ppt ham
Post on 18-Jan-2016
15 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan Kasus Scenario 1Ny. S, 35 tahun, datang berobat ke sebuah klinik
bedah dengan keluhan utama tidak dapat buang air kecil. Setiap kali ingin BAK, perlu ditolong dengan memakai kateter. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, termasuk dengan kolonoskopi, ditemukan adanya tumor pada daerah kolon yang mendesak vesika urinaria sehingga mengakibatkan kesulitan BAK. Dokter menganjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pengangkatan tumor mengingat tumornya belum seberapa besar. Ny. S dan keluarganya setuju saran dokter dan menandatangani informed consent.
Laporan kasusScenario 2Saat pembedahan dilakukan, dokter menemukan banyak
terjadi perlengkatan dan ternyata karsinoma primernya ada pada ovarium kiri. Dihadapkan padakenyataan yang ada saat itu dan kondisi pasien yang tampak melemah, dokter segera memutuskan untuk melakukan reseksi kolon dan mengangkat ovariumnya tanpa konsultasi dulu dengan dokter obsgyn.
Setelah operasi, kondisi pasien tampak membaik dan dokter segera memberikan kemoterapi serta penyinaran. Akibat efek samping kemoterapi dan penyinaran itu, Ny. S, merasakan penderitaan yang luar biasa, tidak bisa makan karena sangat mual dan nyeri yang kadang-kadang hampir tidak tertahankan.
Ny. S, akhirnya mengambil keputusan untuk menolak terapi apa pun dan memilih tinggal di rumah bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa penyakitnya tidak bisa diobati dan hidupnya tidak akan lama lagi.
Laporan kasus Scenario 3 Sikap Ny. S, yang menolak semua terapi dari dokter,
berdampak pada kondisi fisiknya yang semakin kurus. Atas saran teman-temannya dan juga desakan dari keluarga, Ny. S lalu mencoba berobat ke pengobatan alternatif. Ramuan jamu dari pengobatan alternatif, ternyata tidak memberikan perbaikan pada kondisi kesehatannya. Kondisi Ny. S semakin parah dan sekarang malah sering merasakan sakit yang luar biasa yang hampir-hampir tidak tertahankan. Melihat keadaan Ny. S, suaminya lalu minta bantuan dokter di dekat rumahnya untuk mengatasi rasa sakitnya. Dokter lalu memberikan suntikan morfin. Akibat suntikan morfin itu, Ny. S tertidur dan kelihatannya rasa sakitnya bisa diredakan. Namun setelah efek morfin itu hilang, Ny. S tampak kesakitan kembali sehingga dokter terpaksa harus memberikan suntikan morfin beberapa kali dengan dosis yang semakin bertambah. Pada akhirnya nyawa Ny. S tidak dapat dipertahankan, ia akhirnya meninggal.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN 1 IDENTITASNama : Ny. SUsia : 35 tahun Jenis kelamin : perempuanAlamat : tidak diketahuiStatus : menikahPekerjaan : tidak diketahui2 ANAMNESISKeluhan utama : tidak dapat buang air kecil dan harus
dibantu dengan menggunakan kateter.3 HIPOTESISTumor kolon4 PEMERIKSAAN PENUNJANGKolonoskopi5 DIAGNOSIS KERJAKarsinoma primer ovarium sinistra dan karsinoma sekunder
pada kolon
PEMBAHASAN 6 PENATALAKSANAANTindakan bedahKemoterapiPenyinaranTerapi alternatif : minum ramuan jamu Terapi paliatif : penyuntikan morfin7 PROGNOSISAd vitam : malamAd sanationam : malamAd functionam : malam
Analisis kasus skenario 1terjadi hubungan dokter pasien yang bersifat
paternalisticDalam kasus terkesan bahwa pasien hanya
ditawarkan satu pilihan saja yaitu operasi pengangkatan tumor. Seharusnya pasien harus mampu untuk memilih alternatif-alternatif yang diberikan bukan hanya satu pilihan saja.
dokter tersebut telah melakukan pelanggaran prinsip otonomi etika medis dengan kurang memberikan informasi atas penyakit serta tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Analisis kasus skenario 2Keputusan dokter mengangkat ovariumnya tanpa
konsultasi dengan dokter obgyn BENAR karena indikasi kedaruratan.
dokter ini telah salah dalam melakukan tindakan sebelum operasi tidak melakukan biopsy yang bertujuan untuk mengetahui apakah tumor ganas primer atau tidak.
Sebelum radiasi dan kemoterapi, seharusnya dokter wajib memberikan informed consent.
Analisis kasus skenario 2Peran dokter dalam menghadap Ny.S yang menolak
semua terapi :Dokter tidak dapat memaksa pasien untuk melakukan
terapi karena menolak terapi adalah hak pasien dan dokter harus menghormatinya.
Menjelaskan tujuan dilakukan terapi atau pengobatan.Menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi apabila
tidak dilakukan terapi.Dokter harus memikirkan kemungkinan bahwa pasien
akan mencari pengobatan lain(terapi alternatif) sehingga dokter harus menjelaskan perbedaan pengobatan alternatif dan terapi medis serta efek yang mungkin akan terjadi dari pengobatan alternatif yang tidak benar atau sembarangan.
Analisis kasus skenario 2Sikap kita sebagai dokter dalam menghadapi
pasien putus asa dan tidak ada harapan sembuh: pendekatan yang lebih secara interpersonal
sebagai teman. Buat pasien merasa senyaman mungkinpendekatan secara spiritual.tetap menawarkan pengobatan yang lebih
bersifat paliatif.
Analisis kasus skenario 2pandangan agama tentang hal yang harus
dianjurkan kepada pasien dalam menghadapi sakit penyakit :Islam : Islam memerintahkan seluruh umatnya
untuk melakukan pengobatan, dan sebaliknya melarang mereka bersikap pasrah dengan kondisi negatif tanpa melakukan tindakan usaha apapun
Kristen : Diberikan pengobatan agar pasien merasa lebih nyaman
Analisis kasus skenario 2Khatolik : Perawatan orang yang menghadapi
ajalnya adalah satu bentuk cinta kasih tanpa pamrih yang patut dicontoh
HINDU Kalau sakit, hendaklah diusahakan pengobatannya. Laksanakanlah dharma itu sebab dharma itulah yang
akan melindungi dari bahaya. Pasien, pakar pengobatan dan keluarga pasien
hendaknya sabar dan mengusahakan penyembuhannya.Budha : Setiap orang boleh berusaha untuk
sembuh, untuk mengurangi penderitaannya, itu adalah hak sebagai manusia.
Analisis kasus skenario 3Pemakaian jamu :
Merupakan hak otonom pasienTugas dokter :
memberikan informasi yang cukup. melindungi agar pasien tidak dirugikan berhati-hati dalam memilih terapi berdasarkan evidence based.
Analisis kasus skenario 3Pandangan agama :
Islam : Dalam agama islam pengobtan alternatif diperboleh kan asal dengan bukan cara yang haram, seperti pada sabda asulullah yaitu “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obat, dan telah menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)
Hindu : Agama hindu meyakini melalui pengobatan alternatif ayurveda dan therapy maka segala jenis penyakit dapat disembuhkan
Budha : Agama budha menyatakan bahwa pengobatan alernatif tidak ada masalah sepanjang tidak ada pelanggaran sila dan dhamma dan harus dilakukan dengan saar dan sukarela
Analisis kasus skenario 3 Kristen : Agama kristen mengungkapkan tentang
terapi alternatif tidak menolak mentah-mentah dan tidak juga menerima dengan bulat-bulat. Perlu memahami konsep dibalik praktik peyembuhan alernatif tersebut berdasakan kebenaran.
Katolik :
Analisis kasus skenario 3Penggunaan morfin pada pasien
tindakan dokter ini tidak menyalahi aturan karena sudah diatur dalam Undang Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 43 ayat 4 mengenai penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk: a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan
Narkotika melalui suntikan; b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan Narkotika melalui suntikan c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak
ada apotek.
No. PRO TERAPI ALTERNATIF KONTRA TERAPI ALTERNATIF
1 Dari segi agama terapi alternatif tidak
dilarang
Dari segi biaya termasuk mahal
2 Bahan-bahan baku berasal dari tumbuh-
tumbuhan (alami)
Efek samping dari pengobatan tidak
diketahui secara jelas
3 Ada penjelasan hukum mengenai terapi
alternatif (UU Kesehatan no 36 tahun
2009)
Belum ada penelitian yang valid mengenai
suatu pengobatan alternative
4 Sebagai pilihan alternatif apabila
pengobatan secara medis tidak berhasil
Pengobatan berdasarkan pengetahuan
turun-temurun
TINJAUAN PUSTAKA
Hak dan kewajiban dokter-pasienUndang – undang No.29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran merumuskan hak-hak dan kewajiban dokter dan pasien di dalam pasal – pasal 50-53
pasal 45 ayat 3 tentang penjelasan yang harus diberikan dokter kepada pasien
Prinsip etika kedokteran Prinsip otonomiPrisip beneficencePrinsip non-maleficencePrinsip justice
Informed consentDiatur : pasal 44 UU RI No.29/2004 tentang Praktik
Kedokteran mengenai Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi
Permenkes RI No.290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pelanggaran informed consent diatur :Permenkes RI No.585 pasal 13
Terapi alternatifterapi alternative adalah praktik pengobatan
dan pelayanan kesehatan di luar praktik kedokteran yang mencakup luas falsafah penyembuhan, pendekatan dan berbagai jenis dan teknik terapi
Terapi alternatifJenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif
berdasarkan Permenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body
interventions) : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet
makro nutrient, mikro nutrient Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon,
hiperbarik, EECP
Terapi alternatifDiatur oleh :
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan :
1. pasal 1 butir 92. pasal 1 butir 163. pasal 484. pasal 595. pasal 606. pasal 61
PENGGUNAAN NARKOTIKA DALAM PENGOBATAN
Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Kesimpulan Informasi dalam lingkup medis adalah hal yang sangat penting
yang harus disampaikan dokter kepada pasien untuk itulah keberadan dalam informed consent perlu diberikan kepada pasien,beberapa hal yang dijelaskan dalam informed consent seperti; kompetensi, kebebasan, penyampaian informasi oleh dokter, rekomendasi oleh dokter, pemahaman oleh pasien serta otorisasi oleh pasien.Dalam mengambil keputusan medis pasien berhak untuk memilih atau menolak tindakan medik setelah mendapat penjelasan dari dokter Bagi pasien yang menolak penjelasan bisa diminta untuk menandatangani surat penolakan penjelasan perawatan, namun dokter atau dokter gigi tetap memberi kesempatan bila suatu saat pasien berubah pendapat.
Apabila pasien menggunakan haknya dalam menolak suatu tindakan medis maka pasien telah melepaskan hak hukumnya terhadap dokter apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan akibat hukum penolakan tindakan medis terhadap dokter apabila dokter telah menjalankan kewajibannya dan pasien dalam menggunakan haknya memilih untuk menolak tindakan medik maka dokter terlepas dari segala akibat hukum yang timbul setelah penolakan tersebut.
THANK YOU
top related