skripsi diajukan kepada fakultas ekonomi dan...
Post on 04-Apr-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING
FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN
OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Yoga Dwidingga
NIM. 208084000013
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING
FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN
OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Yoga Dwidingga
NIM. 20804000013
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H Ali Rama. SE., M.Ec
NIP. 19750101 200501 1 008 NIP. 2028068401
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, Tanggal 8 November 2014 telah dilakukan ujian komprehensif
atas Mahasiswa:
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. NIM : 208084000013
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi : Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing
Financing, Biaya Operasional dan Pendapat Operasional,
Net Margin Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah
di Indonesia Periode 2010 - 2013.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 November 2014
1. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM ( )
NIDN. 0325067004 Ketua
2. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M. Sc ( )
NIP. 19800416 200912 1 002 Sekretaris 3. M. Hartana I.P, M.Si ( )
NIP. 196805 200801 1 023 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, tanggal 22 April 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. NIM : 208084000013
3. Jurusan : IESP Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi : Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing
Financing, Biaya Operasional dan Pendapat Operasional,
Net Margin Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah
di Indonesia Periode 2010 - 2013.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 22 April 2015
1. Leis Suzanawaty, SE,. M.Si ( ) NIP. 19720809 200501 2 004 Ketua
2. Zaenal Muttaqin, MPP ( ) NIP. 19790503 201101 1 006 Sekretaris
3. Arief Fitrijanto, M.Si ( ) NIP. 19711118 200501 1 003 Penguji Ahli
4. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H ( ) NIP. 19750101 200501 1 008 Pembimbing I
5. Ali Rama. SE., M.Ec ( ) NIP. 2028068401 Pembimbing II
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Yoga Dwidingga
NIM : 20808400013
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : IESP Ekonomi Islam
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 25 Maret 2015
(Yoga Dwidingga)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Mei 1990
3. Alamat : Perum. Reni Jaya Blok E 16/16 RT 01 RW 08
Pondok Petir Bojongsari-Depok
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Hasnedi Hasan
6. Nama Ibu : Endang Dara
7. Nomor Telepon : 081268820681
8. E-mail : Yoga.9090@gmail.com
B. Data Pendidikan Formal
1. 1996 - 2002 : SDI Nurul Hidayah Reni Jaya
2. 2002 - 2005 : SMP Muhammadiyah 22 Pamulang
3. 2005 - 2008 : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
4. 2008 - 2015 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(Ekonomi Islam).
vi
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, GDP (gross
domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational cost and
operational income) and NM (net margin) toward ROA (return on asset) partially
and simultaneously. The method that writer applied is multiple regression linear.
The data are secondary, based on finance report 4 years for every three months.
The results show that are simultaneous influence of variable Inflation, GDP
(gross domestic product), NPF (net performing financing), BOPO (operational
cost and operational income) and NM (net margin) toward ROA (return on asset).
The result also show there is a significant partially influence toward ROA (return
on asset), whereas GDP (gross domestic product) has no partially Influence
toward ROA (return on asset). The result adjusted R square show that the
influence of inflation, GDP (gross domestic product), NPF (net performing
financing), BOPO (operational cost and operational income) and NM (net
margin) toward ROA are 84,9% and the rest 15,1% was affected by other
variables and not included into this regression analysis.
Keyword: inflation, GDP (gross domestic product), NPF (non performing
financing), BOPO (operational cost and operational income), NM
(net margin), return on asset (ROA)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi,
GDP (gross domestic product), NPF (non performing financing), BOPO (biaya
operasional dan pendapatan operasional), NM (net margin) terhadap ROA (return
on asset) secara parsial dan secara simultan. Metode pengolahan data yang
digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Data yang diperoleh
merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4
tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Inflasi, GDP (Gross Domestic
Pruduct), NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional dan
pendapatan operasional) dan NM (net margin) terhadap return on asset (ROA).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Inflasi, NPF (Non Performing
Financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) dan NM (net
margin) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset, sedangkan
GDP (Gross Domestic Pruduct) tidak berpengaruh secara parsial terhadap return
on asset. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh Inflasi, GDP (Gross
Domestic Pruduct), NPF (Non Performing Financing), BOPO (biaya operasional
dan pendapatan operasional) dan NM (net margin) terhadap return on asset dapat
dijelaskan sebesar 84,9% sedangkan sisanya sebesar 15,1% % dipengaruhi oleh
variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
Kata kunci: inflasi, GDP (gross domestic product), NPF (non performing
financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional),
NM (net margin), return on asset (ROA)
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi dengan judul “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product, Net Performing
Financing, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional, Net Margin, Terhadap
Return On Asset Perbankan Syariah Di Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1)
pada Program Studi IESP, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta Ibunda Endang Dara dan Ayahanda Drs.
Hasnedi Hasan, M.Si, serta kakaku Yogi Waldingga, S.Pi dan Hasna Zanira,
S.Psi, adikku Yola Putridingga dan juga Nenek, Ibu, mama Sifa, om Joko dan
Keluarga, Alm.om Toto dan Keluarga, om Bimo dan Keluarga, om Indra dan
Keluaarga, tante Dewi dan Keluarga, om David dan Keluarga, tante Lia dan
Keluarga yang telah melimpahkan segenap tenaga baik batin maupun lahiriah
dan mengucurkan doa yang tak pernah berhenti serta cinta dan kasih
sayangnya yang tak tergantikan dalam setiap langkah penulis lakukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Qaffah Silma Azas. S.Far, atas segala doa, kasih sayang, pengertian,
semangat dan bantuannya.
3. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H, selaku sebagai Dosen
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi
bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama
ix
penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima
kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi
dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
4. Bapak Ali Rama. SE., M.Ec, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan
ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga
akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan
dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
6. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Kawan-kawan seperjuangan khususnya IESP non reguler angkatan 2008 yang
sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas
akhir kuliah. Serta khususnya kepada kawan seperjuangan M. Rafi Maulana,
Wahyu Saputro, Rizky Aryo, Wahito, Azwar Annas. Terima kasih untuk
tambahan ilmu, semangat, motivasi, canda tawa dan kasih sayang selama ini,
semoga persahabatan kita selalu selamanya.
8. Kawan-kawan pejuang akhir Non Reguler 2008 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang terdiri dari Aljuni Jodi, Fandy Prasetyo, Azizul Rasyid, Derry Sapta,
Suhendri Prayoga, Dendy Sumawan, Indra Nugroho, Alfit Pipit, Tutur
Wichaksono. Terima kasih untuk kebersamaan kalian, semoga silaturahmi
kita tetap terus terjaga.
x
9. Kawan-kawan kosan Kerta Mukti untuk motivasi semangat berjuang bersama
dan lulus. Djabon, Dani kwen, Bone, Nanang Heriyanto, Angga Nasution,
Muchlis Satriyo, Yadi Nur, Asep, Adul, M.Fatan, Hafizul Huda, Rifky
Zulkarnain.
10. Kawan-kawan yang diluar kampus yang terdiri dari Geibril Kafrawi, Prasetyo
Chandra, Bang Andri dan Keluarga, Dioza Fahlepi, LOWER (Alhafid Snot,
Ruday, Yudha Satyagama). Terima kasih atas kebersamaan kita dari awal
sampai saat ini, semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita
adalah keluarga.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritik.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal ibadah
dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Aamiin.
Jakarta, 25 Maret 2015
(Yoga Dwidingga)
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i
Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v
Abstact ............................................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Daftar Isi ........................................................................................................... xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15
A. Landasan Teori ............................................................................. 15
1. Bank Syariah ............................................................................ 15
2. Return on Asset (ROA) ............................................................. 18
3. Inflasi ........................................................................................ 20
4. Gross Domestic Bruto (GDP) .................................................. 22
5. Non Performing Financing (NPF) ........................................... 23
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) ...... 25
7. Net Margin (NIM) .................................................................... 27
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ..................................... 28
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 34
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 36
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 37
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 39
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 39
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 40
D. Metode Analisis Data .................................................................... 41
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 41
2. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 46
3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ........................ 48
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 49
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 53
B. Hasil Dan Pembahasan .................................................................. 61
1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................ 61
a. Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 62
b. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 64
c. Hasil Uji Autokolerasi ......................................................... 66
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 66
2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 67
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ....................................... 67
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................ 68
3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 72
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 79
A. Kesimpulan ................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN ...................................................................................................... 85
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Matrik Perbandingan Indikator Perbankan Syariah dengan
Perbankan Konvensional ................................................................. 3
1.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013 ...... 5
1.3 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF),
GDP, BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013 .............. 10
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 34
3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..................... 45
4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 64
4.2 Hasil Uji Multikolonieritas............................................................... 64
4.3 Hasil Uji Autokolerasi ..................................................................... 65
4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 67
4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ......................................................... 68
4.6 Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ................................. 72
4.7 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...................................... 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 36
4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ........................................ 63
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 66
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ..................................... 85
2 Data Mentah Variabel Penelitian ..................................................... 86
3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................... 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, memiliki fungsi
penting dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan bank merupakan lembaga
keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit. Sistem perbankan di Indonesia yang digunakan adalah dual
banking sistem dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan
bank konvensional (Antonio, 2001:21). Bank syariah merupakan institusi
keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah
sesuai dengan syariah, sedangkan bank konvensional merupakan bank yang
sistem operasionalnya menerapkan metode bunga (Ascarya, 2011:1).
Selaku regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan perhatian
yang serius dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan prinsip
syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan
membawa „maslahat‟ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat. Hal sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
31/Pojk.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah yang
menyatakan bahwa pembangunan nasional memerlukan kontribusi dan
partisipasi dari semua elemen masyarakat. Salah satu bentuk penggalian
potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional
tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan Prinsip Syariah
2
dalam pembiayaan syariah. Perkembangan pembiayaan syariah telah
mengalami pertumbuhan yang pesat baik dari sisi pertumbuhan aset maupun
pertumbuhan kelembagaan atau jaringan. Dengan meningkatnya preferensi
masyarakat terhadap jasa pelayanan pembiayaan syariah saat ini, maka
diperlukan pengaturan tentang penyelenggaraan usaha pembiayaan syariah
yang komprehensif, transparan dan memberikan kepastian hukum, baik bagi
Perusahaan Pembiayaan Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun konsumen
pembiayaan syariah, yang antara lain mengenai pengaturan kegiatan
Pembiayaan Syariah, perjanjian pembiayaan syariah, uang muka, mitigasi
risiko pembiayaan, tingkat kesehatan keuangan, dan sumber pendanaan. Selain
itu, dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan, terdapat beberapa penyempurnaan pengaturan yang
diperlukan terkait dengan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa
Keuangan terhadap Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Perkembangan bank syariah ditandai dengan disetujuinya Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Dalam Undang-
Undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha
yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Sesuai
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 10 juga memberikan arahan
bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001:23).
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan perbankan secara umum. Hal ini terbukti dengan matrik
perbandingan pertumbuhan antar bank syariah dengan bank konvensional,
sebagai berikut:
3
Tabel 1.1 Matrik Perbandingan Indikator Perbankan Syariah
dengan Perbankan Konvensional
Indikator 2010 2011 2012 2013
Perbankan Syariah Asset 97,519 145,467 195,018 242,276
DPK 76,036 115,415 147,512 176,292
Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122
Perbankan Konvensional Asset 3054595 3708631 4329984 5031843
DPK 2338,824 2785,024 3225,198 3663,968
Kredit 2809789 3465997 4237425 4897853
Sumber: http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan, diakses pada tanggal 19
Maret 2015
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada indikator Asset tahun
2013 pada perbankan syariah memiliki pertumbuhan asset sebesar 24%,
sedangkan pada perbankan konvensional memiliki pertumbuhan asset sebesar
16%. Pada indikator dana pihak ketiga tahun 2013 pada perbankan syariah
memiliki pertumbuhan sebesar 20%, sedangkan pada perbankan konvensional
memiliki pertumbuhan sebesar 14%. Pada indikator pembiayaan/kredit pada
perbankan syariah memiliki pertumbuhan sebesar 25%, sedangkan pada
perbankan konvensional memiliki pertumbuhan sebesar 15%. Hal ini
membuktikan perbankan syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi
dan perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian Indonesia.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait
(Antonio, 2009:3).
Sampai dengan tahun 2013, industri perbankan syariah telah
mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
4
Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dengan
total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh
penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah,
akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri
perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel.1.2
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013
Kelompok Bank 2010 2011 2012 2013
Bank Umum Syariah 11 11 11 11
Unit Usaha Syariah 23 24 24 23
BPRS 150 155 158 160
Sumber: http//www.bi.go.id.
Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan
syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat
tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu
indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset
(ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun
internal perbankan syariah itu sendiri, hal ini berpengaruh terhadap
profitabilitas bank (http//www.bi.go.id).
5
Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang
menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-
variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank,
tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi
perekonomian yang berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Profitabilitas
dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja
profitabilitas atau rentabilitas adalah return on equity (ROE) dan return on
asset (ROA). (Pratiwi, 2012:3).
Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional
perusahaan dalam hal pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perbankan. Variabel ekonomi makro yang dapat berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya pemasalahan perbankan
syariah di Indonesia, yaitu Inflasi yang merupakan presentase kecepatan
kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, atau dengan kata lain adanya
penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. Tingkat suku bunga merupakan
salah satu instrumen konvensional untuk mengendalikan laju inflasi, dimana
inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu
perusahaan (Dendawijaya, 2006:103).
Inflasi merupakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan merosotnya nilai rill mata
uang suatu negara. Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu:
(a) tarikan permintaan (demand - pull inflation), terjadi apabila permintaan
6
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian.
(b) dorongan biaya (cost - push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi
nilai tukar, peningkatan harga - harga komoditi yang diatur oleh pemerintah
dan terganggunya distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation
expectation), terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih
cenderung bersifat adaptif (forward looking). (Abdullah, 2010:60).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga
barang secara umum dan terus - menerus dalam waktu periode yang diukur
dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham
berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi
berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam
mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk
mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari - hari dengan perubahan indeks harga dari tahun
ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti
harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga
yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam
jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak
dibanding dengan dua indeks di atas.
Selain inflasi, indikator lain adalah Gross Domestic Product (GDP).
GDP merupakan nilai barang atau jasa dalam suatu negara yang diproduksi
7
oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. GDP
merefleksikan kegiatan penduduk di suatu negara dalam memproduksi suatu
barang dalam kurun waktu tertentu. Keterkaitan GDP dengan dunia perbankan
adalah dimana GDP terkait dengan saving. Sedangkan salah satu kegiatan bank
sebagai mediasi sektor keuangan adalah mengumpulkan dana dari masyarakat
dan menyalurkannya dalam bentuk investasi. Keuntungan dari investasi itulah
yang nantinya menjadi bagian dari profitabilitas bank syariah. Produk
Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi yang juga
mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan diikuti
peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung
(saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi
profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:56).
Sedangkan variabel internal perbankan syariah yang dapat
mempengaruhi salah satunya adalah NPF (non perfoming financing). Non
performing financing (NPF) yang analog dengan non performing loan (NPL)
merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin tinggi non
performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional
dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat
resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan
tingginya NPL yang dihadapi bank (Riyadi, 2006:45).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah biaya
operasional dan pendapatan operasional, yang dimaksud dengan beban
8
operasional dan pendapatan operasional adalah rasio antara biaya operasi
terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya
dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Hendrayanti dan Muharam, 2013:3).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah net
margin, yang dimaksud dengan net margin adalah rasio mencerminkan risiko
pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat
merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan
meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank
yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat (Sabir, dkk,
2012:7).
Sektor perbankan sebagai intermediary institution antara pihak yang
kelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang membutuhkan dana
(deficit spending unit) memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional.
Keadaan tersebut memerlukan suatu pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan
merupakan hal yang mampu memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan
dana. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil (Kasmir, 2008:96).
9
Dengan demikian, peranan perbankan nasional termasuk perbankan
Syari’ah perlu ditingkatkan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat, serta penyediaan layanan jasa perbankan lainnya. Sejalan dengan
upaya restrukturisasi perbankan untuk membangun kembali sistem perbankan
yang sehat dalam rangka mendukung program peningkatan ekonomi nasional,
maka salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan adalah pengembangan perbankan Syari’ah. Berikut ini merupakan
data mengenai return on asset, inflasi, non perfoming financing dan GDP di
Indonesia (http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015).
Tabel 1.3
Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF), GDP,
BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013
Tahun ROA (Persen) Inflasi (Persen) NPF (Persen)
2010 16,25% 6,96% 3,02%
2011 1,79% 3,79% 2,52%
2012 2,14% 4,30% 2,26%
2013 2,00% 8,38% 2,96%
Tahun GDP (Nominal) BOPO (Persen) NM (Persen)
2010 1.681 580.10 96,07% 7,61%
2011 1.918 320.70 87,71% 8,34%
2012 2.092 379.10 85,57% 8,06%
2013 2.367 928.70 85,06% 7,36%
Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015 (diolah).
Nilai Inflasi yang berada di perbankan syariah yang ada di Indonesia
memiliki kecendrungan yang fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel di atas
pada tahun 2010 nilai Inflasi sebesar 6,96%, mengalami kenaikan yang
signifikan dan kemudian terus beranjak naik sampai tahun 2013 dengan nilai
Inflasi sebesar 8,38% (http//www.bi.go.id).
Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Pratiwi (2012) menganalisis
mengenai Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap return on asset
10
(ROA) Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
parsial diketahui bahwa secara parsial, capital adequacy ratio (CAR)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA).
Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap return on asset (ROA). Sementara itu financing to
deposit ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset
(ROA).
Penelitian lain mengenai inflasi terhadap return on asset dilakukan oleh
Kalengkongan (2013), hasil penelitianya menyatakan bahwa secara parsial dan
simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas
yang diukur dengan ROA. Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan
positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan Inflasi
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan
ROA menunjukkan tinggi rendahnya inflasi menyebabkan lambannya
pergerakan aset makro. Bank pemerintah dapat menstabilkan nilai tingkat suku
bunga dan inflasi terhadap keuangan perbankan, sehingga perusahaan dapat
meningkatkan laba.
Penelitian mengenai GDP terhadap return on asset juga dilakukan oleh
Sahara (2013) hasil penelitianya menyatakan bahwa suku bunga BI
berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk
domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap
ROA.
11
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang layak untuk meneliti
faktor yang dapat mempengaruhi return on asset perbankan Syariah di
Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product
(GDP) Dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Margin (NM) terhadap Return
On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh secara parsial Inflasi terhadap ROA (return on asset)
Perbankan Syariah?
2. Bagaimana pengaruh secara parsial GDP (gross domestic product) terhadap
ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
3. Bagaimana pengaruh secara parsial NPF (non performing financing)
terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
4. Bagaimana pengaruh secara parsial BOPO (biaya operasional dan
pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan
Syariah?
5. Bagaimana pengaruh secara parsial NM (net margin) terhadap ROA (return
on asset) Perbankan Syariah?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non
performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan
operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on
asset) Perbankan Syariah?
12
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan
penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh secara parsial antara Inflasi terhadap ROA (return
on asset) Perbankan Syariah.
2. Menganalisis pengaruh secara parsial antara GDP (gross domestic product)
terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
3. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NPF (non performing financing)
terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
4. Menganalisi pengaruh secara parsial antara BOPO (biaya operasional dan
pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan
Syariah.
5. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NM (net margin) terhadap ROA
(return on asset) Perbankan Syariah.
6. Menganalisis pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non
performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan
operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on
asset) Perbankan Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
13
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh
Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya
operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan
simultan terhadap return on asset Perbankan Syariah.
b. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan laba serta dapat dijadikan referensi bagi para
peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
masalah ini.
c. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh inflasi, gross
domestic product, non performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset.
2. Manfaat Praktis
a. Menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing
financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin
secara parsial dan simultan terhadap return on asset Bank Syariah,
penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan
sektor Bank Syariah.
b. Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan
perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
14
c. Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank
Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat
dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi
yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya
kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim/muslimah.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi hal
ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan
investasi (ajakan bisnis dalam Al Quran dan sunah) hingga tanda - tanda
implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi
(adanya sistem zakat sebagai alat disentif atas penumpukan harta,
larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan
maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap
investasi). (Ascarya, 2011:1).
Perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan perkembangan
bank dan lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil
atau non riba dan pemerintah mewajibkan bagi setiap bank memiliki
dewan pengawas syariah yang berhak menentukan setiap produk sesuai
prinsip syariah atau tidak (Suwiknyo, 2010:1).
Menurut Ascarya (2011:1) secara makro bank syariah adalah
institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif
dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat
sekitarnya. Dalam kacamata mikro bank syariah adalah institusi
keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya
telah sesuai dengan syariah.
16
Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia
terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
pada ketentuan umum. Berdasarkan kebijakan tersebut menyatakan
bahwa Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam
yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam
adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem
antara lain prinsip bagi hasil.
Bentuk utama produk bank syariah terutama menggunakan pola
bagi hasil, sesuai dengan karakteristiknya. Selain pola bagi hasil bank
syariah juga memiliki produk-produk pendanaan dan pembiayaan dengan
pola non bagi hasil (Ascarya, 2011:2).
b. Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah
dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana,
produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai
berikut (Suwiknyo, 2010:20-40):
1) Produk Penghimpunan Dana
a) Prinsip Wadi‟ah
Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di
mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank
bertindak sebagai yang meminjam
17
b) Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan
bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun
syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip
mudharabah dibagi menjadi:
(1) Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
(2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
(3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana
bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha.
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi
18
pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan
dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang
dan jasa.
3) Produk Jasa
Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, al-
qardh, al-wakalah dan al-khafalah.
2. Return On Asset (ROA)
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali
investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam
kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok
perusahaan. ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah
pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang
dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan
dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk
menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). ROA (return on asset); Rasio ini
sering juga disebut sebagai return on investment. Hasil pengembalian
investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on
total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah
19
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu
ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas
dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal
sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari
seluruh perusahaan (Kasmir, 2008:201).
Menurut Tandelilin (2001:241), Dari sudut pandang para investor
adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor
disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor.
ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba (Hakim, 2006:19).
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk
menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
20
3. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga
barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur
dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham
berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi
berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga
dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan
untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun
ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti
harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
21
dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks
harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang
mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya
menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang
menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan
bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang
lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam
beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi
selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga
yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi
(Madura, 2007:128).
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung
pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan
perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan
mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi
akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah
akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada
akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit
adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha
menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran,
perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham
bergerak normal (Samsul, 2006:201).
22
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik
dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat
dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah
perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat
dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar,
dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan
untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
4. Gross Domestic Bruto (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan nilai moneter semua
barang dan jasa jadi yang diproduksi dalam sebuah Negara pada periode
tertentu, gross domestic product (GDP) biasanya dihitung dengan basis
tahunan dan termasuk semua konsumsi swasta dan publik, pembiayaan
pemerintah, investasi dan ekspor dikurangi impor (Ma’ruf, 2009:145).
Produk Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi
yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan
diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk
menabung (saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan
mempengaruhi profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:54).
Ukuran keberhasilan suatu Negara dapat dilihat dari pertubuhan
pendapatan domestic bruto (PDB). Dengan PDB yang tumbuh secara
23
sustainable berarti perekonomian mampu menghasilkan produk yang
semakin besar secara aggregate melalui penggunaan sumber daya yang
optimal. Artinya adalah dengan meningkatkan PDB unemployment rate
semakin menurun dan tingkat kemakmuran yang semakin baik. Tanpa
dukungan perbankan, hamper dapat dipastikan bahwa tujuan untuk
mencapai kemakmuran ini mustahil dapat dilakukan (Aviliani, 2007:84).
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu
Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam
penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk
mencari PDB adalah sebagai berikut (Sahara, 2013:5):
5. Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan masalah berbahaya bagi perbankan nasional. Salah
satu faktor yang saat ini lebih berperan dalam masalah NPF adalah dampak
krisis multidimensional yang dimulai pada 1997-1998 hingga sekarang
masih menyebabkan banyak debitur bank, baik di segmen corporate,
commercial, maupun consumer belum mampu menyelesaikan pembiayaan
macetnya. Selain itu faktor lain yang jauh lebih penting adalah kurangnya
kemauan dan itikad baik dari debitur. NPF merupakan rasio yang
menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan
yang diberikan oleh bank (Giannini, 2012:3). Non performing financing
(NPF) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non
24
performing financing adalah perbandingan antara total pembiayaan
bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur. Rasio
non performing financing analog dengan non performing loan pada bank
konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman
namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit,
semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak
bank (Pratiwi, 2012:4).
Non performing financing (NPF) yang analog dengan non
performing loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi
bank, semakin tinggi non performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank
tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank
(Riyadi, 2006:45).
Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan
memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI
7/2/2005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF
selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang
diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu,
meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan
pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
25
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan
variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama
bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional
bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan
biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak
yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank
yang bersangkutan (Siamat, 2005:102).
Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi
lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut
Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator
ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103).
Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya
operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani
(2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan
26
operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari
total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total
pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara
Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat
rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena
lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan
(Pratiwi, 2012:7).
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan
operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan
rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah
sebagai berikut (Martono, 2010:92):
27
7. Net Margin (NIM)
Net margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko
pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut
dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka
akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih (Hariyani, 2010:54).
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya
kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007).
NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam
menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat
tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008).
Rasio net margin (NM) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil
(Angel dan Pusung, 2014:4).
28
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
Berdasarkan teori dan pemahaman mengenai faktor pengaruh return
on asset, maka keterkaitan variabel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)
Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara
terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus, dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah
menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman
sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian
atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir
(bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan
pengeluaran pemerintah (Utomo, 2008:7).
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena
dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat,
sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang
meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
29
diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai
risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya
menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan
daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai
pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh
Sahara (2013) dan Kalengkongan (2013) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi
terhadap return on asset.
b. Pengaruh Gross Domestic Bruto (GDP) terhadap Return On Asset
(ROA)
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Produk Domestik
Bruto mengambarkan peningkatan pendapatan oleh masyarakat.
Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor
produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode
sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimilki masyarakat
tersebut memberikan return yang meningkat sehinga tingkat
kesejahteranya mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya
kesejahteran melalui pendapatan masyarakat yang meningkat, maka
tingkat konsumsi atas produk yang dihasilkan perusahan akan meningkat
sehinga akan berdampak pada peningkatan penjualan perusahan yang
pada akhirnya meningkatkan laba perusahan. Dengan demikian akan
30
meningkatkan ROA. Sehinga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi
(PDB) berpengaruh positf terhadap Return on Asets. Artinya jika PDB
meningkat maka ROA juga meningkat. Dan sebaliknya jika PDB
mengalami penurunan maka ROA juga akan menurun (Sahara, 2013:4).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa gross domestic bruto
mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang
diungkapkan oleh Sahara (2013) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel gross domestic
bruto terhadap return on asset.
c. Pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap Return On Asset
(ROA)
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak
menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang
diberikanya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan
oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibanya untuk membayar
angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah
disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan
(Deandawijawa, 2005:81).
NPF (Non-Perfoming Financing) merupakan tingkat
pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan
kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut.
31
NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan lancer terhadap
total pembiayaan (Deandawijaya, 2005:82).
Deandawijaya (2005:82-83) mengatakan terdapat beberapa
implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya pembiayaan
bermasalah tersebut yaitu, 1) hilangnya kesempatan untuk memperoleh
income (pendapatan) dari kredit yang diberikanya, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas
bank, 2) rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal BDR
(bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi memburuk, 3) Bank harus memperbesar penyisihan
untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan
ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya
modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital
adequacy ratio), 4) Return on asset (ROA) akan mengalami penurunan,
5) sebagai akibat dari komplikasi 2, 3 dan 4 tersebut maka akan
menurunya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan
menurut metode CAMEL (Deandawijaya, 2005:82-83).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa non performing financing
mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang
diungkapkan oleh Pratiwi (2012) dan Nugroho (2011) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara
variabel non performing financing terhadap return on asset.
32
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap
Return on Asset
BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan
variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank
(ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil
bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat,
2005:102).
Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap return on asset
(ROA) telah dilakukan peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2011), dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh
FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset Studi pada
Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, metode yang
digunakan analisis regresi linier berganda, hasil analisis menunjukkan
bahwa data FDR, NPF dan BOPO secara parsial signifikan terhadap
ROA.
33
e. Pengaruh Net Interest Margin terhadap Return on Asset
Net Margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan
risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal
tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu
bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif
yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA)
akan meningkat.
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya
kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan,
2007). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank
dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank
sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan
(Mahardian, 2008). Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank
maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan
meningkat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NIM berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
dari Mawardi (2005) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA (Puspitasari, 2009:30).
34
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari
jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan
dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan
waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia Sahara (2013)
Variabel Independen: Inflasi, Produk Domestik Bruto Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda
Variabel Independen: Suku Bunga BI
Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan
2. Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA) Kalengkongan (2013)
Variabel Independen: Inflasi, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen: Suku Bunga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
35
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
3. Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010) Pratiwi (2012)
Variabel Independen: BOPO, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda
Variabel Independen: CAR, FDR
Hasil menyatakan bahwa secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA)
4. Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010 Nugroho (2011)
Variabel Independen: NPF, BOPO, NM, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen:FDR, KAP, PLO
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA
5. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Ali dan Habbe (2011)
Variabel Independen: BOPO, NOM, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen: CAR, FDR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
36
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau
tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan
keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan Perbankan Di Indonesia
Variabel Independen
1. Inflasi 2. Gross Domestic Product (GDP) 3. Non Performing Financing (NPF) 4. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) 5. Net Margin (NM)
Variabel Dependen
Return On Asset (ROA)
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linier Berganda
1. Uji t (Parsial)
2. Uji F (Simultan)
3. Koefisien Determinasi (Adj R2)
Kesimpulan dan Saran
37
D. Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai
berikut:
1. Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1)
terhadap return on asset (Y)
Ha : β1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1)
terhadap return on asset (Y).
2. Ho : β2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross
domestic product (X2) terhadap return on asset (Y)
Ha : β2 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross domestic
product (X2) terhadap return on asset (Y).
3. Ho : β3 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel non
perfoming financing (X3) terhadap return on asset (Y).
Ha : β3 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel non performing
financing (X3) terhadap return on asset (Y).
4. Ho : β4 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya
operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return
on asset (Y).
Ha : β4 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya
operasional dan pendapatan operasional (X3) terhadap return
on asset (Y).
38
5. Ho : β5 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel net
margin (X5) terhadap return on asset (Y).
Ha : β5 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel net margin (X5)
terhadap return on asset (Y).
6. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0; tidak ada pengaruh signifikan antara variabel
inflasi (X1), gross domestic product (X2), non
performing financing (X3), biaya operasional
dan pendapatan operasional (X4) dan net margin
(X5) terhadap return on asset (Y).
Ha : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0; ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi
(X1), gross domestic product (X2), non
performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional (X4) dan net margin
(X5) terhadap return on asset (Y).
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah perbankan
syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada tahun 2014. Adapun yang
akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh inflasi (X1), gross
domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan
pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap variabel dependen,
yaitu return on asset (Y).
Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi
inflasi (X1), gross domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya
operasional dan pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5). Sedangkan
variabel dependen pada penelitian ini adalah return on asset yang diberi
lambang (Y).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi, yaitu suatu wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah
perusahaan perbankan syariah yang terdapat di indonesia.
40
2. Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode
purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut:
a. Perusahaan Perbankan yang listing dalam kurung waktu 2010 sampai
2013.
b. Perusahaan Perbankan Syariah yang memiliki laporan keuangan
c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit
dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember.
C. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan
untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data
sekunder yang bersifat kuantitatif. Tersedianya data sekunder akan lebih
mempermudah jalannya penelitian, hal ini di karenakan uji reliabilitas data,
penyederhanaan, agregasi, dan penyesuaian mutlak diperlakukan agar
diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Mudrajad Kuncoro,
2011:30). Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak
langsung dari perusahaan. Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo
41
(2002:147), data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain).
Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari
laporan keuangan perusahaan perbankan syariah yang telah diaudit per 31
Desember 2010 - 2013.
D. Metode Analisis Data
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel
bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu
variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini
(inflasi, gross domestic product, non performing financing, biaya operasional
dan pendapatan operasional dan net margin) menggunakan model regresi
berganda atau Multiple Regression (Ghozali, 2009:5).
Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh inflasi, gross
domestic product, non performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional dan net margin terhadap return on asset adalah sebagai
berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji
asumsi dasar yang dilakukan adalah:
42
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2009:27).
1) Analisis Grafik
Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut
mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar
pengambilan keputusan. (Santoso, 2007:214) adalah:
(a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi
normalitas.
(b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
43
2) Analisis Statistik
Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam
penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas
dengan menggunakan statistik Kolmogorov–Smirnov (Ghozali,
2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
(a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel :
(1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak.
(2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima.
(b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
(1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak.
(2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model
regresi (Ghazali, 2009:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana
satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier
dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas
digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information
Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila
nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10
maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
44
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu
homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data
cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang
dan besar).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Ghozali, 2009:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
45
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. (Ghozali, 2009:99). Uji Durbin
Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mengisyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam
model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Tabel 3.1
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tdk ada autokorelasi positif
Tdk ada autokorelasi positif
Tdk ada korelasi negatif
Tdk ada korelasi negatif
Tdk ada autokorelasi positf atau negatif
Tolak
No desicien
Tolak
No desicien
Tdk ditolak
0 < d < dl
dl ≤ d ≤ du
4 dl d 4
4 – da ≤ d ≤ 4 - dl
Du < d < 4 - du
Sumber: Ghozali (2009:100)
46
2. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2009:88).
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=0,05), maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Kemudian akan diketahui apakah hipotesis dalam penelitian ini
secara simultan ditolak atau diterima, adapun bentuk hipotesis secara
simultan adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 ; inflasi (X1), gross domestic
product (X2), non performing
financing (X3), biaya operasional
dan pendapatan operasional (X4)
dan net margin (X5) secara
simultan tidak berpengaruh
terhadap return on asset (Y).
47
Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 ; inflasi (X1), gross domestic
product (X2), non performing
financing (X3) biaya operasional
dan pendapatan operasional (X4)
dan net margin (X5) secara
simultan berpengaruh terhadap
return on asset (Y).
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2009:98). Dalam penelitian ini
menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji
yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah
kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda
sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠)
pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu
arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan
Purwanto, 2009:88 - 89).
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:191) dalam menentukan
kriteria dalam uji parsial (Uji t) two tailed test dapat dilihat sebagai
berikut:
1) Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel
Apabila -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
48
2) Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi
a) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima.
b) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak.
3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan model regresi linier berganda dimana
variabel independen yaitu inflasi, gross domestic product, non
performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan
net margin terhadap variabel dependen yaitu return on asset. Model
regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ɛ
Keterangan:
Y = Variabel return on asset
a = Konstanta
b1…b2 = Koefisien regresi terhadap dugaan
X1 = Variabel inflasi
X2 = Variabel gross domestic product
X3 = Variabel non performing financing\
X4 = Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
X5 = Variabel Net Margin
Ɛ = Standar Error
49
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2009:87) menyatakan Uji Koefisien
Determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel
bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R².
Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini
lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh
> 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam
melakukan suatu estimasi.
Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model
tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan
maksud menghindari kemungkinan adanya makna ganda, sekaligus
mendevinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran
dan cara pengukuran (Hamid, 2007:33). Jadi, oprasional variabel penelitian
merupkan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada,
dan juga merupakan penjelasan-penjelasan yang mengenai variabel-variabel
yang menjadikan kajian dalam penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan
masalah yang akan dikaji dan model yang disusun, maka oprasional variabel
dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
50
1. Return on Asset (Y)
ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba (Hakim, 2006:19).
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk
menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
2. Inflasi (X1)
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
barang (Gilarso, 2004:200). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi
adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
3. Gross Domestic Product (X2)
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu
51
Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam
penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk
mencari PDB adalah sebagai berikut (Sahara, 2013:5):
4. Non Performing Financing (X3)
Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan
memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI
7/2/2005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF
selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang
diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu,
meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan
pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
5. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (X4)
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan
operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
52
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan
rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah
sebagai berikut (Martono, 2010:92):
6. Net Margin (X5)
Net Margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan
risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal
tersebut dapat merugikan bank.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sekilas Sejarah PT. Bank Central Asia (BCA) Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi
syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan
layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni
2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi,
.PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama
Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA
Syariah (http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/, diakses pada
tanggal 3 Maret 2015).
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat
Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris
Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan
kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank
BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-
01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah
dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance, sehingga
kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central Asia
Tbk, dan 0,00003% dimiliki oleh PT BCA Finance.
54
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank
umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret
2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA
Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah
(http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/, diakses pada tanggal
3 Maret 2015).
2. Sekilas Sejarah PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu
adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya
UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor
Cabang Pembantu (http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah)..
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di
Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang
1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam
pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan
kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah
55
telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah
(http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah, diakses pada tanggal 3
Maret 2015).
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI
tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan
dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19
Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah
(BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor
eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya
UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan
UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen
Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan
kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin
meningkat (http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah, diakses pada
tanggal 3 Maret 2015).
3. Sekilas Sejarah PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
56
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah
Islam (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, diakses pada tanggal 3 Maret
2015).
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)
dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan
prinsip syariah (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah).
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti
logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan
masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah
yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi
warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai
benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
(http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, diakses pada tanggal 3 Maret
2015).
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank
BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur
Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje
57
Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah
(http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah, diakses pada tanggal 3 Maret
2015).
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi
aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus
pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi
bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan
perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang
berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan
berdasarkan prinsip Syariah (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah,
diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
4. Sekilas Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional,
telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap
seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam
kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-
58
bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian
bank-bank di Indonesia (http://www.syariahmandiri.co.id/home/history,
diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan
beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan,
pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang
Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank
baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB
(http://www.syariahmandiri.co.id/home/history, diakses pada tanggal 3
Maret 2015).
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system)
(http://www.syariahmandiri.co.id/home/history, diakses pada tanggal 3
Maret 2015).
59
5. Sekilas Sejarah PT. Bank Bukopin Syariah
Perjalanan PT. Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank
umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT. Bank
Bukopin, Tbk untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah
Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari Bank
Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember
2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
(http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1, diakses pada tanggal 3
Maret 2015).
Komitmen penuh dari PT. Bank Bukopin, Tbk sebagai pemegang
saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam
rangka untuk menjadikan PT. Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah
dengan pelayanan terbaik. Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat
Persetujuan Bank Indonesia, PT. Bank Bukopin, Tbk telah mengalihkan
Hak dan Kewajiban Usaha Syariah-nya kedalam PT. Bank Syariah Bukopin
(http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1, diakses pada tanggal 3
Maret 2015).
6. Sekilas Sejarah PT. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang
didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora dahulu bernama
Para Group melalui PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan
Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
60
mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank
Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27
Juli 2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan
Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional
menjadi bank umum syariah (http://www.megasyariah.co.id/, diakses pada
tanggal 3 Maret 2015).
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun
kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional
yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk.. Sejak 2
November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini berganti nama menjadi
PT Bank Mega Syariah (http://www.megasyariah.co.id/, diakses pada
tanggal 3 Maret 2015).
7. Sekilas Sejarah PT. Bank Muammalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27
Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar
pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada
acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
61
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal
senilai Rp 106 miliar (http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-
muamalat, diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terus dikembangkan (http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-
muamalat, diakses pada tanggal 3 Maret 2015).
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan
macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp
105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar
(http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat, diakses pada
tanggal 3 Maret 2015).
B. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y), maka penelitian menggunakan analisis untuk
membandingkan dua varibel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk
memperoleh model regresi yang bisa dipertanggungjawabkan, maka asumsi-
asumsi berikut harus dipenuhi:
62
a. Hasil Uji Normalitas Data
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti
asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang
diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah
dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji
Kolmogorov - smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147):
1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali,
63
2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat
dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut
ini:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik
Sumber: data diolah, 2015
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena
asumsi normalitas (Ghozali 2009:112).
2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik (Ghozali, 2009:149). Adapun hasil perhitungan uji
normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorof-
smirnov adalah sebagai berikut:
64
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 112
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation 12.32228134
Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .055 Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .886 Asymp. Sig. (2-tailed) .412
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data diolah, 2015
Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa
nilai unstandarized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini
mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) INF .960 1.042
GDP .923 1.083
NPF .814 1.228
BOPO .903 1.107
NM .863 1.159
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: data diolah, 2015
65
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu
dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai
10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu
membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Hasil Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
(DW).
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokolerasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .925a .856 .849 12.60955 1.846
a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF b. Dependent Variable: ROA
Sumber: data diolah
Pada tabel di atas diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,846
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 112 dan jumlah variabel independen
(k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,78 dan 4 – du = 4 –
66
1,78 = 2,22. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1,78 < 1,846 < 2,22
maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun
negatif.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah, 2015
67
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Ghozali 2009:107).
2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji
statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.4
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 100197.913 5 20039.583 126.034 .000b
Residual 16854.087 106 159.001
Total 117052.000 111 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF
Sumber: data diolah
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh
sebesar 126,034 > Ftabel sebesar 2,30 dengan tingkat signifikansi 0,000 <
0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi, gross domestic product, non
perfoming loan, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net
margin terhadap return on asset berpengaruh secara simultan (bersama-
sama).
68
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas
atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).
Tabel 4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 70.506 11.238 6.274 .000
INF .084 .038 .084 2.225 .028
GDP -2.941E-006 .000 -.023 -.605 .546
NPF 540.902 113.653 .194 4.759 .000
BOPO -.859 .039 -.859 -22.142 .000
NM 322.959 38.044 .337 8.489 .000
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: data diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh inflasi,
non perfoming loan, biaya operasional dan pendapatan operasional dan
net margin terhadap return on asset menunjukkan pengaruh yang
signifikan. Sedangkan gross domestic product tidak berpengaruh
terhadap return on asset Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai
pengaruh antar variabel independen terhadap return on asset:
1) Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset
Variabel inflasi dengan nilai thitung > ttabel sebesar 2,225 > 1,98
atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,028 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti inflasi
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
69
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kalengkongan (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Tingkat
Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset
(ROA)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan
simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap
profitabilitas yang diukur dengan ROA.
2) Pengaruh Gross Domestic Product terhadap Return on Asset
Variabel gross domestic product dengan nilai thitung < ttabel
sebesar -0,605 < 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,546 >
0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti gross domestic product tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap return on asset.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahara
(2013) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga BI
berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan
produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh
positif terhadap ROA dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga
BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
70
3) Pengaruh Non Performing Financing terhadap Return on Asset
Variabel inflasi dengan nilai thitung > ttabel sebesar 4,759 > 1,98
atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti non
performing financing berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
return on asset.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan
Habbe (2011) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Konvensional di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan
terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA.
4) Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap
Return on Asset
Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional dengan
nilai -thitung < -ttabel sebesar -22,142 < -1,98 atau nilai sig. lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti biaya operasional dan pendapatan
operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on
asset.
71
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi
(2012) dengan judul penelitian “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan
FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi
Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010)”.
Hasil menyatakan bahwa secara parsial, Capital Adequacy Ratio
(CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on
asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA).
5) Pengaruh Net Margin terhadap Return on Asset
Variabel biaya net margin dengan nilai thitung > ttabel sebesar
8,489 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti net
margin berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho
(2011) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR,
NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada
Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”. Hasil analisis
menunjukkan bahwa data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial
signifikan terhadap ROA.
72
3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Inflasi, gross
domestic product, non performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional dan net margin mempengaruhi return on asset.
Tabel 4.6 Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) 70.506 11.238 INF .084 .038 .084
GDP -2.941E-006 .000 -.023
NPF 540.902 113.653 .194
BOPO -.859 .039 -.859
NM 322.959 38.044 .337
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: data diolah
Dari tabel 4.14 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh Inflasi, gross domestic product, non performing
financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin
mempengaruhi return on asset sebagai berikut:
Y = 70,506 + 0,084 X1 - 2,941E-006 X2 + 540,902 X3 - 0,859 X4 +322,959 X5
Keterangan :
Y = Return on Asset
a = Konstanta
X1 = Inflasi
X2 = Gross Domestic Product
X3 = Non Performing Financing
X4 = Biaya Operasioanal dan Pendapatan Opersional
X5 = Net Margin
ei = Standar Error
73
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar
70,506. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel Inflasi, gross domestic
product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan
operasional dan net margin dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka
return on asset akan meningkat sebesar 70,506 satuan.
Variabel inflasi sebesar 0,084 menunjukkan bahwa jika variabel
beban operasional dan pendapatan operasioanal meningkat 1 satuan maka
akan meningkatkan return on asset sebesar 0,084 satuan dengan catatan
variabel lain dianggap konstan. Variabel gross domestic product sebesar
-2,941E-006 menunjukkan bahwa jika variabel gross domestic product
meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar
-2,941E-006 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Variabel non performing financing sebesar 540,902 menunjukkan bahwa
jika variabel non performing financing meningkat 1 satuan maka akan
meningkatkan return on asset sebesar 540,902 satuan dengan catatan
variabel lain dianggap konstan. Variabel biaya operasional dan pendapatan
operasional sebesar -0,859 menunjukkan bahwa jika variabel biaya
operasional dan pendapatan operasional meningkat 1 satuan maka akan
menurunkan return on asset sebesar 0,859 satuan dengan catatan variabel
lain dianggap konstan. Variabel net margin sebesar 322,959 menunjukkan
bahwa jika variabel net margin meningkat 1 satuan maka akan
meningkatkan return on asset sebesar 322,959 satuan dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
74
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (return on asset),
melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi
(Adjusted R2
). Dari koefisien determinasi (Adjusted R2
) dapat diketahui
derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya
variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Tabel 4.7
Hasil Uji Determinasi Adjusted R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .925a .856 .849 12.60955 1.846
a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF
Sumber: data diolah
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai
(Adjusted R2
) = 0,849 yaitu persentase pengaruh variabel Inflasi, gross
domestic product, non performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional dan net margin mempengaruhi return on asset
sebesar 84,9%, sedangkan sisanya sebesar 15,1% dipengaruhi variabel lain
diluar penelitian ini.
C. Pembahasan Analisis
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa variabel Inflasi, non
performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net
margin berpengaruh terhadap return on asset, sedangkan gross domestic
product tidak berpengaruh terhadap return on asset berikut ini merupakan
pembahasan mengenai penelitian ini, yaitu:
75
1. Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
terhadap return on asset, hal ini membuktikan bahwa Tinggi rendahnya
tingkat inflasi memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap
pergerakan return on asset. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan
return on asset, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lambat.
Tingginya inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas perusahaan
sehingga memengaruhi kemampuan perusahaan untuk memberikan laba
bagi pemegang saham. Kenaikan harga faktor produksi juga akan
meningkatkan biaya modal perusahaan, sehingga pengaruh dari kenaikan
laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham
(Suryanto dan Kesuma, 2012).
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalengkongan
(2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Tingkat Suku Bunga dan Inflasi
Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA)”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan
inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
2. Pengaruh Gross Domestic Product terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa gross domestic
product tidak berpengaruh terhadap return on asset. Pertumbuhan ekonomi
(growth GDP) memiliki pengertian sebagai suatu proses peningkatan barang
dan jasa di dalam suatu perekonomian. Semakin tinggi nilainya, maka akan
76
semakin tinggi pula tingkat produktifitas suatu negara, perputaran arus
barang dan jasa semakin cepat dan besar. Dalam proses ini bank ikut
berfungsi sebagai lembaga intermediaris yang menjadi salah satu
pendukung proses tersebut .
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2013)
dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan
Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di
Indonesia”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA.
Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan
hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersama-
sama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Penelitian lain yang sesuai adalah penelitian yang dilakukan oleh
Perdana (2014) yang menyatakan bahwa hasil yang dicapai dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa (1) inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap
ROA perusahaan, (2) suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap
ROA perusahaan, (3) PDB tidak mempunyai pengaruh terhadap ROA
perusahaan. Secara simultan, semua variabel independen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan.
3. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa non perfoming
financing berpengaruh terhadap return on asset, hal ini membuktikan bahwa
77
rasio non performing financing (NPF) mencerminkan resiko kredit yang
dihadapi Bank Umum Syariah. Semakin tinggi rasio ini, kualitas kredit bank
semakin buruk karena jumlah kredit bermasalah semakin besar, sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Habbe
(2011) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank
terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di
Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA,
NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA.
4. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return
on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa biaya operasional
dan pendapatan operasional berpengaruh negatif terhadap return on asset.
Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil
BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas
usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank
lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya.
78
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012)
dengan judul penelitian “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010)”. Hasil menyatakan bahwa
secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non
performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return on asset (ROA).
5. Pengaruh Net Margin terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa net margin
berpengaruh terhadap return on asset. Besarnya NM menunjukkan bahwa
pendapatan bunga bersih lebih besar dari total aktiva produktif, sehingga
dengan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
bank, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011)
dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO,
NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di
Indonesia periode tahun 2006 – 2010”. Hasil analisis menunjukkan bahwa
data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh antara variabel independen (Inflasi, gross domestic product, non
performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net
margin) terhadap return on asset, untuk menganalisisnya maka dilakukan uji
regresi linier berganda yang menghasilkan suatu analisa, setelah dianalisa maka
dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap return
on asset.
2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel gross domestic product tidak
berpengaruh terhadap return on asset.
3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel non performing financing
berpengaruh terhadap return on asset.
4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel biaya operasional dan pendapatan
operasional berpengaruh terhadap return on asset.
80
5. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel net margin berpengaruh terhadap
return on asset.
6. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan atau (uji F)
ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel
independen (Inflasi, gross domestic product, non performing financing,
biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin) terhadap
return on asset.
B. Saran
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Saran Bagi Nasabah
Dengan mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi ROA,
berarti mengetahui tingkat kesehatan suatu bank, maka bagi nasabah perlu
menganalisa apa saja yang dapat mempengaruhi ROA, sehingga nasabah
dapat memperkirakan kapan akan berinvestasi dan kapan akan mulai
menarik investasinya.
2. Saran Bagi Bank Syariah Di Indonesia
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan perbankan syariah di Indonesia dalam
melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. Dan bagi
perusahaan perbankan syariah di Indonesia agar lebih mengawasi laporan
81
keuangan lebih baik lagi sehingga investor dan nasabah akan percaya dan
yakin dalam menanamkan modalnya pada perusahaan perbankan syariah di
Indonesia.
3. Saran Bagi Akademis
Penilaian analisis Pengaruh Inflasi, gross domestic product, non
performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net
margin yang mempengaruhi return on asset dapat dijadikan tambahan
pengetahuan bagi penelitian selanjutnya. Dan melakukan penelitian yang
lebih baik lagi serta menambah jumlah variabel dan periode penelitian agar
menghasilkan data yang lebih baik lagi, karena masih terdapat 15,1 persen
variabel yang dapat mempengaruhi return on asset. Di samping itu,
penelitian ini menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rivai, “Determinasi Profitabilitas Bank:Studi Empirik Bank-Bank
Umum Milik Pemerintah, Program Pasca Sarjana Perbanas”, Jakarta, 2010. Antonio, Moh. Syafií, “Bank Syariíah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani Pres,
Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Press,
Jakarta, 2009. Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Pers, Jakarta, 2011. Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage
Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2010.
Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
2005. _______, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Undip, Semarang, 2009. Giannini, Nur Gilang, “Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”, Accounting Analysis Journal, Semarang, 2013.
Gilarso, T. ”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Yogyakarta, 2004. Hakim, R. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan
Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta, 2006.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Skripsi”, Edisi I. FEIS UIN Press Grafika Karya
Utama, Jakarta, 2007. Handoko, T. Hani, Manajemen (edisi ke2), BPFE-YOGYAKARTA, 2008. Harinaldi, “Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains”, PT. Erlangga,
Jakarta, 2005.
83
Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012)”, Diponegoro Journal Of Management, Volum 2., Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15, Semarang, 2013.
http//www.bi.go.id http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/ http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah http://www.megasyariah.co.id/ http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1 http://www.syariahmandiri.co.id/home/history Kalengkongan, Glenda “Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap
Return On Asset (ROA) Pada Industri Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal EMBA 737 Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 737-747, ISSN 2303-1174, Manado, 2013.
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Jakarta, Prenada Media Group,
2010. Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP DAN
PLO terhadap Return on Asset (Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, Semarang, 2011.
Pratiwi, Dhian Dayinta, Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return
on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 - 2010), Jurnal Perbankan, Jakarta, 2012.
Rangkuti, Freddy, “SWOT Balanced Scorcard”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2011. Riduwan, “Metode dan Teknik Menyusun Tesis”, Alfabeta, Bandung, 2010. Riyadi, Slamet, “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
84
Sabir, Muhammad, Ali Muhammad dan Habbe Hamid, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia”, Jurnal Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1 : 79 – 86, Makasar, 2012.
Sahara, Ayu Yanita, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk
Domestik Bruto terhadap Return on Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013, Surabaya, 2013.
Santoso, Singgih dan Tjiptono Fandy, “Riset Pemasaran dan Aplikasi Dengan SPSS”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2002. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, Jakarta, 2005.
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”, Alfabeta,
Bandung, 2010. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”, Grafindo,
Jakarta, 2003. Suwiknyo, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010. Tandelilin, Eduardus,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi
Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010. Utomo, Novianto Satrio, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Suku Bunga BI
Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jurnal Manajemen Perbankan, Jakarta, 2008.
85
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
No Nama Perusahaan Perbankan Syariah
1 PT. Bank Central Asia (BCA) Syariah
2 PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
4 PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
5 PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)
6 PT. Bank Bukopin Syariah
7 PT. Bank Mega Syariah
86
Lampiran 2: Data Mentah Variabel Penelitian
Inflasi
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 6.32% 4.12% 4.41% 8.36%
26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 6.15% 4.67% 4.48% 8.60%
27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 4.37% 5.89% 4.49% 5.65%
28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 3.65% 6.84% 3.73% 5.26%
87
GDP
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 1505857 1749386.90 1972938.7 2143671.8
26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 1588847.7 1822473.3 2047747.8 2212723.7
27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 1670567.1 1929006.2 2116373.8 2359648
28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 1681580.1 1918320.7 2092379.1 2367928.7
88
NPF
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 1.420% 0.001% 0.002% 0.003%
2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 1.020% 0.090% 0.001% 0.002%
3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 0.200% 0.140% 0.010% 0.001%
4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.002% 0.150% 0.001% 0.002%
5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 1.130% 2.120% 2.770% 0.970%
6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 2.550% 1.710% 1.750% 1.540%
7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 2.600% 1.780% 1.620% 1.490%
8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 1.920% 2.420% 1.130% 1.420%
9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 1.920% 1.700% 2.010% 2.400%
10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 1.970% 2.770% 1.940% 2.150%
11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 2.060% 2.270% 1.890% 2.140%
12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 2.140% 2.120% 1.840% 3.260%
13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 0.660% 1.120% 0.860% 1.550%
14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 0.880% 1.140% 1.410% 1.100%
15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 1.450% 1.260% 1.550% 1.590%
16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 1.290% 0.950% 1.140% 2.290%
17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 4.140% 0.980% 2.850% 4.280%
18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 3.670% 1.610% 2.500% 4.030%
19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 3.910% 1.570% 4.460% 3.860%
20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.420% 1.540% 4.260% 3.680%
21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 1.800% 2.640% 1.530% 1.420%
22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 2.020% 2.140% 1.510% 2.190%
23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 2.600% 2.250% 1.410% 1.630%
24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 2.110% 1.790% 1.320% 1.450%
25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 5.830% 3.990% 1.970% 1.760%
26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 3.930% 3.570% 1.940% 1.860%
27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 3.360% 3.710% 1.610% 1.840%
28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 3.510% 1.780% 1.810% 0.780%
89
BOPO
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 86.14% 92.40% 95.63% 88.76%
2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 88.31% 91.96% 92.24% 88.36%
3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 89.90% 91.42% 92.61% 87.46%
4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 91.46% 91.72% 90.87% 86.91%
5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 77.08% 67.98% 91.20% 82.95%
6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 304.60% 78.20% 92.81% 84.44%
7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 113.89% 78.06% 86.46% 84.06%
8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 88.05% 87.86% 85.39% 83.94%
9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 92.88% 101.38% 99.15% 85.54%
10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 94.82% 100.30% 91.16% 87.55%
11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 98.74% 98.56% 84.49% 80.80%
12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 98.77% 99.56% 86.63% 95.24%
13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 74.66% 73.07% 70.47% 69.24%
14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 73.15% 74.02% 70.11% 81.63%
15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 71.84% 73.85% 71.14% 87.53%
16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 74.97% 76.44% 73.00% 84.03%
17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 93.34% 93.72% 94.45% 88.67%
18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 94.67% 94.43% 94.05% 88.82%
19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 95.39% 93.96% 93.34% 91.50%
20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 93.57% 93.86% 91.59% 92.29%
21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 81.19% 90.03% 80.03% 77.48%
22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 82.96% 89.49% 77.30% 81.41%
23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 85.92% 90.79% 76.89% 84.21%
24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 88.86% 90.80% 77.28% 86.09%
25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 87.58% 84.72% 84.56% 82.79%
26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 90.52% 85.16% 84.56% 82.07%
27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 89.33% 86.54% 84.00% 82.67%
28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 87.38% 85.52% 84.48% 85.12%
90
NM
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 7.56% 11.81% 9.45% 8.45%
2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 8.97% 11.40% 9.91% 8.40%
3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 9.35% 11.48% 9.82% 8.04%
4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 9.48% 11.27% 9.56% 7.73%
5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 5.75% 7.87% 7.92% 10.28%
6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) 6.11% 7.96% 9.97% 9.07%
7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) 4.47% 7.89% 9.97% 9.22%
8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 5.07% 8.07% 11.03% 9.51%
9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 7.08% 8.20% 7.70% 6.61%
10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 8.87% 7.78% 7.68% 6.57%
11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 8.23% 7.59% 8.36% 7.48%
12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 7.50% 6.99% 7.15% 6.27%
13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 6.17% 5.96% 6.88% 7.09%
14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 6.23% 5.89% 6.80% 7.31%
15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 6.39% 6.90% 7.00% 7.23%
16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 6.57% 7.48% 7.25% 7.25%
17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 2.91% 3.53% 2.64% 4.08%
18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 3.38% 3.82% 3.55% 4.01%
19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 3.56% 3.76% 3.82% 4.07%
20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 3.95% 3.43% 3.94% 3.86%
21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 14.94% 16.13% 14.37% 11.66%
22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 15.13% 16.14% 14.70% 11.50%
23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 15.45% 15.76% 14.65% 11.21%
24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 15.49% 15.33% 13.94% 10.66%
25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 6.39% 4.88% 4.40% 4.61%
26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 6.32% 5.22% 4.11% 4.62%
27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 6.44% 6.09% 4.51% 4.57%
28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 5.24% 5.01% 4.64% 4.64%
91
ROA
NO Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013
1 BCA SYARIAH (TRIWULAN I) 1.48% 0.87% 0.39% 0.92%
2 BCA SYARIAH (TRIWULAN II) 0.99% 0.89% 0.74% 0.97%
3 BCA SYARIAH (TRIWULAN III) 0.98% 0.95% 0.69% 0.99%
4 BCA SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.78% 0.90% 0.84% 1.01%
5 BNI SYARIAH (TRIWULAN I) 2.51% 3.42% 0.63% 1.62%
6 BNI SYARIAH (TRIWULAN II) -12.02% 2.22% 0.65% 1.24%
7 BNI SYARIAH (TRIWULAN III) -0.65% 2.37% 1.31% 1.22%
8 BNI SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.61% 1.29% 1.48% 1.37%
9 BRI SYARIAH (TRIWULAN I) 1.12% 0.23% 0.17% 1.70%
10 BRI SYARIAH (TRIWULAN II) 0.97% 0.20% 1.21% 1.41%
11 BRI SYARIAH (TRIWULAN III) 0.24% 0.40% 1.34% 1.36%
12 BRI SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.35% 0.20% 1.19% 1.15%
13 BSM SYARIAH (TRIWULAN I) 2.04% 2.22% 2.17% 2.56%
14 BSM SYARIAH (TRIWULAN II) 2.22% 2.12% 2.25% 1.79%
15 BSM SYARIAH (TRIWULAN III) 2.30% 2.03% 2.22% 1.51%
16 BSM SYARIAH (TRIWULAN IV) 2.21% 1.95% 2.25% 1.53%
17 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN I) 0.65% 0.62% 0.54% 1.08%
18 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN II) 0.59% 0.65% 0.52% 1.04%
19 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN III) 0.63% 0.51% 0.61% 0.79%
20 BUKOPIN SYARIAH (TRIWULAN IV) 0.74% 0.52% 0.55% 0.69%
21 MEGA SYARIAH (TRIWULAN I) 3.18% 1.77% 3.52% 3.57%
22 MEGA SYARIAH (TRIWULAN II) 2.98% 1.87% 4.13% 2.94%
23 MEGA SYARIAH (TRIWULAN III) 2.47% 1.65% 4.11% 2.57%
24 MEGA SYARIAH (TRIWULAN IV) 1.90% 1.58% 3.18% 2.33%
25 MUAMMALAT (TRIWULAN I) 1.48% 1.38% 1.51% 1.72%
26 MUAMMALAT (TRIWULAN II) 1.07% 1.74% 1.61% 1.66%
27 MUAMMALAT (TRIWULAN III) 0.81% 1.55% 1.62% 1.68%
28 MUAMMALAT (TRIWULAN IV) 1.36% 1.52% 1.54% 1.37%
92
Lampiran 3: Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ROA 56.5000 32.47341 112 INF 56.5000 32.41343 112 GDP 1948715.6625 256440.58433 112 NPF .0188 .01167 112 BOPO 56.5000 32.47549 112 NM .0784 .03387 112
Correlations
ROA INF GDP NPF BOPO NM
Pearson Correlation
ROA 1.000 .135 .098 -.148 -.863 .401
INF .135 1.000 .186 .011 -.077 -.037
GDP .098 .186 1.000 -.145 -.166 -.025
NPF -.148 .011 -.145 1.000 .265 -.353
BOPO -.863 -.077 -.166 .265 1.000 -.157
NM .401 -.037 -.025 -.353 -.157 1.000
Sig. (1-tailed)
ROA . .077 .151 .059 .000 .000 INF .077 . .025 .454 .210 .351 GDP .151 .025 . .063 .040 .397 NPF .059 .454 .063 . .002 .000 BOPO .000 .210 .040 .002 . .049 NM .000 .351 .397 .000 .049 .
N
ROA 112 112 112 112 112 112
INF 112 112 112 112 112 112
GDP 112 112 112 112 112 112
NPF 112 112 112 112 112 112
BOPO 112 112 112 112 112 112
NM 112 112 112 112 112 112
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .925a .856 .849 12.60955 1.846
a. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF b. Dependent Variable: ROA
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 100197.913 5 20039.583 126.034 .000b
Residual 16854.087 106 159.001
Total 117052.000 111 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), NM, GDP, INF, BOPO, NPF
93
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 70.506 11.238 6.274 .000 INF .084 .038 .084 2.225 .028 .960 1.042
GDP -2.941E-006 .000 -.023 -.605 .546 .923 1.083
NPF 540.902 113.653 .194 4.759 .000 .814 1.228
BOPO -.859 .039 -.859 -22.142 .000 .903 1.107
NM 322.959 38.044 .337 8.489 .000 .863 1.159
a. Dependent Variable: ROA
94
95
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 112
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation 12.32228134
Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .055 Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .886 Asymp. Sig. (2-tailed) .412
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
top related