poltekkes kemenkes padang asuhan keperawatan...
Post on 02-Sep-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RUANG IRNA NON-BEDAH WANITA RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
Karya Tulis Ilmiah
SHINTA HERLINA
NIM: 143110188
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RUANG IRNA NON-BEDAH WANITA RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
SHINTA HERLINA
NIM: 143110188
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di Ruangan
IRNA Non-Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. ”. Peneliti
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari Bapak Ns. Suhaimi, S.
Kep, M. Kep selaku pembimbing I dan Ibu Wiwi Sartika, DCN, M.
Biomed, selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Padang.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi D-III Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang yang telah
memberikan bekal ilmu untuk bekal peneliti.
5. Bapak Direktur beserta Staf Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang
yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti
perlukan.
6. Teristimewa Kepada Kedua Orang Tua dan Saudara tercinta yang telah
memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada
terhingga yang tidak dapat ternilai dengan apapun. Tiada kata yang dapat
Ananda utarakan selain ucapan terima kasih dan semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, keselamatan, rahmat dan karunia-Nya.
7. Sahabat-sahabat, abang dan adik yang telah banyak membantu peneliti
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-temanku yang senasip dan seperjuangan Mahasiswa/i Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang Program Studi D-III
Keperawatan Padang Tahun 2017.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, akhir kata peneliti berharap karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah
membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiinn…
Padang, Juni 2017
Peneliti
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii KATA PENGANTAR...................................................................................... iii LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v LEMBAR ORISINALITAS............................................................................. vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi ............................................ 7
1. Pengertian Nutrisi ..................................................................... 7 2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ....................... 7 3. Sistem Tubuh yang Berperan dalam pemenuhan nutrisi .......... 10 4. Komponen Nutrisi .................................................................... 11 5. Status Nutrisi ............................................................................ 26 6. Masalah Kebutuhan Nutrisi ...................................................... 27
B. Konsep Diabetes Mellitus dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi... 29 1. Pengertian Diabetes Mellitus.................................................... 29 2. Etiologi Diabetes Mellitus ........................................................ 30 3. Patofisiologi Diabetes Mellitus ................................................ 31 4. Tanda dan Gejala ...................................................................... 33 5. Komplikasi Diabetes Mellitus .................................................. 33 6. Klasifikasi Diabetes Mellitus…………………………………. 34 7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus……………………………. 35
C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis ............................................ 38 1. Pengkajian Keperawatan .......................................................... 38 2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul ....................... 44 3. Rencana Keperawatan .............................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ............................................................................. 54 B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 54 C. Subjek Penelitian ............................................................................. 54 D. Alatatau Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 55 E. Jenis-Jenis Data ............................................................................... 56 F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 57 G. Hasil Analisis ................................................................................... 57
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Tempat ................................................................................. 59 B. Deskripsi Kasus .................................................................................... 59 C. Pembahasan Kasus ............................................................................... 81
a. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 81 b. Diagnosa Keperawatan................................................................... 83 c. Intervensi Keperawatan .................................................................. 85 d. Implementasi Keperawatan ............................................................ 86 e. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 88
BAB V PENUTUP .........................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................... 89 B. Saran ..................................................................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC 2015-201 ................. 45
Tabel 4.1 Pengkajian Asuhan Keperawatan pasrtisipan 1 dan partisipan 2 ..... 60
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan pasrtisipan 1 dan partisipan 2 ..................... 67
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan pasrtisipan 1 dan partisipan 2 .................... 70
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan pasrtisipan 1 dan partisipan 2 .............. 75
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan pasrtisipan 1 dan partisipan 2 ...................... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Informed Consent
Lampiran 4 Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan Partisipan 1 dan 2
Lampiran 6 Surat Tanda Selesai melakukan Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Prodi Keperawatan Padang
Jurusan D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Lampiran 7 Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 8 Pernyataan Persetujuan KTI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Shinta Herlina
Tempat / Tanggal Lahir : Sidomulyo / 17 Juli 1996
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Tembilahan, Kabupaten Indragiri
Hilir, Provinsi Riau
Nama Orang Tua
Ayah : Anwar
Ibu : Fatimah
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 034 Sei. Rukam Tahun Lulus 2008
3. SMP Negeri 02 Pengalihan Enok Tahun Lulus 2011
4. MAN 01 Inhil Tahun Lulus 2014
5. Poltekkes Kemenkes Padang Tahun Lulus 2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri dan
aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs) memiliki prioritas tertinggi dalam
hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan
yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang
kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan cairan, kebutuhan eliminasi,
kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, keseimbangan suhu
tubuh, kebutuhan seksual dan kebutuhan Nutrisi (Ernawati, 2012).
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia yang
tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta
implikasinya terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak
terpenuhi. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh (Hidayat, 2009).
Penyakit yang beresiko tinggi akan gangguan pemenuhan nutrisi adalah
penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan
nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat
akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan
(Hidayat, 2009).
Hasil penelitian Manda (2014) mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan
sikap tentang pengaturan diit diabetes mellitus, didapatkan data, dari 86
responden 48,8% pasien tidak mengetahui tentang pengaturan diit diabetes
mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang. Dari 86
responden 41,9% pasien memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan tingkat
pengetahuan yang rendah sebanyak 2,3% tentang pengaturan diit diabetes
mellitus. Sedangkan hasil penelitian Husnah, Zufry dan Maisura (2014) di
Poliklinik Endokrin RSUD Dr. Zainoel Abidin dari sebanyak 91 pasien
memiliki pengetahuan baik sebanyak 67 pasien (73,6%), patuh menjalani
terapi obat 46 pasien (50,5%), patuh menjalani terapi nutrisi medis 55 pasien
(60,4%), dan patuh menjalani aktivitas fisik 59 pasien (64,8%).
Faktor penyebab penyakit diabetes melitus yaitu pola makan, obesitas
(kegemukan), faktor genetik, bahan-bahan kimia dan obat-obatan, penyakit
pada pangkreas, pola hidup, dll. Pola makan, makan secara berlebihan dan
melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu
timbulnya diabetes mellitus, konsumsi makan yang berlebihan dan tidak
diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat. Obesitas, orang gemuk
dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar
untuk terkena penyakit diabetes melitus. Faktor genetis, diabetes melitus
dapat diwariskan dari orang tua kepada anak walaupun resikonya sangat kecil
(Hasdianah, 2012).
Gejala klinis dari penderita diabetes melitus adalah apabila menderita dua
dari tiga gejala, gejala yang pertama yaitu keluhan TRIAS: banyak minum,
banyak kencing, dan penurunan berat badan. Gejala yang kedua yaitu kadar
glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl. Gejala yang ketiga
yaitu kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus
menurun, bisul/ luka, keputihan (Rendy & Margareth, 2012).
Gangguan pemenuhan nutrisi pada penyakit diabetes mellitus apabila tidak
segera terpenuhi akan menimbulkan dampak yang buruk bagi penderitanya,
yaitu berupa komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Penyakit diabetes
mellitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan
komplikasi jangka pendek berupa hipoglikemia/ hiperglikemia, penyakit
makrovaskuler (mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner),
penyakit mikrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati), neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), dan
komplikasi jangka panjang berupa neuropati diabetik, retinopati diabetik,
nefropati diabetik, proteinuria, dan kelainan koroner (Rendi & Margareth,
2012).
Peran perawat untuk gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes
mellitus adalah dengan melakukan asuhan keperawatan yaitu melakukan
pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan( Potter & Perry, 2012). Selain itu perawat berperan
memonitor asupan nutrisi pasien diabetes mellitus dan memberikan motivasi
kepada pasien dan keluarga agar pasien selalu melaksanakan diit yang
diberikan selain itu perawat juga memberikan edukasi kesehatan kepada
pasien dan keluarga tentang pentingnya kebiasaan makan dan jumlah
karbohidrat dan kalori yang konsisten, keterkaitan makanan dan insulin,
manajemen makanan serta menyesuaikan atau rencana makan pada pasien
diabetes mellitus (Smeltzer, 2015).
World Health Organization (2016) memperkirakan, bahwa secara global 422
juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan diabetes pada
tahun 2014. Jumlah terbesar penderita diabetes diperkirakan untuk Asia
Selatan, Asia Timur dan Barat. Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes
telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 dan 2014, naik dari 108
juta pada tahun 1980. Selama dekade terakhir, prevalensi diabetes telah
meningkat lebih cepat di berpenghasilan rendah dan menengah negara dari di
negara-negara berpenghasilan tinggi.
Menurut data dari Federasi Diabetes Internasional ( 2013) jumlah penderita
diabetes di Indonesia telah mencapai 8.554.155 orang di tahun 2013. Jumlah
penderita diabetes ini membuat Indonesia menjadi Negara dengan populasi
penderita diabetes terbanyak ke-7 di dunia pada tahun 2013, setelah Cina,
India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko.
Menurut Riskesdas (2013), prevalensi penyakit DM di Indonesia berdasarkan
wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. DM terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes terdiagnosis dokter
tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara
(2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis
dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%).
Prevalensi DM Provinsi Sumatera Barat (2013), pada umur ≥15 tahun
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,3 persen,
sedangkan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala 1,8 persen (Riskesdas,
2013).
Berdasarkan profil RSUP Dr. M. Djamil Padang (2014), dari sepuluh
penyakit terbanyak rawat jalan salah satunya adalah diabetes melitus yaitu
sebanyak 2523 orang. Tingginya insiden diabetes melitus tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu kurang mengetahui
tentang pengaturan diit diabetes mellitus.
Dari data yang diperoleh di ruangan IRNA Non-Bedah Wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang didapatkan sebanyak 179 orang yang menderita DM tipe II
yang dirawat pada tahun 2015, dan terus meningkat menjadi 222 orang pada
tahun 2016.
Berdasarkan survey awal yang di lakukan pada tanggal 6 April 2017
didapatkan ada 4 orang pasien dengan kasus diabetes mellitus tipe II di
ruangan IRNA Non- Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil
wawancara terhadap pasien, 2 dari 4 orang pasien yang menderita diabetes
mellitus mengalami masalah dengan nutrisinya. 2 dari 4 orang pasien tersebut
tidak menghabiskan diet nya, perawat ruangan juga tidak ada menanyakan
diit nya habis atau tidak, dan didalam buku catatan perkembangan pasien
belum didokumentasikan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien Diabetes Mellitus tipe
II di IRNA Non-Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“ Bagaimana asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien Diabetes Mellitus tipe
II di IRNA Non-Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum.
Mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada
pasien Diabetes Mellitus tipe II di IRNA Non-Bedah Wanita RSUP. Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus.
a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II di IRNA Non-
Bedah Wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
b. Dideskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus tipe II di IRNA Non-
Bedah Wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
c. Dideskripsikan rencana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II di IRNA Non-Bedah
Wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
d. Dideskripsikan tindakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II di IRNA Non-Bedah
Wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
e. Dideskripsikan evaluasi hasil asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II di IRNA Non-
Bedah Wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
f. Dideskripsikan pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II di IRNA Non-
Bedah Wanita RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Diharapkan menambah wawasan dan pengalaman nyata bagi peneliti
dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi
pada pasien dengan diabetes mellitus.
b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk peneliti selanjutnya.
2. Institusi Pelayanan
a. Bagi RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan bagi
Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang beserta petugas pelayanan
keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan asuhan
keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes
mellitus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting
dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pemenuhan nutrisi merupakan hasil kerja sistem pencernaan yang tak
terlepas dari sistem lainya sebagai suatu proses yang saling berkaitan,
sistem yang yang dimaksud diantaranya Kardiovaskuler, pernafasan,
persyarafan, endokrin dll (Atoilah & Kusnadi, 2013).
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013), faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi pada manusia adalah umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, iklim, tinggi dan berat badan.
a. Umur
Kebutuhan nutrisi anak-anak lebih tinggi bila dibandingkan dengan
ukuran tubuhnya dari pada orang dewasa. Hal ini dapat dimengerti
karena pada usia tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan nutrisi pada seseorang akan semakin naik
sesuai umur sampai saat kematangan, lalu akan menurun lagi.
Umur 1-3 tahun : 1.200 kal
Umur 4-6 tahun : 1.600 kal
Umur 7-9 tahun : 1.900 kal
Umur 10-12 tahun : 2.300 kal
Dewasa : 2.800 kal
b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari pada
perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki mempunyai lebih banyak
otot-otot dan aktivitas sehingga BMR nyapun lebih tinggi.
Laki-laki remaja 13-15 tahun : 2.800 kal
16-19 tahun : 3.000 kal
Wanita remaja 13-16 tahun : 2.400 kal
16-19 tahun : 2.500 kal
c. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan nutrisi dipengaruhi juga oleh tingkat aktivitas, terutama
penggunaan otot untuk memproduksi energi. Wanita hamil dan
menyusui membutuhkan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan janin
dan produksi ASI. Kebutuhan kalori Juru tulis (L) 1.700 kal, perawat
(L) 2.000 kal, pembantu rumah tangga 2.400 kal, wanita hamil 2.300
kal, menyusui 2.600 kal, petani 3.000 kal.
d. Iklim
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalorinya
lebih rendah dibandingkan dengan negara dengan iklim dingin, ini
disebabkan pada ligkungan dingin lebih banyak kebutuhan prosuksi
panas untuk keseimbangan tubuh. Sedangkan pada iklim panas
dibantu dengan suhu lingkungan.
e. Tinggi dan Berat Badan
Seseorang dengan BB dan TB yang besar lebih dari yang lainnya
akan membutuhkan energi yang lebih pula untuk menjalankan
aktivitasnya.
f. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurag
nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping
obat.
Sedangkan menurut Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi pada manusia adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan,
dan ekonomi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa
daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah,
tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena
masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat
merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya, di beberapa
daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis
remaja.Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang
sangat baik.Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan
dianggap dapat menyebabkan cacingan, padahal ikan merupakan
sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota- kota
besar di negara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan
tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji( junkfood),
bakso, dll. Makanan- makan ini tentu saja berdampak buruk bagi
kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena
tidak memiliki asupan gizi yang baik.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kubutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri dari sistem pencernaan dan organ asesoris
(Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).
a) Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara
gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam
mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan
yang akan membuat makanan dapat hancur sampai merata, dibantu
oleh enzim amilase yang ak an memecah amilum yang terkandung
dalam makanan menjadi maltose. Di dalam mulut juga terdapat
kelenjer saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan
dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya amilase, melicinkan
bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta mengencerkan
bolus.
b) Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut, dan laring.Faring berbentuk kerucut dengan
bagian terlebar di bagian ats hingga vertebra servikal keenam. Faring
langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang
memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di
belakang terkea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui
toraks menembus diafragma yang behubungan langsung dengan
abdomen serta menyambung dengan lambung. Esofagus merupakan
bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung.
c) Lambung
Fungsi lambung yaitu sebagai reservoir untuk menampung makanan
sampai dicerna sedikit demi sedikit dan memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.
Fungsi lambung juga untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan
memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada lambung selama 2-
6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung yang
mengandung 0,4% HCL untuk mengasamkan semua makanan serta
bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.
d) Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup, kemudian akan bertambah
panjang menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah
meninggal.Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan
mengabsorpsi chime dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus
akan diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu absorpsi besi, kalsium
dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan
empedu dan asam folat.
e) Usus Besar
Usus besar atau juga disebut kolon merupakan sambungan dari dari
usus halus yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar
memiliki panjang 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum,
desenden, sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira
10 cm dari usus besar.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi
air (kurang lebih 90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Flora
yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk mrnyintesis vitamin
K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
f) Anus
Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan
lingkungan luar tubuh.Di anus terdapat otot sphinkter yang berfungsi
untuk membuka dan menutup anus. Fungsi utama anus adalah
sebagai alat pembuangan feses melalui proses defekasi (buang air
besar).
g) Hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan cairan
empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, mempreduksi
sel darah merah, dan menyimpan glikogen.
h) Kantong Empedu
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai
dengan pH optimum enzin-enzim pada usus halus, mengemulai
garam-garam empedu, mengamulisi lemak, mengekskresi berperan
zat yang tak digunakan oleh tubuh dan member warna pada feses.
i) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjer yang struturnya sama seperti kelenjer
ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. pankreas memiliki
dua fungsi yaitu fungsi endokrin eksokrin yang dilaksanakan oleh sel
sekretori yang membentuk getah pancreas berisi enzim serta elektrolit
dan fungsi endokrin yang terbesar di antara alveoli pankreas.
4. Komponen Nutrisi
Makanan yang kita makan pada dasarnya harus mengandung protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air (Asmadi, 2008).
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat
akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan
tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan
otot dalam bentuk glokogen.
1) Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya, karbohidrat digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu monosakrida, disakrida dan
polisakrida.
a) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling
sederhana dan merupakan molekul yang paling kecil.Dalam
bentuk ini karbohidrat dapat diserap oleh pembuluh darah
dan usus.Jenis monosakrida adalah glokosa, dektrosa yang
terdapat pada buah – buahan dan sayur, fruktosa yang
banyak terdapat pada buah – buahan, sayur dan madu, serta
galaktosa yang merupakan pemecahan dari disakarida.
b) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa.
Sukrosa dan maltosa banyak terdapat pada makanan nabati,
sedangkan laktosa merupakan jenis gula dalam air susu
baik pada susu ibu maupun susu hewan.
c) Polisakarida
Merupakangabungan dari beberapa molekul
monosakarida.Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen,
dan selulosa.
2) Fungsi karbohidrat
a) Sumber energi yang murah.
b) Sumber energi utama pada otak dan saraf.
c) Cadangan untuk tenaga tubuh.
d) Pengaturan metabolisme lemak.
e) Efisiensi penggunaan protein.
f) Memberikan rasa kenyang
3) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat berasal dari makan pokok, umumnya
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang,
sagu, singkong dan lain – lain. Sedangkan karbohidrat pada
hewani berbentuk glikogen.
4) Pencernaan karbohidrat
Pencernaan karbohidrat dilakukan secara mekanik dan kimia.
Pencernaan secara mekanik melibatkan pergerakan otot untuk
mengunyah, merobek, mendorong dan menelan makan
sehingga menjadi bagian yang lebih kecil atau
halus.Pencernaan makanan secara mekanik terjadi di mulut,
lambung dan usus halus. Pencernaan makanan secara kimia
melalui bantuan enzim amilase saliva yang diaktifkan oleh
HCL, enzim enterokinasi yang dihasilkan oleh usus dengan
mengaktifkan maltosa, laktosa dan sukrosa untuk mengubah
menjadi gula sederhana. Enzim lain yang berperan dalam
pencernaan karbohidrat adalah pankreatik alfa amilase yang
dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi memecah pati menjadi
maltosa yang selanjutnya akan diubah menjadi glukosa.
5) Absorpsi karbohidrat
Karbohidrat belum dapat di absorpsi oleh usus sebelum dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau dicerna.
Pencernaan karbohidrat menghasilkan disakarida dan
trisakarida dan selanjutnya akan di ubah menjadi
monosakarida. Dalam bentuk monosakarida, karbohidrat dapat
di absorpsi melalui proses difusi pada usus dan masuk ke
kapiler vilus selanjutnya dibawa menuju hati melalui vena
porta hepatika. Dihati, galaktosa dan fruktosa diubah menjadi
glukosa dan sebagian glukosa akan di ubah menjadi glikogen
dengan pengaruh insulin
6) Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi utama
tubuh. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1
gram karbohidrat akan dihasilkan 4 kilo kalori (kkal). Glukosa
dapat berasal dari zat tepung dan gula, asam amino, serta
glisero. Didalam tubuh, glukosa tersimpan pada plasma darah
dalam bentuk glukosa darah, dan kelebihan glukosa akan
disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Setelah
kebutuhan energi terpenuhi, kelebihan glukosa akan di ubah
menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa. Glukosa
darah dipertahankan secara optimal untuk kebutuhan energi
seperti otak dan fungsi organ lainnya. Untuk dapat
dimanfaatkan oleh sel dan jaringan, karbohidrat harus diubah
terlebih dahulu menjadi glukosa.
Proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2
mekanisme utama, yaitu melalui proses aerob dan anaerob.
Proses metabolisme aerob berlangsung dengan menggunakan
enzim di dalam mitokandria dan dengan bantuan oksigen,
sedangkan proses metabolisme anaerob berlangsung dalam
sitoplasma. Glukosa berada dalam sel tubuh dengan cara difusi
yang di bantu oleh hormon insulin. Insulin merupakan hormon
yang berfungsi dalam mempertahankan glukosa darah. Jika
insulin tidak ada atau kadarnya berkurang, maka glukosa darah
akan meningkat. Kelainan yang ektrim glukosa darah dapat
menimbulkan penurunan kesadaran, koma dan meninggal.
Metabolisme karbohidrat terjadi melalui empat proser sebagai
berikut :
a) Glikogenesis, yaitu perubahan dari katabolisme glikogen
menjadi glukosa, karbon dioksida dan air. Ketika glukosa
darah turun, maka glikogen akan dipecah dengan bantuan
enzim glikogen fasfoglirase menjadi glukosa 1-fosfat,
selanjutnya menjadi glukosa 6-fosfat, yang kemudian
dengan bantuan oksigen diubah menjadi energi.
b) Glikogenesis merupakan proses anabolisme atau
pembentukan glikogen dari glukosa. Ketika glukosa masuk
ke dalam sel kemudian di fosforilasi menjadi glukosa 6-
fosfat, kemudian diubah menjadi glukosa 1-fosfat,
selanjutnya melalui bantuan enzim glikogen sintase akan di
ubah menjadi glikogen. Sintesis dan penyimpanan glikogen
terjadi dihati dan sel otot skeletal.
c) Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari
protein dan lemak misalnya dari asam amino dan gliserol.
Ketika cadangan energi dan karbohidrat menurun, maka
untuk mempertahankan glukosa darah terjadi pemecahan
lemak dan protein.
d) Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi
asam piruvat dan molekul ATP. Pada proses glikolisis 1
molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada
rantainya (C6h12O6) akan terpecah menjadi dua molekul
piruvat yang memiliki 3 atom karbon (C3H3O3). Proses
glikolisis terjadi di sitosol sel yang dipercepat oleh enzim
spesifik.
B. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa - senyawa penting seperti enzim, hormon dan
antibodi.
1) Jenis protein
Protein adalah senyawa yang komplek, tersusun atas asam
amino atau peptida.Pada manusia terkandung 22 jenis asam
amino yang berbeda.Bentuk sederhana dari protein adalah asam
amino.Berdasarkan sumbernaya, asam amino dikelompokan
menjadi dua, yaitu asam amino esensial dan asam amino non-
esensial.Asam amino esensial hanya dapat diperoleh dari luar
tubuh seperti makanan karena tidak dapat disintesis dalam
tubuh, misalnya lisin, triptopan, fenilalanin, dan leusin.
Sedangkan asam amino non-esensial merupakan asam amino
yang dapat disintesis oleh tubuh dari senyawa lain, misalnya
glutamin, alanin, hidroksisilin dan piruvat.
Jenis Asam amino :
Asam amino esensial
Asam amino non-esensial
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin
Fenilalanin
Treonin
Triptofan
Valin
Alanin
Argirin
Asam aspartat
Sitrulin
Sistein
Sistenin
Asam glumamat
Glisin
Hidroksilisin
Hodroksiprolin
Prolin
Serin
Tirosin
Berdasarkan susunan kimianya, protein digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
a) Protein sederhana, yaitu jenis protein yang tidak berikatan dengan
senyawa lain seperti albumin dan globulin.
b) Protein bersenyawa, protein ini dapat membentuk ikatan denganzat
lain seperti dengan glikogen membentuk glikoprotein, dengan
hemoglobin membentuk kromoprotein.
c) Turunan atau derivat dari protein, termasuk dalam turunan protein
misalnya albuminosa, pepton dan gelatin.
2) Fungsi protein
a) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan
cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotok koloid
serta keseimbangan asam basa.
b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
c) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
d) Sumber energi disamping karbohidrat dan lemak.
e) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat – sifat keturunan.
3) Sumber protein
a) Protein hewani, yang berasal dari hewan seperti susu,
daging, telur, hati, udang, kerang, ayam dan sebainya.
b) Protein nabati, yang berasal dari tumbuhan seperti jagung,
kedelai, kacang hijau, tepung terigu dan sebagainya.
4) Pencernaan protein
Jika ada makanan yang mengandung protein yang masuk
kelambung, maka akan menstimulasi produksi pepsinogen oleh
sel utama (chief cell) lambung. Pepsinogen dengan bantuan
HCL diaktifkan dengan cepat menjadi pepsin pada pH dibawah
5,0 dan akan efektif pada pH 2,0. Produksi pepsinogen
dipengaruhi oleh adanya hormon asetilkolin, gastrin, dan
sekretin selama ada makanan dan kerjanya dihambat oleh
keadaan alkali seperti pada keadaan keasaman pada
usus.Pepsin mengubah protein menjadi polipeptida yaitu
albuminosa dan pepton. Di usus, albuminosa dan pepton akan
diubah menjadi asam amino dengan bantuan enzim tripsin dan
pankreas.
5) Absorpsi protein
Setiap hari sekitar 200 gram asam amino di absorpsi melalui
ileum dan masuk ke kapiler-kapiler darah vilus melalui proses
difusi, selanjutnya dibawa ke vena porta hepatika. Karena
protein dapat larut dalam air sehingga umumnya penyerapan
dapt terjadi secara sempurna, maka hampir tidak tersisa protein
makanan dalam feses.
6) Metabolisme protein
Protein merupakan sumber enargi selain karbohidrat dan
lemak. Setiap 1 gram protein akan menghasilkan 4 kkal.
Setelah asam amino diserap di usus dan masuk ke aliran darah
menuju kehati, selanjutnya akan disebar keseluruh jaringan
tubuh dan dimanfaatkan untuk mengganti sel – sel yang rusak.
Asam amino yang tidak dapat dipergunakan akan
ditransportasikan kembali kehati untuk kemudian dilakukan
katabolisme dengan dilepaskan ikatan nitrogenya sehingga
terpecah menjadi senyawa asam organik dan amoniak (NH3).
Asam organik seperti asam keton akan dimanfaatkan kembali
untuk pembentukan asam amino lain, sedangkan amoniak akan
di ubah menjadi urea dan di buang melalui ginjal. Apabila
asam amino dari makanan berlebihan atau melebihi kebutuhan
tubuh, maka kelebihan atau sisanya tidak dapat di timbun,
tetapi akan diubah menjadi lemak sebagai cadangan kalori
tubuh.
7) Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein adalah
sebagai berikut :
a) Berat badan seseorang. Semakin besar beratbadannya
kebutuhan akan protein akan lebih besar, hal ini sangat
terkait dengan semakin banyak jumlah sel dan jaringan
yang harus dipertahankan dan memperbaiki jaringan yang
rusak.
b) Aktivitas. Aktivitas membutuhkan tambahan energi yang
diantaranya berasal dari protein
c) Keadaan pertumbuhan. Bayi: 3 gr/kgBB, anak – anak 1,75
– 2,5 gr/kgBB, dan pada remaja sampai usia lanjut
kebutuhan protein 1,25 – 1,75 gr/kgBB.
d) Pada wanita hamil di tambah 10gr/hari.
e) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.
f) Keadaan atau kondisi kesehatan, misal sakit atau terjadi
infeksi.
C. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan
jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein.
1) Jenis lemak
Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi:
a) Lemak murni, yaitu lemak yang terdiri dari asam lemak dan
gliserol. Asam lemak bebas dapat dengan mudah
menembus membran sel melalui proses difusi.
b) Lemak yang berikatan dengan unsur lain seperti fosfolipid
merupakn senyawa ikatan lemak dengan garam fosfot,
glikolipid (senyawa ikatan lemak dengan glikogen), serta
lipoprotein (senyawa antara lipid dan protein).
2) Fungsi lemak
a) Sebagai sumber energi, memberi kalori dimana dalam 1
gram lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan
kalori sebanyak 9 kkal.
b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.
c) Untuk aktivasi enzim seperti fosfolipid.
d) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.
3) Sumber lemak
Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti pada
kacang-kacangan kelapa dan lainnya. Sedangkan lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang
seperti pada daging sapi, kambing dan lain sebagainya.
4) Pencernaan lemak
Pencernaan lemak dimulai dari mulut dengan bantuan enzim
lipase saliva yang dihasilkan di sublingual, kemudian
dilambung dan duodenum dengan bantuan enzim lipase yang
dihasilkan oleh pankreas. Enzim lipase diaktifkan oleh adanya
garam empedu yang masuk ke duodenum.Lemak dicerna
menjadi asam lemak, monogliserida, dan kolesterol dengan
bantuan garam-garam empedu dan lipase lalu diserap kedarah
menuju hati.
5) Absorpsi lemak
Sekitar 80 gram per hari diabsorpsi dalam usus kususnya di
duodenum melalui mekanisme difusi pasif.Asam lemak dengan
rantai pendek (terdiri atas 10 – 12 atom karbon) masuk ke
jaringan kapiler dan selanjutnya dibawa ke vena porta hepatika
sebagai asam lemak bebas. Sedangkan asam lemak dengan
rantai panjang (lebih dari 12 atom karbon) disintesis kembali
menjadi trigliserida, kemudian bergabung bersama lipoprotein,
kelosterol dan fosfolipid membentuk silimikron selanjutnya
akan diabsorpsi oleh lakteal dari vili. Dari lakteal kemudian
masuk kesirkulasi simpatik dan kemudian masuk kesirkulasi
darah.
6) Metabolisme lemak
Metabolisme lemak terjadi di hati, ketika lemak diabsorpsi di
usus halus atau dilepas dari jaringan adiposa, gliserol yang
merupakan bagian dari lemak dipecah menjadi piruvat, asam
lemak dan komponen lemak lainnya.
Ketika terjadi penurunan gula darah, dimana cadangan
karbohidrat dan protein menurun, maka lemak diubah menjadi
glukosa. Pada kondisi tertentu oksidasi lemak menjadi tidak
sempurna dan menghasilkan keton dan dilepaskan dalam darah.
Jika terjadi penumpukan keton didalam darah lebih cepat dari
yang dibutuhkan sel untuk sumber energi maka akan terjadi
ketosi. Karena keton berupa asam, maka dapat menyebabkan
asidosis metabolik dimana pH darah menjadi turun.Pada
kondisi ini, pernafasan pasien menjadi cepat untuk membuang
lebih banyak ion hidrogen. Kondisi ketosis merupakan keadaan
kegawatan, dimana orang akan mengalami keracunan dan
menurunnya kesadaran sehingga dapat mengalami kematian.
Jika dalam makanan terdapat kelebihan lemak maka dalam
tubuh lemak akan disimpan dan akan dipergunakan sebagai:
a) Cadangan energi atau tenaga
b) Bantalan bagi alat –alat tubuh seperti ginjal dan bola mata.
c) Mempertahankan panas tubuh karena lemak sebagai
penghambat panas (konduktor yang buruk).
d) Perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang
berbahaya.
e) Pembentuk postur tubuh seperti orang yang terlihat gemuk
atau kurus karena adanya lemak.
D. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubu
dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam
tubuh.Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena
fungsinya sebagai katalisator.
1) Jenis vitamin
Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a) Vitamin yang larut dalam air seperti B kompleks, B1
(Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B5 (Asam
Pantotenat), B6 (Piridoksin), B12 (Kobalamin), asam folat,
dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat larut dalam air
sehingga kelebihannya dapat dibuang melalui urine.
b) Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E, dan K.
2) Sumber dan fungsi vitamin
a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan
seperti padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti,
sereal, jaringan, tubuh hewan, ginjal, hati, dan ikan.
Fungsinya adalah mencegah terjadinya penyakit beri-beri,
neuropati perifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan
ensefalopati wernicke.
b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu,
keju, kacang almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah
memperbaiki kulit, mata serta mencegah terjadinya
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan
fototerapi.
c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan
dari hewani dan nabati seperti sereal, beras, dan kacang-
kacangan. Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi zat racun,
berperan dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf,
serta sebagai koenzim pada banyak enzim dehidrogenase
yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria.
d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis
makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang
terjadi kekurangan vitam B5. Ungsinya sebagai katalisator
reaksi kimia dalam pembentukan koenzim A yang berperan
dalam pembentukan energi (ATP).
e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan,
daging, telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam
proses metabolisme asam amino, proses glikogenesis,
pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah merah.
Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan dermatitis,
bibir pecah-pecah, sariawan, anemia, dan kejang.
f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging, ikan
,kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu
pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel
saraf, dan membantu metabolisme protein.
g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah
saperti jeruk, mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu,
mentega, ikan, dan hati. Fungsinya membantu pembentukan
tulang,otot, dan kulit, membantu penyembuhan luka,
meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat
besi, serta melindungi tubuh dari radikal bebas.
h) Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran
hijau, kacang-kacangan, fungsinya dalam membantu
metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah
merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan,
kekurangan dapat mengakibatkan anemia megaloblastik.
i) Vitamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging,
susu, keju, tahu, dan tempe. Fungsinya adalah meningkatkan
penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan tulang dan gig,
pengaturan produksi hormon, serta pengaturan kadar
kalsium darah.
j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati,
susu, wortel, labu, dan bayam. Fungsinya membangun sel-
sel kulit, melindungi sel-sel retina dari kerusakan.
Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan gangguan
penglihatan pada senja hari (rabun senja).
k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur,
alpukat, kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu, ikan.
Manfaat vitamin ini adalah sebagai antioksidan dengan cara
memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas.
l) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan
tanaman, sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan,
produksi oleh bakteri usus. Fugsinya adalah membantu
dalam proses pembekuan darah dan jika terjadi kekurangan
dapat mengakibatkan penyakit perdarahan.
3) Absorbsi vitamin
Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C
mudah diabsorbsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses
difusi, kecuali vitamin B12 yang hanya dapat diabsorbsi pada
ileum terminal. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak
seperti A, D ,E, dan K akan diabsorbsi dengan bantuan garam-
garam empedu dan lipase. Vitamin A, D, E, K, dan B12 yang
diabsorbsi dari darah disimpan dalam hati dan kemudian
dipergunakan kembali jika dibutuhkan tubuh.
E. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena
peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan
vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia
yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
F. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel-sel tubuh.Setiap hati, sekitar 2 liter air masuk ke
tubuh kita melalui minum, sdangkan cairan digestif yang
diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter,
sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar dalam tubuh.Namun
demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml
yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorbsi. Absorbsi
air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi
melalui proses difusi. Jejunum 5-6 liter/hari, ileum 2 liter/hari, dan
kolon 1,5 liter/hari.
5. Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa
tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body
weight-IBW). (Tarwoto dan Wartonah, 2011)
a) Body mass index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan
tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh
dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan:
BB ( )TB (M)
atauBB (pon) 704,5
TB (inchi)
b) Ideal body weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam ungsi tubuh
yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam
sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau ditambah 10% dari
jumlah tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan:
(TB - 100) + 10%
6. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).
a) Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran
standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau
intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b) Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat
asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau monoton
Kemungkinan penyebab:
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal.Status nutrisinya
adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan
kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d) Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh.Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi,
pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
e) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab
dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya
hidup yang berlebihan.
f) Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya
perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
g) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan
oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.
h) Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
i) Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
(Hidayat, 2009)
B. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan
(Hidayat, 2009).
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya (Rendy & Margareth, 2012).
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi
normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik
absolut maupun relative (Hasdianah, 2012).
2. Etiologi diabetes mellitus
Penyebab diabetes berdasarkan tipenya: (Rendy & Margareth,
2012).
a. DM tipe I (Diabetes Mellitus tergantung insulin/DMTI)
1. Faktor genetik/herediter
Penderita DM tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes I. Kecenderungan
genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel b
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel b pancreas.
3. Faktor imunologi
Pada DM tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
b. DM tipe II (Diabetes Mellitus tak tergantung insulin/DMTTI)
1. Usia: (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
diatas 65 tahun)
2. Obesitas: obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari
sel target diseluruh tubuh: insulin yang tersedia menjadi
kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik
c. Karakteristik diabetes mellitus tipe 2 menurut Damayanti
(2015) biasanya berusia > 40 tahun.
3. Patofisiologi
Menurut Rendy dan Margareth (2012). Ibarat suatu mesin, tubuh
memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energy agar sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh
tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari.
Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak, dan
protein.
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula
sederhana atau monosakarida, dan unit-unit kimia yang kompleks,
seperti disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan
akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorbsi, terutama
dalam duodenun dan jejunum proksimal. Sesudah diabsorpsi, kadar
glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan
akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula.
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar
bergantung pada hati yang mengektraksi glukosa, menyintesis
glukogen, dan melakukan glikogenesis. Dalam jumlah yang lebih
sedikit, jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan
ektraks glukosa sebagai sember energi sehingga jaringan-jaringan
ini ikut berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah.
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan H2O, 10%
menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu rusaknya sel
B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu dan
sebagainya), Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada
kelenjar pankreas, desensitas atau kerusakan reseptor insulin (down
regulation) di jaringan perifer (Price & Wilson, 2012).
Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena
defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena
ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila
terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut
poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra seluler, hal ini
akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut
polidipsi. ( Rendy & Margareth, 2012)
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya
transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan
dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis.
Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,
maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan klien banyak
makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang
menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini
akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan melalui urine dan pernafasan, akibatnya bau urine
dan nafas penderita berbau aseton atau buah-buahan. Keadaan
asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang
disebut koma diabetik (Rendy & Margareth, 2011).
4. Tandadangejala Diabetes Mellitus
Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita diabetes
mellitus apabila menderita dua dari tiga gejalan yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat
badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darahdua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah:
Poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah,
kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan.
5. Komplikasi Diabetes mellitus
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar,
penyakit jantung koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh
darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf
otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
2. Komplikasimenahun diabetes mellitus
a. Neuropatidiabetik
b. Retinopatidiabetik
c. Nefropatidiabetik
d. Proteinuria
e. Kelainankoroner
f. Ukus gangrene
Terdapatlima grade ulkusdiabetikumantara lain:
1. Grade 0 : Tidakadaluka
2. Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3. Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4. Grade III : Terjadi abses
5. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6. Grade V : Gangren ada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
6. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA), bahwa terdapat beberapa
klasifikasi berdasarkan pengetahuan mutakhir mengenai patogenesis
sindrom diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Klasifikasi ini telah
disahkan World Health Organization (WHO) dan telah dipakai diseluruh
dunia. Empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa: diabetes
melitus tipe 1 dan 2, diabetes gestasional, dan diabetes mellitus tipe lain.
Dua kategori lain dari toleransi glukosa abnormal adalah gangguan
toleransi glukosa dan gangguan glukosa puasa (Price & Wilson, 2012)
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe
dependen insulin; namun, kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang
usia. Insidens diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap
tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtipe: autoimun, akibat
disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta; dan idiopatik, tanpa
bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini
lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset
maturitas dan tipe nondependen insulin. Insidens diabetes tipe 2
sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan
dengan penyakit ini.
c. Diabetes gestasional (GDM)
Diabetes gestasional dikenali pertama kali selama kehamilan dan
mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya
GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga,
dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan
sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap
toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
d. Diabetes tipe khusus lain
Tipe khusus lain adalah (1) kelainan genetik dalam sel beta seperti
yang dikenali pada MODY. Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi
familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien
seringkali obesitas dan resistensi terhadapa insulin. Kelainan genetik
telah dikenali dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan fenotif yang
berbeda (MODY 1,MODY 2, MODY 3, MODY 4); (2) kelainan
genetik pada kerja insulin , menyebabkan sindrom resistensi insulin
berat dan akantosis negrikans; (3) penyakit pada eksokrin pankreas
menyebabkan pankreatitis kronik; (4) penyakit endokrin seperti
sindrom Cushing dan akromegali; (5) obat-obat yang bersifat toksik
terhadap sel-sel beta; dan infeksi
7. Penatalaksanaan Diabetes mellitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa dalam darah normal (euglikemia) tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien(Rendi dan
Margareth, 2012).
MenurutDamayanti (2015) tujuan diet pada diabetes melitus adalah
mempertahankan atau mencapai berat badan dalambatas-batas normal atau
± 10% dariberatbadanidaman, mempertahankan kadar glukosa darah dan
lipid mendekati normal, mencegah komplikasi akut dankronik serta
meningkatkan kualitas hidup.Penderita diabetes melitus didalam
melaksanakan diet harus memperhatikan (3 J), yaitu: jumlah kalori yang
dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang
harus diperhatikan.Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (45-
65%), kolestrol(≤3000 m atau 6-7 gr perhari), serat (± 25 g/hr).Jenis
buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat, dll)
dan tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran
yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak
dianjurkan golongan B (taoge, terong, dll)
1) Diit pada pasien DM
Syarat diet DM hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
d. Mempertahankan kadar KGD normal
e. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
f. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
g. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
a) Dii DM I : 1100 kalori
b) Diit DM II : 1300 kalori
c) Diit DM III : 1500 kalori
d) Diit DM IV : 1700 kalori
e) Diit DM V : 1900 kalori
f) Diit DM VI : 2100 kalori
g) Diit DM VII : 2300 kalori
h) Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman
3 J :
a. J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambahkan
b. J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage
of relative body weight (BBL=berat badan normal) dengan rumus:
BBR = BB (Kg) x100%
TB (Cm)-100
Ket:
a) Kurus (underweight) : BBR < 90%
b) Normal (ideal) : BBR 90-110%
c) Gemuk (overweight) : BBR > 110%
d) Obesitas, apabila : BBR > 120%
1) Obesitasringan : BBR 120-130%
2) Obesitassedang : BBR 130-140%
3) Obesitasberat : BBR 140-200%
4) Morbid : BBR >200%
Sebagaipedomanjumlahkalori yang diperlukansehari-hariuntukpenderita
DM yang bekerjabiasaadalah:
a) Kurus : BB x 40-60 kalorisehari
b) Normal : BB x 30 kalorisehari
c) Gemuk : BB x20 kalorisehari
d) Obesitas : BBx10-15 kalorisehari
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiridarinama, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose
medis.
b. Identitas penaggung jawab
Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di
hubungi selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus adalah
poliuria, polifagia, polidipsia, polifagia, penurunan berat
badan, dan ulkus yang lama sembuh. Pasien yang
mengalami ketoasidosis terdapat mual, muntah, dan nyeri
abdomen. pada pasien yang mengalami sindrom HHNK
terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat (membran
mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardi, dan tanda-
tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori,
kejang-kejang, hemiparise). Gejala yang timbul pada pasien
yang mengalami hipoglikemia adalah badan gemetar,
berkeringat, takikardia dan kecemasan (Price & Wilson,
2012)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, dan ketoasidosis.
semuanya terjadi akibat gangguan metabolik. Pasien dengan
diabetes tipe II juga dapat memperlihatkan gejala poliuria
dan polidipsia, tetapi umumnya asimtomatik.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan,
penyakit pangkreas, penyakit hormonal, konsumsi obat-
obatan (aloxan, streptozokin: sitotoksin terhadap sel-sel
beta, derivat thiazide) yang dapat menurunkan sekresi
insulin, malnutrisi (kekurangan protein kronik). Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes
melitus atau adanya riwayat obesitas dari generasi
terdahulu.
d. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
Riwayat keperawatan Diet:
a. Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara kusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar atau demam.
e. Adakah toleransi makan atau minum tertentu.
Faktor yang mempengaruhi diet:
a. Status kesehatan.
b. Kulture dan kesehatan.
c. Status sosial ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara diet.
2) Pola eliminasi
a) Buang Air Kecil
Intake dan output pasien selama 24 jam. Dibandingkan
antara kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang
sedang mengalami perawatan dirumah
sakit.Pasienmengeluhseringberkemihdalamsehari
b) Buang Air Besar
Konsistensi buang air besar, jumlah, kepadatan, warna dan
bau di bandingkan saat kondisi pasien yang sehat dengan
kondisi pasien yang sedang mengalami perawatan dirumah
sakit.
3) Pola tidur dan istirahat
Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat
dengan keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit.
4) Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas fisik yang dilakukan pasien atau olahraga yang di
lakuka oleh pasien.
5) Pola pekerjaan
Berat ringannya pekerjaan pasien yang dilakukan sehari-hari.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatanumum
Meliputikeadaanpenderita, kesadaran, suarabicara,
tinggibadan,beratbadandantanda – tanda vital.
2) Ukuran antropometri :
a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi
b) Lingkar kepala
c) Lingkar dada
d) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanitausiasubur: 23,5 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
3) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan
yang terdapat di kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam,
kering, pudar, kemerahan pecah atau patah- patah.
4) Pemeriksaan wajah
Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering,
pecah-pecah, bengkak, adanya lesi, stomatititis, membran
mukosa pucat.
5). Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat, kering,
esofalmus, tanda-tanda infeksi.
5) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah,
bibir kering, ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut,
stomatitis dan membran mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi
perdarahan dan peradangan. Terjadi edema dan hiperemis pada
lidah. Pada gigi terdapat karies, nyeri dan kotor.
6) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
7) Sistempernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
8) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/ bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
9) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
10) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
11) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepatlelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
12) Sistemneurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Data psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang
dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.
g. Data sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan
membeli makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam
pemenuhan kesehatan.
h. Data spritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.
i. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1) Albumin (N: 4 – 5,5mg/100ml)
2) Transferi (N: 170 -25 mg/100ml)
3) Hemoglobin (N: 12mg%)
4) BUN (N: 10 – 20 mg/100ml)
5) Pemeriksaan gula darah puasa
Nilai normal : Wholeblood :60 – 100 mg / dl
Dewasa :70 – 100 mg/ dl
Bayi baru lahir :30 – 80 mg / dl
Anak :60 – 100 mg / dl
(Robbins dkk, 2007)
6) Pemeriksaan guladarah 2 jam setelah makan
Nilai normal : Dewasa : <140 ml / dl / 2 jam
Wholeblood : < 120 mg / dl / 2 jam
(Robbins dkk, 2007)
7) Pemeriksaan gula darah sewaktu
Nilai normal : 200 mg / dl
8) Pemeriksaan HB AIC (Hemoglobin Glikosilasi)
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk
memperoleh informasi kadar gula darah yang sesungguhnya,
karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam kurun
waktu 2 – 3 bulan. Tes ini berguna untuk mengukur tingkat
ikatan gula pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah
merah (120 hari).
9) Pemeriksaan fruktosamin
Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metoda enzymatic
seperti pada pemeriksaan glukosa.
D. Diagnosa Keperawatan yang mungkinmuncul
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang
muncul adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis atau ketidakmampuan
mengabsorpsi makanan
b. ResikoketidakstabilankadarguladarahberhubungandenganKurangnya
pengetahuan tentang manajemen diabetes
c. Konstipasiberhubungandengankelemahanotot abdomen
d. Keletihanberhungandenganpeningkatankelemahanfisik
C. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1 (Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC)
NO
Diagosa Keperawatan NOC
NIC
1.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan Karakteristik:
a) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
b) Bising usus hiperaktif
c) Kelemahan otot untuk mengunyah
d) Kelemahan otot untuk menelan
e) Kehilangan rambut berlebihan
f) Membran mukosa pucat
g) Ketidakmampuan memakan makanan
h) Nyeri abdomen Faktor yang Berhubungan:
a) Faktor biologis b) Ketidakmampuan
mencerna makanan c) Kurang asupan
makanan
NOC: Nutritional status : food and fluid intake Kriteria Hasil:
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Weight control Indikator : a) Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada
NIC: Nutrition Management a) Kaji adanya
alergi makanan b) Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e) Berikan substansi gula
f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
h) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
i) Kaji kemampuan
tanda-tanda malnutrisi
e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring a) BB pasien
dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan berat badan
c) Monitor lingkungan selama makan
d) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
e) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
f) Monitor mual muntah
g) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht
h) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan cavitas oral
2 Resiko NOC: NIC:
. ketidakstabilan kadar glukosa darah Definisi: Resiko perbedaan kadar gula/glukosa darah dari rentang normal. Faktor yang Berhubungan:
a) Kurangnya pengetahuan tentang manajemen diabetes
b) Tingkat perkembangan
c) Asupan makanan
d) Ketidakadekuatan monitor glukosa darah
e) Kekurangan penerimaan diagnosis
f) Kekurangan ketaatan manajemen diabetes
g) Kekurangan manajemen diabetes
h) Manajemen pengobatan
i) Status kesehatan mental
j) Tingkat aktivitas fisik
k) Status kesehatan fisik
l) Kehamilan m) Kecepatan
periode pertumbuhan
n) Stress o) Pertambahan
Blood glucose level a) Blood glucose b) Glycosylated
hemoglobin c) Fructosamine d) Urine glucose e) Urine ketonas
Severity Hyperglycemia
a) Increase in urine output
b) Increased thirst c) Excessive
hunger d) Malaise e) Fatigue f) Dry mouth
Hyperglikemia Management:
a) Pantau tanda dan gejala poliuria, polidipsia, dan polifagia
b) Memantau keton urine
c) Memantau tekanan darah dan denyut nadi
d) Mengelola insulin
e) Mendorong asupan cairan oral
f) Memberi cairan IV sesuai kebutuhan
g) Mengelola kalium
h) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
i) Mengantisipasi dimana kebutuhan insulin akan meningkat
j) Batasi latihan jika kadar gula darah > 250 Mg/dl, terutama jika adanya keton urine
k) Membantu pasien untuk menafsirkan kadar gula darah
berat badan p) Kehilangan
berat badan
l) Memberikan bantuan dalam
m) menyesuaikan rejimen untuk mencegah dan mengobati hiperglikemi
n) Menfasilitasi terhadap diet dan latihan
3.
Konstipasi Definisi : Penurunan pada frekwensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran feses yang kering, keras, dan banyak. Batasan karakteristik:
a) Perubahan pola BAB
b) Terdapat darah segar pada tinja
c) Adanya tinja yang lembut seperti pasta di rektum
d) Distensi abdomen e) Tinja yang gelap,
hitam, atau seperti f) Peningkatan
tekanan abdomen g) Perkusi
abdomen dullness h) Nyeri saat defekasi i) Penurunan volume
tinja j) Tegang saat
defekasi k) Frekuensi BAB
menurun
NOC: Bowel Elimination &
- Hydration (hidrasi) Kriteria Hasil: a) Mempertahank
an bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
b) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c) Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
d) Feses lunak dan berbentuk
NIC: Constipation/Impaction Management
a) Monitor tanda dan gejala konstipasi
b) Monitor bising usus
c) Monitor feses frekuensi, konsistensi dan volume
d) Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus
e) Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
f) Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
l) Tinja yang kering, keras, dan berbentuk
m) Teraba massa pada rectum
n) Perasaan rektal penuh atau bertekanan
o) Nyeri abdomen p) Tidak mampu
mengeluarkan tinja q) Anoreksia r) Nyeri kepala s) Perubahan dalam
bunyi peruT t) Indigesti/
gangguan pencernaan
u) Adanya atipikal pada orang dewasa (contoh perubahan dalam status mental, inkontinensia urin, jatuh yang tidak dapat dijelaskan, peningkatan suhu tubuh)
v) Flatus yang hebat w) Kelelahan secara
umum x) Suara usus
hipoaktif atau hiperaktif
y) Terasa massa abdomen Terasa lembut pada abdomen dengan atau tanpa teraba tahanan otot
z) Mual dengan atau tanpa muntah
aa) Tinja seperti air Lumpur Faktor yang berhubungan:
g) Indentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
h) Dukung intake cairan
i) Kolaborasikan pemberian laktasif
j) Pantau tanda-tanda gejala konstipasi
k) Pantau tanda-tanda gejala impaksi
l) Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk, volume dan warna
m) Memantau bising usus
n) Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan
o) Anjurkan pasien/ keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
Fungsional:
a) Perubahan lingkungan saat ini
b) Penolakan c) kebiasaan/menunda
keinginan untuk defekasi
d) Aktivitas fisik yang tidak mencukupi
e) Kebiasaan BAB yang tidak teratur
f) Toileting tidak adekuat (contoh: waktu, posisi defekasi, privasi)
g) Kelemahan otot abdomen
Psikologis:
a) Depresi b) Stres emosional c) Kebingungan
mental
Farmakologis:
a) Antikonvulsan (anti kejang)
b) Overdosis laksatif (pencahar)
c) Antasid yang mengandung aluminium (lihat brosur obat)
d) Opioid e) Diuretik f) Phenotiazines g) Sympatomimetics h) Antidepresan i) Antilipemik j) Kalsium karbonat k) Nonsteroid
antiinflamasi (NSAID)
l) Antikolinergik m) Iron salts
tinja p) Anjurkan
pasien/ keluarga untuk diet tinggi serat
q) Anjurkan pasien/ keluarga pada penggunaan yang tepat dari obat pencahar
r) Anjurkan pasien / keluarga pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaksi
s) Timbang pasien secara teratur
t) Ajarkan pasien/ keluarga tentang proses pencernaan yang normal
n) Sedative o) Bismuth salts p) Calcium channel
blockers Mekanik: a) Abses/ulser rectum b) Fissura anal rectal c) Megakolon d) Prolaps rectal e) Kelemahan
neurologis f) Obstruksi post
pembedahan g) Hemoroid h) Kehamilan i) Tumor j) Ketidakseimbanga
n elektrolit k) Pembesaran rectal l) Struktur anal rectal m) Rectocele n) Obesitas
Fisiologis:
a) Kebiasaan makan yang buruk
b) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal (peristaltik usus)
c) Kebersihan gigi/mulut tidak adekuat
d) Kekurangan intake serat
e) Kekurangan intake cairan
f) Perubahan pola makan dan makanan dari biasanya
g) Dehidrasi
4.
Keletihan Definisi: rasa letih yang luar biasa dan
NOC: Endurance Concentrasion
NIC: Energy management
penurunan kapasitas kerja fisik serta mental pada tingkat yang biasanya secara trus menerus Batasan karakteristik:
a) Penurunan konsentrasi
b) Penurunan libido
c) Penurunan perfoma
d) Kurang minat terhdap sekitar
e) Mengantuk f) Meningkatnya
keluhan fisik g) Peningkatkan
Kebutuhan istrahat
h) Instropeksi i) Kurang energy j) Letargi k) Lesu l) Persepsi
membutuhkan energy tambahan unuk menyelesaikan tugas rutin
m) Mengatakan kurang energy yang luar biasa
n) Mengatakan kurang energy yang tidak kunjung reda
o) Mengatakan perasaan lelah
p) Merasa bersalah karena tidak menjalankan tanggung jawab
q) Mengatakan
Energy conservation Nutritional status: energy Kriteria hasil: a) memverbalisas
ikan peningkatan energy dan merasa lebih baik
b) Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
c) Kecemasan menurun
d) Glukosa darah adekuat
e) Kulaitas hidup meningkat
f) Istirahat cukup g) Mempertahank
an kemampuan untuk berkonsentrasi
a) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas
b) Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
c) Kaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan
d) Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
e) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
f) Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
g) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
h) Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, berhubungan dengan
tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya
r) Mengatakan tidak mampu memulihkan energy setelah tidur sekalipun
Faktor yang berhubungan:
Psikologis:
a) Ansietas, depresi
b) Mengatakan gaya hidup membosankan, stress
Fisiologis:
a) Anemia, status penyakit
b) Peningkatan kelemahan fisik
c) Malnutrisi, kondisi fisik buruk
d) Kehamilan, deprivasi tidur
Lingkungan:
a) Kelembapan, suhu, cahaya, kebisingan
Situasional: b) Peristiwa hidup
negative c) pekerjaan
perubahan hidup yang disebabkan keletihan
i) Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
j) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi
Behavior Management Activity Terapy Energy Management Nutrition Management
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Hasil yang didapatkan peneliti adalah melihat asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II di ruang
IRNA Non-Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di ruangan IRNA Non-Bedah Wanita RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017. Waktu penelitian di mulai bulan Januari
sampai dengan bulan Juni 2017. Waktu studi kasus dilakukan selama 5 hari.
Untuk partisipan I dimulai tanggal 20-24 Mei 2017 dan untuk partisipan II
dimulai tanggal 21-25 Mei 2017.
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien diabetes mellitus tipe II di IRNA
Non-Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang, saat penelitian
berjumlah 23 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah 2 orang pasien Diabetes Mellitus tipe II yang
mengalami gangguan pemenuhan nutrisi di Ruang IRNA Non-Bedah
Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Sampel diambil
sebanyak 2 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria
yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili karakteristik
populasinya. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi
yaitu pasien bersedia menjadi responden, pasien dirawat minimal 5 hari,
pasien mengalami penurunan nafsu makan dan tidak menghabiskan diit
nya, pasien mengalami penurunan albumin serum, pasien mengalami
kelemahan dan nyeri tekan pada otot, lingkar lengan atas dibawah normal
(nr usia subur 15-45 tahun = 23,5cm), pasien memiliki nilai IMT yang
tidak normal (Nr >18,5-25,0), pasien gangguan pemenuhan nutrisi
kooperatif dan bisa berkomunikasi verbal dengan cukup baik.
3. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, dari 23 populai didapatkan 10 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi, dari 10 pasien tersebut diambil 2 pasien untuk dijadikan
sampel penelitian, dengan menggunakan teknik simple random sampling,
yaitu pengambilan sampel secara acak oleh peneliti, karena setiap kasus
atau elemen memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai
sampel penelitian.
D. Alat atau instrumen pengumpulan data
Alat atau instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dalam hal ini
terlampir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencananaan
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat
pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, thermometer, pen
light, LILA, dan timbangan .
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien,
identifikasi penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual,
lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program
pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
data, masalah, dan etiologi
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan,
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
E. Jenis-Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
dasar. Data primer dari penelitian didapatkan dari hasil wawancara
observasi dan pemeriksaan fisik langsung pada partisipan.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh berupa
data penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang
diberikan dokter.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1) Wawancara atau Anamnesa
Peneliti melakukan wawancara kepada kedua partisipan melalui
pertanyaan yang diajukan secara langsung. Wawancara dilakukan
secara tatap muka. Wawancara yang dilakukan meliputi perkenalan
diri, menjelaskan tujuan, inform consent, pengkajian yaitu
menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga dibawa kerumah
sakit, keluhan yang dirasakan pada saat sekarang ini, riwayat kesehatan
dahulu yang dilakukan pasien, riwayat kesehatan keluarga pasien, dan
ADL pasien.
2) Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada kedua
partisipan untuk mencari perubahan atau perkembangan yang dialami
kedua partisipan.
3) Pengukuran
Peneliti melakukan cek tekanan darah, pemeriksaan fisik head too toe,
menggunakan penlight, mengukur LILA, timbangan.
4) Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi dari rumah
sakit untuk menunjang penelitian yang dilakukan. Seperti data
laboratorium, pemeriksaan diagnostik, dan terapi pengobatan.
G. Hasil analisis
Hasil analisis pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada
tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada gangguan pemenuhan nutrisi. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian asuhan
keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan
asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan,
mengevaluasi hasil tindakan asuhan keperawatan dan dinarasikan. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien kelolaan dengan teori asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada kasus diabetes mellitus tipe II. dan penelitian
terdahulu.
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Tempat
Penelitian ini dilakukan di Irna Non Bedah Wanita RSUP DR. M. Djamil
Padang pada tanggal 20-25 Mei 2017.
B. Deskripsi Kasus
Pembahasan proses keperawatan pada kedua partisipan dilakukan dengan
membandingkan hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada
kedua partisipan. Prinsip dari pembahasan ini dibuat dengan
memperhatikan teori proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, menegakkan diagnosa, perencanaan tindakan keperawatan,
implementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan terhadap masalah
yang muncul. Penelitian telah dilakukan selama 5 hari, asuhan
keperawatan pada kedua partisipan dilakukan pada waktu yang berbeda.
Asuhan keperawatan pada partisipan I dilakukan pada tanggal 20- 24 Mei
2017 dengan identitas pasien yaitu Ny A berumur 25 tahun, masuk ke
IRNA Non-Bedah Wanita melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 08 Mei 2017 pukul 19.14 WIB, dengan diagnosa medis diabetes
mellitus tipe II. Asuhan Keperawatan pada partisipan II dilakukan pada
tanggal 21- 25 Mei 2017 dengan identitas pasien yaitu Ny R berumur 43
tahun, masuk ke IRNA Non-Bedah Wanita melalui IGD RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 00.08 WIB dengan
diagnosa medis diabetes mellitus tipe II. Hasil dari tahapan keperawatan
pada kedua partisipan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang IRNA Non- Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017
Asuhan Keperawatan Partisipan 1 Partisipan II
Pengkajian keperawatan
Identitas pasien
Ny A umur 25 tahun dengan nomor MR 978061, masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Mei 2017 pukul 19.14 WIB dengan Diagnosa medis DM tipe II.
Ny R umur 43 tahun dengan nomor MR 979150, masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 00.08 WIB dengan Diagnosa medis DM tipe II.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama
Ny A datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Mei 2017 sekitar pukul 19.14 WIB dengan keluhan demam tinggi, sesak nafas, mual, nafsu makan menurun, dan penurunan kesadaran sejak ± 12 jam sebelum dibawa kerumah sakit, batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 minggu yang lalu dan mengalami penurunan berat badan sejak ± 4 bulan terakhir.
Ny R datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 20 Mei 2017 sekitar pukul 00.08 WIB dengan keluhan sesak nafas meningkat sejak 1 jam yang lalu, demam, mual, dan pusing.
Keluhan saat dikaji
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2017 sekitar pukul 10.00 WIB, Ny A mengeluh terasa kebas dan lemah pada ektremitas bawah saat dibawa berjalan, penglihatan kabur, kerongkongan sakit, mual dan tidak nafsu makan.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Mei 2017 sekitar pukul 10.00 WIB, Ny R mengeluh mual, masih pusing, dan tidak nafsu makan.
Riwayat Kesehatan Ny A memiliki riwayat Ny R memiliki riwayat
Dahulu
DM tipe II sejak 6 bulan yang lalu, hampir setiap kali cek gula darah hasilnya > 500 mg/dl, berobat ke Dokter umum diterapi dengan motformin 3× 500 j, kontrol tidak teratur, kesemutan sejak ± 2 bulan, penglihatan kabur sejak ± 3 bulan.
DM tipe II sejak 7 tahun yang lalu kontrol tidak teratur, pasien juga memiliki riwayat TB 3 tahun yang lalu, pasien pernah minum obat OAT selama 3 bulan.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah kandung dari Ny A mempunyai riwayat penyakit DM tipe II yang sama dengan Ny A.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan Ny R.
Activity Daily Live (ADL)
Makan/ minum
Selama sehat Ny A makan 3 kali setiap hari dengan nasi, lauk pauk, dan sayuran. Minum selama sehat sekitar 1500 ml setiap harinya. Selama sakit nafsu makan Ny R menurun, diet ML DD V 1900 kkal yang diberikan tidak pernah habis, minum sekitar 1600 ml setiap harinya.
Selama sehat Ny R makan 3 kali setiap hari dengan nasi, lauk- pauk, dan jarang memakan buah-buahan dan sayuran. Minum selama sehat sekitar 1600 ml setiap harinya. Selama sakit nafsu makan Ny R menurun, diet ML DD IV 1700 kkal yang diberikan tidak pernah habis, minum sekitar 1500 ml setiap harinya.
Istirahat/ tidur
Selama sehat Ny A tidur siang ± 2 jam sehari, tidur malam ± 6-7 jam setiap harinya. Ny A mengatakan tidurnya nyenyak. Selama sakit Ny A tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur malam kurang lebih 4-5 jam sehari. Ny A mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun karena mual.
Selama sehat Ny R tidur siang ± 1 jam sehari, tidur malam ± 6-7 jam setiap harinya. Ny R mengatakan tidurnya nyenyak. Selama sakit Ny R tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur malam kurang lebih 5 jam sehari. Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun karena mual dan pusing.
Eliminasi Selama sehat Ny A BAB 1 kali sehari dengan kosistensi lembek, Ny A
Selama sehat Ny R BAB 1 kali sehari dengan kosistensi lembek, Ny R
mengatakan BAK 5-6 kali sehari. Ny A bisa BAB dan BAK ke wc sendiri. Selama sakit Ny A BAB 2 hari sekali dengan kosistensi lembek terkadang keras. Ny A mengatakan BAK sekitar 2800 cc setiap harinya.
mengatakan BAK 5-6 kali sehari. Ny R bisa BAB dan BAK ke Wc sendiri. Selama sakit Ny R mengatakan BAB 2 hari sekali dengan kosistensi keras. Ny R terpasang kateter, keluarga mengatakan Ny R BAK sekitar 3000 cc setiap harinya yang di tampung dengan urine bag.
Aktivitas Selama sehat Ny A sering beraktifitas di sekolah dasar untuk melakukan pekerjaannya sebagai guru SD. Ny A mengatakan jarang melakukan olahraga. Selama sakit aktivitas hanya bisa diatas tempat tidur dan kursi roda, Ny A tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya karena badan dan kedua kaki pasien terasa lemah.
Selama sehat Ny R sering beraktifitas di rumah saja untuk melakukan pekerjaan nya sebagai ibu rumah tangga. Ny R mengatakan jarang melakukan olahraga. Selama sakit Ny R hanya bisa di atas tempat tidur, tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.
Pemeriksaan fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran CMC, tinggi badan 165 cm, berat badan 46 kg, GCS 15 (E4,M6,V5), tekanan darah 130/80 mmHg, HR 90 x/i, RR 22 x/i, suhu 36,7oC. Kepala dan wajah tidak ada benjolan, rambut rontok dan kusam, wajah tampak pucat. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan kabur, reflek pupil baik. Hidung simetris, tidak
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran CMC, tinggi badan 153 cm, berat badan 62 kg, GCS 15 (E4,M6,V5), tekanan darah 100/70 mmHg, HR 96 x/i, RR 24 x/i, suhu 36,5oC, Kepala dan wajah tidak ada benjolan, rambut rontok, kering, wajah tampak pucat. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil baik, Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping
ada pernapasan cuping hidung, terpasang O2 binasal 3 liter/ menit, penciuman baik bisa membedakan bau. Bibir simetris, mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang bersih, reflek menelan kurang baik, (mual). Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran masih baik. Leher tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening. Pemeriksaan paru-paru, inspeksi : simetris kiri dan kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan, perkusi : terdengar sonor, auskultasi : bronkovesikuler. Pemeriksaan jantung, inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di RIC 5, perkusi : batas jantung normal, auskultasi : suara jantung normal. Pemeriksaan abdomen inspeksi: simetris palpasi: ada nyeri tekan, perkusi : thympani, auskultasi : bising usus normal. Pemeriksaan genitalia : tidak ada terpasang kateter, klien memakai pempers. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah : kulit teraba kering dan kasar, CRT kembali cepat < 2 detik, teraba hangat, tepasang infus IVFD NaCl 0,9
hidung, terpasang O2 binasal 3 liter/ menit, penciuman baik bisa membedakan bau. Bibir simetris kiri dan kanan, mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang bersih, ada plak di gigi, reflek mengunyah baik, reflek menelan kurang baik,(mual). Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran masih baik. Leher tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening. Pemeriksaan paru -paru, inspeksi: simetris kiri dan kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan, perkusi : terdengar sonor, auskultasi : bronkovesikuler. Pemeriksaan jantung, inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di RIC 5, perkusi : batas jantung normal, auskultasi : suara jantung normal. Pemeriksaan abdomen inspeksi : simetris, palpasi: distensi abdomen, nyeri tekan, perkusi: thympani, auskultasi: bising usus normal. Pemeriksaan genitalia : terpasang kateter. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah : kulit teraba kering dan kasar, CRT kembali cepat <2 detik, teraba hangat, terpasang
20x/menit, kekuatan otot: Kanan Kiri
555 555 444 444
infus IVFD NaCl 0,9 20x/menit, kekuatan otot: Kanan Kiri
444 444 444 444
Data penunjang Hasil pemeriksaan urin pada tanggal 10 mei 2017 didapatkan badan keton (+) positif satu. Hasil pemeriksaan urin pada tanggal 17 mei 2017 didapatkan warna kuning, kekeruhan(+), BJ 1.015 (nr 1.003-1.030), Ph 5.5 (nr 4,6-8,0), lekosit 18-20/LPB (nr ≤ 5), eritrosit 1-2/LPB (nr≤ 1), silinder (-)/LPK, kristal (-) /LPK, epitel gepeng +/LPK, yeast (+), protein(+), glukosa(-), bilirubin(-), urobilinogen(+). Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 14 mei 2017 didapatkan ureum darah 194 mg/dl (nr 10,0-50,0), kreatinin darah 5,4 mg/dl (nr 0,6-1,1). Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 15 mei 2017 didapatkan GDP 472 mg/dl (nr 70-126), GD 2 jam PP 476 mg/dl (nr <200), total protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8- 5,0), globulin 2,7 g/dl (nr 1,3-2,7), total kolestrol 201 mg/dl (nr <200), ureum darah 198 mg/dl (nr 10,0-50,0), kreatinin darah 6,3 mg/dl (nr 0,6-1,1 mg/dl), kalsium 8,9 mg/dl (nr
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 19 mei 2017 didapatkan GDS 241 mg/dl (nr < 200), ureum darah 97 mg/dl (nr 10,0-50,0 mg/dl), kreatinin darah 0,8 mg/dl (nr 0,6-1,1 mg/dl), total protein 7,1 g/dl (nr 6,6-8,7 g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), globulin 4,2 g/dl (nr 1,3-2,7 g/dl), Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 22 mei 2017 didapatkan Hemoglobin 10,6 g/dl (nr 12-16g/dl) leukosit 20.090 /mm3 (nr 5000-10.000/mm3), trombosit 439.000 /mm3 (nr 150.000-400.000), hematokrit 33% (nr 37-43%), LED 82 mm (nr 0-15), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 0% (nr 1,0-3,0%), N batang 8% (nr 2,0-6,0), N segmen 82% (nr 50-70%), limfosit 7% (nr 20-40%), monosit 3% (nr 2,0-8,0%).
8,1-10,4 mg/dl), natrium 125 Mmol (nr 136-145 Mmol), kalium 5,3 Mmol (nr 3,5-5,1 Mmol), klorida serum 95 Mmol (nr 97-111 Mmol). Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 18 mei 2017 didapatkan ureum darah 176 mg/dl (nr 10,0-50,0), kreatinin darah 5,9 mg/dl (nr 0,6-1,1 mg/dl), kalsium 8,6 mg/dl (nr 8,1-10,4 mg/dl), natrium 130 Mmol (nr 136-145 Mmol), kalium 4,2 Mmol (nr 3,5-5,1 Mmol), klorida serum 102 Mmol (nr 97-111 Mmol), SGOT 14 u/l (nr < 32), SGPT 12 u/l (nr <31). Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 15 mei 2017 didapatkan Hemoglobin 10,6 g/dl (nr 12-16g/dl) leukosit 22.850 /mm3 (nr 5000-10.000/mm3), trombosit 234.000 /mm3 (nr 150.000-400.000), hematokrit 30% (nr 37-43%), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 0% (nr 1,0-3,0%), N batang 6% (nr 2,0-6,0), N segmen 69% (nr 50-70%), limfosit 19% (nr 20-40%), monosit 6% (nr 2,0-8,0%). Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 17 mei 2017 didapatkan Hemoglobin 10,8 g/dl (nr 12-16g/dl) hematokrit 31% (nr 37-43%), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 3% (nr 1,0-3,0%), N
batang 3% (nr 2,0-6,0), N segmen 78% (nr 50-70%), limfosit 14% (nr 20-40%), monosit 2% (nr 2,0-8,0%). Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 18 mei 2017 didapatkan Hemoglobin 10,2 g/dl (nr 12-16g/dl) leukosit 21.030 /mm3 (nr 5000-10.000/mm3), trombosit 282.000 /mm3 (nr 150.000-400.000), hematokrit 29% (nr 37-43%), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 3% (nr 1,0-3,0%), N batang1% (nr 2,0-6,0), N segmen 84% (nr 50-70%), limfosit 12% (nr 20-40%), monosit 0% (nr 2,0-8,0%).
Program pengobatan Ny A mendapatkan IVFD NaCl 0,9 % 500 ml/ 8 jam yang di berikan dengancara Intra Vena (IV), diet DD V 1900 kkal, meropenem dengan dosis 3 x 1 gr yang diberikan dengan IV, nevorapid 3 x 12 unit diberikan 15 menit sebelum makan dengan cara Sc, inf levofloxacin 1x750 j, O2 binasal 3 liter/menit, Pct 3x500 j, inj levemir 1x 15 unit, nebu flumucyl 3x1.
Ny R mendapatkan IVFD Nacl 0,9% 6 tts/i, ceftriaxon 2x 1 gr, nevorapid 3x6 unit diberikan 15 menit sebelum makan dengan cara sc, diet DD IV 1700 kkal, RL 20x/i, koreksi Kcl 25 mEq dalam 200 cc, Nacl 0,9 %, drip lasix 5 amp dalam 50 cc Nacl 0,9%, inj ranitidine 2x1 amp, KSR 2x1 tab(po), dulcolax cara supost.
Setelah dilakukan pengkajian asuhan keperawatan maka peneliti menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan keluhan yang ditemukan pada kedua partispan saat pengkajian selama partisipan dirawat oleh peneliti mulai tanggal 20 - 25 Mei 2017. Diagnosa keperawatan yang muncul dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang IRNA Non- Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017
Asuhan Keperawatan Partisipan I Partisipan II
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan NutrisI Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. Data subjektif yang ditemukan yakni Ny A mengatakan tidak nafsu makan, Ny A mengatakan diet nya hanya habis 2-3 sendok makan, mengeluh mual. Data objektif dinilai dari Ny A mengalami penurunan berat badan, bb sehat 53 kg, sakit 46 kg, LILA dibawah normal yaitu 21 cm (nr 23,5 cm), nilai IMT termasuk dalam kategori kekurangan bb tingkat berat yaitu 16,89 (nr >18,5-25,0), diet tampak tidak habis, membran mukosa bibir tampak pucat, rambut tampak rontok dan kusam, Ny A tampak lesu dan lemah, konjungtiva anemis, Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), total protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8- 5,0), hematokrit 29% (nr 37-43%).
1. Ketidakseimbangan NutrisI Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Data subjektif yang temukan yakni Ny R mengatakan tidak nafsu makan, Ny R mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan, dan mengeluh mual dan nyeri pada abdomen. Data objektif dinilai dari diet Ny R tampak tidak habis, Ny R tampak mual dan memegangi perutnya, LILA dibawah normal yaitu 23 cm (nr 23,5 cm), nilai IMT termasuk dalam kategori kelebihan bb tingkat ringan yaitu 26,49 (nr >18,5-25,0), rambut terlihat rontok dan kering, membran mukosa bibir tampak pucat, tampak lesu dan lemah, konjungtiva anemis, Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), hematokrit 33% (nr 37-43%).
2. Keletihan
Data subjektif yang ditemukan yakni Ny A mengatakan merasa lelah, Ny A mengatakan
2. Konstipasi Data subjektif yang ditemukan yakni Ny R mengatakan BAB nya
tidurnya tidak nyeyak, Ny A mengatakan tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur malam kurang lebih 4-5 jam sehari, mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga. Data objektif yang didapat yaitu Ny A tampak kelelahan, tampak lesu, tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar, tampak mengantuk, aktifitas Ny A dibantu oleh keluarga, diet tampak tidak habis, Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), gula darah 476 mg/dl (nr <200).
tidak lancar, BAB nya keras dan berwarna hitam, Ny R juga mengeluh perutnya terasa tegang dan nyeri saat defekasi. Data objektif yang didapat yaitu Ny R tampak mengeluh sambil memegang perutnya, perut tampak tegang, tampak mual, diet Ny R tampak tidak habis, Ny R mendapatkan obat pencahar secara supost.
3. Keletihan Data subjektif yang ditemukan yakni pasien mengatakan merasa lelah, pasien mengeluh tidurnya tidak nyenyak, tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur malam kurang lebih 5 jam sehari, dan sering terbangun, pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas
seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga.
Data objektif yang didapat yaitu pasien tampak kelelahan, pasien tampak lesu, pasien tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar, tampak mengantuk, aktifitas pasien dibantu oleh keluarga, diet pasien tidak habis, Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl), gula darah 241 mg/dl (nr <200).
Setelah menegakkan diagnosa keperawatan, maka peneliti membuat
perencanaan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan keadaan kedua
partisipan pada saat pengkajian selama pasien dirawat oleh peneliti mulai
tanggal 20 - 25 Mei 2017. Intervensi keperawatan yang dibuat dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang IRNA Non- Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017
Asuhan
Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh NOC: Nutritional status : food and fluid intake
a) Adanya peningkatan berat
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh NOC: Nutritional status : food and fluid intake a) Adanya
peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan,
b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c) tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d) tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC: Nutrition Management
a) kaji adanya alergi makanan,
b) kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
c) anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
d) berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
e) monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
f) identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya,
Nutrition Monitoring a) monitor adanya
penurunan berat badan,
b) monitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak
c) monitor lingkungan selama makan
badan sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c) tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d) tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC: Nutrition Management a) kaji adanya alergi
makanan, b) kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
d) yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
e) berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
f) monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
g) identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya
Nutrition Monitoring a) monitor diet yang
didapatkan pasien habis atau tidak
b) monitor lingkungan
d) monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi,
e) monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah,
f) monitor mual muntah, monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
selama makan, c) monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi,
d) monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah,
e) monitor mual muntah, monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
2. Keletihan NOC:
a) pasien mampu memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
b) menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
c) kecemasan menurun
d) glukosa darah adekuat
e) kulaitas hidup meningkat
f) istirahat cukup g) mempertahankan
kemampuan untuk berkonsentrasi.
NIC: a) Observasi adanya
pembatasan klien dalam melakukan aktvitas
b) kaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan
c) monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
d) monitor pasien
2. Konstipasi NOC:
a) pasien mampu mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
b) bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c) mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
d) feses lunak dan berbentuk.
NIC: a) monitor tanda
dan gejala konstipasi
b) monitor feses frekuensi, konsistensi dan volume
c) indentifikasi faktor penyebab konstipasi
d) dukung intake cairan
e) kolaborasikan pemberian laktasif
f) pantau tanda-
akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
e) monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
f) bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
g) konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi
tanda gejala konstipasi
g) anjurkan pasien/ keluarga untuk diet tinggi serat
3. Keletihan NOC:
a) pasien mampu memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik
b) menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan, kecemasan menurun
c) glukosa darah adekuat, kualitas hidup meningkat
d) istirahat cukup, e) mempertahankan
kemampuan untuk berkonsentrasi.
NIC: a) observasi adanya
pembatasan klien dalam melakukan aktvitas
b) kaji adanya faktor yang
menyebabkn kelelahan
c) monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat,
d) monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
e) monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
f) bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
g) konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.
Setelah merencanakan tindakan asuhan keperawatan, maka peneliti
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan keadaan kedua
partisipan pada saat pengkajian selama pasien dirawat oleh peneliti mulai
tanggal 20 - 25 Mei 2017. Intervensi keperawatan yang dibuat dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang IRNA Non- Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017
Asuhan
Keperaw
atan
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Tindakan yang dilakukan yaitu:
a) Mengkaji adanya alergi makanan
b) berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang didapatkan pasien
d) memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak
e) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya
f) mencatat adanya penurunan berat badan
g) memonitor lingkungan selama makan
h) memonitor kekeringan, rambut kusam,
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Tindakan yang dilakukan yaitu:
a) Mengkaji adanya alergi makanan,
b) berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
d) memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang didapatkan pasien
e) memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak,
f) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya,
g) memonitor lingkungan
dan mudah patah i) memonitor mual
muntah j) memonitor kadar
albumin, total protein, Hb, Ht.
selama makan, h) memonitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
i) memonitor mual muntah
j) memonitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
2. Keletihan Tindakan yang dilakukan yaitu:
a) mengkaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan,
b) memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat,
c) memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien,
d) membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan.
2. Konstipasi Tindakan yang dilakukan yaitu: a) memonitor tanda dan
gejala konstipasi, b) memonitor feses
frekuensi, konsistensi dan volume,
c) mengindentifikasi faktor penyebab konstipasi
d) mendukung intake cairan
e) berkolaborasi dalam pemberian laktasif
f) memantau tanda-tanda gejala konstipasi
g) mendorong meningkatkan asupan cairan
h) menganjurkan pasien untuk menghabiskan diet tinggi serat
3. Keletihan Tindakan yang dilakukan yaitu: a) mengobservasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas,
b) mengkaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan,
c) memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat, d) memonitor pola tidur
dan lamanya tidur/ istirahat pasien,
e) membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan,
f) berkosultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.
Setelah melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, maka peneliti
melakukan evaluasi tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
dengan kedua partisipan mulai tanggal 20 - 25 Mei 2017. Evaluasi
keperawatan yang dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang IRNA Non- Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017
Asuhan
Keperaw
atan
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari masalah pemenuhan nutrisi belum terpenuhi ditandai dengan Pasien
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari masalah pemenuhan nutrisi belum terpenuhi ditandai dengan Pasien
mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan diet nya hanya habis 1/2 porsi makan, pasien mengalami penurunan berat badan, bb sehat 53 kg, sakit 46 kg, LILA dibawah normal yaitu 21 cm (nr 23,5 cm), nilai IMT termasuk dalam kategori kekurangan bb tingkat berat yaitu 16,89 (nr >18,5-25,0), diet pasien tampak tidak habis, membran mukosa bibir tampak pucat, pasien tampak lesu dan lemah, konjungtiva anemis, Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), total protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8- 5,0), hematokrit 29% (nr 37-43%). Masalah keperawatan pemenuhan nutrisi belum terpenuhi, pasien pulang paksa pada hari ke 5, maka dilakukan rencana tindak lanjut dengan menjelaskan diet diabetes sehari-hari mengikuti pedoman 3 J : 1) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambahkan 2) J II : jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya 3) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari.
mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan, pasien mengeluh mual, diet pasien tampak tidak habis, pasien tampak mual, rambut pasien terlihat rontok dan kusam, membran mukosa bibir tampak pucat, pasien tampak lesu dan lemah, konjungtiva anemis, LILA dibawah normal yaitu 23 cm (nr 23,5 cm), nilai IMT termasuk dalam kategori kelebihan bb tingkat ringan yaitu 26,49 (nr >18,5-25,0), Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), hematokrit 33% (nr 37-43%). Masalah keperawatan pemenuhan nutrisi belum teratasi, pasien pulang paksa pada hari ke 5, maka dilakukan rencana tindak lanjut dengan menjelaskan diet diabetes sehari- hari mengikuti pedoman 3 J : 1) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambahkan 2) J II : jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya 3) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari.
2. Keletihan
Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari masalah keletihan belum teratasi ditandai dengan pasien mengatakan merasa lelah, pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga, pasien tampak kelelahan, pasien tampak lesu, pasien tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar, tampak mengantuk, aktifitas pasien dibantu oleh keluarga, diet pasien tidak habis, Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), Gula darah 476 mg/dl (nr <200). Masalah keperawatan belum teratasi pasien pulang paksa pada hari ke 5.
2. Konstipasi Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari masalah konstipasi teratasi pada hari ke 2 ditandai dengan pasien mengatakan BAB nya sudah lancar, BAB nya tidak keras lagi, pasien juga mengatakan perutnya tidak tegang dan sakit lagi, pasien tampak tenang, perut pasien tampak tidak tegang, pasien pasien mendapatkan obat pencahar secara supost. Berdasarkan kriteria hasil yaitu bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi, sudah tercapai, maka intervensi dihentikan karena masalah pasien sudah teratasi.
3. Keletihan Setelah dilakukan implementasi selama 5 hari masalah keletihan belum teratasi ditandai dengan pasien mengatakan merasa lelah, pasien mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun, pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat
ataupun keluarga, pasien tampak kelelahan, pasien tampak lesu, pasien tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar, tampak mengantuk, aktifitas pasien dibantu oleh keluarga, diet pasien tidak habis, Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl), Gula darah 241 mg/dl (nr <200). Masalah keperawatan belum teratasi pasien pulang paksa pada hari ke 5.
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
C. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian terkait masalah gangguan pemenuhan nutrisi
ditemukan data bahwa partisipan 1 dan partisipan 2 mempunyai perbedaan
umur, partisipan 1 berusia 25 tahun sedangkan partisipan 2 berumur 43
tahun. Menurut Damayanti, (2015) karakteristik diabetes mellitus tipe 2
biasanya berusia> 40 tahun, karena resistensi insulin di usia> 40 tahun
cenderung meningkat. Menurut Rendy & Margareth, (2012) penyebab
diabetes mellitus tipe II salah satunya adalah riwayat keluarga( karena
keturunan). Partisipan 1 dan partisipan 2 memiliki perbedaan umur yang
sama-sama beresiko untuk memicu terjadinya diabetes mellitus tipe II.
Penyebab yang melatar belakangi penyakit pada partisipan1 dan
partisipan 2 menunjukan adanya kesesuaian antara fakta yang ditemukan
dilapangan dengan teori yang ada.
Hasilpengkajian pada partispan 1 terjadi demam tinggi, sesak nafas, nafsu
makan menurun, mual, batuk berdahak yang tidaksembuh-sembuh,
mengalami penurunan berat badan sejak± 4 bulanterakhirdan penurunan
kesadaransedangkan data yang di dapatkanpadapartisipan 2
terjadisesaknafas, demam, mual, penurunannafsumakandanpusing. Teori
menurut Price dan Wilson (2012), mual, muntah dan penurunan kesadaran
terjadi karena proses pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan.Gangguan metebolisme karbohidrat
akibat kekurangan insulin atau pengguanaan karbohidrat secara
berlebihan, karena dalam tubuh orang DM tidak terdapat cukup insulin
untuk mengubah gula menjadi tenaga, orang tersebut akan menjadi
semakin kurus setiap harinya dan terjadi penurunan berat badan yang
berlebihan (Hidayat, 2009). Sesuai dengan teori,partisipan Ijuga
mengatakan mengalami penurunan berat badan dari 53 kg menjadi 46 kg
sejak ±4 bulanterakhir karena adanya metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin. Gejala yang dirasakan oleh partisipan I dan partisipan
IItidak ada kesenjangan antara teori dengan kedua partispan.
Hasil pengkajian didapatkan partisipan I dan partisipan II ditemukan
keluhan yang lebih kurang sama yaitu seperti mengeluh mual, pusing,
tidak nafsu makan, lemah, penglihatan kabur. Menurut Rendy &
Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala, yaitu gejala yang sering dirasakan
salah satunya, berat badan menurun, lemah, visus menurun. Menurut Price
dan Wilson (2012), mual, muntah terjadi karena proses pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan, gejala yang dirasakan oleh partisipan I dan partisipan IItidak
ada kesenjangan antara teori dengan kedua partisipan.
Hasil pengkajian didapatkan pada kedua partisipan, didapatkan partisipan
1 memilikiri wayat DM sejak 6 bulan yang lalu, control tidak teratur,
kurang aktivitas fisik seperti jarang olahraga, partisipan 1 mendapatkan
penyakit DM karena ada riwayat keturunan dari keluarga yaitu ayah
kandung dari partisipan itu sendiri, sedangkan pada partisipan II memiliki
riwayat DM sejak 7 tahun yang lalu, tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit yang sama dengan pasien, control tidak teratur, dan
mempunyai pola hidup yang kurang sehat, karena partisipan jarang
mengkonsumsi buah dan sayur,
dankurangaktivitasfisiksepertijarangolahragadanmempunyaiberatbadan 62
kg dengantinggi 153 cm ( termasukdalamkategorikelebihan bb
tingkatringanyaitu 26,49( nr> 18,5-25,0).MenurutRendy& Margareth,
(2012) penyebab diabetes mellitus tipe II salah satunya adalah riwayat
keluarga (karenaketurunan) danobesitas/ kelebihan berat badan.
MenurutDamayanti (2015) aktivitas yang kurang akan menyebabkan
resistensi insulinpada DM tipe II, selain factor genetik, juga dipicu oleh
makan berlebihan atau kurang serat. Riwayat kesehatan partisipan I dan
partisipan II tidak ada kesenjangan antara teori dengan kedua partisipan.
Hasil pengkajian didapatkan data hasil pemeriksaan fisik kedua partisipan
yaitu LILA partisipan 1=21 cm, partisipan 2=23 cm (nr 23,5 cm), IMT
partisipan 1= 16,89, partisipan 2=26,49 (nr 18,5-25,0),Hbpartisispan
1=10,2 g/dl, total protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8-
5,0), hematokrit 29% (nr 37-43%).Hbpartisipan 2=10,6 g/dl (nr 12-16
g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), hematokrit 33% (nr 37-43%).
Berdasarkan analisa peneliti, pada pemeriksaan fisik didapatkan data yang
menunjukan tanda dan gejala pasien diabetes mellitus dengan gangguan
pemenuhannutrisi. Seperti ukuran LILA dibawah normal, nilai IMT yang
tidak normal, penurunan Hb, Ht dan albumin serum. Tanda dan gejala
tersebut sesuai dengan teori yang ada(Hidayat, 2009), tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kedua partisipan.
2. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan hasil pengkajian, peneliti menemukan 2 diagnosa
keperawatan yang muncul pada partisipan 1, dan 3 diagnosapadapartisipan
II. Diagnosa keperawatan yang munculpadapartsipan 1 adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi makanan,
keletihanberhubungandenganpeningkatankelemahanfisik.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan 2 adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi makanan,
konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen, keletihan
berhubungan dengan peningkatan kelemahan fisik. Peneliti menegakkan
diagnosa keperawatan hampir sama antara kedua partisipan.
Tetapi pada partisipan II peneliti menegakkan diagnosa konstipasi
berhubungan dengan kelemahan otot abdomen. Diagnosa ini tidak peneliti
tegakkan pada partisipan 1, karena tidak ditemukannya data yang
mendukung untuk tegaknya diagnosa tersebut.
Diagnosa keperawatan utama pada partisipan 1 dan 2 adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi makanan,
dimana data subjektif dan objektif yang didapatkan dari kedua partisipan
hampir sama. Data yang didapatkan yaitu pasien mengatakan tidak nafsu
makan, pasien tidak menghabiskan dietnya, pasien mengalami penurunan
berat badan, LILA dibawah normal, nilai IMT tidak normal, pasien
tampak lesudanlemah, membran mukosa bibir pucat, rambutpasienrontok,
pasien mual, mengalami penurunan Hb, Ht, total protein, dan albumin
serum. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik pada
diagnosaketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ada
pada NANDA. Batasan karakteristiknya yaituBerat badan 20% atau lebih
dibawah rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk mengunyah,
kelemahan otot untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran
mukosa pucat, ketidakmampuan memakan makanan, nyeri abdomen.
Diagnosa keperawatan kedua yang ditegakkan pada partisipan 2 adalah
konstipasiberhubungandengankelemahanotot abdomen. Diagnosa ini
ditegakkann karena data yang didapatkan, pasien mengatakan BAB nya
tidak lancar, BAB nya keras dan berwarna hitam, pasien juga mengeluh
perutnya terasa tegang dan sakit,pasien tampak mengeluh sambil
memegang perutnya, perut pasien tampak tegang, pasien tampak mual,
pasien tampak tidak menghabiskan dietnya, pasien mendapatkan obat
pencahar secara supost.
Diagnosa terakhir yang ditemukan pada kedua partisipan yaitu
keletihanberhubungandenganpeningkatankelemahanfisik. Data yang
didapatkan yaitupasien mengatakan merasa lelahwalaupun sudah
istrahat tidur, pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti
biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga, pasien
tampak kelelahan, pasien tampak lesu, pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar, tampak mengantuk, diet
pasientidakhabis,terjadipenurunanHb, danpeningkatanGuladarah. Hal
ini sesuai dengan batasan karakteristik NANDA dengan diagnosa
keletihan berhubungan dengan peningkatan kelemahan fisik,dimana
batasan karakteristiknya yaitu penurunankonsentrasi, kurang minat
terhadap sekitar, mengantuk, lesu, mengatakan perasaan lelah,
mengatakan tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat
yang biasanya, mengatakan tidak mampu memulihkan energi setelah
tidur sekalipun.
3. Intervensi Keperawatan
Kegiatan perencanaan ini meliputi memprioritaskan masalah, merumuskan
tujuan, kriteria hasil serta tindakan.(Hidayat,2009).Rencana keperawatan
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
kasus.Rencana keperawatan tersebut terdiri dari Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC).
Rencana tindakan keperawatanpadakeduapartisipan untuk diagnosa
pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis atau ketidakmampuan
mengabsorpsi makanan, tidak semua intervensi yang didalam teori
direncanakan untuk dilakukan tindakanseperti berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi untuk kedua partisipan tidak ada dilakukan oleh perawat
ruangan.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa kedua
pada partisipan IIyaitu konstipasi berhubungan dengan kelemahanotot
abdomen, tidak semua intervensi yang didalam teori direncanakan untuk
dilakukan tindakan seperti tindakan asuhan keperawatan timbang pasien
secara teratur tidak adadilakukan oleh perawat ruangan.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa terakhir
pada kedua partisipan yaitu keletihan berhubungan dengan
peningkatan kelemahan fisik, tidak semua intervensi yang didalam teori
direncanakan untuk dilakukan tindakan seperti perawat tidak ada monitor
pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
4. ImplementasiKeperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dimulai pada
tanggal 20- 24 Mei 2017, sedangkan pada partisipan 2 implementasi
keperawatan dilakukan pada tanggal 21- 25 Mei 2017.
Implementasi keperawatan untuk diagnosapertama yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi
makanan,peneliti melakukan rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun sebelumnyaberdasarkankeadaankeduapartisipan. Implementasi
yang dilakukan adalah menanyakan pada pasien adanya alergi makanan,
menentukan status gizi menggunakan IMT, mengukur LILA,berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien, memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang
didapatkan pasien, memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau
tidak, mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien
sebelumnya, mencatatadanya penurunan berat badan, memonitor
lingkungan selama makan, memonitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah,memonitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht,
untukimplementasimeyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasihanyadilakukanuntukpartisipan II saja,
inisesuaidenganindikasipartisipankarenahanyapartisipan II yang
mengalamikonstipasi.
MenurutDamayanti (2015) tujuan diet pada diabetes melitus adalah
mempertahankan atau mencapai berat badan dalambatas-batas normal atau
± 10% dariberatbadanidaman, mempertahankan kadar glukosa darah dan
lipid mendekati normal, mencegah komplikasi akut dankronik serta
meningkatkan kualitas hidup.Penderita diabetes melitus didalam
melaksanakan diet harus memperhatikan (3 J), yaitu: jumlah kalori yang
dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang
harus diperhatikan.
Implementasi keperawatan diagnosa yang keduauntukpartisipan 2
yaitukonstipasiberhubungandengankelemahanotot abdomen. Implementasi
yang dilakukan adalahmenganjurkan pasienuntuk diet tinggi serat,
berkolaborasipadapemberianobatpencahar, dalam melakukan intervensi
pada pasien DM tipe II dengan diagnosa konstipasi harus diperhatikan diet
pasienhabisatautidak, apakah diet yang
didapatkanpasiensudahsesuaidengan status gizipasien,
apakahpasienmendapatkanobat yang tepatterhadapmasalahsusahbuang air
besar.
Implementasi keperawatan diagnosa yang terakhiruntukkeduapasrtisipan
yaitukeletihanberhubungandenganpeningkatankelemahanfisik.
Implementasi yang dilakukan adalahmelihat adanya pembatasan pasien
dalam melakukan aktivitas (klien susah beraktifitas karena badannya
terasa lemah, dan cepat lelah, Hb klien juga rendah), melihat adanya faktor
yang menyebabkan kelelahan (partisipan 1, Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl),
GDS 476 mg/dl (nr <200), danpartisipan 2,Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl),
GDS 241 mg/dl (nr <200), melihat apakah ada kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan pada pasien (ada, pasien cepat lelah dan kurang
berinteraksi), menanyakan kepada pasien pola tidur dan lamanya istirahat
pasien (partisipan 1 kurang tidur :Tidursiangkuranglebih 1 jam sehari,
tidurmalamkuranglebih 4-5 jam sehari. danpartisipan 2 kurang tidur
:Tidursiangkuranglebih 1 jam sehari, tidurmalamkuranglebih 5 jam
sehari), membantu aktivitas sehari – hari sesuai dengan kebutuhan (klien
dibantu oleh keluarga dalam melakukan kegiatan seperti makan dan
mandi), menganjurkan pasien untuk meningkatkan istirahat dan
pembatasan aktifitas, konsultasi dengan ahli gizi untuk diet pasien (diet
yang didapat partisipan 1 DD V 1900 kkaldanpartisiapan 2 DD IV 1700
kkal).MenurutDamayanti (2015) penentuan jumlah kalori dietpada
diabetes melitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, melakukan
intervensi pada pasien DM tipe II dengan diagnosa keletihan harus
diperhatikanaktivitaspasien, seperti pola tidur dan istirahatnya,
pemeriksaan Hb, GDS, danjumlah diet yang didapatkan harussesuai
dengan status gizinya.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan
untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja dengan
meninjau respon pasien. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacukepada
NOC, berdasarkankriteriahasil yang telahditentukan.
Berdasarkan hasil pengkajian peneliti didapatkan untuk diagnosa
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada
kedua partisipan didapatkan kriteria hasil pada kedua partisipan belum
tercapai dan intervensi dihentikan karena kedua partisipan pulang paksa
pada penelitian hari kelima. Peneliti memberikan rencana tindak lanjut
dengan menjelaskan diet diabetes sehari-hari mengikutipedoman 3 J:J I :
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambahkan, J II : jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya, J III: jenis
makanan yang manis harus dihindari. Ini menurut teori Damayanti (2015).
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan peneliti untuk diagnosa
Konstipasi untuk partisipan II didapatkan kriteria hasil sudah tercapai
pada hari ke II, yaitu bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi, maka
rencana keperawatan dihentikan karena masalah pasien sudah teratasi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan peneliti untuk diagnosa
keletihan untuk kedua partisipan didapatkan kriteria hasil pada kedua
partisipan belum tercapai, dan intervensi dihentikan karena kedua
partisipan pulang paksa pada penelitian hari kelima.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan asuhan keperawatan pada kedua partisipan diabetes mellitus tipe II dengan gangguan pemenuhan nutrisi di Irna Non-BedahWanita RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengkajian pada kedua partisipan adalah pusing, mual, badan
teraba panas, kebas dan lemah pada kaki saat dibawa berjalan,lesu,
konjungtiva anemis, kerongkongan sakit dan penurunannafsu makan,
gula darah sewaktu 470 mg/dl pada partisipan 1 dan 241 mg/dl pada
partisipan 2. Tanda dan gejala yang di alami kedua partisipan sesuai
dengan teori diabetes mellitus dengan gangguan nutrisi.
2. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi makanan,
konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen, keletihan
berhungan dengan peningkatan kelemahan fisik.
3. Hasil yang diperoleh dalam intervensi keperawatan yang dilakukan
oleh peneliti maupun dalam intervensi yang dilakukan rumah sakit
sudah cukup baik dalam hal penatalaksanaan pasien diabetes mellitus
dengan masalah pemenuhan nutrisi seperti menentukan status gizi
pasien, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien,
cek gula darah pasien, melihat konjungtiva pasien dan melihat hasil
laboratorium, tetapi perawat ruangan tidak ada mengukur berat badan,
tidak ada memberikan penkes pada pasien dan keluarga tentang
manfaat diet DM, tidak ada memantau diet yang dimakan habis atau
tidak.
4. Dalam proses implementasi yang dilakukan peneliti mulai tanggal 20-
25 Mei 2017, peneliti menemukan adanya kesenjangan antara praktik
terutama yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat
yang ada diruangan seperti tidak ada memantau diet pasien yang
dimakan habis atau tidak, tidak memberikan penkes pada pasien dan
keluarga tentang manfaat diet DM.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari, untuk partisipan 1
dilakukan dari tanggal 20 -24 Mei 2017 dan pada partisipan 2 dimulai
pada tanggal 21-25 Mei 2017 mengacu kepada NOC yaitu berdasarkan
kepada kriteria hasil. Evaluasi tersebut dilakukan pada setiap masing-
masing masalah keperawatan yang muncul. Diagnosa
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh untuk
kedua partisipan didapatkan kriteria hasil pada kedua partisipan belum
tercapai dan intervensi dihentikan karena kedua partisipan pulang
paksa pada penelitian hari kelima. Peneliti memberikan rencana tindak
lanjut dengan menjelaskan diet diabetes sehari-hari mengikuti
pedoman 3 J : J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambahkan, J II : jadwal diet harus sesuai dengan
intervalnya, J III: jenis makanan yang manis harus dihindari.
Damayanti (2015), untuk diagnosa Konstipasi untuk partisipan II
didapatkan kriteria hasil sudah tercapai pada hari ke II, yaitu bebas dari
ketidaknyamanan dan konstipasi, maka rencana tindak lanjut
dihentikan karena masalah pasien sudah teratasi dan untuk diagnosa
keletihan untuk kedua partisipan didapatkan kriteria hasil pada kedua
partisipan belum tercapai, dan intervensi dihentikan karena kedua
partisipan pulang paksa pada penelitian hari ke lima.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui Direktur rumah sakitdiharapkanperawatyang adadiruangan dapat memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang manfaat diet DM, memantau diet yang dimakan habis atau tidak, dan melakukan timbang berat badan, karena penyembuhan atau perkembangan penyakit diabetes mellitus lebih tergantung pada kebutuhan pemenuhan nutrisinya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan diharapkandapat menjadiacuan dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian pada pasien yang mengalam igangguan pemenuhan nutrisi khususnya pasien diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA Atoilah, Elang Mohamad & Kusnadi, Engkus. 2013. Askep pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Asmadi, 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika
Damayanti, Santi 2015. Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Ernawati, 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam
pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: CV. Trans Info
Media
Federasi Diabetes International (2013). Diakses dari http://sehat.link/data-
prevalensi-penderita-diabetes-di-indonesia.info. Diakses pada tanggal
8 januari 2017
Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa Dan
Anak-Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Husnah, Zufry dan Maisura, (2014). Hubungan Pengetahuan dengan
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi Di Rsud
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal kedokteran syiah kuala,
Volume: 14, 62-66.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas2
013.pdf pada tanggal 8 januari 2017
Lusianah, Indaryani, & Suratun. 2012. Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV.
Trans Info Media
Manda, Yani Komala. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang
Pengaturan Diit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes Mellitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr, M.Djamil Padang [KTI].
Padang: Poltekkes Kemenkes Padang; 2014.
NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Diagnosa
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et
al, Penerjemah). Jakarta: EGC
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. 2012. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine Mecarty. 2012. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2014). 10 Penyakit Terbanyak Rawat
Jalan Tahun 2014. Diakses dari http://www.rsdjamil.co.id/pages/10-
penyakit-terbanyak-rawat-jalan-tahun-2014 tanggal 8 januari 2017
Rendy, M.Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, Susan C. 2015. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth’s.
Jakarta: ECG
Supardi, Sudibyo & Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi Empat. Jakarta: Salemba Medika
WHO. (2016). Diakses dari http://www.who.int/en/ pada tanggal 14 Maret
2017
Lampiran 4
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny A
b. No MR : 978061
c. Tempat / tanggal lahir : Ujung Gading/ 09 April 1992
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Status kawin : Belum kawin
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : Sarjana
h. Pekerjaan : Guru SD
i. Tanggal masuk : Senin/ 08 Mei 2017 pukul 19.14
WIB
j. Alamat : Koto Sawah, Ujung Gading
Pasaman Barat
k. Tanggal pengkajian : Sabtu/ 20 Mei 2017
l. Diagnosa medis : DM tipe II
2. Identifikasi penanggung jawab
a. Nama : Ny E
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : Koto sawah, Ujung Gading Pasaman Barat
d. Hubungan : Ibu kandung
3. Riwayat kesehatan-
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Ny A datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 08 Mei 2017 sekitar pukul 19.14 WIB dengan keluhan
demam tinggi, sesak nafas, mual, nafsu makan menurun, dan
penurunan kesadaran sejak ± 12 jam sebelum dibawa kerumah sakit,
batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 minggu yang lalu
dan mengalami penurunan berat badan sejak ± 4 bulan terakhir.
Keluhan saat dikaji: Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20
Mei 2017 sekitar pukul 10.00 WIB, Ny A mengeluh terasa kebas dan
lemah pada ektremitas bawah saat dibawa berjalan, penglihatan
kabur, kerongkongan sakit, mual dan tidak nafsu makan.
b. Riwayat kesehatan dahulu: Ny A memiliki riwayat DM tipe II
sejak 6 bulan yang lalu, hampir setiap kali cek gula darah hasilnya >
500 mg/dl, berobat ke Dokter umum diterapi dengan motformin 3×
500 j, kontrol tidak teratur, kesemutan sejak ± 2 bulan, penglihatan
kabur sejak ± 3 bulan.
c. Riwayat kesehatan keluarga: Ayah kandung dari Ny A
mempunyai riwayat penyakit DM tipe II yang sama dengan Ny A,
dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
yang lain seperti hipertensi, PJK, strok dan lain-lain, keluarga juga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular seperti HIV, AIDS, Hepatitis dan lain-lain.
4. Kebutuhan dasar
a. Makan / minum: Selama sehat Ny A makan 3 kali setiap hari
dengan nasi, lauk pauk, dan sayuran. Minum selama sehat sekitar
1500 ml setiap harinya. Selama sakit nafsu makan Ny R menurun,
diet ML DD V 1900 kkal yang diberikan tidak pernah habis,
minum sekitar 1600 ml setiap harinya.
b. Tidur : Selama sehat Ny A tidur siang ± 2 jam sehari, tidur
malam ± 6-7 jam setiap harinya. Ny A mengatakan tidurnya
nyenyak. Selama sakit Ny A tidur siang kurang lebih 2 jam sehari,
tidur malam kurang lebih 4-5 jam sehari. Ny A mengatakan
tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun karena mual.
c. Mandi : Selama sehat Ny A mandi 2 kali sehari, pagi dan sore.
Selama sakit Ny A mandi 1 kali sehari, hanya pagi saja. Ny A
mengatakan mandi di bantu oleh keluarga di tempat tidur, pasien
hanya di lap dengan handuk basah yang di lakukan oleh keluarga
di atas tempat tidur.
d. Eliminasi : Selama sehat Ny A BAB 1 kali sehari dengan
kosistensi lembek, Ny A mengatakan BAK 5-6 kali sehari. Ny A
bisa BAB dan BAK ke wc sendiri. Selama sakit Ny A BAB 2 hari
sekali dengan kosistensi lembek terkadang keras. Ny A
mengatakan BAK sekitar 2800 cc setiap harinya
e. Aktifitas pasien: Selama sehat Ny A sering beraktifitas di sekolah
dasar untuk melakukan pekerjaannya sebagai guru SD. Ny A
mengatakan jarang melakukan olahraga. Selama sakit aktivitas
hanya bisa diatas tempat tidur dan kursi roda, Ny A tidak bisa
melakukan aktifitas seperti biasanya karena badan dan kedua kaki
pasien terasa lemah
5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 165 cm
b. Berat badan : 46 kg
c. Tingkat kesadaran : CMC/ GCS 15 (E4,M6,V5),
d. TTV : 130/80 mmHg, HR 90 x/i, RR 22 x/i, suhu
36,7oC,
e. Kepala dan wajah : kepala tidak ada benjolan, wajah tampak
pucat
f. Rambut : rambut sedikit rontok dan kusam
g. Telinga : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada
serumen, pendengaran masih baik,
h. Mata : mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan kabur, reflek pupil baik,
i. Hidung : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
pernapasan cuping hidung, terpasang O2 binasal 3 liter/ menit,
penciuman baik bisa membedakan bau,
j. Mulut : bibir simetris kiri dan kanan, mukosa bibir
sedikit kering dan pucat, mulut kurang bersih, reflek menguyah
baik, reflek menelan baik
k. Leher : leher tidak ada pembengkakan kelenjer
getah bening, reflek menelan baik.
l. Toraks : Pada pemeriksaan paru – paru, inspeksi :
simetris kiri dan kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan, perkusi :
terdengar sonor, auskultasi : bronkovesikuler, pemeriksaan
jantung, inspeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di RIC
5, perkusi : batas jantung normal, asukultasi : suara jantung
normal,
m. Abdomen : pemeriksaan abdomen inspeksi : simetris
kiri dan kanan, palpasi : tidak ada nyeri tekan, perkusi : thympani,
auskultasi : bising usus normal
n. Genitalia : Pada pemeriksaan genitalia : tidak ada
pemasangan kateter, klien memakai pempers,
o. Ekstermitas : pemeriksaan ekstremitas atas : kekuatan
otot anggota gerak sebelah kanan 5 sebelah kiri 5, CRT kembali
cepat < 2 detik, teraba hangat, tepasang infuse IVFD NaCl 0,9
20x/menit, ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki sebelah kanan 4
sebelah kiri 4, CRT kembali cepat <2 detik, teraba hangat, tidak
ada edema.
6. Data psikologis
a. Status emosional : Ny A kurang baik, kadang marah-marah,
merasa cemas dengan penyakitnya dan minta cepat pulang.
b. Kecemasan : cu up bai , yaitu den an cara berdo’a a ar
cepat sembuh.
c. Pola koping : tegas, cepat tetapi terarah dan jelas
d. Gaya komunikasi : baik, yaitu Ny A menerima dan menyadari
penyakit yang di alami nya adalah cobaan dari Allah
e. Konsep diri : baik, yaitu Ny A menerima dan menyadari
penyakit yang di alami nya adalah cobaan dari Allah
7. Data ekonomi sosial: Ny A bekerja sebagai guru honorer di SD dengan
pengahasilan yang pas-pasan, Ny A masih bergantung pada orang tua
yang bekerja sebagai tani. Ny A di rawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang
dengan jaminan BPJS kelas 3.
8. Data spiritual: Dalam keadaan sakit Ny A tidak melakukan ibadah,
hanya berdoa sambil dudu di atas tempat tidurnya. Ny A selalu berdo’a
agar cepat sembuh dari penyakitnya.
9. Lingkungan tempat tinggal
a. Tempat pembuangan kotoran : Tempat pembuangan
kotoran di rumah pasien adalah di wc dengan septiteng.
b. Tempat pembuangan sampah : Pembuangan sampah
dengan cara dikumpulkan dan dibakar.
c. Pekarangan : Pekarangan rumah selalu di
jaga kebersihannya.
d. Sumber air minum : Sumber air bersih minum
dari air gallon dan air sumur yang di rebus.
e. Pembuangan air limbah : Pembuangan air limbah ke
selokan belakang rumah pasien.
10. Pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan urin pada tanggal 10 mei 2017 didapatkan badan
keton (+) positif satu.
Hasil pemeriksaan urin pada tanggal 17 mei 2017 didapatkan warna
kuning, kekeruhan(+), BJ 1.015 (nr 1.003-1.030), Ph 5.5 (nr 4,6-8,0),
lekosit 18-20/LPB (nr ≤ 5), eritrosit 1-2/LPB (nr≤ 1), silinder (-)/LPK,
kristal (-) /LPK, epitel gepeng +/LPK, yeast (+), protein(+), glukosa(-),
bilirubin(-), urobilinogen(+).
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 14 mei 2017 didapatkan
ureum darah 194 mg/dl (nr 10,0-50,0), kreatinin darah 5,4 mg/dl (nr 0,6-
1,1).
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 15 mei 2017 didapatkan
GDP 472 mg/dl (nr 70-126), GD 2 jam PP 476 mg/dl (nr <200), total
protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8- 5,0), globulin 2,7
g/dl (nr 1,3-2,7), total kolestrol 201 mg/dl (nr <200), ureum darah 198
mg/dl (nr 10,0-50,0), kreatinin darah 6,3 mg/dl (nr 0,6-1,1 mg/dl),
kalsium 8,9 mg/dl (nr 8,1-10,4 mg/dl), natrium 125 Mmol (nr 136-145
Mmol), kalium 5,3 Mmol (nr 3,5-5,1 Mmol), klorida serum 95 Mmol (nr
97-111 Mmol).
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 18 mei 2017 didapatkan
ureum darah 176 mg/dl (nr 10,0-50,0), kreatinin darah 5,9 mg/dl (nr 0,6-
1,1 mg/dl), kalsium 8,6 mg/dl (nr 8,1-10,4 mg/dl), natrium 130 Mmol (nr
136-145 Mmol), kalium 4,2 Mmol (nr 3,5-5,1 Mmol), klorida serum 102
Mmol (nr 97-111 Mmol), SGOT 14 u/l (nr < 32), SGPT 12 u/l (nr <31).
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 15 mei 2017 didapatkan
Hemoglobin 10,6 g/dl (nr 12-16g/dl) leukosit 22.850 /mm3 (nr 5000-
10.000/mm3), trombosit 234.000 /mm3 (nr 150.000-400.000), hematokrit
30% (nr 37-43%), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 0% (nr 1,0-3,0%), N
batang 6% (nr 2,0-6,0), N segmen 69% (nr 50-70%), limfosit 19% (nr
20-40%), monosit 6% (nr 2,0-8,0%).
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 17 mei 2017 didapatkan
Hemoglobin 10,8 g/dl (nr 12-16g/dl) hematokrit 31% (nr 37-43%),
basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 3% (nr 1,0-3,0%), N batang 3% (nr 2,0-
6,0), N segmen 78% (nr 50-70%), limfosit 14% (nr 20-40%), monosit 2%
(nr 2,0-8,0%).
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 18 mei 2017 didapatkan
Hemoglobin 10,2 g/dl (nr 12-16g/dl) leukosit 21.030 /mm3 (nr 5000-
10.000/mm3), trombosit 282.000 /mm3 (nr 150.000-400.000), hematokrit
29% (nr 37-43%), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil 3% (nr 1,0-3,0%), N
batang1% (nr 2,0-6,0), N segmen 84% (nr 50-70%), limfosit 12% (nr 20-
40%), monosit 0% (nr 2,0-8,0%).
11. Program pengobatan
Ny A mendapatkan IVFD NaCl 0,9 % 500 ml/ 8 jam yang di berikan
dengancara Intra Vena (IV), diet DD V 1900 kkal, meropenem dengan
dosis 3 x 1 gr yang diberikan dengan IV, nevorapid 3 x 12 unit
diberikan 15 menit sebelum makan dengan cara Sc, inf levofloxacin
1x750 j, O2 binasal 3 liter/menit, Pct 3x500 j, inj levemir 1x 15 unit,
nebu flumucyl 3x1.
ANALISA DATA KEPERAWATAN
Analisa Data Masalah
Keperawatan
Penyebab
Data subjektif :
1. Ny A mengatakan tidak nafsu makan,
2. Ny A mengatakan diet nya hanya habis 2-3 sendok makan.
Data objektif:
1. Ny A mengalami penurunan berat badan, bb sehat 53 kg, sakit 46 kg,
2. LILA dibawah normal yaitu 21 cm (nr 23,5 cm), nilai
3. IMT termasuk dalam kategori kekurangan bb tingkat berat yaitu 16,89 (nr >18,5-25,0),
4. Diet tampak tidak habis,
Ketidakseimbangan
NutrisI Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh.
ketidakmampuan
mengabsorpsi
makanan
5. Membran mukosa bibir tampak pucat,
6. Ny A tampak lesu dan lemah,
7. konjungtiva anemis,
8. Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), total protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8- 5,0), hematokrit 29% (nr 37-43%).
Data subjektif:
1. Ny A mengatakan merasa lelah, walaupun sudah istrahat tidur,
2. Ny A mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
Data objektif:
1. Ny A tampak kelelahan,
2. tampak lesu, tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
3. tampak mengantuk,
4. aktifitas Ny A dibantu oleh keluarga,
5. diet tampak tidak habis,
6. Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), Gula darah 476 mg/dl
Keletihan peningkatan
kelemahan fisik
(nr <200).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
N
o
Diagnosa
keperawatan
Ditemukan
masalah
Dipecahkan
masalah
Tang
gal
Pa
raf
Tan
ggal
Pa
raf
1
Ketidakseimbangan
NutrisI Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
mengabsorpsi
makanan
20
Mei
2017
2
Keletihan
berhubungan dengan
peningkatan
kelemahan fisik
20
Mei
2017
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N
o
Diagnosa
keperawatan
Intervensi
NOC NIC
1.
Ketidakseimban
gan NutrisI
Kurang Dari
Kebutuhan
Tubuh
Defenisi : asupan
nutrisi tidak
Nutritional status :
food and fluid intake
Kriteria Hasil:
e) Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
f) Berat badan ideal
Nutrition
Management
j) Kaji adanya
alergi makanan
k) Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
cukup untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolic
Batasan
Karakteristik:
i) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
j) Bising usus hiperaktif
k) Kelemahan otot untuk mengunyah
l) Kelemahan otot untuk menelan
m) Kehilangan rambut berlebihan
n) Membran mukosa pucat
o) Ketidakmampuan memakan makanan
p) Nyeri abdomen
Faktor yang
Berhubungan:
d) Faktor biologis e) Ketidakmampuan
mencerna makanan
f) Kurang asupan makanan
sesuai dengan tinggi
badan
g) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
h) Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
Weight control
Indikator :
g) Adanya
peningkatan berat
badan sesuai
dengan tujuan
h) Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
i) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
j) Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
k) Menunjukkan
peningkatan
fungsi pengecapan
dari menelan
l) Tidak terjadi
penurunan berat
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien
l) Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
intake fe
m) Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
n) Berikan
substansi gula
o) Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
p) Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
q) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
badan yang berarti
kalori
r) Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
i) BB pasien
dalam batas
normal
j) Monitor
adanya
penurunan
berat badan
k) Monitor
lingkungan
selama
makan
l) Monitor
kulit kering
dan
perubahan
pigmentasi
m) Monitor
kekeringan,
rambut
kusam, dan
mudah
patah
n) Monitor
mual
muntah
o) Monitor
kadar
albumin,
total
protein, Hb,
Ht
p) Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik,
papilla
lidah dan
cavitas oral
2
Keletihan
Definisi: rasa
letih yang luar
biasa dan
penurunan
kapasitas kerja
fisik serta mental
pada tingkat yang
biasanya secara
trus menerus
Batasan
karakteristik:
Endurance
Concentrasion
Energy conservation
Nutritional status:
energy
Kriteria hasil:
h) memverbalisasika
n peningkatan
energy dan merasa
lebih baik
i) Menjelaskan
penggunaan
Energy
management
k) Observasi
adanya
pembatasa
n klien
dalam
melakukan
aktvitas
l) Dorong
anak untuk
mengungka
pkan
s) Penurunan konsentrasi
t) Penurunan libido
u) Penurunan perfoma
v) Kurang minat terhdap sekitar
w) Mengantuk x) Meningkatnya
keluhan fisik y) Peningkatkan
Kebutuhan istrahat
z) Instropeksi aa) Kurang
energy bb) Letargi cc) Lesu dd) Persepsi
membutuhkan energy tambahan unuk menyelesaikan tugas rutin
ee) Mengatakan kurang energy yang luar biasa
ff) Mengatakan kurang energy yang tidak kunjung reda
gg) Mengatakan perasaan lelah
hh) Merasa bersalah karena tidak menjalankan tanggung jawab
ii) Mengatakan tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada
energy untuk
mengatasi
kelelahan
j) Kecemasan
menurun
k) Glukosa darah
adekuat
l) Kulaitas hidup
meningkat
m) Istirahat cukup
n) Mempertahankan
kemampuan untuk
berkonsentrasi
perasaan
terhadap
keterbatasa
n
m) Kaji
adanya
faktor yang
menyebabk
n kelelahan
n) Monitor
nutrisi dan
sumber
energy
yang
adekuat
o) Monitor
pasien
akan
adanya
kelelahan
fisik dan
emosi
secara
berlebihan
p) Monitor
respon
kardiovask
uler
terhadap
aktivitas
q) Monitor
pola tidur
tingkat yang biasanya
jj) Mengatakan tidak mampu memulihkan energy setelah tidur sekalipun
Faktor yang
berhubungan:
Psikologis:
c) Ansietas, depresi
d) Mengatakan gaya hidup membosankan, stress
Fisiologis:
e) Anemia, status penyakit
f) Peningkatan kelemahan fisik
g) Malnutrisi, kondisi fisik buruk
h) Kehamilan, deprivasi tidur
Lingkungan:
d) Kelembapan, suhu, cahaya, kebisingan
Situasional:
e) Peristiwa hidup negative
f) Pekerjaan
dan
lamanya
tidur/
istirahat
pasien
r) Dukung
pasien dan
keluarga
untuk
mengungka
pkan
perasaan,
berhubung
an dengan
perubahan
hidup yang
disebabkan
keletihan
s) Bantu
aktivitas
sehari-hari
sesuai
dengan
kebutuhan
t) Konsultasi
dengan ahli
gizi untuk
meningkat
kan asupan
makanan
yang
berenergi
tinggi
Behavior
Management
Activity
Terapy
Energy
Management
Nutrition
Management
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tan
ggal
/har
i
Diagnosa
keperawatan
Tindakan keperawatan P
a
r
af
20
Mei
2017
Diagnosa 1 1. Mengkaji adanya alergi makanan.
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
4. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
5. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang didapatkan pasien.
6. Memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak.
7. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya.
8. Memonitor adanya penurunan berat badan.
9. Memonitor lingkungan
selama makan. 10. Memonitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah.
11. Memonitor mual muntah, memonitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
Diagnosa 2
1. Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas.
2. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan.
3. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan.
4. Memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
5. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
6. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.
7. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
8. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan.
9. Berkosultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.
21
Mei
2017
Diagnosa 1 1. Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang didapatkan pasien, memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak.
2. Memonitor lingkungan selama makan.
3. Memonitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah.
4. Memonitor mual muntah, memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht.
Diagnosa 2
1. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan,
2. Memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
3. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
4. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien, membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan.
22
Mei
2017
Diagnosa 1 1. Memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak.
2. Memonitor lingkungan selama makan,
3. Monitor mual muntah, 4. Memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht.
Diagnosa 2 1. Memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat,
2. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
3. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
4. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
23
Mei
2017
Diagnosa 1 1. Memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak.
2. Memonitor lingkungan selama makan,
3. Memonitor mual muntah, memonitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht.
Diagnosa 2
1. Memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
2. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
3. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
4. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan.
24
Mei
2017
Diagnosa 1 1. Memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak.
2. Memonitor lingkungan selama makan.
3. Memonitor mual muntah. 4. Memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht.
Diagnosa 2
1. Memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
2. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
3. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
EVALUASI KEPERAWATAN
Tan
ggal
/har
i
Diagnosa
keperawatan
Evaluasi Keperawatan P
a
r
af
20
Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. pasien mengatakan tidak nafsu makan.
2. pasien mengatakan diet nya hanya habis 2-3 sendok
makan. 3. pasien mengalami
penurunan berat badan, bb sehat 53 kg, sakit 46 kg.
O:
1. LILA dibawah normal yaitu 21 cm (nr 23,5 cm).
2. Nilai IMT termasuk dalam kategori kekurangan bb tingkat berat yaitu 16,89 (nr >18,5-25,0).
3. Diet pasien tampak tidak habis.
4. Membran mukosa bibir tampak pucat.
5. Pasien tampak lesu dan lemah, konjungtiva anemis,
6. Hasil pemeriksaan laboraratorium didapatkan Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl), total protein 5,1 g/dl (nr 6,6-8,7), albumin 2,4 gdl (nr 3,8- 5,0), hematokrit 29% (nr 37-43%).
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilnjutkan.
Diagnosa 2
S:
1. Pasien mengatakan merasa lelah, walaupun sudah istrahat tidur.
2. Pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga.
O:
1. Pasien tampak kelelahan. 2. Pasien tampak lesu. 3. Pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar.
4. Pasien tampak mengantuk, 5. Aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga. 6. Diet pasien tidak habis. 7. Hb 10,2 g/dl (nr 12-16 g/dl),
Gula darah 476 mg/dl (nr <200).
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
21
Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
2. Pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan.
O:
1. Diet pasien tampak tidak habis.
2. Membran mukosa bibir tampak pucat.
3. Pasien tampak lesu dan lemah.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2
S:
1. Pasien mengatakan merasa lelah, walaupun sudah istrahat tidur,
2. Pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. Pasien tampak kelelahan. 2. Pasien tampak lesu. 3. Pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
4. Pasien tampak mengantuk, 5. Aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga. 6. Diet pasien tidak habis. A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
22
Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
Mei
2017
2. Pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan,
O:
1. Diet pasien tampak tidak habis.
2. Membran mukosa bibir tampak pucat,
3. Pasien tampak lesu dan lemah,
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2 S:
1. Pasien mengatakan merasa lelah, walaupun sudah istrahat tidur.
2. Pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. Pasien tampak kelelahan. 2. Pasien tampak lesu. 3. Pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar.
4. Pasien tampak mengantuk. 5. Aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga. 6. Diet pasien tidak habis, A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
23
Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
2. Pasien mengatakan diet nya hanya habis ½ porsi,
O:
1. Diet pasien tampak tidak habis.
2. Membran mukosa bibir
tampak pucat. 3. Pasien tampak lesu dan
lemah, A: Masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2
S:
1. Pasien mengatakan merasa lelah, walaupun sudah istrahat tidur.
2. Pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. Pasien tampak kelelahan. 2. Pasien tampak lesu. 3. Pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
4. Pasien tampak mengantuk, 5. Aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga. 6. Diet pasien tidak habis. A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
24
Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan diet nya hanya habis ½ porsi.
O:
1. Diet pasien tampak tidak habis.
2. Membran mukosa bibir tampak pucat.
3. Pasien tampak lesu dan lemah,
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2
S:
1. Pasien mengatakan merasa lelah, walaupun sudah
istrahat tidur. 2. Pasien mengatakan tidak
mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga.
O:
1. Pasien tampak kelelahan. 2. Pasien tampak lesu. 3. Pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar.
4. Pasien tampak mengantuk, aktifitas pasien dibantu oleh keluarga.
5. Diet pasien tidak habis. A: masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Lampiran 4
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
B. PENGUMPULAN DATA
12. Identitas pasien
m. Nama : Ny R
n. No MR : 979150
o. Tempat / tanggal lahir : Kerinci/ 12 Februari 1974
p. Jenis kelamin : Perempuan
q. Status kawin : kawin
r. Agama : Islam
s. Pendidikan : SMP
t. Pekerjaan : IRT
u. Tanggal masuk : 20 Mei 2017 / Pukul 00.08 WIB
v. Alamat : Kerinci Jambi
w. Tanggal pengkajian : Minggu 21 Mei 2017
x. Diagnosa medis : DM tipe II
13. Identifikasi penanggung jawab
e. Nama : Tn T
f. Pekerjaan : Pekerja bangunan
g. Alamat : Kerinci Jambi
h. Hubungan : Suami
14. Riwayat kesehatan-
d. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : Ny R datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 20 Mei 2017 sekitar pukul 00.08 WIB dengan keluhan
sesak nafas meningkat sejak 1 jam yang lalu, demam, mual, dan
pusing.
Keluhan saat dikaji : Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21
Mei 2017 sekitar pukul 10.00 WIB, Ny R mengeluh mual, masih
pusing, dan tidak nafsu makan
e. Riwayat kesehatan dahulu : Ny R memiliki riwayat DM tipe II
sejak 7 tahun yang lalu kontrol tidak teratur, pasien juga memiliki
riwayat TB 3 tahun yang lalu, pasien pernah minum obat OAT
selama 3 bulan.
f. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan Ny R, dan tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit keturunan seperti hipertensi,
PJK, strok dan lain-lain, keluarga juga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai penyakit menular seperti HIV, AIDS,
Hepatitis dan lain-lain.
15. Kebutuhan dasar
f. Makan/minum : Selama sehat Ny R makan 3 kali setiap hari
dengan nasi, lauk pauk, dan jarang memakan buah-buahan dan
sayuran. Minum selama sehat sekitar 1600 ml setiap harinya.
Selama sakit nafsu makan Ny R menurun, diet ML DD IV 1700
kkal yang diberikan tidak pernah habis, minum sekitar 1500 ml
setiap harinya.
g. Tidur : Selama sehat Ny R tidur siang ± 1 jam sehari, tidur malam
± 6-7 jam setiap harinya. Ny R mengatakan tidurnya nyenyak.
Selama sakit Ny R tidur siang kurang lebih 1 jam sehari, tidur
malam kurang lebih 5 jam sehari. Pasien mengatakan tidurnya
tidak nyenyak dan sering terbangun karena mual dan pusing.
h. Mandi : Selama sehat Ny R mandi 2 kali sehari, pagi dan sore.
Selama sakit Ny R mandi 1 kali sehari, hanya pagi saja. Pasien
mengatakan mandi di bantu oleh keluarga di tempat tidur, pasien
hanya di lap dengan handuk basah yang di lakukan oleh keluarga
di atas tempat tidur.
i. Eliminasi : Selama sehat Ny R BAB 1 kali sehari dengan
kosistensi lembek, Ny R mengatakan BAK 5-6 kali sehari. Ny R
bisa BAB dan BAK ke Wc sendiri. Selama sakit Ny R mengatakan
BAB 2 hari sekali dengan kosistensi keras. Ny R terpasang kateter,
keluarga mengatakan Ny R BAK sekitar 3000 cc setiap harinya
yang di tampung dengan urine bag.
j. Aktifitas pasien : Selama sehat Ny R sering beraktifitas di rumah
saja untuk melakukan pekerjaan nya sebagai ibu rumah tangga. Ny
R mengatakan jarang melakukan olahraga. Selama sakit Ny R
hanya bisa di atas tempat tidur, tidak bisa melakukan aktifitas
seperti biasanya.
16. Pemeriksaan fisik
p. Tinggi badan : 153 cm
q. Berat badan : 62 kg
r. Tingkat kesadaran : CMC/ GCS 15 (E4,M6,V5),
s. TTV : Tekanan darah 100/70 mmHg, HR 96 x/i,
RR 24 x/i, suhu 36,5oC,
t. Kepala dan wajah : Kepala tidak ada benjolan, wajah tampak
pucat
u. Rambut : Rambut hitam berminyak
v. Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada
serumen, pendengaran masih baik.
w. Mata : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil baik.
x. Hidung : Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
pernapasan cuping hidung, terpasang O2 binasal 3 liter/ menit,
penciuman baik bisa membedakan bau,
y. Mulut : bibir simetris kiri dan kanan, mukosa bibir
kering dan pucat, mulut kurang bersih, ada plak di gigi, reflek
mengunyah baik, reflek menelan baik.
z. Leher : leher tidak ada pembengkakan kelenjer
getah bening, reflek menelan baik.
aa. Toraks : Pada pemeriksaan paru – paru, inspeksi :
simetris kiri dan kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan, perkusi :
terdengar sonor, auskultasi : bronkovesikuler, pemeriksaan
jantung, inspeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di RIC
5, perkusi : batas jantung normal, asukultasi : suara jantung
normal.
bb. Abdomen : pemeriksaan abdomen inspeksi : simetris
kiri dan kanan, palpasi : distensi abdomen, nyeri tekan, perkusi :
thympani, auskultasi : bising usus normal
cc. Genitalia : terpasang kateter
dd. Ekstermitas : ekstremitas atas : kekuatan otot anggota
gerak sebelah kanan 4 sebelah kiri 4, CRT kembali cepat <2 detik,
teraba hangat, terpasang infus IVFD NaCl 0,9 20x/menit,
ekstremitas bawah: kekuatan otot kaki sebelah kanan 4 sebelah kiri
4 CRT kembali cepat <2 detik, teraba hangat, tidak ada edema.
17. Data psikologis
f. Status emosional : Ny R baik, Ny R merasa cemas dengan
penyakitnya dan ingin cepat sembuh.
g. Kecemasan : merasa cemas dengan penyakitnya dan
ingin cepat sembuh.
h. Pola koping : cu up bai , yaitu den an cara berdo’a a ar
cepat sembuh.
i. Gaya komunikasi : terarah dan jelas.
j. Konsep diri : baik, yaitu pasien menerima dan menyadari
penyakit yang di alami nya adalah cobaan dari Allah.
18. Data ekonomi sosial : Ny R bekerja sebagai ibu rumah tangga setiap
harinya. Dengan pengahasilan bergantung pada suami yang bekerja
sebagai pekerja bangunan. Ny R di rawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang
dengan jaminan BPJS kelas 2.
19. Data spiritual : Dalam keadaan sakit Ny R tidak beribadah, pasien
hanya berdoa sambil tidur di atas tempat tidurnya. Ny R selalu berdo’a
agar cepat sembuh dari penyakitnya.
20. Lingkungan tempat tinggal :
f. Tempat pembuangan kotoran : Tempat pembuangan
kotoran di rumah pasien adalah di wc dengan septiteng.
g. Tempat pembuangan sampah : Pembuangan sampah
dengan cara dikumpulkan dan dibakar.
h. Pekarangan : Pekarangan rumah selalu di
jaga kebersihannya.
i. Sumber air minum : Sumber air bersih minum
dari air gallon dan air sumur yang di rebus.
j. Pembuangan air limbah : Pembuangan air limbah ke
selokan belakang rumah pasien
21. Pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang:
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 19 mei 2017 didapatkan
GDS 241 mg/dl (nr < 200), ureum darah 97 mg/dl (nr 10,0-50,0 mg/dl),
kreatinin darah 0,8 mg/dl (nr 0,6-1,1 mg/dl), total protein 7,1 g/dl (nr 6,6-
8,7 g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), globulin 4,2 g/dl (nr 1,3-2,7
g/dl).
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 22 mei 2017 didapatkan
Hemoglobin 10,6 g/dl (nr 12-16g/dl) leukosit 20.090 /mm3 (nr 5000-
10.000/mm3), trombosit 439.000 /mm3 (nr 150.000-400.000), hematokrit
33% (nr 37-43%), LED 82 mm (nr 0-15), basofil 0% (nr 0-1,0), eosinofil
0% (nr 1,0-3,0%), N batang 8% (nr 2,0-6,0), N segmen 82% (nr 50-
70%), limfosit 7% (nr 20-40%), monosit 3% (nr 2,0-8,0%).
22. Program pengobatan
Ny R mendapatkan IVFD Nacl 0,9% 6 tts/i, ceftriaxon 2x 1 gr, nevorapid
3x6 unit diberikan 15 menit sebelum makan dengan cara sc, diet DD IV
1700 kkal, RL 20x/i, koreksi Kcl 25 mEq dalam 200 cc, Nacl 0,9 %, drip
lasix 5 amp dalam 50 cc Nacl 0,9%, inj ranitidine 2x1 amp, KSR 2x1
tab(po), dulcolax cara supost.
ANALISA DATA KEPERAWATAN
Analisa Data Masalah
Keperawatan
Penyebab
Data subjektif :
1. Ny A mengatakan tidak nafsu makan,
2. Ny A mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan,
3. Ny A mengeluh mual.
Data Objektif :
1. Diet Ny A tampak tidak habis,
2. Ny A tampak mual,
3. LILA dibawah normal yaitu 23 cm (nr 23,5 cm),
4. nilai IMT termasuk dalam kategori kelebihan bb tingkat ringan yaitu 26,49 (nr >18,5-25,0),
5. rambut terlihat rontok dan kusam,
6. membran mukosa bibir tampak pucat, t
7. ampak lesu dan lemah,
8. konjungtiva anemis,
9. Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), hematokrit 33% (nr 37-43%).
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh.
ketidakmampuan
mengabsorpsi
makanan
Data subjektif :
1. Ny R mengatakan BAB nya tidak lancar,
2. BAB nya keras dan berwarna
3. hitam, Ny R juga mengeluh perutnya terasa tegang dan sakit,
Data Objektif :
1. Ny R tampak mengeluh sambil memegang perutnya,
2. perut tampak tegang, tampak mual, d
3. iet Ny R tampak tdak habis,
4. Ny R mendapatkan obat pencahar secara supost.
Konstipasi Kelemahan otot
abdomen
Data subjektif :
1. pasien mengatakan merasa lelah,
2. pasien mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun,
3. pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
Data Objektif :
1. pasien tampak kelelahan,
2. pasien tampak lesu,
Keletihan Peningkatan
kelemahan fisik
3. pasien tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
4. Pasien tampak mengantuk,
5. aktifitas pasien dibantu oleh keluarga,
6. diet pasien tidak habis,
7. Hb 10,6 g/dl (nr 12-16 g/dl), Gula darah 241 mg/dl (nr <200).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
N
o
Diagnosa
keperawatan
Ditemukan
masalah
Dipecahkan
masalah
Tang
gal
Pa
raf
Tan
ggal
Pa
raf
1
Ketidakseimbangan
NutrisI Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
mengabsorpsi
makanan
21
Mei
2017
2 Konstipasi
berhubungan dengan
kelemahan otot
abdomen
21
Mei
2017
Keletihan 21
3 berhubungan dengan
peningkatan
kelemahan fisik
Mei
2017
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan
Intervensi
NOC
NIC
Ketidakseimbanga
n NutrisI Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
Defenisi : asupan
nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan metabolic
Batasan
Karakteristik:
q) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
r) Bising usus hiperaktif s) Kelemahan otot untuk
mengunyah t) Kelemahan otot untuk
menelan u) Kehilangan rambut
berlebihan v) Membran mukosa
pucat
Nutritional
status : food and
fluid intake
Kriteria Hasil:
i) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
j) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
k) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
l) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti
Weight control
Nutrition
Management
s) Kaji adanya alergi makanan
t) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
u) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
v) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
w) Berikan substansi gula
x) Yakinkan diet yang dimakan mengandung
w) Ketidakmampuan memakan makanan
x) Nyeri abdomen
Faktor yang
Berhubungan:
g) Faktor biologis h) Ketidakmampuan
mencerna makanan i) Kurang asupan
makanan
Indikator :
m) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
n) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
o) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
p) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
q) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
r) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
y) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
z) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
aa) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
q) BB pasien dalam batas normal
r) Monitor adanya penurunan berat badan
s) Monitor lingkungan selama makan
t) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
u) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
v) Monitor mual muntah
w) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht
x) Catat adanya
edema, hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan cavitas oral
Konstipasi
Definisi : Penurunan
pada frekwensi
normal defekasi
yang disertai oleh
kesulitan atau
pengeluaran feses
yang kering, keras,
dan banyak.
Batasan
karakteristik:
bb) Perubahan pola BAB
cc) Terdapat darah segar pada tinja
dd) Adanya tinja yang lembut seperti pasta di rektum
ee) Distensi abdomen ff) Tinja yang gelap,
hitam, atau seperti gg) Peningkatan tekanan
abdomen hh) Perkusi
abdomen dullness ii) Nyeri saat defekasi jj) Penurunan volume
tinja kk) Tegang saat defekasi ll) Frekuensi BAB
menurun mm) Tinja yang
kering, keras, dan berbentuk
NOC:
Bowel
Elimination &
-
Hydration (hidra
si)
Kriteria Hasil:
e) Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
f) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
g) Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
Feses lunak dan
berbentuk
NIC:
Constipation/Impac
tion Management
u) Monitor tanda dan gejala konstipasi
v) Monitor bising usus
w) Monitor feses frekuensi, konsistensi dan volume
x) Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus
y) Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
z) Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
aa) Indentifikasi faktor penyebab dan kontribusi
nn) Teraba massa pada rectum
oo) Perasaan rektal penuh atau bertekanan
pp) Nyeri abdomen qq) Tidak mampu
mengeluarkan tinja rr) Anoreksia ss) Nyeri kepala tt) Perubahan dalam
bunyi peruT uu) Indigesti/ gangguan
pencernaan vv) Adanya atipikal
pada orang dewasa (contoh perubahan dalam status mental, inkontinensia urin, jatuh yang tidak dapat dijelaskan, peningkatan suhu tubuh)
ww) Flatus yang hebat xx) Kelelahan secara
umum yy) Suara usus hipoaktif
atau hiperaktif zz) Terasa massa abdom
en Terasa lembut pada abdomen dengan atau tanpa teraba tahanan otot
aaa) Mual dengan atau tanpa muntah
bbb) Tinja seperti air Lumpur
Faktor yang
berhubungan:
Fungsional:
h) Perubahan lingkungan saat ini
i) Penolakan
konstipasi bb) Dukung
intake cairan cc) Kolaborasika
n pemberian laktasif
dd) Pantau tanda-tanda gejala konstipasi
ee) Pantau tanda-tanda gejala impaksi
ff) Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk, volume dan warna
gg) Memantau bising usus
hh) Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan
ii) Anjurkan pasien/ keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
jj) Anjurkan pasien/ keluarga untuk diet tinggi serat
j) kebiasaan/menunda keinginan untuk defekasi
k) Aktivitas fisik yang tidak mencukupi
l) Kebiasaan BAB yang tidak teratur
m) Toileting tidak adekuat (contoh: waktu, posisi defekasi, privasi)
n) Kelemahan otot abdomen
Psikologis:
d) Depresi e) Stres emosional f) Kebingungan
mental
Farmakologis:
q) Antikonvulsan (anti kejang)
r) Overdosis laksatif (pencahar)
s) Antasid yang mengandung aluminium (lihat brosur obat)
t) Opioid u) Diuretik v) Phenotiazines w) Sympatomimetics x) Antidepresan y) Antilipemik z) Kalsium karbonat aa) Nonsteroid
antiinflamasi (NSAID)
bb) Antikolinergik cc) Iron salts dd) Sedative ee) Bismuth salts ff) Calcium channel
blockers
kk) Anjurkan pasien/ keluarga pada penggunaan yang tepat dari obat pencahar
ll) Anjurkan pasien / keluarga pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaksi
mm) Timbang pasien secara teratur
nn) Ajarkan pasien/ keluarga tentang proses pencernaan yang normal
Mekanik:
o) Abses/ulser rectum p) Fissura anal rectal q) Megakolon r) Prolaps rectal s) Kelemahan
neurologis t) Obstruksi post
pembedahan u) Hemoroid v) Kehamilan w) Tumor x) Ketidakseimbangan
elektrolit y) Pembesaran rectal z) Struktur anal rectal aa) Rectocele bb) Obesitas
Fisiologis:
h) Kebiasaan makan yang buruk
i) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal (peristaltik usus)
j) Kebersihan gigi/mulut tidak adekuat
k) Kekurangan intake serat
l) Kekurangan intake cairan
m) Perubahan pola makan dan makanan dari biasanya
n) Dehidrasi
Keletihan
Definisi: rasa letih
yang luar biasa dan
penurunan kapasitas
kerja fisik serta
mental pada tingkat
yang biasanya secara
trus menerus
Batasan
karakteristik:
kk) Penurunan konsentrasi
ll) Penurunan libido mm) Penurunan
perfoma nn) Kurang minat
terhdap sekitar oo) Mengantuk pp) Meningkatnya
keluhan fisik qq) Peningkatkan
Kebutuhan istrahat
rr) Instropeksi ss) Kurang energy tt) Letargi uu) Lesu vv) Persepsi
membutuhkan energy tambahan unuk menyelesaikan tugas rutin
ww) Mengatakan kurang energy yang luar biasa
xx) Mengatakan kurang energy yang tidak kunjung reda
yy) Mengatakan
Endurance
Concentrasion
Energy
conservation
Nutritional
status: energy
Kriteria hasil:
o) memverbalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik
p) Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
q) Kecemasan menurun
r) Glukosa darah adekuat
s) Kulaitas hidup meningkat
t) Istirahat cukup u) Mempertahan
kan kemampuan untuk berkonsentrasi
Energy
management
u) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas
v) Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
w) Kaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan
x) Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
y) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
z) Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
aa) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
bb) Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan lelah zz) Merasa bersalah
karena tidak menjalankan tanggung jawab
aaa) Mengatakan tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya
bbb) Mengatakan tidak mampu memulihkan energy setelah tidur sekalipun
Faktor yang
berhubungan:
Psikologis:
e) Ansietas, depresi f) Mengatakan gaya
hidup membosankan, stress
Fisiologis:
i) Anemia, status penyakit
j) Peningkatan kelemahan fisik
k) Malnutrisi, kondisi fisik buruk
l) Kehamilan, deprivasi tidur
Lingkungan:
g) Kelembapan, suhu, cahaya, kebisingan
perasaan, berhubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan keletihan
cc) Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
dd) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi
Behavior
Management
Activity Terapy
Energy
Management
Nutrition
Management
Situasional:
h) Peristiwa hidup negative
i) Pekerjaan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tan
ggal
/har
i
Diagnosa
keperawatan
Tindakan keperawatan P
a
r
af
21
Mei
2017
Diagnosa 1 1. kaji adanya alergi makanan, 2. berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
3. menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe,
4. menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c,
5. meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi,
6. memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi,
7. memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
8. mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan,
9. mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya,
10. memonitor adanya
penurunan berat badan, 11. memonitor lingkungan
selama makan, 12. memonitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi, 13. memonitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah,
14. memonitor mual muntah, 15. memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht, 16. mencatat adanya edema,
hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan cavitas oral.
Diagnosa 2 1. memonitor tanda dan gejala konstipasi,
2. memonitor bising usus, 3. memonitor feses frekuensi,
konsistensi dan volume, 4. berkonsultasi dengan dokter
tentang penurunan dan peningkatan bising usus,
5. memonitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis,
6. menjelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien,
7. mengindentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi,
8. mendukung intake cairan, 9. berkolaborasi dalam
pemberian laktasif, 10. memantau tanda-tanda
gejala konstipasi, 11. 12. memantau tanda-tanda
gejala impaksi, 13. memantau gerakan usus,
termasuk konsistensi frekuensi, bentuk, volume dan warna,
14. memantau bising usus, 15. mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan,
16. menganjurkan pasien/
keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja,
17. menganjurkan pasien/ keluarga untuk diet tinggi serat,
18. menganjurkan pasien/ keluarga pada penggunaan yang tepat dari obat pencahar,
19. menganjurkan pasien / keluarga pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaksi,
20. mengajarkan pasien/ keluarga tentang proses pencernaan yang normal.
Diagnosa 3 1. mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas,
2. mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan,
3. mengkaji adanya faktor yang menyebabkn kelelahan,
4. memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat,
5. memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan,
6. memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas,
7. memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien,
8. membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan,
9. berkosultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.
22
Mei
Diagnosa 1 1. meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
2017
konstipasi, 2. memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi, 3. memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori yang didapatkan pasien,
4. memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak,
5. mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya,
6. memonitor lingkungan selama makan,
7. Monitor mual muntah, 8. memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht Diagnosa 2 1. mengevaluasi keadaan
pasien, 2. menganjurkan pasien/
keluarga untuk diet tinggi serat,
Diagnosa 3 1. mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas,
2. memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat,
3. memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan,
4. memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien,
5. membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan,
6. berkosultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi.
23
Mei
2017
Diagnosa 1 1. memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang didapatkan pasien,
2. memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak,
3. mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien sebelumnya,
4. memonitor lingkungan selama makan,
5. Monitor mual muntah, 6. memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht. Diagnosa 2 1. memonitor nutrisi dan
sumber energy yang adekuat,
2. memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan,
3. memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien,
4. membantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
24
Mei
2017
Diagnosa 1 1. memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak,
2. memonitor lingkungan selama makan,
3. Memonitor mual muntah, 4. memonitor kadar albumin,
total protein, Hb, Ht
Diagnosa 2 1. memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat,
2. memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan,
3. memonitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
25
Mei
2017
Diagnosa 1 1. memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak,
2. memonitor lingkungan selama makan
Diagnosa 2 1. memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat,
2. memonitor pola tidur dan
lamanya tidur/ istirahat pasien.
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal
/ hari
Diagnosa
keperawatan
Evaluasi keperawatan Paraf
21 Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. pasien mengatakan tidak nafsu makan,
2. pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan,
3. pasien mengeluh mual, O:
1. diet pasien tampak tidak habis,
2. pasien tampak mual, 3. LILA dibawah normal
yaitu 23 cm (nr 23,5 cm),
4. nilai IMT termasuk dalam kategori kelebihan bb tingkat ringan yaitu 26,49 (nr >18,5-25,0),
5. rambut pasien terlihat rontok dan kusam,
6. membran mukosa bibir tampak pucat,
7. pasien tampak lesu dan lemah,
8. konjungtiva anemis, 9. Hb 10,6 g/dl (nr 12-16
g/dl), albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl), hematokrit 33% (nr 37-43%).
A: masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2 S:
1. Pasien mengatakan BAB tidak lancar, BAB keras,
2. pasien juga
mengatakan perutnya tegang dan sakit,
O:
1. pasien tampak memegang perutnya,
2. perut pasien tampak tegang,
3. pasien pasien mendapatkan obat pencahar secara supost.
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 3 S:
1. pasien mengatakan merasa lelah,
2. pasien mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun,
3. pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. pasien tampak kelelahan, pasien tampak lesu,
2. pasien tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar, tampak mengantuk, aktifitas
3. pasien dibantu oleh keluarga,
4. diet pasien tidak habis, 5. Hb 10,6 g/dl (nr 12-16
g/dl), Gula darah 241 mg/dl (nr <200).
A: Maka masalah belum
teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
22 Mei Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan
2017 tidak nafsu makan, 2. pasien mengatakan diet
nya hanya habis 3 sendok makan,
3. pasien mengeluh mual, O:
1. diet pasien tampak tidak habis,
2. pasien tampak mual, 3. rambut pasien terlihat
rontok dan kusam, 4. membran mukosa bibir
tampak pucat, 5. pasien tampak lesu dan
lemah, 6. konjungtiva anemis, A: Masalah belum
teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2 S:
1. Pasien mengatakan BAB nya sudah lancar, BAB nya tidak keras lagi,
2. pasien juga mengatakan perutnya tidak tegang dan sakit lagi,
O:
1. pasien tampak tenang, perut pasien tampak tidak tegang,
2. pasien mendapatkan obat pencahar secara supost.
A: masalah sudah teratasi.
P: Intervensi dihentikan.
Diagnosa 3 S:
1. pasien mengatakan merasa lelah,
2. pasien mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun,
3. pasien mengatakan
tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. pasien tampak kelelahan,
2. pasien tampak lesu, 3. pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
4. tampak mengantuk, 5. aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga, 6. diet pasien tidak habis. A: masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
23 Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan,
2. pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan,
3. pasien mengeluh mual, O:
1. diet pasien tampak tidak habis,
2. pasien tampak mual, 3. rambut pasien terlihat
rontok dan kusam, 4. membran mukosa bibir
tampak pucat, 5. pasien tampak lesu dan
lemah, 6. konjungtiva anemis, A: masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2 S:
1. pasien mengatakan merasa lelah,
2. pasien mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun,
3. pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. pasien tampak kelelahan,
2. pasien tampak lesu, 3. pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
4. tampak mengantuk, 5. aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga, 6. diet pasien tidak habis. A: masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
24 Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan,
2. pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan,
3. pasien mengeluh mual, O:
1. diet pasien tampak tidak habis,
2. pasien tampak mual, 3. rambut pasien terlihat
rontok dan kusam, 4. membran mukosa bibir
tampak pucat, 5. pasien tampak lesu dan
lemah, 6. konjungtiva anemis, A: masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2 S:
1. pasien mengatakan merasa lelah,
2. pasien mengeluh
tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun,
3. pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. pasien tampak kelelahan,
2. pasien tampak lesu, 3. pasien tampak kurang
berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
4. tampak mengantuk, aktifitas pasien dibantu oleh keluarga,
5. diet pasien tidak habis. A: masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
25 Mei
2017
Diagnosa 1 S:
1. pasien mengatakan tidak nafsu makan,
2. pasien mengatakan diet nya hanya habis 3 sendok makan,
3. pasien mengeluh mual, O:
1. diet pasien tampak tidak habis,
2. pasien tampak mual, rambut
3. pasien terlihat rontok dan kusam,
4. membran mukosa bibir tampak pucat,
5. pasien tampak lesu dan lemah,
6. konjungtiva anemis, A: masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2 S:
1. pasien mengatakan
merasa lelah, 2. pasien mengeluh
tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun,
3. pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas seperti biasanya dan selalu dibantu oleh perawat ataupun keluarga,
O:
1. pasien tampak kelelahan, pasien tampak lesu,
2. pasien tampak kurang berkonsentrasi, kurang minat terhadap sekitar,
3. tampak mengantuk, 4. aktifitas pasien dibantu
oleh keluarga, 5. diet pasien tampak
tidak habis. A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
top related