skoliosis ninis
Post on 21-Oct-2015
49 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu kedokteran sekarang ini, ditunjang dengan sumber daya yang ada
diharapkan mampu memberikan konstribusi yang cukup dalam berbagai aspek kehidupan.
Masalah penyakit tulang Skoliosis merupakan salah satu masalah yang dirasa perlu untuk
mendapatkan perhatian lebih. Karena masalah penyakit Skoliosis di Indonesia menurut
penulis merupakan masalah serius, bukan hanya merupakan masalah fisik semata tetapi
merupakan masalah estetika yang sangat mempengaruhi kehidupan seharian tiap individu.
Penderita akan lebih mudah mengalami kemurungan dan rasa sedih yang amat sangat
karena badan mereka tidak seimbang, tinggi atau berat sebelah,.
Kebanyakan mereka yang menghadapi penyakit ini hanya menyedari tentang masalah
tersebut ketika usia remaja, apabila keluarga atau rakan menyedari perubahan dalam
tubuh mereka. Biasanya skoliosis baru diketahui ketika anak sudah masuk sekolah atau
masuk Play group .Kelainan skoliosis ini kerap luput dari pandangan orang tua.
Frekuensinya lebih tinggi pada wanita . Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa
sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang
menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka seyogianya masalah-masalah Skoliosis sebisa
mungkin dideteksi dengan secepatnya dan ditanggulangi dengan dasar pengetahuan
pathogenesis yang benar, sehingga didapatkan hasil yang baik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1 .DEFINISI
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal kearah samping yang
dapat terjadi pada segmen Servikal (leher), Torakal (dada), maupun Lumbal (pinggang) .
2. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital
2. Neuromuskular
3. Idiopatik
2.1 KONGENITAL
Skoliosis kongenital bukan penyebab skoliosis yang penting karena ianya jarang
didapati. Biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang
atau tulang rusuk yang menyatu. Kelainan tulang belakang ini biasanya mudah di deteksi
pada pemeriksaan foto Thorax. Umumnya skoliosis kongenital dihubungkan dengan kelainan
genetika atau terjadinya gangguan organisasi semasa janin didalam rahim (pada fase
organogenesis).
Pembentukan tulang belakang merupakan sebuah proses yang rumit dengan
melibatkan pertumbuhan dan penyatuan bagian kaudal satu sklerotom dengan bagian cranial
sklerotom disebelahnya. Tidak mengherankan dapat terjadi kesalahan-kesalahan yang
mengakibatkan penyatuan atau penambahan serta pengurangan jumlah vertebra (sindrom
Klippel-Feil). Pada beberapa kasus hanya terbentuk separuh vertebra saja (hemivertebra).
2
Kelainan-kelainan yang disebutkan diatas bisa menimbulkan asimetri dan seterusnya
mengarah ke skoliosis.
Skoliosis kongenital di kelaskan mengikut kelas anomalinya. Dalam hal ini
pengelasan menurut MacEwen digunakan:i.
Kegagalan Penyatuan
1. Parsial (wedge vertebra)
2. Komplit (hemivertebra)
Kegagalan Segmentasi
1. Unilateral (unilateral unsegmented bar)
2. Bilateral (block vertebra)
Campuran
o
Gambar 2.1 Kegagalan Penyatuan
Top left: anterior central defect. Top right: incarcerated hemivertebra. Bottom, from
left to right: free hemivertebra, wedge vertebra, and multiple hemivertebrae.
3
Gambar 2.2Kegagalan segmentasi
Left: block vertebra. Right: unilateral unsegmented bar.
Gambar 2.3 Campuran
Mixed vertebral deformity involving the thoracolumbar spine
4
Gambar 2.4 foto hemivertebra
Gambar 2.5 penderita skoliosis kongenital.
5
2.2 Neuromuskular
Skoliosis neuromuscular boleh diartikan sebagai suatu kelainan pada bidang koronal
dan sagital tulang belakang pada pesakit dengan kelainan dari pusat myoneural. Pada
kelainan tulang belakang neuromuscular ini perkembangan skoliosisnya lebih pesat
ketimbang skoliosis idiopatik.
Perkembangan skoliosis neuromuscular berterusan sehingga dewasa. Pada jangka
waktu yang panjang penderita bisa sakit lumpuh, kehilangan kemampuan untuk duduk dan
disertai penurunan fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu juga, fungsi paru juga bisa
terancam.
Skoliosis neuromuscular diklasifikasikan oleh “Scoliosis Research Society” ke dua
bagan. Yaitu neuropathy dan miopathy. Kelainan pada neuropathy telah dibahgikan lagi
menjadi lesi motorneuron atas dan lesi pada motorneuron bawah. Kumpulan penyakit yang
termasuk dalam kategori lesi pada motoneuron atas adalah :
1. Cerebral palsy
2. Syringomelia
3. Spinal cord trauma
Kumpulan penyakit yang termasuk dalam kategori lesi pada motorneuron bawah pula adalah:
1. Poliomyelitis
2. Atrofi otot tulang belakang
3. Neurofibromatosis
Manakala dalam golongan miopathy didapati penyakit seperti :
1. Arthrogryposis
2. Muscular dystrophy
6
Patofisiologi skoliosis neuromuscular masih lagi tidak difahami dengan baik. Namun
dapat ditarik kesimpulan bahwa skoliosis neuromuscular disebabkan oleh kelemahan otot
pada tulang belakang. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di
sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung
2.3 Idiopatik
Bertahun tahun, skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya disebut dengan
“idiopatik”. Namun, ada penelitian yang menyatakan bahwa scoliosis idiopatik merupakan
penyakit genetik dan diturunkan melalui gen autosomal dominan dengan penetrance
incomplete. Scoliosis idiopatik prevalensinya lebih sering terjadi pada perempuan dewasa,
delapan kali lipat dibandingkan dengan laki laki dewasa, dan terjadi sekitar 70 persen
diantara kejadian kasus skoliosis lainnya.
Onset kejadian dari skoliosis idiopatik ini dibagi atas 3 periode utama. Periode itu
adalah zona infantile, juvenile, dan adolescent.
1. Infantile ( anak - anak )
Terjadi pada anak sejak lahir hingga berumur 3 tahun. Pada umumnya, di deteksi pada
tahun pertama sejak kelahiran. Kasus ini lebih sering terjadi di Inggris, biasanya pada
laki- laki dan biasanya lokasi terjadinya adalah pada lekukan thoracic sebelah kiri.
Mayoritas sembuh secara spontan, walaupun tidak diobati dan mungkin ini dikarenakan
hasil dari pembentukan ketika di rahim; beberapa kasus berkembang menjadi struktur
lekukan yang cukup kaku, keras dan prognosis yang jelek.
2. Juvenile ( remaja )
Terjadi pada umur 4 tahun hingga 10 tahun. Perbedaan antara kasus remaja awal
dengan fase anak-anak akhir biasanya sulit di pisahkan kecuali didasarkan atas
pemeriksaan x-ray. Kebanyakan dari kasus ini dideteksi pada umur lebih dari 6 tahun dan
berlokasi pada kurva thorax kanan. Pada kelompok umur ini, prevalensi kasus diantara
perempuan dan laki laki terjadi secara merata.
7
3. Adolescent ( dewasa )
Kasus pada zona ini didiagnosa ketika kurva dilihat pada umur 10 tahun dan skeletal
yang matang. Bentuk dari thorax kanan dan torakolumbal lebih dominan. Perubahan
bentuk kurva ini lebih banyak dideteksi pada kelompok umur ini namun sudah terjadi
sebelum umur 10 tahun, tapi tidak di deteksi hingga usia menjelang dewasa. Delapan
puluh persen dari skoliosis dewasa terjadi pada perempuan, dan kurva yang terbentuk
cenderung ke kanan.
Lengkungan idiopatik kemungkinan akan berkembang seiring pertumbuhan.
Biasanya, semakin muda waktu kejadian pada anak yang struktur lengkungannya sedang
berkembang maka semakin serius porgnosisnya. Pada umumnya struktur lengkungan
mempunyai kecenderungan yang kuat untuk berkembang secara pesat pada saat
pertumbuhan dewasa, dimana lengkungan kecil non struktur masih fleksibel untuk jangka
waktu yang lama dan tidak menjadi semakin parah.
Model dari bentuk lengkungan pada kasus skoliosis idiopatik biasanya termasuk dari satu
diantara lima tipe lengkungan ( plate III ).
1. Lengkungan thoraks kanan
Ini adalah bentuk yang paling banyak terjadi pada skoliosis idiopatik dengan letak
terjadi pada end-vetebrae T4,5 atau 6 sebagai batas atas, dan T11, 12, atau L1 sebagai batas
bawah. Bila disertai rotasi vetebra yang cukup parah, tulang iga pada bagian sisi konvenks
mengalami deformitas yang buruk, yang menghasilkan kecacatan pada bentuk dan
impairment yang cukup serius dari fungsi kardiopulmonari pada lengkungan yang
melengkung mencapai 70 derajat. Lengkungan ini akan berkembang secara cepat dan harus
tangani secara dini untuk mendapatkan penyembuhan dan perbaikan bentuk secara fungsional
dan kosmetik. Lengkungan thorax kanan merupakan kurva yang MAYOR. Ini dimaksudkan
kurva ini mempunyai struktur dan peranan yang penting. Biasanya terdapat lengkungan yang
lebih kecil pada arah yang berbeda dan terdapat dibawah kurva thoracic kanan. Lengkungan
lengkungan ini adalah SEKUNDER atau COMPESATORYdan biasanya disebut sebagai
kurva MINOR .
8
2. Lengkungan Torakolumbal
Ini adalah lengkunan yang lebih panjang , biasanya mengarah ke arah kanan dengan
batas atas di T4, 5 atau 6 dan batas bawah L2, 3, atau 4. selain dari kurva thoraks kanan,
terdapat juga kurva thoraks kiri atas minor dan kurva thoraks kiri bawah minor di daerah
lumbar untuk tujuan kompensasi. Lengkungan torakolumbal biasanya tidak mengalami
kelainan bentuk yang parah, tapi bisa mengakibatkan distorsi tulang iga dari rotasi vertebra
tersebut.
3. Kurva mayor ganda
Pada bentuk ini, ada 2 kurva dari prominens yang utama. Keduanya merupakan
struktural dan menurut terminologi awal sebagai ” kurva primer ganda”. Lengkungan ini
biasanya terdiri atas thoraks kanan dan lengkungan lumbal kiri sama bentuknya.
Kurva mayor ganda ini bisa terdiri atas :
Thoracic kanan, lumbal kiri ( kombinasi yang paling sering )
Thoracic kanan, torakolumbal kiri
Torakolumbal kiri, kanan bawah lumbal
Pada thoracic kanan, kurva lumbal kiri bentuknya bisa berawal pada perempuan
dewasa dengan kurva thoracic mayor kanan dan kurva lumbal minor kiri ( comensatory dan
non struktural ). Hal ini terkadang dikenal dengan bentuk lengkung intermediate. Dan seiring
dengan pertumbuhan pasien maka lengkungan lumbal bisa berkembang dan menjadi lebih
kaku dan menjadi struktural. Kalau lengkungan lumbal berkembang pembentukannya
dibandingkan dengan kurva thoracic, maka bentuk formasi nya bisa menjadi lengkungan
mayor ganda. Bentuk seperti ini adalah bentuk lengkungan thoracic kanan dari T5 ke T11
atau 12, dan pada lengkungan lumbal kiri dari T11 atau 12 hingga L4 atau 5. Bentuk dari
lengkungan ini simetris dan seimbang, kurva ini tidak mengakibatkan deformitas yang berat
daripada dengan kasus kurva yang satu buah saja, tapi tetap akan menjadi masalah serius
apabila mereka berkembang menjadi lebih berat.
9
4. Lengkungan lumbal mayor
Ini adalah lengkungan yang cukup sering terjadi dan biasanya berawal dari T11 atau
12 hingga L5. lengkungan ini biasanya mengarah ke kiri pada 65 % kasus. Tulang belakang
thoracic biasanya tidak akan berkembang menjadi lengkungan compensatory dan tetap
fleksibel. Lengkungan ini tidak mengalami kecacatan, tapi hanya sedikit kaku dan bisa
mengakibatkan nyeri sendi sewaktu membawa anak dan usia lanjut.
5. Kurva cervicothoracic
Ini merupakan lengkung yang jarang terjadi, dimana umumnya mengarah kekiri.
Terjadi pada C5 hingga T4 atau 5. Jarang terjadi nyeri tetapi bisa terjadi distorsi dari garis
pembentukan yang menjadi masalah estetika/ kelainan bentuk.
Kelainan diakibatkan oleh berbagai macam bentuk untuk tiap formasi lengkungan,
tapi lebih sering dan akan lebih berat pada thoracic kanan dan kurva torakolumbal.
Deformitas yang terjadi lebih ringan dengan bentuk kurva mayor ganda. Kasus dengan
thoracic kanan dan lengkungan torakolumbal akan membentuk suatu ”overhang” dari thorax
terhadap bentuk konfeks dari kurva. Kurva ganda mayor yang seimbang akan menjaga level
bahu diatas posisi panggul. Tulang iga dan prominens lumbal tidak terlalu berat dan kelainan
bentuk yang terjadi salah satunya batang tubuh yang memendek.
Kelainan skoliosis idiopatik dapat terjadi pada anak yang sehat. Anak perempuan
berumur 11 atau 12 tahun yang mempunyai kelainan dari lengkungan thoracic kanan, dalam
waktu satu atau dua tahun, berkembang menjadi deformitas yang parah tanpa manifestasi
sistemik, pemeriksaan laboratorium yang normal, dan tanpa gejala klinis.
10
3. Faktor resiko
Faktor yang dapat menyebabkan masalah skoliosis bertambah buruk ialah:
Proses pertumbuhan.
Dengan bertumbuh dan berkembangnya tubuh penderita maka derajat kelengkungannya
juga ikut berkembang dan menjadi semakin besar
Jenis Kelamin.
Masalah skoliosis biasanya lebih buruk di kalangan remaja perempuan dibanding lelaki.
Umur.
Lebih awal seseorang penderita mengalami skoliosis, kemungkinan untuk penyakit
tersebut menjadi buruk akan lebih besar. Walaupun secara umumnya ini lebih banyak
berlaku pada remaja, anak-anak juga dapat mengalami masalah ini pada umur empat
hingga delapan tahun.
Lokasi.
Lengkungan pada bagian tengah atau bawah tulang belakang biasanya jarang bertambah
buruk. Masalah skoliosis hanya bertambah buruk jika ini berlaku pada bagian atas tulang
belakang, menyebabkan badan belakang penderita menonjol keluar dan kelihatan
bongkok.
Masalah tulang belakang ketika dilahirkan.
Skoliosis pada anak-anak yang dilahirkan dengan penyakit ini , berisiko tinggi menjadi
buruk dengan cepat. Oleh karena skoliosis tidak menyebabkan kesakitan, masalah ini
jarang diberi perhatian dan rawatan hingga postur badan berubah
4.Gejala Klinis
Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya
karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali. Jika
ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya
merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai
menitik beratkan soal penampilan diri. Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit,
rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.
11
Gejalanya berupa:
Tulang belakang melengkung secara abnormal kearah samping
Bahu dan pinggul kiri dan kana tidak sama tingginya.
Nyeri punggung
Kelelahanpada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60˚) bisa
menyebabkan gangguan pernapasan
Kebanyakkan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan
pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan
lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal
mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan
berbagai komplikasi seperti :
1. Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 70 derajat. Tulang
rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas
dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah.
Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan
pneumonia.
2. Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah
sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap
masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila
penderita berumur 50 atau 60 tahun.
3. Masalah image.
Biasanya penderita merasa rendah diri, malu dan kurang yakin untuk berhadapan
dengan orang lain kerana badan mereka tidak seimbang, tinggi atau berat sebelah.
4. Kemurungan.
Ini adalah masalah psikologi yang paling dikhawatirkan pakar pengobatan. penderita
akan lebih mudah mengalami kemurungan dan rasa sedih yang amat sangat.
12
5.Klasifikasi Skoliosis
Dalam perkembangannya, Scoliosis lebih lanjut Pada umumnya dibagi atas dua kategori
diantaranya adalah Scoliosis Struktural dan Non Struktural.
1. Scoliosis Struktural
Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra yang menetap. Rotasi
vertebra terbesar terjadi pada apex. Jika kurva bertambah maka rotasi juga bertambah. Rotasi
ini menyebabkan saat foward bending costa menonjol membentuk hump di sisi convex.
Sebaliknya dada lebih menonjol di sisi concav. Scoliosis struktural tidak dapat dikoreksi
dengan posisi atau usaha penderita sendiri
2. Scoliosis Non Struktural / Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis
Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh oleh posisi. Di sini
tidak ada rotasi vertebra. Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat
mengoreksi scoliosis ini.
6.Diagnosa
Diagnosa Scoliosis dibuat berdasarkan :
Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
Pemeriksaan tambahan
a. X-ray standard scoliosis dilakukan dengan berdiri AP, oblique kanan, oblique
kiri. Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.
b. Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi
paru berupa vital capacity dan total lung capacity.
13
6.1 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Skoliosis bukan struktural bisa di anamnesakan dengan :
Penderita mempunyai tabiat yang tidak baik seperti membawa tas yang berat pada
sebelah bahu saja (menyebabkan sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang tidak
bagus (seperti selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
Kaki tidak sama panjang.
Kesakitan, contohnya disebabkan masalah sakit yang dirasakan di belakang dan sisi
luar paha, betis dan kaki akibat kemerosotan atau kerusakan cakera di antara tulang
vertebra dan menekan saraf.
Skoliosis struktural bisa di anamnesakan dengan :
· Bahu tidak sama tinggi.
· Garis pinggang tidak sama tinggi.
· Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
· Payudara besar sebelah.
· Sebelah pinggul lebih tinggi.
· Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
Pada pemeriksaan fisis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain;
Berdiri tegak, untuk melihat adanya :
Asimetri bahu, leher, tulang iga, pinggul, skapula
Plum line (kesegarisan antara leher dan pinggul)
Body arm distance (jarak antar lengan dengan badan
Membungkuk, untuk melihat adanya :
Rotasi (perputaran dari tulang punggung)
Derajat pembungkukan (kifosis)
Mengukur perbedaan panjang tungkai bawah (leg length discrepancy)
14
Mencari :
Kelenturan sendi
Sinus-sinus pada kulit
Hairy patches
Palpable midline defects
6.2 Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang
meliputi :
Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan skoliosis
Foto AP telungkup
Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan
setelah dilakukan bending
Foto pelvik AP
Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau sakit
kepala,dapat dilakukan pemeriksaan MRI.
7. Derajat dan deskripsi Skoliosis
7.1 derajat skoliosis
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat
ringan sampai pada derajat yang sangat berat. Skoliosis derajat ringan misalnya
pembengkokan yang sedikit. Biasanya penderita tidak banyak mengeluhkan apa-apa. Bahkan
kadangkala orang sekitarnya yang merasa terganggu dengan struktur bengkok tersebut
misalnya orang tua penderita, pasangan. Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara
Cobb dan disebut sudut Cobb.
15
Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat
derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistim kardiopulmonal.
Teknik Pengukuran Scoliosis
Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb
Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-ray nya dibagi menjadi 4 tingkat.
Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis
1. Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20˚
2. Scoliosis sedang : kurva 20˚ – 40˚ /50˚. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra
dan costa.
3. Scoliosis berat : lebih dari 40 ˚/50˚. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih besar,
sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60˚ - 70˚
terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup
7.2 Deskripsi Kurva
Arah scoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural.
Umumnya pada scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non
struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya,
biasanya keduanya kurva struktural.
Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.
7.3 Letak dan Bentuk Kurva
letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area
bentuk kurva
16
Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena
posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak
baik.
Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural.
8. Penatalaksanaan
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik
Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang
dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25˚ pada tulang
yang masih tumbuh atau <50˚ pada tulang yang sudah berhenti pertumbuhannya. Rata-rata
tulang berhenti tumbuh pada saat usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-
waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter.
Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20˚ dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya
>20˚
2. Orthosis
17
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan nama
brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40˚
Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25˚.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
1. Milwaukee
2. Boston
3. Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara teratur
23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
3.Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosis
adalah :
Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45˚ pada anak yang
sedang tumbuh
Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
Terdapat derajat pembengkokan >50˚ pada orang dewasa
Dalam operasi skoliosis, ada 2 metode:
metode 1: pembedahan yang lurus dari atas sampai bawah
metode 2: pembedahan miring, dari atas ke dada deapn (Thorax)
Metode mana yang akan digunakan adalah pertimbangan dokter ahli bedah dan
spesialis skoliosis. Hasil pertimbangan akan dijelaskan pada pasien, dimana pasien diberi
kesempatan untuk bertanya secara lebih detil. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi
deformitas rotasional dan deviasi lateral serta melakukan artrodesis pada seluruh kurva
primer. Operasi yang paling sering dilakukan adalah operasi instrumentasi menurut
Harrington
18
9. Prognosa
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas
sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.
Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan
cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit
punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis
yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.
Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius
(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya
adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang
mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali
pembedahan.
Jika didiagnosis terkena skoliosis:
Kalau kemiringan tak bertambah, cukup terapi,
Kalau kemiringan terus bertambah:
hindari olahraga berlebihan,
hindari loncat-loncat atau kegiatan yang mempengaruhi tulang belakang secara berat,
hilangkan kebiasaan duduk dan berdiri lama, serta hindari tidur dengan posisi tidak
sempurna.
19
BAB III
PENUTUP
Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang, Skoliosis di turunkan, serta
umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Penyebabnya tidak diketahui dan sama
sekali tidak ada kaitannya dengan postur tubuh, diet, olahraga, dan pemakaian backpack. Dan
ternyata, anak perempuan lebih tinggi frekuensi menderita skoliosis berbanding anak laki-
laki.
Penyebab lain dari skoliosis yaitu infeksi kuman TB daerah korpus vertebra ( spondiliatis )
dan terjadi perlunakan korpus. Perubahan postural berupa lengkungan berbentuk S dan C
terjadi pada tulang spinal atau termasuk rongga tulang spinal. Derajat lengkungan penting
untuk di ketahui apakah terjadi penekanan pada paru-paru dan jantung.
Umumnya skoliosis tidak akan memburuk, dan yang terpenting adalah perlunya melakukan
lakukan check up secara teratur (setiap 3 sampai 6 bulan). Catatan: Pada kondisi yang berat,
bisa terjadi nyeri punggung, kesulitan bernapas, atau kelainan bentuk tubuh. Bisa jadi, anak
perlu ‘brace’ (alat khusus) atau harus dioperasi.
Tidak ada patokan baku untuk membantu membuat keputusan penanganan skoliosis, karena
sangat dipengaruhi usia anak, derajat pembengkokan tulang punggung, serta prediksi tingkat
keparahan sejalan dengan pertumbuhannya.
20
Lampiran Foto
Gambar 1 tanda-tanda skoliosis
21
Gambar 2 pengukuran sudut Cobb
Gambar 3 Peragaan Milwaukee Brace
Gambar 4 Peragaan Boston brace
22
Gambar 5 Peragaan Charleston braces
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjahriar Rasad, Radiologi Diagnostik Edisi Kedua Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; Jakarta 2005
2. T.W Sadler, Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke Tujuh, EGC; Jakarta 1997.
Mei 15 2011;5(1):77, 9(1):162
3. R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, EGC; Jakarta 2005.
Mei 15 2011;40(3):832-5
4. Kumar K. Spinal deformity and axial traction. Spine. Mei 15 2011;21(5):653-5
5. Lonstein JE. Idiopathic scoliosis. In: Lonstein JE, Bradfordn DS, Winter RB, Ogilvie
J, eds. Moe's Textbook of Scoliosis and Other Spinal Deformities. 3rd ed.
Philadelphia, Pa:. WB Saunders Co;1995:219-256.
6. James JI. Idiopathic Scoliosis: THe Prognosis, Diagnosis, and Operative Indications
Related to Curve Patterns and the Age of Onset. J Bone Joint Surg. 1954;36B:36-49.
24
top related