refarat sistem refleks dan aplikasinya .doc
Post on 28-Oct-2015
399 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SISTEM REFLEKS DAN APLIKASINYA
I. PENDAHULUAN
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang
timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik
merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk
menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri.
Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan,
menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak
secara reflektorik terdapat suatu hubungan.Lintasan yang menghubungkan
reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Refleks dibagi
dalam dua kelompok yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis.(1)
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang
paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron
sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk
tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya
memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron
motor.Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya
mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara
otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak.(2)
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf
sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron
penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa.Gerak
biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah
ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan.(2)
II. MEKANISME TERJADINYA REFLEKS
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi
secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali
tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu
reaksi perlindungan. Refleks ekstersor (polisinaps), rangsangan dari
1
reseptor perifer yang mulai dari fleksi pada anggota badan dan juga
berkaitan dengan ekstensi anggota badan.(2)
Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai
berikut : organ sensorik yang menerima inspuls misalnya kulit. Serabut saraf
sensorik yang menghantarkan inpuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks
posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan meneruskan impuls-impuls
menuju subtansi pada kornu posterior medula spinalis. Sumsum tulang
belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu medula spinalis. Sel
saraf motorik menerima impuls dan menghantar impuls-impuls ini melalui
serabut motorik. Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang
oleh impuls saraf motorik.(3)
Gambar 1. Mekanisme Refleks (13)
a
III. LENGKUNG REFLEKS
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut
lengkung refleks. Lengkung refleks sederhana, melibatkan sejumlah struktur
reseptor yaitu organ indera yang khusus bagian akhir kulit atau fusus
neuromuskularis yang perangsangannya memprakarsai suatu impuls neoron
aferent yang mentransmisi impuls melalui suatu saraf perifer ke susunan
saraf pusat, tempat di mana saraf bersinaps dengan suatu neuron interkalasi,
satu atau lebih neuron interkalasi menyampaikan impuls ke saraf eferent. (2)
2
Neuron eferent berjalan keluar dalam saraf dan menyampaikan impuls
ke suatu efektor. Dan efektor yaitu otot (otot polos, lurik, atau otot jantung)
atau kelenjar yang memberikan respon. Sementara kesatuan anatomik
susunan saraf adalah neuron, maka kesatuan fungsionalnya adalah
lingkungan refleks ini merupakan dasar anatomik untuk kegiatan – kegiatan
refleks diluar pengendalian kemauan kita, ini berarti reaksi – reaksi yang
lebih kurang bersifat otomotik dan tidak berubah-ubah yang tidak
melibatkan pusat-pusat fungsional susunan saraf pusat yang lebih tinggi. (2)
Komponen-komponen utama suatu lengkungan refleks terdiri atas
unsur-unsur sebagai berikut: (2)
1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan
misalnya kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju
kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan
dianalisis kembali ke neuron eferen
4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu
serat otot atau kelenjar.
Gambar 2. Lengkung Refleks (11)
Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai
potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial
3
reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau
tuntas, di saraf aferen. Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan
sebanding dengan besarnya potensial generator. Di system saraf pusat
(SSP), terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang,
berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic
Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic
Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul
di serat eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas.Bila
potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya
sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, akan
terjadi sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot
polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap
tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu
menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara
neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat, dan
kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan
dari neuron lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut. (3)
Lengkung reflex paling sederhana adalah lengkung reflex yang
mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex
semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex
monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron
antara neuron aferen dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah
sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex,
terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat
dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek
penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain.
Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa yang
mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi
kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai
mekanisme umpan balik negative untuk menahan setiap perubahan pasif
panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan. (3)
4
IV. JENIS REFLEKS DAN APLIKASI KLINISNYA
A. Refleks Primitif Pada Bayi
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan untuk bertahan hidup
yang menakjubkan sebelum ia dapat melakukan semua aktivitasnya secara
mandiri. Kemampuan-kemampuan itu tak lain adalah yang disebut refleks.(6)
Refleks merupakan respon alami yang dimiliki bayi sehingga dapat
bertahan hidup di luar kandungan. Kebanyakan refleks yang diperlihatkan
oleh bayi ketika lahir dengan sendirinya akan hilang dalam beberapa bulan
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Biasanya pada usia 3-
6 bulan bayi sudah dapat melakukan aktivitasnya secara volunter/sadar (bayi
dapat mengontrol gerakannya). Pada usia inilah sebagian besar refleks yang
dimiliki bayi sudah menghilang. (4)
Refleks yang ditimbulkan pada bayi dan anak, sebagian besar
menunjukkan tahap perkembangan susunan somatomotorik sehingga
banyak sekali informasi yang dapat diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan tersebut. (4)
Tabel 1. Usia Mulai dan Menghilangnya Refleks Pada Bayi dan Anak Normal
Jenis Refleks Usia Mulai Usia Menghilang
Refleks MORO Sejak Lahir 6 bulan
Refleks Memegang
(GRASP)
PALMAR
PLANTAR
Sejak Lahir
Sejak Lahir
6 bulan
9-10 bulan
Refleks SNOUT Sejak Lahir 3 bulan
Refleks TONIC NECK Sejak Lahir 5-6 bulan
Refleks Berjalan
(STEPPING)
Sejak Lahir 12 bulan
Refleks Penempatan Taktil
(PLACING RESPONSE)
5 bulan -
5
Refleks Terjun
(PARACHUTE)
8-9 bulan Seterusnya ada
1. Refleks Moro
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi
dibaringkan terlentang. Kemudian diposisikan setengah duduk dan
disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-
hati kepala bayi dijatuhkan 30-45◦ (merubah posisi badan anak secara
mendadak).
Refleks Moro juga dapat ditimbulkan dengan menimbulkan suara
keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara
mendadak. (4)
Gambar 3. Refleks Moro (14)
Refleks Moro dikatakan Positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke-empat
ekstremitas dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falangs distal jari
telunjuk dan ibu jari dalam keadaan fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh
adduksi-fleksi ke-empat ekstremitas. (4)
Refleks Moro asimetri menunjukkan adanya gangguan sistem
neuromuskular, antara lain pleksus brakialis.Apabila asimetri terjadi pada
tangan dan kaki dicurigai adanya Hemiparesis. Selain itu juga dapat
dipertimbangkan bahwa nyeri yang hebat akibat fraktur klavikula atau
humerus juga dapat memberikan hasil refleks MORO asimetri. Sedangkan
refleks Moro menurun dapat ditemukan pada bayi dengan fungsi SSP yang
6
tertekan misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia, perdarahan
intrakranial dan laserasi jaringan otak akibat trauma persalinan, juga pada
bayi hipotoni, hipertoni dan prematur. Refleks Moro menghilang setelah
bayi berusia lebih dari 6 bulan. (4)
2. Refleks Palmar Grasp
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi ditidurkan
dalam posisi supinasi, kepala menghadap ke depan dan tangan dalam
keadaan setengah fleksi. Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa
menyentuh sisi luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara
cepat dan hati-hati, sambil menekan permukaan telapak tangan. (4)
Gambar 4. Refleks Palmar Graps (14)
Refleks Palmar Grasp dikatakan positif apabila didapatkan fleksi
seluruh jari (memegang tangan pemeriksa).(4)
Refleks PALMAR GRASP asimetri menunjukkan adanya kelemahan
otot-otot fleksor jari tangan yang dapat disebabkan akibat adanya palsi
pleksus brakhialis inferior atau disebut “Klumpke’s Paralyse”. Refleks
PALMAR GRASP dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah usia 6
bulan. Rekleks Palmar Grasp yang menetap setelah usia 6 bulan khas
dijumpai pada penderita Cerebral Palsy. (4)
3. Refleks Plantar Grasp
7
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi ditidurkan
dalam posisi supinasi kemudian ibu jari tangan pemeriksa menekan pangkal
ibu jari bayi di daerah plantar. (4)
Gambar 5. Refleks Plantar Grasp (14)
Refleks Plantar Grasp dikatakan positif apabila didapatkan fleksi
plantar seluruh jari kaki. Refleks Plantar Grasp dijumpai pada bayi atau
anak dengan kelainan medula spinalis bagian bawah. Refleks ini dijumpai
sejak lahir dan akan mulai menghilang pada usia 9 bulan dan pada usia 10
bulan sudah menghilang sama sekali.(4)
4. Refleks Snout
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara melakukan
perkusi pada daerah bibir atas. Refleks Snout dikatakan positif apabila
didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi
otot-otot di sekitar bibir dan di bawah hidung. (4)
Refleks Snout ini dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah
usia 3 bulan. Refleks Snout yang menetap menunjukkan adanya regresi
SSP. (4)
5. Refleks Tonic Neck
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi ditidurkan
dalam posisi supinasi, kemudian kepalanya diarahkan menoleh ke salah satu
sisi. (4)
8
Gambar 6. Refleks Tonic Neck (14)
Refleks Tonic Neck dikatakan positif apabila lengan atau tungkai
yang dihadapi/sesisi menjadi hipertoni dan ekstensi, sedangkan lengan dan
tungkai sisi lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Refleks Tonic
Neck ini dijumpai sejak lahir dan akan menghilang setelah usia 5-6 bulan.
Refleks Tonic Neck yang masih menetap pada bayi usia 4 bulan harus
dicurigai abnormal. Dan apabila masih bisa dibangkitkan setelah usia 6
bulan atau lebih dianggap patologik akibat gangguan pada ganglion basalis.(4)
6. Refleks Berjalan (Stepping)
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara daerah thoraks
bayi dipegang dengan kedua tangan pemeriksa kemudian pemeriksa
mendaratkan bayi dalam posisi berdiri di atas tempat periksa. Pada bayi
yang berusia kurang dari 3 bulan, salah satu kaki yang menyentuh alas
tempat periksa akan berjingkat sedangkan pada bayi yang berusia di atas 3
bulan akan menapakkan kakinya. Kemudian diikuti diikuti oleh kaki lainnya
dan kaki yang sudah menyentuh alas periksa akan berekstensi seolah-olah
melangkah untuk melakukan gerakan berjalan secara otomatis. Refleks
berjalan negatif pada penderita cerebral palsy, metal retardasi, hipotoni,
hipertoni dan keadaan di mana SSP tertekan. (4)
9
Gambar 7. Step Refleks (14)
7. Reaksi Penempatan Taktil (Placing Response)
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara seperti refleks
berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi disentuhkan pada tepi meja
periksa. Respon Taktil dikatakan positif apabila apabila bayi meletakkan
kakinya pada meja periksa. Respon yang negatif dijumpai pada bayi dengan
paralise ekstremitas bawah.(4)
8. Refleks Terjun (Parachute)
Untuk membangkitkan refleks ini adalah dengan cara bayi dipegang
pada daerah thoraks dengan kedua tangan pemeriksa kemudian diposisikan
seolah-olah akan terjun menuju meja periksa dengan posisi kepala lebih
rendah daripada kaki. (4)
Gambar 8. Refleks Terjun (14)
Refleks Terjun dikatakan positif apabila kedua lengan bayi diluruskan
dan jari-jari kedua tangannya dikembangkan seolah-olah hendak mendarat
di atas meja periksa dengan kedua tangannya. (4)
10
Refleks Terjun tidak dipengaruhi oleh kemampuan visual, karena pada
bayi buta dengan fungsi motorik yang normal juga akan memberikan hasil
yang positif. Refleks Terjun mulai tampak pada usia 8-9 bulan dan menetap.
Refleks Terjun negatif pada bayi tetraplegia atau SSP yang tertekan. (4)
B. Refleks patologik petanda regresi ( Refleks primitif pada orangtua)
Gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi tidak lagi
dijumpai pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang dewasa
dapat ditimbulkan kembali gerakan reflektorik tersebut, maka fenomena itu
menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-
refleks yang menandakan proses regresi itu ialah : (5)
1. Refleks menetek
Stimulus : sentuhan pada bibir.
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah menetek.
Gambar 9. Refleks Menetek (20)
2. Snout reflex
Stimulus : perkusi pada bibir atas.
Respons : bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot di
sekitar bibir atau bawah hidung.
11
Gambar 10 . Refleks Snout (20)
3. Refleks memegang
Stimulus : penekanan atau penempatan jari si pemeriksa pada telapak
tangan pasien.
Respons : tangan pasien mengepal.
Gambar 11. Refleks Memegang (20)
4. Refleks palmomental
Stimulus : goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks
terhadap kulit telapak tangan bagian tenar.
12
Respons : kontraksi m. Mentalis dan orbikularis oris ipsilateral.
Gambar 12. Refleks Palmomental (20)
Refleks patologik yang tersebut diatas dapat dijumpai pada orang-
orang dengan demensia, proses desak ruang intrakranial, paralisis,
pseudobulbaris dan sebagian penderita dangan sindroma “post stroke”.
C. Pemeriksaan Refleks Dalam
1. Refleks Glabella.
Refleks Glabella adalah pengetukan ringan di antara mata. Jika pasien
merespon dengan spasme otot-otot mata terus-menerus dan menutup mata,
Glabella adalah positif.(6)
Pada lesi nervus facialis, refleks ini berkurang atau negatif, sedangkan
pada sindrom parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini
terletak di pons.(15)
13
Gambar 13. Refleks Glabella (16)
2. Refleks Rahang bawah (Jaw Refleks)
Penderita diminta membuka mulutnya sedikit dan telunjuk pemeriksa
di tempatkan melintang di dagu. Setelah itu,telunjuk diketuk-refleks (refleks
hammer) yang mengakibatkan berkontraksinya otot maseter sehingga mulut
merapat. Pusat refleks ini terletak di Pons. (7)
Gambar 14. Refleks Rahang Bawah (17)
3. Refleks Biseps
14
Refleks tendo bisep diperiksa dengan meminta pasien melemaskan
lengannya dan melakukan pronasi lengan bawah di pertengahan di antara
fleksi dan ekstensi.pemeriksa harus meletakkan ibu jarinya dengan kuat
pada tendo biseps.Palu refleks kemudian dipukulkan pada ibu jari pemeriksa
itu.pemeriksa harus mengamati kontraksi biseps yang diikuti fleksi
siku.pemeriksa dapat pula mempalpasi kontraksi otot ini.refleks ini menguji
saraf pada radiks C5-C6.Aferen terletak pada musculocutaneus, eferen
terletak pada musculocutaneus.(8)
Pada lesi traksi kortikospinalis, ada refleks yang berlebihan. Pada lesi
arkus refleks perifer atau kerusakan pada segmen traksi C5-C6 di sisi yang
diuji, respon tertahan atau tidak ada.(11)
Gambar 15. Refleks Biseps (18)
4. Refleks Triseps.
Refleks tendo triseps diperiksa dengan memfleksikan lengan bawah
pasien pada siku dan menarik lengan itu ke arah dada.siku harus
15
dipertengahan di antara fleksi dan ekstensi.Ketuklah tendo triseps di atas
insersi prosesus olekranon ulna kirakira 1-2 inci di atas siku.Harus terjadi
kontraksi segera pada triseps dengan ekstensi siku. (8)
Lengkung refleks melalui nervus radialis yang pusatnya terletak di
C6-C8. Aferen terletak pada N. Radialis, eferen terletak pada N. Radialis.(7)
Gambar 16. Refleks Triseps (18)
5. Refleks Brachioradialis(refleks radius)
Lengan bawah di fleksikan serta di pronasika sedikit.kemudian di
ketok pada prosesus stiloideus radius. Sebagai jawaban lengan bawah akan
berfleksi dan bersupinasi.lengkung refleks melalui nervus radialis, yang
pusatnya terletak di C5-C6. Aferen terletak pada N. Radialis, eferen terletak
pada N. Radialis. (7)
Gambar 17. Refleks Brachioradialis (18)
6. Refleks Ulna
Lengan bawah disemifleksi dan semipronasi, kemudian di ketok pada
prosesus stiloideus dan ulna. Hal ini mengakibatkan gerakan pronasi pada
16
lengan bawah dan juga kadang-kadang adduksi pada pergelangan
tangan.lengkung refleks melalui nervus medianus yang pusatnya terletak di
C5-Th1. Aferen tyerletak pada N. Ulnaris, eferen terletak pada N. Ulnaris. (7)
7. Refleks Kuadriseps Femoris (Refleks Tendon Lutut, Refleks Patella)
Untuk melakukan refleks patella, yang dikenal pula sebagai sentakan
lutut, suruhlah pasien duduk dengan tungkai terjuntai di samping tempat
tidur.Letakkan tangan pemeriksa pada muskulus kuadriseps
pasien.Ketukkan tendo patella dengan kuat dengan dasar palu refleks.(8)
Refleks patella mengakibatkan Kuadrisep femoris akan berkontraksi
dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung refleks ini
melalui L2,L3,L4. Aferen terletak pada N. Femoralis, eferen terletak pada
N. Femoralis. (9)
Gambar 18. Refleks Patella (18)
8. Refleks Trisep Sure (Refleks Tendon Achillles)
17
Refleks Achilles, yang dikenal pula sebagai sentakan pergelangan
kaki dibangkitkan dengan posisi kaki pasien terjuntai di samping tempat
tidur.Tungkai harus difleksikan pada pinggul dan lutut.Pemeriksa harus
meletakkan tangannya di bawah kaki pasien untuk melakukan dorsofleksi
pada pergelangan kaki.Tendo Achilles diketuk tepat di atas insersinya pada
permukaan posterior kalkaneus dengan ujung lebar palu refleks.(8)
Refleks Tendon Achilles mengakibatkan berkontraksinya M. Trisesps
sure dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks ini
melalui S1,S2. Aferen terletak pada N. Tibialis, eferen terletak pada N.
Tibialis. (7)
Gambar 19. Refleks Achilles (18)
9. Refleks Kornea.
Kornea mata disentuh dengan sepotong yang ujungnya dibuat runcing.
Hal ini mengakibatkan di pejamkannya mata (m.orbikularis okuli). (8)
Cara Pemeriksaan : Goreskan kapas runcing steril dari arah medial (limbus)
ke arah lateral (Sklera). Pada pemeriksaan ini harus dijaga agar datangnya
kapas di mata tidak dilihat oleh pasien, misalnya dengan menyuruhnya
melirik kearah berlawanan dengan datangnya kapas. Pada gangguan nervus
V.sensorik, refleks ini berkurang atau sensibiltas kornea di urus oleh nervus
V.sensorik cabang oftalmik. Refleks juga akan berkurang atau menghilang
bila terdapat kelumpuhan m.orbikularis okuli, yang disarafi oleh nervus VII
(fasialis). Aferen terletak pada N. V, pusat terletak pada pons, eferen
terletak pada N VII.(7)
18
Gambar 20. Refleks Kornea (19)
10. Refleks Dinding Perut
Pada lengkung refleks ini, rangkaian neuron suprasegmental juga
dilibatkan, sehingga bila teradapat kerusakan suprasegmental refleks
dinding perut ini menjadi negatif. Refleks ini dibangkitkan dengan jalan
menggores dinding perut dengan benda yang agak runcing maka otot
(m.rektus abdominis) akan berkontraksi. Refleks ini dilakukan pada berbagi
lapangan dinding perut yaitu di epigastrium(otot yang berkontraksi
diinervasi oleh Th6,Th7), perut baguan atas (Th7,Th9), perut bagian tengah
(Th9,Th11) perut bagian bawah (Th11,Th12 dan lumbal atas). Pada
kontraksi otot, terlihat pusar bergerak kearah otot yang berkontraksi. (8)
Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita normal
yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perutnya lembek, demikian
juga pada orang gemuk dan orang lanjut usia, juga pada bayi baru lahir
sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot dinding pertunya
berkembang baik, bila refleks ini negatif, hal ini mempunyai nilai patologis.
Bila refleks dinding perut superfisialis negatif disertai refleks dinding dalam
perut meninggi hal ini menunjukkan lesi traktus piramidalis di tempat yang
lebih diatas dari Th6. Refleks dinding perut superfisialis biasanya cepat
lelah dan akan menghilang setelah beberapa kali dilakukan. (7)
19
Gambar 21. Refleks Dinding Perut (19)
11. Refleks Kremaster
Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggoreskan atau menyentuh
bagian pangkal paha. Terlihat scrotum berkontraksi. Pada lesi traktus
piramidalis, refleks ini negatif. Refleks ini dapat negatif pada orang lanjut
usia, penderita hidrokel, varikokel, orkhitis atau epididimitis. Lengkung
refleks melalui L1.L2. Aferen terletak pada N. Ilioinguinal, eferen terletak
pada N. Genitofemoralis. (7)
Gambar 22. Refleks Kremaster (19)
Yang Perlu Diperhatikan dalam pemeriksaan refleks adalah: (3)
Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi
seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus
terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk
mempertahankan posisinya.
Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini
dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur
dengan baik.
20
Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi
tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan
regangan yang cukup.
D. Refleks Patologi
Refleks patologis merupakan respon yang tidak umum dijumpai pada
individu normal.Refleks patologis pada ekstemitas bawah lebih konstan,
lebih mudah muncul, lebih reliabel dan lebih mempunyai korelasi secara
klinis dibandingkan pada ekstremitas atas. Dasar pemeriksaan reflex Selain
dengan jari-jari tangan untuk pemeriksaan reflex ekstremitas atas,bisa juga
dengan menggunakan reflex hammer. Pasien harus dalam posisi enak dan
santai dan rangsangan harus diberikan dengan cepat dan langsung.(9)
Refleks patologi adalah refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada
orang yang normal atau sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil.
Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang
pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktivitas susunan
piramidal. Anak usia 4-6 tahun belum memiliki susunan piramidal yang
bermielin penuh, sehingga aktifitas susunan piramidalnya belum sempurna.
Namun jika tejadi pada orang dewasa maka refleks patologi, ini merupakan
tanda-tanda lesi UMN.(9)
Berikut adalah jenis refleks patologi.
a. Refleks Babinski
Untuk membangkitkan refleks babinski, penderita diminta berbaring
dengan kedua tungkai diluruskan. Pemeriksa memegang pergelangan kaki
supaya kaki tetap pada tempatnya. Lakukan goresan pada telapak kaki mula
dari bagia lateral bawah yaitu tumit menuju pangkal jari.(9)
Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan
dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal
pada bayi masih ada.(14)
21
Gambar 23. Refleks Babinski (19)
b. Refleks Chaddock
Untuk membangkitkan refleks ini, penderita diminta berbaring dengan
kedua tungkai diluruskan. Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya
kaki tetap pada tempatnya lakukan goresan pada maleolus lateralis. Jika
reaksi positif maka ibu jari akan dorsofleksi dan jari yang lain akan mekar.(7)
Gambar 24. Refleks Chaddock (18)
c. Refleks Gordon
Penderita diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Kita
pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempetnya lalu otot yang
ada di betis kita cubit.(7) Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.(11)
22
Gambar 25. Refleks Gordon (19)
d. Refleks Openheim
Pasien diminta berbaring dengan kedua tungkai diluruskan. Kita
pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya lalu pemeriksa
mengurut dengan kuat os tibia dan otot tibialis anterior ke arah bawah. (7) Jika
positif maka akan timbul reflek seperti babinski.(11)
Gambar 26. Refleks Openheim (18)
e. Refleks gonda
Memencet satu jari kaki ke-empat dan kemudian dilepaskan.(7)
Gambar 27. Refleks Gonda (19)
f. Refleks Rossolimo
23
Mendorsofleksikan jari-jari kaki. Jika positif maka jari-jari kaki akan
melawan arah tekanan. (7)
Gambar 28. Refleks Rossolimo Refleks mendelbeoltrew (19)
Mengetuk metatarsal dengan hammer, jika positif maka metatarsal akan
fleksi. (7)
g. Refleks Hoffman Tromner
Pada tangan, gerak otot reflektorik yang patologik itu berupa gerakan fleksi
ibu jari dan jari telunjuk karena rangsangan (jentikan phalanges distal) atau
(goresan) terhadap kuku jari tengah.(7)
Gambar 29. Refleks Hoffman Tromner (19)
Pada Kerusakan di lokasi susunan UMN, refleks tendon lebih peka
daripada keadaan biasa (= normal). Keadaan abnormal itu disebut
hiperefleksia. Dalam hal ini gerakan otot timbul secara berlebihan,
walaupun perangsangan pada tendon sangat lemah. Hiperefleksia
24
merupakan keadaan setelah impuls inhibisi dari susunan piramidal dan
ektrapiramidal tidak dapat disampaikan ke motorneuron. (10)
Refleks tendon merupakan refleks spinal yang bersifat segmental. Ini
berarti bahwa lengkung refleks disusun oleh neuron-neuron yang berada di
satu segmen. Tetapi ada juga gerak otot reflektorik, yang lengkung refleks
segmentalnya berhubungan dengan lintasan-lintasan UMN yang ikut
mengatur efektor. Hal ini dapat dilihat pada refleks kulit dinding perut. Pada
lesi UMN, refleks tersebut menurun atau hilang. (10)
Hiperefleks sering disertai dengan klonus. Tanda ini nerupakan gerak
reflektorik, yang bangkit secara berulang-ulang selama perangsangan masih
berlangsung. Pada lesi UMN kelumpuhannya disertai klonus pada kaki.
Yang dapat dibangkitkan dengan cara tungkai diletakkan dalam posisi fleksi
di lutut dan pergelangan kaki, kemudian kaki disorsofleksikan secara
maksimal dan tetap dipertahankan dalam posisi itu untuk sementara. Akibat
penarikan tendon Achilles yang berkepanjangan, kaki bergerak dorsofleksi
dan plantar fleksi secara reflektoik. Selain itu, juga dapat dijumpai klonus
lutut. Klonus lutut dibangkitkan dengna cara penarikan pada tendon otot
kuadriseps femoris melalui pendorongan tulang patela ke arah distal akan
menghasilkan kontraksi otot kuadriseps femoris secara berulang-ulang
selama masih dilakukan pendorongan. (10)
Jika motoneuron tidak lagi berhubungan dengan korteks mototrik
primer dan korteks mototrik tambahan bukan berarti tidak dapat
menggerakkan otot karena motoneuron masih mendapat rangsangan dari
bagian susunan saraf pusat di bawah tingkat lesi. Gerakan yang bangkit
akibat rangsangan seperti itu disebut refleks automatisme spinal. Yang
sering didapatkan pada orang hemiplegik adalah lengan yang lumpuh
bergerak pada saat menguap. Pada penderita paraplegik akibat kesi
transversal di medula spinalis bagian atas, dapat dijumpai kejang fleksi lutut
sejenak padahal kedua tungkai lumpuh, apabila penderita terkejut. (10)
Tanda-tanda kelumpuhan UMN yang tersebut di atas dapat seluruhnya
atau sebagian saja ditemukan pada tahap kedua masa setelah terjadinya lesi
25
UMN. Pada tahap pertama, yaitu langsung setelah lesi UMN terjadi, tanda-
tanda kelumpuhan UMN tidak dapat dilihat. Tahap ini berlangsung selama 1
sampai 3 minggu. Jika lesinya terletak di korteks mototrik, durasi tahap
pertama sangat panjang. Sebaliknya, lesi di kapsula interna mempunyai
tahap pertama yang singkat.(10)
V. PENUTUP
A. Simpulan
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi
tiba-tiba diluar kesadaran kita. Gerak refleks adalah bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi lebih cepat dari gerak sadar.
Pada saat terjadi gerak refleks implus yang datang hanya sampai pada
medulla spinalis saja yang disampaikan oleh saraf sensoris. Implus tidak
sampai pada otak. Implus yang ada pada medulla spinalis diteruskan oleh
saraf motorik yang kemudian terjadi efektor.
Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan
refleks. Dengan kegiatan refleks dimungkinkan terjadi hubungan kerja
yang baik antara berbagai organ yang terdapat pada tubuh manusia.
Refleks adalah respon yang tidak berubah terhadap rangsangan yang
terjadi di luar kehendak. Rangsangan merupakan reaksi terhadap
perubahan lingkungan baik didalam maupun diluar. Dengan adanya
reflex, tubuh mampu mengadakan reaksi yang tepat terhadap perubahan
diluar maupun didalam tubuh.
Jika terjadi kelainan atau terdapat lesi pada susunan saraf maka
akan berpengaruh terhadap gerakan refleks. Jika terdapat lesi UMN maka
akan memberikan gambaran gerakan refleks fisiologi akan meningkat,
timbulnya refleks patologi sehingga kita akan mengetahui dimana
lesinya.
26
Daftar pustaka
1. 2009.Panduan Peserta Pemeriksaan Klinis Neurologi.Makassar:UNHAS.
2. Cahaya I.N,Irmawati.2009.Makalah Postur Tubuh dan Peristiwa Gerak
Refleks.Kalimantan.
3. Implus Refleks Fisiologis pada Manusia.2012.
http://mualimrezki.blogspot.com/2011/02/impuls-refleks-fisiologis-pada-
manusia.html. (20 Oktober 2012)
4. Suharsono Darto.2005.Pemeriksaan Neurologi pada bayi dan anak.
Surabaya: FK UNAIR
5. Shidarta Priguna.2010.Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.jakarta:
Dian Rakyat
6. Definisi Refleks Glabella. http://kamuskesehatan.com/arti/refleks-glabella/.
(19 Oktober 2012)
7. Marjono Mahar dan Shidarta P.2010.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:
Dian Rakyat
8. Swartz M.H.1995.Diagnostik Fisik.Jakarta:EGC
9. 2011.Penuntun Skill Lab Neuropsikiatri.Padang:Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
10. Marjono Mahar dan Shidarta P.2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:
Dian Rakyat.
11. Refleks Bisep. http://kamuskesehatan.com/arti/refleks-bisep/ (20 Oktober
2912)
12. Slide Kuliah Sistem Neuropsikiatri.Sensory Nerve System.Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
13. 2010.Lengkung Refleks (Reflex Arc) dan Gerak Refleks.
http://prastiwisp.wordpress.com/2010/07/08/ (22 Oktober 2012)
14. 2011.Makalah Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis.
http://frenshilgo.blogspot.com/2012/04/makalah-refleks-fisiologis-
dan.html (22 Oktober 2012)
15. Lumbantobing S.M.2012. Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Etekan 14. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
27
16. Roberti J. Myerson’s Sign Is a Good Test You Can DoN At Home And
http://glutacure.com/ ((22 Oktober 2012)
17. 2011.Reflex Tests : The Jaw Jerk. http://articlesofnursing.blogspot.com
(22 Oktober 2012)
18. Irawan P.2009.Pemeriksaan Tes Refleks. http://panji1102.blogspot.com
(22 Oktober 2012)
19. 2012.Pemeriksaan Klinis Neurologi 4. http://publichealthnote.blogspot.
com/2012/04/pemeriksaan-klinis-neurologi-4.html (22 Oktober 2012)
20. Popp A. John. 2007. A Guide to the Primary Care of Neurologic Disorder.
American: Thieme.
28
top related