regulasi diri pekerja tetap yang menderita stroke …
Post on 08-Nov-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REGULASI DIRI PEKERJA TETAP
YANG MENDERITA STROKE ISKEMIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Yohanes Wisnu Pradipta Putra
159114099
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
In Omnia Paratus
(Prepared in all things/ready for anything)
&
“Sederhana dan logis” – Prof. Augustinus Supratiknya, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya penelitian ini saya persembahkan untuk:
Para pekerja yang berjuang untuk hidup nya dan berjuang untuk penyakit
strokenya.
Serta keluarga, teman-teman, dosen-dosen, dan semua yang telah mendukung
saya dari awal hingga akhir masa perkuliahan ini
Terimakasih banyak!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 Desember 2020
Penulis
Yohanes Wisnu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita
stroke iskemik. Proses regulasi diri yang dimaksudkan adalah tiga tahapan regulasi
diri terkait dengan yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Boekarts et al.,
2000) yakni forethought, performance/volitional control, dan self-reflection.
Partisipan merupakan tiga orang pekerja yang menderita stroke iskemik.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara semi-
terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi kualitatif (AIK)
dengan pendekatan deduktif terarah. Secara umum hasil penelitian menunjukkan
bahwa pekerja yang menderita stroke iskemik melakukan regulasi diri terkait
dengan proses forethought dimana partisipan melakukan pemikiran awal yang
mengacu pada proses yang berpengaruh untuk mendahului upaya untuk bertindak,
performance/volitional control tahap kontrol kinerja atau kehendak partisipan
dimana melibatkan proses yang terjadi selama upaya motorik dan mempengaruhi
perhatian dan tindakan, dan self-reflection dimana partisipan melibatkan proses
yang terjadi setelah upaya kinerja dan mempengaruhi respons seseorang terhadap
pengalaman itu.
Kata Kunci: Pekerja dengan Stroke Iskemik, Regulasi diri, Forethought,
Performance/Volitional Control, Self-reflection
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
SELF-REGULATION OF PERMANENT WORKERS SUFFERING FROM
ISCHEMIC STROKE
Yohanes Wisnu
Abstract
In conducting the study, the researcher applied a qualitative research method
which aimed to explore the process of self-regulation of permanent workers who
suffer from ischemic stroke. According to Zimmerman, there are three phases of
self-regulation. Those are forethought, performance/volitional control, dan self-
reflection (Boekarts et al., 2000). For the participants, the researcher examined
three permanent workers who suffer from ischemic stroke. Moreover, the data was
collected through a semi-structured interview with qualitative content analysis and
deductive approach. As for the result, this study showed that permanent workers
who suffer from ischemic stroke performed the forethought phase, in which the
participants executed a preliminary thought dealing with the process that is
influenced to precede any attempt to act. The participants performed the
performance/volitional control phase in which involved the effort of motor control
that affected attention and action. The participants performed a self-reflection
phase in which involved the process after performance effort and influenced
participants’ response to that experience.
Keywords: Workers with Ischemic Stroke, Self-regulation, Forethought,
Performance/Volitional control, Self-reflection
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiwa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yohanes Wisnu Pradipta Putra
Nomor Mahasiswa : 159114099
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma kaya ilmiah saya berjudul:
Regulasi Diri Pekerja Tetap Yang Menderita Stroke Iskemik
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 1 Desember 2020
Yang menyatakan,
Yohanes Wisnu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Penyusunan skripsi ini merupakan usaha keras saya selama tiga puluh bulan.
Dalam menyusun skripsi ini, saya belajar banyak tentang berpikir logis dan
konsistensi dalam melakukan hal. Dari sinilah saya merasa justru mendapatkan
banyak pembelajaran dan pengalaman yang bisa saya terapkan dalam kehidupan
saya. Dari penelitian inilah saya menyadari bahwa ini tidak hanya sebatas dengan
lulus cepat dan bergelar sarjana, tetapi bagaimana proses saya selama kuliah di
Fakultas Psikologi Sanata Dharma dan bersyukurnya saya atas bimbingan Prof. A.
Supratiknya yang telah membantu saya untuk melengkapi ilmu dan
mengedepankan logika berpikir.
Dalam proses mengerjakan penelitian ini, peneliti menghadapi banyak
tantangan dan hambatan. Dukungan dari berbagai pihak membantu peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini. Maka dari itu, peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing dan dosen pembimbing
akademik saya yang dengan sabar membantu, membimbing, memberi arahan,
dan membantu saya dalam menyusun tugas akhir ini. Semoga Bapak selalu
sehat, berbahagia dan bersemangat untuk selalu mendidik dan
mengembangkan keilmuan Psikologi.
2. Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ibu
Monica Eviandaru M., M. App. Psych, Ph. D selaku Kaprodi Fakultas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Psikologi Universitas Sanata Dharma yang membantu untuk memudahkan
saya dalam proses perkuliahan.
4. Keluarga besar Babe dan Mama yang menyemangati saya, mengingatkan serta
memberikan semangat. Semoga kalian selalu diberikan kesehatan, berkah dan
umur panjang.
5. Alex, Dyda, Thea, Anin, Rena, Michael, Niken, Nadya, Indri, dan kakak
tingkat yang selalu membantu saya Dea, Mank Indah, Devamethia, Citra,
Sandri, terutama Erick Wang yang selalu sabar membantu pengerjaan skripsi
saya.
6. Novi Kristianti yang sabar dan mau membantu dalam proses administrasi dan
memberikan support.
7. Semua pihak yang berpartisipasi terutama ketiga partisipan dalam membantu
terlaksananya wawancara partisipan dan membantu dalam penelitian saya.
Semoga kalian selalu diberi kebahagian, semangat dan kesehatan selalu!
Terlepas dari ucapan terimakasih yang telah saya berikan kepada berbagai
pihak, sayalah yang bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang mungkin
terjadi dalam skripsi ini. Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan sehingga peneliti terbuka akan setiap kritik dan saran yang disampaikan
untuk perkembangan yang lebih baik.
Yogyakarta, 1 Desember 2020
Peneliti
Yohanes Wisnu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .........................................................ix
KATA PENGANTAR.........................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................13
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................13
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................15
A. Stroke Iskemik Pada Pekerja........................................................................... 15
1. Penyebab, efek dan rehabilitasi dari stroke……………………..……….17
2. Faktor risiko usia, gender, dan sosial budaya untuk stroke…………..…17
3. Faktor gaya hidup & risiko biologis untuk stroke……………………….18
4. Efek dan rehabilitasi stroke……………………………..….…………...19
5. Aspek Psikososial dari Stroke…………………………….…………….22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Regulasi diri pada pekerja dengan stroke iskemik…………..……...……….. 25
1. Disfungsi dalam regulasi diri ….............................................................26
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri…….……………...….28
C. Proses regulasi diri……………………….………………………..…....…....30
1. Forethought……………….…………….…..………………….….…..30
2 .Performance or volitional control …..………….……….……...….…..32
3 .Self Reflection………………………….……………….….….....…....35
D. Dampak negatif…………………………………………….…….....…….…..38
E. Dampak positif dilingkungan kerja……………………..…….……..………...39
F. Kerangka konseptual…………………………..…..………………….….…....40
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................44
A. Jenis dan Desain Penelitian .........................................................................…44
B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 45
C. Partisipan..........................................................................................................46
D. Peran Peneliti................................................................................................... 47
E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................... 48
F. Analisis dan Interpretasi Wawancara ...............................................................52
G. Kredibilitas Data...............................................................................................59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................61
A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan .................................... 61
C. Hasil Penelitian..................................................................................................68
1.Pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita stroke
iskemik .......................................................................................................... 68
D. Pembahasan .................................................................................................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 107
A. Kesimpulan....................................................................................................107
B. Keterbatasan penelitian……………………………………………………..109
C. Saran ............................................................................................................ 109
DAFTAR ACUAN.............................................................................................111
Lampiran 1. Informed consent partisipan 1….....................................................121
Lampiran 2. Informed consent partisipan 2.........................................................124
Lampiran 3. Informed consent partisipan 3.........................................................127
Lampiran 4. Form debrief partisipan 1 ...............................................................130
Lampiran 5. Form debrief partisipan 2................................................................133
Lampiran 6. Form debrief partisipan 3................................................................136
Lampiran 7. Transkrip wawancara P1.................................................................139
Lampiran 8. Transkrip wawancara P2.................................................................160
Lampiran 9. Transkrip wawancara P3 ................................................................176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan kerangka konseptual penelitian ............................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Identitas Partisipan...................................................................................47
Tabel 2 Protokol Wawancara .............................................................................. 50
Tabel 3 Matriks analisis dan indikator dari regulasi diri.................................... 54
Tabel 4 Waktu dan lokasi pelaksanaan wawancara.............................................61
Tabel 5 Ringkasan hasil analisis regulasi diri .................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal
atau global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf
pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik.
Gangguan saraf tersebut dapat menimbulkan gejala berupa: kelumpuhan pada
wajah atau anggota badan lainnya, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas atau pelo,
perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain (Rahmadiliyani, N. R.,
& Fitria, A. (2019).
Penyakit stroke dibagi menjadi dua macam yaitu stroke hemoragik dan
stroke iskemik. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak yang menyebabkan keluarnya darah ke jaringan dasar otak,
ruang serebrospinalis di sekitar otak atau kombinasi keduanya. Yang kedua yaitu
penyakit stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di otak (Laily, 2017).
Salah satu penyakit yang sering menimpa pekerja adalah stroke. Di benua
Asia didapatkan proporsi pada stroke iskemik cukup besar yaitu berkisar 70% lebih
besar jika dibandingkan dengan stroke hemoragik 30 % (Nastiti, 2012). Di negara-
negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang
menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre
(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia,
dan Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan
jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh
perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka
kejadian masing- masingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata, 2013).
Penyebab stroke dapat dimulai dari bekerja. Dalam bekerja, tugas yang
dikerjakan dapat memberikan tekanan bagi pekerja. Kejadian kematian yang
disebabkan stroke erat hubungannya dengan pekerjaan dan pendapatan di dalam
keluarga, pada umumnya angka kematian stroke meningkat pada pasien yang
mempunyai status sosial ekonomi rendah (Noor, 2008). Pada individu yang
mempunyai status ekonomi rendah dikarenakan pravelensi tingkat stress dan
tuntunan tinggi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga akan memicu terjadinya
hipertensi dan kemudian stroke. Ketika pekerja tidak dapat mengatur pola kerjanya,
maka tekanan dalam pekerjaannya akan menyebabkan stres. Stres psikologis dapat
memicu tekanan darah tinggi. Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin
berisiko terkena stroke. Stroke pada pekerja bisa disebabkan oleh stres. Individu
sebagai pekerja tetap sering mengalami stres karena sistem otak yang bekerja terlalu
lama sehingga dapat meningkatkan tekanan dan menyebabkan stroke. Artinya,
status bekerja atau jenis pekerjaan yang berkorelasi dengan jumlah pendapatan
yang diterima bisa menjadi pemicu terjadinya stroke (Hartono, 2007).
Hasil penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa hipertensi ditemukan
50-70% pada pasien stroke. Seseorang yang memiliki hipertensi berisiko 3-4 kali
mengalami stroke dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hipertensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Riwayat hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian stroke pada usia
dewasa awal dengan risiko 16,22 kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan
dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat hipertensi. Hipertensi merupakan
penyebab utama dari komplikasi beberapa penyakit kardiovaskuler (Burhanuddin
et al., 2013). Hipertensi berhubungan dengan stroke karena adanya perubahan
struktur pembuluh darah arteri yang menyempit sehingga aliran dari pembuluh
darah ke otak berkurang sehingga terjadi proses penyumbatan di otak. Stress dapat
merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung untuk berdetak lebih
cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (American Heart
Association, 2013). Hasil studi dari berbagai penelitian lain menunjukkan bahwa
stres merupakan salah satu faktor utama pemicu hipertensi, yang merupakan faktor
terbesar penyebab terjadinya serangan stroke (Herke, 2006).
Ketika individu mengalami stroke akan sulit bagi individu tersebut
melakukan dinamika kerja karena harus beradapatasi dengan keadaan baru yaitu
keadaan perubahan fisik seperti pelo, gangguan emosional lability maupun
gangguan lain sehingga pekerja yang mengalami stroke iskemik dapat melakukan
regulasi diri yang bisa mendorongnya berdinamika lagi dengan kehidupan dan
lingkungan kerjanya. Penanganan pasca stroke biasanya dilakukan dengan terapi
psikologis, akupuntur, fisioterapi, terapi stem cell, terapi kognitif atau teknik medis
lainnya (Sarafino et al., 2011) Ketika penderita dapat mengontrol stroke dan
mengendalikan perubahan yang terjadi dari diri sendiri akan memberikan dampak
positif. Dampak lain yang didapatkan dari pekerja yang menderita stroke iskemik
ketika dapat meregulasikan diri adalah kinerja yang optimal dan pencapaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
prestasi kerja (Bandura, A. 1986). Dengan regulasi diri yang baik pekerja dengan
stroke iskemik juga dapat mengembangkan dirinya sendiri tanpa harus bergantung
dengan terapi dari luar. Individu yang mempunyai regulasi diri yang baik dapat
menjalani dinamika kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan kerja dengan
terkontrol. Dari kasus individu yang menderita stroke iskemik yang masih bekerja,
ketika individu mempunyai regulasi diri yang tepat, maka individu tersebut dapat
menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih adaptif. Keadaan lain yang muncul
dengan adanya regulasi diri adalah pekerja dapat tetap mengoptimalkan kinerjanya
dan terus beprestasi meskipun dihadapkan dengan kenyataan penyakit stroke yang
dideritanya.
Albert Bandura menyatakan tentang konsep regulasi diri bahwa individu
dapat secara efektif beradaptasi terhadap lingkungannya dan mampu membuat
kemampuan kontrol diri terhadap proses psikologi dan perilakunya (Risnawita,
2010). Bandura (2005) mengemukakan bahwa regulasi diri adalah kemampuan
manusia untuk menolak dan mengubah respon. Regulasi diri merupakan usaha
manusia untuk melakukan pengendalian. Regulasi berarti perubahan perilaku yang
sesuai dengan standar ideal atau tujuan. Mengubah perilaku agar sesuai dengan
aturan, sesuai dengan yang kita mau, atau mengejar tujuan adalah sebuah bentuk
regulasi diri. Menurut Zimmerman, dalam (Schunk & Zimmerman, 1998) regulasi
diri atau self-regulation mencakup tiga proses, yaitu (a) Forethought atau fase
pemikiran awal yang mengacu pada proses yang berpengaruh dan keyakinan yang
mendahului upaya untuk belajar dan mengatur tahapan untuk proses pembelajaran.
(b)Performance/volitional control melibatkan proses yang terjadi selama upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pembelajaran dan mempengaruhi konsentrasi dan performansi. (c) Self-reflection
melibatkan proses yang terjadi setelah upaya belajar dan mempengaruhi reaksi
individu terhadap pengalaman itu. Refleksi diri ini, pada gilirannya, mempengaruhi
pemikiran tentang upaya pembelajaran selanjutnya, sehingga melengkapi siklus
regulasi diri. Zimmerman (2000) menerangkan regulasi diri sebagai suatu proses
yang berlangsung membentuk suatu siklus; diawali dengan ditetapkannya tujuan
dan dibuatnya rencana pencapaian tujuan dalam fase forethought, seseorang akan
bertindak menurut strategi yang telah dibuatnya dan mengontrol dirinya agar tetap
berada di jalur menuju tujuan dalam fase performance, dan ketika ia mencapai hasil,
ia membuat suatu evaluasi dan menentukan reaksinya selanjutnya untuk kembali
melanjutkan usaha atau berhenti dalam fase self- reflection.
Regulasi diri adalah konstruk psikologis penting yang baru muncul dalam
literatur psikologi di Indonesia. Jika di Barat perkembangan regulasi diri telah
dimulai sejak sekitar 30 tahun yang lalu, tidak demikian halnya dengan yang terjadi
di Indonesia. Penelitian yang bersangkutan dengan regulasi diri adalah disertasi
Markum (1998) yang menunjukkan bahwa individu yang berprestasi tinggi
memiliki karakteristik pekerja keras, disiplin, prestatif, berkomitmen, mandiri, dan
realistis. Sekalipun tidak secara langsung berbicara tentang regulasi diri, penemuan
tersebut mengindikasikan adanya peran self- regulatory ability bagi keberhasilan
seseorang. Regulasi diri dipengaruhi oleh banyak hal. Dari faktor internal, regulasi
diri dipengaruhi oleh pengetahuan, motivasi dan volition (Hoy, 2010). Dari faktor
eksternal, regulasi diri dipengaruhi oleh kondisi lingkungan berupa ada tidaknya
kesempatan untuk meregulasi diri dan ketersediaan sumber belajar (Pintrich, 2000);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
faktor sosial berupa hubungan sosial yang mempengaruhi tujuan, usaha dan
pengawasan (Finkel & Fitzsimons, 2011); faktor perkembangan di mana disebutkan
bahwa kemampuan regulasi diri merupakan hasil dari perkembangan kemampuan
kognitif dan kemampuan representasional, yang dipengaruhi oleh adanya
bimbingan dari orangtua atau agen sosialisasi lainnya dan dipengaruhi oleh tugas
perkembangan individu (Heckhausen, 2008); faktor budaya lewat temuan adanya
perbedaan proses regulasi antara masyarakat Barat yang individualistik dengan
masyarakat Timur yang kolektivistik dan faktor agama (Husna, 2014)
Penelitian-penelitian saat ini terbatas dalam mengungkap kekayaan
fenomena regulasi diri, mengingat secara metodologis, regulasi diri selama ini lebih
banyak diteliti dengan metode-metode survei. Fokus penelitian pun perlu diperluas
untuk menggambarkan individu yang bertindak dalam konteks psikologis, sosial
dan kulturalnya sehingga penggunaan metode kualitatif untuk meneliti regulasi diri
menjadi penting (Perry, 2002). Setelah semakin disadari besarnya pengaruh agama,
budaya dan proses interpersonal terhadap proses regulasi diri, terdapat
kemungkinan bahwa orang Indonesia yang hidup dalam budaya kolektivistik-
religius memiliki regulasi diri yang unik dan berbeda dari regulasi diri masyarakat
Barat yang individualistik. Hal tersebut menjadikan beberapa konseptualisasi
tentang regulasi diri yang dikembangkan di Barat kurang tepat digunakan untuk
memahami regulasi diri orang Indonesia atau diterapkan bagi masyarakat
Indonesia.
Dari proses perkembangan regulasi diri dalam konstruk psikologi ini
peneliti ingin mengetahui regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya
aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak
terhadap individu yang masih bekerja. Dari pengalaman peneliti dan beberapa
referensi yang dibaca, penderita stroke akan sulit untuk mengontrol diri secara
emosional dan temperamen yang mengakibatkan tindakan agresi sehingga akan
menganggu mobilitas kehidupan mereka (Emotional effects of stroke, 2019).
Dilatarbelakangi oleh persoalan tersebut di atas, peneliti ingin
mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection pada pekerja yang menderita
stroke iskemik dengan metode kualitatif fenomenologis untuk menjawab
pertanyaan: Bagaimana pengalaman pekerja dengan stroke iskemik melakukan
proses regulasi diri terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan
self-reflection. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah eksplorasi
pengalaman regulasi diri sebagai suatu fenomena yang dialami secara unik oleh
pekerja yang menderita stroke iskemik terkait dengan forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection dari sudut pandang yang
dialaminya. Sebagai suatu metode ilmiah, fenomenologi dapat membantu psikologi
mengungkapkan dunia pengalaman dengan cara-cara yang signifikan secara
psikologis (Giorgi & Giorgi, 2009). Ketika menerapkan fenomenologi dalam
penelitian psikologi, fokus penelitian ada pada pemahaman pengalaman hidup
subjek (lived experience) di dalam lifeworld-nya; bagaimana persepsinya terhadap
dunianya dan apa maknanya bagi dirinya.
Fokus penelitian mengenai regulasi diri akan terkait dengan pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
proses regulasi diri oleh pekerja yang menderita stroke iskemik yang meliputi
forethought, performance/volitional control, dan self-reflection. Akan tetapi belum
ada penelitian yang mengulas tentang regulasi diri pada pekerja yang menderita
stroke iskemik. Berdasarkan ulasan tersebut, maka penelitian terkait regulasi diri
pekerja tetap yang menderita stroke iskemik penting untuk diteliti.
Kebanyakan penelitian yang dilakukan sebelumnya baik diluar negeri
maupun di dalam negeri lebih menjelaskan tentang stroke iskemik yang berfokus
pada epidemologi penyakit stroke sendiri. Beberapa penelitian lain berfokus pada
hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian stroke iskemik.
Salah satu penelitian dilakukan oleh (Dinata et al., 2013) tentang gambaran faktor
resiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap di bagian penyakit dalam RSUD
kabupaten Solok Selatan periode 1 Januari 2010-31 Juni 2012 (Jurnal Kesehatan
Andalas). Penelitian lain yang berkaitan tentang stroke juga dilakukan oleh
Ramadhani (2015) tentang hubungan tingkat stres, asupan natrium, dan riwayat
makan dengan kejadian stroke. Penelitian ini membahas tentang asupan natrium
dan riwayat makan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke,
sedangkan tingkat stres merupakan faktor yang tidak memiliki hubungan bermakna
dengan kejadian stroke. Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan oleh Laily
(2016) tentang hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian
stroke iskemik. Penelitian ini membahas tentang faktor dari hipertensi dan
karakteristik penderita yang menyebabkan kejadian stroke iskemik. Penelitian lain
tentang stroke iskemik lebih menekankan pada intervensi secara klinis
epidiemiologi penderita stroke iskemik seperti penelitian dari Journal of the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
American College of Cardiology tentang acute ischemic stroke intervention (2016).
Untuk mendukung landasan yang kuat, peneliti juga mencari kajian empiris tentang
stress yang menjadi penyebab kejadian stroke iskemik. Penelitian ini yaitu
penelitian dari Yunita Rahmawati tentang hubungan antara stres kerja dengan
burnout pada karyawan bagian operator PT. Bukit Makmur Mandiri Utama (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan
burnout, tingkat stres kerja pekerja bagian operator, tingkat burnout pada pekerja
bagian operator dan peran stres kerja terhadap tingkat burnout. Hasil menunjukkan
bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara stres kerja dengan
burnout pada pekerja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stress dapat
memberika pengaruh terhadap mobilitas dalam bekerja. Penelitian lainnya lebih
berfokus pada efek yang datang setelah mengalami stroke. Penelitian ini dilakukan
oleh Liza dan Loebis tentang gangguan psikotik akibat stroke iskemik (2015).
Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa stroke iskemik dapat memberikan efek
psikosis. Psikosis adalah komplikasi pasca stroke yang jarang terjadi yang
diakibatkan oleh pengobatan pasca stroke yang menyebabkan remisi. Penelitian ini
menggunakan wawancara formal terhadap pasien yang didiagnosis mengalami
gangguan pasca stroke iskemik. Peneltian ini menjelaskan bahwa penderita juga
dapat mengalami gangguan mood primer. Dari penelitian ini membantu peneliti
untuk mempelajari lebih lanjut apakah regulasi diri dapat membantu penderita
mengatur mood premiernya.
Selain itu beberapa penelitian tentang regulasi diri lebih memfokuskan pada
fenomena sosial yang terjadi seperti regulasi diri pada mahasiswa yang mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
banyak peran dan kasus yang berkaitan dengan pengembangan diri individu. Salah
satu penelitian adalah hubungan antara regulasi diri dengan perilaku prokastinasi
akademik pada mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKES) Mitra Adiguna
Palembang (2016). Penelitian lain yang berkaitan dengan stroke adalah penelitian
yang dilakukan oleh Retno Ayu Kencono yaitu tentang kesabaran dan regulasi
emosi pada pasien pasca stroke (2016). Penelitian ini mengungkapkan tentang
pengaruh kesabaran terhadap regulasi emosi pada pasien pasca stroke di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Dari hasil penelitian ini menunjukan
apabila kesabaran semakin tinggi maka regulasi emosi akan semakin tinggi, begitu
pula sebaliknya semakin rendah kesabaran maka akan semakin rendah regulasi
emosi juga semakin rendah. Dari hal ini penulis akan melakukan penelitian tentang
bagaimana regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik.
Penelitian-penelitian yang lalu yang lebih menjelaskan tentang stroke
iskemik yang berfokus pada epidemologi penyakit stroke sendiri, penelitian yang
berfokus pada hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian
stroke iskemik, gambaran faktor resiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap dan
juga penelitian lain tentang stroke iskemik lebih menekankan pada intervensi secara
klinis epidiemiologi penderita stroke iskemik. Selain itu kenbanyakan penelitian
tentang regulasi diri juga lebih banyak memfokuskan tentang gambaran regulasi
diri terhadap suatu fenomena tertentu.
Oleh karena itu topik ini penting untuk diteliti karena dapat mengurangi
dampak yang lebih parah pada pekerja yang menderita stroke iskemik. Hal ini
terjadi karena dari beberapa penelitian didapatkan proporsi pasien yang menderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
stroke iskemik lebih banyak pada mereka yang bekerja dan meningkat setiap
tahunnya. Stroke iskemik disebabkan karena stres psikologis akibat pekerjaan yang
dapat meningkatkan resiko terkena penyakit tersebut. Dilihat secara empiris juga
pekerja yang menderita stroke sulit untuk mengendalikan emosional mereka dan
menyesuaikan diri mereka. Oleh karena itu pekerja yang menderita stoke iskemik
membutuhkan regulasi diri yang berdampak positif bagi pekerja yang menderita
stroke iskemik karena mampu beradaptasi lebih baik.
Untuk menutup defisiensi dari penelitian terdahulu maka penelitian ini akan
mengungkap tentang makna esensial pengalaman proses regulasi diri pekerja yang
menderita stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional
control, dan self-reflection. Penelitian ini dilakukan dengan desain kualitatif
fenomologis. Subjek dari penelitian ini adalah pekerja yang menderita stroke
iskemik berusia 45-65 tahun. Prosedur pengambilan data akan dilakukan dengan
metode wawancara semi terstruktur. Peneliti meyakini dengan metode wawancara,
subjek dapat bercerita lebih personal dan dapat menggali tentang regulasi diri pada
pekerja yang menderita stroke iskemik.
Peneliti akan melakukan wawancara langsung dengan pekerja yang
mengalami stroke iskemik yang secara medis didiagnosa stroke iskemisk dan
peneliti akan menjelaskan tentang regulasi diri pada pekerja yang menderita stroke
iskemik tersebut. Penelitian ini berguna untuk melihat dan memaknai pengalaman
proses regulasi diri penderita stroke iskemik yang masih bekerja yang nantinya
dapat berguna sebagai wawasan dan artikel metodologis yang dapat digunakan oleh
instansi kesehatan atau masyarakat yang anggota keluarganya mempunyai kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
yang sama yaitu dalam mengontrol individu yang sulit untuk membangun regulasi
diri penderita stroke iskemik. Dari sini peneliti akan mengkaji pekerja yang
menderita stroke iskemik dan berdiskusi tentang regulasi diri ketika dihadapkan
dengan stroke ini. Dengan adanya fenomena ini peneliti juga ingin mengetahui
tentang output yang didapatkan dari meregulasi diri dalam hal kinerja optimal dan
pencapaian prestasi kerja. Dilihat dari beberapa penelitian pemulihan pasca stroke
lebih banyak dilakukan dengan teknik medis dan terapi, maka peneliti ingin
mengetahui proses regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik yang dapat
dilakukan oleh individu itu sendiri pasca terjadinya stroke.
Oleh sebab itu untuk menutup defisiensi atau celah, penelitian ini dapat
menjadi bahan referensi sebagai kajian teoritis untuk dapat mempersiapkan diri
individu yang mempunyai riwayat penyakit stroke dan masih bekerja. Dengan
adanya penelitian ini peneliti dapat mengungkap keterkaitan secara ilmu psikologi
dan epidemologi antara regulasi diri dan stroke iskemik. Penelitian ini diharapkan
dapat membahas tentang pengalaman proses regulasi diri pekerja yang menderita
stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-
reflection yang hasilnya dapat dikembangkan untuk menjadi cara bagi keluarga dan
lingkungan sekitar untuk membantu para kerabat atau orang terdekat yang sulit
untuk meregulasikan diri mereka yang mempunyai penyakit stroke. Penelitian ini
dapat membantu memberikan pandangan baru bagi keluarga maupun penderita
stroke iskemik agar dapat melakukan dinamika dan intervensi yang tepat dengan
melakukan regulasi diri dan mengurangi intervensi yang dilakukan secara
epidemologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana pengalaman pekerja dengan stroke iskemik melakukan proses
regulasi diri terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-
reflection?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi mengenai pengalaman proses
regulasi diri terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-
reflection pekerja yang menderita stroke iskemik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi baru
pada bidang ilmu psikologi, terkait dengan regulasi diri pekerja yang menderita
stroke iskemik
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, melalui hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar
pembuatan intervensi untuk keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang
menderita stroke iskemik. Sehingga dapat diberikan pengarahan yang tepat dan
memberikan dampak positif pada penderita stroke iskemik yang masih bekerja.
3. Manfaat Kebijakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Penelitian ini diharapkan bisa membantu pihak-pihak yang terkait seperti
keluarga yang anggotanya menderita stroke iskemik dan masih bekerja, rekan
kerja, saudara, dan orang-orang dilingkungan sekitar individu yang menderita
stroke iskemik. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat membantu instansi
kerja pada penderita stroke iskemik agar dapat diberikan penanganan atau
program intervensi sesuai untuk individu yang menderita stroke iskemik yang
masih bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini, penulis akan mengelaborasi tentang pengalaman proses
regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik terkait dengan forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection. Pembahasan pada bagian ini
akan dimulai dengan fenomena stroke iskemik pada pekerja dan dilanjutkan dengan
pemaparan regulasi diri pekerja tetap dengan usia berkisar 45-60 tahun yang
mengalami stroke iskemik. Selanjutnya, peneliti membahas tentang regulasi diri
secara umum dan memaparkan mengenai konsep regulasi. Selanjutnya, pada bagian
akhir peneliti akan memaparkan kerangka konseptual penelitian ini.
A. Stroke Iskemik Pada Pekerja
Penyakit stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak. Insiden penyakit stroke iskemik
meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah pasien stroke iskemik menyebabkan
kenaikan jumlah kematian. Angka kejadian stroke iskemik di Indonesia mencapai
8.3 per 1000 penduduk dan daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah
Nanggroe Aceh Darussalam (16.6 per 1000 penduduk) dan yang terendah adalah
Papua (3.8 per 1000 penduduk). Insidensi kejadian stroke yang tertinggi
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, 2013 adalah kota Sulawesi Utara (10.8 persen),
Yogyakarta (10.3 persen), Bangka Belitung dan DKI Jakarta (9.7 persen)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(Rikesdas, 2013).
Penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di
Indonesia adalah penyakit stroke sejak tahun 1991 hingga 2013 (Rikesdas, 2013).
Kejadian stroke semakin meningkat dengan individu yang bekerja dan mempunyai
tuntutan tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak bekerja. Kejadian stroke
tidak hanya menimpa penderitanya melainkan juga mempengaruhi kehidupan
keluarga. Salah seorang anggota keluarga mendadak menjadi tidak berdaya,
menghilang perannya di keluarga dan menjadi beban keluarga. Readaptasi
merupakan hal yang penting dalam mempertahankan kehidupan keluarga
menghadapi keadaan baru. Keluarga perlu didorong dan dimotivasi untuk
menghadapi keadaan secara nyata. Situasi ini akan bertambah sulit apabila hanya
ada satu anggota keluarga yang merawat penderita stroke (Kusumaningrum, 2012).
Individu yang mengalami tanda-tanda peringatan stroke berikut ini harus
segera mengunjungi dokter.
Individu mengalami mati rasa atau kelemahan yang mendadak pada
wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh.
Individu mengalami kebingungan yang mendadak, kesulitan dalam
berbicara dan memahami.
Individu kesulitan untuk melihat secara tiba-tiba di satu atau kedua
mata.
Keadaan yang susah untuk berjalan secara mendadak, pusing, dan
kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sakit kepala mendadak dan parah tanpa sebab yang diketahui.
1. Penyebab, Efek, dan Rehabilitasi dari Stroke
Gangguan pasokan darah yang menyebabkan stroke terjadi dalam dua cara
(ACC/AHA/ESC, 2006). Pada stroke iskemik, kerusakan terjadi ketika pasokan
darah dalam arteri serebral berkurang atau terputus, mirip dengan aterosklerosis dan
infark miokard pada penyakit jantung, kecuali itu merusak otak daripada jantung.
Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah dan berdarah ke otak. Stroke yang
disebabkan oleh pendarahan umumnya terjadi dengan cepat dan menyebabkan
orang tersebut kehilangan kesadaran; sebagian besar kerusakan yang dihasilkan
terjadi dalam beberapa menit. Sebaliknya, stroke iskemik cenderung terjadi lebih
lambat, dan orang tersebut cenderung kehilangan kesadaran. Stroke akibat
perdarahan terjadi jauh lebih jarang tetapi lebih cenderung menyebabkan kerusakan
dan kematian yang luas daripada stroke iskemia (ACC/AHA/ESC, 2006).
2.Faktor Risiko Usia, Gender, dan Sosial Budaya untuk Stroke
Insiden stroke sangat rendah sebelum usia paruh baya; sejak saat itu, tingkat
kematiannya di Amerika tiga kali lipat dalam setiap dekade berturut-turut (NCHS,
2006). Laki-laki lebih mungkin terkena stroke daripada perempuan dan meninggal
karenanya. Seperti pada penyakit jantung, bagian dari alasan perbedaan usia, jenis
kelamin, dan sosiokultural dalam risiko stroke terletak pada variasi biologis dan
gaya hidup. Sebagai contoh, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko untuk stroke,
dan tingkat prevalensi untuk hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
jauh lebih tinggi pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih Amerika (NCHS,
2006).
3.Faktor Gaya Hidup dan Risiko Biologis untuk Stroke
Beberapa faktor gaya hidup dan biologis dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena stroke, dan beberapa di antaranya dapat diubah atau diobati
(ACC/AHA/ESC, 2006). Selain usia, jenis kelamin, dan ras, faktor-faktor risiko ini
adalah:
1. Tekanan darah tinggi
2. Merokok
3. Penyakit kardiovaskular, diabetes, dan faktor risikonya, seperti kolesterol
tinggi, obesitas, dan kurang aktivitas fisik
4. Riwayat keluarga stroke
5. Fibrilasi atrium, suatu bentuk aritmia jantung
6. Penyalahgunaan narkoba atau alcohol
7. ‘‘Mini-stroke” yang disebut serangan iskemik sementara yang dapat terjadi
satu atau lebih kali sebelum stroke penuh
Risiko biologis yang ditimbulkan dari penyakit stroke adalah emosi negatif dan
stress yang tampak. Penelitian prospektif telah menemukan bahwa orang yang
depresi lebih mungkin terkena stroke dan meninggal dalam dua dekade berikutnya
(Skarupski et al., 2011). Stres kerja juga telah ditemukan untuk memprediksi risiko
stroke. Banyak faktor risiko yang sama dengan penyakit jantung. Akibatnya, orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang mengalami stroke biasanya diminta untuk melakukan perubahan gaya hidup
yang serupa dengan orang-orang yang mengalami serangan jantung: menurunkan
berat badan, berhenti merokok, berolahraga, dan mengurangi lemak dan kolesterol
makanan.
4.Efek dan Rehabilitasi Stroke
Stroke bervariasi dalam tingkat keparahannya. Orang-orang yang selamat
dari stroke sedang atau berat umumnya menderita beberapa tingkat gangguan
motorik, sensorik, kognitif, atau ganguguan bicara sebagai akibat dari kerusakan
otak. Jika cukup banyak sel yang terpengaruh, fungsi yang dikendalikan oleh area
otak yang rusak dapat sangat terganggu. Tingkat dan jenis gangguan yang diderita
pasien stroke dan perawatan medis dengan obat-obatan dan pembedahan dapat
sangat bervariasi, tergantung pada jumlah dan lokasi kerusakan (ACC/AHA/ESC,
2006). Mendapatkan perawatan segera sangat penting karena obat-obatan yang
larut dalam gumpalan dapat membatasi kerusakan akibat stroke iskemik. Diskusi
berikut ini berlaku untuk stroke yang menyebabkan setidaknya kerusakan parah.
Meskipun pengalaman awal penderita stroke yang defisit bisa permanen, orang-
orang ini sering menunjukkan peningkatan yang cukup besar dari waktu ke waktu.
Perawatan medis dan terapi fisik, pekerjaan, dan wicara dapat membantu pasien
mendapatkan kembali beberapa fungsi yang hilang (ACC/AHA/ESC, 2006).
Gangguan fungsional biasanya lebih mudah diatasi pada hemoragik
daripada stroke iskemik. Pendarahan sering merusak fungsi sebagian dengan
menciptakan tekanan pada neuron. Jika tekanan itu hilang, seperti jika tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menyerap kembali genangan darah, orang tersebut secara bertahap dapat
memulihkan beberapa fungsi yang hilang.
Stroke adalah salah satu penyakit kronis yang paling melumpuhkan
(ACC/AHA/ESC, 2006). Defisit yang paling umum dialami pasien stroke
melibatkan aksi motorik (Sarafino et al., 2019). Untuk pasien ini, beberapa derajat
kelumpuhan terjadi segera, dan orang tersebut biasanya tidak dapat menggerakkan
lengan dan kaki pada satu sisi tubuh. Sisi mana yang lumpuh tergantung pada sisi
otak mana yang rusak: belahan otak kiri mengontrol pergerakan sisi kanan tubuh;
belahan kanan mengontrol sisi kiri. Akibatnya, kelumpuhan terjadi pada sisi tubuh
yang berlawanan dengan belahan otak yang mengalami kerusakan pada stroke.
Karena kelumpuhan, pasien-pasien ini sering tidak dapat berjalan, berpakaian
sendiri, atau melakukan banyak kegiatan self-help yang biasa. Sebagian besar
keuntungan yang ditunjukkan oleh orang-orang ini pada bulan pertama tampaknya
terjadi secara spontan (ACC/AHA/ESC, 2006). Meskipun sebagian besar pasien
akan dapat berkeliling sendiri dan melakukan perawatan diri, seperti mandi dan
berpakaian, setelah 6 bulan tanpa rehabilitasi formal, terlibat dalam kegiatan
rehabilitasi mengurangi kecacatan mereka. Biofeedback dan terapi fisik intensif
dapat secara nyata meningkatkan fungsi motorik pada korban stroke. Untuk urutan
perilaku yang kompleks, banyak pasien mendapat manfaat dari menggunakan
instruksi verbal. Misalnya, untuk pindah dari kursi roda ke tempat tidur, orang itu
mungkin berkata, ‘‘Saya menempatkan kursi roda menghadap tempat tidur; tegak
lurus dengannya,’’ ‘‘Selanjutnya, saya mengerem, ’dan seterusnya (Sarafino et al.,
2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Defisit lain yang dihadapi banyak pasien stroke melibatkan fungsi kognitif
seperti bahasa, pembelajaran, memori, dan persepsi. Jenis kerusakan spesifik yang
mereka miliki tergantung pada sisi otak mana yang rusak. Pada kebanyakan orang,
belahan sisi kiri berisi area untuk proses bahasa, termasuk ucapan dan tulisan
(Tortora & Derrickson, 2009). Dengan demikian, kerusakan di sisi kiri sering
menyebabkan defisit bahasa dan pembelajaran. Gangguan bahasa yang umum pada
pasien stroke adalah afasia, yang ditandai dengan kesulitan dalam memahami atau
menggunakan kata-kata. Ada dua jenis afasia: afasia reseptif merujuk pada
kesulitan dalam memahami informasi verbal; afasia ekspresif melibatkan masalah
dalam menghasilkan bahasa, meskipun orang tersebut dapat membuat komponen
berbunyi. Misalnya, orang tersebut mungkin tidak dapat membedakan antara dua
kata yang diucapkan secara verbal, seperti ''coal' atau “cold” Atau pasien mungkin
mengalami kesulitan mengingat urutan hal-hal yang ia perintahkan untuk dilakukan
seperti, ''Sentuh telinga kanan Anda dengan tangan kiri Anda, dan sentuh alis kiri
anda dengan tangan kanan Anda. ''
Defisit yang terkait dengan belahan kanan biasanya memproses pencitraan
visual, emosi, dan persepsi pola, seperti melodi. Akibatnya, gangguan penglihatan
umum terjadi pada kerusakan otak kanan. (Tortora & Derrickson, 2009). Dalam
kelainan yang disebut pengabaian visual, pasien gagal memproses informasi di sisi
kiri bidang visual normal. Masalah ini juga merusak kemampuan mereka untuk
memahami jarak dengan benar dan menyebabkan mereka menabrak objek atau
bingkai pintu di sisi kiri bidang visual, membuat mereka rawan kecelakaan.
Kadang-kadang pasien dengan gangguan ini merasa mereka 'menjadi gila' ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mereka mendengar seseorang berbicara tetapi tidak dapat melihat orang itu karena
dia berdiri di sisi kiri bidang visual. Perbedaan antara apa yang mereka dengar dan
apa yang mereka lihat membuat mereka bertanya-tanya apakah mereka
berhalusinasi.
Lokasi kerusakan spesifik di otak juga dapat menentukan gangguan
emosional yang mungkin ditunjukkan pasien stroke. Beberapa penelitian telah
menemukan hubungan antara (1) kerusakan hemisfer kiri spesifik dan derajat
depresi pasien dan (2) kerusakan hemisfer kanan spesifik dan kemampuan pasien
untuk menafsirkan dan mengekspresikan pengaruh. Contoh gangguan emosional
yang dialami oleh beberapa pasien stroke disebut sebagai emosional lability, yang
dapat terjadi dalam berbagai tingkatan. Beberapa orang dengan gangguan ini
mungkin tertawa atau menangis dengan sedikit atau tanpa provokasi, menyadari
dan terkejut oleh perbedaan tersebut; orang lain dengan gangguan ringan dapat
menampilkan emosi yang sesuai (Sarafino et al., 2019)
5.Aspek Psikosokial dari Stroke
Pemulihan dari stroke yang parah adalah proses yang panjang dan sulit.
Defisit fisik dan kognitif awal sangat menakutkan, tetapi banyak pasien berbesar
hati dengan keuntungan awal dalam fungsi mereka. Meskipun pasien dengan semua
penyakit kronis sering mengandalkan strategi penghindaran untuk mengatasi
selama fase awal pemulihan, penolakan tampaknya lebih umum di antara pasien
yang mengalami stroke daripada pasien dengan penyakit jantung atau kanker
(Krantz & Deckel, 1983). Pasien stroke yang terus menyangkal keterbatasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mereka saat ini atau kemungkinan pada masa depan mereka sering menghambat
kemajuan mereka dalam rehabilitasi. Sebaliknya, mereka membutuhkan
keseimbangan antara kenyataan dan harapan, pasien stroke yang merasa memiliki
kendali atas kondisi mereka pada akhir bulan pertama menunjukkan bulan
pemulihan yang lebih baik lebih lambat daripada yang lainnya (Johnston et al.,
1999).
Ketika stroke menghasilkan defisit fisik atau kognitif, penyesuaian
emosional bisa sangat sulit. Pasien stroke sangat rentan terhadap depresi (Bleiberg,
1986; Krantz & Deckel, 1983; Newman, 1984b). Mereka yang mengalami depresi
pada minggu-minggu pertama tetap di rumah sakit lebih lama dan menunjukkan
sedikit peningkatan dari program rehabilitasi sebelum mereka pergi (Tennen,
Eberhardt, & Affleck, 1999). Ketika pasien melihat keuntungan dalam pemulihan
melambat dan mulai menyadari sejauh mana gangguan mereka, mereka mungkin
merasa putus asa dan tidak berdaya. Pada titik ini, semakin parah kondisinya,
semakin kuat depresi yang mereka kembangkan. Intervensi dengan terapi kognitif-
perilaku efektif dalam mencegah dan mengobati depresi (Hackett et al. 2008;
Sarafino, 2001).
Meskipun stroke biasanya menimpa orang-orang yang berada di luar usia
pensiun, banyak dari korbannya dipekerjakan ketika penyakit terjadi dan menderita
gangguan yang mencegah mereka untuk kembali bekerja. Hasil studi tindak lanjut
menunjukkan bahwa kurang dari setengah dari pasien yang bekerja sebelum stroke
kembali bekerja dalam waktu 6 bulan, sering pada jam kerja yang dikurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Beberapa korban stroke yang tidak kembali bekerja sudah cukup tua untuk pensiun
dini dengan pensiun, tetapi yang lain harus meninggalkan tenaga kerja dalam
keadaan yang kurang menguntungkan, yang sedang mencoba secara finansial dan
emosional (Sarafino et al., 2019).
Gangguan yang dihasilkan oleh stroke memiliki efek sosial yang penting
pada pasien dan keluarga mereka, terutama ketika pasien lumpuh parah atau
memiliki afasia. Tetapi keluarga lain tidak menyesuaikan diri dengan perubahan
peran hubungan individu tersebut dan kerukunan pernikahan sering menurun..
Meskipun penurunan kegiatan sosial dan waktu luang memburuk dengan tingkat
kecacatan korban, seringkali penting bahkan ketika orang tersebut telah membuat
pemulihan yang baik. Terapi keluarga dan kelompok pendukung dapat membantu
pasien stroke dan keluarga mereka beradaptasi, tetapi pendekatan ini seringkali
perlu mengatasi masalah praktis, seperti tidak memiliki transportasi, sebelum
mencoba menyelesaikan masalah antarpribadi (Sarafino et al., 2019).
Singkatnya, stroke adalah penyakit mortalitas tinggi yang melibatkan
kerusakan neurologis sebagai akibat aliran darah ke otak terganggu. Korban stroke
sering menderita gangguan fisik dan kognitif yang substansial, tetapi perawatan
medis dan terapi fisik, pekerjaan, dan wicara dapat membantu orang-orang ini
mendapatkan kembali banyak kemampuan mereka yang hilang. Semakin parah
defisit yang tersisa setelah rehabilitasi, semakin besar kemungkinan pasien
mengalami masalah psikososial (Sarafino et al., 2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
B. Regulasi Diri Pada Pekerja dengan Stroke Iskemik
Regulasi diri individu yang bekerja berkaitan dengan bagaimana individu
mengaktualisasikan dirinya dengan menampilkan serangkaian tindakan yang
ditujukan pada pencapaian target. Menurut Bandura (2005) regulasi diri merupakan
kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai
strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang mencapai tujuan atau
prestasi sebagai bukti peningkatan. Regulasi diri pekerja yang mengalami stroke
iskemik merupakan proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian target dan
tindakan mereka sendiri. Mengevaluasi kesuksesan saat mencapai target tersebut
dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai
tujuan tersebut (Friedman & Schustock, 2008). Proses regulasi diri melibatkan
keaktifan seseorang untuk menghasilkan pikiran, perasaan dan tindakan,
merencanakan serta mengadaptasikannya guna mencapai tujuan-tujuannya
(Zimmerman, 2000 dalam Husna et al, 2014). Bandura meyakini bahwa seseorang
menggunakan cara proaktif dan reaktif untuk melakukan regulasi diri. Hal ini
berarti bahwa seseorang secara reaktif berusaha untuk mengurangi perbedaan
antara pencapaian dan tujuan mereka yang baru dan lebih tinggi untuk diri mereka
sendiri (Feist & Feist, 2010). Pekerja yang menderita stroke iskemik akan berusaha
untuk mengontrol dirinya supaya dapat berdinamika dalam lingkungan kerja
dengan keadaan yang baru yakni setelah didiagnosis mangalami stroke iskemik.
Hal ini akan menjadi tantangan atau hambatan bagi pekerja itu karena harus
bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan mengatur perilakunya dengan situasi
hal yang baru ini terutama untuk bisa tetap bekerja optimal dan berprestasi. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
meregulasi situasi ini, pekerja dapat mengontrol dirinya dalam kondisi apapun
termasuk dalam lingkungan kerja yang dihadapkan dengan tekanan kantor. Sesuai
dengan konsep Bandura yang menyakini bahwa individu yang mengatur tingkah
lakunya akan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan kondisi yang dialami pada
invidu. Hal ini sejalan dengan konsep yang diutarakan oleh Zimmerman (2000) dan
Friedman & Schustock (2008) bahwa dengan menolak dan mengubah respon
terhadap perilakunya maka individu dapat mencapai tujuan dan mempunyai kontrol
diri sehingga dapat menjalani dinamika sehari-hari dengan lebih adapatif. Penderita
stroke iskemik yang dapat menerima kenyataan bahwa dirinya sakit namun dapat
memberikan respon positif dan kontrol diri yang lebih terarah sehingga individu
tersebut dapat mengembangkan kualitas dalam dirinya dan mengurangi perilaku
yang merugikan seperti marah-marah, temperamen, merasa hopeless, atau
cerminan negatif tentang dirinya.
1.Disfungsi dalam regulasi diri
Orang yang tidak dapat mengatur sendiri penyakit kronis asma
menunjukkan tingkat gejala yang lebih tinggi, kualitas hidup yang lebih rendah, dan
lebih sering dirawat di rumah sakit (Zimmerman; Bonner; 1999; dst).
Selain kesulitan-kesulitan ini, penyebab utama kematian, cedera, dan
penyakit di antara remaja dan dewasa muda adalah kegagalan mereka untuk
mengatur sendiri berbagai perilaku berbahaya, seperti minum alkohol,
menggunakan obat-obatan rekreasi, melakukan hubungan seks tanpa kondom, dan
mengemudi dengan kecepatan berlebihan. Bahkan kejadian kelakuan buruk, agresi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan kejahatan telah dikaitkan dengan kontrol impuls rendah dan pelepasan standar
regulator diri moral (Bandura; Barbaranelli 1996a; dst)
Dari perspektif kognitif sosial, disfungsi dalam regulasi diri terutama
disebabkan oleh teknik pemikiran dan kontrol kinerja yang tidak efektif, seperti
merencanakan diet harian seseorang dan mencatat sendiri frekuensi olahraga untuk
mengendalikan berat badan (Bandura, 1991; Zimmerman, 1998). Gangguan mood,
seperti mania atau depresi, adalah keterbatasan pribadi yang dapat menyebabkan
disfungsi utama dalam regulasi diri. Sebagai contoh, depresi biasanya menunjukkan
bias yang mengalahkan diri sendiri, salah persepsi pencapaian kinerja mereka, atau
secara negatif mengubah ingatan mereka dari pencapaian ini (Bandura, 1991). Bias
ini sangat kontras dengan optimisme self-enhancing dari nondepresif yang
mengingat keberhasilan mereka dengan baik, tetapi mengingat lebih sedikit
kegagalan daripada yang sebenarnya mereka alami (Nelson & Craighead, 1977).
Depresif juga menetapkan standar yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri
daripada yang tidak depresi (Schwartz, 1974; Simon, 1979) dan cepat menyalahkan
diri mereka sendiri atas kegagalan (Kuiper, 1978). Sayangnya, meminimalkan
kesuksesan seseorang hanya semakin memperparah perasaan putus asa seseorang.
Disfungsi umum dalam regulasi diri dikaitkan dengan adanya
ketidakmampuan belajar, seperti masalah kognitif dalam konsentrasi, mengingat,
membaca, dan menulis. Keterbatasan pribadi ini, yang secara luas diyakini
memiliki asal neurologis, menyebabkan sejumlah disfungsi regulasi diri
(Borkowski & Thorpe, 1994). Sebagai contoh, belajar siswa penyandang cacat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menetapkan tujuan akademik yang lebih rendah untuk diri mereka sendiri,
mengalami kesulitan mengendalikan impuls mereka, dan kurang akurat dalam
menilai kemampuan mereka. Mereka juga lebih kritis terhadap diri sendiri dan
kurang efikasi diri tentang kinerja mereka dan cenderung menyerah lebih mudah
daripada individu yang tidak memiliki keterbatasan.
2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri
Menurut Zimmerman (dalam Boekarts et al., 2000) faktor-faktor yang
mempengaruhi regulasi diri meliputi:
Lingkungan Sosial.
Lingkungan akan berpengaruh pada perubahan individu dimana lingkungan itu
dapat menyediakan ruang yang memberikan dorongan yang memberikan support
atau sebaliknya lingkungan disekitar individu akan menghambat individu untuk
berkembang dan sulit untuk melakukan pengolahan diri. Lingkungan sosial akan
mendukung atau menghambat proses regulasi diri. Dengan adanya dukungan sosial
yang baik seperti keluarga, teman kerja atau kondisi yang memacu individu untuk
berkembang maka individu akan cepat untuk melakukan reaksi diri untuk mencapai
tindakan yang diinginkan.
Individu
Upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki. Semakin besar dan
optimal upaya yang dikerahkan individu dalam mengatur dan mengorganisir suatu
aktivitas akan meningkatkan regulasi pada diri individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dengan demikian, lingkungan sosial dan individu dipandang oleh peneliti
kognitif sosial sebagai sumber daya untuk meningkatkan pemikiran ke depan,
kinerja atau kontrol kehendak, dan refleksi diri. Regulasi diri memiliki beberapa
manfaat yakni:
1. Tercapainya keberhasilan dalam menjalankan tugas di sekolah dan
kantor, memperoleh popularitas, dan kesehatan mental;
2. Memiliki hubungan interpersonal yang baik;
3. Dapat melakukan toleransi terhadap rasa frustrasi karena menghadapi
tantangan atau pekerjaan berat;
4. Memiliki moral, disiplin, dan perilaku yang baik;
5. Dapat menekan sifat egois dan agresif yang mengancam kelompok; dan
6. Memiliki nilai regulasi diri yang positif seperti kesehatan, kebahagiaan,
mampu berfungsi secara optimal, dan dapat melakukan banyak hal baik
(Dale & Baumeister 1999; Baumeister & Vohs 2007; Carver & Scheier
2009; dst).
Kerugian bila melakukan kesalahan dalam melakukan regulasi diri yaitu
munculnya masalah pribadi dan sosial seperti kegagalan di sekolah atau tempat
kerja, kejahatan, perilaku yang senang mengalahkan orang lain, tidak adanya
pencapaian, obesitas, kecanduan alkohol dan obat- obatan, kehamilan di luar nikah,
putus sekolah, judi, perceraian, kesehatan yang buruk, gangguan makan,
perceraian, dan kekerasan terhadap anak. (Dale & Baumeister 1999; Baumeister &
Vohs 2007; Carver & Scheier 2009; dst).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
C. Proses Regulasi Diri
Menurut Zimmerman (dalam Boekarts et al., 2000) regulasi diri atau self regulation
mencakup tiga proses, yaitu:
1.Forethought
Forethought pemikiran awal mengacu pada proses yang
berpengaruh yang mendahului upaya untuk bertindak dan mengatur fase
untuk itu. Di sini ada dua aspek yang meliputi pemikiran awal yaitu:
1. Task Analysis atau analisis tugas. Bentuk utama dari analisis tugas
melibatkan penetapan tujuan. Goal setting atau penentuan tujuan mengacu
pada memutuskan hasil pembelajaran atau kinerja tertentu, seperti
memecahkan sekelompok masalah divisi dalam matematika selama sesi
studi (Locke & Latham, 1990). Bentuk kedua dari analisis tugas adalah
strategic planning atau perencanaan strategis (Weinstein & Mayer, 1986).
Agar keterampilan dapat dikuasai atau dilakukan secara optimal, individu
perlu metode yang sesuai untuk tugas dan pengaturan. Strategi mengatur
diri sendiri adalah proses dan tindakan pribadi yang bertujuan mengarahkan
untuk memperoleh atau menampilkan keterampilan (Zimmerman, 1989).
2. Self-motivation beliefs atau keyakinan motivasi diri
Keterampilan mengatur diri sendiri nilainya kecil jika seseorang tidak dapat
memotivasi diri mereka untuk menggunakannya. Proses-proses penentuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tujuan dan perencanaan strategis yang mendasari pemikiran ke depan adalah
sejumlah keyakinan motivasi-diri utama: self-efficacy, outcome
expectations, intrinsic interest/value, dan goal orientation. Self-efficacy
mengacu pada keyakinan pribadi tentang memiliki sarana untuk belajar atau
cara melakukan secara efektif, sedangkan ekspektasi hasil merujuk pada
keyakinan tentang tujuan akhir kinerja (Bandura, 1997). Sebagai contoh,
self-efficacy mengacu pada keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai
kelas A, dan hasil merujuk pada ekspektasi tentang konsekuensi yang akan
dihasilkan oleh grade ini setelah lulus, seperti pekerjaan yang diinginkan.
Seiring berjalannya waktu, proses individu mulai melihat hasil yang
diperoleh sebagai tonggak dalam proses penguasaan seumur hidup, seperti
ketika pekerja yang menderita stroke iskemik melihat bahwa penguasaan
emosi terletak pada pengaturan diri individu maka individu tersebut akan
berusaha untuk mengatur dirinya sebaik mungkin dalam hal emosional.
Dengan cara ini, pencapaian proses memberikan rasa motivasi intrinsik atau
penilaian yang dapat melengkapi dan bahkan melampaui hasil ekstrinsik
(Deci, 1975; Lepper & Hodell, 1989). Orientasi tujuan proses pengaturan
diri ini juga telah diberi label pembelajaran (Dweck, 1988), penguasaan
(Ames, 1992), atau orientasi tujuan tugas (Nicholls, 1984), dan telah
terbukti mempertahankan motivasi dan meningkatkan akuisisi dan kinerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.Performance or Volitional control
Kontrol kinerja atau kehendak melibatkan proses yang terjadi
selama upaya motorik dan memengaruhi perhatian dan tindakan. Dua aspek
utama dari kinerja atau proses kontrol kehendak telah dipelajari sampai saat
ini: Self Control kontrol diri dan pengamatan diri. Proses kontrol diri, seperti
instruksi diri, citra, fokus perhatian, dan strategi tugas, membantu individu
untuk fokus pada tugas dan mengoptimalkan upaya mereka.
1. Self-instruction atau intruksi diri melibatkan penjelasan secara terbuka
atau terselubung bagaimana seseorang menjalankan tugas, seperti
menyelesaikan masalah matematika atau menghafal rumus, dan
penelitian menunjukkan bahwa verbalisasi semacam itu dapat
meningkatkan pembelajaran individu (Schunk, 1982).
2. Imagey (Perumpamaan atau pembentukan gambar mental) adalah teknik
kontrol diri lain yang banyak digunakan untuk membantu penyandian
dan kinerja. Psikolog olahraga telah mengajarkan para pesaing, seperti
skater, penyelam, atau pesenam, untuk membayangkan eksekusi yang
sukses dari rutinitas yang direncanakan untuk meningkatkan kinerja
mereka (Garfield & Bennett, 1985). Dengan adanya pembentukan
gambar mental, pekerja yang menderita stroke iskemik dapat
membayangkan seperti apa saja yang akan dilakukan untuk meraih
goals tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3. Attention focusing atau pemusatan perhatian, dirancang untuk
meningkatkan konsentrasi seseorang dan menyaring proses terselubung
lain atau peristiwa eksternal. Pelaku ahli melaporkan menggunakan
berbagai teknik untuk meningkatkan kontrol atensi mereka, seperti
penataan lingkungan untuk menghilangkan pengalihan atau pelaksanaan
tugas gerak lambat untuk membantu koordinasi (Math, 1988). Kuhl dan
rekan-rekannya (Kuhl, 1985) mempelajari penggunaan metode kontrol
kehendak, seperti mengabaikan gangguan dan menghindari
merenungkan kesalahan masa lalu, dan menemukan mereka menjadi
efektif. Ada bukti bahwa mengetahui bagaimana memusatkan dan
menyaring proses terselubung dan peristiwa eksternal lainnya adalah
strategi penting untuk pembelajaran yang efektif (Corno, 1993;
Weinstein, Schulte, & Palmer, 1987)
4. Task Strategies atau strategi tugas membantu pembelajaran dan kinerja
dengan mengurangi tugas ke bagian-bagian penting dan mengatur ulang
bagian-bagian secara bermakna. Misalnya, ketika pekerja yang
menderita stroke iskemik akan meregulasi emosi maka individu tersebut
dapat melakukan dengan hal-hal terkecil seperti tidak mudah marah
untuk beban kerja yang membuat dia lelah. Efektivitas dari strategi tugas
telah dipelajari oleh Weinstein dan Mayer (1986), Wood, Woloshyn,
dan Willoughby (1995), dan Zimmerman dan Martinez-Pons (1988)
untuk memandu upaya pembelajaran, pengelolaan dan efektivitas
strategi ini. Ini termasuk strategi belajar, seperti mencatat, persiapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
diri, dan membaca untuk pemahaman, serta strategi kinerja, seperti
teknik pemilihan, dan pemecahan masalah.
Jenis kedua dari proses kontrol kinerja melibatkan pengamatan diri. Ini
mengacu pada pelacakan seseorang terhadap aspek spesifik dari kinerja
mereka sendiri, kondisi yang mengelilinginya, dan efek yang dihasilkannya
(Zimmerman & Paulsen, 1995). Para individu dapat melacak diri mereka
secara selektif pada tingkat proses terperinci bila perlu, seperti ketika pianis
konser memantau posisi tangan mereka, yang memungkinkan mereka
membuat adaptasi yang lebih baik daripada para pemula (Math, 1988).
1. Self-recording adalah teknik pengamatan diri yang umum yang dapat
meningkatkan kedekatan, keinformatifan, akurasi, dan valensi umpan
balik (Zimmerman & Kitsantas, 1996). Catatan dapat menangkap
informasi pribadi pada saat itu terjadi, menyusunnya menjadi paling
bermakna, menjaga akurasinya tanpa perlu latihan intrusif, dan
menyediakan basis data yang lebih panjang untuk melihat bukti
kemajuan. Sebagai contoh, penderita asma yang mencatat gejala mereka
dapat mengetahui pemicu alergi mereka serta efektivitas obat
pencegahan (Bonner, Rivera, & Zimmerman, 1997).
2. Self-experimentation. Pengamatan diri dapat mengarahkan pada siklus
eksperimen diri (Bandura, 1991). Ketika pengamatan diri terhadap
variasi alami dalam perilaku tidak memberikan informasi diagnostik
yang menentukan, orang dapat terlibat dalam eksperimen pribadi secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sistematis memvariasikan aspek-aspek fungsi mereka yang
dipertanyakan. Misalnya, ketika keinginan untuk merokok tampak acak
dan spontan, seorang perokok dapat menguji berbagai hipotesis
kontekstual, seperti adanya stres, baki abu, atau iklan. Dengan cara ini,
pengamatan diri yang sistematis dapat mengarah pada pemahaman
pribadi yang lebih besar dan kinerja yang lebih baik atau kontrol
kehendak.
3.Self Reflection
Refleksi diri melibatkan proses yang terjadi setelah upaya kinerja
dan mempengaruhi respons seseorang terhadap pengalaman itu. Bandura
(1986) telah mengidentifikasi dua proses refleksi diri yang terkait erat
dengan refleksi diri: Self Judgment atau penilaian diri dan Self-reaction atau
reaksi diri. Self-judgement meliputi:
1. Self evaluation
Self-judgement atau penilaian diri melibatkan evaluasi diri terhadap
kinerja seseorang dan menghubungkan signifikansi kausal dengan
hasil. Evaluasi diri mengacu pada membandingkan informasi yang
dipantau sendiri dengan standar atau tujuan, seperti praktik pekerja
yang menderita stroke iskemik melihat perbandingan hasil yang
ditunjukan dengan upaya dia dalam meregulasi emosi nya.
2. Causal attribution
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Self-evaluation atau penilaian self-evaluatif terkait dengan atribusi
kausal tentang hasil, seperti, apakah kinerja yang buruk adalah karena
kemampuan seseorang yang terbatas atau upaya yang tidak mencukupi.
Penilaian atribusi ini sangat penting untuk refleksi diri, karena atribusi
kesalahan pada kemampuan tetap mendorong individu untuk bereaksi
negatif dan mencegah upaya untuk meningkatkan (Weiner, 1979). Ada
bukti terkini (mis., Zimmerman & Kitsantas, 1996, 1997) bahwa
atribusi kesalahan pada strategi pembelajaran sangat efektif dalam
mempertahankan motivasi selama periode kinerja di bawah standar
karena atribusi strategi mempertahankan persepsi kemanjuran sampai
semua strategi yang mungkin telah diuji. Misalnya, ketika pekerja
menerima evaluasi negatif untuk kinerja pekerjaan mereka, mereka
yang berinisiatif lebih cenderung mengaitkannya dengan upaya yang
kurang atau strategi tugas yang buruk.
Penilaian diri sendiri yang bersifat evaluatif dan atribusi terkait erat
dengan dua bentuk utama reaksi diri: kepuasan diri dan kesimpulan
adaptif.
1. Self-satisfaction atau kepuasan diri melibatkan persepsi kepuasan
atau ketidakpuasan dan pengaruh yang terkait dengan kinerja
seseorang. Ketika kepuasan diri dibuat bersyarat untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, orang memberikan arahan untuk tindakan
mereka dan menciptakan dorongan diri untuk bertahan dalam upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mereka. Dengan demikian, motivasi seseorang tidak berasal dari
tujuan itu sendiri, tetapi lebih dari reaksi evaluasi diri untuk hasil
perilaku. Tingkat kepuasan diri seseorang juga tergantung pada
nilai intrinsik atau pentingnya tugas tersebut. Misalnya, orang yang
sangat menghargai pekerjaan mereka akan mengalami
ketidakpuasan dan kecemasan yang parah jika mereka menerima
peringkat kinerja yang tidak menguntungkan. Namun, individu
yang memandang posisi mereka hanya sebagai pekerjaan sementara
dan tidak layak mendapat pertimbangan serius tidak akan terlalu
tertekan oleh peringkat pekerjaan yang tidak menguntungkan.
Orang yang sangat mandiri mengatur nilai perasaan intrinsik
mereka tentang harga diri dan kepuasan diri dari pekerjaan yang
dilakukan lebih tinggi daripada memperoleh imbalan materi
(Bandura, 1997).
2. Adaptive-defensive
Kesimpulan adaptif atau defensif adalah kesimpulan tentang
bagaimana seseorang perlu mengubah pendekatan regulasi diri
selama upaya berikutnya untuk belajar atau melakukan tindakan.
Kesimpulan adaptif penting karena mengarahkan orang ke bentuk
regulasi diri kinerja yang baru dan berpotensi lebih baik, seperti
dengan menggeser tujuan secara hierarkis atau memilih strategi
yang lebih efektif (Zimmerman & Martinez-Pons, 1992).
Sebaliknya, kesimpulan defensif berfungsi terutama untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
melindungi orang tersebut dari ketidakpuasan. Reaksi diri yang
defensif ini termasuk ketidakberdayaan, penundaan, penghindaran
tugas, pelepasan kognitif, dan apatis sehingga terlepas dari
perlindungan yang dimaksudkan, mereka pada akhirnya membatasi
pertumbuhan pribadi.
D. Dampak Negatif
Dampak buruk yang muncul ketika pekerja yang menderita stroke
tidak dapat meregulasi diri dengan baik, maka individu akan susah untuk
mengarahkan atau menjauhi keputusan tertentu, menekan pikiran-pikiran yang
tidak diinginkan, usaha untuk fokus pada sesuatu seperti berusaha untuk
konsentrasi, dan usaha untuk menghilangkan pengaruh proses kognitif di bawah
sadar. Selain itu pekerja yang menderita stroke sulit untuk menghentikan dan
mengubah emosi-emosi tertentu yang buruk seperti marah, takut, cemas, dan
keadaan afektif lainnya. Hal lain nya juga berpengaruh pada perilaku yang sulit
untuk mengendalikan perilaku seperti menghindari kecenderungan minum alkohol,
menggunakan obat, merokok, mengkonsumsi makanan tidak sehat, melakukan seks
pada keadaan yang tidak tepat, menghamburkan uang atau melakukan tindakan
agresi, dan sulitnya membangun komitmen untuk melaksanakan tugas yang belum
dilakukan. Dampak ini juga berakibat buruk pada orang yang ada disekitar pekerja
yang menderita stroke iskemik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E.Dampak Positif di Lingkungan Kerja
Regulasi diri yang baik pada pekerja yang menderita stroke iskemik dapat
membantu pekerja untuk mengoptimalkan kinerja nya dan tetap bisa berprestasi
dalam lingkungan kerjanya. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang telah dicapai
seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja (Sutrisno,
2014:151). Menurut Hasibuan, (2010:94), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta
waktu. Prestasi kerja merupakan gabungan dari 3 (tiga) faktor penting, yaitu
kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat
motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi angka untuk ketiga faktor ini, semakin
besar prestasi kerja individu yang bersangkutan. Prestasi kerja didefinisikan
sebagai seberapa baik pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan
(Mrayyan dan Ibrahim, 2008). Menurut penelitian Ramadhany, dkk (2012), prestasi
kerja merupakan tingkat pelaksanaan kerja yang menunjukkan hasil kerja karyawan
sesuai dengan standar yang ada dalam suatu perusahaan. Hasil yang dapat dicapai
oleh karyawan selama ia bekerja dan sudah dinilai oleh perusahaan merupakan
prestasi kerja karyawan (Winarno, 2008).
Indikator-indikator mengenai penilaian prestasi kerja menurut Mangkunegara
(2002: 67) sebagai berikut:
1) Kualitas kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kualitas kerja dilihat dari pemahaman tentang lingkup pekerjaan, uraian pekerjaan,
tanggung jawab serta wewenang yang diemban.
2) Kuantitas kerja
Kuantitas kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam melaksanakan
pekerjaan.
3) Konsistensi pegawai
Konsistensi dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan kemampuan dan
aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, mempunyai
inisiatif, kejujuran, kecerdasan dan kehati-hatian dalam bekerja.
4) Kerjasama
Kemampuan bekerjasama yang ditunjukan untuk meningkatkan kualitas.
5) Sikap pegawai
Perilaku terhadap organisasi/lembaga atau atasan dan juga rekan sekerja.
F. Kerangka Konseptual
Individu mempunyai tujuan dalam bekerja, salah satunya adalah memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Setiap bidang pekerjaan mempunyai tugas dan tekanan yang
berbeda satu dengan yang lainnya oleh sebab itu individu harus dapat beradaptasi
dengan lingkungan kerja. Individu yang bekerja akan berusaha untuk bekerja
maksimal dan meneyelesaikan tugasnya hingga tuntas, namun lingkungan, kondisi
diri yang sakit dan tekanan akan membuat individu tersebut mempunyai tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
berlebih. Ketika tekanan terus menerus ada maka akan menyebabkan individu itu
menjadi stress. Individu yang bekerja di kantor mempunyai tuntuntan dan target
tertentu yang tentunya akan menambah tekanan dalam bekerja. Dengan tekanan
yang berkelanjutan ini, pekerja dapat mengalami stress dan memicu penyakit
stroke. Stress dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung
untuk berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat
(American Heart Association, 2013). Kebanyakan pekerja menderita stroke
iskemik yaitu tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen
di otak (Laily, 2017). Penanganan pasca stroke dapat dilakukan dengan regulasi diri
yaitu perubahan perilaku yang sesuai dengan standar ideal atau tujuan. Pekerja yang
menderita stroke iskemik pada dasarnya akan mengalami gangguan fungsional. Hal
ini dikarenakan individu secara mendadak mengalami kelumpuhan pada satu sisi
tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata, bicara pelo, sulit
komunikasi atau tidak mampu mengerti pembicaraan. Selain itu penderita stroke
iskemik akan sulit untuk mengontrol emosionalnya. Pekerja yang mempunyai
regulasi diri yang baik dapat menjalani dinamika kehidupan kerja sehari-hari
dengan terkontrol. Dari kasus individu yang menderita stroke iskemik yang masih
bekerja, ketika individu mempunyai regulasi diri yang tepat, maka individu tersebut
dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih adaptif. Pekerja yang
menderita stroke harus dapat meregulasi diri yaitu kemampuan mengatur tingkah
laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh
terhadap performansi seseorang mencapai tujuan. Hal ini penting dilakukan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ketika pekerja yang mengalami stroke iskemik tidak dapat meregulasi diri dengan
baik maka dinamika dalam bekerja akan terhambat. Hal ini dikarenakan pekerja
harus dapat menerima dirinya yang mempunyai batasan-batasan secara fungsional
dan harus mencapai tujuan tertentu dalam bekerja. Dalam kondisi seperti ini pekerja
harus dapat meregulasi diri dengan kondisi penyakitnya dan kondisi tekanan
kerjanya. Konsep regulasi diri yang baik pada pekerja yang mengalami stroke
iskemik adalah individu dapat secara efektif beradaptasi terhadap lingkungannya
dan mampu membuat kemampuan kontrol diri terhadap proses psikologi dan
perilakunya (Ghufron & Rini Risnawati, 2014). Dari sini peneliti ingin
mengeksplorasi tentang pengalaman proses regulasi diri pekerja yang mengalami
stroke iskemik.
Gambar 1.
Bagan kerangka konseptual penelitian
Penyakit stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak. Pekerja yang menderita stroke
iskemik akan mengalami perubahan kontrol emosional dan perilaku. Ketika
Pekerja dengan
Stroke Iskemik
Proses Regulasi
Diri
1. Forethought
2. Performance/Volitional
Control
3. Self-Reflection
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
individu mengalami stroke akan sulit bagi individu tersebut melakukan dinamika
di lingkungan kerja seperti biasanya sehingga pekerja yang mengalami stroke
iskemik harus dapat melakukan regulasi diri yang dapat mendorongnya
berdinamika lagi dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerjanya.
Penanganan pasca stroke biasanya dilakukan dengan terapi psikologis,
akupuntur, fisioterapi, terapi stem cell, terapi kognitif atau teknik medis lainnya.
Ketika penderita dapat mengontrol stroke dan mengendalikan perubahan yang
terjadi pada diri sendiri akan memberikan dampak positif. Dengan regulasi diri
yang baik penderita stroke iskemik juga akan dapat mengembangkan dirinya sendiri
tanpa harus bergantung dengan terapi dari luar. Individu yang mempunyai regulasi
diri yang baik dapat menjalani dinamika kehidupan sehari-hari dengan terkontrol.
Dengan adanya dinamika yang suportif dalam menghadapi keadaannya dalam
kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerjanya, rutinitas dan pekerjaan dapat
memberikan hasil yang optimal dan dapat mengelola diri juga tetap meraih prestasi
kerja meskipun menderita stroke iskemik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif fenomologis. Dalam penelitian kualitatif peneliti secara nyata berbicara
langsung dengan orang-orang serta menyaksikan mereka bertingkah laku dan
bertindak di tengah konteks mereka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif deduktif terarah, yaitu penelitian ilmiah yang bertujuan mengungkap
subjektivitas atau cara orang dalam memaknai pengalaman hidupnya mengenai
sebuah fenomen dalam situasi konkret tertentu. Penelitian ini juga bertujuan untuk
memvalidasi sebuah kerangka teoritis dalam konteks baru (Supratiknya, 2019).
Selanjutnya desain penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK),
yaitu metode penelitian yang menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks
melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau pengodean dan
pengindetifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman proses regulasi
diri pada pekerja yang menderita stroke iskemik terkait dengan forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection. Pengambilan data
menggunakan metode wawancara semi terstruktur dengan memberikan beberapa
pertanyaan terbuka agar dapat lebih mengungkapkan pengalaman proses regulasi
diri subjek yang menderita stroke iskemik. Analisis data diawali dengan
mentranskripkan data lisan maupun rekaman elektronik dalam bentuk teks atau
dokumen. Dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif (AIK) teks tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dikelompokkan dalam beberapa kategori untuk mendapatkan deskripsi yang padat
dan kaya tentang fenomena yang diteliti (Supratiknya, 2015)
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengalaman proses regulasi diri terkait dengan
forethought, performance/volitional control, dan self-reflection pada pekerja usia
dewasa madya (45-60 tahun) yang menderita stroke iskemik. Pengambilan
partisipan pada dewasa madya didasarkan dari proporsi penderita stroke iskemik
paling banyak diumur dewasa madya dan umur yang masih produktif untuk bekerja.
Secara keseluruhan pengalaman regulasi diri didefinisikan sebagai suatu peristiwa
pengendalian diri yang dialami, dipikirkan, dan dirasakan langsung oleh individu
yang menderita stroke iskemik. Disisi lain pengalaman regulasi diri menunjukkan
bagaimana narasumber melakukan perubahan perilaku agar sesuai dengan aturan,
menolak atau mengubah respon agar dapat sesuai dengan tujuan. Regulasi diri akan
diungkap proses dan komponen yang membentuknya.
Menurut Zimmerman, dalam (Schunk & Zimmerman, 1998) regulasi diri
atau self-regulation mencakup tiga proses yang, yaitu (a) Forethought atau fase
pemikiran awal yang mengacu pada proses yang berpengaruh dan keyakinan yang
mendahului upaya untuk belajar dan mengatur tahapan untuk proses pembelajaran.
(b) Performance/volitional control melibatkan proses yang terjadi selama upaya
pembelajaran dan mempengaruhi konsentrasi dan performansi. (c) Self-reflection
melibatkan proses yang terjadi setelah upaya belajar dan mempengaruhi reaksi
individu terhadap pengalaman itu. Refleksi diri ini, pada gilirannya, mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pemikiran tentang upaya pembelajaran selanjutnya, sehingga melengkapi siklus
regulasi diri.
C.Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 3 individu dengan kriteria berada
dalam tahap perkembangan dewasa madya (usia 45-60 tahun) yang bekerja dan
mengalami stroke iskemik. Selanjutnya, diutamakan subjek yang berdomisili di
Yogyakarta. Pengambilan partisipan ini dilakukan melalui individu yang dikenal
oleh peneliti, yang merupakan orangtua dari teman peneliti dan teman dari orangtua
peneliti. Pengambilan partisipan didasarkan pada kriteria individu yang sudah
didiagnosis penyakit stroke iskemik melalui data rekam medis dan significant
others dari individu yang bersangkutan.
Penelitian kualitatif ini mengambil partisipan secara purposeful atau dengan
tujuan tertentu, yaitu secara sengaja dipilih partisipan tertentu yang dipandang
mampu memberikan data yang paling kaya informasi. Selain itu, pengambilan
partisipan selalu criterion-based atau berdasarkan kriteria tertentu, tergantung dari
pertanyaan penelitiannya. Peneliti tidak membatasi jumlah partisipan yang akan
terlibat karena data akan dikumpulkan sampai titik redundasi, yaitu hingga kondisi
dimana tidak akan diperoleh informasi baru lagi dengan menambah data. Artinya,
bagaimana partisipan diperoleh serta kualitas, panjang dan kedalaman data
wawancara, dan tersedianya evidensi yang beragam jauh lebih penting daripada
seberapa besarnya partisipan (Supratiknya, 2018). Peneliti harus fleksibel dan
partisipan bisa berubah selama penelitian (Creswell, 2007). Namun sebagai langkah
awal peneliti menentukan tiga partisipan agar menjaga kredibilitas data yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dihasilkan. Identitas mengenai partisipan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Identitas Partisipan
Jumlah narasumber terdiri dari 3 partisipan yang terdiri dari partisipan Pak
Y yang berjenis kelamin laki-laki. Partisipan 1 (Pak Y) sudah menikah dan
mempunyai 3 orang anak laki-laki. Partisipan 2 (Pak B) berjenis kelamin laki-laki
sudah menikah dan mempunyai 2 anak laki-laki. Untuk yang terakhir partisipan 3
(Ibu E) sudah menikah dan mempunyai 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
D.Peran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen kunci yaitu
peneliti turun sendiri ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data, memeriksa
dokumen, dan mewawancarai partisipan (Supratiknya, 2015). Wawancara
dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai topik yang dibahas
sehingga peneliti bisa menginterpretasikan sebuah fenomen yang menjadi topik
yang diangkat (Alshenqeeti, 2014, dalam Supratiknya, 2019).
Wawancara dilakukan secara perorangan dengan pertanyaan semi
terstruktur. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang peneliti kenal
namun tidak memiliki kedekatan khusus atau emosional dengan peneliti. Tempat
Nama Umur Pekerjaan
Pak Y 59 Tahun PNS
Pak B 59Tahun PNS
Ibu E 49 Tahun Karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
berlangsungnya wawancara ditentukan oleh kesepakatan peneliti dan partisipan
demi kenyamanan saat pelaksanaan wawancara.
E.Prosedur Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Dalam
penerapannya, peneliti memiliki beberapa pertanyaan kunci yang berguna untuk
membatasi wilayah makna yang harus dieksplorasi. Pertanyaan tersebut berupa
pertanyaan terbuka untuk memancing pandangan dan pendapat para partisipan.
Beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara
adalah mebuat protokol wawancara. Protokol wawancara didasarkan pada
pertanyaan penelitian serta landasan teori yang digunakan oleh peneliti sehingga
jawaban-jawaban dari partisipan diharapkan sesuai dengan aspek-aspek yang ingin
digali. Sebelum dilakukannya proses wawancara, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh peneliti agar proses pengambilan data mampu terlaksana dengan
baik. Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mencari partisipan sesuai dengan karakteristik yang telah
ditentukan.
2. Peneliti akan membangun rapport dengan partisipan, peneliti akan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan
memastikan kembali kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
3. Sebelum dimulainya proses wawancara, peneliti menjelaskan terlebih
dahulu garis besar dari penelitian yang sedang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4. Peneliti meminta persetujuan partisipan secara lisan dan tertulis dengan cara
menandatangani informed consent yang berisi garis besar tujuan
dilaksanakannya proses wawancara. Hal ini bertujuan untuk dapat
melindungi hak-hak dan kesejahteraan partisipan yang sudah merelakan diri
berkontribusi dalam penelitian ini (Grady, 2017, dalam Supratiknya, 2018).
5. Peneliti menyiapkan panduan wawancara, pertanyaan pembuka, pertanyaan
komponen regulasi diri, pertanyaan probing serta beberapa alat untuk
mendukung proses wawancara seperti kertas dan alat tulis.
6. Melaksanakan wawancara sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan
oleh peneliti dan partisipan. Dalam psoses wawancara, peneliti
menggunakan alat perekam suara (digital recorder) sebagai alat bantuan.
7. Setelah data terkumpul dan proses wawancara selesai, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena telah bersedia
meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian peneliti.
8. Melakukan debrief (diskusi antara peneliti dengan partisipan) berkaitan
dengan pengalaman partisipan setelah menjalani proses wawancara. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang mungkin timbul setelah
partisipan menjalani proses wawancara, sehingga partisipan mampu
meninggalkan tempat wawancara dengan perasaan lega dan tidak sia-sia
(Supratiknya, 2020). Setelah data terkumpul, peneliti melakukan transkrip
dari hasil rekaman ke dalam bentuk dokumen.
9. Terakhir, data yang sudah terkumpul tersebut akan peneliti proses dengan
membuat verbatim dari hasil perekaman saat wawancara dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berikut tabel protokol wawancara yang akan digunakan ketika pengambilan data:
Tabel 2
Protokol Wawancara
Pertanyaan pembuka:
1. Sejak kapan Anda menderita stroke iskemik?
2. Kira-kira apa penyebab anda mengalami stroke?
3. Pengobatan apa saja yang sudah anda jalani selama mengalami stroke?
4. Apakah ada perubahan yang terjadi di hidup anda setelah anda
mengalami stroke? Perubahan dari segi apa saja?
Pertanyaan umum terkait komponen proses regulasi diri:
1. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan kondisi anda yang sekarang?
2. Ceritakan bagaimana Anda bisa memahami bahwa Anda sakit stroke
dan memikirkan apa yang akan anda lakukan selanjutnya untuk menjadi
lebih baik didalam pekerjaan Anda. (fase forethought)
3. Ceritakan bagaimana proses untuk membentuk diri Anda ke arah yang
lebih baik didaam pekerjaan Anda. (fase performance/volitional
control)
4. Ceritakan bagaimana Anda melakukan evaluasi diri untuk setiap proses
pekerjaan yang Anda lakukan. (fase self-reflection)
5. Ceritakan hal-hal yang Anda dapatkan setelah melakukan pengelolaan
diri.
No. Pertanyaan
No. Pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pertanyaan Probes
1. Apakah Anda mendorong diri anda untuk menetapkan tujuan yang lebih
baik? (goal setting)
2. Bagaimana anda merencanakan langkah-langkah untuk meningkatkan
diri Anda setelah menderita stroke (strategic planning)
3. Apakah Anda mempunyai keyakinan pribadi tentang memiliki
memiliki sarana belajar yang Anda lakukan efektif? (self-efficacy)
4. Apakah Anda mengetahui konsekuensi atau hasil yang diberikan dari
proses mengubah diri kearah yang lebih baik? (outcome expectations)
6. Dengan adanya konsekuensi atau hasil yang diberikan dari proses
mengubah diri kearah yang lebih baik dapat lebih memotivasi Anda?
(intristic interest/value)
7. Dengan adanya hal-hal positif yang didapatkan dari proses ini apakah
Anda menjadi lebih berorientasi pada tujuan Anda? (goal orientation)
8. Apa Anda mengetahui cara-cara dalam proses membentuk diri Anda
ke arah yang lebih baik? (self-instruction)
9. Apa Anda membayangkan seperti apa proses dalam membentuk diri
Anda ke arah yang lebih baik seperti apa? (imagery)
10. Apa Anda memusatkan perhatian/konsentrasi dalam proses yang Anda
lakukan? (attention focusing)
11. Apa Anda melakukan strategi tertentu dalam mejalankan proses untuk
memperbaiki diri Anda? (task strategies)
No. Pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
12. Apa Anda melakukan pengamatan diri ketika berproses? (self-
recording)
13. Apa Anda berusaha memahami munculnya peyebab tindakan-tindakan
yang menghambat proses Anda? (self-experimentation)
14. Apa Anda melakukan penilaian diri untuk setiap proses yang telah
anda lakukan? (self-judgement)
15. Apa Anda berusaha mengaitkan hal-hal yang buruk atau hasil yang
kurang disebabkan oleh upaya Anda dalam berproses? (causal
attribution)
16. Apa Anda melihat kepuasan dan ketidakpuasan kinerja Anda? (self-
satisfaction)
17. Apa Anda mencoba untuk melakukan bentuk pengaturan diri yang
baru? (adaptive-defensive)
F.Analisis dan Interpretasi Wawancara
Penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif, yaitu metode
penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks melalui
proses klasifikasi sistematik berupa coding atau pengodean dan
pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam
Supratiknya 2015). Dalam penelitian ini data teks berupa rekaman elektronik
yang kemudian diubah dengan cara ditranskripkan menjadi teks tulis atau
dokumen. Tujuan akhir dari AIK adalah mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman berupa konsep-konsep atau kategori-kategori tentang fenomena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
yang sedang diteliti (Hseih & Shannon, 2005; Elo & Kyngas, 2008, dalam
Supratiknya, 2015).
Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif.
Pendekatan deduktif mencoba menguji ulang penelitian-penelitian yang
telah ada dalam konteks atau fenomena yang baru (Supratiknya, 2015).
Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisi data diantaranya adalah
sebagai berikut: (1) menyusun sebuah matriks kategorisasi, kemudian; (2)
melakukan pengodean atau coding. Ketika akan melakukan coding peneliti
membaca terlebih dahulu keseluruhan trankrip wawancara. Setelah itu
peneliti langsung membubuhkan kode pada kalimat atau kata-kata yang
dipandang merepresentasikan fenomena yang diteliti. Data yang diperoleh
berupa rekaman elektronik kemudian ditranskripkan menjadi dokumen
dianalisis melalui langkah-langkah berikut :
1. Menyusun matriks kategorisasi
2. Melalukan coding atau pengodean untuk mengkategorikan semua bentuk
manifestasi dari fenomen yang dibahas dengan cara membaca keseluruhan
transkrip wawancara dan menandai setiap bagian dari teks yang
merepresentasikan fenomen yang sedang diteliti.
Kerangka analisis dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3
Matriks analisis dan indikator dari regulasi diri
Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator
1.Forethought Proses pemikiran awal
adalah proses yang
berpengaruh dan
keyakinan yang
mendahului upaya
untuk belajar dan
mengatur tahapan
untuk proses
pembelajaran.
Merupakan proses
pengetahuan sesorang
untuk mengatur dan
membimbing atau
menata peristiwa yang
akan dihadapi dan
memilih strategi yang
sesuai. Di sini ada dua
aspek yang meliputi
pemikiran awal yaitu:
1. Goal setting
2. Strategic
planning
3. Self-efficacy
4. Intristic
interest/value
5. Goal
Orientation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator
1.Task Analysis atau
analisis tugas. Bentuk
utama dari analisis
tugas melibatkan
penetapan
tujuan. Goal setting
atau penentuan tujuan.
Bentuk
kedua dari analisis
tugas adalah strategic
planning atau
perencanaan strategis.
2. Self-motivation
beliefs atau
keyakinan motivasi
diri. Proses-proses
penentuan tujuan dan
perencanaan strategis
yang mendasari
pemikiran ke depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator
2.Performance/volitional
control
adalah sejumlah
keyakinan motivasi-
diriutama: self-
efficacy, outcome
expectations,
intrinsic interest/value,
dan goal orientation
Proses yang terjadi
selama upaya
pembelajaran dan
mempengaruhi
konsentrasi dan
performansi. Dua
aspek utama dari
kinerja
1. Self-instruction
(Instruksi diri
individu.dalam
menjalankan tugas)
2. Imagery
(perumpamaan atau
pembentukan
gambar mental oleh
individu)
3. Attention focusing
(pemusatan
perhatian dan
konsentrasi
individu)
atau proses kontrol
kehendak telah
dipelajari sampai saat
ini adalah:
1.Self-control atau
kontrol diri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator
pengamatan diri.
Bentuk kontrol diri,
seperti instruksi diri,
citra, fokus perhatian,
dan strategi tugas,
membantu individu
untuk fokus pada tugas
dan mengoptimalkan
upaya mereka.
2.Self-observation.
Bentuk dari
pengamatan diri seperti
self-recording atau
pencatatan diri sendri
dan
self-experimentation
atau eksperimen diri.
4. Task strategies
(strategi tugas oleh
individu)
1. Self-recording
(teknik pengamatan
diri)
2. Self-
experimentation
(pengembangan
eksperimen diri
individu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator
3.Self-reflection Proses yang terjadi
setelah upaya belajar
dan mempengaruhi
reaksi individu
terhadap pengalaman
itu. Refleksi diri ini,
pada gilirannya,
mempengaruhi
pemikiran tentang
upaya pembelajaran
selanjutnya, sehingga
melengkapi siklus
regulasi diri. Dua
proses refleksi diri
yang terkait
1.Self-judgement
meliputi: self-
evaluation atau
evaluasi diri dan
1. Self-judgement
(penilaian diri
kinerja individu)
2. Causal attribution
(atribusi kausal
tentang hasil)
3. Self-satisfication
(kepuasan kinerja
diri)
4. Adaptive-
defensive(kesipulan
bagaimana
pendekatan regulasi
diri selama upaya
berikutnya untuk
belajar atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator
causal attribution atau
atribusi kausal.
2.Self-reaction.
Penilaian diri sendiri
yang bersifat evaluatif
dan atribusi terkait erat
dengan dua bentuk
utama reaksi diri: self-
satisfication (kepuasan
diri) dan Adaptive-
defensive (adaptif-
defensif).
melakukan
tindakan.
G. Kredibilitas Data
Untuk menguji kredibilitas data peneliti menggunakan strategi
member checking, yaitu pengecekan kembali pada partisipan. Hal ini
digunakan untuk memastikan apakah tema yang ditemukan sudah sesuai dan
akurat dengan kondisi partisipan. Selanjutnya peneliti juga menggunakan
strategi thick description, yaitu melakukan deskripsi yang mendalam dalam
memaparkan hasil dari temuan-temuan. Hasil yang dipaparkan yaitu diskusi
tema-tema dengan berbagai macam perspektif, sehingga penelitian menjadi
lebih realistik dan lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Penelitian ini menggunakan strategi untuk menguji reliabilitas atau
konsistensi data dengan cara memeriksa kembali transkrip-transkrip
rekaman wawancara untuk memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan serius
yang bisa terjadi selama proses transkrip. Selanjutnya peneliti juga
melakukan strategi berupa membandingkan data dengan kode-kode yang
berhasil dirumuskan dan membuat catatan tentnag kode-kode beserta definisi
masing-masing. Strategi lain yang juga digunakan peneliti yaitu meminta
pendapat dari peer maupun expert terkait hasil wawancara yang dimasukkan
ke dalam komponen penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A.Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data diadakan mulai dari tanggal 19 Agustus 2020 sampai
dengan 20 September 2020. Proses pengumpulan data menggunakan metode
wawancara semi terstruktur dengan menggunakan protokol wawancara yang telah
di susun di bab sebelumnya. Penelitian ini dilakukan kepada tiga pekerja yang
menderita stroke iskemik. Wawancara di lakukan di rumah masing-masing setiap
partisipan. Durasi wawancara bervariasi mulai dari 38 menit sampai dengan 72
menit. Rangkuman waktu dan tempat wawancara disajikan di tabel 4.
Tabel 4
Waktu dan lokasi pelaksanaan wawancara
No Partisipan Waktu Lokasi
1. P1 16 Agustus 2020 Rumah Partisipan
2. P2 22 Agustus 2020 Rumah Partisipan
3. P3 11 September 2020 RS Panti Rapih
B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan
Wawancara dilakukan oleh peneliti secara tatap muka. Peneliti diperantarai
oleh significant others dari partisipan untuk mengatur jadwal pertemuan. Peneliti
dan partisipan bertemu di jam yang telah disepakati. Sebelumnya ketiga calon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
partisipan telah di infokan secara ringkas terkait topik yang akan diteliti oleh
peneliti. Semua partisipan telah menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini yang dibuktikan dalam surat pernyataan kesediaan atau informed consent yang
diberikan oleh peneliti. Informed consent yang diberikan mencakup kewajiban dan
tanggung jawab peneliti dan hak informan dalam penelitian. Setelah memberikan
Informed Consent peneliti melaksanakan wawancara. Sesudah melakukan
wawancara, peneliti memberikan debrief berkaitan dengan pengalaman partisipan
setelah menjalani proses wawancara tentang regulasi diri pekerja yang menderita
stroke iskemik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang mungkin
timbul setelah partisipan menjalani proses wawancara.
Partisipan pertama, P1 adalah salah satu guru pegawai negeri sipil di
daerah kota Yogyakarta. P1 saat ini berusia 59 tahun dan telah 3 tahun menderita
penyakit stroke iskemik. P1 memiliki latar belakang pendidikan Sarjana dan
menghabiskan waktunya dari pagi hingga siang untuk bekerja. P1 juga mempunyai
kolam ikan dan biasa menghabiskan waktu di sore hari untuk berkunjung dan
memberi makan. Namun sejak menderita penyakit stroke, P1 lebih sering
menyediakan waktu untuk istirahat. P1 mempunyai pola hidup yang bisa dibilang
kurang ideal, dikarenakan kurang nya waktu istirahat untuk tidur, begadang
maupun kurangnya asupan nutrisi dan merokok. Menurut significant others dari P1,
P1 adalah orang dengan sosial yang tinggi dan selalu bertemu dengan banyak orang
atau temannya. P1 juga adalah orang yang temperamental. P1 sering marah dan
mudah tersulut emosi. Hal ini mulai membaik dan P1 sudah belajar untuk
mengendalikan emosinya, namun semenjak menderita stroke iskemik P1 kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pada habitus yang lama yaitu sering marah-marah dan tersulut emosi. Menurut
keterangan keluarga, P1 kembali menjadi pribadi yang temperamental dikarenakan
menurut keterangan medis yang didapatkan keluarga, akibat penyumbatan yang
terjadi disekitaran otak itulah yang menganggu kestabilan emosinya.
P1 mendapatkan serangan stroke pertama pada tahun 2016. Kronologis
kejadiannya adalah P1 dibawa pulang dibantu oleh temannya yang juga berada di
kolam ikan pada saat itu. Menurut keterangan, P1 terbaring lemah disebuh gubuk
dengan badan yang sangat dingin. P1 terbaring disana seorang diri dan beruntung
ada temannya yang menemukan dia, hal ini dikarenakan tempat itu juga sudah gelap
dan sudah tidak ada banyak orang berkumpul disana. Mengetahui hal temannya
langsung membawa P1 untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah, P1 langsung
tergeletak di sofa dengan keadaan seluruh badan dingin dan tidak berdaya. Pihak
keluarga lalu membawa P1 ke IGD Rumah Sakit Panti Rapih untuk mendapatkan
pertolongan. Sesampainya di Rumah Sakit P1 langsung dirawat intensif dan
didiagnosis stroke iskemik.
Pertemuan pertama dengan P1 dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2020
di rumah P1. Pertemuan awal ini bertujuan untuk membangun rapport dengan P1.
Pada pertemuan ini P1 mengungkapkan dirinya siap diwawancara dan
menceritakan pengalaman hidupnya. Wawancara pertama dilaksanakan di rumah
P1 pada pukul 08.30 wib tanggal 16 Agustus 2020. P1 menggunakan baju berwarna
biru dan celana pendel berwarna hitam. Wawancara berlangsung cukup kondusif.
Selama proses, P1 menjawab pertanyaan dengan aktif dan mendetail. P1
menunjukkan beberapa ekspresi ketika wawancara dan hanya sesekali tersenyum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Setelah wawancara berakhir, peneliti memberikan debrief untuk meminimalisir
dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh P1.
Partisipan kedua, P2 adalah salah pekerja yang bekerja di PLN
Yogyakarta. P2 menderita stroke iskemik 2 tahun lalu tepatnya pada 2018 yang
lalu. Umur P2 sekarang adalah 59 tahun. P2 memiliki latar belakang pendidikan
terakhir Sarjana. P2 mulai bekerja pada pukul 7.30 dan pulang pada jam 16.00 WIB.
Untuk keseharian nya P2 menghabiskan waktu untuk bekerja dan pada sore hari
membantu istrinya untuk berjualan angkringan di depan rumahnya. Selain itu pada
sore atau malam hari P2 juga menghabiskan waktu untuk bermain nomor togel.
Untuk keseharian dari P2 ini mempunyai pola hidup yang kurang sehat,
dikarenakan seringnya begadang, kurang makan, makan dengan banyak minyak
dan juga konsumsi rokok yang berlebih. P2 mempunyai postur tubuh yang kecil
namun berisi. Setelah didiagnosis menderita stroke iskemik, P2 menjadi kurus dan
perut yang membesar. Keadaan ini terjadi karena adanya komplikasi penyakit lain
yang diderita oleh P2 setelah didiagnosis stroke iskemik. Penyakit komplikasi yang
diderita ieh P2 meliputi penyakit jantung, liver, hernia, kolestrol dan diabetes.
Keadaan ini membuat P2 menjadi lemah dan harus diawasi oleh significant others
untuk menjalani keseharian aktivitas setiap hari. P2 mempunyai keadaan kaki yang
sudah menghitam dan besar, sehingga P2 cukup kesusahan untuk berjalan, sehingga
P2 harus dibantu untuk berjalan. Keadaan memburuk ini mulai terjadi diawal 2020
dan membuat P2 menjadi lemah dan harus banyak beristirahat. Hal ini lah yang
membuat significant other melakukan pengajuan pensiun lebih awal dibulan
Oktober 2020. Namun, dengan kondisi ini, terutama keadaan pandemic covid-19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
membuat P2 mempunyai banyak waktu isitrahat dirumah.
P2 mendapatkan serangan stroke pada tahun 2018 yang lalu. Kronologis
kejadian yang dialami oleh P2 adalah pada saat P2 sedang bekerja, pada pagi
menjelang siang hari, P2 merasa tidak enak badan dan lemas. Dari keadaan ini P2
memutuskan untuk ijin dari kantor dan segera pulang ke rumah. Sesampainya
dirumah pada siang hari sekitar pukul 1 siang P2 segera berbaring di kasur. Pada
saat itu istri P2 menanyakan kondisi dari P2 dan melihat bahwa keadaan ini sangat
jarang terjadi dan melihat terbaring lemas dan badan yang sangat panas, sehingga
membuat istri dan anaknya memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit Panti
Rapih Yogyakarta. Setelah dibawa ke rumah sakit dan dirawat disana P2 ternyata
mendapat serangan stroke dan terjadi komplikasi.
Pertemuan pertama dengan P2 dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2020
di rumah P2. Pertemuan awal ini bertujuan untuk membangun rapport dengan P2.
Pada pertemuan ini P2 mengungkapkan dirinya siap diwawancara dan
menceritakan pengalaman hidupnya. Wawancara pertama dilaksanakan di rumah
P2 pada pukul 11.00 wib tanggal 22 Agustus 2020. P2 tidak menggunakan baju dan
hanya menggunakan sarung dikarenakan keadaan yang cukup panas dan gerah.
Wawancara berlangsung cukup kondusif. Selama proses, P2 menjawab pertanyaan
dengan aktif dan mendetail. P2 tidak menunjukkan beberapa ekspresi ketika
wawancara dan lebih sering melihat ke bawah dan sesekali menghela napas yang
panjang. Setelah wawancara berakhir, peneliti memberikan debrief untuk
meminimalisir dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh P2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Partisipan ketiga, P3 adalah salah pekerja yang bekerja di bagian
laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. P3 menderita stroke iskemik
tahun lalu tepatnya pada bulan Oktober 2019 yang lalu. Umur P3 sekarang adalah
49 tahun. P3 memiliki latar belakang pendidikan terakhir Sarjana. P3 mulai bekerja
pada pukul 7.00 WIB dan pulang pada pukul 14.00 WIB untuk shift pagi sedangkan
untuk shift siang, P3 masuk pada pukul 14.00 WIB dan selesai pada pukul 21.00
WIB. Untuk keseharian nya P3 menghabiskan waktu untuk bekerja dan pada sore
hari pulang kerumah dan membereskan rumah dan biasa dibantu oleh anak-
anaknya. P3 mempunyai pola makan yang kurang baik seperti suka dan sering
makan yang berminyak setiap hari, makan yang serba memicu kolestrol. Meskipun
P3 tau dampak buruk akan pola makannya, namun terkadang P3 tetap melakukan
rutinitasnya. Selain itu P3 bercerita bahwa dirinya adalah orang yang mudah
terbawa perasaaan dan banyak berpikir (overthinking). P3 menjelaskan bahwa
dengan banyaknya berpikir dan terlalu membawa perasaan sikap dan tanggapan
dari orang-orang sekitar yang membuat P3 mudah overthinking dan menyebabkan
stress yang berkepanjangan. Selain itu P3 juga mempunyai riwayat darah tinggi.
Terkadang ketika banyak stress P3 merasakan bahwa itu memicu hipertensinya.
P3 mendapatkan serangan stroke pada tahun 2019 yang lalu. Kronologis
kejadian yang dialami oleh P3 adalah pada saat P3 pulang dari bekerja shift pagi,
pada sore hari dirumah P3, P3 merasa lemas dan badan panas yang tinggi. Melihat
keadaan ini anak dan suami dari P3 cemas dan membujuk P3 untuk pergi kerumah
sakit. Pada saat pertama diajak, P3 menolak dan merasa bahwa dia hanya kelelahan
bekerja. Suami dan anak P3 membawa P3 ke kamar untuk bebaring dan istirahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Setelah 1 jam, anak P3 melihat kondisi ibunya yang semakin panas disekujur
tubuhnya dan keadaan yang sangat lemas. Anak dan suami P3 memutuskan segera
membawa P3 ke Rumah Sakit Panti Rapih. Saat itu pada pukul sekitar 7 malam, P3
sampai di Rumah Sakit dan dibawa ke UGD. P3 langsung ditangani oleh perawat
dan dokter. Setelah beberapa saat, diberitahukan bahwa P3 mendapatkan serangan
stroke dan langsung opname. P3 dirawat di Rumah Sakit selama 9 hari dan istirahat
di rumah selama 10 hari.
Pertemuan pertama dengan P3 dilaksanakan pada tanggal 8 September 2020
di rumah P3. Pertemuan awal ini bertujuan untuk membangun rapport dengan P3.
Pada pertemuan ini P3 mengungkapkan dirinya siap diwawancara dan
menceritakan pengalaman hidupnya. Wawancara pertama dilaksanakan di ruang
staff Laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih pada pukul 14.33 wib tanggal 11
September 2020. P3 mengenakan seragam batik dinas dengan corak batik berwarna
biru dan menggunakan rok biru tua. Wawancara berlangsung cukup kondusif
namun beberapa kali terganggu dengan angin ventilasi dan angin dari jendela yang
dekat dengan taman. Selama proses, P3 menjawab pertanyaan dengan aktif dan
mendetail. Sesekali P3 mengungkapkan tentang personal hidupnya. P3
menunjukkan beberapa ekspresi ketika wawancara dan memperhatikan pertanyaan
dari peneliti. Setelah wawancara berakhir, peneliti memberikan debrief untuk
meminimalisir dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh P3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
C.Hasil Penelitian
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan berusaha
mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita
stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-
reflection. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dianalisa menggunakan teknik
analisis isi kualitatif dengan pendekatan deduktif terarah.
1.Pengalaman Proses Regulasi Diri pada Pekerja yang Menderita Stroke
Iskemik
Pekerja yang menderita stroke iskemik mengalami gangguan fungsional dan
perubahan kontrol emosi serta perilaku. Pekerja yang mengalami stroke sulit
melakukan dinamika di lingkungan sekitar dan tempat kerja seperti biasanya
sehingga pekerja yang mengalami stroke iskemik harus dapat melakukan regulasi
diri yang dapat mendorongnya berdinamika lagi dengan kehidupan sehari-hari dan
lingkungan kerjanya. Regulasi dalam penelitian meliputi forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection.
Pengalaman Proses Regulasi Diri Forethought
Pada pengalaman proses regulasi diri forethought, peneliti menemukan
bahwa ketiga partisipan mengalami proses regulasi diri forethought. Hal ini
tampak dari partisipan yang mengungkapkan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
P1: “Saya menjaga diri se, dalam hal semua kegiatan saya, saya batasi.
Dalam pekerjaan pun saya juga membatasi diri dan sangat berubah tidak
seperti yang dulu, baik itu di rumah maupun di kantor. Ehem.”
P2: “Ya selama stroke kita banyak istirahat ya yang jelas itu. Jadi aktivitas
banyak yang dikurangi. Tapi tetep menjaga diri, makanan juga dijaga
kedua itu resiko tinggi. Anggep aja mati separo atau stroke berat.”
P3: “Oh iya, hati hati, lebih hati-hati. Ya makan juga harus dijaga, gak anu
apa ck pokoknya gak seperti biasanya apalagi kan nek seusia saya harus
yang udah pernah itu lo. Waktu muda sudah pernah makan anu apa waktu
kurban itu, biasanya makan apa haha. Ya di soto dibuat apa, kambing
dibuat tongseng gitu. Apa-apa kadang semua dimakan gitu lo, nah ini kan
harus bisa memilih yang harus saya kurangi yang harus saya hindari tuh
apa. Jadi tahu diri gitu. Jadi bisa....”
“Nah nah nah beradaptasi yang jangan sampe nanti terulang kembali
seperti itu. Kan kaya gitu kan harus dari anu dari diri kita sendiri to,
walaupun orang lain memberitahu harus gini harus gini, kalo kita gak
melaksanakan ya sama aja.”
Peneliti juga menemukan goal setting atau penentuan tujuan yang
merupakan bentuk dari proses forethought aspek task analysis.
P1: “Ya untuk mendorong kehidupan yang lebih baik jelas, itu ada.
Merubah sikap, merubah langkah hidup jelas. Kenapa saya mempunyai
suatu gambaran cita-cita supaya di kehidupan ini tidak mengecewakan
semuanya, lebih-lebih dalam kehidupan keluarga, saya tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mengecewakan untuk semua anggota keluarga saya dalam kehidupan ini.
Yang saya inginkan semuanya sukses bersama berjalan bersama dengan
baik dan semuanya sampai pada tujuan akhir yang diinginkan masing-
masing anggota keluarga, itu yang menjadi semangat dalam hidup kami.”
P2: “Ya tujuannya tetep kita kembali lagi ke sehat yang normal ya. Tujuan
utamanya kita tuh kembali ke sehat yang normal. Tapi yang Namanya
stroke itu sulit, karena kita harus sabar, sesuai dengan anjuran-anjuran
tadi itu kita harus sabar. Karena itu memang sulit, kalau orang yang sudah
kena stroke, itu kalau kita gak sabar itu malah menambah berat. Makanya
kita harus sabar, melakukan aktivitas biasa, olahraga juga biasa saja, gak
usah yang berat-berat, sehingga badan kita tetep seger dan kemungkinan
besar akan pulih kembali.”
P3: “Iya, iya. Ya itu sama keluarga ya itu ada istilahe memberitahu gitu lo.
Supaya jangan, istilahnya jangan dengan sengaja membikin apa ya,
membuat emosi haha. Nanti disuruh begitu terus mau itu, kalo gak mau itu
ada rasanya gitu lo istilahnya. Terus gak mua gitu jadi ngasih pengertian
nah, istilahe kita harus ngasih pengertian pada anu yang ada di rumah kan
gitu. Nek nek di kantor kan udah, ya emang ada yang mau tahu ada yang
terserah gitu kan ada. Ya kita harus nganu gak gebyah gebyah uyah
menyamakan to tiap pribadi kan beda-beda to. Ho’o kalo di kantor kan
beda-beda.”
Selanjutnya peneliti menemukan bentuk kedua dari analisis tugas yaitu
strategic planning atau perencanaan strategis pada partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
P1 : “Ya, langkah-langkah saya, satu, pertama kali saya harus juga
menyadari diri saya. Saya siapa dan saya siapa itu saya sadari. Yang kedua,
setelah saya menyadari itu apa yang saya lakukan maka saya perlu tahap
demi tahap. Tidak bisa yang saya lakukan bersama-sama, maka saya punya
keinginan untuk tahap demi tahap, bukan semuanya kita lakukan dan bisa
berhasil tidak. Tapi yang menjadi em apa, kehidupan saya menjadi
berkembang dengan baik ini adalah saya menyadari bener bahwa
semuanya itu akan tercapai apabila kita berusaha, kita menyadari, dan kita
mau hidup dalam kebersamaan, itu.”
P2 : “Ya kalau kita lihat kondisinya ya. Yang namanya orang stroke itu
tidak, jangka pendek, artinya penyakit itu tidak di wak, dibatasi dengan
waktu, sebulan dua bulan sembuh hehe sebulan dua bulan sembuh itu gak
bisa. Yang penting kita me, mengaktivitas diri, untuk bisa sehat kembali
seperti semula, itu aja.”
P3 : “Oya menjaga nganu apa bisa, bisa mengatur diri sendiri to biasanya.
Mencegah biar gak terulang kembali to. Jadi kita harus pandai-pandai
mengatur em kondisi. Umpamane kondisi kita capek ya udah gak usah
diteruskan gitu lo. Kalo em apa, pokoknya merasa gak enak itu apane mau
sakit tu yo jangan terus diterjang gitu. Heem jadi jangan memaksakan anu
kehendak.”
P3 : “Iya, maunya rumahnya bersih haha. Tiap hari gini harus gini ya tidak
mengharuskan gitu lo istilahnya iya. Tidak mengharuskan tapi yo tetep anu,
yo tetep apa ya, em, tetep jalan terus gitu lo mas. Tidak mengharuskan tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
tetep jalan terus apa yang sudah ada baik tu ya udah dikerjakan biasa gitu
lo. Contohnya kalo di rumah pas ama, masak yo jatahe masak yo masak
gitu lo. Trus jangan sampe terus dengan anu udah punya sakit terus gak
masak, terus hanya beli gitu kan ya juga anu to, juga hubungannya dengan
ekonomi juga to kan. Ya tambah hem tambah nganu kan, beda lagi to nanti
hahaha. Kalo sudah gak mau apa-apa gitu kan cuma taunya dicepakke gitu
kan gak mungkin to, walaupun mungkin kita punya sakit tapi tetep harus
anu..”
Peneliti menemukan self-efficacy dari self-motivation beliefs atau
keyakinan motivasi diri. Self-efficacy mengacu pada keyakinan pribadi tentang
memiliki sarana untuk belajar atau cara melakukan secara efektif.
P1 : “Ya emang selama ini yang saya lakukan seperti itu, saya merasa itu
em, lebih mudah dan semuanya itu saya rasakan ada perkembangan yang
baik. Tetapi apabila nanti kami menemukan cara-cara yang lebih lagi kami
juga akan lakukan, dan saya akan menyadari betul. Saya akan membuat
hati saya sendiri tuh lebih senang ya, dalam artian kita lakukan dalam
kehidupan susah, yang kita rasakan dalam hati itu. Kita akan membuang
jauh-jauh itu tapi yang kita rasakan bagaimana cara kita sekarang untuk
coba untuk bisa em, menerima keadaan yang menyakitkan seperti ini dalam
kehidupan hari demi hari kita akan hidup lebih baik lagi.”
P3: “Oh, oh iya ada, ya bisa.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
P3: “Iya, mungkin dari itu ya tetep itu seadanya kayak apa pengen tahu apa
gitu kan bisa buka to. Kan sekarang sudah dipermudah to. Kan gak tau jadi
tahu cari di mbah google hahaha.”
Peneliti menemukan bahwasannya partisipan melakukan yang terbaik untuk
keyakinan diri bahwa yang dilakukan sudah semampunya dan melihat kondisi atau
keterbatasan-keterbatasan yang ada.
P2: “Kalau secara efektif ya tidak juga ya. Karena yang punya rutinitas itu
kan kita melakukan tiap hari ya dan semua orang bisa melakukan itu
walaupun tidak sakit. Jadi tapi kita punya kemampuan atau keyakinan
bahwa kegiatan kita itu akan lebih baik untuk menjaga kesehatan kita. Atau
paling enggak kita mengurangi resiko stroke yang lebih berat lagi.”
Peneliti juga mendapatkan bahwa para partisipan mengetahui dan
menyadari outcome expectations. Ekspektasi hasil merujuk pada keyakinan tentang
tujuan akhir kinerja.
P1: “Ya saya tahu apa yang saya rubah itu pasti akan em, mempunyai hasil
yang positif dan hasil yang megatif. Yang positif kita lebih baik lagi, yang
negatif adalah mengurangi em, kebebasan saya dan merasa saya terbatasi
atau dibatasi oleh em, langkah-langkah yang saya lakukan tadi. Jadi tidak
sebebas kalau kita tidak mempunyai batasan-batasan itu.”
P2: “Kalau konsekuensinya ya kita harus ya secara medis mungkin kita
tidak tahu ya, kalo secara medis tidak tahu. Tapi kalo dari seberfungsinya
orang sehat itu pasti bera, berawal dari aktivitas-aktivitas sendiri. Dari
olahraga, dari makan yang bergizi, tidur, istirahat yang cukup, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
memikirkan yang lebih berat, atau paling tidak kita mengurangi pikiran-
pikiran yang, yang menyebabkan kita sakit.”
P2: “Kemungkinan besar iya, kemungkinan besar iya. Karena entar kan
kalo secara medis kan dokter yang tahu, bukan kita yang tahu. Tapi untuk
melakukan di luar itu kita yang tahu. Jadi, frekuensi kegiatan kita itu kita
yang ngatur sendiri. Kalo mungkin dokter, kamu harus makan ini makan ini
makan itu, ini dikurangin ini dikurangi tapi kalo itu tidak mengurangi
penyakit kita ya kita gak papa lakukan aja sesuai dengan kebutuhan kita.
Kalo kita butuh makan ya makan aja makan. Jadi kita yakin kalo makanan
itu tidak mengganggu Kesehatan kita. Justru ada yang orang bilang kita
makan sate kambing misalkan, bisa menambah struk, ternyata ya tidak
juga. Karena yang paling utama itu ya pemikiran kita. Pola pikir kita yang
baik.”
P3:” Iya iya bisa, biasanya anak-anak itu yang malah kadang, mbok udah
gak usah hahaha.”
P3: “Nah iya.”
Selanjutnya peneliti menemukan bahwa para partisipan memperoleh
intrinsic interest/value. Pencapaian proses memberikan rasa motivasi intrinsik atau
penilaian yang dapat melengkapi dan bahkan melampaui hasil ekstrinsik.
P1: “Ya untuk memotivasi itu adalah salah satu wujud bahwa kita akan
semakin hari semakin berkembang, semakin hari semakin baik, maka
motivasi saya adalah hidup semakin baik dan hidup dalam berkeluarga
semakin terbuka, hidup dalam keluarga semakin mempunyai sinar dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kehidupan. Yang berarti semuanya bisa menyinari dalam kehidupan maka
semuanya akan senang, akan sampai pada tujuan yang diinginkan oleh
anggota keluarga itu. Menjadi kekuatan yang baik bagi kehidupan saya.”
P2: “Ya harus to. Harus jadi motivasi, karena kalau tidak kita akan lemah.
Kalau lemah kita akan malas. Kalau malas kita tidak punya aktivitas apa-
apa, itu aja.”
P3: “Heem ya.”
(Pada partisipan 3 menunjukkan eskpresi dan jawaban yang flat dan
menyatakan bentuk ekspresif bahwa partisipan menunmbuhkan motivasi
dari proses yang dialami.)
Peneliti melihat bahwa para partisipan juga mempunyai goal orientation
atau orientasi tujuan. Dengan adanya goal orientation ini mempertahankan
motivasi dan meningkatkan akuisisi dan kinerja.
P1: “Ya saya dari hari, em, langkah-langkah yang saya lakukan itu saya
memusatkan dalam kehidupan saya yang utama, yaitu saya ingin
menyukseskan semua anggota keluarga yaitu seperti anak-anak bisa
sekolah, itu adalah bekal yang mereka punyai dan itu adalah hasil daripada
dorongan-dorongan keluarga kami, maka saya pun juga merasa ada suatu
perubahan positif dan mempunyai rasa suatu kebanggaan dalam hidup
saya. Dan ini benar-benar saya rasakan ada suatu perubahan dari anak-
anak saya, maka saya ada suatu dorongan hidup semakin lebih baik, dan
semakin lebih hidup dalam kehidupan di keluarga ini, itu yang saya
laksanakan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
P2: “Ya kalau orientasinya jelas ya, kita menuju hidup yang sehat. Yang
penting itu hidup yang sehat, yang kedua itu mungkin akan menambah
kekuatan kita untuk lebih baik. Artinya tidak serangi, tidak terserang stroke
yang kedua kalinya, itu. Dan tujuan kita juga hidup yang sehat.”
P3: “Tujuannya ya selanjutnya ya apa ya istilahe damai, tenang hahaha.
Ya pokoknya bisa, bisa tercukupi gitu lo, bisa cukup gitu lo. Gak usah,
syukur-syukur bisa hahaha. Bisa bantu orang lain gitu lo. La wong kadang
kita bisa bantu orang lain dari ketidakmampuan kita, kekurangan kita, pada
anu bantu saudara yang istilahnya em punya ponakan tuh sambat apa
istilahnya kara covid pandemi ini kan ponakan saya tuh orangtuanya kan
yang satu PHK. Kadang minta itu dikirimi, minta pulsa gitu hahaha. Jadi
apa ya..”
Pengalaman Proses Regulasi Diri Performance/volitional control
Peneliti menemukan bahwa para partisipan melakukan proses untuk
melakukan pengelolaan diri dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
mereka. Pada pengalaman proses regulasi diri performance/volitional control, yang
merupakan proses yang terjadi selama upaya pembelajaran dan mempengaruhi
konsentrasi dan performansi individu.
P1:” Em, kami membagi diri dan akan kami pilah-pilah atau saya pilih-
pilih, mana yang harus saya kerjakan dan mana yang tidak, itu kami sudah
mempunyai, em, pandangan. Kalau dulu kami tidak memikirkan pekerjaan,
semuanya saya lakukan, saya membatasi apabila kami sudah merasa capek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
ya kami berhenti, beristirahat dan lain sebagainya. Itu yang kami lakukan,
langkah yang saya ambil selama ini.”
P2: “Kalau pekerjaan rutin biasa. Rutin biasa kita lakukan, sesuai dengan
aturan perusahaan. Karena perusahaan mungkin juga menyadari kalau
kita baru sakit. Jadi mungkin pekerjaan itu dikurangi semaksimal mungkin
secara fisik maupun pikiran.”
P3: “Gak bisa langsung anu nanti kan yo bertahap istilahnya apa ya, gak
bisa langsung anu apa ya cepet gitu gak bisa, pelan-pelan ya.
Beradaptasinya pelan-pelan, bertahap ehe. Ya kalo sakit kan (brek) cepet
ya, kalo mau sembuh kan emang harus..”
Pada Self-control atau kontrol diri bentuk Self-instruction atau intruksi diri
melibatkan penjelasan secara terbuka atau terselubung bagaimana seseorang
menjalankan tugas. Peneliti menemukan bahwa para partisipan mengetahui dan
melakukan instruksi diri.
P1 : “Ya saya tahu cara-cara membentuk proses yang lebih baik, ya
terjaganya suatu sistem, sistem itu adalah cara yang saya lakukan untuk
dapat berkomunikasi bersama dan keterbukaan, tapi tidak terlewatkan
adanya harga menghargai atau yang saya rasakan adalh untuk saling
menghormati. Itu akan menjadikan suatu kebanggan tersendiri bagi pribadi
saya, saya melihat rasakan senang sekali apabila itu terwujud, suatu
perubahan yang luar biasa bagi saya, itu.”
P2 : “Ya kita anu, apa itu, ck, ya namanya orang sakit ya, orang sakit itu
kan tidak bisa seratus persen beraktivitas, tapi kita bisa mengevaluasi, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
bisa mengetahui, kalau kita aktivitas itu ya sebatas kemampuan kita.
Artinya kalau kita jalam-jalan ya tidak terlalu jauh, kalau senam ya tidak
terlalu lama, gerakannya juga ya tidak terlalu berat, itu aja.”
P3: “Oh sebenernya kalo menghindar itu kan juga, kalo saya kalo malah
menghindar tuh kadang gak bisa e. Kadang malah harus, pengen nganu,
pengen membantu tuh lo. Nek menghindar malah gak bisa, tapi sebatas
nganu lo kalo masih ada hubungannya dengan saya gak masalah mas. Tapi
kalo sudah gak ada hubungan ya ngapain kita memba, nganu nanti malah
tambah, tambah apa ya pikiran nanti, menambahi pikiran kita. Jadi kalo
sesuai dengan ada hubungannya, maksudnya gitu gak papa kita terus
jangan menghindar, malah apa ya istilahnya bertemu gitu lo. Misalnya, opo
kan gak boleh kalo ada masalah apa masalah keluarga terus menghindar
kan gak boleh.”
Peneliti menemukan bentuk imagey (Perumpamaan atau pembentukan
gambar mental) adalah teknik kontrol diri lain yang banyak digunakan untuk
membantu penyandian dan kinerja pada para partisipan.
P1: “Iya, proses dalam membentuk diri saya itu satu, tidak dikecewakan.
Karena orang yang dikecewakan itu akan lama sekali untuk bisa
menghilangkan atau terobati, karena banyak hal yang harus dilakukan,
atau langkah-langkah, proses-proses itu lama, itu. Yang kedua, dalam
membentuk diri saya itu, saya juga ingin menerima, mendambakan suatu
perhatian, dari seluruh unsur. Baik itu anak, istri, orang lain, teman, dan
lain sebagainya. Itu ada perhatian, itu sangat saya dambakan, itu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menjadikan positif, saya akan semakin baik dan itu pasti akan merubah
segala-galanya dalam kehidupan kami, untuk kemajuan yang lebih baik.
Tidak hanya sekedar pribadi, tapi orang lain juga dan kebersamaan, itu
yang saya rasakan, ehem, ehem. Itu langkah-langkah yang saya lakukan,
langkah-langkah yang harus saya jalani.”
P1: “Ya, bayangan yang saya lakukan itu sungguh indah, sungguh baik
dan sangat kami temukan hari demi hari saya akan menemukan hal yang
seperti itu. Bukan em, yang saya terima suatu kekecewaan, itu sungguh
jauh daripada pemikiran saya yang, menjadi pemikiran saya begitu
semuanya akan saya dapatkan, apabila semuanya itu mengerti keadaan
saya. Saya tidak bisa bebas, tapi saya harus mengendalikan diri dan saya
tahap bertahap itu juga akan berubah. Tidak bisa kebiasaan itu dirubah
dengan begitu saja, tapi juga ada proses dalam perubahan saya itu,
sekarang haru begini, sekarang begitu ya, tidak. Proses perjalanan yang
orang lain belum tentu bisa melakukan, itu. Itu yang saya lakukan dari
hidup hari ke hari, itu yang saya rasakan.”
P2: “Kalo soal bayangan atau kita membayangkan hidup yang baik tuh
semua orang ke a ke arah sana ya, semua orang pasti arah ke sana.
Walaupun dia tidak sakit, tapi arahnya juga ke sana. Apalagi orang yang
sakit, tujuan utamanya tu sembuh dan arah yang lebih baik dari pada yang
sebelumnya, itu.”
P3: “Heem iya. Lagi, apa ya, seandainya hasilnya stabil kayak di itu tensi,
tensinya dia kasih baik kan berarti sudah nganu..”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
P3: “Ho’o hahaha. Jangan sampe anu kan yo malah gak ke arah
perbaikan to nanti malah iya.”
(Partisipan ketiga menjelaskan lebih dalam pada probing ketika proses
dalam membentuk diri ke arah yang lebih baik terus dilakukan dengan
mengontrol stabilitas emosi dan terus mengontrolnya untuk lebih baik lagi
sehingga hasil yang akan didapatkan akan maksimal)
Peneliti menemukan adanya attention focusing atau pemusatan perhatian
pada partisipan, dirancang untuk meningkatkan konsentrasi seseorang dan
menyaring proses terselubung lain atau peristiwa eksternal.
P1: “Saya dapat memfokuskan apa yang saya lakukan tidak bisa bersama-
sama, tapi satu demi satu, tahap demi tahap. Hari ini saya pengen seperti
ini dan begini, itu yang saya lakukan dan fokus untuk itu, maka tidak bisa
kalau baru dalam perjalanan fokus gitu trus diuputus untuk melakukan yang
lain, itu kami tidak bisa. Yang jelas tahap demi tahap satu demi satu
semuanya akan berhasil dan tidak berhenti di tengah jalan. Gambaran-
gambaran itu jelas sudah saya lakukan dan itu jelas sudah saya dapat
merasakan walaupun begitu berat, tapi kami tidak merasa begitu berat,
karena yang saya lakukan adalah penuh dengan kesadaran dan
menyenangkan. Adanya hanya senang, yang saya lakukan adanya senang,
tidak mengecewakan tidak dikecewakan, itu yang saya lakukan.”
P3 : “Iya la iya konsentrasi. Kalo gak konsentrasi nanti anu em gak sesuai
tujuannya nanti. Harus fokus maksudnya gitu iya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
P3: “Iya heem iya, nanti kalo mlengo sedikit tuh kan.. apalagi di kerjaan
tuh harus konsentrasi penuh itu, kalo enggak..”
Peneliti juga menemukan bahwa partisipan melakukan pengelolaan diri
berdasarkan kemampuan yang disesuaikan dan tidak ingin menfokuskan setiap hari.
P2: “Kalau konsentrasi tidak, artinya kita tidak harus setiap hari
melakukan itu tidak. Karena kita punya aktivitas yang lain. Jadi kalau kita
kepingin melakukan ya lakukan lah. Tapi paling tidak kalau kita olahraga
ya antara lima sampai sepuluh menit itu kita olahraga. Sesuai dengan
kemampuan kita.”
Selanjutnya peneliti menemukan bentuk task strategies atau strategi tugas pada
para partisipan dimana strategi tugas ini membantu pembelajaran dan kinerja
dengan mengurangi tugas ke bagian-bagian penting dan mengatur ulang bagian-
bagian secara bermakna
P1 : “Ya, saya punya, punya cara, cara tersendiri dan cara-cara itu
mungkin kurang disadari oleh orang lain, yang jelas langkah saya, tahap
saya itu ada. Dan itu sudah rencana pada diri saya ada dan yang jelas
rencana itu adalah positif. Dan kami tidak mau juga mengecewakan orang
lain tapi ikut bersama-sama mari kita, membuat, merubah menjadi
semuanya senang, memuaskan, dan semua akan menerima hasil yang
terbaik bagi kehidupan. Langkah-langka saya itu dan tentunya langkah itu
yang tahu adalah diri saya sendiri, bukan orang lain. Dan orang lain hanya
tinggal melihat, oh kenapa dia begini, begini, begitu, dan udah tahu saya
berproses itu. Itu yang saya lakukan.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
P1: “Strategi saya yang saya lakukan untuk merubah menjadi lebih baik
adalah cara, cara, karena semakin hari kami juga mulai berproses.
Strateginya itu adalah cara, langkah-langkah saya, hari demi hari akan
tidak ada kesamaan, tapi pasti akan ada suatu perbedaan, perbuatan
langkah yang saya lakukan itu pasti berubah-ubah. Tapi itu adalah suatu
cara yang harus saya lakukan dan itu akan menemui suatu keberhasilan.
Dan akhirnya saya juga akan merasakan adanya keberhasilan, walaupun
belum sempurna tapi sudah bagian-bagian sudah merasa saya rasakan.
Tentunya dalam kehidupan saya, yang saya, kesehatan saya, trus untuk
berkomunikasi dengan orang lain, itu sudah hasilnya dengan baik. Hanya
masih banyak hal yang saya lakukan, dalam hidup kami, dalam hidup
berkeluarga, dalam hidup bermasyarakat dan bersama orang lain.”
P2: “Ya kalau strateginya ya kita ya, gimana ya, Namanya orang sakit itu
kan tidak berfokus dengan jam tertentu. Misalkan saya harus bangun jam
lima, harus kita bangun jam tujuh, kan tidak. Tapi kita tetap bangun pagi,
misal kan kita aktivitas senam atau kita olahraga ringan, atau ya seperti
biasa orang hidup di rumah tangga”
P3: “Sabar.”
P3 : “Ho’o sabar. Yakin, sabar”.
Pada aspek self-observation, peneliti memaparkan bentuk dari pengamatan
diri seperti self-recording atau pencatatan diri sendri dan self-experimentation atau
eksperimen diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Peneliti menemukan adanya self-recording pada para partisipan yaitu
teknik pengamatan diri yang umum yang dapat meningkatkan kedekatan,
keinformatifan, akurasi, dan valensi umpan balik (Zimmerman & Kitsantas, 1996).
P1: “Ya, saya mengamati. Pengamatan diri saya adalah saya mengamati
saya pribadi suatu perubahan-perubahan. Pengamatan saya ternyata ada
suatu perubahan-perubahan. Oh, setelah saya berbuat perubahannya
seperti ini, kalau saya tidak berbuat juga ada perubahan seperti ini. Saya
melangkah ternyata hasilnya seperti ini, itu ada semuanya ada. Dan itu
saya amati betul, sikap, langkah, dan cara-cara yang positif, dan itu tidak
disia-siakan. Itu cara-cara yang saya amati ternyata hasilnya akan efektif
dan bagus sekali.”
P3: “Oh itu, oh iya ada, ada. Karena itu membantu ya.”
Peneliti juga menemukan bahwa partisipan tidak melakukan pencatatan diri.
P2: “Oh kalau itu tidak ya, karena saya tidak punya jadwal atau program
tertentu untuk melakukan itu. Karena kalau kita punya schedule seperti itu,
kita ya harus punya catatan tertentu. Misalkan hari pertama itu kita jalan-
jalan seratus meter misalkan gitu. Atau jalan paling lama lima menit itu,
terus besok kita tingkatkan atau gimana itu. Itu kita harus punya schedule-
nya, jadi kita bisa mengevaluasi. Itu kita tidak punya, ya rutinitas biasa aja
yang kita bisa lakukan.”
Peneliti menemukan adanya self-experimentation atau eksperimen diri
pada para partisipan. Pengamatan diri dapat mengarahkan pada siklus eksperimen
diri (Bandura, 1991). Ketika pengamatan diri terhadap variasi alami dalam perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tidak memberikan informasi diagnostik yang menentukan, orang dapat terlibat
dalam eksperimen pribadi secara sistematis memvariasikan aspek-aspek fungsi
mereka yang dipertanyakan.
P1: “Ya, kemungkinan yang saya amati ini, apakah dalam tindakan saya
itu tidak tepat waktunya, salah satunya. Atau yang kedua itu tidak ada
pemahaman dari orang lain menjadikan saya akan merubah cara yang
harus saya lakukan. Itu perubahan-perubahan itu jelas sekali. Yang tidak
bisa lepas dari pada kehidupan diri saya sendiri. Saya mengamati ada hasil
yang bagus dan ada yang masih dalam perjalanan saja sudah diputus, maka
akan mengulangi dengan cara yang lain. Itu yang saya amati, saya
merasakan semuanya.”
P1: “Ya saya memahami penyebab-penyebab, alasan-alasan semua yang
saya hadapi. Bagaimana? Mengapa? Ketidakmunculan itu, atau
ketidaksesuaian, atau tidak sejalan, atau tidak dimengerti orang lain apa
sebabnya, maka saya mengoreksi diri ternayat seperti ini, ternyata seperti
itu, dan lain sebagainya. Maka saya koreksi, saya buka lembaran demi
lembaran, maka akhirnya juga akan menemukan lembaran-lembaran itu
dari awal hingga saat perjalan hidup saya saat ini. Dan saya tidak
mengelak bahwa kehidupan saya memang banyak kekurang ya, banyak
sekali kekurangan. Waktu saya belum bisa menerima pemikiran orang lain,
tapi sekarang sudah bisa menerima pemikiran orang lain. Kadang saya
tidak mau dikecewakan, tapi banyak orang yang mengecewakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
sebagainya, itu dalam analisa dalam kehidupan dalam hidup kami, yang
jelas seperi itu.”
P2: “Itu kita pahami juga, tapi kalo untuk hal-hal yang terkait untuk seperti
merokok itu kita tidak bisa mencegah diri karena kita ya tahu sendiri kalau
orang sudah merokok itu artinya sulit kita kendalikan, mau tidak mau kita
juga merokok. Tapi bagi orang yang punya penyakit stroke, baik ringan
maupun berat, itu kalau bisa dihindari, bahaya merokok atau makanan
yang artinya yang mengganggu kita kembali ke stroke lagi. Jadi yang
kandungan kolesterol yang tinggi atau mungkin gula yang tinggi dan
sebagainya.”
P3: “Em yang menghambat tuh ya kadang malah dari diri sendiri kan. Iya
dari diri sendiri, apa ya, dari dalam diri sendiri malah kadang-kadang tuh.
Jadi antara em apa ya tindakan sama anu sok gak sama pernah. Itu
menghambat itu, hati nurani sama yang nganu kan harusnya sama, nah itu
pernh gak sama tuh jadi menghambat betul. Jadi harus sejalan, pernah tapi
yo jarang.”
Pengalaman Proses Regulasi Diri Self-reflection
Proses yang terjadi setelah upaya belajar dan mempengaruhi reaksi individu
terhadap pengalaman itu. Refleksi diri ini, pada gilirannya, mempengaruhi
pemikiran tentang upaya pembelajaran selanjutnya, sehingga melengkapi siklus
regulasi diri. Dua proses refleksi diri yang terkait erat dengan pengamatan diri: Self-
Judgment atau penilaian diri dan Self-reaction atau reaksi diri. Pada pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
proses regulasi diri self-reflection, peneliti menemukan bahwa partisipan
melakukan refleksi pada diri sendiri untuk proses regulasi dirinya.
P1: “Dalam mengevaluasi diri, dalam pekerjaan saya memang sudah
komitmen pada diri saya sendiri bahwa apa yang saya lakukan itu saya
batasi dan saya utamakan yang diperlukan oleh banyak orang, itu saya
utamakan. Yang untuk diri sendiri, itu kami sangat kurangi, maka yang
diinginkan banyak orang itu saya utamakan, jadi tidak berpikir diri sendiri
berarti yang kami butuhkan adalah banyak orang, keinginan orang,
kebutuhan orang lain maka itu yang saya lakukan. Tapi perlu diperhatikan
bahwa kekuatan saya tidak se, sama dengan yang dulu, maka saya juga
perlu batasan itu saya perhatikan betul, itu yang saya lakukan selama ini.”
Peneliti menemukan bahwa partisipan tidak melakukan refleksi diri.
P2 : “Ya secara global enggak ya kalau evaluasi ya. Karena kita sudah
capek untuk kerja di kantor, pulang ya seperti biasa aja. Istirahat, aktivitas
biasa, tidak melakukan hal-hal yang sifatnya menguras energi atau
pemikiran. Jadi banyakin istirahat. Makanan seu, sesuai dengan anjuran.
Jadi tidak bertentangan dengan apa yang dianjurkan oleh dokter.”
P2: “Ya heem, karena kalau kita mengevaluasi tuh kita juga kesulitan
karena kita gak punya data medis yang baik. Artinya kita setelah struk ni
yang seperti apa to? Struk ni ya seperti ini ni. Kita hanya melakukan apa
yang sesuai anjuran dokter aja. Bangun pagi ya kita senam biasa, senam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
biasa lima menit sampai sepuluh menit. Terus kita berjemur, juga di jam-
jam tertentu selama hampir satu jam atau setengah jam lah, itu aja.”
Selanjutnya peneliti mendapatkan bahwa partisipan melakukan refleksi diri
berdasarkan dari orang lain yang ada disekitarnya.
P3: “Oh, oh itu mungkin nganu yang menilai kan temen kadang. Kadang
temen tuh malah mengingatkan, yang mengingatkan saya keadaan saya tuh
lo. Anu, udah, udah nganu belom, udah minum obat belom, kadang malah
ada yang, yang peduli gitu lo. Ada kepedulian dari em ya, baik dari orang
rumah, baik dari temen kerja. Pokoknya di sekitar situ lo, tapi yang tahu
persis dengan kondisi saya. Nah kepedulian iya, ada kepedulian dari
sesama rekan kerja, kepedulian dari dalam keluarga, itu kan biasanya gitu
to. Dan saudara-saudara juga kan gak tau to saudara-saudara.”
Peneliti menemukan bahwa partisipan melakukan self-judgement. Self-judgement
atau penilaian diri melibatkan evaluasi diri terhadap kinerja seseorang dan
menghubungkan signifikansi kausal dengan hasil.
P1: “Ya tadi saya me, mengevaluasi diri, tahap-tahap yang saya lakukan.
Dari awal saya menyadari saat ini pun saya lakukan. Banyak hal yang se,
ternyata ada kesesuaian dan ada yang tidak kesesuaian. Ada yang
menggembirakan tapi ada yang mengecewakan. Ada yang memuaskan tapi
banyak sekali yang mengecewakan. Hal-hal seperti itu menjadikan ehem,
saya mengoreksi kembali mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa hal ini
bisa muncul, maka saya akan koreksi, dan saya akan merubah em, saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
akan mengupayakan yang lebih baik lagi, dari pada yang sudah kami
jalankan kemaren. Itu yang saya lakukan, saya menyadari bahwa banyak
kekurangan ada, tapi saya berusaha untuk memperbaiki, bagaimana cara
saya memperbaiki, maka saya itu perlu memproses perjalanan, kesadaran,
dan penuh dengan pengertian. Itu yang saya lakukan pengamatan saya,
yang semua sudah saya jelaskan tadi, menjadikan kekuatan dalam hidup
kami dan merubah sikap-sikap saya.”
P3: “Iya, saya paling tidak ada minta maaf gitu mesti. Ambil pasien pun
kalo gak dapet rasanya wes, ambil sampel darah itu sekali gak kena tuh
sudah rasanya tuh merasa bersalah. Sudah sakit kok di ehe ya to. Jadi
kecewa tuh lo kok gini ya, gak bisa ya, kan perasaannya mesti ya selalu
timbul juga, spontan lah mas itu. Em tapi ya kadang kalo waktu kita bisa
ngambil ya itu udah sesuai tugas kita jadi ya itu biasa-biasa aja. Tapi kalo
sampe gak bisa ya wis malah jadi pikiran, memikirkan, malah tambah
pikiran banyak tuh bisanya hanya minta maaf itu. Dah kalo dah minta maaf
rasanya ya berkurang to bebannya.”
Selanjutnya peneliti mendapatkan bahwa partisipan tidak melakukan
penilaian diri.
P2: “Melakukan penilaian sej, dari, dari tadi kita gak evaluasi ya, karena
kita gak punya schedule-nya. Kita melakukan hal itu berapa menit atau
berapa jam. Jadi kita tiap-tiap hari tidak bisa menilai atau mungkin tiap
bulan tidak bisa mengevaluasi, yang jelas kita rutinitas aja melakukan hal-
hal seperti itu. Tapi tujuannya kita untuk lebih sehat lebih baik.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Peneliti mendapatkan bahwa para partisipan melakukan causal attribution
atau atribusi kausal. Penilaian atribusi ini sangat penting untuk refleksi diri, karena
atribusi kesalahan pada kemampuan tetap mendorong individu untuk bereaksi
negatif dan mencegah upaya untuk meningkatkan (Weiner, 1979).
P1: “Ya menyadari keadaan diri saya sendiri dalam kehidupan saya.
Setiap orang pasti mempunyai keinginan, setiap orang pasti akan
mempunyai suatu perubahan, yang jelas terpusat pada suatu kesenangan,
kebahagiaan, bukan suatu kekecewaan. Karena hal itu dalam perjalanan
banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi. Dan itu tentu setiap orang
akan bisa sama, itu juga sulit sekali dilakukan.”
P3: “Ho’o iya bisa. Karena ketidaksiapan itu, terus karena kurang kete,
opo yo, kurang perhitungan kadang iya.”
P3: “Jadi kadang-kadang gak gampangke ya. Em mungkin anu tentang
bayar itu apa bayar SPP anak, anak seko apa kuliah itu ya. Em ini em anu
targetnya hari ini harus bayar atau ternyata anu apa yang dipokokkan
tuh sudah berkurang itu lo. Sudah kurang jadi kan biasa untuk ini untuk
yang lainnya, kan gak sesuai harapan kita to. Padahal itu harusnya
sebenernya untuk ini tapi kok untuk yang lain, apa to yang lainnya tuh
juga anu juga butuh juga.”
Peneliti menemukan partisipan yang tidak melakukan causal attribution
atau atribusi kausal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
P2: “Kalau mengaitkan juga tidak, tapi kita tahu persis apa yang kita
lakukan tuh yang terbaik. Artinya hal-hal yang tidak kurang baik untuk
kita ya sebisa mungkin kita hindari. Contohnya olahraga berat kita lari-
lari, ya kita gak usah lari-lari. Karena kita kalau lari-lari kalau orang
stroke kan gak bisa. Kalau yang sifatnya kenceng atau banter atau keras,
ya kita cukup jalan-jalan aja. Resiko tetep kita jaga, karena kalau resiko
tidak kita jaga ya nanti kita yang menanggung akibatnya. Dari situ kita
bisa ya kalo kita kecapekan gitu kalo orang struk bisa kena lagi yang
kedua atau struk yang kedua, struk yang kedua tuh lebih parah daripada
struk yang pertama.”
Pada bagian self-satisfaction atau kepuasan diri melibatkan persepsi
kepuasan atau ketidakpuasan dan pengaruh yang terkait dengan kinerja seseorang.
Ketika kepuasan diri dibuat bersyarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
orang memberikan arahan untuk tindakan mereka dan menciptakan dorongan diri
untuk bertahan dalam upaya mereka. Peneliti menemukan self-satisfaction pada
para partisipan.
P1: “Iya untuk kepuasan saya bisa melihat dari hasil yang dilakukan oleh
orang-orang yang saya biayai. Di sisi lain ada merasa kekecewaan suatu
menghargai, atau kurangnya dihargai, dan kurangnya untuk mengetahui,
mengerti apa yang saya lakukan. Yang jelas orang lain itu adanya hanya
em, atau orang lain itu tidak mau melihat usaha, upaya yang saya
lakukan, maka itu menjadi suatu kekecewaan pada diri saya. Dan itu saya
juga mensikapi apa yang harus saya lakukan. Sampai sekarang pun saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
juga menganalisa terus ada perubahan tapi ada yang tidak berubah dan
ada yang em muncul permasalahan baru dan sebagainya.”
P1: “Yang menjadi pokok dari pada kehidupan saya. Yang saya sendiri
pun juga ya menyadari bahwa saya tuh sudah semakin hari semakin
banyak bertambah usia, maka saya pun juga mengingat orang yang masih
muda-muda, saya pun juga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan anak-
anak muda.”
P2: “Kalo puas ya kita koreksi diri ya, kita sebenarnya sudah cukup atau
tidak, karena kalo yang namanya puas itu kalo kita merasakan sudah
cukup sehat atau sudah sehat itu kita puas. Tapi kalau kita belum
merasakan sehat atau cukup sehat itu kita belom puas, itu aja. Jadi hasil
yang kita lakukan itu istirahat cuma menjaga diri supaya kita tidak kena
yang kedua, mengurangi resiko, itu aja.”
P3: “Em iya melihatnya. Ya kalo puas ya kalo pas kita kerja sesuai
dengan target kita bisa selesai, tidak ada masalah, hasilnya baik-baik
aja itu puas. Tapi kalo gak puas ya itu kalo ada yang merasa kecewa,
ada yang merasa apa ya sakit hati mungkin ya, kan bisa to itu. Itu jadi
merasa dirinya tidak bisa apa ya, ya tidak puas dengan dirinya sendiri
hahaha. Mengecewakan orang lain tuh masuk anu pribadi saya tidak
puas dengan diri saya.”
Selanjutnya kesimpulan adaptif atau defensif adalah kesimpulan tentang
bagaimana seseorang perlu mengubah pendekatan regulasi diri selama upaya
berikutnya untuk belajar atau melakukan tindakan. Kesimpulan adaptif penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
karena mengarahkan orang ke bentuk regulasi diri kinerja yang baru dan berpotensi
lebih baik, seperti dengan menggeser tujuan secara hierarkis atau memilih strategi
yang lebih efektif. Sebaliknya, kesimpulan defensif berfungsi terutama untuk
melindungi orang tersebut dari ketidakpuasan. Reaksi diri yang defensif ini
termasuk ketidakberdayaan, penundaan, penghindaran tugas, pelepasan kognitif,
dan apatis sehingga terlepas dari perlindungan yang dimaksudkan, mereka pada
akhirnya membatasi pertumbuhan pribadi. Peneliti menemukan bahwa para
partisipan melakukan bentuk adaptive-defensive (adaptif-defensif).
P1: “Ya jelas itu ada suatu perubahan indikasi yang sangat baik dan
tentunya em, itu ada pada diri saya. Setiap em orang melakukan
berubah, memperbaiki. Yang sudah baik kita pegang, yang sudah baik
kita rubah menjadi baik, yang kurang pas kita pas kan, semuanya itu
akan merubah dari pada sikap-sikap, dari kehidupan kita, kepuasan
maupun tindakan yang harus kita lakukan pada orang lain. Menjadi
bekal hidup, semakin hari saya semakin lemah dalam hal berpikir, dalam
hal bekerja, dalam hal kehidupan yang selama ini saya lakukan, itu
sangat-sangat berubah dari pada kehidupan saya waktu masih muda, itu.
P1: “Ya dalam hal hambatan dalam bekerja memang sudah saya
utarakan tadi bahwa saya tidak bisa seperti kemaren lagi. Dalam bekerja
saya masih perlu menyaring dan membagi apa yang harus saya lakukan,
dan itu pasti tidak full seratus persen seperti kemaren. Yang jelas saya
melakukan sa, pekerjaan yang saya lakukan itu sangat dibutuhkan oleh
orang lain, itu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
P2: “Ya kita lihat dulu kondisi kita, kalo kondisi kita tu semakin baik,
kondisi kita semakin sehat, mungkin kita tingkatkan kegiatan kita. Tapi
kalo kondisi kita tidak semakin baik, tidak semakin sehat, ya kita harus
mengatur ulang, artinya kalau kemaren jalan seratus meter ya kita
kurangi tujuh puluh lima meter, misalnya gitu. Kalau kita bisa muter satu
stadion satu kali, berarti tuh jangan satu kali, setengah, setengah
putaran saja kita istirahat, itu aja.”
P3: “Ya ya dari pengalaman itu harus lebih hati-hati, harus lebih opo
yo, em bisa memilah-milah mana yang harus di, didahulukan
kepentingan mana yang harus kita apa dahulukan pokoknya. Apalagi
sudah ada itunya, kayak apa em, tanggal-tanggal opo yo, ketentuan
waktunya tuh lo. Sudah ada waktu-waktu tertentu yang sudah ditentukan
gitu lo, makanya anu bulan ini tanggal ini harus sudah, paling lambat
tanggal ini, jadi harus sudah memilih gitu lo untuk mempersiapkan. Bisa
dipersiapkan sebelumnya itu. Lebih hati-hati lagi dalam anu mengambil
keputusan tuh jadi gak.. yang lebih penting, yang emang harus dilakukan
tuh ya udah, jangan ya, itu ya itu jangan untuk yang lainne, ya bisa
memilah-milah.”
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti menyimpulkan tiga proses
regulasi diri yang terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan
self-reflection ada dalam tahap hasil sesuai dan muncul dalam ungkapan para
partisipan. Pada bagian ini proses regulasi diri dilakukan oleh para partisipan dan
menjalani setiap tahap dari proses tersebut. Berikut ringaksan hasil penelitian pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
tabel 5.
Tabel 5
Ringkasan Hasil Analisis Regulasi Diri
Proses Regulasi
Dri
Tahap Indikator Kode P1 P2 P3
1.Forethought Goal Setting ( individu melakukan penetapan
tujuan)
C1 V V V
Strategic Planning (perencanaan strategis) C2 V V V
Self-efficacy(keyakinan pribadi) C3 V - V
Outcome expectations(keyakinan individu untuk
berekspektasi sesuai yang diinginkan)
C4 V V V
Intristic interest/value (pencapaian proses
memberikan rasa motivasi intrinsik atau
penilaian yang dapat melengkapi dan bahkan
melampaui hasil ekstrinsik individu)
C5 V V V
Goal orientation (Orientasi tujuan) C6 V V V
2.Performance
or Volitional
control
Self-instruction (Instruksi diri individu dalam
menjalankan tugas)
D1 V V V
Imagery (perumpamaan atau pembentukan
gambar mental oleh individu)
D2 V V V
Attention focusing (pemusatan perhatian dan
konsentrasi individu)
D3 V - V
Task strategies (strategi tugas oleh individu) D4 V V V
Self-recording (teknik pengamatan diri) D5 V - V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Self-experimentation (pengembangan
eksperimen diri individu)
D6
V - V
Proses Regulasi
Dri
Tahap Indikator Kode P1 P2 P3
3.Self-reflection Self-judgement (penilaian diri kinerja individu) E1 V - V
Causal attribution (atribusi kausal tentang hasil) E2 V - V
Self-satisfication (kepuasan kinerja diri) E3 V V V
Adaptive-defensive (kesimpulan bagaimana
individu perlu mengubah pendekatan regulasi
diri selama upaya berikutnya untuk belajar atau
melakukan tindakan
E4 V V V
Ringkasan hasil analisis ini menunjukkan bahwa pada tabel yang diberikan
label “v” menunjukkan bahwa partisipan menjalani atau ditemukan fase sub
komponen pada proses regulasi diri. Untuk indikator “-“menunjukan tidak
ditemukannya atau partisipan tidak melewati fase subkomponen proses regulasi
diri.
D.Pembahasan
Pada bagian ini, peneliti akan membahas penemuan terkait hasil wawancara
yang telah dilakukan pada partisipan. Peneliti akan membahas secara umum
mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita
stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-
reflection. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan kekuatan dan kelemahan dari
penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti juga akan memaparkan keterbatasan penelitian
sehingga para pembaca bisa memahami hasil penelitian ini dalam konteks spesifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lalu peneliti akan mencoba menginterpretasi temuan-temuan wawancara dengan
cara membandingkan hasil atau perbedaan respon setiap partisipan serta
mengaitkan temuan-temuan tersebut dengan penelitian terdahulu.
Secara umum, partisipan melakukan proses regulasi diri terkait dengan
forethought, performance/volitional control, dan self-reflection. Partisipan
mengungkapkan bagaimana pengalaman proses regulasi diri yang sudah dijalani,
seperti bagaimana partisipan menerima keadaan setelah medapatkan diagnostik
penyakit stroke. Konsep regulasi diri yang baik pada pekerja yang mengalami
stroke iskemik adalah individu dapat secara efektif beradaptasi terhadap
lingkungannya dan mampu membuat kemampuan kontrol diri terhadap proses
psikologi dan perilakunya (Ghufron & Rini Risnawati, 2014).
Pekerja yang menderita stroke iskemik yang dapat menerima kenyataan
bahwa dirinya sakit namun dapat memberikan respon positif dan kontrol diri yang
lebih terarah sehingga individu tersebut dapat mengembangkan kualitas dalam
dirinya dan mengurangi perilaku yang merugikan seperti marah-marah,
temperamen, merasa hopeless, atau cerminan negatif tentang dirinya.
Dalam proses meregulasi dirinya, ketiga partisipan telah melalui tiga
tahapan proses regulasi diri dan telah berhasil melakukan regulasi diri mereka atas
proses pengalaman mereka sebagai pekerja yang menderita stroke iskemik. Ketiga
partisipan telah melalui tiga tahapan proses regulasi diri Menurut Zimmerman
(dalam Boekarts et al., 2000) regulasi diri atau self regulation mencakup tiga
proses, yaitu: forethought, performance/volitional control, dan self-reflection. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ini tampak terkonfirmasi melalui adanya indikator-indikator perilaku pada setiap
tahapan dari hasil wawancara ketiga partisipan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa perbedaan indikator perilaku yang muncul pada ketiga partisipan. Hal ini
mencerminkan perbedaan dinamika proses regulasi diri para partisipan.
Peneliti menilai kekuatan yang ada pada penelitian ini terletak pada metode
yang digunakan untuk memastikan kredibilitas data. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan pekerja yang menderita stroke iskemik, peneliti mengetahui
bahwasanya para partisipan terbuka dengan pengalaman proses regulasi diri dan
mau membagikan pengalaman secara eksplisit dan jelas. Dalam hal ini peneliti telah
melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan fakta
pengalaman yang dialami yang meliputi (1). Pembuatan Thick Description.
Deskripsi mendalam (Thick Description) yang dilakukan peneliti untuk
memaparkan temuan-temuan yang ada. Penyajian deskripsi yang dilakukan peneliti
rinci tentang setting atau lingkungan penelitian serta memaparkan tema dengan
berbagai macam perspektif atau sudut pandang dari orang yang cukup paham
dengan penelitian ini. (2). Member Checking atau pengecekan kembali pada
partisipan. Untuk memastikan keakuratan temuan-temuan berupa tema-tema,
peneliti melakukan pemeriksaan kembali tema-tema yang ditemukan peneliti
dengan partisipan. (3). Audit eksternal, peneliti berdiskusi dengan satu orang koder
tambahan sebagai audit eksternal untuk melakukan crosscheck hasil analisis data
sehingga pengolahan data lebih akurat (4). Triangulasi dengan significant others
yang mendampingi partisipan sehingga data yang dihasilkan memiliki kredibilitas
yang baik. Di sisi lain, penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
meliputi partisipan penelitian yang tersedia dan keterbatasan waktu dalam
melakukan rapport dengan calon partisipan. Pada wawancara yang dilakukan juga
peneliti harus bisa menggunkan waktu dengan ekfektif dan efisien dikarenakan
waktu yang dimiliki para partisipan terbatas terutama partisipan dengan kondisi
lemah dan harus segera istirahat. Selain itu peneliti menemukan bahwa partisipan
harus diberikan penjelasan yang jelas sehingga peneliti sering melakukan probing
agar partisipan dapat memahami pertanyaan yang diajukan dengan jelas. Pada sisi
lain dari segi waktu, peneliti merasa belum terlalu banyak melakukan pendekatan
atau rapport dengan calon partisipan sehingga ada kemungkinan bahwa ada data-
data yang belum tergali atau teridentifikasi dengan baik.
Secara umum, hasil penelitian yang telah berhasil mengungkap tiga tahap
proses regulasi diri sesuai dengan paparan teori Zimmerman terkait regulasi diri
atau self regulation mencakup tiga proses, yaitu: forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection. Pada tahap forethought peneliti
melihat bahwa ketiga partisipan memahami bahwa para partisipan menderita sakit
stroke dan memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk menjadi lebih
baik didalam pekerjaannya. Peneliti menemukan bahwa para partisipan menyadari
bahwa dengan adanya stroke iskemik ini dapat membatasi dinamika para partisipan
dan memikirkan apa yang harus dilakukan setelah menderita stroke iskemik ini
dengan cara memberikan batasan-batasan tertentu untuk beradaptasi dengan
keadaan baru ini.
Pada tahap ini juga hasil penelitian menunjukkan bahwa para partipan juga
melakukan penentuan tujuan. Hal ini dikarenakan setelah para partisipan menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
bahwa mereka sakit stroke, mereka menentukan tujuan yang mengarah ke hal
positif yaitu bagaimana mereka tetap bisa mengontrol perilaku dan sikap mereka
juga keinginan mereka untuk bisa mengontrol emosional dan tetap bisa kembali ke
rutinitas yang biasa dilakukan sebelumnya. Para partisipan juga melakukan
perencanaan strategis hal ini didasari karena ketika partisipan sudah menyadari
bahwa dirinya sakit dan mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kelemahan
mereka, maka para partisipan mencoba membuat perencanaan strategis untuk
mendorong dirinya beradaptasi dengan kondisi baru untuk bisa melalui setiap tahap
agar sampai ke tujuan masing-masing indivdu. Hal ini sesuai dengan yang bentuk
kedua dari analisis tugas adalah strategic planning atau perencanaan strategis
(Weinstein & Mayer, 1986). Agar keterampilan dapat dikuasai atau dilakukan
secara optimal, individu perlu metode yang sesuai untuk tugas dan pengaturan.
Strategi mengatur diri sendiri adalah proses dan tindakan pribadi yang bertujuan
mengarahkan untuk memperoleh atau menampilkan keterampilan (Zimmerman,
1989).
Pada keyakinan pada diri sendiri, peneliti menilai bahwasannya para
partisipan mempunyai keyakinan diri yang sudah dilakukan untuk pengelolaan diri
yang baru sudah dilakukan dengan maksimal. Salah satu partisipan (P2) merasa
bahwa yang dilakukan untuk mengelola diri tidak efektif dikarenakan partisipan
hanya melakukan semampunya dan tidak akan ukuran yang melihat proses itu
efektif atau tidak, namun tetap ada keyakinan bahwa yang dilakukan sudah cukup
baik bagi partisipan. Dari keyakinan yang ada pada setiap partisipan ini
mengarahkan partisipan akan keyakinan pada ekspektasi hasil yang positif. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
adanya keyakinan ini akan membawa partisipan meraih pencapaian proses sehingga
memberikan rasa motivasi intrinsik. Peneliti melihat bahwa hal ini terjadi karena
partisipan mempunyai keyakinan pada diri sendiri untuk merubah kearah yang lebih
baik, karena telah menyadari dan mau berusaha berkembang dan motivasi intrinsik
dalam diri terus ada dan semakin kuat. Hal ini sesuai dengan pemaparan bahwa
pencapaian proses memberikan rasa motivasi intrinsik atau penilaian yang dapat
melengkapi dan bahkan melampaui hasil ekstrinsik (Deci, 1975; Lepper & Hodell,
1989). Peneliti menemukan bahwa dengan tahap yang dijalani partisipan hingga
membentuk rasa motivasi yang kuat telah mengarahkan partisipan mempunyai
orientasi tujuan. Dinamika ini terjadi karena partisipan mempunyai semangat dan
motivasi kuat sehingga tetap mengarahkan partisipan pada hasil terbaik yang juga
berfokus pada tujuan setiap partisipan. Dengan adanya orientasi tujuan proses
pengaturan diri ini juga telah diberi label pembelajaran (Dweck, 1988), penguasaan
(Ames, 1992), atau orientasi tujuan tugas (Nicholls, 1984), dan telah terbukti
mempertahankan motivasi dan meningkatkan akuisisi dan kinerja.
Pengalaman proses regulasi diri pada tahap performance/volitional control
menunjukan bahwa partisipan melakukan pembelajaran proses dengan cara
menyesuaikan dengan kondisi setelah mengalami stroke iskemik. Tahap yang
terjadi selama upaya pembelajaran dan mempengaruhi konsentrasi dan
performansi. Semua partisipan melakukan proses pembelajaran dalam mengelola
diri seperti melakukan instruksi diri, melakukan pembentukan gambar mental,
melakukan pemusatan perhatian dan strategis tugas. Dengan teknik pegelolaan ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
partisipan menjadi terarah dan mengelola diri secara sistematis dalam hal bentuk
dan tahap-tahap yang harus dilakukan.
Semua partisipan melakukan instruksi diri bagaimana partisipan
mejalankan teknik intruksi diri seperti membuat sistem dalam setiap proses yang
dijalani, mengarahkan diri untuk apa saja yang akan dilakukan dalam melakukan
setiap aktivitas dan menginstruksikan diri ketika partisipan dihadapkan dengan
aktivitas yang mendorong atau menghambat dalam menjalani dinamika sehari-hari.
Hal ini mendorong individiu dalam meningkatkan cipta kinerja dalam proses
mengelola diri dimana intruksi diri melibatkan penjelasan secara terbuka atau
terselubung bagaimana seseorang menjalankan tugas, seperti menyelesaikan
masalah matematika atau menghafal rumus, dan penelitian menunjukkan bahwa
verbalisasi semacam itu dapat meningkatkan pembelajaran individu (Schunk,
1982). Dalam melakukan instruksi diri ini semua partisipan juga akan terdorong
oleh pembentukan gambaran mental atau imagery dimana partisipan dapat
mengarahkan pandangan mereka dan membayangkan hasil seperti apa yang akan
didapatkan dengan proses tindakan yang dilakukan dalam melakukan pengelolaan
diri.
Pada tahap attention focusing atau pemusatan perhatian, tahap ini muncul
pada P1 dan P3. Berbeda dengan P1 dan P3, pemusatan perhatian tidak ditemukan
pada P2. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan kondisi P2 yang buruk karena
penyakit komplikasi yang diderita dan batasan-batasan kemampuan kognitif
maupun fisik. Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh P2 yang mempunyai konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
diri untuk melakukan semua aktivitas yang diselaraskan dengan kemampuan yang
dimiliki. P2 merasa bahwa dalam melakukan pengelolaan diri harus bisa jalan
dengan disesuaikan oleh kapasitas yang dimiliki, seperti P2 yang tidak ingin banyak
berpikir dan memberikan atensi ke banyak hal juga melakukan aktivitas berat.
Namun ketiga partisipan sudah menyaring proses terselubung dalam setiap kinerja
mereka yang tentunya akan mengarahkan pada proses tindakan kearah yang lebih
baik. Ada bukti bahwa mengetahui bagaimana memusatkan dan menyaring proses
terselubung dan peristiwa eksternal lainnya adalah strategi penting untuk
pembelajaran yang efektif (Corno, 1993; Weinstein, Schulte, & Palmer, 1987).
Pada tahap ini semua partisipan melakukan task strategies atau strategi
tugas dalam melakukan pengelolaan diri. Masing-masing partisipan mempunyai
strategi tugas dalam melakukan pembelajaran diri kearah yang lebih baik dan
meningkatkan kinerja dalam melakukan pengelolaan diri. Strategi ini dapat
membantu mengarahkan partisipan untuk melakukan kinerja yang efektif.
Efektivitas dari strategi tugas telah dipelajari oleh (Wood & Mayer, 1986; Wood et
al., 1995; Zimmerman & Pons, 1998) untuk memandu upaya pembelajaran,
pengelolaan dan efektivitas strategi ini. Ini termasuk strategi belajar, seperti
mencatat, persiapan diri, dan membaca untuk pemahaman, serta strategi kinerja,
seperti teknik pemilihan, dan pemecahan masalah.
Selanjutnya partisipan melakukan teknik pengamatan diri untuk membantu
mendapatkan keinformatifkan dari proses pengelolaan diri partisipan. Bentuk dari
pengamatan diri ini dilakukan oleh P1 dan P3. Pada proses ini, P2 tidak melakukan
pengamatan diri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan P2 yang ingin menjalani rutinitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
seperti biasa layaknya orang pada umumnya sehingga tidak melakukan pengamatan
diri.
Pada bentuk eksperimen diri, semua partisipan mengarahkan pada siklus
pengamatan diri yang dikaitkan dengan hal-hal yang mendasari terbentuknya
perilaku atau penyebab-penyebab yang membangun partisipan melakukan tindakan
tertentu. Ketika pengamatan diri terhadap variasi alami dalam perilaku tidak
memberikan informasi diagnostik yang menentukan, orang dapat terlibat dalam
eksperimen pribadi secara sistematis memvariasikan aspek-aspek fungsi mereka
yang dipertanyakan. Dengan cara ini, pengamatan diri yang sistematis dapat
mengarah pada pemahaman pribadi yang lebih besar dan kinerja yang lebih baik
atau kontrol kehendak.
Pada tahap proses melakukan refleksi diri, ada variasi yang berbeda pada
setiap partisipan. Proses refleksi diri dilakukan oleh P1 dimana P1 melakukan
evaluasi pada diri sendiri dan menyadari adanya batasan-batasan dalam diri
sehingga membentuk komtimen pada tindakan apa yang akan dilakukan. Hal ini
berbeda dengan yang dilakukan oleh P2 dimana P2 tidak melakukan evaluasi secara
global dan hanya ingin melakukan aktivitas seperti dinamika keseharian.
Selanjutnya, ada bentuk variatif dari tahap refleksi diri ini, dimana P3 melakukan
refleksi diri yang didorong berdasarkan penilaian orang lain yang ada di lingkungan
sekitar P3 seperti keluarga dan rekan kerja.
Lalu penilaian diri melibatkan evaluasi diri terhadap kinerja seseorang dan
menghubungkan signifikansi kausal dengan hasil. Proses ini ditemukan pada P1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
dan P3 namun tidak ditemukan pada P2. P1 dan P3 melakukan evaluasi diri dengan
membandingkan informasi yang dipantau sendiri dengan standar atau tujuan.
Namun, pada P2 tidak melakukan penilaian diri, hal ini dapat dilatarbelakangi oleh
konsep pemikiran P2 dimana P2 hanya ingin melakukan rutinitas biasa dan
mencoba mengarahkan pemikiran hanya agar lebih sehat dan lebih baik.
Penilaian self-evaluatif terkait dengan atribusi kausal tentang hasil, seperti,
apakah kinerja yang buruk adalah karena kemampuan seseorang yang terbatas atau
upaya yang tidak mencukupi. Hal ini ditemukan pada P1 dan P3. Secara eksplisit,
P1 dan P3 menyadari bahwa partisipan mempunyai kesulitan-kesulitan dalam
berproses dikarenakan perubahan kondisi dan ekspektasi yang tidak sesuai. Dengan
proses yang dijalani oleh P1 dan P3 ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi
untuk terus berproses untuk melakukan pengelolaan diri yang baik. Ada bukti
terkini (mis., Zimmerman & Kitsantas, 1996, 1997) bahwa atribusi kesalahan pada
strategi pembelajaran sangat efektif dalam mempertahankan motivasi selama
periode kinerja di bawah standar karena atribusi strategi mempertahankan persepsi
kemanjuran sampai semua strategi yang mungkin telah diuji. Misalnya, ketika
pekerja menerima evaluasi negatif untuk kinerja pekerjaan mereka, mereka yang
berinisiatif lebih cenderung mengaitkannya dengan upaya yang kurang atau strategi
tugas yang buruk. Namun proses atribusi kausal ini tidak ditemukan oleh P2. Hal
ini dapat disebabkan P2 yang merasa bahwa yang dilakukan oleh nya sudah yang
terbaik dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dengan melihat juga batasan-
batasan yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Penilaian diri sendiri yang bersifat evaluatif dan atribusi terkait erat dengan
dua bentuk utama reaksi diri: kepuasan diri dan kesimpulan adaptif. Self-
satisfaction atau kepuasan diri melibatkan persepsi kepuasan atau ketidakpuasan
dan pengaruh yang terkait dengan kinerja seseorang. Ketika kepuasan diri dibuat
bersyarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, orang memberikan arahan untuk
tindakan mereka dan menciptakan dorongan diri untuk bertahan dalam upaya
mereka. Pada proses ini semua partisipan menyatakan adanya kepuasan dan
ketidakpuasan dalam menyadari proses mengelola diri.
Pada tahap akhir yaitu adaptive-defensive atau adaptif atau defensif adalah
kesimpulan tentang bagaimana seseorang perlu mengubah pendekatan regulasi diri
selama upaya berikutnya untuk belajar atau melakukan tindakan. Pada tahap
terakhir ini semua partisipan menyatakan proses adaptif dan defensif dimana
partisipan menyadari setiap proses yang dapat mendorong dan menghambat dan
mengetahui hal apa yang harus dilakukan sehingga bisa memperbaiki atau
mempertahankan dalam proses mengelola diri. Kesimpulan adaptif penting karena
mengarahkan orang ke bentuk regulasi diri kinerja yang baru dan berpotensi lebih
baik, seperti dengan menggeser tujuan secara hierarkis atau memilih strategi yang
lebih efektif (Zimmerman & Martinez-Pons, 1992). Sebaliknya, kesimpulan
defensif berfungsi terutama untuk melindungi orang tersebut dari ketidakpuasan.
Reaksi diri yang defensif ini termasuk ketidakberdayaan, penundaan, penghindaran
tugas, pelepasan kognitif, dan apatis sehingga terlepas dari perlindungan yang
dimaksudkan, mereka pada akhirnya membatasi pertumbuhan pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Secara keseluruhan ketiga partisipan melakukan proses regulasi diri terkait
dengan forethought, performance/volitional control, dan self-reflection yang
diungkapkan oleh Zimmerman (dalam Boekarts et al., 2000). Peneliti menemukan
bahwa ketiga partisipan dapat menyadari perubahan kondisi yang terjadi pada
partisipan. Dengan adanya kesadaran pada perubahan dikarenakan menderita stroke
iskemik ini, partisipan melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki diri dan terus
mengembangkan diri secara kinerja perilaku dan pemikiran. Peneliti juga
menemukan semua partisipan melakukan evaluasi dan mempunyai motivasi untuk
terus berkembang dan meregulasi diri secara bertahap. Peneliti juga menemukan
faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya proses regulasi pada setiap partisipan
yaitu adanya semangat dan motivasi yang mendorong untuk memperbaiki diri dan
mempunyai tujuan positif dimana bisa menjalani rutinitas kehidupan individu pada
umumnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ketersediaan partisipan yang
sesuai dengan kriteria peneliti. Dikarenakan sulitnya menemukan partisipan yang
mempunyai penyakit vital stroke iskemik dan masih bekerja. Hal ini cukup
meghambat peneliti karena harus mencari dan mengganti beberapa partisipan
dikarenakan 3 calon partisipan peneliti sudah meninggal sebelum peneliti
melakukan proses pengambilan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan untuk melihat proses regulasi diri terkait
dengan forethought, performance/volitional control, dan self-reflection dapat
ditarik kesimpulan yaitu:
1. Secara umum pekerja yang menderita stroke iskemik akan mengalami
perubahan diri berupa keterbatasan secara fisik dan emosional.
2. Secara keseluruhan proses regulasi diri terkait dengan forethought,
performance/volitional control, dan self-reflection Menurut Zimmerman
(dalam Boekarts et al., 2000) dapat ditemukan pada pengalaman proses regulasi
diri pekerja yang menderita stroke iskemik.
3. Pada penelitian ini ketiga partisipan telah melakukan tiga proses regulasi diri
terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-reflection.
Sebagai hasilnya adanya perubahan yang positif pada setiap partisipan yaitu
mengetahui batasan-batasan tertentu dalam diri, bisa mengontrol diri, dan
mempunyai motivasi kuat yang didukung dengan tujuan hidup yang tinggi.
4. Pada tahap forethought atau proses pemikiran awal, ketiga partisipan melewati
tahap ini. Peneliti menemukan faktor bahwa dengan momenentum peristiwa
sakitnya stroke ini, mendorong partisipan untuk menyadari dan berpikir untuk
upaya apa yang akan dilakukan selanjutnya.
5. Pada tahap performance/volitional control, secara umum ketiga partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
melakukan proses ini. Namun, untuk sub tahap dari proses ini, satu dari total
tiga partisipan ini mempunyai kecenderungan untuk melakukan setiap proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuannya saja dan tidak
berekpektasi lebih pada kinerja yang dilakukan.
6. Pada tahap self-reflection, secara umum ketiga partisipan melakukan proses ini.
Namun, satu dari total tiga partisipan ini tidak melakukan untuk sub dari tahap
proses ini. Hal ini bisa dilatarbelakangi dari kecenderungan partisipan yang
tidak mau berpikir berlebihan dan melakukan setiap proses tanpa memacu diri
secara berlebihan. Hal ini juga bisa dimaklumi dikarenaka kondisi partisipan ini
bisa dibilang lebih buruk secara aspek fisik dan aspek kognitif.
7. Pada tahap hasil, peneliti berhasil menemukan bahwa faktor yang mendorong
partisipan untuk melakukan proses regulasi diri karena didorong dengan
semangat hidup tinggi, dorongan motivasi dan rasa ingin melakukan yang
terbaik untuk setiap perjalanan proses yang dijalani.
8. Dukungan sosial seperti lingkungan kerja dan keluarga berpengaruh pada
terciptanya proses regulasi setiap partisipan. Motivasi dan tujuan yang ingin
dicapai menjadi faktor yang membentuk partisipan untuk terus berkembang dan
melakukan regulasi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mempunyai keterbatasan mulai
dari sulitnya menemukan partispan yang sesuai. Hal ini dikarenakan partisipan
mempunyai kriteria tertentu dan beberapa kondisi yang cukup menghambat
dilakukannya penelitian ini karena partisipan yang sudah ditetapkan sebelumnya
sudah meninggal atau komplikasi yang berat setelah itu meninggal. Pencarian data
validitas penyakit juga sulit dilakukan karena data rekam medis yang disimpan oleh
rumah sakit yang bersangkutan juga data-data lain seperti data diagnostik dan
kontrol jalan. Selain itu kondisi partisipan yang mempunyai komplikasi penyakit
juga menjadi keterbatasan peneliti dikarenakan pengambilan data harus disesuaikan
dengan kondisi fisik dan kognitif dari partispan itu.
C.Saran
Berdasarkan tujuan dan keterbatasan peneliti, berikut beberapa saran yang
dapat peneliti ajukan:
Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam mencari partisipan yang
sesuai dengan kriteria penelitian dimana penelitian ini menggali partisipan yang
mempunyai karateristik pekerja yang menderita stroke dengan diagnosis iskemik.
Hal ini cukup sulit dijangkau oleh peneliti dikarenakan perlunya keterangan dari
significant others tentang latar belakang setiap partisipan, data diagnostik, data
perkembangan kontrol pengawasan dan juga harus melihat kondisi dari partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Keterbatasan dalam mencari partisipan juga harus dilihat dengan kondisi tertentu
dari partisipan, hal ini dikarenakan adanya penyakit stroke dapat dibarengi dengan
komplikasi penyakit lain yang dapat menimbulkan keterbatasan fisik maupun
kognitif pada partisipan.
Bagi significant others pekerja yang menderita stroke iskemik
Melalui bacaan ini diharapkan significant others mampu memberikan
gambaran terhadap kebutuhan psikologis pekerja yang menderita stroke iskemik.
Dari hasil penelitian ini significant others dapat mengetahui kebutuhan apa saja
yang diperlukan untuk membantu proses regulasi diri pekerja yang menderita stroke
iskemik. Dalam hal ini significant others mempunyai peran penting untuk
mendorong, membangun dan dapat melihat perkembangan proses regulasi diri pada
pekerja yang menderita stroke iskemik. Keterbatasan yang muncul seperti
keterbatasan fisik, kognitif maupun kebutuhan yang diperlukan pekerja yang
menderita stroke iskemik dapat dipahami dan diolah oleh significant others
sehingga dapat memotivasi dan membantu dalam proses perkembangan regulasi
diri.
Bagi Pekerja Yang Menderita Stroke Iskemik
Diharapkan melalui penelitian ini mampu membantu individu untuk
memberikan gambaran kondisi yang dialami setelah mendapatkan diagnosa
penyakit stroke iskemik dan memahami batasan-batasan yang mungkin terjadi dan
dapat melakukan tindakan preventif atau intervensi yang tepat. Penelitian ini juga
diharapkan mampu memberikan rasa optimis dan motivasi bagi individu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
adanya kesempatan mengelola diri untuk berubah dan menjalani hidup yang lebih
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DAFTAR ACUAN
Audina, D., & Halimuddin, H. (2016). Usia, jenis kelamin dan
klasifikasi hipertensi dengan jenis stroke di RSUD dr.
ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 1(1). 1-6
http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/1529/1834
ACC/AHA/ESC 2006 Guidelines for Management of Patients With
Ventricular Arrhythmias and the Prevention of Sudden Cardiac
Death. Circulation, 114(10). 385-484.
https://doi.org/10.1161/circulationaha.106.178233
Anita Woolfolk Hoy. (2010). Educational psychology. Pearson Canada.
American Heart Association. (2013). Understand Your Risk for High
Blood Pressure. Diakses dari http://www.heart.org.
Bandura, A., & Schunk, D. H. (1981). Cultivating competence, self-
efficacy, and intrinsic interest through proximal self-
motivation. Journal of Personality and Social
Psychology, 41(3), 586–598. https://doi.org/10.1037/0022-
3514.41.3.586
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social
cognitive theory. Prentice-hall.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Bandura, A. (2005). The primacy of self-regulation in health promotion.
Applied Psychology, 54(2), 245–254.
https://doi.org/10.1111/j.1464-0597.2005.00208.x
Baumeister, R. F., & Vohs, K. D. (2007). Self-Regulation, ego
depletion, and motivation. Social and Personality Psychology
Compass, 1(1), 115–128. https://doi.org/10.1111/j.1751-
9004.2007.00001.x
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing. Elsevier
Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M. S. V. (2017). Stroke risk
factors, genetics, and prevention. Circulation Research, 120(3),
472–495. https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.116.308398
Boekaerts, M., Pintrich, P. R., & Zeider, M. (2000). Handbook of self-
regulation. Academic Press
Burhanuddin, M., Wahiduddin., Jumriani. (2013). Faktor risiko
kejadian stroke pada dewasa awal (18-40 Tahun) di kota
makassar tahun 2010-2012. Jurnal MKMI. Diakses dari
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5426.html
Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran faktor risiko
dan tipe stroke pada pasien rawat inap di bagian penyakit dalam
RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2), 57-61.
https://doi.org/10.25077/jka.v2i2.119
Elvira, M., & Anggraini, N. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi. Jurnal Akademika Baiturrahim
Jambi, 8(1), 78-89.
https://doi.org/10.36565/jab.v8i1.105
Emotional effects of stroke. (2019). Www.stroke.org.
https://www.stroke.org/en/about-stroke/effects-of-
stroke/emotional-effects-of-stroke
Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of personality. Mcgraw-Hill.
Fitzsimons, G. M., & Finkel, E. J. (2011). Outsourcing self-
regulation. Psychological Science, 22(3), 369–375.
https://doi.org/10.1177/0956797610397955
Ghufron, M.N, & Risnawita, S.R. (2010). Teori-teori psikologi. Ar-
Ruzz Media.
Hartono, L. A. (2007). Stres & stroke. Penerbit Kanisius.
Heckhausen, J., & Dweck, C. S. (2008). Motivation and self-regulation
across the life span. Cambridge University Press.
Herke, J.O. (2006). Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi.
Jakarta, 10 (2), 78–88.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Husna, A. N., Hidayati, F. N. R., & Ariati, J. (2014). Regulasi diri
mahasiswa berprestasi. Jurnal Psikologi Undip, 13(1). 50-63.
https://doi.org/10.14710/jpu.13.1.50-63
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Nasional 2013.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/R
KD/2013/Laporan_riskesdas_2013_final.pdf
Kencono, R. A. (2016). Kesabaran dan regulasi emosi pada pasien
pasca stroke. Psycho Idea, 14(2), 1-9.
https://doi.org/10.30595/psychoidea.v14i2.2115
Khandelwal, P., Yavagal, D. R., & Sacco, R. L. (2016). Acute ischemic
stroke intervention. Journal of the American College of
Cardiology, 67(22), 2631–2644.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2016.03.555
Kowalski, R. M., & Leary, M. R. (1999). The social psychology of
emotional and behavioral problems: Interfaces of social and
clinical psychology. American Psychological Association
Kusumaningrum, O. D. (2012). Regulasi Emosi Istri Yang Memiliki Suami
Stroke. Jurnal EMPATHY, .I, (1), 198-209.
https://adoc.pub/regulasi-emosi-istri-yang-memiliki-suami-stroke.html
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Laily, S. R. (2017). Relationship between characteristic and
hypertension with incidence of ischemic stroke. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5(1), 48.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i12017.48-59
Liza, R. G., & Loebis, B. (2015). Gangguan psikotik akibat stroke
iskemik. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2).
https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.308
Lubis, I. S. L. (2018). Hubungan regulasi diri dalam belajar dan efikasi
diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. JURNAL
DIVERSITA, 4(2), 90.
https://doi.org/10.31289/diversita.v4i2.1884
Malayu S P Hasibuan. (2010). Manajemen sumber daya manusia.
Bumi Aksara A A Anwar Prabu
Mangkunegara. (2000). Manajemen sumber daya manusia
perusahaan. Remaja Rosdakarya.
Nastiti. (2012). Gambaran faktor risiko kejadian stroke pada pasien
stroke rawat inap di rumah sakit krakatau medika tahun 2011.
Universitas Indonesia.
NCHS Dataline. (2006). Public Health Reports, 121(4), 477–478.
https://doi.org/10.1177/003335490612100419
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Nifadkar, S. S., & Tsui, A. S. (2007). Great Minds in Management: The
process of theory development. Academy of Management
Review, 32(1), 298–303.
https://doi.org/10.5465/amr.2007.23467624
Noor, N. N. (2008). Epidemiologi. Rineka Cipta.
Penelitian, B., Pengembangan, D., Kementerian, K., & Ri, K.
(2013). Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/
RKD/2013/Laporan_riskesdas_2013_final.pdf
Perry, N. E. (2002). Introduction: Using qualitative methods to enrich
understandings of self-regulated learning. Educational
Psychologist, 37(1), 1–3.
https://doi.org/10.1207/s15326985ep3701_1
Pintrich, P. R. (1995). Understanding self-regulated learning. Jossey-
Bass.
Rahmadiliyani, N. R., & Fitria, A. (2019). Ketepatan penentuan kode
diagnosis utama penyebab kematian pada kasus stroke di RSUD
Brigjend H. Hasan Basry Kandangan. Jurnal Kesehatan
Indonesia, 9(2), 104-116.
https://doi.org/10/33657/jurkessia.v9i2.165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Ramadhani, Ayu, P., & Adriani, M. (2015). Hubungan tingkat stres,
asupan natrium, dan riwayat makan dengan kejadian stroke.
Media Gizi Indonesia, 10 (2) 104-110.
http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v10i2.104-110
Robinson, M. D. (2007). Personality, affective processing, and self-
regulation: Toward process-based views of extraversion,
neuroticism, and agreeableness. Social and Personality
Psychology Compass, 1(1), 223–235.
https://doi.org/10.1111/j.1751-9004.2007.00019.x
Ross, I. B. (2011). Acute ischemic stroke: Imaging and
intervention. JAMA, 306(19) 2160-2160.
https://doi.org/10.1001/jama.2011.1680
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2019). Health psychology:
Biopsychosocial interactions. Wiley.
Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1998). Self-regulated learning:
From teaching to self-reflective practice. Guilford Press.
Siagian, T., & Savitra, A. R. (2016). Gambaran faktor risiko kejadian
stroke pada Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia.
Repository.Uki. Ac.Id; FK UKI.
http://repository.uki.ac.id/id/eprint/995
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Sigarlaki, H. (2010). The characteristic and factors related to
hypertension in desa Bocor, kecamatan Bulus Pesantren,
Kabupaten Kebumen, Central Java, 2006. Makara Journal of
Health Research, 10(2) 78-88.
https://doi.org/10.7454/msk.v10i2.187
Skarupski, K. A., Zack, M. M., Bienias, J. L., Scherr, P. A., & Evans,
D. A. (2011). The Relationship Between Mentally Unhealthy
Days and Depressive Symptoms Among Older Adults Over
Time. Journal of Applied Gerontology: The Official Journal of
the Southern Gerontological Society, 30(20), 241–253.
https://doi.org/10.1177/0733464810361348
Smith, J. A. (2015). Qualitative psychology: A practical guide to
research methods. Sage.
Studi, Karyawan, P., Ramadhany, M., Al, T., Mochammad, H.,
Fakultas, D., & Administrasi, I. (n.d.). Pengaruh program
kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan
dan prestasi kerja karyawan. Retrieved September 17, 2019,
from https://media.neliti.com/media/publications/73331-ID-
pengaruh-program-kesejahteraan-karyawan.pdf
Sutia, D., Indra, S., Permana, H., Arinda, L., & Rahmi, A. S. (2020).
Hubungan morfologi plak pada stenosis arteri karotis
ekstrakranial dengan kejadian stroke iskemik. Jurnal Kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Andalas, 9(2), 157-161.
https://doi.org/10.25077/jka.v9i2.1274
Tabor, E. B. (2006). Handbook of self-regulation: Research, theory, and
applications. Psychiatric Services, 57(4), 585–586.
https://doi.org/10.1176/ps.2006.57.4.585a
Tennen, H., Eberhardt, T. L., & Affleck, G. (1999). Depression research
methodologies at the social–clinical interface: Still hazy after all
these years. Journal of Social and Clinical Psychology, 18(2),
121–159.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of anatomy and
physiology. Wiley.
Widjaja, L. W. (2014). Hubungan lokus kontrol internal dengan
regulasi diri pada mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Budha
(STAB) Maha Prajna Jakarta. Jurnal Psiko-Edukasi, 12(2),
124-134.
http://mx2.atmajaya.ac.id/index.php/psikoedukasi/article/view/
317
Winarno, J. (2008). Emotional intelegence sebagai salah satu faktor
penunjang prestasi kerja. Jurnal Manajemen Maranatha, 8(1),
12–19. https://doi.org/10.28932/jmm.v8i1.195
Zimmerman, B. J. (2000). Attaining self- regulation. Academic Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran
Inform Consent Partisipan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Inform Consent Partisipan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Inform Consent Partisipan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Form Debriefing Partisipan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Form Debriefing Partisipan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Form Debriefing Partisipan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Transkip wawancara P1
VERBATIM SUBJEK 1
P: PEWAWANCARA
N: NARASUMBER
P : Sejak kapan anda menderita stroke, iskemik? Stroke iskemik tuh stroke
penyumbatan?
N : Oh jadi yang seperti bapak kemaren?
P : Ya, bapak kemaren.
N : Setelah beberapa tahun yang lalu, baru sekali itu.
P : Kira-kira apa penyebab bapak mengalami stroke?
N : Yang saya rasakan waktu itu, terakhir makan duren itu, makan duren
terlalu banyak. Pulang kerja belom sampe di rumah, makan duren,
sampe di rumah merasa tidak bisa atau bernapasnya sulit. Terus dibawa
ke rumah sakit, itu yang saya alami.
P : Apakah ada riwayat? Riwayat penyakit-penyakitnya?
N : Tidak ada riwayat.
P : Oke baik, lalu pengobatan apa saja yang bapak sudah jalani selama
mengalami stroke?
N : Yang saya jalani itu obat dari dokter.
P : Pengobatan secara medis ya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
N : Secara medis, obat secara medis.
P : Oke baik, lalu apakah ada perubahan yang terjadi di hidup bapak setelah
an, setelah bapak mengalami stroke? Em, perubahan dari segi apa saja
yang mungkin?
N : Ya perubahan mungkin untuk kebebasan itu sudah berkurang.
Kebebasan sudah berkurang.
P : Kebebasan seperti apa?
N : Kebebasan dalam arti tidak seperti yang dulu sekarang banyak batasan-
batasan, seperti tidak boleh terlalu capek, itu harus diukur dengan
kekuatannya sendiri. Kalo dulu di luar kekuatan kita masih bisa,
sekarang mengukur sendiri.
P : Oke baik, em, selanjutnya mungkin bisa diceritakan bagaimana cara
bapak beradaptasi dengan kondisi yang bapak alami sekarang?
N : Kalo untuk kondisi sekarang sudah bisa, sudah nyaman dan ya tapi kami
masih ingat lagi pada anjuran dokter.
P : Oke baik, em, mungkin bisa diceritakan bagaimana anda, bapak bisa
memahami bahwa bapak sakit stroke dan memikirkan apa yang akan
bapak lakukan selanjutnya untuk menjadi lebih baik di dalam pekerjaan
bapak saat ini?
N : Saya menjaga diri se, dalam hal semua kegiatan saya, saya batasi. Dalam
pekerjaan pun saya juga membatasi diri dan sangat berubah tidak seperti
yang dulu, baik itu di rumah maupun di kantor. Ehem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
P : Oke baik, em mungkin bisa diceritakan bagaimana proses, proses untuk
membentuk diri bapak ke arah yang lebih baik, di dalam pekerjaan
bapak?
N : Em, kami membagi diri dan akan kami pilah-pilah atau saya pilih-pilih,
mana yang harus saya kerjakan dan mana yang tidak, itu kami sudah
mempunyai, em, pandangan. Kalau dulu kami tidak memikirkan
pekerjaan, semuanya saya lakukan, saya membatasi apabila kami sudah
merasa capek, ya kami berhenti, beristirahat dan lain sebagainya. Itu
yang kami lakukan, langkah yang saya ambil selama ini.
P : Oke baik bapak. Baik mungkin em, apakah bapak memahami bahwa
bapak ini sadar stroke dan kemudian em, bapak ini tahu dan sadar harus
merubah pola bapak, apakah bapak tahu dengan hal itu?
N : Saya menyadari bahwa keadaan saya sudah atau sudah em, mempunyai
endapan penyakit ini em, maka saya pun juga harus membatasi segala
apa yang saya lakukan. Keinginan ada, tapi kekuatan tidak ada, maka
kami akan berhenti istirahat. Saya menyadari bahwa saya harus
memperbaiki demi untuk rencana kehidupan saya, itu yang saya lakukan
sampe sekarang pun sudah berangsur-angsur sangat membaik dan sangat
bagus sekali.
P : Oke, cukup bagus bapak ya. Em, lalu mungkin bisa bapak ceritakan
bagaimana bapak melakukan evaluasi diri untuk setiap proses perjalanan
yang bapak lakukan. Maksudnya mungkin bapak untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
kegiatan kemudian bapak mengevaluasi apa yang perlu bapak perbaiki,
itu bagaimana coba bisa bapak ceritakan?
N : Dalam mengevaluasi diri, dalam pekerjaan saya memang sudah
komitmen pada diri saya sendiri bahwa apa yang saya lakukan itu saya
batasi dan saya utamakan yang diperlukan oleh banyak orang, itu saya
utamakan. Yang untuk diri sendiri, itu kami sangat kurangi, maka yang
diinginkan banyak orang itu saya utamakan, jadi tidak berpikir diri
sendiri berarti yang kami butuhkan adalah banyak orang, keinginan
orang, kebutuhan orang lain maka itu yang saya lakukan. Tapi perlu
diperhatikan bahwa kekuatan saya tidak se, sama dengan yang dulu,
maka saya juga perlu batasan itu saya perhatikan betul, itu yang saya
lakukan selama ini.
P : Kenapa bapak memilih untuk mengutamakan kepentingan orang banyak
dibanding kepentingan bapak sendiri?
N : Ya, untuk mementingkan orang banyak, itu banyak hal yang saya
pertimbangkan. Untuk mementingkan diri sendiri cukup hanya
kebutuhan saya saja. Tapi untuk kebutuhan orang lain banyak hal bisa
juga, nanti akan kembali pada diri saya sendiri. Apa yang saya lakukan,
maka saya pun nanti akan menerima hasil daripada orang lain itu. Jadi
tidak melulu untuk orang lain semuanya, tapi saya berpikir bahwa saya
pada orang lain itu, nanti pada akhirnya akan kembali pada diri saya
sendiri. Dalam suatu perbuatan, kehidupan, itu jelas kami melakukan
tidak bisa lepas dari orang lain dan saya juga em, hidup saya tuh juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
dipengaruhi daripada orang lain, bukan dipengaruhi oleh diri sendiri.
Jadi orang lain tuh bisa tetangga, bisa teman, bisa anak, bisa istri, dan
lain sebagainya, itu.
P : Oke baik bapak, terima kasih penjelasannya. Em, kemudian mungkin
bapak bisa ceritakan hal-hal yang bapak dapatkan setelah melakukan
pengelolaan diri ini, dan mungkin pengelolaan diri ini termasuk bapak
menyadari bahwa bapak sakit stroke, kemudian bapak mencoba untuk
bangkit dan berkembang, dan bapak mengevaluasi, nah mungkin bisa
diceritakan em, hal apa aja yang bapak dapatkan setelah melakukan
pengelolaan diri ini?
N : Ya saya merubah pola hidup saya, itu yang penting saya itu tidak ehem,
merasa begitu kecewa yang penting saya itu tidak merasa apa ya down,
dalam artian bahwa segala yang saya lihat, saya lakukan itu tidak
berhubungan pada orang lain maka saya akan down, nah itu saya jaga.
Kemudian saya untuk merubahnya itu membuat suatu kegiatan yang
dapat menyenangkan diri saya sendiri. Karena itu salah satu obat wujud
daripada perubahan dalam hidup yang sudah saya rasakan ada perubahan
yang sangat bagus. Saya akan merubah dan akan mengembalikan badan
tubuh saya dalam kehidupan yang lebih baik lagi, itu yang saya lakukan,
dalam hal kehidupan setelah saya menerima atau mendapatkan penyakit
itu.
P : Jadi mungkin em, setelah bapak melakukan pengelolaan diri tadi yang
termasuk dalam mengubah ataupun merubah untuk hal-hal yang baik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
terus kemudian berani untuk em, mau berkembang, mau menerima itu,
nah bapak sendiri mendapatkan apa di sana? Mungkin seperti contohnya
mungkin apakah ada kepuasan atau mungkin em, rasa syukur atau apa
mungkin yang bisa bapak rasakan dengan mendapat dari hal-hal itu?
N : Ya saya rasa diingatkan kembali kehidupan saya ini di mana saya selama
saya hidup belum pernah mendapat cobaan yang begitu berat seperti itu,
tapi seperti ini saya mendapatkan maka itu suatu peringatan, maka itu
suatu disadarkan untuk lebih membuka diri, bukan egois, bukan
mementingkan diri sendiri, tapi kita kembali pada kehidupan bersama.
Yang jelas saya merubah ini demi semuanya. Dalam hal ini kehidupan
kita semakin hari semakin em, bertambah baik. Em, selama tiga tahun
ini saya merasa melakukan perkembangan dengan baik karena merubah
sikap hidup saya, saya tidak, em, menyalahkan penyakit itu datang untuk
saya tidak, tapi saya merasa diingatkan bahwa em, hidup kita itu banyak
macamnya, yang harus saya lakukan, banyak macam yang harus saya
rubah demi kelangsungan hidup di dalam kebersamaan tadi. Jadi saya
tidak pernah merasa kecewa, dikecewakan itu akan saya hilangkan dan
akan saya buat sebagai cambuk untuk saya berkembang, itu saja.
P : Oke baik, mung, em, terima kasih atas penjelasannya dan mau
keterbukaan dengan bapak sendiri. Em, mungkin bisa bapak jelaskan,
em, apakah bapak mendorong diri bapak untuk memantapkan tujuan
yang lebih baik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
N : Ya untuk mendorong kehidupan yang lebih baik jelas, itu ada. Merubah
sikap, merubah langkah hidup jelas. Kenapa saya mempunyai suatu
gambaran cita-cita supaya di kehidupan ini tidak mengecewakan
semuanya, lebih-lebih dalam kehidupan keluarga, saya tidak akan
mengecewakan untuk semua anggota keluarga saya dalam kehidupan
ini. Yang saya inginkan semuanya sukses bersama berjalan bersama
dengan baik dan semuanya sampai pada tujuan akhir yang diinginkan
masing-masing anggota keluarga, itu yang menjadi semangat dalam
hidup kami.
P : Jadi em, bapak merasa, bapak mendorong diri bapak untuk menetapkan
tujuan hidup yang lebih baik lagi ya? Setelah bapak mendapatkan atau
terdiagnosis penyakit stroke sendiri?
N : Iya, itu yang ehem, menjadi ukuran kami. Saya masih merasa banyak
sekali kekurangan maka dengan adanya saya mendapatkan hal ini saya
lebih em, baik lagi untuk mengembangkan bagaimana caranya pun kami
akan melakukan demi keberhasilan, kebersamaan, dalam kehidupan di
dalam rumah tangga ini. Itu yang saya lakukan dan kami mengharapkan
juga untuk bisa hidup dengan lebih baik dalam kehidupan berumah
tangga.
P : Oke, baik, bagaimana bapak merencanakan langkah-langkah untuk
meningkatkan diri bapak setelah diri bapak mernderita stroke?
N : Ya, langkah-langkah saya, satu, pertama kali saya harus juga menyadari
diri saya. Saya siapa dan saya siapa itu saya sadari. Yang kedua, setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
saya menyadari itu apa yang saya lakukan maka saya perlu tahap demi
tahap. Tidak bisa yang saya lakukan bersama-sama, maka saya punya
keinginan untuk tahap demi tahap, bukan semuanya kita lakukan dan
bisa berhasil tidak. Tapi yang menjadi em apa, kehidupan saya menjadi
berkembang dengan baik ini adalah saya menyadari bener bahwa
semuanya itu akan tercapai apabila kita berusaha, kita menyadari, dan
kita mau hidup dalam kebersamaan, itu.
P : Oke, baik. Oke baik terima kasih bapak em, kemudian apakah bapak
mempunyai keyakinan pribadi tetap memiliki sarana belajar yang bapak
tahu itu efektif? Maksudnya adalah bapak merasa ataupun yakin bahwa
apa yang bapak lakukan untuk mengelola stroke ini, itu efektif? Apa
yang bapak lakukan itu adalah efektif, berarti bapak menjelaskan tentang
apakah bapak menyadari, berusaha, dalam artian sama apakah bapak
menyadari dan yakinlah kalau yang bapak perbuat itu sudah efektif bagi
bapak?
N : Ya emang selama ini yang saya lakukan seperti itu, saya merasa itu em,
lebih mudah dan semuanya itu saya rasakan ada perkembangan yang
baik. Tetapi apabila nanti kami menemukan cara-cara yang lebih lagi
kami juga akan lakukan, dan saya akan menyadari betul. Saya akan
membuat hati saya sendiri tuh lebih senang ya, dalam artian kita lakukan
dalam kehidupan susah, yang kita rasakan dalam hati itu. Kita akan
membuang jauh-jauh itu tapi yang kita rasakan bagaimana cara kita
sekarang untuk coba untuk bisa em, menerima keadaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
menyakitkan seperti ini dalam kehidupan hari demi hari kita akan hidup
lebih baik lagi.
P : Oke, baik bapak. Em, lalu apakah bapak mengetahui konsekuensi atau
hasil yang diberikan dari proses mengubah diri ke arah yang lebih baik?
N : Ya saya tahu apa yang saya rubah itu pasti akan em, mempunyai hasil
yang positif dan hasil yang negatif. Yang positif kita lebih baik lagi, yang
negatif adalah mengurangi em, kebebasan saya dan merasa saya terbatasi
atau dibatasi oleh em, langkah-langkah yang saya lakukan tadi. Jadi
tidak sebebas kalau kita tidak mempunyai batasan-batasan itu.
P : Oke baik em, dengan adanya konsekuensi atau hasil yang ditekan dari
proses bapak dalam mengubah diri ke arah yang lebih baik, apakah itu
dapat lebih memotivasi bapak?
N : Ya untuk memotivasi itu adalah salah satu wujud bahwa kita akan
semakin hari semakin berkembang, semakin hari semakin baik, maka
motivasi saya adalah hidup semakin baik dan hidup dalam berkeluarga
semakin terbuka, hidup dalam keluarga semakin mempunyai sinar dalam
kehidupan. Yang berarti semuanya bisa menyinari dalam kehidupan
maka semuanya akan senang, akan sampai pada tujuan yang diinginkan
oleh anggota keluarga itu. Menjadi kekuatan yang baik bagi kehidupan
saya.
P : Oke baik, dengan adanya hal-hal positif yang didapatkan dari proses
bapak ini, apakah bapak menjadi lebih berorientasi pada tujuan bapak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
N : Ya saya dari hari, em, langkah-langkah yang saya lakukan itu saya
memusatkan dalam kehidupan saya yang utama, yaitu saya ingin
menyukseskan semua anggota keluarga yaitu seperti anak-anak bisa
sekolah, itu adalah bekal yang mereka punyai dan itu adalah hasil
daripada dorongan-dorongan keluarga kami, maka saya pun juga merasa
ada suatu perubahan positif dan mempunyai rasa suatu kebanggaan
dalam hidup saya. Dan ini benar-benar saya rasakan ada suatu perubahan
dari anak-anak saya, maka saya ada suatu dorongan hidup semakin lebih
baik, dan semakin lebih hidup dalam kehidupan di keluarga ini, itu yang
saya laksanakan.
P : Oke baik, dengan em, lalu apakah bapak mengetahui cara-cara dan
proses membentuk diri bapak ke arah yang lebih baik?
N : Ya saya tahu cara-cara membentuk proses yang lebih baik, ya terjaganya
suatu sistem, sistem itu adalah cara yang saya lakukan untuk dapat
berkomunikasi bersama dan keterbukaan, tapi tidak terlewatkan adanya
harga menghargai atau yang saya rasakan adalh untuk saling
menghormati. Itu akan menjadikan suatu kebanggan tersendiri bagi
pribadi saya, saya melihat rasakan senang sekali apabila itu terwujud,
suatu perubahan yang luar biasa bagi saya, itu.
P : Mungkin bisa diceritakan cara-cara seperti apa yang anda lakukan untuk
membentuk diri anda lagi ke arah yang lebih baik?
N : Ya, cara-cara yang saya lakukan atau langkah-langkah yang saya
lakukan terutama tadi sudah saya utarakan di depan, bahwa saya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
menyadari diri saya, yang kedua saya harus memperhatikan betul
keadaan saya, maka saya baru bisa melangkah. Kalo saya itu dalam
keadaan fit, bagus sekarang, maka apa yang saya la, lakukan pasti akan
berhasil dengan baik. Tapi kalo keadan saya tidak fit maka saya
menyadari bahwa apa yang saya lakukan itu akan hasilnya akan tidak
bagus dan akan sia-sia. Tapi kalo keadaan saya itu fit, bagus, maka saya
positif dan memastikan bahwa hasilnya akan baik semuanya, itu. Yang
ketiga adalah saya membuka diri dan menyadari serta mengurangi suatu
kegiatan yang tidak efisien atau tidak berguna sama sekali bagi keluarga,
walaupun itu berguna bagi diri saya, tapi saya mengutamakan orang lain,
karena yang nanti akhirnya akan kembali pada diri saya. Kalau saya
dengan orang lain, maka orang lain akan tahu pada saya, itu yang saya
lakukan dalam langkah-langkah yang tidak mungkin bisa lepas daripada
pribadi kehidupan saya, itu.
P : Oke baik, terima kasih atas penjelasannya. Em, lalu apakah bapak
membayangkan seperti apa proses bapak dalam membentuk diri anda ke
arah yang lebih baik? Maksudnya adalah mungkin bapak
membayangkan ketika bapak selalu berpikir positif, maka hari-harinya
semakin baik, atau mungkin bapak bisa membayangkan kalau ketika
bapak bisa membayangkan emosi-emosi negatif maka bapak akan
merasa lebih terkontrol dalam kehidupan sehari-hari. atau mungkin
bapak mendapatkan hal lain, bagaimana bapak membayangkan seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
apa sih proses dalam membentuk diri bapak ke arah yang lebih baik tuh
seperti apa? Mungkin bisa seperti contoh yang udah saya jelasin.
N : Iya, proses dalam membentuk diri saya itu satu, tidak dikecewakan.
Karna orang yang dikecewakan itu akan lama sekali untuk bisa
menghilangkan atau terobati, karna banyak hal yang harus dilakukan,
atau langkah-langkah, proses-proses itu lama, itu. Yang kedua, dalam
membentuk diri saya itu, saya juga ingin menerima, mendambakan suatu
perhatian, dari seluruh unsur. Baik itu anak, istri, orang lain, teman, dan
lain sebagainya. Itu ada perhatian, itu sangat saya dambakan, itu yang
menjadikan positif, saya akan semakin baik dan itu pasti akan merubah
segala-galanya dalam kehidupan kami, untuk kemajuan yang lebih baik.
Tidak hanya sekedar pribadi, tapi orang lain juga dan kebersamaan, itu
yang saya rasakan, ehem, ehem. Itu langkah-langkah yang saya lakukan,
langkah-langkah yang harus saya jalani.
P : Berarti, em, bapak bisa membayangkan ketika bapak melakukan
tindakan yang ingin bapak lakukan itu, bapak udah tahu, bapak bisa
membayangkannya seperti apa?
N : Ya, bayangan yang saya lakukan itu sungguh indah, sungguh baik dan
sangat kami temukan hari demi hari saya akan menemukan hal yang
seperti itu. Bukan em, yang saya terima suatu kekecewaan, itu sungguh
jauh daripada pemikiran saya yang, menjadi pemikiran saya begitu
semuanya akan saya dapatkan, apabila semuanya itu mengerti keadaan
saya. Saya tidak bisa bebas, tapi saya harus mengendalikan diri dan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
tahap bertahap itu juga akan berubah. Tidak bisa kebiasaan itu dirubah
dengan begitu saja, tapi juga ada proses dalam perubahan saya itu,
sekarang baru begini, sekarang begitu ya, tidak. Proses perjalanan yang
orang lain belum tentu bisa melakukan, itu. Itu yang saya lakukan dari
hidup hari ke hari, itu yang saya rasakan.
P : Oke, terima kasih, em, baik, apakah bapak memusatkan perhatian atau
konsentrasi dalam bapak berproses? Maksudnya adalah bapak bisa
memfokuskan diri bapak dalam melakukan tindakan yang bapak lakukan
setiap harinya?
N : Saya dapat memfokuskan apa yang saya lakukan tidak bisa bersama-
sama, tapi satu demi satu, tahap demi tahap. Hari ini saya pengen seperti
ini dan begini, itu yang saya lakukan dan fokus untuk itu, maka tidak
bisa kalau baru dalam perjalanan fokus gitu terus diputus untuk
melakukan yang lain, itu kami tidak bisa. Yang jelas tahap demi tahap
satu demi satu semuanya akan berhasil dan tidak berhenti di tengah jalan.
Gambaran-gambaran itu jelas sudah saya lakukan dan itu jelas sudah
saya dapat merasakan walaupun begitu berat, tapi kami tidak merasa
begitu berat, karena yang saya lakukan adalah penuh dengan kesadaran
dan menyenangkan. Adanya hanya senang, yang saya lakukan adanya
senang, tidak mengecewakan tidak dikecewakan, itu yang saya lakukan.
P : Oke, baik terima kasih bapak. Em, apa bapak melakukan strategi tertentu
untuk menjalankan proses untuk memperbaiki diri bapak, yang
terkhususkan bapak mungkin?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
N : Untuk?
P : Melakukan em, proses yang lebih baik, memperbaiki diri anda.
Mungkin, bapak aja udah menjelaskan kalo selalu berpikiran positif,
bapak selalu memberikan kesenangan ataupun em, mementingkan
keperluan orang lain, ataupun kebutuhan orang-orang di sekitar bapak,
nah dari bapak sendiri, apakah bapak melakukan strategi tertentu dalam
menjalankan proses untuk memperbaiki diri bapak?
N : Ya, saya punya, punya cara, cara tersendiri dan cara-cara itu mungkin
kurang disadari oleh orang lain, yang jelas langkah saya, tahap saya itu
ada. Dan itu sudah rencana pada diri saya ada dan yang jelas rencana itu
adalah positif. Dan kami tidak mau juga mengecewakan orang lain tapi
ikut bersama-sama mari kita, membuat, merubah menjadi semuanya
senang, memuaskan, dan semua akan menerima hasil yang terbaik bagi
kehidupan. Langkah-langkah saya itu dan tentunya langkah itu yang tahu
adalah diri saya sendiri, bukan orang lain. Dan orang lain hanya tinggal
melihat, oh kenapa dia begini, begini, begitu, dan udah tahu saya
berproses itu. Itu yang saya lakukan.
P : Mungkin bisa bapak jelaskan, strategi seperti apa yang ingin bapak
lakukan untuk memperbaiki diri bapak ke arah diri bapak untuk
mengelola ke arah yang lebih baik?
N : Strategi saya yang saya lakukan untuk merubah menjadi lebih baik
adalah cara, cara, karena semakin hari kami juga mulai berproses.
Strateginya itu adalah cara, langkah-langkah saya, hari demi hari akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
tidak ada kesamaan, tapi pasti akan ada suatu perbedaan, perbuatan
langkah yang saya lakukan itu pasti berubah-ubah. Tapi itu adalah suatu
cara yang harus saya lakukan dan itu akan menemui suatu keberhasilan.
Dan akhirnya saya juga akan merasakan adanya keberhasilan, walaupun
belum sempurna tapi sudah bagian-bagian sudah merasa saya rasakan.
Tentunya dalam kehidupan saya, yang saya, kesehatan saya, terus untuk
berkomunikasi dengan orang lain, itu sudah hasilnya dengan baik.
Hanya masih banyak hal yang saya lakukan, dalam hidup kami, dalam
hidup berkeluarga, dalam hidup bermasyarakat dan bersama orang lain.
P : Oke, baik em, terima kasih. Em, apakah bapak melakukan pengamatan
diri ketika bapak berproses?
N : Ya, saya mengamati. Pengamatan diri saya adalah saya mengamati saya
pribadi suatu perubahan-perubahan. Pengamatan saya ternyata ada suatu
perubahan-perubahan. Oh, setelah saya berbuat perubahannya seperti
ini, kalau saya tidak berbuat juga ada perubahan seperti ini. Saya
melangkah ternyata hasilnya seperti ini, itu ada semuanya ada. Dan itu
saya amati betul, sikap, langkah, dan cara-cara yang positif, dan itu tidak
disia-siakan. Itu cara-cara yang saya amati ternyata hasilnya akan efektif
dan bagus sekali.
P : Oke baik em, mungkin bisa diceritakan juga bagaimana bapak berusaha
memahami munculnya penyebab tindakan-tindakan yang menghambat
proses bapak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
N : Ya, kemungkinan yang saya amati ini, apakah dalam tindakan saya itu
tidak tepat waktunya, salah satunya. Atau yang kedua itu tidak ada
pemahaman dari orang lain menjadikan saya akan merubah cara yang
harus saya lakukan. Itu perubahan-perubahan itu jelas sekali. Yang tidak
bisa lepas dari pada kehidupan diri saya sendiri. Saya mengamati ada
hasil yang bagus dan ada yang masih dalam perjalanan saja sudah
diputus, maka akan mengulangi dengan cara yang lain. Itu yang saya
amati, saya merasakan semuanya.
P : Oke berarti di sini bapak memahami ya munculnya penyebab tindakan-
tindakan yang menghambat proses bapak?
N : Ya saya memahami penyebab-penyebab, alasan-alasan semua yang saya
hadapi. Bagaimana? Mengapa? Ketidakmunculan itu, atau
ketidaksesuaian, atau tidak sejalan, atau tidak dimengerti orang lain apa
sebabnya, maka saya mengoreksi diri ternayat seperti ini, ternyata
seperti itu, dan lain sebagainya. Maka saya koreksi, saya buka lembaran
demi lembaran, maka akhirnya juga akan menemukan lembaran-
lembaran itu dari awal hingga saat perjalan hidup saya saat ini. Dan saya
tidak mengelak bahwa kehidupan saya memang banyak kekurangan ya,
banyak sekali kekurangan. Waktu saya belum bisa menerima pemikiran
orang lain, tapi sekarang sudah bisa menerima pemikiran orang lain.
Kadang saya tidak mau dikecewakan, tapi banyak orang yang
mengecewakan dan sebagainya, itu dalam analisa dalam kehidupan
dalam hidup kami, yang jelas seperi itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
P : Oke, terima kasih. Oke, em, di sini apakah bapak melakukan evaluasi
diri untuk setiap progress bapak tadi? Jadi mungkin bapak tadi sudah
menjelaskan banyak tentang apa saja sih yang menghambat bapak? Apa
saja sih yang menjadi em, dorongan bapak? Hal apa saja yang bisa
mendorong bapak, dan mungkin em di sini em, apakah bapak
melakukan penilaian diri dari tahap ke tahap yang bapak lakukan?
N : Ya tadi saya me, mengevaluasi diri, tahap-tahap yang saya lakukan. Dari
awal saya menyadari saat ini pun saya lakukan. Banyak hal yang se,
ternyata ada kesesuaian dan ada yang tidak kesesuaian. Ada yang
menggembirakan tapi ada yang mengecewakan. Ada yang memuaskan
tapi banyak sekali yang mengecewakan. Hal-hal seperti itu menjadikan
ehem, saya mengoreksi kembali mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa
hal ini bisa muncul, maka saya akan koreksi, dan saya akan merubah em,
saya akan mengupayakan yang lebih baik lagi, dari pada yang sudah
kami jalankan kemaren. Itu yang saya lakukan, saya menyadari bahwa
banyak kekurangan ada, tapi saya berusaha untuk memperbaiki,
bagaimana cara saya memperbaiki, maka saya itu perlu memproses
perjalanan, kesadaran, dan penuh dengan pengertian. Itu yang saya
lakukan pengamatan saya, yang semua sudah saya jelaskan tadi,
menjadikan kekuatan dalam hidup kami dan merubah sikap-sikap saya.
P : Oke, terima kasih mungkin untuk sharing-nya juga tadi. Em mungkin
bisa dilanjutkan untuk em, apakah bapak berusaha mengaitkan hal-hal
yang buruk atau hasil yang kurang disebabkan oleh upaya bapak dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
berproses? Jadi em, bapak bisa menjelaskan secara umum, misalnya em
ketika em, bapak tahu ada hal-hal negatif, bapak lakukan adalah
misalnya menghambat seperti merokok, seperti em tidak ada kesesuaian
dengan orang-orang sekitar, nah di situ apakah bapak berusaha
mengaitkan hal-hal yang buruk itu? Atau hasil yang kurang disebabkan
oleh upaya bapak dalam berproses tadi? Tadi kan bapak sudah
menjelaskan kalau ya mungkin saya akan mengevaluasi diri, nah sejauh
ini yang bapak rasakan untuk mengevaluasi diri itu seperti apa?
N : Ya menyadari keadaan diri saya sendiri dalam kehidupan saya. Setiap
orang pasti mempunyai keinginan, setiap orang pasti akan mempunyai
suatu perubahan, yang jelas terpusat pada suatu kesenangan,
kebahagiaan, bukan suatu kekecewaan. Karna hal itu dalam perjalanan
banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi. Dan itu tentu setiap orang
akan bisa sama, itu juga sulit sekali dilakukan.
P : Oke dari sini mungkin akan mendekati untuk pertanyaan terakhir ya
bapak ya. Jadi apakah bapak melihat kepuasan dan ketidakpuasan
bekerja dari bapak?
N : Dalam bekerja?
P : Kinerja bapak.
N : Iya untuk kepuasan saya bisa melihat dari hasil yang dilakukan oleh
orang-orang yang saya biayai. Di sisi lain ada merasa kekecewaan suatu
menghargai, atau kurangnya dihargai, dan kurangnya untuk mengetahui,
mengerti apa yang saya lakukan. Yang jelas orang lain itu adanya hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
em, atau orang lain itu tidak mau melihat usaha, upaya yang saya
lakukan, maka itu menjadi suatu kekecewaan pada diri saya. Dan itu saya
juga mensikapi apa yang harus saya lakukan. Sampai sekarang pun saya
juga menganalisa terus ada perubahan tapi ada yang tidak berubah dan
ada yang em muncul permasalahan baru dan sebagainya.
P : Jadi di sini bapak bisa mengetahui jikalau bapak puas dan ketidakpuasan
tadi ya? Bapak puas ketika bapak menyadari kalau ada orang-orang yang
em, tidak mengecewakan bapak dan bapak bisa dihargai seperti itu
bapak ya.
N : Yang menjadi pokok dari pada kehidupan saya. Yang saya sendiri pun
juga ya menyadari bahwa saya tuh sudah semakin hari semakin banyak
bertambah usia, maka saya pun juga mengingat orang yang masih muda-
muda, saya pun juga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan anak-anak
muda.
P : Oke em, dan ini adalah pertanyaan terakhir ya bapak ya. Mungkin em,
apakah bapak sendiri mencoba untuk melakukan em, bentuk pengaturan
diri yang baru? Jadi em, mungkin lebih terlihat seperti em bagaimana
bapak mengubah pengaturan bapak untuk melakukan pembelajaran yang
berpotensi lebih baik lagi?
N : Ya jelas itu ada suatu perubahan indikasi yang sangat baik dan tentunya
em, itu ada pada diri saya. Setiap em orang melakukan berubah,
memperbaiki. Yang sudah baik kita pegang, yang sudah baik kita rubah
menjadi baik, yang kurang pas kita pas kan, semuanya itu akan merubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
dari pada sikap-sikap, dari kehidupan kita, kepuasan maupun tindakan
yang harus kita lakukan pada orang lain. Menjadi bekal hidup, semakin
hari saya semakin lemah dalam hal berpikir, dalam hal bekerja, dalam
hal kehidupan yang selama ini saya lakukan, itu sangat-sangat berubah
dari pada kehidupan saya waktu masih muda, itu.
P : Oke kalau bagaimana dengan dinamika bapak dalam bekerja? Apakah
ada hambatan juga setelah bapak mengalami stroke?
N : Ya dalam hal hambatan dalam bekerja memang sudah saya utarakan tadi
bahwa saya tidak bisa seperti kemaren lagi. Dalam bekerja saya masih
perlu menyaring dan membagi apa yang harus saya lakukan, dan itu pasti
tidak full seratus persen seperti kemaren. Yang jelas saya melakukan sa,
pekerjaan yang saya lakukan itu sangat dibutuhkan oleh orang lain, itu.
P : Untuk lingkungan sekitar bapak, dalam em pekerjaan, apakah ada juga
memberi dukungan? Atau ada berapa orang yang mereka juga membuat
bapak sendiri merasa down atau dikecewakan? Dan dalam hal orang
lingkungan dalam lingkup kerja.
N : Ehm, dalam hal lingkup kerja?
P : Iya dalam hal lingkup kerja.
N : Iya karna ada orang yang tidak mau tahu dengan keadaan saya. Tahunya
keadaan seperti sebelum saya menerima penyakit itu ehem. Walaupun
sudah kami jelaskan, saya jelaskan, tapi orang itu masih berpikir pada
pola lama, maka orang-orang seperti itu pun juga merasa em,
mengecewakan saya. Bukan suatu bukan sebuah perbuatan tapi em, apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
ya, menjadikan ketidakpuasan saya atau merasa saya tuh dikecewakan.
Kenapa tidak mau tahu pada diri saya? Tahunya orang itu seperti dulu
saya. Semuanya bisa saya lakukan, dengan kegiatan-kegiatan itu tapi
sekarang saya tidak seperti itu. Itu yang menjadikan hambatan dalam
langkah-langkah saya.
P : Oke, jadi mungkin em, untuk wawancaranya sudah mencakup beberapa
pertanyaan yang sudah itu tadi. Dari bapak sendiri apakah ada yang ingin
bapak utarakan terkait dengan proses bapak melakukan pengaturan diri?
N : Saya kira hal itu, saya belum ada pemikiran-pemikiran. Yang jelas saya
melaksanakan yang ada pada diri saya. Jadi saya tidak ada pertanyaan,
tidak ada apa, permintaan, yang jelas saya tahu keadaan yang sebenarnya
pada diri saya itu penting buat saya gitu. Saya menyadari, disadari, dan
saya menyadarkan dan disadarkan, tuk dapat hidup saling em, saling
menghargai, saling mengetahui, itu saja.
P : Oke mungkin, sudah tidak ada pertanyaan untuk didiskusikan lagi yang,
ini sudah cukup untuk wawancara dan terima kasih atas waktu yang
sudah diberikan, dan atas sharing ataupun wawancara dan data yang
telah diberikan, dan mungkin sekian dulu terima kasih ya bapak ya.
N : Ya sama-sama, semoga sukses semuanya.
P : Oke baik terima kasih bapak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Transkip wawancara P2
VERBATIM SUBJEK 2
P: Pewawancara
N: Narasumber
P : Halo om selamat siang om. Sehat om hari ini om?
N : Selamat siang, sehat.
P : Oke, jadi untuk menanggapi em perkenalan tadi maksud dari
wawancara ini, mungkin bisa dimulai dengan pertanyaan pembuka ya
om ya. Sejak kapan om menderita stroke?
N : Tiga tahun yang lalu, tepatnya bulan Januari. Tapi tanggalnya gak tau
lupa.
P : Itu om masih bekerja om?
N : Masih, masih aktif.
P : Kira-kira apa penyebab om mengalami stroke?
N : Ya berawal dari penyakit gula. Gula darah yang tinggi.
P : Lalu, pengobatan apa saja yang sudah om jalani selama mengalami
stroke?
N : Ya medis, secara medis tu ke rumah sakit, opname satu minggu, terus
diijinkan pulang, karena cuma stroke ringan.
P : Apakah ada perubahan yang terjadi di hidup om setelah om mengalami
em stroke, perubahan dari segi apa saja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
N : Ya terutama secara fisik ya. Secara fisik itu kita kelihatan lemas,
terutama di bagian yang stroke atau yang bagian badan yang kiri.
P : Oke.
N : Jadi gerakannya tidak bisa yang seratus persen normal. Ya digerakkan
tapi gak bisa maksimal.
P : Oke terima kasih om. Bagian tubuh yang sebelah kiri berarti ya om?
N : Kiri, ya.
P : Oke.
N : Terus kondisi stamina makin turun.
P : Oke. Baik om, mungkin bisa kita lanjut lagi. Ke pertanyaan mendalam
tentang stroke itu sendiri ya om ya. Nah di sini, mungkin om bisa cerita
bagaimana om beradaptasi dengan kondisi yang sekarang.
N : Ya kita jalani aja biasa, kita jalani sesuai dengan anjuran medis atau
dokter. Ya kalo kita mau ya kita minum obatnya, aktivitas seperti biasa.
P : Oke.
N : Tapi sesering mungkin aktivitasnya itu ya kalo kita lemes ya kita
gerakkan sesuai dengan aturan orang stroke. Karena kan orang stroke
kan tidak bisa seperti orang biasa. Jadi yang penting aktif saja. Mana
yang dirasa lemah itu yang digerakkan.
P : Oke om. Oke, oke em mungkin bisa om bantu ceritakan bagaimana om
bisa memahami kalo om ini sakit stroke dan memikirkan apa yang akan
om lakukan selanjutnya untuk menjadi lebih baik dalam pekerjaan om?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
N : Ya selama stroke kita banyak istirahat ya yang jelas itu. Jadi aktivitas
banyak yang dikurangi. Tapi tetep menjaga diri, makanan juga dijaga
supaya tidak berlanjut. Karena orang stroke itu kalo sekali stroke kalo
kena kedua itu resiko tinggi. Anggep aja mati separo atau stroke berat.
P : Oke baik om.
N : Yang penting semangat. Semangat untuk sembuh, semangat untuk
hidup.
P : Oke baik. Em, jadi om, em, berpikir, em, om menyadari kalau om ini
sakit stroke terus om, em, tahu apa yang akan om lakukan selanjutnya
dengan cara itu tadi ya, yang penting semangat, mau beristirahat,
seperti itu tadi ya mengikuti anjuran dokter berarti ya.
N : Ya, heem.
P : Oke baik om terima kasih. Em kemudian mungkin bisa om bantu
ceritakan bagaimana proses om untuk membentuk diri om kearah yang
lebih baik, dalam pekerjaan om.
N : Kalau pekerjaan rutin biasa. Rutin biasa kita lakukan, sesuai dengan
aturan perusahaan. Karena perusahaan mungkin juga menyadari kalau
kita baru sakit. Jadi mungkin pekerjaan itu dikurangi semaksimal
mungkin secara fisik maupun pikiran.
P : Oke.
N : Tapi tetep akif di kantor atau di perusahaan.
P : Oke, terima kasih om. Em, jadi kalau proses dari om-nya sendiri, untuk
mengelola aku ni sudah em, menderita atau mengidap stroke ringan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
terus em, om ni melakukan cara apa supaya om bisa lebih baik dari ini
ketika sudah di, diagnostik penyakit stroke?
N : Ya secara pribadi ya, tetep aktivitas seperti biasa. Aktivitas seperti
biasa, bangun ya juga pagi, olahraga secukupnya, makanan yang
diijinkan oleh medis atau dokter, tidak terlalu berpikiran yang macem-
macem, atau pemikiran yang berat, tapi kita tetep aktivitas. Tidak
engurangi aktivitas lah.
P : Oke baik, tetep aktivitas seperti biasa ya om ya.
N : Heem.
P : Oke baik terima kasih om ya. Em, mungkin saya tanyain pertanyaan
selanjutnya ya om ya. Mungkin bisa om ceritakan bagaimana sih em,
om melakukan evaluasi diri untuk setiap proses yang, em, pekerjaan
yang om dilakukan. Jadi misalnya setiap om melakukan pekerjaan om
sendiri di tempat kerja, ataupun dinamika om sehari-hari tuh, om
melakukan evaluasi diri gak sih?
N : Ya secara global enggak ya kalau evaluasi ya. Karena kita sudah capek
untuk kerja di kantor, pulang ya seperti biasa aja. Istirahat, aktivitas
biasa, tidak melakukan hal-hal yang sifatnya menguras energi atau
pemikiran. Jadi banyakin istirahat. Makanan seu, sesuai dengan
anjuran. Jadi tidak bertentangan dengan apa yang dianjurkan oleh
dokter.
P : Oke, tidak bertentangan. Berarti, em, om ya udah melakukan aktivitas
biasa ya, jadi om gak pernah yang atau gak yang mengevaluasi diri om
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
untuk melakukan setiap lebih, jadi lebih ke ya udah aku lanjut step
kegiatan biasa gitu ya?
N : Ya heem, karena kalau kita mengevaluasi tuh kita juga kesulitan karena
kita gak punya data medis yang baik. Artinya kita setelah stroke ni yang
seperti apa to? Stroke ni ya seperti ini ni. Kita hanya melakukan apa
yang sesuai anjuran dokter aja. Bangun pagi ya kita senam biasa, senam
biasa lima menit sampai sepuluh menit. Terus kita berjemur, juga di
jam-jam tertentu selama hampir satu jam atau setengah jam lah, itu aja.
P : Oke. Baik terima kasih om. Nah, om ni, ini bisa diceritakan em, yang
om dapatkan setelah melakukan pengelolaan diri, jadi mungkin em, om
sudah didiagnosis gejala stroke ringan dan em, om sendiri melakukan
pengelolaan diri dengan cara itu tadi, oh mengurangi em, em apa
namanya, em tidak berpikir berat, atau yang penting sesuai protokol
yang medis aja, em apa sih yang om, yang om dapatkan dalam
melakukan pengelolaan itu tadi?
N : Ya mungkin secara medis atau secara kesehatan itu lebih baik, artinya
tidak menambah resiko stroke atau penyakit itu sendiri. Jadi kita em
rutinitas kita tidak harus berat, tapi tidak juga mengurangi resiko
penyakit itu sendiri. Jadi kita tetep hati-hati, karena yang stroke itu
resiko tinggi. Jadi ya kita biasa-biasa saja aktvitasnya sesuai dengan
anjuran secara medis itu mungkin lebih baik.
P : Em, jadi em yang om dapatkan setelah melakukan pengelolaan diri itu
ya lebih tahu diri om ya harus bagaimana itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
N : Ya, ya betul.
P : Oke. Oke baik terima kasih ya om ya. Em, lalu mungkin bisa dibantu
om, kalau untuk om sendiri apakah ada yang mendorong diri om untuk
menetapkan tujuan yang lebih baik?
N : Ya, tujuannya tetep kita kembali lagi ke sehat yang normal ya. Tujuan
utamanya kita tuh kembali ke sehat yang normal. Tapi yang namanya
stroke itu sulit, karna kita harus sabar, sesuai dengan anjuran-anjuran
tadi itu kita harus sabar. Karena itu memang sulit, kalau orang yang
sudah kena stroke, itu kalau kita gak sabar itu malah menambah berat.
Makanya kita harus sabar, melakukan aktivitas biasa, olahraga juga
biasa saja, gak usah yang berat-berat, sehingga badan kita tetep seger
dan kemungkinan besar akan pulih Kembali.
P : Oke. Em jadi em, om sendiri mendorong diri om untuk melakukan
tujuan yang lebih baik tuh yang penting aku mau sehat, dengan aku
mempunyai semangat, aku bisa lebih baik, gitu ya om berarti?
N : Ya betul.
P : Oke, terima kasih om. Lalu, bagaimana om merencanakan langkah-
langkah diri setelah om menderita stroke?
N : Ya kalau kita lihat kondisinya ya. Yang Namanya orang stroke itu
tidak, jangka pendek, artinya penyakit itu tidak di waktu, dibatasi
dengan waktu, sebulan dua bulan sembuh hehe sebulan dua bulan
sembuh itu gak bisa. Yang penting kita me, mengaktivitas diri, untuk
bisa sehat Kembali seperti semula, itu aja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
P : Em, berarti selalu memikirkan supaya gimana caranya aku bisa sembuh
gitu ya om?
N : Iya.
P : Oke, oke terima kasih om. Em, cukup bagus. Terus mungkin apakah
om mempunyai keyakinan pribadi tentang memiliki sarana belajar yang
om lakukan itu efektif? Jadi misalnya, em, om ini yakin dengan
tindakan-tindakan om yang Ketika om lakukan setelah menderita
stroke ini? Itu tuh efektif untuk om? Apakah om mempunyai keyakinan
seperti itu?
N : Kalau secara efektif ya tidak juga ya. Karena yang punya rutinitas itu
kan kita melakukan tiap hari ya dan semua orang bisa melakukan itu
walaupun tidak sakit. Jadi tapi kita punya kemampuan atau keyakinan
bahwa kegiatan kita itu akan lebih baik untuk menjaga kesehatan kita.
Atau paling enggak kita mengurangi resiko stroke yang lebih berat lagi.
P : Oke.
N : Jadi yang kita yakin itu harus ya aktivitas kita sendiri, aktivitas kita
sendiri itu harus kita yakini bahwa itu akan mengurangi resiko stroke
yang lebih berat.
P : Oke, baik terima kasih om. Lalu, em, mungkin apakah om mengetahui
konsekuensi atau hasil yang diberikan dari proses perubahan diri ke
arah yang lebih baik?
N : Kalau konsekuensinya ya kita harus ya secara medis mungkin kita tidak
tahu ya, kalo secara medis tidak tahu. Tapi kalo dari seberfungsinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
orang sehat itu pasti bera, berawal dari aktivitas-aktivitas sendiri. Dari
olahraga, dari makan yang bergizi, tidur, istirahat yang cukup, tidak
memikirkan yang lebih berat, atau paling tidak kita mengurangi
pikiran-pikiran yang, yang menyebabkan kita sakit.
P : Berarti em tindakan yang baik atau yang sesuai anjuran dokter menurut
apa aktivitas yang baik akan membawa konsekuensi yang baik juga
untuk perubahan diri om yang baik berarti ya?
N : Kemungkinan besar iya, kemungkinan besar iya. Karena entar kan kalo
secara medis kan dokter yang tahu, bukan kita yang tahu. Tapi untuk
melakukan di luar itu kita yang tahu. Jadi, frekuensi kegiatan kita itu
kita yang ngatur sendiri. Kalo mungkin dokter, kamu harus makan ini
makan ini makan itu, ini dikurangin ini dikurangi tapi kalo itu tidak
mengurangi penyakit kita ya kita gak papa lakukan aja sesuai dengan
kebutuhan kita. Kalo kita butuh makan ya makan aja makan. Jadi kita
yakin kalo makanan itu tidak mengganggu kesehatan kita. Justru ada
yang orang bilang kita makan sate kambing misalkan, bisa menambah
stroke, ternyata ya tidak juga. Karna yang paling utama itu ya
pemikiran kita. Pola pikir kita yang baik.
P : Pola pikir yang baik ya om jadi?
N : Heem. Ya positive thinking lah.
P : Oke, mungkin bisa dibantu dengan, dengan adanya konsekuensi
dengan yang diberikan dari perubahan diri ke arah yang lebih baik,
apakah itu dapat memotivasi om?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
N : Ya harus to. Harus jadi motivasi, karena kalau tidak kita akan lemah.
Kalau lemah kita akan malas. Kalau malas kita tidak punya aktivitas
apa-apa, itu aja.
P : Oke. Oke baik, dengan adanya em, mungkin, em hal-hal positif yang
didapatkan dari proses ini, apakah om menjadi lebih berorientasi pada
tujuan om. Maksudnya dengan om setelah melakukan banyak aktivitas
atau yang om yakin yang lebih baik, nah itu akan em, menghasilkan,
akan mendorong om em, lebih berorientasi gak sih pada tujuan om
sendiri, sekarang?
N : Ya kalau orientasinya jelas ya, kita menuju hidup yang sehat. Yang
penting itu hidup yang sehat, yang kedua itu mungkin akan menambah
kekuatan kita untuk lebih baik. Artinya tidak serang, tidak terserang
stroke yang kedua kalinya, itu. Dan tujuan kita juga hidup yang sehat.
P : Oke, berarti juga sembuh juga pengennya sembuh juga gitu ya om?
N : Iya.
P : Oke, terima kasih om. Lalu apa om mengetahui cara-cara dalam proses
membentuk diri om ke arah yang lebih baik? Om tahu harus melakukan
apa nih, misalnya, wah kalo om capek itu jadi pemicu terus em, om
harus menghindarinya, atau gimana? Artinya lebih ke om ni sendiri
tahu gak sih cara-cara untuk em, membentuk diri om ke arah yang lebih
baik melakukan pengelolaan?
N : Ya kita anu, apa itu, ck, ya namanya orang sakit ya, orang sakit itu kan
tidak bisa seratus persen beraktivitas, tapi kita bisa mengevaluasi, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
bisa mengetahui, kalau kita aktivitas itu ya sebatas kemampuan kita.
Artinya kalau kita jalam-jalan ya tidak terlalu jauh, kalau senam ya
tidak terlalu lama, gerakannya juga ya tidak terlalu berat, itu aja.
P : Oke, baik om. Oke, jadi secara langsung om sudah tahu lah cara proses
membentuk diri om ke arah yang lebih baik ya?
N : Ya.
P : Em, apa om membayangkan seperti apa proses dalam membentuk diri
om seperti itu, seperti apa? Maksudnya kayak, om ni bayangin gak sih,
wah kalo misalnya hidup yang baik tuh, atau pola yang baik tuh kayak
gini. Nah om tuh, em, ini gak, sering bayangin gak? Prosesnya itu, aku
harus kayak gini, karna itu bahaya terus aku harus kayak gini?
N : Kalo soal bayangan atau kita membayangkan hidup yang baik tuh
semua orang ke a ke arah sana ya, semua orang pasti arah ke sana.
Walaupun dia tidak sakit, tapi arahnya juga ke sana. Apalagi orang
yang sakit, tujuan utamanya tu sembuh dan arah yang lebih baik dari
pada yang sebelumnya, itu.
P : Oke, baik om, ini sudah mendekati pertanyaan yang terakhir ya om ya.
Oke, jadi apa om memusatkan perhatian atau konsentrasi dalam proses
yang om lakukan?
N : Kalau konsentrasi tidak, artinya kita tidak harus setiap hari melakukan
itu tidak. Karna kita punya aktivitas yang lain. Jadi kalau kita kepingin
melakukan ya lakukan lah. Tapi paling tidak kalau kita olahraga ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
antara lima sampai sepuluh menit itu kita olahraga. Sesuai dengan
kemampuan kita.
P : Oke, berarti em, tidak terlalu konsen em, tidak terlalu berfokus ya om
ya, karna ada beberapa ya, ya udah se, melakukan semampunya aja ya
om?
N : Ya betul.
P : Oke, lalu apa om melakukan strategi tertentu dalam menjalankan
proses untuk memperbaiki diri om?
N : Ya kalau strateginya ya kita ya, gimana ya, namanya orang sakit itu kan
tidak berfokus dengan jam tertentu. Misalkan saya harus bangun jam
lima, harus kita bangun jam tujuh, kan tidak. Tapi kita tetap bangun
pagi, misal kan kita aktivitas senam atau kita olahraga ringan, atau ya
seperti biasa orang hidup di rumah tangga.
P : Em, jadi lebih ke enggak, lebih ke enggak memikirkan strategi seperti
apa cuman melakukan hidup senormal mungkin ya om?
N : Ya betul.
P : Oke.
N : Aktivitas-aktivitas kita tuh jangan istilahnya terpaksa atau dipaksakan
gitu.
P : Jangan terpaksa atau dipaksakan ya berarti. Oke, nah apakah om juga
melakukan pegamatan diri ketika berproses? Kayak mengamati, oh jadi
aku sudah sampe taraf ini, aku sudah melakukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
N : Oh kalau itu tidak ya, karna saya tidak punya jadwal atau program
tertentu untuk melakukan itu. Karna kalau kita punya schedule seperti
itu, kita ya harus punya catatan tertentu. Misalkan hari pertama itu kita
jalan-jalan seratus meter misalkan gitu. Atau jalan paling lama lima
menit itu, terus besok kita tingkatkan atau gimana itu. Itu kita harus
punya schedule-nya, jadi kita bisa mengevaluasi itu kita tidak punya,
ya rutinitas biasa aja yang kita bisa lakukan.
P : Oke terima kasih om. Lalu apakah em, om berusaha memahami
munculnya penyebab tindakan-tindakan yang menghambat proses om?
Jadi om ini tahu dan paham kalo misalnya penyebab tindakan-tindakan
itu bisa menghambat proses om seperti misalnya em merokok, atau gak
minum obat, itu tahu itu bakal menghambat om untuk misalnya ke arah
baiknya sembuh atau apa, om ini memahami itu gak?
N : Itu kita pahami juga, tapi kalo untuk hal-hal yang terkait untuk seperti
merokok itu kita tidak bisa mencegah diri karna kita ya tahu sendiri
kalau orang sudah merokok itu artinya sulit kita kendalikan, mau tidak
mau kita juga merokok. Tapi bagi orang yang punya penyakit stroke,
baik ringan maupun berat, itu kalau bisa dihindari, bahaya merokok
atau makanan yang artinya yang mengganggu kita kembali ke stroke
lagi. Jadi yang kandungan kolesterol yang tinggi atau mungkin gula
yang tinggi dan sebagainya.
P : Em, jadi jadi memahami juga gitu ya om ya?
N : Ya kita pahami juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
P : Oke, em, tinggal beberapa pertanyaan lagi ya om ya. Berhubungan
dengan itu, em apa om melakukan penilaian diri untuk setiap proses
om?
N : Melakukan penilaian diri, dari, dari tadi kita gak evaluasi ya, karena
kita gak punya schedule-nya. Kita melakukan hal itu berapa menit atau
berapa jam. Jadi kita tiap-tiap hari tidak bisa menilai atau mungkin tiap
bulan tidak bisa mengevaluasi, yang jelas kita rutinitas aja melakukan
hal-hal seperti itu. Tapi tujuannya kita untuk lebih sehat lebih baik.
P : Oke, em, apakah om berusaha mengaitkan hal-hal yang buruk atau hasil
yang kurang setelah berupaya dalam berproses tadi?
N : Kalau mengaitkan juga tidak, tapi kita tahu persis apa yang kita lakukan
tuh yang terbaik. Artinya hal-hal yang tidak kurang baik untuk kita ya
sebisa mungkin kita hindari. Contohnya olahraga berat kita lari-lari, ya
kita gak usah lari-lari. Karena kita kalau lari-lari kalau orang stroke kan
gak bisa. Kalau yang sifatnya kenceng atau banter atau keras, ya kita
cukup jalan-jalan aja. Resiko tetep kita jaga, karena kalau resiko tidak
kita jaga ya nanti kita yang menanggung akibatnya. Dari situ kita bisa
ya kalo kita kecapekan gitu kalo orang stroke bisa kena lagi yang kedua
atau stroke yang kedua, stroke yang kedua tuh lebih parah daripada
stroke yang pertama.
P : Oke, em, lalu mungkin apakah om melihat kepuasan dan ketidakpuasan
om sendiri dalam mengelola diri om setelah om didiagnosis penyakit
stroke?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
N : Kalo puas ya kita koreksi diri ya, kita sebenarnya sudah cukup atau
tidak, karena kalo yang namanya puas itu kalo kita merasakan sudah
cukup sehat atau sudah sehat itu kita puas. Tapi kalau kita belum
merasakan sehat atau cukup sehat itu kita belom puas, itu aja. Jadi hasil
yang kita lakukan itu istirahat cuma menjaga diri supaya kita tidak kena
yang kedua, mengurangi resiko, itu aja.
P : Oke jadi em, intinya cuman em, mengurangi ada kedua ya, yang
penting ya puas tapi jangan tetap mengoreksi diri dan kalau tidak puas
berarti masih ada yang kurang gitu ya, oke.
N : Ya betul ya.
P : Oke mungkin pertanyaan yang terakhir ya om ya. Em, apakah om
mencoba melakukan bentuk pengaturan diri yang baru?
N : Ya kita lihat dulu kondisi kita, kalo kondisi kita tu semakin baik,
kondisi kita semakin sehat, mungkin kita tingkatkan kegiatan kita. Tapi
kalo kondisi kita tidak semakin baik, tidak semakin sehat, ya kita harus
mengatur ulang, artinya kalau kemaren jalan seratus meter ya kita
kurangi tujuh puluh lima meter, misalnya gitu. Kalau kita bisa muter
satu stadion satu kali, berarti tuh jangan satu kali, setengah, setengah
putaran saja kita istirahat, itu aja.
P : Berarti, em, om juga akan melakukan, melakukan bentuk pengaturan
diri tuh ya setelah om juga melihat apakah ada perubahan hidup apa
enggak? Terus melihat gimana polanya gitu ya?
N : Iya iya iya, ya selama kegiatan tuh memperhatikan kondisi fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
P : Oke, oke, ini sebenernya sudah sih om, sudah, selesai dengan pokok-
pokok pertanyaan kan, karena ya aku juga tahu kalo opo, om juga pasti
sesek juga, pasti capek juga kalau lama-lama kan, dan mungkin untuk
yang lain-lainnya bisa didukung sama ceritanya tante atau apa.
Mungkin sejauh ini sudah cukup aja om, atau mungkin ada om, ada
yang ingin om tanyakan atau apa?
N : Cuik, gak ada e, gak ada, yang mau ditanyaka gak ada. Cuma secara
umum kalo orang stroke tuh ya seperti ini, kondisinya. Nah ini di rumah
saja atau di rumah sakit. Cuman kalau di rumah sakit tuh ada yang
ngawasi kalau di rumah tuh ya gimana pengawasannya, kan aktivitas
di rumah tuh beda di rumah sakit. Rumah sakit tuh khusus kalo di
rumah sakit tuh kan khusus ada yang ngerawat sendiri, ada yang
memberi obat sendiri, dan diawasi oleh dokter. Kalo di rumah kan gak
ada, itu bedanya.
P : Em, terus om suka was-was gak kalau misalnya gak ada yang ngawasin
gitu?
N : Kalau was-was ya semua orang mesti was-was, orang sehat aja mesti
was-was kok, namanya stroke itu. Karena ketidak, kedisiplinan kita,
baik dari pola makan kita, aktivitas kita api kalo orang sehat itu kan
kebanyakan bergaya ya, aku lo nih sehat, tapi tahu-tahu kemaren,
dibilang sehat tahu-tahu besok di, gak bisa bangun tidur, nah itu yang
tidak bisa kita awasi dan kita jaga, itu. Kalau orang sudah tahu besok
saya mau stroke nah itu di kita awasi. Tapi kan ya secara umum orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
tidak tahu itu stroke. Bangun-bangun tidur tahu-tahu stroke, baru
makan ya orang bisa stroke, baru jalan kita bisa stroke, tapi yang kita
awasi itu pola makan kita sama pola hidup kita, itu aja ya.
P : Oke, oke mungkin cukup om untuk wawancaranya juga, aku juga takut
ntar kalo om jadi capek kan. Udah om ini gak ada pertanyaan lagi gak
mungkin?
N : Gak ada.
P : Gak ada oke, makasih om ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Transkip wawancara P3
VERBATIM SUBJEK 3
P : Em oke, selamat siang tante, dengan tante siapa ini?
N : Dengan Emilia Rahayu Budi Astuti, biasa dipanggil Emi hehehehe.
P : Oke, Budi Astuti, terus em, sejak kapan ibu menderita stroke diskemik?
N : Em, kemarin, em, tahun 2019 tapi bulan Oktober po ya?
P : Oh tahun 2019 bulan Oktober?
N : Ho’o, pada tahun 2019 itu karena em, mendadak itu kayak vertigo tu lo.
Kayak vertigo, terus em mata kebuka langsung kayak muter-muter itu lo.
P : Oh iya.
N : Ho’o terus dibawa ke IGD tuh tensinya langsung tinggi seratus tujuh
puluh bawahnya seratus sepuluh po ya.
P : Oke.
N : Trus akhirnya ditangani, dikasih obat. Ternyata waktu itu dikasih obat
sempat malah naik, seratus sembilan puluh po ya. Jadi naik seratus
sembilan puluh, bawahnya ketika itu ketok, kelihatannya sama. Habis itu
terus em waktu proses itu dapat obat penurun tensi. Gak tau obatnya apa,
kayak semuanya tuh diresepin semua tu lo mas. Jadi tadinya gak em, apa
ya, gak bisa digerakkan tu kayak lemes.
P : Jadi kayak tuh setelah diobatin tuh jadi susah digerakin tuh ya.
N : Heem. Iya yang sebelah kiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
P : Oh yang sebelah kiri. Oke terus untuk kira-kira penyebab strokenya tuh
apa ya?
N : Em, nah, sebenarnya kalo saya sering makan itu ya, em sering makan
sayur yang dipanasi tuh lo mas. Kayak sayur santen.
P : Sayuran yang dipanasi sama santen ya.
N : Heem, konsumsi itu. Terus sering goreng-gorengan, kalo gak pake goreng
apa, kalo minyak tuh kan, apa-apa masak kan mesti digong, di-gongso apa
digoreng,
P : Oh gitu.
N : Iya, terus santen itu kalo masih ya itu yang habiskan cuma saya hahaha.
P : Berarti pemicunya gara-gara dari makanan ya?
N : Nah, makanan iya. Heem itu, terus sama yang kedua mungkin sering
kemrungsung.
P : Oh sering kemrungsung.
N : Sekiranya itu..
P : Buru-buru ya?
N : Ho’o buru-buru, terus kan kadang punya target em, paling kayak masa
sekolah atau kerja itu kan jam satu udah harus siap. Sementara kadang
ada, ada tamu, apa-apa jadi kemrungsung to yo. Terus ada pikiran anu apa,
tiba-tiba gitu lo. Jadi seolah-olah tuh kalo tidak melibatkan sodara gitu
tuh, terus nganu, opo yo, kayak perasaannya kayak di, di apa ya,
disisihkan gitu lo. Merasa di em, kayak gak dianggep gitu lah, opo yo.
Padahal kan, padahal kan saya em walaupun masih di bawahnya dia em,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
saudara saya yang lebih kayak ipar atau bagaimana, ya lebih tua dia
umurnya. Tapi kan awu-nya, keris-nya saya kan. Adek ipar kan banyak
yang usianya lebih tua dari saya ya, jadi kadang ya itu apa ya gak
nganggep gitu lo ngrosone hehehe. Kurang em, ya mungkin karna anu
terbawa nganu juga, perasaan aja. Sisanya gak apa-apa sih sebenernya..
P : Oh ibu dari kegiatan gitu jadi kepikiran gitu ya?
N : Heem ya betul. Yang saya amati yang saya rasakan gitu tuh. Ya itu sama
dokternya kan disuruh nganu apa-apa tuh jangan dimasukan di pikiran bu,
ya kalo bisa tuh ya rasah ngoyo rasah ngoyo, apa yang bisa dilakukan ya
dilakukan, kalo capek ya udah dak usah, harus istirahat dulu gitu.
P : Trus lanjut lagi tante pengobatan yang sudah tante jalani selama stroke?
N : Kemaren pernah anu em pengencer darah itu apa ya namanya singostasin?
Singostatin apa, apa namanya itu heem, berhubung saya kan kemarin em
ada apa kayak menstruasi gak berhenti-berhenti tuh padahal kan tuh
pengencer darah. Kalo minum itu kan tamban nanti gak berhenti-berhenti
darahnya to, sementara itu em, itu dalam pengobatan itu trus dihentikan.
Dihentikan gak minum obat itu lagi, biar gak kalo mens gak anu sampe
apa berkepanjangan tuh lo mas. Tapi nanti kan malah anemia, sudah sama
dokter ya udah distop aja gitu. Sama dokter poli kebidanannya gitu.
P : Berarti em pengobatannya cuma secara medis aja ya?
N : Heem iya.
P : Trus kemaren sempet dirawat atau?
N : Dirawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
P : Oh dirawat.
N : Ho’o seminggu, trus tambah istirahat dokter seminggu. Dua kali kok saya
tuh. Kalo dirawat di rumah sekali aja, gitu. Tapi pernah ngebet ke
belakang tuh sampe kunang-kunang setelah, aduh jatuh. Ngempet ke
belakang juga gak boleh to itu. Gak papa mas gak papa?
P : Gak papa ini gak papa.
N : Itu kena angin ya.
P : Iya. Lalu apakah ada perubahan yang terjadi di hidup ibu setelah ibu
mengalami stroke?
N : Oh perubahannya ya itu harus bisa mengendalikan apa ya em kayak emosi
gitu. Jangan sampe apa em gampang marah-marah, cepet marah tuh lo
mas. Jadi emosinya anu di, kalo bisa dihindari, jangan sampe marah, gitu.
Trus yang kedua ya itu kalo merasa capek ya udah istirahat jangan
dipaksakan, jangan disentakke tuh lo koyo ngoyo hahaha.
P : Jadi sering kecapekan ya dulu ya?
N : Iya heem sering kecapekan, padahal saya tidurnya mudah lo. Boboknya
mudah keliatannya sebenarnya, tidurnya tuh langsung bisa tidur gitu lo,
kayak capek itu. Ya, cuma kalo tidur itu gak pernah kok sudah tidur itu
pasti nganu ada dalam mimpi tuh kerja terus. Apa artinya kayak gitu? Jadi
kalo tidur, istirahat itu anunya ke mana-mana, sampe mengigau. Kenapa
itu?
P : Ya jadi bisa ter-stresnya karena represi, nah represi karna tekanan yang
ada dalam real life kita sendiri kan bisa dalam pola hidup kerja, supresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
karena ada pikiran sama perasaan itu yang disebabkan akhirnya tuh secara
gak sadar alam bawah sadar kita yang bekerja. Jadi tidur-tidur tuh capek
tapi bukannya bangun malah seger malah makin capek karna itu tadi
namanya stresnya kan atau supresi itu tadi. Mungkin ya berarti tante bisa
dibilang tuh stresnya juga tinggi berarti ya?
N : Oh gitu, iya, iya termasuk.
P : Oh gitu.
N : Kadang saya kerja tuh suka ngomong sendiri lo mas. Takut e anu kelupaan
hehehe haduh. Ada temen yang bilang Emi kui ngomong dewe lo ho’o,
padahal jane pinginnya biar, milihnya gak anu..
P : Oh biar, biar, biar bisa luwes pikirannya gitu ya?
N : Heem heem heem iya, nah itu. Tapi sekarang saya ke pengobatan rutin.
P : Pengobatan medis tadi masih ya?
N : Hipertensi.
P : Oh hipertensi.
N : Hipertensinya rutin ya, hipertensinya obatnya candesartan hanya itu sama
em kemarin hanya dikasih vitamin untuk syaratnya itu. Sempat minum
obat sarap juga. Terapi, pernah terapi juga. Dalam proses penyembuhan
itu terapi juga.
P : Terapi juga ya, selain medis ada terapi juga?
N : Iya, terapinya tapi terapi nganu lo kayak kecapekan gak terapi yang
khusus untuk apa sarap sik nganu enggak.
P : Bukan fisio, fisioterapi terapi berarti ya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
N : Ya fisioterapi.
P : Oh fisioterapi.
N : Masuk fisioterapi tapi untuk nganu, biar, apa ya.
P : Rileks gitu ya.
N : Ho’o rileks otot-ototnya gak tegang itu aja, iya. Mengamati kalau pola,
pola makan dan pola hidup.
P : Pola makan sama pola hidup?
N : Heem. Ya itu kalo pola hidupnya sering itu apa terbawa perasaan itu heem
heem.
P : Oh terbawa perasaan terus mulai mikir, mikir, mikir, stres, banyak
tekanan.
N : Heem heem heem iya betul. Terus bilangnya di dokter saraf itu, ada
hubungannya hahaha. Tapi kalo untuk obat hipertensi itu bilangnya dokter
penyakit dalam di Lempuyangwangi itu tetep harus rutin dak boleh lepas.
P : Kalo perubahan secara fisik, ada gak mungkin fisik tuh jadi lebih capek,
atau mungkin sempet kaku di bagian salah satu fisiknya?
N : Iya iya ada kadang nganu kayak gimana gitu lo berat gitu lo.
P : Badannya berat gitu ya?
N : Ho’o berat. La ini selama covid harus menjaga nganu to.
P : Iya pola, imun.
N : Imun itu tubuhnya harus dipikirin makanya yo apa-apa yo di maksudnya
haha.
P : Bisa dijaga pokoknya sadar lah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
N : Ho’o ho’o iya jadi ya badannya gemuk ya hahaha.
P : Hahaha enggak kok sans aja bu hahaha. Terus untuk caranya ibu
beradaptasi dengan kondisi yang sekarang? Caranya beradaptasi dengan,
ya maksudnya kan mungkin itu sudah, sudah pernah mengalami em,
penyakit stroke ini. Terus cara ibu untuk beradaptasi dengan ya itu juga
harus bekerja, nah itu gimana?
N : Heem harus, nah itu harus bisa mengatur.
P : Harus bisa mengatur ya.
N : Ho’o mengatur ya makanannya apane dalam sehari itu terutama ya minum
itu lo. Minum tuh kan kadang saya kurang.
P : Oh air putih ya?
N : Ho’o padahal kan em apa obat tensi tuh harus banyak minumnya padahal
kalo banyak minum harus ke belakang haha. Kadang kalo ke belakang tuh
suka diempet, saya ampet kadang itu.
P : Ooh.
N : Tapi kan ya gak boleh ngempet juga ya. Ya harus segera, ya annu to.
P : Iya terus em terus untuk pekerjaan juga adaptasinya?
N : Ya anu bisa kok.
P : Bisa? Masih bisa beradptasi dengan pekerjaannya?
N : Iya bisa kok cuman nek gek anu ya itu. Mesti harus punya target, apane
shift shift pagi itu kalo bisa ya diselesaikan, sampe sesuai nganunya
sampel yang ada, jangan ditunda. Kalo ditunda kan numpuk-numpuk nanti
kasian yang selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
P : Oh yayaya.
N : Ha yang siangnya ho’o to, kan memang itu kan anu berantai to mas kalo
kerja shift itu. Kalo paginya pas, pas gak banyak ya pokoknya bisa,
kerjaannya pokoknya bisa diselesaikan , dibereskan. Jadi sesuai
nganunya, kemampuannya kita nah. Kalo dulu saya tuh pikirannya gini,
pokoknya kerjaan pagi harus udah selesai. Jadi kadang agak pulang molor
gitu tuh.
P : Ooh iya.
N : Jadi kan kayak beban to, jadi kalo belom selesai mau pulang itu gimana-
gimana sama temen. Tapi sekarang kan gak perlu gitu. Ha kemampuannya
hanya sampe se, jam dua ya jam dua harus selesai. Nanti kalo anu
kasihkan temen, kan ada istilahnya ada pasrah serah terima itu lo. Jadi ya
udah, jadi sak anunya.
P : Se, sedapetnya juga ya.
N : Ho’o iya gak boleh ngoyo itu tadi.
P : Lalu bagaimana tante bisa memahami kalau tante ini sakit? Terus
pemikiran apa yang akan tante lakukan selanjutnya untuk menjadi lebih
baik dalam pekerjaan?
N : Oh ya hati hati, lebih hati-hati. Ya makan juga harus dijaga, gak anu apa
ck pokoknya gak seperti biasanya apalagi kan nek seusia saya harus yang
udah pernah itu lo. Waktu muda sudah pernah makan anu apa waktu
kurban itu, biasanya makan apa haha. Ya di soto dibuat apa, kambing
dibuat tongseng gitu. Apa-apa kadang semua dimakan gitu lo, nah ini kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
harus bisa memilih yang harus saya kurangi yang harus saya hindari tuh
apa. Jadi tahu diri gitu. Jadi bisa....
P : Jadi tante memikirkan apa namanya oh aku udah harus, aku udah sakit nih
berarti aku harus memikirkan untuk cara lebih baik supaya bisa mema,
mem, beradaptasi gitu ya?
N : Nah nah nah beradaptasi yang jangan sampe nanti terulang kembali seperti
itu. Kan kaya gitu kan harus dari anu dari diri kita sendiri to, walaupun
orang lain memberitahu harus gini harus gini, kalo kita gak melaksanakan
ya sama aja.
P : Ya sama aja. Trus prosesnya tante untuk membentuk diri tante ke arah
yang lebih baik di dalam pekerjaan tante, itu gimana prosesnya tante untuk
membentuk diri tante ke arah yang lebih baik? Kan setelah stroke pasti
tante mikir, wah saya fisiknya halangan, saya gak, trus prosesnya tante tuh
gimana, untuk beradaptasi?
N : Prosesnya?
P : Iya.
N : Ya nganu, pelan-pelan hahaha.
P : Oh pelan-pelan.
N : Gak bisa langsung anu nanti kan yo bertahap istilahnya apa ya, gak bisa
langsung anu apa ya cepet gitu gak bisa, pelan-pelan ya. Beradaptasinya
pelan-pelan, bertahap ehe. Ya kalo sakit kan brek cepet ya, kalo mau
sembuh kan emang harus..
P : Emang harus bertahap?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
N : Heem, iya.
P : Em, berarti emang tante ini ya harus bisa melakukan adaptasi baru ya
untuk kejadian seperti ini?
N : Nah iya haha, new normal haha, kayak covid aja hahaha.
P : Berarti pelan-pelan tante mengamati ya, maksudnya tante harus ngapain,
terus gimana cara beradaptasi gitu ya?
N : Iya.
P : Em, lalu bagaimana em, tante melakukan evaluasi diri untuk proses
pekerjaan yang tante lakukan? Jadi em tante ketika misal nih tante kan
bilang, wah berarti saya harus menjaga temperamen biar gak marah-
marah, trus abis itu, nah itu kan evaluasi dirinya tante, berarti kalau tante
melakukan evaluasinya tuh setiap prosesnya tuh gimana?
N : Setiap proses?
P : Jadi bagaimana tante melakukan evaluasi diri untuk setiap proses
pekerjaan yang udah dilakuin tante tuh?
N : Oh, oh itu mungkin nganu yang menilai kan temen kadang. Kadang temen
tuh malah mengingatkan, yang mengingatkan saya keadaan saya tuh lo.
Anu, udah, udah nganu belom, udah minum obat belom, kadang malah
ada yang, yang peduli gitu lo. Ada kepedulian dari em ya, baik dari orang
rumah, baik dari temen kerja. Pokoknya di sekitar situ lo, tapi yang tahu
persis dengan kondisi saya. Nah kepedulian iya, ada kepedulian dari
sesama rekan kerja, kepedulian dari dalam keluarga, itu kan biasanya gitu
to. Dan saudara-saudara juga kan gak tau to saudara-saudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
P : Jadi em dari temen-temen, rekan kerja, maupun saudara tante itu yang
menilai tante trus akhirnya tante bisa, berarti aku bisa lakuin ini aku bisa
ngapain ini seperti itu?
N : Heem, iya.
P : Trus mungkin bisa tante ceritain hal-hal yang dapet, yang tante dapetin
setelah melakukan pengolahan diri?
N : Em, anu apa, hasilnya atau?
P : Iya hasilnya, hal-hal yang tante dapatkan setelah melakukan pengelolaan
diri? Kan tante berobat udah stroke nih, trus sadar udah harus membentuk
kebiasaan baru nih, trus hal yang tante dapetin apa selama berada dalam
proses itu?
N : Ya harus lebih nganu apa sabar. Gak ya itu, gak terlalu terbawa perasaan
jadi ya se, apa sema, ngalah itu opo yo? Ya gak pasrah sih, tapi ya se sak,
duh ngomongnya opo yo istilahnya sesuai kemampuan, nah kemampuan
kita saat ini lo ya.
P : Jadi yang tante dapetin tante tuh bisa ini ya, bisa mulai mengolah diri tante
misalnya dari pekerjaan, kesehatan, itu tante udah tuh itu yang tante
dapetin berarti ya?
N : Oh iya heem, iya. Kalo saya kan biasane kalo disuruh apa iya iya hahaha.
Jadi semua langsung ya, padahal kadang kan gak tau to.
P : Kapasitas kemampuan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
N : Iya heem, istilahnya sekarang ya sak titahe apa ya sak hahaha. Kondisnya
kan kayak gini nek dipekso nanti ya malah nganu lagi. Malah kembali
nganu lagi kan malah lebih parah to nanti.
P : Iya kalo udah sekali nanti.
N : Iya ho’o, ada yang pesen jangan sampe jatuh. Nanti kalo jatuh kan gak..
P : Susah ya?
N : Ho’o susah, kalo sampe jatuh itu, kalo bisa jangan sampe jatuh.
P : Heem iya, trus apakah tante mendorong diri tante untuk melakukan tujuan
yang lebih baik?
N : Iya, iya. Ya itu sama keluarga ya itu ada istilahe memberitahu gitu lo.
Supaya jangan, istilahnya jangan dengan sengaja membikin apa ya,
membuat emosi haha. Nanti disuruh begitu terus mau itu, kalo gak mau
itu ada rasanya gitu lo istilahnya. Trus gak mau gitu jadi ngasih pengertian
nah, istilahe kita harus ngasih pengertian pada anu yang ada di rumah kan
gitu. Nek nek di kantor kan udah, ya emang ada yang mau tahu ada yang
terserah gitu kan ada. Ya kita harus nganu gak gebyah gebyah uyah
menyamakan to tiap pribadi kan beda-beda to. Ho’o kalo di kantor kan
beda-beda.
P : Trus bagaimana tante merencanakan langkah-langkah untuk
meningkatkan diri tante setelah mengalami stroke? Langkah-langkah, jadi
tante em, jadi tante merencanakan aku harus ngapain aja ya, pertama aku
harus belajar nih mengatur emosi kan, trus tante merencanakan wah aku
mau mengatur waktu, aku harus istirahat lah, itu gimana tante?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
N : Oya menjaga nganu apa bisa, bisa mengatur diri sendiri to biasanya.
Mencegah biar gak terulang kembali to. Jadi kita harus pandai-pandai
mengatur em kondisi. Umpamane kondisi kita capek ya udah gak usah
diteruskan gitu lo. Kalo em apa, pokoknya merasa gak enak itu apane mau
sakit tu yo jangan terus diterjang gitu. Heem jadi jangan memaksakan anu
kehendak.
P : Kehendak?
N : Iya, maunya rumahnya bersih haha. Tiap hari gini harus gini ya tidak
mengharuskan gitu lo istilahnya iya. Tidak mengharuskan tapi yo tetep
anu, yo tetep apa ya, em, tetep jalan terus gitu lo mas. Tidak
mengharuskan tapi tetep jalan terus apa yang sudah ada baik tu ya udah
dikerjakan biasa gitu lo. Contohnya kalo di rumah pas ama, masak yo
jatahe masak yo masak gitu lo. Trus jangan sampe terus dengan anu udah
punya sakit terus gak masak, terus hanya beli gitu kan ya juga anu to, juga
hubungannya dengan ekonomi juga to kan. Ya tambah hem tambah nganu
kan, beda lagi to nanti hahaha. Kalo sudah gak mau apa-apa gitu kan cuma
taunya dicepakke gitu kan gak mungkin to, walaupun mungkin kita punya
sakit tapi tetep harus anu..
P : Harus bisa ya?
N : Heem harus ada kewajiban nah kewajiban itu apa hahaha. Karna harus
masak harus nganu kan ya itu emang sudah tugasnya gitu lo mas, nah ya
itu walaupun sakit hem tapi kan masih ada nganu to istilahnya ada obat
gitu kan kalo harus minum obat ya minum obat. Cuman ya itu kalo minum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
obat tu trus kadang gak bisa nganu inget jam, jam apa pagi, apa siang, apa
sore tu lo saya yang belum nganu minum obat itu mas. Iya, kalo pagi tu
jarang minum obat. Biasanya kalo mau jam, mau bobok baru minum obat.
P : Baru minum obat?
N : Hahaha iya jadi kadang diingetin sama anaknya, udah minum obat belom?
Nah udah, udah ada yang memperhatikan gitu lo, walaupun hanya
mengingatkan minum obat ya itu kan udah termasuk perhatian to. Nah jadi
dalam rumah dalam apa to keluarga tuh ada yang saling mau peduli gitu,
iya.
P : Apakah tante mempunyai keyakinan pribadi tentang memiliki sarana
belajar yang, yang dilakukan tuh efektif? Jadi pola-pola yang tante lakuin,
pembelajaran tante itu efektif?
N : Belajar apa?
P : Em jadi em tante belajar diri tante untuk pengelolaan diri tante, nah itu
apakah tante mempunyai keyakinan kalo tante bisa gitu?
N : Oh tapi kalo yang belajar yang, belajar apa itu maksudnya ya?
P : Ma, maksudnya em, pembelajaran dalam arti begini tante em apa..
N : Tambah nganu.
P : Tante, keyakinan tante kalo misalnya ada sarana-sarana di sekeliling
ataupun tidak di sekliling tante tuh bisa mendukung tante tuh, tante yakin
bisa anu melangkah lebih baik gitu?
N : Oh, oh iya ada, ya bisa.
P : Berarti ada keyakinan dalam diri tante ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
N : Iya, mungkin dari itu ya tetep itu seadanya kayak apa pengen tahu apa gitu
kan bisa buka to. Kan sekarang sudah dipermudah to. Kan gak tau jadi
tahu cari di mbah google hahaha.
P : Oke baik terima kasih tante, lalu em dengan adanya em maksud saya
apakah tante mengetahui kosekuensi atau hasil yang diberikan dari proses
mengubah diri ke arah yang lebih baik? Jadi tante tahu kan misalnya wah
ketika aku harus melakukan hal baik ketika maksudnya saya harus
melakukan mengontrol emosi, itu tante apakah tahu konsekuensinya atau
hasil-hasil itu bisa mengubah diri ke arah lebih baik?
N : Iya iya bisa, biasanya anak-anak itu yang malah kadang, mbok udah gak
usah hahaha.
P : Dorongan sifat ya?
N : Nah iya.
P : Oke jadi dengan adanya konsekuensi atau hasil yang diberikan dari proses
tadi mengubah diri ke arah yang lebih baik, itu dapat memotivasi tante?
N : Heem ya.
P : Dapat memotivasi.
N : Ada motivasi dia.
P : Jadi dengan kayak tadi anak tante terus mendorong tadi tante jadi
termotivasi?
N : Heem heem iya.
P : Oke lalu dengan adanya hal-hal positif yang didapat dari proses ini apakah
tante menjadi lebih berorientasi pada tujuan tante?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
N : Tujuannya ya selanjutnya ya apa ya istilahe damai, tenang hahaha. Ya
pokoknya bisa, bisa tercukupi gitu lo, bisa cukup gitu lo. Gak usah,
syukur-syukur bisa hahaha. Bisa bantu orang lain gitu lo. La wong kadang
kita bisa bantu orang lain dari ketidakmampuan kita, kekurangan kita,
pada anu bantu saudara yang istilahnya em punya ponakan tuh sambat apa
istilahnya kara covid pandemi ini kan ponakan saya tuh orangtuanya kan
yang satu PHK. Kadang minta itu dikirimi, minta pulsa gitu hahaha. Jadi
apa ya..
P : Oh iya jadi bisa memberi, tetep bisa membantu.
N : Nah bisa membayar maksudnya bisa membantu walaupun ya kita aja
sama-sama kekurangan hahaha. Tapi ya bisa disisihkan gitu istilahnya.
P : Heem yang penting bisa membantu ya.
N : Nah iya keinginan untuk membantu tuh. Kalo dipikir ya kita ya kurang
tapi apa ya kita ngasihnya kalo hanya berlebih itu lo. Dari kekurangan kita
juga bisa membantu ya kan.
P : Oke, baik tante lalu apakah tante mengetahui cara-cara dalam proses
membentuk diri tante it, tante misalnya seperti ini em, ketika tante
mungkin punya semisalnya aja mungkin tante ketika dihadapkan sama
situasi kayak misalnya kan, wah ini aku bakal em gampang ke bawa
perasaan lah atau gak pergi aja. Beberapa kondisi yang itu memicu tante,
jadi em tante tuh tahu gak e cara-cara dalam proses membentuk diri tante
ke arah yang lebih baik. Jadi misalnya kayak em, wah ketika aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
dihadapin sama situasi hal ini, ini bisa membikin atau memicu aku, aku
harus menghindarilah kalo bener situasinya seperti itu tante.
N : Oh sebenernya kalo menghindar itu kan juga, kalo saya kalo malah
menghindar tuh kadang gak bisa e. Kadang malah harus, pengen nganu,
pengen membantu tuh lo. Nek menghindar malah gak bisa, tapi sebatas
nganu lo kalo masih ada hubungannya dengan saya gak masalah mas.
Tapi kalo sudah gak ada hubungan ya ngapain kita memba, nganu nanti
malah tambah, tambah apa ya pikiran nanti, menambahi pikiran kita. Jadi
kalo sesuai dengan ada hubungannya, maksudnya gitu gak papa kita terus
jangan menghindar, malah apa ya istilahnya bertemu gitu lo. Misalnya,
opo kan gak boleh kalo ada masalah apa masalah keluarga terus
menghindar kan gak boleh.
P : Jadi tante tahu ya bagaimana keputusan terhadap diri kita ke arah yang
lebih baik ya?
N : Heem.
P : Lalu apakah tante membayangkan setiap apa sih proses dalam membentuk
diri tante ke arah yang lebih baik? Jadi misalnya, wah besok kalo misalnya
aku bisa mengontrol emosiku supaya stabil itu bisa dapet ketenangan
dalam hati gitu, atau misalnya apa gitu? Jadi tante tuh membayangkan itu
gak apa membayangkan setiap proses yang bakal tante lakuin itu
membuahkan hasil apa sih? Itu lo tante bayangin kayak gitu gak?
N : Oh hasilnya kan ya..
P : Tapi tante membayangkan itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
N : Heem iya. Lagi, apa ya, seandainya hasilnya stabil kayak di itu tensi,
tensinya dia kasih baik kan berarti sudah nganu..
P : Hasilnya juga baik?
N : Ho’o hahaha. Jangan sampe anu kan yo malah gak ke arah perbaikan to
nanti malah iya.
P : Oke, dikit lagi kok tante.
N : Hahaha kecapekan.
P : Dikit lagi haha. Em lalu apakah tante memusatkan perhatian atau
konsentrasi dalam proses yang tante lakuin? Tante ngelakuin apa, nah
terus..
N : Iya la iya konsentrasi. Kalo gak konsentrasi nanti anu em gak sesuai
tujuannya nanti. Harus fokus maksudnya gitu iya.
P : Berarti tante selalu fokus gitu ya untuk ngelakuinnya ya?
N : Iya heem iya, nanti kalo mlengo sedikit tuh kan.. apalagi di kerjaan tuh
harus konsentrasi penuh itu, kalo enggak..
P : Trus em, apa tante nih punya strategi khusus tante atau cara tertentu untuk
menjalankan proses untuk memperbaiki diri. Misal tante sudah berusaha
yang terbaik, trus tante merasa kalau apa namanya, dalam proses itu em,
tante harus lebih baik lagi maka tante mempunyai strategi seperti apa kira-
kira?
N : Strateginya..
P : Untuk jadi lebih baik lagi.
N : Sabar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
P : Sabar itu?
N : Ho’o sabar. Yakin, sabar.
P : Ditambah dengan yakin ya?
N : Heem iya.
P : Lalu apakah tante melakukan pengamatan diri ketika berproses?
N : Pengamatan maksudnya?
P : Jadi misalnya kayak tante em buat catetan, proses diri tante.
N : Oh itu, oh iya ada, ada. Karna itu membantu ya.
P : Biar teringat juga ya?
N : Ho’o biar teringat.
P : Oke lalu apakah em tante tuh berusaha memahami gak sih munculnya
penyebab tindakan-tindakan yang menghambat proses tante? Atau tante
tahu gak sih, misalnya ingin, ingin mengubah, ingin berproses diri ke arah
yang lebih baik, tapi tante tahu nih ada beberapa kejadian, apa hal yang
bakal menghambat tante, tante tahu gak itu apa?
N : Em yang menghambat tuh ya kadang malah dari diri sendiri kan. Iya dari
diri sendiri, apa ya, dari dalam diri sendiri malah kadang-kadang tuh. Jadi
antara em apa ya tindakan sama anu sok gak sama pernah. Itu
menghambat itu, hati nurani sama yang nganu kan harusnya sama, nah itu
pernh gak sama tuh jadi menghambat betul. Jadi harus sejalan, pernah tapi
yo jarang.
P : Jadi tante nih en berusaha juga menca, beru apa namanya maksudnya em
memahami munculnya penyebabnya hambatan tante tuh apa aja tante tuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
sudah memahami ya. Oke baik terima kasih. Lalu apakah tante nih juga
melakukan penilaian diri dalam setiap prosesnya tante?
N : Iya.
P : Menilai seperti apa tante, misalnya tante wah kok aku tadi kok agak gini
ya sama orang ini atau gimana? Tante kayak gitu ya?
N : Iya iya bener.
P : Berarti lebih memikirkan juga orang lain?
N : Iya, saya paling tidak ada minta maaf gitu mesti. Ambil pasien pun kalo
gak dapet rasanya wes, ambil sampel darah itu sekali gak kena tuh sudah
rasanya tuh merasa bersalah. Sudah sakit kok di ehe ya to. Jadi kecewa
tuh lo kok gini ya, gak bisa ya, kan perasaannya mesti ya selalu timbul
juga, spontan lah mas itu. Em tapi ya kadang kalo waktu kita bisa ngambil
ya itu udah sesuai tugas kita jadi ya itu biasa-biasa aja. Tapi kalo sampe
gak bisa ya wis malah jadi pikiran, memikirkan, malah tambah pikiran
banyak tuh bisanya hanya minta maaf itu. Dah kalo dah minta maaf
rasanya ya berkurang to bebannya.
P : Oke oke.
N : Ada kesalahan itu ya gak harus itu pokoknya ngomong salah gitu yo tetep
harus minta maaf, walaupun jane gak sengaja ya haha. Ngomong itu kalo
kadang spontan tuh, jadi sok terbawa. Karna ada yang bilang gini ya terus
mo bener apa enggak kan hee itu lo kan kadang..
P : Tante juga sering mikirinnya berarti ya?
N : Nah ho’o.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
P : Oh begitu terima kasih tante. Lalu apa tante berusaha mengaitkan hal-hal
yang buruk atau hasil yang kurang dalam upaya untuk berproses?
N : Hasil yang buruk?
P : Em tante berusaha mengaitkan hal yang buruk ketika kenapa kok
ekpektasi-ekspektasinya tante gak bisa tercapai seperti itu, itu kan
disebabkan oleh upaya tante sebenernya.
N : Ho’o iya bisa. Karna ketidaksiapan itu, terus karna kurang kete, opo yo,
kurang perhitungan kadang iya.
P : Perhitungannya seperti apa tante?
N : Jadi kadang-kadang gak gampangke ya. Em mungkin anu tentang bayar
itu apa bayar SPP anak, anak seko apa kuliah itu ya. Em ini em anu
targetnya hari ini harus bayar atau ternyata anu apa yang dipokokkan tuh
sudah berkurang itu lo. Sudah kurang jadi kan biasa untuk ini untuk yang
lainnya, kan gak sesuai harapan kita to. Padahal itu harusnya sebenernya
untuk ini tapi kok untuk yang lain, apa to yang lainnya tuh juga anu juga
butuh juga.
P : Trus akhirnya tante?
N : Harus nah kepikira harus bisa me apa ya, nggenapi hahaha itu kan
termasuk anu juga tuh dari kurang perhitungan juga to. Pait e pait e haha.
P : Apakah tante melihat kepuasan dan ketidakpuasan kinerja tante?
N : Em iya melihatnya. Ya kalo puas ya kalo pas kita kerja sesuai dengan
target kita bisa selesai, tidak ada masalah, hasilnya baik-baik aja itu puas.
Tapi kalo gak puas ya itu kalo ada yang merasa kecewa, ada yang merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
apa ya sakit hati mungkin ya, kan bisa to itu. Itu jadi merasa dirinya tidak
bisa apa ya, ya tidak puas dengan dirinya sendiri hahaha. Mengecewakan
orang lain tuh masuk anu pribadi saya tidak puas dengan diri saya.
P : Oke baik pertanyaan terakhir nih tante.
N : Haha capek, capek banget ini mas tenan.
P : Apakah tante mencoba melakukan pengaturan diri yang baru? Ataukah
tante selalu kayak apa ya mengupgrade? Misalnya cara ini masih kurang
buat saya, saya masih mau perbaikin lah.
N : Ohh dengan berusaha memperbaiki?
P : Iya memperbaiki.
N : Heem bisa.
P : Dengan cara yang tadi? Atau mungkin dengan cara apa tante?
N : Ya ya dari pengalaman itu harus lebih hati-hati, harus lebih opo yo, em
bisa memilah-milah mana yang harus di, didahulukan kepentingan mana
yang harus kita apa dahulukan pokoknya. Apalagi sudah ada itunya, kayak
apa em, tanggal-tanggal opo yo, ketentuan waktunya tuh lo. Sudah ada
waktu-waktu tertentu yang sudah ditentukan gitu lo, makanya anu bulan
ini tanggal ini harus sudah, paling lambat tanggal ini, jadi harus sudah
memilih gitu lo untuk mempersiapkan. Bisa dipersiapkan sebelumnya itu.
Lebih hati-hati lagi dalam anu mengambil keputusan tuh jadi gak.. yang
lebih penting, yang emang harus dilakukan tuh ya udah, jangan ya, itu ya
itu jangan untuk yang lainne, ya bisa memilah-milah.
P : Em ini sudah selesai tante.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
N : Oh udah selesai hahaha.
P : Mungkin ada yang ingin tante tanyain atau tante sharing-in?
N : Sharing-in tuh apa ya?
P : Em menceritakan gitu dari sesuatu, tapi ini untuk konstan secara em apa
isi penelitiannya udah. Cuman mungkin ada yang tante pengen em tanyain
atau mungkin tante apa gitu?
N : Kalo anu orang yang selalu apa ya, mengingat-ngingat masa lalu yang
membikin kecewa trus akhirnya dia apa ya, merasa..
P : Bersalah?
N : Ho’o gitu gimana?
P : Itu, em kalo kan kelas psikologi sebenarnya ada menganalisa. Nah jadi,
gak ada yang bener gak ada yang salah.
N : Heem heem gak ada yang bener gak ada yang salah.
P : Kemudian dia, itu orang tuh banyak yang kayak gitu juga. Mungkin bisa
dibilang mungkin kurang ideal tante ketika melihat itu udah menghambat
mobilitas kita, jadi malah jadi hal yang kurang ideal. Nah kalo secara teori
itu orangnya kayak here and now, di si apa, di sini dan sekarang. Dan itu
banyak penyebabnya, mungkin karena orang itu belum bisa berdamai
dengan dirinya sendiri..
N : Berdamai dengan diri sendiri?
P : Harus bedamai dulu, harus mau menerima. Jadi misalnya nanti aku
berbuat seperti ini yaudah lah mau berpasrah dan yang apa ya, kalo boleh
saya bilang tuh kalo dilepasin aja. Apa yang kurang itu dikeluarin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
N : Move on?
P : Ya dikeluarkan apa yang di pikiran tuh..
N : Diceritain?
P : Iya, jadi menurut saya tante tuh udah bagus dengan caratante ngobrol
sendiri.
N : Oh bisa ngobrol sendiri ya.
P : Bisa mengeluarkan isi pikiran tu lo tante. Karna banyak sebenernya,
sebenernya pemicu utama penyakit itu ya dari pikiran.
N : Dari pikiran? Ho’o bener kok.
P : Jadi kalo orang tuh psikosomatis dari pikirannya trus jadi sakit di bagian
apanya gitu. Penyakit vital itu paling banyak tuh ada lima penyakit vital
di Indonesia, termasuk jantung, stroke, ginjal, lalu ada apa lagi ya dua lagi.
N : Diabet tuh enggak?
P : Iya diabet juga. Satu lagi tuh, vital tuh dalam arti yang yang ya..
N : Paru-paru apa ya?
P : Ya, itu juga termasuk tapi vital tuh dalam artian sangat mendominasi.
N : Ah iya mendominasi.
P : Nah kenapa saya di penelitian ini membahas stroke diskemik, itu karena
stroke diskemik itu, kan ada dua stroke, hemoragik sama diskemik itu
pecahnya oembuluh darah trus terjadi penyumbatan. Dan delapan puluh
tujuh persen itu didapatkan di Indonesia, itu penyakit stroke diskemik.
Nah kenapa makanya saya pilih ini, dan sebenernya saya ini ini di luar
konteks ni, dan itu sebenernya yang jadi pemicu utama itu stres ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
N : Oh stres haha.
P : Hiperten em jantung menimbulkan hipertensi, hipertensi muncul jadi
stres. Hanya sekitar dua puluh tiga persen sampe tiga puluh persen itu
juga. Cuman gini maksudnya gini tante kasus dua puluh tiga sampe tiga
puluh persen itu juga disebabkan oleh genetik. Jadi..
N : Dari bawaan?
P : Iya pasti kan, em kromosom X atau Y mungkin orang tuh bakal nurunin,
tuh pasti. Cuman itu sangat em ketika gak terlalu banyak pemicunya itu
masih bisa kromosom di-handle, tetapi kalo individu ini udah dapet
riwayat itu ketambahan dia gak bisa ngontrol pikirannya, pemicu stres,
lari tuh. Itu mulai..
N : Cepet ya?
P : Cepet, ya karna budaya Indonesia juga kan makan selalu goreng-
gorengan, selalu banyak mikirnya. Mungkin kalo setelah ini, ini sih tante
saya sih mikirnya tante udah melakukan yang terbaik, orang-orang di
sekitar tuh udah support lah. Tante harus bisa bersyukur.
N : Nah itu bersyukur itu, makasih.
P : Bersyukur dan apa ya, intinya tante udah melakukan yang terbaik gitu.
Oke pemikiran orang lain tu baik tante, tapi ketika orang lain em udah
merasa udah baik terus, udah cukup udah ya udah, apa sih kayak udah
sing penting tante udah ngelakuin yang terbaik tu lo. Udah, ya tante udah
bisa memberikan, bisa mengapresiasi diri tante sendiri tu lo. Dah tante
katakan pada diri, hari ini udah aku bersyukur, aku bisa em menikmati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
hari ini, aku bisa bantu orang lain dah. Yang penting tante itu di situ. Kalo
yang ini dia masuk humanistik, kalo yang tadi lebih ke bagian syaraf atau
apa itu dia masuk ke psikologi klinis. Sedangkan topik saya itu
menggabungkan antara epidemiologi danje dunia kedokteran? dengan
psikologi klinis.
N : Oh psikologi klinis.
P : Iya seperti yang wawancara ini tadi. Nah kalo yang ini tu tadi kan tentang
iskemik. Isinya tentang jelasin apa aja yang jadi pemicunya, bagaimana ?
N : Iya semua itu kan tentang nganu kayak gojalaran ya. Ternyata ada sebab
ada akibat kan ya.
P : Mungkin itu sih tante. Tante sudah, menurut saya tante udah bisa proses
beradaptasi, mungkin tante bisa melakukan beradaptasi dengan cara
bersyukur trus mau berdamai dengan diri sendiri untuk menerima situasi
saat ini. Dan apa ya, yakin aja kalo tante udah ngelakuin yang terbaik.
N : Baik iya, cuman kita yang bisa menerima kok ya to.
P : Baik kalau sudah terima kasih banyak ya tante.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related