(skripsi) oleh - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/28938/2/skripsi tanpa bab pembahasan.pdf ·...
Post on 02-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POLA DAN JARINGAN KOMUNIKASI TENTANG PENGANGKATAN
ANAK SECARA ADAT PEPADUN DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi pada kelompok adat di pekon Way Buyut, Lampung Tengah)
(Skripsi)
Oleh
ADE NOVIANTI
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
POLA DAN JARINGAN KOMUNIKASI TENTANG PENGANGKATANANAK SECARA ADAT PEPADUN DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi Pada Kelompok Adat Di Pekon Way Buyut Lampung Tengah)
Pada kelompok adat Lampung Pepadun terdapat tradisi acara pengangkatan anaksecara adat. Sebuah perkumpulan tidak hanya melibatkan dua orang untukberkomunikasi, melainkan lebih dari dua orang sehingga dibutuhkan jaringankomunikasi yang membentuk sebuah pola dan komunikasi yang terjadi padamasyarakat etnik Lampung Pepadun tersebut. Tujuan dari adanya penelitian ini sendiriyaitu untuk menemukan, menjelaskan dan menganalisis bagaimana bentuk polakomunikasi dan jaringan seorang peyimbang serta batasannya dengan anggotakeluarganya yang menyandang status pada pengangkatan anak secara adat, khususnyaadat Lampung Pepadun. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitiankualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan penelitian ini berjumlah lima (5)orang yang merupakan tokoh-tokoh yang mengetahui prosesi pengangkatan anakdalam kelompok adat Lampung Pepadun. Teori yang digunakan dalam penelitian iniadalah Teori Jaringan dan juga Teori Pengorganisasian. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa jaringan Komunikasi yang terjadi dalam proses pengangkatananak dalam kelompok adat Lampung Pepadun berbentuk: (1) Sayap Pesawat, (2)Persegi, (3) Layang-Layang, (4) Tenda, dan (5) Kerucut
Kata kunci: Adat Pepadun, Pengangkatan Anak, Pola dan Jaringan Komunikasi.
ABSTRACT
PATTERNS AND COMMUNICATIONS NETWORK OF ADOPTION IN THEETHNIC SOCIETY OF LAMPUNG PEPADUN IN CENTRAL LAMPUNG
REGENCY(Study On Ethnic Society Of Lampung Pepadun In Pekon Way Buyut - Central
Lampung)
In Ethnic Society of Lampung Pepadun there is a tradition of adoption event in ethnicway. In a society not only involves two people to communicate, but rather more thantwo people so that it takes the form of a communication network and communicationpatterns that occur on the ethnic society of Lampung Pepadun. The purpose of thestudy itself i.e. to find, to describe and to analyze how the shape of the patterns ofcommunication of peyimbang as well as the limit of a network with members of hisfamily who bear the status of adoption in ethnic, particularly in ethnic society ofLampung Pepadun. In this study, the researcher used a qualitative type research with adescriptive approach. Informant in this research amounted to five (5) people that arethe peoples who know the procession of the adoption in ethnic society of LampungPepadun. The theory used in this research is the Theory of Networks and alsoOrganizing Theory. The results of this research shows that the shape of network ofcommunication that occur in the process of adoption in ethnic society of LampungPepadun i.e.: (1) Wings, (2) Rectangle, (3) Kite, (4) Tent, and (5) Cone.
Keywords: Ethnic Pepadun, Adoption, Patterns and Communications Network.
POLA DAN JARINGAN KOMUNIKASI TENTANG PENGANGKATAN
ANAK SECARA ADAT PEPADUN DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi pada kelompok adat di pekon Way Buyut, Lampung Tengah)
Oleh
Ade Novianti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Ade Novianti, Lahir di Bandar
Lampung, tanggal 29 November 1994. Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan
Bapak Muhamad Bambang Sugiarto dan Ibu Lukisah. Penulis
menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kurnia pada
tahun 2001, SDN 5 Talang tahun 2007, SMPN 3 Bandar
Lampung pada tahun 2010, dan SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur PARAREL.
Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Broadcasting, periode
kepengurusan 2014/2015 dan 2015/2016. Penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di kantor Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung
(Divisi Ekonomi Kreatif) pada bulan Agustus-September 2016. Selain itu penulis juga
pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama dua bulan (18 Januari-18
Maret 2016) di Desa Kahuripan Jaya, Kecamatan Banjar Baru, Kabupaten Tulang
Bawang.
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah Sabar danShalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar”(Al-Baqarah: 153)
“Dan Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telahdiusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akandiperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”(An-Najm 39-41)
SANWACANA
Alhamdulillahi robbil’alamin, Puji syukur saya kepada Allah SWT atas rahmat dan
berkahnya yang telah memberikan kemampuan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad rasul-Nya. Skripsi
dengan Judul “Pola dan Jaringan Komunikasi Tentang Pengangkatan Anak
Secara Adat Pepadun di Kabupaten Lampung Tengah”. (Studi pada Kelompok
Adat di Pekon Way Buyut, Lampung Tengah)
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di
Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
skripsi ini, tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan menyampaikan
rasa terimakasih kepada:
1. Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunianya, penulis dapat diberikan
kemudahan olehnya. Penulis juga sangat bersyukur atas kesehatan dan
kesempatan, sehingga penulis dilancarkan dalam segala urusan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua Orang Tuaku, Papa dan Mama untuk setiap harapan yang dihembuskan
melalui doa setiap hari, setiap malam. Berjuta terimakasih tak akan pernah
cukup untuk membalas itu semua, kalianlah motivasi dan semangatku dalam
menyelesaikan skripsi ini, juga kakakku Riki Herdiana, semoga Allah selalu
mencurahkan rahmat dan hidayahNya serta memberikan segala yang terbaik
kepada kita.
3. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si.
4. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos, Mcomn&MediaSt selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,
terimakasih untuk segala keikhlasannya mendidik dan membantu mahasiswa
selama ini.
5. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si selaku Seketaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terimakasih untuk
segala keikhlasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.
6. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya yang
selalu membimbing proses skripsi saya. Terimakasih telah meluangkan banyak
waktunya, tenaga, serta pikiran dan juga memberikan banyak sekali masukan
dan saran yang sangat berharga, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
7. Ibu Anna Gustina, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembahas saya. Terima kasih
banyak untuk segala ilmu, nasihat, kritik, dan saran yang membangun,
sehingga saya bisa menyelesaikan penelitian ini.
8. Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.
9. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung, yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, terima kasih
atas ilmu, wawasan serta semua kebaikan yang telah kalian berikan.
10. Ari Irfani, temen terdekat, sahabat yang selalu memberikan motivasi, nasihat,
dukungan, selalu mengingatkan menyelesaikan revisian, mengingatkan untuk
bersabar, dan selalu menyemangati setiap harinya.
11. Rhomadona Erbani Clara sahabat aku tersayang yang selalu memberikan kritik
dan saran serta motivasi setiap harinya
12. Tria Fernanda sahabat kecilku yang selalu memberikan kesabaran dalam
mengatasi semua masalah.
13. Untuk Geng Palembang, Pramudya, Rivan, Ari, Agitha, dan Evan, terimakasih
kalian sudah selalu menjadi tempat hiburan ketika penulis jenuh.
14. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi 2013 terimakasih kalian sudah
mewarnai hari-hariku selama dibangku perkuliahan, terimakasih canda dan
tawa, susah dan seneng serta motivasi dan semangat kalian semua. Semoga kita
selalu dimudahkan dan menjadi orang yang sukses
15. Untuk Icut, Cana, Langit, Atikah, Ulul, Ardis,Vina, Astrid, Dian PS makasih
kalian sudah mewarnai hari-hari perkuliahan dengan penuh cerita
16. Geng Skripsi Budaya Lampung Akbar, Mae, Gege, Mona, Fani, Dian hendra,
Sarah, Yoka, Puspandaris, Retno, Ridho, Leo terimakasih atas semangat dan
dukungannya selama berjuang menyelesaikan Skripsi.
17. Untuk adik tingkat Ilmu Komunikasi 2014 khususnya Ratih, Memey, Rani,
Kanzul, Sarah Novita, dan sister yang lainnya terimakasih kalian sudah
menjadi adik-adik yang selalu mewarnai hari-hariku dikampus.
18. Terima kasih juga untuk adik-adik angkatan 2014, 2015, dan 2016 Semoga
kalian bisa menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu.
19. Temen-temen KKN di kelurahan Kahuripan Jaya, Kecamatan Banjar Baru,
Kabupaten Tulang Bawang, 60 hari bersama kalian sangat menyenangkan dan
banyak sekali pengalaman dan pelajaran hidup yang kita dapat saat KKN
20. Geng Bitchy X.1, terima kasih kalian sudah menjadi saksi pubertas penulis,
dari skolah di SMA, awal kuliah sampe penulis mendapatkan gelar sarjana.
Bandar Lampung 19 Oktober 2017
Penulis
Ade Novianti
Persembahan
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, rakhmat dan hidayahnya yang
telah diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untukku dalam mengerjakan
skripsi ini.
Aku persembahkan Cinta dan sayangku kepada Orangtua ku, kakakku, dan adiku yang
telah menjadi motivasi dan isnpirasi tiada henti memberikan dukungan do’anya.
“Tanpa keluarga, takbisa ku raih ini semuanya”
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...……………………………….…………………………….. i
DAFTAR ISI ...……………….……….………………………………………….... iii
DAFTAR TABEL ……………..………………………………………………….. iv
DAFTAR BAGAN ……………………..………….……………………………..... v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….. 11.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………......... 91.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………. 101.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………...…… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...……………………………………………… 112.2 Tinjauan Komunikasi Kelompok ……………………………………………... 13
2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok ………………………………….. 132.2.2 Jenis-jenis Komunikasi Kelompok ……………………………….. 162.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ………………………………….... 172.2.4 Karakteristik Kelompok…………………………………………… 192.2.5 Manfaat Kelompok………………………………………………… 202.2.6 Proses Pembentukan Kelompok ………………………………….. 20
2.3 Tinjauan Pola Komunikasi ...…………………………………………………. 22
2.4 Tinjauan Komunikasi Antar Pribadi ………………………………………….. 272.5 Tinjauan Komunikasi Organisasi ...…………………………………………… 302.6 Tinjauan Kebudayaan ...………………………………………………………. 31
2.6.1 Definisi Kebudayaan ...…………………………………………… 312.6.2 Unsur-Unsur Kebudayaan ...……………………………………… 32
2.7 Landasan Teori ..……………………………………………………………… 352.8 Kerangka Fikir ...……………………………………………………………… 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ...……………………………………………………………… 453.2 Fokus Penelitian ...…………………………………………………………….. 463.3 Penentuan Informan ...………………………………………………………… 473.4 Teknik Pengumpulan Data ...…………………………………………………. 483.5 Teknik Analisis Data ...……………………………………………………….. 493.6 Keabsahan Data ………………………………………………………………. 50
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah……………...……………….. 514.2 Gambaran Umum Masyarakat Way Buyut……………………………….……. 51
BAB V HASIL & PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian …………..……………………………..…………………….. 565.1.1 Identitas Informan ………………………….……………………….. 575.1.2 Profile Informan ………………………………………………...…... 585.1.3 Hasil Penelitian ……………………………………………………... 61
5.2 Hasil Observasi ...………………………………………..…………………….. 865.3 Pembahasan ……………………………….………………………………..… 87
5.3.1 Pembahasan Pola dan Jaringan ……………………………………. 1005.3.2 Pola Komunikasi …………………………………………………... 1005.3.3 Jaringan Komunikasi ……………………………………………… 102
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………………………...………………………………………… 1176.2 Saran……………………………………………………………………….…. 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu …………………………………………………..………… 112. Identitas Informan ...…………………………..…………………………...…….. 573. Hasil Wawancara …………………………..……………………………………. 634. Hasil Wawancara …………..……………………………………………………. 645. Hasil Wawancara ……………………..…………………………………………. 666. Hasil Wawancara ……………………………..…………………………………. 687. Hasil Wawancara ……………………………………..…………………………. 708. Hasil Wawancara ……………………………………………..…………………. 719. Hasil Wawancara ……………………………………………………..…………. 7610. Hasil Wawancara …..………………………………………………………..…. 8011. Hasil Wawancara ………………………………………………..……………... 8112. Rekaptulasi Hasil Wawancara………...……………………..…………………. 8213. Sosiometri Wawancara ……….…………………………………..…………... 10514. Sosiometri Wawancara ……….………………………………………………. 11015. Sosiometri Wawancara ……….…………………………………..…..………. 11216. Sosiometri Wawancara ……….…………………………………..………..…. 11417. Sosiometri Wawancara ……….…………………………………..………..…. 11718. Sosiometri Wawancara ……….…………………………………..………..…. 117
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Kerangka Pikir ...……………………………………………...…………... 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Jaringan Komunikasi Besar.…...……….…………………………..…… 104Gambar 2 Jaringan Komunikasi Segitiga……...…………..…………………..…… 108
Gambar 3 Jaringan Komunikasi Layang-layang …………..……………...…..…… 110
Gambar 4 Jaringan Komunikasi Segitiga Berbalik …………..………….………… 112
Gambar 5 Jaringan Komunikasi Tenda……………..……….…...………………… 113
Gambar 6 Jaringan Komunikasi Kerucut …………………….……….…............… 115
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi selalu digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam segala
aspek kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berkomunikasi
dengan lingkungannya. Komunikasi merupakan hubungan kontak manusia baik
individu maupun kelompok. Hampir setiap hari manusia melakukan
aktivitasnya dengan berkomunikasi. Komunikasi juga memiliki peran dalam
kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dan kebudayaan
atau adat merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dan tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain karena kebudayaan bertumbuh dan
berkembang dari suatu masyarakat. Adat adalah kebiasaan-kebiasaan prilaku
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu kebudayaan atau adat di
Indonesia adalah adat Lampung yang merupakan salah satu suku Bangsa di
Indonesia. (Zuraida Kherustika, 2004: 4)
Lampung merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi
Lampung juga memiliki 2 kelompok etnis yaitu etnis Lampung Pepadun dan
etnis Lampung Saibatin. Kelompok etnis Lampung Pepadun meliputi daerah
dataran tinggi, sedangkan Etnik Lampung Saibatin meliputi daerah pesisir.
2
Masyarakat etnis Lampung Pepadun adalah salah satu dari dua kelompok etnis
besar yang ada di Provinsi Lampung. Kata Pepadun dapat kita artikan sebagai
tempat duduk dalam pengangkatan seorang pemimpin suku, dari tinjauan cikal
bakal orang Lampung. Biasanya Pepadun digunakan pada saat pengambilan
gelar kepenyimbangan dan sebagai simbol adat yang resmi dan kuat. Pepadun
juga bisa diartikan sebagai lambang yang menggambarkan status atau derajat
seseorang dalam sosial kemasyarakatan.
Masyarakat etnis Lampung Pepadun ini mendiami daerah pedalaman atau
daerah dataran tinggi Provinsi Lampung. Kelompok adat ini memiliki ciri khas
tersendiri dalam hal tatanan atau struktur masyarakat dan tradisi yang
berlangsung secara turun temurun. Sistem kekerabatan dalam etnis Lampung
sangat kuat sehingga kebudayaan yang dimiliki masih dijaga dan dilestarikan.
Walaupun terdapat etnis Lampung yang berada di daerah luar Lampung, etnis
Lampung tersebut sangatlah peduli dengan identitas etnisnya. (Sabaruddin SA
2012: 67)
Kebudayaan pada kelompok Lampung Pepadun ini tidak bisa dipisahkan dari
konteks komunikasi, karena kebudayaan sangat berkaitan dengan komunikasi.
Kebudayaan adat Lampung Pepadun masih sangat sering kita temui
dikehidupan perkotaan atau dipedesaan, sedangkan kebudayaan adat lampung
saibatin masih bisa ditemui tapi tidak sesering Lampung Pepadun, dikarenakan
adat Lampung Saibatin sudah mulai dipengaruhi oleh sistem keagamaan.
Masyarakat etnis Lampung Pepadun dahulu mengenal dengan adanya
perkawinan Endogami, dimana seseorang warga adat lampung diharuskan
3
mencari calon suami atau istri dalam lingkungan kerabatnya sendiri dan
dilarang mencari ke luar dari lingkungan kerabat. Dengan perkembangan
zaman maka masyarakat adat Lampung Pepadun diperbolehkan menikah
dengan luar sukunya dengan syarat diadakan pengangkonan terlebih dahulu.
Pengangkonan harus dilakukan apabila orang Lampung Pepadun ingin menikah
dengan orang yang berlainan suku atau berbeda buay (keturunan), namun
masyarakat adat Lampung Pepadun desa Way Buyut memiliki ketentuan
tersendiri yaitu, seseorang harus melakukan pengangkonan diperuntukkan
hanya pada orang yang berlainan suku saja.
Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti
garis keturunan orang tua laki-laki (bapak/ayah). Kehidupan masyarakat
Lampung masih menggunakan istilah Hukum Adat, untuk meneruskan garis
keturunannya, seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita bukan dari etnis
Lampung haruslah mengikuti prosesi adat pengakonan.
Di provinsi Lampung pengangkatan anak terbagi ada 2 yaitu, pengangkatan
anak secara tegak tegi dan pengangkatan anak secara adat. Pengangkatan anak
secara tegak tegi biasanya diambil dari anak yang masih bertalian kerabat
dengan bapak angkat. Pengangkatan anak secara tegak tegi ini, karena si bapak
angkat merupakan penyimbang dan panutan bagi kerabatnya, untuk memiliki
penerus maka pengangkatan anak dilakukan, atau bisa pula dengan cara anak
laki-laki luar dinikahkan dengan anak kandungnya.
Sedangkan anak angkat adat karena perkawinan, terjadi dikarenakan
perkawinan campuran antara suku (adat) yang berbeda. Pengangkatan anaj
karena perkawinan ini dilakukan hanya memenuhi syarat perkawinan adat,
4
pengangkatan anak tersebut tidak menyebabkan si anak angkat menjadi waris
dari ayah angkatnya, melainkan hanya mendapat kedudukan kewargaan adat
dalam kesatuan kekerabatan yang bersangkutan.
Secara hukum adat pengangkatan anak untuk dua klasifikasi di atas harus
melalui upacara adat. Perbedaan kedudukan anak angkat tegak tegi dan anak
angkat adat, adalah pada anak angkat tegak tegi kedudukannya sebagai penerus
keturunan bagi keluarga yang putus keturunan adalah ahli waris bagi bapak
angkatnya, sedangkan anak angkat adat karena seseorang diupacarakan dan
masuk menjadi warga Lampung.
Pengangkatan anak pada masyarakat Lampung Pepadun yang dilakukan oleh
keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki, maka kerabat biasanya
berinisiatif akan melakukan pengangkatan anak. Karena keluarga yang
bersangkutan bila tidak melakukan pengangkatan anak maka keturunannya
akan putus, hal ini kurang disenangi masyarakat adat Lampung pepadun,
terlebih bila keluarga tersebut merupakan keluarga penyimbang yang
merupakan panutan dari keluarga dan kerabat. Di samping itu, jabatan (sebagai
anak punyimbang adat) harus terisi, karena merupakan bagian yang mutlak
dalam kegiatan adat, khususnya dalam suatu keluarga yang akan melakukan
kegiatan adat, selamatan, atau perkawinan.
Anak angkat karena perkawinan, pada prinsipnya dilandasi oleh pemikiran
bahwa perkawinan orang Lampung hanya dapat dilakukan oleh sesama orang
Lampung, terlebih lagi apabila akan menyelenggarakan upacara adat. Upacara
dalam rangka perkawinan ini diawali dengan upacara pengangkatan anak,
5
perubahan status ini diwajibkan dengan upacara adat dan pemberian nama adat
(gelar), ini dimaksud menerangkan kepada masyarakat, bahwa telah ada
anggota baru dalam keluarga. Pelaksanaan upacara adat dapat dilaksanakan
tersendiri atau digabungkan dengan upacara pernikahan yang bersangkutan.
Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada pada anak laki-laki
tertua dari keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”. Penyimbang
merupakan gelar seseorang dari ketua etnis Lampung Pepadun. Status sosial
seorang masyarakat etnis Lampung Pepadun bisa kita lihat melalui panggilan
dalam kehidupan sehari-harinya. Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam
etnik Lampung Pepadun, karena dapat menjadi penentu dalam proses
pengambilan keputusan. Namun gelar yang paling tinggi dalam etnis Lampung
Pepadun adalah Suttan. Gelar Suttan dapat dibeli secara umum, dengan cara
membayar uang secara adat, kepada penyimbang-penyimbang lain. Untuk
menjadi seorang penyimbang haruslah mengikuti upacara adat cakak pepadun.
Prosesi Cakak Pepadun ini diselenggarakan di rumah sesat dan dipimpin oleh
seorang Penyimbang atau pimpinan suku yang posisinya paling tinggi.
Cakak Pepadun memiliki arti sendiri yaitu, Cakak yang berati naik, Pepadun
yang berati bangku atau singgasana kayu yang merupakan simbol status sosial
tertentu dalam keluarga. Cakak Pepadun merupakan puncak dari acara yang
harus dilaksanakan untuk memberi informasi tentang pemegang tanggung
jawab dan yang memiliki hak adat kepada masyarakat. Mereka yang telah
melalui Cakak Pepadun, bergelar Suttan, yaitu gelar yang paling tinggi dalam
masyarakat etnik Lampung Pepadun. (Sabaruddin SA 2012: 67)
6
Mereka yang bergelar Suttan wajib menjadi contoh teladan, berbudi pekerti
baik, dan sebagai tokoh masyarakat yang menjadi panutan di lingkungan
masyarakat. Seorang penyimbang tidak bisa memimpin desanya dengan
seorang diri. Untuk menjalankan tugasnya dia memerlukan beberapa anggota
untuk menemani dia dalam mengambil keputusannya. Karena Sebagai mahluk
sosial tentunya kita tidak bisa lepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi
merupakan suatu hubungan interaksi yang kita lakukan, baik terhadap orang
lain maupun diri sendiri. Seorang Penyimbang akan memilih anggotanya
sendiri yang sesuai dengan kriterianya. Setelah penyimbang mencari
anggotanya, mereka dapat membentuk suatu kelompok yang penting dalam
etnis Lampung Pepadun.
Suatu kelompok bisa disebut juga suatu organisasi. Organisasi merupakan
wadah dari sekumpulan manusia yang memiliki ciri dan karakteristik sendiri
untuk mencapai hasil. Organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu
mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan antara satu bagian dengan
bagian lainnya dan tergantung pada komunikasi manusia untuk
mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Selain itu, organisasi
merupakan suatu struktur hubungan manusia.
Partisipan organisasi adalah individu-individu yang memberikan kontribusi
kepada kelompok organisasi. Dalam suatu kelompok harus memiliki tujuan.
Tujuan dicapai bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Organisasi dalam
usaha mencapai tujuannya biasanya membuat suatu aturan yang dinamakan
struktur organisasi. Setiap organisasi mempunyai satu struktur, namun beberapa
dari organisasi mempunyai batas yang tajam dan struktur yang kompleks,
7
sedangkan yang lainnya mempunyai batasan yang agak longgar dan strukturnya
sederhana.
Suatu kelompok harus memiliki sebuah struktur atau susunan jabatan sesuai
dengan penempatannya. Struktur yang digunakan oleh masyarakat Adat
Lampung Pepadun bersifat Teritorial Geneologis Patrilinial. Teritorial
Geneologis Patrilinial merupakan jalinan hubungan antara kewarganegaraan
adat yang tidak saja bersifat kekeluargaan dalam hubungan ketetanggan, tetapi
juga dalam hubungan keturunan dan kekerabatan. Dengan adanya struktur atau
susunan jabatan, maka mereka dapat menjalankan perannya sesuai dengan
jabatan mereka. (Sabaruddin 2012: 9)
Berhasilnya suatu kelompok dilihat apabila seseorang yang mampu memiliki
komunikasi yang baik dan memberi makna terhadap pesan yang diterimanya.
Semakin besar kemampuan partisipan memberi makna pada pesan yang
diterimanya, maka semakin besar pula kemungkinan partisipan memahami
pesan yang diberikan. Seseorang Penyimbang dalam melakukan komunikasi
dengan anggotanya haruslah memiliki batasan batasan berkomunikasi dengan
anggotanya. Adanya batasan itu guna untuk menjaga gelar yang telah diraihnya
dan menjadi citra positif yang baik untuk dirinya. Tapi apakah ada batasan-
batasan yang berlaku terhadap anggota keluarga dari seorang penyimbang yang
menyandang status sosial. Biasanya suatu kelompok memiliki pola komunikasi.
Pola komunikasi organisasi merupakan proses yang berhubungan dengan
jaringan komunikasi. Untuk menentukan pola komunikasi organisasi biasanya
dilihat dari bagaimana menyampaikan informasi bagian seluruh organisasi dan
bagaimana menerima informasi bagian seluruh organisasi. Pola komunikasi
8
yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam bentuk aktivitas organisasinya
sendiri yang banyak dipengaruhi oleh jaringan komunikasi.
Menurut Rogers (2011: 47) Jaringan komunikasi adalah suatu jaringan yang
terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh
arus komunikasi yang terpola, sehingga dapat membentuk pola atau model
jaringan komunikasi tertentu. Rogers membedakan pola atau model jaringan
komunikasi kedalam, jaringan personal jari-jari Radial Personal Network dan
jaringan personal saling mengunci Interlocking Personal Network. Model
jaringan ini bersifat memusat dan menyebar. Jaringan personal yang memusat
Interlocking mempunyai derajat integrasi yang tinggi. Sementara suatu jaringan
personal yang menyebar disebut radial mempunyai derajat integrasi yang
rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya.
Ada lima struktur jaringan komunikasi kelompok yang juga akan relevan di
dalam menganalisis model jaringan komunikasi. Misalnya struktur lingkaran,
struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin, struktur roda memiliki pemimpin
yang jelas, struktur Y relative kurang tersentralisasi di banding dengan struktur
roda, struktur rantai, struktur semua saluran.
Masyarakat Kelompok adat Pepadun memiliki jaringan komunikasi dengan
model jaringan personal, masyarakat kelompok adat Pepadun saling mengunci
Interlocking Personal Network, karena individu yang terlibat didalam hanya
terdiri dari individu - individu yang homopili, yang mempunyai satu kesamaan
seperti satu suku, satu adat, dan satu marga. Pemimpin etnik Pepadun ini
merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
9
anggota, karena itu jika seorang anggota dari kelompok etnis Pepadun ini
berkomunikasi dengan anggota lainnya, maka pesannya harus disampaikan oleh
pemimpinnya terlebih dahulu.
Alasan peneliti memilih perkumpulan kelompok adat Lampung Pepadun di
Tulung Buyut, Lampung Tengah sebagai Subyek penelitian karena,
Perkumpulan kelompok adat Lampung Pepadun di Tulung Buyut Lampung
Tengah termasuk kelompok adat yang masih aktif dan di Pekon Way Buyut,
mayoritas masyarakatnya merupakan kelompok adat Lampung Pepadun.
Kehidupan sehari-hari masyarakat Pepadun di pekon Way Buyut, masih
memakai hukum adat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus obyek penelitian ini adalah
bagaimanakah pola dan jaringan komunikasi kelompok yang dilakukan oleh
Kelompok Adat Lampung Pepadun. Dengan mengambil judul “Pola dan
Jaringan komunikasi tentang pengangkatan anak secara adat pepadun di
Kabupaten Lampung Tengah. (Studi pada kelompok adat di pekon Way Buyut,
Lampung Tengah.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diteliti adalah:
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses adat pengangkatan anak?
2. Bagaimana bentuk pola dan jaringan komunikasi pada saat prosesi
pengangkatan anak?
10
3. Bagaimana peran pihak tokoh yang terlibat dalam prosesi pengangkatan
anak?
4. Bagaimana proses komunikasi kelompok yang terjadi saat prosesi
pengangkatan anak?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan, menjelaskan dan menganalisa
pola dan jaringan komunikasi seorang penyimbang serta adakah batasan
dengan anggota keluarganya yang menyandang status dalam struktur
kelompok adat.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan khususnya ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat
menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian juga
dapat menambah dan mengembangkan wawasan penulis dalam
mempraktekkan teori-teori yang penulis dapatkan dengan keadaan
sebenarnya di lapangan dan di dalam lingkungan masyarakat.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, pengetahuan informasi dan bahan masukan bagi pihak yang
akan melakukan penelitian dengan kajian komunikasi kelompok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan
pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti
sebelumnya. Penelitian terlebih dahulu dalam tinjauan pustaka memudahkan
penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis dari teori maupun
konseptual. Berikut ini adalah penelitian terlebih dahulu yang menjadi acuan dan
bahan refrensi yang menunjang penulis untuk melakukan penelitian terkait dengan
pola dan jaringan komunikasi:
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Radhit Gugi Nogroho
Judul Penelitian Pola Komunikasi Kelompok Dalam Tradisi Masu
Babuy.
(Studi Pada Kelompok Pemburu Pekon Lombok
Kecamatan Lumbok Seminung Kabupaten
Lampung Barat)
Hasil Penelitian Pola komunikasi yang terbentuk pada objek
penelitian berbentuk menyerupai kotak dengan
tiap informannya berinteraksi pada interaksi
kelompok besar pemasu. Dan proses komunikasi
yang terjadi pada tingkatan kelompok kecil
pemasu membentuk pola komunikasi bentuk
cakar ayam
12
Kontribusi pada Penelitian Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta
membantu dalam proses penyusunan penelitian
Perbedaan Penelitian Objek yang diteliti merupakan kelompok
pemburu pekon Lombok, sedangkan penelitian
yang akan disusun objek penelitiannya
merupakan kelompok adat Lampung Pepadun.
Peneliti Febrycha Manullang
Judul Penelitian Pola Komunikasi Kelompok dalam
Mensosialisasikan Bahasa Dan Kesenian Batak
(Studi Pada Ikatan Muda-Mudi Batak Kristen
Dosroha Bandar Lampung)
Hasil Penelitian Pola komunikasi yang terbentuk pada penelitian
ini yaitu pola komunikasi dengan teman bermain
yang berbentuk kupu-kupu, pola komunikasi
antar senior yang berbentuk kotak, dan pola
komunikasi antar pengurus yang berbentuk
segitiga.
Kontribusi Menjadi referensi bagi penulis sekaligus menjadi
pedoman penyusunan penelitian
Perbedaan Penelitian ini meneliti bagaimana peranan dan
pola komunikasi dalam mensosialisasikan bahasa
dan kesenian batak, sedangkan penelitian yang
akan disusun meneliti bagaimana pola
komunikasi yang terjadi pada kelompok Adat
Lampung Pepadun
Peneliti Tota Gadis Sailaban
Judul Penelitian Pola komunikasi perkumpulan keturunan
manurung pada tradisi pesta tahunan marga
(bona taon) dalam mempererat tali persaudaraan
(studi pada perkumpulan keturunan manurung
kota bandar lampung)
Hasil Penelitian Pola komunikasi yang terbentuk pada penelitian
ini yaitu pola komunikasi bentuk layang-layang
satu atap, ikan, bintang
Kontribusi Menjadi referensi bagi penulis sekaligus menjadi
pedoman penyusunan penelitian
Perbedaan Penelitian ini meneliti bagaimana peranan dan
pola komunikasi perkumpulan keturunan
manurung pada tradisi pesta tahunan marga
(bona taon) dalam mempererat tali persaudaraan
sedangkan penelitian yang akan disusun meneliti
bagaimana pola komunikasi yang terjadi pada
kelompok Adat Lampung Pepadun
13
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok
2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok (dalam Syaiful, 2009: 87) adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara 3 orang atau lebih secara tatap
muka di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.
Dalam komunikasi kelompok, orang yang menjadi komunikan bisa
sedikit maupun banyak, apabila jumlah orang dalam kelompok itu
sedikit berarti disebut dengan kelompok kecil, komunikasi yang
berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group
communication), jika jumlahnya banyak dinamakan kelompok besar
(large group communication). Komunikasi kelompok (group
communication) adalah: komunikasi antara seseorang (komunikator)
dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama
dalam bentuk komunikasi. Effendy (2003: 75).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005: 30), mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga
orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagai
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota
yang lain secara tepat. Sedangkan Burgoon dan Ruffner (dalam
Sendjaja 1999: 99), komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka
dari tiga atau lebih individu, guna memperoleh maksud dan tujuan
yang dikehendaki, seperti berbagai informasi, pemelihara diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan
14
karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Jadi dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
kelompok adalah komunikasi antara seorang dengan sejumlah orang
yang dititik beratkan perhatiannya tertuju pada tingkah laku tiap
individu dalam kelompok tersebut.
Selanjutnya menurut Sendjaja (1999: 93), proses yang terjadi di dalam
komunikasi kelompok dalam bentuk yang terorganisir melalui tahapan
atau prosedur yang cukup kompleks, di antaranya adalah melalui
tahapan perencanaan oleh anggota-anggota kelompok inti di dalam
kelompok, mengadakan prosedur pertemuan (meeting procedure)
pendahuluan mengenai kegiatan organisasi untuk mengkomunikasikan
pesan kepada seluruh anggota kelompok, tahapan pelaksanaan
kegiatan dan evaluasi yang dilakukan oleh anggota-anggota kelompok
untuk membahas kegiatan komunikasi kelompok yang sudah
dilaksanakan oleh organisasi kelompok.
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu:
1. Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam
interaksi, dengan maksud atau tujuan yang dikehendaki dan
kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya.
2. Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa
setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar
anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik
secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan
15
ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang
melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan
demikian, makna tatap muka tersebut berkaitan erat dengan
adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah
partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai
20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20
orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di
mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar
anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan
sebagai komunikasi kelompok.
3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari
definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan
memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan
kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi
yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to
impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan
pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok
itu sendiri.
4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk
menumbuhkan karateristik personal anggota lainnya secara akurat.
Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak
langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud / tujuan
kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu
16
identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan
permanen.
2.2.2 Jenis - jenis Komunikasi Kelompok
Menurut Effendi (2003: 76), jenis komunikasi kelompok ada dua yaitu
komunikasi kelompok kecil (small group communication) dan
komunikasi kelompok besar (large group communication), masing-
masing jenis komunikasi kelompok tersebut memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang berbeda. Di bawah ini akan dijelaskan karakteristik
dari kedua jenis komunikasi kelompok tersebut.
1. Komunikasi kelompok kecil, disebut juga small group
communication, adalah komunikasi yang ditujukan pada kognisi
komunikan dan proses berlangsungnya secara dialogis. Dalam
komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukan pesannya
kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kelompok kuliah,
ceramah, diskusi, seminar, rapat, musyawarah, dan sebagainya.
Dalam komunikasi ini logika berperan penting, komunikan akan
menilai logis atau tidak uraian komunikator. Ciri lain komunikasi
kelompok kecil adalah prosesnya berlangsung secara dialogis,
tidak linier, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara verbal.
Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya
bila tidak mengerti, dapat menyanggah apabila tidak setuju dan
sebagainya.
2. Komunikasi kelompok besar, disebut juga large group
communication, adalah komunikasi yang ditujukan pada afeksi
komunikan dan prosesnya tidak berlangsung secara linear. Pesan
17
yang disampaikan komunikator dalam situasi komunikasi
kelompok besar ditujukan pada afeksi atau perasaan khalayak.
Contoh untuk komunikasi kelompok besar misalnya kelompok
rapat raksasa yang dilakukan di lapangan. Jika komunikan pada
komunikasi kelompok kecil adalah homogen (antara lain
sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama
pendidikannya, atau sama status sosialnya), komunikan dalam
komunikasi kelompok besar bersifat heterogen (mereka terdiri dari
individu-individu) yang berbeda jenis kelamin, usia, pendidikan,
jenis pekerjaan, agama dan sebagainya.
2.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok
Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat dicerminkan dengan
adanya fungsi-fungsi kelompok, yang meliputi hubungan sosial,
pendidikan, persuasi, pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan
fungsi terapi. Adapun fungsi komunikasi kelompok (Djuarsa, 2003:
26) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi pertama kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti
bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan
hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana
suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai, dan
menghibur.
2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti
bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal
18
bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.
Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para
anggota kelompok, kelompok itu sendiri, bahkan kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan
tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang
dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok, serta
frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi
pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok
membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya tanpa
pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota,
mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.
3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya memersuasi
anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu
kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para
anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut
terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
kelompok, maka justru orang yang berusaha memersuasi tersebut
akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian akan
membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
4. Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan
kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat
keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving)
berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak
diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan (decision
19
making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih
solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan
untuk pembuatan keputusan.
5. Fungsi terapi, Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan
kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan.
Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu
mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut
harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu
dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus.
Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal
dengan nama pengungkapan diri (self disclosure). Artinya, dalam
suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk
berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi
permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam
diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang
memberi terapi yang akan mengaturnya.
2.2.4 Karakteristik Kelompok
Ada beberapa karakteristik kelompok yang dikemukakan oleh sarlito
(dalam Andreas, 2008: 114) adalah sebagai berikut:
a. Kumpulan orang untuk mempertegas bahwa kelompok bukan individu
dan kelompok bukan masyarakat. Kelompok terdiri dari dua orang atau
lebih yang berkumpul.
b. Memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya. Orang
menggabungkan diri pada kelompok karena kesadaran dan dengan
20
niatan yang disengaja sehingga mereka memiliki kesadaran akan
keanggotaannya
2.2.5 Manfaat Kelompok
Menurut Burn (dalam Sarwono, 2009: 169) kelompok memiliki tiga
manfaat, yaitu:
a. Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan
dimiliki. Adanya kelompok membuat individu merasa tidak sendirian,
ada orang lain yang membutuhkan dan menyayangi.
b. Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung di
dalam kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia menggali dirinya
sebagai anggota
suatu kelompok, dan bertingkah laku sesuai norma kelompok tersebut.
c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri
kita. Adanya orang lain dalam kelompok bisa memberi informasi
tentang banyak hal, termasuk tentang siapa diri kita
2.2.6 Proses Pembentukan Kelompok
Dalam garis besarnya dapat dibedakan tiga keadaan di dalam mana
terjadi pembentukkan kelompok, yakni sebagai berikut: (dalam
Sarwono, 2009: 170)
a. adanya satu atau beberapa orang yang dengan sengaja
membentuk kelompok, untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
b. adanya sekumpulan orang yang mengadakan kegiatan-kegiatan
bersama sehingga secara spontan terbentuklah kelompok, di
dalam mana kumpulan orang ini berpartisipasi,
21
c. adanya sekumpulan orang yang mendapat perlakuan serupa dari
orang lain, sehingga terbentuklah kelompok orang yang
mendapat perlakuan sama itu.
Apabila suatu kelompok telah terbentuk maka tentu ia mempunyai
ciri-ciri yang dapat menyebabkan orang-orang di luar kelompok itu
berkeinginan untuk menjadi anggotanya pula atau sebaliknya
menimbulkan dorongan untuk melepaskan diri dari kelompok.
Sehubungan dengan keinginan seseorang untuk menjadi anggota
kelompok tertentu telah banyak diajukan asumsi dan hipotesa untuk
mencoba menjelaskan gejala itu. Ada pendapat yang mengasumsikan
bahwa penyebab seseorang menjadi anggota suatu kelompok tertentu
adalah adanya daya tarik kelompok itu sebagai wadah untuk
memenuhi kebutuhan. Pendapat lain beranggapan bahwa adanya
interaksi yang akan menguntungkan akan menarik seseorang untuk
menjadi anggota. Ada lagi yang mengatakan bahwa keinginan untuk
menjadi anggota disebabkan karena melalui kelompok itu yang
bersangkutan dapat mencapai suatu kebutuhan yang berada di luar
kelompok itu sendiri.
Menurut Shaw (1979: 83-84), ada beberapa faktor pada kelompok
yang dapat mendorong orang untuk berkeinginan menjadi anggotanya
dengan harapan mendapatkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tertentu yang meliputi :
a. daya tarik yang ada pada anggota kelompok itu.
22
b. daya tarik yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok.
c. daya tarik yang diberikan oleh tujuan yang hendak dicapai
oleh kelompok
d. daya tarik dari keanggotaan itu sendiri.
Selanjutnya, terdapat faktor-faktor lain di luar kelompok yang oleh
seseorang dirasakan dapat dicapai melalui keanggotaan kelompok itu,
yaitu :
a. daya tarik oleh orang lain di luar kelompok, yang menurut
perkiraan seseorang akan dapat didekatinya melalui kelompok
itu.
b. daya tarik dari tujuan-tujuan tertentu di luar tujuan kelompok,
namun diharapkan dapat dicapai apabila ia menjadi anggota
kelompok itu.
2.3 Tinjauan Tentang Pola dan Jaringan Komunikasi
Istilah pola komunikasi biasa disebut juga model tetapi sama, yaitu sistem
yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain, untuk
mencapai tujuan. Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud
bisa dipahami. Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi,
sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan dapat
ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam komunikasi.
23
Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan
keterpautannya unsur- unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna
memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis (Effendy, 2003 : 135).
Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik
individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian ini
jelas bahwa Komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yag terlibat dalam Komunikasi itu
adalah manusia itu. Komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada
seseorang, gagasan itu di olahnya menjadi pesan dan di kirimkan melalui
media tertentu kepada orang lain sebagai penerima.
Penerima pesan, dan sudah mengerti pesannya kepada pangirim pesan.
Dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat
menilai efektifitas pesan yang dikirimkannya. Berdasarkan tanggapan itu,
pengirim dapat mengetahui apakah pesannya di mengerti dan sejauh mana
pesanya dimengerti oleh orang yang di kiri. Sedangkan menurut Effendi pola
komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan
keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna
memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis.
Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik
individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari (Effendy, 2003:141)
dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang
dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yag terlibat
dalam Komunikasi itu adalah manusia itu. Pola komunikasi dibagi menjadi
tiga yaitu, komunikasi satu arah, komunikasi dua arah dan komunikasi multi
24
arah (Menurut Effendy, 2003: 32) Pola Komunikasi terdiri atas 3 macam
yaitu :
1. Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
Komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa
media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan
bertindak sebagai pendengar saja.
2. Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic
communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar
fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama
menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi.
Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator
utama, komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses
komunikasi tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara
langsung.
3. Pola Komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu
kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan
saling bertukar pikiran secara dialogis.
Sedangan jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Menurut Widjaja (2000: 102)
jaringan komunikasi dibagi menjadi 4 (empat) model, yaitu:
1. jaringan komunikasi Roda
jaringan komunikasi roda menjelaskan pola komunikasi satu orang
kepada orang banyak, yaitu (A) berkomunikasi kepada (B), (C), (D), dan
(E).
25
Contoh ilustrasi:
Seseorang, biasanya pemimpin, menjadi fokus perhatian. Ia dapat
berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota
kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.
2. Jaringan Komunikasi Rantai
Jaringan komunikasi ini, seseorang (A) berkomunikasi dengan orang lain
(B) seterusnya ke (C), (D), dan ke (E).
Contoh ilustrasi:
A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan C, C
dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya.
3. Pola Komunikasi Lingkaran
Jaringan komunikasi lingkaran ini hampir sama dengan pola komunikasi
rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi kembali pada orang
pertama (A).
26
Contoh ilustrasi :
Setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri
dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.
4. jaringan Komunikasi Bintang
Pada Jaringan komunikasi bintang ini, semua anggota saling berkomunikasi
satu sama lainnya.
Contoh ilustrasi :
Disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all channel, setiap anggota
dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain. Pola
komunikasi yang dimaksud di sini adalah gambaran tentang bentuk atau
cara yang digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam
menyampaikan pesan baik secara langsung maupun melalui media dalam
konteks hubungan dan interaksi yang berlangsung dalam masyarakat.
27
2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara
dua orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi antar pribadi (KAP)
didefinisikan (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:7) sebagai proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi apabila seseorang
mendasarkan prediksinya tentang reaksi orang lain dengan data psikologis.
Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang yang
berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek
atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan
memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi
komunikan menyenangkan maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah
berhasil.
Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua
macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil.
Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi kelompok kecil adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka,
dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Secara umum
komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran
makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, di mana komunikasi
terjadi secara tatap muka antara dua individu.
Ada persamaan antara komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi,
yaitu sama-sama bisa berkomunikasi langsung secara tatap muka atau face to
face dan pastinya saling bertukar informasi atau untuk memecahkan masalah
28
tertentu. Komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok memiliki
hubungan yang sangat erat, sebab dalam komunikasi kelompok di dalamnya
ada komunikasi antar pribadi. Menurut Richard L. Weaver II (dalam
Budyatna 2011: 15), menyebutkan terdapat delapan karakteristik dalam
komunikasi antar pribadi, yaitu:
1. Melibatkan paling sedikit dua orang.
Komunikasi antar pribadi melibatkan paling sedikit dua orang. Jumlah
dua individu bukanlah jumlah yang sembarangan. Jumlah tiga dapat
dianggap sebagai kelompok yang terkecil. Apabila kita mendefinisikan
komunikasi antar pribadi dalam arti jumlah orang yang terlibat, haruslah
diingat bahwa komunikasi antar pribadi sebetulnya terjadi antara dua
orang yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar.
2. Adanya umpan balik atau feedback.
Umpan balik merupakan pesan yang dikirim kembali oleh penerima
kepada pembicara. Dalam komunikasi antar pribadi hampir selalu
melibatkan umpan balik langsung. Sering kali bersifat segera, nyata, dan
berkesinambungan. Hubungan yang langsung antara sumber dan
penerima merupakan bentuk yang unik bagi komunikasi antar pribadi.
3. Tidak harus tatap muka
Bagi komunikasi antar pribadi yang sudah terbentuk, adanya saling
pengertian antara dua individu, kehadiran fisik dalam berkomunikasi
tidaklah terlalu penting. Tetapi menurut Weaver bahwa komunikasi tanpa
interaksi tatap muka tidaklah ideal walaupun tidak harus dalam KAP.
Menurutnya, kehilangan kontak langsung berarti kehilangan faktor utama
dalam umpan balik, sarana penting untuk menyampaikan emosi menjadi
29
hilang. Bentuk idealnya memang adanya kehadiran fisik dalam
berinteraksi secara antar pribadi, walaupun tanpa kehadiran fisik masih
dimungkinkan.
4. Tidak harus bertujuan.
Komunikasi antar pribadi tidak harus selalu disengaja atau dengan
kesadaran. Orang-orang mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya
itu tanpa sengaja atau sadar, tetapi apa yang dilakukannya itu merupakan
pesan-pesan sebagai isyarat yang mempengaruhi anda. Dengan kata lain,
telah terjadi penyampaian pesan dan penginterpretasian pesan-pesan
tersebut.
5. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect.
Untuk dapat dianggap sebagai komunikasi antar pribadi yang benar, maka
sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki efek atau pengaruh. Efek
atau pengaruh itu tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi.
6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata - kata.
Kita dapat berkomunikasi tanpa kata-kata seperti pada komunikasi non
verbal. Pesan-pesan non verbal seperti menatap dan menyentuh atau
membelai kepada seorang anak atau kepada seorang kekasih memiliki
makna yang jauh lebih besar daripada kata-kata.
7. Dipengaruhi oleh konteks.
Konteks merupakan tempat di mana pertemuan komunikasi terjadi
termasuk apa yang mendahului dan mengikuti apa yang dikatakan.
Konteks mempengaruhi harapan-harapan para partisipan, makna yang
diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya.
30
8. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise.
Kegaduhan atau noise ialah setiap rangsangan atau stimulus yang
mengganggu dalam proses pembuatan pesan. Kegaduhan/kebisingan atau
noise dapat bersifat eksternal, internal, atau semantik.
2.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi
West dan Turner (2008: 38) menyatakan bahwa komunikasi organisasi
mencakup komunikasi yang terjadi di dalam dan di antara lingkungan yang
besar dan luas. Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena komunikasi
organisasi juga meliputi komunikasi interpersonal (percakapan antara atasan
dan bawahan), kesempatan berbicara di depan publik (presentasi yang
dilakukan oleh para eksekutif dalam perusahaan), kelompok kecil (kelompok
kerja yang mempersiapkan laporan), dan komunikasi dengan menggunakan
media (e-mail dan konferensi jarak jauh). Oleh karenanya, organisasi terdiri
atas kelompok yang diarahkan oleh tujuan akhir yang sama. Muhammad
(2005: 65) menyatakan bahwa terdapat beberapa persepsi mengenai
komunikasi organisasi antara lain:
A. Menurut Redding dan Sanborn (dalam Muhammad, 2005: 65) Redding
dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks,
yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau
komunikasi dari orang-orang yang sama level atau tingkatnya dalam
31
organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan
menulis dan komunikasi evaluasi program.
B. Menurut Katz dan Kahn (dalam Muhammad, 2005: 65) Katz dan Kahn
mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi,
pertukaran informasi dan pemindahan arti didalam suatu organisasi. Pada
dasarnya komunikasi organisasi di dalam organisasi, terbagi menjadi tiga
bentuk:
1. Komunikasi vertikal, bentuk komunikasi ini merupakan bentuk
komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan rapat kepada
anggota rapat, dan dari anggota rapat kepada pimpinan rapat
secara timbal balik.
2. Komunikasi horizontal, komunikasi secara mendatar di antara
sesama anggota organisasi. Komunikasi horizontal sering kali
berlangsung tidak formal.
3. Komunikasi diagonal, bentuk komunikasi ini sering disebut juga
komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain
dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak
berada pada jalur struktur yang lain.
2.6 Tinjauan Tentang Kebudayaan
1. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial
yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala
aktivitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari
32
sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama
masyarakatnya. Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 1982: 167),
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta karsa
a. Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi
dan karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya, sehingga produk dari
budaya materi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
b. Rasa, adalah spiritual culture, meliputi unsur mental dan kejiwaan
manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial,
hukum, dan norma sosial atau yang disebut dengan pranata sosial
untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan.
c. Cipta, merupakan immaterial culture, yaitu bukan budaya spiritual
culture yang menghasilkan pranata sosial namun cipta yang
menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan, dan semacamnya
yang bermanfaat bagi manusia.
d. Karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa, dan cipta
pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingannya
bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian, karsa adalah kecerdasan
dalam menggunakan karya, rasa, dan cipta secara fungsional
sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia
dan masyarakat secara luas.
1. Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan dari setiap bangsa atau masyarakat, terdiri dari unsur-unsur
besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian-bagian dari suatu
kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Menurut Koentjaraningrat (dalam
33
Soekanto 1982: 170), menguraikan ada tujuh unsur kebudayaan yang
dianggap sebagai cultural universals, yaitu:
1. Sistem Religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta. Sistem
religi meliputi kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi
keagamaan dan upacara keagamaan.
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun
diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki
kelemahan dan kelebihan masing-masing antar individu sehingga timbul
rasa untuk berorganisasi dan bersatu. Sistem organisasi kemasyarakatan
meliputi kekerabatan, organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan,
kesatuan hidup dan perkumpulan.
3. Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran
yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang
berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia sebagai
homo economicus yang menjadikan kehidupan manusia terus meningkat.
Sistem ini lahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang
tidak terbatas dan selalu ingin lebih. Sistem mata pencaharian hidup
meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan.
34
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang
dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.
6. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan,
ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud
hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui
bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah
laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang
dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa
secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan
alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi
bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-
naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga, sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian
35
meliputi: seni patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias,
vokal, musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama.
2.8 Landasan Teori
1. Teori Jaringan atau Network
Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (2011: 47) adalah suatu
jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan,
yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Dan melihat
jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus
merangkai individu-individu. obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa. Frace
melihat jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur dari kontak
antara person yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang
dialami seseorang di dalam sistem sosialnya.
Dari berbagai pengertian tersebut di atas, yang dimaksudkan dengan
jaringan komunikasi dalam makalah ini adalah rangkaian hubungan
diantara individu sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi, sehingga
membentuk pola-pola atau model-model jaringan komunikasi tertentu.
Dalam suatu jaringan komunikasi, terdapat pemuka-pemuka opini, yaitu
orang yang mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu
tertentu. Karakteristik pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe
kelompok yang mereka pengaruhi, Jika pemuka opini terdapat dalam
kelompok-kelompok yang bersifat inovatif, maka mereka biasanya lebih
inovatif daripada anggota kelompok, meskipun pemuka opini seringkali
bukan termasuk inovator yang pertama kali menerapkan inovasi. Di pihak
36
lain, pemuka-pemuka opini dari kelompok-kelompok yang konservatif
juga bersikap agak konservatif.
Pada proses difusi, yaitu proses masuknya inovasi dalam suatu kelompok
sehingga terjadi perubahan perilaku, hampir semua pemuka-pemuka opini
menyokong perubahan. Akan tetapi, pada beberapa kasus tertentu pemuka
pemuka opini menentang pengadopsian suatu inovasi. Jaringan atau
network merupakan susunan sosial yang diciptakan oleh komunikasi antar
individu dan kelompok. Saat manusia saling berkomunikasi tercipta mata
rantai. Mata rantai tersebut merupakan jalur komunikasi dalam sebuah
organisasi. Beberapa diantaranya ditentukan oleh aturan-aturan organisasi
(seperti susunan birokrasi yang dinyatakan Max Weber bahwa birokrasi
adalah sistem administrasi rutin yang dilakukan dengan keseragaman,
diselenggarakan dengan cara-cara tertentu, didasarkan aturan tertulis, oleh
orang-orang yang berkompeten di bidangnya) dan mendasari jaringan
formal (formal network), tapi saluran-saluran ini hanya mengungkapkan
bagian susunan organisasi. Sebaliknya, jaringan yang berkembang
(emergent network) adalah saluran informal yang dibangun, bukan oleh
regulasi formal organisasi tetapi oleh kontak reguler sehari-hari antar
anggotanya.
Rogers dan Kincaid (2011: 47) menjelaskan bahwa analisis jaringan
komunikasi adalah merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi
struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai
arus komunikasi dianalisa menggunakan beberapa tipe hubungan-
hubungan interpersonal sebagai unit analisa. Tujuan penelitian
37
komunikasi menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk
memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu
sistem.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi
adalah: mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, mengidentifikasi
peranan khusus seseorang dalam jaringan komunikasi, misalnya sebagai
liaisons, bridges dan isolated, dan mengukur berbagai indikator (index)
struktur komunikasi, seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik,
keintegrasian klik, dan sebagainya.
Klik dalam jaringan komunikasi adalah bagian dari sistem (sub sistem)
dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain
dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi
(Rogers dan Kincaid, 2011: 47). Dalam proses difusi, untuk mendapatkan
informasi bagi anggota kelompok, dalam jaringan komunikasi terdapat
peranan-peranan sebagai berikut:
1) Liaison Officer (LO), yaitu orang yang menghubungkan dua atau
lebih kelompok/sub kelompok, akan tetapi LO bukan anggota
salah satu kelompok/sub kelompok.
2) Gate Keeper, yaitu orang yang melakukan filtering terhadap
informasi yang masuk sebelum dikomunikasikan kepada
anggota kelompok/sub kelompok
3) Bridge, yaitu anggota suatu kelompok/sub kelompok yang
berhubungan dengan kelompok/ sub kelompok lainnya.
38
4) Isolate, yaitu mereka yang tersisih dalam suatu kelompok/sub
kelompok
5) Cosmopolite, yaitu seseorang dalam kelompok/sub kelompok
yang menghubungkan kelompok/sub kelompok dengan
kelompok/sub kelompok lainnya atau pihak luar.
6) Opinion Leader, yaitu orang yang menjadi pemuka pendapat
dalam suatu kelompok/sub kelompok
2. Teori Pengorganisasian (Carl Weick)
Di dalam konsep ini Weick mengatakan bahwa organisasi adalah sebuah
urut- urutan peristiwa yang terjalin secara bersama-sama dan berlangsung
dalam kawasan yang nyata. Penekanan dalam konsep ini terletak pada
aktivitas dan proses. “Bagaimana organisasi tersebut bertindak dan tampil
ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola prilaku regular yang
saling bertautan”. Perilaku yang seseorang yang bertautan dalam hal ini
merupakan kunci dari berfungsinya sebuah organisasi tersebut.
Teori organizing Weick juga signifikan dalam bidang komunikasi sebab
menurutnya komunikasi adalah dasar human organizing dan memberikan
pemahaman rasional bagaimana mengorganisir orang. Organisasi tidak
membuat struktur dari posisi dan peran, namun aktivitas komunikasi.
Interaksi yang dibentuk organisasi pada tindakan atau statement perilaku
dari individu. Aktivitas organisasi mengisi fungsi mengurangi
ketidakpastian informasi. Menurut Weick, semua informasi dari
lingkungan sekitar bersifat ambigu pada beberapa tingkatan. Proses
menghilangkan kesamaran adalah proses yang berkembang dengan tiga
39
bagian, yaitu penetapan (enactment), pemilihan (selection), dan
penyimpanan (retention).
Proses/Tahap Pengorganisasian :
1. Tahap Enactment, secara sederhana berarti bahwa para anggota
organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan
dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa.
2. Tahap Selection, aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk
menentukan pengurangan yang sesuai dengan ketidakjelasan.
3. Tahap Retention, memungkinkan organisasi menyimpan informasi
mengenai cara organisasi itu memberi respon atas berbagai situasi.
Proses pengorganisasiaan akan menghasilkan organisasi.
Pengorganisasian adalah sebuah proses dan aktivitas/kegiatan.
Walaupun organisasi memiliki struktur namun bagaimana organisasi
bertindak dan bagaimana organisasi tersebut tampil ditentukan oleh
struktur yang ditetapkan oleh pola-pola reguler perilaku yang saling
bertautan. (Weick, 1979: 90).
Weick beranggapan bahwa organisasi berada dalam sebuah lingkungan.
Bukan hanya lingkungan fisik, akan tetapi lingkungan informasi
(information environtment). Individu menciptakan lingkungan ini melalui
proses enactment (penetapan). Proses enactment menyatakan bahwa
anggota organisasi yang berbeda akan memahami informasi dengan cara
berbeda dan oleh karena itu menciptakan lingkungan informasi yang
berbeda. Weick menjelaskan tidak ada jenis lingkungan yang monolitik,
40
singular, dan tetap yang terlepas dari individu. Malahan, individu
merupakan bagian dari lingkungan itu sendiri.
Organisasi itu sendiri merupakan suatu proses komunikasi yang
berkelanjutan. Ketika manusia melakukan interaksi sehari-hari, kegiatan
yang mereka lakukan menciptakan organisasi. Semua perilaku
dihubungkan karena perilaku seseorang bergantung pada perilaku orang
lain. Interaksi yang membentuk sebuah organisasi terdiri atas sebuah
tindakan, pernyataan, atau perilaku seorang individu, yang penting adalah
bagaimana orang lain merespons tindakan tersebut. Weick yakin bahwa
semua kegiatan berorganisasi adalah interaksi ganda.
Kegiatan berorganisasi berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian
informasi. Secara singkat tahap Enactment mengemukakan bahwa
organisasi memiliki karakteristik kompleksitas dan perubahan lingkungan
yang dipersepsikan manajemen kolektif. Setiap organisasi memiliki
kompleksitas dan peruhan lingkungan yang berbeda-beda tergantung
persepsi mereka terhadap ketidakpastian lingkungan. Kompleksitas dan
perubahan lingkungan menuntut para pengambil keputusan (para manajer)
untuk menyiapkan respons yang baik atas persepsi terhadap ketidakpastian
berpendapat bahwa jika lingkungan organisasi semakin kompleks dan sulit
dikelola, maka organisasi hanya bisa bereaksi berdasarkan pengalaman
para manajemen dalam krisis dan ketidakpastian tersebut.
Dalam sistem yang dipahami oleh Weick, benda-benda berada pada
keadaan yang berubah secara terus–menerus (Evolution). Weick
41
melangkah lebih jauh dari pada umumnya teori System dengan menyatakan
bahwa organisasi tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan mereka,
tetapi organisasi ini menciptakan lingkungan tersebut.
Teori ini juga menyebutkan tidak adanya pemisah yang tajam antara
organisasi dengan lingkungan. Para anggota oraganisasi tidak hanya
bereaksi dan berkreasi tetapi mereka membuat lingkungan mereka melalui
interasksi dan penciptaan makna.
Weick juga mendefinisikan pengorganisasian meliputi :
1. Mufakat (Conseptual validation) adalah realitas organisasi muncul
sebagai pengalaman yang dijalani bersama dan disahkan oleh orang
lain.
2. Gramatika, yang berarti sejumlah aturan konvensi dan praktik
organisasi. Konvensi ini membantu orang Untuk melaksanakan tugas
yang menjadi dasar akan makna yang ada.
3. Ketidakjelasan, berarti ketidak jelasan atau samar-samar yang
dihadapi para anggota organisasi. Organisasi membantu mengurangi
ketidak pastian informasi yang diperoleh para anggota organisasi.
Selanjutnya, konsep ini menyatakan bahwa karakter sistemik suatu
organisasi merupakan suatu karakter yang diurutkan secara cermat dan
memungkinkan setiap unit terikat erat dengan sesamanya. Sistem semacam
ini disebut terangkai erat-erat (Tightly Coupled). Rangakaian–rangkaian ini
merujuk kepada proses-proses yang mempengaruhi prilaku bersama
komponen–komponen organisasi. Weick mengemukakan gagasan system
rangkaian longgar (Loosely Coupled System).
42
Suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu sistem dapat mempengaruhi
komponen – komponen lainnya dalam system tersebut tetapi tidak secara
langsung. Elemen-elemen dasar dari model Weick, yaitu lingkungan,
kesamaran, pembuatan, pemilihan, penyimpanan, titik pilihan, siklus
perilaku, dan aturan tindakan semuanya berkontribusi terhadap
pengurangan kesamaran. Elemen ini bekerja bersama dalam sebuah sistem,
masing-masing elemen ini saing berhubungan.
Komunikasi merupakan proses penting yang menghasilkan struktur.
Struktur yang dijalankan manusia. Manusia tidak hanya menjalankan
organisasi, manusia merupakan organisasi itu sendiri. Pengorganisasian
adalah suatu gramatika (aturan, konvensi, praktik organisasi) yang
disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakpastian dengan
menggunakan perilaku bijaksana (pengalaman) yang saling bertautan.
(pengalaman dilalui bersama dengan orang lain melalui sistem
lambang/simbol). (Weick, 1979:90)
Proses pengorganisasian akan menghasilkan organisasi. Pengorganisasian
adalah sebuah proses dan aktivitas/kegiatan. Walaupun organisasi
memiliki struktur namun bagaimana organisasi bertindak dan bagaimana
organisasi tersebut tampil ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh
pola-pola regular prilaku yang saling bertautan.
Komunikasilah yang merupakan proses penting. Proses menghasilkan
struktur. Suatu sistem jelas manusia, manusia tidak hanya menjalankan
organisasi, manusia merupakan organisasi itu sendiri. Pengorganisasian
adalah suatu gramatika (aturan, konvensi, praktik organisasi) yang
43
disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakpastian dengan
menggunakan prilaku bijaksana (pengalaman) yang saling bertautan.
(pengalaman dilalui bersama dengan orang lain melalui sistem
lambang/symbol). (Weick, 1979: 90)
2.9 Kerangka Pikir
Perkumpulan etnik Lampung Pepadun, masih sering dilaksanakan oleh
masyarakat Way Buyut, Lampung Tengah. syarat penting bertahannya
perkumpulan (kelompok) adalah dengan memiliki komunikasi yang baik
antara ketua dengan pengurus, pengurus dengan anggota, maupun anggota
dengan anggota. Pada penelitian ini, peneliti mengangkat sebuah fenomena
yang ada pada etnis Lampung Pepadun yaitu perkumpulan etnis Lampung
Pepadun yang masih aktif, melalui perkumpulan etnis Lampung Pepadun
kita dapat melihat komunikasi antara ketua adat dengan pengurus, pengurus
dengan anggota, anggota dengan anggota, Sehingga Komunikasi yang
dilakukan oleh Ketua adat, Pengurus dan anggota akan menghasilkan
bentuk dari komunikasi Kelompok.
Penelitian pola dan jaringan komunikasi pada adat Lampung Pepadun
dianalisis menggunakan teori jaringan yang terbentuk hasil dari komunikasi
yang terjadi pada perkumpulan Etnis Lampung Pepadun, selain itu kita
dapat menggunakan teori pengorganisasian untuk dapat melihat organisasi
yang ada pada kelompok Etnis Lampung Pepadun. Dengan menggunakan
Teori Jaringan dan teori pengorganisasian, kiranya sesuai untuk
menganalisis data yang didapat untuk menemukan pola komunikasi yang
44
terbentuk pada perkumpulan kelompok etnis Lampung Pepadun. Berikut
kerangka pikir penelitian ini:
Bagan 1. Kerangka Fikir
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
penelitian deskriptif sendiri adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
melukiskan variabel demi variabel. Satu demi satu yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada. (Rakhmat, 1994: 25)
Menurut Bogdan & Taylor (dalam Kaelan 2012: 5) adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata (bisa lisan untuk
penelitian agama, sosial, budaya, filsafat, catatan-catatan yang berhubungan
dengan makna, nilai serta pengertian). Penelitian Kualitatif adalah jenis
penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi,
perhitungan statistic atau berupa angka.
Menurut Mardalis (1995: 26) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan apa-apa saja yang saat ini berlaku. Di dalamnya
terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan penelitian
kualitatif ini akan membantu penulis untuk dapat melakukan penelitian yang
46
bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan pola dan jaringan
komunikasi pada struktur etnik Lampung Pepadun.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian kualitatif sangat penting adanya fokus
penelitian karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup penelitian
yang akan dilakukan dan memegang peranan yang sangat penting dalam
memandu serta menjalankan suatu penelitian. Penetapan fokus juga berfungsi
untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukan-mengeluarkan
suatu informasi yang baru diperoleh. Dengan bimbingan dan arahan suatu
fokus, seorang peneliti tahu persis data mana yang perlu dikumpulkan dan
data mana pula yang walaupun mungkin menarik, karena tidak relevan, tidak
perlu dimasukkan kedalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan
(Moleong, 2007: 62).
Fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siapa saja yang terlibat dalam komunikasi pada prosesi pengangkatan
anak secara adat?
2. Bagaimana bentuk pola dan jaringan komunikasi pada saat prosesi
pengangkatan anak secara adat?
3. Bagaimana peran pihak tokoh yang terlibat dalam prosesi pengangkatan
anak secara adat?
4. Bagaimana proses komunikasi kelompok yang terjadi saat prosesi
pengangkatan anak secara adat?
47
3.3 Penentuan Informan
Penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih
kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi
yang diharapkan peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan
diminta informasinya. Menurut Spardly (dalam Faisal 1990: 45) informan
harus memenuhi beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan satu kegiatan atau
aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian, dan ini
biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar
kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.
2) Subjek masih terikat secara penuh dan secara aktif pada lingkungan
serta kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
3) Subjek memiliki cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai
informasi.
Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik snawball, di mana informan penelitian dipilih secara sengaja
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu
1) Pengurus atau anggota Kelompok Adat Lampung Pepadun dalam 3
tahun terakhir
2) Aktif dalam kegiatan Kelompok Adat dalam 3 tahun terakhir, yang
memiliki usia 21 tahun keatas.
3) Bersedia menjadi informan.
48
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data disini berarti pencarian sumber-sumber, penentuan akses
ke sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Moleong, 2007: 155)
1. Wawancara Mendalam
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode
wawancara mendalam. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas
pertanyaan itu (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Teknik ini
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang
lengkap dan mendalam.
2. Observasi
Menurut Ngalim Purwanto (dalam Basrowi dan Suwandi 2008: 93)
observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini
digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di
lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang
permasalahan yang diteliti.
3. Snawball
(Sugiyono, 2008: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih
49
teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga
jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding
semakin lama semakin besar.
4. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari data
tertulis, arsip, foto, dan lain-lain.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip,
catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya yang ditemukan di lapangan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. (Moleong, 2007: 288) Proses analisis kualitatif akan melalui proses
sebagai berikut:
1. Reduksi data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, mengorganisasi data dengan cara yang
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
2. Display data (Penyajian data).
Penyajian data dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang lebih
50
utama bagi analisis kualitas yang valid. Untuk melihat gambaran
keseluruhan dari penelitian ini maka akan diusahakan membuat berbagai
matrik jaringan dan bagan atau dimungkinkan dalam interpretatif yang
baik sehingga dapat menyajikan data secara lebih baik.
3. Verifikasi (menarik kesimpulan).
Peneliti berupaya mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-
pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur sebab akibat serta
proposisi. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung dan
makna-makna yang muncul dari data yang mengandung kebenaran,
kekokohan dan kecocokan yang merupakan validitasnya sehingga akan
diperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.
3.6 Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data,
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan data yang menggunakan
berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang
yang berbeda. (Moleong, 2010: 324)
a. Triangulasi Sumber
Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil
pengamatan
b. Triangulasi Teori
Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Untuk itu
diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data yang
lengkap supaya hasilnya komprehensif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah
Kabupaten Lampung Tengah meliputi areal seluas 4.789,62 Km2 terletak
pada bagian tengah Propinsi Lampung dengan Ibukota di Gunung Sugih.
Secara geografis terletak pada kedudukan 104°35' sampai dengan 105°50'
Bujur Timur dan 4°30' sampai dengan 4°15' Lintang Selatan, dan berbatasan
dengan: Sebelah Utara dengan Kabupaten Lampung Utara, Sebelah Selatan
dengan Kabupaten Pesawaran, Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung
Timur dan Kota Metro, Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus dan
Lampung Barat.
4.2 Gambaran Umum Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Pekon Way
Buyut
Desa Buyut Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
merupakan desa yang berpenduduk padat. Pada awalnya nama Desa Buyut
berada di daerah yang bernama Buyut Tua. Daerah Buyut Tua (sekarang
bernama Buyut Baru) ini merupakan daerah yang berada di wilayah
Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Pada saat itu,
mayoritas penduduk yang tinggal di Buyut Tua adalah masyarakat asli
52
Lampung. Di daerah ini pula masyarakat Lampung mengalami kepadatan
penduduk sehingga masyarakat yang tinggal di daerah itu membutuhkan
daerah baru untuk mereka berkembang. Hal ini mengakibatkan masyarakat
yang berada di daerah buyut tua pergi dari daerah itu dan mencari daerah baru
untuk mereka huni dan berkembang.
Pada tahun 1912 masyarakat yang berada di daerah Buyut Tua berangsur-
angsur pindah ke suatu Desa yang saat itu bernama Desa Suka Bumi, Desa ini
pada mulanya adalah Desa yang dihuni oleh masyarakat campuran yaitu
masyarakat asli Lampung dan masyarakat pendatang dari pulau jawa. Di Desa
ini masyarakat dari Buyut Tua disambut ramah oleh masyarakat Lampung
yang sudah lebih dulu berada di Desa suka bumi, begitu juga masyarakat
jawanya turut menyambut ramah masyarakat Lampung yang baru datang itu.
Setelah masyarakat yang baru pindah dari Buyut Tua membaur dengan
masyarakat yang sudah lebih dulu di Desa Suka Bumi.
Desa Suka Bumi yang pada saat itu dipimpin oleh Suttan Mangku Bumi
sepekat dengan masyarakatnya untuk mengganti nama Desa mereka dengan
nama Suka Bumi Buyut dengan pemimpinnya tetap Suttan Mangku Bumi,
nama ini di ganti karena Suttan Mangku bumi menghargai masyarakat yang
baru pindah dari Buyut tua dan menerima masyarakat ini menjadi masyarakat
tetap desa yang dipimpinnya dengan menggabungkan kedua nama kampung
masyarakat nya yaitu “Suka Bumi dan Buyut Tua” namun kata Tua tidak
diikutkan kedalam nama Desa yang baru mereka ganti namanya menjadi
Suka Bumi Buyut dikarenakan mereka menginginkan nama yang baru dan
berbeda sebagai identitas mereka.
53
Desa Suka Bumi Buyut adalah Desa yang sangat luas. Luas wilayah Desa
Suka Bumi Buyut mencapai +7 Km2 dengan jumlah penduduk mencapai
12.576 jiwa. pendidikan Desa Suka Bumi Buyut pada saat itu adalah sekolah
Rakyat (SR), sedangkan untuk sarana peribadatan pada saat itu Desa Suka
Bumi baru ada 3 buah Musolah kecil yang salah satu nya dibangun oleh
bapak Albari secara pribadi. Pada tahun 1950 Desa Suka Bumi Buyut yang
saat itu masih dipimpin oleh Suttan Mangku Bumi dipecah menjadi dua
bagian, hal ini dilakukan karena rentang kendali pemerintahannya. Kedua
Desa pecahan dari Desa Suka Bumi Buyut bernama Desa Buyut Udik dan
Desa Buyut Ilir.Desa Buyut Udik memiliki luas wilayah sebanyak 4 km2
dengan jumlah penduduk 8.867 jiwa. kampung Buyut Udik untuk pertama
kali dipimpin oleh Bapak Albari Glr. Suttan Sepahit Lidah dari tahun 1950
sampai dengan tahun 1955, Desa Buyut Udik dibawah pimpinan Albari
Suttan Sepahit Lidah mengalami perkembangan yang Cukup baik.
Namun sarana prasarana desanya belum lengkap, pada saat itu Desa Buyut
Udik untuk pendidikan baru ada satu Sekolah Dasar (SD), dua Musolah kecil
yang dulu termasuk dalam Desa Suka Bumi Buyut. memperhatikan
kehidupan masyarakat adat yang tinggal di Desa Buyut (Desa Buyut Udik dan
Desa Buyut Ilir) kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah,
keluarga yang melakukan Ngakken Anak (Adopsi) adalah keluarga yang
tidak mempunyai keturunan laki-laki tidak mempunyai keturunan sama sekali
yang akan meneruskan generasi keluarganya.
54
Masyarakat Lampung di Desa Buyut Udik dan Buyut Ilir menganggap anak
laki-laki lebih penting bila di bandingkan dengan anak perempuan, hal ini
juga terjadi pada masyarakat Lampung pada umumnya yang menganut sistem
patrilineal. Kebanyakan Keluarga di Desa Buyut baik Buyut Udik maupun
Buyut Ilir yang tidak mempunyai anak laki-laki atau tidak mempunyai anak
sama sekali yang melakukan ngakken anak dengan mempertimbangkan
bahwa anak laki-laki lah yang akan meneruskan keluarga dan kedudukan adat
serta mewarisi harta ”Jika dalam suatu keluarga itu hanya mempunyai anak
perempuan saja, dan keluarga itu tidak mau melakukan ngakken anak/tegak
tegi maka anak tersebut bila menikah nanti dia akan ikut bersama suaminya
dan itu berarti hubungan dengan keluarganya akan terputus.
Selain itu, pelaksanaan ngakken anak juga disebabkan adanya perkawianan
campuran antara gadis Lampung dengan laki-laki yang bukan bersuku
Lampung. Hal ini disebabkan keharusan bahwa secara adat gadis Lampung
atau Laki-laki Lampung tidak bisa manikah dengan laki-laki atau perempuan
yang bukan bersuku Lampung, tetapi masyarakat di Desa Buyut masih
memegang teguh ajaran agama Islam yang dalam hal perjodohan tidak
memandang suku maka gadis atau laki-laki Lampung bisa menikah dengan
laki-laki atau perempuan yang bukan bersuku Lampung dengan syarat bahwa
laki-laki atau perempuan yang bukan bersuku Lampung tersebut dinakkenkan
kepada keluarga Lampung dan kemudian dimasukkan kedalam adat Lampung
sehingga laki-laki atau perempuan yang bukan bersuku Lampung tersebut sah
menjadi masyarakat Lampung dalam adat.
55
Alasan itulah yang menyebabkan masyarakat adat yang tidak mempunyai
anak laki-laki atau tidak mempunyai anak sama sekali melakukan ngakken
anak. Selain itu juga alasan lain yang menyebabkan masyarakat di Desa
Buyut mengakken anak adalah adanya perkawinan campuran antara gadis
Lampung dengan laki-laki yang bukan Lampung.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pola komunikasi yang terjadi dalam acara adat pengangkatan anak Lampung
Pepadun adalah pola komunikasi multi arah. Pola komunikasi multi arah
adalah proses komunikasi yang terjadi dalam satu kelompok, dimana
komunikator dan komunikan saling bertukar fikiran satu sama lainnya.
2. Masyarakat Kelompok adat Lampung Pepadun memiliki jaringan komunikasi
dengan model jaringan personal, masyarakat kelompok adat Pepadun saling
mengunci Interlocking Personal Network, karena individu yang terlibat
didalam hanya terdiri dari individu-individu yang homopili, yang mempunyai
satu kesamaan seperti satu suku, satu adat, dan satu marga. Pemimpin etnis
Lampung Pepadun ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan
menerima pesan dari semua anggota, karena itu jika seorang anggota dari
118
kelompok etnis Lampung Pepadun ini berkomunikasi dengan anggota lainnya,
maka pesannya harus disampaikan oleh pemimpinnya terlebih dahulu.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara lain:
1. Untuk pembaca
Masing-masing pihak yang mengangkat anak angkat dan yang diangkat
menjadi anak angkat dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat
melaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan koridor-
koridor aturan adat yang berlaku, dan tidak bergeser dari ketentuan adat yang
berlaku.
2. Sebaiknya dalam Pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun ini, tidak
saja dilakukan dengan cara adat saja, tetapi dilakukan juga dengan cara hukum
perdata yang dikuatkan oleh akta Notaris agar tidak adanya hal yang tidak
diinginkan terjadi dikemudian hari, khususnya tentang kedudukan anak angkat
di dalam lingkungan keluarga angkatnya.
3. Untuk akademis
Para akademisi disarankan untuk memperluas riset-riset mengenai konteks
penelitian ini. Serta mengembangkannya menjadi sebuah pengetahuan baru
bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Djuarsa, Sasa S. 2003. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : CitraAditya Bakti.
Faisal, Sanapiah dan. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang :Yayasan Asah Asih Asuh.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisiplin Bidang Sosial, Budaya,Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta : Paradigma
Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories ofHuman Communication, Edisi 9. Jakarta : Salemba Humanika.
Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara
Moleong, Lexi J. 2007. Metedologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhammad Arni, 2005. Komunikasi Organisasi, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Mulyana, Deddy, Jalaluddin, Rakhmat 2006. Komunikasi AntarBudaya : panduanberkomunikasi dengan orang-orang berbeda Budaya. Bandung : PT RemajaRosdakarya.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Graha Ilmu
Robins Stephen. 1999. Perilaku Organisasi. Jakarta ; PT Gelora Aksara.
Roggers EM, L, Kinclaid. 2011. Communication Network. London : Collier MacmillanPublisher
Sabaruddin. 2012. Pepadun dan Saibatin/Pesisir, Jakarta : Buletin Way Lima Manjau
Sarwono, W. Sarlito 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Sendjaja, S.Djuarsa. 1999. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : UniversitasTerbuka
Shaw, Marvin, Group Dynamics, The Psychological of Small Group Behavior, Mc.Graw-
Hill, New York, 1979.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali.
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 1.Jakarta : Quadra
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :Penerbit Alfabeta
Syaiful Rohim. Haji. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta
Wahjono, Imam Sentot. 2010. Perilaku organisasi. Yogyakarta : PT Graha Ilmu
West, Richard dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis danAplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.
Weick, Karl. 1979. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.
Widjaja. H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : Rineka Cipta.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Gramedia Widia Indonesia
Zuraida, Kherustika. 2004. Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung.Lampung : UPTD Museum Negri Provinsi Lampung Dinas Pendidikan ProvinsiLampung
SKRIPSI
Radhit Gugi Nugroho.2014. Pola Komunikasi Kelompok Dalam Tradisi Masu Babuy(Studi pada Kelompok Pemasu Pekon Lombok Kecamatan Lumbok SeminungKabupaten Lampung Barat.
Febrycha Manullang. 2015 Peranan Dan Pola Komunikasi Kelompok DalamMensosialisasikan Bahasa Dan Kesenian Batak (Studi Pada Ikatan Muda-MudiBatak Kristen Dosroha Bandar Lampung).
WEBSITE
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/masyarakat-adat-lampung-pepadunDiakses pada tanggal 22 mei 2016 pukul 20.00 WIB
https://sikamala.com/2010/01/23/upacara-cakak-pepadun/Diakses pada tanggal 22 mei 2016 pukul 21.00 WIB
http://malahayati.ac.id/?p=18376Diakses pada tanggal 22 mei 2016 pukul 21.35 WIB
http://www.randodo.blogspot.co.idDiakses pada tanggal 15 juni 2016 pukul 15.30 WIB
http://Firentstory.blogspot.co.id/2010/02/struktur-jaringan-komunikasi-organisasi.html?m=1.
Diakses pada tanggal 27 juni 2016 pukul 21.25 WIB
https://dedenkusnadi.wordpress.com/bahan-ajar-2011/dinamika-kelompok/Diakses pada tanggal 12 januari 2016 pukul 19.25 WIB
https://core.ac.uk/display/11717483/tab/similar-listdiakses pada tanggal 14 januari 2016 pukul 23.22
Jurnal Skripsi
Febrycha Manullang. 2015. Peranan dan Pola Komunikasi Kelompok dalamMensosialisasikan Bahasa dan Kesenian Batak (Studi Pada Ikatan Muda - MudiBatak Kristen Dosroha, Bandar Lampung), Universitas Lampung.
Radhit Gugi Nugroho. 2014. POLA KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM TRADISIMASU BABUY (Studi pada Kelompok Pemasu Pekon Lombok KecamatanLumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat.
top related