status kualitas lingkungan perairan...
Post on 06-Feb-2018
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
STATUS KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN BIRINGKASSI KABUPATEN PANGKEP DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA
THE STATUS OF WATER QUALITY ENVIRONMENT OF BIRINGKASSI IN PANGKEP DISTRICT AND ITS ENVIRONMENTAL MANAGEMENT
Nur Indah Sari Arbit1, Ambo Tuwo2, Farid Samawi2
1Universitas Cokroaminoto
2Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Nur Indah Sari Arbit Jl Perintis Kemerdekaan Km 9 (Komp Hartaco Jaya Blok A1/5 Makassar Sulawesi Selatan HP: 085299815119 Email: adinda.2013@gmail.com
2
ABSTRAK
Perairan Biringkassi mempunyai peran penting bagi masyarakat di sekitarnya. perairan ini mendukung kegiatan perekonomian sehingga penting untuk tetap menjaga kualitas perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kualitas lingkungan di perairan Biringkassi dan strategi pengelolaannya. Pengamatan dilakukan pada bulan September (musim kemarau) dan Februari (musim hujan) dengan stasiun penelitian berjumlah 7 stasiun. Metode penelitian untuk kualitas lingkungan perairan menggunakan parameter fisika (suhu, pH, Kecepatan arus dan tekstur dasar), kimia (DO, BOD, COD) dan biologi (komposisi dan kepadatan Makrozoobentos) dengan masing-masing tiga kali ulangan tiap stasiun. Strategi pengelolaannya menggunakan metode wawancara dan pemberian kuesioner. Analisis data untuk kualitas lingkungan menggunakan Indeks Pencemaran, Indeks Ekologi dan untuk Strategi Pengelolaan menggunakan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Hasil penelitian kualitas lingkungan menunjukkan indeks pencemaran berkisar 4.5472-9.6054 sehingga ini menunjukkan status lingkungan berada dalam keadaan tercemar ringan sampai sedang. Indeks ekologi makrozoobentos menunjukkan komposisi dan sebaran jenis yang mendominasi dari jenis Cerithidae cingulata kelas Gastropoda. Strategi pengelolaan yang dihasilkan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan, menurunkan limbah domestik dan pertambakan yang masuk ke perairan dan meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove.
Kata Kunci: Perairan Biringkassi, Parameter, Analisis SWOT, Pengelolaan.
ABSTRACT
Waters biringkassi have an important role for the surrounding community. These waters support the activities of economy so important to keep the quality of these waters. Research is aimed to know the status of the quality of the environment in Biringkassi waters and strategies its management. The observation is made in september (dry season) and february (rainy season) to your station research 7 the station. A method of research to the environment waters quality use physical parameters (temperature, ph the speed of the current and the texture of basic), chemical, (DO. BOD, COD) and biologist (composition and density makrozoobentos) with each three times deut every station. Using methods interview its management strategy and the awarding of a questionnaire. Analysis of data to the environmental pollution, uses index the index of ecology to strategy and management training (strength, use analysis as well weakness, opportunity and threat). An research result of the environmental pollution show index 4.5472-9.6054 so this shows the status of the environment be in a state tainted light to moderate. Ecology makrozoobentos index showing composition and to scatter type who dominated of a kind of Cerithidae cingulata a class of Gastropoda. Management strategy that is produced is to increase knowledge of a community waters, concerning the impact of pollution lower domestic waste and embankment entering waters and increase the number of herbs mangrove.
Key Words: Biringkassi, Water Parameters, SWOT Analysis, Management.
3
PENDAHULUAN
Perairan Biringkassi mempunyai peran penting bagi masyarakat di sekitarnya karena
sangat mendukung kegiatan perekonomian, sehingga tercipta kesejahteraan bagi masyarakat
itu sendiri. Mengingat pentingnya Perairan Biringkassi maka sangat penting untuk tetap
menjaga kualitas perairan tersebut, walaupun diindikasikan adanya pencemaran akibat
kegitan pembangunan di perairan tersebut tetapi diharapkan masih bisa diasimilasikan dan
dinetralisir oleh perairan tersebut sesuai KEPMEN LH No. Kep-51/MENLH/9/2004 tentang
Baku Mutu Air Laut.
Hasil Kajian Widyasari (2007), Penilaian tingkat pencemaran berdasar struktur
komunitas dengan metode ABC menunjukkan Stasiun hulu termasuk kategori tidak tercemar.
Stasiun Tonasa II dan perkotaan diindikasikasikan mengalami gangguan atau tercemar
ringan. Sedangkan di Stasiun muara sudah berada dalam kategori tercemar berat.
Menurut Ulfah (2011), muara Sungai Sigeri, muara Sungai Kalukue dan muara Sungai
Manjelling sudah tergolong tercemar ringan khususnya terhadap parameter TOC dan BOD,
Menurut Basri (2010), menunjukkan tingginya konsentrasi fosfat pada perairan di sekitar muara
sungai di Kabupaten Pangkep yaitu berkisar 0,41-0,74. Tingginya beban limbah organik yang
masuk ke dalam badan sungai telah mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos dan
menurut Jumiarti (2009), struktur komunitas makrozoobentos pada muara sungai Pangkajene di
Kabupaten Pangkep tergolong tidak stabil yang diindikasikan oleh nilai indeks dominansi
makrozoobentos yang ditemukan tergolong dalam kategori tinggi. Adanya spesies yang dominan
pada suatu komunitas menandakan bahwa lingkungan yang ada tidak stabil sehingga hanya
organisme oportunis yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang mampu
bertahan (Odum, 1971).
Permasalahan dan isu yang ditemukan saat ini di Perairan Biringkassi adalah limbah yang
berada di perairan terbawa oleh arus dan kembali ke daratan tepatnya terakumulasi di daerah pesisir
sehingga terjadi degradasi lingkungan pesisir, dan dapat menyebabkan biota di daerah pesisir
terganggu. Berdasarkan uraian tersebut maka akan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui
status kualitas lingkungan di perairan Biringkassi dan strategi pengelolaannya.
4
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rencana Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Perairan Biringkassi Kab. Pangkep yang di lakukan
pada bulan September 2012-Februari 2013, dimana penetapan titik sampel sebanyak titik
pengamatan. Penempatan titik sampel didasarkan atas perkiraan beban pencemar dan
aktivitas yang terdapat disepanjang Periran Biringkassi seperti daerah pemukiman,
pertambakan dan pelabuhan.
Menentukan lokasi stasiun pengamatan dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan
dari lokasi penelitian secara keseluruhan, dan untuk stasiun G yang mewakili air laut 1 km
dari ujung dermaga pelabuhan karena 1 km diindikasikan daerah yang tidak terlalu
dipengaruhi aktivitas pembangunan. Adapun penentuan stasiunnya, Stasiun A, di daerah
Muara Salo Pangkajene Terletak di Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro. Stasiun B,
mewakili air tambak dekat PLTU Biringkassi. Stasiun C, mewakili daerah Saluran Pendingin
PLTU Biringkassi. Stasiun D, mewakili daerah pemukiman penduduk/ Dermaga Biringkassi.
Stasiun E, mewakili daerah sungai bagian hilir (dekat jembatan Leppangeng). Stasiun F,
mewakili air laut pada bagian ujung dermaga pelabuhan khusus Biringkassi. Stasiun G,
mewakili air laut 1 km dari ujung dermaga pelabuhan khusus Biringkassi. Pada setiap stasiun
dilakukan 3 kali ulangan pengambilan sampel.
Metode dan Pengumpulan Sampel
Metode yang digunakan untuk analisis kualitas perairan yaitu menggunakan parameter
fisika (suhu, pH, Kecepatan arus dan tekstur dasar), kimia (DO, BOD, COD) dan biologi
(Makrozoobentos) dan untuk pengelolaannya menggunakan metode wawancara.
Analisis Data
Analisis parameter fisika-kimia menggunakan indeks pencemaran dimana Perhitungan
indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu
air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution Index – PI).
Formula penghitungan indeks pencemaran adalah:
Pij=(푪풊/푳풊풋)푴
ퟐ ( 푪풊푳풊풋)푹ퟐ
ퟐ
Keterangan:(Ci/Lij)M =nilai maksimum dari Ci/Lij; (Ci/Lij)R = nilai rata-rata dari Ci/Lij
5
Analisis parameter biologi menggunakan struktur komunitas makrozoobentos yang
meliputi komposisi sebaran jenis dan kepadatan makrozoobentos. Kepadatan dihitung
berdasarkan Bengen et al. (2004), sebagai berikut:
Keterangan: Y = Kepadatan (ind m-2); a = Jumlah Makroxoobentos per jenis (ind); b
= Luas bukaan grab (cm2) x Jumlah ulangan; 10.000 = Konversi dari cm2 ke m2 (Widyasari,
2007).
Analisis untuk strategi pengelolaan menggunakan Analisis SWOT. Data yang diperoleh
dari wawancara dan pemberian quisioner dianalisis meliputi aspek kependudukan, aspek
ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan untuk memberikan gambaran tentang kondisi
perairan Biringkassi dari kegiatan pertanian, pertambakan, pemukiman dan industri
selanjutnya diklasifikasikan dalam data aktir eksternal dan data faktor internal sebagai dasar
dalam penyusunan strategi pengelolaan melalui analisis SWOT (Strength, Weaknesses,
Opportunity dan Threat), dengan menggunakan matriks SWOT.
baY
10000
6
HASIL
Kondisi Perairan Berdasarkan Karakteristik Fisik Kimia
Pengamatan pengukuran parameter fisika dan kimia yang dilakukan selama penelitian
sebagai parameter pendukung kualitas air tersaji pada Tabel 1. Secara fisik- kimia di
perairan Biringkassi memiliki suhu air berkisar 29-37 Co.
Berdasar tabel 1 nilai rata-rata pada bulan september pH berkisar antara 7,02-7,21, hal ini
menunjukkan pH yang relatif netral sedangkan pH pada bulan februari berkisar dari 5,09 –
6,26.
Nilai rata-rata BOD pada bulan september berkisar 1,44-4,16 mg.l-1 sedangkan pada
bulan februari berkisar antara 5,23 – 9,10 mg.l-1. Nilai rata-rata COD pada bulan
september berkisar 42-236 mg.l-1 sedangkan pada bulan februari nilai rata-rata COD
berkisar 209-1044 mg.l-1.
Nilai Oksigen Terlarut (Tabel1) hasil pengukuran pada bulan september berkisar antara
4,04-5,05 sedangkan pada bulan Februari berkisar antara 3,98-5,66. Nilai rata-rata kekeruhan
dari hasil penelitian berdasar tabel1 pada bulan september berkisar dari 2,04-30 NTU,
sedangkan pada bulan februari berkisar 28,3-48,4 NTU, kekeruhan tertinggi berada pada
stasiun D.
Nilai rata-rata salinitas pada bulan september berkisar 32-33. Nilai salinitas tertinggi
berada pada stasiun F-G, sedangkan pada bulan februari nilai rata-rata salinitas berkisar 27-29.
Salinitas tertinggi berada pada stasiun F-G. Nilai rata-rata kecepatan arus setiap stasiun pada
bulan september berkisar dari 0,06-0,13 m/s sedangkan pada bulan februari berkisar 0,08-
0,32 m/s..
Tipe substrat dasar perairan yang diperoleh di setiap stasiun yaitu stasiun A-C-F-G
yang berada di sekitar pelabuhan Biringkassi memiliki tipe substrat lempung berdebu
sedangkan stasiun B-D-E yang daerah sekitar pemukiman masyarakat memiliki tipe
substrat lempung liat berdebu.
Indeks Pencemaran
Kondisi perairan tiap parameter untuk semua stasiun memiliki hasil yang bervariasi sehingga
untuk menarik kesimpulan secara umum digunakan Indeks Pencemaran yang berdasarkan pada
kondisi fisik dan kimia perairan. Nilai Indeks Pencemaran yang diperoleh untuk setiap stasiun
dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Kondisi Perairan Berdasarkan Karakteristik Biologi
Berdasarkan hasil identifikasi Makrozoobentos yang ditemukan di perairan Biringkassi
Kabupaten pangkep diperoleh 9 Spesies yang berasal dari 4 Kelas dan 3 Filum. Pada bulan
September dan Februari Komposisi terbesar dari kelas Gastropoda (Tabel 3). Komposisi
tertinggi di stasiun C didominasi oleh jenis Ceritidae cingulata pada bulan September sebesar
87 % dan bulan Februari 78 %. Kepadatan tertinggi pada bulan September dan Februari
berada di Stasiun C yaitu ada pada jenis Cerithidae cingulata yang termasuk ke dalam class
Gastropoda.
Strategi Pengelolaan
Berdasarkan kondisi lingkungan yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang ada maka dapat dibuat matrik SWOT yang ditunjukkan pada Tabel 4.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan status lingkungan berada dalam keadan tercemar ringan
sampai sedang dan strategi pengelolaan yang dihasilkan adalah Meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan, menurunkan limbah domestik, pertanian
dan pertambakan masuk ke perairan dan meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove.
Berdasarkan parameter fisika kimia suhu tertinggi pada bulan september dan februari
sebesar 37 C˚ berada pada stasiun C yang mewakili daerah Saluran Pendingin PLTU
Biringkassi. Hal ini disebabkan air pendingin utama dalam hal ini air laut merupakan media
pendingin untuk menyerap panas laten uap bekas dari turbin yang mengalir ke dalam
kondensor. Menurut Hutabarat dan Evans (1985), suhu adalah merupakan salah satu faktor
yang penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangbiakan organisme tersebut.
Nilai pH terendah berada di stasiun C, menurut Pescod (1973) pH suatu perairan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain oleh suhu, salinitas, dan aktivitas
fotosintensis.Nilai tertinggi BOD sebesar 4,16 mg.l-1 berada pada stasiun B, ini
menunjukkan pada stasiun B yang mewakili tambak dekat PLTU Biringkassi
menyumbang materi organik yang tinggi sehingga mempengaruhi BOD sedangkan
pada bulan februari kandungan BOD tertinggi pada Stasiun D yang berada di Dermaga
Biringkassi. Tingginya kadar BOD diindikasikan oleh besarnya masukan bahan organik dari
lingkungan sekitarnya seperti air sungai dan kegiatan pertambakan. Aktifitas sehari-hari
masyarakat (seperti kegiatan MCK) dan buangan domestik masyarakat diduga ikut
mempengaruhi kandungan bahan organik.
8
Nilai tertinggi COD berada di stasiun D yaitu daerah dermaga sehingga dapat
diindikasikan banyak terdapat kandungan bahan organik dan bahan pencemar lainnya
yang tidak dapat atau sulit terurai secara biologis oleh mikroorganisme.
Nilai DO terendah berada pada Stasiun D yang mengindikasikan stasiun ini sudah dalam
kategori sudah tercemar. Menurut Ulfah (2011) Stasiun pemukiman dan areal pertambakan
memiliki nilai DO yang rendah berkisar antara 4.47 ppm sehingga stasiun ini sudah dalam
kategori sudah tercemar.
Kekeruhan tertinggi pada bulan September berada pada stasiun C hal ini diindikasikan
adanya kegiatan pendingin PLTU dan berdampingan dengan aktivitas pertambakan
sedangkan pada bulan februari kekeruhan tertinggi berada pada stasiun D hal ini diduga
banyaknya masukan limbah domestik dari pemukiman penduduk, bahan-bahan
tersuspensi, bahan organik makro (sampah) yang terbawa oleh air hujan dan masukan
dari sungai. Nilai kekeruhan di stasiun E juga cukup tinggi karena dipengaruhi aliran
air dari hulu sungai. Di stasiun B kekeruhan juga cukup tinggi karena dipengaruhi
aliran air sungai dan aktivitas pertambakan.
Nilai salinitas tertinggi berada pada stasiun F-G, tapi melihat dari nilai rata-rata
salinitas di setiap stasiun tergolong tinggi, karena didindikasikan pada saat pasang banyak
menerima pengaruh dari laut sedangkan pada bulan februari salinitas tertinggi berada pada
stasiun F-G. Terlihat perbedaan salinitas pada bulan september, musim kemarau memiliki
salinitas yang tinggi dibandingkan bulan februari, musim hujan. Nybakken (1992) menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi sebaran salinitas di laut diantaranya yaitu
pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran air tawar dari sungai.
Kecepatan arus pada bulan februari (musim hujan) lebih tinggi dibandingkan
kecepatan arus pada bulan september (musim kemarau). Kecepatan arus tertinggi berada di
stasiun E karena pada saat pengambilan sampel distasiun tersebut dipengaruhi cuaca
mendung dan tiupan angin yg kencang sehingga mempengaruhi kecepatan arus. Menurut
Nontji (2002) Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut, atau disebabkan oleh gerakan
gelombang.
Pada sedimen liat berdebu biasanya kandungan oksigen lebih sedikit dibandingkan
dengan substrat yang lebih kasar. Hal ini disebabkan karena pada sedimen yang ukuran
partikelnya lebih halus tidak akan terdapat rongga-rongga yang akan memungkinkan
terjadinya pertukaran air yang lebih intensif, pertukaran air ini akan mengakibatkan tidak
terjadinya distribusi gas oksigen terlarut.
9
Dari hasil perhitungan indeks pencemaran kondisi fisik dan kimia diperoleh bahwa
Stasiun A, B, C, D, dan F sudah masuk dalam kategori tercemar sedang, dan stasiun E dan G
termasuk dalam kategori tercemar ringan sesuai dengan TabelII Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Nomor : 115 Tahun 2003 tentang penentuan status mutu air dengan
Metoda indeks pencemaran dimana 1,0 < PIj ≤ 5,0 termasuk dalam golongan tercemar ringan
dan 5,0 < PIj ≤ 10 termasuk dalam golongan tercemar sedang.
Besarnya komposisi Gastropoda, ini disebabkan kondisi lingkungan sesuai dengan
kehidupannya. Menurut Hutchinson (1993) dalam Suwarno (2000), Gastropoda merupakan
hewan yang dapat hidup dan berkembang dengan baik pada berbagai jenis substrat yang
memiliki kesediaan makanan dan kehidupannya selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik kimia
perairan seperti, suhu, pH maupun oksigen terlarut. Selain itu, gastropoda masih memiliki
sedikit kemampuan bergerak dan dapat menempel pada substrat yang keras seperti bebatuan
di sungai.
jenis Cerithidae cingulata yang termasuk ke dalam class Gastropoda banyak
ditemukan di empang dan stasiun C berada di Saluran Pendingin PLTU Biringkassi ini
memiliki lokasi yang dekat dengan empang dengan penciri suhu yang tinggi sehingga suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme dan perkembangbiakan organisme tersebut.
Stasiun A pada bulan Februari di temukan Capitella capitata dari kelas Polychaeta
dan stasiun E di temukan jenis Corbula macgillivrayi dari kelas bivalvia dan dengan
komposisi 100% ini disebabakan hanya ditemukan satu jenis di stasiun tersebut. Menurut
Widyasari (2007) di Muara Sungai Pangkajene dan Muara sungai Boyong yaitu kelas
polychaeta dicirikan oleh jenis Capitella capitata. Jenis ini mempunyai kemampuan untuk
bertahan hidup pada kondisi baik maupun kondisi yang ekstrim (DO rendah).
Strategi pengelolaannya dampak pembangunan terhadap lingkungan di perairan
Biringkassi Kabupaten Pangkep, antara lain (a) Meningkatkan produksi perikanan budidaya
(b) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang budidaya ramah lingkungan (c)
Mengupayakan penggunaan pupuk organik dalam budidaya perikanan (d) Meningkatkan
produksi dengan sistem budidaya semiintensif (e) Meningkatkan jumlah tumbuhan mangrove
(f) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dampak pencemaran (g) Mengelola
limbah panas dari pembangkit listrik pelabuhan (h) Meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai mitigasi bencana (i) Menurunkan limbah domestik masuk ke perairan (j) Menekan
penggunaan kayu bakar dari mangrove.
10
KESIMPULAN DAN SARAN
Status kualitas lingkungan menunjukkan status lingkungan berada dalam keadan
tercemar ringan sampai sedang. Strategi pengelolaan yang dihasilkan adalah Meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai dampak pencemaran perairan, menurunkan limbah
domestik, pertanian dan pertambakan masuk ke perairan dan meningkatkan jumlah tumbuhan
mangrove. Untuk melihat lebih jauh status kualitas perairan dan makrozoobentos, perlu
menganalisis beberapa logam berat dan parameter lain terkait aktivitas pembangunan
sepanjang perairan Biringkassi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Basri, H., 2010. Pola Sebaran Secara Horisontal Nitrat dan Fosfat Pada Perairan Sekitar Hutan Mangrove di Kecamatan Bungoro Kabupaten pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas.
Bengen, D. G. (2004). Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor.
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press, Jakarta.Jumiarti, (2009). Struktur Komunitas Makrozoobentos pada Daerah Perlindungan Mangrove di Muara Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas.
Nontji, A., (2002). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta Nybakken, J W. 1992. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. M. Eideman,
Koesbiono, dan DG Bengen, Penerjemah; Jakarta PT. Gramedia. Terjemahan dari: Marine Biological : An Ecological Approach.
Odum,(1971). Fundamentals of Ecology. Philadelphia : W.B. Saunders Company Pescod, M.B., (1973). Investigation of ration effluent and stream of tropical countries.
Bangkok. AIT. 59 hal Suwarno, L., (2000). Struktur Komunitas Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas
Lingkungandi Hulu Sungai Cimanuk, Garut, Jawa Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, ITB.
Ulfah, Y., (2011). Status Pencemaran Dan Indeks Ekologi Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Lingkungan Pada Muara Sungai Di Kabupaten Pangkep. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Widyasari, (2007). Struktur Komunitas dan Persebaran Makrozoobentos sebagai Bioindikator degradasi Lingkungan Perairan Sungai Pangkajene, Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
12
Tabel 1. Parameter fisika dan kimia
PARAMETE
R
SEPTEMBER FEBRUARI BAKU MUTU
KETERANGAN A B C D E F G A B C D E F G
I. FISIKA Suhu 29 29 37 29 30 30 31 30 32 37 29 32 32 32 28-30 Kepmen LH 2004 Kekeruhan 30 2,04 41 14,63 17,26 10,18 7,07 28,3 47,4 43,9 48,4 47,36 40,83 40,83 >5 Kepmen LH 2004 Salinitas 32 34 33 34 32 33 33 27 27 27 27 28,0 29,00 29,00 33-34 Kepmen LH 2004 Kecepatan Arus
0,11
0,12 0,06 0,09 0,13 0,10 0,08 0,15 0,13 0,08 0,08 0,32 0,24 0,13
Tekstur dasar
LEMPUNG
BERDEBU
LEMPUNG
LIAT
BERDEB
U
LEMPUNG
BERDEB
U
LEMPUN
G LIAT BERDEB
U
LEMPUN
G LIAT BERDEB
U
LEMPUN
G BERDEB
U
LEMPUNG
BERDEB
U
LEMPUNG
BERDEB
U
LEMPUNG
LIAT
BERDEB
U
LEMPUNG
BERDEB
U
LEMPUNG
LIAT
BERDEB
U
LEMPUN
G LIAT BERDEB
U
LEMPUN
G BERDEB
U
LEMPUN
G BERDEB
U
II. KIMIA pH 7,0
2 7,18 7,16 7,03 7,14 7,16 7,21 5,45 5,21 5,09 5,75 6,25 6,26 6,26 7-8,5 Kepmen LH 2004
DO 4,44
4,08 4,04 4,04 4,6 5,04 4,52 4,35 4,12 4,01 3,98 4,59 5,23 5,66 >5 Kepmen LH 2004
BOD 1,68
4,16 1,44 3,28 3,2 3,44 1,68 9,02 7,71 8,32 9,1 6,32 5,23 5,45 20 Kepmen LH 2004
COD 220 141 215 236 70 85 42 374 642 505 1044 209 268 252 25,00 PP 82 Tahun 2001
13
Tabel 2. Indeks Pencemaran pada semua stasiun pengamatan
STASIUN INDEKS PENCAMARAN STATUS
A 7.2363 Tercemar sedang B 6.6971 Tercemar sedang C 9.0311 Tercemar sedang D 9.6054 Tercemar sedang E 4.8567 Tercemar ringan F 5.2356 Tercemar sedang G 4.5472 Tercemar ringan
Tabel 3. Komposisi Makrozoobentos
Jenis Organisme KOMPOSIS JENIS (%) STASIUN
SEPTEMBER FEBRUARI A B C D E F G A B C D E F G
Polychaeta Capitella capitata 33 33 0 0 0 0 50 100 0 0 50 0 0 0 Bivalvia Dosinia contusa 33 33 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 Corbula macgillivrayi 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 Balanus sp 0 0 4 50 33 50 0 0 0 13 0 0 0 0 Anadara sp 0 0 0 33 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 Gastropoda Nerita sp 0 0 2 0 0 0 0 0 0 8 50 0 0 0 Ceritidae cingulata 0 0 87 0 0 0 0 0 0 78 0 0 0 0 Melanoides granifera 0 0 8 0 67 50 0 0 0 0 0 0 0 0 Malacostraca Pagurus sp 0 33 0 17 0 0 0 0 50 3 0 0 0 0
14
Tabel 4. Matrik SWOT strategi pengelolaan perairan Biringkassi.
KONDISI LINGKUNGAN KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
1. Luasnya hasan budidaya tambak (66,07%)
2. Tingginya keinginan masyarakat untuk menjaga lingkungannya (72,14%)
1. Meningkatnya jumlah penduduk di daerah pesisir (68,74%)
2. Penggunaan pupuk anorganik pada budidaya tambak (70,71%)
3. Tingkat pendidikan rendah (78,57%) 4. Pengetahuan penduduk mengenai lingkungan
rendah (70%) 5. Budidaya tambak menggunakan sistem
tradisional (65%) 6. Masyarakat menggunakan kayu bakau untuk
kayu bakar (69%)
PELUANG (O) 1. Meningkatnya kebutuhan hasil perikanan
(65%) 2. Meningkatnya permintaan produk
perikanan berkualitas (78,57%)
STRATEGI S-O 1. Meningkatkan produksi perikanan
budidaya 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang budidaya ramah lingkungan.
STRATEGI W-O 1. Mengupayakan penggunaan pupuk organik
dalam budidaya perikanan. 2. Meningkatkan produksi dengan sistem
budidaya semiintensif.
ANCAMAN (T) 1. Banjir (72,86%) 2. Pencemaran lingkungan perairan oleh
pelabuhan dan pertambakan(69,46%) 3. Kerusakan ekosistem mangrove (68,21%)
STRATEGI S-T 1. Meningkatkan jumlah tumbuhan
mangrove. 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang dampak pencemaran. 3. Mengelola limbah panas dari pembangkit
listrik pelabuhan
STRATEGI W-T 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai mitigasi bencana 2. Menurunkan limbah domestik masuk ke
perairan. 3. Menekan penggunaan kayu bakar dari
mangrove.
top related