-1927-9 HB – ISBN 1-85285-332-8 PB.
Zhang, Ying., Zhang, Hao., Sun, Zhonghe. 2003. Susceptibility of Mycobacterium Tuberculosis to Weak Acid. Journal of Antimicrobial Chemotherapy 52, 56-60.
top related