radar surabaya rabu, 24 februari 2016 halaman 21 kenali ...radarsby.com/special/hut15/9.pdfhidup...
Post on 08-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
layouter: nuryono
RADAR SURABAYA l Rabu, 24 FebRuaRi 2016 halaman 21
SURABAYA–Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pah lawannya. Maka sudah pan taslah bila Surabaya se bagai kota Pahlawan men junjung para pejuang yang lahir dan meningal di ko ta ini. Salah satu caranya menjadikan makammakan pahlawan itu se ba gai destinasi wisata. Me reka di antaranya adalah makam Sutomo (Bung Tomo), Dr. Dr. Soetomo dan Wage Rudolf (WR) Soepratman.
Bung Tomo. Begitulah sapaan pahlawan asli Blauran yang lahir 3 Ok tober 1920 itu. Meninggal di Padang Arafah, 7 Oktober 1981, nama Bung Tomo tak pernah terlupakan oleh arekarek Surabya. Pi dato berapiapi dengan pekik ‘Allahu Akbar’ dan perjuangan, pidato beliau selalu dikumandangkan kem bali oleh pemudapemuda Surabaya tiap kali perayaan Hari Pahla wan, 10 November berlangsung.
Sebagai pahlawan yang su dah memompa sema ngat juang pemuda dan warga Surabaya, makam Bung Tomo bukanlah di kawasan Taman Makam Pahlawan. Pusara beliau hanya berada di pemakaman umum Ngagel Surabaya.
Juru Kunci Bung Tomo, Sukarsih mengaku sejak tahun 1993 menjadi juru makam Bung Tomo yang diresmikan jadi Pahlawan Nasional pada 2008 lalu. Meski berada di pema kaman umum, Sukarsih men jelaskan bahwa kondisi makam Bung Tomo di area itu paling bersih dan terawat. “Tiap pagi dan sore saya bersihkan. Saya dikasih kantor TPU (Tempat Pemakaman Umum) Rp 200 ribu per bulan untuk menjaga makam disini,” kata Sukarsih kepada Radar Surabaya.
Kondisi makam Bung Tomo cukup sederhana dengan luas 3 x 5 meter. Pusaranya yang terbuat dari marmer dikelilingi oleh pagar bambu runcing bewarna kuning. Di dalam nya terdapat atap peneduh yang berukuran 1x3 meter. Tidak ada sejarah atau ki sah si
Kenali Pahlawan Nasional dengan Wisata Makam
hari peringatan nasional seperti Hari Pahlawan, Ke merdekaan, Kartini, dan HUT Surabaya. “Sepi se kali. Paling sebulan hanya dua orang yang datang ke sini (makam Bung Tomo),” kata Sukarsih.
Berbeda dengan makam Bung Tomo yang begitu se derhana, makam WR Soepratman lebih mewah. Makam WR Soepratman berada di TPU Rangkah. Tidak jauh dari rumah dan museum WR Soe pratman yang berada di seberangnya.
Kompleks makam WR Soepratman memang cukup luas, terawat dan teduh oleh rimbunan pohon
kamboja dengan bunga warna merah dan putih. Di kompleks makam ini ter dapat bangunan, cungkup pusara, tembok prasasti dan monumen WR Soepratman. Bangunan cungkup itu berbentuk joglo sebagai pelindung pusara sang maestro. Bangunan pusara WR Soe pratman sendiri berbentuk unik berupa siluet biola pada bagian tengah yang ditulis sepenggal syair Indonesia Raya. Di seberang cungkup tembok tertulis prasasti yang berisikan riwayat komponis pencipta lagu Indonesia Raya. Dari situlah wisatawan mau
pun peziarah bisa melihat bahwa bangunan dan pusara itu adalah makam milik WR Supratman.
Juru kunci makam, Gufron menyatakan meski kondisi bangunan makam sang pencipta lagu Indoensia Raya itu bagus akan tetapi ternyata tidak begitu banyak pengunjungnya. “Jarang sekali. Paling waktu bulan Agustus saja,” kata Gufron. Padahal, WR Soepratman me rupakan salah satu makam yang dijadikan destinasi wisata di Surabaya.
Hal yang sama tidak jauh beda ketika melihat makam pahlawan nasional
Diingat hanyahari Pahlawan dan Kemerdekaan
pejuang yang ter kenal dengan suara pe kiknya itu.
Menurut wanita asal Jom bang tersebut, pusara Bung Tomo cuma ramai ketika peringatan hari
bidang pendidikan dan kedokteran, Dr. dr. Soetomo. Makam yang berada di Jalan Bubutan itu berada di kantor Gerakan Nasional Indonesia (GNI). Makam pria yang namanya dijadikan nama rumah sakit terbesar di Jatim dan Indoensia Timur ini pun tampak megah dengan pusara yang ditutup kain putih. Di pojok kanan dan kiri pendopo makam terdapat sejarah dan prasasti bertuliskan ‘se nantiasa berjuang kemuka jurusan kita, dengan tiada me nyesali kesendirian dan cerita, bahkan tiada menye sali kehilangan dan ke luarga dari barangbarang yang menyenangkan hidup kita sendiri’.
Sang juru kunci, Murtiningrum menjelaskan selain keluarga, makam pria pendiri Boedi Oetomo itu sering dikunjungi oleh anakanak. “Kalau ke ma kam Bung Tomo, kita juga bisa keliling ke kampung Bubutan. Kampung ini identik dengan kampung dr Soetomo,” kata Mur tiningsih.
Menurut wanita yang sudah menjadi juru kunci sejak tahun 1981 tersebut, makam dr Soetomo masih sering dikunjungi wisa tawan. Bahkan, dia sendiri yang menjadi pemandu wisata. “Ya, paling ramainya bulan Agustus, Novem ber, dan Hari Kartini. Tapi, saya sangat senang jika anak muda ke sini. Anakanak bisa belajar per juangan dan kepandaian dokter Soetomo untuk masa depannya sendiri, bangsa dan negara,” jelasnya. (han/hen)
anDY SaTRia/RaDaR SuRabaYa
WISATA SEJARAH: Kompleks makam WR Soepratman yang terawat dan teduh oleh rimbunan pohon kamboja warna merah dan putih ini, terdapat bangunan cungkup pusara, tembok prasasti dan monumen.
top related