struktur komunitas teripang (holothuroidea di...
Post on 03-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
STRUKTUR KOMUNITAS TERIPANG (HOLOTHUROIDEA)
DI PERAIRAN PULAU LAUT
Mansur, mansurdusungenting@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH
Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc
Dosen Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH
Andy Zulfikar, S.Pi, MP
Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan
Riau. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan April sampai dengan Juni 2015. Metode sampling
dalam penelitian ini menggunakan metode “Random sampling” yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak dengan menggunakan plot berukuran 5 m x 5 m. Jenis teripang yang
dijumpai di perairan Pulau Laut terdiri dari 3 jenis yaitu Jenis Bohadschia argus, jenis Bohadschia
vitiensis, dan jenis Holoturia atra. Kelimpahan teripang berkisar antara 80-380 ind/ha dengan
kelimpahan tertinggi yaitu jenis Holoturia atra. Jenis Teripang Bohadschia arguspola sebarannya
tergolong “Acak”, jenis Bohadschia vitiensisdidapatkan pola sebaran jenisnya tergolong “Acak”,
dan jenis Teripang Holoturidea Atrapola sebaran jenisnya tergolong “Mengelompok”.
Berdasarkan Indeks Nilai Penting, Jenis Holoturia atra memegang peranan penting bagi
komunitas teripang di perairan Pulau Laut, Kabupaten Natuna
Kata kunci: Teripang, Struktur Komunitas, Pulau Laut.
2
ABSTRACT
This research was conducted in the waters of Pulau Laut, Natuna Regency of Riau Islands
province. This study will be conducted from April to June 2015. The sampling method in this
study using the "Random sampling" that sampling is done randomly by using a plot size of 5 m x 5
m. Type of sea cucumber found in the waters of Sea Island consists of three types: Type
Bohadschia argus, Bohadschia vitiensis types and kinds Holoturia atra. An abundance of sea
cucumbers ranged between 80-380 ind / ha with the highest abundance that kind Holoturia atra.
Sea cucumbers kind Bohadschia argus spreading patterns classified as "Random", kind
Bohadschia vitiensis obtained the distribution pattern of species classified as "Random", and type
Teripang Holoturidea Atra distribution pattern of species classified as "clustered". Based on the
Importance Value Index, atra Holoturia type plays an important role for the community of sea
cucumbers at Sea Island waters, Natuna regency
Keywords: Cucumber, Community Structure, Sea Island.
3
PENDAHULUAN
Kabupaten Natuna secara
administratif masuk kedalam Provinsi
Kepulauan Riau yang wilayahnya sebagian
besar merupakan pulau-pulau yang terletak
di Laut China Selatan. Natuna adalah sebuah
gugusan kepulauan di bagian paling utara
Provinsi Kepulauan Riau dengan total luas
wilayah 264.198,37 km² dengan luas daratan
2.001,30 km² dan lautan 262.197,07 km²
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna,
2013). Kabupaten Natuna memiliki
kekayaan dan keragaman sumberdaya
perikanan dan kelautan, seperti potensi
perikanan sebesar 1.197.520 ton, Dinas
Kelautan & Perikanan (2007) dalam
Sukmiwati,(2012).
Namun sampai sekarang belum ada
informasi tentang keberadaan komunitas
teripang ditempat tersebut, oleh sebab itu
perlu dilakukan penelitian tentang Struktur
Komunitas Teripang di Perairan Pulau Laut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan data yang dapat dijadikan
sebagai langkah awal untuk menggali
sumber daya teripang yang dimiliki Pulau
Laut.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di perairan
Pulau Laut, Kabupaten Natuna Provinsi
Kepulauan Riau. Penelitian ini akan
dilaksanakan bulan April sampai dengan
Juni 2015. Untuk lebih jelasnya lokasi
penelitian lihat pada gambar
dibawah ini:
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung
dari lapangan berupa teripang dan data
kualitas perairan.
C. Penentuan Lokasi Sampling
Metode sampling dalam penelitian
ini menggunakan metode “Random
sampling” yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak. Metode sampling
yang digunakan adalah metode sampling
acak sederhana. Titik koordinat penempatan
kuadrat dipilih secara acak pada wilayah
perairan pulau laut, hasil delineasi dari citra
spot 2007 menggunakan Software Visual
Sampling Plan V 7.0. Berdasarkan delineasi
luas keseluruhan wilayah sampling sebesar
46,7616 km² dan didapatkan titik koordinat
sebanyak 53 titik.
D. Prosedur Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuadran tunggal yang ukuran petak
utamanya berukuran 5 m x 5 m dan dibagi
lagi petak kecil dengan ukuran 1 m x 1 m.
1. Identifikasi Holothuroidea
Teripang yang sudah terkumpul
dimasukkan kedalam kantong sampel dan
beri label sesuai dengan lokasi
pengambilannya. Jumlah sampel yang
diambil dari penelititan ini sebanyak yang
dijumpai pada setiap titik koordinat.
Kemudian dihitung dan dicatat teripang
yang ada dalam setiap plot. Untuk
mengidentifikasi teripang sesuai dengan
jenis dengan petunjuk dari
4
http//:www.coremap.or.id dan
http//:www.marinespecies.org. Identifikasi
jenis teripang berdasarkan morfologi dan
warna tubuh. Jenis teripang yang belum
diketahui akan diidentifikasi di
Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan UMRAH.
2. Pengukuran Kualitas Perairan
Pengukuran kualitas perairan
dilakukan dengan satu kali pengulangan.
Parameter yang diukur meliputi suhu,
salinitas, pH, Oksigen Terlarut, kedalaman,
dan substrat.
E. Pengolahan Data
1. Kelimpahan
Dilakukan perhitungan berdasarkan
metode yang dianjurkan oleh krebs (1997)
dalam Jumanto (2013) yaitu : Kelimpahan =
2. Keanekaragaman (H`)
Keanekaragaman suatu biota air
dapat ditentukan dengan menggunakan
teori informasi Shannon-Winner (H’).
Tujuan utama teori ini adalah untuk
mengukur tingkat keteraturan dan
ketidakteraturan dalam suatu sistem.
Keanekaragaman ditentukan berdasarkan
indeks keanekaragaman (Shannon-Winner,
1963 dalam Wati,2013), dengan rumus:
H`= - ni/N ni/N
Dimana :
N = jumlah total individu
ni = jumlah individu dalam setiap spesies
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Winner
Log2 = digunakan untuk hewan bentik bergerak lambat
Dengan nilai :
Nilai H’ > 3= keanekaragaman spesies tinggi
Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 = keanekaragaman spesies
sedang
Nilai H’ < 1 = keanekaragaman spesies rendah
3. Keseragaman (E)
Keseragaman dapat dikatakan
sebagai keseimbangan, yaitu komposisi
individu tiap spesies yang terdapat dalam
suatu komunitas. Rumus keseragaman (
Wati,2013 ) :
E =
Dimana :
E = indeks keseragaman jenis
H` = indeks keseragaman
H`maks = indeks keragaman maksimum
Indeks keseragaman berkisar antara
0-1. Bila indeks keseragaman kurang dari
0,4 maka ekosistem tersebut berada dalam
kondisi tertekan dan mempunyai
keseragaman rendah. Jika indeks
keseragaman antara 0,4 – 0,6 maka
ekosistem tersebut berada pada kondisi
kurang stabil dan mempunyai keseragaman
sedang. Jika indeks keseragaman lebih dari
o,6 maka ekosistem tersebut berada pada
kondisi stabil dan mempunyai keseragaman
tinggi ( Wati, 2013).
4. Dominansi
Untuk menggambarkan jenis teripang
yang paling mendominasi dari jenis yang
lain, dapat diketahui dengan menghitung
nilai dominasinya. Dominasi dapat
dinyatakan dalam indeks dominasi simpson
(Brower, 1989 dalam Saputra,2014), yaitu
dengan rumus:
D =
Keterangan:
D = indeks dominasi Simpson
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total induvidu seluruh jenis
Kriteria :
Apabila nilai D mendekati 0 : tidak
ada jenis yang mendominasi. Apabila nilai
D mendekati 1 : ada jenis yang
mendominasi. Nilai indeks dominasi
berkisar antara 0-1. Semakin besar nilai
indeks semakin besar kecenderungan salah
satu spesies yang mendominasi populasi.
Data yang telah didapatkan
kemudian diidentifikasi dan selanjutnya
dihubungkan dengan parmeter perairan
litoral pulau laut dan dianalisis sehingga
dapat menggambarkan kondisi struktur
komunitas teripang di perairan litoral pulau
laut.
5
5. Pola Sebaran
Sebaran Teripang dihitung dengan
menggunakan rumus Indeks penyebaran
Morista (Soegianto, 1994 dalam Satria,
2014) yaitu:
Id=
Keterangan :
Id = indeks sebaran
n = jumlah petak
N = jumlah total individu dari suatu jenis
X = penjumlahan kuadrat individu pada
petak k- i
Bila :
Id = 1 maka pola sebaran individunya acak
Id < 1 maka pola sebaran individunya
merata
Id > 1 maka pola sebaran individunya
berkelompok
Selanjutnya x²hitung yang didapat
dibandingkan dengan x²tabel apabila
x²hitung lebih besar dari x²tabel dapat
dikatakan bahwa bentuk penyebaran berbeda
nyata dengan acak dan sebaliknya apabila
x²hitung lebih kecil dari x²tabel dapat
dikatakan bahwa bentuk penyebaran tidak
berbeda nyata dengan acak.
6. Kepadatan Jenis (Di)
Kepadatan jenis adalah jumlah
individu per satuan luas. Kepadatan masing-
masing jenis pada setiap titik koordinat
dihitung dengan menggunakan rumus
(Odum,1971) dalam (Jumanto, 2013):
Di =
Dimana :Di = kepadatan
jenis (individu/ 1 m²)
ni= jumlah total
individu jenis (individu)
A = luas area
yang di sampling (m²)
7. Kepadatan Relatif (RDi)
Kepadatan relatif adalah
perbandingan antara jumlah individu jenis
dan jumlah total individu seluruh jenis
(Odum, 1971) dalam (Jumanto, 2013)
RDi = x 100
Diaman :
RDi = kepadatan relatif
Ni = jumlah total jenis i (individu)
= jumlah total individu seluruh jenis
8. Frekuensi Jenis ( Fi)
Frekuensi jenis adalah peluang
suatu jenis ditemukan dalam titik contoh
yang diamati. Frekuensi jenis dihitung
dengan rumus (Odum, 1971) dalam
(Jumato,2013):
Fi =
Dimana:
Fi = frekuensi jenis
pi = jumlah petak contoh dimana ditemukan
jenis i
= jumlah total petak contoh yang
diamati
9. Frekuensi Relatif (RFi)
Frekuensi relatif adalah
perbandingan antara frekuensi jenis (Fi)
dengan jumlah frekuensi semua jenis (
) (Odum, 1971) dalam (Jumanto,
2013):
RFi =
Diaman :
RFi = frekuensi relatif
Fi = frekuensi jenis i
= jumlah frekuensi semua jenis
10. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks nilai penting digunakan
untuk menghitung dan menduga secara
keseluruhan dari peranan satu jenis dalam
suatu komunitas. Semakin tinggi nilai INP
6
suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya
maka semakin tinggi peranan jenis tersebut
pada komunitasnya. Nilai indeks penting
berkisar 0 – 200. Rumus yang digunakan
dalam menghitung INP adalah (Brower et al,
1989) dalam ( jumanto, 2013):
INP = Rfi + RDi
Keterangan :
INP = Indeks Nilai Penting
Rfi = frekuensi relatif
RDi = kepadatan relatif
F. Analisis Data
Data kelimpahan, keanekaragaman,
keseragaman, dominansi dan pola sebaran
akan dibandingkan dengan kelimpahan,
indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman, indeks dominansi dan indeks
nilai penting. Indeks nilai penting akan
memberikan gambaran peranan suatu jenis
teripang dengan kisaran 0 - 200. Data pola
sebaran akan diuji dengan indeks morisita,
kemudian disajikan kedalam bentuk tabel
dan dikelompokkan sesuai dengan tipe
sebarannya. Selanjutnya hasil sebaran
tersebut akan dianalisis secara deskriptif
dengan studi literatur dan penelitian
terdahulu.
Data kualitas perairan akan
disajikan dalam bentuk tabel dan
dibandingkan dengan standar baku mutu
sesuai dengan KEPMEN LH NO 51-2004
Lampiran III tentang baku mutu untuk biota
air laut. Sedangkan untuk parameter perairan
untuk teripang akan mengacu pada literatur
dan penelitian terdahulu. Data hasil analisis
indeks-indeks diatas akan dihubungkan
dengan analisis kualitas perairan sehingga
dapat diambil kesimpulan kondisi struktur
komunitas teripang diperairan pulau laut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Teripang yang ditemukan di
Perairan Pulau Laut
1. Bohadschia argus
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Bohadschia
Spesies : Bohadschia
argus
2. Bohadschia vitiensis
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Bohadschia
Spesies : Bohadschia
vitiensis
3. Holothuroidea atra
K
kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria atra
7
B. Tipe Habitat Teripang di Perairan
Pulau Laut
Dari beberapa jenis habitat bagi teripang di
perairan Pulau Laut di dapatkan 3 jenis
habitat bagi teripang diantaranya jenis
habitat Lamun, berpasir, dan daerah terumbu
karang. Dari penelitian yang dilakukan tipe
habitat bagi teripang di perairanb Pulau Laut
dapat dilihat pada table.
Jenis Teripang Tipe Habitat Teripang
Lamun Berpasir Terumbukarang
Bohadschia argus - - +
Bohadschia
vitiensis - + -
Holoturia atra + + +
sumber: data penelitian 2015 ket: + = ditemukan
Jenis Bohadschia argus memiliki
sebaran habitat pada area terumbu karang,
sedangkan untuk jenis Bohadschia vitiensis
dijumpai memiliki habitat pada wilayah
berpasir, dan jenis Holoturia atra memiliki
tipe habitat pada area lamun, berpasir,
maupun terumbu karang. Dari hasil tersebut,
mencirikan bahwa jenis teripang Holoturia
atra memiliki sebaran habitat yang luas
sehingga dari kelimpahannya lebih tinggi
karena dijumpai dengan berbagai tipe
habitat.
C. Struktur Komunitas Teripang di
Perairan Pulau Laut
1. Kelimpahan Jenis
Kelimpahan individu
menggambarkan nilai banyaknya suatu
individu teripang per satuan luas
pengamatan (m2). Dari hasil
pengamatan diketahui bahwa
kelimpahan teripang dari 3 jenis yang
dijumpai dapat dilihat pada tabel.
No Jenis Jumlah
(Ni)
Ki
(ind/m²)
Ki
(ind/ha) Kr
1 Bohadschia
argus 2
0.0015 15 25
2 Bohadschia
vitiensis 1
0.0008 8 12.5
3 Holoturia atra
5 0.0038 38 62.5
N 8 0.0060 60 100
Kelimpahan jenis teripang yang
terdiri dari 3 spesies yakni jenis Bohadschia
argus memiliki kelimpahan sebesar 0,0015
ind/m2 dan jika diakumulasikan dalam
satuan hektar menjadi 15 ind/ha. Jenis
Bohadschia vitiensis memiliki kelimpahan
sebesar 0,0008 ind/m2
dengan jumlah hektar
sebesar 8 ind/ha. Kemudian jenis Holoturia
atra memilki kelimpahan sebesar 0,0038
ind/m2 dengan akumulasi kelimpahan dalam
hektar sebesar 38 ind/ha. Total kelimpahan
teripang di perairan Pulau Laut sebesar
0,0060 ind/m2atau dengan total kelimpahan
dalam hektar sebesar 60 ind/ha.
Kelimpahan jenis teripang pada
ekosistem lamun lebih tinggi yaitu berkisar
sebesar 0,65 - 0,96 ind/m2, dibandingkan
pada ekosistem terumbu karang berkisar
0.52 - 0.59 ind/m2 (Kumala, 2015). Melihat
dari hasil tersebut maka kelimpahan teripang
pada perairan Pulau Laut sangatlah rendah.
Diasumsikan karena adanya penangkapan
yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
untuk dijual mengingat teripang merupakan
salah satu biota yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Grafik kelimpahan relatif
teripang di perairan Pulau Laut, dapat dilihat
pada gambar.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
bahwa jenis Bohadschia argus memiliki
kelimpahan relatif sebesar 25%. Jenis
Bohadschia vitiensis memiliki kelimpahan
relatif sebesar 12%. Kemudian jenis
Holoturia atra memiliki kelimpahan relatif
sebesar 63%. Kelimpahan jenis teripang
tertinggi di perairan Pulau Laut, Kabupaten
Natuna adalah jenis H.atra. Diduga tipe
substrat yang cukup mendukung bagi
kehidupan jenis teripang ini yang dominan
pasir. Namun disamping itu, kelimpahan
yang tinggi pada jenis H.atra diduga karena
jenis ini memiliki pertumbuhan yang lebih
cepat dibanding dengan jenis lainnya.
Kelimpahan tertinggi pada
ekosistem lamun yaitu padajenis H. atra, hal
ini diduga karena substrat yang ada
didominasi oleh pasir, H. atra yang
8
memiliki kebiasaan melindungi diri dari
sinar matahari dengan melumuri dirinya
dengan pasir dapat dilakukan dengan
mudah. Banyaknya pasir yang melumuri
tuhuh teripang di wilayah ini menyebabkan
tubuh teripang tidak terlalu panas drai
pantulan cahaya matahari. Tingginya
kelimpahan H. atra diduga terkait dengan
carareproduksinya, dan sifatnya yang
termasuk kelompok fissiparous. Selain itu H.
atra juga berpotensi untuk bereproduksi
dengan membelah diri sehingga
memungkinkan H.atra dapat bereproduksi
dengan tidak terpacu dalam bulan-bulan
tertentu (Komala, 2015).
2. Frekuensi Jenis
Frekuensi jenis teripang
menggambarkan peluang kehadiran jenis
teripang pada setiap titik pengamatan,
semakin tinggi nilai frekuensinya maka akan
semakin tinggi pula peluang dijumpai jenis
tersebut. Jika nilai frekuensinya sama
dengan 1 artinya frekuensi jenis yang
dijumpai setiap dijumpai jenis individu
tersebut. Nilai frekuensi dapat dilihat pada
No Jenis Jumlah(Ni) Fi Fr
1 Bohadschia
argus 2
0.0377 28.57
2 Bohadschia
vitiensis 1
0.0189 14.29
3 Holoturia atra 5
0.0755 57.14
N 0.1321
100
sumber: data penelitian 2015
Frekuensi jenis teripang yang
terdiri dari 3 spesies yakni jenis Bohadschia
argus memiliki nilai frekuensi sebesar 0.038
dan jenis Bohadschia vitiensis memiliki nilai
frekuensi sebesar 0.0189. Kemudian jenis
Holoturia atra memiliki nilai frekuensi
sebesar 0.076. Nilai frekuensi jenis dapat
dilihat pada gambar 20.
Frekuensi relatif jenis teripang yang
terdiri dari 3 spesies yakni jenis Bohadschia
argus memiliki nilai frekuensi relatif sebesar
29% dan jenis Bohadschia vitiensis memiliki
nilai frekuensi relatif sebesar 14%.
Kemudian jenis Holoturia atra memiliki
nilai frekuensi relatif sebesar 57%. Nilai
frekuensi tertinggi terjadi pada jenis
Holoturia atra. Frekuensi merupakan suatu
pengamatan komunitas yang erat kaitannya
dengan tingkat kehadiran suatu organisme
dalam setiap petak pengamatan yang
dilakukan. Organisme yang memiliki tingkat
kehadiran jenis tinggi pada setiap plot
pengamatan mencirikan bahwa jenis tersebut
memiliki pola sebaran acak sehingga
tersebar di sepanjang zona perairan laut
(Fachrul, 2007).
3. Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting dianalisis untuk
mengetahui peran suatu jenis dalam suatu
komunitas. Semakin tinggi nilai indeks
pentingnya makan semakin tinggi pula peran
jenis tersebut dalam komunitasnya. Hasil
perhitungan Indeks Nilai Penting dapat
dilihat pada tabel
No Jenis Kr(%) Fr(%) INP
1 Bohadschia argus
25 28.57 53.57
2 Bohadschia
vitiensis 12.5 14.29 26.79
3 Holoturia
atra 62.5 57.14 119.64
N 100 100 200
sumber: data penelitian 2015
9
Indeks Nilai Penting jenis teripang
yang terdiri dari 3 spesies yakni jenis
Bohadschia argus memiliki nilai Indeks
Nilai Penting sebesar 53,57% dan jenis
Bohadschia vitiensis memiliki nilai Indeks
Nilai Penting sebesar 26,79 %, Kemudian
jenis Holoturia atra memiliki nilai Indeks
Nilai Penting sebesar 119,64%, dengan
demikian Indeks Nilai Penting tertinggi pada
jenis Holoturia atra. Dari hasil tersebut
terlihat bahwa jenis teripang yang paling
berpengaruh dalam suatu struktur komunitas
teripang di perairan Pulau Laut, Kabupaten
Natuna adalah jenis Holoturia atra. Jenis
Holoturia atra memegang peranan penting
bagi komunitas teripang, sehingga apabila
terjadi penurunan populasi terhadap
Holoturia atra secara ekologi akan
menggambarkan penurunan populasi bagi
semua jenis teripang yang hidup di perairan
Pulau Laut.
D. Pola Sebaran Jenis Teripang di
Perairan Pulau Laut
Penentuan sebaran jenis Teripang
dengan menggunakan Indeks Sebaran
Morisita dimaksudkan untuk mengetahui
pola sebaran jenis yang didapat berupa
seragam, mengelompok, atau acak. Hasil
analisis pola sebaran jenis Teripang dapat
dilihat pada table.
Jenis Id Sebaran Kategori Id
Bohadschia argus 0.00 Acak < 1 : Acak
= 1 : Seragam
> 1 :
Mengelompok
Bohadschia vitiensis
0.00 Acak
Holoturia atra 5.30 Mengelompok
sumber: data penelitian 2015
Dari hasil analisis pola sebaran
jenis Teripang Bohadschia argus didapatkan
nilai Id= 0.00. Dari hasil tersebut maka
didapatkan nilai Id < 1 sehingga pola
sebaran jenis Teripang tergolong “Acak”.
Dari hasil analisis pola sebaran jenis
Teripang Bohadschia vitiensis didapatkan
nilai Id= 0.00. Dari hasil tersebut maka
didapatkan nilai Id < 1 sehingga pola
sebaran jenis Teripang tergolong “Acak”.
Dari hasil analisis pola sebaran jenis
Teripang Holoturidea Atra didapatkan nilai
Id= 5.30. Dari hasil tersebut maka
didapatkan nilai Id > 1 sehingga pola
sebaran jenis Teripang tergolong
“Mengelompok”.
Menurut (Odum, 1993) dalam
(Nurita, 2014), pola penyebaran secara acak
relatif jarang terjadi secara alami dan
biasanya terjadi hanya bila kondisi
lingkungan sangat seragam dan tidak ada
tekanan terhadap populasi. Penyebaran
secara seragam mungkin terjadi apabila
kompetisi atau persaingan antar individu-
individu sangat kuat sehingga terjadi
pembagian wilayah yang sangat merata antar
setiap individu. Pola penyebaran
mengelompok dengan tingkat
pengelompokan yang bermacam-macam
merupakan bentuk penyebaran yang paling
umum terjadi karena individu-individu
dalam populasi cenderung membentuk
kelompok dalam berbagai ukuran.
Pola sebaran mengelompok,
berkaitan erat dengan hewan bentik untuk
memilihdaerah yang akan ditempatinya,
khususnya substrat yang ada. Tipe substrat
tertentu akan menarik atau menolak jenis
hewan bentik untuk mendiami serta faktor-
faktorfisik kimia yang berpengaruh pada
kehidupan hewan bentik.Terdapatnya
hewanbentik dewasa berarti daerah tersebut
cocok untuk habitat hidup. Kemampuan
hewan bentik memilih daerah untuk menetap
serta kemampuannya untuk menunda
metamorfosis membuat penyebarannya tidak
acak (Nybakken,1998 dalam Utami,2012).
E. Indeks Keanekaragaman,
Keseragaman, dan Dominansi
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman,
keseragaman serta dominansi Teripang
didapatkan hasil seperti pada tabel
10
sumber: data penelitian 2015
Hasil Indeks Keanekaragaman
sebesar 1,30 dengan kategori
keanekaragaman “sedang” artinya kondisi
perairan masih layak bagi kehidupan
Teripang. Keanekaragaman suatu biota air
dapat ditentukan dengan menggunakan teori
informasi Shannon-Winner (H’). Tujuan
utama teori ini adalah untuk mengukur
tingkat keteraturan dan ketidakteraturan
dalam suatu sistem. Keanekaragaman
ditentukan berdasarkan indeks
keanekaragaman dengan Nilai H’ > 3 =
keanekaragaman spesies tinggi, Nilai H’ 1 ≤
H’ ≤ 3= keanekaragaman spesies sedang,
Nilai H’ < 1= keanekaragaman spesies
rendah (Shannon-Winner, 1963 dalam Wati,
2013).
Sedangkan untuk nilai indeks
keseragaman sebesar 0,82 terkategorikan
keseragaman yang “tinggi” yang mencirikan
bahwa selisih antara jumlah jenis lebih
seragam yang mencirikan bahwa keadaan
perairan dalam kondisi yang masih baik bagi
kehidupan Teripang. Indeks keseragaman
berkisar antara 0-1. Bila indeks
keseragaman kurang dari 0,4 maka
ekosistem tersebut berada dalam kondisi
tertekan dan mempunyai keseragaman
rendah. Jika indeks keseragaman antara 0,4
– 0,6 maka ekosistem tersebut berada pada
kondisi kurang stabil dan mempunyai
keseragaman sedang. Jika indeks
keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem
tersebut berada pada kondisi stabil dan
mempunyai keseragaman tinggi ( Wati,
2013).
Hal tersebut dapat dilihat juga
dengan nilai indeks dominansi sebesar 0,47
yang artinya tidak ada jenis yang dominan
mengusai jumlah Teripang di perairan Pulau
Laut atau dapat dikatakan dominansi dalam
kategori “rendah”. Apabila nilai D
mendekati 0 : tidak ada jenis yang
mendominasi. Apabila nilai D mendekati 1 :
ada jenis yang mendominasi. Nilai indeks
dominasi berkisar antara 0-1. Semakin besar
nilai indeks semakin besar kecenderungan
salah satu spesies yang mendominasi
populasi. Data yang telah didapatkan
kemudian diidentifikasi dan selanjutnya
dihubungkan dengan parmeter perairan
pulau laut dan dianalisis sehingga dapat
menggambarkan kondisi struktur komunitas
teripang di perairan pulau laut.
F. Pengukuran kualitas Perairan
Pertumbuhan biota laut di daerah pasang
surut sangat tinggi, disebabkan karena
daerah ini merupakan tempat hidup, tempat
berlindung, dan tempat mencari makan.
Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah
ini sangat menguntungkan bagi
pertumbuhan biota laut karena adanya
dukungan dari faktor lingkungan. Parameter
kualitas air sangat mempengaruhi kondisi
habitat lingkungan hidup teripang seperti
ekosistem padang lamun dan ekosistem
terumbu karang. Dalam penelitian ini
parameter yang diukur yaitu suhu, salinitas,
derajad keasaman, oksigen terlarut,
kedalaman dan substrat. Hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel
Parameter Satua
n
Rata-
rata
Kisaran
Toleransi
Teripang
Baku Mutu Biota
Laut
(KepMen LH No 51
Th. 2004)
Suhu °C 29,42 23-32
(Kordi,2010) 28-30°C
Salinitas ‰ 30,97 28-32
(Widodo,201
0)
33-34‰
pH - 7,38
7,5-8,6
(Sutaman,
(1992) dalam Satria, dkk,
2014)
7-8.5
DO Mg/L 7,57 4-8
(Kordi,2010) > 5 mg/L
Kedalaman Cm 259,68 154- 353 -
Substrat - Pasir -
sumber: data penelitian 2015
Hasil pengukuran suhu diperoleh
rata-rata untuk semua titik yaitu 29,42°C
dengan kisaran suhu 28,33-30,24°C.
Pertumbuhan dan kehidupan biota sangat
dipengaruhi oleh suhu air. Tiap organisme
perairan mempunyai batas toleransi yang
berbeda terhadap perubahan suhu perairan
bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme
perairan. Suhu juga mempengaruhi fungsi
fisiologi organisme, memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap
berbagai parameter kualitas perairan lainnya.
Indeks Nilai Keterangan
indeks Kategori
Keanekaragaman 1.30 Sedang
H`> 3 : Tinggi
H`1≤ H`≤ 3 :
Sedang
H`< 1 : Rendah
Keseragaman 0.82 Tinggi
E < 0.4 : Rendah
E antara 0.4-0.6 :
Sedang
E > 0.6 : Tinggi
Dominansi 0.47 Rendah
D mendekati 0 : tidak ada yang
mendominasi
D mendekati 1 : ada yang
mendominasi
11
Menurut Kordi (2010), kisaran suhu air yang
memenuhi pertumbuhan teripang yaitu 23-
32°C. maka, dari pernyataan tersebut,
kisaran suhu pada lokasi penelitian masih
ideal untuk keberlangsungan hidup teripang.
Tabel hasil pengukuran kualitas
perairan diatas, menunjukkan bahwa nilai
rata-rata untuk salinitas adalah 30,97‰,
dengan kisaran angka 28,06-37,02‰.
Menurut Pawson (1976) Aziz (1996) dalam
Rumahlatu dkk.,(2008), holothuroidea dapat
menyesuaikan diri pada salinitas 30-37 ‰.
Teripang yang hidup didalam ekosistem
lamun dan terumbukarang juga memiliki
kadar toleransi terhadap salinitas. Menurut
Agusta, dkk (2012) dalam Kumala (2015),
teripang pada umumnya menyukai perairan
yang bersih dan jernih. Perubahan salinitas
melebihi 3 ‰ dari kisaran ekstrim dapat
menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit
yang dalam kondisi ekstrim dapat
menyebabkan kematian teripang. menurut
Sutaman (1992) dalam Satria, dkk., (2014),
bahwa salinitas yang baik untuk kehidupan
teripang berkisar antara 26‰-33‰. Melihat
dari hasil penelitian maka, kisaran salinitas
dilokasi penelitian masih sangat cocok untuk
keberlangsungan hidup teripang.
Nilai rata-rata pH dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel diatas yaitu 7,38
dengan kisaran 7-8,27. Nilai pH perairan
merupakan salah satu parameter yang
penting dalam pemantauan kualitas
perairan. Organisme perairan mempunyai
kemampuan berbeda dalam mentoleransi pH
perairan. Kematian lebih sering diakibatkan
karena pH yang rendah dari pada pH yang
tinggi (Pescod, 1973) dalam ( Nurita, 2014).
Menurut pendapat (Soesono, 1988) dalam
(Nurita, 2014), bahwa pengaruh pH bagi
organisme sangat besar dan penting, kisaran
pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju
pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya
dapat mematikan dan tidak ada laju produksi
sedangkan pH 6,5 – 9 merupakan kisaran
optimal dalam suatu perairan. Nilai pH yang
konstan berpengaruh terhadap aktivitas
enzim, karena enzim memiliki efisien yang
optimum pada nilai pH yang spesifik.
Menurut Sutaman (1992) dalam Satria, dkk
(2014), pH air yang cocok untuk teripang
antara 7,5 – 8,6. Jika dilihat dari kisaran
hasil penelitian dengan referensi tersebut,
maka kondisi pH air dilokasi penelitian
masih alami dan masih sangat ideal untuk
kehidupan teripang.
Pengukuran kandungan oksigen
terlarut dari semua titik koordinat didapat
nilai rata-ratanya sebesar 7,57 dengan
kisaran 7,01- 8,21. Jumlah oksigen akan
menentukan jumlah bahan bakar yang akan
dibentuk oleh aktivitas biota. Saeni (1988)
dan Anonimus (1992) dalam Karyawati,dkk
(2004) bahwa sumber utama oksigen dalam
perairan adalah hasil difusi dari udara,
terbawa melalui presipitasi dan hasil
fotosintesis fitoplankton sehingga kebutuhan
oksigen di alam lebih tercukupi. Sedangkan
menurut Afrianto (1998), dalam Karyawati,
dkk (2004), aliran air mampu menyediakan
kandungan oksigen terlarut dalam perairan.
Oks igen t er larut yang memenuhi
syarat pertumbuhan teripang yaitu 4-8 ppm
(Kordi, 2010). Melihat dari kisaran hasil
penelitian kandungan oksigen dilokasi
tersebut masih sangat mendukung
keberlangsungan hidup teripang.
kedalaman air dalam penelitian ini
nilai rata-ratanya 259,68 cm dengan kisaran
154-353 cm. Teripang hidup pada
kedalaman yang berlainan mempunyai
adaptasi dalam melakukan respirasi untuk
bisa mempertahankan hidup pada
lingkungannya. Kedalaman habitat teripang
yang bervariasi menunjukkan bahwa
teripang dapat hidup pada kedalaman yang
berbeda-beda. Kedalaman sangat
berhubungan dengan kecerahan perairan.
Kedalaman yang tinggi membuat penetrasi
cahaya semakin tinggi, faktor ini sangat
berhubungan dengan ketersediaan cahaya
dan tingkat kecerahan perairan. Kedalaman
perairan berpengaruh terhadap tingkat
intensitas cahaya matahari yang masuk
kedalam suatu perairan. Kecerahan air
dipengaruhi oleh intensitas dari matahari,
keadaan awan dan kondisi perairan tersebut.
Kecerahan perairan berhubungan dengan
kesuburan perairan yaitu berlangsungnya
kegiatan fotosintesis oleh plankton yang
membutuhkan sinar matahari. Kecerahan
yang mencapai kedalaman jauh kedasar
perairan memungkinkan masih
berlangsungnya kegiatan fotosintesis oleh
plankton sampai kedasar perairan (Saputra,
2001) dalam Satria, dkk (2014).
12
Hasil analisa jenis substrat dilokasi
penelitian berdasarkan skala Wenwoth
(Selley, 1998) dalam (Siswanto, 2011),
menunjukkan bahwa sampel substrat
dilokasi penelitian berupa jenis pasir halus.
Laut menerima beraneka materi, baik yang
larut maupun berupa padatan, dari berbagai
sumber berbeda. Sedimen merupakan
partikel yang berasal dari hasil
pembongkaran batuan dan potongan kulit
(shell) serta sisa rangka dari organisme laut
(Sahala dan Stewert, 1986) dalam
(Siswanto, 2011). Ukuran partikel sedimen
merupakan satu faktor ekologi utama dalam
mempengaruhi struktur komunitas
makrobentik seperti kandungan bahan
organik sedimen. Penyebaran makrobentos
yang dengan jelas berkorelasi dengan tipe
sedimen. Kebanyakan echinodermata
mempunyai sifat penggali pemakan defosit
cenderung melimpah pada sedimen lumpur
dan sedimen lunak yang merupakan daerah
yang mengandung bahan organik yang
tinggi ( Nybakken, 1988 dalam Jumanto,
2013). Dengan melihat kondisi substrat pada
lokasi penelitian yang lebih dominan pasir
halus sehingga baik bagi kehidupan
teripang, seperti yang diketahui bahwa
kondisi substrat yang lebih halus baik bagi
kehidupan teripang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jenis teripang yang dijumpai
diantaranya Bohadschia argus,
Bohadschia vitiensis, dan jenis
Holoturia atra. Dari ke 3 jenis
tersebut, mencirikan bahwa jenis
teripang Holoturia atra memiliki
kelimpahan paling tinggi, namun
secara keseluruhan kelimpahan
teripang di perairan Pulau Laut
tergolong rendah.
2. Nilai frekuensi tertinggi terjadi
pada jenis Holoturia atra,
mencirikan bahwa jenis ini
memiliki peluang tingkat kehadiran
tertinggi suatu komunitas teripang
dalam setiap petak pengamatan
yang dilakukan.
3. Indeks Nilai Penting tertinggi pada
jenis Holoturia atra. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa jenis
teripang yang paling berpengaruh
dalam suatu struktur komunitas
teripang di perairan Pulau Laut,
Kabupaten Natuna adalah jenis
Holoturia atra. Jenis Holoturia
atra memegang peranan penting
bagi komunitas teripang
4. Jenis teripang yang dijumpai
diantaranya Bohadschia argus
memiliki sebaran acak, Bohadschia
vitiensis memiliki sebaran acak,
dan jenis Holoturia atra memiliki
sebaran mengelompok, dengan
demikian pola sebaran komunitas
teripang lebih dominan acak.
5. Indeks Keanekaragaman kategori
keanekaragaman “sedang” artinya
kondisi perairan masih layak bagi
kehidupan Teripang. Sedangakan
untuk nilai indeks keseragaman
terkategorikan keseragaman yang
“tinggi” yang mencirikan bahwa
selisih antara jumlah jenis lebih
seragam. Indeks dominansi
mencirikan tidak ada jenis yang
dominan mengusai jumlah
Teripang di perairan Pulau Laut
Natuna atau dapat dikatakan
dominansi dalam kategori
“rendah”.
6. Hasil pengukuran kualitas perairan
di Pulau Laut secara umum masih
alami dan masih cocok untuk
keberlangsungan hidup teripang
karena masih dalam kisaran angka
baku mutu KepMen LH No. 51
2004 untuk biota laut.
B. Saran
1. Diharapkan dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut yang fokus
pada studi biologi teripang,
sehingga dapat diketahui
karakteristik biologinya untuk
dilakukannya budidaya teripang
sebagai upaya menjaga
kelestariannya.
2. Dilakukan penelitian terkait dengan
kelimpahan teripang pada
perbedaan tipe habitatnya (terumbu
karang, lamun, serta pasir) sehingga
diperoleh informasi mengenai
habitat khusus bagi jenis teripang
yang ada.
13
3. Melakukan penelitian dari aspek
pemanfaatan teripang oleh
masyarakat sehingga diketahui nilai
pemanfaatannya, arah
pemanfaatannya, serta manfaat
ekonomi yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna.
2013. Natuna dalam Angka
COREMAP. 2007. Program Rehabilitasi dan
Pengelolaan Terumbu Karang.
Diakses pada bulan November
2014.http://www.coremap.or.id/dati
n/echino/?&start=20
WoRMS.Worl register of marine species.
Diakses pada bulan Februari 2015.
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=
taxlist.
Jumanto.2013. StrukturKomunitas
Echinodermata di Padang Lamun
Perairan Desa Pengudang
Kecamatan TelukSebong
Kabupaten Bintan.Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang.
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara
Junianto, D. 2013. Studi Ekologi Teripang
(Holothuroidea) di Perairan Desa
Pengudang Kabupaten
Bintan.Skripsi.Universitas Maritim
Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Karyawati. T, Retno H, Esti R. 2004.
Konsumsi Oksigen Teripang Hitam
(Holothuria atra) Sistem Statis dan
Sistem Dinamis. Jurnal Jurusan
Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro Semarang
Kepmen LH No 51 Tahun 2004 Lampiran
III tentang Baku Mutu Air Laut
untuk Biota Laut
Kumala. R. 2015. Keanekaragaman
teripang pada ekosistem lamun dan
terumbu karang di Pulau Bira
Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1
(2): 222-226: UNJ: Jakarta
Kordi, K.M.G.H., dan Tancung,A.B.
2007.Pengelolaan Kualitas
Air.Rineka Cipta: Jakarta
Kordi, K.M.G.H. 2010.Budi Daya Biota
Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik,
Dan Obat-obatan. Lily Publisher:
Yogyakarta
Nontji, A. 1993.Laut Nusantara.Djambatan:
Jakarta.
Nurita. E. 2014. Pola Sebaran Dan Struktur
Komunias Pelecypoda Di Perairan
Ekosistem Padang Lamun Desa
Pengudang Kecamatan Teluk
Sebong Kabupaten Bintan
Kepulauan Riaus kripsi.
UniversitasM aritim Raja Ali Haji.
Radjab, A.W., dan Darsono, P. 2004.
Penyebaran dan Kepadatan
Teripang Di Perairan Natuna,
Riau. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
Makassar. 64-69.
Romimohtarto, K.,dan Juwana, S., 2007.
Biologi Laut. Djambatan: Jakarta
Rumahlatu, A., Gofur, A., dan Sutomo, H.
2008. Hubungan Faktor Fisik-
Kimia Lingkungan Dengan
Keanekaragaman Echinodermata
Pada Daerah Pasang Surut Pantai
Kairatu. MIPA. Universitas
Pattimura: Malang.77-85.
Saputra, I. 2014. Keanekaragaman dan
Distribusi Pelecypoda Diperarian
Desa Berakit Kabupaten
Bintan.skripsi. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
Satria, M. 2014. Keanekaragaman dan
Distribusi Gastropoda Di Perairan
Desa Berakit Kabupaten
Bintan.skripsi. Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
Satria, G.G.A, Sulardiono, B., dan Purwanti,
F. 2014. Kelimpahan JenisTeripang
Di Perairan Terbuka dan Tertutup
Pulau Panjang Jepara, Jawa
Tengah. Vol. III. Diponegoro
Journal of Maquares. Jawa Tengah.
108-115.
14
Siswanto, A.D., 2011. Kajian Sebaran
Substrat Sedimen Permukaan
Dasar Di Perairan Pantai
Kabupaten Bangkalan. EMBRYO
VOL. 8 NO. 1. Jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo, Madura
Sukmiwati,M.,.2012. Keanekaragaman
Teripang (Holothuroidea) di
Perairan Bagian Timur Pantai
Natuna Kepulauan Riau.Jurnal
Natur Indonesia. LIPI. Jakarta
Utara. 131-137
Utami, D.K., 2012. Studi Bioekologi Habitat
Siput Gonggong (Strombus
Turturella) di Desa Bakit, Teluk
Klabat, Kabupaten Bangka
Barat, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Wati, T. K. 2013. Keanekaragaman
Gastropoda di Padang Lamun
Desa Pengudang Kabupaten
Bintan. Skripsi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang
Widodo, A., 2010. Budidaya Teripang (
Khasiat dan Cara Olah Untuk
Pengobatan). Pustaka Baru :
Yogyakarta
Yusron, E., dan Widianwari, P. 2004.
Struktur Komunitas Di Beberapa
Pantai Kai Besar, Maluku
Tenggara. Vol. VIII. Pusat
Penelitian Oseanografi, LIPI.
Jakarta. 15-20.
Yassir, I., dan Omon, R.M. 2003. Hubungan
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
dengan Sifat-Sifat Tanah pada
Lahan Kritis di Samboja, KalTim.
Fakultas Kehutanan UNMUL.
RIMBA. 48-54.
top related