profesi evaluasi
Post on 29-Nov-2014
4.263 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
PROFESI EVALUASI
MATA KULIAH
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Prof. DR. H. Abdul Madjid Latief, MM, M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Jumaedy
NIM : 0908036161
Kelas : A21.2 (LIMAU)
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA UHAMKA
TAHUN 2010
BAB I
PEMBAHASAN
1. Pengertian Profesi Evaluasi
Istilah profesi berasal dari kata Bahasa Inggris Profession to profes
(Wirawan, 2010:61). Profesi adalah pilihan jabatan seseorang di bidang tertentu
(Latief, 2010).
Pengertian lain Profesi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana profesi tersebut diatur oleh Etika
Profesi dimana Etika Profesi tersebut hanya berlaku sesama Profesi tersebut.
Kenneth Lynn (1965) mendefinisikan profesi sebagai berikut : A profession
delivers esoteric services based on esoteric knowledge systematically formulated
and applied to the need of a client. Every profession considers itself the proper
body to set the terms in which some aspects to society, life or nature isto be
throught of, and to define the general lines, or even the detaileds of publict policy
concerning it (Profesi menyajikan layanan yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang evaluator. Untuk melaksanakan evaluasi, evaluator harus mempunyai
pengetahuan tertentu yang hanya dimiliki oleh orang tertentu. Pengetahuan
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien. Profesi merupakan institusi yang
menentukan kebijakan mengenai pelaksanaan layanan kepada klien.
Perlu ingat dan fahami betul bahwa “PROFESI” dan PROFESIONAL”
terdapat beberapa perbedaan :
PROFESI :
- Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
- Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
- Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
- Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
PROFESIONAL :
- Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
- Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
- Hidup dari situ.
- Bangga akan pekerjaannya.
CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang
berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat,
tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam
rangka kepentingan masyarakat.
A. Persyaratan sebuah pekerjaan disebut sebagai profesi
1. Pekerjaan penuh, artinya pekerjaan yang diperlukan oleh masyarakat
agar masyarakat dapat melaksanakan fungsinya, tanpa pekerjaan
tersebut masyarakat akan terganggu. Misalnya ; tanpa guru banyak
anggota masyarakat yang bodoh.
2. Ilmu pengetahuan, untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu
pengetahuan atau sain tertentu, tanpa menggunakan ilmu tersebut maka
profesi itu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Salah satu persyaratan
dari ilmu pengetahuan adalah adanya teori bukan hanya kumpulan
pengetahuan dan pengalaman, dan fungsi utama dari suatu teori adalah
menjelaskan dan meramalakan fenomena. Dengan mempergunakan
teori ilmu pengetahuan seorang profesional dapat menjelaskan apa yang
dihadapinya dan apa yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi,
maka seorang profesional akan lebih pasti dalam mengambil langkah-
langkah yang diperlukan dalam melaksanakan profesinya.
3. Aplikasi Ilmu Pengetahuan, Adanya penerapan teori-teori ilmu
pengetahuan untuk membuat sesuatu, mengerjakan dan memecahkan
sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat.
4. Lembaga pendidikan Profesi, seorang profesional harus melalui
lembaga pendidikan tinggi dalam bidang ilmu yang diperlukan oleh
profesinya, untuk bidang tertentu bahkan diperlukan ujian kompetensi
profesi, misal ; Notaris.
5. Perilaku profesi, yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu
bukan perilaku pribadi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat kebiasaan
pribadi, perilaku profesional adalah perilaku yang harus dipenuhi saat
melaksanakan profesinya.
6. Standar Profesi, seorang profesional harus mengacu kepada prosedur
dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai
pedoman agar output kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi dapat
dipenuhi.
7. Asosiasi profesi, seorang profesional mengorganisir diri dalam suatu
organisasi profesi, sehingga memiliki rujukan dalam melaksanakan
profesinya.
Proses perencanaan dan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan oleh professional
yang berpredikat evaluator. Dalam melaksanakan profesi evaluasi, seorang
evaluator harus berpegang teguh kepada standar evaluasi. Standar evaluasi
merupakan prinsip-prinsip yang secara umum disepakati oleh orang-orang yang
berhubungan dengan evaluasi untuk pengukuran nilai atau kualitas suatu
evaluasi.
Fungsi standar evaluasi adalah pedoman bagi evaluator mengenai bagaimana :
1. Merancang, melaksanakan dan menyusun hasil evaluasi
2. Berhubungan dengan stakeholder evaluasi
3. Memanfaatkan hasil evaluasi
4. Melaksanakan evaluasi secara etis
B. Persyaratan menjadi evaluator
2. Pendidikan
Untuk menjadi evaluator persyaratan yang harus dimiliki adalah :
1. Pendidikan
2. Sertifikasi
3. Pengalaman
4. Komunikator
5. Kecerdasan emosional
6. Perilaku profesional
a. Berorientasi pada pemangku kepentingan
b. Menghargai hak subjek manusia
c. Integritas
d. Imparsial
Seorang evaluator harus memiliki sertifikasi dari asosiasi profesi. Sertifikasi
diberikan oleh asosiasi berdasarkan pengalaman dan pendidikan evaluasi.
Ketika melakukan evaluasi, para evaluator mempertahankan pola konsisten,
terbuka dan terus berkomunikasi dan pendekatan dengan para pemangku
kepentingan dan klien.
Bidang ilmu khusus yang diperlukan untuk melaksanakan profesi evaluasi
adalah riset evaluasi (Latief, 2010). Riset evaluasi disebut sebagai jenis riset
terapan.
Evaluator bertanggungjawab atas evaluasi yang dirancang dan dilaksanakan.
Dalam kaitan ini :
a. Evaluator wajib melaksanakan evaluasi dalam waktu yang disepakati.
b. Menggunakan anggaran dan sumber-sumber evaluasi secara efektif dan
efesien,
c. Memberitahukan setiap perubahan waktu, anggaran, sumber-sumber dan
risiko yang dihadapi para pemangku kepentingan yang terkait.
Jadi dapat disimpulkan profesi evaluasi yaitu : pekerjaan yang dilaksanakan
seorang evaluator untuk mengatur dan menyesuaikan arah pendidikan sesuai
dengan tujuan, dengan mengacu kepada standar dan kode etik yang disusun oleh
asosiasi profesi.
2. Asosiasi Profesi
Organisasi evaluasi didirikan dan dikembangkan pertama kali di Amerika
Serikat disebut dengan Evaluation Research Society. Organisasi ini bertugas
menyusun kode etik profesi dan standar profesi evaluasi.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism”
berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga
martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari
segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto,
1999).
Organisasi evaluasi bertujuan untuk :
- Mengembangkan teori ilmu evaluasi, praktek dan metode
evaluasi serta profesi evaluasi
- Mengembangkan kode etik profesi evaluasi
- Mengawasi pelaksanaan kode etik profesi dan memberi sanksi
kepada mereka yang melanggarnya
- Menumbuhkan konstribusi dan pemakaian hasil evaluasi untuk
berbagai keperluan
- Mengembangkan budaya evaluasi
- Mengembangkan kompetensi evaluator.
Organisasi profesi evaluasi ada yang bersifat lokal, nasional dan internasional
dan bersifat non profit, diantaranya :
a. Asosiasi profesi Evaluasi di Amerika
American Evaluation Association (AEA) adalah organisasi profesi evaluasi
hasil merger antara Evalution Research Society dan Evalution Network pada
tahun 1986. Misi daripada AEA adalah :
1. Mengembangkan praktek dan metode evaluasi
2. Meningkatkan pemakaian hasil evaluasi
3. Mempromosikan evaluasi dan evaluator profesional
4. Mendukung konstribusi evaluasi kepada penciptaan teori dan
pengetahuan tindakan efektif manusia.
b. Asosiasi profesi Evaluasi di Asean
Negera di Asean yang memiliki asosiasi profesi evaluasi yaitu Malaysia,
yaitu Malaysian Evaluation Society (MES).
c. Asosiasi profesi Evaluasi di Indonesia
Indonesia akan segera memiliki asosiasi dengan akan dibentuknya
Indonesian Development Evaluation Community (InDEC) yang diinisiasi
dan difasilitasi oleh Bappenas.(Tim Kerja : Badan Pekerja Pembentukan
InDEC yang merupakan perwakilan dari berbagai stakeholder pembangunan
yakni pemerintah, NGO, sektor swasta, akademisi, jurnalis, praktisi).
3. Kode Etik Profesi
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal
dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which
can act as the performance index or reference for our control system”. Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan
akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua
keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari
dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit
profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada
saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan
pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai
idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.
A. PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan
lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini :
Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan
baik dan buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau
diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik
atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu
pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana
saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia
mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya.
ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri
sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun
secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa
pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab
umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi
atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang
paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi
SISTEM PENILAIAN ETIKA :
Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik
atau jahat, susila atau tidak susila.
Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau
telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi
tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan
namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari
dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia
lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada
3 (tiga) tingkat :
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih
berupa rencana dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI merupakan
bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata
hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari
karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan
ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
B. PENGERTIAN PROFESI
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja
yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi.
Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan,
dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan
seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas
sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi,
artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE,
timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan
dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak
orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian
profesi. Berikut pengertian profesi menurut DE GEORGE :
PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI :
1. Tanggung jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di
beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
SYARAT-SYARAT SUATU PROFESI :
- Melibatkan kegiatan intelektual.
- Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
- Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
- Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
- Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
- Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
PERANAN ETIKA DALAM PROFESI :
Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang
paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika
tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama.
Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini
sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan
tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi
pegangan para anggotanya.
Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan
yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga
terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya
adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada
profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah,
sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.
C. KODE ETIK PROFESI
Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau
benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi
sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk
mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
kelompok itu. Dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang begitu banyak
dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. Jika sungguh benar
zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya adalah
peranan dan dampak kode-kode etik ini.
Profesi adalah suatu MORAL COMMUNITY (MASYARAKAT
MORAL) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi
dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari suatu profesi, sehingga kode
etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan
sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat. Kode etik
bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat penerapan
pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik
ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis,
tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi
dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat
oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari
atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan
dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu
sendiri.
Agar dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi
hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi. Dengan membuat
kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk
mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hanya kode etik yang
berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa
mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan
juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode
etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus
menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang
dikenakan pada pelanggar kode etik.
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK :
a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud
dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya
sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol
terhadap pelanggar. Masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul
tujuan kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
TUJUAN KODE ETIK PROFESI :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
4. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
5. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam
berbagai bidang.
6. Budaya Evaluasi
Budaya evaluasi adalah nilai-nilai, norma dan kebiasaan organisasi mengenai peran
evaluasi dalam melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap organisasi mempunyai nilai-nilai, norma dan kebiasanaan yang berbeda
dengan organisasi lainnya mengenai peran evaluasi. Jadi ada berbagai jenis budaya
evaluasi. Misalnya :
a. Budaya evaluasi positif. Karakteristik budaya ini antara lain :
1. Menerima dan komitmen terhadap peran evaluasi dalam mencapai tujuan
organisasi.
2. Memahami mengapa organisasi memakai evaluasi
3. Mampu mendisain atau meminta bantuan untuk mendesain dalam
melaksanakan evaluasi
4. Memakai hasil evaluasi untuk mengambil keputusan
5. Menggunakan evaluasi untuk mendukung perkembangan dan perubahan
b. Budaya evaluasi negatif. Karakteristik budaya ini antara lain :
1. Evaluasi merupakan ancaman karena alat untuk menilai kegiatan dan upaya
mencapai tujuan organisasi
2. Evaluasi membatasi kreatifitas dan inovasi.
3. Evaluasi memboroskan sumber-sumber organisasi : tenaga, biaya peralatan
dan waktu.
4. Evaluasi menimbulkan konflik dalam organisasi
c. Budaya evaluasi netral. Karakteristik budaya ini antara lain :.
1. Evaluasi merupakan aktifitas netral, tidak baik dan juga tidak buruk Baik
buruknya tergantung pada penggunaan hasilnya. Jika dinyatakan untuk
tujuan positif, maka evaluasi baik. Akan tetapi jika digunakan untuk tujuan
yang buruk, maka evaluasi buruk.
2. Jika menguntungkan organisasi, dilakukan evaluasi. Jika merugikan tidak
dilakukan.
Mengenai budaya evaluasi John Mayne (2008) mengemukakan sebagai berikut :
Budaya evaluasi merupakan bagian dari budaya organsasi yang mencari informasi
mengenai kinerja organisasi dan untuk memakai informasi untuk mempelajari
bagaimana memanajemeni lebih baik dan melaksanakan program dan layanannya
dan dari situ memperbaiki kinerjanya.
Organisasi yang memiliki budaya evaluasi kuat mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Mengaitkan diri dalam refleksi diri (self-reflection) dan meneliti diri sendiri
(self examination)
b. Mengaitkan diri pada pembelajaran berdasarkan bukti
c. Mendorong eksperimentasi dan perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya evaluasi :
a. Kecemasan evaluasi
Para manajer atau staff yang tidak mempunyai budaya evaluasi sering kali
merasa cemas, takut, gelisah atau khawatir jika menghadapi evaluasi.
b. Kepemimpinan
Jhon Mayne (2008) mengemukakan para pemimpin organisasi dalam
mengembangkan budaya evaluasi sebagai berikut :
- Mendemonstrasikan kepemimpinan dan komitmen manajemen
- Mengembangkan pengukuran hasil-hasil dan kapsitas manajemen hasil-
hasil
- Membangun dan mengkomunikasikan suatu peran yang jelas dan
tanggungjawab untuk manajemen hasik-hasil
c. Pengembangan kapasitas evaluasi
Pembangunan kapasitas evaluasi menciptakan dan mempertahankan suatu
pasar untuk keahlian tersebut dengan mempromosikan budaya organisasi di
mana evaluasi merupakan bagian rutin dari organisasi dalam melakukan
sesuatu.
BAB II
KESIMPULAN
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu
rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”.
Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk
keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.
Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita
artikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession
yang berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian
“pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus
melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu
“panggilan”.
Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur
keahlian dan kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan
dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan
pekerjaannya, dan juga kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak membuat
seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus menyatu.
Dalam melaksanakan profesinya sebagai evaluator, harus juga menjunjung
perilaku profesional yang bebas bias, adil dan jujur serta mnghindari distorsi karena
pandangan dan perasaan personal (Imparsial).
INDIKATOR
1. Suatu profesi menyajikan layanan-layanan tertentu2. Layanan disajikan berdasarkan ilmu pengetahuan evaluator3. Profesi merupakan lembaga sebagai rujukan mengatur sejumlah aspek kehidupan
masyarakat4. Profesional5. Lembaga pendidikan profesi6. Sertifikasi7. Standar profesi8. Kode etik9. Organisasi profesi10. Lembaga penelitian dan pengembangan
MULTIPLE CHOISE
Bentuk Multiple Choise yang dipilih yaitu Complete statement dan question.
1. Istilah profesi berasal dari kata bahasa ...
2.Proses perencanaan dan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan oleh profesional yang
berpredikat ...
3.Perilaku profesional yang bebas bias, adil dan jujur serta menghindari distorsi karena
pandangan dan perasaan personal adalah...
4. Seorang evaluator harus memiliki sertifikasi dari ...
5.Organisasi profesi evaluasi yang pertama kali didirikan dan dikembangkan di Amerika
Serikat ...
6.Organisasi profesi evaluasi yang sedang dirintis di Indonesia diberi nama ...
a. Arab c. Inggrisb. Yunani d. Belanda
a. Evaluator c. Profesionb. Profesor d.
a. Etis c. Imparsialb. Standar evaluasi d. Integritas
a. Organisasi standar evaluasi c. Lembaga auditorb. Asosiasi Profesi d. Pemerintah
a. Evaluation Research Sociaety c. Evalution Networkb. Research development d. American Evaluation Network
a. Evaluation Research Sociaety c. Evalution Networkb. Research development d. InDEC
7. Organisasi profesi bertujuan untuk ...a. Mengembangkan teori ilmu evaluasi, praktek dan metode evaluasi serta
profesi evaluasi b. Memberikan ruang usaha bagi para evaluatorc. Membangun kesadaran pentingnya berorganisasid. Memudahkan berkomunikasi antara evaluator
8. Teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal ...
9.Menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri disebut ...
10.Etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia
dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai...
11.Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan
buruk, sejauh dapat ditentukan oleh akal manusia. Pendapat ini dikemukakan oleh :
12.Etika yang erbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota umat manusia
13.Salah satu prinsip etika profesi ...
14.Norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja ...
15.Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan ...
a. Etika c. Nilai sosialb. Profesi d. Integritas
a. Etika Deskriptif c. Etika Sosialb. Integritas d. Etika individu
a. Etika Normatif c. Etika Khususb. Etika Deskriptif d. Etika Umum
a. O.P Simorangkir c. Burhanudin Salamb. Sidi Gajalba d. Abdul Samad
a. Etika Deskriptif c. Etika Sosialb. Integritas d. Etika individu
a. Keadilan c. Tegasb. Budaya malu d. Netral
a. Normatif c. Moral b. Etika d. Kode etik
a. Fungsi kode etik c. Budaya kode etikb. Tujuan kode etik d. Kode etik positif
16. Menerima dan komitmen terhadap peran evaluasi dalam mencapai tujuan organisasi adalah merupakan karakteristik dari...
17.Evaluasi membatasi kreatifitas dan inovasi
18.Manfaat dari mengenal budaya evaluasi..
a. Organisasi semakin baik, seluruh bagian dari organisasi dapat memperbaiki kinerjanya karena adanya informasi yang dapat dipelajari
b. Membatasi hubungan organisasi dengan pemangku kepentinganc. Organisasi dan manajemen organisasi mengalami perubahand. Organisasi semakin ramping
19. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya evaluasi, kecuali ...a. Pengembangan kapasitas evaluasib. Budaya malu dalam pengembangkan karirc. Kecemasan organisasid. Kepemimpinan
20. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai menjadi landasan dalam pergaulan baik dalam kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat ...
Jawaban :
a. Budaya evaluasi c. Budaya evaluasi positifb. Budaya evaluasi netral d. Budaya evaluasi negatif
a. Budaya evaluasi c. Budaya evaluasi positifb. Budaya evaluasi netral d. Budaya evaluasi negatif
a. Modern c. Profesionalb. Praktisi sosial d. Marjinal
1. C 11. B2. A 12. C3. C 13. A4. B 14. D5. A 15. A6. D 16. C7. A 17. D8. A 18. A9. D 19. B10 B 20. C
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan, Evaluasi Program : Modul, Uhamka, 2010
Abdul Madjid Latief, Evaluasi Program Pendidikan, Uhamka, 2010
Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi, Universitas Dipenogoro, 2009
Suharsini Arikunto, Sebuah Pengetahuan Dasar tentang Evaluasi Pendidikan, terbitan sendiri, 1978
Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2009
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, 2008
Naglim Purwanto,Prinsip-prinsip Evaluasi pengajaran, Penerbit Rosda Karya, Bandung, 2009
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Penerbit Rosda Karya, Bandung, 2009
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2008
top related