redesain perkerasan perlintasan sebidang
Post on 04-Mar-2016
67 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 1/32
1 | P a g e
LAPORAN PENELITIAN
REDESAIN PERLINTASAN SEBIDANG TIRUS
KOTA TEGAL DARI ASPEK PERBEDAAN TINGGI
JALAN DENGAN REL
Mata Kuliah Human Factor & Ergonomi
DISUSUN OLEH
Achmad Muzaki Adi Saputra
Anjasmara Catur Wiguna
Muhammad Imaddudin Effendi
Muhammad Zulfikar
Pratiwi Aprianti Malinda
DIV MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
TEGAL - 2015
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 2/32
2 | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah menganugerahkan nikmat dan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian dengan judul ”
REDESAIN PERKERASAN PADA PERLINTASAN SEBIDANG TIRUS
KOTA TEGAL DARI ASPEK PERBEDAAN TINGGI JALAN DENGAN REL
”. Penyusunan laporan ini dimaksudkan guna melengkapi tugas Mata
Kuliah HUMAN FACTOR AND ERGONOMI.
Harapan kami, semoga laporan ini membawa manfaat bagi
masyarakat Kota Tegal, Pemerintah Kota Tegal dan pembaca laporan
ini. Selesainya penyusunan laporan ini, tidak terlepas dari bantuan
dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang terhingga dengan penuh
rasa hormat kepada :
1.
Allah SWT.
2.
Ibu Naomi Srie K., selaku Dosen Mata Kuliah HFE Jurusan
MKTJ Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.
3.
Bapak Ahmad Basuki, selaku Dosen Mata Kuliah HFE Jurusan
MKTJ Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.
4.
Seluruh taruna/i muda jurusan Manajemen Keselamatan
Transportasi Jalan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan.
5.
Dan kepada Ayah serta Bunda yang terus memberi dukungan
kepada kami. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan
ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 3/32
3 | P a g e
Semoga laporan yang sederhana ini mampu memberikan
sumbangsih pada bidang keselamatan transportasi jalan dan
ketidaksempurnaan dalam penulisan laporan ini, maka hal tersebut
bukan suatu kesengajaan, melainkan semata-mata karena
keterbatasan penulis, kepada seluruh pembaca mohon memaklumi
dan berkehendaknya memberikan kritik dan saran yang membangun.
Tegal, 5 Juli 2015
Penulis
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 4/32
4 | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 5
1.1
Latar Belakang .................................................................. 5
1.2
Perumusan Masalah ........................................................... 7
1.3
Tujuan Penelitian ............................................................... 7
1.4
Manfaat Penelitian .............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 8
2.1 Manual Handling ................................................................... 8
2.2 Musculoskeletal Disorders ..................................................... 9
2.3 Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No 770
Tahun 2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara
Jalan Dengan Jalur Kereta Api ................................................... 13
2.4 Skala Guttman ..................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 30
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 30
5.2 Saran ................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 32
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 5/32
5 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua
atau lebih ruas jalan (link ) saling bertemu/berpotongan yang
mencakup fasilitas jalur jalan (roadway ) dan tepi jalan (road side ),
dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya.
Ada dua jenis persimpangan berdasarkan perencanaannya yaitu
persimpangan sebidang dan tidak sebidang. Persimpangan tidak
sebidang adalah persimpangan dimana dua ruas jalan atau lebih
saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas
berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain. Persimpangan
sebidang merupakan pertemuan antara dua buah ruas jalan yang
berbasis sama seperti jalan raya dengan jalan raya, sedangkan
perlintasan sebidang adalah sebagai pertemuan antara ruas jalan
raya dan jalan rel (jalan kereta api).
Apabila persimpangan sebidang itu berbasis sama kemungkinan
pengaturannya akan cukup memudahkan, misalnya dengan
bundaran atau lampu lalu lintas seperti yang sering dipakai
persimpangan di perkotaan. Pengaturan akan lebih sulit dilakukan
bila persimpangan sebidang tersebut merupakan perlintasan
sebidang yang terdiri dari jalan raya dengan jalan rel (jalan keretaapi).
Perlintasan sebidang merupakan pertemuan yang melibatkan
arus kendaraan bermotor pada satu sisi sedangkan pada sisi lain
terdapat arus kereta api. Berdasarkan waktu penggunaan
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 6/32
6 | P a g e
perlintasan, kereta api menggunakan perlintasan dengan jadwal
tertentu atau dapat dikatakan tertentu walaupun sering sekali
tidak tepat waktu, sedangkan kendaraan yang melewati
persimpangan tidak terjadwal sehingga arus kendaraan dapat
melintasi perlintasan kapan saja. Dari segi akselerasi dan sistem
pengereman diperoleh kendaraan bermotor lebih unggul
dibandingkan kereta api dimana kendaraan dalam melakukan
akselerasi (percepatan atau perlambatan) cenderung lebih singkat
dari pada kereta api begitu juga sebaliknya waktu dan jarak
pengereman, kendaraan bermotor mempunyai waktu pengereman
dan jarak pengereman yang lebih pendek dari kereta api. Hal ini
yang melatarbelakangi pola pengaturan perlintasan sebidang
kereta api dengan jalan raya menganut sistem prioritas untuk
kereta api dimana arus kendaraan harus berhenti dahulu ketika
kereta api melewati perlintasan.
Kurang sesuainya geometrik pada persimpangan sebidang Tirus
merupakan salah satu penyebab kecelakaan khususnya yang
melibatkan kendaraan sepeda motor baik pada cuaca cerah
maupun hujan. Dalam rangka meningkatkan kebutuhan
pembelajaran taruna/taruni dalam mata kuliah Human factors
and ergonomic, maka kami akan mengadakan penelitian secara
langsung ke lapangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan menambah wawasan juga mendapat pelajaran
secara langsung dari lapangan, serta mendapatkan data asli dari
lapangan yang dapat digunakan untuk merencanakan tindakan
selanjutnya. Penelitian yang kami lakukan meliputi penelitian
goemetrik perlintasan dan melakukan kuisioner yang dilakukan
untuk membangun pangkalan data primer untuk keperluan
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 7/32
7 | P a g e
perencanaan, kenyamanan bagi pengemudi dan peningkatan
keselamatan jalan.
B. PERUMUSAN MASALAH
1.
Apakah kondisi eksisting perlintasan sebidang di jalan Tirus
telah memenuhi pedoman teknis?
2.
Apakah desain perlintasan Tirus menjadi faktor penyebab
kecelakaan?
C.
TUJUAN
1. Mengevaluasi kondisi eksisting persilangan sebidang Tirus
dengan pedoman teknis yang ada untuk meningkatkan tingkat
keselamatan dan kenyamanan.
2.
Membuat redesain perkerasan sekitar rel pada persilangan
sebidang Tirus untuk meningkatkan keselamatan.
D. MANFAAT
1.
Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengemudi saat
melintasi perlintasan sebidang Tirus.
2.
Meningkatkan kualitas lalu lintas di Kota Tegal.
3.
Sebagai pengaplikasian materi-materi yang telah diterima oleh
taruna/i.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 8/32
8 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MANUAL HANDLING
Berdasarkan U.S. Department of Labor , handling didefinisikan
sebagai tindakan meraih, memegang, menggenggam, memutar
atau pekerjaan lainnya yang menggunakan tangan, dan National
Institute of Occupational Safety and Health medefinisikannya
sebagai suatu aktivitas dengan menggunakan pergerakan tanganpekerja untuk mengangkat, mengisi, mengosongkan, meletakkan
atau membawa (NIOSH, 2007). Sedangkan menurut OSHA, manual
handling meliputi semua pekerjaan memindahkan material dengan
tangan dengan cara mengangkat, menurunkan, membawa,
mendorong, menarik, menggeser ataupun menyusun material
(OSHA, 1997) . Manual handling tidak hanya berarti mengangkat
atau membawa sesuatu saja, namun manual handling meliputi
mendorong, menggapai, memegang, dan tindakan ringan yang
berulang (OH&S , 2003). Jadi dapat disimpulkan manual handling
adalah seluruh rangkaian aktivitas pekerjaan yang masih
mempergunakan tenaga manusia namun bukan hanya aktivitas
mengangkat, menurunkan, membawa, menarik, mendorong,
menggeser sesuatu saja, tetapi juga seluruh aktivitas ringan yang
dilakukan secara berulang. Kegiatan manual handling berisiko
menimbulkan cidera dan kecelakaan. Cidera akibat material
manual handling dapat terjadi karenamemegang objek, atau postur
tubuh saat memindahkan barang yang kurang baik. Cidera dapat
terjadi seketika maupun secara berangsur-angsur selama
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 9/32
9 | P a g e
beberapa tahun. Cidera yang dihasilkan dari aktivitas pada
pekerjaan yang dilakukan ini berkaitan dengan gangguan pada
sistem muskuloskeletal. Untuk selanjutnya, maka akan dijelaskan
mengenai gangguan muskuloskeletal serta faktor risikonya.
B.
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
Gangguan muskuloskeletal atau biasa yang disebut dengan
MSDs adalah serangkaian sakit pada otot, tendon dan saraf.
Aktivitas dengan tingkat pengulangan yang tinggi dapat
menyebabkan kelelahan pada otot, merusak jaringan hingga
kesakitan dan ketidaknyamanan. Ini bisa terjadi walaupun tingkat
gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja memuaskan
(OHSCO, 2007). Menurut NIOSH (1997), gangguan
muskuloskeletal adalah sekumpulan kondisi patologis yang
mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem
muskuloskeletal yang mencakup syaraf, tendon, otot, dan struktur
penunjang seperti discus intervertebral. Definisi lain dijelaskan
oleh ACGIH, musculoskeletal disorders maksudnya adalah adanya
suatu gangguan kronis pada otot, tendon, dan syaraf yang
disebabkan oleh penggunaan tenaga secara berulang (repetitive ),
gerakan secara cepat, beban yang tinggi, tekanan, postur janggal,
vibrasi, dan rendahnya temperatur (ACGIH, 2007). Berdasarkan
berbagai definisi dari lembaga-lembaga tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa gangguan musculoskeletal merupakan suatu
gangguan yang menyerang otot, tendon, dan syaraf manusia yang
disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan secara repetitif dengan
postur janggal.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 10/32
10 | P a g e
1.
Jenis-jenis MSDs
Postur janggal merupakan faktor risiko pada kejadian
MSDs karena pada postur janggal, otot, tulang, dan sendi
bekerja berlebihan memberikan tekanan atau gaya untuk
mempertahankan keseimbangan posisi tubuh tertentu.
Postur janggal akan meningkatkan risiko kejadian MSDs bila
terjadi kombinasi dengan faktor risiko ergonomi lain, seperti
durasi, frekuensi, intensitas, repetitif, dan adanya intervensi
stressor dari lingkungan. Berikut ini adalah beberapa jenis
MSDs yang dapat diakibatkan oleh postur janggal, yaitu:
a.
Low Back Pain , yaitu rasa sakit akut dan kronis dari tulang
belakang pada daerah lumbosacral, pantat dan kaki bagian
atas yang biasanya terjadi karena penipisan intervertebral
disk atau berkurangnya cairan pada disk. Biasanya terjadi
pada pekerja yang suka mengangkat (Bridger, 2003)
b.
Carpal Tunnel Syndrome , yaitu tendon pada carpal tunnel
membengkak karena penggunaan yang cepat dan berulang
pada jari dan tangan. Menyebabkan nyeri, rasa terbakar,
dan kemampuan menggenggam menurun. Biasanya terjadi
pada typist (Humantech, 1989,1995)
c.
Bursitis, yaitu rongga yang berisi cairan pelumas sendi
membengkak dan inflamasi sehingga menyebabkan nyeri
dan keterbatasan gerak (Bridger, 2003)
d.
Epicondylitis, yaitu inflamasi pada otot dan jaringan
penghubung yang berada di sekitar siku karena adanya
rotasi dan putaran yang terlalu sering. Biasanya sering
terjadi pada petenis (Bridger, 2003)
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 11/32
11 | P a g e
e.
Sprain dan strains , terjadi saat ligamen atau otot terlalu
tertekan karena adanya postur yang memberi beban
terhadap tubuh (Bridger, 2003)
f.
Ganglion Cyst , yaitu benjolan di bawah kulit yang
disebabkan karena akumulasi cairan pada lapisan tendon.
Ini biasanya ditemukan pada tangan dan pergelangan
tangan (Humantech, 1989, 1995)
g.
Tendinitis, yaitu inflamasi pada tendon biasanya terjadi
pada tangan dan pergelangan tangan karena pekerjaan
menggunakan postur yang tidak biasa secara terus-
menerus (Bridger, 2003)
h. Tenosynovitis, terjadi karena adanya inflamasi tendon dan
pelapisnya dengan pembengkakan pada pergelangan
tangan aktifitas yang berlebihan pada tendon yang
disebabkan oleh beban dan pergerakan yang berulang
(Pulat, 1997).
i.
Trigger Finger , yaitu keadaan kaku dan gemetar pada jari
karena gerakan berulang dan penggunaan yang berlebihan
dari jari, ibu jari atau pergelangan tangan yang terus-
menerus (Bridger, 2003).
2.
Faktor risiko MSDs
Dalam suatu pekerjaan ada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi risiko terjadinya suatu cidera ataupun
penyakit akibat kerja, yang biasa disebut dengan
musculoskeletal disorders , repetitive strain injury , cumulative
trauma disorders dan penyakit-penyakit lainnya. Amstrong
etal.(1993) menjabarkan beberapa faktor risiko ergonomi,
yaitu faktor fisik pekerjaan, faktor organisasi kerja, dan faktor
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 12/32
12 | P a g e
psikososial. Sedangkan Bridger (2003) mengkategorikan
kedalam empat kelompok faktor-faktor risiko utama terhadap
terjadinya gangguan muskuloskeletal, yaitu beban, postur,
frekuensi, dan durasi pekerjaan (Bridger, 2003).
a.
Postur kerja
Salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam
ergonomi adalah posturn kerja/working posture . Menurut
Occupational Health and Safety Council of Ontario dalam
Resource Manual for the MSD Prevention Guideline for
Ontario (2006) disebutkan bahwa postur kerja adalah
berbagai posisi dari anggota tubuh pekerja selama
melakukan aktivitas pekerjaan. Pembagian postur kerja
dalam ergonomi didasarkan atas posisi tubuh dan
pergerakan. Berdasarkan posisi tubuh, postur kerja dalam
ergonomi terdiri dari:
1)
Postur Netral (Neutral Posture ), yaitu postur dimana
seluruh bagian tubuh berada pada posisi yang
sewajarnya/seharusnya dan kontraksi otot tidak
berlebihan sehingga bagian organ tubuh, saraf jaringan
lunak dan tulang tidak mengalami pergeseran,
penekanan, ataupun kontraksi yang berlebih.
2)
Postur Janggal (Awkward Posture ), yaitu postur dimana
posisi tubuh (tungkai, sendi dan punggung) secara
signifikan menyimpang dari posisi netral pada saat
melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh
keterbatasan tubuh manusia untuk melawan beban
dalam jangka waktu lama. Postur janggal akan
menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen, dan
persendian sehingga menyebabkan rasa sakit pada otot
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 13/32
13 | P a g e
rangka. Selain itu, postur janggal membutuhkan energi
yang lebih besar pada beberapa bagian otot, sehingga
meningkatkan kerja jantung dan paru-paru untuk
menghasilkan energi. Semakin lama bekerja dengan
postur janggal, maka semakin banyak energi yang
dibutuhkan untuk memepertahankan kondisi tersebut,
sehingga dampak kerusakan otot rangka yang
ditimbulkan semakin kuat (Bridger, 1995).
C. PEDOMAN TEKNIS MENGENAI PERLINTASAN SEBIDANG
BERDASARKAN SK DIRJEN PERHUBUNGAN NO.770 TAHUN
2005.
1.
Persyaratan Perlintasan Sebidang
Persyaratan penyelenggaraan persilangan sebidang antara
jalan dengan kereta api mengacu kepada Peraturan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.
770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis
Perlintasan Sebidang Antara Jalan dengan Jalur Kereta Api
dengan Ketentuan :
a.
Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api
berikutnya (head way ) yang melintas pada lokasi tersebut
rata-rata sekurang-kurangnya 6 (enam) menit pada waktu
sibuk ( peak ).
b.
Jarak perlintasan yang satu dengan yang lainnya pada
satu jalur kereta api tidak kurang dari 800 meter;
c.
Tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api atau
tikungan jalan;
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 14/32
14 | P a g e
d.
Terdapat kondisi lingkungan yang memungkinkan
pandangan bagi masinis kereta api dari as perlintasan dan
bagi pengemudi kendaraan bermotor;
e.
Jalan yang melintas adalah jalan kelas III;
2.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembangunan
perlintasan sebidang :
Permukaan jalan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah
dengan kepala rel, dengan toleransi 0,5 cm;
a.
Terdapat permukaan datar sepanjang 60 cm diukur dari
sisi terluar jalan rel;
b. Maksimum gradien untuk dilewati kendaraan dihitung
dari titik tertinggi di kepala rel adalah :
1)
2 % diukur dari sisi terluar permukaan datar
sebagaimana dimaksud dalam butir 2. Untuk jarak 9,4
meter;
2)
10 % untuk 10 meter berikutnya dihitung dari titik
terluar sebagaimana dimaksud dalam butir 1., sebagai
gradien peralihan.
c.
Lebar perlintasan untuk satu jalur maksimum 7 meter;
d.
Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan
sekurang-kurangnya 90 derajat dan panjang jalan yang
lurus minimal harus 150 meter dari as jalan rel;
e.
Harus dilengkapi dengan rel lawan (dwang rel ) atau
konstruksi lain untuk menjamin tetap adanya alur
untuk flens roda;
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 15/32
15 | P a g e
D. SKALA GUTTMAN
Pengukuran dengan skala ini, akan didapat jawaban yang tegas,
yaitu (Ya – Tidak), (Benar – Salah), (Pernah – Tidak Pernah), (Positif
-Negatif), dan lain-lain. Skala Guttman ini identik dengan dikotomi
(dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan
bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan. Untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, sebagai berikut:
Dalam skala Guttman jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak
setuju diberi skor 0, maka bila nilai hasl pengukuran dengan
menggunakan Skala Guttman adalah X nilai tersebut dapat ditulis
secara matematis 0<X<1.
Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman
yaitu rumus koefisienreprodusibiitas dan koefisien skalabilitas.
Langkah-langkahnya adalah hitungkoefisien reprodusibilitasnya
dulu baru selanjutnya hitung koefisien skalabilitasnya.
Rumus Koefisien Reprodusibilitas
(Coefficient of Reproducibility ):
CR = 1-(TE/PE)
Keterangan:
TE= jumlah error semua dari objek
PE= jumlah error yang kemungkinan terjadi. Didapatkan
dari perkalian antara jumlah subjek (N) dan jumlah
butir (K)
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas yaitu apabila
koefisien reprodusibilitas memiliki nilai > 90. Setelah itu, langkah
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 16/32
16 | P a g e
selanjutnya hitung koefisien skalabilitas, perinciannya sebagai
berikut:
Rumus Koefisien Skalabilitas (Coefficient of Skalability ):
CS = 1-(TE/(0,5 x PE)
Keterangan:
TE = jumlah error semua dari objek
PE= jumlah error yang kemungkinan terjadi. Didapatkan
dari perkalian antara jumlah subjek (N) dan jumlah
butir (K)
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila
koefisien skalabilitas memiliki nilai > 60. Untuk menemukan nilai
koefisien reprodusibilitas harus ketemu dulu nilai error nya. Cara
menghitung nilai error bisa dengan memakai teknik Goodenough.
Buku yang bisa menjadi rujukan tentang cara menghitung nilai
error dengan teknik Goodenough adalah buku yan berjudul “
Scalling Methods ” kary a Dunn & Rankin, diterbitkan tahun 2004
oleh penerbit Lawrence Elbaum New Jersey.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 17/32
17 | P a g e
BAB III
METODOLOGI
A. TAHAPAN
Pada pelaksanaan penelitian mengenai ” REDESAIN PERKERASAN
PADA PERLINTASAN SEBIDANG TIRUS KOTA TEGAL DARI ASPEK
PERBEDAAN TINGGI JALAN DENGAN REL” memiliki tahapan –
tahapan sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Minimnya tingkat keselamatan dan kenyamanan bagi
pengemudi saat melintasi perlintasan sebidang.
2.
Melakukan studi pendahuluan
Membandingkan kondisi lapangan (eksisting) dengan pedoman
teknis mengenai perlintasan sebidang.
3.
Merumuskan hipotesis
Perlintasan sebidang Tirus tidak nyaman dan tidak
berkeselamatan bagi kendaraan.
4.
Mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengemudi sepeda motor.
5.
Menentukan rancangan atau desain penelitian
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan uji beda pada
pengemudi sepeda motor mengenai tingkat keselamatan dan
kenyamanan saat melintasi perlintasaan sebidang Tirus.
6.
Menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
memberikan kuisioner kepada pengemudi sepeda motor guna
untuk memperoleh data primer sebagai perbandingan uji beda
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 18/32
18 | P a g e
tingkat keselamatan dan kenyamanan saat melintasi
perlintasan sebidang Tirus.
7.
Menentukan subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah pengemudi sepeda motor
8.
Melaksanakan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan survey
menggunakan kuesioner yang di isi oleh subjek penelitian dan
mengukur dimensi daerah perpotongan rel dengan perkerasan
jalan.
9.
Melakukan analisis data
Data yang diperoleh peneliti dianalisis menggunakan program
SKALO agar dapat memudahkan peneliti dalam mengolah data.
10.
Merumuskan hasil penelitian dan pembahasan
Untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan keselamatan bagi
pengemudi saat melintasi perlintasan sehingga peneliti dapat
memberikan rekomendasi untuk permasalahan yang
ditemukan.
B. LOKASI
Lokasi penelitian yang akan dilksanakan oleh peneliti yaitu
Pada Perlintasan sebidang Tirus.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 19/32
19 | P a g e
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi pada studi penelitian ini adalah pengendara sepeda
motor yang ada di Kota Tegal. Adapun jumlah sampel yang terlibat
dalam studi penelitian ini adalah tiga puluh(30) orang pengendara
sepeda motor.
D. DATA
Jenis data yang digunakan pada studi penelitian ini adalah
data primer yakni data yang secara langsung dicari dan diterima
oleh peneliti dilapangan. Data primer diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner yang di isi oleh responden yaitu pengendara
sepeda motor dan data mengenai dimensi perlintasan yang di ukur
langsung oleh peneliti.
E. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan dalam proses perolehan data:
1.
Clip Board
2. Alat Tulis
3.
Alat Ukur (Meteran)
4.
Kuesioner
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data pada studi penelitian ini adalah
dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden yang dalam
hal ini adalah para pengemudi sepada motor. Jenis kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup dengan berisi pertanyaan-
pertanyaan yang jelas dan petunjuk yang sederhana agar
responden dapat lebih paham dan mudah untuk mengisinya.
Kuesioner yang kami bagikan kepada responden memiliki variabel
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 20/32
20 | P a g e
tentang kenyamanan dan keselamatan. Adupun indikator dari
variabel tersebut adalah apakah perlintasaan Tirus nyaman saat
dilintasi dan apakah tingkat kecelakaan di perlintasaan Tirus
tinggi. Kuesioner berisi 10 pertanyaan yang mewakili dari 2
indikator tersebut. Dari kuesioner tersebut, sistem penilaiannya
menggunakan skala Guttman. Apabila responden menjawab “Ya”
maka pada soal tersebut mendapat score 1, sedangkan bila
responden menjawab “ Tidak”, maka soal tersebut mendapatkan
score 0. Kemudian data mengenai inventarisasi perlintasan diukur
dengan menggunakan alat ukur meteran oleh peneliti. Setelah
hasil pengukuran objek penelitian didapatkan kemudian hasil
tersebut peneliti bandingkan dengan pedoman teknis yaitu SK
Dirjen Perhubungan No. 770 Tahun 2005.
Dalam pemenuhan 30 sampel pengendara sepeda motor
sebagai responden maka penyebaran kuesioner dilakukan di
tempat yang ramai. Penyebaran kuesioner dilakukan pada saat
jam makan siang di salah satu tempat makan yang tidak jauh
dari perlintasan Tirus.
G.
METODE ANALISIS DATA
Metode yang digunakan dalam menganalisis data untuk
memperoleh hasil yang valid, peneliti menggunakan skala Guttman
untuk mengatahui hasil survey mengenai kenyamanan dan
keamanan saat melintasi perlintasan sebidang Tirus.
Pengukuran dengan skala ini, akan didapat jawaban yang
tegas, yaitu (Ya – Tidak), (Benar – Salah), (Pernah – Tidak Pernah),
(Positif -Negatif), dan lain-lain. Skala Guttman ini identik dengan
dikotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 21/32
21 | P a g e
suatu permasalahan yang ditanyakan. Untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, sebagai berikut:
Dalam skala Guttman jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak
setuju diberi skor 0, maka bila nilai hasil pengukuran dengan
menggunakan Skala Guttman adalah X, nilai tersebut dapat ditulis
secara matematis 0<X<1.
Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman
yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Langkah-langkahnya adalah hitung koefisien reprodusibilitasnya
dulu baru selanjutnya hitung koefisien skalabilitasnya.
Rumus Koefisien Reprodusibilitas (Coefficient
of Reproducibility ) :
CR = 1-(TE/PE)
. Setelah itu, langkah selanjutnya hitung koefisien
skalabilitas, perinciannya sebagai berikut:
Rumus Koefisien Skalabilitas (Coefficient of
Skalability ):
CS = 1-(TE/(0,5 x PE)
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 22/32
22 | P a g e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara sepeda motor
yang merupakan masyarakat kota dan kabupaten Tegal sebanyak
30 responden. Pada penelitian ini responden tidak kami
kelompokan. Baik responden pria maupun wanita kami asumsikan
memiliki kemampuan yang sama dalam berkendara.
1.
Kondisi Eksisting Objek Penelitian
Gambar 4.1 Kondisi Eksisting dari Layout Perlintasan Tirus
Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa perlintasan
Tirus merupakan suatu persimpangan jalan tidak bersinyal
sekaligus persilangan antara jalan dengan rel kereta api.
Dengan posisi rel yang memanjang dan kondisi jalan di tepi rel
yang rusak ini membuat pengendara khususnya pengendara
sepeda motor kesulitan ketika akan membelok ke ruas kanan.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 23/32
23 | P a g e
Gambar 4.2 Kondisi eksisting titik perlintasan Kereta Api
Diatas merupakan gambar tampak dekat dari rel tersebut.
Dapat terlihat jelas perbedaan tinggi rel dengan perkerasan
jalan yang banyak menyulitkan pengendara. Selain itu,
terdapat pula material aspal yang terlepas atau berserakan
sehingga membuat pengendara lebih sulit untuk
mengendalikan kendaraannya.
Gambar 4.3 Pengendara sepeda motor yang melewati
Perlintasan Tirus
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 24/32
24 | P a g e
Dari gambar diatas dapat kita lihat salah satu pengendara
sepeda motor yang kesulitan ketika melintasi rel. Mereka harus
menurunkan kaki mereka ketika melintasi perlintasan ini.
Tidak jarang pengendara yang berboncengan harus turun
untuk membantu mengangkat sepeda motor agar dapat
melintasi perlintasan Tirus.
B. Kondisi Teknis Lapangan
Dan dari hasil pengukuran, data yang diperoleh kami bandingkan
dengan manual ataupun peraturan yang ada mengenai
perlintasan sebidang yaitu dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Perpotongan
Dan/Atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api Dengan
Bangunan Lain dan Surat Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 770 Tahun 2005 Tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api. Dari manual
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut bahwa beda tinggi rel
degan perkerasan sebesar 6 cm atau melebihi ketentuan yaitu 0,5
cm.
Dari data yang kami peroleh dapat diketahui bahwa tingkat
keselamatan dan kenyamanan perlintasan sebidang Tirus dari
aspek teknis masih sangat minim. Dilihat dari beberapa variabel
yang tidak sesuai dengan peraturan mengenai perlintasan
sebidang oleh karena itu masih perlu perbaikan mengenai aspek
teknis sesuai standar yang berlaku.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 25/32
25 | P a g e
C. Validitas Kuesioner
Rumus yang digunakan untuk uji validitas dengan skala
Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien
skalabilitas. Untuk memudahkan proses analisis peneliti
menggunakan aplikasi SKALO. Berdasarkan input data kuesioner
diperoleh output seperti pada dibawah ini.
Gambar 4.4 Output uji validitas
Dari hasil output diatas diketahui bahwa jumlah butir soal 10,
jumlah sampel 30. Untuk jumlah potensi error 300, jumlah error
26 dan hasil dari koefisien reprodusibilitas 0.913, hasil koefisien
skalabilitas 0.827. Dari hasil tersebut koefisien reprodusibilitasdan koefisien skalabilitas telah memenuhi syarat ketentuan.
Sehingga data yang kita peroleh bisa kita jadikan sebagai bahan
penelitian karena telah lulus uji validitas data.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 26/32
26 | P a g e
D. Analisis Hasil Quisioner
Persentase hasil kuesioner
Tabel 4.3 Jawaban Responden
Untuk mengetahui presentasi jawaban “ya” yang
diperoleh dari angket kuesioer, maka dihitung terlebih dahulu
kemudian ditempatkan dalam rentan skala presentase sebagai
berikut :
Nilai jawaban “ya” : 1
Nilai jawaban “tidak” : 0
Dikonversikan dalam presentase :
Jawaban “ya” = 1 x 100%
Jawaban “tidak” = 0 x 100% (sehingga tidak perlu
dihitung)
Perhitungan :
Jawaban “ya: rata-rata : 285/300 x 100% = 95 %
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10Ya 24 30 28 30 30 29 24 30 30 30
Tidak 6 0 2 0 0 1 6 0 0 0
0
5
10
15
20
25
30
35
Hasil Kuesioner
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 27/32
27 | P a g e
Tabel 4.4 Persentase Hasil Kuesioner
Gambar 4.5 Hasil Kuesioner dalam Skala
Tabel 4.4 Tabel Interpretasi nilai
YA
95%
TIDAK
5%
PERSENTASE JAWABAN
KUESIONER
YA TIDAK
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 28/32
28 | P a g e
Berdasarkan tabel interpretasi nilai diatas, hasil kuesioner
yang diperoleh nilai sebesar 95 % atau 0,95. Jadi masuk dalam
kategori MENDEKATI SESUAI (MS). Jadi data yang kami peroleh
sesuai dengan hipotesis awal kami yaitu perlintasan di Tirus
tidak berkeselamatan dan tidak nyaman saat dilewati.
Dari hasil analisis diatas diketahui bahwa tingkat
keselamatan dan kenyamanan di perlintasan Tirus masih sangat
kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner pada soal nomor
6 dan nomor 7 yaitu
Apakah anda sering mendengar beritakecelakaan di perlintasan Tirus?
Dari 30 respondensemua menjawab “Ya”
Apakah anda merasa tidak nyaman
ketika melintasi perlintasan Tirus?
Dari 30 responden
semua menjawab “Ya”
Untuk membuktikan validitas hasil kuesioner dilakukan uji
validitas dengan cara uji koefisien reprodusibilitas dan uji
koefisien skalabilitas. Syarat penerimaan nilai koefisien
reprodusibilitas yaitu apabila koefisien reprodusibilitas memiliki
nilai > 90, dan Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu
apabila koefisien skalabilitas memiliki nilai > 60.
Dari kedua uji tersebut diperoleh hasil bahwa koefisien
reprodusibilitas dari kuesioner yang di sebarkan memiliki nilai
0,913 dan nilai koefisien skalabilitas memiliki nilai 0,827. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat kenyamanan serta keselamatan pada
perlintasan Tirus masih sangat kurang.
Selain data kuesioner terdapat pula data pengukuran teknis
perlintasan yang mengacu pada pedoman teknis yaitu pada
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 29/32
29 | P a g e
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
Sk.770/Ka.401/Drjd/2005 Tentang Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api. Dari hasil
pengukuran diketahui bahwa beda tinggi rel degan perkerasan
sebesar 6 cm atau melebihi ketentuan yaitu 0,5 cm. kemudian
untuk sudut perpotongan perlintasan yang tidak memotong jalan
secara tegak lurus selain tidak sesuai dengan pedoman teknis
juga mengakibatkan kesulitan bagi pengemudi kendaraan dan
banyak menyebabkan kendaraan tergelincir dan jatuh.
Dari data yang kami peroleh dapat diketahui bahwa tingkat
keselamatan dan kenyamanan perlintasan sebidang Tirus dari
aspek teknis masih sangat minim. Dilihat dari beberapa variabel
yang tidak sesuai dengan peraturan mengenai perlintasan
sebidang oleh karena itu masih perlu perbaikan mengenai aspek
teknis sesuai standar yang berlaku.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 30/32
30 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas diketahui bahwa penelitisn ini
memiliki kesimpulan bahwa :
1.
Hasil pengukuran lapangan diketahui bahwa hasil
pengukuran belum sesuai dengan pedoman teknis yang ada.
2.
Hasil kuesioner menunjukan bahwa tingkat keselamatan dan
tingkat kenyamanan pengendara saat melintasi perlintasan
sebidang Tirus masih sangat kurang. Hal ini ditunjukan
dengan hasil kuesioner nomor 6 dan nomor 9 bahwa dari 30
responden semua menjawa “Ya”.
B. Saran
Rekomendasi atau saran yang kami yaitu dengan membuat
desain perkerasan dengan bahan besi baja yang memiliki tekstur
sehingga memudahkan pengendara sepeda motor untuk
melintasi perlintasan tersebut.
Gambar 5.1 Desain Rekomendasi Baja Bertekstur
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 31/32
31 | P a g e
Dalam hal pemilihan besi baja pada permasalahan ini
merupakan Besi baja memiliki kekuatan yang lebih
dibandingkan dengan beton ataupun aspal. Karena dilihat dari
kendaraan yang melintasi perlintasan Tirus, merupakan
Kendaraan berat yang membawa beban bawaan yang lebih dari
10 ton. Sehingga, penerapan besi baja pada perlintasan
merupakan solusi jangka anjang yang bisa diterapkan di setiap
perlintasan tetapi perlintasan yang ada. Dibandingkan jika
dilakukan overlay atau pelapisan ulang dengan aspal pada
permukaan, hanya berlaku untuk jangka pendek mengingat
berat kendaraan yang melewati perlintasan tersebut.
Selain alasan tersebut diatas, mengingat bahwa
perlintasan Tirus ini merupakan jalan Arteri maka sudah
sepatutnya tidak ada hambatan pada jalan ini. Tidak ada antrian
kendaraan yang disebabkan oleh rusaknya permukaan jalan.
Jika demikian maka kecepatan rencana pun tidak tercapai.
7/21/2019 Redesain Perkerasan Perlintasan Sebidang
http://slidepdf.com/reader/full/redesain-perkerasan-perlintasan-sebidang 32/32
DAFTAR PUSTAKA
Widhiarso, W. (2011). SKALO : Program Analisis Skala Guttman .
Program Komputer. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No 770 Tahun 2005 Tentang Pedoman Teknis Perlintasan SebidangAntara Jalan Dengan Jalur Kereta Api
Wildan. (2013). Kajian Keselamatan Jalan Pada Persilangan Sebidang
Jalan Dengan Kereta Api. Program Studi Magister Teknik Sipil.
Semarang : Universitas Sultan Agung
Kurniawati, Ita. (2009). Tinjauan Pustaka. Jakarta : Universitas
Indonesia.
top related