proposal steril
Post on 22-Dec-2015
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. JUDUL PRAKTIKUM
Injeksi Papaverin HCl Dalam Vial 5 ml
II. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi/serbuk yang harus
dilarutkan/disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit/selaput lendir. Injeksi diracik dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah
pelarut/dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal / wadah dosis ganda.
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda
dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 mL atau pun lebih.
Sediaan steril yg akan dibuat adalah injeksi Papaverin HCl yang dapat diberikan dengan
rute intramuskular ataupun intravena, dimana zat aktif yang digunakan adalah Papaverin HCl.
Kegunaan dari Papaverin HCl adalah untuk mengobati cerebral dan peripheral iskemia yang
berhubungan dengan kejang arteri dan iskemia myocardial karena aritmia. Adapun syarat –
syarat larutan injeksi adalah :
a. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam
sediaan, tidak terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara
kimia.
b. Pengunaan wadah yang cocok yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi
juga mencegah terjadinya reaksi antara bahan obat dengan material dinding wadah.
c. Tersatukan tanpa terjadi reaksi, untuk itu beberapa faktor yang paling menentukan adalah :
Bebas kuman
Bebas pirogen
Terdapat dua jenis pembawa dalam sediaan steril, yaitu pembawa berupa air dan
pembawa bukan air. Pada sediaan injeksi papaverin HCl ini, digunakan pembawa berupa air
karena papaverin HCl memiliki sifat larut dalam air, selain itu air merupakan pembawa yang
paling umum digunakan karena larutan tersebut secara fisiologis dapat bercampur dengan
jaringan tubuh sehingga tidak mengiritasi.
Zat antibakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukan dalam formulasi
produk yang dikemas dalam vial dosis ganda, dan seringkali dimasukan dalam formulasi
yang akan disterilkan dengan proses marginal atau dibuat secara aseptis. Zat anti bakteri yang
digunakan untuk sediaan ini adalah benzalkoniom klorida karena memiliki pH yang
mendekati pH zat aktif.
Wadah yang digunakan untuk produk steril salah satunya adalah vial. Vial adalah
wadah gelas, umumnya digunakan untuk dosis ganda dengan kapasitas 0,5 – 100 ml. Isi dapat
diambil sebagian dan sisanya harus steril, oleh karena itu pada formulanya perlu ditambahkan
pengawet. Syarat dari sediaan vial antara lain, steril karena sebagai sediaan injeksi parenteral,
jernih, tidak harus isotonis karena vial memiliki volume kecil yang tidak diberikan secara
terus menerus seperti infus.
Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan.
Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar dibawah ini : (FI ed.IV, halaman
1044)
Volume tertera pada etiketVolume tambahan yang dianjurkan
Cairan encer Cairan kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%
III.ZAT AKTIF : Papaverin HCl
IV. DATA PREFORMULASI
Nama zat
aktif
Sifat fisika,
kimia,
stabilitas
Cara
sterilitasKhasiat / dosis Cara pengunaan
Papaverin HCl Pemerian:
Hablur putih
atau serbuk
hablur putih;
Larutan
papaverin
HCl:
Autoklaf
Khasiat:
Untuk mengobati
cerebral dan
peripheral
Injeksi secara
intramuskular atau
intravena
tidak berbau;
rasa agak pahit;
tidak memutar
bidang
polarisasi;
larutannya
bereaksi asam
terhadap kertas
lakmus; melebur
pada suhu
kurang 2200
disertai
penguraian. (FI
ed. IV hal. 647)
Kelarutan:
Larut dalam air
dan dalam
kloroform; sukar
larut dalam
etanol; praktis
tidak larut dalam
eter. (FI ed. IV
hal. 647)
pH:
Antara 3,0 dan
4,5. (FI ed. IV
hal. 647)
pH Injeksi
Papaverin
Hidroklorida
tidak kurang
dari 3,0 (FI ed
iskemia yang
berhubungan
dengan kejang
arteri dan iskemia
myocardial
karena aritmia.
(DI 88 hal. 963)
Dosis:
Untuk dewasa
pemberian secara
parenteral
biasanya
digunakan dosis
30 mg. Dosis 30-
120 mg dapat
diulangi setiap 3
jam sesuai
kebutuhan. (DI 88
hal. 564)
IV hal. 648)
OTT:
Bromida, iodin
dan iodida,
alkali dan tanin.
(Martindale 28
hal. 1059)
Stabilitas:
Hindari
pembekuan atau
suhu sangat
dingin pada
sediaan injeksi
karena dapat
terbentuk
endapan atau
kristal. Sediaan
injeksi
papaverin HCl
sebaiknya tidak
ditambahkan ke
injeksi ringer
laktat karena
akan terbentuk
endapan.(DI 88
hal. 963)
V. DATA PREFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama
ZatKegunaan Sifat fisika kimia
Konsentrasi/
dosisSterilisasi
Alasan
pemilihan
Aqua pro
injeksi
Pelarut atau
pembawa
dalam injeksi
Pemerian:
cairan jernih,
tidak berwarna;
tidak berbau;
tidak mempunyai
rasa (FI III hal
97)
Stabilitas: uji
yang tertera pada
uji keamanan
hayati (FI ed. III
hal.97)
Dididihkan
selama 30
menit.
Zat aktif larut
dalam air,
secara
fisiologis dapat
bercampur
dengan dengan
jaringan tubuh.
Benzalko
nium
Klorida
Pengawet Pemerian: gel
kental atau
potongan seperti
gelatin, putih atau
puih kekuningan.
Biasanya berbau
aromatik lemah.
Larutan di air
berasa pahit, jika
dikocok sangat
berbusa dan
biasanya sedikit
alkali. (FI IV, hal
130)
Kelarutan:
sangat mudah
0.01 %
(Handbook
of
Pharmaceuti
cal
Excipients
6th hal 56)
Larutan
benzalkoniu
m klorida:
Autoklaf
Sediaan
dengan takaran
ganda
membutuhkan
pengawet. pH
mendekati pH
zat aktif.
larut dalam air
dan etanol (FI IV,
hal 130)
pH: 5-8
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th hal
56)
OTT:
Aluminum,
surfaktan anionik,
sitrat, kapas,
fluorescein,
hidrogen
peroksida,
hypromellose,
iodida, kaolin,
lanolin, nitrat,
surfaktan
nonionik pada
konsentrasi
tinggi,
permanganat,
protein, salisilat,
garam perak,
sulfonamida,
tartrat, zinc
oksida, zinc
sulfat.
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th hal
56)
Stabilitas:
Benzalkonium
klorida bersifat
higroskopik dan
mungkin
terpengaruh oleh
cahaya, udara,
dan logam.
Larutannya stabil
pada rentang pH
dan temperatur
yang luas serta
dapat disterilisasi
dengan autoklaf
tanpa kehilangan
efektivitasnya.
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th hal
56)
VI. FORMULA
Tiap 1 mL mengandung: Papaverin HCl 30 mg
Benzalkonium Klorida 0,01%
Aqua p.i. ad 1 ml
Latar belakang pemilihan formula:
Papaverin HCl dibuat dalam sediaan vial, karena Papaverin HCl tidak mudah teroksidasi,
dan dapat digunakan sebagai dosis ganda. Papaverin HCl dapat diberikan sebanyak tiga
jam sekali untuk pengulangan dosis sesuai kebutuhan pada penyakit iskemia, karena dosis
yang diberikan dapat lebih dari satu kali sehari, maka sediaan vial lebih cocok digunakan
untuk Papaverin HCl dibandingkan dengan sediaan ampul, karena dianggap lebih praktis.
Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi bakteri
selama penyimpanan obat terutama setelah dibuka, karena vial merupakan wadah dosis
ganda, sehingga memerlukan pengawet. Benzalkonium klorida dipilih sebagai pengawet
karena Benzalkonium Klorida memiliki stabilitas yang baik, dan kompatibel dengan
Papaverin HCl.
Aqua pro injeksi dipilih sebagai pembawa karena Papaverin HCl memiliki kelarutan yang
cukup terhadap Aqua p.i. Papaverin HCl bersifat larut dalam air (1:10-30), dosis yang
digunakan adalah 30mg/ml, sehingga 30 mg Papaverin HCl dapat larut dalam 0,3-0,9 ml
air, yang dapat dimasukkan dalam wadah vial.
VII. PERHITUNGAN
Rumus = {(n.v) + (30%.(n.v))}ml
Keterangan :
n = jumlah vial yang akan dibuat
v = vol. Injeksi tiap vial (ml)
Vol total 5 vial = [5 x (5 ml + 0,3 ml)] + (30% x [5 x (5 ml + 0,3 ml)])
= 26,5 + 7,95
= 34,45 ml ~ 35 ml
Total Papaverin HCl = 30 mg. 5 ml. 5 vial
= 750 mg
= 0,75 g
Total Benzalkonium Klorida = 0,01% x 35 ml
= 0,0035 g
= 3,5 mg
Pengenceran benzalkonium klorida = (3,5 mg/10 mg) x 10 ml = 3,5 ml (70 tetes)
Total Aqua p.i = 35,0 ml – (0,75 g + 3,5 ml)
= 30,75 ml
Tabel Penimbangan
Bahan Penimbangan teoritis (mg) Penimbangan di laboratorium (mg)
Papaverin HCl 750
Benzakonium klorida 10
VIII. ALAT DAN CARA SERILISASI
NOAlat yang
digunakanCara sterilisasi
Paraf asisten
w.mulai Paraf w.akhir Paraf
1. Beaker glass,
Erlenmeyer,
Corong glass,
Vial injeksi,
Pipet tetes.
- Oven 150oC selama
1 jam (FI ed. III hal
18)
2.Gelas ukur,
Kertas saring.
- Autoklaf 121oC
selama 15 menit (FI
ed. III hal 18)
3. Batang
pengaduk,
spatula,
Pinset,
Kaca arloji,
Penjepit besi,
Direndam alkohol
selama 30 menit
4. Karet tutup
vial
Karet tutup
pipet tetes
Direbus dalam air
suling 30 menit
5.Aqua p.i.
Didihkan 30 menit (FI
ed. III hal 14)
6. Sterilisasi
sediaan vial
(sterilisasi
-Autoklaf 121°C, 15
menit
akhir)
IX. CARA KERJA (Sterilisasi akhir)
1. Alat–alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
2. Vial 5 ml dikalibrasi.
3. Alat-alat dan wadah yang akan digunakan disterilkan.
4. Aqua pro injeksi dibuat dengan cara mendidihkan aqua selama 30 menit, lalu
didinginkan.
5. Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang.
6. Papaverin HCl dilarutkan dengan sebagian aqua pro injeksi didalam beaker glass.
7. Dibuat pengenceran benzalkonium klorida dengan cara: sejumlah 10 mg
benzalkonium klorida ditimbang, kemudian diencerkan dengan aqua pro injeksi
hingga 10 ml.
8. Sebanyak 3,5 ml benzalkonium klorida yang telah diencerkan dimasukkan ke
dalam larutan papaverin HCl, kemudian diaduk homogen.
9. Aqua pro injeksi ditambahkan hingga sebelum tanda kalibrasi.
10. Dilakukan pemeriksaan pH, hingga pH memenuhi antara 3-4
11. Aqua pro injeksi ditambahkan ad tanda.
12. Larutan kemudian disaring.
13. Larutan obat dimasukan ke dalam vial sampai tanda kalibrasi.
14. Ditutup dengan karet penutup, lakukan sterilisasi akhir dengan otoklaf dengan
suhu 121C selama 15menit.
15. Dilakukan evaluasi.
16. Diberi etiket, brosur, lalu dikemas dan diserahkan
X. EVALUASI
In Process Control
1. Uji kejernihan (Lachman III, hal. 1356)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan rangkaian isi
dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang
dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel ≥25 ųm/ml
2. Uji pH
Cek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator universal
Quality Control
1. Uji Sterilitas (FI ed. IV hal 861)
Menggunakan teknik penyaringan membran :
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang
sesuai, ambil isi secara aseptik.
Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap
penyaring dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring
dengan bantuan pompa vakum/tekanan.
Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah
bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan membran atau setengah bagian
membran ke dalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari.
Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
2. Uji Keseragaman Volume (FI ed. IV hal. 1044)
Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 1m. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik
hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan
dilengkapi dengan jarum suntik no. 21 dengan panjang tidak kurang dari 2,5 µm.
Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam gelas
ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur
memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.
3. Uji kadar (FI IV, hal 648)
Pipet 1ml injeksi ke dalam labu tentukur 200ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 3ml larutan ini ke dalam corong pisah, tambahkan 10ml air, basakan dengan
ammonium hidroksida 6N. Ekstraksi beberapa kali, tiap kali dengan 5ml kloroform P,
dan uapkan ekstrak hingga kering. Larutkan residu dalam asam klorida 0.1N,
encerkan dengan pelarut yang sama hingga 100.0ml (larutan uji).ukur serapan larutan
uji dan larutan baku dalam papaverin hidroksida BPFI dengan kadar lebih kurang
4.5µg per ml dalam asam klorida 0.1N. hitung jumlah dalam mg, C20H21NO4.HCl,
dalam injeksi yang digunakan dengan rumus:
6.67 C (Au/As)
C adalah kadar papaverin HCl BPFI dalam µg per ml larutan baku; Au dan As
berturut-turut adalah serapan larutan uji dan larutan baku.
Syarat: mengandung C20H21NO4.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
4. Uji pirogenitas (FI IV, hal 908)
Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan
kondisi lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan , bebas dari keributan yang
menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian.
Minum dibolehkan pada setiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila
pengujian menggunakan termistor, masukan kelinci ke dalam kotak penyekap
sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga
dapat duduk dengan bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji,
tentukan “suhu awal” masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk
menentukan kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh
lebih dari 1o dan suhu awal setiap kelinci tiak boleh lebih dari 39,8o.
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikan 10ml per kg bobot
badan, melalui vena tepi telingga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam
waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu dikonstitusi seperti yang
tertera pada etiket maupun bahan uji yang diperlakukan seperti yang tertera pada
masing-masing monografi dan disuntikan dengan dosis seperti yang tertera. Untuk uji
pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau
bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral,
tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari
kontaminasi, hangatkan larutan pada suhu 37O ± 20 sebelum penyuntikan. Rekam suhu
berturut-turut antara jam kesatu dan jam ketiga setelah penyuntikan dengan selang
waktu 30 menit.
Syarat:sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelincipun menunjukan kenaikan
suhu 0,5O atau lebih. Jika ada kelinci menunjukan kenaikan suhu 0,5O atau lebih,
lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor
dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukan kenaikan suhu 0,5O atau lebih dan
jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3OC sediaan
dinyatakan bebas dari pirogen.
5. Uji Kebocoran (Lachman Hal. 1354)
Letakkan ampul didalam zat warna (biru metilen 0,5 – 1,0 %) di dalam ruang vakum.
Tekanan atmosfer berikutnya menyebabkan zt warna berpenetrasi kedalam lubang
dapat dilihat setelah ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya. Masing-masing
ampul diletakkan dalam keadaan terbalik. Dilihat apakah ada larutan obat yang
merembes keluar ampul.
6. Uji Kejernihan (Lachman III Hal. 1358)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan rangkaian isi
dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang
dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel ≥25 ųm/ml
XI. DAFTAR PUSTAKA
1. Turco S, King RE. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia: Lea &
Febiger; 1979.
2. Sprowls JB. Prescription Pharmacy. Second edition. Philadelphia: J.B. Lippincott
Company; 1970.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1979.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
5. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
ketiga. Jakarta: UI-press; 1994.
6. Reynolds JEF, Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London: The
Pharmaceutical Press; 1982.
7. Evory MC, Gerald K. Drug Information 88. USA: American Society of Health-
System Pharmacist.
PROPOSAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERILINJEKSI PAPAVERIN HCL DALAM WADAH VIAL
Kelompok B.1.21. Claudia Tiffani (2012210064)2. Destia Kusumastuti (2012210076)3. Dinda Permatasari (2012210089)4. Dwita Merlina Putri Mantoro (2012210095)5. Enrico Yuwono (2012210101)6. Faisal Kurniawan Hidayat (2012210106)*7. Fernaldo Sagala (2012210113)
Tanggal Praktikum:Kamis, 12 Maret 2015
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA2015
top related