respirasi - agrotechbright.files.wordpress.com€¦ · laporan praktikum respirasi oleh : golongan...
Post on 07-Dec-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PRAKTIKUM
RESPIRASI
Oleh :
Golongan E/Kelompok 2C
1. Ika Ayu Lestari (161510501057)
2. Siska Maulida (161510501082)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua mahkluk hidup pasti akan mengalami proses respirasi termasuk juga
pada tumbuhan. Tumbuhan melakukan proses respirasi dalam siklus hidupnya
dengan cara mengubah energi kimia yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat dan
lemak menjadi energi (ATP). Proses respirasi ini terjadi pada seluruh sel yang
hidup, khususnya di sitoplasma dan mitokondria. Proses ini bertujuan untuk
menghasil ATP yang kaya akan energi. Umumnya kata respirasi dianggap sebagai
proses pertukaran gas CO2 dan O2. Anggapan tersebut dapat dikatakan kurang benar
karena respirasi merupakan serangkaian proses enzimatis di dalam sel tumbuhan.
Respirasi dibagi menjadi dua macam yaitu respirasi aerobik dan anaerobik.
Respirasi yang membutuhkan oksigen disebut dengan respirasi aerobik. Proses
respirasi yang tidak membutuhkan oksigen disebut dengan respirasi anaerobik atau
disebut dengan fermentasi. Respirasi aerobik sebuah reaksi katabolisme yang
membutuhkan suasana aerobik untuk menghasilkan energi dalam jumlah yang
besar. Energi yang dihaslkan biasanya dikenal dengan sebutan ATP. Energi ATP
ini digunakan oleh sel untuk proses hidup seperti menunjang pertumbuhan, gerak,
transportasi, reproduksi dan kegiatan yang lain. Reaksi anaerobik atau biasa disebut
dengan fermentasi merupakan proses respirasi yang tidak membutuhkan O2.
Respirasi ini terjadi di bagian sitoplasma dan menghasilkan energi yang kecil yaitu
dua ATP.
Pada proses respirasi, oksigen sangat diperlukan untuk mengubah dan
memecah molekul-molekul gula menjadi molekul anorganik yang berupa
karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O). Tanaman menyerap oksigen kemudian
akan dipecah dan dirombak menjadi molekul- molekul baru sehingga menghasilkan
suatu energi. Bagian-bagian penting yang aktif dalam melakukan respirasi meliputi
kuncup bunga, tunas, biji yang sedang berkecambah, ujung batang serta ujung akar.
Respirasi sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman membutuhkan proses respirasi untuk menghasikan energi berupa ATP
yang digunakan untuk aktifitas hidup. Akibat dari tidak bisanya melakukan
3
respirasi maka kegiatan metabolisme yang lain akan terganggu sehingga otomatis
tanaman akan mengalami sakit atau bahkan bisa mati. Mempelajari proses respirasi
merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian karena pada nantinya
akan dapat memberi perlakuan yang yang tepat dalam budidaya tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
1.2 Tujuan
Mengetahui volume O2 dan CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi serta
membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi pada tumbuhan merupakan proses yang terjadi melalui stomata
atau mulut daun, dimana pada stomata ini nantinya oksigen akan diserap.
Penyerapan oksigen untuk memecah molekul-molekul oksigen menjadi glukosa.
Konsentrasi oksigen mempengaruhi laju respirasi pada tanaman. Konsentrasi
oksigen yang buruk seperti pada keadaan genangan akan membuat respirasi tidak
berjalan (Agustiningrum dkk., 2014). Oksigen pada proses respirasi in nantinya
dirombak dan dipecahkan menjadi molekul-molekul baru sehingga membentuk
suatu ATP yang kaya akan energi. Bahan baku dalam proses respirasi ini adalah
oksigen dan glukosa yang nantinya dirubah menjadi karbondioksida (CO2), uap air
(H2O), dan energi. Karbon dioksida akan dilepas ke udara dan pada reaksi ini akan
menghasilkan energi dalam bentuk yang panas. Pasokan udara yang baik akan
berpengaruh terhadap proses respirasi. Udara yang mengandung 20% oksigen akan
memacu proses respirasi aerob pada tanama. Apabila kandungan oksigen di udara
kurang atau hanya 2% maka bukan terjadi respirasi aerob melainkan yang terjadi
yaitu respirasi anaerob atau biasa disebut dengan fermentasi yang akan memecah
gula menjadi alkohol dan karbon dioksida (Soesanto, 2006).
Proses yang mengubah energi kimia yang tersimpan dalam bentuk glukosa
menjadi senyawa lain dan menghasilkan suatu energi sangat bergantung pada
proses fotosintesis, dikarenakan respirasi ini merupakan metabolisme lain dari
fotosintesis. Pada fotosintesis juga membutuhkan hasil dari respirasi yang berupa
ATP. ATP berfungsi untuk mengendalikan reaksi-reaksi pada fotosintesis dan
reaksi kimia lainnya. Terjadinya proses respirasi ini berada pada mitokondria dan
sitoplasma (Vanlerberghe, 2013). Respirasi dibagi menjadi dua macam yaitu
respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob ini sama halnya dengan reaksi
respirasi pada umumnya yaitu memerlukan oksigen dan pada akhirnya akan
menghasilkan karbondioksida dan energi. Proses respirasi aerob dibagi melalui tiga
tahapan yaitu glikolisis, siklus kreb atau siklus asam trikarboksilat (TCA), dan
transfer elektron.
5
Glikolisis merupakan peristiwa pemecahan satu molekul glukosa (C6)
menjadi 2 molekul asam piruvat (C3). Tahapan proses glikolisis ini berada di
sitoplasma sel. Siklus kreb terdapat 8 tahapan reaksi yang terjadi dimatriks
mitokondria sedangkan pada tahap transfer elektron terjadi di membran dalam
mitokondria. Pada tahap transfer elektron ini diawali dengan NADH yang
melepaskan elektron dan H+ sehingga berubah menjadi NAD+. Hasil akhir dari
transfer elektron berupa 2 molekul NADH dari tahapan glikolisis sebesar 6 ATP, 6
molekul NADH. Siklus kreb menghasilkan 18 ATP dan 2 molekul FADH2 (Toro
and Pinto, 2015)
Bahan baku respirasi aerob dan anaerob merupakan glukosa. Hasil anaerob
berbeda dengan reaksi aerob, pada reaksi anaerob ini biasanya terjadi pada tanaman
yang tidak mengandung klorofil dimana hasil dari proses respirasinya bukan berupa
karbondioksida dan energi melainkan senyawa lain yang berupa alkohol, asam
asetat, asetaldehida, dan sedikit energi. Respirasi anaerob tidak membutuhkan
oksigen dalan prosesnya. Proses ini juga dapat dikenal dengan fermentasi (Akhtar
et al., 2013).
Pada respirasi aerob akan terjadi pembakaran yang sempurna dari oksidasi
suatu zat gula atau glukosa sehingga dapat menghasilkan energi yang jauh lebih
besar yaitu 36 ATP. Lain halnya dengan respirasi anaerob yang menghasilkan
energi sebanyak 2 ATP. Proses respirasi ini sangat membutuhkan banyak oksigen
untuk memenuhi kebutuhan dalam poses laju respirasinya (Nurshanti, 2013).
Oksigen dibutuhkan karena oksigen merupakan bahan baku utama dalam proses
respirasi, apabila oksigen yang dibutuhkan berjumlah sedikit maka proses respirasi
akan terhambat bahkan tidak berjalan sama sekali. Selain oksigen suhu juga
menjadi faktor yang dapat menekan laju respirasi karena setiap kenaikan 10oC maka
laju reaksi akan semakin meningkat juga ( Imamah dkk., 2016).
6
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum agrobiosains acara 2 tentang “Respirasi” dilaksanakan pada hari
Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 14.00 – 15.30 WIB di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Erlenmeyer 250 cc
2. Neraca
3. Kertas saring
4. Respirometer
5. Beaker glass
6. Botol semprot
3.2.2 Bahan
1. Kecambah kacang hijau
2. Larutan CaCl2 0,2 N
3. Indikator pp
4. Larutan NaOH 0,2 N
5. Larutan HCl 0,05 N
6. Aquadest
7. Biuret
8. Vaseline
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Memasukkan sedikit NaOH (1 atau 2 gram) ke dalam dasar respirometer dan
memasukkan pula kassa logam ke dalam tabung objek. Menutup lubang objek
dengan tabung pengumpul.
2. Memasukkan kecambah kacang hijau ke dalam tabung objek.
7
3. Mengisi alat suntik dengan sedikit air dengan menyedotnya.
4. Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul
(sebaiknya tetes air tersebut berada pada angka yang mudah terbaca).
5. Melihat perubahan tetes air (menurun) dalam pipa ukur dalam waktu beberapa
lama. Mengetahui oksigen yang terpakai oleh kecambah tersebut setelah selang
waktu tertentu.
6. Menghitung volume oksigen yang terpakai dengan rumus: V = 3,14 x 0,75 x 0,75
x (perubahan posisi tetes air) mm3.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada praktikum ini adalah volume O2, volume CO2, dan
kuosien respirasi (KR) pada kecambah kacang hijau dengan perlakuan imbibisi, 24
jam, dan 48 jam.
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada praktikum ini adalah analisis statistika
deskriptif kuantitatif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Perbandingan Volume O2 dan CO2 yang Dihasilkan dari Proses
Respirasi dengan Perlakuan yang Berbeda
Kegiatan praktikum yang telah dilakukan mengenai pengujian volume O2
dan CO2 yang dihasilkan oleh proses respirasi dengan perlakuan imbibisi,
perkecambahan 24 jam, dan perkecambahan 48 jam memiliki hasil yang berbeda.
4.1.1 Volume O2
Proses respirasi dengan perlakuan imbibisi, perkecambahan 24 jam, dan
perkecambahan 48 jam memiliki jumlah volume O2 yang berbeda. Volume O2
dengan perlakuan imbibisi sebesar 0,23 mm3. Volume O2 dengan perlakuan
perkecambahan sebesar 0,0015 mm3. Volume O2 dengan perlakuan perkecambahan
48 jam memiliki volume 0,74 mm3.
4.1.2 Volume CO2
Proses respirasi dengan perlakuan imbibisi dan perkecambahan 24 jam
memiliki jumlah volume CO2 yang sama sedangkan untuk perlakuan perlakuan 48
jam jumlahnya tidak sama dan lebih besar. Volume CO2 hasil proses respirasi
perlakuan imbibisi sebesar 3,41 mm3, jumlah tersebut sama seperti perlakuan
Imbibisi Perkecambahan24 jam
Perkecambahan48 jam
0,230,0015
0,74
3,41 3,41
4,18
O2 CO2
9
perkecambahan 24 jam. Volume CO2 yang dihasilkan oleh proses respirasi pada
perlakuan perkecambahan 48 jam sebesar 4,18 mm3. Perlakuan dengan
perkecambahan 48 jam memiliki volume CO2 terbesar.
4.2 Pembahasan
Respirasi sel merupakan serangkaian reaksi yang menghasilkan ATP dan
menggunakan molekul anorganik sebagai akhir akseptor elektron. Terdapat dua
jenis respirasi sel yaitu respirai aerob dan respirasi anaerob (fermentasi). Respirasi
aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan oksigen sedangkan respirasi
anaerob tidak membutuhkan oksigen. Proses respirasi yang terjadi menggunakan
glukosa sebagai sumber energi. Proses respirasi glukosa dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6CO2 + energi
Proses reaksi respirasi titak terjadi secara sederhana, melainkan melewati
tiga tahapan yaitu glikolisis, siklus krebs, dan sistem transfer elektron. Glikolisis
merupakan serangkaian reaksi yang terjadi disitosol pada semua sel makhluk hidup.
Tahap ini terjadi pengubahan senyawa glukosa dengan 6 atom C, yang menjadi dua
senyawa asam piruvat dengan 3 atom C serta NADH dan ATP. Tahapan yang
terjadi pada proses glikolisis ini masih belum membutuhkan oksigen. Tahapan dari
proses glikolisis terdiri dari sepuluh reaksi yang dapat disimpulkan menjadi dua
tahap yaitu reaksi penambahan gugus fosfat dengan menggunakan dua molekul
ATP dan gliseraldehid-3-fosfat diubah menjadi asam pirufat dan dihasilkan empat
molekul ATP dan dua NADH, namun hasil reaksi keseluruhan pada tahap glikolisis
hanya dua molekul ATP (Reece dan Mitchell, 2000).
Siklus krebs merupakan tahapan respirasi yang melanjutkan hasil dari
glikolisis. Dua molekul asam piruvat hasil dari glikolisis ditransportasikan dari
sitoplasma ke dalam mitikondria (tempat terjadinya siklus krebs). Asam piruvat
tersebut akan diubah pada proses siklus krebs menjadi asetil koenzim A dengan
reaksi yang disebut dengan dekarboksilasi oksidatif. Molekul-molekul elektron
selanjutnya akan memasuki tahap tranfer elektron yang terjadi pada intermembran
dari mitokondria, pada tahap inilah Atp paling banyak dihasilkan yaitu total ATP
yang dihasilkan 38 akan tetapi 2 ATP digunakan untuk masuk ke mitokondria.
10
Praktikum mengenai respirasi melakukan pengujian volume O2 dan CO2
hasil proses respirasi yang terdapat pada kecambah kacang hijau dengan
menggunakan tiga perlakuan yaitu imbibisi, perkecambahan 24 jam, dan
perkecambahan 48 jam. Pengujian dilakukan dengan memasukkan larutan NaOH
0,2 N kedalam respirometer dan kassa logam yang telah berisi kecambah kacang
hijau. Penambahan NaOH mempengaruhi kandungan CO2 menurun, hal ini
dikarenakan NaOH dapat menyerap atau mengikat CO2 hasil dari proses respirasi.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pergerakan molekul air hanya disebabkan oleh
konsumsi oksigen (Prayugi dkk., 2015).
Volume oksigen dapat diamati dari pergerakan tinta cina yang diteteskan
pada ujung atas pipa ukur. Rumus: V=3,14 x 0,75 x 0,75 x (perubahan posisi tetes
air)mm3 digunakan untuk menghitung volume oksigen yang terpakai oleh
kecambah. Pada perlakuan imbibisi sebesar 0,23 mm3, pada perlakuan
perkecambahan 24 jam sebesar 0,0015 mm3 dan pada perlakuan perkecambahan 48
jam sebesar 0,74 mm3. Ketiga perlakuan tersebut menunjukkan hasil yang berbeda.
Volume oksigen terpakai dalam jumlah paling tinggi terdapat pada perlakuan 48
jam, hal ini disebabkan perkecambahan 48 jam lebih banyak melakukan aktivitas
dibandingkan dengan perlakuan imbibisi dan perkecambahan 24 jam , aktivitas
yang tinggi dapat meningkatkan suhu dari organisme dan membuat kebutuhan O2
yang lebih banyak untuk pembentukan energi.
Endapan CaCO3 terbentuk karena penambahan CaCl2 dengan kadar 2,5 cc.
Endapan tersebut merupakan CO2 yang terlarut dalam larutan NaOH. Endapan
CaCO3 disaring dengan kertas filter. Pemberian indikator pp berfungsi
mempermudah dalam pengamatan ketika larutan dititrasi. Larutan dititrasi dengan
menggunakan HCL 0,05 N. HCL merupakan asam kuat sehingga dapat berfungsi
untuk mentralkan larutan yang sebelumnya bersifat basa karena campuran NaOH.
Kondisi larutan yang awalnya berwana merah muda beberapa waktu berubah
menjadi putih bening. Jumlah CO2 yang terlepas saat proses respirasi berbanding
lurus dengan jumlah HCL yang diteteskan ketika proses titrasi. Teknik
penghitungan CO2 dipengaruhi oleh jumlah HCL yang diteteskan ketika proses
titrasi. Rumus yang digunakan adalah ½ Volume HCL x N.HCL x Mr.HCL.
11
Kuosien respirasi (RQ) adalah rasio antara CO2 yang dikeluarkan selama proses
respirasi dibandingkan O2 yang digunakan. Nilai RQ bersifat karakteristik dengan
jenis senyawa atau substrat yang dioksidasi. Oksidasi metabolik lemak
menghasilkan nilai RQ= 0,7; karbohidrat RQ= 1,0 dan protein RQ= 0,8, nilai RQ
menunjukan jenis metabolisme yang sedang terjadi. Sel yang kekurangan O2 akan
melakukan respirasi aerob yang dibantu respirasi anaerob memiliki nilai RQ > 1,
sedangkan RQ < 1 menunjukan seluruh CO2 dimanfaatkan lagsung oleh organisme
(Makfoeld, 2002). Ketiga perlakuan memiliki nilai RQ >1, hal ini karena pada saat
perkecambahan dan metabolisme tingkat awal dilakukan resprasi secara anaerob,
tetapi proses respirasi ini akan cepat berupah ketika biji pecah dan menjadi respirasi
aerob yang membuat oksigen berdifusi ke dalam karena jika proses respirasi
anaerob berjalan lama akan mempengaruhi pembentukan ATP. Nilai RQ yang
dimiliki oleh perlakuan imbibisi sebesar 14,83, pekecambahan 24 jam sebesar
2273,33 dan pada perkecambahan 48 jam sebesar 5,65 (Haryanti dan Budihastuti,
2015).
12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Proses respirasi dengan perlakuan imbibisi, perkecambahan 24 jam, dan
perkecambahan 48 jam memiliki jumlah volume O2 yang berbeda-beda.
2. Proses respirasi dengan perlakuan imbibisi dan perkecambahan 24 jam memiliki
jumlah volume CO2 yang sama sedangkan untuk perlakuan perlakuan 48 jam
jumlahnya tidak sama dan lebih besar.
3. Nilai kousien respirasi (KR) yang dimiliki oleh perlakuan imbibisi sebesar 14,83,
pekecambahan 24 jam sebesar 2273,33, dan perkecambahan 48 jam sebesar 5,65.
5.2 Saran
Ketika acara praktikum peralatan yang dibutuhkan harus lebih bersih dan
lengkap. Penjelasan materi dirasa masih kurang jelas dan kurang sederhana
sehingga praktikan sulit memahami prosedur atau tata cara dalam praktikum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningrum, D.A., Susilo,B, dan Yulianingsih,R. 2014. Studi Pengaruh
Konsentrasi Oksigen Pada Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi Buah
sawo (Achras zapota L.). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 2(1): 22-33.
Akhtar, I, and Nazir, N. 2013. Efeect of Waterlogging and Drought Stress in Plants.
International Journal of Water Resources and Environmental Science,
2(2): 34-40.
Haryanti.S., dan R.Budhihastuti. 2015. Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang
Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 23(1): 47-57.
Imamah, N., Hasbullah,R, and Nugroho, L.P.E. 2016. Model Arrhenius Untuk
Pendugaan Laju Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Analisis Ruang
Terbuka Hijau.4(1):25-30.
Nurshanti, D.F. 2013. Tanggap Perkecambahan Benih Palem Ekor Tupai (Wodyetia
Bifurcate) Terhadap Lama Perendaman Dalam Air. Jurnal Ilmiah AgrIBA,
2(2): 216-224.
Makfoeld, D. 2002. Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Prayugi.G.E., S.H.Sumarlan, dan R.Yulianingsih. 2015. Pemurnian Biogas dengan
Sistem Pengembunan dan Penyaringan Menggunakan Beberapa Bahan
Media. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropics da Biosistem, 3(1): 7-14.
Reece, C. dan Mitchell. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Seoseanto, L. 2006. Penyakit Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Toro, G, and Pinto, M. 2015. Plant Respiration Under Low Oxygen. Chilean
Journal Of Agricultural Research 75, 1(1):57-70.
Vanlerberghe, G.C. 2013. Alternative Oxidase: A Mitochondrial Respiratory
Pathway to Maintain Metabolic and Signaling Homeostasis during Abiotic
and Biotic Stress in Plants. International Journal of Molecular Sciences,
14(1): 6805-6847.
14
LAMPIRAN
Dokumentasi
15
16
Lampiran referensi
Agustiningrum, D.A., Susilo,B, dan Yulianingsih,R. 2014. Studi Pengaruh
Konsentrasi Oksigen Pada Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi Buah
sawo (Achras zapota L.). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 2(1): 22-33.
17
Akhtar, I, and Nazir, N. 2013. Efeect of Waterlogging and Drought Stress in Plants.
International Journal of Water Resources and Environmental Science,
2(2): 34-40.
18
Haryanti.S., dan R.Budhihastuti. 2015. Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang
Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 23(1): 47-57.
19
Haryanti.S., dan R.Budhihastuti. 2015. Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang
Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 23(1): 47-57.
20
Imamah, N., Hasbullah,R, and Nugroho, L.P.E. 2016. Model Arrhenius Untuk
Pendugaan Laju Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Analisis Ruang
Terbuka Hijau.4(1):25-30.
21
Imamah, N., Hasbullah,R, and Nugroho, L.P.E. 2016. Model Arrhenius Untuk
Pendugaan Laju Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Analisis Ruang
Terbuka Hijau.4(1):25-30.
22
Nurshanti, D.F. 2013. Tanggap Perkecambahan Benih Palem Ekor Tupai (Wodyetia
Bifurcate) Terhadap Lama Perendaman Dalam Air. Jurnal Ilmiah
AgrIBA, 2(2): 216-224.
23
Makfoeld.D. 2002. Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
24
Prayugi.G.E., S.H.Sumarlan, dan R.Yulianingsih. 2015. Pemurnian Biogas dengan
Sistem Pengembunan dan Penyaringan Menggunakan Beberapa Bahan
Media. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropics da Biosistem, 3(1): 7-14.
25
Prayugi.G.E., S.H.Sumarlan, dan R.Yulianingsih. 2015. Pemurnian Biogas dengan
Sistem Pengembunan dan Penyaringan Menggunakan Beberapa Bahan
Media. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropics da Biosistem, 3(1): 7-14.
26
Reece, C. dan Mitchell. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
27
Reece, C. dan Mitchell. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga.
28
Seoseanto, L. 2006. Penyakit Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
29
Seoseanto, L. 2006. Penyakit Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
30
Toro, G, and Pinto, M. 2015. Plant Respiration Under Low Oxygen. Chilean
Journal Of Agricultural Research 75, 1(1):57-70.
31
Toro, G, and Pinto, M. 2015. Plant Respiration Under Low Oxygen. Chilean
Journal Of Agricultural Research 75, 1(1):57-70.
32
Vanlerberghe, G.C. 2013. Alternative Oxidase: A Mitochondrial Respiratory
Pathway to Maintain Metabolic and Signaling Homeostasis during
Abiotic and Biotic Stress in Plants. International Journal of Molecular
Sciences, 14(1): 6805-6847.
33
Vanlerberghe, G.C. 2013. Alternative Oxidase: A Mitochondrial Respiratory
Pathway to Maintain Metabolic and Signaling Homeostasis during
Abiotic and Biotic Stress in Plants. International Journal of Molecular
Sciences, 14(1): 6805-6847.
34
35
36
37
top related