pustu balongsari puskesmas gedongan · dinas kesehatan kota mojokerto jl. pahlawan no. 42 mojokerto...
Post on 21-Jul-2019
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO
Jl. Pahlawan No. 42 Mojokerto
Telp./Fax : (0321) 382966 / 395738
Email : dinkeskot_mr@yahoo.co.id
Puskesmas Gedongan
Pustu Balongsari
Proyek Peningkatan Puskesmas Wates menjadi Puskesmas Rawat Inap
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
i
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 merupakan salah satu produk dari
SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang menguraikan gambaran situasi dan kondisi
kesehatan masyarakat di Kota Mojokerto sebagai hasil dari semua upaya dan kegiatan
yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dan jajarannya dalam
rangka Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto.
Profil Kesehatan ini memuat data dan informasi terkait pencapaian indikator
pembangunan kesehatan melalui analisa situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan serta
sumber daya kesehatan di wilayah Kota Mojokerto. Bila dibanding dengan tahun –
tahun sebelumnya, Profil Kesehatan Tahun 2011 ini terdapat perbedaan. Disamping
jumlah tabel indikator yang bertambah, namun secara khusus Profil Kesehatan ini
memuat data kesehatan yang terpilah secara gender.
Dengan segala keterbatasan, diharapkan Profil Kesehatan ini dapat dipergunakan
sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan selama tahun 2011 serta
dapat dipergunakan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan
program dan kegiatan di tahun mendatang.
Mojokerto, April 2012
Penyusun
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
ii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena pada akhirnya buku
“Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011” dapat terselesaikan dengan baik.
Disadari sepenuhnya bahwa untuk memperoleh data yang baik, banyak hambatan yang
ditemui, utamanya menyangkut ketersediaan data secara gender yang tidak keseluruhan
indikator dapat terpenuhi.
Di tahun – tahun yang akan datang, seiring dengan pembangunan dan perbaikan
jaringan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Profil Kesehatan dapat disusun dengan lebih
baik, terutama menyangkut pengarusutamaan gender sebagaimana yang diinstruksikan
Presiden dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, dengan muatan data dan
informasi yang lebih berkualitas serta lebih konsisten, sehingga buku Profil Kesehatan ini
dapat dijadikan sebagai panduan dan referensi penting dalam pengambilan keputusan
yang evidence based berkaitan manajemen pembangunan kesehatan, khususnya di Kota
Mojokerto.
Semoga Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 ini bermanfaat terutama
bagi yang membutuhkan data dan informasi kesehatan di Kota Mojokerto. Kritik dan
saran dari para pembaca guna penyembpurnaan Profil Kesehatan di masa datang tetap
kami harapkan.
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Dra. CHRISTIANA INDAH WW, Apt MSi
Pembina Utama Muda
NIP. 19601113 198903 2 002
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
iii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Sambutan Kepala Dinas Kesehatan............................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Daftar Gambar .............................................................................................. v
Daftar Tabel .................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Sistematika Penyajian ......................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MOJOKERTO ............................... 4
2.1 Kondisi Geografis ................................................................. 4
2.2 Kondisi Demografis ............................................................. 6
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ............................................ 8
3.1 Mortalitas ............................................................................. 8
3.2 Morbiditas ............................................................................ 12
3.3 Status Gizi ........................................................................... 26
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................. 30
4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ............................................... 30
4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan .............................. 46
4.3 Perilaku Hidup Masyarakat ................................................. 49
4.4 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ..... 51
4.5 Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan .................... 54
4.6 Penanggulangan Wabah Skala Kota ................................... 54
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
iv
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................. 55
5.1 Sarana Kesehatan ............................................................... 55
5.2 Tenaga Kesehatan ............................................................... 59
5.3 Pembiayaan Kesehatan ....................................................... 64
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 65
Lampiran
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
v
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Daftar gambar
Gambar 1 Peta Kota Mojokerto ............................................................ 4
Gambar 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 6
Gambar 3 Kasus Lahir Mati, Kematian Bayi dan Kematian Balita di
Kota Mojokerto Tahun 2005 - 2011 ....................................
9
Gambar 4 Kasus Kematian Maternal yang Dilaporkan di Kota
Mojokerto Tahun 2005 - 2011 .............................................
11
Gambar 5 Angka Kematian Ibu yang Dilaporkan di Kota Mojokerto
Tahun 2004 - 2011 ................................................................
11
Gambar 6 Penemuan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto Tahun
2009 - 2011 ...........................................................................
13
Gambar 7 Angka Kesembuhan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto
Tahun 2007 - 2011 ................................................................
14
Gambar 8 Jumlah Komulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto
Tahun 2003 - 2011 ...............................................................
16
Gambar 9 Perbandingan Jumlah Penderita IMS Secara Gender di
Kota Mojokerto Tahun 2011 ...............................................
17
Gambar 10 Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ...... 18
Gambar 11 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................
19
Gambar 12 Jumlah Kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto
Tahun 2007 - 2011 ...............................................................
21
Gambar 13 Jumlah Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2007 -
2011 ......................................................................................
23
Gambar 14 Jumlah Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2007 -
2011 ......................................................................................
24
Gambar 15 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto Tahun
2007 - 2011............................................................................
26
Gambar 16 Permasalahan Gizi dalam Siklus Kehidupan Manusia ..... 27
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
vi
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 17 Jumlah Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun
2006 - 2011 ...........................................................................
28
Gambar 18 Jumlah Balita Ditimbang di Posyandu yang Mengalami
Kenaikan Berat Badan Tahun 2006 - 2011 ........................
29
Gambar 19 Jumlah Balita BGM dan Balita Gizi Buruk di Wilayah
Kota Mojokerto Tahun 2006 - 2011 ....................................
29
Gambar 20 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................
31
Gambar 21 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kota Mojokerto Tahun 2006 - 2011 ................................
32
Gambar 22 Cakupan Ibu Hamil Risti yang Ditangani di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................
34
Gambar 23 Cakupan Neonatal Risti yang Ditangani di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................
34
Gambar 24 Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas di Kota
Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................
35
Gambar 25 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap
di Kota Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ................................
37
Gambar 26 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2007
- 2011 ...................................................................................
38
Gambar 27 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Usia 6 - 11
Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2009 - 2011 .....................
38
Gambar 28 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kota Mojokerto
Tahun 2011 ..........................................................................
39
Gambar 29 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Kota
Mojokerto Tahun 2009 - 2011 .............................................
39
Gambar 30 Kasus Balita Gizi Buruk di Kota Mojokerto Tahun 2007 -
2011 ......................................................................................
40
Gambar 31 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
di Kota Mojokerto Tahun 2011 ...........................................
41
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
vii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila dan Pra Usila
Tahun 2007 - 2011 ...............................................................
42
Gambar 33 Cakupan Kepesertaan KB dan Proporsi Jenis Alat
Kontrasepsi yang Digunakan di Kota Mojokerto Tahun
2011 ......................................................................................
43
Gambar 34 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap di Kota
Mojokerto Tahun 2011 ........................................................
44
Gambar 35 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kota Mojokerto Tahun
2011 ......................................................................................
45
Gambar 36 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kota
Mojokerto Tahun 2011 ........................................................
46
Gambar 37 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap serta
Kunjungan Jiwa di Puskesmas dan RS di Kota Mojokerto
Tahun 2011 ..........................................................................
48
Gambar 38 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungan di Kota
Mojokerto Tahun 2011 ........................................................
53
Gambar 39 Pengelompokan Posyandu Menurut Strata di Kota
Mojokerto Tahun 2011 ........................................................
59
Gambar 40 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan
Kategori di Kota Mojokerto Tahun 2011 ............................
60
Gambar 41 Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Kerja di
Kota Mojokerto Tahun 2011 ...............................................
60
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
viii
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Daftar tabel
Tabel 1 Wilayah Administratif Kota Mojokerto .............................. 5
Tabel 2 Sarana Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2011 ............ 55
Tabel 3 Indikator Pelayanan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011 ... 57
Tabel 4 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk Tahun
2011 dengan Standar Indonesia Sehat 2010 dan Renstra
Kemenkes ............................................................................
61
Tabel 5 Anggaran Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 64
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
1
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen
internasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), dengan tujuan
yang terkait langsung dengan bidang kesehatan, yaitu menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV – AIDS, TB dan Malaria serta penyakit –
penyakit lainnya, dan juga yang tidak terkait langsung dengan kesehatan, yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan.
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut, Kementerian Kesehatan
menetapkan visi dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan yaitu “Masyarakat
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”, yang diwujudkan dalam 4 misi, yaitu 1) Meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3) Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik. Pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan
adanya indikator – indikator yang terkait kesehatan, meliputi indikator derajat kesehatan,
upaya kesehatan serta sumber daya kesehatan.
Secara khusus di Kota Mojokerto, dalam RPJMD Tahun 2009 – 2014 disebutkan
bahwa visi pembangunan Kota Mojokerto sampai dengan Tahun 2014 adalah Terwujudnya
Kota Mojokerto yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Kota Mojokerto yang sehat
ditandai dengan derajat kesehatan masyarakat dan kesadaran untuk berperilaku hidup
sehat yang tinggi. Oleh karena itulah Dinas Kesehatan Kota Mojokerto merupakan salah
satu ujung tombak dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan.
Untuk memantau hasil kegiatan dalam rangka mencapai visi tersebut, disusunlah
Profil Kesehatan Kota Mojokerto yang merupakan salah satu produk Sistem Informasi
Kesehatan (SIK). Profil Kesehatan memuat berbagai data dan informasi tentang gambaran
derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan pencapaian indikator
pembangunan kesehatan di Kota Mojokerto pada tahun 2011. Secara khusus di tahun 2011
ini, penganalisaan data tidak hanya dilakukan dengan membandingkan capaian tahun 2011
dengan tahun – tahun sebelumnya ataupun analisa hubungan antar indikator berkaitan,
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
2
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
namun secara khusus juga dilakukan analisa pemilahan data secara gender pada beberapa
indikator, dimana pemilahan ini belum dilakukan pada profil – profil tahun sebelumnya.
Dari hasil analisa tersebut diharapkan dapat diketahui tingkat keberhasilan yang
telah dilaksanakan sebagai wahana penilaian (Evaluasi) dari program maupun
permasalahan kesehatan yang muncul, serta sarana evaluasi keberhasilan program
kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan
evaluasi dari berbagai program kesehatan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan bagi stake holder.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan Profil Kesehatan ini adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya data dan informasi kesehatan hasil cakupan pelaksanaan program
kesehatan yang lengkap dan akurat.
2. Tersedianya data sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan
kegiatan/program untuk acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari
berbagai program kesehatan di Kota Mojokerto dalam rangka untuk mencapai visi yang
telah ditetapkan.
1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan serta sistematika
dari penyajiannya.
Bab II Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang keadaan umum Kota Mojokerto, meliputi keadaan letak
geografi, administratif dan informasi umum lainnya, selain itu juga mengulas faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal
demografi/kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan yang
ada di wilayah Kota Mojokerto.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini menyajikan uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan dan status gizi masyarakat Kota Mojokerto.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
3
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan serta pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menjelaskan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kota Mojokerto.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari sajian hal-hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 sebagai
masukan arah kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan pada tahun
berikutnya dan berisi juga tentang saran yang merupakan rekomendasi atau
alternatif pemecahan dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan
selama melaksanakan pembangunan kesehatan.
Lampiran
Berisi tabel-tabel yang digunakan sebagai dasar acuan pembuatan Profil Kesehatan
Kota Mojokerto yang memuat pencapaian program dan kegiatan pembangunan
kesehatan di wilayah Kota Mojokerto selama satu tahun, serta dokumentasi kegiatan
Dinas Kesehatan Kota Mojokerto selama tahun 2011.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
4
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab ii
Gambaran umum kota mojokerto
2.1 KONDISI GEOGRAFIS
2.1.1 Letak dan Batas Wilayah
Kota Mojokerto merupakan kota kecil yang terletak ditengah-tengah
Kabupaten Mojokerto, terbentang pada 7°33’ Lintang Selatan dan 112°28' Bujur
Timur, wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 22 m di
atas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah yang agak miring ke Timur
dan Utara antara 0 - 3%.
Kota Mojokerto berbatasan dengan Sungai Brantas yang membentang
memisahkan wilayah Kota dengan Kabupaten di sebelah Utara. Di sebelah Timur
berbatasan dengan wilayah Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Sedangkan di
sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sooko Kabupaten
Mojokerto.
Gambar 1. Peta Kota Mojokerto
2.1.2 Luas Wilayah
Kota Mojokerto mempunyai luas wilayah 16,45 km². Secara administratif,
wilayah Kota Mojokerto terbagi menjadi 2 Kecamatan, 18 Kelurahan, 70
Dusun/Lingkungan, 177 Rukun Warga (RW) dan 661 Rukun Tetangga (RT),
merupakan satu-satunya daerah di Propinsi Jawa Timur, bahkan di Indonesia yang
Kota Mojokerto
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
5
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
memiliki satuan wilayah maupun luas wilayah terkecil dengan perincian sebagai
berikut :
a) Kecamatan Prajurit Kulon, dengan luas wilayah 7,75 km², terdiri dari : 8
Kelurahan, 33 Lingkungan, 71 Rukun Warga dan 285 Rukun Tetangga
b) Kecamatan Magersari, dengan luas wilayah 8,7 km², terdiri dari : 10 Kelurahan,
37 Lingkungan, 106 Rukun Warga dan 376 Rukun Tetangga
Tabel 1. Wilayah administratif Kota Mojokerto
Kecamatan Kelurahan Jumlah Lingkungan
Jumlah RW
Jumlah RT
1. Prajurit Kulon 1. Surodinawan 5 9 37 2. Kranggan 5 13 54 3. Miji 4 11 49 4. Prajurit Kulon 4 10 30 5. Blooto 3 8 32 6. Mentikan 4 9 33 7. Kauman 3 3 16 8. Pulorejo 5 8 34
Jumlah 33 71 285
2. Magersari 1. Meri 3 11 40 2. Gunung Gedangan 6 9 30 3. Kedundung 4 15 63 4. Balongsari 4 14 46 5. Jagalan 2 6 18 6. Sentanan 2 6 14 7. Purwotengah 3 5 18 8. Gedongan 2 4 14 9. Magersari 4 10 35 10. Wates 7 26 98
Jumlah 37 106 376
Sebagian besar penggunaan lahan di Kota Mojokerto didominasi oleh lahan
terbangun sekitar 7,76 km2 atau 52,15%. Sedangkan lahan tidak terbangun sekitar
47,85%. Ditinjau dari kondisi permukaan tanahnya, wilayah Kota Mojokerto relatif
tidak mempunyai kendala dalam mendukung perkembangan fisik kota. Letak
geografis pada jalur transportasi regional lintas selatan yang menghubungkan
Surabaya – Yogyakarta – Jakarta serta menjadi bagian dari wilayah
Gerbangkertasusila menyebabkan Kota Mojokerto memiliki posisi yang sangat
strategis dalam mendukung pengembangan kegiatan pembangunan di Jawa Timur
Sumber: Mojokerto Kota Dalam Angka 2010
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
6
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
dan berperan utama sebagai pusat aktivitas ekonomi dan jasa bagi wilayah
belakangnya (hinterland), yaitu Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya.
2.1.3 Iklim
Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti
wilayah Propinsi Jawa Timur pada umumnya, Kota Mojokerto beriklim tropis dan
mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau, dengan curah hujan rata – rata 10,58 mm.
Temperatur mencapai 220 - 310 C dengan kelembaban udara 74,3 – 84,8 Mb/hari
dan kecepatan angin rata – rata berkisar 3,88 – 6,88 knot / hari.
2.2 KONDISI DEMOGRAFIS
2.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Mojokerto tahun 2011 berdasarkan data registrasi
penduduk akhir tahun yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Mojokerto sebesar 133.285 jiwa. Namun untuk sasaran pembangunan
kesehatan tahun 2011 sesuai kesepakatan antar seluruh Dinas Kesehatan Kab/Kota
se – Jawa Timur dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur menggunakan data
proyeksi penduduk tahun 2010 sebesar 120.271 jiwa yang terdiri dari 58.964 jiwa
penduduk laki-laki dan 61.307 jiwa penduduk perempuan, dikarenakan data proyeksi
penduduk tahunan berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 belum
dikeluarkan secara resmi oleh BPS Propinsi Jawa Timur. Komposisi penduduk
menurut jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011
33,556 34,890
25,408 26,417
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Laki-Laki Perempuan
Magersari
Prajuritkulon
Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur (Proyeksi Tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk Tahun 2000)
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
7
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
2.2.2 Kepadatan Penduduk, Rasio Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah rumah tangga di Kota Mojokerto sebanyak 35.479 KK dan rata-rata
jiwa/rumah tangga di Kota Mojokerto sebanyak 3,4 jiwa/rumah tangga. Kota
Mojokerto mempunyai luas wilayah sangat kecil, namun mempunyai jumlah
penduduk yang besar. Hasil dari Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2011 besarnya
jumlah penduduk di Kota Mojokerto dengan luas wilayah yang sangat kecil akan
menyebabkan kepadatan Kota Mojokerto menjadi sangat tinggi, yaitu tingkat
kepadatan penduduk sebesar 7.307 jiwa/km² di Tahun 2011.
Sedangkan apabila dilihat per kecamatan, tampak Kecamatan Magersari
tingkat kepadatan penduduknya lebih tinggi yaitu sebesar 7.867 jiwa/km²
dibandingkan Kecamatan Prajurit Kulon yang hanya sebesar 6.678 jiwa/km². Hal ini
disebabkan karena beberapa kelurahan di wilayah Kecamatan Magersari merupakan
daerah perumahan yang sudah banyak dihuni oleh penduduk dari luar daerah Kota
Mojokerto.
Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan pada Tahun 2011 adalah
96,18%, yang berarti disetiap 100 penduduk wanita terdapat 96 penduduk laki-laki.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
8
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab iii
Situasi derajat kesehatan
Situasi derajat kesehatan di Kota Mojokerto dapat digambarkan dengan
menggunakan indikator – indikator pembangunan kesehatan antara lain mortalitas,
morbiditas dan status gizi.
Mortalitas atau yang biasa dikenal sebagai angka kematian, dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) serta Angka
Kematian Ibu (AKI). Morbiditas atau bisa juga disebut angka kesakitan, dapat dilihat dari
indikator Prevalensi Penyakit Menular Langsung, seperti TB, Kusta, HIV/AIDS, Diare,
Pneumonia serta Prevalensi Penyakit Menular yang Bersumber dari Binatang, seperti DBD,
Malaria, Filariasis. Selain itu, angka kesakitan juga dapat dilihat dari indikator penemuan dan
penanganan penderita AFP serta Prevalensi Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I). Status gizi dapat dilihat dari persentase bayi dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR), prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang.
3.1 MORTALITAS
Kejadian kematian di masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator dalam
menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Data kematian di masyarakat pada umumnya diperoleh melalui survei karena sebagian
besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian yang ada di fasilitas
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai
dengan satu hari sebelum bayi berusia satu tahun. Dari sisi penyebabnya, kematian
bayi dapat dibedakan menjadi endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kematian yang terjadi
pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan karena faktor
bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian
bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai dengan satu tahun yang umumnya
disebabkan oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
9
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Tiga penyebab utama kematian bayi menurut SKRT 1995 adalah komplikasi
perinatal (pertumbuhan janin lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur,
dan berat bayi lahir rendah), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan diare.
Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil 75% terhadap kematian bayi.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi
yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKB
dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi
adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari suatu perubahan
lingkungan maupun sosial ekonomi. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah
anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000
kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan
faktor – faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti
gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.
Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kota Mojokerto,
kondisi AKB Kota Mojokerto menunjukkan kenaikan dari 11,6 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2010 menjadi 12,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011
dengan kejadian kematian terbanyak terjadi pada bayi berjenis kelamin laki - laki.
Sedangkan untuk kasus AKABA, jumlah kematian balita yang terlaporkan di
tahun 2011 sebanyak 6 kasus dari 1.896 kelahiran hidup, dengan AKABA
terlaporkan 3,2 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambaran kecenderungan kasus lahir mati, kematian bayi, dan kematian
balita dapat diamati pada gambar berikut ini:
Gambar 3 Kasus Lahir Mati, Kematian Bayi, dan Kematian Balita di Kota
Mojokerto Tahun 2005 – 2011
0 0 0 1 2 1
6
1012
14 13 14
22 23
6 5
11
7 8
13 14
0
5
10
15
20
25
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Balita Mati Jumlah Mati Bayi Jumlah Lahir Mati
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
10
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Dari gambar diatas, dapat terlihat bahwa dari tahun 2005 - 2011, kasus lahir
mati, kematian bayi, dan kematian balita cenderung fluktuatif. Adapun penyebab
kematian bayi tersebut sangat beragam, antara lain BBLR, asfiksia, trauma lahir,
ISPA, infeksi, serta kelainan kongenital atau cacat bawaan. Sedangkan untuk
penyebab kematian balita tidak dapat dianalisis karena belum tersedia datanya.
3.1.2 Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI)
Kematian maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau
selama masa nifas dan bukan karena kecelakaan, dengan acuan pertimbangan
adalah jumlah kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah
tinggi saat kehamilan, infeksi, dan abortus yang tidak aman. Selain itu ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu yaitu 3 (tiga) terlambat
dan 4 (empat) terlalu. Tiga terlambat adalah 1) keterlambatan keluarga mengambil
keputusan kontak dengan tenaga kesehatan, 2) keterlambatan memperoleh
pelayanan kesehatan, serta 3) terlambat merujuk. Sedangkan empat terlalu adalah
1) terlalu muda/tua usia ibu untuk memutuskan untuk hamil, 2) terlalu sering
melahirkan, dan 3) terlalu dekat jarak antara kehamilan/persalinan satu dengan
berikutnya.
Target MDG’s untuk penurunan AKI sebesar 110 per 100.000 kelahiran hidup
di tahun 2015. Untuk Kota Mojokerto, pada tahun 2011 terdapat 2.005 sasaran ibu
hamil. Dari jumlah sasaran tersebut, tercatat bahwa angka kematian ibu di Kota
Mojokerto dari tahun 2008 hingga 2010 telah berhasil ditekan menjadi 0 kasus.
Namun di tahun 2011, terjadi 1 kasus kematian maternal pada ibu nifas, sehingga
AKI tahun 2011 naik menjadi 52,7 per 100.000 kelahiran hidup.
Kasus kematian ibu yang terjadi dari tahun 2005 sampai 2011 dapat dilihat
pada gambar berikut.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
11
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011
Gambar 4 Kasus Kematian Maternal yang Dilaporkan di Kota Mojokerto
Tahun 2005 – 2011
Pada Gambar III.3 berikut nampak perkembangan bahwa AKI dari data yang
dilaporkan di Kota Mojokerto pada periode 2004 sampai 2011 masih sangat fluktuatif,
terkadang tidak terjadi kasus kematian ibu maternal namun terlihat di tahun 2005
justru terjadi peningkatan yang sangat signifikan, demikian pula di tahun 2007. Dan
setelah berhasil menekan AKI 0 per 100.000 kelahiran hidup selama 3 tahun berturut
– turut dari 2008 – 2010, di tahun 2011 AKI naik kembali 52,7 per 100.000 kelahiran
hidup.
Gambar 5 Angka Kematian Ibu yang Dilaporkan di Kota Mojokerto
Tahun 2004 – 2011
Penanganan kasus kematian ibu dan bayi memang tidak sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dari jajaran kesehatan saja, karena banyak faktor yang
berperan dalam terjadinya kematian ibu dan bayi seperti tingkat ekonomi dan
0
2
4
2005 2006 2007 20082009
20102011
0 0
3
0 0 01
4
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 00
Kematian Bufas
Kematian Bulin
Kematian Bumil
53.4
228.5
0
156.9
0 0 0
52.7
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
AK
I per
100
.000
KH
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
12
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
pendidikan ibu yang masih rendah, sarana transportasi yang buruk dan lain
sebagainya, yang mau tidak mau penanganannya harus melibatkan lintas sektor.
Sebagai leading sector dalam upaya penurunan AKI dan AKB, Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto akan terus mengevaluasi upaya pelayanan kesehatan
masyarakat yang telah dilakukannya selama ini, agar dapat dilakukan perbaikan
untuk masa yang akan datang dan lebih mampu menjamin meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat Kota Mojokerto.
3.2 MORBIDITAS
Indonesia menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan terjadinya beban
ganda, dimana angka kejadian kasus gizi kurang dan penyakit infeksi masih tinggi, disertai
pula dengan semakin tingginya angka kejadian gizi lebih dan penyakit degeneratif. Kondisi
ini disebabkan salah satunya karena perilaku yang tidak sehat, yang merupakan faktor
utama yang harus dirubah terlebih dahulu.
Data kesakitan (morbiditas) diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya berasal
dari laporan rutin surveilans (SP2TP, SST, SPRS), profil kesehatan maupun laporan hasil
survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain. Angka kesakitan atau
morbiditas di Kota Mojokerto diperoleh dari hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kota Mojokerto, serta sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Kota Mojokerto.
Situasi kejadian penyakit menular di Kota Mojokerto diuraikan sebagai berikut :
3.2.1 Penyakit Menular Langsung
a) TB Paru
Penyakit Tuberculosis atau TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak penderitanya. Laporan
WHO tahun 2009 menempatkan Indonesia di urutan ke 5 sebagai penyumbang
TB terbesar di dunia dibawah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria.
Strategi penanganan TBC dilaksanakan melalui Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek setiap hari oleh seorang pengawas minum obat (PMO). Strategi
DOTS pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995 dan telah
diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. Strategi ini telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang
secara ekonomis paling efektif (cost effective).
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
13
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi TB secara nasional mencatat
tren yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan peningkatan case
detection rate (CDR) yang tercatat sebesar 19,7% pada tahun 2000 menjadi
41,6% pada tahun 2003 dan 78,3% di tahun 2010. Indonesia juga telah berhasil
mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan/success rate (SR) sesuai
dengan target global, yaitu minimal 85%, terbukti di tahun 2004 SR mencapai
angka 88,9%, tahun 2007 mencapai 91% dan di tahun 2009 menjadi 91,2%
(Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2010). Namun tetap perlu diwaspadai
munculnya resistensi terhadap obat anti TBC atau multiple drug resistent (MDR)
yang dari segi biaya dan waktu penanganan akan jauh lebih mahal dan lama
serta berefek samping lebih besar, dimana diperkirakan kasus MDR di Indonesia
sebesar 2% dari keseluruhan kasus TBC sebagaimana yang dinyatakan oleh
WHO.
Gambar 6 Penemuan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto
Tahun 2009 – 2011
Pada tahun 2011, di Kota Mojokerto ditemukan 91 penderita TB Paru
BTA(+) baru atau 70,54% dari jumlah perkiraan penderita TB paru yang
ditargetkan sebesar 129 penderita. Jumlah tersebut mengalami sedikit
penurunan dibanding tahun 2010, dimana dari target 129 orang penderita baru
ditemukan 92 pasien TB BTA (+).
Sementara itu angka kesembuhan dari tahun 2007 – 2011 dapat
digambarkan pada grafik berikut :
0
50
100
150
200
250
2009 2010 2011
131
218 201
7592 91
Jum
lah
kas
us
Tahun
All cases
BTA (+)
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
14
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 7 Angka kesembuhan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto
Tahun 2007 – 2011
Di tahun 2011, dari 92 penderita TB BTA (+) yang ditemukan di tahun 2010
dan telah menjalani pengobatan, hanya 83 penderita saja (93,48%) yang
dinyatakan sembuh. Persentase ini mengalami kenaikan bila dibanding tahun
sebelumnya, dimana dari 75 penderita TB BTA (+) yang ditemukan di tahun
2009 dan menjalani pengobatan hanya 64 penderita saja yang dinyatakan
sembuh di tahun 2010 atau hanya sebesar 85,33%.
b) Kusta
Penyakit Kusta, atau yang sering disebut Lepra merupakan penyakit kronis
yang menyerang saraf tepi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Menurut jenisnya, Kusta dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kusta PB (Pausi
Basiler) dan kusta MB (Multi Basiler). Indonesia merupakan penyumbang
penderita kusta terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brasil, sementara
Propinsi Jawa Timur sendiri menjadi “juara pertama” di Indonesia sebagai
penyumbang kasus kusta. Prevalensi kusta terbanyak berada di pantai utara
pulau Jawa dan Madura.
Di Kota Mojokerto, selama periode tahun 2011 ditemukan 7 kasus baru
kusta MB yang seluruhnya menyerang kelompok usia ≥15 tahun (proporsi anak
0%) dan tingkat kecacatan II sebesar 42,86% dengan angka prevalensi sebesar
0,67 per 10.000 penduduk. Meskipun angka proporsi kejadian kusta pada anak
0%, namun dari proporsi tingkat kecacatan II serta angka prevalensi yang lebih
90.35
97.4
91.96
85.33
93.48
7880828486889092949698
100
2007 2008 2009 2010 2011
Pe
rse
nta
se k
ese
mb
uh
an
Tahun
Angka kesembuhan
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
15
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
dari 0,5 per 10.000 penduduk menggambarkan masih kurangnya kesadaran
masyarakat mengenali gejala dini penyakit kusta.
c) HIV/AIDS dan IMS
HIV/AIDS merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori “New
Emerging Disease”. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena serangan
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Perkembangan penyakit HIV/AIDS
sampai saat ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan,
perkembangannya bagaikan fenomena “gunung es”, dimana jumlah penderita
yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk yang terinfeksi.
Sehingga saat ini HIV/AIDS dinyatakan sebagai masalah darurat global yang
penting untuk segera diatasi.
Hal – hal yang menjadi penyebab semakin berkembangnya penyakit
tersebut diantaranya makin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah,
menyebarnya sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual
yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum
suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun), sementara
penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung.
Demikian halnya dengan perkembangan penyakit HIV/AIDS di wilayah
Kota Mojokerto, berjalan seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk dan
ditunjang dengan wilayah Kota Mojokerto sebagai kota ”Hinterland” atau
penyangga ibukota Propinsi Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya. Jumlah penderita
HIV(+) di Kota Mojokerto dari tahun 2003 hingga tahun 2011 berturut-turut
sebanyak 6 Orang (2003); 7 orang (2004); 15 orang (2005); 2 orang (2006); 43
orang (2007); 56 orang (2008); 55 orang (2009); 43 orang (2010) dan tahun
2011 sebanyak 9 orang. Adapun jumlah kumulatif penderita sampai dengan
tahun 2011 berjumlah 236 orang.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
16
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 8 Jumlah Kumulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto
Tahun 2003 – 2011
Upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kota Mojokerto haruslah didasari bahwa masalah HIV dan AIDS
sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan dan masalah nasional, yang
penanggulangannya diutamakan pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi,
namun tetap memperhatikan masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan
dengan pekerjaannya dan masyarakat yang termarginalkan terhadap penularan
HIV dan AIDS. Upaya pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah
dilakukan dengan pen-skrining-an terhadap setiap kantong darah yang
didonorkan melalui PMI. Dari hasil yang diperoleh di tahun 2011, dari 13.257
sampel darah yang diskrining ditemukan 66 sampel darah yang positif HIV/AIDS
atau sebesar 0,5%. Hal ini cukup mengkhawatirkan, bisa dijadikan pertanda
bahwa penularan HIV/AIDS sudah semakin menyebar luas karena banyaknya
sampel darah yang positif terinfeksi.
Tidak hanya melalui tranfusi darah, penularan HIV/AIDS sangat
dimungkinkan terjadi melalui hubungan seksual yang beresiko. Tingginya angka
kejadian IMS juga bisa dijadikan pertanda kewaspadaan terhadap penyebaran
kasus HIV/AIDS.
Selama tahun 2011, di Kota Mojokerto ditemukan sebanyak 433 kasus.
Jumlah ini memang lebih sedikit dibanding penemuan kasus di tahun 2010
sebanyak 731 kasus. Namun bukan berarti hal tersebut menandakan bahwa
pencegahan penularan HIV/AIDS sudah bisa ditekan, selama masih ada IMS
yang ditemukan penularan HIV/AIDS masih sangat dimungkinkan terjadi.
6 13 28 3073
129
184227 236
0
50
100
150
200
250
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
17
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 9 Perbandingan jumlah penderita IMS secara gender di
Kota Mojokerto Tahun 2011
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwasanya kasus IMS lebih
banyak terjadi pada perempuan, rasionya 1 : 71. Belum ada penelitian lebih
lanjut yang dapat menjelaskan penyebab perempuan lebih rawan terkena IMS.
Menurut perkiraan, kemungkinan besar karena kebanyakan yang menjadi
pekerja seks komersial adalah wanita atau bisa juga karena perilaku para suami
yang suka “jajan” di lokalisasi menyebabkan para istri di rumah yang tidak tahu –
menahu perilaku suaminya tertular penyakit yang dibawa dari lokalisasi. Namun
itu hanya perkiraan, belum dapat dipergunakan sebagai teori penyebab yang
pasti dan valid.
d) Diare
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, karena masih kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Penyakit diare juga sangat berkaitan
erat dengan faktor hygiene sanitasi masyarakat, semakin meningkatnya jumlah
kejadian diare dapat menandakan bahwa kedua faktor tersebut, yakni PHBS
dan hygiene sanitasi di masyarakat mengalami penurunan kualitas.
Di Kota Mojokerto, bila dipantau sejak tahun 2007 maka angka kejadian
diare dapat terlihat sebagai berikut :
050
100150200
250300350400450
6
426
Sumber: Tabel 14 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
18
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 10 Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
Dari gambar diatas terlihat adanya tren kenaikan jumlah kasus diare yang
terjadi dari tahun ke tahun. Perlu adanya upaya pencegahan, salah satunya
melalui penyuluhan dan pemberdayaan kader – kader kesehatan dalam
tatalaksana diare, dengan harapan terjadinya peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari – hari dan peningkatan hygiene
sanitasi masyarakat, sehingga angka kejadian kasus diare dapat ditekan.
e) Pneumonia
Pneumonia dapat digolongkan sebagai salah satu Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) yang masih menjadi penyebab uatam kesakitan dan
kematian pada bayi dan balita. Hal ini merujuk pada hasil konferensi
internasional mengenai ISPA di Canberra Australia pada Juli 1997, yang
mengemukakan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang
meninggal tiap tahun akibat ISPA dan jumlah ini merupakan 30% dari seluruh
kematian yang ada.
Hal ini juga tampak dari hasil SURKESNAS tahun 2001 yang menunjukkan
bahwa proporsi kematian balita akibat ISPA sebesar 28%, yang berarti dari 100
balita yang meninggal, 28 diantaranya disebabkan oleh penyakit ISPA. Hasil
SURKESNAS tersebut juga menunjukkan bahwa 80% dari kasus kematian ISPA
pada balita tersebut disebabkan Pneumonia.
Angka ini juga ditegaskan dengan hasil ekstrapolasi data survei kesehatan
rumah tangga pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa Angka Kematian
39204823 5148
64427237
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
2007 2008 2009 2010 2011
Jum
lah
ka
sus
Tahun
Diare
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
19
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Balita akibat ISPA adalah 4,9/1.000 balita, yang artinya sekitar 5 dari 1.000 balita
meninggal setiap tahun akibat Pneumonia.
Di Indonesia, Pemberantasan Penyakit ISPA dimulai pada tahun 1984
bersamaan dengan dilancarkannya pada tingkat global oleh WHO. Maka tata
laksana ISPA diklasifikasikan dalam 3 tingkat yaitu ISPA ringan, sedang dan
berat. Sehingga sejak tahun 1990 pemberantasan ISPA dititikberatkan dan
difokuskan pada penanggulangan Pneumonia Balita, karena penyebab kematian
tertinggi pada anak usia dibawah 5 tahun adalah penyakit pernafasan dan
sebagian besar disebabkan oleh Pneumonia.
Dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas tatalaksana
penderita Pneumonia balita, Kementerian Kesehatan telah menerapkan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas sebagai
Unit Pelayanan Kesehatan Dasar. Diperkirakan setiap tahun sekitar 10% dari
keseluruhan balita yang ada mengalami Pneumonia, inilah yang menjadi target
dari petugas kesehatan untuk melaksanakan pelacakan dan penemuan kasus
pneumonia.
Pada tahun 2011 tercatat 426 kasus penderita pneumonia pada balita
yang telah ditangani atau hanya 46,7% saja dari jumlah perkiraan penderita
Pneumonia Balita yang ditargetkan sebanyak 913 kasus, hal ini dapat dilihat
pada berikut.
Gambar 11 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota
Mojokerto Tahun 2007 – 2011
17.79%
8.32%
10.91%
10.51%
46.70%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
2007 2008 2009 2010 2011
Pneumonia
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
20
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Kasus pneumonia umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang
ditunjang dengan perilaku dan lingkungan sekitar yang tidak sehat (asap rokok,
polusi). Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan
dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.
3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang
a) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penyakit menular ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
bahkan seringkali muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tidak jarang
menimbulkan kematian pada penderitanya.
Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2007 secara nasional
sebanyak 158.115 kasus dengan jumlah kematian 1.599 orang, dengan Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 1,01%, dan Incidence Rate (IR) sebesar 71,78 per
100.000 penduduk.
Dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur, Kota Mojokerto termasuk
daerah endemis penyakit DBD karena hampir setiap tahun ditemukan kasus
DBD pada periode tertentu (musiman). Wilayah yang perlu diwaspadai karena
merupakan daerah endemis DBD di Kota Mojokerto, yaitu : kelurahan Magersari,
Balongsari, Kedundung, Wates, Meri, Mentikan, Miji dan Kranggan.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kasus DBD yang ditemukan di
Kota Mojokerto cenderung mengalami penurunan. Incidence Rate (IR) DBD
tahun 2011 sebesar 11,6/100.000 penduduk (14 kasus), dibanding tahun 2010
angka tersebut telah mengalami penurunan dan berhasil ditekan tidak melebihi
target nasional yang telah ditetapkan, yaitu sebesar < 20/100.000 penduduk.
Gambaran kejadian DBD di Kota Mojokerto mulai tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011 tampak pada gambar di bawah ini.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
21
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 12 Jumlah kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto
Tahun 2007 – 2011
Penurunan angka kejadian DBD ini tidak lepas dari peran serta
masyarakat Kota Mojokerto yang telah memiliki kesadaran dalam menggalakkan
Gerakan Jum’at Berseri dan PSN 60 Menit melalui Instruksi Walikota Mojokerto
No. 1 Tahun 2006 tertanggal 20 Maret 2006. Kader Motivator Kesehatan
bersama dengan masyarakat sekitar melakukan 3M (Menguras, Menutup dan
Mengubur). Selain itu, kegiatan pencegahan penyebaran penyakit juga dilakukan
melalui fogging focus segera setelah ada indikasi penderita DBD dan fogging
masal sebelum musim penularan dengan dua siklus, terutama pada daerah
endemis DBD.
b) Malaria
Meskipun Indonesia masih merupakan negara dengan angka kesakitan
dan kematian akibat malaria cukup tinggi dan beberapa wilayah di Propinsi Jawa
Timur juga dinyatakan sebagai daerah endemis, utamanya di daerah pantai
selatan, kepulauan Madura dan sekitar Gunung Wilis, namun Kota Mojokerto
dapat dikatakan bukan merupakan daerah endemis. Dari data yang ada sejak
tahun 2004, tidak pernah ditemukan satu pun kasus kejadian malaria di Kota
Mojokerto.
33
2726
19
14
0
5
10
15
20
25
30
35
2007 2008 2009 2010 2011
Jum
lah
kas
us
Tahun
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
22
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
c) Filariasis
Penyakit Filariasis atau yang lebih sering dikenal masyarakat sebagai
penyakit kaki gajah merupakan penyakit infeksi menahun (kronis) yang
disebabkan oleh cacing filaria, yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk
yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat
menimbulkan cacat menetap (pembesaran pada kaki, lengan dll.).
Sampai dengan tahun 2011, belum pernah ditemukan satu pun kasus
filariasis di wilayah Kota Mojokerto. Namun bukan berarti penyakit ini tidak perlu
diwaspadai, karena hampir di 30 kab/kota di Jawa Timur pernah ditemukan
kasus filariasis kronis. Tidak menutup kemungkinan penyakit tersebut akan
masuk ke wilayah Kota Mojokerto karena wilayah di sekitar Kota Mojokerto
pernah terjangkit, diantaranya Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Sidoarjo dan
Kab. Lamongan.
3.2.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
a) Campak
Campak merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus
measles yang disebarkan melalui bersin/batuk. Karena mudahnya rantai
penularannya itulah yang menyebabkan penyakit ini seringkali menyebabkan
tejadinya kejadian luar biasa (KLB). Gejala awal penyakit ini diantaranya
demam, bercak kemerahan, batuk pilek hingga timbulnya ruam di seluruh tubuh.
Data yang terekam di Kemenkes RI menyebutkan frekuensi KLB campak
menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare dan chikungunya. Kematian
akibat campak pada umumnya disebabkan karena kasus komplikasi seperti
meningitis.
Frekuensi KLB campak di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
terus meningkat, sebesar 72 pada tahun 2005, 86 pada tahun 2006 dan 114
pada tahun 2007 (Profil Kesehatan Indonesia 2007). Sedangkan gambaran
kasus campak di Kota Mojokerto sendiri tampak pada gambar di bawah ini.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
23
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 13 Jumlah Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2007 –
2011
Meskipun dari tahun 2007, jumlah kasus Campak di Kota Mojokerto
cenderung mengalami penurunan, bahkan di akhir tahun 2010 tidak ditemukan
satu pun kejadian Campak, namun di tahun 2011, terjadi peningkatan yang
cukup signifikan menjadi 9 kasus, padahal capaian cakupan imunisasi campak
menampakkan hasil yang baik bahkan lebih dari 100 persen (107.2%). Banyak
faktor yang diduga mengakibatkan peningkatan tersebut, salah satunya
perubahan cuaca yang ekstrim akibat global warming dan juga bisa jadi
disebabkan cara pemberian imunisasi yang kurang tepat (invalid dose),
sehingga mengakibatkan kekebalan tubuh bayi terhadap serangan virus campak
tidak terbentuk dengan baik.
b) Difteri
Difteri merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan seringkali
menjadi penyebab kematian pada anak – anak. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang saluran pernafasan bagian
atas. Kasus dipteri di Jawa Timur cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Meskipun dari tahun 2007 hingga tahun 2010, jumlah kasus yang
ditemukan setiap tahunnya hanya 1 kasus, namun kondisi tersebut tidak berlaku
di tahun 2011. Jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 9 kasus, dimana kasus
tersebut tidak hanya dialami bayi atau balita, melainkan juga menyerang orang
dewasa. Padahal capaian imunisasi difteri di tahun 2011 sama seperti campak,
lebih dari 100 persen (104.6%).
43
21
2
0
9
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2007 2008 2009 2010 2011
Jum
lah
kas
us
Tahun
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
24
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Kondisi yang demikian tidak hanya terjadi di Kota Mojokerto, namun
hampir di seluruh wilayah Kab/Kota se – Jawa Timur bahkan Nasional
dinyatakan terjadi KLB Dipteri. Sama halnya dengan kejadian campak, faktor
invalid dose serta perubahan cuaca yang ekstrim diduga menjadi penyebab
utama kegagalan terbentuknya imunitas terhadap serangan bakteri difteri.
Gambar 14 Jumlah Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2007 –
2011
c) Pertusis (Batuk Rejan)
Bakteri Bardetella pertusis merupakan penyebab utama penyakit Pertusis
atau yang lebih dikenal sebagai penyakit batuk rejan. Penyakit ini ditandai
dengan gejala batuk beruntun selama 1 – 3 bulan dan disertai dengan bunyi
tarikan nafas hup yang khas dan muntah, biasanya menyerang anak berusia
<1 tahun dan penularannya melalui droplet. Dari tahun 2007 hingga 2011, tidak
satupun kasus pertusis ditemukan di Kota Mojokerto. Sama halnya dengan
penyakit dipteri, pencegahan pertusis dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali pada bayi yakni usia 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
d) Tetanus Neonatorum (TN) dan Tetanus
Penyakit Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, terdiri dari tetanus
dengan riwayat luka dan tetanus pada bayi yang sering disebut sebagai Tetanus
Neonatorum. Tetanus neonatorum (TN) umumnya menginfeksi bayi baru lahir
terutama yang tali pusatnya dipotong dengan menggunakan alat yang tidak
1 1 1 1
9
0123456789
10
2007 2008 2009 2010 2011
Jum
lah
kas
us
Tahun
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
25
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
steril. Kebanyakan kasus TN terjadi di daerah dengan cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Untuk kasus Tetanus dengan riwayat luka, selama kurun waktu tahun 2007
hingga tahun 2011, di Kota Mojokerto hanya ditemukan 1 kasus saja, yaitu
terjadi di tahun 2008.
Sedangkan untuk kasus TN, selama 5 tahun terakhir (2007 – 2011) di Kota
Mojokerto tidak ditemukan satu pun kasus TN, hal ini mungkin disebabkan salah
satunya karena sudah tidak ditemukan adanya dukun bayi atau penolong
persalinan yang tidak berkompeten di Kota Mojokerto. Cakupan pertolongan
persalinan oleh nakes selama 5 tahun terakhir pun sudah melebihi target yang
ditetapkan (>95%). Selain dengan pertolongan persalinan oleh nakes yang
berkompeten, upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan imunisasi Tetanus
toxoid (TT) pada ibu hamil.
e) AFP (Acute flaccid paralysis) dan Polio
Seringkali penyakit ini diartikan sebagai polio, padahal sesungguhnya
belum tentu AFP (Lumpuh layu) adalah polio, namun bisa jadi AFP ini menjadi
gejala awal polio. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang
mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas yang kemudian
berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Polio merupakan penyakit menular
akibat manifestasi infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga
menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan.
Bila ditemukan kejadian AFP, tindakan yang harus segera dilakukan
adalah melakukan pemeriksaan faeces untuk memastikan penyebab lumpuh
layu tersebut adalah virus polio atau penyebab lainnya. AFP umunya menyerang
anak berusia < 15 tahun. Target nasional yang ditetapkan untuk penemuan
kasus AFP sebesar 2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.
Sejak tahun 2007 hingga saat ini angka penemuan kasus AFP bisa dillihat
pada gambar dibawah ini.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
26
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 15 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto
Tahun 2007 – 2011
Kejadian polio sejak tahun 2008 hingga 2011 berhasil ditekan hingga tidak
terjadi satu kasus polio pun, namun untuk AFP masih sempat ditemukan
kejadiannya hingga tahun 2010. Ini menandakan bahwa petugas kesehatan
masih harus waspada terhadap terjadinya kasus polio. Upaya pencegahan
melalui imunisasi dasar polio perlu terus digalakkan untuk mengantisipasi
terjadinya polio dan AFP.
f) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis ada beberapa jenis, salah satunya adalah Hepatitis B.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV) yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut ataupun menahun, dan bila tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan terjadinya sirosis hati atau kanker hati. Pencegahan yang
bisa dilakukan melalui pemberian imunisasi DPT + HB pada bayi selama 3 kali.
Dari tahun 2007 hingga 2011 dilaporkan tidak ditemukan satu pun kasus
Hepatitis B di Kota Mojokerto.
3.3 STATUS GIZI
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas bisa terwujud bila ditunjang
keadaan gizi yang baik. Permasalahan gizi saat ini terjadi hampir di setiap siklus kehidupan,
mulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa, sampai usia lanjut.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2007 2008 2009 2010 2011
AFP
Polio
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
27
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 16 Permasalahan gizi dalam siklus kehidupan manusia
3.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan dalam dua kategori yaitu BBLR karena prematur atau usia kandungan
yang kurang dari 37 minggu dan BBLR karena intrauterine growth retardation
(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. BBLR
karena IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu yang buruk atau menderita
sakit yang dapat memperberat kehami lan.
Di Kota Mojokerto pada tahun 2011, dari 1.896 bayi lahir hidup, terdapat 69
bayi dengan BBLR (3,64%) yang keseluruhan bayi BBLR ini telah mendapatkan
penanganan. Kasus BBLR di Kota Mojokerto selama enam tahun berturut-turut mulai
tahun 2006 sampai 2011 dapat diamati pada gambar berikut.
BBLR
Infant Mortality Rate (IMR),
perkembangan mental terhambat, risiko
penyakit kronis pada usia dewasa
Balita KEP
Kurang makan, ASI Eksklusif kurang,
MP-ASI tidak benar, sering terkena
penyakit infeksi, kurang mendapat
pelayanan kesehatan, pola asuh tidak
memadai
Tumbuh
kembang
terhambat
Remaja dan
Usia Sekolah
Konsumsi gizi tidak cukup,
pola asuh kurang
Produktivitas fisik
berkurang/rendah
WUS KEK
Bumil KEK
Pelayanan kesehatan
tidak memadai,
konsumsi kurang
Gizi janin
tidak baik
MMR
Usia Lanjut
kurang gizi
Pelayanan kesehatan
kurang memadai,
konsumsi tidak
seimbang
Sumber: Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2009
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
28
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 17 Jumlah Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun
2006 – 2011
Dari gambar tersebut terlihat adanya kenaikan jumlah bayi BBLR dari tahun
2006 hingga tahun 2011. Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut dipengaruhi oleh
status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang memperberat
kehamilannya. Untuk menekan angka BBLR diperlukan penanganan terpadu lintas
program dan lintas sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi
berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
3.3.2 Status Gizi Balita
Salah satu cara mengetahui status gizi balita adalah dengan menggunakan
metode antropometri. Dalam metode antropometri, indeks yang umum dipakai untuk
Balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), namun indikator ini hanya dapat
memberikan indikasi masalah gizi secara umum, tidak dapat memberikan indikasi
adanya masalah gizi yang bersifat kronis ataupun akut karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
Dari data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, pada tahun 2011
terdapat 9.130 balita. Dari jumlah tersebut, yang ditimbang di posyandu sebesar
70,3% saja atau sebanyak 6.419 balita, yang naik berat badannya sebanyak 4.426
balita (69,00%). Gambarannya dapat dilihat pada gambar berikut.
22
36 36
4853
69
0
20
40
60
80
2006 2007 2008 2009 2010 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
29
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 18 Jumlah Balita Ditimbang Di Posyandu Yang Mengalami
Kenaikan Berat Badan Tahun 2006 – 2011
Dari diagram diatas, terlihat bahwa selama enam tahun terakhir jumlah balita
yang ditimbangkan di posyandu dan balita yang naik berat badannya masih relatif
stabil. Adapun untuk balita yang berada dibawah garis merah dan balita dengan gizi
buruk datanya selama enam tahun terakhir dapat diamati pada gambar berikut.
Gambar 19 Jumlah Balita BGM dan Balita Gizi Buruk di Wilayah Kota
Mojokerto Tahun 2006 – 2011
Dari grafik diatas ternyata selama enam tahun terakhir terlihat cenderung
fluktuatif baik pada jumlah balita yang berada di bawah garis merah maupun pada
balita dengan gizi buruk. Namun di tahun 2011 jumlah balita gizi buruk mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009.
151
195
165188
159
92
51
102127
47
110
43
0
50
100
150
200
250
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Balita BGM Balita Gizi Buruk
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Balita Ditimbang 6125 6603 6323 5983 6104 6419
Jumlah Balita BB Naik 4173 4344 4227 4177 4021 4426
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
30
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab iV
Situasi UPAYA KESEHATAN
4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar, antara lain
adalah pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan anak balita dan pra
sekolah, usia sekolah dan remaja, pelayanan keluarga berencana, pelayanan imunisasi,
perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan pra-usia lanjut dan usia lanjut, serta penanggulangan wabah. Selain itu, masih
terdapat pelayanan penunjang yaitu pelayanan kefarmasian serta pelayanan kesehatan
rujukan yaitu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
4.2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan ibu dan
bayi diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional baik itu dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
maupun bidan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan
pedoman pelayanan antenatal yang ada. Titik berat kegiatan ini adalah upaya
preventif dan promotif sedangkan hasilnya dapat dilihat dari cakupan pelayanan
K1 dan K4 (Wiyono, 1997). Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi
timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi
(diukur dari lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin
dan denyut jantung janin, skrining status dan memberikan imunisasi TT bila
diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes lab,
tatalaksana kasus, konseling termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama/kontak pertama
dengan tenaga kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standart. Indikator akses ini digunakan untuk
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
31
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
Sedangkan Cakupan K4 adalah besaran ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa
kehamilannya dengan distribusi satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan, serta mendapat
90 tablet Fe selama periode kehamilannya. Indikator ini berfungsi untuk
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah dan untuk
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Gambaran pencapaian dua indikator ini selama lima tahun terakhir dapat dilihat
dalam gambar berikut ini.
Gambar 20 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kota Mojokerto
Tahun 2007 – 2011
Dari gambar di atas tampak dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif pada
pencapaian kedua indikator, terutama tahun 2009 mengalami sedikit penurunan
pada cakupan kunjungan K4. Walaupun pada tahun 2011 cakupan kunjungan K4
mengalami kenaikan namun belum mencapai target 95%. Hal ini menandakan
belum cukup optimalnya pelayanan kesehatan antenatal di Kota Mojokerto. Juga
masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara kedua indikator ini yang
masih harus menjadi perhatian karena keberhasilan program tidak hanya berhenti
pada kedua indikator ini saja, tetapi sampai pada penurunan angka kematian ibu
dan bayi. Semakin kecil kesenjangan antara K1 dan K4 dapat diartikan hampir
semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal
94.38
99.1596.84
96.81
98.85
90.38 91.37
88.33
91.62
93.97
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
2007 2008 2009 2010 2011
K1
K4
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
32
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan ketiga, sehingga kondisi
kehamilannya terus dapat dipantau oleh petugas kesehatan.
b) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Proses persalinan memegang kontribusi yang besar terhadap Angka
Kematian Ibu di Indonesia. Pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga
kesehatan dengan kompetensi kebidanan merupakan salah satu dari enam
indikator pemantauan program KIA. Dengan indikator ini dapat diperkirakan
proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan sekaligus
menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam menangani
persalinan secara profesional.
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir, sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan persalinan
tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan.
Adapun pertolongan persalinan sendiri adalah tindakan yang dilakukan oleh
bidan/tenaga kesehatan lain dengan kompetensi sesuai dalam proses lahirnya
janin dari kandungan yang dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali
pusat sampai keluarnya placenta (Profil Kesehatan JawaTimur, 2003).
Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
menyebutkan, tahun 2011 terdapat 1.841 sasaran ibu bersalin. Dari jumlah
tersebut, yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 1.826 atau 99,19%.
Pencapaian ini telah melampaui target SPM tahun 2011 yang ditetapkan sebesar
91%.
Gambar 21 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2011
103.56102.29
100.64
97.9699.19
94
96
98
100
102
104
2006 2007 2008 2009 2010
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
33
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Dari gambar diatas terlihat adanya kenaikan cakupan pada tahun 2011
setelah sebelumnya selama 4 tahun berturut-turut mengalami penurunan
persentase. Meskipun mengalami penurunan, cakupan pertolongan persalinan
selama 5 tahun tersebut telah melampaui target pencapaian yang telah
ditetapkan, baik target Kota, Propinsi maupun Nasional.
c) Ibu Hamil dan Neonatal Risti yang Ditangani
Dalam pelayanan antenatal khususnya oleh bidan di Puskesmas, sekitar 20%
diantara ibu hamil yang ditemui, tergolong dalam kasus resiko tinggi yang
memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Resiko tinggi atau komplikasi adalah
keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Yang termasuk golongan ibu hamil
resiko tinggi antara lain berat badan kurang, kurus, anemia, tinggi badan <145 cm,
usia ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun serta pernah melahirkan anak >4.
Sedangkan yang termasuk dalam kasus komplikasi kebidanan antara lain Hb <8 g
%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedeme nyata,
eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis
dan persalinan prematur.
Untuk menemukan ibu hamil yang beresiko tinggi tersebut, dibedakan antara
deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat dan deteksi dini resiko tinggi oleh
tenaga kesehatan. Cakupan deteksi dini risti oleh masyarakat dapat digunakan
untuk memantau kemampuan dan peran serta masyarakat, sedangkan cakupan
deteksi dini risti oleh tenaga kesehatan dapat digunakan untuk memperkirakan
besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA.
Adapun keadaan sampai dengan akhir tahun 2011, dari 2.005 sasaran ibu
hamil, terdapat perkiraan sasaran 401 ibu hamil resiko tinggi. Dari sasaran
tersebut, jumlah ibu hamil resiko tinggi yang ditemukan tahun 2011 sebanyak 399
ibu hamil resti atau 99,50% dari target sasaran.
Gambaran cakupan ibu hamil risti 5 tahun terakhir di Kota Mojokerto dapat
terlihat pada gambar berikut :
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
34
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 22 Cakupan Ibu Hamil Risti yang Ditangani di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
Sementara itu, yang dikategorikan sebagai neonatal resiko tinggi/komplikasi
antara lain asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma
gangguan pernafasan dan kelainan neonatal lainnya yang mendapat pelayanan
oleh tenaga kesehatan yang terlatih baik di puskesmas, RSB dan rumah sakit.
Untuk cakupan neonatal komplikasi yang ditangani, sampai akhir tahun 2011
keadaan di Kota Mojokerto, dari 1.823 sasaran bayi, terdapat sasaran perkiraan
sebanyak 273 bayi resiko tinggi (berdasarkan perkiraan 15% dari jumlah total
sasaran bayi). Dari sasaran tersebut, tercatat jumlah neonatal resti yang
ditemukan dan mendapat penanganan komplikasi obstetri dan neonatal sebanyak
179 atau sebesar 65,46%.
Gambar 23 Cakupan Neonatal Risti yang Ditangani di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
340350360370380390400410420430440450
2007 2008 2009 2010 2011
442
424
405 401 401
380
424
391399
406
Perkiraan Risti
Ditangani
0
50
100
150
200
250
300
2007 2008 2009 2010 2011
148
109
276 273 273
148
109139
179159
Neonatal Risti
Ditangani
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
35
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
d) Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi untuk kembali normal,
dimulai dari 6 jam pertama sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Kunjungan
nifas dimaksudkan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu pasca melahirkan, sedikitnya kunjungan ibu nifas ke sarana pelayanan
kesehatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu 1) 6 jam pertama setelah persalinan
sampai dengan hari ke-3, 2) hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah
persalinan, dan 3) hari ke-29 sampai dengan hari ke-42.
Dalam masa nifas, ibu diharuskan memperoleh pelayanan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu),
pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhia dan secret per vaginam
lainnya, pemeriksaan kondisi payudara dan putting serta anjuran ASI Eksklusif
selama 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU selama 2 kali serta
pelayanan KB pasca persalinan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil
resiko kelainan atau bahkan kematian pada ibu nifas.
Di wilayah Kota Mojokerto, pada tahun 2011 terdapat 1.841 sasaran ibu nifas.
Dari jumlah tersebut, 1.816 ibu nifas atau 98,64% sudah memperoleh pelayanan
nifas sesuai standar. Apabila dibandingkan dengan target Propinsi maupun
Nasional SPM yang ditetapkan maka pencapaian pelayanan nifas pada tahun
2011 ini telah memenuhi target.
Gambar 24 Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
Meskipun sempat mengalami penurunan cakupan di tahun 2009, namun
secara keseluruhan semenjak tahun 2007 cakupan pelayanan nifas di Kota
Mojokerto sudah memenuhi target SPM Bidang Kesehatan pada tahun 2015, yaitu
sebesar 90%.
103
100
97.32
98.64
100.54
949596979899
100101102103104
2007 2008 2009 2010 2011
Kunjungan nifas
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
36
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Salah satu pelayanan nifas yang diberikan pada ibu adalah pemberian
vitamin A. Manfaat pemberian vitamin ini tidak hanya baik bagi ibu, namun juga
berefek kepada bayi yang disusuinya, diantaranya dapat meningkatkan kualitas
ASI, meningkatkan daya tahan tubuh ibu serta secara tidak langsung dapat
meningkatkan kelangsungan hidup anak.
Di tahun 2011, angka cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kota
Mojokerto sudah cukup baik, yaitu sebesar 99,95%. Meskipun demikian, angka
cakupan ini bila dibandingkan dengan cakupan pelayanan nifas di tahun 2011 ada
sedikit kesenjangan, itu berarti tidak semua ibu nifas yang berkunjung ke sarana
pelayanan kesehatan memperoleh vitamin A 200.000 IU.
e) Kunjungan Neonatal
Neonatus adalah bayi yang berusia kurang dari 1 bulan (0 – 28 hari). Pada
masa tersebut bayi sangat rawan terkena resiko gangguan kesehatan, sehingga
untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan pada bayi perlu
dilakukan kunjungan neonatus (KN). Idealnya kunjungan neonatus dilakukan
minimal 3 kali, yaitu 2 kali pada neonatus usia 0 -7 hari (KN1) dan 1 kali pada usia
8 – 28 hari (KN2). Pelayanan kesehatan neonatal dasar mengacu pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Muda, meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling
perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 dan imunisasi (jika belum
diberikan saat lahir), penanganan dan rujukan kasus, serta perawatan neonatus di
rumah dengan menggunakan buku KIA. Angka yang diperoleh dari kunjungan
neonatus dapat digunakan untuk mengetahui jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatus.
Data yang diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto pada tahun 2011 cakupan KN lengkap mencapai 95,8% dari jumlah
1.823 bayi. Jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan cakupan di tahun 2010
sebesar 98,74%. Secara lebih jelas, gambaran cakupan kunjungan neonatus
lengkap di Kota Mojokerto selama periode 5 tahun terakhir tampak pada gambar
berikut.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
37
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011
Gambar 25 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
Dari gambar diatas terlihat bahwa capaian di tahun 2011 mengalami
penurunan, bahwa menjadi capaian terendah dari tahun – tahun sebelumnya.
Dibutuhkan peran aktif tenaga kesehatan untuk melaksanakan kunjungan
neonatus ke rumah warga masyarakat yang mempunyai bayi, agar capaian KN
lengkap mencapai nilai yang maksimal, sehingga meminimalkan risiko kematian
bayi akibat penyakit yang tidak terdeteksi sejak dini.
f) Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan anak umur 0 hari s/d 11 bulan termasuk
neonatus (umur 1-28 hari) di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah,
posyandu dan tempat lain dengan kunjungan petugas untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan paling sedikit 7 kali yaitu satu kali pada umur 1-3 hari, 3-7
hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9
bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan oleh dokter, bidan atau perawat yang
memiliki kompetensi klinis kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud
meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini bermanfaat
untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi
kesehatan bayi, utamanya menyangkut peningkatan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar. Disamping itu juga bertujuan untuk mengetahui
sedini mungkin adanya kelainan pada bayi, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi, yang tentu saja dapat
berefek pada penurunan kejadian kematian bayi.
102.53
100.7
97.44
98.74
95.895
96
97
98
99
100
101
102
103
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
KN lengkap
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
38
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011
Data yang dimiliki di tingkat Kota Mojokerto menyebutkan pada tahun 2011
terdapat 1.823 sasaran bayi. Dari jumlah tersebut, yang melakukan kunjungan
sebanyak 1.778 bayi atau 97,53 %. Cakupan kunjungan bayi selama lima tahun
terakhir di Kota Mojokerto dapat diamati pada gambar berikut.
Gambar 26 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
Dari gambar diatas tampak bahwa pencapaian kunjungan bayi selama lima
tahun terakhir menunjukkan kecenderungan turun. Namun capaian tersebut
apabila dibandingkan dengan target Nasional SPM yang ditetapkan di tahun 2015
sebesar 90%, maka pencapaian kunjungan bayi di Kota Mojokerto sejak tahun
2007 – 2011 sudah memenuhi target.
Secara khusus pada bayi usia 6 – 11 bulan, diberikan pelayanan berupa
pemberian vitamin A. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi di Kota Mojokerto
terlihat pada gambar berikut
Gambar 27 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Usia 6 – 11 bulan di Kota Mojokerto Tahun 2009 – 2011
103.28101.89
90.27
97.53
92.54
80
85
90
95
100
105
2007 2008 2009 2010 2011
0
20
40
60
80
100
120
140
2009 2010 2011
120.17
99.05111.6
Vit A
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
39
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
4.2.2 Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah
a) Pelayanan Anak Balita
Anak Balita adalah setiap anak berumur 12-59 bulan, yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standart, meliputi pemantauan pertumbuhan setiap
bulan minimal 8 kali dalam setahun dan perkembangan 2 kali setahun, serta
pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun. Indikator ini
bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
melindungi kesehatan anak balita sehingga kesehatannya terjamin.
Di wilayah Kota Mojokerto, pada tahun 2011 terdapat 7.307 sasaran anak
balita. Dari jumlah tersebut, 6.629 balita atau 90,7% sudah memperoleh
pelayanan anak balita sesuai standar. Apabila dibandingkan dengan target
Nasional SPM yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 90%, maka pencapaian
pelayanan anak balita pada tahun 2011 ini sudah memenuhi target.
Gambar 28 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kota Mojokerto Tahun 2011
Pelayanan kesehatan terhadap anak balita juga diberikan dalam bentuk
pemberian vitamin A dosis tinggi sebanyak 2 kali setahun (sekitar bulan Februari
dan Agustus).
Gambar 29 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Kota Mojokerto Tahun 2009 – 2011
6200
6400
6600
6800
7000
7200
7400
2011
7307
6629
Anak Balita
Dilayani
0
20
40
60
80
100
2009 2010 2011
92.05
77.04 75.48
Vit A
Sumber: Tabel 43 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
40
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Ada kecenderungan penurunan cakupan pemberian vitamin A pada anak
balita, bahkan lebih rendah dari target renstra Kemenkes sebesar 78% di tahun
2010. Kondisi perlu disadari oleh petugas dan perlu dievaluasi kembali penyebab
kurangnya capaian pemberian vitamin A pada anak balita, sehingga bisa
memaksimalkan kinerja di tahun yang akan dan capaian bisa ditingkatkan
setidaknya untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
b) Pelayanan Kesehatan Balita
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan terhadap balita adalah
penimbangan. Cakupan balita yang ditimbang terhadap seluruh jumlah balita
(D/S) dinilai cukup sensitive untuk memotret seberapa besar upaya pelayanan
kesehatan pada balita yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Dari jumlah 9.130 balita yang ada di Kota Mojokerto tahun 2011, hanya
70,3% atau sebesar 6.419 balita saja yang ditimbang. Hanya 69% saja yang
mengalami kenaikan berat badan, sedangkan 1,4% lainnya atau sebanyak 92
balita dinyatakan BGM. Tidak hanya menemukan balita dengan status BGM,
namun ditemukan juga 52 balita yang dinyatakan berstatus gizi buruk. Kondisi ini
tentunya cukup mengkhawatirkan mengingat hampir setiap tahun masih
ditemukan kasus balita gizi buruk di Kota Mojokerto.
Gambar 30 Kasus Balita Gizi Buruk di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011
020406080
100120140160180200
2007 2008 2009 2010 2011BGM 195 165 188 159 92
Gizi buruk 102 127 47 110 52
BGM
Gizi buruk
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
41
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa balita gizi buruk terbanyak ditemukan
di tahun 2008, meskipun di tahun 2011 jumlah yang ditemukan sudah jauh
menurun dan seluruhnya telah mendapat penanganan secara medis, namun
masih diperlukan kewaspadaan dan upaya – upaya pencegahan untuk
menanggulangi kasus gizi buruk ini, karena bagaimana pun juga kemajuan
bangsa ini ditentukan oleh kualitas generasi penerus yang didukung dengan gizi
yang baik.
4.2.3 Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas
sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku
hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Pelayanan kesehatan pada
UKS yang dikenal dengan Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI terutama murid kelas 1 oleh
tenaga kesehatan/tenaga terlatih/guru UKS/dokter kecil pada tahun 2011 mencapai
94,9% dari 2.765 siswa SD/MI kelas 1 yang ada di Kota Mojokerto. Pencapaian ini
masih belum memenuhi target Nasional SPM tahun 2015 sebesar 100%.
Dalam upaya pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah tidak hanya
dilakukan melalui skrining murid kelas 1, namun juga pelayanan kesehatan terhadap
seluruh siswa. Hal ini bertujuan untuk memantau tumbuh kembang anak – anak
sekolah. Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan secara umum dan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh tenaga kesehatan dibantu oleh tenaga
terlatih (guru UKS dan dokter cilik).
Gambar 31 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan setingkat di Kota Mojokerto Tahun 2011
0
5000
10000
15000
20000
Siswa SD pemeriksaan umum gilut
16051
4949
1944
Sumber: Tabel 47 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
42
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kota Mojokerto
tahun 2011 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, karena persentase
capaiannya hanya 30,8%. Demikian halnya dengan pemeriksaan gigi dan mulut,
persentasenya hanya 12,1%. Perlu kerja ekstra keras dari tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan jangkauan pelayanannya terhadap anak sekolah.
4.2.4 Pelayanan Kesehatan Usila
Selama beberapa tahun ini, pola demografi di wilayah Kota Mojokerto
cenderung mengarah pada penduduk berusia muda. Akan tetapi, keberadaan para
lanjut usia juga tidak dapat diabaikan, karena dengan meningkatnya kualitas hidup
para lanjut usia maka beban ketergantungan dan beban biaya kesehatan yang
ditimbulkannya akan makin berkurang, demikian pula dengan angka kejadian
penyakit degenerative, dapat ditekan seiring dengan peningkatan kualitas hidup para
lansia.
Jumlah warga lanjut usia di wilayah Kota Mojokerto pada tahun 2011 tercatat
sebesar 10.048 orang dan yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 4.006
orang atau 39,87%. Cakupan pelayanan kesehatan usila di wilayah Kota Mojokerto
selama lima tahun berturut-turut dapat diamati pada gambar berikut.
Gambar 32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila dan Pra Usila Tahun 2007 – 2011
7,7826,800
9,476
11,10010,048
3,296
6,050 6,062
3,717 4,006
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Usila Jumlah Dilayani Kesehatan
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
43
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan untuk warga berusia lanjut,
kemungkinan karena masih belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal.
Padahal dengan adanya posyandu lansia, maka pelayanan kesehatan akan dapat
lebih mudah dijangkau oleh para lansia.
4.2.5 Pelayanan Keluarga Berencana
Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, disebutkan bahwa Keluarga
Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Apabila dikaitkan dengan pelayanan keluarga berencana,
yang diamati adalah peserta KB aktif, yaitu akseptor yang sedang memakai alat
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Gambar 33 Cakupan Kepesertaan KB dan Proporsi Jenis Alat Kontrasepsi yang digunakan di Kota Mojokerto Tahun 2011
Peserta KB Baru
Peserta KB Aktif
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
PUS KB Aktif KB Baru
Jumlah 23,160 17,861 1,998
IUD
MOP
MOW
Implan
Suntik
Pil
Kondom
Obat vagina
IUD
MOP
MOW
Implan
Suntik
Pil
Kondom
Obat vagina
Sumber: Tabel 33 – 35 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
44
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Pada tahun 2011, jumlah pasangan usia subur di wilayah Kota Mojokerto
tercatat sebanyak 23.160 orang. Dari jumlah PUS tersebut, cakupan peserta KB baru
sebanyak 8,6% dan peserta KB aktif mencapai 77,1%. Capaian peserta KB aktif ini
telah memenuhi target SPM Nasional tahun 2011 sebesar 70%. Bila dilihat dari jenis
alat kontrasepsi yang dipergunakan, baik peserta KB baru maupun KB aktif sebagian
besar memilih KB suntik sebagai alat kontrasepsi.
4.2.6 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukans sedini
mungkin, usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat karena di usia itulah awal
tumbuh kembang gigi permanen dan sekaligus resiko terbesar kerusakan gigi.
Upaya yang dilakukan di sekolah lebih cenderung pada tindakan promotif dan
preventif, sedangkan tindakan kuratif dilakukan di poli gigi puskesmas.
Sebagaimana yang telah disajikan pada bahasan sebelumnya, upaya
preventif dan promotif di sekolah belum berjalan dengan baik, penyebab paling besar
dikarenakan ketakutan anak – anak terhadap peralatan gigi, sehingga mereka
menolak dirawat. Sedangkan untuk pelayanan di poli gigi puskesmas capaiannya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 34 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap di Kota Mojokerto Tahun 2011
4.2.7 Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan
pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan
0
100
200
300
400
500
600
Tumpatan Cabutan
215183
352 367
567 550
Laki - laki
Perempuan
Total
Sumber: Tabel 52 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
45
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
imunisasi (PD3I). indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program
imunisasi adalah capaian UCI (Universal Child Immunization).
Cakupan UCI di Kota Mojokerto selama 5 tahun berturut – turut sejak tahun
2007 – 2011 sebesar 100%, itu artinya seluruh kelurahan yang ada di Kota
Mojokerto telah melaksanakan UCI. Walaupun pencapaian UCI di Kota Mojokerto
cukup memuaskan, namun masih perlu diwaspadai munculnya kasus – kasus PD3I,
seperti KLB dipteri yang sempat terjadi beberapa waktu yang lalu, bukan hanya di
Kota Mojokerto namun juga secara nasional.
Capaian cakupan imunisasi dasar pada bayi di Kota Mojokerto selama tahun
2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 35 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2011
Hasil yang nampak pada gambar diatas memperlihatkan bahwa capaian
untuk masing – masing imunisasi sudah cukup baik, bahkan lebih dari 100%. Namun
bukan berarti bahwa setiap bayi yang sudah mendapat imunisasi terbebas 100% dari
resiko PD3I, mengingat banyak faktor lain yang turut berpengaruh terhadap proses
pembentukan kekebalan bayi.
Sedangkan untuk imunisasi TT pada ibu hamil, hasil cakupannya
berkebalikan dengan hasil cakupan imunisasi pada bayi. Selama tahun 2011,
capaian imunisasi TT pada ibu hamil hanya sebesar 50,2%.
4.2.8 Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang menyebarluaskan pesan,
menanamkan keyakinan sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu
melaksanakan kegiatan yang membuat masyarakat sehat. Kegiatan penyuluhan
100
101
102
103
104
105
106
107
108
DPT + HB 1 DPT + HB 3 Campak BCG Polio
106.5
104.6
107.2
105.6
102.96
Sumber: Tabel 39 – 40 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
46
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
kesehatan yang dilakukan di Kota Mojokerto sepanjang tahun 2011 sebanyak 2.565
kali, dengan rincian 2.559 kali penyuluhan dilakukan secara kelompok dan 6 kali
dilakukan secara masal. Pelaksana kegiatan penyuluhan adalah puskesmas dan
Dinas Kesehatan.
4.2.9 Perbaikan Gizi Masyarakat
Adapun salah satu masalah gizi yang dihadapi Kota Mojokerto sampai
dengan saat ini adalah masalah gizi mikro seperti anemia gizi besi (AGB). Untuk
menanggulangi anemia zat besi terutama pada ibu hamil, dilaksanakan program
distribusi tablet Fe. Hasilnya sampai dengan akhir tahun 2011 tercatat 1.964
(97,96%) ibu hamil yang memperoleh 90 tablet Fe dari 2.005 sasaran ibu hamil.
Hasil ini sudah memenuhi target SPM Tahun 2011 sebesar 90%.
Gambar 36 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kota Mojokerto Tahun 2011
Disamping itu, perbaikan gizi juga diprioritaskan untuk penanganan masalah
gizi pada balita usia 6 – 24 bulan di keluarga miskin. Perbaikan gizi tersebut
dilakukan dengan pemberian makanan pendamping ASI. Dari 575 balita gakin,
hanya 48% saja yang mendapat MP – ASI atau sebanyak 276 balita. Capaian ini
tentu saja masih jauh dari target yang ditetapkan.
4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
4.4.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar
Pola pembiayaan kesehatan yang dianut masyarakat saat ini masih mengacu
pola fee for service dimana masyarakat membayar kepada penyedia layanan
kesehatan sesaat setelah selesai mendapatkan pelayanan. Terkadang biaya yang
1850
1900
1950
2000
2050
2100
2150
Ibu Hamil Fe 1 Fe 3
2005
2139
1964
Sumber: Tabel 30 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
47
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
harus dikeluarkan sangat menjadi beban karena harus mengeluarkan uang yang
tidak sedikit. Maka sistem pembayaran yang sedemikian ini harusnya sudah mulai
diganti dengan sistem prabayar. Bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar
yang umum dikenal masyarakat saat ini antara lain askes, jamsostek, jamkesmas,
dana sehat, tabulin sampai asuransi kesehatan swasta.
Sampai dengan akhir tahun 2011, dari seluruh jumlah penduduk hanya
47,7% yang telah memilih sistem prabayar atau sebesar 57.378 orang. Namun data
ini belum sepenuhnya mencover kondisi riil di masyarakat, karena data kepesertaan
Jamsostek Kota Mojokerto tidak tersedia.
4.4.2 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Sampai dengan saat ini, masyarakat pada umumnya masih belum menilai
kesehatan sebagai sebuah investasi. Oleh karena itu, pembiayaan untuk kesehatan
juga masih belum menjadi prioritas terutama bagi masyarakat miskin. Sesuai dengan
amanat UUD 1945, dan dalam rangka meneruskan kebijakan dan program
pemerintah pusat maupun daerah untuk mengentaskan kemiskinan, Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin yang didalamnya termasuk juga program jaminan pemeliharaan
kesehatan untuk keluarga miskin dan masyarakat rentan.
Jumlah keluarga miskin di Kota Mojokerto tahun 2011 sebanyak 37.912 jiwa,
dimana 17.912 diantaranya telah mendapat jaminan kesehatan melalui Jamkesmas
dan 20.000 jiwa lainnya dijamin kesehatannya melalui Jamkesda. Itu artinya seluruh
masyarakat miskin yang ada di Kota Mojokerto telah terjamin kesehatannya.
Adapun tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar Jamkesmas di
Puskesmas pada tahun 2011 tercatat sebesar 61,3% untuk pelayanan rawat jalan
dan 0,5% untuk pelayanan rawat inap. Sedangkan tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan rujukan Jamkesmas di sarkes strata 2 dan 3 sebesar 1,8% untuk rawat
jalan dan 0,1% untuk rawat inap.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar Jamkesda di puskesmas tercatat
sebesar 41,3% untuk pelayanan rawat jalan dan 0,7% untuk pelayanan rawat inap.
Sedangkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan Jamkesda di sarkes strata 2
dan 3 tercatat sebesar 3% untuk rawat jalan serta 0,2% untuk rawat inap.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
48
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
4.4.3 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Sebagian besar sarana pelayanan di puskesmas dipersiapkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar melalui pelayanan rawat jalan dan rawat
inap (khusus puskesmas perawatan). Sedangkan rumah sakit merupakan sarana
rujukan bagi puskesmas terhadap kasus – kasus yang membutuhkan penanganan
lebih lanjut disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat
yang langsung datang ke rumah sakit.
Pada tahun 2011 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan
rumah sakit sebanyak 153.963 orang rawat jalan dan 21.433 orang rawat inap. Bila
dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan dan rawat inap di puskesmas terlihat
pada gambar sebagai berikut.
Gambar 37 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap serta Kunjungan Jiwa di Puskesmas dan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011
Berdasarkan gambar diatas terlihat sebagian masyarakat masih memilih
puskesmas untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan. Sedangkan untuk
mendapatkan pelayanan rawat inap, masyarakat lebih memilih memanfaatkan rumah
sakit mengingat kelengkapan fasilitas yang dipunyai.
Data kunjungan pada tabel 58 Lampiran Profil Kesehatan ini belum
sepenuhnya mewakili kunjungan masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan,
karena ketiadaan data kunjungan pada balai pengobatan/klinik.
Sedangkan untuk data kunjungan jiwa, masyarakat lebih memilih puskesmas
sebagai tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disadari mengingat
tidak ada satupun dokter spesialis jiwa yang dimiliki RS di Kota Mojokerto,
sedangkan di puskesmas utamanya di puskesmas Gedongan, memiliki layanan
0
50000
100000
150000
200000
Rawat JalanRawat InapKunjungan Jiwa
Puskesmas 195355 1698 5679
RS 153963 21433 3470
Puskesmas
RS
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
49
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
unggulan jiwa dengan adanya kunjungan pemeriksaan dokter spesialis jiwa yang
secara khusus didatangkan dari RS. Jiwa Menur Surabaya.
4.3. Perilaku Hidup Masyarakat
4.3.1 Rumah Tangga Ber – PHBS
Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam
menentukan derajat kesehatan adalah perilaku. Perilaku dianggap penting karena
ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika
kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Selain itu, banyak penyakit yang
muncul pada saat ini disebabkan karena perilaku yang tidak sehat. Perubahan
perilaku tidak mudah untuk dilakukan akan tetapi mutlak diperlukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan
harus terus menerus dilakukan untuk mendorong masyarakat agar berperilaku hidup
bersih dan sehat.
Dari hasil survey PHBS tahun 2011, dari 210 rumah tangga yang disurvey,
yang termasuk dalam kategori ber-PHBS sebanyak 112 rumah tangga atau
mencapai 53,3%. Jumlah ini sudah jauh meningkat dibanding tahun 2010 yang
hanya 40% saja. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sendiri dapat dimulai
dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga.
PHBS di rumah tangga diartikan sebagai upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Pencapaian PHBS di rumah tangga dapat diukur dengan 10 indikator yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
50
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Untuk beberapa indikator seperti kebiasaan mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam rumah
dan aktivitas fisik tidak dapat ditampilkan karena tidak tersedianya data.
4.3.2 ASI Eksklusif
Definisi ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai
dengan usia 6 bulan. Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto, diperoleh cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Mojokerto pada tahun
2011 baru mencapai 46,19%. Hasil ini telah meningkat dari capaian tahun lalu yang
tercatat sebesar 34,91%. Pencapaian ASI eksklusif dalam lima tahun terakhir
tercatat tidak banyak mengalami perubahan, yaitu berkisar pada angka 40%.
Kesulitan-kesulitan yang banyak ditemui dalam pemberian ASI eksklusif
diantaranya adalah :
1. Faktor Psikologis
Pada beberapa ibu yang baru melahirkan dapat timbul stress akibat
perubahan yang dialami dan muncul kekhawatiran tidak dapat memberikan ASI
yang justru malah menghambat produksi ASI.
2. Faktor Pemberi Pelayanan Persalinan
Beberapa institusi pelayanan kesehatan masih ada yang belum menjalankan
inisiasi menyusu dini dan cenderung mengedepankan pemberian susu formula
pada bayi yang baru lahir.
3. Faktor Ibu Bekerja
Tuntutan ekonomi saat ini menyebabkan banyak ibu harus bekerja di luar
rumah. Hal ini disertai perubahan pola pengasuhan anak dari ibu kepada
pengasuh lain. Dan karena alasan kepraktisan, bayi lebih sering diberikan
asupan susu formula.
4. Faktor Budaya
Walaupun saat ini tingkat pendidikan masyarakat sudah cukup tinggi, budaya
masyarakat yang terbiasa memberikan makanan /minuman selain ASI sejak bayi
lahir seperti air putih, madu, pisang, nasi pisang dan lain sebagainya masih sulit
dihilangkan.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
51
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
5. Faktor Promosi
Promosi susu formula lebih gencar ditayangkan di media massa
dibandingkan promosi ASI eksklusif sehingga lambat laun juga dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pemberian ASI eksklusif.
Karena faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan perilaku, maka untuk
perbaikan di masa yang akan datang diperlukan penyuluhan dan upaya-upaya
promosi kesehatan yang lebih intensif baik kepada perorangan maupun institusi
pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI eksklusif.
4.4 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan di Kota Mojokerto, berikut ini disajikan
indikator-indikator kesehatan lingkungan, meliputi persentase rumah sehat, tempat-tempat
umum sehat, serta sarana sanitasi dasar seperti air bersih, pembuangan air limbah dan
kepemilikan jamban.
4.4.1 Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian
sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.
Data dari seksi penyehatan lingkungan pada tahun 2011 menyebutkan
terdapat 30.648 rumah, yang diperiksa mencapai 27.264 rumah atau 90,13% dari
total rumah yang ada. Dari seluruh rumah yang diperiksa, jumlah rumah yang
tergolong sehat sebanyak 18.571 rumah atau 95,94%. Sedangkan untuk capaian
angka bebas jentik (ABJ) dari 30.648 rumah, 98,48% diantaranya dinyatakan bebas
jentik.
4.4.2 Akses Air Bersih dan Air Minum
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air
bersih semakin bertambah. Sumber air bersih yang dimiliki dan dipergunakan
masyarakat Kota Mojokerto berasal dari air ledeng (13,4%), sumur pompa tangan
(59,8%), dan sisanya dari sumur gali (3,1%).
Sedangkan untuk sumber air minum yang digunakan di rumah tangga
dibedakan menurut air kemasan, ledeng, sumur gali, sumur pompa dan
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
52
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
penampungan air hujan. Dari data yang ada, sebagian besar rumah tangga di Kota
Mojokerto memanfaatkan air ledeng baik yang berasal dari pelanggan PDAM
maupun swadaya masyarakat. Pada tahun 2011 dari 37.894 keluarga yang
diperiksa, 13,4% memanfaatkan air ledeng meteran, 59,8% menggunakan pompa
dan 3,1% sisanya menggunakan sumur terlindung.
Apabila ditinjau dari segi kepemilikan sarana, hasil pemeriksaan diatas masih
belum mencerminkan kondisi riil di masyarakat. Hal ini terbukti dari masih adanya
sebagian masyarakat Kota Mojokerto yang kesulitan memperoleh akses air bersih,
terutama dari sumber PDAM. Dari segi kualitas air, juga masih belum dapat
dipastikan apakah masyarakat telah mengkonsumsi air yang memenuhi standar
kesehatan atau tidak, karena walaupun telah dilakukan uji petik untuk memeriksa
kualitas air di beberapa titik mata air, namun kualitas air yang sampai ke konsumen
juga sangat ditentukan oleh banyak hal seperti kualitas jaringan perpipaan dan
pengolahan air dari PDAM. Sehingga untuk menjamin mutu air yang dikonsumsi
harus dilaksanakan kerja sama dengan lintas sektor terkait.
4.4.3 Sarana Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar yang dimaksudkan disini meliputi tempat sampah,
sarana pembuangan limbah dan kepemilikan jamban. Dari 37.894 KK yang ada dan
yang diperiksa, hanya 72% atau 27.291 KK yang memiliki sarana pembuangan
tempat sampah rumah tangga dan 91,2% diantaranya dinyatakan sehat.
Demikian juga pada kepemilikan sarana SPAL rumah tangga pada tahun
2011 jumlah KK yang memiliki SPAL berjumlah 26.309 KK (69,4%). Dari jumlah yang
memiliki, yang dinyatakan memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22.929 KK
(87,2%). Sedangkan untuk kepemilikan jamban seluruh KK yang diperiksa dan telah
memiliki jamban hanya sebanyak 27.807 KK dari 37.894 KK yang ada. 90,7%
diantaranya dinyatakan sehat.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kepemilikan sarana sanitasi
dasar di Kota Mojokerto sudah cukup baik.
4.4.4 Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan
Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)
merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang sehingga dikhawatirkan
dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Yang termasuk TUPM antara lain
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
53
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
adalah hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Adapun TUPM yang dapat dikategorikan
sehat adalah TUPM yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan limbah, ventilasi yang baik serta luas yang sesuai dengan
banyaknya pengunjung.
Data yang diperoleh dari seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto, menyebutkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 426 TUPM di Kota
Mojokerto. Dari jumlah tersebut, yang sudah diperiksa sebanyak 371 tempat dan
yang dapat dikategorikan sehat sejumlah 339 TUPM atau 91,37% dari seluruh TUPM
yang diperiksa.
4.4.5 Institusi Dibina
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
telah mengkoordinir berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan,
diantaranya dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi, pengawasan
tempat-tempat umum dan pengendalian vektor. Hasil kegiatan pembinaan kesehatan
lingkungan pada beberapa institusi selama tahun 2011 dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 38 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungan di Kota
Mojokerto Tahun 2011
Sarana Kesehatan
Sarana Pendidikan
Instalasi pengolahan
air
Sarana ibadah
Perkantoran
Jumlah Sarana 27 98 1 65 91
Jumlah Dibina 27 98 1 65 85
0
20
40
60
80
100
120
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
54
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
4.5. Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang ditampilkan dalam profil
ini meliputi pengadaan obat esensial dan generik sampai dengan pemanfaatan obat generik.
Pada tahun 2011, jumlah jenis obat yang dibutuhkan sebanyak 34 jenis obat. Dari
pengadaan obat yang diadakan pada tahun ini, maka jenis obat yang dapat disediakan dari
34 jenis obat tersebut sesuai kebutuhan sebesar 100%. Jumlah pemakaian obat terbanyak
selama tahun 2011 lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 69.
4.6. Penanggulangan Wabah Skala Kota
Selama tahun 2011 Kota Mojokerto terjadi wabah Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu
KLB Dipteri di 5 Kelurahan yang ditangani kurang dari 24 jam, dengan jumlah penderita 9
orang. Kasus ini meningkat cukup tajam mengingat meskipun hampir setiap tahun
ditemukan kasus dipteri, namun jumlah penderita dan jumlah kelurahan yang terkena tidak
sebanyak yang terjadi di tahun 2011.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
55
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab V
Situasi SUMBER DAYA kesehatan
5.1. SARANA KESEHATAN
Dukungan sarana kesehatan yang memadai turut menentukan kualitas pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat, sehingga pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan dapat berjalan dengan baik. Adapun kondisi sarana kesehatan di Kota Mojokerto
tahun 2011 dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 2 Sarana Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2011
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. Rumah sakit umum 7
2. Puskesmas
b. Puskesmas perawatan 2
c. Puskesmas non perawatan 3
3. Puskesmas pembantu 14
4. Puskesmas keliling 5
5. Rumah bersalin 3
6. Balai pengobatan/klinik 11
7. Poskesdes 18
8. Posyandu 161
9. Apotik 38
Sumber : Tabel 70 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
5.1.1. Puskesmas dan Jaringannya
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto yang berada di wilayah kecamatan, yang melaksanakan tugas-tugas
operasional pembangunan kesehatan. Pada tahun 2011 di Kota Mojokerto telah
terdapat 5 Puskesmas yang tersebar di 2 Kecamatan. 3 Puskesmas berada di
wilayah Kecamatan Magersari, yaitu Puskesmas Kedundung, Puskesmas Gedongan
dan Puskesmas Wates. Dua puskesmas lain masing-masing berlokasi di Kecamatan
Prajurit Kulon yaitu Puskesmas Blooto dan Puskesmas Mentikan.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
56
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Selain mempunyai tugas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat, utamanya untuk upaya promotif dan preventif, masing-masing
Puskesmas yang ada di Kota Mojokerto sudah mulai mengembangkan inovasi
layanan yang spesifik.
Puskesmas Kedundung mempunyai pengembangan pelayanan Rawat Inap
dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial Dasar (PONED) serta layanan Unit
Gawat Darurat (UGD) karena berada di tepi jalan raya penghubung antar
kota/propinsi (by pass). Puskesmas Gedongan diarahkan untuk pengembangan
layanan kesehatan jiwa dan lanjut usia. Puskesmas Wates, meskipun masih dalam
tahap pembangunan, sudah mulai diarahkan untuk dikembangkan menjadi
Puskesmas layanan indera dan juga layanan untuk lanjut usia.
Puskesmas Blooto, sebagaimana halnya dengan Puskesmas Kedundung,
mempunyai pengembangan pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan Obstetrik
Neonatal Esensial Dasar (PONED). Sedangkan Puskesmas Mentikan, karena
lokasinya yang berdekatan dengan daerah Lokalisasi, pelayanannya dikembangkan
untuk menangani masalah – masalah IMS.
Idealnya, 1 puskesmas mampu menjangkau dan memberikan pelayanan
terhadap 30.000 penduduk. Di tahun 2011, dengan jumlah penduduk sebesar
120.271 jiwa, maka rasio puskesmas yang ada di Kota Mojokerto terhadap jumlah
penduduk adalah 1 : 24.054. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Puskesmas
yang ada di Kota Mojokerto telah memenuhi target jangkauan pelayanan.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas,dikembangkan
puskesmas pembantu (Pustu) yang seluruhnya berjumlah 14 buah, serta terdapat
sarana puskesmas keliling roda empat sebanyak 5 unit yang dapat menjangkau
seluruh daerah di wilayah Kota Mojokerto.
5.1.2. Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bergerak dalam
upaya kuratif dan rehabilitatif serta merupakan sarana pelayanan rujukan dari
Puskesmas. Jumlah Rumah Sakit yang ada di Kota Mojokerto pada tahun 2011
sebanyak 7 rumah sakit, yaitu RSU. Wahidin Sudirohusodo, RS. DKT. Dr. Hadiono
Singgih, RS. Gatoel, RSI. Hasanah, RS. Rekso Waluyo, RS. Emma dan RS. Kamar
Medika, dengan jumlah tempat tidur pasien seluruhnya sebanyak 554 TT. Jumlah
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
57
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
tempat tidur terbanyak ada di RS. Gatoel (135 TT) dan RSU. Dr. Wahidin
Sudirohusodo (125 TT).
Tabel 3 Indikator Pelayanan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011
No Rumah Sakit ∑ TT GDR NDR BOR LOS TOI
1. RSU Dr. Wahidin SH. 145 51,1 28,1 51,7 4,0 3,7
2. RS. DKT Dr. Hadiono S. 40 - - 25,37 3,34 9,83
3. RS. Gatoel 100 40,7 19,2 56,98 3,76 2,84
4. RS. Reksa Waluya 75 3,54 1,61 45,04 3,97 4,85
5. RSI. Hasanah 90 5,6 2,53 36,28 3,35 5,89
6. RS. Emma 50 16,5 6,1 36,8 3,2 5,44
7. RS. Kamar Medika 54 2,6 1,8 66,0 3,15 0,52
Total 554 1,9 1,0 47,38 2,73 3,03
Sumber : Tabel 59 & 60 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan di Rumah Sakit antara lain
melalui BOR, TOI, ALOS, GDR dan NDR.
a. Bed Occupacy Rate (BOR)
BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan
tempat tidur di rumah sakit, idealnya berkisar 60% – 85%. Tahun 2011, hanya 2
Rumah Sakit yang belum memenuhi kisaran ideal tersebut, yaitu RS. DKT
Hadiono Singgih (35,76%) dan RS. Kamar Medika (36,25%).
b. Turn Over Interval (TOI)
TOI digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur,
idealnya berkisar 1 – 3 hari. TOI sebagian besar rumah sakit di Kota Mojokerto
berada dalam kisaran 1 – 3 hari, hanya RS. DKT Hadiono Singgih dan RS.
Kamar Medika yang berada dalam kisaran > 5 hari.
c. Average Length Of Stay (ALOS)
ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata – rata lama waktu pasien
mendapat perawatan, idealnya < 9 hari. ALOS untuk seluruh Rumah Sakit yang
ada di Kota Mojokerto tahun 2011 berkisar < 5 hari.
5.1.3. Sarana Kesehatan Lain
Selain Puskesmas dan Rumah Sakit, masih terdapat sarana kesehatan lain
yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terdiri atas 11
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
58
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
unit Balai Pengobatan/Klinik, 3 unit Rumah Bersalin, 3 tempat praktik dokter
bersama, 182 tempat praktik dokter perseorangan dan 20 tempat praktik pengobatan
tradisional, yang seluruhnya dikelola oleh pihak swasta. Pelayanan kesehatan di
Mojokerto masih ditambah lagi dengan adanya 38 apotek dan 3 toko obat yang
mampu menyediakan kebutuhan obat masyarakat.
5.1.4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Berbagai upaya telah dikembangkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, termasuk dengan memanfaatkan potensi dan
sumberdaya yang ada di masyarakat antara lain melalui Posyandu, Poskesdes dan
Desa Siaga.
a. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal
masyarakat, di wadah inilah berbagai kegiatan untuk peningkatan kesehatan ibu,
anak serta status gizi masyarakat terintegrasi menjadi satu dengan peran serta
masyarakat melalui kader motivator kesehatan. Posyandu menyelenggarakan
minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau
perkembangannya, Posyandu dikelompokan dalam 4 strata, yaitu Pratama,
Madya, Purnama dan Mandiri.
Jumlah seluruh Posyandu yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 161
buah, dengan rasio 8,83 per 100 balita. Bila dibandingkan dengan jumlah
kelurahan yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 18 kelurahan, maka rasio
posyandu terhadap kelurahan sebesar 8,9 per kelurahan, yang artinya dalam 1
kelurahan bisa dilayani oleh 8 posyandu. Sebagian besar posyandu yang ada
sudah berstrata Purnama (63,98%), sisanya Madya (22,36%), Mandiri (13,64%)
dan Pratama (0,62%).
.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
59
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Gambar 39 Pengelompokan Posyandu menurut Strata di Kota Mojokerto Tahun 2011
b. Desa Siaga dan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa)
Selain posyandu, sumberdaya yang ada di masyarakat yang bisa
didayagunakan adalah Poskesdes. Sebuah desa/kelurahan yang telah memiliki 1
poskesdes bisa dikatakan sebagai Desa/Kelurahan Siaga, yaitu desa/kelurahan
yang penduduknya memiliki kesiapan serta kemauan dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri. 18 Kelurahan yang ada di Kota Mojokerto telah
dinyatakan sebagai Kelurahan Siaga.
Gambar Pengelompokan Poskesdes menurut Strata di Kota Mojokerto Tahun 2011
5.2. TENAGA KESEHATAN
Faktor penggerak utama dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan pembangunan
kesehatan adalah SDM (Sumber Daya Manusia), utamanya tenaga kesehatan. SDM
kesehatan yang berkualitas menentukan keberhasilan dari seluruh proses pembangunan
tersebut. Peningkatan kualitasnya bisa dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan.
1
36
103
21Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
1
36
103
21Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Sumber: Tabel 72 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Sumber: Tabel 72 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
60
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Pada tahun 2011, jumlah tenaga kesehatan di Kota Mojokerto baik yang berada di
instansi pemerintah maupun swasta seluruhnya sebanyak 1.134 orang, dengan proporsi
terbesar adalah tenaga perawat (49,21%).
Gambar 40 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori di Kota Mojokerto Tahun 2011
Sedangkan berdasarkan distribusi tempat kerjanya, dapat terlihat pada gambar
berikut ini
Gambar 41 Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Kerja di Kota Mojokerto Tahun 2011
Dari gambar diatas terlihat bahwa tenaga kesehatan terdistribusi paling besar di RS,
baik RS pemerintah, swasta, TNI maupun rumah bersalin (65,7%). Untuk melihat kecukupan
tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan biasanya digunakan rasio tenaga
kesehatan per 100.000 penduduk dan diperbandingkan dengan pedoman target yang
tertulis dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2009 – 2014.
135
558135
155
29
1524
11
72
Medis
Perawat
Bidan
Farmasi
Kesmas
Sanitarian
Gizi
Keterapian fisik
Teknisi medis
178
745
150
17 44
Puskesmas
RS
Sarkes Lain
Institusi Lain
DKK
Sumber: Subbag. Kepegawaian dan Umum, 2011
Sumber: Subbag. Kepegawaian dan Umum, 2011
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
61
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Tabel 4 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk Tahun 2011 dengan
Standar Indonesia Sehat 2010 dan Renstra Kemenkes
5.2.1. Tenaga Medis
Tenaga medis terdiri dari dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi.
Jumlah tenaga medis di sarana pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto tahun 2011
sebanyak 132 orang. Bila dilihat per jenis tenaga medis, terlihat bahwa jumlah dokter
spesialis sebanyak 25 orang dengan rasio 20,8 per 100.000 penduduk, dokter umum
sebanyak 83 orang dengan rasio 69,0 per 100.000 penduduk dan dokter gigi
sebanyak 24 orang dengan rasio 20,0 per 100.000 penduduk.
Berdasar perhitungan rasio tersebut, nampak bahwa jumlah tenaga medis
yang dimiliki Kota Mojokerto sudah memenuhi target Indonesia Sehat 2010, yaitu
sebesar 40 per 100.000 penduduk untuk dokter umum dan 11 per 100.000
penduduk untuk dokter gigi serta target Renstra Kemenkes sebesar 9 per 100.000
untuk dokter spesialis.
Sedangkan jumlah tenaga medis yang tidak melaksanakan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada masyarakat sebanyak 3 orang, terdiri dari 1
orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi, yang kesemuanya bertugas di Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto.
No KategoriTarget IS
2010
Target
Renstra
1. Dokter Spesialis 6 9
2. Dokter Umum 40 30
3. Dokter Gigi 11 11
4. Perawat 118 158
5. Bidan 100 75
6. Apoteker 10 9
7. Kesmas 40 8
8. Sanitarian 40 10
9. Gizi 22 18
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
62
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
5.2.2. Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat di Kota Mojokerto berjumlah 666 orang , yang terdiri dari 121 orang
tenaga bidan dan 545 orang tenaga perawat.
Rasio bidan di Kota Mojokerto sebesar 100,6 per 100.000 penduduk, jumlah
ini bila dibandingkan dengan target IS, jumlah bidan yang ada di Kota Mojokerto
sedikit melebihi, yaitu 100 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk rasio perawat
yang melaksanakan pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto sebesar 453,1 per
100.000 penduduk. Jumlah ini jauh diatas target IS sebesar 117,5 per 100.000
penduduk, yang berarti bahwa tenaga perawat yang dimiliki Kota Mojokerto sudah
mampu memenuhi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
Jumlah bidan yang tidak melaksanakan pelayanan kesehatan secara
langsung terhadap masyarakat berjumlah 14 orang, dimana 6 orang diantaranya
bekerja di institusi pendidikan kesehatan dan sisanya berada di Dinas Kesehatan
Kota Mojokerto sebagai tenaga fungsional umum. Sedangkan tenaga perawat yang
tidak melaksanakan fungsi pelayanan berjumlah 13 orang, dengan 5 orang
diantaranya bekerja di institusi diknakes dan sisanya di Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto.
5.2.3. Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian yang ada di sarana pelayanan kesehatan di Kota
Mojokerto terdiri dari tenaga lulusan S1 farmasi dan apoteker serta D3 farmasi dan
SMF (asisten apoteker), yang tersebar di puskesmas, RS, RB, Apotik serta sarana
pelayanan kesehatan lain. Keseluruhan berjumlah 150 orang , dengan rasio 124,7
per 100.000 penduduk, dimana 34 orang diantaranya adalah tenaga apoteker dan
sarjana farmasi. Jumlah ini telah memenuhi target IS sebesar 10 per 100.000
penduduk.
Sedangkan jumlah tenaga kefarmasian yang dimiliki Kota Mojokerto yang
tidak memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat sejumlah 5
orang, dimana semuanya berada di Dinas Kesehatan sebagai tenaga struktural dan
fungsional umum.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
63
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
5.2.4. Tenaga Gizi
Tenaga gizi yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 24 orang, yang tersebar di
Puskesmas dan RS. Rasionya sebesar 20 per 100.000. Jumlah ini masih dibawah
target IS sebesar 22 per 100.000 penduduk, itu berarti perlu adanya penambahan
tenaga gizi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
lebih optimal lagi.
5.2.5. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang ada di Kota Mojokerto
keseluruhan sebanyak 29 orang, dimana hanya 11 orang saja yang memberikan
pelayanan secara langsung kepada masyarakat, sisanya berada di institusi diknakes
(6 orang) dan Dinas Kesehatan (12 orang). Rasio tenaga kesmas yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat sebesar 9,1 per 100.000 penduduk dimana jumlah ini
jauh dibawah target IS sebesar 40 per 100.000 penduduk. Hal ini menandakan
bahwa Kota Mojokerto masih sangat membutuhkan tambahan tenaga kesmas untuk
memberikan pelayanan lebih optimal kepada masyarakat.
Demikian pula dengan tenaga sanitasi, dari total 15 orang sanitarian, 4 orang
diantaranya berada di Dinas Kesehatan, sehingga rasio tenaga sanitarian yang
memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat hanya sebesar 9,1 per
100.000 penduduk. Jumlah ini juga jauh dibawah target IS sebesar 40 per 100.000
penduduk.
5.2.6. Tenaga Teknisi Medis
Tenaga teknisi medis yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 68 orang, yang
terdiri dari 43 orang analis laboratorium, 21 tenaga elektromedik dan rontgen serta 4
orang perawat anestesi, yang tersebar di puskesmas dan RS.
5.2.7. Tenaga Keterapian Fisik
Tenaga keterapian fisik yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 11 orang,
dimana keseluruhan tenaga tersebut adalah tenaga fisioterapis yang ada di RS, baik
RS pemerintah maupun swasta.
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
64
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
5.3. ANGGARAN
Pembiayaan program dan kegiatan di Kota Mojokerto selama tahun 2011 diperoleh
dari berbagai sumber, diantaranya Dana APBD, APBD Propinsi, APBN yang meliputi dana
Jamkesmas, DAK, TP, serta dana Bantuan Luar Negeri.
Berdasarkan hasil rekapitulasi diketahui bahwa anggaran kesehatan di Kota
Mojokerto terbesar berasal dari APBD (97,86%) dengan persentase alokasi untuk bidang
kesehatan sebesar 23,23% dari keseluruhan APBD II yang tersedia. persentase ini jauh
meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya 4,44%. Anggaran kesehatan
tersebut dialokasikan terbesar untuk pembiayaan program dan kegiatan di Rumah Sakit
(81,18%) dan sisanya dialokasikan untuk pembiayaan program dan kegiatan di Dinas
Kesehatan (18,82%).
Tabel 5 Anggaran Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA 62,307,455,702 10,954,821.62
A. RUMAH SAKIT
a. Belanja Langsung 24,405,606,352 4,290,964.24
b. Belanja Tidak Langsung 15,596,154,150 2,742,096.99
B. DINAS KESEHATAN
a. Belanja Langsung 10,530,702,950 1,851,495.48
b. Belanja Tidak Langsung 11,774,992,250 2,070,264.92
2 APBD PROVINSI 1,116,210,000 196,250.69
3 APBN : 4,982,560,000 876,027.68
- Dana Dekonsentrasi - 0.00
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 4,004,400,000 704,048.77
- ASKESKIN/JAMKESMAS 236,438,000 41,570.24
- JAMPERSAL 354,222,000 62,278.88
- B O K 387,500,000 68,129.78
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) - 0.00
(sebutkan project dan sumber dananya)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN - 0.00
68,406,225,702 12,027,100.00
452,718,219,559
13.76
568,767.41 ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
NO SUMBER BIAYA
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN
TOTAL APBD KAB/KOTA
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA
PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo
65
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011
Bab Vi
PENUTUP
Penyusunan Profil Kesehatan sebagai salah satu instrumen dalam Sistem Informasi
Kesehatan Daerah disadari maupun tidak, memegang peranan penting bagi semua pihak
yang terlibat dalam pembangunan. Hal ini karena data dan informasi merupakan sumber
daya strategis bagi organisasi maupun individu dalam menjalankan sistem manajemen yaitu
dalam proses perencanaan sampai pengambilan keputusan.
Namun sangat disadari bahwa sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan akan data dan
informasi kesehatan yang valid dan akurat. Akan tetapi dari seluruh pemaparan dalam profil
kesehatan ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran secara umum akan situasi dan kondisi
Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto selama tahun 2011. Implikasi yang diharapkan
setelah mengetahui gambaran umum situasi kesehatan Kota Mojokerto, dapat dipergunakan
sebagai masukan, terutama bagi pembuat kebijakan untuk melakukan perencanaan yang
lebih tepat sasaran sehingga pencapaian pembangunan kesehatan di tahun-tahun
mendatang dapat lebih baik dari pencapaiannya saat ini.
Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian dari pencapaian pembangunan
kesehatan pada tahun 2011 diantaranya adalah perlunya peningkatan koordinasi lintas
program dan lintas sektor untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
serta advokasi yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah Kota Mojokerto untuk masalah
pembiayaan kesehatan agar dapat lebih ditingkatkan. Selain itu, promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan juga masih sangat perlu untuk ditingkatkan
pelaksanaannya.
top related