riwayat hidup · pdf file · 2017-10-18(pengenalan program studi), lkmm, ... vitro...
Post on 03-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
v
RIWAYAT HIDUP
Dwi Putri Nurmalasari dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada 16 Maret
1994. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara pasangan Nurhadi dan
Niya Fatiha.
Penulis mulai menempuh pendidikan di SDN Kepatihan 3 Jember tahun
2000 dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 8
Jember tahun 2006 dan lulus tahun 2009. Tahun 2009 penulis melanjutkan
pendidikan ke SMAN 4 Jember dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012
Penulis diterima di perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN dan tercatat sebagai
mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.
Selama tercatat sebagai mahasiswa di FTP Unud, penulis aktif dalam
kepanitiaan di beberapa kegiatan kemahasiswaan di FTP Unud antara lain: PPS
(Pengenalan Program Studi), LKMM, Kunjungan Ilmiah Mahasiswa, Bhakti
Ilmiah Sosial Mahasiswa, HUT BK dan lain sebagainya.
vi
Dwi Putri Nurmalasari. 1211205013. 2017. Kemampuan Bubuk Ekstrak
Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) dalam Menstimulasi
Pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. Dibawah bimbingan
Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara, MP., Ph.D. dan Dr. Ir. Lutfi Suhendra,
MP.
ABSTRAK
Serat pangan dengan fermentabilitas yang sangat baik dapat dikategorikan
sebagai prebiotik, salah satunya adalah cincau hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi bubuk ekstrak daun cincau hijau dalam menstimulasi
pertumbuhan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus casei subsp rhamnosus). Percobaan in
vitro dilakukan di laboratorium dengan perlakuan konsentrasi bubuk ekstrak daun cincau
hijau dan glukosa sebagai kontrol. Media yang digunakan adalah media Yeast-pepton
ditambah dengan 1% glukosa, 0% bubuk ekstrak daun cincau hijau, 0,1% bubuk ekstrak
daun cincau hijau, 0,2% bubuk ekstrak daun cincau hijau, 0,3% bubuk ekstrak daun
cincau hijau, 0,4% bubuk ekstrak daun cincau hijau, dan 0,5% bubuk ekstrak daun cincau
hijau. Fermentasi dilakukan pada suhu 37oC dengan waktu fermentasi sesuai hasil
pengamatan pertumbuhan Lactobacillus casei subsp rhamnosus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak bubuk daun cincau hijau 0,2% adalah nilai BAL
terbaik, karena pada konsentrasi di atas 0,2% media mulai mengalami pengentalan.
Proses pengentalan media yang terjadi menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat,
sehingga pertumbuhannya mulai menurun.
Kata kunci: Lactobacillus casei subsp. rhamnosus, cincau hijau, prebiotik.
vii
Dwi Putri Nurmalasari. 1211205013. 2017. Abilities of Green Grass Jelly
Leaf Extract (Premna oblongifolia Merr.) in Stimulating the Growth of
Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. by Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara,
MP., Ph.D. and Dr. Ir. Lutfi Suhendra, MP.
ABSTRACT
Dietary fiber with excellent fermentability can be categorized as prebiotics, one
of which was green grass jelly. The objective of this research was to know the
concentration of green grass leaf extract powder in stimulating the growth of Lactic Acid
Bacteria (Lactobacillus casei subsp. rhamnosus). In vitro experiments were performed in
a laboratory with a concentration treatment of green grass leaf powder, and glucose as a
control. The medium used was yeast-peptone medium added with 1% glucose, 0% green
grass leaf extract powder, 0.1% green grass leaf extract powder, 0.2% green grass leaf
extract powder, 0.3% green grass leaf extract powder, 0.4% green grass leaf extract
powder, and 0.5% green grass leaf extract powder. Fermentation was carried out at 37oC
with fermentation time of 9 hours. The experimental results showed that the concentration
of green grass leaf powder extract of 0.2% was giving the best total BAL value, because
at concentrations above 0.2% the media began to have viscosity, The process of coating
the media that occurs inhibits the growth of lactic acid bacteria, so that the growth begins
to decline.
Keywords: Lactobacillus casei subsp. rhamnosus, green grass jelly, prebiotic.
viii
RINGKASAN
Kemajuan pengetahuan tentang pangan dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan telah meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan
fungsional. Pangan fungsional adalah makanan atau bahan pangan yang dapat
memberikan manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasar makanan
tersebut. Salah satu pangan fungsional yang berkembang pesat adalah pangan
probiotik (Zubaidah et al., 2014). Istilah probiotik berasal dari bahasa Yunani
yang berarti untuk hidup, istilah ini digunakan pertama kali oleh Lilley dan
Stillwell pada tahun 1965 yang diartikan sebagai substansi yang dihasilkan
oleh satu mikrobia yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroba lain,
sehingga probiotik dapat dikatakan suplemen makanan berupa mikroba hidup
yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh inang (Fuler and Gibson, 1998), untuk
viabilitas mikroba ini, diperlukan prebiotik.
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan tidak
diserap pada saluran pencernaan bagian atas. Prebiotik memberikan pengaruh
menguntungkan bagi kesehatan karena dapat menstimulasi pertumbuhan dan
aktivitas bakteri menguntungkan di usus besar, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan tubuh (Zainuddin et al., 2008). Prebiotik umumnya tidak dapat
dicerna, biasanya dalam bentuk oligosakarida dan dietary fiber, misalnya
inulin, galacto-oligosaccharide, fructo-oligosaccharide, isomalto-
oligosaccharide, lactofructo-oligosaccharide, dan lactulose (Gibson and
Roberfroid, 1995).
Serat makanan (dietary fiber) merupakan bahan tanaman yang tidak
dapat dicerna oleh enzim. Serat dengan berbagai tipe yang berbeda-beda dan
jumlah yang berlainan terdapat dalam segala struktur tanaman. Serat tersebut
berada didalam dinding sel dan di dalam sel-sel akar, daun, batang, biji, serta
buah (Beck, 2000). Serat pangan ini membentuk struktur dinding sel tanaman
yang sebagian besar mengandung tiga macam polisakarida yaitu selulosa,
pektin, dan hemisellulosa (Moehji, 2002). Serat pangan dengan
fermentabilitas yang sangat baik dapat dikategorikan sebagai prebiotik, salah
satunya adalah cincau hijau. Kandungan utama cincau hijau adalah pektin,
ix
maka ekstrak cincau hijau dapat dianggap sebagai sebagai sumber serat
pangan yang baik.
Komponen pembentuk gel utama pada cincau hijau adalah senyawa
polisakarida jenis pektin yang bermetoksi rendah dengan kandungan pektin
maksimal 7% (Artha, 2001). Pektin merupakan serat larut air, serat pektin
bersifat viskus (viscousfiber) (Wu et al., 2003), yang dapat difermentasi oleh
mikroflora usus (Gallaher, 2000), sehingga diduga bahwa semakin besar
kadar pektin dalam gel cincau maka proses fermentasi oleh mikroflora dalam
usus besar akan semakin baik.
Bakteri asam laktat termasuk dalam bakteri Gram positif, tidak
berspora, berbentuk bulat maupun batang, dan menghasilkan asam laktat
sebagai mayoritas produk akhir selama memfermentasi karbohidrat
(Axelsson, 1998). Bakteri asam laktat terbagi menjadi delapan genus antara
lain Lactobacillus, Streptococcus, Lactococcus, Pediococcus, Enterococcus,
Leuconostoc, Bifidobacterium dan Corinobacterium. Lactobacillus casei
merupakan salah satu bakteri probiotik yang biasa terdapat pada produk susu
fermentasi. Lactobacillus casei merupakan salah satu jenis bakteri
menguntungkan di dalam mikroflora usus dan banyak digunakan sebagai
probiotik. Studi-studi klinis membuktikan bahwa kehadiran Lactobacillus dan
Bifidobacterium di dalam usus dapat menghambat bakteri patogen,
meningkatkan imunitas tubuh, dan antikarsinogen (Macfarlane and
Cumming, 1999; Sullivan and Nord, 2002).
Penelitian ini mempelajari kemampuan konsentrasi ekstrak daun
cincau hijau yang terbaik untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri asam
laktat. Konsentrasi ekstrak daun cincau hijau yang diuji dan digunakan untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan 0,5%
ekstrak daun cincau hijau. Penelitian ini menggunakan 1% glukosa untuk
dijadikan kontrol positif yang bertujuan untuk pembanding pada hasil yang di
dapat dari konsentrasi bubuk ekstrak daun cincau hijau.
Penentuan total bakteri asam laktat ditentukan dengan metode
permukaan (Fardiaz, 1992). Penentuan derajat keasaman (pH) dilakukan
dengan menggunakan pH meter (AOAC, 1995). Penentuan total asam
x
dilakukan dilakukan dengan menghitung kadar asam setara asam laktat
(Astuti, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1% glukosa
memiliki total bakteri asam laktat paling tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi ekstrak daun cincau hijau, namun pada konsentrasi penambahan
ekstrak daun cincau hijau yang terbaik yaitu pada konsentrasi 0,2% ekstrak
daun cincau hijau. Hasil menunjukkan bahwa pada penambahan konsentrasi
0,2% bubuk ekstrak daun cincau hijau menghasilkan pertumbuhan bakteri
asam laktat yang terbaik dari penambahan konsentrasi bubuk ekstrak daun
cincau hijau lainnya. Hal ini disebabkan pada konsentrasi diatas 0,2% media
mulai mengalami kekentalan.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah
SWT, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Kemampuan Bubuk Ekstrak Daun Cincau Hijau (Premna
oblongifolia Merr.) dalam Menstimulasi Pertumbuhan Lactobacillus casei
subsp. rhamnosus” dengan baik. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian
dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi
Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis atas dukungan,
bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara, MP., Ph.D sebagai pembimbing I, dan Dr.
Ir. Lutfi Suhendra, MP. sebagai pembimbing II yang telah banyak membantu,
membimbing, dan mengarahkan selama pelaksanaan penelitian dan
penyusunan skripsi.
2. Dr. Ir. Dewa Gede Mayun Permana, MS. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana.
3. Ir. Amna Hartiati, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
4. Segenap staf dosen dan pegawai Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Udayana.
5. Segenap teknisi laboratorium Bioindustri, Analisis Pangan dan Mikrobiologi
Pangan khususnya (Kak Wisma, Kak Mang Eka, Kak Suarta, Pak Surya) atas
bimbingan, kemudahan dan petunjuknya selama penelitian hingga penyusunan
skripsi ini selesai.
6. Mama, Papa, vivi, mas bagus dan mbak lily yang telah sabar menunggu gelar
STP ini dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi,
dukungan dan doa kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
7. Karina Novita Dewi, Friska Ekagia Ginting, Yasinta Eda Sapu, Luh Gede Sari
Dewi yang telah banyak memberi bantuan dan semangat hingga penyusunan
skripsi ini.
xii
8. Rachmad Satria Bimantara yang tidak bosan memberi motivasi dan
mengingatkan kepada penulis untuk rajin menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman – teman satu naungan Adi, Mayun, Anton, Yoga, Gusti, Gung Teguh,
Friska yang berjuang bersama dan saling memotivasi meski lulus tidak
bersama - sama.
10. Teman – teman seluruh angkatan 2012 terima kasih atas segala bantuannya
dalam perkuliahan, membuat tugas, praktikum dan penelitian hingga akhir
skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT membalas semua budi baik
ini dengan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala bentuk
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa
mendatang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Bukit Jimbaran, September 2017
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
RINGKASAN ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Hipotesis ................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prebiotik ................................................................................................ 4
2.2 Cincau Hijau .......................................................................................... 5
2.3 Pektin .................................................................................................... 7
2.4 Bakteri Asam Laktat .............................................................................. 8
2.5 Mikroflora Saluran Pencernaan ............................................................. 9
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 11
3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................ 12
3.4 Prosedur Percobaan ............................................................................... 12
xiv
3.4.1 Pembuatan bubuk daun cincau ..................................................... 12
3.4.2 Ekstraksi daun cincau ................................................................... 14
3.4.3 Penentuan waktu pertumbuhan L. casei subsp. rhamnosus ......... 14
3.4.4 Fermentasi BAL ............................................................................ 16
3.4.5 Pengujian Viskositas ..................................................................... 17
3.5 Variabel yang Diamati .......................................................................... 17
3.5.1 Total Bakteri Asam Laktat .......................................................... 17
3.5.2 Penentuan Derajat Keasaman (pH)................................................ 17
3.5.3 Total Asam Laktat ........................................................................ 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan L. casei subsp. rhamnosus ............................................. 19
4.2 Total Bakteri Asam Laktat, Nilai pH, dan Total Asam Laktat ............ 20
4.3 Stimulasi Pertumbuhan L. casei subsp. rhamnosus ............................. 22
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 24
5.2 Saran ...................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 25
LAMPIRAN ............................................................................................................ 29
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) ...................................................... 6
2. Struktur kimia asam α-galakturonat (Hariyati, 2006) ..................................... 7
3. Diagram alir pembuatan bubuk ....................................................................... 13
4. Diagram alir ekstraksi daun cincau (Murdianto et al., 2005) ......................... 15
5. Kurva pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus pada konsentrasi
0,25% bubuk ekstrak daun cincau hijau ......................................................... 19
6. Total Lactobacillus casei subsp. rhamnosus setelah di tumbuhkan selama 9
jam pada media yang di substitusi cincau hijau dan viskositas awal media .... 22
xvi
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Kandungan gizi cincau hijau per 100 gram bahan .......................................... 6
2. Total BAL pada media yang ditambahkan bubuk ekstrak daun cincau hijau
dan keasaman media setelah di inkubasi selama 9 jam ................................. 20
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Data analisis total BAL (Lactobacillus casei subsp. rhamnosus) .................. 30
2. Data analisis derajat keasaman (pH) .............................................................. 31
3. Data analisis total asam laktat ....................................................................... 32
4. Pembuatan bubuk ekstrak daun cincau hijau ................................................. 33
5. Penentuan pola pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus pada
media Edc-YP 0,25 ....................................................................................... 35
6. Pembuatan media MRS agar .......................................................................... 36
7. Fermentasi bubuk ekstrak daun cincau hijau ................................................. 37
8. Penentuan total bakteri asam laktat ............................................................... 38
9. Hasil total BAL, nilai pH, dan total asam laktat ............................................ 39
1
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kemajuan pengetahuan tentang pangan dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan telah meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan
fungsional. Pangan fungsional adalah makanan atau bahan pangan yang dapat
memberikan manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasar makanan
tersebut. Salah satu pangan fungsional yang berkembang pesat adalah pangan
probiotik (Zubaidah et al., 2014). Istilah probiotik berasal dari bahasa Yunani
yang berarti untuk hidup, istilah ini digunakan pertama kali oleh Lilley dan
Stillwell pada tahun 1965 yang diartikan sebagai substansi yang dihasilkan
oleh satu mikrobia yang dapat menstimulasi pertumbuhan mikroba lain,
sehingga probiotik dapat dikatakan suplemen makanan berupa mikroba hidup
yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh inang (Fuler and Gibson, 1998), untuk
viabilitas mikroba ini maka diperlukan prebiotik.
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan tidak
diserap pada saluran pencernaan bagian atas. Prebiotik memberikan pengaruh
menguntungkan bagi kesehatan karena dapat menstimulasi pertumbuhan dan
aktivitas bakteri menguntungkan di usus besar, sehingga dapat meningkatkan
kesehatan tubuh (Zainuddin et al., 2008). Prebiotik umumnya tidak dapat
dicerna, biasanya dalam bentuk oligosakarida dan dietary fiber, misalnya
inulin, galacto-oligosaccharide, fructo-oligosaccharide, isomalto-
oligosaccharide, lactofructo-oligosaccharide, dan lactulose (Gibson and
Roberfroid, 1995). Serat makanan (dietary fiber) merupakan bahan tanaman
yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam pencernaan manusia. Serat dengan
berbagai tipe yang berbeda-beda dan jumlah yang berlainan terdapat dalam
segala struktur tanaman. Serat tersebut berada didalam dinding sel dan di
dalam sel-sel akar, daun, batang, biji, serta buah (Beck, 2000). Serat pangan
ini membentuk struktur dinding sel tanaman yang sebagian besar
mengandung tiga macam polisakarida yaitu selulosa, pektin, dan
hemiselulosa (Moehji, 2002). Serat pangan dengan fermentabilitas yang
sangat baik dapat dikategorikan sebagai prebiotik, salah stunya adalah cincau
2
hijau, karena kandungan utamanya adalah pektin, maka ekstrak cincau hijau
dapat dianggap sebagai sebagai sumber serat pangan yang baik.
Komponen pembentuk gel utama pada cincau hijau adalah senyawa
polisakarida jenis pektin yang bermetoksi rendah dengan kandungan pektin
maksimal 7% (Artha, 2001). Pektin merupakan serat larut air, serat pektin
bersifat viskus (viscousfiber) (Wu et al., 2003), yang dapat difermentasi oleh
mikroflora usus (Gallaher, 2000), sehingga diduga bahwa semakin besar kadar
pektin dalam gel cincau maka proses fermentasi oleh mikroflora dalam usus
besar akan semakin baik.
Bakteri asam laktat termasuk dalam bakteri Gram positif, tidak berspora,
berbentuk bulat maupun batang, dan menghasilkan asam laktat sebagai mayoritas
produk akhir selama memfermentasi karbohidrat (Axelsson, 1998). Bakteri asam
laktat terbagi menjadi delapan genus antara lain Lactobacillus, Streptococcus,
Lactococcus, Pediococcus, Enterococcus, Leuconostoc, Bifidobacterium dan
Corinobacterium. Lactobacillus casei merupakan salah satu bakteri probiotik
yang biasa terdapat pada produk susu fermentasi. Lactobacilluscasei merupakan
salah satu jenis bakteri menguntungkan di dalam mikroflora usus dan banyak
digunakan sebagai probiotik. Studi-studi klinis membuktikan bahwa kehadiran
Lactobacillus dan Bifidobacterium di dalam usus dapat menghambat bakteri
patogen, meningkatkan imunitas tubuh, dan antikarsinogen (Macfarlane and
Cumming, 1999; Sullivan and Nord, 2002).
Penelitian tentang pengaruh ekstrak daun cincau hijau terhadap pertumbuhan
dan aktivitas Lactobacillus casei masih sedikit dilakukan, sementara serat pangan
yang tinggi pada cincau hijau diharapkan berfungsi sebagai prebiotik yang akan
mendukung pertumbuhan bagi BAL khususnya pada Lactobacillus casei.
Percobaan pendahuluan menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun cincau
hijau pada konsentrasi ≥ 0,6% memperlihatkan proses pembentukan gel,
sehingga konsentrasi ekstrak daun cincau hijau (Edc) yang digunakan dalam
penelitian ini ≤ 0,6%.
3
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
cincau hijau dengan konsentrasi tertentu yang dapat menstimulasi pertumbuhan
dan aktivitas Lactobacillus casei, yang hasilnya diharapkan menjadi bahan acuan
dan sebagai studi awal untuk pemanfaatan cincau hijau sebagai bahan prebiotik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah bubuk ekstrak daun cincau hijau dapat menstimulasi pertumbuhan
Lactobacillus casei subsp. rhamnosus ?
2. Apakah konsentrasi bubuk ekstrak daun cincau hijau tertentu dapat
menstimulasi pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus terbaik ?
1.3 HIPOTESIS
1. Bubuk ekstrak daun cincau hijau dapat menstimulasi pertumbuhan
Lactobacillus casei subsp. rhamnosus.
2. Konsentrasi bubuk ekstrak daun cincau hijau tertentu dapat menstimulasi
pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus terbaik.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk ekstrak daun cincau hijau
pada pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus.
2. Untuk mengetahui konsentrasi bubuk ekstrak daun cincau hijau yang terbaik
dalam menstimulasi pertumbuhan Lactobacillus casei subsp. rhamnosus.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini bagi institusi adalah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta informasi mengenai pengaruh dan manfaat
bubuk ekstrak daun cincau hijau pada pertumbuhan Lactobacillus casei subsp.
rhamnosus.
top related