plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileper}tyataafi keaslian karya saya...
Post on 11-Jul-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN
OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI
KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR
KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lusia Jois Mariana
NIM : 128114138
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENGGUNAAN
OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI
KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR
KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lusia Jois Mariana
NIM : 128114138
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
KAJIAN PENGETAHUAh{, SIKAP DAN TINDAKAI\ PENGGUNAAI\IOBAT TRADISIONAL TJNTT'K PENGOBATA}I MANDIRI DI
KALANGAI{ MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJARKABTTPATEN WONOSOBO JAWA TENGAI{
Skripsi yang diajukan oleh:
Lusia Jois Mariana
NIM: 128114138
telah disetujui oleh:
Pernbimbing Utama
( Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.) tanggal 20 November 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
KAJIAN PENGETAHUAI\I, SIKAP DAN TII\DAKAhI PENGGT'NAAI\OBAT TRADISIONAL T]NTTIK PENGOBATAI{ MANDIRI DI
KALANGAIY MASYARAKAT DESA I}IENG KECAMATAI\ KE"IAJARKABI]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
Oleh:Lusia Jois MarianaNIM: 128114138
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharmapada tanggal : 2A J anuai 201 6
MengetahuiFakultas Farmasi
Sanata DharmaDekan
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
Panitia Penguji:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
2. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.
3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
nt
f=^fl++ s'.?e+ib
#f ,'-.#-. i? /i=-:--kli!'2 ^ E.,!,roi,," t .-.lq
\'1.,,r'dil5d
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia
yang memelihara kamu”
(1 Petrus 5:7)
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat
terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari
kegagalan.
Mario Teguh
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, sumber segala berkat dan kekuatanku
Kedua orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem
Kakak dan adikku yang tersayang, Natalia Kristanti dan Paulina Yuliani
Sahabat-sahabatku yang selalu ada buatku
Almamater yang selalu kubanggakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PER}TYATAAFI KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam
naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakart4 20 November 2015
Penulis
I' I/o{r'tkT
(Lusia Jois Mariana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERI\TYATAAI\ PERSETUJUAI\I
PT,BLIKASI KARYA ILN,IIAH T,NTUK KEPENTINGAI\I AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Lusia Jois Mariana
Nomor Mahasiswa : l28ll4l38
Derni pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanate Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAI\[ TINDAKAN PENGGUNAA}IOBAT TRADISIONAL I'NTUK PENGOBATAIY MANDIRI DI
KALAI\IGAI\I MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAFI KEJAJARKABT]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAII
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpanr lre-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan datamendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Intemet atau medialain untuk kepentingan akademis tanpa perlu merninta ijin dari saya maupunmemberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis.
Demikian p€myataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Janurrn 2016
Yang menyatakan
l:0/g|.Srr
( Lusia Jois Mariana
vl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional
untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah“. Penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan
dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi.
2. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan
saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini
dengan memberikan ethical clearance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah atas partisipasi dan respon baik terhadap penelitian yang telah
dikerjakan.
6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan dan bimbingan kepada
penulis selama perkuliahan.
7. Bapak Mardi selaku Kepala Desa Dieng dan keluarga yang dengan murah
hati mendukung, membimbing, mengarahkan dan menerima penulis dengan
baik selama berada di Desa Dieng.
8. Orang tuaku yang tercinta, Basilius Dwijo Sumaryo, BA. dan Yuventia
Sarjinem yang selalu mendukung, menguatkan, membimbing dan
mencintaiku dengan penuh kasih sayang.
9. Kakak dan adikku yang tercinta, Natalia Kristanti, S.Pd. dan Paulina Yuliani
yang selalu menyemangati dan menghiburku selama ini.
10. Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan motivasinya bagi penulis.
11. Teman-teman seperjuanganku “skripsi payung 4”,“Veronika, Yeni Mardiati
Pasaribu, dan Natalia Putri Arumsari”.
12. Sahabat-sahabatku tercinta, Lotmi Sabaretnam, Lusia Christin Setiawati,
Patrisia Yosepha Jelarut, Rosalia Lestari dan Sr. Ratna Sihombing untuk
setiap dukungan, doa dan semangat yang membuatku terus berjuang menjadi
lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Teman-teman kost Sekarayu, Rini, Yupita, Laurent, Keket, Deta, Mbak
Yohana, Ayu, Tia, Ike, Devi, Lena, Agnes, Putri, Anggik, Febi, Debby,
Mervin, Deta dan Hosea atas motivasi dan kebersamaan selama ini.
14. Teman-teman “Keluarga Cemara”, FKK B 2012 dan semua angkatan 2012
yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka di Fakultas Farmasi Sanata
Dharma Yogyakarta.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vi
PRAKATA ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
INTISARI .................................................................................................... xvii
ABSTRACT .................................................................................................. xviii
BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1. Perumusan masalah ....................................................................... 4
2. Keaslian penelitian ........................................................................ 4
3. Manfaat penelitian ........................................................................ 7
a. Manfaat teoritis ...................................................................... 7
b. Manfaat praktis ...................................................................... 7
B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Tujuan umum ................................................................................ 7
2. Tujuan khusus ............................................................................... 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 9
A. Pengobatan Mandiri ............................................................................. 9
B. Obat Tradisional .................................................................................. 10
1. Penggolongan obat tradisional ..................................................... 12
2. Bentuk sediaan obat tradisional ................................................... 17
C. Perilaku Pengobatan Mandiri .............................................................. 18
1. Pengetahuan (knowledge) ............................................................ 20
2. Sikap (attitude) ............................................................................. 21
3. Tindakan (practice) ...................................................................... 22
D. Keterangan Empiris ............................................................................. 23
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 24
B. Variabel Penelitian .............................................................................. 24
C. Definisi Operasional ........................................................................... 25
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ................................................ 26
E. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 27
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 27
G. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 28
H. Instrumen Penelitian ........................................................................... 29
I. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 29
1. Studi pustaka ................................................................................ 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Penentuan lokasi penelitian .......................................................... 29
3. Perizinan dan etika penelitian ...................................................... 29
4. Pembuatan panduan wawancara .................................................. 30
5. Pengumpulan data ........................................................................ 31
6. Pengolahan data ........................................................................... 31
I. Analisis Hasil Penelitian ...................................................................... 32
1. Data karakteristik responden .......................................................... 32
2. Data kualitatif hasil wawancara ..................................................... 32
J. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 34
A. Karakteristik Responden ..................................................................... 34
1. Jenis kelamin .................................................................................. 35
2. Usia ................................................................................................. 35
3. Status pernikahan ........................................................................... 36
4. Pendidikan terakhir ........................................................................ 36
5. Jenis pekerjaan ............................................................................... 37
6. Pendapatan per bulan ..................................................................... 38
B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat
Desa Dieng .......................................................................................... 39
1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau
swamedikasi ................................................................................... 39
2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional ........................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional ................ 57
4. Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri ........................................................................ 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 64
A. Kesimpulan ......................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66
LAMPIRAN ............................................................................................... 71
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat
Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah ......................................................................... 34
Tabel II. Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai
istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi ........................ 42
Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban
responden .............................................................................. 43
Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden
............................................................................................... 45
Tabel V. Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk
digunakan dalam pengobatan mandiri .................................. 54
Tabel VI. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional
jika sakit ................................................................................ 57
Tabel VII. Respon sikap responden menyukai atau tidak menyukai
penggunaan obat tradisional jika sakit .................................. 59
Tabel VIII. Respon sikap responden mengenai apakah obat tradisional
bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami .... 60
Tabel IX. Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan
obat tradisional ketika sakit .................................................. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Logo Jamu. ............................................................................... 13
Gambar 2. Logo Obat Herbal Terstandar .................................................. 14
Gambar 3. Logo Fitofarmaka .................................................................... 15
Gambar 4. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ......................... 19
Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian ......................................... 26
Gambar 6. Skema kajian penelitian payung .............................................. 28
Gambar 7. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka .................................... 47
Gambar 8. Pengetahuan responden mengenai lambang atau logo pada
jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka .......................... 49
Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat
menimbulkan efek samping .................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat izin penelitian .............................................................. 72
Lampiran 2. Ethical clearance .................................................................. 74
Lampiran 3. Informed consent .................................................................. 75
Lampiran 4. Panduan wawancara ............................................................. 77
Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan
.............................................................................................. 82
Lmapiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah .................................................................................. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Perilaku pengobatan mandiri
menggunakan obat tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan yang
dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberi gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat
tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Responden adalah masyarakat dewasa yang berusia ≥
18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri dan bersedia diwawancara
yang dipilih secara accidental sampling. Data karakteristik responden dianalisis
dengan metode statistik deskriptif dan data kualitatif yang dilakukan dengan
metode wawancara terstruktur dianalisis dengan content analysis.
Sebagian besar responden yang menggunakan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri mengungkapkan obat tradisional seperti halnya jamu dan
tidak memiliki efek samping. Bentuk sediaan yang paling banyak dikenal adalah
cairan. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak dikenal
dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun, pengetahuan
mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih rendah. Sebagian besar
responden memberikan sikap positif terhadap penggunaan obat tradisional untuk
mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami, sehingga terdapat
kecenderungan melakukan tindakan penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri.
Kata kunci: obat tradisional, perilaku pengobatan mandiri, pengetahuan, sikap,
tindakan, masyarakat Desa Dieng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Traditional medicine has been known and used by people in order to cure
and care for health. Self medication by using the traditional medicine was one of
health behavior ways which could be seen from knowledge, attitude and act. The
aim of this research was to give description on the knowledge, attitude and act of
using traditional medicine for self medication among people at Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
This research was an observational description study with cross sectional
design. The respondent were local adult people aged more than 18 years old who
had applied self medication and were willing to be interviewed. Accidental
sampling were used to choose the respondents. The characteristics data were
analyzed using descriptive statistic and qualitative data done by using structured
interviews method were analyzed using content analysis.
Most of respondents who used traditional medicine for self medication
expressed that traditional medicine like “Jamu” did not have side effect. The most
widely known was in the form of liquid. “Jamu”, was well known as traditional
medicine compared by standaridized herbal medicine and phytopharmaceutical.
However, their knowledge about traditional medicine’s logo was relative low.
Most of respondents gave positive respond on the use of traditional medicine to
overcome indications or pain felt. Therefore, there was a tendency on the use of
traditional medicine for self medication.
Key words: traditional medicine, self medication, knowledge, attitude, act, people
at Desa Dieng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pengobatan mandiri atau swamedikasi lazim dilakukan oleh masyarakat
di Indonesia. Menurut Suryawati (cit., Citahasri, 2008), dalam upaya
pemeliharaan kesehatan, pengobatan mandiri merupakan upaya pertama dan yang
terbanyak dilakukan masyarakat umum untuk mengatasi keluhan kesehatannya,
sehingga peranannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam penelitiannya di
Indonesia, Supardi, Jamal dan Raharni (2005), mengungkapkan bahwa persentase
penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi di desa
dibandingkan di kota dan terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena ketersediaan tanaman obat, adanya intervensi pemerintah
melalui promosi pemanfaatan obat asli Indonesia, penggalakan TOGA (Tanaman
Obat Keluarga) dan peningkatan jumlah industri obat tradisional.
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional
pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif
meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin
berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema back to nature, telah
meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin
banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Handayani dan Suharmiati, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasi
penggunaan obat tradisional sebagai pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal tersebut menunjukkan dukungan WHO
terhadap penggunaan obat tradisional sebagai salah satu alternatif pengobatan
yang lebih dikenal dengan back to nature (Wasito, 2011).
Masyarakat menganggap obat tradisional relatif aman untuk dikonsumsi
karena berasal dari bahan alam dan memiliki efek samping yang lebih ringan
dibandingkan dengan obat (Harmanto dan Subroto, 2007). Lebih dari 30.000
spesies tanaman obat tumbuh di Indonesia dan sekitar 9.000 diantaranya
merupakan tanaman berkhasiat obat, tetapi baru 250 spesies yang digunakan
dalam pengobatan. Hal ini menunjukkan kekayaan Indonesia akan bahan alam
tidak diragukan lagi (Tilaar dan Widjaja, 2014).
Pemanfaatan bahan alam yang secara langsung berupa tanaman obat
telah menjadi budaya dan kearifan lokal suatu daerah yang diwariskan kepada
masyarakat setempat turun temurun secara empirik (Rahayu, Rugayah, Praptiwi,
dan Hamzah, 2002). Salah satu tanaman obat yang paling populer dan habitat
endemiknya di dataran tinggi Desa Dieng adalah tanaman Purwoceng yang dapat
digunakan oleh masyarakat desa Dieng untuk mengatasi masalah kesehatan
(Abdiyani, 2008).
Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam
pegunungan di dataran tinggi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pusat
layanan kesehatan berupa Puskesmas berada di balai Desa Dieng dan masih dapat
dijangkau oleh masyarakat. Namun, belum terdapat apotek di area tersebut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
apotek terdekat berada di Kecamatan Garung di luar Kecamatan Kejajar yang
dapat diakses dengan transportasi umum, sehingga masyarakat harus menunggu
dan berdesak-desakan. Hal ini membuat masyarakat setempat kesulitan dan
terbatas untuk menemukan pelayanan kesehatan. Pada kondisi tersebut, maka
perilaku pengobatan mandiri merupakan salah satu upaya yang cukup membantu
untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat setempat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya, terutama untuk gejala atau penyakit ringan.
Salah satu pengobatan mandiri yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah
menggunakan obat tradisional (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012).
Perilaku pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan
salah satu perilaku kesehatan yang dikategorikan ke dalam tiga domain berikut,
yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai
fungsi pengaruh kolektif dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi antara lain
pengetahuan, sikap dan persepsi; faktor pendukung yang terwujud dalam
lingkungan fisik antara lain biaya dan jarak; dan faktor penguat yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian di kalangan
masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional
sebagai salah satu upaya pengobatan mandiri. Hal ini terkait dengan belum pernah
ada penelitian sejenis pada masyarakat Desa Dieng, sehingga menarik untuk
diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Perumusan masalah
a. Seperti apa karakteristik responden yang melakukan pengobatan mandiri
dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?
b. Seperti apa profil perilaku pengobatan mandiri yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengobatan mandiri yang
pernah dipublikasikan antara lain:
a. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat
Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di
Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah (Pangastuti, 2014). Penelitian ini merupakan
studi observasional dengan rancangan penelitian desain cross sectional.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling
yang dikombinasikan dengan metode non random accidental sampling.
Analisis data menggunakan Uji Chi Square. Sebesar 62% responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang, 86,3% bersikap positif terhadap
penggunaan obat tradisional dan 66% responden mempunyai tindakan
memilih obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Penggunaan Obat Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di
Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007) (Supardi dan Susyanty,
2010). Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penggunaan obat
tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di Indonesia dan mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional.
Kriteria responden penelitian adalah responden berumur 10 tahun ke atas
yang mengeluh sakit selama sebulan terakhir sebelum survei dan
menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri. Metode
penelitian adalah analisis data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2007
yang mencakup 280.000 rumah tangga atau 973.660 responden di 33
propinsi dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian adalah
umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat
tinggal, jenis penyakit dan penggunaan obat tradisional.
c. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan
Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman (Kristina, Prabandari,
Sudjaswadi, 2008). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap tentang pengobatan sendiri, serta faktor
sosiodemografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
jarak ke pusat pelayanan kesehatan dan lokasi tempat tinggal) dengan
perilaku pengobatan sendiri yang rasional. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah
responden sebanyak 174 dipilih secara multistage random sampling tiap-
tiap desa. Teknik pengambilan data dengan menggunakan kuesioner yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
diwawancarakan dan observasi. Data dianalisis dengan uji independent
sample t-test, korelasi Pearson dan analisis multivariat dengan regresi
logistik berganda.
d. Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam
sebagai Alternatif Pengobatan di Kelurahan Muja Muju Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta (Hidayati dan Perwitasari, 2011). Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat
mengenai penggunaan obat bahan alam dalam hal obat tradisional. Hasil
penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu lebih dari 50%
mempunyai persepsi yang baik dan benar mengenai obat tradisional atau
obat bahan alam. Hasil diperoleh melalui analisis statistik secara deskriptif
dengan cross tab analisis dan terdapat hubungan antara persepsi dengan
tingkat pendidikan seseorang.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah subjek yang
diteliti, yaitu masyarakat di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah, teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling,
pengambilan data dengan wawancara terstruktur dianalisis dengan menggunakan
content analysis dan variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Sejauh pengetahuan
peneliti, penelitian mengenai kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan
obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah belum pernah
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Memberikan deskripsi mengenai pengetahuan, sikap dan
tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di
kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah.
b. Manfaat praktis
Dapat menjadi data dasar dan informasi bagi instansi terkait
dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam penggunaan
obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dan informasi terutama dalam melakukan pengobatan mandiri
menggunakan obat tradisional.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi mengenai kajian
pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan
mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah.
2. Tujuan khusus
a. Mendapat gambaran karakteristik responden yang melakukan pengobatan
mandiri dengan menggunakan obat tradisional di kalangan masyarakat
Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
b. Mendapat gambaran mengenai profil perilaku pengobatan mandiri yang
meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan obat tradisional
untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri
Pengobatan mandiri sering juga disebut dengan swamedikasi (self
medication). Definisi pengobatan mandiri menurut World Health Organization
(WHO) tahun 1998 adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik obat
tradisional maupun obat oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang
dapat dikenali sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang telah didiagnosis
tegak oleh dokter sebelumnya. Menurut The International Pharmaceutical
Federation (FIP) dan The World Self-Medication Industry (WSMI) (1998),
pengobatan mandiri merupakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh
masyarakat atas inisiatif mereka sendiri.
Peran pengobatan mandiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan
efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban
pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta
meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan
(WHO, 1988). Di dalam konteks pengobatan mandiri, maka tanggung jawab
pengenalan gejala atau penyakit dan pemilihan serta penggunaan obatnya ada pada
individu pelaku.
Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan pengobatan mandiri, yaitu pelayanan
kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau, sehingga membuat masyarakat mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pengobatan yang lebih murah untuk penyakit yang relatif ringan, kemudian
berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan dengan melakukan
pengobatan mandiri bagi masyarakat. Selain itu, adanya promosi obat bebas dan
obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen baik melalui media cetak
maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa. Tersebarnya
distribusi obat melalui puskesmas dan warung obat desa yang berperan dalam
peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama obat tanpa resep (OTR)
dan kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat juga dapat
mempengaruhi pengobatan mandiri. Semakin banyak obat OTR (OWA, obat bebas
terbatas, dan obat bebas) yang akan memperkaya pilihan obat untuk pengobatan
mandiri.
Respons seseorang apabila sakit melakukan tindakan mengobati sendiri
(self medication) dengan alasan fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh
letaknya, takut dengan dokter, takut pergi ke rumah sakit dan biayanya mahal.
Masyarakat sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan
pengalaman yang lalu dengan melakukan pengobatan mandiri sudah dapat
menyembuhkan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak
diperlukan (Notoatmodjo, 2010).
B. Obat Tradisional
Obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh semua lapisan
masyarakat di Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan kesehatan.
Jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang sedang menderita suatu penyakit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sebagian masyarakat berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang terdapat
di sekitar lingkungannya untuk mereka gunakan dalam pengobatan. Pemanfaatan
tanaman berkhasiat obat di masyarakat terus berkembang dan diwariskan ke
generasi selanjutnya. Perkembangan obat tradisional ini dimulai dari ramu-ramuan
tradisional yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian berkembang menjadi
suatu ramuan yang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia (Wasito,
2011).
Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tanaman atau
berbahan alami. Tanaman obat yang paling banyak dijumpai di desa Dieng adalah
Purwoceng. Purwoceng merupakan tanaman herba komersial yang akarnya
dilaporkan berkhasiat obat sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual dan
menimbulkan ereksi), diuretik (melancarkan saluran air seni) dan tonik (mampu
meningkatkan stamina tubuh). Langkanya budidaya purwoceng di tingkat petani
karena adanya pencurian yang terkait dengan mahalnya komoditas tersebut.
Kendala lain adalah mahalnya harga bibit yang dapat mencapai Rp 4.000-Rp 10.000
per batang, bahkan harga benih dapat mencapai jutaan rupiah setiap ons (Darwati
dan Roostika, 2006).
Dalam Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab I Pasal
1 ayat (9) disebutkan bahwa: “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1. Penggolongan obat tradisional
Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI) nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dalam
Ketentuan Umum Pasal 1 tercantum beberapa definisi sebagai berikut.
a. Jamu adalah obat tradisional Indonesia.
b. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan bahan bakunya telah di standarisasi.
c. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia dalam Pasal 1
tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain:
a. Jamu. Pasal 2 mengenai kriteria jamu sebagai berikut:
Pasal 2
1. Jamu harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.
3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: "Secara tradisional
digunakan untuk ...", atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pasal 5 mengenai ketentuan logo jamu sebagai berikut:
Pasal 5
1. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk
pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”
sebagaimana contoh terlampir.
2. Logo sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa “RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
3. Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “JAMU” sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna
lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”.
Gambar 1.
Logo Jamu
(Keputusan BPOM RI, 2004).
b. Obat herbal terstandar (OHT). Pasal 3 mengenai kriteria OHT sebagai berikut:
Pasal 3
1. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium.
Pasal 7 mengenai ketentuan logo obat herbal terstandar sebagai berikut:
Pasal 7
1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus
mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”
sebagaimana contoh terlampir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa” JARI-JARI DAUN (3
PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada
bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” yang dimaksud pada ayat (1)
harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar
warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan “OBAT
HERBAL TERSTANDAR”.
Gambar 2.
Logo Obat Herbal Terstandar
(Keputusan BPOM RI, 2004).
c. Fitofarmaka. Pasal 4 mengenai kriteria fitofarmaka sebagai berikut:
Pasal 4
1. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.
Pasal 8 mengenai ketentuan logo fitofarmaka sebagai berikut:
Pasal 8
1. Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus
mencantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” sebagaimana contoh
terlampir.
2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa “JARI-JARI DAUN
(YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK
DALAM LINGKARAN” dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri
dari wadah/ pembungkus/ brosur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan “FITOFARMAKA” yang dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan
mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “FITOFARMAKA”.
Gambar 3.
Logo Fitofarmaka
(Keputusan BPOM RI, 2004).
Menurut Wasito (2011), logo jamu berupa sebuah lingkaran yang secara
filosofis menyatakan sebuah proses serta tanda aman berwarna hijau serta kuning
yang merupakan perwujudan kekayaan alam Indonesia dengan di tengah-tengahnya
terdapat gambar stilasi jari-jari daun yang melambangkan suatu proses pembuatan
jamu yang sederhana. Logo OHT berupa lingkaran hijau dengan warna dasar dalam
lingkaran kuning yang memiliki filosofi yang sama dengan jamu serta pada bagian
dalam lingkaran terdapat gambar berupa stilasi jari-jari daun sebanyak tiga pasang
yang melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak tumbuhan obat. Logo
fitofarmaka berupa lingkaran hijau dengan warna bagian dalam lingkaran terdapat
gambar berupa stilasi jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang yang
melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan
fitofarmaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Menurut Handayani dkk. (2002), obat tradisional dapat diperoleh dari
berbagai sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Obat tradisional buatan sendiri. Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari
pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu,
nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat
tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan
anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota
keluarga.
b. Obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist. Pembuat jamu
gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan
yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya
di pulau Jawa, tetapi juga dapat dijumpai di berbagai pulau di Indonesia.
c. Obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi
industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya
obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk
memproduksi obat tradisional. Pada umumnya yang berbentuk sediaan
modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil, salep dan krim.
Pada dasarnya, minum jamu merupakan kebiasaan yang dilakukan turun-
temurun dan merupakan budaya hidup sehat Indonesia. Penggunaan jamu memang
cocok bagi masyarakat Indonesia karena dua hal, yaitu Indonesia kaya akan sumber
alam hayatinya dan kaya akan budaya serta adat istiadat, sehingga mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
gaya hidup masyarakatnya. Ada beberapa tujuan penggunaan jamu oleh
masyarakat, antara lain: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi (Tilaar dkk.,
2014).
2. Bentuk sediaan obat tradisional
Menurut Wasito (2011), obat tradisional agar lebih mudah diterima dan
digunakan oleh masyarakat, maka dibuat bentuk sediaan yang beragam untuk
tujuan dan penggunaan yang bermacam-macam, mulai yang sederhana hingga yang
membutuhkan teknologi yang tinggi. Bentuk sediaan obat tradisional dapat dibagi
menjadi:
a. Sediaan padat atau kering. Beberapa bentuk sediaan padat atau kering yang
beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang berupa potongan simplisia,
campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan gelanik, yang
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air
panas. Biasanya proses perebusan dianggap selesai apabila air yang digunakan
untuk merebus bahan obat tersisa setengah dari jumlah air sebelumnya.
Namun, jika bahan obat yang direbus banyak yang keras seperti biji, batang
dan kulit kayu, maka perebusan dianggap selesai setelah air rebusan tersisa
sepertiga dari jumlah air semula. Selain itu, dalam bentuk serbuk, kapsul,
tablet, pil, pastiles, koyok, parem, pilis dan tapel.
b. Sediaan semi padat, yaitu sediaan dodol atau jenang dan dalam bentuk krim
dan salep. Obat bentuk semi padat dapat digunakan obat dalam maupun luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Sediaan cair, yaitu seperti sirup, emulsi, suspensi, larutan, jamu cair dan bentuk
cairan lainnya, baik untuk penggunaan obat dalam maupun obat luar. Jamu
gendong merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional.
C. Perilaku Pengobatan Mandiri
Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan respons seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan dalam memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 1993). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang
menyangkut pengetahuan dan sikap, serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan (Sarwono, 2007).
Menurut Skiner (cit. Notoatmodjo, 2010), seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku manusia dijelaskan melalui teori “S-O-R” (stimulus-
organisme-respons) dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Bentuk unobservable behavior atau
covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku ini terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang
lain dari luar atau observable behavior.
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu
faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang
(faktor internal). Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku, yaitu faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku,
yaitu perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Benyamin Bloom (cit. Notoatmojo, 2010), seorang ahli psikologi
pendidikan, membedakan perilaku manusia dibagi ke dalam 3 domain, yaitu
kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (pcychomotor). Di dalam
konteks pendidikan praktis, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom tersebut,
dikembangkan 3 tingkat domain perilaku, yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan.
Stimulus Organisme
Respons Tertutup (covert behavior)
•Pengetahuan
•Sikap
Respons Terbuka (overt behavior)
•Tindakan/ Praktik
Gambar 4.
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra
yang dimilikinya. Pada waktu pengindraan, dengan sendirinya menghasilkan
pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek (Notoatmojo, 2010).
Secara garis besar, dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, antara lain:
a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekadar tahu
terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi harus
dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui.
e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang
logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan sesorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
(Notoatmojo, 2010).
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 1993). Newcomb, seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi
sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan
predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmojo, 2010). Sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo, 1993).
Pengukuran perilaku kesehatan dalam ranah sikap adalah bagaimana
pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang berkaitan dengan faktor resiko kesehatan
(Notoatmojo, 2010). Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah
selalu mencerminkan sikap seseorang karena seringkali terjadi bahwa seseorang
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:
a. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau
menerima stimulus yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
b. Menanggapi (responding). Menanggapi diartikan memberikan jawaban
atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing). Menghargai diartikan subjek atau seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti
membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi
orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (responsible). Seseorang yang telah mengambil sikap
tertentu berdasarkan keyakinannya harus berani mengambil resiko bila ada
orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
emosi memegangi peranan penting (Fitriani, 2011). Sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap juga membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain (Notoatmodjo, 2010).
3. Tindakan (practice)
Tindakan adalah suatu cara mempraktekkan apa yang telah diketahui
setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang diterima
(Fitriani, 2011). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana
(Notoatmodjo, 2010).
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran
perilaku kesehatan dalam ranah tindakan adalah hal apa yang dilakukan oleh
responden terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan
kesehatan dan cara memperoleh pengobatan yang tepat (Notoatmodjo, 2010).
D. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan
mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif
dengan rancangan cross sectional. Observasional deskriptif merupakan penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena
yang terjadi di masyarakat. Rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian
yang dilakukan pada satu waktu, artinya penelitian terhadap subjek dilakukan satu
kali saja dalam jangka waktu tertentu tanpa adanya tindak lanjut (Notoatmodjo,
2010). Pada penelitian ini mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan tindakan
penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat
Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
B. Variabel Penelitian
1. Pengetahuan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri.
2. Sikap masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan
mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3. Tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan
masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah.
C. Definisi Operasional
1. Pengobatan mandiri dalam penelitian ini adalah tindakan pemilihan atau
penggunaan obat tradisional untuk mengobati penyakit atau gejala yang
dikenali sendiri.
2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, sediaan sarian, termasuk golongan jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan digunakan dalam
pengobatan mandiri.
3. Pengetahuan adalah informasi mengenai obat tradisional yang diketahui oleh
masyarakat desa Dieng meliputi: pengertian obat tradisional, bentuk-bentuk
sediaan yang dikenal oleh responden, jenis-jenis obat tradisional, lambang
atau logo pada jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping
obat tradisional, contoh, manfaat dan cara penggunaan obat tradisional.
4. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dengan menyatakan adanya
tanda-tanda untuk menyukai (sikap positif) atau tidak menyukai (sikap
negatif) menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, respons
sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat dan pendapat
mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
5. Tindakan adalah respons tindakan responden terhadap penggunaan obat
tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian
Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut
sebagai responden adalah masyarakat dewasa Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun,
baik laki-laki ataupun perempuan, pernah melakukan pengobatan mandiri
menggunakan obat tradisional dan bersedia diwawancara. Menurut undang-
undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaan Republik Indonesia, usia
18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang.
Skema pencarian subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai
berikut:
Gambar 5. Skema pencarian subjek penelitian
52 responden yang bersedia diwawancara
4 responden melakukan swamedikasi menggunakan
obat
30 responden yang melakukan swamedikasi dengan obat
26 responden melakukan swamedikasi dengan obat dan
obat tradisional
5 responden melakukan swamedikasi dengan obat
tradisional
31 responden yang melakukan swamedikasi dengan obat
tradisional
17 responden dikeluarkan
(11 responden tidak melakukan pengobatan dalam satu bulan terakhir dan 6 responden
melakukan pengobatan ke dokter)
Responden penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Subjek dalam penelitian payung ini yang bersedia diwawancarai
sebanyak 52 responden. Namun, 17 responden dikeluarkan dengan alasan
responden tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir
sebanyak 11 responden dan responden melakukan pengobatan ke dokter dan
menerima resep dari dokter sebanyak 6 responden. Berdasarkan hasil data
responden yang dikeluarkan tersebut diperoleh responden yang pernah melakukan
pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional sebanyak 31 responden.
Menurut Krithikadatta (2014) dan Hardon, Hodgkin and Fresle (2004), minimal
sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden dengan alasan jumlah
tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal, jika
penelitiannya akan dilakukan analisis statistik, seperti komparatif atau korelasi.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Dieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei dan Juni
2015. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dua kali. Pengambilan data
pertama dilaksanakan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua
dilaksanakan pada tanggal 13-15 Juni 2015.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari penelitian payung
dengan judul utama yaitu “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan
Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah (Upaya Awal untuk Pelestarian Lingkungan
dan Mempertahankan Kearifan Lokal)”. Penelitian ini telah memperoleh izin dari
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan oleh 4 mahasisiwa dengan kajian yang berbeda-
beda. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Kajian Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan
Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah”. Berikut skema kajian penelitian payung yang dapat dilihat pada Gambar
6 sebagai berikut:
Gambar 6. Skema kajian penelitian payung
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara
non-random sampling dengan jenis accidental sampling. Teknik non-random
sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan
yang dapat diperhitungkan, artinya setiap anggota populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Accidental
sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil
Kajian
Penggunaan obat tradisional
Pengetahuan, sikap dan tindakan
Kajian penelitian peneliti
Pola dan motivasi
Penggunaan obat
Pengetahuan, sikap dan tindakan
Pola dan motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini pengambilan sampel
didasarkan pada kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah panduan
wawancara, dengan bantuan catatan wawancara, informed consent dan alat
perekam (audio-video taped). Panduan wawancara divalidasi dengan metode
expert judgement oleh dosen pembimbing untuk mereview panduan wawancara
sebagai instrumen untuk pengambilan data penelitian ini.
I. Tata Cara Penelitian
1. Studi pustaka
Sebelum penelitian dimulai dilakukan dengan studi dan penelaahan
pustaka, yaitu membaca literatur-literatur atau website mengenai pengobatan
mandiri, obat tradisional, perilaku kesehatan dan metodologi penelitian, serta
pembuatan panduan wawancara.
2. Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
3. Perizinan dan etika penelitian
Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
memperoleh ethical clearance. Ethical clearance diperoleh pada tanggal 17 Juni
2015 dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Untuk menjamin terpenuhinya
etika penelitian, maka hanya calon responden yang bersedia mengisi dan
menandatangani informed consent yang diikutkan sebagai responden. Informed
consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon subjek penelitian
untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Responden mendapat penjelasan singkat
mengenai penelitian ini sebelum diminta kesediaannya dalam mengisi dan
menandatangani informed consent dan tidak ada unsur paksaan dalam proses
rekrutmen responden. Semua data diri responden akan dirahasiakan.
Permohonan izin kedua ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat (Badan KESBANGLINMAS) Daerah Istimewa
Yogyakarta yang kemudian diteruskan ke Kepala Badan Penanaman Modal
Daerah Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan izin, para peneliti didampingi
oleh dosen pembimbing bertemu dengan Kepala Kecamatan Kejajar yang
memberikan masukan dan mengarahkan para peneliti untuk melakukan penelitian
di Desa Dieng. Kemudian para peneliti bertemu dengan Ketua RT Desa Dieng
mengenai maksud kedatangan peneliti bersama dosen pembimbing di desa Dieng
tersebut.
4. Pembuatan panduan wawancara .
Panduan wawancara divalidasi dengan metode expert judgement. Tujuan
dilakukan uji validitas ini adalah untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan
tujuan yang akan dicapai dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian
yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
digunakan dalam penelitian berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Namun ada penambahan pertanyaan untuk
menyesuaikan dengan tujuan penelitian.
5. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang sudah tertulis dalam form pertanyaan dalam bentuk panduan wawancara
(interview guideline) (Herdiansyah, 2015). Wawancara dilakukan langsung
dengan bantuan panduan wawancara, alat perekam (audio taped) dan buku
catatan. Calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani informed
consent yang diikutkan sebagai responden dan sebagai tanda persetujuan
mengikuti penelitian.
6. Pengolahan data
Langkah pertama yang dilakukan adalah dari data kualitatif hasil
wawancara adalah dilakukan transkripsi data. Transkripsi data dilakukan oleh dua
orang anggota tim penelitian yang bekerja secara independen. Peneliti pertama
melakukan transkrip data dari data asli dalam rekaman dan catatan tertulis yang
dibuat oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung. Peneliti kedua mengulang
proses ini sebagai upaya pemastian keakuratan proses transkripsi. Proses
transkripsi data rekaman wawancara ini mengacu pada penelitian kualitatif yang
pernah dilakukan oleh Widayati, Suryawati, Crespigny and Hiller (2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Langkah kedua, data hasil wawancara yang didapat dikuantifikasikan
sesuai panduan wawancara. Setelah itu, dihitung persentasenya dan
mendeskripsikan hasil penelitian untuk masing-masing pertanyaan.
J. Analisis Hasil Penelitian
1. Data karakteristik responden
Hasil data karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional
dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan
adalah teknik perhitungan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel atau
diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
P : persentase jawaban (dalam %)
A : jumlah jawaban
B : total jumlah responden
2. Data kualitatif hasil wawancara
Data kualitatif mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan
obat tradisional sebagai pengobatan mandiri dianalisis dengan menggunakan
teknik content analysis (analisis isi). Analisis isi merupakan suatu analisis
mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap
pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis
variabel yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan disajikan (Emzir,
2012).
P% = 𝐴
𝐵 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Menurut Payne and Payne (cit. Sarosa, 2012), content analysis
didefinisikan sebagai cara mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara
alokasi isi sistematis ke kategori terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan
kemudian menghitung dan menginterpretasikan hasilnya. Menurut Myers (cit.
Sarosa, 2012), content analysis adalah metode kuantitatif untuk menganalisis data
kualitatif. Data yang didapat dikuantifikasikan untuk masing-masing pertanyaan
pada panduan wawancara, kemudian dihitung persentasenya dan dideskripsikan.
K. Kerterbatasan Penelitian
1. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah
secara non random karena peneliti hanya merekrut masyarakat desa Dieng
yang kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria untuk menjadi responden,
sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan subjek penelitian.
2. Penelitian ini dilakukan menggunakan panduan wawancara, sehingga tidak
menggunakan skala yang dapat mengukur variabel penelitian dan terdapat
keterbatasan dalam waktu saat wawancara.
3. Pada penelitian ini, terbatas hanya pada kajian pengetahuan, sikap dan
tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan
masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Subjek penelitian yang terlibat di dalam penelitian yaitu sebanyak 31
responden dan telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan sebelumnya.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, status
pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan perdapatan per bulan.
Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Karakteristik responden Persentase (%)
n=31
Jenis kelamin:
Perempuan
Laki-laki
68
32
Usia (tahun):
Rentang usia (18-59 tahun)
Median (33 tahun)
18-24
25-31
32-38
39-45
46-52
53-59
23
16
32
13
10
6
Status pernikahan:
Menikah
Belum menikah
84
16
Pendidikan terakhir:
SD
SLTP/ SMP
SLTA/ SMA/ SMK
S1
23
29
45
3
Jenis pekerjaan:
Belum bekerja
Ibu Rumah Tangga (IRT)
Karyawan
Pedagang atau wiraswasta
Pengajar PAUD
Petani
3
13
13
36
3
32
Pendapatan per bulan:
pendapatan < Rp 300.000
Rp 300.000 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000
Rp 1.000.000 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000
Rp 1.500.000 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000
> Rp 2.000.000
Belum memiliki pendapatan
16
26
32
7
16
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1. Jenis kelamin
Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah
perempuan yaitu sebesar 68% dan sebesar 32% adalah laki-laki. Kecenderungan
swamedikasi lebih banyak dilakukan oleh perempuan, jika dibandingkan dengan
laki-laki, baik untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga maupun diri
sendiri (Berardi, et.al., 2002; Kristina dkk., 2008). Penelitian di Yogyakarta
menemukan bahwa sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi menggunakan
obat demam bagi anak mereka untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti dan
Widayati, 2005). Selain itu, Kurniasari (2007) juga mengungkapkan bahwa
biasanya wanita mempunyai perhatian yang lebih baik terhadap sakit dibandingkan
dengan pria, terutama bagi wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga.
2. Usia
Berdasarkan karakteristik usia responden pada Tabel I menunjukkan
rentang usia responden adalah 18-59 tahun. Rentang usia responden terbanyak yaitu
32-38 tahun dengan persentase 32%, kemudian diikuti pada rentang usia 18-24
tahun dengan persentase 23%. Usia produktif menurut Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011 adalah sekelompok
penduduk yang berusia 15-44 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian
besar responden berada pada rentang usia produktif.
Menurut Wawan dan Dewi (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah usia. Semakin cukup usia seseorang, maka kemampuan
berpikir akan lebih matang dan lebih dipercaya, sehingga akan berhubungan dengan
hal-hal yang diketahui responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pengobatan mandiri. Usia akan berpengaruh terhadap perilaku pengobatan mandiri
terkait dengan pengalaman seseorang terhadap suatu pengobatan.
3. Status pernikahan
Berdasarkan karakteristik status pernikahan responden pada Tabel I
menunjukkan bahwa dari 31 responden, sebesar 84% adalah responden yang sudah
menikah dan sebesar 16% adalah responden yang belum menikah. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Widayati (2012), faktor sosio-demografi ekonomi yang
berhubungan dengan pola tindakan self-care adalah status pernikahan (tidak
menikah/ cerai dan menikah). Adanya anjuran dari suami atau istri bisa merupakan
pendorong yang kuat bagi seseorang untuk memutuskan memilih upaya pencarian
pengobatan, misalnya apakah akan berupa upaya self-care atau upaya konsultasi ke
pihak lain. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan bahwa sangat penting untuk
melibatkan anggota keluarga dalam meningkatkan perilaku kesehatan.
4. Pendidikan terakhir
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat daya tangkap informasi, sikap, pengetahuan dan perilaku kesehatan
(Istaminingdyah, 2008). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pemikiran
dan persepsi seseorang, dalam penelitian ini adalah mengenai obat tradisional yang
akan mempengaruhi pengobatan mandiri yang aman, tepat, dan rasional
(Dharmasari, 2003; Hidayati dkk., 2011). Responden dengan pendidikan tinggi
cenderung akan lebih mudah menerima informasi dan lebih baik untuk
mengaplikasikan informasi atau pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan
responden perlu diketahui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir responden pada Tabel I
menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah
lulusan SLTA/ SMA/ SMK sebesar 45%. Menurut Melina (2011), seseorang
dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat sudah mampu dalam mengolah
informasi yang didapat dan mempertimbangkan hal apa yang baik untuk
dirinya. Pernyataan ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa
pendidikan adalah proses untuk menuju ke perubahan perilaku (Notoatmodjo,
2007). Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Figueras, Caamano, and
Gestal-Otero (2000) mengungkapkan bahwa responden berpendidikan tinggi lebih
banyak yang melakukan pengobatan mandiri secara rasional.
5. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku
kesehatan dan kemungkinan penyakit yang akan muncul, dalam hal ini adalah
penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri. Berdasarkan karakteristik
jenis pekerjaan responden pada Tabel I menunjukkan bahwa sebagian besar
pekerjaan responden adalah sebagai pedagang atau wiraswasta dan petani dengan
persentase masing-masing sebesar 36% dan 32%. Lokasi penelitian sebagian besar
merupakan daerah pertanian, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap jenis
pekerjaan masyarakat Desa Dieng. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Sudikyakto, Yunianto, Suripto, Kurniawan (2002), yaitu mata pencaharian
penduduk di wilayah Dieng didominasi oleh sektor pertanian yang ditunjukkan
dengan rasio rumah tangga tani terhadap jumlah rumah tangga yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
angka 88,91%. Sektor pertanian yang berkembang dan menjadi tanaman andalan
adalah pertanian tanaman kentang, kubis dan carica.
Responden yang bekerja umumnya sering berhubungan dengan dunia luar
ataupun berinteraksi dengan rekan kerjanya. Proses yang dijalani selama bekerja
setidaknya menyebabkan terjadinya tukar-menukar informasi yang akan
mempengaruhi pola pikir responden dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi
keputusan pengobatan mandiri yang diambil. Selain itu, jenis pekerjaan juga akan
berpengaruh terhadap besarnya pendapatan seseorang dalam 1 bulan.
6. Pendapatan per bulan
Tingkat konsumtivitas konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendapatannya. Oleh karena itu, tingkat pendapatan berpengaruh terhadap upaya
kesehatan masyarakat. Dalam hal ini adalah mengenai penggunaan obat tradisional
untuk pengobatan mandiri. Seperti yang terlihat pada Tabel I menunjukkan bahwa
pendapatan per bulan dengan persentase terbesar (32%) adalah ≥ Rp 1.000.000
sampai < Rp 1.500.000 dan persentase pendapatan terendah adalah sebesar 7% yang
berpendapatan ≥ Rp 1.500.000 sampai < Rp 2.000.000. Dari hasil penelitian juga
diperoleh bahwa sebesar 3% tidak memiliki pendapatan karena belum bekerja,
sehingga masih ditanggung oleh keluarga.
Adikuntati (2008) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap sikap seseorang mengenai jenis pengobatan seseorang,
termasuk swamedikasi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi akan dengan
mudah mengakses sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan tingkat pendapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
rendah akan cenderung menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam hal
pencarian pengobatan.
B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Mencakup Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Penggunaan Obat Tradisional di Kalangan Masyarakat Desa
Dieng
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana seseorang
dapat merespons baik secara pasif (mengetahui dan bersikap tentang sakit yang ada
pada dirinya) maupun aktif berupa tindakan yang dilakukan sehubungan dengan
sakit dan penyakit tersebut (Wawan dan Dewi, 2011). Oleh karena itu, pengetahuan,
sikap dan tindakan memiliki peran penting dalam menentukan perilaku seseorang
untuk mengatasi sakit yang dideritanya.
1. Pengertian responden mengenai pengobatan mandiri atau swamedikasi
Pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah penggunaan obat oleh
masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau
intervensi dokter (Shankar, et al., 2002). Pengobatan mandiri atau swamedikasi
dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk obat tradisional.
Semua responden pada penelitian ini pernah melakukan pengobatan
mandiri atau swamedikasi, walaupun sebagian besar dari responden tersebut tidak
pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi. Pada
kenyataannya, meskipun responden tidak pernah mendengar istilah pengobatan
mandiri, tetapi responden melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/ sakit yang dialami. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
tersebut sudah diklarifikasi bahwa sebenarnya responden yang menggunakan obat
tradisional berarti sudah melakukan pengobatan mandiri.
Dalam penelitian ini juga dibahas mengenai pengertian swamedikasi atau
pengobatan mandiri menurut responden. Menurut sebagian responden
mengungkapkan pengertian swamedikasi adalah penggunaan obat herbal atau
tradisional, seperti temulawak dan jahe. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Ya, seperti obat tradisional itu kan ya” (NH).
“Itu bermacam-macam, ada yang pakai kimia, kalau yang tradisional
pakai rempah-rempah, memang baik, tapi akhir ini di campur bahan
kimia” (N).
“Meracik obat sendiri, seperti memakai temulawak, jahe. Saya biasanya
pakai obat herbal” (I).
Menurut responden lainnya, swamedikasi adalah penggunaan obat, seperti
Paramex®. Pada ISO Indonesia volume 46 (2011) tercatat bahwa Paramex®
merupakan obat bebas terbatas yang berindikasi sebagai antipiretik dan analgesik.
Obat bebas terbatas merupakan salah satu kelompok obat yang digunakan untuk
pengobatan mandiri dan dapat digunakan tanpa resep dokter. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan wawancara berikut: “Seperti meminum obat Paramex®” (H).
Pengertian swamedikasi menurut responden tersebut sesuai dengan
pengertian yang diungkapkan oleh WHO (1998), yaitu swamedikasi atau
pengobatan mandiri adalah pemilihan obat, bukan hanya obat tradisional saja,
melainkan juga obat untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali
sendiri. Mengacu pada pengertian WHO tersebut, pengertian swamedikasi menurut
kutipan wawancara responden lainnya juga serupa. Responden tersebut mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
bahwa swamedikasi adalah mengindentifikasi penyakit sendiri dan menggunakan
obat yang biasa disimpan di rumah atas inisiatif mereka sendiri, dengan harapan
masyarakat memiliki simpanan obat yang dibeli di warung dan tanpa periksa ke
dokter. Hal ini juga didukung oleh pengertian menurut FIP dan WSMI (1998) yang
mengungkapkan bahwa swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan tanpa
resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri. Kutipan wawancara
responden dapat dilihat sebagai berikut:
“Belajar identifikasi penyakit sendiri dan mencari obat sendiri” (RH).
“Ya mungkin yang manual, maksudnya menggunakan obat di rumah” (D).
“Ya, saya sendiri banyak mempraktikkan. Keluarga saya menggunakan
obat sendiri. Kalau saya pengobatan sendiri, percaya penyakit datang dan
pergi itu dari yang Atas” (AIA).
“Mengobati diri sendiri tanpa bantuan orang lain” (R).
Menurut Meriati, Goenawi, Wijoyo (2013), swamedikasi dapat menjadi
alternatif pengobatan yang diambil masyarakat untuk meningkatkan
keterjangkauan pengobatan yang jauh dari pelayanan kesehatan. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Djunarko dan Hendrawati (2011), pelayanan kesehatan yang
mahal dan tidak terjangkau membuat masyarakat mencari pengobatan yang lebih
murah untuk penyakit yang relatif ringan. Oleh karena itu, responden
mengungkapkan pengobatan mandiri atau swamedikasi adalah alternatif
pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi sakit. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan wawancara sebagai berikut.
“Pengobatan sendiri itu alternatif pengobatan yang saya ambil kalau
sakit” (I).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Semua obat dan obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan
mandiri atau swamedikasi diperoleh tanpa periksa ke Puskesmas/ Rumah Sakit /
Praktek Dokter. Hal ini diungkapkan juga oleh semua responden. Salah satu
responden mengungkapkan mengenai pengalaman diri mengobati anaknya untuk
penyakit ringan dengan tindakan pengobatan mandiri sebagai berikut:
“Contohnya anak saya demam dikompres dan diberi obat tradisional”
(SH).
Pendapat responden tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Supardi dan Notosiswoyo (2005), yaitu pengobatan mandiri untuk sakit demam
dapat dilakukan menggunakan obat tradisional, yaitu mengkompres badan dengan
tumbukan daun melinjo, daun cabe, atau daun singkong. Dalam hal ini, pemilihan
dan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri berdasarkan dari pengalaman
individu sebelumnya yang pernah menggunakannya dan mampu mengatasi
penyakit.
Responden yang pernah mendengar istilah tersebut (32%) menyatakan
bahwa sumber informasi diperoleh dari tetangga/ orangtua/ teman sebanyak 22%
dan sebanyak 10% mendengar istilah tersebut dari internet/ televisi/ media
elektronik. Sumber informasi yang diperoleh responden tersebut dapat dilihat pada
Tabel II.
Tabel II. Sumber informasi yang diperoleh responden mengenai istilah
pengobatan mandiri atau swamedikasi
Sumber informasi Persentase (%)
n=31
internet/ televisi/ media elektronik 10
tetangga/ orangtua/ teman 22
tidak pernah mendengar istilah
pengobatan mandiri atau swamedikasi
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Istilah swamedikasi yang diperoleh responden sebagian besar didapatkan
dari tetangga/ orangtua/ teman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mulyani (2013). Pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain seperti
keluarga, tetangga dan teman dalam mengobati penyakit ringan dan berhasil
menjadi pertimbangan dalam memilih untuk melakukan swamedikasi. Keluarga,
tetangga dan teman adalah orang terdekat yang berada di lingkungan sekitar,
sehingga berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
2. Pengetahuan responden tentang obat tradisional
Pengetahuan (knowledge) dalam penelitian ini adalah hasil tahu
responden mengenai obat tradisional yang meliputi: pengertian obat tradisional,
bentuk-bentuk sediaan, jenis-jenis obat tradisional, lambang atau logo pada jamu,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka, efek samping obat tradisional, contoh,
manfaat dan cara penggunaan obat tradisional. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
a. Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden
Berdasarkan pertanyaan pada panduan wawancara “Apakah yang
dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda?”, didapat hasil penelitian
dari 31 responden yang mengenal obat tradisional sebagai berikut.
Tabel III. Pengertian mengenai obat tradisional menurut jawaban
responden, n=31
Pengertian obat tradisional menurut jawaban responden Persentase
(%)
Tidak ada efek samping 16
Seperti jamu 36
Tidak ada bahan kimia dan berasal dari bahan alami, seperti:
beras kencur, kunyit asam/ kunir asam
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel III. Lanjutan
Obat herbal atau tanaman obat dari lingkungan sekitar,
contohnya: purwoceng untuk mengatasi masuk angin,
menghangatkan dan menyehatkan badan, sirih, jahe dan
kemukus untuk melegakan tenggorokan
16
Obat tradisional buatan atau racikan sendiri 10
Seperti Tolak Angin® 3
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pengertian mengenai
obat tradisional
Hasil penelitian (Tabel III) menunjukkan pengertian mengenai obat
tradisional yang diketahui responden sebagian besar adalah obat tradisional
seperti jamu (36%). Namun dalam hal ini, responden tidak menjelaskan apakah
jamu yang dimaksud adalah jamu gendong atau jamu yang dijual dalam
kemasan atau dari pabrik jamu. Responden mengatakan obat tradisional seperti
jamu dikarenakan jamu telah digunakan secara turun-temurun dan merupakan
warisan budaya bangsa dengan khasiat yang didasarkan pada pengalaman
empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama (Wasito,
2011). Di Desa Dieng, jamu gendong merupakan jamu yang paling digemari,
seperti jamu beras kencur dan kunyit asam, sehingga tidak dapat dipungkiri
pendapat responden mengenai obat tradisional adalah seperti jamu.
Sebagian besar responden (32%) juga mengungkapkan bahwa obat
tradisional merupakan obat yang tidak mengandung bahan kimia dan berasal
dari bahan alami. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Noviana (2011) bahwa respondennya yaitu pasien geriatri
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah paham bahwa obat tradisional adalah obat
yang berasal dari bagian tanaman atau berbahan alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pengertian-pengertian yang diungkapkan oleh responden tersebut
(Tabel III) juga serupa dengan Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan yang menyebutkan bahwa “obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah dipergunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat”. Pemahaman responden mengenai
obat tradisional sudah sesuai dengan Undang-Undang yang tertera.
b. Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional yang dikenal oleh responden
Tabel IV. Bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh responden,
n=31
Bentuk-bentuk sediaan obat tradisional Persentase
(%)
Cairan 87,1
Kapsul 25,8
Pil 6,5
Serbuk/ bubuk 32,3
Tablet 12,9
Tumbuhan obat kering 6,5 Keterangan: responden boleh menjawab lebih dari satu jawaban
Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat,
cair, maupun semi padat. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IV), sebagian
besar responden mengetahui bentuk sediaan cair (87,1%) dan serbuk/ bubuk
(32,3%). Hal ini dikarenakan di Desa Dieng terdapat jamu gendong yang
merupakan salah satu bentuk sediaan cair obat tradisional yang banyak diminati
oleh masyarakat Desa Dieng, seperti beras kencur dan kunyit asam atau kunir
asam. Selain itu, sebagian besar masyarakat Desa Dieng yang juga
mengonsumsi Tolak Angin® yang berbentuk cair. Responden juga mengenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bentuk sediaan berupa serbuk atau bubuk yang termasuk dalam sediaan padat
atau kering. Cara penyajiannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan
menggunakan air panas.
Salah satu tanaman obat yang populer di dataran tinggi Dieng adalah
Purwoceng. Tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) ini termasuk
tanaman langka karena habitat endemiknya di dataran tinggi Dieng, Jawa
Tengah (Abdiyani, 2008). Tanaman ini banyak diperjualbelikan dalam bentuk
simplisia kering, serbuk maupun cairan. Sediaan ini banyak digunakan oleh
masyarakat Desa Dieng, khususnya laki-laki karena tanaman ini potensial untuk
afrodisiaka (Darwati dkk., 2006).
Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk obat tradisional yang dikenal oleh
responden sesuai menurut Wasito (2011) bahwa ada yang berbentuk sediaan
padat atau kering yang beredar di masyarakat, yaitu bentuk rajangan yang
berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia
dengan sediaan galenik. Selain itu, terdapat juga dalam bentuk serbuk, kapsul,
tablet dan pil, sedangkan sediaan cair, yaitu jamu cair dan bentuk cairan lainnya.
c. Pengenalan tentang jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka
Pada penelitian ini hanya mengacu pada pengenalan responden
mengenai jenis-jenis obat tradisional, sehingga perlu adanya penggalian lebih
lanjut mengenai apakah benar yang dikenal oleh responden adalah jamu, OHT
dan fitofarmaka. Pada Keputusan BPOM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
tercantum berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tingkat pembuktian khasiat, obat tradisional di Indonesia dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Gambar 7. Pengenalan responden tentang jenis-jenis obat tradisional,
yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, n=31
Berdasarkan pertanyaan, “Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat
tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka?”, didapatkan
hasil penelitian (Gambar 7) yang menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengenal jamu dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka.
Sebagian besar responden juga tidak mengenal OHT dan fitofarmaka. Hal ini
menunjukkan jamu lebih banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang diderita daripada OHT
dan fitofarmaka. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-
puluh bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu dan telah membuktikan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Mengenal Tidak
mengenal
Mengenal Tidak
mengenal
Mengenal Tidak
mengenal
Jamu Obat Herbal Terstandar
(OHT)
Fitofarmaka
97%
3% 19%
81%
3%
97%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan pengobatan atau menjaga
kesehatan (Wasito, 2011).
Selain itu, hasil penelitian di atas (Gambar 7) didukung juga dengan
pengertian obat tradisional yang paling banyak diketahui oleh responden.
Sebagian besar responden mengatakan bahwa obat tradisional seperti jamu,
sehingga hal tersebut dapat berhubungan langsung dengan jenis obat tradisional
yang paling banyak dikenal oleh responden, yaitu jamu.
Jamu yang beredar di masyarakat bermacam-macam, antara lain jamu
buatan sendiri, jamu yang berasal dari pembuat jamu/ herbalist atau jamu
gendong dan jamu buatan industri (Handayani, 2002). Jamu gendong
merupakan salah satu obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat
digemari masyarakat dan sangat populer. Sama halnya di Desa Dieng, kunyit
asam dan beras kencur merupakan jamu gendong yang banyak dikonsumsi,
khususnya untuk perempuan.
Tolak Angin® merupakan obat herbal terstandar yang juga banyak
digunakan oleh masyarakat Desa Dieng berkhasiat untuk menghilangkan gejala
masuk angin. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak
mengenal OHT. Hal ini kemungkinan terkait dengan responden yang tidak
memperhatikan dan tidak mengetahui jika Tolak Angin® merupakan OHT.
Begitu juga halnya dengan fitofarmaka, kemungkinan responden memang tidak
mengetahui jenis obat tradisional tersebut. Menurut Pramono (2012), produk
yang telah terdaftar pada BPOM lebih dari 13.000 jamu, sekitar 38 OHT dan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
fitofarmaka, sehingga hal ini dapat menjadi dasar bahwa jamu lebih dikenal
dibandingkan OHT dan fitofarmaka.
d. Pengenalan responden mengenai lambang atau logo pada jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengenalan responden
terhadap lambang atau logo jenis-jenis obat tradisional dapat digambarkan
pada grafik sebagai berikut:
Gambar 8. Pengenalan responden mengenai lambang atau logo pada
jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka, n=31
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 8) menunjukkan bahwa
pengenalan responden terhadap lambang atau logo, baik jamu, OHT dan
fitofarmaka tergolong rendah. Bahkan, logo pada fitofarmaka tidak ada yang
mengenal dan logo pada OHT yang mengenal hanya 3%. Hal ini kemungkinan
dikarenakan responden tidak mengetahui istilah fitofarmaka dan OHT,
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Mengenal Tidak
mengenal
Mengenal Tidak
mengenal
Mengenal Tidak
mengenal
Lambang Jamu Lambang Obat Herbal
Terstandar (OHT)
Lambang Fitofarmaka
39%
61%
3%
97%
0
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sedangkan persentase yang menyatakan mengenal logo jamu jauh lebih tinggi
karena memang istilah jamu lebih dikenal. Dari Gambar 7 menunjukkan bahwa
responden yang menyatakan mengenal jenis obat tradisional berupa jamu lebih
tinggi yaitu sebanyak 97% dibandingkan dengan OHT dan fitofarmaka,
sehingga sangat wajar apabila responden lebih mengenal logo pada jamu. Hasil
penelitian juga menunjukkan semua responden tidak mengenal logo pada
fitofarmaka. Hal ini kemungkinan dikarenakan responden yang tidak mengenal
istilah fitofarmaka. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada
Gambar 7, responden yang mengenal istilah fitofarmaka hanya sedikit yaitu
3%, sehingga ada kemungkinan lain responden tersebut tidak memperhatikan
logo pada kemasan.
Namun demikian, bukan berarti bahwa pernyataan mengenai apakah
responden mengenal logo jamu adalah benar bahwa hal tersebut adalah logo
jamu yang dimaksud berdasarkan Keputusan BPOM RI nomor
HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Berdasarkan hasil
wawancara, dapat diidentifikasikan bahwa pengenalan terhadap logo jamu
adalah logo perusahaan pada kemasan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Lambangnya yang saya kenal yang air mancur dan sidomuncul, yang
ada cangkir dan tumbukannya” (S).
“Saya tahunya jamu. Kalau yang jamu sawanan itu lambangnya ibu
lagi menyusui anak” (F).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
“Gambar orang Nyonya Meneer, Jamu Jago gambar jago, Jamu
Caspleng gambar binaraga, gambar anak kecil itu jamu sariawan”
(HGT).
“Jamu lambangnya ada daunnya, daunnya ada tumbukannya” (U).
Responden mengenal logo perusahaan yang terdapat pada kemasan, yaitu Air
Mancur, Sidomuncul, Nyonya Menner dan Jamu Jago (Gambar terlampir).
Hasil kutipan wawancara responden lainnya mengungkapkan logo jamu seperti
gambar daun. Gambar daun yang dimaksud oleh responden lebih mengarah
kepada gambar kemasan, bukan berdasarkan logo berdasarkan Keputusan
BPOM RI dan logo perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengenalan logo
dari ketiga jenis obat tradisional yang dinyatakan responden adalah lebih ke
logo perusahaan obat tradisional pada kemasan. Hal ini mengindikasikan
bahwa sosialisasi logo ketiga jenis obat tradisiobal masih sangat diperlukan.
Secara umum, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) pada masyarakat Desa
Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang
mengungkapkan bahwa logo OHT dan fitofarmaka tidak dikenal oleh
masyarakat. Namun, pada penelitian Pangastuti (2014) menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengetahui dengan baik logo pada kemasan jamu
dengan perbedaan karakteritik masyarakat yaitu sebagian besar masyarakat
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pendidikan terakhir adalah SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
e. Pendapat responden mengenai apakah obat tradisional dapat menimbulkan
efek samping
Berdasarkan pertanyaan “Menurut Anda, apakah obat tradisional
dapat menimbulkan efek samping?”, diketahui sebagian besar responden
menganggap obat tradisional tidak menimbulkan efek samping. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di
kalangan mahasiswa oleh Cristiana (2014).
Dari segi efek samping memang diakui bahwa tanaman obat atau obat
tradisional memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan obat, tetapi perlu
diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan konsistensinya yang
belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin. Bila dikatakan obat
alam atau obat tradisional itu tidak memiliki efek samping, sekecil apapun efek
samping tersebut tetap ada. Namun, hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh
informasi yang cukup yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis,
ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah
informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Katno dan
Pramono, 2008; Sari, 2006). Winata (2003) juga menegaskan bahwa sangat
keliru bila menganggap obat tradisional tidak memiliki efek samping karena
Dapat
menimbulkan
efek samping
13%Tidak
menimbulkan
efek samping
84%
Tidak tahu
3%
Gambar 9. Pendapat responden mengenai apakah obat
tradisional dapat menimbulkan efek samping, n=31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bagaimanapun tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional mengandung
zat aktif yang dapat menimbulkan reaksi saat berinteraksi dengan tubuh.
f. Pengetahuan responden mengenai contoh, manfaat dan cara penggunaan
obat tradisional
Pengetahuan tentang obat tradisional atau tanaman berkhasiat obat
dapat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun
temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel V) menunjukkan obat tradisional yang
diketahui dan pernah digunakan oleh responden untuk pengobatan mandiri
beserta manfaat dan cara penggunaannya, baik jamu gendong, obat tradisional
buatan pabrik maupun obat tradisional buatan sendiri yang dapat membantu
mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.
Diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih obat tradisional
mana yang sesuai dengan penyakit yang diderita dan jangan sampai obat
tradisional yang digunakan tidak sesuai untuk mengatasi gejala atau keluhan
sakit yang dialami. Cara menggunakan obat tradisional berbeda-beda
tergantung kenyamanan masing-masing responden dan bentuk sediaan yang
tersedia. Ada responden yang menggunakannya dengan cara diseduh atau
direbus dengan air bersih, dicampur dengan minuman atau makanan atau
langsung diminum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel V. Daftar obat tradisional yang diketahui oleh responden untuk
digunakan dalam pengobatan mandiri No. Nama obat
tradisional
Manfaat Cara penggunaan
1.
Purwoceng Untuk badan pegal-pegal
dan menghangatkan badan
Direbus 1 batang untuk 2 gelas.
Direbus menggunakan kuali tanah
supaya kandungannya tidak hilang.
Menyehatkan dan
meringankan badan bila
lelah
Ditepung daun purwoceng, jika direbus
diberi gula, 1 gelas, seperti membuat
teh.
Untuk stamina Ada yang direbus dengan akar dan daun,
ada yang dibubuk dan dicampur dengan
madu.
2. Tolak
Angin®
Masuk angin Langsung diminum dan dapat dicampur
dengan teh.
3. Kunyit
asam/ kunir
asam
Mencegah keputihan dan
menghilangkan bau badan.
Direbus kunyit yang sudah diparut,
diberi gula jawa dan asam jawa, 1 gelas
diminum sesudah makan. Digunakan saat
menstruasi.
Membersihkan daerah
kewanitaan.
4. Beras kencur Melegakan perut kalau
kembung dan
menyegarkan tubuh.
Jamu gendong atau penjual jamu
keliling langsung diminum.
Menambah nafsu makan.
5. Jamu
sawanan
Menghangatkan badan
melancarkan air susu ibu
(ASI)
Diseduh dan langsung diminum.
6. Jahe Menghangatkan badan Direbus jahe 1/4 kilo, diberi gula aren
dengan 3 gelas air.
7. Kunyit dan
kencur
Mencegah penyakit dan
menambah stamina tubuh
Dicuci dan direbus dengan gula jawa
dan madu.
8. Jamu
Brotowali
Menambah nafsu makan
dan mengurangi gatal.
Direbus brotowali mentah dan
diminum.
Membersihkan darah.
9. Obat Pegal
Linu Air
Mancur
Untuk sariawan, lelah dan
pegal linu
Diseduh untuk 1 gelas.
10. Godong Ijo Pegal linu dan kelelahan 2 kapsul sehari
11. Temulawak
dan
temuireng
Menebalkan usus dan
meredakan asam lambung
Diparut, diperas dan diminum.
12. Jamu Godog
Tradisional
Cap
Ontorejo
Mengobati asam urat Direbus dan diminum.
Purwoceng merupakan salah satu tumbuhan obat yang paling populer
di Desa Dieng karena habitat endemiknya di desa tersebut, sehingga tidak dapat
dipungkiri jika obat tradisional yang diketahui oleh responden adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
purwoceng. Purwoceng banyak diminati masyarakat Desa Dieng karena
berpotensi sebagai peningkat vitalitas tubuh. Kandungan vitamin E dalam
purwoceng sebagai bahan kosmetika untuk peremajaan sel-sel tubuh dan
memperbaiki kesuburan wanita (Abdiyani, 2008). Dalam hal ini, baik laki-laki
atau perempuan boleh mengonsumsi purwoceng, namun penggunaannya tetap
perlu diperhatikan.
Tolak Angin® merupakan salah satu obat tradisional yang paling
banyak digunakan dan digemari oleh masyarakat Desa Dieng. Hal ini
dikarenakan Desa Dieng merupakan desa di dataran tinggi dengan suhu udara
yang sangat dingin sehingga sebagian besar masyarakat Desa Dieng
mengomsumsi Tolak Angin®. Tolak Angin sebagai obat herbal terstandar dan
diproduksi di pabrik berstandar GMP (Good Manufacturing Process)
berkhasiat untuk menghilangkan gejala masuk angin, seperti: mual, perut
kembung, sakit kepala, tenggorokan kering, badan meriang, dan demam. Tolak
Angin terbuat dari bahan-bahan alami berkhasiat antara lain: madu, jahe, daun
mint, cengkeh dan buah adas. Tolak Angin® tersebut banyak dijual ditemukan
di warung atau toko dengan harga yang cukup murah.
Jamu menjadi pilihan bagi masyarakat karena faktor kebiasaan minum
jamu untuk pengobatan dan menjaga kesehatan dengan harga terjangkau.
Keterjangkauan inilah yang menjadi pertimbangan masyarakat memanfaatkan
jamu (Tilaar dkk., 2014). Dalam penelitian ini, jamu beras kencur dan kunyit
asam banyak diketahui oleh responden. Penggunaan kunyit asam/ kunir asam
digunakan, khususnya ibu rumah tangga untuk mencegah keputihan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
melancarkan menstruasi dan menghilangkan bau badan. Kunyit asam yang
terbuat dari kunyit, gula jawa dan asam jawa ini merupakan jenis jamu gendong
atau jamu yang banyak dijual di pasaran, termasuk beras kencur. Menurut
Sastroamidjojo (2001), kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri
saat menstruasi dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu
kunyit asam yang sangat baik dikonsumsi saat menstruasi.
Jamu beras kencur sudah sangat populer sebagai minuman penyegar
dan memiliki banyak manfaat, seperti radang lambung, influenza pada bayi,
masuk angin, sakit kepala, batuk, menghilangkan darah kotor, diare,
memperlancar menstruasi, mata kelelahan, keseleo dan kelelahan (Nurmalina
dan Valley, 2012), sehingga tidak heran banyak masyarakat Desa Dieng yang
mengonsumsinya untuk menjaga kesehatan. Namun, diharapkan masyarakat
lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional
atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Katno dan Pramono (2008)
tentang tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional
mengungkapkan bahwa kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat
untuk menekan batuk, tetapi berdampak meningkatkan tekanan darah,
sehingga bagi penderita hipertensi sebaiknya tidak dianjurkan minum jamu
beras kencur. Sama halnya pada brotowali (Tinospora sp.) yang dapat
mengganggu kehamilan dan menghambat pertumbuhan plasenta. Oleh karena
itu, perlu pengetahuan yang cukup untuk memilih obat tradisional yang sesuai
dengan penyakit yang diderita dan kontraindikasi dari obat tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3. Sikap responden terhadap penggunaan obat tradisional
Sikap responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana
pendapat atau penilaian responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri, respons sikap responden menyukai atau tidak menyukai
penggunaan obat tradisional dalam menjaga kesehatan atau mengobati penyakit
yang diderita dan respons sikap responden mengenai apakah obat tradisional
bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami atau tidak. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini akan berkaitan dengan kesediaan atau kesiapan responden
untuk bertindak menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri.
a. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan hanya meminta pendapat
atau penilaian terhadap fenomena (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini adalah
pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional jika sakit yang dapat
dilihat dari tabel sebagai berikut.
Tabel VI. Pendapat responden mengenai penggunaan obat tradisional
jika sakit, n=31
Pendapat responden Persentase
(%)
Respons sikap
Bagus karena membantu menyembuhkan
dan berkhasiat 45,2
+
Obat tradisional tidak memiliki efek
samping, sedangkan obat modern atau kimia
banyak efek samping 16,1
+
Efek obat tradisional lebih lama tapi aman 12,9 +
Lebih alami 6,5 +
Lebih bagus dari obat modern atau obat yang
dijual di warung 6,5
+
Penyakitnya tidak kambuh lagi setelah
menggunakan obat tradisional 6,5
+
Kurang baik karena lebih baik ke dokter 3,2 -
Cukup efektif karena harganya terjangkau di
masyarakat dan kemanjurannya ada bukti 3,2
+
Efek samping sedikit 3,2 +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel VI. Lanjutan
Untuk penyakit ringan 3,2 +
Obat tradisional murah dan mudah didapat 3,2 +
Cocok bila dalam penggunaannya dapat
membantu mengatasi gejala sakit 3,2
+
Cepat untuk penyembuhan 3,2 +
Obat tradisional ada bagus dan tidaknya 3,2 +/-
Keterangan: jawaban responden dapat mengandung lebih dari satu pendapat mengenai
obat tradisional jika sakit
Dari hasil penelitian (Tabel VI) dapat dilihat sikap positif dan negatif
responden terhadap obat tradisional. Persentase pendapat terbanyak mengenai
penggunaan obat tradisional jika sakit adalah bahwa obat tradisional merupakan
obat yang bagus digunakan jika responden mengalami keluhan sakit karena
bersifat dapat menyembuhkan dan sangat berkhasiat untuk kesehatan responden.
Hal ini juga didukung oleh pendapat lainnya yaitu obat tradisional tidak memiliki
efek samping dan memiliki efek yang lebih lama, serta lebih aman dibandingkan
penggunaan obat atau obat berbahan kimia atau obat yang dibeli di warung.
Berikut adalah pendapat responden yang bersifat positif dan melakukan
pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional dan obat modern
yang dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:
“Lebih bagus dari obat modern. Kalau menggunakan obat tradisional
tidak sembuh, baru menggunakan obat modern” (RH).
Salah satu responden juga mengungkapkan bahwa obat tradisional
bagus digunakan karena melihat pengalamannya dalam mengobati penyakit
asam lambung. Pengalaman dalam menggunakan obat tradisional dalam
mengatasi keluhan sakit dan kemudian dapat menyembuhkan membuat
seseorang tidak akan mencari fasilitas kesehatan yang lebih jauh dan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menggunakannya kembali jika keluhan sakit muncul kembali (Notoatmodjo,
2010). Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:
“Bagus. Dulu pernah asam lambung, ada yang menyarankan pakai
obat tradisional, saya konsumsi dan sampai sekarang jarang kambuh”
(SH).
Menurut Gitawati dan Handayani (2008), penggunaan obat tradisional
masih digemari dan sebagian masyarakat menganggap obat tradisional aman,
bahkan lebih aman dibandingkan obat yang berupa obat kimiawi, serta dinilai
jauh lebih murah harganya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh responden,
sehingga dari sikap-sikap positif responden terhadap obat tradisional ini terlihat
kecenderungan responden untuk melakukan tindakan penggunaan obat
tradisional.
Dari hasil penelitian dapat dilihat juga sikap negatif responden
terhadap penggunaan obat tradisional. Responden mengungkapkan bahwa obat
tradisional kurang baik digunakan jika sakit, sehingga responden memilih lebih
baik menggunakan langsung obat yang diberikan oleh dokter.
b. Sikap responden menyukai atau tidak menyukai penggunaan obat
tradisional jika sakit
Tabel VII. Respons sikap responden menyukai atau tidak menyukai
penggunaan obat tradisional jika sakit, n=31
Respons sikap responden Persentase (%)
Menyukai menggunakan obat tradisional 87
Tidak menyukai menggunakan obat
tradisional
13
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VII) dapat dilihat sikap responden
yang bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif. Sikap positif untuk
cenderung melakukan tindakan adalah menyenangi atau menyukai obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tradisional, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi
atau tidak menyukai obat tradisional (Wawan dan Dewi, 2011).
Hasil penelitian (Tabel VII) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menyukai menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan
sakit. Hal ini dikarenakan kemungkinan terkait dengan pengertian obat
tradisional yang diketahui oleh responden, yaitu obat tradisional tidak
mengandung bahan kimia dan terdiri dari bahan-bahan alami, serta tidak
memiliki efek samping. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Feby (2002) yang mengungkapkan bahwa
penduduk yang tinggal di desa cenderung lebih menyukai penggunaan obat
tradisional karena ketersediaan tanaman obat sebagai bahan baku obat
tradisional lebih banyak dan lebih dikenal di desa dengan asumsi bahwa
penduduk desa lebih banyak yang berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi
kurang mampu daripada penduduk kota.
c. Sikap responden mengenai apakah obat tradisional bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang dialami
Tabel VIII. Respons sikap responden mengenai apakah obat
tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami,
n=31
Respons sikap responden Persentase (%)
Obat tradisional bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang Anda alami
87
Obat tradisional tidak bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang Anda alami
0
Ragu-ragu 13
Dalam penelitian ini disebutkan bahwa obat tradisional bermanfaat
untuk menyembuhkan penyakit, sehingga disarankan untuk memperbaiki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pernyataan tersebut pada panduan wawancara yang digunakan. Obat tradisional
bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dalam arti obat tradisional dapat
membantu responden untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang dialami.
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VIII) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (87%) bersikap positif terhadap penggunaan obat tradisional yang
bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh responden,
sedangkan sisanya sebanyak 13% mengungkapkan bahwa obat tradisional
bermanfaat dan tidak bermanfaat tergantung dari penyakit yang diderita oleh
responden dan kecocokan tiap responden dalam menggunakan obat tradisional.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa responden menganggap bahwa selama biaya yang dikeluarkan lebih
murah dan penyakit yang diderita masih tergolong ringan, dengan
menggunakan obat tradisional dalam pengobatan mandiri lebih bermanfaat
meskipun di sisi lain penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri
merugikan.
4. Tindakan responden terkait penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri
Tindakan (practice) merupakan suatu cara mempraktekkan apa yang telah
diketahui setelah mengadakan penilaian atau pendapat terhadap stimulus yang
diterima (Fitriani, 2011). Stimulus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pengetahuan dan informasi yang mereka (responden) miliki tentang pengobatan
mandiri atau swamedikasi dan obat tradisional, sedangkan prakteknya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tindakan responden apakah akan menggunakan obat tradisional untuk pengobatan
mandiri ketika responden mengeluh sakit atau tidak.
Tabel IX. Tindakan responden mengenai apakah akan menggunakan obat
tradisional ketika sakit, n=31
Respons tindakan responden Persentase (%)
Akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi
gejala/ sakit yang anda alami
87
Tidak akan menggunakan obat tradisional untuk
mengatasi gejala/ sakit yang anda alami
10
Ragu-ragu 3
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IX) menunjukkan bahwa sebanyak
87% menyatakan akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan
sakit yang dialami oleh responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) dan Cristiana (2014). Selain itu, seperti yang
terlihat di Tabel IX, sebanyak 10% menyatakan tidak akan menggunakan obat
tradisional untuk mengatasi keluhan sakit, sedangkan 3% menyatakan ragu-ragu
karena akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi keluhan sakit
tergantung dari penyakit yang dialaminya.
Hasil penelitian ini kemungkinan berkaitan dengan sikap positif responden
terhadap penggunaan obat tradisional jika mereka sakit. Jika tidak tergolong
penyakit ringan (minor illnesses) dan membutuhkan intervensi dokter, responden
tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi sakit.
Respons seseorang untuk melakukan tindakan mengobati sendiri (self
medication) dengan menggunakan obat tradisional apabila sakit dengan alasan
fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, takut dengan dokter, takut
pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya. Masyarakat sudah percaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu
melakukan pengobatan mandiri sudah dapat menyembuhkan. Hal ini
mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan dan akan
menggunakannya untuk mengatasi penyakit (Notoatmodjo, 2010). Responden yang
tidak akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang
dialami, dalam hasil wawancara memilih untuk langsung ke dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional di kalangan
masyarakat Desa Dieng adalah sebagian besar responden perempuan (68%),
berusia 32-38 tahun, sudah menikah (84%), pendidikan terakhir SLTA/ SMA/
SMK (45%), jenis pekerjaan pedagang atau wiraswasta (36%) dan
pendapatan per bulan ≥ Rp 1.000.000,00 sampai < Rp 1.500.000,00 (32%).
2. Sebagian besar responden di kalangan masyarakat Desa Dieng yang
menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri mengungkapkan
obat tradisional seperti halnya jamu. Tanaman Purwoceng (Pimpinella
pruatjan Molk.) banyak digunakan dan bentuk sediaan cairan yang paling
banyak dikenal. Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling banyak
dikenal dibandingkan obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Namun,
pengetahuan mengenai logo jenis-jenis obat tradisional tergolong masih
rendah. Sebagian besar responden memberikan sikap positif terhadap
penggunaan obat tradisional untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit yang
dialami, sehingga terdapat kecenderungan melakukan tindakan penggunaan
obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
B. Saran
1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dan
hubungan antara karakteristik responden terhadap perilaku pengobatan
mandiri terkait obat tradisional.
2. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan terkait pengunaan obat tradisional
untuk pengobatan mandiri kepada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, karena berdasarkan hasil
penelitian, pengetahuan sebagian besar responden terutama penggunaan obat
tradisional masih perlu ditingkatkan.
3. Meningkatkan peran tenaga kesehatan, khususnya apoteker atau farmasis
untuk dapat memberikan informasi mengenai penggunaan obat tradisional,
sehingga diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan
menggunakan suatu produk obat tradisional atau tanaman obat dalam upaya
kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdiyani, S., 2008, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat Di
Dataran Tinggi Dieng (The Diversity Of Understories Medicinal Plants
In Dieng Plateau), Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5 (1),
79-92.
Adikuntati, Y. M., 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan
dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2015, Indikator Kesehatan 1995-2012, Jakarta, 30-33.
Berardi, R. R., et al., 2002, Handbook of Nonprescription Drugs an Interactive
Approach to Self-Care, American Pharmacist Association, Washington,
pp. 4-8.
Citahasri, A., 2008, Profil Pelaksanaan Swamedikasi di Beberapa Apotek di
Wilayah Surabaya Timur (Studi pada Swamedikasi atas Dasar Keluhan),
Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Cristiana, E., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional
dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan
Mandiri di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Indonesia.
Darwati I. dan Roostika, I., 2006, Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina
Molk.) di Indonesia, Buletin Plasma Nutfah, 12(1), 9-15.
Dharmasari, S., 2003, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Pengobatan Sendiri yang Aman, Tepat dan Rasional pada Masyarakat
Kota Bandar Lampung Tahun 2003, Tesis, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Djunarko, I. dan Hendrawati, Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT
Intan Sejati, Klaten, hal. 6-9.
Emzir, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Rajagrafindo
Persada, Jakarta, hal. 283-284.
Figueras, A., Caamano, F., and Gestal-Otero, J. J, 2000, Sociodemographic
factors related to self medication, European Journal of Epidemiology, 16
(1), 19-26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
FIP dan WSMI, 1998, Responsible Self-Medication, Joint Statement by The
International Pharmaceutical Federation and The World Self-Medication
Industry.
Fitriani, S., 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 124-140.
Gitawati, R. dan Handayani, R.S., 2008, Profil Konsumen Obat Tradisional
terhadap Ketanggapan akan Adanya Efek Samping Obat Tradisional,
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 11 (3), 283-288.
Handayani, L. dan Suharmiati, 2002, Meracik Obat Tradisional Secara Rasional,
Medika, No. 10, Tahun XXVIII, 648-651.
Hardon A, Hodgkin C, and Fresle D., 2004, How to investigate the use of
medicines by consummers, World Health Organisation, Swit-zerland. p.
64.
Harmanto, N. dan Subroto, M. A., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Herdiansyah, H., 2015, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi,
Salemba Humanika, Jakarta Selatan, hal. 189.
Hidayati, A., dan Perwitasari, D. A., 2011, Persepsi Pengunjung Apotek
Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam sebagai Alternatif Pengobatan di
Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta,
Prosiding Seminar Nasional Homecare, Fakultas Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2011, Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia, Volume 46, ISFI Penerbitan, Jakarta, hal.537.
Istaminingdyah, R., 2008, Dasar-Dasar Pertimbangan Upaya Pengobatan Sendiri
pada Masyarakat di Kabupaten Klaten, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Ahmad Dahlan.
Katno dan Pramono, S., 2008, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional, Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu,
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada.
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004,
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.00.05.4,2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, BPOM RI, Jakarta.
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004,
Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK. HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmak,
BPOM RI, Jakarta.
Kristina, S. A., Prabandari, Y. S., Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan
Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan
Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 32-
40.
Krithikadatta, J., 2014, Normal Distribution, J Conserv Dent, 17(1), 96–97.
Kurniasari, V. Y., 2007, Hubungan antara Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi
dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa
Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah
Iatimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Melina, F., 2011, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dengan Perilaku
Ibu Dalam Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita di Posyandu
Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul, Skripsi,
Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia.
Meriati, N. W. E., Goenawi, L. R., dan Wijoyo, W., 2013, Dampak Penyuluhan
Pada Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat
Batuk Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang, Jurnal Ilmiah Farmasi, 2
(03), 2302-2493.
Mulyana, D., 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
hal. 182.
Mulyani, D. S., 2013, Studi Pemahaman dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada
Pasien Poliklinik Penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 94-100.
Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta, hal. 20-
22, 26-32, 76, 107-108, 140,146.
Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
hal. 35-37.
Noviana, F., 2011, Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada
Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Nurmalina, R. dan Valley, B., 2012, 24 Herbal Legendaris untuk Kesehatan
Anda, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 415-430.
Pangastuti, R. M., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat
Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk
Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan
Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Pokja Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012, Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.
Pramono, S., 2012, Sinergi Langkah Kebijakan Berbagai Instansi Pemerintah
untuk Mengoptimalkan Program Pengembangan Jamu, Makalah Seminar
Nasional Aspek Budaya, Kebijakan dan Filosofi Sains Jamu IICC, Bogor.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2011, Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014, Bakti Husada,
Jakarta.
Rahayu, M., Rugayah, Praptiwi, dan Hamzah, 2002, Keanekaragaman
pemanfaatan tumbuhan obat oleh suku Sasak di Taman Nasional Gunung
Rinjani-Nusa Tenggara Barat, Prosiding Simposium Nasional II
Tumbuhan Obat dan Aromatik, Kehati, LIPI, Apinmap, Unesco dan JICA,
Bogor.
Rinukti dan Widayati, 2005, Hubungan Antara Motivasi Dan Pengetahuan Orang
Tua Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep
Untuk Anak-Anak RW V Di Kelurahan Terban Tahun 2004, Sigma Jurnal
Sains dan Teknologi, 8(1), 25-33.
Sari, L. O. R. K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1), 01-07.
Sarosa, S., 2012, Penelitian Kualitatif: Dasar- Dasar, PT. Indeks, Jakarta Barat,
hal. 70.
Sastroamidjojo. S., 2001, Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, hal.170.
Sarwono, S., 2007, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal.1-3.
Shankar, P. R., Partha, P., and Shenoy, N., 2002, Self-medication and non-doctor
prescription practices in Pokhara valley, Western Nepal: a questionnaire-
based study, BMC Family Practice, 3 (17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sudibyakto, Yunianto, T., Suripto, B. A., dan Kurniawan, A., 2002, Pemetaan
Kondisi Sumber Daya Alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng, Prosiding
Seminar Hasil-Hasil Penelitian Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Supardi, S. dan Susyanty, A. L., 2010, Penggunaan Obat Tradisional dalam
Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun
2007), Buletin Penelitian Kesehatan, 38 (2), 80-89.
Supardi, S. dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,
Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2 (3), 134-144.
Supardi, S., Jamal, S., dan Raharni, 2005, Pola Penggunaan Obat, Obat
Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia,
Bul. Penel. Kesehatan, 33(4), 192-198.
Tilaar, M. dan Widjaja, B. T., 2014, The Power of Jamu: Kekayaan dan Kearifan
Lokal Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 115, 195, 182-
183.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hal. 1, 13-16, 27-39.
Wawan, A. dan Dewi, 2011, Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta, hal. 34, 56.
WHO, 1998, The role of the pharmacist in self- care and self medication, World
Health Organisation, Geneva, pp. 2-3.
WHO, 1988, Guidelines for Developing National Drug Policies, World Health
Organisation, Geneva, pp. 31-33.
Widayati, A., 2012, Health Seeking Behavior di Kalangan Masyarakat Urban di
Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 9(2), 59-65.
Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., and Hiller, J.E., 2012, Beliefs About
the Use of Nonprescribed Antibiotics Among People in Yogyakarta City,
Indonesia: A Qualitative Study Based on the Theory of Planned Behavior,
Asia-Pacific Journal of Public Health, 20 (10), 1-12.
Winata, S. D., 2003, Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal, Meditek, 11(29), 50-
55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 1. Surat izin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 2. Ethical clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 3. Informed consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Alamat :
Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN tentang
“Penggunaan Obat Tradisional dan Obat Modern”, yang akan dilakukan oleh Tim
Penelitian, yaitu:
Ketua Peneliti : Aris Widayati, M.Si., Apt., PhD.
Anggota : Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.
Yeni Mardiati Pasaribu
Lusia Jois Mariana
Natalia Putri Arumsari
Veronika
Dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Saya telah diberi informasi mengenai penelitian ini, diberi hak bertanya
tentang penelitian ini dan diberi hak didampingi oleh orang yang saya
tunjuk ketika informasi mengenai penelitian ini disampaikan kepada saya.
2. Saya telah dijelaskan bahwa saya mungkin tidak akan secara langsung
menerima manfaat dari hasil penelitian ini, namun saya juga telah
diberitahu bahwa hasil penelitian akan dimanfaatkan untuk kepentingan
ilmiah.
3. Saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan
digunakan sepenuhnya hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
aspek komersial.
4. Saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya akan dirahasiakan,
jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka nama saya akan disamarkan.
5. Saya telah diberitahu bahwa penelitian ini adalah dalam pelaksanaannya
telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang,
6. saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti
selama setidaknya tiga tahun ke depan
Wonosobo,………..…………..2015
Yang menyatakan,
(…………………………………)
Saksi,
(………………………………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 4. Panduan wawancara
PANDUAN WAWANCARA
“PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN UNTUK
PENGOBATAN MANDIRI”
Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah
masyarakat dewasa di kawasan dataran tinggi Dieng yang berusia ≥ 18 tahun yang
pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki
ataupun perempuan dan bersedia wawancara.
Kunci Komponen Pendahuluan
Perkenalan wawancara
Ucapan terimakasih atas kesediaannya berpartisipasi sebagai responden
Tujuan datang ke responden dengan menguraikan secara garis besar
tentang penelitian
Penjelasan mengenai kerahasiaan responden
Penjelasan bagaimana wawancara akan dilakukan dan durasi wawancara
Data diri responden
a. Nama :
b. Alamat dan No.Telp :
c. Usia :
d. Jenis kelamin :
e. Pekerjaan :
f. Status pernikahan :
g. Pendidikan terakhir :
h. Pendapatan per bulan :
a.Kurang dari Rp 300.000,00
b.Antara Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00
c.Antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00
d.Antara Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
c.Lebih dari Rp 2.000.000,00
1. Apakah Anda pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau
swamedikasi?
2. Jika Anda pernah mendengar istilah tesebut, dari mana Anda mendapatkan
informasinya?
3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatan sendiri?
4. Apakah semua obat dapat dibeli untuk pengobatan sendiri tanpa periksa ke
Puskesmas/RS/dokter praktek?
=======
5. Apakah Anda pernah mendengar tentang obat bebas atau bebas terbatas? Jika
pernah:
a. Dimanakah obat tersebut bisa dibeli?
b. Apakah ketika membeli obat tersebut harus dengan resep dari dikter?
c. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tersebut? (tablet, kapsul, serbuk, cairan,
dll)
6. Apakah Anda pernah melihat lambang pada kemasan obat tersebut?
a. Jika pernah, seperti apa lambang tersebut dan arti dari lambang tersebut,
gambarkan lambanganya?
=====
7. Apakah Anda pernah menggunakan obat atau memperoleh obat dari
orang lain untuk digunakan mengatasi sakit (tanpa perksa ke
Puskesmas/RS/dokter praktek) dalam satu bulan terakhir ini?
APABILA PERNAH:
a. Berapa kali dalam satu bulan terakhir ini?
b. Apakah Anda menggunakan atau memperoleh/diberi orang lain?
i. Jika Anda memperoleh obat tersebut dengan cara membelinya,
dimanakah obat tersebut Anda beli? Berapa jarak antara tempat tinggal
Anda dengan tempat untuk membeli obat tersebut? Berapa harganya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang
meemberikanya?
c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang
lain/keluarga, dll… mohon sebutkan)
d. Apa nama obatntya?
e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat
tersebut?
f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan)
mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut?
g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)?
h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut?
i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya?
j. Apakah ada efek samping yang dirasakan?
k. Mengapa Anda memilih obat tersebut?
l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli (atau
yang diberi oleh orang lain) tersebut?
m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak
memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum
obat tersebut?
n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah
diobati dengan obat tersebut?
=======
8. Apakah Anda mengenal obat tradisional?
a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional
menurut Anda?
b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil,
kapsul, serbuk, cairan, dll)
c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
i. Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus
jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA
JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA.
9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya.
10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping?
11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional
untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH:
a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan
terakhir)?
b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan?
c. Untuk siapa obat tradisional tersebut?
d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut?
e. Untuk mengobati penyakit apa?
f. Darimana Anda memperolehnya?Kalau membeli, membeli obat tradisional
dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat
tradisional?Berapa harganya?
g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA
PAKAI)
h. Berapa lama Anda menggunakannya?
i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut?
j. Adakah efek samping yang Anda rasakan?
k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya?
l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda
gunakan tersebut?
m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut?
n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk
mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke
Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek?
======
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
12. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda
sakit?
13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda
sakit?
14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional?
15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern?
16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang Anda alami?
17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang anda alami?
======
18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi
gejala/sakit yang anda alami?
19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit
yang anda alami?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 5. Contoh logo-logo perusahaan obat tradisional pada kemasan
Gambar 1 Gambar 2
Logo PT. Air Mancur Logo PT. Jamu Jago
Gambar 3 Gambar 4
Logo PT. Njonja Meneer Logo PT. Sidomuncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 6. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
www.wonosobocommunity.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Lusia Jois Mariana lahir di
Kudap pada tanggal 15 Juni 1994, merupakan anak kedua
dari pasangan Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia
Sarjinem. Penulis telah menempuh pendidikan awal di
TK Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 1998-2000,
SD Poewardaminta Kudap, Riau pada tahun 2000-2002
dilanjutkan ke SD Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun
2002-2006, SMP Yos Sudarso Selatpanjang pada tahun
2006-2009, SMA Santa Maria Pekanbaru pada tahun
2009-2012. Seusai menempuh pendidikan di jenjang
SMA, penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
tahun 2012. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif
dalam kegiatan kampus yaitu menjadi Sekretaris “Donor Darah JMKI 2014” dan
“Kampanye Informasi Obat 2014”, anggota Sie. Acara “Pelayanan Kesehatan
Gratis Dies Natalis ke-59 USD”, anggota aktif Herbal Garden Team (HGT), serta
aktif menjadi asisten dosen praktikum Biokimia untuk tahun akademik 2014/2015
dan 2015/2016. Prestasi yang pernah diraih sebagai mahasiswa adalah anggota
PKM-Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul PINBOL ANTIK (Pengenalan
Simbol-Simbol Kemasan Plastik dan Pengolahan Sampah Plastik) dengan Siswa-
Siswi Kelas III dan IV SDN Karangasem Condongcatur yang berhasil lolos didanai
oleh DIKTI pada tahun 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related