studi banding budidaya jagung
Post on 19-Jan-2015
2.674 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan
Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk
beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura, Sulawesi Tenggra dan Nusa Tenggara)
juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil
minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung
atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi. Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui
bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya
jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke
Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah
pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan
bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari
teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung
paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies
lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak
dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang
terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh
pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung
berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut
jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat
mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian
ii
bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat
mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang
beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna.
Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun
sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap
stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan
dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum
bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung,
dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di
bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.
Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan
disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih dinidaripada bunga betinanya (protandri).
Keanekaragaman
Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar
depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara. Jagung yang dibudidayakan
memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar
jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang
membentuk bulirnya:
1. Indentata (Dent, "gigi-kuda")
2. Indurata (Flint, "mutiara")
3. Saccharata (Sweet, "manis")
4. Everta (Popcorn, "berondong")
5. Amylacea (Flour corn, "tepung")
6. Glutinosa (Sticky corn, "ketan")
7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang
berbeda dari jagung budidaya lainnya)
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe
kultivar :
1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
ii
2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul
3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum
(daya gabung umum) dan seragam
4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur
yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),
mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman.
Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda,
karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk
pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar
atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen
dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah :
Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr
Lemak : 3,9 gr
Karbohidrat : 73,7 gr
Kalsium : 10 mg
Fosfor : 256 mg
Ferrum : 2,4 mg
Vitamin A : 510 SI
Vitamin B1 : 0,38 mg
Air : 12 gr dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai
sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai
bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah
ii
mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap
dipasarkan.
Produksi jagung dan perdagangan dunia
Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton;
Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700
– 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Sulawesi Tenggara, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-
rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun Produsen jagung terbesar saat ini adalah
Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%.
Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya
14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk melakukan studi banding tentang budidaya jagung beberapa Petani Di Desa
Bangun Sari Kecamatan Lasalepa
2. Mengetahui pertumbuhan tanaman jagung dari pembibitan hingga tumbuh
C. HIPOTESIS
Jumlah benih perlobang tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jagung
ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KLASIFIKASI JAGUNG
Kerajaan : Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Z. Mays
Varietas : Golden Boy
B. MORFOLOGI JAGUNG
1. Tinggi Jagung
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa
varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.
2. Struktur Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
3. Struktur Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti
padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
4. Struktur Daun
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin
dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
5. Struktur Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
ii
disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri).
C. SYARAT TUMBUH JAGUNG
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah
hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian
1000- 1800 m di atas permukaan laut.
a. Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan
aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah
lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih
dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya,
sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang
melalui saluran drainenase yang dibuat dinatar barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang
terbaik untiik jagung adalah sekittir 5,5 - 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8%
masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah,
derigan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar,
b. Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan
curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus
mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau
bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur
optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27 C.
D. HAMA PENYAKIT
Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung adalah: Hama. Lalat bibit (Atherigona
exigua Stein) Setelah 4-5 hari ditanam biasanya biji mulai tumbuh. Penyemprotan untuk
mencegah/memberantas lalat bibit segera dilakukan setelah biji tumbuh dan tersembul di atas
tanah. Penyemprotan dilakukan dengan interval 2-3 hari sekali. Pestisida dipergunakan adalah
Basudin (Diazinon), Surecide dan lain-lain, dengan dosis 1,5- 2,5 cc/ liter air. Serangan lalat
bibit ini berlangsung sampai tanaman berumur tanaman ± 3 minggu. Ulat Agrotis (agrotis
Sp ) , Hama ini menyerang pada waktu tanaman masih kecil. Dapat diberantas dengan cara
ii
mencari dan membunuh ulatnya, yang biasanya terdapat di dalam tanah atau sebelum
ditanami, tanah diberi insektisida terlebih dahulu. Ulat daun (Prodenia litura F). Menyerang
pupuk daun pada waktu tanaman berumur 1 (satu) bulan. Pemberantasan agar dilakukan
secepatnya dengan insektisida seperti terdapat pada serangan lalat bibit. Penggerek daun
(Sesamia inferens WLK). Menyerang pada waktu tanaman telah berbunga. Tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur
yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga. Ulat tanah (Leucania
unipuncta, HAW) Menyerang daun tanaman dewasa, biasanya pada malam hari, sampai
mencapai jumlah ratusan. Penyemprotan harus dilakukan setelah gejala pertama terlihat dan
jangan sampai terlambat. Ulat tongkol (Heliothis armigera), Merupakan, ulat perusak tongkol
yang penting. Penyemprotan harus segera dilakukan bilamana terlihat telur-telur yang
biasanya diletakkan pada rambut (silk) dan bakal buah atau tongkol: Secara umum,
penyemprotan sebaiknya dilakukan bilaman diperlukan saja, sehingga penggunaan- pertisida
lebih efisien. Waktu yang baik untuk menyemprot adalah pagi hari antara jam 06.00 - 09;00
atau sore hari jam 16.00 -18.00 Penyakit: Penyakit terpenting pada jagung adalah penyakit
bulai, atau downy mildew (Sclerospora maydis Palm). Tanaman yang terserang- daun-
daunnya herwarna kuning keputih-putihan bergaris-garis klorotis sejajar dengan arah urat
daun. Pada bagian bawah daun terdapat Konidia berwarna putih seperti butiran-butiran
tepung: Menyerang tanaman.muda sampai umur ± 45 hari. Serangan pada tanaman semasa
kecil sering mengakibatkan kematian: Serangan pada tanaman yang lebih besar
mengakibatkan pertumbuhan tongkol yang tidak sempurna. Pemberantasan , dengan fungisida
atau bahan kimia lain yang efektif sampai saat ini belum diketemukan. Usaha
pemberantasannya yang dilakukan adalah dengan mencabut dan membakar tanaman yang
terserang dan menanam kembali dengan varitas yang tahan. Dewasa ini terdapat beberapa.
varitas yang tahan seperti DMR.S, DMR:3, dan beberapa varitas-hasil persilangan yang
masih dalam pengujian (Harapan, DMR dan sebagainya). 2. Penyakit-penyakit penting yang
terdapat pada jagung di antaranya adalah becak daun (Helminthosporium sp) dan karat daun
(Puccinia sorghi Sehw).
E. TEKNIK BUDIDAYA
1. Pedoman Budidaya
Benih Benih diambil hanya dari tanaman dan tongkol yang baik dan sehat saja. Pilihlah
tongkol-tongkol yang besar, barisan biji lurus dan penuh, tertutup rapat - oleh kelobotnya, dan
cukup tua. Dari tongkol.-tongkol terpilih, pisahkanlah biji-biji kecil yang terdapat pada
bagian pangkal dan ujung dari tongkol. Hanya biji yang rata besarnya dan sehat saja diambil
sebagai benih. Bila jumlah tongkol terpilih sangat terbatas, dapat juga digunakan semua biji
yang terdapat pada tongkol tersebut. Benih harus cukup sehat dan kering, bertenaga tumbuh
lebih dari 90%, murni dan bebas dari kotoran. Pada dewasa ini terdapat benih-benih varitas
ii
unggul yang cocok untuk dataran rendah dengan umur dipanen (110 hari), seperti, Harapan,
Metro, Bogor Composite-2 dan yang berumur ,genjah adalah: Penjalinan, Genjah, Kretek,
Genjah Kertas, Bogor Comopsit-10, dll dan untuk.dataran tinggi adalah: Bastar Kuning,
Bima, Pandu Kimia Putih" Rocol dan lain-lain., Waktu tanam. Waktu tanam yang baik adalah
sebagai berikut: a. Ditegalan, jagung ditanam pada musim labuhan/ permulaan musim hujan
yaitu. pada bulan September/Nopember. Pengerjaan tanah hendaknya dilakukan jauh
sebelumnya, sehingga tanah dalam keadaan siap tanam. Pada waktu hujan sudah mulai turun.
Kelambatan penanaman jagung labuhan sampai dengan bulan Desember mengakibatkan
tanaman menderita serangan penyakit bulai (Downy mildew) yang berat dan dapat
mengakibatkan kegagalan total. Penanaman jagung ditegalan dapat pula dilakukan, pada
musim. marengan/saat musim hujan hampir berakhir, pada bulan Februari - April. b. Ditanah
sawah biasanya jagung ditanam dalam tiga musirn yaitu pada musim labuhan, sebelum padi
musim penghujan ditanam, pada musim marengan setelah padi musim penghujan dipanen dan
juga pada musim kemarau. Untuk peneneman musim labuhan sebaiknya digunakan varitas
Genjah atau varitas unggul agak dalam yang dipungut muda, sehingga tersedia cukup waktu
untuk persiapan penanaman padi sawah. Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman. a.
Pengolahan tanah: Pada waktu pengolahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah
tetapi harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah
menjadi cukup gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan
pengerjaan tanah. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas
air. Pembuatan saluran dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya
genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung. Pengolahan tanah
untuk jagung labuhan harus tepat dan cepat dapat dilakukan karena hujan kadangkala datang
lebih awal. Bilamana tidak sempat untuk mengerjakan tanah secara keseluruhan karena waktu
tanam mendesak, maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan yang akan
ditanami saja sedalam 15 - 20 cm sampai tanah menjadi cukup gembur. Berdasarkan hasil
penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa. b. Jarak tanam Varitas yang berbeda umurnya
mempunyai optimum populasi yang berbeda. Bagi varitas yang berumur dalam (± 110 hari)
seperti Harapan Bogor, Composite populasi optimum adalah ± 50.000 tanaman/ha, ditanam
dengan jarak 100 x 40 cm. dengan 2 tanaman per lubang atau 75 x 25 cm dengan 1(satu)
tanaman per lubang. Varitas yang berumur tengahan (80 - 90 hari) seperti Panjalinan dan
Genjah Kretek, optimum populasi adalah t 70.000. tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam
75 x 20 cm dengan 1 (satu) tanaman per lubang. Bagi vartias yang berumur genjah (70 - 80
hari) seperti Genjah Madura, populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000 tanaman/ha, bahkan
pada tanah yang subur dapat mencapai 200.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 50 x 20 cm
atau 50 x 10 cm dengan 1 (satu) tanaman per lubang;. Benih ditanam 2 -3 biji per lubang,
kemudian diperjarang pada umur 2 - 3 minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman
ii
yang tegap dan sehat saja sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak
tanam yang digunakan. Dalamnya penanaman adalah 3 cm.
2. Pemeliharaan
Pemupukan. Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara
yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara
kuantitatif maupun kualitatif. Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci utama dalam
usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium bersama-sama dengan
nitrogen memberikari hasil yang lebih baik. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen, akan
nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuning-kuningan, buah terbentuk sebelum
waktunya dan tidak sempurna: Gejala kekurangan unsur, phosphat. jelas terlihat terutama
pada waktu tanaman masih muda di mana daun-daunnya berwarna ungu dan akan berubah
hijau kembali seperti biasa bilamana kemudian tanaman-mendapatkan cukup, phosphat.
Tanaman yang kekurangan kalium memberikan gambaran seolah-olah layu, bagian tepi dari
daun mula-mula menjadi kuning (hlorcosis), kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan
dan bagian daun yang sudah mati akan gugur. Dosis pupuk yang diperlukan berbeda-beda:
tergantung dari pada tingkat kesuburan dan jenis tanah. Untuk sementara secara umum dapat
dianjurkan, pemakaian pupuk sebanyak 90-120 kg.N, 30 - 45 kg. P2O5 dan 0-25 kg K2O per
Ha. Pada tanah-tanah yang cukup mengandung akan kalium, pemupukan dengan unsur ini
dapat ditiadakan. Pupuk diberikan secara ditugal sedalam 10 cm, pada kedua sisi tanaman
dengan jarak 7 cm, Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam larikan yang
dibuat di kiri kanan barisan tanaman: Pupuk N sebaiknya diberikan dua kali yaitu: 1/3 bagian
pada waktu tanam bersama-sama dengan seluruh pupuk P dan K, kemudian 2/3 bagian pupuk
N diberikan pada waktu tanaman berumur 1 bulan, di dalam lubang atau larikan sedalam 10
cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman. Penyiangan dan Pembumbunan: Untuk
memperoleh hasil yang tinggi, pertanaman harus bersih dari segala macam tumbuhan/rumput
pengganggu. Salah satu herbisida yang baik untuk memberantas tumbuhan pengganggu, pada
jggung, adalah Gramoxone, yang disemprotkan pada waktu tanaman berumur 3 dan 5
minggu,masing-masing sebanyak 11/2 liter yang dilarutkan dalam 400 - 500 liter air/ ha.
Penyiangan dengan tangan (hand weeding) yang pertama dilakukan pada umur 15 hari dan
harus, dijaga agar, jangan sampai mengganggu/merusak akar tanaman. Penyiangan kedua
dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada waktu pemupukan kedua: Pembumbunan ini
berguna untuk memperkokoh batang dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk
memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan bilama diperlukan
ii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan di desa Bangun sari Kecamatan Lasalepa,
kabupaten Muna, dengan ketingian tempat sekitar 10 m dpl suhu rata-rata 230 – 310C,
penelitian ini dilaksakan selama kurang lebih 1 bulan sampai masa panen, mulai dari tanggal
27 Mei 2013 sampai dengan tanggal 29 Juni 2013.
B. BAHAN DAN ALAT
Dalam praktikum dasar-dasar agronomi penanaman jagung ini kami juga menggunakan alat
dan bahan yaitu :
Bahan yang di gunakan :
1. Air
2. Pupuk urea
3. Pupuk SP36
4. Pupuk kandang
5. Pupuk SP36
6. Pupuk KCl
7. DECIS 2.5 EC
8. Bibit jagung hibrida
9. Pupuk N
Alat yang digunakan :
1. Cangkul
2. Parang
3. Gembor
4. Handspray
5. Timbangan Analitik
6. Meteran
7. Tali Raffia
8. Ajir (dari bambu)
9. Garu
10. Jaring-jaring (Pagar)
11. Tugal
ii
Langkah Penelitian
1. Kami membersihan lahan dari tanaman liar dengan menggunakan paran atau sabit.
2. Setelah itu kami membajak tanah dengan menggunakan cangkul,kami membuat
petakan-petakan yang berukuran 2m x 3m per plot dengan ketinggian 30 cm dengan
menggunakan meteran.
3. Kami memberikan pupuk kandang di campur dengan serat kayu sebanyak 30 kg per
petakan.
4. Setelah itu kami membuat pagar yang terbuat dari kayu dan karung yang bertujuan
untuk menghindari dari serangan hama pada saat panen.
5. Benih jagung kami tanam dengan jarak tanam 40 cm x 60cm per lobang tanam dengan
menggunakan tugal.dimana petakan pertama, kami isi benih jagung 1 tanaman saja
sedangkan petakan kedua kami isi benih jagung 2 tanaman saja.
6. Kedalaman benih jagung kira-kira 5cm dari permukaan tanah. Setelah itu kami
membuat pembatas lahan untuk tiap kelompok dengan membuat parit-parit di
pinggiran petakan dengan menggunakan tali raffia.
7. Setelah benih di tanam kami menyiram tanaman jagung sehari 2x yyaitu pada pagi
hari dan sore hari agar tanaman jagung tidak kekurangan air akibat dari penguapan
dan fotosintesis.
8. Pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu kami memberikan pupuk anorganik
yaitu pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCl.
9. Setelah itu kami membuat ajir yang terbuat dari bambu untuk memudahkan mengukur
tinggi tanaman. Ajir kami tancapkan di pinggir tanaman jagung dengan ketinggian
5cm di atas permukaan tanah.tinggi tanaman kami ukur mulai dari tanaman jagung
tumbuh, pengukuran kami lakukan setiap minggu.
10. Kami mengambil tanaman sampelnya saja yang di sebut petak panen, dalam hal ini
kita bias liat di lampiran 1.
11. Kami amati terus pertumbuhan jagung, sambil terus membersihkan gulma.
12. Ketika umur 4 minggu, amati jagung, untuk jagung yang terkena hama dan penyakit,
kami memberikan decis yang kami larutkan dengan air.
13. Ketika memasuki masa panen, lihat jika rambut jagung sudah coklat dan mengering,
berarti jagung telah masak dan siap buat di panen.
ii
C. PELAKSAAN PENELITIAN
1. Persiapan Areal Tanam
Lahan tempat pelaksanaan penelitian dibersihkan dari gulma dan kotoran, kemudian
dicangkul dengan kedalaman kurang lebih 15-30 cm yang dilakukan 2 kali pengemburan.
Kemudian lahan tersebut diratakan lalu dibuat petakan percobaan yang berukuran 3 X 4 cm,
tinggi 30 cm, sebanyak 18 petakan dengan jarak antar kelompok 100 cm dan jarak antar
perlakuan 50 cm.
2. Pemberian N-urea
Pemberian N-urea dilakukan serempak pada saat tanam dan pada saat umur 30 hari, dengan
cara pemberian pada larikan antar baris tanaman.
3. Penanaman
Benih jagung ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman 3 cm, tiap lubang tugalan
ditanam 2 butir benih dengan jarak tanam 60 X 40 cm.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan dosis masing masing untuk urea 150 kg per ha-
1 SP 36 100 kg per ha-1, dan KCL 50 kg per ha-1. Khusus pupuk urea diberikan secara bertahap
yaitu setengah dosis diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan pada saat umur tanaman
30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk dengan cara ditugal pada bagian tengan larikan
tanaman dengan jarak 30 cm dengan kedalaman 5 cm.
5. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, penjarangan, penyiangan, pembumbunan dan
pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan sekali per hari tetapi bila hujan dan tanah
cukup basah maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Penjarangan dilakukan 2 minggu
setelah tanam yaitu dengan meningalkan satu tanaman yang tumbuh dengan baik.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 mingu setelah tanam dan
pertumbuhan berikutnya (kedua) dilakukan pada waktu tanaman berumur 5 minggu setelah
tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dilakukan dengan mengunakan decis 2,5
EC.
6. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen yaitu kelobot tongkol sudah
berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan. Bila kelobot tongkol dikupas akan tampak
biji jagung berwarna kuning, bijinya sudah cukup keras dan mengkilap.
ii
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Luas petakan adalah (2m x 3m) pada penanaman jagung di pilih jarak tanam (40cm x
60cm) sehingga per petakan dapat diisi 25 lobang tanaman jagung. jarak tanam ini
dipilih karena jarak tanam dapat mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi
penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit, juga mempengaruhi kompetesi
antara tanaman di sebelahnya dalam menyerap air dan unsur hara.
2. Tiap kelompok di berikan 2 petakan dimana petakan pertama diisi 25 tanaman jagung
dimana tiap lobang di isi 1 tanaman jagung dan petakan ke-2 diisi 50 tanaman jagung
dimana tiap lobang di isi 2 tanaman jagung.
3. Pada penanaman jagung ini kami hanya meneliti perkembangan petak panennya
saja,karena petak panen merupakan sampel yang memiliki daya saing yang seimbang
dalam perebutan unsur hara,air dan penyerapan cahaya.juga menghindari dari
gangguan hama dan binatang.petakan panen tanaman jagung ini terdapat 9 lobang
tanam yang berada di tengah petakan.
4. Tinggi tanaman Dari data yang didapat bahwa tinggi batang antara petak I dan petak II
dimana petak I berisi 1 benih jagung perlubang tanam dan petak II berisi 2 benih
jagung perlubang tanam mangalami perbedaan. Tinggi batang tanaman jagung pada
petakan I lebih tinggi daripada tanaman jagung pada petak II. Hal ini dikarenakan
tanaman jagung pada petakan II yang berisi 2 benih jagung perlubang tanaman
mengalami persaingan dalam memenuhi kebutuhan cahaya matahari, air, maupun
unsur hara. Namun, ada juga tanaman yng tumbuh kerdil, hal ini dikarenakan
penyebaran pupuk yang tidak merata.
5. Lebar daun ke-6
Lebar daun ke-6 merupakan indicator pertumbuhan yang lebih baik. Pada pengamatan
diketahui bahwa lebar daun ke-6 tanaman jagung pada petakan I lebih besar daripada
petakan II. Hal ini juga dikarenakan terjadinya persaingan dalam memperebutkan
unsure hara. Pada petakan II yang berisi 2 benih perlubang tanaman, pemberian pupuk
KCL tidak dapat diserap dengan baik oleh tanaman jagung karena terjadi persaingan
tanaman dalam satu lubang. Tanaman cenderung mengambil K dalam jumlah yang
lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan tetapi tidak menambah produksi. K bukan
merupakan unsure penyusun jaringan tanaman. Factor lain yang menyebabkan lebar
daun ke-6 relatif lebih kecil yaitu bahan organic yang terdapat dalam tanah, dan
struktur tanah. Jika daun ke-6 mulai menguning atau bahkan mati, ini menunjukkan
dimulainya pertumbuhan malay.
ii
6. Keluarnya Malay
Dimulainya fase generatif pada pertumbuhan tanaman jagung ditunjukkan dengan
mulai timbulnya malay. Jika pertumbuhan malay sebanyak 75% atau lebih dari
seluruh sample maka itu disebut hati dimulainya pertumbuhan malay.
Variabel
1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tiggi tanaman dimulai dari permukaan tanah (ditandai dengan ajir) sampai titk
tertinggi dengan mengunakan meteran. Pengukuran dilakukan semingu sekali mulai dari
umur 2 mingu sampai 6 minggu.
2. Berat Kering Pupus Tanaman
Berat kering pupus tanaman diamati pada akhir penelitian yaitu pada akhir penelitian yaitu
dengan cara mengambil tanaman sampel yaitu bagian batang dan daun kemudian diovenkan
selama 2x24 jam dengan suhu 800 C sampai beratnya konstan. Kemudian untuk lebih
memastikan berat konstan nya perlu dilakukan pengovenan lagi selama 2 jam.
3. Berat Tongkol Segar Pertanaman
Berat tongkol diukur setelah tongkol dipanen, dengan cara menimbang tongkol dan
kelobotnya dengan mengunakan timbangan.
4. Panjang Tongkol
Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan
mengunakan meteran.
5. Diameter Tongkol
Diameter tongkol diukur pada bagian tengah tongkol dengan mengunakan jangka sorong.
6. Hasil Pipilan Kering Per Petak Ubinan
Pengukuran hasil pipilan kering dilakukan dengan cara menimbang biji yang telah dipisahkan
dari tongkolnya yang telah dikeringkan, kemudian hasil pipilan dijemur hingga mencapai
kadar air 14%.
ii
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil yang telah kami teliti dalam praktikum dasar-dasar agronomi dapat kami tarik
kesimpulan yaitu :
Dalam proses penanaman jagung perlu diperhatikan beberapa faktor, agar tanamannya dapat
tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang maksimal. Faktor-faktor yang
diperhatikan adalah :
1. Jarak tanam
2. Perbandingan antara luas lahan dan pemberian pupuk NPK
3. Pengendalian hama dan penyakit
4. Persaingan tanaman jagung sangat terlihat pada petakan ke dua dimana tiap 1 lobang
terdapat 2 tanaman jagung sehingga terjadi persaingan perebutan unsur hara yang dapat di
lihat dari pertumbuhan tanaman jagung.
5. dari hasil percobaan studi banding jagung di Desa Bangun Sari lebih unggul bila di
bandingkan dengan daerah lain karena memiliki kesuburan tanah yang cukup dan kualitas
bibit yang baik.
B. SARAN
Hanya inilah hasil penelitian dari kami mengenai budidaya jagung, semoga hasil penelitian
kami ini dapat bermanfaat bagi para petani sebagai landasan dasar pengetahuan budidaya
jagung bagi petani.
ii
DAFTAR PUSTAKA
1. AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Jakarta.
2. Aditya, Agus. 2009. Pengaruh Pupuk Urea. Di akses pada tanggal 28 Januari 2012.
3. Hakim, N. 1896. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung, Lampung.
4. Harry, Dwi. 2010. Asal Usul Tanaman Jagung. Di akses pada tanggal 28 Januari
5. 2012.
6. Poerwowidodo. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.
ii
TUGAS : KO-KURIKULER
STUDI BANDING
BUDIDAYA JAGUNG DI DESA BANGUN SARI KECAMATAN
LASALEPA
DISUSUN OLEH :
NAMA : SUBANDI
STAMBUK : 21208281
PRODI :ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2013
KATA PENGANTAR
ii
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari Study Banding ini belum dapat
dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana
Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan
sampai kepada kita selaku umatnya.
Studi Banding ini penulis membahas mengenai “BUDIDAYA JAGUNG DI DESA BANGUN
SARI KECAMATAN LASALEPA”, dengan Penelitian ini penulis mengharapkan agar dapat
membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Juli 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian........................................................................................... 4
C. Hipotesis........................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
A. Klasifikasi Jagung..........................................................................................5
B. Morfologi Jagung...........................................................................................5
C. Syarat Tumbuh Jagung.................................................................................. 6
D. Hama Penyakit.............................................................................................. 6
E. Teknik Budidaya......................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 10
A. Waktu Dan Tempat....................................................................................... 10
B. Bahan Dan Alat .............................................................................................10
C. Pelaksanaan Penelitian...................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 13
BAB V PENUTUP................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 16
ii
top related